O
L
E
H
0306212243
Bandar Setia adalah desa di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang, Sumatera
Utara, Indonesia. dengan luas 3.50 Km2, jumlah penduduk 21.268 orang (2015), kode kemendragi
Nama Bandar Setia ada sebelum kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tahun 1901. Dulunya
Desa Bnadar setia disebut sebagai kampung Bandar setia, karena adanya pemekaran sekitar tahun
70-an maka nama tersebut dijadikan sebagai nama Desa. Sejak adanya nama Desa Bandar Setia,
kepala desa yang terpilih selama priode yang cukup lama itu hanya ada 3 orang yang menjabat.
Diantara yang pernah menjabat menjadi kepala Desa bnadar setia yaitu Anwar Hamid, sekitar 32
tahun, setelah itu maka digantikan oleh Bapak Jalaluddin selama 12 tahun hingga yang terakhir
adalah bapak Sugiato yang sudah menjabat satu tahun hingga sekarang.
Wajah Desa Bandar Setia duhulu berbeda dengan sekarang. Desa Bandar Setia dan Desa-desa
lainnya yang ada di Kecamatan Percut Sei Tuan dulunya begitu sunyi, masyarakat belum terlalu
banyak bermukim didesa-desa ini, dikarenakan akses jalan yang belum terlalu memadai dan
ditambah kondisinya yang agak menakutkan karena masih banyak pohon- pohon besar dan semak
belukar yang masih menjulang tinggi. Ditambah lagi pada tahun 1965, Kampung Kolam yang
sekarang telah menjadi Desa Kolam pernah menjadi basis PKI (Partai Komunis Indonesia)
Masyarakat Indonesia pada umumnya telah mengetahui bagaimana kekejaman PKI, maka sejak
keberadaannya di Desa Kolam, desa-desa yang ada disekitarnya pun menjadi ikut ditakuti untuk
dikunjungi. Namun setelah tahun 80-an Desa Bandar Setia agak diminati untuk dijadikan tempat
tinggal, karena memang kondisi sudah memadai dan layak untuk ditempati, ditambah kepadatan
penduduk sudah makin bertambah jadi mau atau tidak setiap orang harus memanfaatkan lahan yang
ada.
Image negatif yang dulu melekat pada kota Tembung dan sekitarnya yaitu daerah pelosok yang
orang-orangnya terbelakang dan katro kian memudar sejak dibangunnya bandara Kuala Namu yang
Bandar Setia merupakan salah satu dari 20 Desa yang ada di wilayah Kecamatan Percut Sei
Tuan,Desa Bandar Setia memiliki luas 3.50 Km2 yang terletak 4.00 Km 2 dari utara kota Kecamatan.
Desa Bandar Setia termasuk desa yang tidak teralalu luas karena Desa yang paling luas ialah Desa
Saentis yang memiliki luas 24.00 Km2 dan desa yang paling paling terkecil adalah Desa Kenangan
Baru yang hanya memiliki luas 0,72 Km2 .
Adapun batas wilayah yang ada perbatasan Desa Bandar Setia adalah :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pematang Lalang dan Saentis
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bandar Khalifah dan Percut
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pematang Lalang dan Bandar Khalifah
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sempali dan laut Dendang
Islam 85 %
Kristen Protestan 6 %
Kristen Katolik 4 %
Budha 3 %
Hindu 2 %
Kepala Desa Bandar Setia yaitu : Bapak Sugiato.
PERCUT SEI TUAN
A. Latar Belakang
Kecamatan Percut Sei Tuan, sesungguhnya merupakan dua daerah yang berada pada dua
Kekuasaan Kesultanan yaitu Sultan Serdang dan Sultan Deli. Wilayah Kesultanan Serdang yang saat
dibawah Kekuasaan Tuanku Sabjana berpusat di kampung kelambir. Daerah ini meliputi seperti
Bandar Setia, Kolam, Sungai Tuan dan Denai. Demikian hal dengan daerah Kesultanan Deli yang saat
dibawah kekuasaan Muhammad Dalikhan, daerah ini meliputi seperti Gunung Klaurus, Kota Bangun,
Seiring perkembangan waktu, adanya perubahan letak daerah antara kerajaan Serdang dan
Kerajaan Deli. Kerajaan Serdang dibawah pemerintahan Sultan Thaf Sinar Basarsyah meliputi daerah
seperti Sungai Tuan, Percut, Bedagai, Padang, Bandar Setia, Kolam, Sungai Lalang. Demikian hal
dengan Kerajaan Deli, kerajaan yang dibawah pemerintahan Sultan Panglima Mangedar Alam yang
Setelah Belanda menjajah Sumatra Timur pada tahun 1862, dibuatlah perjanjian antara Belanda
dengan Kerajaan Deli dan Kerajaan Serdang. Belanda merubah letak wilayah salah satu daerah
Kerajaan Deli dan Kerajaan Serdang. Wilayah Percut, Sungai Tuan dan Bandar Setia yang dahulunya
merupakan bagian dari kekuasaan Kesultanan Serdang di berikan ke Kesultanan Deli. Sebaliknya,
wilayah Denai yang dahulunya merupakan bagian dari kekuasaan Kesultanan Deli di berikan ke
Kesultanan Serdang. Perubahan letak daerah ini dilakukan Belanda, agar memudahkan pengusaha
Belanda mendapatkan izin pembukaan kebun Tembakau yang sedang berkembang di Deli pada masa
itu.
Kesultanan Deli dan Kesultanan Serdang menjadi sebuah kabupaten yang bernama Kabupaten Deli
Serdang. Selain itu, pemerintah juga membentuk kewedanan (kecamatan) di dalam Kabupaten Deli
Serdang yaitu salah satunya ialah kewedanan (kecamatan) Percut Sei Tuan.
Secara geografis Kecamatan Percut Sei Tuan berada di Kabupaten Deli Serdang dan batas
administratif wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan berbatasan dengan beberapa kecamatan yang ada
di Kota Medan dan berbatasan juga dengan Kecamatan Labuhan Deli dan Kecamatan Batang Kuis.
Adapun mengenai batas administrasi Kecamatan Percut Sei Tuan adalah sebagai berikut :
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Pantai Labu.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Medan dan Kecamatan Labuhan Deli.
Luas wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan adalah 190,79 Km 2 yang terdiri dari 18 desa, 2
Kelurahan, 230 dusun, dan 24 lingkungan dengan ibukota kecamatan adalah Desa Tembung. Desa
yang memiliki luas wilayah administratif terbesar adalah Desa Saentis memiliki luas 24,00 Km 2,
sedangkan wilayah dengan luas terkecil adalah Kelurahan Kenangan Baru yang memiliki luas 0,72
Km2.
Luas Wilayah dan Jarak Wilayah Ke Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2015
Jarak Ke
No Desa/Kelurahan Luas (Km2)
Kecamatan ( Km2)
1. Bandar Klippa 18.48 0.50
2. Sei Rotan 5.16 3.00
3. Laut Dendang 1.70 6.00
4. Amplas 3.10 5.00
5. Sampali 23.93 7.00
6. Cinta Damai 11.76 20.00
7. Pematang Lalang 20.10 22.00
8. Kolam 5.98 5.00
9. Bandar Khalipah 7.25 1.50
10. Tembung 5.35 0.30
11. Medan Estate 6.90 3.00
12. Saentis 24.00 15.00
13. Cinta Rakyat 1.48 16.00
14. Tanjung Selamat 16.32 16.00
15. Percut 10.63 20.00
16. Sambirejo Timur 4.16 2.50
17. Tanjung Rejo 19.00 18.00
18. Bandar Setia 3.50 4.00
19. Kenangan 1.27 6.00
20. Kenangan Baru 0.72 7.00
Jumlah 190,79 –
Jumlah
No Desa/Kelurahan RT RW
Dusun/Lingkungan
1 Bandar Klippa 20 97 20
2 Sei Rotan 13 69 20
3 Laut Dendang 9 20 15
4 Amplas 5 7 6
5 Sampali 25 140 70
6 Cinta Damai 5 28 14
7 Pematang Lalang 3 6 6
8 Kolam 13 20 3
9 Bandar Khalipah 17 58 23
10 Tembung 16 109 46
11 Medan Estate 12 24 12
12 Saentis 20 63 31
13 Cinta Rakyat 11 42 12
14 Tanjung Selamat 8 7 7
15 Percut 19 48 19
16 Sambirejo Timur 11 44 22
17 Tanjung Rejo 13 33 –
18 Bandar Setia 10 35 14
19 Kenangan 10 65 19
20 Kenangan Baru 14 75 19
Jumlah 254 980 40
Topografi lahan baik lahan sawah maupun darat rata rata datar dengan kemiringan kurang dari 5
% dan berjenis tanah alluvial, kondisi tanah di Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki bentuk wilayah
yang landai (dataran rendah) dengan ketinggian 0 – 20 meter diatas permukaan laut. Secara teknis
kondisi lahan tersebut dapat memberikan kemudahan bagi sektor Perdagangan dan Jasa
Kondisi iklim yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan adalah iklim tropis dan memiliki
musim hujan dan musim kemarau, cuaca suhu udara kecamatan Percut Sei Tuan pada umumnya
panas dan sedang. Sedangkan untuk curah hujan 2330 mm/thn dengan bulan kering kurang dari 3
bulan dan digolongkan Tipe D1 Oldeman, dan mengenai suhu udara adalah 27 oC hingga 33 oC dan
kelembaban udara 75 %-80 %.
Jumlah penyebaran penduduk dapat menunjukkan tingkat kepadatan penduduk yang ada di
Kecamatan Percut Sei Tuan. Kepadatan penduduk di Kecamatan Percut Sei Tuan dan berdasarkan
luas Desa.
Kepadatan
Jumlah Penduduk
No Desa/Kelurahan Luas (Km2) (Jiwa/Km2)
(Jiwa)
1. Bandar Klippa 18,48 36.764 0.50
2. Sei Rotan 5,16 26.354 3.00
3. Laut Dendang 1,70 15891 6.00
4. Amplas 3,10 8934 5.00
5. Sampali 23,93 29.219 7.00
6. Cinta Damai 11,76 5028 20.00
7. Pematang Lalang 20,10 1684 22.00
8. Kolam 5,98 15.326 5.00
9. Bandar Khalipah 7,25 40.724 1.50
10. Tembung 5,35 53.868 0.30
11. Medan Estate 6,90 16.264 3.00
12. Saentis 24,00 17.124 15.00
13. Cinta Rakyat 1,48 13.523 16.00
14. Tanjung Selamat 16,32 5600 16.00
15. Percut 10,63 14.168 20.00
16. Sambirejo Timur 4,16 26.245 2.50
17. Tanjung Rejo 19,00 9852 18.00
18. Bandar Setia 3,50 21.668 4.00
19 Kenangan 1,27 22.782 6.00
Kepadatan
2 Jumlah Penduduk
No Desa/Kelurahan Luas (Km ) (Jiwa/Km2)
(Jiwa)
20. Kenangan Baru 0,27 24.116 7.00
Jumlah 190,79 405.570 –
Struktur penduduk di Kecamatan Percut Sei Tuan menganut berbagai macam agama, diantaranya
terdapat pemeluk Agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu/Budha. Kecamatan Percut Sei Tuan
memiliki penduduk dengan mayoritas pemeluk Agama Islam dengan jumlah 349.184 jiwa.
Struktur Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2015
Fasilitas umum merupakan bentuk pelayanan masyarakat yang bertujuan untuk memberikan
kemudahan masyarakat dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari. Adapun fasilitas umum
yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan antara lain, sarana pendidikan, sarana kesehatan dan
sarana ibadah.
1. Sarana Pendidikan
Untuk menunjang kualitas sumber daya manusia, maka keberadaan fasilitas pendidikan
merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pengembangan pendidikannya. Selain itu,
ketersediaan informasi penyebaran fasilitas pendidikan dapat dijadikan sebagai dasar dalam menilai
sejauh mana tingkat kemajuan suatu daerah. Pendidikan merupakan sarana dalam usaha
mencerdaskan bangsa dan negara, menciptakan generasi muda dan sumber daya manusia yang siap
pakai dalam pembangunan bangsa pada masa yang akan datang. Berhasilnya suatu pembangunan
tidak terlepas dari tingkat pendidikan, dimana semakin maju tingkat pendidikan berarti akan
membawa dampak yang positif bagi masa depan dalam berbagai ilmu kehidupan.
Perkembangan pendidikan di Kecamatan Percut Sei Tuan memuat data SD, SLTP, SMU dan
setingkatnya, baik yang dikelola Dinas Pendidikan maupun di luarnya yang menyebar di seluruh
Kecamatan Percut Sei Tuan, sedangkan untuk Perguruan Tinggi/Akademi dikelola pihak swasta.
2. Sarana Kesehatan
3. Sarana Ibadah
Pembangunan dibidang keagamaan di Kecamatan Percut Sei Tuan selalu mendapatkan perhatian
baik dari Pemerintah maupun swasta. Jumlah fasilitas peribadatan di Kecamatan Percut Sei Tuan
dipengaruhi oleh jumlah penganut masing-masing agama.
Jumlah
Sarana Ibadah (Unit)
Masjid 175
Mushollah 166
Gereja 75
Kuil / Pura 1
Vihara 7
Sarana jalan merupakan salah satu faktor penentu percepatan pembangunan, kondisi jaringan jalan
yang baik dapat menjadi modal dalam memperlancar kegiatan perhubungan, ekonomi dan
transportasi. Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki jenis jaringan jalan yang dilalui oleh jaringan jalan
provinsi, jaringan jalan kabupaten, jalan dusun (lingkungan) dan jalan setapak (gang)
Sarana penghubung jalan yang memiliki peran penting adalah sarana jembatan penghubung yang
berfungsi menyatukan jaringan jalan yang terpisah oleh kondisi bentang alam seperti pada
umumnya aliran sungai, saluran drainase dan jaringan irigasi. Kecamatan Percut Sei Tuan terdapat
beberapa jenis sarana jembatan penghubung.
H. KEGIATAN PEREKONOMIAN
Faktor utama yang dapat mendukung penduduk dan memberdayakan masing-masing individu
untuk dapat bertempat tinggal di suatu wilayah adalah dari kegiatan perekonomiannya. Dengan
perkataan lain, keberadaan penduduk di suatu wilayah baik perkotaan maupun pedesaan
dimungkinkan dengan adanya pekerjaan dan tenaga kerja di wilayah yang bersangkutan. Dengan
demikian terdapat keterkaitan yang erat antara tingkat perekonomian dengan tingkat populasi di
suatu wilayah.
Kegiatan perekonomian yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan antara lain terdapat kegiatan
pertanian, industri, jasa dan perdagangan, perkoperasian, peternakan dan perikanan. Selanjutnya
akan dibahas mengenai kegiatan perekonomian yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan,
Kabupaten Deli Serdang.
- Kegiatan Pertanian
Kegiatan pertanian di Kecamatan Percut Sei Tuan didukung oleh tersedianya lahan pertanian dan
juga jaringan irigasi yang merupakan bagian dari aktifitas pertanian. Sektor pertanian memberikan
kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi masyarakat Kecamatan Percut Sei Tuan khususnya
yang bertani dan memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi daerah Kabupaten
Deli Serdang secara umum. Pertanian yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan terdiri atas
persawahan dan daratan kering.
- Kegiatan Perindustrian
Kecamatan Percut Sei Tuan terdapat sektor industri yang turut juga mendukung perekonomian
Kecamatan Percut Sei Tuan, adapun sektor industri yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan
terdiri dari industri besar, industri sedang dan industri kecil dan kerajinan RT. Kegiatan industri yang
dominan terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan adalah kerajinan rumah tangga dengan jumlah 246
industri kerjiinan RT. Untuk jumlah banyaknya industri besar dan sedang
- Kegiatan Peternakan
Dibidang peternakan, Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki produksi komoditi peternakan yang dapat
diandalkan terhadap ketersediaan bahan pangan Kecamatan Percut Sei Tuan serta menjadi salah
satu pensuplai bahan pangan terhadap Kota Medan.
Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi Daerah Otonom sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 22 tahun 1984 tentang Undang-Undang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 7 Darurat Tahun 1965. Hari jadi Kabupaten Deli Serdang ditetapkan tanggal
1 Juli 1946.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1984, ibukota Kabupaten Deli Serdang
dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam dengan lokasi perkantoran di Tanjung Garbus yang
diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara tanggal 23 Desember 1986.
Sesuai dengan dikeluarkan UU Nomor 36 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003, Kabupaten Deli
Serdang telah dimekarkan menjadi dua wilayah yakni Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten
Serdang Bedagai, secara administratif Pemerintah Kabupaten Deli Serdang kini terdiri atas 22
Kecamatan yang di dalamnya terdapat 14 Kelurahan dan 380 Desa.
Tercatat dalam sejarah Bupati pertama Kabupaten Deli Serdang Moenar S.Hamidjojo,
dilanjutkan Sampoerna Kolopaking, setelah itu Wan Oemaroeddin Barus ( 1 April 1951-1 April 1958 )
Abdullah Eteng ( 1 April 1958 – 11 Januari 1963 ) Abdul Kadir Kendal Keliat ( 11 Januari 1963 - 11
November 1970 ) H. Baharoeddin Siregar ( 11 Novermber 1970 – 17 April 1978 ) Abdul Muis Lubis
( 17 April 1978 – 3 Maret 1979 ) H. Tenteng Ginting ( 3 Maret 1979 – 3 Maret 1984 ) H. Wasiman ( 3
Maret 1984 – 3 Maret 1989 ) H. Ruslan Mansur ( 3 Maret 1989 – 1994 ) H. Maymaran NS ( 3 Maret
1994 – 3 Maret 1999 ) Drs. H. Abdul Hafid, MBA ( 3 Maret 1999 – 7 April 2004 ), tahun 2004
( Periode 2004 – 2009 dan Periode 2009-2014) di jabat oleh Drs. H. Amri Tambunan.
Seiring dengan gerak roda pembangunan yang terus melaju diciptakan motto bagi daerah
Deli Serdang yaitu : “ BHINNEKA PERKASA JAYA” yang tercantum di pita lambang Daerah Kabupaten
Deli Serdang, dalam pengertian “ Dengan masyarakatnya yang beraneka ragam suku, Agama, ras,
dan golongan bersatu dalam ke Bhinnekaan secara kekeluargaan dan gotong royong membangun
semangat kebersamaan, menggali dan mengembangkan potensi sumber daya alam dan sumber
daya manusianya sehingga menjadi kekuatan dan keperkasaan untuk mengantarkan masyarakat
kepada kesejahteraan, maju, mandiri dan jaya sepanjang masa
D. Penduduk
Penduduk Deli Serdang terdiri dari :
- Suku Melayu Deli 35,5 %
- Karo 25,5%
- Batak Simalungun 13%
- Batak Toba 8%
- Dan lainnya ( Jawa, Minang dan Tionghoa )
Agama yang dianut oleh masyarakat Deli Serdang berdasarkan Data Kependudukan 2018
adalah :
- Islam 78,16%
- Kristen 19,63%
- Protestan 16,81%
- Katolik 2,82%
- Budha 2,05%
- Hindu 0,47%
- Konghucu 0,01%
Medan
A. Sejarah
B. Letak Geografi
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah
Sumatra Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas
wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan
terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota
Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan
laut.
C. Batas Wilayah
Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebagai berikut:
Selata
Kabupaten Deli Serdang
n
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam
(SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karena secara geografis Medan didukung
oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun,
Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai, dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan
kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang
sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.
Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi
strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan
domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong
perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat
Kota Medan saat ini.
D. Agama
Selain multi etnis, kota Medan juga dikenal dengan kota yang beragam agama. Meskipun
demikian, warga kota Medan tetap menjaga perdamaian dan kerukunan meskipun berbeda
keyakinan. Berdasarkan data sensus Kota Medan tahun 2018 menunjukan bahwa mayoritas
penduduk menganut agama Islam 64,35%, kemudian Kristen
Protestan 20,99%, Buddha 8,27%, Katolik 5,11%, Hindu 1,04% dan Konghucu 0,06%.
Agama utama di Kota Medan berdasarkan etnis adalah:
Hindu, terutama dipeluk oleh orang Tamil atau suku India, dan Bali. Beberapa kuil atau pura
yang ada di Kota Medan ialah Pura Agung Raksa Buana di Polonia, Kuil Shri Mariamman, Kuil shri
muniswaren, dan Kuil Shri Mahasinggama Kaliamman Polonia.
E. Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Köppen, Medan memiliki iklim hutan hujan tropis dengan musim
kemarau yang tidak jelas. Medan memiliki bulan-bulan yang lebih basah dan kering, dengan bulan
terkering (Februari) rata-rata mengalami presipitasi sekitar sepertiga dari bulan terbasah (Oktober).
Suhu di kota ini rata-rata sekitar 27 derajat Celsius sepanjang tahun. Presipitasi tahunan di Medan
sekitar 2200 mm.
Sumatera Utara
A. Sejarah
Pada zaman pemerintahan Belanda, Sumatera Utara merupakan suatu pemerintahan yang
bernama Gouvernement van Sumatra dengan wilayah meliputi seluruh pulau Sumatera, dipimpin
oleh seorang Gubernur yang berkedudukan di kota Medan.
Setelah kemerdekaan, dalam sidang pertama Komite Nasional Daerah (KND), Provinsi Sumatera
kemudian dibagi menjadi tiga sub provinsi yaitu: Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera
Selatan. Provinsi Sumatera Utara sendiri merupakan penggabungan dari tiga daerah administratif
yang disebut keresidenan yaitu: Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur, dan Keresidenan
Tapanuli.
Dengan diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia (R.I.) No. 10 Tahun 1948 pada
tanggal 15 April 1948, ditetapkan bahwa Sumatera dibagi menjadi tiga provinsi yang masing-masing
berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu: Provinsi Sumatera Utara, Provinsi
Sumatera Tengah, dan Provinsi Sumatera Selatan. Tanggal 15 April 1948 selanjutnya ditetapkan
sebagai hari jadi Provinsi Sumatera Utara.
Pada awal tahun 1949, dilakukan kembali reorganisasi pemerintahan di Sumatera. Dengan
Keputusan Pemerintah Darurat R.I. Nomor 22/Pem/PDRI pada tanggal 17 Mei 1949, jabatan
Gubernur Sumatera Utara ditiadakan. Selanjutnya dengan Ketetapan Pemerintah Darurat R.I. pada
tanggal 17 Desember 1949, dibentuk Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur.
Kemudian, dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 5 Tahun 1950 pada tanggal
14 Agustus 1950, ketetapan tersebut dicabut dan dibentuk kembali Provinsi Sumatera Utara.
Dengan Undang-Undang R.I. No. 24 Tahun 1956 yang diundangkan pada tanggal 7 Desember
1956, dibentuk Daerah Otonom Provinsi Aceh, sehingga wilayah Provinsi Sumatera Utara sebahagian
menjadi wilayah Provinsi Aceh
B. Posisi Geografis
Secara Geografis Provinsi Sumatera Utara terleetak pada 1 0- 40 Lintang Utara dan 980- 1000 Bujur
Timur, dengan Luas Daratan 71.680 km2.
- Pesisir Timur
- Pegunungan Bukit Barisan
- Pesisir Barat
- Kepulauan Nias
Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena
persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur
juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya.
Di daerah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini ada beberapa
dataran tinggi yang merupakan kantong-kantong konsentrasi penduduk. Tetapi jumlah hunian
penduduk paling padat berada di daerah Timur provinsi ini. Daerah di sekitar Danau Toba dan
Pulau Samosir juga menjadi tempat tinggal penduduk yang menggantungkan hidupnya pada danau
ini.
Pesisir barat biasa dikenal sebagai daerah Tapanuli.
Sumatera Utara dibagi atas 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan
5.456 kelurahan/desa.
Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu
gerbang menuju objek wisata Brastagi yang berada di daerah dataran tinggi Karo, objek wisata
Orangutan di Bukit Lawang, Danau Toba, serta Pantai Cermin, yang dilengkapi dengan Waterboom
Theme Park. Kota Medan juga terkenal dengan kerukunan penduduknya yang multi etnik .
Dikota Medan inilah berada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara
yang bergabung pada Gedung Keuangan Negara terletak di Jalan P. Diponegoro No. 30 A yang
bersebelahan dengan Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Utara.
D. Prioritas Beragama
Islam merupakan agama terbesar di Sumatera Utara. Berdasarkan data Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, teradapat 10,12 juta jiwa
penduduk di provinsi dengan Ibu Kota Medan yang beragama Islam.
Jumlah tersebut porsinya mencapai 66,43% dari total penduduk di provinsi tersebut yang
mencapai 15,24 juta jiwa. Jadi dengan demikian mayoritas penduduk Sumatera Utara adalah
Muslim.
Terdapat pula 4,09 juta jiwa (26,8%) penduduk Sumatera Utara yang beragama Kristen.
Sebanyak 654,76 ribu jiwa (4,3%) memeluk agama Katolik, dan 355,45 ribu jiwa (2,33%)
beragama Buddha.
Kemudian, sebanyak 16,09 ribu jiwa (0,11%) penduduk Sumatera Utara memeluk agama Hindu,
terdapat 770 jiwa (0,01%) beragama Konghucu, serta sebanyak 5,08 ribu jiwa (0,03%) menganut
aliran kepercayaan.
Kota Medan dan Deli Serdang merupakan wilayah di Sumatera Utara dengan jumlah umat
muslim terbesar. Di kedua kota/kabupaten tersebut jumlah penduduk yang beragama Islam masing-
masing sebesar 1,75 juta jiwa dan 1,55 juta jiwa pada akhir tahun lalu.