Logam memiliki dr/dT yang positif untuk semua suhu (kecuali untuk hal-hal
khusus). Harga negatif dr/dT selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk
mengklasifikasikan bahan sebagai semipenghantar. Tetapi, isolator juga memiliki
harga dr/dT yang negatif, dan berkelakuan seperti semipenghantar. Perbedaan
antara semipenghantar dengan isolator adalah dalam besar resistivitasnya.
Meskipun silikon dan germanium merupakan semi-penghantar yang sangat
terkenal, tetapi masih banyak bahan yang lainnya. Dalam tabel 3.2 ditandai unsur-
unsur semipenghantar yang terdapat pada sistem periodik, bahan-bahan ini disebut
dengan semipenghantar unsur (elemental semi conductor). Ada pula sejumlah besar
6/14/2022 6/14/2022 1
semipenghantar senyawa, seperti oksida logam dan sulfida. Beberapa diantaranya
sangat penting, misalnya PbS dipakai sebagai piranti fotokonduktif, BaO dalam CRO,
cesium antimonide dalam fotomultipliers, dan sebagainya. Dalam pembicaraan ini
tidak mungkin dapat membicarakan sifat-sifat semua bahan ini, dan akan dibahas
tentang prinsip-prinsip umum. Oleh karena pentingnya germanium dan silikon, maka
kedua bahan ini diambil untuk menjelaskan kelakuan semipenghantar, dan beberapa
hal akan dibahas untuk semipenghantar senyawa.
Dalam kristal murni Si atau Ge pada suhu nol mutlak, semua elektron valensi
terbentuk dalam ikatan homopolar, yakni tidak ada elektron yang memiliki kebebasan
untuk bergerak melalui kristal. Hal ini berlawanan dengan yang terjadi pada logam,
yang selalu memiliki elektron bebas dengan jumlah yang konstan untuk tiap suhu.
Sehingga pada suhu mutlak, Si dan Ge berupa isolator, karena tidak ada pembawa
muatan yang dapat bergerak. Sekarang, bila suhu naik maka getaran atom dalam
kisi-kisi akan meningkat. Beberapa elektron valensi dapat menyerap sejumlah energi
dari getaran kisi-kisi dan melepaskan ikatannya, dan menjadi sejumlah elektron bebas
yang dapat bergerak dalam kristal, yang dapat memberikan hantaran pada pada saat
ada medan listrik yang diberikan. Hal ini terjadi akibat adanya kerusakan ikatan.
Dengan mengacu pada Gambar 3.4, misalkan elektron terletak di A yang jauh dari
ikatan partikel, sehingga akan kehilangan sebuah elektron dari ikatan semula.
Misalkan sekarang bahan diletakkan pada medan listrik E. Sebuah elektron dari suatu
ikatan seperti B yang karena pengaruh medan akan cenderung bergerak ke dalam
keadaan elektronik kosong dalam A, akan meninggalkan keadaan elektronik kosong
di B dan sebuah elektron dari ikatan lain seperti C akan mengisi keadaan kosong ini.
Dengan mengulangi proses ini terlihat adanya muatan yang bergerak akibat adanya
medan listrik oleh ketidak-adaan sebuah elektron dalam ikatan pasangan elektron.
Catatan bahwa keadaan elektronik kosong yang bergerak dengan arah yang sama
dengan arah E akan menjadi pembawa muatan positif. Keadaan elektronik yang
kosong disebut sebagai lubang positif (positive hole) atau disingkat lubang (hole)
saja. Bila suhu bahan meningkat sampai pada suhu tertentu T>>0, maka sejumlah
ikatan akan rusak, dan menghasilkan konduksi akibat gerakan elektron dan lubang
akibat pengaruh medan listrik luar.
Untuk unsur Si dan Ge yang murni dapat dimengerti bahwa jumlah elektron
bebas harus sama dengan jumlah lubang. Semipenghantar seperti ini disebut dengan
semipenghantar intrinsik; yang dibedakan dengan semipenghantar ekstrinsik, yaitu
dengan pembawa muatan (elektron atau lubang) muncul karena ketidakmurnian yang
membangun kristal.
Bila elektron bebas bergerak dalam kristal, dapat diperhitungkan sebagai
akibat rusaknya ikatan. Hal ini dimungkinkan adanya rekombinasi antara elektron
dengan lubang, sehingga kedua pembawa muatan akan hilang dalam proses
konduksi. Di sisi lain, banyak ikatan dapat membangkitkan elektron dan lubang bebas
dengan menyerap energi dari getaran kisi. Sehingga untuk T yang tertentu
selanjutnya akan dicapai keadaan yang seimbang yakni jumlah pasangan elektron-
lubang yang dihasilkan oleh gerakan termal tiap detik sama dengan jumlah pasangan
elektron - lubang yang hilang tiap detik akibat rekombinasi. Pada suhu yang diketahui,
akan ada jumlah rerata elektron bebas yang tertentu, yang juga sama dengan jumlah
rerata lubang dalam suatu bahan. Sesuai dengan kenaikan suhu, jumlah rerata
pembawa muatan bebas akan meningkat pula. Proses generasi dan rekombinasi ini
dapat ditulis dalam bentuk reaksi persamaan 3.1: reaksi ini akan terproses ke kanan
pada suhu yang diberikan tergantung pada ikatan kimia. Bila elektron terikat cukup
kuat, maka jumlah pembawa muatan akan relatif kecil
Dalam diagram ini diasumsikan bahwa semua elektron valensi memiliki energi yang
sama, Wv, sedangkan semua elektron bebas memiliki energi Wc. Aras Wc sebagai
aras konduksi, dan Wv sebagai aras valensi. Pada suhu nol mutlak ada N elektron
tiap m3 dalam aras valensi, dan tentunya tak ada elektron dalam aras konduksi.
Perbedaan antara Wc dan Wv adalah:
Wg = Wc - Wv 3.2
Catatan bahwa rapat elektron konduksi (sama dengan rapat lubang) ditentukan oleh
perbandingan setengah lebar celah dan kT; faktor 1/2 muncul sebagai hasil dari n 2
dalam laju rekombinasi.
Dengan h adalah konstanta Planck (=6.62X10 -34 joule sec.); m adalah massa elektron
dalam ruang bebas, me adalah massa efektif elektron konduksi, mh adalah massa
efektif lubang. Pada umumnya me dan mh sama dengan m. Hasil diatas dimunculkan
pada teori mekanika gelombang elektron dalam padatan. Percepatan yang dihasilkan
oleh medan listrik E masih diberikan oleh persamaan Newton klasik yakni a = - eE/ me .
Gambar 3.7
Tabel 3.3. Resistivitas dan celah energi dari unsur grup keempat, pada suhu ruang.
Oleh karena hantaran bahan tergantung pada rapat pembawa muatan, maka
hantaran pada semipenghantar sangat tergantung pada besar celah energi Wg.
Untuk menjelaskan hubungan ini, lihat Tabel 3.3. Unsur-unsur ini semua berkristal
dengan struktur intan. Terlihat bahwa r meningkat secara cepat dengan kenaikan Wg
sebagai hasil dari faktor Boltzmann yang muncul pada persamaan 3.7. Perubahan
dari isolator ke logam terlihat dari peralihan dari intan ke timbal, dalam timbal tidak
ada celah energi dan kerapatan elektron dalam pita konduksi secara esensial tidak
bergantung pada suhu.
Dalam logam, hantaran listrik ditentukan oleh kerapatan elektron konduksi dan
oleh waktu relaksasi, sesuai persamaan s = n e2 t / m. Hantaran pada semipenghantar
dapat diperlakukan dengan dasar yang sama, perbedaannya terletak pada adanya
dua jenis pembawa muatan, yakni elektron bebas dan lubang. Jika n adalah
konsentrasi elektron bebas dan p adalah konsentrasi lubang [per m3], maka dapat
dituliskan hantaran semipenghantar dalam bentuk :
3.9
dan 3.10
Hal ini menyatakan kecepatan hanyut rerata yang dihasilkan oleh 1 volt per meter.
Sehingga untuk semipenghantar intrinsik dengan n = p = ni dapat dituliskan
3.11
3.12
Meskipun waktu relaksasi yang ditentukan dari eksperimen tidak tepat sebanding
dengan T-3/2, tapi perlu dicatat bahwa ketergantungan suhu secara esensial
ditentukan oleh faktor Boltzmann, bahkan walaupun jika konstanta dalam persamaan
3.11a bervariasi terhadap T. Bentuk persamaan 3.11a dengan persetujuan dengan
hasil percobaan dapat dilihat pada Gambar 3.8, yakni logaritma dari r [ohm-1 m-1]
terhadap 1/T untuk Ge dan Si intrinsik. Kurva ini dapat dipakai untuk menentukan
celah energi Wg dari kemiringannya. Dari gambaran ini diberikan nilai numeris untuk
mobilitas dan kerapatan pembawa muatan dalam germanium seperti berikut ini.
n = p = =ni = 2 x 10 22 T3/2 x 10-3700 / T
mn (T) = 3.5 x 102 T-1.67 m2 volt-1 sec-1
mp (T) = 9.1 x 102 T-2.3 m2 volt-1 sec-1
mn (300°K) = 0.38 m2 volt-1 sec-1
mp (300°K) = 0.18 m2 volt-1 sec-1
Gambar 3.8
Elektron ekstra bergerak dalam medan ion Sb+ yang terletak dalam medium
dielektrik, misalnya Ge, yang memiliki konstanta dielektrik relatif sebesar er = 16.
Adanya dielektrik antara elektron dan ion Sb + mengurangi kuat medan dan
mengurangi energi ikat elektron. Hal ini dapat dilihat melalui model Bohr untuk kasus
berikut. Dianggap elektron bergerak dengan orbit lingkaran dengan radius r; jika v
menyatakan kecepatan elektron dalam orbit, didapatkan kondisi seimbang:
3.12
Sisi kiri menyatakan gaya coulomb antara elektron dengan ion, sisi sebelah kanan
adalah gaya sentrifugal. Total energi elektron sama dengan:
3.13
Sekarang menurut postulat kuantum Bohr, 2p kali momentum sudut elektron akan
sama dengan perkalian bulat konstanta Planck, h. Bila elektron berada pada keadaan
energi terendah (ground state), bila bilangan bulat adalah satu maka :
3.14
3.15
Energi elektron dapat diperoleh dengan substitusi v dari persamaan 3.15 dengan
3.13, akan memberikan:
3.16
Menurut persamaan 3.15, jari-jari orbit elektron sebanding dengan er. Sehingga
menurut model ini jari-jari orbit elektron bergerak dalam medan ion Sb + yang
dikelilingi germanium adalah 16 x 0,53 Å = 8.5 Å. Juga menurut persamaan 3.16
energi elektron sebanding dengan 1/er2. Karena -W menyatakan energi yang
diperlukan untuk menempatkan elektron jauh dari atom Sb, dan karena energi yang
diperlukan untuk ionisasi atom hidrogen sama dengan , maka
energi ionisasi atom Sb hanya sekitar 0.05 eV. Tentu saja model bisa diterapkan
dengan baik pada unsur yang lain dari unsur-unsur pada kolom kelima, karena hanya
tetapan dielektrik er yang muncul sebagai parametar dalam rumus. Tetapi model ini
sendiri agak kurang baik karena nilai perkiraannya tidak sama dengan yang diperoleh
dari analisa data eksperimen. Sehingga, dalam germanium energi ionisasi dari P, As,
dan Sb diperoleh sekitar 0.001 ev, dan berbeda sedikit antara satu dengan yang lain.
Hasil penerapan yang sama sebaik pada ketidakmurnian dari kolom kelima di
dalam silikon. Oleh karena silikon memiliki tetapan dielektrik yang lebih rendah (er =
12), maka energi ionisasi unsur-unsur ini dalam Si akan lebih besar dibandingkan
dengan di dalam germanium. Dalam hal ini dapat dilihat dari nilai eksperimen yang
diberikan berikut ini:
Jika kandungan ketidakmurnian meningkat maka energi ionisasi akan menurun. Nilai-
nilai di atas diberikan dengan konsentrasi rendah (kurang dari 10 23 per m3).
(a) (b)
Gambar 3.10
3.17
dengan r merupakan konstanta. Laju elektron terionisasi dari donor yang tidak
terionisasi ke pita konduksi sama dengan :
3.18
3.19
Hal ini dapat ditunjukkan dari mekanika statistik bahwa konstanta yang muncul dalam
persamaan 3.19 sebanding dengan faktor Boltzmann exp(-W i/kT), dengan Wi
menyatakan energi ionisasi dari atom ketidakmurnian. Maka :
3.20
Untuk nilai T yang meningkat maka n akan meningkat secara eksponensial. Bila kT
menjadi lebih besar dari Wi, maka n mendekati Nd. Dalam hal ini, misalnya, untuk
ketidakmurnian Sb (Wi = 0.01 eV) pada suhu ruang ( kT = 0.025 eV), saat suhu
meningkat pada nilai yang cukup tinggi, akan mengeksitasi elektron dari pita valensi
ke pita konduksi. Hasil ini dapat dijelaskan dengan mengacu pada Gambar 3.11,
yakni kurva skematis dari kerapatan elektron dalam semipenghantar yang
mengandung sejumlah aras donor.
Gambar 3.11
Pada suhu rendah, rapat elektron konduksi ditentukan secara mendasar oleh
konsentrasi donor. Gradien kurva log n terhadap 1/T dalam daerah itu ditentukan
oleh setengah energi ionisasi [n<< Nd dalam persamaan 3.20]. Pada suhu yang lebih
tinggi, ada lebih banyak elektron valensi dari donor, rapat elektron konduksi
selanjutnya ditentukan hanya oleh eksitasi dari pita valensi. Untuk memberikan
contoh: germanium dekat dengan ketidakmurnian terionisasi di atas suhu udara
mencair; sampel terdoping pada suhu ruang resistivitasnya 0.001 ohm meter menjadi
intrinsik pada suhu sekitar -200°C.
Semipenghantar yang mengandung aras donor disebut sebagai bahan tipe-n,
untuk menandakan bahwa konduksi di bawah daerah intrinsik disebabkan pembawa
muatan negatif. Rapat pembawa muatan tercermin dari konduktifitas bahan.
Ketergantungan suhu dari konduktivitas menjadi lebih rumit sebagai hasil dari
ketergantungan suhu dari waktu relaksasi dan karena ketidakmurnian itu sendiri
mengakibatkan proses hamburan yang baru.
Pada suhu nol mutlak, lubang-lubang tetap terikat pada ketidakmurnian, tetapi bila
suhu naik, elektron valensi bisa tereksitasi masuk ke dalam ikatan lubang, sehingga
menghasilkan lubang akan dihasilkan dalam pita valensi seperti ditunjukkan dalam
Gambar 3.13b. Aras ikatan lubang disebut dengan aras aseptor, karena mereka
dapat menerima elektron dari pita valensi. Bahan-bahan semacam ini dinamakan tipe
- p, karena arus konduksi dibawa oleh lubang.
Pembahasan pada sub bab terdahulu dengan mengacu pada elektron dapat
diterapkan pada kasus ini dan bisa cukup untuk memberikan sebuah contoh
konduktivitas sebagai fungsi dari suhu untuk semipenghantar tipe - p, misalnya oksida
kupri. Dalam Gambar 3.14, dijelaskan hubungan antara log dengan 1/T untuk
oksida kupri tipe - p, konsentrasi aras aseptor akan bervariasi. Pada suhu rendah,
konduktivitas dihasilkan terutama dari lubang yang dihasilkan oleh eksitasi elektron
valensi ke dalam aras aseptor. Kemiringan kurva pada daerah ini ditentukan oleh
energi untuk mengeksitasi elektron valensi ke aras aseptor. Untuk suhu yang
meningkat, yang selanjutnya masuk ke dalam daerah intrinsik, kemiringan ditentukan
oleh celah energi antara pita valensi dan pita konduksi. Pada bahan berikut, aras
aseptor dibentuk seperti berikut ini : Dalam Cu 2O murni ada satu ion oksigen O2- untuk
tiap dua ion Cu2+; hal ini dikatakan sebagai komposisi stoikiometris. Jika bahan
dipanasi dalam oksigen, rumusan kimia tidak sepenjang yang diberikan oleh Cu 2O,
karena beberapa oksigen ekstra digabungkan dalamn kisi-kisi. Atom-atom oksigen
ekstra dapat mudah menerima satu atau dua elektron, karena ia memiliki
kecenderungan menjadi ion O2- dari pada tetap normal. Atom-atom oksigen menerima
elektron dari pita valensi, yang akan mengakibatkan lubang menjadi mudah bergerak
dalam pita valensi. Aras aseptor dalam kasus ini, selanjutnya atom-atom oksigen
ekstra digabung dalam kisi-kisi oleh perlakuan panas dalam oksigen. Dengan
mengiubah-ubah tekanan oksigen, akan diperoleh konsentrasi aseptor yang
bervariasi pula. Dengan kenaikan aseptor, pada suhu rendah daya hantar bahan
akan meningkat, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.14.
Pada Gambar 3.15, anggap sebuah lempengan bahan jenis p dengan rapat
arus J yang dihasilkan dari medan listrik yang diberikan sebesar E x. Karena pembawa
muatan diasumsikan positif, maka akan terjadi hanyutan dengan kecepatan rerata
<vx> dalam arah x. Jika medan magnetik dengan rapat fluks B Z (weber per meter
persegi) diterapkan sepanjang arah z, pembawa muatan akan terkena gaya Lorentz
tegak lurus dengan <vx> dan BZ ; lihat gambar 3.15, arah gaya sepanjang sumbu y
negatif. Besar gaya ini diberikan oleh e<v x>BZ. Sehingga pembawa muatan positif
bergerak ke arah depan, akan menghasilkan kelebihan lubang dekat dengan
permukaan depan dan pengurangan lubang dekat dengan permukaan belakang.
Muatan ini akan menciptakan medan listrik sepanjang arah y positif. Dalam hal ini,
keadaan seimbang dicapai yakni gaya Lorentz terkompensasi oleh gaya yang
dihasilkan dari medan listrik sepanjang sumbu y, selanjutnya dapat dituliskan:
e Ey = e <vx> Bz 3.21
Jx = p e <vx> 3.22
dengan p merupakan kerapatan lubang. Pengeliminasian <v x> dari kedua persamaan
terakhir didapatkan koefisian Hall RH sebagai :
Rapat arus Jx dapat dihitung dari arus keseluruhan dan luasan melintang dari
sampel. Medan Ey dapat ditemukan dari memasang probe tegangan pada permukaan
depan dan belakang, dan dengan membagi tegangan Hall yang terukur dengan lebar
sampel sepanjang sumbu y. Sehingga RH dapat diperoleh dari pengukuran, dan nh
dapat dihitung. Perlu dicatat bahwa pererataan yang tepat pada distribusi kecepatan
pembawa muatan memberikan RH = A/(e p), dengan A adalah konstanta dengan
orde satuan. Untuk model semipenghantar sederhana, satu hal dapat diperoleh dari
persamaan 3.23:
RH = ( 3/8 ) / (e p) 3.24
Jika pembawa muatan adalah elektron, maka polaritas tegangan Hall akan terbalik,
yakni
RH = Ey /(Bz Jx) = - 1/(e n) 3.25
dengan n dan p merupakan rapat elektron dan rapat lubang, me dan mh adalah
mobilitas pembawa. Catatan, koefisien Hall akan positif jika (p mh2 > n me2), dan
sebaliknya bila negatif.
-----o0o-----