Anda di halaman 1dari 25

1

PROPOSAL PENELITIAN

PEMATANGAN GONAD DAN PEMIJAHAN IKAN SEPAT SIAM


(Trichogaster pectoralis) PADA pH MEDIA YANG BERBEDA

GONAD MATURITY AND BREEDING OF SNAKESKIN GOURAMI


(Trichogaster pectoralis) IN DIFFERENT pH MEDIA

Dwi Aprilensia
05051381823040

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022

1 Universitas Sriwijaya
2

2 Universitas Sriwijaya
3

PROPOSAL PENELITIAN
PEMATANGAN GONAD DAN PEMIJAHAN IKAN SEPAT SIAM
(Trichogaster pectoralis) PADA pH MEDIA YANG BERBEDA

GONAD MATURITY AND BREEDING OF SNAKESKIN GOURAMI


(Trichogaster pectoralis) IN DIFFERENT pH MEDIA

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Perikanan pada
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Dwi Aprilensia
05051381823040

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022

3 Universitas Sriwijaya
i

LEMBAR PENGESAHAN

PEMATANGAN GONAD DAN PEMIJAHAN IKAN SEPAT SIAM


(Trichogaster pectoralis) PADA pH MEDIA YANG BERBEDA

PROPOSAL PENELITIAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Kegiatan Penelitian pada Jurusan
Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Oleh:
Dwi Aprilensia
05051381823040

Indralaya, September 2022


Pembimbing I

M Syaifudin, S.Pi., M.Si., Ph.D


NIP. 197603032001121001

Mengetahui,
Ketua Jurusan
Perikanan

Dr. Ferdinand H. Taqwa, S.Pi., M.Si


NIP. 197602082001121003

i Universitas Sriwijaya
ii

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warahmatullah Wabarakatuh


Puji syukur penulis persembahkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Pematangan Gonad dan
Pemijahan Ikan Sepat Siam (Trichogaster Pectoralis) Pada pH Media yang
Berbeda” tepat pada waktunya. Serta untaian shalawat yang insya Allah selalu
tercurahkan kepada Nabi besar, Nabi akhirul zaman, Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wa Salam.
Dalam pembuatan proposal penelitian ini, tentu banyak pihak yang membantu
penulis dengan baik. Untuk itu penulis ingin mengucapkan ribuan terimakasih
kepada bapak Mochammad Syaifudin, S.Pi., M.Si., Ph.D selaku Dosen
Pembimbing Utama proposal penelitian. Ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis yang telah
memberikan semangat berupa motivasi serta teman-teman Program Studi
Budidaya Perairan yang telah membantu serta memberi saran yang terbaik bagi
penulis.
Dalam penyusunan proposal penelitian ini, tentunya penulis tidak luput dari
kesalahan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan proposal penelitian ini. Semoga proposal
penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Indralaya, September 2022

Penulis

ii Universitas Sriwijaya
iii

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB 1......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian......................................................................3
BAB 2......................................................................................................................4
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)............4
2.2. Habitat dan Penyebaran Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)................5
2.3. Kematangan Gonad Ikan...................................................................................5
2.3. Pemijahan..........................................................................................................5
2.4. pH......................................................................................................................6
2.5. Kualitas Air.......................................................................................................7
BAB 3......................................................................................................................9
3.1. Tempat dan Waktu............................................................................................9
3.2. Bahan dan Metode............................................................................................9
3.2.1. Alat dan Bahan...............................................................................................9
3.2.2. Metode.........................................................................................................10
3.2.2.1. Rancangan Percobaan...............................................................................10
3.2.2.2. Cara Kerja.................................................................................................10
3.2.2.2.1. Persiapan Wadah Penelitian...................................................................10
3.2.2.2.2. Persiapan Media Air...............................................................................10
3.2.2.2.3. Persiapan Induk......................................................................................11
3.2.2.2.4. Pemijahan...............................................................................................11
3.2.2.3. Parameter yang diukur..............................................................................11
3.2.2.3.1. Tingkat Kematangan Gonad..................................................................11
3.2.2.3.2. Waktu Pemijahan...................................................................................12
3.2.2.3.3. Fekunditas..............................................................................................12

iii Universitas Sriwijaya


iv

3.2.2.3.4 Persentase Pembuahan Telur..................................................................12


3.2.2.3.5 Persentase Penetasan Telur.....................................................................12
3.2.2.3.6 Kualitas Air............................................................................................13
3.3. Analisis Data...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

iv Universitas Sriwijaya
v

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1. Alat yang digunakan dalam penelitian
Tabel 3.2. Bahan yang digunakan dalam penelitian

v Universitas Sriwijaya
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ikan sepat siam merupakan ikan ekonomis yang mempunyai potensi sebagai
ikan konsumsi khususnya di daerah Sumatera Selatan (Taqwa et al., 2012). Ikan
sepat siam (Trichogaster pectoralis) berasal dari Thailand yang sudah banyak
berkembang biak di perairan Indonesia terutama daerah rawa-rawa dan danau.
Ikan sepat siam awalnya ditebar di rawa-rawa di daerah Sumatera, Kalimantan,
dan Sulawesi (Irawan dan Yunus, 2015). Karena ikan sepat siam memiliki
produksi yang cukup tinggi dengan penangkapan secara alami. Sehingga dapat
dilakukan pemijahan alami, untuk mengurangi penangkapan ikan sepat siam di
alam.
Pemijahan merupakan proses keluarnya telur dari dalam rongga ovari ke
lingkungan (Nur et al. 2017). Pemijahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah tingkat keasaman (pH) air. Faktor perangsang pemijahan terdiri
dari faktor internal ialah kematangan gonad ikan,perkembangan embrio,
pertumbuhan larva, dan benih hasil pemijahan, serta hormon sedangkan faktor
eksternal merupakan lingkungan dan pakan, faktor lingkungan yang meliputi
kualitas air,suhu, ph dan intensitas cahaya. (Zairin et al., 2005). Pemijahan
sebagai bagian reproduksi untuk mata rantai daur hidup dalam menentukan
kelangsungan hidup spesies tersebut.
pH merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kehidupan ikan,
karena pH yang nilainya tidak sesuai dengan batas optimum bagi ikan dapat
menyebabkan stres yang mempengaruhi kesehatan serta reproduksi ikan (Arifin et
al., 2017). Pada umumnya pH ideal untuk kehidupan biota air tawar berkisar
antara 6,8-8,5 (Tatangindatu et al., 2013). Namun ada jenis ikan yang karena
hidup aslinya di rawa rawa mempunyai ketahanan untuk tetap bertahan hidup
pada kisaran pH yang sangat rendah ataupun tinggi, yaitu antara 4-9, misalnya
ikan sepat siam (Huwoyon dan Gustiano 2013).
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan pengaruh pH
terhadap perkembangan gonad yaitu pada ikan rainbow sawiat (Melanotaenia sp.)

1 Universitas Sriwijaya
2

pada pH 7,5 dengan waktu pemijahan yang lebih cepat (Kusrini et al. 2010),
sedangkan pemijahan ikan komet (Carassius auratus) pada pH 7 (Wahyuningsih
et al., 2012).
Selain itu, penelitian yang telah dilakukan pada pengaruh substrat yang
berbeda terhadap pemijahan ikan sepat siam menyimpulkan bahwa pH optimum
yang dihasilkan pada saat pemijahan yakni pH 6 dan 7.25 dengan suhu 24-27℃.
Sedangkan untuk kandungan oksigen terlarut (DO) yang digunakan pada media
penelitian berkisar antara 5-6.5 ppm. Hal ini membuktikan dari hasil pengamatan
kondisi DO, suhu dan pH sangat mendukung dalam proses pemijahan, daya tetas
telur ikan sepat siam (Laila et al., 2020).
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian mengenai pemijahan
ikan sepat siam pada pH media yang berbeda untuk mengetahui kondisi yang
optimal pada saat pemijahan.

1.2. Rumusan Masalah


Ikan sepat siam merupakan salah satu ikan air tawar yang menyukai sungai,
rawa, danau dan parit yang berair tenang terutama yang banyak ditumbuhi
tanaman air. pH merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting untuk
pemijahan ikan. Kandungan pH yang tidak optimal dapat membuat ikan stress
hingga dapat terjadinya kematian (Astria et al., 2013). Dampak stres dapat
mengakibatkan trauma pada organ reproduksi sehingga menjadikan
pertumbuhannya lambat atau bahkan menyebabkan kematian pada ikan (Arfah et
al., 2006). pH berperan penting untuk kemampuan tumbuh dan reproduksi
(Dahril et al., 2017). pH pada ikan berperan sebagai penyangga untuk
menyeimbangkan tingkat keasaman dalam tubuh. Jika tingkat keasaman pada ikan
seimbang, maka metabolisme dalam tubuh akan berjalan dengan lancar.
Metabolisme yang baik dapat mempercepat pematangan gonad, sehingga ikan
dapat segera melakukan pemijahan (Oktovianto, 2014). Untuk itu perlu diketahui
pH optimum untuk pemijahan ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis).

2 Universitas Sriwijaya
3

1.3.Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pH terhadap
pemijahan dari ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis), sehingga dapat
ditentukan pH berapa yang terbaik untuk pemijahan. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pemijahan ikan sepat siam (Trichogaster
pectoralis) dengan memanipulasi kadar pH yang ada dalam media hidup (air) agar
dapat dilakukan pemijahan yang maksimal guna melestarikan populasi ikan sepat
siam sepat siam.

3 Universitas Sriwijaya
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)


Klasifikasi ikan sepat siam (Trichogaster trichopterus) Menurut Adawyah
(1968), sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Osphronemidae
Genus : Trichogaster
Spesies : Trichogaster pectoralis
Ciri morfologi ikan sepat siam adalah tubuh gepeng dengan menutupi tubuh
dari ujung mulut hingga ekor. Tubuh berwarna keperakan, hitam kusam hingga
agak kehijauan hingga tanda hitam hamper di seluruh tubuh, dari belakang mata
hingga pangkal ekor di dekat sisi tubuh. Memiliki alat pernapasan tambahan yaitu
labyrinth sehingga dapat hidup diperairan yang oksigennya rendah dan asam
(Utomo, 2016). Mulutnya bisa disembulkan, mulut kecil, sempit, dan tebal dengan
hidung yang pendek, dan tumpul tanpa duri. Bibir atas menyatu dengan bibir
bawah, dan hanya bibir bawah yang terlipat. Memiliki Sepasang lubang hidung,
dan tidak memiliki sungut. Posisi mulut tepat di ujung hidung, garis latelar lurus
dan tetapi tidak sempurna. Ikan ini memiliki sirip yang lengkap yaitu sirip
punggung memanjang mulai dari tengah tubuh hingga pangkal ekor dan terdiri
dari titik awal, pangkal sirip punggung terletak di belakang sirip perut dan
terpisah dari ekor sirip. Sirip dada terletak tepat di bawah linea literalis dan
memiliki posisi dasar vertikal. Sirip perut terletak di bawah sirip dada yang
disebut thoraric. Sepasang sirip perut bagian depan berubah menjadi flagela. Sirip
anus dan sirip ekor menyatu dan tidak tertutup oleh sisik. Ekornya memiliki
bentuk berlekuk tunggal dan seluruh sirip berwarna hitam.

4 Universitas Sriwijaya
5

2.2. Habitat dan Penyebaran Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoraliss)v


Ikan sepat siam ini banyak hidup di perairan danau, sungai, yang berair
tenang, terutama yang banyak ditumbuhi tumbuhan air (Muslimatun et al., 2014).
Ikan sepat siam juga hidup di rawa-rawa dan juga sering tersapu oleh air banjir ke
kolam dan saluran air untuk mencapai persawahan, di mana mereka tersebar luas
setelah banjir. Ikan ini sering ditemukan di tempat-tempat yang dilindungi oleh
vegetasi.
Setelah kemunculannya di Indonesia, sepat siam ditebar di rawa-rawa
Sumatera, Kalimanta, dan Sulawesi. Daerah penyebaran ikan sepat siam terdapat
dibeberapa daerah di Sumatera Selatan (Riansyah et al., 2013). Ikan sepat siam
merupakan salah satu ikan endemik yang tersebar di Sumatera Selatan.

2.3. Kematangan Gonad Ikan


Tingkat kematangan gonad merupakan salah satu proses reproduksi sebelum
memijah. Penentuan tingkat kematangan gonad didasarakan pada penampakan
sperma atau ovari, tingkat kematangn gonad biasanya sebagia penentu umur ikan
tersebut (Purwaningsih et al., 2013). Menurut Effendie (1997), kegunaan dari
pengetahuan tentang tahap kematangan gonad pada ikan yaitu untuk
mendapatakan keterangan bahwa ikan itu akan memijah, baru memijah atau sudah
memijah. Dalam proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar
hasil metabolisme tubuh ditujukan untuk perkembangan gonad. Gonad semakin
berat diikuti oleh meningkatnya ukuran diameter telur di dalam ovari. Berat ovari
kan mencapai maksimum pada saat ikan akan memijah yang kemudian akan
menurun secara cepat selam berlangsungnya pemijahan hingga selesai pemijahan.

2.4. Pemijahan
Pemijahan adalah proses dimana induk betina melepaskan sel telur dan
induk jantan melepaskan sperma, dan kemudian diikuti dengan perkawinan.
Pemijahan sebagai salah satu proses dari reproduksi merupakan rantai siklus
hidup yang menentukan kelangsungan hidup spesies (Sinjal, 2014). Pemijahan
sepat siam terjadi secara alami dalam wadah terkontrol (akuarium). Saat bertelur,
pejantan membangun sarangnya berupa buih untuk melindungi telur di permukaan

5 Universitas Sriwijaya
6

air diantara substrat, 1 sarang busa dapat mengisi 7.000 sampai 8.000 butir telur
(Asyari, 2007). Dibutuhkan 1-2 hari untuk membuat sarang busa. Sarang biasanya
dibuat dari tepi atau sudut, ketika sarang sudah siap, jantan akan menarik betina
dan pemijahan terjadi dibawah sarang busa. Saat bersarang, induk jantan akan
menjadi lebih agresif dan tetap berada di sekitar sarang untuk menjaga telur,
sedangkan induk betina akan meninggalkan sarang busa (Tampubolon dan
Rahardjo, 2011)

2.5. pH
pH air mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan,
sehingga pH perairan dipakai sebagai salah satu ntuk menyatakan baik buruknya
suatu perairan (Yulis, 2018). Secara umum nilai pH menjadi faktor penting pada
perairan karena nilai pH pada air menentukan keadaan seberapa besar keasaman
atau basa yang akan memepengaruhi kehidupan ikan. Nilai pH juga dapat
dipengaruhi oleh konsentrasi karbon dioksida dan senyawa bersifat asam. Derajat
keasaman atau pH menggambarkan aktivitas potensial ion hidrogen dalam larutan
yang dinyatakan sebagai konsentrasi ion idrogen pada suhu tertentu (Supriatna et
al., 2020).
Perairan yang terlalu asam maupun basa dapat membahayakan ikan
sehingga dapat terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Kenaikan pH
diatas netral dapat menyebabkan konsentrasi amoniak yang bersifat toksik bagi
organisme (Yulianti et al., 2016). Larutan dengan pH kurang daripada tujuh
disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih dari tujuh dikatakan bersifat
basa atau alkali (Ramayanti dan Amna, 2019). Umumnya pH yang baik untuk
kehidupan ikan antara 4-9. Ikan sepat siam biasanya hidup dalam perairan dengan
pH 5-7 (Laila et al., 2020). Derajat keasaman mempunyai peran penting baik
dalam kehidupan akuatik maupun dalam mengatur ketersediaan nutrisi dalam air.
Rentang pH yang baik untuk organisme air adalah 6,5 – 9.0 karena pada pH
ini metabolisme dari organisme air tidak terganggu Boyd (1986). Hal ini juga
diungkapkan oleh Wardhana (2004) bahwa air normal yang memenuhi syarat
untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5-7,5. Selain itu untuk

6 Universitas Sriwijaya
7

melakukan pemijahan pada ikan sepat dibutuhkan kondisi lingkungan yang


optimal agar pertumbuhan ikan sepat menjadi lebih optimal.
Derajat keasamanan (pH) merupakan ukuran kosentrasi ion hidrogen suatu
perairan. Nilai pH yang baik untuk kehidupan ikan dan biota air tawar yakni
antara5-9 (Mulyanto 1992). Sejalan dengan pendapat Soesono (1988) bahwa
pengaruh pH bagi organisme sangat besar dan penting, kisaran pH yang kurang
dari 6,5 akan menekan laju pertumbuhan bahkan tingkat keasamannya dapat
mematikan dan tidak ada laju reproduksi. Kandungan pH kurang dari batas
optimum pada suatu perairanakan menyebabkan ikan stress dan mengalami
gangguan fisiologis bahkan dapat menyebabkan kematian.
Derajat keasaman pH dalam suatu perairan sangat mempengaruhi penetasan
telur dan menjadi salah satu faktor terjadinya penetasan telur hal ini disebabkan
bagian telur yang tipis dan lembek sehingga embrio keluar dari cangkangnya, ini
terjadi akibat kerja enzimatik, yaitu enzim dan zat kimia lainnya yang dikeluarkan
oleh kelenjar endodermal didaerah faring embrio. Apabila nilai H+ dalam perairan
rendah, maka permebealitas lapisan korion akan rendah, begitu juga sebaliknya.
Sehingga pada bagian cangkang dengan lapisan korion yang tipis akan pecah dan
ekor embrio keluar dari cangkang kemudian diikuti tubuh dan kepalanya (Sirbu et
al,2009).
Hal ini juga berlaku untuk tingkat kematangan gonad apabila pH air terlalu
asam maka gonad tidak akan matang dengan sempurna dan bahkan akan
menyebabkan kematian pada gonad (Simanjuntak, 2012).

2.5. Kualitas Air


Suhu merupakan salah satu parameter yang penting dan memiliki efek
langsung pada air. Suhu air merupakan salah satu faktor fisik yang mempengaruhi
nafsu makan dan pertumbuhan ikan. Ikan sepat siam dapat hidup dengan suhu 26-
35oC (Irawan dan Yunus, 2015). Untuk daerah tropis suhu berkisar 25-32oC
adalah optimum bagi pertumbuhan ikan dan organisme lain (Augusta, 2013).
Suhu optimal untuk pemijahan ikan sepat siam yaitu 24-30oC (Laila et al., 2020).
Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen terlarut dalam air dari fotosintesis
dan penyerapan udara. Oksigen terlarut merupakan parameter kualitas air yang

7 Universitas Sriwijaya
8

sangat pentig karena keberadaannya mutlak diperlukan untuk respirrasi organisme


budidaya. Menurut (Rosyadi, 2012) kandungan oksigen terlarut ikan sepat siam
berkisar antara 6,4-6,8 ppm. Menurut Djatmika (1986), Kandungan oksigen
terlarut yang ideal dalam air adalah antara 5-7 ppm.
Amonia merupakan limbah dari sisa pakan dan metabolisme ikan yang
terlarut dalam air berupa feses yang mengendap di dasar (Dauhan et al.,, 2014).
Membusuknya sisa pakan yang tidak termakan dan hasil metabolisme pakan yang
mengandung nitrogen dapat menyebabkan konsetrasi amonia meningkat, sehingga
menurunnya kadar oksigen terlarut (Wahyuningsih dan Gitarama, 2020).
Keberadaan amonia dapat memepengaruhi pertumbuhan biota air, yang dapat
menyebabkan terganggunya sistem tubuh ikan. Ikan sepat siam masih dapat hidup
dengan kisaran kandungan amonia 0,109-0,157 ppm (Rosyadi, 2012).
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam dan
sebagai kapasitas penyangga terhadap perubahan pH perairan (Bintoro dan
Abidin, 2013). Nilai alkalinitas yang baik pada perairan berkisar 30-500 mgL -1
nilai tersebut menunjukkan nilai alkalinitas yang baik sehingga tidak terjadi
perubahan pH yang drastic (Hastuti dan Subandiyono, 2015).

8 Universitas Sriwijaya
9

BAB 3
PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu


Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Dasar Perikanan, Program
Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober
2022.

3.2. Bahan dan Metode


3.2.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini disajikan
dalam Tabel 3.1. dan Tabel 3.2.
Tabel 3.1. Alat yang digunakan dalam penelitian
No. Alat Ukuran Kegunaan
1. Akuarium 40x40x40 cm3 Tempat pemijahan
2. Mikroskop Perbesaran 40x Melihat objek
3. Aerasi - Untuk mensuplai oksigen
dalam akuarium
4. DO meter Ketelitian 0,01 mg.L-1 Untuk mengukur DO
5. pH meter Ketelitian 0,1 Untuk mengukur pH
6. Termometer Ketelitian 0,1oC Untuk mengukur suhu air
7. Spuit suntik Ketelitian 0,01 ml Untuk menyuntik
hormon sintesis
8. Timbangan Ketelitian 0,1 g Menimbang induk ikan
9. Spektrofotometer Ketelitian 0,001 mg.L-1 Untuk mengukur kadar
amonia
10. Buret 50 mL Untuk mengukur
lkalinitas air

Tabel 3.2. Bahan yang digunakan dalam penelitian


No Bahan Ukuran Kegunaan
.
1. Induk ikan sepat 70-80 g Induk jantan
siam Induk betina
2. Pelet udang Diberikan 3 kali sehari Pakan induk
(protein 20-40%)
3. Styrofoam Substrat Substrat
4. Ovaprim Mengandung sGnRHa Stimulasi ovulasi induk
dan anti dopamine

9 Universitas Sriwijaya
10

3.2.2. Metode
3.2.2.1. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL), menggunakan empat perlakuan dengan tiga kali ulangan. Perlakuan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
P0 : Perlakuan menggunakan pH kontrol
P1 : Perlakuan penyuntikan ovaprim dengan dosis 0,5 ml/kg bobot tubuh
P2 : Perlakuan penyuntikan ovaprim dengan dosis 0,6 ml/kg bobot tubuh
P3 : Perlakuan penyuntikan ovaprim dengan dosis 0,7 ml/kg bobot tubuh

3.2.2.2. Cara Kerja


3.2.2.2.1. Persiapan Wadah Penelitian
Wadah yang digunakan untuk pemijahan dan penetasan adalah akuarium
berukuran 40x50x50 cm3 dengan tinggi air 40 cm, sebanyak 12 akuarium. Semua
wadah terlebih dahulu dicuci dan disterilkan dengan larutan kalium permanganat,
kemudian dibilas sampai bersih. Setiap akuarium pemijahan menggunakan
styrofoam sebagai substrat penempelan busa untuk ikan sepat siam jantan
meletakkan telur yang sudah dibuahi (Priadi dan Sundari 2013).

3.2.2.2.2. Persiapan induk


Induk ikan sepat siam di aklimatisasi terlebih dahulu pada akuarium. Seleksi
indukan ikan sepat jantan dan betina yang matang dengan gonad ditandai bentuk
tubuh membulat (Laila et al.,2020) . Ukuran ikan jantan dan betina pertama kali
matang gonad 134-136 mm (Tampubolon dan Rahardjo,2011). Sedangkan ikan
sepat siam jantan sirip punggugnya panjang hingga panjang mencapai pangkal
sirip ekor ditambah dengan bentuk tubuh sepat siam yang lancip mirip dengan
sirip punggug ikan gurami dengan berat 100-200 gram. Pakan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pelet udang. Adapun kandungan dari pelet udang ini
adalah 40 % protein (Sukendi et al.,2013).

10 Universitas Sriwijaya
11

3.2.2.2.4. Pemijahan
Pemijahan dilakukan secara alami dan buatan dengan rasio betina dan jantan
1:1. Induk jantan dimasukkan terlebih dahulu sampai menunjukkan tanda-tanda
siap memijah yaitu dengan mengeluarkan busa pada permukaan air dan substrat
pemijahan (styrofoam) (Ath-thar et al., 2014). Setelah terlihat buih yang menutupi
20% permukaan air, induk sepat siam betina dimasukkan (Priadi dan Sundari
2013).

3.2.2.3. Parameter yang diukur


3.2.2.3.1 Waktu Pemijahan
Waktu yang dibutuhkan dari awal memasukkan induk betina sampai dengan
terjadinya pemijahan dan telur dibuahi adalah 2-3 hari. Sebelum dan sesudah
proses pemijahan, induk betina ditimbang bobotnya untuk penghitungan
fekunditas dengan metode gravimetri. Telur yang berada pada akuarium
pemijahan diambil sampel sebanyak 100 butir untuk ditimbang dengan neraca
analitik sebagai data penghitungan fekunditas (Bambang dan Sri, 2015).

3.2.2.3.2 Persentase Pembuahan Telur


Persentase pembuahan telur atau fertilization rate (FR) merupakan
persentase telur yang terbuahi dari jumlah telur yang dikeluarkan pada proses
pemijahan (Larasati et al., 2017). Derajat pembuahan telur ini dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
juml ;ah telur yang dibuahi
FR (%) : x 100%
jumlah total telur

3.2.2.3.3 Persentase Penetasan Telur


Persentase penetasan telur atau hatching rate (HR) adalah jumlah telur
menetas dari total telur yang berhasil dibuahi. Daya tetas telur (HR) dihitung
dengan rumus (Ishaqi dan Sari, 2019) :
jumlah telur menetas
HR (%) : x 100%
jumlah telur yang dibuahi

3.2.2.3.4. Kualitas Air

11 Universitas Sriwijaya
12

Parameter kualitas air yang diukur pada penelitian ini meliputi pH, suhu,
oksigen terlarut, amonia dan alkalinitas. Kualitas air diukur pada awal dan akhir
pemeliharaan.

3.3. Analisis Data


Data fekunditas, tingkat pembuahan telur, dan derajat penetasan hasil
penelitian akan dianalisis dengan analisis ragam (ANSIRA). Apabila ansira
menunjukkkan pengaruh nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut BNT
(Beda Nyata Terkecil) dengan selang kepercayaan 95%. Data kualitas air di
analisis secara deskriptif.

12 Universitas Sriwijaya
13

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta : Aksara.


Pengolahan dan pengawetan ikan / Rabiatul Adawyah | OPAC
Perpustakaan Nasional RI. (perpusnas.go.id) (diakses Mei 2022)

Arfah, H.L., Maftucha. dan Carman, O., 2006. Pemijahan secara buatan pada ikan
gurame osphronemus gouramy Lac. dengan penyuntikan ovaprim. Jurnal
Akuakultur Indonesia, 5(2), 103–12.

Arifin, O.Z., Vitas, A.P. dan Brata, P., 2017. Parameter kualitas air dalam
lingkungan budidaya. Jurnal Riset Akuakultur, 12(1), 241–51.

Astria, J., Marsi, dan Mirna F. 2013. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
gabus (Channa striata) pada berbagai modifikasi pH media air rawa yang
diberi substrat tanah. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1), 66–75.

Asyari., 2007. Pentingnya labirin bagi ikan rawa. Bawal 1(5), 161–67.

Ath-thar, M.H.F., Soelistyowati, D.T. dan Gustiano, R., (2014). Performa


reproduksi ikan sepat siam (Trichopodus pectoralis Regan 1910) asal
Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Jurnal Iktiologi Indonesia, 14(3), 201-
210.

Augusta, T.S., 2013. Struktur komunitas zooplankton di Danau Hanjalutung


berdasarkan jenis tutupan vegetasi. Jurnal Ilmu Hewani Tropika, 2(2),68-
74.

Azizah, N.N., 2019. Pengaruh derajat keasaman (pH) yang berbeda terhadap
derajat pembuahan, daya tetas telur dan sintasan larva ikan uceng
(Nemachellus fasciatus). Skripsi, Universitas Brawijaya.

Bintoro, A. dan Mukhtarul, A., 2013. Pengukuran total alkalinitas di perairan


estuari sungai indragiri provinsi riau. Buletin Teknik Litkayasa Sumber
Daya Dan Penangkapan, 11(1),11–14.

Boyd. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Auburn
University. Alabama. USA. Water quality management for pond fish
culture. (cabdirect.org) (diakses Juni 2022)

Dahril, I, Tang, U.M. dan Iskandar, P., 2017. Pengaruh salinitas berbeda terhadap
pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan nila merah ( Oreochromis
Sp .). Berkala Perikanan Terubuk, 45(3),67–75.

Dauhan, R.E.S., Efendi, E. dan Suparmono. 2014. Efektifitas sistem akuaponik


dalam mereduksi konsentrasi amonia pada sistem budidaya ikan. E-
Jurnal Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan, 3(1),297–302.

13 Universitas Sriwijaya
14

Djatmika, D.H., 1986. Usaha Budidaya Ikan Kolam Air Deras. Jakarta: Simplex.
http://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/sampul_koleksi/original/
Monograf/ali1366c.jpg (diakses Juni 2022)

Effendie, M.I., 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka


Nusantara. http://pustaka.biologi.fmipa.unand.ac.id//index.php?
p=show_detail&id=2463 (diakses Mei 2022)

Hastuti, S. dan Subandiyono., 2015. Kondisi kesehatan ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus, Burch) yang dipelihara dengan teknologi biofloc. Jurnal
Saintek Perikanan, 10(2),74–79.

Huwoyon, G.H. dan Rudhy, G., 2013. peningkatan produktivitas budidaya ikan di
lahan gambut. Media Akuakultur, 8(1):13–22.

Irawan, D. dan Yunus, M., 2015. Tehnik pemijahan ikan sepat siam (
Trichogaster pectoralis) secara semi alami. Buletin Teknik Litakayas
Akuakultur, 13(1),49–53.

Iskandariah., Soelistyowati, D.T., Gustiano, R., Kusmini, I.I. dan Huwoyon,


G.H., 2015. Ragam genetik tiga populasi sepat siam
(Trichopodus pectoralis Regan; Osphronemidae) asal kalimantan
menggunakan analisis RAPD dan pengukuran Morphometric
Truss. Berita Biologi, 14(1), 57-68.

Kusrini, E., Priyadi, A., Wibawa, G.S. dan Insan, I., 2010. Pengaruh pH terhadap
perkembangan gonad ikan rainbow sawiat ( Melanotaenia Sp .).Prosiding
Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, 403-407.

Laila, K., Rumondang., Batubara, J.P., Gibran, K., Sikta, A. dan Purnama, D.,
2020. Pengaruh substrat yang berbeda terhadap pemijahan ikan sepat siam
(Trichogaster pectoralis). Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Universitas Asahan, 1103-1112.

Mulyanto. 1992. Lingkungan Hidup Untuk Ikan. Jakarta : Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan. https://onesearch.id/Search/Results?lookfor=%22IKAN
%2C+PEMELIHARAAN%22&type=Subject (diakses Juli 2022).

Muslimatun., Putra, R.M. dan Efizon, D., 2014. Meristik, morfoetrik, pola
pertumbuhan ikan dan sepat mutiara (Trichogaster leeri). Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, 1(1), 1-13.

Nur, B., Permana, A., Priyadi, A., Mustofa, S.Z. dan Murniasih, S., 2017. Induksi
ovulasi dan pemijahan ikan agamysis (Agamyxis albomaculatus)
menggunakan hormone yang berbeda. Jurnal Riset Akuakultur, 12(2), 169-
177.

14 Universitas Sriwijaya
15

Oktovianto, H.A., 2014. Pengaruh pH Media Pemeliharaan yang Berbeda


Terhadap Tingkat Kematangan Gonad dan Indeks Kematangan Gonad
Ikan Kotes (Channa gachua). Skripsi. Universitas Brwijaya.

Priadi, B. dan Sundari, S., 2015. Pemijahan alami ikan sepat siam (Trichopodus
pectoralis Regan, 1910) dengan ukuran induk yang berbeda pada wadah
terkontrol. Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur, 13(2), 143-146.

Purwaningsih, N.T., Amir, S. dan Cokrowati, N., 2013. Pengaruh perbedaan jenis
pakan terhadap kematangan gonad abalon (Haliotis squamata). Jurnal
Perikanan Unram, 1(2), 1-5.

Putra, P.L., Jubaedah, D. dan Syaifudin, M., 2020. Daya tetas telur ikan patin
(pangasius hypophthalmus) pada pH media berbeda. Jurnal Akuakultur
Rawa Indonesia, 8(1),37–49.

Ramayanti, D. dan Amna, U., 2019. Analisis parameter cod (Chemical Oxygen
Dmand) dan pH (Potential Hydrogen) limbah cair di PT.Pupuk iskandar
muda lhokseumawe. Jurnal Kimia Sains Dan Terapan, 1(1),16–21.

Riansyah, A., Supriadi, A. dan Nopianti, R., 2013. Pengaruh perbedaan suhu dan
waktu pengeringan terhadap karakteristik ikan asin sepat siam
(Trichogaster pectoralis) dengan menggunakan oven. Jurnal FishtecH,
2(1),53–68.

Rosyadi., 2012. Pemberian Spirulina sp dengan dosis berbeda terhadap


kelulushidupan dan pertumbuhan benih ikan sepat siam (Trichogaster
pectoralis REGAN). Dinamika Pertanian, 27(3), 181-188.

Rustidja., 1997. Pembenihan Ikan-Ikan Tropis. Malang : Fakultas Perikanan


Universitas Brawijaya. http://perpustakaan.kkp.go.id/union/index.php?
p=show_detail&id=65277 (diakses Mei 2022).

Saputra, A., Muslim, M. dan Fitriani, M., 2015. Pemijahan ikan gabus (Channa
striata) dengan rangsangan hormon gonadotropin sintetik dosis berbeda.
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 3(1),1–9.

Sinjal, H., 2014. Efektifitas ovaprim terhadap lama waktu pemijahan, daya tetas
telur dan sintasan larva ikan lele dumbo, Clarias gariepinus. E-Journal
Budidaya Perairan, 2(1), 14-21.

Soeharmanto, D., Wendi T.P. dan Catur R.S., 2019. Penggunaan Pakan Buatan
Yang Diperkaya Tepung Kekerangan Pada Induk Udang Vaname. Jurnal
Perekayasaan Budidaya Air Payau dan Laut, 14(1) : 21-27.

Soesono, S., 1998. Limnology.Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen


Pertanian. Bogor. http://www.perpustakaan

15 Universitas Sriwijaya
16

stpbogor.kkp.go.id/images/docs/2014_limnologi_untuk_sekolah_pertan
ian_menengah_atas.jpg.jpg (diakses Juni 2022).

Supriatna., Mahmudi, M., Musa, M. dan Kusriani., 2020. Hubungan pH dengan


parameter kualitas air pada tambak intensif udang vannamei
(Litopenaeus vannamei). Journal of Fisheries and Marine Research,
4(3), 368-374.

Tampubolon, P. A. dan Rahardjo, M. F., 2011. Pemijahan ikan sepat siam,


Trichogasterpectoralis Regan 1910 di danau taliwang, sumbawa. Jurnal
Iktiologi Indonesia, 11(2), 135-142.

Tatangindatu, F., Kalesaran, O. dan Rompas, R., 2013. Studi parameter fisika
kimia air pada areal budidaya ikan di danau tondano, desa paleloan,
kabupaten minahasa. Budidaya Perairan, 1(2),8–19.

Taqwa, F.H., Nurdawati, S. dan Haris, S., 2012. Kebiasaan makan ikan sepat siam
(Trichogaster pectoralis) di rawa banjiran desa talang paktimah
kabupaten muara enim sumatera selatan. Majalah Ilmiah Srwijaya,
22(15), 13-20.

Umar, C. dan Sulaiman, P.S., 2013. Status introduksi ikan dan strategi
pelaksanaan secara berkelanjutan di perairan umum daratan di indonesia.
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 5(2),113–20.

Utomo, A.D., 2016. Strategi pengelolaan suaka perikanan rawa banjiran di


Sumatera dan Kalimantan. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 8(1),
14-20.

Wahyuningsih, Sri. dan Gitarama, A.M., 2020. Amonia pada sistem budidaya
ikan. Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(2),112–25.

Wahyuningsih, S., Muslim, K. dan Setyono, B.D.H., 2012. Pengaruh jenis


substrat penempel telur terhadap tingkat keberhasilan pemijahan ikan
komet (Carassius auratus). Jurnal Perikanan Unram, 1(1),79–83.

Wardhana W.A., 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta. Andi

Widura, S.P., 2019. Pengaruh pH yang berbeda terhadap derjat pembuahan,


perkembangan embrio, daya tetas telur dan sintasan larva ikan wader
pari (Rasbora argyrotaenia). Skripsi, Universitas Brawijaya.

Yulianti, R., Sukiyah, E. dan Sulaksana, N., 2016. Dampak limbah penambangan
emas tanpa izin (peti) terhadap kualitas air sungai limun kabupaten
sarolangun provinsi jambi. Bulletin of Scientific Contribution, 14(3), 251-
262.

16 Universitas Sriwijaya
17

Yulis, P.A.R., 2018. Analisis kadar logam merkuri (Hg) dan (pH) air sungai
kuantan terdampak penambangan emas tanpa izin (PETI). Jurnal
Pendidikan Kimia, 2(1),28–36.

Zairin, J., Sari, R.K. dan Raswin, M. 2005. Pemijahan ikan tawes dengan sistem
imbas menggunakan ikan mas sebagai pemicu. Jurnal Akuakultur
Indonesia, 4(2), 103–8.

17 Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai