Anda di halaman 1dari 2

Pengajaran berbadasarkan masalah menurut Trianto (2007: 67) merupakan

menyajikan pembelajaran kepada peserta didik dengan situasi masalah terdiri dari
menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Belajar berbasis masalah merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berlandasan pada
paradigma pembelajaran aliran konstruktivis, yang berorientasi pada proses belajar peserta
didik (student centered learning).
Menurut Dewey (dalam Trianto, 2007: 67) menyatakan pembelajaran berbasis
masalah merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan
memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah sedangkan sistem
syaraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman yang
diperoleh dari lingkungan oleh peserta didik akan dijadikan sebagai bahan dan materi guna
memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis
masalah merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan pemberian masalah kepada
peserta didik yang sesuai dengan konteks lingkungan kehidupan peserta didik sehingga
memberikan suatu pengalaman kepada peserta didik yang dapat digunakan sebagai bahan
atau materi untuk memperoleh pengertian, bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajar serta
untuk meningkatkan prestasi dari peserta didik secara optimal. Kemampuan belajar untuk
memecahkan masalah, menyajikan solusi dan memperbaiki solusi ketika diberikan informasi
tambahan menjadi tujuan pokok dalam pembelajaran berbasis masalah, ketika
permasalahan menjadi makna bagi peserta didik, maka kegiatan pembelajaran akan menjadi
milik dari peserta didik itu sendiri.1

A. Landasan Teoritik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Landasan teoritis untuk strategi pembelajaran berbasis masalah adalah teori


konstruktivisme, khususnya teori konstruktivisme sosial dari Vygotsky, terutama pada
konsep tentang ZPD, dan dipadu dengan konsep scaffolding dari Bruner, yang menekankan
pentingnya interaksi sosial untuk membantu siswa memperoleh tingkat pemahaman yang
lebih tinggi.
Menurut Vygotsky, siswa mempunyai dua tingkat perkembangan, yaitu tingkat
perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual
didefinisikan sebagai pemfungsian intelektual individu saat ini dan kemampuan untuk
belajar sesuatu yang khusus atas kemampuannya sendiri. Tingkat perkembangan potensial
didefinisikan sebagai tingkat seseorang individu dapat memfungsikan atau mencapai tingkat
itu dengan bantuan orang lain, seperti guru, orang tua, atau teman sejawat yang
kemampuannya lebih tinggi.
Teori tentang ZPD dari Vygotsky ini bermakna bahwa pembelajaran terjadi melalui
interaksi sosial dengan bantuan guru atau teman sejawat. Melalui tantangan dan bantuan
dari guru atau dari teman yang lebih mampu, siswa bergerak ke dalam ZPD mereka dimana
pembelajaran terjadi. Pengembangan dari konsep ZPD Vygotsky ini adalah konsep
scaffolding dari Bruner. Dengan teorinya tentang belajar penemuan, Bruner menekannya

1
Putu Beny Pradnyana. 2021. PEMBELAJARAN BEBASIS MASALAH DAPAT MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
IPA KELAS IV BELAJAR DAN PRESTASI SEKOLAH DASAR. Bali: Surya Dewata, h. 13-15
pentingnya membantu siswa memahami struktur dan ide kunci dari suatu disiplin ilmu,
perlunya siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, dan perlunya suatu
keyakinan bahwa pembelajaran dapat terjadi melalui penemuan pribadi. Scaffolding dapat
diartikan sebagai suatu proses di mana seorang siswa dibantu menuntaskan masalah
tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan (scaffolding) dari seorang
guru, atau orang lain yang lebih mampu (Ibrahim dan Nur, 2000).
Dari uraian tentang konsep ZPD dan scaffolding tersebut di atas, jelaslah bahwa
dasar teoritik dari model pembelajaran berbasis masalah adalah teori konstruktivisme,
khususnya teori konstruktivisme sosial dari Vygotsky, terutama pada konsep tentang ZPD,
dan dipadu dengan konsep scaffolding dari Bruner, yang menekankan pentingnya interaksi
sosial untuk membantu siswa memperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Belajar ”
melampaui batas dan melompat” dengan bantuan teman dan guru, adalah konsep ZPD dan
scaffolding.

Anda mungkin juga menyukai