Anda di halaman 1dari 9

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

(RKS)

PEKERJAAN PEMBANGUNAN JALAN POROS/


PENGHUBUNG

LOKASI : UPT POHORUA

KECAMATAN : MALIGANO

KABUPATEN : MUNA

PROVINSI : SULAWESI TENGGARA

PROGRAM PENYIAPAN KAWASAN DAN


PEMBANGUNAN PERMUKIMAN TRANSMIGRASI (PKP2T)
SATKER DINAS NAKERTRANS KAB. MUNA

TAHUN ANGGARAN 2015

Spesifikasi Teknis Pembangunan Jalan Poros/ Penghubung


Disnakertrans Kab. Muna TA 2015
BAB I

UMUM

1. Lingkup Pekerjaan

Lingkup RKS ini meliputi pedoman teknis jalan yang berisi mengenai hal-hal teknis
dalam pembangunan transmigrasi antara lain :

- Penjelasan Umum.
- Pembersihan Daerah Milik Jalan (Damija).
- Pengupasan lapisan tanah atas (top soil).
- Pembentukan Badan jalan.
- Parit jalan dan pengaliran air.
- Lapisan perkerasan sub base.
- Penampang jalan.
- Pengendalian mutu.
- Pengukuran hasil pekerjaan..
- Pembangunan duiker pada ruas jalan ini dilaksanakan dengan kontrak terpisah.

2. Rencana Kerja

Dalam waktu selambat-lambatnya 20 hari dari setelah penandatanganan Kontrak, kecuali


ditentukan lain oleh PPK, Kontraktor harus mengajukan sebuah Rencana Kerja tertulis,
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti yang disebutkan dalam Dokumen
Kontrak, menjelaskan secara terperinci urutan pekerjaan dan cara melaksanakan
pekerjaan tersebut termasuk hal-hal khusus bila diperlukan, persiapan-persiapannya,
peralatannya dan waktu pelaksanaan untuk jenis pekerjaan tersebut, sejauh mana hal
tersebut mencakup ruang lingkup dari pekerjaan.

Pengajuan rencana kerja tersebut harus mendapat persetujuan PPK dan tidak akan
mengurangi atau membebaskan Kontraktor dari pertanggungan jawabnya terhadap
pekerjaan lainnya yang termaksud dalam Kontrak.

3. Tempat Kerja

Bila diperlukan tempat kerja dan tempat tersebut terletak di luar lokasi yang disediakan
untuk Direksi Teknis, maka Kontraktor harus menyediakan biaya ganti rugi/ sewa dan
biaya-biaya lain sehubungan dengan itu tanpa membebani satker dengan biaya-biaya
tambahan.

4. Peralatan

(1) Kontraktor diharuskan mengajukan daftar terperinci tentang peralatan yang akan
digunakan untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus disetujui oleh PPK
dalam hal kondisi peralatan dan rencana waktu tiba ditempat pekerjaan. Kontraktor
wajib mendatangkan alat-alat tersebut tepat pada waktunya. Kontraktor dalam
keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memindahkan alat-alat tersebut, sebagian
atau seluruhnya tanpa persetujuan dari Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi.

(2) Kontraktor diharuskan untuk mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk


melaksanakan tiap tahap dari pekerjaan sebelum tahap dari pekerjaan tersebut
dimulai. Penyediaannya ditempat pekerjaan dan persiapannya harus terlebih dahulu
mendapat penelitian dan persetujuan dari Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi

(3) Kerusakan yang timbul pada sebagian atau keseluruhan alat-alat tersebut yang akan
mengganggu pelaksanaan kerja harus segera diperbaiki atau diganti sedemikian
sehingga Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi menganggap pekerjaan dapat dimulai.

Spesifikasi Teknis Pembangunan Jalan Poros/ Penghubung


Disnakertrans Kab. Muna TA 2015
5. Mobilisasi dan Demobilisasi

Mobilisasi dan demobilisasi berupa mobilisasi/ demobilisasi fasilitas/ peralatan untuk kantor
di lapangan maupun mobilisasi/ demobilisasi alatberat yang akan digunakan untuk
pelaksanaan pekerjaan, dengan ketentuan :

(1) Mobilisasi untuk kantor lapangan dan fasilitasnya termasuk untuk direksi teknik/
konsultan supervisi dinyatakan sebagai bagian dari cakupan kontrak, sesuai dengan
persyaratan yang lain apabila perlu ditentukan dalam spesifikasi khusus yang menjadi
bagian dari dokumen kontrak. Bangunan ini akan tetap menjadi milik kontraktor pada
waktu proyek selesai.

(2) Pekerjaan demobilisasi dari daerah kerja (site) yang dilaksanakan oleh pihak
kontraktor pada akhir kontrak, termasuk membongkar kembali seluruh instalasi-
instalasi, peralatan konstruksi atau peralatan dan pihak kontraktor diharuskan untuk
melaksanakan pekerjaan perbaikan dan penyempurnaan pada daerah kerja (site)
sehingga kondisinya sama dengan keadaan sebelum pekerjaan dimulai.

(3) Mobilisasi harus diselesaikan dalam waktu 0 hari terhitung setelah tanggal mulainya
pekerjaan sampai siap digunakan dalan waktu 14 hari.

(4) Pihak kontraktor harus menyerahkan kepada direksi tehnik/ konsultan supervsi
mengenai rencana mobilisasi menurut detil dan waktu yang direncanakan

(5) Pihak kontraktor harus menyiapkan, menyerahkan dan mendapatkan persetujuan


perihal rencana mobilisasi dalam jangka waktu yang ditentukan

(6) Rencana mobilisasi harus menetapkan waktu dari semua kegiatan mobilisasi yang
akan dilakukan dan tambahan informasi berikut ini harus dimasukan pula :

- Lokasi dari basecamp kontraktor dengan denah lokasi umum dan denah
terperinci yang memperlihatkan lokasi dari kantor kontraktor, bengkel, gudang
peralatan dengan kantor direksi teknik/ konsultan supervisi.

- Rencana pengiriman peralatan yang menunjukan lokasi saat ini dari seluruh
peralatan yang terdaftar dalam jadwal yang dimasukan bersama penawaran,
bersama cara pengangkutan yang diusulkan untuk dipakai dan jadwal tibanya
ditempat kerja.

- Kontraktor harus meminta persetujuan direksi teknik/ konsultan supervisi atas


setiap perubahan pada jadwal peralatan dan penyediaan staf yang telah
dimasukan bersama penawaran.

- Harus membuat suatu format bagan balok yang dapat memperlihatkan kemajuan
pekerjaan secara menyeluruh, dan diperlihatkan pula setiap kegiatan-kegiatan
pekerjaan mobilisasi yang utama serta kurva kemajuan untuk menyatakan
presentase kemajuan pekerjaan.

Spesifikasi Teknis Pembangunan Jalan Poros/ Penghubung


Disnakertrans Kab. Muna TA 2015
BAB II

PEDOMAN TEKNIS
PEKERJAAN JALAN

1. Penjelasan Umum

1. Pembuatan Jalan Pemukiman Transmigrasi meliputi :


a. Pembangunan Jalan Poros/ Penghubung
b. Pembangunan Jalan Desa/ Lingkungan

2. Lingkup Pekerjaan Pembuatan jalan meliputi :


a. Pekerjaan Penyiapan tanah dasar (sub grade) terdiri atas pekerjaan :
- Pembersihan daerah milik jalan.
- Pengupasan lapisan tanah atas
- Pembentukan badan Jalan
- Timbunan (jika ada)
- Galian/ Cuttingan
- Parit jalan.
b. Pekerjaan lapis pondasi bawah/LPB sub base kelas c (sirtu) atau material pilihan

3. Tebal lapisan sub base kelas c (sirtu)/ material pilihan untuk jalan lingkungan/ jalan
desa ditetapkan tebal 15 cm – 20 cm padat atau sesuai dengan gambar rencana.

4. Apabila pada suatu lokasi tidak terdapat bahan material sirtu (sub base kelas c)
/material pilihan dapat menggunakan material lain dengan persetujuan PPK/ Direksi
Teknis/ Konsultan Supervisi.

5. Kemiringan arah melintang :


a. 4% untuk bagian perkerasan jalan
b. 6% untuk bagian bahu jalan
(sesuai tipikal gambar rencana)

6. Volume jalan penghubung/poros dan jalan lingkungan/ jalan desa yang tercantum
dalam dokumen kontrak tidak merupakan kepastian, volume jalan yang sesungguhnya
akan ditentukan berdasarkan realisasi pelaksanaan di lapangan oleh pelaksana fisik
atas persetujuan Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi.

7. Bahan/material tanah timbunan dan perkerasan sebelum dipergunakan terlebih dahulu


harus diketahui/ disetujui Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi.

2. Pembersihan Daerah Milik Jalan

Pembersihan daerah milik jalan (DMJ) untuk jalan penghubung dan jalan poros selebar
7 m – 10 m dan untuk jalan lingkungan/ jalan desa selebar 5 m – 8 m. Pekerjaan ini
meliputi pembersihan segala macam tumbuhan, pohon-pohon, semak-semak, sampah-
sampah, pencabutan seluruh tunggul-tunggul dan akar serta sisa konstruksi dan sisa-sisa
material lainnya dengan menggunakan peralatan dozer atau grader. Penggunaan dozer
atau grader disesuaikan dengan kondisi tanah setempat, biaya untuk pekerjaan
pembersihan ini tidak dibayar tersendiri melainkan sudah termasuk kedalam biaya
pekerjaan perkerasan jalan ini.

2.3. Pengupasan Lapisan Tanah Atas (Top Soil)

Pengupasan top soil untuk jalan penghubung/poros lebar 6 m - 7 m dan untuk jalan
lingkungan/ jalan desa lebar 3 m - 4 m. Pada umumnya pekerjaan pembuangan lapisan
tanah atas ini mencakup hanya pekerjaan membuang tanah humus (top soil).
Pembuangan tanah dan akar-akar dengan ketebalan sekitar 30 cm dari permukaan tanah
asli atau sesuai petunjuk Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi. Pekerjaan pembuangan
lapisan humus dan akar-akar dilakukan disepanjang jalan yang akan dikerjakan. Setelah

Spesifikasi Teknis Pembangunan Jalan Poros/ Penghubung


Disnakertrans Kab. Muna TA 2015
pekerjaan tersebut selesai barulah dilakukan pemadatan sampai mencapai tingkat
pemadatan yang disyaratkan. Bekas-bekas galian tersebut diatas dibuang dan diratakan
dalam bentuk lapisan tipis di daerah-daerah yang tidak diperuntukkan untuk bercocok
tanam dan tidak boleh di lahan pekarangan serta lahan usaha.

2.4. Pembentukan Badan Jalan

1. Melakukan pembentukan badan jalan sampai pada bahu jalan agar menjadi rata
akibat pengupasan lapisan tanah atas dengan menggunakan grader.

2. Pekerjaan pembentukan badan jalan disertai dengan pekerjaan pemadatan badan


jalan sampai mencapai angka kepadatan yang diisyaratkan dan disetujui oleh Direksi
Teknis/ Konsultan Supervisi.

3. Pemadatan badan jalan dilakukan lapis demi lapis setebal maksimum 20 cm untuk
setiap lapis dan harus mencapai kepadatan 95% dari maksimum kepadatan.

4. Kemungkinan didapatkan tanah dasar galian yang tak memenuhi persyaratan, maka
harus diadakan penggantian tanah dasar, yang dalam pelaksanaannya harus
mendapat petunjuk Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi.

5. Timbunan (Jika Ada)

1. Bagian-bagian yang rendah harus ditimbun sampai mencapai ketinggian yang


ditentukan. Tanah timbunan harus cukup baik bebas dari sisa-sisa rumput, akar-
akaran dan lain-lain. Dalam hal ini harus mengikuti petunjuk-petunjuk Direksi Teknis/
Konsultan Supervisi.

2. Pada tempat-tempat yang tanahnya lembek harus diadakan perbaikan tanah terlebih
dahulu. Tanah yang lembek dibuang untuk diganti dengan tanah yang baru, sehingga
memenuhi persyaratan dengan persetujuan Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi.
Dasar badan jalan yang basah (rawa, lumpur) dapat menggunakan knoppel
(gambangan/para-para/meting) dari kayu tahan air (kayu gelam atau sejenisnya) yang
disusun sepanjang jalan yang sangat lembek, kemudian baru ditimbun dengan tanah
yang sesuai petunjuk Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi.

3. Penimbunan harus dilakukan lapis demi lapis setebal maksimum 20 cm padat setiap
lapisnya. Penggilasan tiap lapisan harus dilakukan pada kadar air optimum dan
mencapai kepadatan 95% untuk lapisan yang paling atas/akhir kepadatan, harus
mencapai angka 100%. Pada timbunan yang tinggi, pelaksanaannya dibuat bertangga
agar tidak mudah longsor sesuai petunjuk Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi.

6. Galian/ Cuttingan

1. Bagian-bagian yang elevasi kemiringannya terlalu tinggi harus dicutting sampai


mencapai ketinggian yang ditentukan. Juga pada daerah lereng yang memiliki
kemiringan secara horizontal harus di cutting untuk medapatkan permukaan jalan
yang rata.

2. Pada tempat-tempat yang tanahnya berbatu padas harus menggunakan alat berat
excavator yang dilengkapi dengan breaker (pemecah batu).

3. Pekerjaan galian/ cuttingan harus dilakukan secara hati-hati terutama pada daerah
lereng agar tidak mudah longsor atau membahayakan orang yang berada di bawah
lereng. Untuk itu kontraktor harus senantiasa mengikuti petunjuk Direksi Teknis/
Konsultan Supervisi.

8. Parit Jalan dan Pengaliran Air

Pekerjaan ini termasuk pekerjaan badan jalan dan meliputi pelaksanaan pekerjaan-
pekerjaan berikut :

Spesifikasi Teknis Pembangunan Jalan Poros/ Penghubung


Disnakertrans Kab. Muna TA 2015
1. Parit jalan dibuat sesuai dengan gambar rencana atau kedalaman parit tidak boleh
lebih rendah dari parit pembuangan disekitamya.

2. Pembuangan air dari parit jalan dibuat pengaliran air (saluran pembuang) sesuai
dengan kebutuhan keadaan lapangan. Jarak antara, pengaliran air dibuat sependek
mungkin, tergantung kondisi lapangan.

3. Pada tikungan-tikungan jalan di daerah galian bagian dalam tikungan terutama yang
bertebing tinggi harus dibuat pembuangan air asal parit jalan yang cukup baik (kalau
diperlukan dapat digunakan gorong-gorong).

4. Guna lebih mengetahui tempat-tempat dimana air hujan dapat dialirkan dengan
sempuma, pelaksana fisik disertai Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi wajib
mengadakan peninjauan/ pemeriksaan di jalan pada waktu hujan.

9. Lapisan Pekerasan Sub Base

1. Apabila pekerjaan pembuatan badan jalan dinyatakan selesai, atas perintah dan
persetujuan Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi dibuat lapis perkerasan jalan.

2. Tebal lapis perkerasan ditetapkan minimal 20 cm padat sesuai dengan gambar


rencana dengan lebar 5 m dan tebal 20 cm.

3. Bahan perkerasan adalah Material Pilihan yang telah disetujui oleh Direksi Teknis/
Konsultan Supervisi untuk digunakan.

2.8. Penampang Jalan

Penampang jalan lingkungan/ desa diperlihatkan pada tabel berikut :

Jenis Jalan DMJ (m) A (m) B (m)

Poros/ Penghubung 7 – 10 5–8 0,15 – 0,2

Lingkungan/ Desa 5–8 3–4 0,1 – 0,2

Keterangan :
DMJ = Daerah Milik Jalan
B = Lebar Bahu Jalan
A = Lebar Perkerasan Jalan

Spesifikasi Teknis Pembangunan Jalan Poros/ Penghubung


Disnakertrans Kab. Muna TA 2015
BAB III

PENGENDALIAN MUTU, PENGUKURAN HASIL KERJA


& PEMBAYARAN

A. Pengendalian Mutu (Quality Control)

1. Pengendalian mutu pada tahap pelaksanaan pembuatan jalan dilaksanakan untuk


setiap 100 m'. Apabila dianggap perlu Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi dapat
menambah jumlah pemeriksaan.

2. Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya (baik untuk tanah


timbunan maupun lapis perkerasan), pelaksana fisik harus mengadakan percobaan
pemadatan Pemadatan Sub Grade dan pemadatan Sub Base atas petunjuk Direksi
Teknis/ Konsultan Supervisi sebagai berikut :

a. Bahan yang akan dipadatkan terlebih dahulu dihampar setebal 25 cm lebar


setengah jalur perkerasan dan paling sedikit sepanjang 24 m yang dibagi-bagi
menjadi 3 bagian. Tiap-tiap bagian dipadatkan dengan alat vibrator roller
dengan jumlah lintasan yang bervariasi.
b. Selanjutnya pada setiap bagian dilakukan pemeriksaan pemadatan
digambarkan pada 3 (tiga) titik. Hasil pemeriksaan pemadatan digambarkan
pada grafik dengan sumbu-x menggambarkan jumlah lintasan dan sumbu-y
menggambarkan kepadatan kering yang dicapai.
c. Dari hasil percobaan tersebut dapat ditetapkan jumlah lintas yang paling
ekonomis dan optimal yang harus dipakai sebagai pedoman.

3. Apabila terjadi kerusakan-kerusakan di tempat tertentu harus dilakukan


pemeriksaan secara teknis oleh Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi dengan
memperhatikan syarat-syarat teknis serta sifat-sifat material setempat.

4. Apabila terjadi kerusakan-kerusakan pada bagian jalan atau bagian perkerasan


jalan sebelum dilakukan serah terima maupun sebelum masa pemeliharaan selesai,
maka pelaksana fisik harus memperbaikinya tanpa meminta biaya tambahan dari
pihak satker.

5. Selama selang waktu masa pemeliharaan belum selesai, maka pelaksana fisik
diharuskan mengadakan pemeliharaan rutin, sehingga jalan tersebut tetap
berfungsi dengan baik.

6. Jangka waktu masa pemeliharaan dinyatakan dengan Berita Acara oleh Panitia
Penerima Hasil Pekerjaan dan disetujui oleh PPK.

7. Persyaratan bahan :
Bahan yang digunakan untuk lapis perkerasan jalan harus memenuhi persyaratan
sub base Material Pilihan sebagaimana tercantum dalam gambar rencana. Bahan
lapis perkerasan jalan terdiri dari campuran tanah dan batu atau kerikil alam atau
kerikil pecah

8. Bila terjadi kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan gambar rencana dan tidak
dapat dilaksanakan, maka dapat dilakukan perubahan desain atau relokasi dengan
persetujuan PPK.

B. Pengukuran Hasil Kerja dan Pembayaran

1. Pengukuran Hasil Kerja

a. Pengukuran hasil kerja untuk keperluan pembayaran khususnya untuk


pekerjaan jalan diukur sesuai dengan hasil pemeriksaan yang sudah selesai
dikerjakan dan diterima baik oleh Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi.

Spesifikasi Teknis Pembangunan Jalan Poros/ Penghubung


Disnakertrans Kab. Muna TA 2015
Pengukuran harus digambar pada peta monitoring jalan yang disetujui oleh
Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi.

b. Sebagai kelengkapan administrasi pembayaran maka kontraktor harus


menyiapkan :
- Progres kemajuan pekerjaan
- Perhitungan Sertifikat Bulanan/ Monthly Certivicate (MC)
- Dokumentasi
- Untuk kelengkapan pencairan 100%, ditambahkan :
- Back Up Data
- As Built Drawing

2. Dasar Pembayaran

Pembayaran hasil pekerjaan jalan akan dibayar sesuai dengan hasil pengukuran
yang sudah selesai dikerjakan dan tergambar dalam peta monitoring jalan, menurut
mata pembiayaan sebagai berikut :

No Mata Pembiayaan dan Uraian Jumlah Harga

1 PEKERJAAN UMUM RP

2 PEKERJAAN TANAH RP

3 PEKERJAAN PERKERASAN BADAN JALAN RP

Spesifikasi Teknis Pembangunan Jalan Poros/ Penghubung


Disnakertrans Kab. Muna TA 2015
BAB IV

PENUTUP

Semua perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan ataupun hal-hal lainnya yang terkait
dengan pelaksanaan pekerjaan dan tidak terdapat di dalam kontrak maupun RKS ini, harus
meminta persetujuan tertulis dari Direksi Teknis/ Konsultan Supervisi dan diketahui oleh
PPK.

Demikian RKS ini dibuat, sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan
PEMBANGUNAN JALAN POROS/ PENGHUBUNG lokasi UPT Pohorua pada Program
Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi (PKP2T) Satker Dinas
Nakertrans Kab. Muna Tahun Anggaran 2015.

Raha, 4 Mei 2015

Pejabat Pembuat Komitmen


PKP2T

ASWIN, SP
NIP 19830720 200801 1 001

Spesifikasi Teknis Pembangunan Jalan Poros/ Penghubung


Disnakertrans Kab. Muna TA 2015

Anda mungkin juga menyukai