Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wilayah Indonesia dikenal dengan Negara Kepulauan dengan jumlah pulau
17.504. Kawasan perairan laut mencapai 7,9 juta km² atau 81% dari luas keseluruhan
terdiri atas perairan laut teritorial laut nusantara dan laut Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia (ZEEI). Garis pantainya nomor dua terpanjang di dunia setelah Kanada.
Pada wilayah daratan seluas 1,9 km² sebesar 25% atau sekitar 0,54 juta km²
merupakan perairan umum seperti sungai, rawa, danau, waduk (BNPB, 2011).
Indonesia memiliki kepadatan penduduk tertinggi nomor empat di dunia
dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 210 juta jiwa. Secara geologi wilayah
Indonesia berada pada persebaran tiga lempeng tektonik aktif, yaitu lempeng Indo-
Australia dibagian selatan, lempeng Eurasia dibagian Timur. Keadaan alamiah yang
demikian memberikan ancaman bencana di wilayah Indonesia sangat besar.
Dinamika tektonik di Pulau Sumatera ditandai dengan adanya pertemuan
atau tumbukan antara dua lempeng, yakni lempeng samudera Indo-Australia dan
lempeng benua Eurasia. Tumbukan ini kemudian menyebabkan lempeng Indo-
Australia menyelusup di bawah lempeng Eurasia. Salah satu dampak dari tumbukan
ini adalah munculnya sumber-sumber gempa, mulai dari gempa dangkal, sedang
sampai dalam. Hiposentrum gempa dangkal terdapat pada daerah megathrust, yakni
di sekitar kepulauan Mentawai sampai kepada palung laut dalam (trench) di
Samudera Hindia, sedangkan hiposentrum gempa di bawah atau dekat pesisir
Sumatera merupakan gempa berkedalaman sedang. Tumbukan Lempeng Indo-
Australia terhadap Eurasia juga ditandai oleh arah tumbukan yang oblique ke arah
utara sampai N260 dengan kecepatan 60-70 mm/tahun (Newcom dan McCann,
1987).
Tercatat dalam sejarah, Provinsi Sumatera Barat beberapa kali terjadi
bencana tsunami. Diantaranya terjadi tahun 1797, bencana tsunami dipicu oleh
longsor bawah laut karena gempa yang terjadi sebelumnya, ketinggian gelombang

1
diperkirakan 5 sampai 10 meter atau sekitar 1 kilometer ke arah daratan. Berikutnya
terjadi pada tahun 1833 bencana tsunami ini disebabkan oleh pecahnya palung
Sumatera sepanjang 1000 kilometer, diperkirakan gempa yang terjadi sebesar 8,8
sampai 9,3 Mw (Natawidjaja, 2006).
Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2017 memiliki penduduk dengan
jumlah 457.285 jiwa, jumlah ini bertambah dari tahun sebelumnya sebanyak 3.463
jiwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2018). Dari jumlah ini kepadatan
dan konsentrasi penduduk berada di kecamatan yang berada di kawasan pinggiran
pantai ataupun kecamatan yang masih berada pada zona rawan tsunami sedang
hingga berat. Warga yang tinggal di kecamatan zona merah (rawan) tsunami
berjumlah sekitar 212 ribu jiwa dari sebanyak 521 ribu jiwa atau 99.978 kepala
keluarga. Sebanyak sebelas kecamatan itu yakni Koto XI Tarusan, Bayang, IV Jurai,
Batangkapas, Sutera, Lengayang, Ranah Pesisir, Linggo Sari Baganti, Air Pura,
Lunang dan Silaut. Sedangkan kecamatan yang dianggap aman dari tsunami karena
jaraknya jauh dari pinggir pantai yakni Bayang Utara, Basa Ampek Balai Tapan,
Ranah Ampek Hulu Tapan, Pancung Soal (Murdaningsih, 2015).
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di
setiap negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dalam
pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta
didik melalui proses pembelajaran. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Pesisir Selatan dalam angka 2018, pembangunan bidang pendidikan dapat dilihat
dari sarana/ fasilitas pendidikan yang sudah tersedia. Pembangunan bidang
pendidikan di kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2017 jumlah fasilitas pendidikan yang
ada di Kabupaten Pesisir Selatan adalah 390 unit SD negeri dan swasta, 22 unit
Madrasah Ibtidaiyah negeri dan swasta, 75 unit SMP negeri dan swasta, 31 unit

2
Madrasah Tsanawiyah negeri dan swasta, 23 unit SMA negeri dan swasta, 16 unit
SMK negeri dan swasta, serta 16 unit Madrasah Aliyah negeri dan swasta .
Sehat di wujudkan dengan berbagai upaya, salah satunya adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan secara tersendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat
(Diskamara, 2009). Pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Pesisir selatan
telah tersedia puskesmas, puskesmas pembantu, dan tenaga medis di setiap
kecamatan. Terdapat 20 puskesmas, 95 puskesmas pembantu, dan 559 tenaga medis,
sedangkan rumah sakit negeri dan swasta di Kabupaten Pesisir Selatan adalah
sebanyak 3 rumah sakit (BPS, 2018).
Dampak dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan fasilitas lainnya
tumbuh pesat di daerah pinggiran pantai membuat konsentrasi penduduk Kabupaten
Pesisir Selatan lebih banyak di daerah tersebut. Dengan kondisi ini Kabupaten Pesisir
Selatan memiliki potensi kerusakan dan penduduk terdampak yang sangat besar
disebabkan oleh bencana tsunami. Namun hal ini dapat diminimalisasi dengan adanya
penelitian dan mitigasi bencana tsunami. Menurut Perka BNPB nomor 4 tahun 2012
potensi kejadian dan genangan tsunami di Kabupaten Pesisir Selatan memiliki
ketinggian tsunami makasimum 11 meter.
Penggunaan data Digital Elevation Model adalah salah satu komponen
dalam pembuatan analisis kerentanan dan rawanan bencana berbasis sistem informasi
geografi. Dalam bencana tsunami, data DEM digunakan untuk melihat kemiringan
lereng yang menjadi salah satu bahan dalam permodelan kenaikan air laut.
Permodelan kenaikan air laut dari bencana tsunami bertujuan untuk melihat wilayah
yang terkena dampak yang dimodelkan beberapa ketinggian kenaikan air laut,
kemudian dari hasil dari data tersebut dijadikan pemodelan 3 dimensi (3D) dengan
Software Cinema 4D.

3
Permasalahan tersebut menjadi alasan penulis melakukan penelitian untuk
mengkaji potensi kerusakan sektor ekonomi pada infrastruktur pemerintahan dan
infrastruktur umum yang disebabkan oleh bencana tsunami di Kabupaten Pesisir
Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Judul penelitian yang akan diangkat oleh penulis
adalah “Pemodelan 3 Dimensi (3D) Dampak Bencana Tsunami Terhadap Kerugian
Ekonomi di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang sudah dijelaskan, maka pengidentifikasian objek
masalahnya yaitu,
1. Berapa luas wilayah terdampak bencana tsunami di Kabupaten Pesisir Selatan,
Provinsi Sumatera Barat?
2. Berapa potensi bangunan fasilitas pendidikan terdampak bencana tsunami di
Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat?
3. Berapa potensi fasilitas kesehatan terdampak bencana tsunami di Kabupaten
Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat?
4. Berapa Kerugian ekonomi fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan yang
terdampak bencana tsunami di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera
Barat?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dipaparkan, penulis membuat
batasan batas masalah yang akan dikaji, berikut adalah batasan batasan tersebut:
1. Pemetaan dilakukan di wilayah administrasi Kabupaten Pesisir Selatan.
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dengan kata
lain tidak dilakukan pengambilan data langsung dari lapangan.
3. Pemetaan disimulasikan dengan ketinggian kenaikan air di garis pantai 11
meter.
4. Pemetaan dilakukan pada kerugian Ekonomi fasilitas pendidikan dan fasilitas
umum yang tercatat di Kabupaten Pesisir Selatan. Data yang digunakan
mengacu pada data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistika (BPS).

4
5. Fasilitas pendidikan yang dihitung dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Universitas.
6. Fasilitas kesehatan yang di hitung dalam penelitian ini adalah Puskesmas dan
Rumah Sakit.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah dijelaskan, maka pengidentifikasian objek
masalahnya yaitu:
1. Berapa luas wilayah terdampak bencana tsunami dengan kenaikan air di garis
pantai 11 meter?.
2. Berapa banyak kerugian ekonomi pada fasilitas pendidikan yang terdampak
bencana tsunami dengan kenaikan air di garis pantai 11 meter?.
3. Berapa banyak kerugian ekonomi pada fasilitas kesehatan yang terdampak
bencana tsunami dengan kenaikan air di garis pantai 11 meter?.
4. Bagaimana pemodelan 3 dimensi (3D) kerugian ekonomi yang terdampak
bencana tsunami dengan kenaikan air 11 meter.
E. Tujuan Penelitian
Bedasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan, penulis membuat
tujuan penelitian , berikut adalah tujuan penelitian tersebut:
1. Mengetahui luas wilayah terdampak bencana tsunami dengan kenaikan air di
garis pantai 11 meter.
2. Mengetahui kerugian ekonomi pada fasilitas pendidikan yang terdampak
bencana tsunami dengan kenaikan air di garis pantai 11 meter.
3. Mengetahui kerugian ekonomi pada fasilitas kesehatan yang terdampak
bencana tsunami dengan kenaikan air di garis pantai 11 meter.
4. Melakukan pemodelan 3 dimensi (3D) kerugian ekonomi yang tedampak
bencana tsunami dengan kenaikan air di garis pantai 11 meter.

5
F. Manfaat Penelitian
Berikut adalah manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh penulis:
1. Bagi penulis sebagai salah satu syarat dalam mendapatkan gelar S1 dari
program studi Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang.
2. Bagi pemeritah sebagai arahan dalam pengambilan keputusan perihal
menanggulangi permasalahan mitigasi bencana tsunami.
3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat menjadi acuan dalam melakukan penelitian
yang memiliki hubungan serupa.

Anda mungkin juga menyukai