Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wilayah Indonesia dikenal dengan Negara Kepulauan dengan jumlah pulau
17.504. Kawasan perairan laut mencapai 7,9 juta km² atau 81% dari luas keseluruhan
terdiri atas perairan laut teritorial laut nusantara dan laut Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia (ZEEI). Garis pantainya nomor dua terpanjang di dunia setelah Kanada.
Pada wilayah daratan seluas 1,9 km² sebesar 25% atau sekitar 0,54 juta km²
merupakan perairan umum seperti sungai, rawa, danau, waduk (BNPB, 2011).
Indonesia memiliki kepadatan penduduk tertinggi nomor empat di dunia
dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 210 juta jiwa. Secara geologi wilayah
Indonesia berada pada persebaran tiga lempeng tektonik aktif, yaitu lempeng Indo-
Australia dibagian selatan, lempeng Eurasia dibagian Timur. Keadaan alamiah yang
demikian memberikan ancaman bencana di wilayah Indonesia sangat besar.
Dinamika tektonik di Pulau Sumatera ditandai dengan adanya pertemuan atau
tumbukan antara dua lempeng, yakni lempeng samudera Indo-Australia dan lempeng
benua Eurasia. Tumbukan ini kemudian menyebabkan lempeng Indo-Australia
menyelusup di bawah lempeng Eurasia. Salah satu dampak dari tumbukan ini adalah
munculnya sumber-sumber gempa, mulai dari gempa dangkal, sedang sampai dalam.
Hiposentrum gempa dangkal terdapat pada daerah megathrust, yakni di sekitar
kepulauan Mentawai sampai kepada palung laut dalam (trench) di Samudera Hindia,
sedangkan hiposentrum gempa di bawah atau dekat pesisir Sumatera merupakan
gempa berkedalaman sedang. Tumbukan Lempeng Indo-Australia terhadap Eurasia
juga ditandai oleh arah tumbukan yang oblique ke arah utara sampai N260 dengan
kecepatan 60-70 mm/tahun (Newcom dan McCann, 1987).
Tercatat dalam sejarah, Provinsi Sumatera Barat beberapa kali terjadi bencana
tsunami. Diantaranya terjadi tahun 1797, bencana tsunami dipicu oleh longsor bawah
laut karena gempa yang terjadi sebelumnya, ketinggian gelombang diperkirakan 5

1
sampai 10 meter atau sekitar 1 kilometer ke arah daratan. Berikutnya terjadi pada
tahun 1833 bencana tsunami ini disebabkan oleh pecahnya palung Sumatera
sepanjang 1000 kilometer, diperkirakan gempa yang terjadi sebesar 8,8 sampai 9,3
Mw (Natawidjaja, 2006).
Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2017 memiliki penduduk dengan
jumlah 457.285 jiwa, jumlah ini bertambah dari tahun sebelumnya sebanyak 3.463
jiwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2018). Dari jumlah ini kepadatan
dan konsentrasi penduduk berada di kecamatan yang berada di kawasan pinggiran
pantai ataupun kecamatan yang masih berada pada zona rawan tsunami sedang
hingga berat. Warga yang tinggal di kecamatan zona merah (rawan) tsunami
berjumlah sekitar 212 ribu jiwa dari sebanyak 521 ribu jiwa atau 99.978 kepala
keluarga. Sebanyak sebelas kecamatan itu yakni Koto XI Tarusan, Bayang, IV Jurai,
Batangkapas, Sutera, Lengayang, Ranah Pesisir, Linggo Sari Baganti, Air Pura,
Lunang dan Silaut. Sedangkan kecamatan yang dianggap aman dari tsunami karena
jaraknya jauh dari pinggir pantai yakni Bayang Utara, Basa Ampek Balai Tapan,
Ranah Ampek Hulu Tapan, Pancung Soal (Murdaningsih, 2015).
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap
negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dalam pasal
1 disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta
didik melalui proses pembelajaran. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Pesisir Selatan dalam angka 2018, pembangunan bidang pendidikan dapat dilihat
dari sarana/ fasilitas pendidikan yang sudah tersedia. Pembangunan bidang
pendidikan di kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2017 jumlah fasilitas pendidikan yang
ada di Kabupaten Pesisir Selatan adalah 390 unit SD negeri dan swasta, 22 unit

