Anda di halaman 1dari 5

perkembangan emosional

dikutip dari English and English, emosi adalah “A complex feeling state
accompanied by characteristic motor and glandular activities “, yaitu suatu keadaan
perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris.
Emosi adalah setiap keadaan pada diri seseorang dan berhubungan dengan kondisi
afektifnya dengan tingkatan yang lemah maupun yang kuat. Keadaan afektif yang
dimaksud adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi
suatu situasi tertentu, seperti rasa senang, bahagia, benci, kangen, terkejut, tidak puas,
tidak senang dan sebagainya.
Keadaan emosi pada setiap anak berbeda, kadang ada anak yang dapat mengontrol
sehingga emosinya tidak tercetus keluar dengan perubahan atau tanda-tanda fisiknya.
Kaitannya dengan mengontrol emosi, Ekman dan Friesen menyebutkan hal itu
dengan istilah display rules, yang dibagi menjadi 3 yaitu:
Masking, keadaan dimana seorang anak dapat menyembunyikan atau menutupi
emosi yang dialaminya. Emosi yang ada pada dirinya tidak tercetus melalui
ekspresi fisiknya.

Modulation, seorang anak tidak mampu meredam emosinya secara tuntas dengan
gejala fisiknya, tetapi hanya dapat menguranginya.

Simulation, seorang anak yang tidak mengalami emosi, tetapi ia seolah-olah


mengalami emosi dengan menampakkan gejala-gejala fisik.

Perkembangan fisik
Fisik secara bahasa adalah sebagai jasmani, badan, tubuh. Sedangkan secara
istilah perkembangan fisik adalah perubahan bentuk tubuh pada anak usia dini yang
berpengaruh terhadap keterampilan gerak tubuh.

Perkembangan Anatomis
Perkembangan anatomis ini ditunjukkan dengan adanya perubahan
kuantitatif pada struktur tulang belulang, tinggi dan berat badan.

Perkembangan Fisiologis

Perkembangan fisiologis di tandai dengan dari sistem-sistem kerja


hayati seperti kontraksi otak, peredaran darah, pernafasan, persyarafan,
pencernaan, dan sekresi kelenjar. Perkembangan anak sangatlah penting untuk
di masa depan yang akan datang. Bagi orang tua pun selalu menginginkan
yany terbaik bagi anaknya.

Mengacu kepada tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Yelon dan


Weinstein, tahap perkembangan siswa sekolah dasar tergolong pada Masa Kanak-
Kanak (Childhood). Perkembangan aspek fisik pada masa ini yaitu:
Keterampilan-keterampilan badan cukup baik, otot-otot kuat, dan terkoordinasi
Turut serta dalam permainan permainan kelompok
Perkembangan keseimbangan lebih lanjut, kegesitan, daya tahan, kekuatan tenaga
dan keterampilan khusus.
Implikasi dari perkembangan fisik siswa seperti dijelaskan di atas, maka kegiatan
fisik hendaknya betul-betul disadari pentingnya bagi siswa sekolah dasar, terutama di
kelas-kelas rendah. Selain itu perlu diperhatikan, kegiatan fisik siswa akan turut
membantu perkembangan kognitifnya. Ketika anak dihadapkan kepada konsep
abstrak, anak perlu perlu melakukan aktivitas fisik untuk membantu mereka
menghayati konsep-konsep yang belum dikenalnya itu. Sehubungan dengan itu dalam
rangka pembelajarannya, siswa sekolah dasar hendaknya dihadapkan pada kegiatan
kegiatan yang aktif secara fisik.

Perkembangan sosial
Syamsu Yusuf menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial,
dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul
dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah
dirasakan sejak anak memasuki usia 6 (enam) bulan. Disaat itu mereka telah mampu
mengenal manusia lain terutama yang dekat dengan dirinya yaitu ibu atau anggota
keluarga yang lain. Anak mulai mampu membedakan arti senyum, marah,tidak
senang, terkejut, dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono menambahkan bahwa
hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling
membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas
yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur,
kebutuhan manusia menjadi semakin kompleks dan dengan demikian tingkat
hubungan sosial juga berkembang amat kompleks. Dari kutipan diatas dapatlah
dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak, maka semakin kompleks
perkembangan sosialnya karena anak semakin membutuhkan untuk berinteraksi
dengan orang lain.

Intelektual

Perkembangan Kemampuan Intelektual mengenai karakteristik peserta didik


dalam aspek intelektual menjadi satu acuan dalam menentukan materi dan
mengeksplorasi berbagai aspek untuk fasilitasi peserta didik agar sesuai dengan
perkembangan peserta didik termasuk kecerdasan majemuk dan gaya belajar mereka.

Kecerdasan umum (general intelligence) atau kemampuan intelektual


merupakan kemampuan mental umum yang mendasari kemampuannya untuk
mengatasi kerumitan kognitif. Kemampuan umum dikaitkan dengan kemampuan
untuk pemecahan masalah, berpikir abstrak, keahlian dalam pembelajaran. Seseorang
yang memiliki kemampuan intelektual atau intelegensi yang tinggi akan bertindak
efisien dan efektif dalam memecahkan segala persoalan hidupnya. Kemampuan
intelektual merupakan potensi bawaan (potenstial ability), namun beberapa penilitian
menunjukkan dalam perkembangannya dipengaruhi oleh kualitas lingkungan.

Peserta didik memiliki keragaman individual dalam kemampuan intelektual


atau intelgensi. Tingkat intelegensi (Intelelligence Quotient atau IQ) merupakan
satuan untuk menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang, yang diperoleh melalui tes
inteligensi. Berikut adalah beberapa ciri yang berhubungan dengan tingkatan
intelegensi serta pengaruhnya terhadap proses belajar.

Moral spiritual

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan


konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain. Perkembangan moral adalah perubahan-perubahan perilaku yang
terjadi dalam kehidupan anak berkenaan dengan tata cara, kebiasaan, adat, atau
standar nilai yang berlaku dalam kelompok sosial.
Tingkah laku yang bermoral merupakan tingkah laku yang sesuai dengan
nilai-nilai tata cara/adat yang terdapat dalam kelompok atau masyarakat. Nilai-nilai
moral tersebut tidak sama tergantung dari faktor kebudayaan setempat. Nilai moral
merupakan sesuatu yang bukan diperoleh dari lahir melainkan dari luar.
Spiritual adalah suatu ragam konsep kesadaran individu akan makna hidup,
yang memungkinkan individu berpikir secara kontekstual dan transformatif sehingga
kita merasa sebagai satu pribadi yang utuh secara intelektual, emosional, dan
spiritual. Kecerdasan sepiritual merupakan sumber dari kebijaksanaan dan kesadaran
akan nilai dan makna hidup, serta memungkinkan secara kreatif menemukan dan
mengembangkan nilai-nilai dan makna baru dalam kehidupan individu. Kecerdasan
spiritual juga mampu menumbuhkan kesadaran bahwa manusia memiliki kebebasan
untuk mengembangkan diri secara bertanggungjawab dan mampu memiliki wawasan
mengenai kehidupan serta memungkinkan menciptakan secara kreatif karya-karya
baru, spiritualitas sebagai wujud karakter spiritual, kualitas atau sifat dasar dan upaya
dalam berhubungan atau bersatu dengan tuhan.
Sehingga dapat diartikan bahwa, kecerdasan spiritual sebagai bagian dari
psikologi memandang bahwa seseorang yang beragama belum tentu memiliki
kecerdasan spiritual. Namun sebaliknya, bisa jadi seseorang yang humanis-non-
agamis memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, sehingga sikap hidupnya inklusif,
setuju dalam perbedaan (agree in disagreement), dan penuh toleran. Hal itu
menunjukkan bahwa makna "spirituality" (keruhanian) disini tidak selalu berarti
agama atau bertuhan. Sehingga dari kuti-kutipan diatas penulis memilih judul proses
perkembangan moral dan spiritual peserta didik karena, proses merupakan suatu hal
yang sangat penting, dimana sangat menentukan hasil atau pencaapain puncak dan
akhirnya.

Anda mungkin juga menyukai