Proposal Skripsi Riyantii
Proposal Skripsi Riyantii
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
RIYANTI
NIM. 2018154243026
PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS 45 MATARAM
MATARAM
2022
PENGARUH PERBEDAAN JENIS PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
KECERAHAN WARNA IKAN BADUT (Amphiprion ocellaris)
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
RIYANTI
NIM. 2018154243026
PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS 45 MATARAM
MATARAM
2022
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Riyanti
NIM. 2018154243026
Menyetujui
Pembimbing,
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dekan Fakultas Perikanan
Budidaya Perairan
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya
kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Pengaruh
Perbedaan Jenis Pakan terhadap Pertumbuhan dan Kecerahan Warna Ikan Badut
(Amphiprion ocellaris)”. Dalam penyusunan proposal penelitian ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yth:
2. Bapak L. Achmad Tan Tilar W.S.K, S.Si., M.Sc (Selaku Pembimbing Anggota dan Selaku
Dekan Fakultas Perikanan Universitas 45 Mataram)
3. Ibu Mita Ayu Liliyanti, S.Pi.,M.Si (Selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan)
4. Orang tua yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis
5. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan masukan sehingga proposal skripsi
ini selesai sesuai dengan yang diharapkan.
Penulis menyadari proposal penelitian ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga
akhirnya proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi bidang Pendidikan dan
penerapan di lapangan serta dapat dikembangkan lebih lanjut.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
2.1.2 Morfologi........................................................................................................
2.2 Reproduksi......................................................................................................4
A. Klasifikasi Artemia............................................................................................6
B. Kandungan Artemia..........................................................................................6
A. Klasifikasi Rotifera..............................................................................................
v
B. Kandungan Rotifera..........................................................................................7
3.3 Hipotesis.......................................................................................................10
3.4.1 Perlakuan...................................................................................................10
3.4.2 Ulangan.....................................................................................................11
3.4.3 Pengacakan...............................................................................................11
3.5.1 Alat.............................................................................................................11
3.5.2 Bahan........................................................................................................ 12
vi
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rancangan Perlakuan Dalam Penelitian.................................................10
2. Alat yang akan digunakan Selama Penelitian..........................................10
3. Bahan yang akan digunakan Selama Penelitian.....................................11
4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian...............................................................15
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan hias air laut merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi
yang cukup besar kontribusinya terhadap penerimaan negara. Data statistik Kementerian
Kelautan dan Perikanan mencatat bahwa volume produksi ikan hias air laut terus mengalami
peningkatan dari 1,19 miliyar ekor pada tahun 2017 menjadi 1,22 miliyar ekor di tahun 2018.
Pada tahun 2019 volume produksinya kembali meningkat menjadi 1,28 miliyar ekor dengan
nilai mencapai Rp. 19,81 miliyar (KKP, 2021). Kecenderungan peningkatan volume produksi
ini dikarenakan adanya pengembangan secara masal berbagai jenis ikan hias air laut seperti
clownfish (ikan badut). Selain itu, ikan hias air laut telah menjadi usaha yang sangat
menjanjikan di kalangan masyarakat (Nuraini, 2020).
Ikan badut (Amphiprion ocellaris) merupakan salah satu jenis ikan hias air laut yang
memiliki potensi besar, karena banyak diminati oleh masyarakat dan memiliki nilai ekonomis
tinggi serta sebagai komoditas unggulan (Kusumawati dkk, 2006; Knop dan Moorhead,
2012). Pemenuhan kebutuhan pasar selama ini hanya dilakukan melalui tangkapan di alam.
Tingginya permintaan pasar untuk ikan badut dapat menyebabkan eksploitasi yang tidak
terkendali, oleh sebab itu perlu dilakukan usaha untuk menjaga kelestarian stok ikan badut di
alam. Kegiatan budidaya merupakan salah satu usaha yang telah dilakukan untuk menjaga
kelestarian stok ikan badut di alam (Fitrianingsih dkk, 2013).
Kegiatan budidaya ikan badut menemukan beberapa kendala dalam pengembangannya
(Fitrianigsih dkk, 2013). Salah satu kendala yang dihadapi oleh pembudidaya yaitu
penggunaan pakan yang tidak sesuai untuk mendukung pertumbuhan dan kecerahan warna
ikan badut. Untuk itu, perlu dilakukan upaya pemilihan jenis pakan alternatif, terutama pakan
alami yang disukai ikan badut, harganya murah, mudah diperoleh, serta mengandung protein
yang setara atau lebih tinggi dari pakan buatan (pellet) (Isyanto, 2003).
Pakan alami merupakan pakan yang bergerak sehingga menarik perhatian ikan untuk
memangsanya. Pakan ini biasanya dapat ditemukan pada lingkungan perairan. Pakan yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain Tubifex, artemia, dan rotifera. Ketiga jenis pakan
alami tersebut memiliki kandungan nutrisi yang berbeda. Karena hal tersebut maka perlu
dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian ketiga jenis pakan tersebut
dibandingkan dengan pellet terhadap pertumbuhan dan kecerahan warna ikan badut.
1.2 Rumusan Masalah
Manfaat yang diharapkan adalah dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
penulis tentang pakan yang sesuai untuk ikan badut. Manfaat bagi ilmu pengetahuan dan
masyarakat adalah memberikan informasi mengenai pakan yang sesuai untuk ikan badut
dalam mendukung pertumbuhan dan kecerahan warna ikan badut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi ikan badut menurut (Randall, 2006; Masuda et al, 1984 dalam Zainuddin
dkk, 2015) sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actynopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Amphiprion
2.1.2 Morfologi
Ikan badut memiliki sisik yang berukuran besar dan stenoid, tipe mulut ikan ini
terminal berukuran kecil (Poernomo et al.,Sirip
2003). Ikan badut memiliki badan memanjang
Dorsal
Dorsal
berwarna merah-orange yang dihiasi dengan 3 garis putih dan siluet hitam yang terletak
pada bagian pangkal ekor, badan/perut, dan pangkal kepala (KKP, 2018; Arjanggi, 2013
dalam Donna et al, 2019). Panjang tubuhnya dapat mencapai 15 cm (Kordi, 2011), ukuran
tubuh ikan ini pada fase dewasa berkisar antara 14-16 cm, beberapa literatur menyatakan
ukuran ikan badut dapat mencapai 18 cm (KKP, 2018). Sirip ekornya berbentuk bundar
(Kordi, 2011). Ikan ini memiliki satu sirip ekor punggung yang terdiri dari 9 – 14 jari-jari keras,
11 – 18 jari-jari lemah, serta sirip dubur yang terdiri dari 2 – 3 jari (Poernomo et al, 2003).
Bagian-bagian tubuh ikan badut dapat dilihat pada Gambar 1.
Ekor
Mata
Operkulum
Sirip Anal
Sirip Abdominal
Gambar 1. Bagian tubuh ikan badut
3
2.1.3 Kebiasaan Makan
Ikan badut pada umumnya termasuk pemakan plankton dan alga atau omnivore
(pemakan segala) (Fautin, 2007; Allen, 1972), tetapi ada juga beberapa jenis ikan badut
diantaranya herbivora, dan ada juga pemakan invertebrate kecil yang ditemukan di terumbu
karang (Bugess dan Axelrod, 1973). Pakan yang digemari oleh larva dan juvenil ikan badut
biasanya berupa rotifer, atau naupli artemia yang diperkaya nutrisi dengan omega 3 dan
probiotik (Sahandi, 2011).
Menurut (Allen, 1991) kebiasaan ikan badut dalam mencari makanan yaitu pada siang
hari (diurnal). Waktu untuk mencari makan beberapa jenis ikan badut berbeda, contohnya
seperti ikan badut jenis Amphiprion chrysopterus yang menggunakan <90% waktunya untuk
makan dan berenang di sekitar tentakel-tentakel anemone.
Amphiprion ocellaris biasanya hidup diterumbu karang atau laguna yang terlindungi
hingga kedalaman maksimal 15 meter. Ikan ini bersimbiosis mutualisme menggunakan
anemon laut antara lain yaitu heterachis magnifica, stichodactyla gigantea dan stichodactyla
mertensii (Allen, 1997). Menurut (Darmawan et al. 2014) ikan badut merupakan ikan hias
yang memiliki penyebaran relatife luas di daerah Indo-Pasifik. Beberapa daerah penyebaran
ikan badut yaitu Samudera Pasifik (Fiji), Laut Merah, Samudera Hindia (Indonesia, Malaysia,
Thailand, Maladewa, Burma) dan Great Barrier Reef Australia (Darmawan et al. 2014;
Madhu, 2012 dalam Azrita et al, 2015).
Ikan ini dapat ditemukan di bagian utara Australia, Asia Tenggara dan Jepang (Allen,
1997). Ikan ini juga tersebar di perairan Aceh, Belitung, Lampung, Labuan, Pelabuhan Ratu,
Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta, Bawean, Binuangeun, Jepara, Bali, Flores, Irian Jaya, dan
Maluku (Balai Riset Perikanan Laut, 2003).
2.2 Reproduksi
Ikan badut termasuk dalam jenis ikan yang hermaprodit protandry yaitu keadaan dimana
proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina (Ayu et al, 2015). Perbedaan jantan
dan betina pada ikan badut dapat dilihat pada ukuran tubuh. Ikan badut yang bertubuh besar
dan agresif berjenis kelamin betina, sedangkan ikan badut jantan ukuran tubuhnya lebih kecil
dari ikan badut betina. Perkawinan ikan badut didalam satu kelompok hanya dilakukan oleh
dua anemonefish jantan dan betina, melalui fertilisasi eksternal (Fajar, 2016).
Pakan alami adalah pakan hidup yang diberikan untuk ikan yang terdiri atas fitoplankton,
zooplankton, dan benthos. Pakan alami memiliki beberapa kelebihan karena nilai nutrisi
4
yang terkandung didalamnya tinggi, mudah dibudidayakan, dan gerakannya dapat
merangsang ikan untuk memakannya (Priyambodo dan Tri, 2001).
Pakan alami merupakan salah satu factor yang dapat menentukan keberhasilan
produksi benih ikan hias. Pakan alami sangat dibutuhkan dalam budidaya dan pembenihan
ikan, karena dapat menujang kelangsungan hidup benih ikan. Pada saat pertama kali telur
ikan menetas setelah makanan cadangan habis, ikan tersebut sangat membutuhkan pakan
yang sesuai dengan bukaan mulutnya (Darmanto et al., 2000).
Menurut Gusrina (2008) dalam Sitanggang dan Pasaribu (2019) klasifikasi cacing sutra
(Gambar 2) sebagai berikut:
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubifisidae
Genus : Tubifex
Sumber: dunia-perairan.com
Cacing sutra mengandung protein, lemak, serat kasar, kadar abu, dan air. Cacing sutra
memiliki peranan penting karena dapat memacu pertumbuhan ikan lebih cepat dibandingkan
pakan alami seperti kutu air (Daphnia sp, dan Moina sp), hal ini disebabkan cacing sutra
mempunyai kelebihan pada kandungan nutrisinya (Sumaryam, 2000). Secara umum cacing
5
sutra mengandung protein sekitar 57%, lemak 13%, serat kasar 2,04%, kadar abu 3,6%, dan
air 87,7%. Kandungan nutrisi cacin sutra tidak kalah jika dibandingkan dengan pakan alami
lainnya, seperti infuseria, chlamidonanas, chloromonas, dan artemia (Khaeruman, 2008).
2.3.2 Artemia
Filum : Anthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Bracnhiopoda
Ordo : Anostraca
Famili : Artemidae
Genus : Artemia
B. Kandungan Artemia
Artemia salina merupakan merupakan pakan alami yang tidak menimbulkan dampak
pada kualitas air, dan memiliki nilai gizi yang tinggi untuk menunjang pertumbuhan ikan
badut. Kandungan gizi artemia salina yaitu protein kasar sebesar 52,7%, lemak 4,8%,
karbohidrat 15,4%, air 10,3%, dan abu 11,2%. Ukuran tubuh artemia salina berukuran kecil
yang sesuai dengan bukaan mulut ikan dan bergerak aktif sehingga merangsang ikan untuk
memangsanya (Pahlawati dan Nindhi, 2018).
6
2.3.3 Rotifer
Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty, (1995) klasifikasi rotifer (Gambar 4) sebagai berikut :
Filum : Avertebrata
Kelas : Ashelmintes
Ordo : Eurotaria
Family : Brachionidae
Genus : Brachionus
Rotifera termasuk salah satu jenis zooplankton yang dapat digunakan untuk
pembenihan ikan air laut karena memiliki kandungan gizi yang tinggi sehingga sampai saat
ini belum tergantikan ( Astuti et al,. 2012). Keunikan alami yang dimiliki oleh rotifer yaitu
berfungsi sebagai pentransfer nutrisi bagi larva yang dibudidayakan (Fernandez-Reiriz et al.,
1993).
Secara umum, kandungan protein rotifer berkisar antara 28-63%, lemak berkisar 9-
28% (Lubzens et al. 1989, dalam Wullur 2017 ). Kandungan karbohidrat berkisar antara
10,5-27% (Fernandez-Reiriz et al. 1993, dalam Wullur 2017) yang terdiri atas glukosa
berkisar antara 61-80% (dengan komponen utama glycogen), ribosa 9-18%, galactosa,
mannosa, deoxyglucosa, fucosa and xylosa berkisar antara 0,8-7% (Nagata & Whyte 1992,
dalam Wullur 2017 ).
7
2.4 Pakan Buatan
Pakan buatan merupakan pakan yang dibuat secara pabrikasi atau pakan yang dibuat
sendiri untuk dijadikan sebagai pilihan lain pengganti pakan alami. Zat gizi yang tergantung
dalam pakan sangat dibutuhkan oleh ikan dalam kehidupannya. Untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi maka dibuatlah pakan lain yang sesuai dengan kebutuhan ikan hias (Endang, 2000
dalam Sihaloho, 2018). Menurut (Handrie, 2004) pakan buatan terdiri dari campuran bahan
makanan yang berasal dari protein hewani maupun nabati.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Lombok,
Dusun Gili Genting, Kecamatan Sekotong Barat, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara
Barat. Penelitian ini akan dilaksanakan, selama 30 hari pada bulan Mei sampai Juni 2022.
Salah satu faktor penting yang menentukan pertumbuhan dan keberhasilan usaha
budidaya ikan badut yaitu pakan, terutama pakan alami. Jenis pakan alami yang menarik
untuk dilihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan kecerahan warna ikan badut yaitu
tubifex sp, artemia, dan rotifer. Ketiga jenis pakan alami ini akan diolah dan dianalisis
datanya untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan kecerahan warna ikan badut.
Pertumbuhan ikan badut akan dianalisis menggunakan analisis of fariance (ANOVA)
sedangkan untuk kecerahan warna ikan badut akan dianalisis menggunakan kertas Toca
Color Finder. Secara skematis, kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
5.
Pakan
Alami
Analisis
3.3 Hipotesis
Agar lebih terarahnya penelitian yang dilakukan dan untuk membatasi ruang lingkup
pembahasan, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
H0: Diduga dengan pemberian perbedaan jenis pakan tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan kecerahan warna ikan badut.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). RAL
merupakan desain penelitian dimana perlakuan dengan faktor tunggal diberikan kepada unit
perlakuan secara acak (Suwanda, 2011). Pola pemetaan perlakuan dilakukan secara acak
dengan tujuan menghindari kebiasaan keragaman sehingga keragaman dalam satu
perlakuan maupun antar perlakuan dapat dianggap bersifat alami dan sifat memihak pada
salah satu perlakuan dapat dihindari (Kusriningrum, 2009). Bentuk umum dari model linier
rancangan acak lengkap (RAL) adalah:
Yij = µ + ai + εij
Keterangan:
εij : Galat percobaan pada satuan percobaan ulangan ke-j perlakuan ke-i
3.4.1 Perlakuan
P2 = Tubifex sp.
P3 = Artemia
P4 = Brachionus sp.
10
3.4.2 Ulangan
3.4.3 Pengacakan
Pengacakan bertujuan agar setiap unit percobaan memperoleh peluang yang sama
untuk ditempatkan pada area percobaan. Hal ini memungkinkan kondisi lingkungan
percobaan tidak akan mempengaruhi hasil pengukuran.
Pola penataan analisis data rancangan percobaan rancangan acak lengkap (RAL)
disajikan pada Tabel 1.
Alat dan bahan yang akan digunakan selama penelitian disajikan pada Tabel 2 dan 3.
3.5.1 Alat
11
7 Serokan Menangkap ikan
8 Refraktometer Mengukur salinitas
9 DO Meter Mengukur kandungan oksigen
10 Termometer Mengukur suhu
11 Alat tulis Mencatat data selama proses penelitian
12 Kamera Dokumentasi
3.5.2 Bahan
Data penelitian menggunakan jenis data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data
berbentuk angka-angka yang menunjukkan atribut atau parameter dan dilihat bagaimana
perubahan pertumbuhan dan kecerahan warna pada ikan badut dengan menggunakan
pemberian jenis pakan berbeda yaitu tubifex, artemia dan rotifer. Berikut jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data Primer menurut Sugiyono (2017) sumber data primer yaitu data yang secara
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang dikumpulkan dapat
dicatat atau direkam oleh peneliti. Data yang diambil dalam penelitian ini yaitu data
pertumbuhan panjang dan berat ikan badut, kecerahan warna ikan badut, sintasan ikan
badut, dan kualitas air.
2. Data Sekunder menurut Sugiyono (2017) sumber data sekunder yaitu sumber yang tidak
lan gsung memberikan data kepada pengumpul data, seperti data yang didaptkan
bersumber dari orang lain atau lewat dokumen. Data sekunder didaptkan dari artikel-
artikel ilmiah, buku referensi, laporan-laporan hasil penelitian, dan sumber-sumber lainnya
yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
12
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Saluran aerator berfungsi sebagai oksigen buatan, agar benih ikan yang ada didalam
kontainer tetap mendapatkan oksigen yang cukup.
3. Pengisian Air
Pengisian air laut pada setiap kontainer masing- masing di isi dengan volume air
sebanyak 10 Liter.
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan badut yang berukuran 3 cm
sebanyak 60 ekor, diperoleh dari pembenihan Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL)
Lombok dan ikan di tebar sebanyak 5 ekor/kontainer sebelum ditebar ikan badut di ukur
panjang dan berat terlebih dahulu lalu di masukan kedalam wadah kontainer.
Pakan alami yang akan digunakan yaitu cacing sutra, artemia, dan rotifer. Cacing sutra
didapatkan dari pembudidaya cacing sutra, sedangkan artemia dan rotifer didaptkan dari
kultur Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok.
Pertambahan panjang mutlak adalah selisih panjang pada ikan dari ujung kepala
hingga ujung ekor tubuh pada akhir penelitian dengan Panjang tubuh pada awal penelitian.
13
Pertambahan Panjang mutlak dapat dihitung dengan menggunakan rumus menurut Effendie
(1997):
Pm = Lt – Lo
Keterangan:
Pertumbuhan berat mutlak dapat dihitung dengan menggunakan menurut Lugert et al,.
(2014):
W t−W i
AGR=
t
Keterangan:
Laju pertumbuhan spesifik (Spesific Growth Rate-SGR) adalah persentase dari selisih
berat akhir dan berat awal, dibagi dengan lamanya waktu pemeliharaan. Menurut Zonneveld
et al., (1991); Hopkins, K.D. 1992 laju pertumbuhan spesifik dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut:
(lnWt −lnWo)
SGR= X 100 %
t
Keterangan:
14
lnWo : Logaritma natural pada awal penelitian (gram)
Rasio konversi pakan atau food convertion ratio (FCR) dapat dihitung menggunakan
rumus menurut Effendie (1997) sebagai berikut:
F
FCR= X 100 %
(Wt + D ) −Wo
Keterangan:
Kelangsungan hidup (SR) yaitu tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup dari awal
sampai akhir penelitian. Menurut (Effendie, 1997) kelangsungan hidup dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Nt
SR= X 100 %
No
Keterangan:
Pengamatan warna dilakukan menggunakan kertas pengukur warna yaitu kertas TCF
(Toca Color Finder). Cara pengamatannya yaitu dengan difokuskan pada warna yang
mendekati pada warna badan, sirip punggung dan sirip ekor. Pengamatan terhadap
perubahan warna ikan badut dilakukan dengan pemberian nilai atau pembobot pada kertas
pengukur warna.
15
Gambar 7. Toca Color Finder
Parameter penunjang yang dimaksud yaitu pengukuran kualitas air yang ada di lokasi
penelitian meliputi:
a. Suhu
Pengukuran suhu dilakukan dengan cara mencelupkan bagian ujung bawah dari
thermometer kedalam air selama 10-15 menit, kemudian pembacaan skala dilakukan
setelah air pada angka tetap atau konstan.
b. pH Air
c. DO (Oksigen Terlarut)
d. Salinitas
16
Seluruh proses penelitian yang akan dilaksanakan, disusun dalam jadwal pelaksanaan
penelitian yang disajikan pada tabel 4.
17
DAFTAR PUSTAKA
Azrita, Ayu, NP., Eriza, M. 2015. Aspek Refroduksi Ikan Badut (Amphiprion ocellaris) di
Perairan Mentawai. Jurnal Bunghatta. Vol 7:1, Hal 5.
Barus, R.S. 2014. Pengaruh Konsentrasi Tepung Spirulina platensis pada Pakan
terhadap Peningkatan Warna Ikan Mas koki (Carrasius auratus). Skripsi. Program
Studi Sumber Daya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Darmanto, D. Satyani, A. Putra, Chumaidi, dan M. Rochjat, D. 2000. Budidaya Pakan Alami
Untuk Benih Ikan Air Tawar. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Jakarta.
Fautin, D. G. 2007. Anemon ikan dan anemon laut tuan mereka: panduan tuk aquarists dan
penyelam. Museum Australia Barat.
Gusrina. 2008. Dalam Sitanggang, L.P. Pasaribu, E.R. 2019. Pemanfaatan Kotoran Ternak
Untuk Meningkatkan Kepadatan dan Produktivitas Cacing Sutra (Tubifex sp.)
Hopkins, KD. 1992. Reporting Fish Growth : A Review Of The Basics. Jurnal of the word
aquaculture society. Vol. 23, No. 3
Isyanto, S. 2003. Teknologi Pembesaran Ikan Hias Air Laut (Amphiprion percula) dengan
Menggunakan Pakan Tubifex sp. Universitas Diponogoro. Semarang.
Kusumawati. 2006. Dalam Aldo, J. Banurea, J.S. Harefa, Y.M.F, 2021. Pengaruh Pemberian
Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Badut (Amphiprion percula) Pada Media
Resirkulasi. Jurnal Penelitian Terapan Perikanan dan Kelautan.
Poernomo, Ahmad. 2003. Ikan Hias Laut Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 124-
125.
Priyambodo dan T. Wahyuningsih. 2001. Budidaya Pakan Alami Untuk Ikan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
18
Randall, J. E. 2006. Selain anemonfishes yang mengasosiasikan dengan ikan anemone laut.
Terumbu karang, 21 :188-190
Sahandi, J. 2011. Reproduction of Persian Gulf anemone fish (Amphiprion clarkii) in captive
system. Aquaculture, Aquarium, Conservation & Legislation. International Journal of
the Bioflux society. Volume 4. Issue 5.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung.Alfabeta, CV.
Sumaryam. 2000. Dalam Hidayat, S. Putra, I. Mulyadi. 2015. Pemeliharaan Cacing Sutra
(Tubifex sp.) Dengan Dosis Pupuk yang Berbeda Pada Sistem Resirkulasi.
Media.neliti.com.
Zainuddin, LM., Pujianti, S., Mujahid, M. 2015. Pengaruh Anemon (Heteractis magnifica)
Terhadap Vitalitas Ikan Badut (Amphiprion ocellaris) untuk Meminimalisir
Penggunaan Karang Hidup pada Akuarium Laut Buatan. Jurnal Polibatam. Vol 2,
No 1.
19