Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)

FAKULTAS FARMASI di DISTRIBUSI


PT. MILLENNIUM PHARMACON INTERNATIONAL Tbk
CABANG KEDIRI
Tanggal 18 Oktober – 13 November 2021

Disusun Oleh :

SINTYA LARASATI, S.Farm (22021200029)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2021

Jalan Ganesha 1 Purwosari Kudus Jawa Tengah Kode Pos 59316


Website:www.umkudus.ac.id Email :prodiapoteker@umkudus.ac.id Telp./Fax.
(0291)43721
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
FARMASI DISTRIBUSI
DI PT. MILLENNIUM PHARMACON INTERNATIONAL Tbk
CABANG KEDIRI

Kompetensi :
Aspek Manajemen Mutu dan Tanggung Jawab Apoteker di PBF

Oleh :

SINTYA LARASATI, S.Farm (22021200029)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2021

Jalan Ganesha 1 Purwosari Kudus Jawa Tengah Kode Pos 59316


Website:www.umkudus.ac.idEmail :prodiapoteker@umkudus.ac.idTelp./Fax.
(0291)43721
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)

KOMPETENSI
Aspek Manajemen Mutu dan Tanggung Jawab Apoteker di PBF

Kudus, 20 November
2021

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Preseptor

apt. Eko Retnowati, M.Si,M.Farm


NIDN : 0618107504 Apt.Chatarina Martanti, S.Farm
NIP: 2017122638

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Apt. Zaenal Fanani, M.Sc


NIDN : 060302860

HALAMAN PENGESAHAN

ii
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
FARMASI KOMUNITAS 2
KOMPETENSI
Aspek Manajemen Mutu dan Tanggung Jawab Apoteker di PBF

Kudus, 20 November 2021


Menyetujui,

Dosen Pembimbing Preseptor

Apt. Eko Retnowati, M.Farm Apt. Chatarina Martanti, S.Farm


NIDN: 0618107504 NIP: 2017122638

Mengesahkan,

Dosen Penanggung Jawab Kepala Cabang PT. Millennium


Pharmacon Int. Tbk Cabang Kediri

Apt. Zaenal Fanani, M.Sc Ihsan Sajidin


NIDN : 060302860 NIP: 200611021

Mengetahui,

Ketua Program Studi Profesi Apoteker

Dr. apt. Endang Setyowati, M.Sc


NIDN : 0625078301

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PBF Millenium Pharmacon
International (MPI) dengan baik dan lancar. Penyusunan laporan ini sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker di Universitas
Muhammadiyah Kudus.
Penulis menyadari terdapat banyak kendala yang dihadapi dalam
penyusunan laporan ini. Namun, berkat doa, motivasi dan kontribusi dari
berbagai pihak kendala tersebut mampu teratasi dan terkendali dengan baik.
Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Dr. Apt. Endang Setyowati, M.Sc selaku Ketua Program Studi
Profesi Apoteker Universitas Muhammadiyah Kudus
2. Ibu apt. Eko Retnowati, M.Si, M.Farm selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing laporan ini
3. Bpk. Ihsan Sajidin selaku Kepala Cabang PT. Millennium
Pharmacon International Tbk Cabang Kediri yang telah memberikan
kesempatan dan waktu untuk pelaksanaan PKPA
4. Ibu Apt. Chatarina Martanti, S.Farm selaku Apoteker PT.
Millennium Pharmacon International Tbk Cabang Kediri sekaligus
sebagai preseptor yang telah memberikan pengarahan selama
praktek
5. Seluruh staff karyawan PT. Millennium Pharmacon International
Tbk Cabang Kediri yang telah memberikan bimbingan dan bantuan
selama proses Praktek Kerja Profesi Apoteker berlangsung
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat atas segala
kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada laporan ini. Oleh

iv
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima kritik
dan saran yang membangun untuk laporan ini.
Kudus, 20 November 2021

