Anda di halaman 1dari 1

Edwin M. Lemert menamakan teorinya labelling theory.

Menurut Lemert, seseorang menjadi penyimpang (deviant) karena


proses labelisasi (pemberian julukan atau cap) oleh masyarakat terhadap orang tersebut. Proses ini bisa membuat seseorang
yang tadinya tidak memiliki kebiasaan menyimpang menjadi terbiasa. Bahkan, kebiasaan itu kemudian menjadi gaya hidupnya.

Menurut Getrude Jaeger, agen sosialisasi terdiri dari:


1. keluarga
2. kelompok sebaya atau sepermainan
3. sekolah
4. media massa

Berdasarkan daya ikat sanksinya, norma terdiri dari:


1. Norma cara (usage) memiliki daya ikat paling lemah. Sanksi yang diberikan pun hanya berupa ejekan atau dianggap aneh oleh
masyarakat.
2. Norma kebiasaan (folkways) juga memiliki daya ikat yang lemah. Sanksi bagi pelanggarnya berupa teguran atau sindiran.
3. Norma tata kelakuan (mores) memiliki daya ikat yang kuat. Sanksi bagi pelanggarnya berupa hukuman fisik.
4. Norma adat istiadat (customs) memiliki daya ikat paling kuat dibanding norma lainnya. Sanksi yang diberikan kepada
pelanggarnya berupa pengusiran atau penolakan dari masyarakat.

Jenis-jenis norma sosial di masyarakat, antara lain:


1. norma hukum
2. norma agama
3. norma kesusilaan
4. norma kesopanan
5. norma kebiasaan

Berdasarkan bentuknya, sosialisasi memiliki 2 bentuk, yaitu:


Sosialisasi Primer, yaitu sosialisasi yang kita terima dari kita kecil atau dari kita lahir yang kita terima di keluarga. Di sinilah peran
agen keluarga sebagai pihak pertama dalam bermasyarakat.

Sosialisasi Sekunder adalah sosialisasi yang kita terima di luar dari keluarga seperti sekolah, teman sepermainan, tempat kerja,
dan lain-lain. Sosialisasi di luar rumah disebut juga sosialisasi sekunder.

Keluarga ini dibagi menjadi 2 tipe, tipe represif yaitu tipe orang tua atau keluarga yang tegas, dan mengatur segalanya,
contohnya elo harus masuk jurusan A, atau harus masuk perguruan tinggi B, dan lain-lain.

Tipe yang satunya lagi adalah tipe partisipatoris, yaitu tipe orang tua atau keluarga yang ikut berpartisipasi dalam berdiskusi
dalam pengambilan keputusan elo, misalnya orang tua berdiskusi dengan anaknya mau mengambil jurusan kuliahnya.

Cara pengendalian sosial antara lain:


a. Persuasif adalah pengendalian sosial yang lebih menekankan pada usaha untuk mengajak, membimbing, dan membujuk.
Contoh: Mengajak seorang pengendara bermotor untuk menggunakan helm.
b. Coersive adalah pengendalian sosial yang lebih menekankan pada tindakan kekerasan.
Contoh: Pembongkaran rumah-rumah kumuh secara paksa yang sebelumnya telah diberitahukan.
c. Compultion adalah suatu tindakan pengendalian sosial dengan menciptakan situasi yang dapat mengubah perilaku negatif.
Contoh: Hukuman bagi siswa yang tidak mengerjakan PR.
d. Pervation adalah pengendalian sosial yang lebih menekankan pada pemberian norma dan nilai yang berulang kali dengan
harapan dapat dijiwai oleh seseorang.
Contoh: Media cetak dan media elektronik secara berulang-ulang menyampaikan bahwa narkoba sangat berbahaya bagi
pemakainya.

Donald Light, Suzanne Infeld Keller, dan Craig J. Calhoun membagi kejahatan menjadi empat tipe, yaitu
Kejahatan tanpa korban (crime without victim). Kejahatan yang tidak menimbulkan adanya korban pihak lain. Apabila ada yang
dirugikan yaitu pelakunya sendiri. Contoh: Mabuk-mabukan, menggunakan narkoba, dan pergaulan bebas.
Kejahatan terorganisir (organized crime). Kejahatan yang dilakukan secara terorganisasi/berkomplotan secara
berkesinambungan. Contoh: komplotan pencurian.
Kejahatan kerah putih (white collar crime). Kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kedudukan atau jabatan
tinggi. Contoh: korupsi, penggelapan uang perusahaan.
Kejahatan korporat (corporate crime). Kejahatan yang dilakukan oleh organisasi, perusahaaan untuk mendapatkan keuntungan
dan merugikan masyarakat sekitar. Contoh: pembuangan limbah tanpa diolah terlebih dahulu di sungai yang digunakan oleh
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai