Anda di halaman 1dari 8

Mata Kuliah : Manajemen Mutu & Keselamatan

TUGAS INDIVIDU

RANCANGAN ASESMEN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN


DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DADI PROVINSI SULAWESI SELATAN

NUR CHAIRUL
R012211008

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
RANCANGAN ASESMEN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN

Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan sebenarnya bukanlah hal yang baru.
Pada tahun (1820-1910) Florence Nightingale menekankan pada aspek-aspek keperawatan
pada peningkatan mutu pelayanan. Salah satunya ajarannya yang terkenal sampai sekarang
adalah “hospital should do the patient no harm”. Rumah sakit jangan sampai merugikan atau
mencelakakan pasien. Di Indonesia langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang
telah dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu
penetapan kelas Rumah Sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.033/Birhup/1972. Secara umum telah ditetapkan berbagai kriteria untuk tiap kelas Rumah
Sakit A,B,C dan D. Kriteria ini kemudian berkembang menjadi standar-standar. Kemudian
dari tahun ke tahun disusun berbagai standar baik yang menyangkut pelayanan, ketenagaan,
saran dan prasarana untuk masing-masing kelas Rumah Sakit.
Rumah Sakit perlu menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat terhadap peningkatan
pelayanan secara bertahap melalui upaya program peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Minimal Pelayanan Rumah Sakit yang menyebutkan
bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan pada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Menurut Commission on Patient Safety & Quality Assurance keselamatan pasien dan
kualitas pasien adalah jantung dari penyampaian layanan kesehatan. Untuk setiap pasien,
yang di rawat, anggota keluarga dan profesional kesehatan, keselamatan sangat penting untuk
penegakan diagnosa, tindakan kesehatan dan perawatan. Dokter, perawat dan semua orang
yang bekerja di sistem kesehatan berkomitmen untuk merawat, membantu, menghibur dan
merawat pasien dan memiliki keunggulan dalam penyediaan layanan kesehatan untuk semua
orang yang membutuhkannya (Tutiany et al., 2017). Perencanaan strategis adalah proses
sistematis dimana organisasi sepakat membangun komitmen diantara para pemangku
kepentingan untuk mewujudkan misi-misi organisasi dan bertanggungjawab terhadap
lingkungan organisasi. Perencanaan adalah suatu fungsi manajemen yang terpenting karena
berbagai fungsi manajemen lainnya baru dapat berperan apabila perencanaan selesai
dilakukan dan semua harus berpedoman pada perencanaan (Haryoso & Ayuningtyas, 2019).
Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan melalui penyelenggaraan
tata kelola mutu yang baik merupakan kewajiban rumah sakit. Untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan rumah sakit atas terselenggaranya tata kelola mutu, perlu dibentuk suatu unit
organisasi internal rumah sakit yang berfungsi mengoordinasikan penerapan mutu dari setiap
tata kelola pelayanan yang dilakukan oleh unit organisasi lainnya di rumah sakit (Permenkes,
2020). Setiap tahun rumah sakit harus memilih fokus perbaikan, proses dan hasil praktik
klinis dan manajemen mengacu pada misi rumah sakit, kebutuhan pasien dan jenis pelayanan.
Pemilihan ini didasarkan pada proses yang berimplikasi high risk, high volume atau
cenderung menimbulkan masalah. Fokus perbaikan praktik klinis melibatkan komite medis
dan kelompok staf medis terkait (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2019).
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi
pengenalan risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan
risiko. Tim KPRS mengembangkan program kesalamatan pasien sesuai dengan kekhususan
rumah sakit serta menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait dengan kesalamatan pasien
(Asyiah, 2020).
Penyelenggaraan keselamatan pasien sebelumnya dimulai dengan perencanaan yaitu
pembentukan sistem pelayanan yang menerapkan standar keselamatan pasien, sasaran
keselamatan pasien dan tujuh langkah menuju keselamatan pasien. Salah satu unit yang
berhubungan dengan pelayanan keperawatan adalah unit PHCU, berdasarkan hasil
identifikasi prioritas pelayanan di RSKD Dadi khususnya di unit PHCU melalui hasil
wawancara dan sesuai dengan hasil pelaporan indikator mutu nasional dan indikator
pelayanan minimal didapatkan beberapa masalah yang menjadi prioritas dan memerlukan
peningkatan yaitu:
a. Emergency psychiatric respon time di unit PHCU
b. Tindakan pasien yang direstrain
c. Kejadian cedera akibat restrain
d. Tidak adanya pasien yang dirawat di unit PHCU > 10 hari
e. Pemberi pelayanan kegawatdaruratan tidak bersertifikat kegawatdaruratan psikiatrik
Siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA) merupakan salah satu sistem manajemen yang
banyak digunakan dalam sistem manajemen kualitas, khususnya dalam meningkatkan
mutu/kualitas dari suatu pelayanan kesehatan. Siklus PDCA digunakan dalam proses
pencarian dan pemecahan masalah. Diharapkan PDCA dapat memberikan
perbaikan/peningkatan dalam pelayanan kesehatan secara terus menerus terutama pada
perbaikan indikator mutu di rumah sakit (Fauza & Kautsar, 2018). Adapun rencana
peningkatan mutu rumah sakit berdasarkan prioritas pada unit PHCU adalah:
1. Emergency psychiatric respon time di unit PHCU
Plan:
Meningkatkan respon time berdasarkan prioritas melalui interview singkat terhadap
pasien/pendamping dan observasi.
Analisa:
Kepatuhan PPA dalam menentukan skala prioritas dalam penerimaan pasien masih
rendah lebih cenderung dalam memberikan tindakan berdasarkan urutan kedatangan
pasien ke unit PHCU.
Do:
a. Menyusun pedoman skoring triase berdasarkan prioritas dan sosialisasi SPO
b. Supervisi atau evaluasi
c. Pelatihan kegawatdaruratan psikiatrik
Study:
Analisis ketidakpatuhan dalam menentukan skala prioritas pada triase:
a. Pedoman skoring yang belum pernah disosialisasikan
b. Penanganan pasien kegawatdaruratan psikiatrik mengikuti cara-cara yang lama
Action:
Merencanakan FGD tentang kegawatdaruratan psikiatrik dari narasumber yang
bersertifikat

2. Tindakan pasien yang direstrain


Plan:
Meningkatkan kepatuhan PPA dalam menerapkan SPO restrain
Analisa:
Kepatuhan PPA dalam menerapkan SPO restrain dan intervensi terhadap pasien gaduh
gelisah masih sangat rendah, sehingga angka pasien yang di restrain masih sangat tinggi
Do:
a. Sosialisasi kembali SPO restrain dan pelepasan restrain
b. Sosialisasi tentang intervensi safeward
c. Supervisi
Study:
Analisis ketidakpatuhan dalam penerapan SPO restrain dan pelepasan restrain:
a. Supervisi dan sosialisasi terkait SPO tidak pernah dilakukan
b. Melakukan restrain dalam waktu yang lama/selama 24 jam merupakan hal yang
wajar
Action:
Merencanakan sosialisasi kembali terkait dengan SPO dan memperkenalkan intervesi
safeward

3. Kejadian cedera akibat restrain


Plan:
Meningkatkan kepatuhan PPA dalam menerapkan SPO restrain
Analisa:
Kepatuhan PPA dalam menerapkan SPO restrain, pelepasan restrain dan pengisian form
observasi restrain masih sangat rendah, sehingga mengakibatkan cedera akibat restrain
masih sangat tinggi
Do:
a. Sosialisasi kembali SPO restrain dan pelepasan restrain
b. Sosialisasi tentang intervensi safeward
c. Supervisi
Study:
Analisis ketidakpatuhan dalam penerapan SPO restrain dan pelepasan restrain:
d. Supervisi dan sosialisasi terkait SPO tidak pernah dilakukan
e. Melakukan restrain dalam waktu yang lama/selama 24 jam merupakan hal yang
wajar
Action:
Merencanakan sosialisasi kembali terkait dengan SPO dan memperkenalkan intervensi
safeward

4. Tidak adanya pasien yang dirawat di unit PHCU > 10 hari


Plan:
Tidak adanya pasien yang dirawat di unit PHCU > 10 hari
Analisa:
Kepatuhan PPA dalam memberikan intervensi masih sangat kurang dimana perawat
tidak pernah melakukan komunikasi terhadap pasien yang dalam keadaan gaduh gelisah
dan tidak pernah menawarkan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh pasien
Do:
a. Penerapan intervensi safeward
b. Supervisi atau evaluasi
Study:
Analisis adanya pasien yang dirawat di unit PHCU > 10 hari:
a. Komunikasi perawat yang kurang terhadap pasien dimana hanya dilakukan saat
pemberian makan dan obat
b. PPA menganggap pasien yang gaduh gelisah merupakan hal yang wajar sehingga
tidak ada usaha memberikan intervensi keperawatan mandiri dan hanya tergantung
pada tindakan kolaboratif saja

5. Pemberi pelayanan kegawatdaruratan tidak bersertifikat kegawatdaruratan


psikiatrik
Plan:
Seluruh PPA yang bertugas di unit PHCU harus bersertifikat kegawatdaruratan
psikiatrik
Analisa:
Sertifikat merupakan jaminan bahwa kita kompeten dalam bidang tertentu. Hampir
seluruh staf rumah sakit yang bertugas di unit PHCU tidak pernah diberikan pelatihan
terkait dengan kegawatdaruratan psikiatrik
Do:
a. Pelatihan kegawatdaruratan psikiatrik
Study:
Pelatihan kegawatdaruratan psikiatrik merupakan hal yang penting dalam menangani
seorang pasien dalam keadaan gaduh gelisah
Action:
Merencanakan FGD tentang kegawatdaruratan psikiatrik dari narasumber yang
bersertifikat

Safewards adalah program yang mendorong staf dan klien, termasuk satpam,
keluarga, dan orang-orang pendukung untuk berkerja bersama membuat bangsal atau unit
rawat inap yang lebih aman dan nyaman bagi semua orang. Lebih aman berarti tempat
yang lebih tenang dan positif (Bowers et al., 2014). Mengatasi permasalahan dapat
dilakukan dengan pendekatan metode Kaizen. Kaizen berarti perubahan menjadi lebih baik
artinya upaya perbaikan yang sangat berfokus pada proses yang spesifik untuk
menghasilkan perubahan dengan cepat dan berdampak positif. Dalam aplikasinya di
pelayanan rumah sakit dapat dilakukan dengan cara pengaplikasian kaizen board di setiap
unit, dimana pada kaizen board ini setiap individu pemberi pelayanan diberikan
kesempatan untuk memberikan ide-ide terbaiknya terkait perbaikan dan inovasi dalam
pemberian layanan yang lebih baik diunitnya.
DAFTAR PUSTAKA

Asyiah, N. (2020). Keselamatan Pasien Sebagai Prioritas Utama Dalam Meningkatkan


Pelayanan Rumah Sakit. Jurnal. http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/aer5v
Bowers, L., Alexander, J., Bilgin, H., Botha, M., Dack, C., James, K., Jarrett, M., Jeffery, D.,
Nijman, H., Owiti, J. A., Papadopoulos, C., Ross, J., Wright, S., & Stewart, D. (2014).
Safewards: The empirical basis of the model and a critical appraisal. Journal of
Psychiatric and Mental Health Nursing, 21(4), 354–364.
https://doi.org/10.1111/jpm.12085
Fauza, Q., & Kautsar, A. P. (2018). Review Artikel: Plan-Do-Check-Act (PDCA) Dalam
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Encyclopedia of
Production and Manufacturing Management, 16.
Haryoso, A. A., & Ayuningtyas, D. (2019). Strategi Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien di RSUD Kepulauan Seribu tahun 2019-2023. Jurnal Administrasi Rumah Sakit
Indonesia, 5(2), 115–127.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2019). Instrumen Survei Standar Nasional Akreditasi
Rumah Sakit (Edisi 1.1).
Permenkes. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2020
Tentang Komite Mutu Rumah Sakit.
Tutiany, Lindawati, & Krisanti, P. (2017). Buku Ajar Keperawatan Manajemen Keselmatan
Pasien. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai