Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PANGGUNG SENI DI UPTD PELAYANAN SOSIAL LANSIA


TRESNA WERDHA

Oleh :
KELOMPOK 1
KELOMPOK 2
KELOMPOK 3
KELOMPOK 4

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa
dewasa dan masa tua (Nugroho, 2017). Tiga tahap ini berbeda baik secara
biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami
kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan
kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan
memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas
emosional meningkat dan kurang gairah.
Perawatan terhadap pasien lansia merupakan tanggung jawab keluarga
dan pemerintah khususnya Dinas social dan tenaga kesehatan. Perubahan –
perubahan kecil dalam kemampuan seorang pasien lansia untuk melaksanakan
aktivitas sehari – hari atau perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan
keperawatan dalam memberikan dukungan hendaknya memiliki kemampuan
untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, dan aspek – aspek lain dari kondisi
klien lansia.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK): TAK adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah lansia dengan masalah hubungan sosial.
Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan  perawat  perawat kepada kelompok kelompok lansia yang
mempunyai mempunyai masalah masalah keperawatan keperawatan yang
sama. Aktivitas diguanakan sebagai terapi dan kelompok diguanakan sebagai
target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat lansia
melatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki  perilaku yang
maladaptif.
1.2 TUJUAN
Tujuan umum:
Menurunkan tingkat depresi pada lansia di panti tresna werdha natar
Tujuan khusus
a. Menurunkan tingkat depresi pada lansia
b. Menurunkan tingkat kegelisahan
c. Meningkatkan fungsi kognitif
BAB II
TINJAUN TEORI

2.1. Definisi Lansia


Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis (Effendi, 2019).
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
(Ratnawati, 2017).
2.2. Klasifikasi lansia
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2017) :
1) Young old (usia 60-69 tahun)
2) Middle age old (usia 70-79 tahun)
3) Old-old (usia 80-89 tahun)
4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

2.3. Karakteristik Lansia


Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017) yaitu :
1. Usia Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60
tahun (Ratnawati, 2017).
2. Jenis kelamin Data Kemenkes RI (2016), lansia didominasi oleh
jenis kelamin perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan
hidup yang paling tinggi adalah perempuan (Ratnawati, 2017).
3. Status pernikahan Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS
2015, penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian
besar berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun
perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati
sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-
laki yang berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia
harapan hidup laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan
yang berstatus cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang
bercerai umumnya kawin lagi (Ratnawati, 2017)
4) Pekerjaan Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia
sehat berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik,
sosial dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan
tetap berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
sebagai anggota masyarakat.

2.4. Perubahan Pada Lanjut Usia


Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya dengan
keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang
memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan
sebagai berikut:
a) Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).
b) Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).
c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi
d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

2.5 Permasalahan Pada Lanjut Usia


1) Masalah ekonomi Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas
kerja, memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama.
Disisi lain, usia lanjut dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang
semakin meningkat seperti kebutuhan akan makanan yang bergizi
seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, kebutuhan sosial dan
rekreasi. Lansia yang memiliki pensiun kondisi ekonominya lebih
baik karena memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang
tidak memiliki pensiun, akan membawa kelompok lansia pada kondisi
tergantung atau menjadi tanggungan anggota keluarga (Suardiman,
2011).
2) Masalah sosial Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan
berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga atau
dengan masyarakat. kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan
perasaan kesepian, terkadang muncul perilaku regresi seperti mudah
menangis, mengurung diri, serta merengek-rengek jika bertemu
dengan orang lain sehingga perilakunya kembali seperti anak kecil
(Kuntjoro, 2017).
3) Masalah kesehatan Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan
meningkatnya masalah kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan
penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap penyakit (Suardiman,
2018).
4) Masalah psikososial Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan sehingga membawa lansia
kearah kerusakan atau kemrosotan yang progresif terutama aspek
psikologis yang mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan
apatis. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial
yang paling berat seperti, kematian pasangan hidup, kematian sanak
saudara dekat, atau trauma psikis. (Kartinah, 2018).
BAB III
PENGORGANISIAN

3.1. Persiapan
3.1.1. Persiapan Klien
1. Kriteria lansia
a. Lansia yang dapat diajak bekerja sama/ Kooperatif
b. Lansia yang tidak mengalami gangguan fungsi pendengaran
2. Proses seleksi
a) Mengobservasi lansia yang masuk kriteria.
b) Mengidentifikasi lansia yang masuk kriteria.
c) Mengumpulkan lansia yang masuk kriteria.
d) Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan
Paturan main dalam kelompok
3. Jumlah Peserta
10 orang
4. Nama Peserta
1. Tn. 4. Tn.
2. Tn. 5. Tn.
3. Tn. 6. Tn.

3.1.2. Persiapan Terapis


1) Melakukan rapat kecil sebelum pelaksanaan.
2) Menentukan siapa-siapa yang akan menjadi leader, co-leader,
fasilitator, observer.
3) Satu jam sebelum pelaksanaan melakukan role play dengan teman-
teman disertai pembimbing ruangan.
3.1.3. Persiapan Lingkungan
1. Suasana tidak bising.
2. Pengaturan posisi tempat duduk.
3. Setting instruktur kegiatan.
4. Ventilasi yang cukup.

3.2. Pelaksanaan
3.2.1. Rencana Tindakan
No Kegiatan Waktu
1. Pembukaan 5 menit
2. Perkenalan dan penjelasan prosedur pelaksaan 5 menit
3. Inti 45 menit
4. Penutup 5 menit
Total waktu 60 menit

3.2.2. Setting Tempat


Peserta dan terapis duduk bersama dalam satu lingkungan

8
Keterangan:
: Observer
: Leader
: Co-leader
: Klien
: Fasilitator
3.3. Pengorganisian
Pelaksanaan pertemuan
Hari/Tanggal : Jum’at, 03 Mei 2022
Waktu : Pkl. 09.00 WIB s.d 11.00 WIB
Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
Terapi kelompok (45 menit)
Penutup (5 menit)
Tempat : Ruang Aula Panti Tresna Werdha
Jumlah klien : 10 orang

Tim Terapi
Ketua Pelaksana : Rosi Prananda
Leader
a. Leader : Dandy Rinaldi Azmi
Uraian tugas : 
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Memimpin jalannya terapi kelompok
3. Memimpin diskusi

Co- Leader : Rolantia Anisa R


Uraian tugas : 
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Membantu leader memimpin jalannya terapi kelompok
3. Menutup jalan nya terapi kelompok

Observer : Indra Firdaus, Tomi Albar Sr


Uraian tugas :
1. Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
denga evaluasi kelompok

Fasilitator : Putri Kusuma Yuda, Sinta Oktafiani Dewi, Ika


Saputri, Irma Gusti Ayu, Ipah Opipah, Yusi Anggraini, Hafidah Sahnaz, Rana
Auliyah, Nuraini Fitri, Lucky Alvionita S, Suci Adelia Yusup, Eka Oktaviana Mp,
Yulia Nisa Persada, Amalia Damayanti, Restika Awalinda E, Diki Handoko,
Chandra Winata, Elsa Armania, Bella Novita Sari, Helna Mariana Putri, Dwi Sri
Lestari, Riyan Wirawan, Yunita Tania, Nyoman Boy S, Wayan Jendi A, Wayan
Rendi S, Merlinda Okta Riyanti, Mellawati, S. Afifah Digraha, I Putri Wastika, I
Wayan Andre
Dokumentator : Sayyid Rangga Pradana, Yanbadu, Andi Kurniawan
Uraian tugas :
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4. Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah

3.4. Antisipasi Masalah


Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
1. Memanggil klien
2. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau
klien lain
3. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a). Panggil nama klien
b). Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan

3.4. Kriteria Hasil


Evaluasi Struktur 
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat di lantai menggunakan tikar
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, Observer berperan sebagaimana
mestinya
Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.

Evaluasi Hasil :
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
a. Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat
b. Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas
BAB IV
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENTAS SENI
Tujuan
a. Menurunkan tingkat depresi pada lansia
b. Menurunkan tingkat kegelisahan
c. Meningkatkan fungsi kognitif
Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan
2. Ruangan nyaman dan tenang
1. Alat
1. Speaker
2. Microfon
3. Musik
2. Metode
Diskusi dan Tanya jawab
3. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a.Membuat kontrak dengan klien
b.Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam terapeutik kepada klien
2. Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur (beri
papan nama)
3. Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua klien
(beri papan nama)
b. Evaluasi/validasiMenanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan kegiatan yang pernah diikuti selama dipanti
c. Kontrak
1. Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
menurunkan tingkat kegelisahan
2. Leader menjelaskan aturan main.
a. Jika ada klien yang ingin meninggalakan kelompok harus
minta izin kepada leader
b. Lama kegiatan 120 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
- Leader mengajak lansia untuk memperkenalkan diri
- Setiap lansia selesai memperkenalkan diri terapis mengajak semua lansia
untuk bertepuk tangan
- Terapis menanyakan kepada lansia akan menampilkan musik apa
- Terapis memutar music, lansia bernyanyi, boleh sambal berjoget
- Secara bergantian maju kedepan dengan kegiatan yang sama
- Terapis memberikan pujian setiap lansia selesai bernyanyi

4. Tahap terminasi
1.Evaluasi
a. Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

2.Tindak lanjut
Leader meminta untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan pperasaan jika
halusinasi muncul

4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan lansia mengikuti
kegiatan
no Aspek yang dinilai Nama klien

1 Mengikuti kegiatan dari awal


sampai akhir
2 Memberi respon
3 Memberi pendapat tentang
bermain music
4 Menjelaskan perasaan setelah
bernyanyi
DAFTAR PUSTAKA
 Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Pendidikan Edisi 4.
Surabaya: Lentera Cendikia
 Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kesehatan: Paradigma
Kuantitatif. Surabaya: Health Book Publishing

 Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan


Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan
Jiwa (Terapi Aktivitas Kelompok). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai