Anda di halaman 1dari 27

CRITICAL BOOK REVIEW

ILMU PENDIDIKAN ISLAM


DOSEN PEMBIMBING:
ELGA NOVIRA RISKINTA, M.Pd

Disusun Oleh

Eka Wulandari
NIM : 01092105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
BATU BARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Critical Book Review dengan
judul “Ilmu Pendidikan Islam” untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam
dengan tepat waktu dan tanpa halangan suatu apapun.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan Critical Book Review ini, banyak pihak yang
telah memberikan bantuannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih.
Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sehingga
dapat menambah wawasan dan sebagai evaluasi diri dalam penyusunan Critical Book Review
selanjutnya. Penulis juga berharap semoga Critical Book Review ini dapat memberikan informasi
kepada pembaca serta dapat dijadikan referensi bacaan dalam pembelajaran yang berkaitan
dengan kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

Batu Bara, 05 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Rasionalisasi pentingnya CBR ............................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan CBR ......................................................................................................... 1
C. Manfaat CBR ....................................................................................................................... 1
D. Identitas Buku ...................................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2
BUKU PERTAMA ..................................................................................................................... 2
BUKU KEDUA......................................................................................................................... 18
BAB III ......................................................................................................................................... 22
PERBANDINGAN ....................................................................................................................... 22
A. BUKU UTAMA................................................................................................................. 22
B. BUKU KEDUA ................................................................................................................. 22
BAB IV ......................................................................................................................................... 23
PENUTUP..................................................................................................................................... 23
Kesimpulan................................................................................................................................ 23
Saran .......................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi pentingnya CBR
Manfaatnya supaya kita bisa mengetahui bagaimana cara mengkritik buku yang baik dan
benar, lebih mengetahui isi buku, dan menambah pengetahuan tentang peranan-peranan
dalam keluarga.
B. Tujuan Penulisan CBR
Tujuan penulisa critical book review yaitu untuk dapat menambah ilmu dan pengetahuan
kita, untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan isi buku yang di kritik, selain itu juga
untuk memberikan informasi mengenai isi buku serta untuk menjadikan kita lebih berfikir
kritis dalam mencari info disetiap buku.
C. Manfaat CBR
1. Dapat menambah wawasan ilmu.
2. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan isi buku
3. Dapat memahami isi buku secara rinci.
D. Identitas Buku
1. Identitas Buku I
Judul buku : Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam
Edisi :I
Pengarang : Prof. Dr. Dja‟far Siddik, M.A.
Penerbit : Citapustaka Media Perintis
Kota terbit : Bandung
Tahun terbit : 2011
Tebal buku : 199 hal
2. Identitas Buku II
Judul Buku : Ilmu Pendidikan Islam
Penerbit : HIJRI Pustaka Utama
Penulis : Prof.Dr.Syafaruddin,Mpd dkk
Tahun Terbit : 2017
Tebal Halaman : 192
ISBN : 979-25-9553

1
BAB II
PEMBAHASAN
BUKU PERTAMA
BAB I : Perkembangan Ilmu Pendidikan Islam
A. Pendahuluan. (h.1)
Perkembangan pendidikan dewasa ini mengalami krisis, disebabkan ada dua orientasi yang
berbeda yakni pendidikan umum dan pendidikan Islam. Namun dalam Islam universal dan tidak
mengenal dikonomi ilmu pengetahuan.
Dalam situasi kritis para ilmuwan Islam terus mencari solusi dari problematika pendidikan. Salah
satu usahanya ialah lahirnya Konsep pendidikan Pendidikan Islam yang mandiri, dengan
harapan mampu melahirkan konsep yang ideal dan realistic serta dapat memenuhi kebutuhan
sesuai dengan tuntutan zaman dalam dunia pendidikan Islam.
B. Perkembangan Ilmu Pendidikan Islam. (h.2-5)
Sebenarnya sejak adanya Fakultas Tarbiyah IAIN Pendidikan Islam sudah dijadikan salah satu
bahan kajian, namun pengembangan serius terhadap Ilmu Pendidikan Islam baru dijadikan Mata
Kuliah dalam kurikulum Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidik sejak Bulan Oktober 1993 setelah
diadakan Musyawarah Nasional Ilmu Pendidikan Islam di Ciawi Bogor dmulaiian Agama Islam.
Kemudian pada Tahun 1995 munculah Jurusan Kependidikan Islam (KI) lengkap dengan
silabusnya.
Menurut Ahmad Tafsir pengembangan Ilmu Pendidikan Islam mulai serius dikembangan sejak
Oktober 1993, bahkan sepanjang tahun 1994 – 1996 banyak sekali dilakukan seminar nasional
yang membicarakan Ilmu Pendidikan Islam. Hasilnya dapat tersusun sebuak buku yang diproduk
oleh Asosiasi Sarjana Pendidikan Islam (ASPI) yang membicarakan landasan filosofis,
paradigm, metodologi, model penelitian dan peta penelitian. Kesemuanya itu digunakan dalam
pengembangan Ilmu Pendidikan Islam. (Priatna 2004:39).
Perkembangan Ilmu Pendidikan Islam Menurut Nung Muhajir adalah filsafat yang digunakan
haruslah filsafat yang mengakui secara ekplisit kebenaran etik yang diwujudkan berupa nilai.
Karena filsafat seperti ini memuat idalisme, realism, khususnya realism metafisik (Tafsir
1994:23). Disamping itu perlu ada paradigm yang dapat digunakan dengan cara mengambil teori
yang ada lantas dikonultasikan kepada wahyu Tuhan , atau diistilahkan dengan “Induksi
konsultasi” (Tafsir 1994:24-25).

2
Cara Islamisasi Ilmu Pendidikan Barat dengan menggunakan realism-metafisik dan paradigm
induksi konsultasi dengan memilih tiga cara yaitu :
1. Merevisi teori yang sudah ada.
Mengganti teori lama yang dianggap tidak lagi sesuai dengan kondisi sekarang dengan teori
baru.
2. Membuat teori baru.
Ada dua cara pengembangan Ilmu pendidikan Islam yakni :
a. Cara deduksi,
b. Cara induksi-konsultasi.
C. Pengertian dan Batasan Ilmu Pendidikan Islam. (h.5-7)
Ilmu pendidikan Islam merupakan Ilmu Pengetahuan praktis; Ilmu Pengetahuan rohani. Batasan
Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu yang mengkaji pandangan Islam tentang pendidikan dengan
menafsirkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dan mengkomunikasikan secara
timbale balik dengan fenomena sosialdalam situasi pendidikan kontemporer.
D. Tujuan Mempelajari Ilmu Pendidikan Islam (h.7)
Tujuan mempelajari Ilmu Pendidikan Islam antara lain :
1. Untuk mengetahui problema-problema dan isu-isu baru komponen.
2. Untuk merekontruksi Sistem Pendidikan Islam dengan paradigm baru yang sesuai dengan
ajaran Islam.
3.Untuk merefleksikan pertautan nilai-nilai transcendental Ilahi dengan realitas kependidikan.
4. Untuk mencerahkan situasi Ilmu Pendidikan Islam

E. Urgensi Ilmu Pendidikan Islam (h.8)


Urgensi Ilmu Pendidikan Islam antara lain :
1. Sebagai usaha untuk membentuk pribadi manusia.
2. Merupakan proses ikhtiar secara paedagogis untuk mengembangkan hiduo anak didik ke arah
kedewasaan/ kematangan.
3. Mempunyai arti fungsional dan actual dalam diri manusia untuk tercapainya tujuan hidup
bahagia dunia dan akherat.
F. Fungsi Ilmu Pendidikan Islam (h.9).
Ilmu Pendidikan Islam mempunyai fungsi, yaitu :

3
1. Ingin melakukan pembuktian terhadap teori-teori kependidikan Islam agar menjadi kenyataan.
2. Memberikan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam segala aspeknya bagi
pengembangan Ilmu Pendidikan Islam.
3. Menjadi pengoreksi kekurangan teori-teori ilmu Pendidikan Islam

BAB II Konsep Dasar Pendidikan Islam


A. Pendahuluan. (h.11-15)
Islam sebagai agama menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Pernyataan ini
didukung dengan lima ayat pertama yang diwahyukan Allah SWT dalam Surat Al „laq. Hal ini
diakui Malik Fajar bahwa hubungan Islam dengan pendidikan bagaikan dua keping mata sisi
uang artinya, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan filosofis yang sangat mendasar, baik
secara ontologism, efistimonologi maupun aksiologi (Fajar 1999:27).
Islam menganjurkan dan mendorong mencari ilmu bahkan dikatakan bahwa semua hasil ilmu
pengetahuan modern telah ada dalam al-Qur‟an. Untuk membekali ilmu bagi umat Islam yang
efekif melalui pendidikan, baik formal maupun non formal (Isna 2001:64).
Kursyid Ahmad, dan Fazlur Rahman berpendapat bahwa pembaharuan dalam bentuk apapun
harus melalui pendidikan. Kita tidak bisa mencapai suatu cita-cita nasional kecuali dengan
pendidikan (Abidin 1991:17), hanya saja , pendidikan harus mampu mendorong terciptanya daya
pikir, sehingga melahirkan manusia yang dinamis. Karena itu, umat Islam pada masa Klasik
patut dijadikan motivasi untuk memberikan arah di bidang pendidikan masa sekarang dan yang
akan datang karena pendidikan di masa tersebut mampu memberikan dorongan terwujudnya
masa keemasan Islam (Sawito 1995:7).
Berdasarkan rujukan dari aspek tersebut, maka konsep tentang pendidikan dapat disusun dengan
hakikat pendidikan menurut ajaran Islam. Sebab keduanya tak mungkin dapat dipisahkan. Untuk
menggambarkan hal itu, berikut dijelaskan diskursus pendidikan Islam.
B. Pengertian Pendidikan Islam. (h.15-24)
Ada tiga istilah yang umn.um yang digunakan dalam Pendidikan Islam yakni, al-t‟lim, al-
tarbiyah dan al-ta‟dib. Ketiga makna tersebut mempunyai pengertian tersendiri dalam pendidik.
Terma al-tarbiyah, sangat luas cakupannya meliputi semua aspek pendidikan, yaitu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor, baik dari aspek jasmani maupun rohani, secara harmonis dan

4
integral. Sehingga esesnsi tarbiyah mengandung makna yaitu proses aktualisasi sesuatu yang
dilakukan secara bertahap dan terencana sampai pada batas kesempurnaan (kedewasaan).
Terma ta‟lim digunakan oleh Abdul Fatah Jalal menjelaskan bahwa ta‟lim secara implicit juga
menanamkan aspek afektif, karena pengetian ta‟lim sangat ditekankan pada prilaku yang
baik (Nizar 2001:86).
Ibnu Mansur dalam bukunya Lisan al „arab Juz 9, mengemukakan bahwa ta‟lim adalah
pengajaran yang bersifat pemberian, penyampaian, pengertian, pengetahuan serta keterampilan.
Penunjukan kata ta‟lim pendidikan sesuai dengan Firman Allah QS. Albaqoroh: 31.
Selanjutnya tokoh yang memakai istilah ta‟dib adalah Syeh Naquib a-Attas dengan memeberikan
rujukan mengenai konsep pendidikan dengan memakai istilah ta‟dib yang berarti secara bahasa
merupakan bentuk masdar dari kata addaba yang berarti member adab, mendidik (Yunus
1972:37).
Terlepas dari batasan makna yang tepat dari ketiga istilah diatas, maka dapat ditarik benang
merah bahwa tabiyah merupakan upaya sadar akan pemeliharaan, pengembangan seluruh potensi
diri manusia, secara fitrahna dan perlindungan menyeluruh terhadap hak-hak kemanusiannya.
Sementara kata ta‟lim mengesankan proses pemberian ilmu pengetahuan dan penyadaran fitrah
serta tugas-tugas nyata. Sedangkan ta‟dib mengesankan proses pembinaan kepribadian dan sikap
moral (afektif) dan etika dalam kehidupan (Djuwaeli 1998:4).
Penggunaan istilah tarbiyah mewakili untuk memaknai Pendidikan Islam. Hal ini karena muatan
maknanya lebih luas yang meliputi aspek jasmani, akal, daya kreasi dan social kemasyarakatan
manusia aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam proses pendidikan islam (Aziz dan Majid tt: 59.
Secara terminology para pakar telah mendefinisikan Pendidikan Islam berbeda-beda sesuai
dengan sudut pandang mereka. Namun dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Islam adalah suatu
proses yang sangat konfrehensif, disusun secara sistimatis, terencana dalam upaya
mengembangkan potensi yang ada pada diri anak didik secara optimal, untuk menjlankan tugas
ilahiyah yang didasarkan dengan bingkaian ajaran Islam pada semua aspek kehidupan.
C. Sumber dan Dasar pendidikan Islam. (h.24-38)
Kata Dasar dalam Bahasa (Arab; Asas, Inggris; foundation, Perancis, Latin; fundamentum).
Secara etimologi berarti; alas, fundamen, pokok atau pangkal sesuatu pendapat, ajaran, aturan.
(Tim Penyusun Kamus Pusat Pendidikan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1991:211).

5
Secara terminology dasar mengandung arti sebagai sumber adanya sesuatu dan proposisi paling
umum dan makna yang paling luas yang dijadikan sumber ilmu pengetahuan, ajaran, atau
hukum. (Aly 1999:19-30).
Sumber Pendidikan Islam ada dua: pertama, sumber Ilahi yang meliputi al-Qur‟an, Hadits, dan
alam semesta sebagai ayat kauniyah yang perlu ditafsirkan kembali. Kedua, sumber insaniyah
yaitu lewat proses ijtihad manusia dari fenomena yang muncul dari kajian terhadap sumber Ilahi
yang masih bersifat global. (Nizar 2001:95). Hasan Langulung menambahkan yang ketiga yaitu
Ijtihad.
Dalam meletakan Ijtihad sebagai sumber dasar Pendidikan Islam, ada dua pendapat: pertama,
tidak menjadikannya sebagai sumber dasar Pendidikan Islam. Kedua, meletakkan ijtihad sebagai
sumber dasar Pendidikan Islam.
D. Tujuan Pendidikan Islam. (h. 39-45)
Tujuan pendidikan Islam tidak lepas kaitannya dengan eksistensi hidup manusia sebagai khalifah
Allah SWT di muka bumi ini. Menurut Abdurrahman an-Nawawi ada empat tujuan umumnya
yaitu :
1. Pendidikan Akal dan persiapan pikiran.
2. Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak didik.
3. Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik-
baiknya.
4. Berusaha untuk menyeimbangkan segala kekuatan dan kesedian-kesediaan manusia (Asyaf
1986:418-419).
Tujuan Pendidikan Islam menurut hasil keputusan kongres pendidikan Islam sedunia tahun 1980
di Islamabad yaitu upaya untuk menumbuhkan kepribadian manusia yang menyeluruh secara
seimbang, melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra.
Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam mempunyai cakupan yang sangat luas baik secara
material maupun sacara spiritual. Pendidikan Islam tidak hanya melihat bahwa pendidikan
sebagai upaya mencerdaskan semata (Pendidikan Intelek, kecerdasan), melainkan sejalan dengan
konsep Islam tentang manusia dan hakikat eksistensinya. Bahkan pendidikan Islam berupaya
menumbuhkan pemahaman dan kesadaran bahwa manusia itu sama di depan Allah.
Perbedaannya adalah kadar ketaqwaannya, sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif (Karim
1991 :32).

6
E. Fungsi Pendidikan Islam. (h.45-49)
Fungsi Pendidikan Islam menurut Khursid Ahmad sebagaimana dikutif Ramayulis (1990:19-20)
dengan membagi kepada dua fungsi pendidikan Islam yakni :
1. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-
nilai tradisi dan social serta ide-ide masyarakat dan negara.
2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya
mencakaup ilmu pengetahuan serta keterampilan yang baru ditemukan dan melatih tenaga-tenaga
manusia yang produktif untuk menemukan perubahan social dan kemampuan ekonomi secara
seimbang.
Dengan demikian fungsi pendidikan Islam dapat mengembangkan dan mengarahkan manusia
agar mampu mengembangkan amanah dari Allah, yakni menjalankan tugas-tugas hidupnya di
muka bumi ini, baik sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan taat terhadap segala aturan
maupun sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Yang menyangkut tugas kholifah terhadap diri
sendiri, rumah tangga, masyarakat serta alam sekitarnya (Muhaimin 2002:24).
Pendidikan Islam bukan sekedar transfer of knowledge ataupun transfer of training, tetapi sebuah
system yang ditata diatas pondasi keimanan dan keshalihan yang terkait langsung dengan
tuhannya (Ahmadi 1987:10). Dalam hal ini, lembaga pendidikan Islam dituntut profesionalisme
untuk mampu mentrsfer sejumlah keterampilan dengan warna dan nilai religious yang bermutu
dan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja yang ada, sehingga diharapkan output-nya
memiliki keterampilan yang dapat diandalkan dan direalisasikan secara nyata.

F. Tanggung Jawab dan Lingkungan Pendidikan Islam. (h.49-60)


Tanggung Jawab pendidikan Islam agar berkembang harus diserahkan kepada keluarga, sekolah
dan masyarakat. Ketiga institusi ini harus mampu melaksanakan peran dan fungsinya sebagai
srana yang memberikan motivasi, fasilitas, educative, wahana pengembangan yang ada pada diri
peserta didik dan mengarahkan untuk mampu bernilai efektif dan efisien sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan zamannya, serta memberikan bimbingan dan perhatian yang serius
terhadap kebutuhan moral-spiritual peserta didiknya.
Bimbingan tersebut meliputi pengembangan potensi peserta didik, tranformasi ilmu pengetahuan
dan kecakapan lainnya, dan membangkitkan motif-motif yang ada seoptimal mungkin (Nawawi

7
1989:8). Disamping itu Syahminan Zaini (1996:136) menambahkan dari ketiga komponen itu
yakni tanggung jawab terhadap diri sendiri.

BAB III Guru Dan Sertifikasi


A. Pendahuluan. (h.61-63)
Guru adalah actor utama dalam praksis pendidikan. Guru adalah salah satu komponen dalam
proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia
yang potensial di bidang pembangunan. Kenyataan yang terjadi dalam dunia pendidikan adalah
rendahnya kualitas dan kualifikasi guru dalam proses belajar mengajar, hal ini terjadi pada
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Dalam menghadapi persaingan globalisasi, guru
dituntut bersaing dengan pekerja professional lainnya.
Problematika yang dihadapi pendidikan Islam saat ini adalah masih banyaknya para guru yang
mengajar di sekolah-sekolah tidak berdasarkan pada kualifikasi dan kompetensi dasar, atau
bidang keahlian pada mata pelajaran yang diajarkan, karena dalam proses pembelajaran mereka
hanya menekankan pada materi pelajaran sementara teknik dan metode mengajar cenderung
diabaikan, sehingga akhirnya kegiatan belajar mengajar menjadi vakum dan monoton sehingga
guru kehabisan bahan materi pelajaran dan siswa tidak memiliki kemampuan atau keterampilan
yang sangat diharapkan.
B. Guru dalam Pandangan Pendidikan Islam. (h.63-65)
Guru dalam leteratu kependidikan Islam biasa disebut sebagai ustadz, mu‟alim, murabby,
mursyid, mudarris dan mu‟addib (Muhaimin 2003:209). Dari hasil telaahan terhadap istilah-
istilah dan makna guru ditemukan bahwa guru adalah orang yang memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1. Mempunyai komitmen terhadap profeisonalitas, yakni melekat pada dirinya sikap dedikatif.
2. Mempunyai komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continuous
improvement.
3. Mengusai ilmu dan mampu mengembangkan serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan,
menjelaskan dimensi teoritis dan prktisnya, atau sekaligus melakukan transfer ilmu
pengetahuan, internalisasi serta amaliah(implementasi).

8
4. Mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, serta mampu mengatur,
memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, alam
sekitarnya.
5. Mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri, atau menjadi pusat panutan, teladan dan
konsultan bagi peserta didiknya.
6. Memiliki kepekaan intelektual dan informasi, serta memperbaharui pengetahuan dan keahlian
secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan
serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat kemampuannya.
7. Mampu bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.
C. Kompetensi Guru dalam Proses Belajar Mengajar. (h.65-72)
Tugas pokok seorang guru adalah mengajar dan mendidik. Mengajar mengacu pada pemberian
pengetahuan dan melatih keterampilan dalam melakukan sesuatu sedangkan mendidik mengacu
pada upaya membina kepribadian dan karakter anak didik dengan nilai-nilai tertentu, sehingga
nilai-nilai tersebut mewarnai kehidupannya dalam bentuk prilaku dan pola hidup sebagai
manusia yang berakhlak, tindakan dan fungsi seorang guru yang harus dilakukan sebagai berikut
1. Mempersiapkan bahan yang mau diajarkan.
2. Mempersiapkan alat-alat peraga/ praktikum yang akan digunakan.
3. Mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang siswa aktif belajar.
4. Mempelajari keteladanan siswa, mengetahi kelemahan dan kelebihan siswa.
5. Mempelajari pengetahuan awal siswa Selama Proses Pembelajaran.
6. Mengajak siswa aktif belajar.
7. Siswa dibiarkan bertanya.
8. Menggunakan metode ilmiah dalam proses penemuan.
9. Mengikuti pikiran dan gagasan siswa.
10. Menggunakan variasi metode pembelajaran.
11. Mengadakan praktikum terpimpin maupun bebas.
12. Sesudah Proses Pembelajaran guru memberikan PR dan mengumpulkan serta
mengoreksinya.
13. Memberikan tugas lain untuk pendalaman.
14. Tes yang membuat siswa berpikir, bukan hapalan.
15. Sikap yang Perlu dipunyai Guru.

9
16. Siswa dianggap bukan tabula rasa, tetapi subyek yang sudah tahu sesuatu.
17. Model kelas, siswa aktif, guru menyertai bila ditanyasiswa yang tidak bisa menjawab tidak
usah marah dan mencerca.
18. Menyediakan ruang tanya jawab dan diskusi.
19. Guru dan siswa saling belajar.
20. Yang penting bukan bahan selesai, tetapi siswa belajar untuk beajar sendiri.
21. Memberikan ruang siswa untuk boleh bersalah.
22. Hubungan guru-siswa dialogis.
23. Pengetahuan yang luas dan mendalam.
24. Mengerti kontek bahan yang mau diajarkan.
(Suparno 2004:34-35)
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka fungsi guru mengalami perubahan dan pengembangan.
Guru dapat berfungsi sebagai motivator, dinamisator, evaluator dan justifikator yang menilai
dan memberi catatan , tambahan, pembenaran dan sebagainya terhadap hasil temuan siswa.
D. Membangun Guru yang Profesionalisme. (h.72-78)
Guru adalah pekerjaan professional. Oleh karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan
merupakan pendidik profesional (Sukamadinata 1997:191). Wolmer dan Mills mengemukakan
bahwa pekerjaan yang dikatakan profesionalisme sebagai berikut :
1. Memiliki kualitas ilmu yang mendalam yang mencakup pada pengetahuan umum yang luas.
2. Memiliki keakhlian khusus yang mendalam disamping memperoleh dukungan masyarakat dan
pengesahan serta perlindungan hukum.
Ciri khusus untuk profesi seorang guru dalam garis besarnya ada tiga yaitu :
1. Seorang guru yang professional harus menguasai bidang ilmu pengetahuan yang diajarkannya
dengan baik.
2. Seorang guru yang professional harus memiliki kemampuan menyampaikannya atau
mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada murid-muridnya secara efektif dan efisien.
3. Seorang guru yang professional harus berpegang teguh pada kode etik professional. Kode etik
ini lebih ditekankan pada perlunya memilki akhlaknya yang mulia.
Profesionalisme guru dibangun melalui penguasaan kompetensi-kompetensi yang secara nyata
diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaannya sebagai guru.”Kompetensi-kompetensi penting
jabatan guru tersebut adalah kompetensi bidang subtansi atau bidang studi, kompetensi bidang

10
pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang
hubungan dan pelayanan/pengabdian masyarakat. Pengembangan profesionalisme guru meliputi
Peningkatan kompetensi, peningkatan kinerja (performance) dan kesejahteraannya. Guru sebagai
pofesional dituntuk untuk senantiasa meningkatkan kemampuan wawasan dan kreativitasnya
masing-masing yang saling mempengaruhi, merumuskan beberapa kompetensi atau kemampuan
yang sesuai seperti kompetensi kepribadian, bidang studi dan pendidikan dan pengajaran
(Sanaky 2 Mei 2005).
E. Sertifikasi Guru dalam mewujudkan Profesionalisme. (78-82)
Sertifikasi guru merupakan bentuk perhatian pemerintah dalam upaya membangun
profesionalsme sang guru dan untuk meningkatkan kesejahteraannya yang terus terpinggirkan.
Untuk mewujudkan gagasan tersebut, tampaknya pemerintah memandang perlu pembentukan
sebuah badan independen profesi guru yang menilai profesionalsme guru.
Badan tersebut, nantinya akan mengeluarkan sertifikat bagi para guru yang dinilai memiliki
kompetensi atau memenuhi persyaratan sebagai profesi guru.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen,
dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan
dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada guru dan dosen sebagi tenaga professional.
Tujuan sertifikasi guru adalah :
1. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan
2. Melindungi masyarakat dari praktek-praktek yang tidak kompeten, sehingga merusak citra
pendidik dan tenaga kependidikan,
3. Membantu dan melindungilembaga penyelenggara pendidik, dengan menyediakan rambu-
rambu dan instrument untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten
4. Membangun citra masyarakatterhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan
5. Memberi solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
(Mulyasa 2007:35).
Dengan adanya sertifikasi guru, para guru dituntut harus siap memperbaiki dan meningkatkan
mutu kinerjanya agar memilki kompetensi yang optimal dalam usaha membimbing siswa agar
siap menghadapi kenyataan hidup dan bahkan mampu memberikan contoh, tauladan bagi siswa,

11
memiliki pribadi dan penampilan yang menarik, mengesankan dan menjadikan dambaansetiap
orang.
BAB IV : Kurikulum Ilmu Pendidikan Islam
A. Pendahuluan. (h. 83-84)
Kurikulum merupakan inti dari sekolah yang ditawarkan pada public, dengan dukungan sember
daya manusianya. Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai pendidikannya, dalam
kaitannya sebagai alat untuk mencapai tujuan, maka kurikulum harus memiliki dua sifat,
yaitu anticipatory dan refortorial. Hal ini berarti kurikulum harus dapat meramalkan kejadian di
masa mendatang. Bahkan kurikulum boleh dikata sebagai jantungnya pendidikan, karena dengan
kurikulum sekolah dapat menggambarkan dan merumuskan kualifikasi dan kompetensi outcome
dari program pendidikannya, dan dengan kurikulum pulalah, sekolah merancang upaya-upaya
untuk mencapai kompetensi.
B. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam. (h. 84-89)
Kurikulum dalam pendidikan Islam di kenal dengan kata “Manhaj” yang berarti jalan yang
terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap peserta didik (Nasution 1993:9)
Dari pengertian yang sempit , kurikulum merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah Dalam pengertian yang lebih luas,
kurikulum merupakan segala kegiatan yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk disajikan
kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan (Muhaimin 2003:182-183).
Kurikulum mempunyai empat unsure atau aspek utama, yaitu :
1. Tujuan dan obyektif yang ingin dicapai oleh pendidikan.
2. Pengetahuan dan Informasi, data. Aktivitas, dan pengalaman yang membentuk kurikulum itu.
3. Metode atau cara mengajar yang digunakan oleh guru untuk mengajarkan dan mendorong
murid belajar dan membawa mereka kea rah yang dikehendaki oleh kurikulum.
4. Metode atau cara mengajar yang digunakan dalam mengukur dan menilaikurikulum serta hasil
pembelajaran pendidikan yang dirancang dalam kurikulum (Langulung : 241)
Untuk itu, pengislaman kurikulum atau dalam istilah lain penerapan nilai Islam dalam kurikulum
harus mencakup empat unsure diatas, dalam rangka konsepsi (taswwur) Islam.
C. Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. (h. 90-95)

12
Prinsip-prinsip yang menjadi dasar kurikulum pendidikan Islam menurut Al-Syaibany adalah :
1. Pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran dan nilai-nialainya.
2. Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum.
3. Keseimbangan yang relative antara tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum.
4. Berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan-kemampuan dan kebutuhan peserta didik.
5. Pemeliharaan perbedaan-perbedaan individu diantara peserta didik dalam bakat-bakat, minat,
kemampuan-kemampuan dan kebutuhan-kebutuhan, dan masalah-maslahnya.
6. Prinsip perkembangan dan perubahan.
7. Prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman dan aktivitas yang
terkandung dalam kurikulum.
D. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam. (h. 95-96)
Karakteristik kurikulum pendidikan Islam adalah :
1. Islam menolak dualism system kurikulum dan sekularisme.
2. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan.
3. Meluasnya perhatian dan menyeluruhnya kandungan-kandungannya.
Ciri-ciri keseimbangan yang relative diantara kandungan-kandungan kurikulum dari ilmu-ilmu
dan seni atau kemestian-kemestian.
Kecenderungan pada seni-halus, aktivitas pendidikan, jasmani dan pengetahuan teknik, latihan
kejuruan, bahasa-bahasa asing, sekalipun atas dasar perseorangan dan juga bagi mereka yang
memiliki kesediaan dan bakat bagi perkara-perkra ini dan mempunyai keinginan untuk
mempelajari dan melatih diri dalam perkara tersebut.
E. Reorientasi Kurikulum Pendidikan Islam. (h. 96-100)
Orientasi kurikulum pendidikan Islam yaitu :
Pendidikan Islam kurikulumnya harus didesain untuk integrasikan dengan keseluruhan proses
maupun institusi pendidikan lain.
Pendidikan Islam harus mampu melakukan internalisasi nilai-nilai dan norma keislaman yang
fungsional secara normal untuk mengembangkan keseluruhan system social budaya.
Pembentukan wawasan ijtihadiyah secara aktif sehingga mampu menjawab tuntutan masa depan
(Sanaky 2003:170)
F. Kurikulum Berbasis Kompetensi. (h. 100-104)

13
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat diartikan suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan
standar ferformance tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Mulyasa 2003:39).
Kurikulum Berbasis Kompetensi dapat diorientasikan pada tiga hal dimana peserta didik dapat
menguasainya :
Seperangkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan wawasan, serta penerapannya untuk
memenuhi kualitas sesuai dengan criteria atau tujuan pembelajaran.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan , keahlian berkarya, sikap dan prilaku berkarya
dan caraberkehidupan di masyarakat sesuai dengan profesinya.
Didasarkan pada pengembangan kemampuan dan kepribadian yang oftimal.
Dengan demikian desain program kurikulum pendidikan Islam diharapkan mampu
menghantarkan peserta didik untuk dapat memiliki lima kompetensi dasar yaitu kompetensi
Islamiyah,knowledge, skills, Ability, kompetensi social-kultur.
BAB V
METODE PEMBELAJARAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan. (h. 105-106)
Model pembelajaran yang semakin berkembang di abad 21 ini, khususnya di Indonesia dengan
penerapan kurikulum berbasis kompetensi, maka beragam model pembelajaran yang
diaplikasikan oleh guru sebuah keniscayaan. Hal ini bertujuan untuk mempercepat penguasaan
kompetensi oleh peserta didik setelah mempelajari suatu mata pelajaran. Untuk itu diperlukan
berbagai model pembelajaran yang memberikan kontribusi penting bagi kurikulum berbasis
kompetensi.
B. Pengertian Metode Pembelajaran. (h. 106-110)
Metologi berasal dari Bahasa Yunani; Metha (dibalik atau dibelakang). Hodos berarti melalui,
melewati atau berarti jalan. Cara atau (thariqoh, arab) dan logos yang berarti ilmu atau science,
sedang metodologi berarti ilmu mengenai berbagai cara atau jalan yang ditempuh untuk sampai
ke tujuan. Pembelajaran berasal dari kata instruction (dalam Bahasa Yunani in tructus, intrucre)
yang berarti menyampaikan pikiran. Jadi arti Intructional adalah menyampaikan pikiran atau ide
yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran.

14
Maka metode pembelajaran berarti berbagai cara atau seperangkat cara atau jalan yang
dilakukan, ditempuh guru secara sistematis melakukan upaya pembelajaran yang telah diolah
sehingga menjadi milik peserta didik. Metode pembelajaran diartikan sebagai prinsip-prinsip
yang mendasari kegiatan yang mengarahkan perkembangan seseorang, khususnya proses belajar
mengajar.
C. Manfaat Metode Pembelajaran. (h. 110-111)
Manfaat metodologi pembelajaran bagi guru yaitu :
Membahas tentang berbagai prinsip dan teknik-teknik serta pendekatan pengajaran yang
digunakan, maka dengan mempelajari metodologi pembelajaran seorang guru dapat memilih
metode mana yang layak untuk dipakai dalam proses belajar mengajar.
Dapat mengetahu dan mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan metode-metode
pembelajaran tersebut.
Dengan banyaknya materi dan terbatasnya waktu untuk menyampaikan materi, maka seorang
pendidik dapat merancang dan mendesain pengajaran.
Dengan mengetahui metodologi pembelajaran, maka seorang guru dapat memberikan kontribusi
pengetahuan kepada peserta didik sebagai calaon guru atau pendidik.
D. Metode-metode Pembelajaran. (h. 111-117)
Ada beberapa macam metodologi pembelajaran; sebagai berikut :
Metode Ceramah
Metode Diskusi
Metode Tanya Jawab
Metode Pemberian Tugas.
Metode Demontrasi
Metode bermain Peranan
E. Metode Pembelajaran Tuntas. (H. 118-120)
Metode pembelajarn tuntas merupakan suatu model yang banyak dimanfaatkan para guru dalam
pembelajaran dan intruktur dalam pelatihan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dapat
menguasai materi pembelajran yang dirancang oleh guru untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan peserta didik terakhir. Model Pembelajaran Tuntas adalah suatu
usaha yang berhasil membawa semua peserta didik kepada tujuan , apa yang diajarkan
hendaknya difahami oleh peserta didik.

15
Adapun tujuan pembelajaran tuntas adalah tercapainya tiga ranah kognitif, afektif dan
psikomotor.
BAB VI : Evaluasi Dalam Pendidikan Islam
A. Pengertian Evaluasi. (H. 121-122)
Secara harfiyah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evalution; dalam bahasa Arab : al-
Tadir, dalam bahasa Indonesia: penilaian. Sedangkan akar katanya yaitu : value dalam bahasa
Arab al-Qimah; dalam bahasa Indonesia berarti nilai. Secara Harfiyah evaluasi pendidikan dapat
diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Adapun menurut Istilah bahwa evaluasi pendidikan
adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan sehingga dapat diketahui mutu dan hasil-
hasilnya (Sudijono 2006:1).
Untuk evaluasi pendidikan Islam Zuhairini dkk (1981:139) mengemukakan yaitu suatu kegiatan
untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam.
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam. (h. 122-124)
M. Athiyah al-abrasyi menyebutkan tujuan evalusi pendidikan yang dikutip oleh Abdul Mujib
dan Yusuf Mudzakkir (2006:211) adalah untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik
terhadap materi pelajaran, melatih kebaranian dan mengajak peserta didik untuk mengingat
kembali materi yang telah diberikan , dan mengetahui tingkat perubahan prilakunya.
Oemar Hamalik (1982:106-107) memberikan penjelasan tentang fungsi dari evaluasi adalah
membantu peserta didik agar ia dapat mengubah dan mengembangkan tingkah lakunya secara
sadar, serta memberikan bantuan padanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana
mestinya. Disamping itu fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang pendidik dalam
mempertimbangkan adequate (cukup memadai) metode pengajaran serta membantu dan
mempertimbangkan administrasinya.
C. Prinsip-prinsip Evaluasi. (124-125)
Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya
senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar yaitu :
Prinsip Keseluruhan (al-Kalam, al-Tamam)
Prinsip Kesinambungan (Istimrar)
Prinsip Objektivitas (Maudlu‟yyah) (Sudijono 2006 dan Mujib dan Mudzakkir 2000:213)
D. Sasaran Evaluasi. (h. 125-126)

16
Menurut A Thabrani ada tiga sasaran pokok dalam evaluasi, yaitu :
Segi Tingkah Laku, artinya segi-segi yang menyangkut sikap, minat, perhatian, keterampilan
murid sebagai akibat dari proses belajar mengajar
Segi Pendidikan, artinya penguasaan materi pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses
belajar mengajar
Segi-segi yang menyangkut proses belajar mengajar dan mengajar itu sendiri, yaitu bahwa
proses belajar mengajar perlu diberikan penilaian secara obyektif dari guru. Seab baik tidaknya
proses belajar mengajar akan menentukan baik tidaknya hasil belajar yang dicapai oleh murid
(2000: 218)
E. Jenis-jenis Evaluasi. (h. 126-129)
Ramayulis mengemukakan bahwa jnis-jenis evaluasi yang diterapkan dalam pendidikan Islam
ada empat macam, yaitu :
Evaluasi Formatif
Evaluasi Sumatif
Evaluasi Penempatan (Placement)
Evaluasi Diagnosis.
F. Prosedur Evaluasi. (h. 129-131)
Anas Sudijono (2006: 59-62) merinci kegiatan evaluasi hasil belajarkedalam enam langkah
pokok, yaitu :
Menyusun rencana evaluasi hasil belajar
Menghimpun data
Melakukan verifikasi data
Mengolah dan menganalisis data
Memberikan interprestasi dan menarik kesimpulan
Tidak lanjut hasil evaluasi
G. Syarat-syarat Evaluasi. (h. 131)
Syarat-syarat yang dilakukan dalam pelaksanaan evaluasi yaitu :
1. Validitas
Tes harus dilakukan berdasarkan hal-hal yang seharusnya dievaluasi, yang meliputi seluruh
bidang tertentu yang diinginkan dan diselidiki sehingga tidak hannya mencakup satu bidang

17
saja. Soal-soal tes harus memberikan gambaran ke seluruh dari kesanggupan peserta didik
mengenai bidang tertentu.
2. Reliable
Tes yang dapat dipercaya yang memberikan keterangan tentang kesanggupan peserta didik yang
sesungguhnya. Soal yang ditampilkan tidak membawa tafsiran yang macam-macam.
3.Efisiensi
Tes yang mudah dalam administrasi, penilaian, dan interprestasi (Nasution 1982:167-170).
BUKU KEDUA
BAB I KARAKTERISTIK ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Ilmu pendidikan islam adalah disiplin ilmu pendidikan yang berlandaskan ajaran islam,
yang teori dan konsep konsepnya digali dan dikembangkan melalui pemikiran dan penelitian
ilmiah berdasarkan tuntunan dan petunjuk al-qur‟an dan sunnah. Al-qur‟an memang bukan buku
pendidikan, tetapi sesuai dengan tujuan dan fungsinya sebagai tibyan li kulli syai, yang
menjelaskan segala sesuatu, maka sekurang kurangnya secara particular terdapat di dalamnya
petunjuk mengenai pendidikan. Ilmu pendidikan Iislam itu tidak bisa dilepaskan dari pandangan
Islam, yaitu, bagaimana mengusahakan suatu pendidikan yang sistematis dan berencana dapat
dilakukan agar pencapaian tujuan hidup Muslim, yaitu : beriman, berilmu dan beramal secara
baik dan benar serta mampu membangun struktur kehidupan dunianya berdasarkan syari‟at
Islam, dapat terwujud.
BAB II ARTI DAN HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan Islam dalam pengertian yang umum adalah, “pendidikan yang berlandaskan al-
islam”, atau sering juga disebut sebagai pendidikan yang berlandaskan al-quran dan sunnah Nabi
saw. Ada beberapa istilah pendidikan dala Islam, yaitu, istilah tarbiyah, istilah ta‟lim, istilah
ta‟dib. Defenisi lain tentang pendidikan Islam, yang patut untuk mendapat perhatian ialah
defenisi yang dirumuskan oleh Syed Ali Ashraf, yaitu, Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan
yang melatih sensibilitas subyek didik dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga perilaku
mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan pengambilan keputusan serta pendekatan
mereka terhadap semua ilmu pengetahuan dibimbing oleh nilai-nilai etis Islam.
BAB III DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Dasar-dasar pendidikan yang bersifat absolut merupakan tiang penyangga pendidikan
Islam yang memelihara esensi dan tujuan-tujuan fundamentalnya yang terus menerus harus

18
dilestarikan. Sementara dasar-dasar pendidikan yang dihasilkan oleh olah piker manusia, akan
tetap berkembang dan dikembangkan secara kreatif untuk mempertahankan daya kelestarian
pendidikan Islam dalam mencapai tjuan-tujuan pendidikannya. Pendidikan islam ditegakkan atas
beberapa asas, yaitu: 1. Asas agama 2. Asas filsafat 3. Asas social kemasyarakatan 4. Asas
biologi dan psikologis Tujuan utama pendidikan islam itu adalah untuk menciptakan hubungan
manusia dengan Tuhannya sehingga manusia dapat mewujudkan keberartiannya,
mengembangkan kepribadiannya dengan berpedoman pada kebajikan-kebajikan Ilahi.
BAB IV PESERTA DIDIK
Konsep pendidikan islam tentang peserta didik berlandaskan pada konsep atau teori fitrah,
yang mengetengahkan bahwa pada dasarnya peserta didik lahir telah membawa bakat dan
potensipotensi yang cenderung kepada kebaikan dan kebenaran. Faktor eksternal akan ikut
memberikan polesan warna dalam mengambil sikap dan menetapkan pilihan pilihannya sesuai
dengan kehendak dan kemauan bebas yang dimilikinya. Konsep islam mengenai pendidikan
sepanjang hayat ini membawa implikasi kepada perlunya aktivitas individual yang mandiri guna
senantiasa memburu pengetahuan, pengalamanpengalaman baru, kapan pun dan di mana pun,
sesuai dengan sabda Nabi SAW, bahwa “hikmah” itu merupakan barang yang hilang bagi setiap
muslim.
BAB V HAKIKAT PENDIDIK DAN PROSES PEMBELAJARAN
Siapa pun yang melibatkan diri dan mengambil peranan dalam memberikan bimbingan,
pengajaran dan pelatihan terhadap orang lain bisa disebut sebagai pendidik, asalkan didalamnya
terdapat upaya-upaya normatif untuk membantu orang lain agar dapat berkembang kea rah yang
lebih baik. Dalam kehidupan masyarakat luas yang berperan sebagai pendidik adalah para ulama
dan ahl al-dzikr. Strategisnya peranan pendidik dalam pendidikan Islam, menyebabkan
ditemukan sebagai persyaratan untuk dapat diangkat sebagai guru.Hubungan social antara
pendidik dan masyarakat diikat oleh tali hubungan batin yang murni, terutama karena
kedudukannya sebagai pendamping yang menyertai masyarakat dengan segala keberadaannya.
2.6. BAB VI KURIKULUM Berbagai penelitian dan pembahasan mengenai kurikulum dapat
dilakukan secara meluas, karena ruang lingkupnya bisa meliputi segala sesuatu yang berkaitan
dengan kegiatan proses belajar dan mengajar didalam dan diluar sekolah. Dengan adanya
kurikulum diperkirakan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik menjadi lebih terintegrasi
dan bisa mencegah pengusaan bahan yang banyak, tetapi dangkal dan terlepas-lepas yang

19
menyebabkan mudah dilupakan serta tidak fungsional. Desain kurikulum inti dapat diterima
sebagai alternative dalam mendesain kurikulum pendidikan islam, maka semua mata pelajaran
yang berkelompok sebagai pengetahuan abadi. Maka kurikulum yang ditetapkan
negara/pemerintah tidak perlu diubah sehingga tidak menjadi penghalang dalam mengikuti ujian
akhir atau ujian lainnya.
BAB VII METODE PEMBELAJARAN
Metode mengajar bermakna segala segi kegiatan yang terserah yang dikerjakan oleh guru
dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri perkembangan
muridmuridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk
mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku
mereka, yang selanjutnya menolong mereka memperoleh maklumat, pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, sikap, minat dan nilai-nilai yang diinginkan.
BAB VIII ALAT PENDIDIKAN
Alat pendidikan merupakan peralatan atau media yang berfungsi sebagai alat bantu untuk
memperlancar penyelenggaraan pendidikan agar lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Alat-alat pendidikan tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu perangkat lunak
dan perangkat keras yang dapat dijadikan bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi dan interaksi proses pembelajaran dalam dan diluar sekolah.
BAB IX EVALUASI PENDIDIKAN
Memang benar, dalam setiap proses pembelajaran mengandung evaluasi atau penilaian.
Dalam setiap proses penilaian terdapat suatu upaya membandingkan informasi-informasi yang
tersedia. Evaluasi bermanfaat untuk membantu menjawab masalah-masalah penting mengenai
peserta didiknya dan prosedur pembelajaran yang dilakukan. Sasaran pokok evaluasi bukanlah
sekedar peserta didik, melainkan seluruh penyelenggara pendidikan, mulai dari pendidik,
kurikulim, sarana dan prasarana, metode pembelajaran, alat atau media dan seluruh unsur yang
terlibat dalam kegiatan proses belajar mengajar.
BAB X SUPERVISI PENDIDIKAN
Pelaksanaan supervisi dalam pendidikan islam, tidak dimaknai sebagai kegiatan
pengawasan yang dilakukan oleh pihak atasan kepada bawahannya. Hubungan atasan dan
bawahaan dalam konteks ini hendaklah dimakanai sebagai hubungan kepemimpinan dan
pertanggungjawaban yang bersifat moral. Supervise dalam pendidikan islam mengandung

20
semangat ukhuwah, demokratis dan kebersamaan karena sasaran supervisi bukan hanya para
guru melainkan perbaikan dalam proses belajar mengajar.
BAB XI PUSAT PENDIDIKAN
Pusat pendidikan disebut sebagai lingkungan pendidikan, bahkan sering pula disebut
sebagai lembaga pendidikan. Karena kelangsungan pendidikan itu dilaksanakan dalam
lingkungan tertentu yang berbeda dengan lingkungan lain. Kedudukannya sebagai institusi
pendidikan yang telah melembaga dengan aktifitas kesehariannya yang banyak mempengaruhi
perkembangan pendidikan. Pusat pendidikan diterjemahkan sebagai media yang dapat
memberikan pengaruh bagi perkembangan kepribadian peserta didik.

21
BAB III
PERBANDINGAN
A. BUKU UTAMA
Kelebihan Buku:
1. Pembahasan yang disampaikan pada buku mudah dipahami.
2. Buku ini memiliki tata letak yang bagus, memakai ukuran font yang tepat dan sesuai
dan juga memiliki catatan kaki atau footnote..
3. Menggunakan kata-kata yang ringan dan mudah dipahami secara tatak letak atau
penyusunan.
4. Buku ini menggunakan bahasa yang mudah di pahami oleh para pembaca..
Kekurangan Buku:
1. Perlu di sertakan gambar atau animasi dalam menghidupakan suasana pendidikan itu

B. BUKU KEDUA
Kelebihan Buku:
1. Buku ini sagat bagus karena dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana hakikat
pendidikan menurut islam
2. Bahasanya komunikatif
3. Tulisannya rapi dan teratur
Kekurangan Buku:
1. Tata bahasanya masih kurang diperhatikan
2. Bahasa yang terlalu komunikatif jadi agak sulit untuk dipahami

22
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Ilmu Pendidikan Islam yang telah dijadikan disiplin ilmu di lingkungan perguruang Tinggi
Islam pada khususnya, dan dalam lingkungan ilmu pengetahuan pendidikan pada umumnya,
masih berada dalam tahap permulaan perkembangan.Ilmu Pendidikan Islam masih terbuka
kepada pemikiran-pemikiran kreatif analitis para ilmuwan muslim untuk penyempurnaannya
lebih lanjut sepanjang pemikiran-pemikiran tersebyt sejalan atau sejiwa dengan tuntutan nilai
Islami yang terkandung di dalam sumber pokoknya yaitu Al-Qur‟an dan Al-Hadits.
Sebagai disiplin ilmu, Pendidikan Islam mengandung potensi ideal yang dapat dikembangkan
kepada dua arah yaitu menjadi ilmu yang teoritis dan ilmu yang praktis. Khususnya dalam
perkembangan ilmu pendidikan, pemikiran teoritis yang berlandaskan pada konsepsi, hipotesa
dan asumsi yang bernilai pedegogis mendapatkan tempat yang luas. Krena
Ilmu Pendidikan Islam tidak bersikap kaku terhadap pemikiran-pemikiran baru dari manapun
datangnya, baik pemikiran yang aspiratif dari kedua sumber pokoknya maupun dari ide-ide yang
non Islami yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pandangan dari kedua sumber pokok
tersebut.
Kesimpulanya adalah buku yang berjudul Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam ini
membahas tentang apa saja yang di bahas dalam ilmu pendidikan islam itu, mulai dari
pengertian, karakteristiknya, dasar dan tujuan pendidikan islam tersebut dan lain-lain.

Saran
Buku ini sangat cocok dibaca untuk para pendidik atau calon pendidik agar dapat
mengetahui bagaimana cara mendidik anak dengan konsep al-qur‟an maupun hadist. Agar
mereka bisa menjadi anak yang taat agama.

23
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Dja‟far Siddik, Ma. 2011. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam. Cita pustaka Media
Perintis. Bandung:.
Soleha dan Rada. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Alfabeta: Bandung

24

Anda mungkin juga menyukai