Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


PUSKESMAS BIRA
31 JANUARI -19 FEBRUARI 2022

DISUSUN OLEH :

ANASTASIA WIDYA EKA PUTRI (F19003)


ANGEL AUREILA SINA (F19028)
LENI BANAA (F19021)
ORSEOLA FLORENTIA KOTEN (F19037)
NURSANTI (F19051)
YIN TAUFAN (F19053)

POLITEKNIK SANDI KARSA MAKASSAR


JURUSAN FARMASI
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PUSKESMAS BIRA
31 JANUARI- 19 FEBRUARI 2021

Disusun Oleh :

ANASTASIA WIDYA EKA PUTRI (F19003)


ANGEL AUREILA SINA (F19028)
LENI BANAA (F19021)
ORSEOLA FLORENTIA KOTEN (F19037)
NURSANTI (F19051)
YIN TAUFAN (F19053)

Telah disetujui
Pada :
Oleh
Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan
Puskesmas Bira

MUH. FARID HASYIM S.Si.,M.Si. Apt NURFADHILAH IDRIS, S.Farm.,M.Si


NIP: 2014108505291047 NIP :19890914 201903 2 007
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan
di Puskesmas Bira Makassar tepat pada waktunya. Laporan PKL ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program kuliah semester 6
politeknik Farmasi Sandi Karsa Makassar.

Penyusun menyadari bahwa laporan Praktek kerja lapangan (PKL) Ini masih
terdapat banyak kekurangan walaupun demikian usaha maksimal telah kami lakukan
untuk menghasilkan laporan yang lengkap dan akurat dengan harapan dapat menjadi
tambahan bacaan bagi rekan-rekan mahasiswa mengenai kegiatan kefarmasian di
gudang farmasi dan menjadi masukan gudang farmasi dalam peningkatan pelayanan
kepada masyarakat. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan dalam penyempurnaan laporan ini.

Melalui kesempatan ini segala kerendahan hati penyusun mengucapkan ucapan


terimakasih kepada:

1. Bapak dr Wahyudi Hardi, M.Kes sebagai Ketua Yayasan politehnik Sandi Karsa
Makassar.
2. Ibu Lintje Tulu, M.Kes sebagai direktur Politeknik Sandi Karsa Makassar atas
arahan dan bimbingan selama penyelesaian laporan ini.
3. Bapak Muh. Farid Hasyim,S.Si.,M.Si sebagai pembimbing institusi yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing dan
mengarahkan kami dalam penyusunan laporan ini.
4. drg.Andi Anwar Zainuddin,S.KG.,M.Kes sebagai Kepala Puskesmas Bira yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan prakek kerja lapangan(PKL) selama 3
minggu.
5. Ibu Nurfadhilah Idris, S.Farm.Apt sebagai Apoteker Penanggung jawab Ruang
Farmasi Puskesmas Bira dan juga kepada ibu Fia Tuti Mulyani ,S.Farm, dan kak
Muh.Jafar, Amd.Farm yang dengan ketekunan dan kesabaran membimbing dan
mengarahkan kami selama melaksanakan PKL serta membantu dalam memberikan
data informasi dalam penyusunan laporan ini.
6. Seluruh staf dari Puskesmas Bira.
7. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak
langsung sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Semoga laporan ini dapat diterima oleh semua pihak dan bermanfaat serta
menambah wawasan dan pemikiran yang akan datang, serta tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu sehingga tersusunnya
laporan ini

Makassar, Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...........................................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. LATAR BELAKANG..............................................................................
B. TUJUAN KEGIATAN MANFAAT PKL..................................................
BAB II TINJAUAN UMUM......................................................................................
A. TINJAUAN UMUM PUSKESMAS.........................................................
B. TINJAUAN TENTANG STANDAR PELAYANAN ................................
KEFARMASIAN DI PUSKESMAS...........................................................
BAB III TINJAUAN UMUM PUSKESMAS BIRA...................................................
A. SEJARAH...............................................................................................
B. TUGAS DAN FUNGSI PUSKESMAS BIRA..........................................
C. PROSES PELAYANAN DAN STRUKTUR ORGANISASI………………..
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................
BAB V PENUTUP...................................................................................................
A. KESIMPULAN........................................................................................
B. SARAN...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hal yang mendasar bagi setiap manusia untuk


mewujudkan potensi maksimalnya. Kesehatan tidak tergantikan bagi kehidupan
manusia sehingga diakui sebagai Hak Asasi Manusia (Amraeni Yunita, 2021)

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan


meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat (PERMENKES No.74 Tahun 2016)

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas pelayanan


kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif) pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitative), yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. (PERMENKES No.74 Tahun
2016)

Pelayanan Kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung


profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Pelayanan kefarmasian (farmacetical care) juga suatu bentuk pelayanan
langsung seorang apoteker kepada konsumen obat (pasien) dalam menetapkan,
menerapkan dan memantau pemanfaatan obat agar menghasilkan therapeutic
outcome yang spesifik antara lain tepat pasien, tepat dosis, tepat khasiat.

Pelayanan farmasi juga harus berorientase kepada pelayanan pasien, penyediaan


obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik ya ng terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat. Hal ini yang mendorong pelayanan farmasi rumah sakit untuk
senantiasa meningkatkan mutu pelayanan dalam rangka mencapai kepuasan
pasien

(Handayany Nastity Gemy,2020).


Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan
yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus
didukung oleh sumber daya manusia dan sarana dan prasarana (PERMENKES
No.74 Tahun 2016)

Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan dasar yang ada di Puskesmas


dilakukan sejalan dengan perkembangan kebijakan yang ada pada berbagai
sektor. Adanya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi diikuti pula dengan
menguatnya kewenangan daerah dalam membuat berbagai kebijakan. Selama
ini penerapan dan pelaksanaan upaya kesehatan dalam kebijakan dasar
Puskesmas yang sudah
ada sangat beragam antara daerah satu dengan daerah lainnya, namun secara
keseluruhan belum menunjukkan hasil yang optimal (PERMENKES No.74 Tahun
2016)

B. Tujuan dan Manfaat PKL


1. Tujuan
Penyelenggaraan praktik kerja lapangan bertujuan untuk :
a. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional (dengan
tingkat pengetahuan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntunan lapangan
kerja
b. Memperkokoh kebijakan departemen pendidikan dan kebudayaan Republik
Indonesia antara sekolah dan instansi dunia kerja
2. Manfaat
a. Menambah pengalaman mahasiswa dalam dunia perkuliahan maupun dunia
kerja.
b. Menerapkan materi yang di dapatkan dari perkuliahan
c. Menambah ilmu yang belum didapat dalam perkuliahan.

BAB II

TINJAUAN UMUM

A.TINJAUN UMUM PUSKESMAS

1. Defenisi Puskesmas secara Umum

Puskesmas adalah suatu kwsatuan organisasi Kesehatan yang langsung


memberikan pelayanan kesehaan secara menyeluruh dan terinegrasi kepada
masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha Kesehatan pokok.

Pelayann upaya Kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan


pelayanan ksehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu yaitu pelayanan
Kesehatan yang ditujukan kepada semua golongan umur dan meliputi pelayanan
promotif,kuratif,dan rehabilitatif melalui berbagai jenis kegiatan pokok puskesmas
yang dilakukan di bawah satu koordinasi pimpinan dalam satu wadah
organisasi.puskesmas dalam mencapai cakupan pelayanan yang merata maka
ia ditunjang oleh puskesmas keliling,puskesmas pebantu,BKIA,rumah bersalin,
poliklinik-poliklinik, dokter swasta serta kegiatan kader Kesehatan yang secara
teknis berada di bawah pengawasan dan pengaturan puskesmas(Ratih
Anggeraeni.2019).

2. Peran Puskesmas
Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi
pelaksana teknis di tuntuk memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh
kedepan untuk meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan.peran trsebut di
tujukan dalam bentuk keikutsertaan dalam menntukan kebijakan daerah melalui
system perencanaan yang matang dan realistis tata laksana kegiatan yang
tersusun rapi,serta system evaluasi dan pemantauan yang akurat.pada masa
mendatang puskesmas juga di tuntut berperan dalam pemanfaatan teknologi
informasi terkait upaya peningkatan pelayanan Kesehatan secara komprehensif
dan terpadu.

3. Fungsi Puskesmas
a. Merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat dalam wilayah
kerjanya.
b. Melakukan pembinaan terhadap peran serta masyarakat di wilayah
kerjanya dalam rangka menolong dirinya sendiri
c. Memberikan pelayanan Kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada kepda masyarakat di wilayah kerjanya.

Puskesmas dalam melaksanakan fungsinya makai a melakukan


berbaga kegiatan yang meliputi:

a) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan


kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.
b) Memberikan petunjuk kepada masyarakat bagaimana menggalih dan
menggunakan sarana yang ada secara efektif dan efesien.
c) Memberikan bantuan-bantuan yang bersifat bimbingan teknis, materi
dan rujukan medis Kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan
bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
d) Memberikan pelayanan Kesehatan langsung kepada masyarakat
e) Bekerja sama dengan sector-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program puskesmas,pelayanan yang di berikan oleh
puskesmas meliputi 2 aspek yaitu pelayanan Kesehatan masyarakat
dan juga pelayanan yan bersifat medik atau kuratif
4. Fasilitas penunjang

Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh Puskesmas


membutuhkan fasilitas fasilitas penunjang sebagai berikut
a. Bidan desa
Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatannya
ditempatkan seorang bidan yang bertempat tinggal di daerah tersebut dan
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas Wilayah kerja bidan
desa adalah 1 desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3000 jiwa tugas
utama bidan desa adalah membina peran serta masyarakat melalui
pembinaan Posyandu dan pembinaan kelompok dasawisma disamping
memberikan pelayanan langsung di Posyandu dan pertolongan persalinan di
rumah penduduk selain itu juga menerima rujukan masalah kesehatan
anggota keluarga dasawisma untuk diberi pelayanan seperlunya atau dirujuk
lebih lanjut ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
mampu dan terjangkau secara rasional (Efendi, 2009).

b. Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pembantu yang lebih sering dikenal sebagai pusat atau
pusban adalah unit pelayanan kesehatan sederhana dan berfungsi untuk
menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil pada akhir Pelita IV
di wilayah kerja puskesmas pembantu diperkirakan meliputi dua hingga tiga
desa dengan sasaran penduduk antara 2500 jiwa di luar jawa-bali hingga
10000 jiwa di perkotaan jawa-bali Puskesmas Pembantu merupakan bagian
integral dan Puskesmas atau setiap Puskesmas memiliki beberapa
Puskesmas Pembantu di dalam wilayah kerjanya namun Adakalanya
Puskesmas tidak memiliki Puskesmas Pembantu khususnya di daerah
perkotaan.(Efendi, 2009)
c. Puskesmas keliling
Puskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang
dilengkapi dengan kendaraan bermotor pada empat atau perahu bermotor
dan peralatan kesehatan peralatan komunikasi serta sejumlah Tenaga dari
Puskesmas.
Puskesmas keliling berfungsi menunjang dan membantu
melaksanakan kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang
belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan kegiatan Puskesmas keliling
adalah sebagai berikut:
a) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil
atau daerah yang tidak atau sulit dijangkau oleh pelayanan Puskesmas
atau Puskesmas Pembantu dengan frekuensi 4 kali dalam seminggu atau
disesuaikan dengan kondisi geografis setiap Puskesmas
b) Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa
c) Dapat dipergunakan sebagai alat transportasi pasien rujuk bagi kasus
darurat
d) Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audio
visual. (Efendi,2009)

B.TINJAUAN TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

Tujuan pengaturan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas :


1. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga ke farmasian
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety)
Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi :

1. Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai

Pengolahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan


salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan, dan pelaporan serta Pemantauan dan evaluasi.Tujuannya adalah
untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai yang efisien, efektif, dan rasional, meningkatkan
kompetensi atau kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi
manajemen dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf a meliputi :

a) Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola
konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
1) Perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang
mendekati kebutuhan
2) Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
3) Meningkatkan efisiensi penggunaan obat
4) Proses perencanaan kebutuhan sediaan farmasi pertahun dilakukan secara
berjenjang(botton up).
Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan
menggunakan laporan pemakaian dan lembar permintaan obat( LPLPO).
Selanjutnya instalasi Farmasi kabupaten atau kota akan melakukan kompilasi
dan analisis terhadap kebutuhan sediaan farmasi Puskesmas di wilayah
kerjanya menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan
waktu kekosongan obat,bufferstoc, serta menghindari stok berlebih.
Ada tiga metode yang biasa di gunakan di puskesmas yaitu metode
konsumsi dan metode epimodologi dan metode campuran tetapi yang yang
digunakan di puskesmas bira adalah metode konsumsi.
Metode konsumsi yaitu meenganalisis data komsumsi obat tahun sebelum
nya dimana hal yang harus di perhatikan adalah pengumpulan data dan
pengolahan data, analisis data untuk informasi dan evaluasi, dan perhitungan
perkiraan kebutuhan obat

b) Pengadaan

Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan


Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Tujuan permintaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah
memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di
Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat
permintaan diajukan kepada dinas kesehatan kabupaten atau kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah
daerah setempat.

c) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.

Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dari
instalasi Farmasi kabupaten atau kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara
mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.Tujuannya adalah agar
sediaan farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas dan memenuhi persyaratan
keamanan khasiat dan mutu.
Tenaga kefarmasian dalam kegiatan pengolahan pertanggungjawaban atas
ketertiban penyimpanan pemindahan pemeliharaan dan penggunaan obat dan
bahan medis habis pakai berikut kelengkapan catatan menyertainya.

Tenaga kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap sediaan farmasi


dan bahan medis habis pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan atau
peti, jenis dan jumlah sediaan farmasi, bentuk sediaan farmasi sesuai dengan isi
dokumen LPLPO, ditandatangani oleh tenaga kefarmasian, dan diketahui oleh
Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka tenaga kefarmasian dapat
mengajukan keberatan.

d) Penyimpanan

a) Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat,
nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.

b) Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai


sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.

c) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan


barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi

d) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan


dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis. .

e) Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out)

e) Pemusnahan dan penarika


a) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh


Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat
izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.

b) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

c) Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d) Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan


peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan
perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi
sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
laporan kepada Kepala BPOM.

e) . Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan


terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

f) Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah


persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan
atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan.

Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik


dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya
memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan.

g) Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal


merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek,
meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi
pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.
Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan pelaporan akan diatur lebih lanjut
oleh Direktur Jenderal (PERMENKES NO 73.2017)

2.Pelayanan farmasi klinik

Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari


Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:

1. pengkajian dan pelayanan Resep;

2. dispensing;

3. Pelayanan Informasi Obat (PIO);

4. konseling;

5. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);

6. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan

7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

a. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian


farmasetik dan pertimbangan klinis.

Kajian administratif meliputi:

1. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;


2. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon
paraf

3. tanggal penulisan Resep.

Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:

1. bentuk dan kekuatan sediaan;

2. stabilitas; dan

3. kompatibilitas (ketercampuran Obat).

Pertimbangan klinis meliputi:

1. ketepatan indikasi dan dosis Obat;

2. aturan, cara dan lama penggunaan Obat;

3. duplikasi dan/atau polifarmasi;

4. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat


manifestasi klinis lain);

5. kontra indikasi; dan

6. interaksi.

Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka


Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep.
Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan
upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication
error).
Petunjuk teknis mengenai pengkajian dan pelayanan Resep akan
diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.

b. Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi


Obat.

Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:

1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:

a) menghitung ke butuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep;

b) mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan

c) memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan


fisik Obat.

2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan

3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:

a) . warna putih untuk Obat dalam/oral;

b) warna biru untuk Obat luar dan suntik;

c) . menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi


atau emulsi.

4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk


Obat yang berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari
penggunaan yang salah.

c.Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh


Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,
stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan Informasi


Obat :
a) Topik Pertanyaan;

b) Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan;

c) Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon);

d) Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti
riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui, data laboratorium

e) Uraian pertanyaan;

f) Jawaban pertanyaan;

g) Referensi;Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon) dan data


Apoteker yang memberikan Pelayanan Informasi Obat.

d. Konseling

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan


pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,
Apoteker menggunakan three prime questions.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau
ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,
AIDS, epilepsi

3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan


kortikosteroid dengan tappering down/off).

4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,


fenitoin, teofilin).

5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk


indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk
pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang diketahui dapat
disembuhkan dengan satu jenis Obat.

e.Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)

Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan


Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh
Apoteker, meliputi :
1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan
pengobatan
2. Identifikasi kepatuhan pasien
3. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah,
misalnya cara pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin
4. . Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum
5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan Obat
berdasarkan catatan pengobatan pasien
6. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah dengan
menggunakan Formulir 8 sebagaimana terlampir
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping.

Kriteria pasien:
1) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

2) Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.

3) Adanya multidiagnosis.

4) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

5) Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.

6) Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang


merugikan.

g.Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis.
Kegiatan:

1) Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami


efek samping Obat.

2) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

3) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional dengan


menggunakan Formulir 10 sebagaimana terlampir
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kerjasama dengan tim kesehatan lain.

2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

(PERMENKES NOMOR 74 TAHUN 2016

BAB III
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS BIRA
A.SEJARAH

Puskesmas Bira dibangun pada tahun 1991 oleh Pemerintah Kota Makassar.
Puskesmas ini memiliki tanah seluas 945 m 2 serta mempunyai daya listrik 5.500
watt.
Pus kesmas Bira merupakan salah satu pusatpelayanan kesehatan masyarakat
di kecamatan Tamalanrea, yang beralamat di Jl. Prof.DR.Ir.Sutami No.32. Selain
memiliki fasilitas layanan standar Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014,
Puskesmas Bira juga memiliki Poliklinik Umum, Poliklinik Gigi dan Mulut. Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, pelayanan Laboratorium dan
Pelayanan Obat (Apotek). Puskesmas Bira dilengkapi dengan 1 unit mobil
ambulance, 1 unit mobil Dottorota, 3 Sepeda Motor.Rata–rata kunjungan ke
Puskesmas Bira sekitar ± 75 orang perhari, dengan jadwal pelayanan pukul 08.00
sampai dengan 14.00 WIB.
 Data Demografi

Puskesmas Bira terletak di kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea dengan


perbatasan wilayah:
Sebelah utara :Berbatasan dengan Kelurahan Bulurokeng
Sebelah selatan :Berbatasan dengan Kelurahan Tallo
Sebelah Barat :Berbatasan dengan Selat Makassar
sebelah Timur :Berbatasan dengan Kelurahan Kapasa
Luas Wilayah :±Ha , terdiri dari 2 Kelurahan yaitu
Kelurahan Bira : 878 Ha
KelurahanParangloe : 581 Ha

Tabel 1 : Data jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Bira Tahun 2021

Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk


Jumlah Penduduk
Kelurahan Laki-Laki Perempuan

2020 2020 2020

Kel. Bira 5.761 6.032 11.793

Kel. Parangloe 3.372 3.436 6.808

Jumlah 9.133 9.468 18.601

Tabel 2 : Data Jumlah Kepala Keluarga di wilayah kerja Puskesmas Bira Tahun
2020

Jumlah Kepala Keluarga ( KK )


Kelurahan
Tahun 2020

Kel. Bira 2.358

Kel. Parangloe 1.495

Jumlah 3.853
Tabel 3. Data Jumlah RW dan RT di Wlayah Kerja Puskesmas Bira Tahun 2018

Tahun

Kelurahan 2020

RW RT

Kel. Bira 6 26

Kel. Parangloe 6 21

1. VISI MISI
a. VISI
Mewujudkan Puskesmas Bira Sebagai Pusat LayanananKesehatan
Paripurna di Kota Makassar “
b. MISI
 Menciptakan Penyelenggaraan Kesehatan Sesuai Standar
 Memelihara dan meningkatkan Pelayanan Kesehatan yangbermutu, merata
dan terjangkau
 Mendorong Masyarakat untuk BerperilakuHidup Bersih dan Sehat

1. Nilai- Nilai Organisasi


B : Bekerja dengan penuh tanggungjawab
I : Ikhlas bekerja
R : Ramah melayani
A : Adil memberi pelayanan

B.Tugas dan Fungsi Organisasi

a. Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas


Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

Puskesmas menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama


di wilayah kerjanya; dan penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah
kerjanya.

Puskesmas berwenang untuk:


1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan;
4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama
dengan sektor lain terkait;
5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas;
7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan pelayanan kesehatan;
9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.

1) Wewenang lainnya yang dimiliki oleh puske Menyelenggarakan pelayanan


kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu;
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif
dan preventif;
3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat;
4) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
5) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi;
6) Melaksanakan rekam medis
7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
pelayanan kesehatan;
8) Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan;
9) Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
10)Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan.
1. Tugas Pokok dan Fungsi Apoteker
a. obat kepada Puskesmas Pembantu, Pos Kesehatan Desa, Polindes, Posyandu,
maupun kegiatan Puskesmas Keliling. Tugas Pokok Apoteker di Puskesmas :
1) Melakukan pelayanan resep mulai dari menerima resep, menyerahkan obat
sesuai resep dan menjelaskan kepada pasien tentang pemakaian obat
2) Memberikan Komunikasi Edukasi Informasi (KIE) kepada pasien
3) Merencanakan kebutuhan obat
4) Mengelola pemasukan obat dan alat kesehatan
5) Mengelola pengeluaran/ pendistribusian
6) Menyusun dan menyimpan arsip resep, serta
7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi.
b. Fungsi Apoteker di Puskesmas
Sebagai apoteker yang membantu pekerjaan atau tugas kepala
puskesmas dalam pengelolaan dan pencatatan obat dan perbekalan
kefarmasian di puskesmas yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh asisten
apoteker.
C.Proses Pelayanan dan Struktur Organisasi Struktur Organisasi
KEPALA PKM

TATA USAHA
WAKIL MANAJEMEN
MUTU

SISTEM KEPEGAWAIAN PERLENGKAPAN KEUANGAN


INFORMASI
KEPALA AUDIT PKM
INTERNAL

UNIT PELAYANAN JARINGAN DAN JEJARING


TEKNISI FUNGSIONAL PELAYANAN PUSKESMAS

UPAYA KESEHATAN UPAYA KESEHATAN UNIT PUSKESMAS


MASYARAKAT PERORANGAN PEMBANTU
ALUR PELAYANAN
PUSKESMAS
PASIEN

LOKET PENDAFTARAN

LOKET UMUM
LOKET KHUSUS JKN
(DI DAHULUKAN) EX ASKES
LANSIA EX JAMKESMAS
DIFABLE JKN MANDIRI
BUMIL NON JKN
IMUNISASI/BALITA KES GRATIS (KTP/KK)
DARURAT LUAR WIL PKM
LUAR KOTA MAKASSAR
DLL

R
RUJUKAN
BERBADAN SEHAT
KES CALON JAMAAH HAJI

MASING-MASING RUANGAN SESUAI KELUHAN/ KEBUTUHAN

POLI UMUM KIA / KB POLI LANSIA TINDAKAN KONSELING

PELAYANAN

LABORATORIUM
TINDAKAN

RUANG OBAT

PULANG
BAB IV

PEMBAHASAN

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas pelayanan


kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif) pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitative), yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.

Puskesmas Bira dibangun pada tahun 1991 oleh Pemerintah Kota Makassar.
Puskesmas ini memiliki tanah seluas 945 m 2 serta mempunyai daya listrik 5.500
watt.

Pus kesmas Bira merupakan salah satu pusatpelayanan kesehatan


masyarakat di kecamatan Tamalanrea, yang beralamat di Jl. Prof.DR.Ir.Sutami
No.32. Selain memiliki fasilitas layanan standar Berdasarkan Permenkes No. 75
Tahun 2014, Puskesmas Bira juga memiliki Poliklinik Umum, Poliklinik Gigi dan
Mulut. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, pelayanan
Laboratorium dan Pelayanan Obat (Apotek). Puskesmas Bira dilengkapi dengan 1
unit mobil ambulance, 1 unit mobil Dottorota, 3 Sepeda Motor.Rata–rata kunjungan
ke Puskesmas Bira sekitar ± 75 orang perhari, dengan jadwal pelayanan pukul
08.00 sampai dengan 14.00 WIB.

Pelayanan Kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung


profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Pelayanan kefarmasian (farmacetical care) juga suatu bentuk pelayanan
langsung seorang apoteker kepada konsumen obat (pasien) dalam menetapkan,
menerapkan dan memantau pemanfaatan obat agar menghasilkan therapeutic
outcome yang spesifik antara lain tepat pasien, tepat dosis, tepat khasiat.
Tujuan pengaturan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas :
1. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga ke farmasian
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety)

Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi 2 standar yaitu :

a) pengolahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dan


pelayanan farmasi klinik.

Pengelolaan pembekalan kefarmasian atau sistem perbekalan farmasi


merupakan kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi
yang saling berkaitan.

Pengelolaan pembekalan farmasi dipuskesmas Bira meliputi perencanaan


obat dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi dengan melihat data
real tahun lalu. Pengadaan obat diadakan oleh tim pengadaan dinas kesehatan
kota dan didistribusikan melalui gudaang instalasi farmasi dinas kesehatan kota
Makassar.

Penyimpanan obat di Puskesmas Bira disusun sesuai dengan urutan


alphabet (A-Z) dan juga farmakologi obat dan sesuai dengan bentuk sediaan.
Suhu yang digunakan disesuaikan dengan penyimpanan obat serta obat
narkotika dan psikotropika disimpan pada lemari 2 pintu.
Pendistribusian obat di puskesmas Bira dilakukan melalui kamar obat
dan diberikan oleh apoteker penanggung jawab maupun asisten apoteker.

Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh


rangkaian kegiatan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai, baik sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang diterima,
disimpan, didistribusikan, dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan
lainnya

b) Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan resep adalah kegiatan dalam menerima resep yang harus


dikerjakan oleh apoteker atau asisten apoteker mulai dari penerimaan resep,
peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien yang disertai
dengan dan pemberian informasi obat.
Penerimaan resep di puskesmas Bira meliputi pemeriksaaan kelengkapan
administratif resep (nama dokter, nomor surat izin praktek (SIP), paraf dokter,
tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah obat, aturan pakai, nama pasien,
umur pasien, dan jenis kelamin pasien), peracikan obat atau menyediakan obat
yang yang dibutuhkan sesuai dengan resep serta menuliskan aturan pakai
maupun etiket obat, penyerahan obat dilakukan oleh apoteker atau asisten
apoteker dan diterima oleh pasien atau keluarga pasien dengan pemberian
informasi obat kepada pasian meliputi (cara penggunaan obat, khasiat atau
kegunaan, kadaluarsa obat, interaksi obat yang harus dihindari, maupun efek
samping obat).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Puskesmas adalah suatu kwsatuan organisasi Kesehatan yang langsung


memberikan pelayanan kesehaan secara menyeluruh dan terinegrasi kepada
masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha Kesehatan pokok.

Pelayanan Kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab


langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian (farmacetical care) juga suatu
bentuk pelayanan langsung seorang apoteker kepada konsumen obat (pasien)
dalam menetapkan, menerapkan dan memantau pemanfaatan obat agar
menghasilkan therapeutic outcome yang spesifik antara lain tepat pasien, tepat
dosis, tepat khasiat.

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Bira yang meliputi pelayanan


resep, penyerahan obat, pemberian informasi obat dan penyuluhan telah
terlaksana dengan baik, dapat dilihat dari jumlah pasien yang berkunjung dan
tingkat kepuasan yang ditujukan oleh pasien-pasien yang menerima pelayanan
di Puskesmas Bira.
B. Saran
a. Diharapkan agar pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) dilaksanakan
pada waktu yang lebih lama agar mahasiswa – mahasiswi lebih dapat
memahami perannya dibidang kefarmasian sebagai seorang asisten
apoteker.
b. Diharapkan kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) ini dapat berlangsung
seterusnya guna dapat memberikan bekal tambahan bagi mahasiwa –
mahassiswi Farmasi politeknik sandi karsa agar mampu bersaing dalam
dunia kerja dan mampu menghasilkan mahasiswa – mahasiswi yang
profesional dibidang kefarmasian sehingga membawa nama baik institusi.
DAFTAR PUSTAKA

Amraeni Yunita.2019.ISSU KESEHATAN MASYARAKAT .IKAPI:Jawa Tengah

Anggaraeni Ratih. 2019. MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS


.Yogyakarta:CV Budi Utama

Efendi, Ferry dan Makhfudli.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas


Teori Praktek Dalam Kdeperawatan .Jakarta : ISBN.
Handayany Nastity Gemy.2020.KUALITAS PELAYANAN KEFARMASIAN
DAN KEPUASAN PASIEN.IKAPI:Malang
Kementrian kesehatan. 2016. Peraturan Mentri Kesehatan Republik
IndonesiaNomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Di
Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
LAMPIRAN

Contoh Resep Pembuatan puyer


Penyiapan obat pelayanan informasi obat

Stok opname laporan harian pengeluaran obat


Pemusnahan obat

Penarikan

Anda mungkin juga menyukai