Penyusun

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM...................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................v
BAB I URAIAN KEGIATAN........................................................................1
1.1 Definisi PBF.........................................................................................1
1.2 Sistem Manajemen Mutu dan Manajemen Resiko Mutu di PBF.........2
1.3 Tata Cara Pendirian PBF dan Persyaratan Mengurus Perizinan PBF. .4
1.4 Tugas, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab Apoteker di PBF.....7
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................12
2.1 Sejarah PT. Millennium Pharmacon International Tbk........................12
2.2 Visi dan Misi PT. Millennium Pharmacon International Tbk .............12
2.3 Struktur Organisasi PT. Millennium Pharmacon International Tbk.....14
2.4 Tugas dan Fungsi PT. Millennium Pharmacon International Tbk.......14
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................15
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................15
3.2 Saran.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16
LAMPIRAN....................................................................................................

vi
BAB I
URAIAN KEGIATAN
1.1 Definisi PBF
Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah

keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya maka perlu dilakukan suatu upaya kesahatan.

Pelaksanaan upaya kesehatan dapat dilakukan dalam bentuk pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan

kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (Presiden Republik

Indonesia, 2009).

Pelaksanaan upaya kesehatan, apoteker memegang peranan penting

demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang tinggi. Hal tersebut

dapat dilakukan oleh seorang Apoteker dengan melaksanakan pekerjaan

kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian tersebut yaitu pengendalian mutu

sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan

pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat

atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,

bahan obat dan obat tradisional. Hal tersebut dapat diwujudkan oleh

seorang Apoteker melalui pengabdiannya pada pedagang besar farmasi

(Presiden Republik Indonesia, 2009).

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1148/MENKES/PER/VI/2011

tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF), PBF adalah perusahaan

berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,

1
penyimpanan, penyaluran sediaan farmasi dalam jumlah besar sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan. Pedagang Besar Farmasi

(PBF) sebagai merupakan salah satu unit terpenting dalam kegiatan

penyaluran sediaan farmasi ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti

apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik dan toko obat

agar dapat sampai ke tangan masyarakat. Apoteker sebagai penanggung

jawab di PBF harus mampu melakukan kegiatan pengelolaan sediaan

farmasi di PBF dimulai dari pengadaan, penyimpanan hingga

pendistribusian sediaan farmasi ke sarana pelayanan kesehatan

(Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Mengingat akan pentingnya hal tersebut dan upaya untuk pemberian

dukungan terhadap kompetensi apoteker di Pedagang Besar Farmasi

(PBF), maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi IIK Bhakti

Wiyata bekerja sama dengan PT. Millennium pharmacon international

Tbk. dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker mulai

tanggal 18 oktober 2020. Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diharapkan

dapat meningkatkan pemahaman calon apoteker mengenai peranan

apoteker di PBF, manajemen pengelolaan sediaan farmasi di PBF.

1.2 Sistem Manajemen Mutu dan Manajemen Resiko Mutu di PBF


Fasilitas distribusi harus mempertahankan sistem mutu yang

mencakup tanggung jawab, proses dan langkah manajemen risiko terkait

dengan kegiatan yang dilaksanakan. Fasilitas distribusi harus

memastikan bahwa mutu obat dan/atau bahan obat dan integritas rantai

distribusi dipertahankan selama proses distribusi. Seluruh kegiatan

2
distribusi harus ditetapkan dengan jelas, dikaji secara sistematis dan

semua tahapan kritis proses distribusi dan perubahan yang bermakna

harus divalidasi dan didokumentasikan. Sistem mutu harus mencakup

prinsip manajemen risiko mutu. Pencapaian sasaran mutu merupakan

tanggung jawab dari penanggung jawab fasilitas distribusi,

membutuhkan kepemimpinan dan partisipasi aktif serta harus didukung

oleh komitmen manajemen puncak (CDOB, 2020). Sistem mutu

meliputi :

1) Dalam suatu organisasi, pemastian mutu berfungsi sebagai alat

manajemen. Harus ada kebijakan mutu terdokumentasi yang

menguraikan maksud keseluruhan dan persyaratan fasilitas distribusi

yang berkaitan dengan mutu, sebagaimana dinyatakan dan disahkan

secara resmi oleh manajemen.

2) Sistem pengelolaan mutu harus mencakup struktur organisasi,

prosedur, proses dan sumber daya, serta kegiatan yang diperlukan

untuk memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat yang dikirim

tidak tercemar selama penyimpanan dan/atau transportasi. Totalitas

dari tindakan ini digambarkan sebagai sistem mutu.

3) Sistem mutu harus mencakup ketentuan untuk memastikan bahwa

pemegang izin edar dan Badan POM segera diberitahu dalam kasus

obat dan/atau bahan obat palsu atau dicurigai palsu. Obat dan/atau

bahan obat tersebut harus disimpan di tempat yang aman/terkunci,

terpisah dengan label yang jelas untuk mencegah penyaluran lebih

lanjut.

3
4) Manajemen puncak harus menunjuk penanggung jawab untuk tiap

fasilitas distribusi, yang memiliki wewenang dan tanggung jawab

yang telah ditetapkan untuk memastikan bahwa sistem mutu disusun,

diterapkan dan dipertahankan.

5) Manajemen puncak fasilitas distribusi harus memastikan semua

bagian dari sistem mutu diperlengkapi dengan sumber daya yang

kompeten dan memadai, dan bangunan, peralatan dan fasilitas yang

memadai.

6) Lingkup dan kompleksitas kegiatan fasilitas distribusi harus

dipertimbangkan ketika mengembangkan sistem manajemen mutu

atau memodifikasi sistem manajemen mutu yang sudah ada.

7) Sistem mutu harus didokumentasikan secara lengkap dan dipantau

efektivitasnya. Semua kegiatan yang terkait dengan mutu harus

didefinisikan dan didokumentasikan. Harus ditetapkan adanya

sebuah panduan mutu tertulis atau dokumen lainnya yang setara.

8) Fasilitas distribusi harus menetapkan dan mempertahankan prosedur

untuk identifikasi, pengumpulan, penomoran, pencarian,

penyimpanan, pemeliharaan, pemusnahan dan akses ke semua

dokumen yang berlaku.

9) Sistem mutu harus diterapkan dengan cara yang sesuai dengan ruang

lingkup dan struktur organisasi fasilitas distribusi.

10) Harus tersedia sistem pengendalian perubahan yang mengatur

perubahan proses kritis. Sistem ini harus mencakup prinsip

manajemen risiko mutu.

4
Sistem mutu harus memastikan bahwa:

a) obat dan/atau bahan obat diperoleh, disimpan, disediakan,

dikirimkan atau diekspor dengan cara yang sesuai dengan

persyaratan CDOB.

b) tanggung jawab manajemen ditetapkan secara jelas.

c) obat dan/atau bahan obat dikirimkan ke penerima yang tepat

dalam jangka waktu yang sesuai.

d) kegiatan yang terkait dengan mutu dicatat pada saat kegiatan

tersebut dilakukan.

e) penyimpangan terhadap prosedur yang sudah ditetapkan

didokumentasikan dan diselidiki.

f) tindakan perbaikan dan pencegahan (CAPA) yang tepat diambil

untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya penyimpangan

sesuai dengan prinsip manajemen risiko mutu.

11) .Direkomendasikan untuk dilakukan inspeksi, audit dan sertifikasi

kepatuhan terhadap sistem mutu (misalnya seri International

Organization for Standardization (ISO) atau Pedoman Nasional dan

Internasional lainnya) oleh Badan eksternal. Meskipun demikian,

sertifikasi tersebut tidak dianggap sebagai pengganti sertifikasi

penerapan pedoman CDOB dan prinsip CPOB yang terkait dengan

obat dan/atau bahan obat.

5
1.3 Tata Cara Pendirian dan Persyaratan Mengurus Perizinan PBF

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

30 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang PBF

menyatakan bahwa, setiap pendirian PBF wajib memiliki izin dari

Direktur Jenderal yang dapat diperoleh apabila pemohon mengajukan

permohonan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala

Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM, untuk

memperoleh izin PBF pemohon harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

1. Berbadan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi.

2. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

3. Memiliki secara tetap Apoteker Warga Negara Indonesia sebagai

penanggung jawab.

4. Komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak pernah

terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran

peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dalam kurun waktu

2 (dua tahun terakhir).

5. Menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk dapat

melaksanakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat serta

dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi PBF.

6. Menguasai gudang sebagai tempat penyimpanan dengan

perlengkapan yang dapat menjamin mutu serta keamanan obat yang

disimpan.

6
7. Memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain

sesuai CDOB.

Sedangkan tata cara dalam pendirian Pedagang Besar Farmasi

menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30

Tahun 2017 adalah:

1. Setiap pendirian Pedagang Besar Farmasi wajib memiliki izin dari

Direktur Jenderal.

2. Setiap Pedagang Besar Farmasi dapat mendirikan Pedagang Besar

Farmasi Cabang.

3. Setiap pendirian Pedagang Besar Farmasi Cabang wajib

memperoleh pengakuan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi di

wilayah Pedagang Besar Farmasi Cabang berada.

Untuk memperoleh pengakuan sebagai PBF Cabang, pemohon

harus mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Balai

POM, dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Permohonan harus

ditandatangani oleh kepala PBF Cabang dan Apoteker Calon

Penanggung Jawab PBF Cabang disertai dengan kelengkapan

administratif sebagai berikut:

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/identitas kepala PBF

Cabang.

2. Fotokopi izin PBF yang dilegalisasi oleh Direktur Jenderal.

3. Surat penunjukan sebagai kepala PBF Cabang.

4. Pernyataan kepala PBF Cabang tidak pernah terlibat pelanggaran

7
peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dalam kurun waktu

2 (dua) tahun terakhir.

5. Surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker calon

penanggung jawab.

6. Surat bukti penguasaan bangunan dan gudang.

7. Peta lokasi dan denah bangunan.

8. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker calon penanggung jawab.

Dalam hal permohonan dilakukan dalam rangka penanaman

modal, pemohon harus memperoleh persetujuan penanaman modal dari

instansi yang menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai

ketentuan peraturan perundang- undangan. Untuk memperoleh izin PBF,

pemohon harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal

dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi dan Kepala Balai POM. Permohonan harus ditandatangani oleh

direktur/ketua dan apoteker calon penanggung jawab disertai dengan

kelengkapan administratif sebagai berikut:

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/identitas direktur/ketua.

2. Susunan direksi/pengurus.

3. Pernyataan komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak

pemah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang

farmasi dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir.

4. Akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan

perundang- undangan.

5. Surat Tanda Daftar Perusahaan.

8
6. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan.

7. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.

8. Surat bukti penguasaan bangunan dan gudang.

9. Peta lokasi dan denah bangunan.

10. Surat pemyataan kesediaan bekerja penuh apoteker penanggung

jawab.

11. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker penanggung jawab.

Untuk permohonan izin PBF yang akan menyalurkan bahan obat

selain harus memenuhi persyaratan di atas, juga harus melengkapi surat

bukti penguasaan laboratorium dan daftar peralatan. Berikut ini

merupakan alur dari pengajuan izin PBF, yaitu:

a. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya

tembusan permohonan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan

verifikasi kelengkapan administratif.

b. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya

tembusan permohonan, Kepala Balai POM melakukan audit

pemenuhan persyaratan CDOB.

c. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan

memenuhi kelengkapan administratif, Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi mengeluarkan rekomendasi pemenuhan kelengkapan

administratif kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada

Kepala Balai POM dan pemohon dengan menggunakan Formulir 2

d. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak melakukan audit

pemenuhan persyaratan CDOB, Kepala Balai POM melaporkan

9
pemohon yang telah memenuhi persyaratan CDOB kepada Kepala

Badan.

e. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima

laporan, Kepala Badan POM memberikan rekomendasi pemenuhan

persyaratan CDOB kepada Direktur Jenderal dengan tembusan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan pemohon dengan

menggunakan contoh Formulir 3

f. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima

rekomendasi serta persyaratan lainnya yang ditetapkan, Direktur

Jenderal menerbitkan izin PBF dengan menggunakan Formulir 4

g. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada poin (c), (d), (e),

(f) tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon dapat membuat

surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Direktur Jenderal

dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Balai POM dan

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan menggunakan Formulir 5

h. Paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya surat

pemyataan sebagaimana dimaksud pada poin (f), Direktur Jenderal

menerbitkan izin PBF dengan tembusan kepada Kepala Badan,

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan Kepala Balai POM.

Izin PBF berlaku selam 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama

memenuhi persyaratan. Pengakuan PBF cabang berlaku mengikuti jangka

waktu izin PBF. Izin PBF dinyatakan tidak berlaku dan akan dilakukan

pancabutan izin apabila:

10
a. Masa berlaku izin habis dan tidak diperpanjang

b. Dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan

c. Izin pbf di cabut

1.4 Tugas, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab Apoteker di PBF

Menurut Pedoman Teknis CDOB tahun 2012, tugas dan kewajiban

apoteker di PBF adalah sebagai berikut:

a. Menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan

sistem manajemen mutu.

b. Fokus pada pengelolaan kegiatan yang menjadi

kewenangannya serta menjaga akurasi dan mutu dokumentasi.

c. Menyusun dan/atau menyetujui program pelatihan dasar dan

pelatihan lanjutan mengenai CDOB untuk semua personil yang

terkait dalam kegiatan distribusi.

d. Mengkoordinasikan dan melakukan dengan segera setiap

kegiatan penarikan obat.

e. Memastikan bahwa keluhan pelanggan ditangani dengan

efektif.

f. Melakukan kualifikasi dan persetujuan terhadap pemasok dan

pelanggan. 7. Meluluskan obat kembalian untuk dikembalikan

ke dalam stok obat yang memenuhi syarat jual

g. Turut serta dalam pembuatan perjanjian antara pemberi

kontrak dan penerima kontrak yang menjelaskan mengenai

tanggung jawab masingmasing pihak yang berkaitan dengan

distribusi dan/atau transportasi obat.

11
h. Memastikan inspeksi diri dilakukan secara berkala sesuai

program dan tersedia tindakan perbaikan yang diperlukan.

i. Mendelegasikan tugasnya kepada Apoteker/tenaga teknis

kefarmasian yang telah mendapatkan persetujuan dari instansi

berwenang ketika sedang tidak berada di tempat dalam jangka

waktu tertentu dan menyimpan dokumen yang terkait dengan

setiap pendelegasian yang dilakukan.

j. Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk

mengkarantina atau memusnahkan obat.

1. Fungsi Apoteker di PBF

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang PBF. Tugas dan fungsi PBF

yaitu:

a. Menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran

obat.

b. PBF mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan dan

pelatihan.

2. Wewenang dan Tanggungjawab Apoteker di PBF

Beberapa tanggungjawab apoteker menurut PP 51 Th 2009

ialah:

a) Menyusun

b) Memastikan dan

c) Mempertahankan penerapan sistem manajemen mutu

12
Dalam menyusun, memastikan dan mempertahankan mutu

apoteker berperan aktif dalam menyusun sistem mutu yang

mencakup tanggung jawab, proses dan langkah manajemen risiko

terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan. Dimulai dengan peran

menyusun SOP (Standard Operational Prosedure) sampai

implementasinya. Termasuk penyusunan struktur organisasi,

proses dan pengelolaan sumber daya manusia yang kompeten.

Sehingga wewenang dan tanggung jawab setiap orang jelas

sehingga sistem mutu dapat dipertahankan. Apoteker harus

mendokumentasikan semua kegiatan sehinnga dapat dipantau

efektivitasnya.

13
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah PT. Millennium Pharmacon International Tbk

PT. Millennium Pharmacon International Tbk didirikan pada tanggal 20

Oktober 1952 oleh Bapak Soedarpo Sastrosatomo dan Ibu Minarsih

Soedarpo Sastrosatomo Wiranatakusumah dengan nama NV Consists

Dagang Soedarpo Corporation. Perubahan nama dari NV Consists Dagang

Soedarpo Corporation ke PT NVPD Soedarpo Corporation Tbk dibuat

sesuai dengan akta No 182 tanggal 21 Februari 1990, dibuat oleh Notaris

Raharti Sudjardjati, SH, di Jakarta. Berdasarkan surat persetujuan No SI-

090/SHM/MK.10/1990 tanggal 22 Maret 1990 dari Departemen Keuangan

Republik International, Perusahaan ini tercatat di Bursa Efek International

pada 7 Mei Pada tahun 2004, sebuah perusahaan Malaysia, Pharmaniaga

Bhd mengakui sisi saham strategis 55%, membuat Pharmaniaga Bhd

menjadi pemegang saham utama di PT. Millennium Pharmacon

International Tbk. Millennium Pharmacon International Tbk adalah

perusahaan swasta independen terbesar di International, sebagai distributor

produk farmasi, suplemen - suplemen makanan dan produk diagnostik.

Perusahaan ini memiliki 33 kantor cabang, 5 sub distributor, 3 gudang

pooling dan 15 lokasi penjualan di seluruh International. Konsumen

perusahaannya berasal dari lokal dan multinasional. Produk - produknya

didistribusikan ke Apotek, Rumah Sakit dan Toko Obat Nasional (Annual

Report PT. MPI, 2018)

14
2.2 Visi dan Misi PT. Millennium Pharmacon International Tbk

a. Visi

Visi PT. Millennium Pharmacon International Tbk Cabang Kediri

adalah menjadi perusahaan distribusi yang paling efisien dan efektif

di International dengan memberikan nilai tambah kepada para

pelanggan dan principal.

b. Misi

Menyediakan produk kesehatan dan pelayanan yang terbaik

keseluruh wilayah nusantara.

2.3 Struktur Organisasi PT. Millennium Pharmacon International Tbk

Cabang Kediri

PT. Millennium Pharmacon International Tbk Cabang Kediri berlokasi

di Jl. Masjid Al Huda No. 4, Tepus, Ngadirejo, Kec. Kota Kediri, Kediri,

Jawa Timur 64129. Adapun struktut organisasi PBF MPI cabang Kediri

15
antara lain meliputi Kepala Cabang PBF, Apoteker Penanggung Jawab

PBF, Penanggung Jawab Alat Kesehatan, Bagian Administrasi, Casir PBF,

Kepala Gudang PBF, Salesman dan Kemanan PBF.

2.4 Tugas dan Fungsi PT. Millennium Pharmacon International Tbk

Tugas dan fungsi PT. Millennium Pharmacon International Tbk Cabang

Kediri yaitu sebagai sarana distribusi obat dan alat kesehatan. Pelayanan

penyaluran obat dan alat kesehatan dapat disalurkan kepada Pedagang Besar

Farmasi lain dan fasilitas pelayanan kefarmasian sesuai peraturan

perundang-undangan. Selain itu PT. Millennium Pharmacon International

Tbk Cabang Kediri berfungsi sebagai aset kekayaan nasional, lapangan

pekerjaan dan sebagai tempat pendidikan serta pelatihan. Tugas PT.

Millennium Pharmacon International Cabang Kediri sebagai Pedagang

Besar Farmasi yaitu mengadakan, menyimpan, dan menyalurkan obat dan

alat kesehatan yang memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan oleh

Menteri. Dalam melaksanakan tugas tersebut Millennium Pharmacon

International sudah mengacu pada CDOB.

16
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan praktek kerja profesi

apoteker (PKPA) di PT. Millennium Pharmacon International Tbk

Cabang Kediri pada tanggal 18 Oktober – 13 November adalah:

1. Mahasiswa Profesi Apoteker dapat mengetahui sistem manajemen

mutu dan manajemen resiko mutu di PBF

2. Mahasiswa Profesi Apoteker dapat mengetahui tata cara pendirian

PBF dan tata cara mengurus perizinan PBF

3. Mahasiswa Profesi Apoteker dapat mengetahui tugas, fungsi,

wewenang dan tanggung jawab Apoteker di suatu PBF

3.2 Saran

Sebaiknya untuk kedepannya PT. Millenium Pharmacon

International Cabang Kediri tetap menjaga dan mempertahankan

kualitas produk yang didistribusikan sesuai dengan cara distribusi obat

yang baik (CDOB) yang telah di peroleh.

17
DAFTAR PUSTAKA

Annual Report PT. Millenium Pharmacon International Tbk tahun 2018.


Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 2017 Tentang Pedagang Besar Farmasi. Jakarta
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020
Tentang Cara Distribusi Obat Yang Baik. Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai