Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDOKUMENTASIAN PRAKTEK KLINIK DEPARTEMEN

KEPERWATAN DASAR PROFESIONAL DI RUANG ASTER RSUD


UNDATA PALU KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH
02 Maret 2022 s.d 5 Maret 2022

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III
MAHASISWA PROFESI NERS

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022

i
LAPORAN PENDOKUMENTASIAN PRAKTEK KLINIK DEPARTEMEN
KEPERWATAN DASAR PROFESIONAL DI RUANG ASTER RSUD
UNDATA PALU KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH
02 Maret 2022 s.d 5 Maret 2022

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. Mawadda Nur (2021032052)
2. Meisda A.S (2021032053)
3. Anita Huraera (2021032013)
4. Fatrainy T.M (2021032023)
5. Moh Rafli (2021032056)
6. Sitiyara Yunus (2021032099)
7. Dewigustina (2021032019)

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Di Persiapkan Dan Di Setujui Oleh Tim Penyusun Program Studi Ners


Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN DASAR PROFESIONAL

Mengetahui :

CI Lahan

Hasni Hilipito. S.Kep.NS

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Medis Disfagia.
Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk melengkapi tugas stase KDP yang
diberikan kepada penulis. Pembuatan Asuhan Keperawatan ini tidak akan
terlaksana tanpa adanya kerjasama, bantuan, dukungan, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Pihak Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu yang telah
memfasilitasi dalam pelaksanaan praktek lapangan.
2. Direktur Rumah Sakit Upt Undata Provinsi Sulawesi tengah yang telah
bersedia mengizinkan penulis untuk dapat melaksanakan praktek lapangan.
3. Bidang Dilklit Dan Bidan Keperawatan Rumah Sakit Upt Undata Provinsi
Sulawesi Tengah
4. Ns. Elifa Ihdah Ramayanti, S.Kep.,M.Kep, selaku Clinical Instructor Institusi
STIKes Widya Nusantara Palu.
5. Hasni Hilipito,S.Kep.Ns selaku Clinical Instructor Lahan Di Ruangan Aster
Rumah Sakit Provinsi Undata Palu
6. Perawat-perawat senior di ruangan Aster yang telah banyak memberikan ilmu
selama pelaksanaan praktek lapangan.
7. Teman-teman kelompok yang banyak membantu dan memberikan motivasi
terhadap satu sama lain.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan seminar kasus kelompok ini
masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan laporan ini. Semoga laporan seminar ini
dapat memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dibidang
ilmu keperawatan.
Palu, 5 Maret 2022
Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
Latar Belakang..................................................................................................... 1
Tujuan.................................................................................................................. 1
Manfaat................................................................................................................ 2
BAB II KONSEP TEORI DISFAGIA ................................................................ 3
A. Definisi..................................................................................................... 3
B. Etiologi..................................................................................................... 3
C. Patofisiologi............................................................................................. 4
D. Tanda dan Gejala..................................................................................... 6
E. Penatalaksanaan....................................................................................... 7
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 8
G. Pathway.................................................................................................... 10
H. Konsep asuhan keperawatan.................................................................... 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................... 20
A. Pengkajian ............................................................................................... 20
B. Anamnese................................................................................................. 20
C. Pola Pemenuhan Kesehatan..................................................................... 22
D. Pemeriksaan Fisik.................................................................................... 24
E. Riwayat Psikologis................................................................................... 26
F. Pemeriksaan Status Mental Dan Spiritual................................................ 27
G. Hasil Laboratorium.................................................................................. 28
H. Terapi Medik............................................................................................ 29
I. Klasifikasi Data........................................................................................ 30
J. Analisa Data............................................................................................. 31
K. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 33
L. Intervensi Keperawatan........................................................................... 34

v
M. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan............................................... 37
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 43
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 45
A. Kesimpulan.............................................................................................. 45
B. Saran........................................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 47

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disfagia berhubungan dengan kesulitan makan akibat gangguan dalam proses
menelan. Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari kelainan
kongenital, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis tertentu. Masalah dalam menelan
merupakan keluhan yang umum didapat di antara orang berusia lanjut, dan insiden disfagia
lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan pasien stroke. Kurang lebih 51-73% pasien stroke
menderita disfagia. Penyebab lain dari disfagia termasuk keganasan kepala- leher, penyakit
neurologic progresif seperti penyakit Parkinson, multiple sclerosis, atau amyotrophic lateral
sclerosis, scleroderma, achalasia, spasme esofagus difus, lower esophageal (Schatzki) ring,
striktur esofagus, dan keganasan esofagus. Disfagia merupakan gejala dari berbagai
penyebab yang berbeda, yang biasanya dapat ditegakkan diagnosanya dengan anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya, di antaranya pemeriksaan radiologi
dengan barium, CT scan, dan MRI.
Prevalensi disfagia pada populasi umum sekitar 5-8%. Prevalensi disfagia orofaring
pada kelainan serebrovaskular sekitar 30%, 52%-82% pada penderita dengan penyakit
Parkinson, 84% pada penyakit Alzheimer, lebih dari 40% terjadi pada orang dewasa umur
lebih 65 tahun, 60% pada penderita usia lanjut di fasilitas perawatan/rumah jompo, 28,2%
pada penderita kanker rongga mulut, 50,9% kanker faring, dan 28,6% pada kanker laring,
50,6% disfagia orofaring pada tumor kepala leher yang menjalani operasi dan radioterapi
atau kemoterapi, serta 13,5% kejadian disfagia pada refluks laringofaring

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis disfagia
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguasai konsep dasar disfagia
b. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa keperawatan,
dan membuat intervensi keperawatan.

1
c. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi masalah
keperawatan pada kasus disfagia.
d. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta
permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.

C. Manfaat
1. Untuk memberikan pengalaman dalam membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnose medis disfagia .
2. Untuk menguasai konsep dasar disfagia
3. Untuk memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi masalah
keperawatan pada kasus disfagia.

2
BAB II
KONSEP TEORI DISFAGIA

A. Definisi
Disfagia didefinisikan sebagai kesulitan makan Disfagia adalah perkataan yang
berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti kesulitan atau gangguan, dan phagia berarti
makan. Disfagia adalah istilah medis untuk kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan
menelan atau tidak dapat menelan sama sekali. Disfagia dapat terjadi pada semua usia, tapi
seringkali terjadi pada orang dewasa.Jika sulit menelan terjadi karena makan terlalu cepat
atau mengunyah makanan terburu-buru, maka hal itu tak perlu dikhawatirkan. Kondisi medis
serius bisa jadi latar belakang disfagia jika terjadi secara terus-menerus.Meski sederhana,
proses menelan sendiri merupakan proses yang rumit dan melibatkan berbagai bagian tubuh.
Otak, beberapa saraf dan otot, dua katup otot, dan kerongkongan harus bekerja sama.Selain
itu, kerongkongan harus terbuka dan bekerja dengan baik agar menelan bisa berjalan lancar. 
Disfagia merupakan kondisi yang membuat pengidapnya mengalami kesulitan
menelan. Kondisi ini bisa membuat pengidapnya membutuhkan waktu lama dan usaha ekstra
untuk nenelan.Dalam kebanyakan kasus, disfagia juga bisa membuat nafsu makan seseorang
menurun, bahkan malas untuk mengonsumsi makanan. Alhasil, tubuhnya tak mendapatkan
nutrisi yang cukup. Jangan sepelekan kondisi ini, sebab jika terjadi berkepanjangan, ia bisa
mengindikasikan kondisi medis yang serius dan memerlukan perawatan lanjutan.

