Anda di halaman 1dari 4

KASUS HIPERTIROID DAN HIPOTIROID

Seorang wanita multipara berusia 42 tahun, G4P3 yang sudah dikenal dengan
hipertiroid datang dengan penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Usia
kehamilan 20 minggu. Sebelumnya pasien mengeluhkan palpitasi, demam, berkeringat,
tremor, diare dan sesak nafas. Pasien telah dikenal menderita Graves Disease sejak 2 tahun
lalu dan mendapat propylthiouracil (PTU) dan propranolol. Pasien tidak pernah putus obat
hingga pasien dirawat, kecuali propranolol dihentikan sejak 5 bulan yang lalu karena
kehamilan pasien. Kakek dari pasien memiliki 2 istri.
Pasien merupakan cucu dari istri pertama. Dua orang sepupu pasien, dua anak dan
satu cucu dari istri kedua kakek pasien juga menderita hipertiroid. Berdasarkan pemeriksaan
fisik, pasien tampak delirium, dengan tekanan darah 110/50 mmHg, nadi 115 kali/menit, dan
suhu 38,4° C. Pada pemeriksaan mata tampak Rosenbach dan Enroth. Tanda oftalmopati
Graves adalah NOSPEC 1. Berdasarkan palpasi kelenjar tiroid, ukuran 9 x 5 x 2 cm, difus,
dan simetris. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan kardiomegali dan hepatomegali. Skor
index Wayne adalah 22 (hipertiroid) dan Skor Burch dan Wartofsky adalah 60 (krisis tiroid).
Pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar hormon tiroid bebas (FT4) 43,49
pmol/L, tyroidstimulating hormone (TSH) 0,1 UIU/mL dan peroksida anti-tiroid (anti-TPO)
0,31 IU/mL (negatif). Pemeriksaan USG tiroid menunjukkan struma diffusa. Hasil konsul
dengan bagian obstetri dan ginekologi menyimpulkan denyut jantung janin dan USG
fetomaternal normal dan tidak terdapat kelainan ginekologi. Selain itu, hipertiroid dan krisis
tiroid ditegakkan sebagai diagnosis. Terdapat kemungkinan Hipertiroid Familial
Nonautoimun merupakan diagnosis pada pasien ini karena pasien memiliki riwayat keluarga
dan hasil negatif pada pemeriksaan anti TPO.

Penyelesaian merode SOAP

1. Subjektif
Jenis kelamin : wanita
Usia : 42 tahun
Keluhan : palpitasi, demam, berkeringat, tremor, diare dan sesak nafas.
Riwayat penyakit : Graves Disease dan keluarga mempunyai riwayat penyakit hipertiroid.
Riwayat pengobatan : mendapat propylthiouracil (PTU) dan propranolol. Pasien tidak
pernah putus obat hingga pasien dirawat, kecuali propranolol dihentikan sejak 5 bulan
yang lalu karena kehamilan pasien.
2. Objektif
Tabel 1.1 Data Pemeriksaan Fisik
Data Pemeriksaan Fisik Hasil Pemeriksaan
Nadi 155 kali/menit
TD 110/50 mmHg (normal 90/60 mmHg atau
120/90 mmHg)
Temperature/suhu 38,4° C
Pemeriksaan mata Rosenbach dan Enroth
Oftalmopati Graves NOSPEC 1
Palpasi kelenjar tiroid Ukuran 9x5x2 cm difus dan simetris
Index Wayne 22 (hipertiroid)
skor Burch dan Wartofsky 60 (krisis tiroid)

Tabel 1.2 Data Pemeriksaan Laboratorium


Data Pemeriksaan laboratorium Hasil Pemeriksaan
Kadar hormon tiroid bebas FT4) 43,49 pmol/L, tyroidstimulating

hormone (TSH) 0,1 UIU/mL dan peroksida


anti-tiroid (anti-TPO) 0,31 IU/mL (negatif).
USG tiroid Struma diffusa
Obstetric dan ginekologi denyut jantung janin dan USG
fetomaternal normal dan tidak terdapat
kelainan
ginekologi.

3. Assesment
Berdasarkan data hasil pemeriksaan fisik dan data lab, pasien menderita penyakit
hipertiroid yaitu kadar Thyroid-stimulating hormone (TSH) pasien rendah dan kadar Free
tiroksin 4 (FT4) pasien tinggi.

Terapi Analisis DRP Rekomen Monitoring


dasi
Propylthiouracil digunakan untuk DRP Diberikan Efektifitas :
mengatasi kategori 5
hipertiroidisme (interaksi menghentikan kelenjar
atau kelebihan obat) tiroid yang memproduksi
hormon tiroid. terlalu banyak hormone
tiroid
ESO : muntah, gangguan
pencernaan ringan, sakit
kepala, ruam kulit dan
pruritus
Propranolol Digunakan unuk DRP Diberikan Efektivitas : Efektif
mengatasi kategori 5 menghambat pengaruh
tekanan darah (interaksi adrenergic pada hormone
tinggi, detak obat) tiroid yang berlebihan.
jantung tak ESO : bradikardi, gagal
teratur, gemetar jantung, hipotensi,
(tremor), dan gangguan konduksi
kondisi lainnya. bronkospasma dan
gangguan saluran
pencernaan.

4. Plan (P)
 Merekomendasikan kepada dokter untuk memberikan propranolol, dengan waktu 2-6
minggu setelah krisis tiroid penggunaan propranolol harus dihentikan.
 Merekomendasikan kepada dokter untuk memberikan iodin dan glukokortikoid untuk
menghambat pelepasaan hormone tiroid yang tersimpan dalam kelenjar tiroid.
 Monitoring kadar tiroid hormone bebas pasien

KIE dan terapi non farmakologi


 Kepatuhan minum obat
 Diet tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori per hari baik dari
makanan maupun suplemen
 Olahraga secara teratur
 Konsumsi protein harus tinggi, yaitu 100-125 gr (2.5 gr/kg BB)
 Hindari stress
 Pasien harus di beritahu bahwa ibu pada awal kehamilan yang melewati fase krisis
tiroid memiliki 84% resiko berulang pada periode postpartum. Oleh karena itu
direkomendasikan untuk melakukan persalina di pelayanan kesehatan yang memiliki
tim untuk terjadinya krisis tiroid berulang.

Anda mungkin juga menyukai