2
Madrasah Ibtidaiyah negeri dan swasta, 75 unit SMP negeri dan swasta, 31 unit
Madrasah Tsanawiyah negeri dan swasta, 23 unit SMA negeri dan swasta, 16 unit
SMK negeri dan swasta, serta 16 unit Madrasah Aliyah negeri dan swasta .
Sehat di wujudkan dengan berbagai upaya, salah satunya adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan secara tersendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat
(Diskamara, 2009). Pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Pesisir selatan
telah tersedia puskesmas, puskesmas pembantu, dan tenaga medis di setiap
kecamatan. Terdapat 20 puskesmas, 95 puskesmas pembantu, dan 559 tenaga medis,
sedangkan rumah sakit negeri dan swasta di Kabupaten Pesisir Selatan adalah
sebanyak 3 rumah sakit (BPS, 2018).
Dampak dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan fasilitas lainnya
tumbuh pesat di daerah pinggiran pantai membuat konsentrasi penduduk Kabupaten
Pesisir Selatan lebih banyak di daerah tersebut. Dengan kondisi ini Kabupaten Pesisir
Selatan memiliki potensi kerusakan dan penduduk terpapar yang sangat besar
disebabkan oleh bencana tsunami. Namun hal ini dapat diminimalisasi dengan adanya
penelitian dan mitigasi bencana tsunami.
Penggunaan data Digital Elevation Model adalah salah satu komponen dalam
pembuatan analisis kerentanan dan rawanan bencana berbasis sistem informasi
geografi. Dalam bencana tsunami, data DEM digunakan untuk melihat kemiringan
lereng yang menjadi salah satu bahan dalam permodelan kenaikan air laut.
Permodelan kenaikan air laut dari bencana tsunami bertujuan untuk melihat wilayah
yang terkena dampak yang dimodelkan beberapa ketinggian kenaikan air laut,
kemudian dari hasil dari data tersebut dijadikan pemodelan 3 dimensi (3D) dengan
Software Cinema 4D.

3
Permasalahan tersebut menjadi alasan penulis melakukan penelitian untuk
mengkaji potensi kerusakan sektor ekonomi pada infrastruktur pemerintahan dan
infrastruktur umum yang disebabkan oleh bencana tsunami di Kabupaten Pesisir
Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Judul penelitian yang akan diangkat oleh penulis
adalah “Pemodelan 3 Dimensi (3D) Dampak Bencana Tsunami Terhadap Kerugian
Ekonomi di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang sudah dijelaskan, maka pengidentifikasian objek
masalahnya yaitu,
1.Berapa luas wilayah terpapar bencana tsunami di Kabupaten Pesisir Selatan,
Provinsi Sumatera Barat?
2.Berapa potensi bangunan fasilitas pendidikan terdampak bencana tsunami di
Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat?
3.Berapa potensi fasilitas kesehatan terdampak bencana tsunami di Kabupaten
Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat?
4.Berapa Kerugian ekonomi fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan yang
terdampak bencana tsunami di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera
Barat?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dipaparkan, penulis membuat
batasan batas masalah yang akan dikaji, berikut adalah batasan batasan tersebut:
1.Pemetaan dilakukan di wilayah administrasi Kabupaten Pesisir Selatan.
2.Pemetaan disimulasikan dengan ketinggian kenaikan air di garis pantai 11
meter.
3.Pemetaan dilakukan pada kerugian Ekonomi fasilitas pendidikan dan fasilitas
umum yang tercatat di Kabupaten Pesisir Selatan. Data yang digunakan
mengacu pada data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistika (BPS).

4
4.Fasilitas pendidikan yang dihitung dalam penelitian ini adalah Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan
Universitas.
5.Fasilitas kesehatan yang di hitung dalam penelitian ini adalah Puskesmas dan
Rumah Sakit.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah dijelaskan, maka pengidentifikasian objek
masalahnya yaitu:
1. Berapa luas wilayah terpapar bencana tsunami dengan kenaikan air di garis
pantai 11 meter?.
2. Berapa banyak kerugian ekonomi pada fasilitas pendidikan yang terdampak
bencana tsunami dengan kenaikan air di garis pantai 11 meter?.
3. Berapa banyak kerugian ekonomi pada fasilitas kesehatan yang terdampak
bencana tsunami dengan kenaikan air di garis pantai 11 meter?.
4. Bagaimana pemodelan 3 dimensi (3D) kerugian ekonomi yang terdampak
bencana tsunami dengan kenaikan air 11 meter.
E. Tujuan Penelitian
Bedasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan, penulis membuat tujuan
penelitian , berikut adalah tujuan penelitian tersebut:
1. Mengetahui luas wilayah terdampak bencana tsunami dengan kenaikan air di
garis pantai 11 meter.
2. Mengetahui kerugian ekonomi pada fasilitas pendidikan yang terdampak
bencana tsunami dengan kenaikan air di garis pantai 11 meter.
3. Mengetahui kerugian ekonomi pada fasilitas kesehatan yang terdampak
bencana tsunami dengan kenaikan air di garis pantai 11 meter.
4. Melakukan pemodelan 3 dimensi (3D) kerugian ekonomi yang tedampak
bencana tsunami dengan kenaikan air di garis pantai 11 meter.

5
F. Manfaat Penelitian
Berikut adalah mamfaat dari penelitian yang dilakukan oleh penulis:
1. Bagi penulis sebagai salah satu syarat dalam mendapatkan gelar S1 dari
program studi Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang.
2. Bagi pemeritah sebagai arahan dalam pengambilan keputusan perihal
menanggulangi permasalahan mitigasi bencana tsunami.
3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat menjadi acuan dalam melakukan
penelitian yang memiliki hubungan serupa.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori
1. Pendekatan Geografi
Dalam geografi untuk mendekati suatu permasalahan, digunakan tiga macam
pendekatan, yaitu: pendekatan keruangan (spatial approach), pendekatan ekologi
(ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex
approach) (Bintarto dan Surastopo, 1981:12-30).
1) Pendekatan Keruangan
Analisa keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dalam analisa keruangan yang harus
diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan akan
digunakan untuk berbagai kegunaan yang sudah direncanakan. Analisa
keruangan dapat diketahui dari pengumpulan data lokasi yang terdiri dari data
titik (point data) seperti: data ketinggian tempat, data sampel tanah, data
sampel batuan, dan data bidang (areal data) seperti: data luas hutan, data luas
daerah pertanian, data luas padang alang-alang.
2) Pendekatan Ekologi
Studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan disebut
ekologi, sehingga dalam mempelajari ekologi seseorang harus mempelajari
organisme hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan serta lingkungannya
seperti litosfer, hidrosfer, atmosfer. Manusia merupakan satu komponen
dalam organisme hidup yang penting dalam proses interaksi. Oleh karena itu
muncul pengertian ekologi manusia (human ecology) dimana dipelajari
interaksi antar manusia dan antara manusia dengan lingkungannya.
3) Pendekatan Kompleks Wilayah
Kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi disebut analisa
kompleks wilayah. Dalam analisa ini, wilayah-wilayah tertentu didekati

7
dengan pengertian areal differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa interaksi
antar wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya suatu wilayah
berbeda dengan wilayah yang lain. Pada analisa ini diperhatikan pula
mengenai penyebaran fenomena tertentu (analisa keruangan) dan interaksi
antara variabel manusia dan lingkungannya untuk kemudian dipelajari
kaitannya sebagai analisis kelingkungan.
Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan keruangan
karena mengkaitkan peristiwa bencana alam dengan lingkungannya. Dalam
penelitian ini berfokus pada wilayah yang terpapar dalam permodelan bencana
tsunami yang ditentukan oleh penulis.
2. Konsep Geografi
Geografi sebagai suatu ilmu juga memiliki konsep geografi, berdasarkan hasil
seminar dan lokakarya di Semarang pada tahun 1988 dalam Suharyono dan Moch
Amien (1994: 26-35) diungkapkan 10 konsep esensial geografi, yaitu sebagai berikut:
a. Konsep Lokasi
Lokasi mempunyai dua makna, yakni lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi
absolut adalah lokasi yang sudah pasti, misalnya lokasi suatu objek di permukaan
bumi yang ditentukan dengan sistem koordinat garis lintang dan garis bujur. Lokasi
tersebut mutlak tidak akan berubah angka-angka koordinatnya. Berbeda dengan
lokasi absolut, lokasi relatif mempunyai sifat dinamis. Nilai atau peran yang
terlekat dalam objek tinggi rendahnya ditentukan oleh objek atau objek-objek lain
yang ada kaitannya dengan objek pertama yang menjadi titik perhatiannya. Peran
atau nilai suatu objek atas dasar lokasinya dapat berubah-ubah disebabkan
perubahan situasi di luarnya yang mempunyai kaitan dengan objek tadi.
b. Konsep Jarak
Jarak ini mempunyai arti penting bagi kehidupan sosial dan ekonomi. Jarak
berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan
pokok kehidupan, pengangkutan barang dan penumpang. Jarak dapat dinyatakan

8
sebagai jarak tempuh baik yang dikaitkan dengan waktu perjalanan yang diperlukan
ataupun satuan biaya angkutan.
c. Konsep Keterjangkauan
Keterjangkuan juga berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya sarana
angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai. Tempat-tempat yang memiliki
keterjangkuan tinggi akan mudah mencapai kemajuan dan mengembangkan
perekonomiannya dan begitu juga dengan sebaliknya, jika keterjangkauan rendah
maka akan susah mencapai kemajuan dan mengembangkan perekonomiannya.
d. Konsep Pola
Konsep pola berkaitan dengan susunan bentuk atau persebaran fenomena
dalam ruang muka bumi, baik fenomena alami (misalnya jenis tanah, curah hujan,
persebaran, vegetasi) ataupun fenomena sosial budaya (misalnya permukiman,
persebaran penduduk, pendapatan, mata pencaharian).
e. Konsep Morfologi
Morfologi menggambarkan perwujudan daratan muka bumi sebagai hasil
pengangkatan atau penurunan wilayah. Bentuk daratan merupakan perwujudan
wilayah yang mudah digunakan untuk usaha-usaha perekonomian. Morfologi juga
menyangkut bentuk lahan yang terkait dengan erosi, pengendapan, penggunaan
lahan, ketebalan tanah, dan ketersediaan air. Bentuk dataran atau plato (dengan
kemiringan tidak lebih dari 5º) merupakan wilayah yang mudah digunakan sebagai
daerah permukiman dan usaha pertanian serta usaha-usaha perekonomian lainnya.
f. Konsep Aglomerasi
Aglomerasi merupakan kecendrungan persebaran yang bersifat
mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit yang paling menguntungkan
baik karena kesejenisan gejala maupun adanya faktor-faktor yang menguntungkan.
g. Konsep Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan fenomena atau sumber-sumber di muka bumi bersifat relatif
artinya tidak sama bagi semua orang atau golongan penduduk tertentu.

9
h. Konsep Interaksi
Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi daya-daya objek, tempat
satu dengan tempat lainnya. Setiap tempat mengembangkan potensi sumber dan
kebutuhan yang tidak selalu sama dengan apa yang ada di tempat lain, oleh karena
itu selalu terjadi interaksi antara tempat yang satu dengan tempat yang lainnya.
i. Konsep Diferensiasi Area
Setiap tempat atau wilayah terwujud sebagai hasil integrasi berbagai unsur
atau fenomena lingkungan baik yang bersifat alam maupun kehidupan. Integrasi
fenomena menjadikan suatu tempat mempunyai corak individualitas tersendiri
sebagai suatu region yang berbeda dari tempat lain.
j. Konsep Keterkaitan Keruangan
Konsep keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan menunjukkan derajat
keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain di suatu tempat
atau ruang, baik yang menyangkut fenomena alam maupun kehidupan sosial.
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep keterkaitan
keruangan, karena dalam penelitian ini berfokus pada permodelan bencana tsunami
dalam beberapa ketinggian kenaikan air laut. Konsep keterkaitan keruangan dalam
penelitian ini adalah wilayah yang terkena permodelan kenaikan air laut dan
kerusakan ekonomi yang ditimbulkan oleh tepaparnya kerusakan fasilitas umum
dan fasilitas pemerintahan.
3. Geografi Ekonomi
Menurut Irfan Hadjam (1997:5), geografi ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari variasi berbagai lingkungan permukaan bumi dan kegiatan manusia
dalam bidang produksi, distribusi dan konsumsi diberbagai bentuk sistem wilayah
dan daerah. Nursid Sumaatmadja (1981:54), menjelaskan bahwa geografi ekonomi
adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur keruangan aktivitas
ekonomi, titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang
termasuk kedalamnya bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi,

10
komunikasi, pembangunan dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan maka cabang geografi ekonomi berkembang menjadi beberapa bagian
yaitu geografi pertanian, geografi industri, geografi perdagangan, geografi
transportasi dan komunikasi.
4. Geografi Pembangunan
Geografi Pembangunan adalah cabang dari disiplin geografi yang
mempelajari atau mengkaji mengenai keterkaitan antara proses pembangunan yang
dilakukan sesuatu region dengan keadaan alam serta penduduk region tersebut. Atau
dengan kata lain adalah bagian dari ilmu geografi yang mempelajari alam semesta
dengan segala isinya (aspek keruangan geografi) yang diperlukan untuk menyusun
rancangan atau perencanaan pembangunan.
Geografi pembangunan sangat penting dalam rangka mensukseskan
pembangunan. Karena setiap perencanaan yang akan dilakukan oleh ahli-ahli
planologi harus selalu mempertimbangkan aspek gaeografinya. Aspek itu antara lain
aspek fisik seperti tanah, daerah perairan, iklim, dan lain-lain.
5. Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (UU Nomor 25 Tahun 2007).
Dampak bencana adalah akibat yang timbul dari kejadian bencana dapat
berupa korban jiwa, luka, pengungsian, kerusakan pada infrastruktur/aset, lingkungan
ekosistem, harta benda, gangguan pada stabilitas sosial-ekonomi . besar kecilnya
dampak bencana tergantung pada tingkat ancaman (hazard), kerentanan
(vulnerability), dan kapasitas/kemampuan untuk menanggulangi bencana (Suhendro,
2013). Dampak bencana menurut Benson and clay dalam nurjanah et.all dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu :

11
1. Dampak langsung (direct impact), meliputi kerugian finansial dari kerusakan
asset ekonomi, misalnya rusaknya bangunan seperti tempat tinggal dan tempat
usaha.
2. Dampak tidak langsung (indirect impact) meliputi berhentinya proses
produksi, hilangnya sumber penerimaan yang dalam istilah ekonomi disebut
flow value.
3. Dampak sekunder (secondary impact) atau dampak lanjutan. Misalnya
terhambatnya pertumbuhan ekonomi, terganggunya rencana pembangunan
yang telah disusun, meningkatnya angka kemiskinan dan lain-lain.
Dampak langsung akibat bencana alam lebih mudah dilakukan dari pada
dampak tidak langsung dan dampak sekunder. Kesulitan yang ada adalah melalukan
estimasi secara tepat total kerugian padahal untuk menentukan skala bantuan yang
optimal dibutuhkan penghitungan kerugian secara tepat. Disamping dampak bencana
yang dikemukakan diatas, terdapat dampak yang sering kurang menapatkan perhatian
yaitu dampak psikologis. Dampak bencana ini mengakibatkan terganggunya
keseimbangan kondisi psikologis seseorang.
6. Tsunami
Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti "pelabuhan", dan nami
berarti "gelombang", sehingga tsunami dapat diartikan sebagai "gelombang
pelabuhan". Istilah ini pertama kali muncul di kalangan nelayan Jepang. Karena
panjang gelombang tsunami sangat besar pada saat berada di tengah laut, para
nelayan tidak merasakan adanya gelombang ini. Namun setibanya kembali ke
pelabuhan, mereka mendapati wilayah di sekitar pelabuhan tersebut rusak parah.
Karena itulah mereka menyimpulkan bahwa gelombang tsunami hanya timbul di
wilayah sekitar pelabuhan, dan tidak di tengah lautan yang dalam (Sugito, 2008).
Tsunami adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi,
gempa laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tsunami tidak
terlihat saat masih berada jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah

12
dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin membesar. Tenaga
setiap tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Apabila
gelombang menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya
menurun. Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat
dirasakan efeknya oleh kapal laut (misalnya) saat melintasi di laut dalam,
tetapimeningkat ketinggian hingga mencapai 30 meter atau lebih di daerah pantai.
Tsunami bisa menyebabkan kerusakan erosi dan korban jiwa pada kawasan pesisir
pantai dan kepulauan.
Tsunami juga sering dianggap sebagai gelombang air pasang. Hal ini terjadi
karena pada saat mencapai daratan, gelombang tsunami lebih menyerupai air
pasang yang tinggi daripada menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara
alami oleh tiupan angin. Namun sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak
berkaitan dengan peristiwa pasang surut air laut. Karena itu untuk menghindari
pemahaman yang salah, para ahli oceanografi sering menggunakan istilah
gelombang laut seismik (seismic sea wave) untuk menyebut tsunami, yang secara
ilmiah lebih akurat.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia
serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air
bersih.
7. Digital Elevation Model(DEM)
Digital Elevation Model (DEM) merupakan bentuk penyajian ketinggian
permukaan bumi secara digital. Dilihat dari distribusi titik yang mewakili bentuk
permukaan bumi dapat dibedakan dalam bentuk teratur, semi teratur, dan acak.
Sedangkan dilihat dari teknik pengumpulan datanya dapat dibedakan dalam
pengukuran secara langsung pada objek (terestris), pengukuran pada model objek
(fotogrametris), dan dari sumber data peta analog (digitasi). Teknik pembentukan
DEM selain dari Terestris, Fotogrametris, dan Digitasi adalah dengan pengukuran

13
pada model objek, dapat dilakukan seandainya dari citra yang dimiliki bisa
direkonstruksikan dalam bentuk model stereo. Ini dapat diwujudkan jika tersedia
sepasang citra yang mencakup wilayah yang sama. Terdapat beberapa definisi tentang
DEM, yaitu :

1. “DEM adalah teknik penyimpanan data tentang topografi suatu terrain. Suatu
DEM merupakan penyajian koordinat (X, Y, H) dari titik-titik secara digital,
yang mewakili bentuk topografi suatu terrain.” (Dipokusumo dkk, 1983)
2. “Digital Elevation Model (DEM) adalah representasi statistik permukaan
tanah yang kontinyu dari titik-titik yang diketahui koordinat X, Y, dan Z nya
pada suatu sistem koordinat tertentu.” (Petrie dan Kennie, 1991)

3. “DTM/DEM adalah suatu set pengukuran ketinggian dari titik-titik yang


tersebar di permukaan tanah. Digunakan untuk analisis topografi daerah
tersebut.” (Aronoff, 1991)

4. “DEM adalah suatu basis data dengan koordinat X, Y, Z, digunakan untuk


merepresentasikan permukaan tanah secara digital.” (Kingston Centre for
GIS,2002)

Dari beberapa defenisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa semua


definisi tersebut merujuk pada pemodelan permukaan bumi ke dalam suatu model
digital permukaan tanah tiga dimensi dari titik-titik yang mewakili permukaan tanah
tersebut.
DEM terbentuk dari titik-titik yang memiliki nilai koordinat 3D (X, Y, Z).
Permukaan tanah dimodelkan dengan memecah area menjadi bidang-bidang yang
terhubung satu sama lain dimana bidang-bidang tersebut terbentuk oleh titik-titik
pembentuk DEM. Titik-titik tersebut dapat berupa titik sample permukaan tanah atau
titik hasil interpolasi atau ekstrapolasi titik-titik sample. Titik-titik sample merupakan
titik-titik yang didapat dari hasil sampling permukaan bumi, yaitu pekerjaan
14
pengukuran atau pengambilan data ketinggian titik-titik yang dianggap dapat
mewakili relief permukaan tanah. Data sampling titik-titik tersebut kemudian diolah
hingga didapat koordinat titik-titik sample (Nugraha, 2012)
8. Maxon Cinema 4D
Maxon Computer adalah pengembang dari perangkat lunak 3D untuk industri
kreatif yang berpusat di Jerman, meliputi fungsi 3D modelling, painting, rendering
maupun perangkat lunak untuk animasi. Perangkat lunak ini sudah mendunia dan
digunakan dalam dunia industri antara lain untuk 3D motion graphic,architectural
dan visualisasi produk, video game graphics, ilustrasi, dan broadcasting.
Perangkat lunak Maxon Cinema 4D yang dikembangkannya saat ini sudah
mencapai released versi 20, di mana pengembangan-pengembangan yang terjadi
dalam fitur-fiturnya mempunyai perbedaan dengan perangkat lunak 3D editor
sekelasnya. Pengembangan fitur painting yaitu maxon body paint yang terintegrasi
dalam satu perangkat lunak. Hal ini berkaitan dengan pengaturan dan pembuatan
material dan bagaimana aplikasinya.
B. Penelitian Relevan
Setelah peneliti melakukan telaah terhadap beberapa penelitian, ada beberapa
yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan Penelitian
pertama yang berhasil ditemukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Aris
Pratomo, Iwan Rudiarto yang berjudul "Pemodelan Tsunami dan Implikasinya
Terhadap Mitigasi Bencana d Kota Palu". Penelitian ini menjelaskan mengenai
Pemodelan tsunami untuk menilai sejauh mana potensi yang dimiliki oleh Kota Palu
terhadap bencana tsunami. Hasil dari permodelan ini dijadikan masukan secara
langsung untuk mendeliniasi wilayah yang bahaya terhadap tsunami. Tindakan yang
dilakukan sebagai implikasi terhadap bentuk mitigasi bencana tsunami di Kota Palu
adalah mitigasi pasif atau non fisik yaitu berupa kajian kebencanaan meliputi analisa
kawasan bahaya tsunami, kawasan rentan tsunami, kawasan resiko bencana tsunami,

15
dan penentuan lokasi evakuasi berdasarkan ketentuan building code serta penentuan
rute evakuasi.
Penelitian terkait lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Yuliani Fauzi,
Suwarsono, Jose Rizai yang berjudul “Penataan Ruang Wilayah Pesisir Berbasis
Mitigasi Bencana Sebagai Upaya Meminimalisir Dampak Resiko Bencana Tsunami
Bagi Masyarakat Kota Bengkulu”. Penelitian ini bertujuan untuk merancang model
tata ruang wilayah berbasis manajemen bencana di Kota Bengkulu sehingga bila
terjadi bencana dapat mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh khususnya
bagi masyarakat pesisir Kota Bengkulu serta dijadikan sebagai landasan (pedoman)
untuk perencanaan pembangunan Kota khususnya wilayah pesisir Kota Bengkulu.
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah berupa pemodelan yang
menunjukkan pengaruh hambatan faktor kekasaran permukaan lahan terhadap
genangan tsunami yang sampai kedaratan.
Penelitian selanjutnya yang peneliti temukan yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Fadhli Pradana, Hendry Frananda yang berjudul “Dampak Bencana Tsunami di
Kota Padang Provinsi Sumatera Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
luasan yang terpapar bencana tsunami kenaikan air 5 meter, 11 meter, dan 15 meter
dan mengetahui potensi kerusakan fisik, potensi kerusakan pertanian, dan potensi
kerusakan penduduk terpapar di setiak kenaikan air 5 meter, 11 meter dan 15 meter.
Hasil dari penelitian yang dilakukan mengatakan bahwa pemodelan kenaikan air
setiap 5 meter berdampak sebesar 0,56% dari keseluruhan Kota Padang, 0,34% dari
luas wilayah pertanian, 0,83% pada pembangunan, dan sebesar 0,39% pada penduduk
Kota Padang. Pemodela kenaikan air 11 meter berdampak 11,87% dari keseluruhan
luas wilayah Kota Padang. Berdampak 17,90% dari luas wilayah pertanian, 40,43%
pada pembangunan, dan 25,8% pada bangunan pendidikan serta 35,01% pada
penduduk Kota Padang. Pemodelan kenaikan air 15 meter berdampak sebesar 16,61%
dari keseluruhan wilayah Kota Padang. Berdampak 24,6% pada sektor pertanian,

16
64,07% pada bangunan, dan 36,61% pada bangunan pendidikan serta 62,49% pada
penduduk Kota Padang.

17
Gambar 1. Diagram Alir

18
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, permasalahan dan tujuan penelitian maka metode

penelitian yang digunakan adalah metode dekriptif kuantitatif. Metode deskriptif

adalah metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set

kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Tujuan dari penelitian deskriprif ini adalah untuk membuat sifat, gambaran atau

lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, serta hubungan

antara fenomena yang diselidiki serta melakukan pemodelan 3 dimensi (3D).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di daerah administrasi Kabupaten Pesisir Selatan,

Provinsi Sumatera Barat. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam kurun

waktu 4 bulan. Perhitungan potensi kerusakan ekonomi pada infrastruktur

pemerintahan dan infrastruktur umum terdampak dihitung pada sub daerah penelitian

yang dibuat dalam permodelan yang dibagi dalam proyeksi kenaikan air bancana

tsunami di garis pantai 11 meter.

19
C. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

Tabel 1. Alat dan kegunaan.


No Alat Kegunaan
1 Seperangkat Laptop Menjalankan perangkat lunak pemetaan dan
pengolahan data.
2 ArcGIS 10.3 Melakukan proses pemetaan.
3 Cinema 4D Melakukan proses pemodelan
4 Microsoft Excel Melakukan kalkulasi dari perhitungan dalam
penelitian.
5 Alat-alat tulis Menulis catatan untuk mendukung penelitian.

2. Bahan

Dalam penelitian ini digunakan beberapa data. Data terbut diantaranya

adalah data berupa data kependudukan dan data pemetaan berupa soft file, berikut

adalah penjabaran data yang digunakan dan sumbernya :

Tabel 2. Jenis dan Sumber Data.


No Bahan Sumber
1 Data DEM Nasional InaGeoportal
(https://tanahair.indonesia.go.id)
2 Data Peta berformat Shp InaGeoportal
(Fasilitas pendidikan dan (https://tanahair.indonesia.go.id)
fasilitas kesehatan)
3 Peta Administrasi Bappeda Kabupaten Pesisir Selatan
(https://
bappedalitbang.pesisirselatankab.go.id/)

20
D. Variabel Penelitian

Tabel 3. Variabel Penelitian.


No Variabel Indikator Jenis Data
1 Potensi bencana tsunami a. Kenaikan air 11 meter Sekunder

2 Potensi kerusakan a. SD Sekunder


fasilitas pendidikan b. SMP
c. SMA
d. Universitas
3 Potensi kerusakan a. Puskesmas Sekunder
fasilitas kesehatan b. Rumah Sakit

E. Teknik Pengumpulan Data

Permodelan wilayah terpapar bencana tsunami yang digunakan dalam

penelitian ini adalah topografi wilayah yang diturunkan dari data DEM GDAM yang

didapatkan dari situs ASTER, kemudian dibuat permodelan dengan penurunan

ketinggian kenaikan air di garis pantai 11 meter. Potensi kerugian sektor ekonomi

pada bangunan infarstruktur pemerintahan dan infrastruktur umumyang terdampak.

F. Teknik Pengolahan Data

Metode penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap pra

penelitian, penelitian dan pasca penelitian. Berikut penjabaran dari tahap penelitian

tersebut :

1. Pra Penelitian

Dilakukan pengkajian dan pendalaman teori yang dilakukan di

perpustakaan. Penulis mengumpukan buku-buku dan jurnal dan mengambil bagian

21
yang diperlukan dalam penelitian. Selanjutnya masuk pada tahap pengumpulan

data, dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, tidak

dilakukan pengambilan data dari lapangan secara lansung, tetapi mengunduh dan

mengambil data yang sudah ada dari situs dan instansi yang bersangkutan.

2. Penelitian

Pada tahap penelitian dilakukan pemodelan kenaikan air laut pada bencana

tsunami di Kabupaten Pesisir Selatan. Kemudian semua indikator dihitung luas,

jumlah bangunan infrastruktur pemerintahan dan infrastruktur umum. Dimana

setiap indikator akan dihitung pada kenaikan air 11 meter, setelah itu mulai

melakukan pemodelan 3 dimensi menggunakan software Cinema 4D.

3. Pasca Penelitian

a. Penyajian peta luas wilayah terpapar bancana tsunami dengan kenaikan air di

garis pantai 11 meter.

b. Penyajian peta potensi bangunan yang terdampak bencana tsunami dengan

kenaikan air di garis pantai 11 meter.

c. Penyajian peta potensi kerugian ekonomi pada fasilitas pendidikan dan

kesehatan yang terdampak bencana tsunami dengan kenaikan air di garis

pantai 11 meter.

d. Pemodelan 3D dampak kerugian ekonomi pada fasilitas pendidikan dan

kesehatan yang terdampak bencana tsunami dengan kenaikan air di garis

pantai 11 meter.

22
G. Teknik Analisis Data
Tabel 4. Teknik analisis data dalam penelitian
No Tujuan Penelitian Metode Hasil

1 Mengetahui luasan yang terpapar Cost - Distance Peta Wilayah


tsunami kenaikan air di garis terpapar tsunami.
pantai 11 meter.

2 Mengetahui potensi kerusakan Overlay Data potensi


sektor ekonomi pada fasilitas Kerusakan pada
umum dan fasilitas pemerintahan sektor.

23

Anda mungkin juga menyukai