B. Etiologi
Etiologi disfagia melibatkan berbagai macam kondisi, termasuk kelainan pada saluran
cerna bagian atas (rongga mulut, faring, esofagus) atau penyakit lain yang mempengaruhi
fungsi kerja saluran cerna. Pada pasien usia lebih muda, gastroesophageal reflux
disease (GERD) adalah penyebab tersering. Pada pasien yang lebih tua, disfagia orofaringeal
sekunder akibat penyakit serebrovaskular lebih sering terjadi.
Kelainan Anatomi Esofagus Kelainan anatomi esofagus yang dapat menyebabkan
disfagia antara lain:
 Divertikulum Zenker
 Striktur esofagus

3
 Cincin Schatzki
1. Kelainan Neuromuskular
Kelainan neuromuskular seperti stroke, penyakit Parkinson, multiple sclerosis, tumor dan
infeksi sistem saraf pusat, cerebral palsy, botulisme, dan poliomielitis juga dapat
menyebabkan disfagia. Kelainan neuromuskular lain mencakup dementia, amyotrophic
lateral sclerosis, myotonic dystrophy, myasthenia gravis, dan sindrom Guillain-
Barre juga dapat menimbulkan manifestasi klinis disfagia.
2. Presbyphagia
Seiring dengan bertambahnya usia, terjadi perubahan fisiologis yang berpengaruh
terhadap fungsi menelan seseorang, atau dikenal dengan istilah presbyphagia. Pada orang
lanjut usia, terjadi penurunan massa dan fungsi otot, penurunan elastisitas jaringan,
penurunan produksi saliva yang menyebabkan mulut cenderung lebih kering, masalah
kesehatan gigi, penurunan sensitivitas orofaringeal, serta penurunan fungsi penghidu dan
pengecapan. Meskipun proses penuaan fisiologis ini tidak menyebabkan disfagia, tetapi
faktor-faktor ini meningkatkan risiko terjadinya disfagia.  Selain itu, lansia juga lebih
rentan untuk terkena penyakit-penyakit yang menyebabkan disfagia, seperti stroke,
penyakit Parkinson, atau dementia. Meski demikian, disfagia pada lansia sebaiknya tidak
langsung disimpulkan sebagai akibat penuaan saja. Proses penuaan menyebabkan
abnormalitas motilitas esofagus ringan yang biasanya asimptomatik.

C. Patofisiologi
Klasifikasi Disfagia. Disfagia diklasifikasikan dalam dua kelompok besar, yaitu
Disfagia orofaring (atau transfer dysphagia) dan disfagia esofagus.
1. Disfagia orofaring
Disfagia orofaring timbul dari kelainan di rongga mulut, faring, dan esofagus, dapat
disebabkan oleh stroke, penyakit Parkinson, kelainan neurologis, oculopharyngeal
muscular dystrophy, menurunnya aliran air liur, xerostomia, masalah gigi, kelainan
mukosa oral, obstruksi mekanik (keganasan, osteofi, meningkatnya tonus sfingter
esophagus bagian atas, radioterapi, infeksi, dan obat-obatan (sedatif, antikejang,
antihistamin). Gejala disfagia orofaring yaitu kesulitan menelan, termasuk
ketidakmampuan untuk mengenali makanan, kesukaran meletakkan makanan di dalam

4
mulut, ketidakmampuan untuk mengontrol makanan dan air liur di dalam mulut,
kesukaran untuk mulai menelan, batuk dan tersedak saat menelan, penurunan berat badan
yang tidak jelas penyebabnya adalah perubahan kebiasaan makan, pneumonia berulang,
perubahan suara (suara basah), regurgitasi nasal . Setelah pemeriksaan, dapat dilakukan
pengobatan dengan teknik postural, swallowing maneuvers, modifikasi diet, modifikasi
lingkungan, oral sensory awareness technique, vitalstim therapy, dan pembedahan. Bila
tidak diobati, disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi, malnutrisi, atau dehidrasi.
2. Disfagia esophagus
Disfagia esofagus timbul dari kelainan di korpus esofagus, sfingter esophagus bagian
bawah, atau kardia gaster. Biasanya disebabkan oleh striktur esofagus, keganasan esofagus,
esophageal rings and webs, akhalasia, skleroderma, kelainan motilitas spastik termasuk spasme
esofagus difus dan kelainan motilitas esofagusnonspesifik. Makanan biasanya tertahan
beberapa saat setelah ditelan, dan akan berada setinggi suprasternal notch atau di
belakang sternum sebagai lokasi obstruksi, regurgitasi oral atau faringeal, perubahan
kebiasaan makan, dan pneumonia berulang. Bila terdapat disfagia makanan padat dan
cair, kemungkinan besar merupakan suatu masalah motilitas. Bila pada awalnya pasien
mengalami disfagia makanan padat, tetapi selanjutnya disertai disfagia makanan cair,
maka kemungkinan besar merupakan suatu obstruksi mekanik. Setelah dapat dibedakan
antara masalah motilitas dan obstruksi mekanik, penting untuk memperhatikan apakah
disfagianya sementara atau progresif. Disfagia motilitas sementara dapat disebabkan
spasme esofagus difus atau kelainan motilitas esofagus nonspesifik. Disfagia motilitas
progresif dapat disebabkan scleroderma atau akhalasia dengan rasa panas di daerah ulu
hati yang kronis, regurgitasi,masalah respirasi, atau penurunan berat badan. Disfagia
mekanik sementara dapat disebabkan esophageal ring. Dan disfagia mekanik progresif
dapat disebabkan oleh striktur esofagus atau keganasan esofagus. Bila sudah dapat
disimpulkan bahwa kelainannya adalah disfagia esofagus, maka langkah selanjutnya
adalah dilakukan pemeriksaan barium atau endoskopi bagian atas. Pemeriksaan barium
harus dilakukan terlebih dahulu sebelum endoskopi untuk menghindari perforasi. Bila
dicurigai adanya akhalasia pada pemeriksaan barium, selanjutnya dilakukan manometri
untuk menegakkan diagnosa akhalasia. Bila dicurigai adanya strikturesofagus, maka
dilakukan endoskopi. Bila tidak dicurigai adanya kelainan-kelainan seperti di atas, maka

5
endoskopi dapat dilakukan terlebih dahulu sebelum pemeriksaan barium. Endoskopi yang
normal, harus dilanjutkan dengan manometri dan bila manometri juga normal, maka
diagnosanya adalah disfagiafungsional. Foto thorax merupakan pemeriksaan sederhana
untuk pneumonia. CT scan dan MRI memberikan gambaran yang baik mengenai adanya kelainan
struktural, terutama bila digunakan untuk mengevaluasi pasien disfagia yang sebabnya
dicurigai karena kelainan sistem saraf pusat. Setelah diketahui diagnosanya, penderita
biasanya dikirim ke Bagian THT, Gastrointestinal, Paru, atau Onkologi, tergantung
penyebabnya. Konsultasi dengan Bagian Gizi juga diperlukan, karena kebanyakan pasien
me-merlukan modifikasi diet.

D. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejalanya yaitu:
1. Disfagia Oral atau faringeal
 Batuk atau tersedak saat menelan
 Kesulitan pada saat mulai menelan
 Makanan lengket di kerongkongan
 Sialorrhea
 Penurunan berat badan
 Perubahan pola makan
 Pneumonia berulang
 Perubahan suara (wet voice)
 Regusgitasi Nasal
2. Disfagia Esophageal
 Sensasi makanan tersangkut di tenggorokan atau dada
 Regurgitasi Oral atau faringeal
 Perubahan pola makan
 Pneumonia rekuren

6
E. Penatalaksanaan
Disfagia bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas dengan cara menjaga
kecukupan nutrisi serta mencegah terjadinya aspirasi. Beberapa langkah yang dapat
dilakukan adalah modifikasi diet, menjaga postur saat makan dan minum, serta terapi
rehabilitasi untuk otot-otot menelan. Selain itu, terapi dilakukan berdasarkan etiologi yang
mendasari terjadinya disfagia, misalnya gastroesophageal reflux disease (GERD).
Tabel 1. Klasifikasi Makanan dan Minuman Berdasarkan Kekentalan dan Tekstur.

Derajat Deskripsi Terminologi Umum

0 Encer Mengalir seperti air

1 Sedikit kental Lebih kental dari air; membutuhkan sedikit lebih banyak
usaha

2 Agak kental Mengalir dari sendok; lebih lambat dari minuman encer

3 Kekentalan moderat Bisa diminum dari cangkir atau dimakan dengan sendok

4 Puree Tidak bisa diminum dari cangkir; dimakan dengan sendok;


tidak mengunyah

5 Cincang Dimakan dengan garpu atau sendok; lembut dan lembab

6 Lembut dan diblender Dimakan dengan garpu atau sumpit; tidak perlu pisau; perlu
mengunyah

7 Reguler Normal, makanan harian

Beberapa postur tertentu diketahui dapat membantu proses menelan dan mencegah aspirasi.
1. Mendekatkan Dagu Ke Dada
Mendekatkan dagu ke arah dada dapat memperpendek jarak antara pangkal lidah dengan
dinding faringeal posterior dan meningkatkan tekanan pada faring sehingga memudahkan
perpindahan bolus. Posisi ini juga mempersempit pintu masuk ke saluran napas sehingga

7
mencegah terjadinya aspirasi. Postur ini dapat diterapkan pada pasien dengan gangguan
refleks menelan faringeal.
2. Menolehkan Kepala Ke Sisi Yang Sakit
Menolehkan kepala ke sisi yang sakit akan menutup sinus piriformis pada sisi yang sakit
sehingga bolus akan diarahkan ke sisi yang sehat. Teknik ini dapat bermanfaat bagi
pasien dengan kelemahan otot faringeal unilateral.
3. Memiringkan Kepala Ke Sisi Yang Sehat
Memiringkan kepala ke sisi yang sehat memungkinkan bolus untuk turun ke arah faring
yang berfungsi dengan baik. Teknik ini diindikasikan pada pasien dengan kelemahan otot
faringeal unilateral.
4. Manuver Supraglotic Swallow
Manuver supraglotic swallow merupakan teknik menelan dan menahan napas secara
bersamaan. Hal ini dilakukan untuk menutup jalan napas dan mencegah terjadinya
aspirasi. Pasien diminta untuk menarik napas panjang lalu menahan napas, menelan
makanan sambil menahan napas, dilanjutkan dengan batuk untuk mengeluarkan residu
makanan di vestibulum laringeal. Teknik ini dapat dilakukan pada pasien dengan
gangguan pada proses penutupan laring.

F. Pemeriksaan Penunjang
Disfagia dapat dideteksi dengan mudah dan mandiri, yaitu dengan cara merasakan
gejala-gejala gangguan menelan ketika sedang menyantap makanan atau menelan sesuatu.
Jika mengalami kesulitan menelan, atau gejala-gejala lain seperti yang telah disebutkan tadi,
kamu perlu mencurigai adanya disfagia dan segera memeriksakan diri ke dokter.
a. Pemeriksaan X-Ray dengan Kontras Barium
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat perubahan bentuk kerongkongan dan aktivitas
otot-ototnya. Dalam prosedurnya, pengidap biasanya akan diminta meminum larutan
barium yang akan melapisi kerongkongan. Kemudian, pengidap akan diminta juga untuk
menelan makanan padat atau pil yang dilapisi dengan barium, dan dokter akan melihat
adanya perubahan bentuk kerongkongan dan menilai aktivitas otot, ketika proses menelan
berlangsung.

8
b. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi dilakukan dengan menggunakan alat tipis nan fleksibel yang
dimasukkan ke kerongkongan, sehingga dapat melihat kondisi kerongkongan. Prosedur
ini juga dilakukan untuk mendeteksi adanya peradangan, penyempitan, hingga tumor.
c. Tes Otot Esofagus (Manometri)
Manometri adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara memasukkan tabung kecil ke
dalam kerongkongan, yang dihubungkan ke alat perekam tekanan untuk mengukur
kontraksi otot kerongkongan ketika menelan.
d. Pemindaian Gambar
Prosedur pemeriksaan ini biasanya terdiri atas 2, yaitu CT scan dan MRI. CT scan
dilakukan dengan cara menggabungkan serangkaian pandangan X-ray dan pemrosesan
komputer, untuk membuat gambar penampang tulang dan jaringan lunak dalam tubuh.
Sementara itu, pemindaian MRI dilakukan dengan menggunakan medan magnet dan
gelombang radio untuk gambar detail organ dan jaringan.

9
G. Pathway

Tumor tiroid

Disfagia

Nyeri saat menelan

Gangguan menelan

Sulit makan dan minum

Nyeri akut Asupan nutrisi kurang adekuat

Defisit nutrisi ketidak seimbangan energi


Dengan kebutuhan tubuh

Kelemahan

Tirah baring lama

Penurunan refleks batuk

Sekresi yang tertahan

Bersihan jalan nafas tidak efektif

10
ASUHAN KEPERAWATAN DISFAGIA

1. Identitas Klien
Nama, umur, dewasa umur (usia lanjut >65 tahun lebih beresiko) jenis kelamin,
agama, pendidikan, alamat, No. RM, pekerjaan, status perkawinan,tanggal MRS, tanggal
pengkajian, dan sumber informasi.
2. Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medik :Disfagia
b. Keluhan Utama :
Sulit saat menelan
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
 Biasanya pasien mengalami kelainan serebrovaskular seperti penyakit Parkinson,
Alzheimer, dan penyakit kanker rongga mulut, kanker faring, kanker laring, serta
tumor kepala dan leher
 Biasanya pasien terpasang alat medik trakeostomi.
 Riwayat pembedahan darah laryx, pharynx, esophagus, tiroid
 Post operasi daerah mulut
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
2) Alergi (obat, makanan, plester,dll)
3) Imunisasi
4) Kebiasaan/pola hidup/life style
5) Obat-obat yang digunakan
e. Riwayat Penyakit Keluarga
3. Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
b. Pola Nutrisi/metabolic
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi karena klien susah
atau sulit menelan makanan dan minuman dan akibatnya klien tidak dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya. Adanya penurunan berat badan
c. Pola Eliminasi

11
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit makan dan minum
akibatnya intake nutrisi dan cairan berkurang.
d. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
Adanya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena kelemahan, akibat
asupan nutrisi yang kurang.

Aktivitas Harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi / ROM

Ket : 0: tergantung total, 1: bantuan petugas dan alat, 2: bantuan petugas, 3: bantuan alat,
4: mandiri
e. Pola Tidur & Istirahat
f. Pola Kognitif & Perceptual
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pada pasien disfagia akibat tumor atau kanker biasanya mengalami perubahan fsik,
bahkan adanya gangguan mengakibatkan klien malu dan kehilangan percaya diri.
h. Pola Seksual & Reproduksi
i. Pola Peran & Hubungan
Ada gangguan dalam hubungan dengan keluarga maupun orang lain. Gangguan peran
pun ada karena klien tidak dapat melakukan perannya seperti biasa
j. Pola Manajemen Koping & Stress
Pada pasien disfagia akibat tumor atau kanker dan usia lanjut, biasanya klien akan
mengalami stress yang berlebihan dan ada keputusasaan

12
k. Sistem Nilai & Keyakinan
Aktivitas spiritual pasien mengalami penurunan khusunya dalam melaksanakan ibadah
akibat kelemahan dan ketidakmampuan melakukan aktivitas
4. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, RR, dan suhu
Pengkajian Fisik Head to toe
a. Kepala
Normal, kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan
oksipital dibagian posterior.
b. Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang
tidak adekuat, mata tampak cekung
c. Telinga
Terlihat bersih dan tidak ada gangguan
d. Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan cuping hidung
yang disebabkan oleh sesak nafas karena tumor atau kanker sudah menekan saluran
pernafasan.
e. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Lidah terlihat tampak pucat dan
kurang bersih. Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
f. Leher
Biasanya terdapat pembesaran getah bening, tumor atau kanker.
g. Dada
Tidak ada kelainan. Dada umumnya simetris kiri dan kanan
h. Abdomen
1) Inspeksi
Biasanya bentuk perut tampak kecil, karena kurang asupan nutrisi
2) Palpasi
Biasanya tidak ada pembesaran hepar
3) Perkusi

13
Bunyi Tympani
4) Auskultasi
Biasanya peristaltic usus kurang karena tirah baring lama
i. Urogenital
Biasanya genitalia bersih dan tidak ada gangguan
j. Ekstremitas
Ekstremitas simetris kiri dan kanan, penurunan Lingkar Lengan Atas (LLA)
k. Kulit dan kuku
Terjadi perubahan kelembapan kulit, dan turgor kulit tidak elastis
5. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan X-Ray dengan Kontras Barium


Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat perubahan bentuk kerongkongan dan
aktivitas otot-ototnya.
b. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi dilakukan dengan menggunakan alat tipis nan fleksibel
yang dimasukkan ke kerongkongan, sehingga dapat melihat kondisi kerongkongan.
Prosedur ini juga dilakukan untuk mendeteksi adanya peradangan, penyempitan,
hingga tumor.
c. Tes Otot Esofagus (Manometri)
Manometri adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara memasukkan tabung
kecil ke dalam kerongkongan, yang dihubungkan ke alat perekam tekanan untuk
mengukur kontraksi otot kerongkongan ketika menelan.
d. Pemindaian Gambar
Prosedur pemeriksaan ini biasanya terdiri atas 2, yaitu CT scan dan MRI. CT scan
dilakukan dengan cara menggabungkan serangkaian pandangan X-ray dan
pemrosesan komputer, untuk membuat gambar penampang tulang dan jaringan
lunak dalam tubuh. Sementara itu, pemindaian MRI dilakukan dengan
menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk gambar detail organ dan
jaringan.

14
A. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis (misal edema, selang
trakeostomi,Tumor )
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (tumor pada leher)
4. Bersihan jalan napas berhubungan dengan secret yang tertahan

15
B. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSIS PERENCANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN (NIC)
TUJUAN KRITERIA HASIL (NOC)

Gangguan menelan Setelah dilakukan 1. Dapat mempertahankan 1. Pantau tingkat kesadaran , reflex
berhubungan tindakan keperawatan makanan didalam mulut batuk, reflex muntah dan
dengan Obstruksi 3x24 jam kemampuan 2. Mampu untuk kemampuan menelan
mekanis (edema, menelan pasien edekuat mengosongkan rongga 2. Posisikan pasien tegak 90 derajat
trakeostomi,Tumor) mulut saat makan/minum
3. Mampu mengontrol mual 3. Berikan makanan dalam jumlah
dan muntah kecil
4. Tinggikan kepala tempat tidur
30-45 menit setelah makan

Defisit Nutrisi Setelah dilakukan 1. Adanya keinginan untuk 1. Tentukan status gizi pasien dan
berhubungan tindakan keperawatan makan kemampuannya memenuhi
dengan selama 3x24 jam, asupan 2. Meningkatnya intake kebutuhan gizi
ketidakmampuan nutrisi adekuat makanan, nutrisi dan cairan 2. Monitor mual muntah
menelan 3. Porsi makan yang 3. Dukung peningkatan asupan
dihabiskan meningkat
kalori
4. Instruksikan cara meningkatkan

16
asupan kalori
Instruksikan pasien dan keluarga
mengenai target yang realistis
terkait penyakit dan peningkatan
berat badannnya

Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Dapat mengenali kapan 1. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan tindakan keperawatan nyeri terjadi komprehensif yang meliputi
dengan agen cedera selama 3x24 jam klien 2. Klien dapat lokasi, karakteristik,
fisiologis (tumor dapat mengatasi nyerinya menggunakan tindakan onset/durasi, frekuensi,
pada leher) pengurangan nyeri tanpa kualitas, intensitas atau
analgesic beratnya nyeri dan faktor
3. Klien mengenali apa pencetus
yang terkait dengan gejala 2. Ajarkan prinsip-prinsip
nyeri manajemen nyeri
3. Gali bersama pasien faktor-
faktor yang dapat
menurunkan dan
memperberat nyeri
4. Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk

17
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri non
farmakologi, sesuai
kebutuhan
Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Batuk efektif 1. Identifikasi kemampuan
nafas tidak efektif tindakan keperawatan meningkat batuk
3x24 jam, kemampuan 2. Frekuensi nafas 2. Monitor bunyi nafas
berhubungan
klien membersihkan sekret membaik tambahan
dengan sekresi atau jalan nafas 3. Suara nafas tambahan 3. Monitor frekuensi jalan nafas
yang tertahan: meningkat . menurun 4. Posisikan semiflower dan
fowler
5. Ajarkan tehnik batuk efektif

C. Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi Tanda tangan
1 Gangguan menelan S : Pasien mengatakan sudah mampu menelan
berhubungan dengan Obstruksi O : pasien tidak memuntahkan makanan
mekanis (edema, A : Masalah teratasi sebagian
trakeostomi,Tumor) P : Lanjutkan Intervensi

18
2 Defisit Nutrisi berhubungan S : Pasien mengatakan nafsu makannya sudah
dengan ketidakmampuan bertambah
menelan O : Berat badan pasien naik
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi

3. Nyeri akut berhubungan dengan S : Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang


agen cedera fisiologis (tumor O : Nyeri hilang
pada leher) A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi

4 Bersihan jalan nafas tidak S : Pasien mengatakan sesak berkurang


efektif berhubungan dengan O : Tidak retraksi dinding dada saat bernafas
sekresi yang tertahan: A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Identitas Klien
 Nama : Ny. S
 Umur : 67 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Pekerjaan : IRT
 Alamat : Jl. Tanggul Selatan
 Diagnosa Medis : Disfagia
 No. Registrasi : 00 47 26 82
 Tanggal Masuk RS : 01 Maret 2022
 Ruang /Kelas :I
 Tanggal Pengkajian : 03 Maret 2022
2. Penanggung Jawab
 Nama : Nn. R
 Umur : 22 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Hubungan : Anak

B. ANAMNESE
a. Keluhan Utama
Saat Masuk RS : Klien mengatakan bengkak pada leher sebelah kiri
Saat Pengkajian : Klien mengatakan sulit menelan, batuk, dan klien mengeluh banyak
lendir di leher

20
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien masuk dengan tanggal 01 Maret 2022 dengan keluhan klien mengatakan adanya
bengkak pada leher selebah kiri. Sejak bulan januari dan dirasakan semakin membesar,
disertai nyeri saat menelan, sulit mkan dan minum,mulut dan tenggorokan rasa kering
c. Riwayat Penyakit Yang Lalu
Klien mengatakan pernah mengalami penyakit jantung
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan baik dari pihak orang tua maupun sanak
saudara terdahulu, tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang
sama dengan klien

Genogram A B

C
x
x
D

Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

------- : Tinggal Serumah


A : Orang Tua Ayah Pasien

21
B : Orang Tua Ibu Pasien
C : Orang tua pasien
D : Pasien

C. POLA PEMENUHAN KESEHATAN


a. Pola Pemenuhan Nutrisi
No Pemenuhan makan/minum di Rumah di Rs
1 Makan Baik Kurang baik
Jumlah/Waktu Nasi dan lauk pauk Bubur
Jenis 3x sehari 3x sehari tidak
dihabiskan
Pantangan Tidak ada Tidak bisa makan
makanan padat
Kesulitan Tidak ada Sulit menelan
Usaha Mengatasi Masalah Tidak ada Makan sedikit tapi
2
sering
Minum
Jumlah/Waktu 3-4 gelas/ hari 2-4 sendok/ hari
Jenis Air putih Air putih
pantangan Tidak ada Tidak ada
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Usaha Mengatasi Masalah Tidak ada Tidak ada

b. Pola eliminasi
No Pemenuhan makan/minum di Rumah di Rs
1 BAK
Jumlah /waktu 3-4 kali/hari 700 cc/8 jam
Warna Kuning Kuning
Bau Pesing Pesing
Konsistensi Cair Cair
Masalah eliminasi Tidak ada Kelemahan untuk

22
toileting
Cara mengatasi masalah Tidak ada Terpasang kateter
2 BAB 3-4 kali/hari
Jumlah /waktu 1x /hari 1x/1-2 hari
Warna Kuning Kuning
Bau khas khas
Konsistensi lunak lunak
Masalah eliminasi Tidak ada Kelemahan untuk
toileting
Cara mengatasi masalah Tidak ada ak ada Pakai pispot

c. Pola istirahat Tidur


No Pemenuhan istirahat tidur di Rumah di Rs
1 Jumlah /waktu 21.00-05.00 22.00-02.00
Lama tidur 8 jam 4 jam
Gangguan tidur Tidak ada Sering terbangun
Hal yang memperudah tidur Tidak ada Tidak ada
Hal yang mempermudah Tidak ada Nyeri di leher
bangun

d. Pola kebersihan diri/ personal hygiene


No Pemenuhan personal hygiene di Rumah di Rs
1 Frekuensi mencuci rambut 1-2 x/ minggu Belum pernah
Frekuensi mandi 2x/hari Di Lap 1x/hari
Frekuensi gosok gigi 2x/hari Belum pernah
keadaan kuku bersih bersih

23
e.-Riwayat Sosial Ekonomi
a) Latar belakang Sosial, Budaya dan Spiritual
Riwayat klien dengan dengan keluarga baik, kondisi lingkungan berbeda dengan rumah
sakit disebutkan pasien lebih nyaman di rumah dari pada dirumah sakit, saat dirumah
pasien taat beribadah sholat begitupun di Rumah sakit dengan posisi berbaring
b) Ekonomi
Klien mengatakan untuk pembiayaan perawatan klien menggunakan kartu BPJS
D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 95x/m
 Pernapasan : 26x/m
 Suhu : 36.7ºc
 BB : Sebelum masuk rs 28 kg, sesudah masuk rs 24 kg
 TB : 150 cm
 Spo2 95 %
b. Keadaan Umum
Klien tampak lemah, tampak terbaring dtempat tidur, tampak gelisah. kesadaran
composmentis, IMT 10,6 (klien sangat kurus)
c. Pemeriksaan Integument, rambut dan kuku
1. Integument
Inspeksi : warna kulit sawo matang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tekstur kulit kasar dan keriput
2. Pemeriksaan rambut
Inspeksi : Penyebaran rambut merata, rambut beruban, rambut lepek dan berminyak
3. Pemeriksaan kuku
Inspeksi : Warna kuku putih, kuku nampak bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Pemeriksaan kepala, wajah dan leher
1. Pemeriksaan kepala
Inspeksi dan Palpasi :Bentuk kepala Brachiocephalus, tidak ada nyeri tekan

24
2. Pemeriksaan mata
Inspeksi dan Palpasi : Mata simetris antara kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sclera
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
3. Pemeriksaan telinga
Inspeksi dan Palpasi Simetris antara kiri dan kanan, tidak ada penumpukan serumen
dan tidak ada nyeri tekan.
4. Pemeriksaan hidung
Inspeksi dan Palpasi Tidak ada pembengkakan dan epistaksis tidak ada nyeri tekan.
5. Pemeriksaan mulut
Inspeksi dan Palpasi Tidak ada kelainan konginetal, warna bibir pucat
6. Pemeriksaan wajah
Inspeksi dan Palpasi simesteris kiri dan kanan, Ekspresi wajah merigis, kondisi wajah
pucat, tidak ada nyeri tekan.
7. Pemeriksaan leher
Inspeksi dan palpasi: tampak tumor pada leher sebelah kiri dan teraba benjolan
disebelah kiri, teraba keras dan nyeri saat ditekan.
e. Pemeriksaan payudara dan ketiak
Inspeksi dan Palpasi :Tidak ada pembesaran payudara ataupun ketiak, tidak ada nyeri
tekan
f. Pemeriksaan toraks dan paru
Inspeksi : bentuk dada simetris normal chest, terpasang O2 NRM 10 LPM, pasien
batuk tidak efektif
Palpasi : vocal fremitus getaran sama kiri dan kanan, tidak nyeri tekan
Perkusi : bunyi Paru Sonor
Auskultasi : terdengar bunyi nafas tambahan ronchi
g. Pemeriksaan jantung
Inspeksi : CRT < 2 detik, frekuensi nadi 95x/menit, TD 110/70 mmHg
Palpasi : pulsasi nadi teraba kuat dan akral teraba hangat
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung normal BJ 1 “Lup” BJ II “Dup“

25
h. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : terdengar bising usus 10x/menit
i. Pemeriksaan Muskuloskletal
Inspeksi : Ekstremitas atas simetris antara kanan dan kiri, terpasang infus ditangan kiri
20 tts/m,
Ekstremitas bawah simetris antara kanan dan kiri
Palpasi : tidak ada nyeri tekan di ekstremitas atas dan bawah
j. Pemeriksaan Neurologis
a) menguji tingkat kesadaran dengan GCS
Respon buka mata = 4
Respon verbal = 5
Respon motoric = 6
Skor GCS = 15
E. RIWAYAT PSIKOLOGIS
a. Status nyeri
No Intensitas Nyeri Diskripsi

□ Tidak Nyeri Pasien mengatakan tidak


merasa nyeri

□ Nyeri ringan Pasien mengatakan sedikit nyeri atau


ringan.
Pasien nampak gelisah

√ Nyeri sedang Pasien mengatakan nyeri masih bisa


ditahan atau sedang
Pasien nampak gelisah
Pasien mampu sedikit berparsitipasi
dalam perawatan
□ Nyeri berat Pasien mangatakan nyeri tidak dapat
ditahan atau berat.
Pasien sangat gelisah
Fungsi mobilitas dan perilaku pasien
berubah

26
□ Nyeri sangat Pasien mengatan nyeri tidak
berat tertahankan atau sangat berat
Perubahan ADL yang mencolok
( Ketergantungan ), putus asa.

b. Status emosi
Pasien tampak meringis, pasien tampak lemah, pasien sudah pasrah dengan penyakitnya
c. Gaya komunikasi
Klien kooperatif saat menjawab pertanyaan dan komunikasi kurang jelas karena suara
pasien serak
d. Pola interaksi
Klien berespon baik ketika diberikan pertanyaan, komunikasi baik dan tidak menolak
saat diajak berkomunikasi
e. Pola pertahanan
Pasien sudah pasrah dengan penyakitnya dan selalu berdoa berharap nanti jika klien
meninggal dapat meninggal dengan tenang.
f. Dampak dirawat di RS
Pasien mengatakan saat di rawat, dia tidak bisa melakukan pekerjaaannya sehari-hari
sebagai URT
F. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL DAN SPIRITUAL
1. Kondisi emosi / perasaan klien
Pasien tampak lemah, Pasien sudah pasrah dengan penyakitnya dan selalu berdoa
berharap nanti jika klien meninggal dapat meninggal dengan tenang.
2. Kebutuhan Spiritual Klien :
Pasien tetap beribadah sholat walaupun dalam keadaan terbaring ditempat tidur
3. Tingkat Kecemasan Klien :

Komponen Yang Cemas Cemas Cemas Panik


No dikaji
Ringan Sedang Berat

1 Orintasi terhadap √ Baik □ Menurun □ Salah □ Tdk

Orang, ada reaksi


tempat,waktu

2 Lapang persepsi √ Baik □ Menurun □ Menyempit □ Kacau

27
3 Kemampuan □ Mampu □ Mampu √Tidak mampu □Tdk
menyelesaikan dengan bantuan
masalah ada tanggapan

4 Proses Berfikir □ Mampu √ Kurang mampu □Tidak mampu □Alur fikiran


berkonsentras mengingat dan mengingat dan kacau
i dan berkonsentrasi berkonsentrasi
mengingat
dengan baik

5 Motivasi □ Baik □ Menurun □ Kurang √ Putus asa

4. Konsep diri klien:

Identitas diri : pasien mengerti bahwa dia seorang pasien dalam perawatan
Ideal diri : pasien merasa pasrah dengan penyakitnya
Gambaran diri : pasien sebagai seorang ibu dan nenek dari anak dan cucunya
Harga diri : baik
Peran : pasien sebagai IRT saat sebelum kerja

G. HASIL LABORATORIUM
No Nama Test Hasil satuan Nilai Rujukan
Darah lengkap :
1 Hemoglobin (HB) 10.4 g/dl 12-16
2 Leukosit 13.5 Ribu/ul 4.0-11.0
3 Eritrosit 3.98 Juta/ul 4.1-5.1
4 Hematokrit 32.8 % 36-47
5 Trombosit 347 Ribu/ul 150-450
6 MCV 82.4 FL 81-99
7 MCH 26.1 Pg 27-31
8 MCHC 31.7 g/dl 31-37
9 RDW-CV 14.5 % 11.5-14.5
10 MPV 6.2 FL 6.5-9.5
Hitungan Jenis Leukosit :

28
1 Basophil 0.3 % 0-1
2 Eosinpil 0.1 % 1-3
3 Neutrofil 87.1 % 50-70
4 Limfosit 8.5 % 20-40
5 Monofit 4.0 % 2-8
6 NLR 10.25 cutoff < 3.13
7 ALC 1148 Juta/dl > 1500
Fungsi Ginjal :
1 Ureum 43 mg/dl < 50
2 Kreatinin 0.41 mg/dl 0.6-1.1
Fungsi Hati :
1 SGOT 29 u/l ≤ 34
2 SGPT 24 u/l ≤ 32
Glukosa Darah :
1 Glukosa sewaktu 113.7 mg/dl 70-200
2 Na 144 mmol/i 136-146
3 K 3.2 mmol/i 3.5-5.0
4 Ci 103 mmol/i 98-106

H. TERAPI MEDIK

No Nama Obat Dosis Rute


1 Cairan Dextrose 5% 1:1 Intravena
2 Ceftriaxone 1gr/2x1 Intravena
3 Omeprazole 40 mg/2x1 Intravena
4 Ketorolax 1 ampul/2x1 Intravena
5 Febion 1x1 ampul/drips Intravena
6 Fitrolit 5% 1:1 Intravena

KLASIFIKASI DATA
29
DS DO
 Klien mengeluh banyak lendir  Klien tampak batuk
dileher.  Batuk tidak efektif
 Klien mengatakan kurang nafsu  Suara nafas tambahan ronchi
makan  Frekuensi nafas 26 x/menit
 Klien mengatakan sulit untuk makan  Terpasang O2 NRM 10 Liter/menit
 Klien mengatakan nyeri saat menelan  Pasien terlihaat lemas dan gelisah
 Porsi makan tidak habis
 Status nutrisi klien :
A : BB sebelum sakit 28 Kg
BB setelah sakit 24 Kg
B:
Hb Klien 10,4 g/dl
HCT : 32,8%
C : IMT (klien sangat kurus)
D : Porsi makan klien tidak habis
 Ttv :
TD : 110/70 mmHg
N : 95 x/ menit
S : 36,7 C
‫ﹾ‬
RR : 26 x/menit
Spo2 : 95%
 Klien nampak meringis
P : pembesaran kelenjar tiroid yang
menekan jaringan di sekitarnya
Q : Nyeri seperti di tususk tusuk
R : Nyeri pada leher
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri hilang timbul saat makan

ANALISA DATA

30
Data Etiologi Masalah
Ds : Kelemahan bersihan jalan nafas tidak
Klien mengeluh banyak efektif
lendir dileher.
Do: Tirah baring lama
- Klien tampak batuk
- Batuk tidak efektif Penurunan refleks batuk
- Suara nafas tambahan
ronchi
- Frekuensi nafas 26 Sekresi yang tertahan
x/menit
- Terpasang O2 NRM
bersihan jalan nafas tidak
10 Liter/menit
efektif
- SPO2 95 %

Ds : Disfagia Defisit nutrisi


- Klien
mengatakan Nyeri saat menelan
kurang nafsu
makan Sulit makan dan minum
- Klien
mengatakan sulit Asupan nutrisi kurang
untuk makan adekuat
Do :
- Pasien terlihaat Devisit nutrisi
lemas dan gelisah
- Porsi makan
tidak habis
- Status nutrisi
klien :
A : BB sebelum
sakit 28 Kg
BB setelah sakit
24 Kg
B:
- Hb Klien 10,4
g/dl
- HCT : 32,8%
C : IMT (klien
sangat kurus)
D : Porsi makan
klien tidak habis
- Ttv :
TD : 110/70 mmHg
N : 95 x/ menit
S : 36,7 C‫ﹾ‬
RR : 26 x/menit
Spo2 : 95%
31
Ds : Disfagia Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri
saat menelan Nyeri saat menelan
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tidak tertahan
2. Defisit nutrisi b/d ketidak mampuan menelan makanan
3. Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis

32
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi kemampuan - Untuk
keperawatan 3x24 jam, batuk mengetahui
efektif b/d sekresi yang
kemampuan klien membersihkan kemampuan
tertahan: klien dalam
sekret atau jalan nafas meningkat ,
mengeluarkan
Ds : Klien mengeluh banyak dengan kriteria hasil:
sekret (batuk)
lendir dileher. - Batuk efektif meningkat - Monitor bunyi nafas - Adannya bunyi
Do : Klien tampak batuk - Frekuensi nafas membaik tambahan rhonchi
- Batuk tidak efektif
- Suara nafas tambahan menandakan
- Suara nafas tambahan terdapat
menurun
ronchi penumpukkan
- Frekuensi nafas 26 sekret dijalan
x/menit - Monitor frekuensi jalan nafas
- Terpasang O2 NRM 10 nafas - Untuk
Liter/menit mengetahui
adannya
SPO2 95 %
perubahan nilai
- Klien tampak gelisah saturasi oksigen
dan status
- Posisikan semiflower dan hemodinamik
fowler - Untuk
memaksimalkan
- Ajarkan tehnik batuk jalan nafas
efektif - Untuk
mengeluarkan
sekret dan
memaksimalkan
jalan nafas

33
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
2 Defisit nutrisi b/d ketidak Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi faktor yang - Untuk
mampuan menelan makanan keperawatan 3 x 24 jam, mempengaruhi asuhan mengetahui
Ds : diharapkan keadekuatan asupan gizi faktor yang
- Klien mengatakan nutrisi untuk memmenuhi mempengaruhi
kurang nafsu makan kebutuhan metabolisme membaik asupan gizi
- Klien mengatakan dengan kriteria hasil : - Monitor berat badan - Untuk
sulit untuk makan - Porsi makan yang mengetahui
Do : dihabiskan meningkat knaikan berat
- Pasien terlihaat lemas - Berat badan membaik badan klien
dan gelisah - IMT membaik - Monitor asupan makanan - Untuk
- Porsi makan tidak - Nafsu makan membaik menyeimbangka
habis n asupan kalori
- Status nutrisi klien : - Kolaborasi dengan ahli dan nutrisi klien
A : BB sebelum sakit gizi untuk pemberian - Untuk
28 Kg makanan yang lunak membantu
BB setelah sakit 24 proses dalam
Kg pemenuhan
B: kebutuhan
- Hb Klien 10,4 g/dl nutrisi
- HCT : 32,8%
C : IMT (klien
sangat kurus)
D : Porsi makan
klien tidak habis
- Ttv :
TD : 110/70 mmHg
N : 95 x/ menit
S : 36,7 C
‫ﹾ‬
RR : 26 x/menit
Spo2 : 95%

34
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
3. Nyeri akut b/d agen cedera Setelah dilakukan tindakan - Kaji nyeri, lokasi nyeri, - Berguna dalam
fisiologis keperawatan 3x 24 jam nyeri karakteristik nyeri, skala pengawasan
Ds. menurun dengan kriteria hasil nyeri keefektifan obat,
Klien mengatakan nyeri saat - Keluhan nyeri menurun dan kemajuan
menelan - Meringis menurun penyembuhan
Do. - Gelisah menurun - Kaji TTV pasien - Mengetahui
- Klien nampak - BB meningkat keadaan umum
meringis pasien melalui
- P : pembesaran TTV
kelenjar tiroid yang - Berikan pasien posisi - Memberikan
menekan jaringan di yang nyaman. kenyamana pada
sekitarnya pasien untuk
Q : Nyeri seperti di mengurang nyeri
tususk tusuk - Berikan obat analgetik yang dirasakan
R : Nyeri pada leher - Mengurangi
S : Skala nyeri 6 nyeri yang
T : Nyeri hilang diderita pasien
timbul saat makan
- Ttv :
TD : 110/70 mmHg
N : 95 x/ menit
S : 36,7 C
‫ﹾ‬
RR : 26 x/menit
Spo2 : 95%

35
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Tgl/jam Implemntasi Respon Klien Evaluasi


1 03 maret - Mengidentifikasi kemampuan batuk - klien tidak dapat S. klien mengatakan masi merasakan
2022 batuk efektif sesak nafas
Jam 11.00 - Memonitor bunyi nafas tambahan - terdapat nafas O. - klien tampak sesak
tambahan (ronchi) - RR 26 x/menit
- Memonitor frekuensi jalan nafas - RR klien 26x/menit - terpasang O2 NRM 10 liter
- Memposisikan semiflower dan fowler - Posisi klien A : masalah belum teratasi
semifowler P : lanjutkan intervensi
- Mengajarkan tehnik batuk efektif - Pasien dapat - Identifikasi kemampuan batuk
melakukan batuk - Monitor bunyi nafas tambahan
efektif - Monitor frekuensi jalan nafas
- Posisikan semiflower dan fowler
- Ajarkan tehnik batuk efektif
2 03 maret - mengidentifikasi faktor yang - klien tidak bisa S. klien mengatakan masi sulit untuk
2022 mempengaruhi asuhan gizi makan karena sulit menelan
Jam 11.00 menelan O. - porsi makan tidak habis
- Memonitor berat badan - BB klien 24 Kg - BB 24 Kg
- Memonitor asupan makanan - Klien nampak tidak A. masalah belum teratasi
dapat menghabiskan P. lanjutkan intervensi
makanan - Identifikasi faktor yang
- mengkolaborasi dengan ahli gizi - Klien diberikan bubur mempengaruhi asuhan gizi
untuk pemberian makanan yang saring - Monitor berat badan
lunak - Monitor asupan makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian makanan yang
lunak

36
3 03 maret - mengkaji nyeri, lokasi nyeri, - P : nyeri akibat S. kline mengatakan masi nyeri
2022 karakteristik nyeri, skala nyeri tumor O. - klien tampak meringgis
Jam 11.00 Q : nyeri seperti - klien tampak gelisah
di tusuk-tusuk - skala nyeri 6
R : nyeri dileher A. masalah belum teratasi
S : skala nyeri 6 P. lanjutkan intervensi
T : nyeri hilang - Kaji nyeri, lokasi nyeri,
timbul (saat karakteristik nyeri, skala nyeri
makan) - Kaji TTV pasien
Jam 12.00 - mengkaji TTV pasien
TD : 110/70 mmHg - Berikan pasien posisi yang
N : 95 x/ menit nyaman.
S : 36,7 C‫ﹾ‬ - Berikan obat analgetik
RR : 26 x/menit
Jam 22.00 - memberikan pasien posisi yang Spo2 : 95%
nyaman. - Klien merasa
nyaman dengan
- memberikan obat analgetik posisi terlentang.
- Klien diberikan
ketorolac IV 1
ampul/8 jam

37
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Tgl/jam Implementasi Respon Klien Evaluasi


1 04 maret - mengIdentifikasi kemampuan batuk - klien tidak dapat S. klien mengatakan masi merasakan
2022 batuk efektif sesak nafas
10:00 - Memonitor bunyi nafas tambahan - terdapat nafas O. - klien tampak sesak
tambahan (ronchi) - RR 24 x/menit
- Memonitor frekuensi jalan nafas - RR klien 24 x/menit - terpasang O2 NRM 10 liter
11:00 - memposisikan semiflower dan fowler - Posisi klien A : masalah belum teratasi
semifowler P : lanjutkan intervensi
- mengajarkan tehnik batuk efektif - Pasien dapat - Monitor bunyi nafas tambahan
melakukan batuk - Monitor frekuensi jalan nafas
efektif - Posisikan semiflower dan fowler
- Ajarkan tehnik batuk efektif
2 04 maret - mengidentifikasi faktor yang - klien tidak bisa S. klien mengatakan masi sulit untuk
2022 mempengaruhi asuhan gizi makan karena sulit menelan
menelan O. - porsi makan tidak habis
12:00 - Memonitor berat badan - BB klien 24 Kg - BB 24 Kg
- Memonitor asupan makanan - Klien nampak tidak A. masalah belum teratasi
dapat menghabiskan P. lanjutkan intervensi
12:30 makanan - Monitor berat badan
- mengkolaborasi dengan ahli gizi - Klien diberikan bubur - Monitor asupan makanan
untuk pemberian makanan yang saring - Kolaborasi dengan ahli gizi
lunak untuk pemberian makanan yang
lunak

3 04 maret - mengkaji nyeri, lokasi nyeri, - P : nyeri akibat S. kline mengatakan masi nyeri
2022 karakteristik nyeri, skala nyeri tumor O. - klien tampak meringgis
Q : nyeri seperti - klien tampak gelisah

38
09:00 di tusuk-tusuk - skala nyeri 6
R : nyeri dileher A. masalah belum teratasi
S : skala nyeri 6 P. lanjutkan intervensi
T : nyeri hilang - Kaji nyeri, lokasi nyeri,
timbul (saat karakteristik nyeri, skala nyeri
makan) - Kaji TTV pasien
12:00 - mengkaji TTV pasien
TD : 111/69 mmHg - Berikan pasien posisi yang
N : 90 x/ menit nyaman.
S : 36,4 C‫ﹾ‬ - Berikan obat analgetik
RR : 24 x/menit
- memberikan pasien posisi yang Spo2 : 95%
nyaman. - Klien merasa
nyaman dengan
- memberikan obat analgetik posisi terlentang.
- Klien diberikan
ketorolac IV 1
ampul/8 jam

39
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Tgl/jam Implemntasi Respon Klien Evaluasi


1 05 maret - Memonitor bunyi nafas tambahan - klien tidak dapat S. klien mengatakan masi merasakan
2022 batuk efektif sesak nafas
09:30 - Memonitor frekuensi jalan nafas - terdapat nafas O. - klien tampak sesak
tambahan (ronchi) - RR 25 x/menit
- memposisikan semiflower dan fowler
- RR klien 25 x/menit - terpasang O2 NRM 10 liter
- Posisi klien A : masalah belum teratasi
- mengajarkan tehnik batuk efektif semifowler P : lanjutkan intervensi
- Pasien dapat - Identifikasi kemampuan batuk
melakukan batuk - Monitor bunyi nafas tambahan
efektif - Monitor frekuensi jalan nafas
- Posisikan semiflower dan fowler
- Ajarkan tehnik batuk efektif
2 05 maret - Memonitor berat badan - BB klien 24 Kg S. klien mengatakan masi sulit untuk
2022 - Memonitor asupan makanan - klien tidak bisa menelan
10:00 makan karena sulit O. - porsi makan tidak habis
menelan - BB 24 Kg
- Klien nampak tidak A. masalah belum teratasi
dapat menghabiskan P. lanjutkan intervensi
makanan - Identifikasi faktor yang
10:15 - mengkolaborasi dengan ahli gizi
- Klien diberikan bubur mempengaruhi asuhan gizi
untuk pemberian makanan yang
saring - Monitor berat badan
lunak
- Monitor asupan makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian makanan yang
lunak
- Kolaborasi pemasangan NGT

40
3 05 maret - mengkaji nyeri, lokasi nyeri, - P : nyeri akibat S. kline mengatakan masi nyeri
2022 karakteristik nyeri, skala nyeri tumor O. - klien tampak meringgis
09:25 Q : nyeri seperti - klien tampak gelisah
di tusuk-tusuk - skala nyeri 6
R : nyeri dileher A. masalah belum teratasi
S : skala nyeri 6 P. lanjutkan intervensi
T : nyeri hilang - Kaji nyeri, lokasi nyeri,
timbul (saat karakteristik nyeri, skala nyeri
makan) - Kaji TTV pasien
12:00 - mengkaji TTV pasien
TD : 100/70 mmHg - Berikan pasien posisi yang
N : 89x/ menit nyaman.
S : 36,2 C‫ﹾ‬ - Berikan obat analgetik
RR : 25 x/menit
17:00 - memberikan pasien posisi yang Spo2 : 95%
nyaman. - Klien merasa
nyaman dengan
- memberikan obat analgetik posisi terlentang.
- Klien diberikan
ketorolac IV 1
ampul/8 jam

41
BAB IV
PEMBAHASAN

Disfagia didefinisikan sebagai kesulitan makan Disfagia adalah perkataan yang


berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti kesulitan atau gangguan, dan phagia berarti
makan. Disfagia adalah istilah medis untuk kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan
menelan atau tidak dapat menelan sama sekali. Disfagia dapat terjadi pada semua usia, tapi
seringkali terjadi pada orang dewasa.Jika sulit menelan terjadi karena makan terlalu cepat
atau mengunyah makanan terburu-buru, maka hal itu tak perlu dikhawatirkan. Kondisi medis
serius bisa jadi latar belakang disfagia jika terjadi secara terus-menerus.Meski sederhana,
proses menelan sendiri merupakan proses yang rumit dan melibatkan berbagai bagian tubuh.
Otak, beberapa saraf dan otot, dua katup otot, dan kerongkongan harus bekerja sama.Selain
itu, kerongkongan harus terbuka dan bekerja dengan baik agar menelan bisa berjalan lancar. 
Selama kelompok melakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. N dengan
diangnosa Disfagia diruang Aster Rumah Sakit Provinsi Undata Palu pada tanggal 03-05
Maret 2022. Beberapa hal yang perlu dibahas dan diperhatikan dalam penerapan kasus
keperawatan tersebut, kelompok telah berusaha mencoba menerapkan dan mengaplikasikan
proses Asuhan Keperawatan pada klien dengan diagnosa Disfagia sesuai dengan teori-teori
yang ada. Untuk melihat lebih jelas asuhan keperawatan yang diberikan dan sejauh mana
keberhasilan yang dicapai akan diuraikan sesuai dengan prosedur keperawatan dimulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Pengkajian kasus yang dilakukan pada klien Ny.N didapatkan data dari klien yaitu
klien masuk IGD Rumah Sakit Provinsi Undata Palu pada tanggal 01 Maret 2022 dengan
keluhan susah menelan dikarenakan terdapat benjolan di leher sebelah kiri sejak 2 bulan
yang lalu. Pada saat pengkajian tanggal 03/03/2022, klien mengatakan susah menelan dan
terdapat benjolan di bagian leher klien mengatakan skala nyeri 6 (sedang) dan klien
mengatakan nyeri hilang timbul ±10 menit.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik pada Ny. N Kelompok tidak mengalami
hambatan, tidak semua pemeriksaan fisik pada klien yang dapat dilakukan, namun dalam
pemeriksaan teoritis dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena pemeriksaan
sangat penting dilakukan untuk menggali sejauh mana perkembangan penyakit dan kondisi
klien. Menurut teoritis pemeriksaan head to toe harus dilakukan pada setiap pasien yaitu
berupa pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada kasus Ny. N
didapatkan kelainan pada beberapa pemeriksaan yaitu pada leher terdapat tumor.
42
Pada tinjauan kasus kelompok menemukan 3 diagnosa keperawatan, diagnosa yang
muncul pada tinjauan kasus adalah : Bersihan jalan nafas tidak efektif, defisit nutrisi, dan
nyeri akut. Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien berdasarkan prioritas
masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori dapat ditegakkan pada
tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhan yang
dirasakan klien saat pengkajian dilakukan.

43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan pada pasien Ny. N di Rumah
Sakit Umum Provinsi Undata, kelompok dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pada pengkajian pasien dengan Disfagia ditemukan data berupa pasien terdapat
tumor dileher, sehingga menyebabkan pasien sulit menelan
2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus Disfagia kelompok menemukan 3 diagnosa yang dapat muncul pada
penderita disfagia yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, deficit nutrisi, dan nyeri
akut.
3. Perencanaan
Kelompok menyusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan sumber dari standar
Asuhan Keperawatan Indonesia (SDKI) dengan menggunakan standar luaran dan
kriteria hasil, serta standar intervensi keperawatan sesuai teori.
4. Pelaksanaan
Kelompok melakukan tindakan atau implementasi keperawatan sesuai dengan
intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi
Peneliti melakukan evaluasi pada pasien sesuai dengan kriteria hasil yang telah
dibuat oleh peneliti untuk target yang akan dicapai pada pasien.
B. Saran
1. Bagi Kelompok
Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien diagnosa Disfagia yang
diberikan dapat tepat, kelompok selanjutnya harus benar-benar menguasai konsep
tentang Disfagia itu sendiri, terutama pada faktor etiologi, anatomi fisiologi dan
patofisiologi tentang Disfagia, selain itu peneliti juga harus melakukan pengkajian
dengan tepat agar asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada pasien.
Kelompok juga harus teliti dalam mengangkat dan merumuskan diagnose
keperawatan yang ada pada pasien agar masalah keperawatan yang muncul pada
pasien dapat teratasi dan mendapatkan penanganan secara komprehensif dan
menyeluruh, Tidak hanya berfokus kepada masalah biologis pasien, namun juga
44
terhadap masalah psiko, sosio, spiritual pasien. Sehingga asuhan keperawatan yang
dilakukan dapat terlaksana secara optimal, dan mendapatkan hasil yang memuaskan
bagi pasien dan juga peneliti itu sendiri.
2. Bagi Rumah Sakit Undata
Bagi pihak rumah sakit hendaknya penanganan pasien Disfagia lebih ditingkatkan
lagi kerja sama antar petugas pelayanan kesehatan dalam hal menjaga keaadaan
pasien serta memperhatikan aspek bio,psiko,sosio,social dan spiritual pasien.
3. Bagi Perawat Ruangan
Disamping mendapatkan perawatan dan pengobatan pada saat di rumah sakit,
pentingnya edukasi untuk pasien dan keluarga dalam membantu perawatan pada
pasien Disfagia, sehingga dapat memotivasi pasien dalam mempertahankan
kesehatannya baik saat berada di rumah sakit maupun di rumah.

45
DAFTAR PUSTAKA

Soepardi A Efianty. Pentalaksanaan disfagia secara komprehensi. Acara ilmiah penglepasan


purna tugas Prof Dr. Bamabang.2002
SS Bambang. Disfagia.Bronko-esofagologi.1994:40-49
Bailey J Byron. Esophageal disorders. Head and neck surgery
Otolaringology.Vol.1.2.1998;56:781-801
Alper MC, Myers EN, Eibling DE. Dysphagia. Dicision making in ENT Disorders.
2001;52:136-37
Thaller SR, Granick MS, Myers EN. Disfagia. Diagram diagnostic penyekit THT.EGC
1993;13:105-11
Junisaf R, Tamin S. Perbedaan gambaran fungsi menelan dengan pemeriksaan
fleksibel/Fiberoptic Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES) pada Usila dengan
dengan atau tanpa disfagia. Ilmu Penyakit THT. Jakarta: Indonesia, 2008.
Raihana AT, Kodrat L, Savitri E. Evaluasi proses menelan penderita disfagia neurogenik
dengan pemeriksaan endoskopi fleksibel. Tesis. Makassar: Pascasarjana Universitas
Hasanuddin; 2006

46

Anda mungkin juga menyukai