Anda di halaman 1dari 108

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin meningkatnya pendapatan seseorang biasanya akan merubah

gaya hidup serta dengan mudah menggeser pola makan masyarakat. Makanan

yang disajikan direstoran umumnya memiliki kandungan tinggi lemak dan

tinggi protein. Dan bila seseorang terlalu sering mengkonsumsi makanan

tersebut dikhawatirkan lebih mudah terserang penyakit hipertensi dan

penyakit lainnya (Smeltzer, 2001).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolennya diatas 90

mmhg. Pada populasi manula, hipertensi didefenisikan sebagai tekanan

sistolik 160 mmhg dan tekanan diastok 90 mmhg (Brunner dan Suddarth,

2001).

Begitu pula dengan masyarakat didaerah pedalaman atau pegunungan

yang rata-rata bermata pencaharian sebagai petani mempunyai peluang

menderita penyakit hipertensi karena mempunyai kebiasaan makan makanan

yang berasa asin dan senang makanan yang bersantan kental sehingga tidak

menutup kemungkinan walaupun masyarakat yang tinggal di kota ataupun di

pedesaan berpotensial menderita penyakit hipertensi pengaruh kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang penyebab dari penyakit hipertensi

(Smeltzer, 2001).

Dengan demikian masyarakat khususnya keluarga harus mengetahui


2

apa yang disebut dengan penyakit hipertensi dan penyebabnya serta

komplikasi yang bisa terjadi akibat hipertensi guna untuk mengatasi

komplikasi dan peningkatan kasus hipertensi pada masyarakat.

Prevalensi penyakit hipertensi di negara maju seperti Amerika Serikat

rata-rata 20%. Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di

Amerika Serikat. Di negara Indonesia rata-rata 6-15%. Presentasi ini

mungkin masih tinggi karena jumlah anak dibawah 15 tahun di negara

Indonesia lebih kurang 15 % dari populasi (Rahayu, 2000).

Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia diperkirakan 972 juta jiwa

atau setara dengan 26,4 persen populasi orang dewasa. Angka prevalensi

hipertensi di Indonesia berdasarkan riskesdas (riset kesehatan dasar) 2007

mencapai 30% dari populasi. Dari jumlah itu, 60 persen penderita hipertensi

berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan

kebutaan.

Kasus hipertensi dimasyarakat sebagian besar disebabkan oleh

kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga),

stress, merokok, alkohol atau garam dalam makanan.

Berdasarkan data yang didapatkan dari Rumah Sakit Umum Propinsi

Nusa Tenggara Barat dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Jumlah Penderita Hipertensi Selama 3 (tiga) Tahun Terakhir di


Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2012.
No Tahun Jumlah Kasus
Laki-laki Perempuan Total
1 2009 50 52 102
2 2010 57 54 111
3

3 2011 60 65 125
Total 167 111 338
Sumber: Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat, 2012
Dari tabel di atas didapatkan bahwa jumlah penderita penyakit hipertensi

setiap tahun mengalami meningkat, oleh karena itu diharapkan peran dari

semua pihak khususnya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

semaksimal mungkin kepada penderita hipertensi.

Mengingat fatalnya akibat hipertensi perlu upaya pencegahan hipertensi.

Untuk itu pengobatan hipertensi akan optimal dan komplikasi lebih lanjut

dapat dicegah bila pemberian obat-obatan antihipertensi bersama dengan

adanya perubahan pola hidup dengan cara mendeteksi secara dini dengan

memeriksa atau mengontrol tekanan darah secara rutin, menjaga berat badan

dalam rentang normal, mengatur pola makan dengan mengkonsumsi makanan

berserat, rendah lemak dan mengurangi garam, hentikan kebiasaan merokok

dan minuman beralkohol, berolah raga secara teratur, hidup secara teratur,

mengurangi stress dan emosi. Disamping itu, peran keluarga sangat

dibutuhkan dalam perubahan pola hidup penderita hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis menyusun

rumusan masalah tentang “Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada

klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler pada kasus hipertensi.”?


4

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada

Klien Dengan Gangguan Kardiovaskuler Pada Kasus Hipertensi

dengan penerapan metode yang baik dan benar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Di harapkan penulis mampu:

1. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan kardiovaskuler pada kasus hipertensi dengan penerapan

metode yang baik dan benar.

2. Merumuskan diagnosa asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan kardiovaskuler pada kasus hipertensi dengan penerapan

metode yang baik dan benar.

3. Menyusun dan menetapkan rencana asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan kardiovaskuler pada kasus hipertensi dengan

penerapan metode yang baik dan benar.

4. Melakukan tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan kardiovaskuler pada kasus hipertensi dengan penerapan

metode yang baik dan benar.

5. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan kardiovaskuler pada kasus hipertensi dengan penerapan

metode yang baik dan benar.


5

6. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan kardiovaskuler pada kasus hipertensi dengan

penerapan metode yang baik dan benar.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Rumah Sakit

Memberikan masukan bagi rumah sakit dalam meningkatkan mutu

pelayanan dan pengawasan kesehatan khususnya pada penderita

Hipertensi.

1.4.2 Instansi Pendidikan

Menambah perbendaharan pendidikan dalam bidang Ilmu pengetahuan

agar dapat diajarkan dan dikembangkan untuk generasi selanjutnya.

1.4.3 Perawat

Dapat meningkatkan mutu pelayanan perawat.

1.5 Metode Pengambilan Data

1.5.1 Wawancara

Satu cara mendapatkan data dengan cara menanyakan langsung

kepada klien atau pada keluarga atau dari siapa pun yang dapat

memberikaan informasi tentang klien.

1.5.2 Obsevasi

Melakukan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

langsung pada klien tentang keadaan tanda-tanda perubahan yang

terjaadi pada klien.


6

1.5.3 Studi Kepustakaan

Penulis menyalin dan mengutip dari literatur atau buku yang

berhubungan dengan asuhan keperawatan pada diagnosa hipertensi

sebagai dasar teoritis terhadap masalah terhadap masalah yang di

temukan.

1.5.4 Dokumentasi

Mempelajari dokumen keperawatan atau dokumen medik serta

catatan lainya yang ada kaitanya tentang perkembangan kesehatan

klien.

1.6 Sistematika Penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 bab, untuk mempermudah

pembahasan isi KTI ini maka penulis memberikan gambaran singkat, yaitu

sebagai berikut:

BAB 1 : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB 2 : Tinjauan Pustaka

a. Konsep dasar Hipertensi menguraikan pengertian, anatomi

fisiologi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, patway, tanda dan

gejala, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, komplikasi,

penatalaksanaan dan komplikasi


7

b. Konsep dasar asuhan keperawatan menguraikan tentang

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana asuhan

keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi.

BAB 3:Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini membahas mengenai Proses Keperawatan yang

meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana

Keperawatan, Tindakan Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan

BAB 4:Pembahasan

Dalam bab ini meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,

Rencana Keperawatan, Tindakan Keperawatan dan Evaluasi

Keperawatan

BAB 5:Kesimpulan dan Saran

Dalam bab ini meliputi kesimpulan dan saran yang membahas

mengenai Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana

Keperawatan, Tindakan Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan


8

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi

2.1.1 Pengertian

Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah penyakit regulasi

vaskuler yang terjadi karena malfungsi mekanisme kontrol tekanan

arterial (SPP, sistem renninan giotensi-aldosteron volume cairan

ekstraseluler) (Sandra M. Nettina, 1996).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolnnya

diatas 90 mmhg. Pada populasi manula, hipertensi didefenisikan

sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastol 90 mmhg

(Brunner dan Suddarth, 2001).

Menurut WHO (1978), batas tekanan darah sama dengan atau

diatas 160/95 mmhg dinyatakan sebagai hipertensi (Slamet Suyono,

2001).

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam

arteri (Medicastore.com, 2007).


9

2.1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler

1. Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi peredaran darah (Rokhaini, 200).


10

Gambar 2.2 Anatomi Jantung (Smeltzer, 2001).

2. Fisiologi

a. Darah

Darah adalah jaringan cair yang komplek yang

mengandung sel-sel khusus dalam cairan plasma, tenaga

penggerak aliran darah adalah tekanan yang dibentuk oleh

kontraksi otot jantung.

Fungsi darah adalah :

1) Bekerja sebagai sistem transport dari tubuh, mengantarkan

semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang

diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat

dijalankan, dan menyingkirkan karbondioksida dan hasil

buangan lain.

2) Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan

menyingkirkan sebagai dari karbondioksida.


11

3) Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan

arena gerakan fositosis dari beberapa sel maka melindungi

tubuh terhadap serangan bakteri.

4) Plasma membagi protein yang diperlukan untuk

pembentukan jaringan, menyegarkan cairan jaringan karena

melalui cairan ini semuah sel tubuh menerima makanannya.

Dan merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan

buangan ke berbagai organ ezkretorik untuk dibuang.

5) Hormon dan enzim diantarakan dari organ ke organ dengan

perantaraan darah.

(Evelyn C. Pearce, 2002)

b. Jantung

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut,

berorgan dan dengan basis di atas dan puncaknya di bawah. Ape

(puncak) miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300

gram. Jantung berada didalam torax, antara kedua paru-paru dan

dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri dari pada ke

kanan. Jantung memiliki empat ruang yaitu dua atrium yang

menerima darah dari vena-vena dan dua vertical yang memompa

darah ke arteri-arteri. Dinding jantung terdiri atas tiga lapis yaitu

peikardium (pembungkus luar), miokardium (lapisan otot

tengah), endokardium (batas dalam). Dinding otot jantung tidak

sama tebalnya. Dinding vertikel paling tebal dan dinding


12

disebelah kiri lebih dari dinding certikel sebelah kanan„ sebab

kekuatan kontraksi dari vertikel kiri jauh lebih besar dari yang

kanan. Dinding artrium tersusun atas otot yang lebih tipis

(Evely, 2002).

Darah vena dari jaringan tubuh memasuki atrium kanan

dari vena kava superior dan inferior, atrium kanan memompa

darah melalui katup trikuspidalis ke ventrikel kanan, darisini

darah dipompa oleh kontraksi dinding vertikel melewati katup

semilunaris masuk ke arteri pulmanalis dalam perjalanannya

menuju paru-paru. Darah teroksigenasi (kaya oksigen) dari paru-

paru memasuki atrium kiri melalui empat vena pulmonalis dan

melintas katup mitral masuk ke vertikel kiri dari sini

dipompakan melalui katup semilunaris masuk ke aorta yang

mendistribusikan darah ke sirkulasi sistemik (Cambridge

Communication Limited, 1996).

c. Pembuluh - Pembuluh Darah

1) Arteri dan Arteriol

Arteri dan arteriol membawah darah keluar dari

jantung, selalu membawa darah berisi oksigen, kecuali arteri

pulmoner yang membawa darah kotor yang memerlukan

oksigenasi (Evely, 2002).

2) Vena dan Venula

Vena dan venula membawa darah ke arah jantung


13

dan kecuali vena pulmuner, selalu membawah darah yang

miskin oksigen.

3) Kapiler

Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat halus

yang ada pada seluruh jaringan tubuh kita. Kapiler

menghubungkan arteri kecil ke vena kecil. (Cambride

Communication Limited, 1996)

2.1.3 Klasifikasi Tekanan Darah

Adapun klasifikasi tekanan darah pada dewasa yaitu :

1. Normal

Tekanan darah sistolik 120 mmhg - 130 mmhg dan tekanan darah

diastolik 85 mmhg (untuk para lansia tekanan diastolic 140 mmhg

masih dianggap normal).

2. Normal Tinggi

Tekanan darah sistolik 130-139 mmhg dan tekanan darah diastolik

85-89 mmhg.

3. Stadium I (Hipertensi ringan)

Tekanan darah sistolik 140-159 mmhg dan tekanan darah diastolik

90-99 mmhg.

4. Stadium II (Hipertensi sedang)

Tekanan darah sistolik 160-179 mmhg dan tekanan darah diastolik

100-109 mmhg.
14

5. Stadium III (Hipertensi berat)

Tekanan darah sistolik 180-209 mmhg dan tekanan darah diastolik

110-119 mmhg.

6. Stadium IV (Hipertensi Maligna)

Tekanan darah sistolik 210 mmhg atau dan tekanan darah diastolik

mmhg atau lebih. (Wikipedia Indonesia. com, 2007).

Tabel : 2.1 Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah
Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi
ringan)
Stadium 2 160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi
sedang)
Stadium 3 180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi
berat)
Stadium 4 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
(Hipertensi
maligna)
(Smeltzer, 2001).

2.1.4 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, hepertensi dibatasi menjadi 2

golongan yaitu :

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, dijumpai lebih kurang 90% banyak faktor yang

mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas

susunan saraf simpatis, sistem rennin-angiotensi.


15

2. Hipertensis sekunder, penyebabnya diketahui, yaitu 10% dari

seluruh hipertensis. Pada hipertensis sekunder penyebab dan

patofisiologi diketahui, sehingga dapat dikendalikan dengan obat-

obatan atau pembedahan. Adapun penyebab hipertensi sekunder

yaitu :

a. Kelainan ginjal yaitu glomerulonefritis, pielonefritis, nefritis

tubulointerstisial, nekrosis tubulan akut, kistal ginjal,

nefrokalsinosis, tumor, radiasi, diabetes, SLE dan penyumbatan.

b. Kelainan renvaskuler seperti Aterosklerosis, Hyperplasia,

Trombosis, aneurisma, emboli kolesterol, Vaskulitis, rejeksi

akut sesudah transplantasi.

c. Kelainan adrena seperti Feoromositoma, Aldosteronisme

primer, Sinrom Cushing

d. Gangguan aorta seperti koarktasio aorta, arteritis takayasu

e. Neoplasma seperti tumor Wilm, tumor yang mengsekresi rennin

f. Kelainan endokrin lain seperti obesitas, resestensi insulin,

hiperkalsemia, akromegali, sindroin karsinoma.

g. Gangguan saraf seperti stres berat, psikosis, tekanan intracranial

meninggi, stroke dan ensefalitis.

h. Toksemia pada kehamilan

i. Obat-obatan seperti konstrasepi oral, kartikosteroid (Slamet

Suyono, 2001).
16

2.1.5 Patofisiologi

Tubuh mempunyai mekanisme keseimbangan yang

berpengaruh terhadap pengaturan tekanan arteri sistemik dan

mencegah kegagalan sirkulasi secara keseluruhan. Ada empat kontrol

sistem yang berperan dalam pengaturan tekanan darah yaitu sistem

arteri baroreseptor, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin

angiotensin dan autoregulasi vaskuler.

Baroreceptor berperan dalam memonitor tingkat tekanan

arteri. Sisten barorespetor menormalkan peningkatan tekanan arteri

melalui vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatik dan

memperlambat kerja jantung. Perubahan volume cairan berdampak

pada peningkatan arteri sistemik. Jika tubuh mempunyai

kelebihangaram dan air, tekanan darah akan meningkat melalui

mekanisme fisiologis yang komplek yang merubah aliran darah balik

ke jantung, dan menghasilkan peningkatan cardiac output. Jika fungsi

ginjal adekuat, peningkatan tekanan arteri sistemik akan meningkatkan

diuresis dan tekanan akan menurun. Renin dan angiotensin berperan

dalam pengaturan tekanan darah. Ginjal memproduksi renin, suatu

enzym yang berperan dalam protein plasma untuk membentuk

Angiotensin I, yang kemudian diaktifkan oleh enzim converting dalam

paru-paru untuk membentuk Angiotensin I, lalu Angiotensin III.

Angiotensin II dan III mempunyai efek vasokonstriksi kuat dalam

pembuluh darah dan mengontrol mekanisme pengeluaran aldosteron.


17

Dengan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik, Angiostensin II

dan III juga berperan dalam menghambat eksresi sodium yang

mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

Sekresi renin menyebabkan resistensi vaskularisasi perifer

dalam hipertensi esensial. Dalam tekanan darah tinggi, peningkatan

tekanan arteri ginjal dapat menghambat sekresi renin.

Autoregulasi vaskuler merupakan mekanisme lain yang

berperan dalam hipertensi. Autoregulasi vaskuler adalah proses yang

menjaga perfusi jaringan tubuh tetap stabil. Jika aliran darah berubah,

proses autoregulasi seharusnya menurunkan resistensi vaskuler sebagai

hasil dari penurunan aliran darah, dan seharusnya resistensi vaskuler

meningkat sebagai akibat dari peningkatan aliran darah. Autoregulasi

vaskuler menjadi mekanisme penting yang menyebabkan hipertensi

disertai dengan peningkatan garam dan cairan (Ignativicius, 1991).


18

2.1.6 Pathway
umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas

Elastisitas, artearteriosklerosis

hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh


darah
Perubahan
struktur
Penyumbatan pembuluh
darah
vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Resistensi Suplai O2 Vasokonstriks sistemik koroner Spasm


pembuluh i pembuluh
otak
darah otak darah e
menurun vasokonstriksi Iskemi
diplopia
Blood miocard
Nyeri Gangguan sinkop
flow Afterload
kepal pola tidur Nyeri dada Resti injuri
munurun meningkat
a Respon
Gangguan
Penurunan Fatique
perfusi
Rangsang curah jantung
jaringan
aldosteron Intoleransi
aktifitas
Retensi

edema
Gambar 2.3 Patway Hipertensi (Sylvia Anderson, 2000)
19

2.1.7 Tanda dan Gejala

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-

satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setalah terjadi

komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang

ditentukan adalah :

1. Sakit Kepala

2. Epitaksi

3. Pusing Dan Migran

4. Rasa Mudah Lelah Dan Cepat Marah

5. Telinga Berdengung

6. Rasa Berat ditengkuk

7. Sukar Tidur karena Gelisah

8. Mata Berkunang-Kunang

9. Sesak Nafas

10. Mual Muntah

(Slamet Suyono, 2002)

2.1.8 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah

meningkatkan tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis,

pusing atau migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-

kunang, lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah. (Sylvia,

2000).
20

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksan diagnostik yang biasa dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan Darah

a. Hemoglobin atau Hematokrit

Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel

volumecairan (viskositas) dan dapat mengidentifikasikan

faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas.

b. BUN atau Kreatinin

Memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjal.

c. Glukosa

Hiperglikimia (diabetes meletus adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibat oleh peningkatan kadar ketokelamin

(meningkatkan hipertensi).

d. Kalium Serum

Hipokalenmia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama

(penyebab) atau menjadi efek terapi deuretik.

e. Kalsium Serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningklatkan

hipertensi

f. Kolesterol dan Trigliserida Serum

Peningkatan dapat menginditasikan pencetik untuk/adanya

pembentukan plat ateromatosa (efek kardiovaskular).


21

2. Pemeriksaan Urin

a. Kadar aldosteron urin atau serum

Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)

b. Urinalisa

Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal atau

adanya diabetes.

c. VMA Urin (Metabolit Ketokelamin)

Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma

(penyebab), VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk

pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.

d. Asam Urat

Hiperurisermia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko

terjadinya hepertensi.

e. Steroid urin kenaikan dapat mengindikasikan

hiperadrenalisme, feokromositoma, atau difungsi putuitari,

sindro chusing's, kadar rennin dapat juga meningkatkan.

3. Intra Vena Pressure (IVP)

Dapat mengindetifikasikan penyebab hipertensi seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal/ ureten.

4. Foto Dada

Dapat menunjukkan obstruk klasifikasi pada area katup, deposit

pada atau takit aorta, pembesar jantung.


22

5. CT Scan

Mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, dan feokromositoma

6. Elelctrokardiogram (EKG)
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan

konduksi. (Doenges, 1999).

2.1.10 Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas

dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan

dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90

mm Hg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

1. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi

ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan

berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gram/ hari menjadi 5

gram per hari

2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

3) Penurunan berat badan

4) Penurunan asupan etanol

5) Menghentikan merokok

6) Diet tinggi kalium


23

7) Adapun makanan yang harus di hindari para penderita

hipertensi adalah makanan seperti daging, sayuran yang

terlalu banyak garam, kangkung. Adapun yang boleh,

makanan yang harus di konsumsi bagi penderita hipertensi

seperti wartel, mentimun dan lain-lain.

b. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang

dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang

mempunyai empat prinsip yaitu :

1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,

jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain

2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80% dari kapasitas

aerobik atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang

disebut zona latihan. Denyutnadi maksimal dapat

ditentukan dengan rumus 220 – umur

3) Lamanya latihan berkisar antara 20 - 25 menit berada dalam

zona latihan

4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik

5x perminggu

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan

tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah

komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.


24

Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi

dua jenis penatalaksanaan:

a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.

1) Diet

Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.

Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi

dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar

adosteron dalam plasma.

2) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan

dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan

kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau

berenang.

b. Penatalaksanaan Farmakologis.

Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti

hipertensi yaitu:

1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.

2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau

minimal.

3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

4) Tidak menimbulakn intoleransi.

5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.


25

Golongan obat-obatan yang diberikan pada klien dengan

hipertensi seperti golongan diuretik, golongan betabloker,

golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi

rennin angitensin.

2.1.11 Komplikasi

Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara

lain mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan

sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh

darah otak.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan komputeratik untuk

mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui

kebutuhan pasien terserbut berhasil atau tidaknya suatu asuhan

keperawatan sangat tergantung dari data atau hasil pengkajian.

(Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).

Adapun data yang dikumpulkan pada klien dengan hipertensi

adalah :

1. Biodata klien dan Penanggung jawab

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan , tanggal atau jam

masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua,

alamat, umur, pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama

dan suku bangsa.


26

a. Keluhan Utama

Keluhan yang dirasakan paling berat oleh pasien.

b. Riwayat penyakit sekarang

Kapan mulai ada keluhan, sudah berapa lama, bagaimana

kejadiannya dan apa saja upaya untuk mengatasi penyakitnya.

c. Riwayat penyakit dahulu

Bagaimana kesehatan klien sebelumnya, apakah pernah

mengalami penyakit atau ada riwayat penyakit yang lain dan

jika ada, biasanya pergi berobat kemana

d. Riwayat penyakit keluarga

Bagaimana kesehatan keluarganya, apakah ada diantara

anggota keluarganya ada yang mengalami penyakit yang

sama

e. Riwayat kesehatan lingkungan

2. Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual

Dalam pengkajian kebiasaan sehari-hari/ kebutuhan dasar,

penulis menggunakan konsep dasar menurut Virginia handerson

yaitu

a. Aktivitas/ Istirahat.

Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. Tatida

yaitu Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea.
27

b. Sirkulasi

Gejala: Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

Koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.

Tanda: kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,

radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena

jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)

pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.

c. Integritas Ego

Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress

multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).

Tanda: Letupan suasana hati gelisah, penyempitan continue

perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan

menghela, peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi

Gejala: gangguan ginjal saat. ini atau (seperti obstruksi atau riwayat

penyakit ginjal pada masa yang lalu.)

e. Makanan atau cairan

Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi

garam, lemak serta kolesterol, miial, muntah dan perubahan BB

akhir-akhir ini (meningkat atau turun) Riwayat penggunaan

diuretic Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema,

glikosuria.
28

f. Neurosensori

Gejala: Keluhan pening pening atau pusing, berdenyut, sakit

kepala, subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan

secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan

(diplobia, penglihatan kabur, epistakis).

Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/ isi

bicara, efek, proses pikir, penurunan keuatan genggaman tangan.

g. Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),

sakit kepala.

h. Pernafasan

Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/ kerja takipnea,

ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,

riwayat merokok.

Tanda: distress pernafasan atau penggunaan otot aksesori

pernafasan bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.

i. Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi dan cara berjalan, hipotensi postural.

j. Pembelajaran atau Penyuluhan

Gejala: faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit

jantung, DM. Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika, Amerika,

Asia Tenggara, penggunaan pil KB atau hormon lain, penggunaan

alkohol/obat. Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri


29

TD atau perubahan dalam terapi obat.

3. Pemeriksaan fisik

a. Kepala dan rambut

1) Inspeksi: Untuk mengetahui warna, tekstur dan distribusi

rambut, apakah bentuk kepala simetris atau tidak, apakah

ada ketombean, kutu atau tidak, apakah rambut mudah

rontok atau tidak.

2) Palpasi: Untuk mengetahui ada atau tidak pembengkakan

pada kepala , ada atau tidak ada nyeri tekan.

b. Wajah
1) Inspeksi: Untuk mengetahui bentuk wajah klien simetris

atau tidak, gerakan otot wajah dan ekspresi wajah klien

pada saat melakukan pengkajian

2) Palpasi: Untuk mengetahui ada atau tidak odema pada

wajah

c. Mata
Inspeksi: Untuk mengetahui apakah ada sianosis atau tidak,

terdapat konjungtivitis atau tidak, kelopak mata bersih atau

tidak

d. Hidung
Inspeksi: Untuk mengetahui bentuk hidung apakah simetris

atau tidak, apakah terdapat skret atau polipnasi atau tidak dan

untuk mengetahui sejauh mana ketajaman penciuman klien.


30

e. Telinga

Inspeksi: untuk mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak,

apakah terdapat serumen atau tidak, apakah pendengaran kedua

telinga baik atau tidak.

f. Mulut

Inspeksi: Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mulut

dan gigi klien, bibir kering atau lembab, ada tidaknya caries

gigi.

g. Leher

1) Inspeksi: Untuk mengetahui bentuk leher, apakah ada atau

tidak pembesaran kelenjar tiroid maupun vena jugularis

2) Palpasi: Untuk mengetahui ada atau tidak pembesaran

kelenjar tiroid maupun vena jugularis.

h. Dada

1) Inspeksi: Untuk mengetahui bentuk dada simetris atau

tidak, apakah menggunakan oto bantu pernafasan atau

tidak.

2) Palpasi: Untuk mengetahui apakah ada atau tidak

pembengkakan di daerah dada, kelengkapan tulang iga,

apakah ada atau tidak nyeri tekan pada dinding dada,

apakah ada tarikan dinding dada.


31

3) Auskultasi: Untuk mengetahui suara jantung dan nafas

klien( suara nafas tambahan) apakah ada kelainan atau

tidak.

4) Perkusi: untuk mengetahui bunyi ketuk pada daerah dada

klien, apakah ada bunyi atau tidak.

i. Abdomen

1) Inspeksi: Untuk melihat apakah ada striae atau tidak,

apakah turgor kulit klien baik atau tidak

2) Auskultasi: Untuk mendengar apakah ada bising usus atau

tidak, apakah ada kelainan pada daerah abdomen, apakah

ada nyeri tekan.

3) Perkusi: Untuk mengetahui apakah ada bunyi timpani pada

abdomen.

4) Palpasi: Untuk mengetahui apakah terdapat nyeri tekan

abdomen atau kelainan lainnya pada saat dilakukan palpasi.

j. Ekstremitas bawah dan atas

1) Inspeksi: untuk melihat apakah ada odema atau tidak,

kekuatan otot dan capillary refill time dan apakah terdapat

infuse atau tidak.

2) Perkusi: Untuk mengetahui bagaimana refleks patella.

k. Integument

1) Inspeksi: untuk mengetahui apakah kulit bersih atau tidak,

apakah ada luka ataupun penyakit kulit lainnya.


32

2) Palpasi: untuk mengetahui turgor kulit klien baik atau

tidak.

4. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan

menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip

yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan

masalah kesehatan dan perawatan klien (Smeltzer, 2001).

Berdasarkan data-data yang telah terkumpul maka dapat

dianalisa dan mencari kemungkinan penyebab timbulnya masalah

dan merumuskan diagnosa yang ada pada pasien baik aktual

maupun potensial. (Carpenito, 2000).

Tabel 2.1. Analisa Data


No Symptom Etiologi Problem
1 Ds :Klien biasanya Obesitas Nyeri( akut
mengeluh nyeri )
kepala
 Paliative
: Nyeri kepala secara Pengumoulan lemak
tiba - tiba
 Quality/Quantity
: Klien mengatakan Penyempitan pembuluh
sakitnya seperti nyut - darah
nyut
 Region
: terasa sakit di kepala Aliran darah ke jantung
bagian belakang menurun
 Severity scale
: merasa tidak nyaman
jika sakitnya datang peningkatan tekanan
skala 3 vaskuler serebral
 Timming :
sakitnya kambuh
diwaktu tertentu,pada nyeri kepala bagian
siang dan malam hari belakang
33

Do : K/u baik
 Biasanya TTV dalam Nyeri ( akut )
batas tidak normal
2 Ds : Aliran darah ke jantung Resiko
 Klien mengatakan menurun tinggi
capek,lemah pada saat Penurunan
beraktifitas curah
Do : k/u lemah, pucat jantung
kelayan tampak letih saat
beraktifitas
 Biasanya TTV dalam Ketidakseimbangan
batas tidak normal suplai darah dan
kebutuhan oksigen

Kelemahan umum

Intoleransi aktifitas
3 Ds : Obesitas Intoleransi
 Klien mengeluh aktivitas
sering pusing
 Klien mengeluh tidak
bisa melakukan Pengumpulan lemak
aktivitas
Do : biasanya keadaan
umum tampak lemah dan
sedikit pucat Penyumbatan
 TD : 140 / 80 mmHg pembuluh darah
 RR : 17x / menit
 N : 72x / menit
 S : 35,2 ”C
 ADL Klien selalu Aliran darah
dibantu oleh
keluarganya
 Klien tampak lemah
 ADL klien di bantu Kejantung akan
oleh keluarga atau menurun
saudara

Peningkatan
vaskuler serebral
34

Nyer ( akut )

Gangguan pola istirahat


tidur

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan

pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas

dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan

merubah (Carpenito, 2000). Adapun diagnosa yang muncul pada pasien

dengan diagnosa medis hipertensi adalah (Mansjoer Arief, 2000)

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan

dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,

hipertrofi atau rigiditas (kekakuan) ventrikuler

2. Nyeri (akut atau kronis) kepala berhubungan dengan peningkatan

tekanan vaskuler.

3. Resiko Injuri berhubungan dengan sensori atau perubahan

penglihatan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.


35

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake nutrisi in adekuat, mual muntah.

2.2.3 Rencana Keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang

diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah

menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana

dokumentasi (Hidayat, 2008).

Secara tradisional, rencana keperawatan diartikan sebagai

suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan

dan intervensi. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, rencana

keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan

keperawatan kepada klien. Setiap klien yang memerlukan asuhan

keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik. (Dongoes, 2000)

Diagnosa 1

Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokon

triksi pembuluh darah.

Kriteria Hasi1 : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan

tekanan darah/ beban kerja jantung, mempertahankan TD dalam rentang

individu yang dapat diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi

jantung stabil dalam rentang normal pasien.

Intervensi :

1. Observasi tekanan darah


36

Rasional: perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang

lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler).

2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

Rasional: Denyutan karotis jugularis, radialis dan femoralis

mungkin teramati/ palpasi.

3. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari

vasokontriksi

Rasional: Peningkatan SVR dan kongesti vena.

4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.

Rasional: adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian

kapiler lambat mencerminkan dekompensasi atau penurunan curah

jantung.

5. Catat adanya demarn umum/ tertentu.

Rasional: dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal

atau vaskuler.

6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas/

keributan lingkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya

tinggal.

Rasional: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis,

meningkatkan relaksasi.

7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.

Rasional: dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan

stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan


37

darah.

8. Kolaborasi dengan dokter dalam pembrian terafi anti hipertensi,

deuritik.

Rasional: menurunkan tekanan darah.

Diagnosa 2

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O 2.

Kriteria Hasil: Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di

inginkan atau diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi

aktivitas yang dapat diukur.

Intervensi :

1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan

parameter

Rasional: Frekuensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat,

catat peningkatan

2. TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan,

berkeringat, pusing atau pingsan.

Rasional: Parameter menunjukan respon fisiologis pasien

terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh

kelebihan kerja jantung).

3. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan

kelemahan atau kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi,

peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.


38

Rasional: Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk

memajukan tingkat aktivitas individual.

4. Dorong memajukan aktivitas/ toleransi perawatan diri.

Rasional: Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai

aktivitas dapat menir.gkatkan jumlah oksigen yang ada.

Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba

pada kerja jantung.

5. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi

mandi, menyikat gigi/ rambut dengan duduk dan sebagainya

Rasional: Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan

energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen).

6. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.

Rasional: Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap

kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan).

Diagnosa 3

Gangguan rasa nyaman nyeri: sakit kepala berhubungan dengan

peningkatan tekanan vaskuler cerebral.

Kriteria Hasil: Melaporkan nyeri/ ketidaknyamanan tulang/

terkontrol, mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan,

mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan.

Intervensi :
39

1. Pertahankan tirah baring selama fase akut.

Rasional: Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi.

2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit

kepala, misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan

leher serta teknik relaksasi.

Rasional: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral

dengan menghambat/ memblok respon simpatik, efektif dalam

menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

3. Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat

meningkatkan sakit kepala: mengejan saat BAB, batuk panjang,

dan membungkuk.

Rasional: aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi

menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan

vaskuler serebral.

4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

Rasional: Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas

yang berlebihan yang memperberat kondisi klien.

5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien istirahat selama 1 jam

setelah makan.

Rasional: Menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja

pencernaan.

6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti

ansietas, dan diazepam.


40

Rasional: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan

rangsangan saraf simpatis).

Diagnosa 4

Resiko Injuri berhubungan dengan sensori/ perubahan penglihatan

Kriteria Hasil:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko

terjadinya cidera.

2. Menyebutkan tujuan menggunakan tindakan keamanan untuk

mencegah cedera misalnya menyingkirkan perabot yang tidak

teratur atau membiarkannya.

3. Meningkatkan kegiatan sehari-hari jika memungkinkan.

Intervensi:

1) Kaji adanya faktor-faktor penyebab atau pendukung

2) Kurangi atau hilangkan faktor-faktor penyebab atau pendukung

3) Gunakan penerangan pada malam hari

4) Dorong untuk minta bantuan pada malam hari.

5) Atur tempat tidur lebih rendah pada malam hari.

6) Memberi penerangan yang cukup di semua ruangan.

Diagnosa 5

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.

Kriteria Hasil: klien dapat mengidentifikasi hubungan antara

hipertensi dengan kegemukan, menunjukan perubahan pola


41

makan, melakukan/ memprogram olah raga yang tepat secara

individu.

Intervensi :

1. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara

hipertensi dengan kegemukan.

Rasional: Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi,

kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah

jantung berkaitan dengan masa tumbuh).

2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi

masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.

Rasional: Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya

aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi

untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit

ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak

volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih

memperburuk hipertensi.

3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.

Rasional: motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal.

Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila

tidak maka program sama sekali tidak berhasil.

4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.

Rasional: mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dalam program

diet terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu


42

untuk menyesuaikan/ penyuluhan.

5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien,

Misalnya: penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.

Rasional: Penurunan masukan kalori scscorang sebanyak 500

kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg/

minggu. Penurunan berat badan yang ambat mengindikasikan

kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara

mengubah kebiasaan makan.

6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian

termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan

dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.

Rasional: memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi

yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu

untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah /

dapat mengontrol perubahan.

7. Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat , hindari

makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es

krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur,

produk kalengan, jeroan).

Rasional: Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan

kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.

8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.

Rasional: Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi


43

kebutuhan diet individual).

(Doenges, 2000).

2.2.4 Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan merupakan tahap dimana peran

perawat merealisasikan rencana keperawatan ke dalam tindakan

keperawatan yang nyata dan langsung kepada klien. (Doenges, E.

Marilyan, 1999).

Dalam tahap ini, perawat tidak hanya melakukan tindakan

keperawatan saja tetapi juga melaporkan tindakan yang telah

dilakukan tersebut sekaligus respon klien, dan mendokumentasikan

nya ke dalam catatan perawatan klien.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tahap

pelaksanaan pada dasarnya harus disesuaikan dengan intervensi yang

ada pada tahap perencanaan. Namun tidak selamanya hal tersebut

dapat dilakukan karena tergantung pada beberapa faktor. Faktor-

faktor tersebut antara yaitu keadaan klien, fasilitas yang ada,

pengorganisasian kerja perawat, ketersediaan waktu serta lingkungan

fisik dimana tindakan keperawatan tersebut dilakukan. (Arikunto,

1997 ).

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir dalam proses keperawatan,

dimana perawat menilai pencapaian tujuan serta mengkaji ulang

rencana keperawatan selanjutnya. Tolok ukur yang digunakan untuk


44

mencapai tujuan pada tahap evaluasi ini adalah kriteria-kriteria yang

telah dibuat pada tahap perencanaan. Dengan patokan pada kriteria

tersebut, dinilai apakah masalah teratasi atau bahkan timbul masalah

baru, sehingga intervensi keperawatan diubah atau dimodifikasi.

Penilaian dan kesimpulan tersebut dituangkan dalam catatan

perkembangan klien dan diuraikan berdasarkan urutan SOAPIER

dimana S merupakan data subyektif, O merupakan data obyektif, A

merupakan analisa terhadap pencapaian tujuan, I merupakan

implementasi, E merupakan evaluasi ulang, dan R yang merupakan

revisi tindakan. ( Hidayat, A.A, 2002 ).

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana

tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan

pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. ( Dawn, 2008 )

2.2.6 Dokumentasi Keperawatan

Potter (2005) mendefenisikan dokumentasi sebagai segala

sesuatu yang tercetak atau tertulis yang dapat diandalkan sebagai

catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang . Dokumentasi

keperawatan juga merupakan salah satu bentuk upaya membina dan

mempertahankan akontabilitas perawza dan keperawatan (Webster

New World Dictionary dalam Marelli (1996).

Pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan juga sebagai

salah satu alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan


45

suatu pelayanan asuhan keperawatan yang diselenggarakan di rumah.

Dokumentasi keperawatan adalah pencatatan yang lengkap dan

akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

Dokumentasi dilakukan segera setelah setiap kegiatan atau tindakan

dalam setiap langkah proses keperawatan dari pengkajian sampai

dengan evaluasi.

Sebagai dokumentasi yang mencatat semua pelayanan

keperawatan klien, dokumentasi tersebutdapat diartikan sebagai

suatu catatan bisnis dan hokum yang mempunyai banyak manfaat

dan penggunaan. Tujuan utama dari pendokumentasian adalah untuk:

1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat

kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan

keperawatan dan mengevaluasikan tindakan.

2. Dokumentasi untuk Penulisan, keuangan, hokum dan etika.

Sedangkan manfaat dan pentingnya dokumentasi dapat dilihat

dari berbagai aspek seperti hukum, jaminan mutu pelayanan,

komunikasi, keuangan, pendidikan, Penulisan dan akreditasi

(Nursalam, 2008)
46

BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal Masuk : 22 Juli 2012

Jam : 06:45 Wita

Ruang / Kelas : Kenanga

Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Provinsi NTB

No RM : 04 82 41

Tanggal Pengkajian : 23 Juli 2012

3.1 Pengkajian

3.1.1 Biodata
47

a. Identitas Klien :

Nama : Ny “ W”

Umur : 65 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/bangsa : Sasak/Indonesia

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Ampenan Selatan, Mataram

b. Identitas Penanggung Jawab :

Nama : Tn “S”

Usia : 72 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Swasta

Hubungan dengan klien : Suami

3.1.2 Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Klien mengatakan pusing sejak 1 hari yang lalu

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan pusing disertai klien

mengeluh lemah, dan klien masuk ke rumah sakit melalui IGD


48

pada tanggal 22 Juli 2012, pukul 06.45 wita. Saat di IGD keadaan

umum lemah, TD 180/100 mmHg, Nadi 120 x/menit, RR

22x/menit, pada pukul 08.00 wita klien dikirim ke ruangan

Kenanga untuk mendapat perawatan yang lebih lanjut. Dan klien

masuk ke rumah sakit yang ke-3 kalinya.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan bahwa menderita hipertensi sejak 3 tahun yang

lalu, sering bolak balik puskesmas dan IGD untuk berobat bila

penyakitnya kambuh, dan sekarang adalah 3 kalinya di rawat inap

di Rumah Sakit.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan ibunya mengalami penyakit hipertensi, dan

bapaknya mengalami penyakit Stroke.

e. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Klien mengatakan keadaan rumah cukup bersih disapu 2 kali

sehari, lengkap dengan jendela namun jarang dibuka dan ventilasi

kurang. dan tempat tinggal klien tanahnya berdebu

Skema : 2.3. Genogram Keluarga

2000
Stroke
49

72
66

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Sakit ♀

: Meninggal ♂

: Meninggal ♀

: Garis perkawinan

: Lingkungan tinggal serumah

: Garis keturunan

3.1.3 Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

Untuk mengkaji kebutuhan biopsikososial spiritual pada Ny

“W” dengan diagnosa medis hipertensi, penulis menggunakan

konseptual Virgina Handerson dengan komponen sebagai berikut:

a. Respirasi
50

Sebelum Sakit : Klien mengatakan tidak pernah mengalami

sesak napas.

Saat Sakit : Klien mengatakan napasnya terasa ringan dan

klien tidak sesak, fase ekspirasi yang pendek,

dan inspirasi yang pendek dan tidak

disertai batuk, , RR 22x/menit, terdengar

suara normal.

b. Nutrisi

Sebelum Sakit : Klien mengatakan biasa makan 3X sehari

dengan menu makan nasi, sayur dan kadang-

kadang disertai ikan, klien biasa minum 5-6

gelas sehari (800-1200cc/hari ), ditambah

dengan minum kopi 3 gelas sehari, tidak ada

pantangan pada makanan apapun.

Saat Sakit : Klien mengatakan tidak ada nafsu makan,

klien tidak menghabiskan makanan yang

telah disediakan oleh Rumah Sakit habis.

c. Eliminasi

Sebelum Sakit : Klien mengatakan BAB 1-2 kali sehari,

konsistensi setengah padat, warna kuning


51

kecoklatan, bau khas feses, tidak ada

keluhan saat BAB. BAK 3-4 kali

sehari, warna kuning jernih bau khas urine

Saat Sakit : Klien mengatakan tidak ada perubahan pola

eliminasi, tidak ada keluahan masalah

eliminasi, BAB 1 kali selama di RS warna

kuning kecoklatan, konsistensi setengah

padat,bau khas feses, BAK 3 -4 kali selama di

RS, warna kuning jernih, bau khas urine.

d. Aktivitas

Sebelum Sakit : Klien mengatakan bahwa kebutuhan aktivitas

sehari hari dapat dilakukan dengan baik, tetapi

apabila timbul sesak, maka kebutuhan

aktivitasnya sehari-hari akan terhambat.

Saat Sakit : Klien mengatakan mengalami keterbatasan

aktivitas karena pusing, cepat lelah dan lemah.

e. Istirahat Tidur

Sebelum Sakit : Klien mengatakan jarang tidur siang

sedangkan tidur pada waktu malam hari mulai

pukul 23.00 wita dan bangun

pukul 05.00 wita.

Saat sakit : Klien mengatakan tidak bisa tidur yang

disebabkan oleh pusingnya sering kambuh dan


52

klien selalu terjaga, sehingga klien selalu

Nampak tidak segar,tidur klien 4-5 jam/hari.

f. Berpakaian

Sebelum Sakit : Klien mengatakan bahwa berpakaian adalah

hal yang penting dalam hidup sehari-hari.

Dalam memilih pakaian tidak ada masalah dan

bisa mengenakan pakaian sendiri dan apabila

kotor akan diganti.

Saat Sakit : Klien mengatakan tidak ada masalah dalam

berpakaian, hal ini dapat dilihat dari klien

dapat mengganti pakaian sewaktu-waktu.

g. Mempertahankan Temperatur Tubuh

Sebelum sakit : klien mengatakan pada saat cuaca yang panas

klien biasa mengenakan pakaian tipis dan

menyerap keringat, saat cuaca dingin klien

menggunakan pakaian yang tebal dan

menggunakan selimut

Saat sakit : Klien mengatakan di Rumah Sakit cuacanya

agak panas tetapi klien tidak mengganggap

bahwa hal itu adalah suatu masalah.

h. Personal Hygiene
53

Sebelum Sakit : Klien mengatakan biasa mandi 2 kali sehari

pagi dan sore dan menggunakan sabun, sikat

gigi dengan odol, keramas 1-2 kali seminggu

menggunakan sampo kadang minyak kelapa.

Saat Sakit : Klien mengatakan semenjak berada di Rumah

Sakit klien jarang mandi, gosok gigi dan

keramas.

i. Rasa Aman Nyaman

Sebelum Sakit : Klien mengatakan selalu merasa nyaman dan

aman bersama keluarganya meskipun hidup

sederhana, namun klien mengaku tidak

nyaman ketika sesaknya mulai kambuh.

Saat Sakit : Klien mengatakan merasa tidak aman dirawat

di rumah sakit dan kurang nyaman karena

suasana ruangan yang kurang tenang dan

kondisi penyakit yang diderita.

j. Komunikasi

Sebelum Sakit : Klien mengatakan menjalin hubungan baik

dengan semua orang baik keluarga, sahabat

dan orang lain

Saat Sakit : Klien mengatakan tidak mengalami gangguan

komunikasi dengan orang lain. Seperti dokter

perawat dan pasien lain yang satu ruangan


54

dengannya.

k. Bekerja

Sebelum Sakit : Klien mengatakan dapat melaksanakan

tugasnya sebagai ibu rumah tangga misalnya,

mencuci, memasak dan sebagainya tanpa ada

pantangan.

Saat Sakit : Klien mengatakan semenjak berada di Rumah

Sakit Klien tidak bisa melaksanakan tugasnya

sebagai ibu rumah tangga karena kondisi dan

keadaanya yang tidak memungkinkan.

l. Spiritual

Sebelum Sakit : Klien memeluk agama islam, klien

mengatakan selalu melaksanakan ibadah yaitu

shalat 5 waktu.

Saat Sakit : : Klien mengatakan semenjak berada di Rumah

Sakit klien tidak pernah menjalankan

shalat 5 waktu dan klien hanya berdoa saja

untuk kesembuhannya.

m. Rekreasi

: Klien mengatakan jarang pergi bermain dan

rekreasi karna klien mengatakan sudah tidak

senang lagi karena klien sibuk mengurus

anaknya, sehingga klien tidak menganggap


55

sebagai suatu kebutuhan.

n. Belajar

: Klien sering menanyakan penyebab timbulnya

penyakit klien dan ingin mengetahui lebih

banyak tentang penyakit klien dan berharap

penyakit klien cepat sembuh.

3.1.4 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah: 180/100 mmHg

Nadi : 100x/menit

Suhu : 36,7oC

Respirasi : 22x/menit

Pemeriksaan Head To Toes

a. Kepala

Inspeksi : rambut lurus, hitam, agak kusut, tidak ketombe

tidak ubanan.

Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa, tidak ada

lesi

b. Mata

Inspeksi : Simetris, dengan pupil normal, konjungtiva

tidak anemis.
56

c. Hidung

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada polip, lubang hidung

bersih, terlihat napas cuping hidung, terpasang

selang O2.

d. Mulut dan gigi

Inspeksi : Mukosa mulut kering, mulut bau, gigi lengkap

agak kotor dan kuning.

e. Telinga

Inspeksi : Simetris, tidak ada penumpukan serumen,

pendengaran normal.

f. Leher

Inspeksi : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid dan

kelenjar limped pembesaran vena jugularis.

Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak

teraba adanya massa.

g. Dada

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak tampak tarikan dinding

dada, penggunaan otot bantu pernafasan.

Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa, tidak ada

nyeri tekan dan turgor kulit menurun.

Auskultasi : Tidak terdengar suara napas tambahan seperti

suara wheezing.
57

h. Abdomen

Inspeksi : Simetris, tidak ada luka bekas operasi, tidak

ada pembengkakan pada abdomen.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan abdomen

Auskultasi : Bising usus 12x/menit.

Perkusi : Tidak terjadi distensi abdomen.

i. Genetalia

Inspeksi : Tidak ada lesi, , tidak terpasang kateter.

j. Ekstermitas Atas

Inspeksi : Terpasang infuse Nacl 20 tetes/ menit pada

tangan kanan, kekuatan otot 2 (0-5)

Palpasi : Akral dingin, turgor kulit baik, CRT < 2 detik

k. Ekstremitas Bawah

Inspeksi : Simetris, tidak ada oedema, kekuatan otot 2 (0-

5) refleks patella +.

Palpasi : Akral dingin.

3.1.5 Pemeriksaan Penunjang

Tabel: 3.1. Pemeriksaan labolatorium pada tanggal 23 Juli 2012


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

Glukosa 97 mg% <160


Bilirubin
SGOT/AST 1,22 mg% <1,0
SGPT/ALT 40 U/L <40
Total protein 32 U/L <41
Albumin 5,7 gr% 6,4-8,3
Globulin 3,7 gr% 3,5-5,0
58

Kolestrol 2,0 gr% 2,9-3,3


Triglycerida 151 mg% <200
HDL 72 mg% <200
LDL mg% <45
Urea mg% <130
Kreatinin 10 mg% 6-26
0,8 mg% L:0,9-1,3
Asam urat P:0,6-1,1
4,4 mg% L:3,5-72
P:2,6-6,0

Tabel 3.2 Pemeriksaan laboratorium tanggal 24 Juli 2012


Jenis Hasil Satuan Nilai normal
Pemeriksaan
Kolesterol total 153 Mg% <200

Trglicerida 103 Mg% <200

HDL-Kolesterol 54 Mg% 745

HDL-Kolesterol 78 Mg% <130

Asam Urat 4,8 Mg% L:3,5-7,2


P:2,6-6,0

3.1.6 Therapy Obat

No Jenis Rute Dosis Indikasi


Terapi Pemberian terapi
1 Infus RL Iv 20 tts/menit
2 Ceftriaxon Iv 1 gr/hari
3 Piracetam Iv 3gr/8 jam
4 Ranitidin Iv 1 amp/12
jam
5 Captopril Oral 3 x 25 mg
59

3.2 Diagnosa Keperawatan

Tabel: 3.3. Analisa data

Nama : Ny ’W’ Dsiagnosa Medis : Hipertensi

Umur : 26 Tahun No RM : 04 82 41

Tabel 3.3 Diagbnosa Keperawatan


No Symptom Etiologi Problem
1 Ds :Klien mengatakan Obesitas Nyeri( akut)
mengeluh nyeri kepala
 Paliative
: Nyeri kepala secara
tiba - tiba
 Quality/Quantity Pengumoulan lemak
: Klien mengatakan
sakitnya seperti nyut -
nyut
 Region
Penyempitan pembuluh
: terasa sakit di kepala
bagian belakang darah
 Severity scale
: merasa tidak nyaman
jika sakitnya datang
skala 3(0-5) Aliran darah ke jantung
 Timming
menurun
: sakitnya kambuh
diwaktu tertentu,pada
siang dan malam hari

peningkatan tekanan
Do : Klien tampak lemah
vaskuler serebral
1. TTV dalam batas tidak
normal:
60

No Symptom Etiologi Problem


 TD :180/100
mmHg
nyeri kepala bagian
 N :100x/menit
 S :36,5oC belakang
 RR :22x/menit

Nyeri ( akut )

2 Ds : Aliran darah ke jantung Resiko


 Klien mengatakan menurun tinggi
capek,lemah pada saat
Penurunan
beraktifitas
Do : k/u lemah, pucat curah
kelayan tampak letih saat jantung
beraktifitas
Ketidakseimbangan
 Biasanya TTV dalam
batas tidak normal: suplai darah dan
a) TD :180/100 kebutuhan oksigen
mmHg
b) N :122x/menit
c) S :36,5oC
d) RR :22x/menit Kelemahan umum

Intoleransi aktifitas
3 Ds: Obesitas Resiko
1. klien mengatakan pemenuhan
tidak ada nafsu
kebutuhan
makan, klien tidak
menghabiskan nutrisi
makanan yang
Pengumpulan lemak kurang
telah disediakan
oleh Rumah Sakit
habis.
61

No Symptom Etiologi Problem


Do: Penyempitan pembuluh Problem
1. Mukosa bibir darah
kering
2. Turgor kulit
menurun
3. Tampak lemah
Aliran darah ke jantung
menurun

peningkatan tekanan
vaskuler serebral

nyeri kepala bagian


belakang

Nafsu makan
berkurang

4 Ds : Obesitas Intoleransi
 Klien mengeluh sering aktivitas
pusing
 Klien mengeluh tidak
bisa melakukan aktivitas
Do : keadaan umum klien
Pengumpulan lemak
tampak lemah dan sedikit
pucat
 TD : 180 / 100 mmHg
 RR : 22x / menit
 N : 122x / menit Penyumbatan
 S : 35,2 ”C
pembuluh darah
62

No Symptom Etiologi Problem


 ADL Klien selalu
dibantu oleh
keluarganya
 Klien tampak lemah
 ADL klien di bantu
Aliran darah
oleh keluarga atau
saudara

Kejantung akan
menurun

Peningkatan vaskuler
serebral

Nyer ( akut )

Gangguan pola
istirahat tidur

3.2.1 Rumusan Diagnosa Keperawatan

 Nyeri (akut) kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler ditandai dengan Klien mengatakan mengeluh nyeri

kepala, Paliative : Nyeri kepala secara tiba – tiba,

Quality/Quantit: Klien mengatakan sakitnya seperti nyut –

nyut, Region: terasa sakit di kepala bagian belakang, Severity


63

scale: merasa tidak nyaman jika sakitnya datang skala 3(0-5),

Timmin : sakitnya kambuh diwaktu tertentu, pada siang dan

malam hari, Klien tampak lemah, TTV dalam batas tidak

normal:, TD :180/100 mmHg, N :100x/menit, :36,5oC,

RR :22x/menit.

 Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan

dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,

hipertrofi atau rigiditas (kekakuan) ventrikuler ditandai dengan

Klien mengatakan capek,lemah pada saat beraktifitas, keadaan

umumklien tampak lemah, pucat, klien tampak letih saat

beraktifitas, TTV dalam batas tidak normal:, TD :180/100

mmHg, N :100x/menit,S:36,5oC, RR:22x/menit.

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake nutrisi in adekuat, mual muntah ditandai dengan

klien mengatakan tidak ada nafsu makan, klien tidak

menghabiskan makanan yang telah disediakan oleh Rumah

Sakit tidak habis, Mukosa bibir kering, Turgor kulit menurun

dank lien tampak lemah

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 ditandai

dengan Klien mengeluh sering pusing, Klien mengeluh tidak

bisa melakukan aktivitas, keadaan umum klien tampak lemah

dan sedikit pucat, TD :180 / 100 mm Hg, RR : 22x / menit, N


64

: 100x / menit, S : 36,5 oC, ADL Klien selalu dibantu oleh

keluarganya, Klien tampak lemah, ADL klien di bantu oleh

keluarga dan saudara

3.3 Rencana Keperawatan

Tabel: 3.3. Rencana Keperawatan

Nama : Ny ”W” Dignosa Medis : Kenanga

Umur : 65 Tahun No. RM : 04 82 41

Tabel 3.4 Rencana Keperawatan


Wkt/Tgl Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
23/7/2012 1 Setelah dilakukan 7. Pertahankan a) Meminimalkan
tirah baring stimulasi/
08.00 tindakan
selama fase meningkatkan
keperawatan selama akut. relaksasi.
8. Beri tindakan b) Tindakan yang
3x24 jam
non menurunkan
diharapkan klien farmakologi tekanan
untuk vaskuler
tidak mengeluh
menghilangka serebral
nyeri kepala lagi n sakit dengan
kepala, menghambat/
dengan kriteria
misalnya : memblok
hasil: kompres respon
dingin pada simpatik,
a) Melaporkan dahi, pijat efektif dalam
Hasil punggung dan menghilangkan
nyeri/ leher serta sakit kepala
ketidaknya teknik dan
manan relaksasi. komplikasinya.
tulang/ 9. Hilangkan c) aktivitas yang
atau meningkatkan
terkontrol
minimalkan vasokontriksi
b) mengungkap aktivitas menyebabkan
kan metode vasokontriksi sakit kepala
yang yang dapat pada adanya
memberikan meningkatkan peningkatkan
65

pengurangan sakit kepala: tekanan


c) mengikuti mengejan saat vaskuler
regiment BAB, batuk serebral.
panjang, dan
farmakologi
membungkuk
yang 10. Bantu pasien
diresepkan. dalam d) Meminimalkan
ambulasi penggunaan
sesuai oksigen dan
kebutuhan. aktivitas yang
berlebihan
yang
memperberat
kondisi klien.
e) Menurunkan
11. Beri cairan,
kerja miocard
makanan
sehubungan
lunak.
dengan kerja
Biarkan klien
pencernaan.
istirahat
selama 1 jam
setelah
makan.
12. Kolaborasi
dengan dokter f) Analgetik
dalam menurunkan
pemberian nyeri dan
obat menurunkan
analgetik, anti rangsangan
ansietas saraf simpatis).
Intervensi
Rasional
66

25/3/11 2 Setelah dilakukan 9. Observasi a) perbandinga


tekanan darah n dari
08.30 tiindakan
tekanan
keperawatan selama
memberikan
3x 24 jam gambaran
diharapkan klien yang lebih
lengkap
TTV klien dalam
tentang
batas normal keterlibatan
dengan kriteria / bidang
masalah
hasil:
vaskuler)
a) Klien
berpartisifas b) Denyutan
i dalam karotis
aktivitas jugularis,
yang
radialis dan
menurunkan
tekanan femoralis
darah/ beban mungkin
kerja 10. Catat teramati/
jantung, keberadaan, palpasi
mempertaha kualitas
nkan TD denyutan c) Peningkatan
dalam sentral dan SVR dan
rentang perifer kongesti
individu vena
yang dapat
diterima,
b) memperliha
tkan norma
dan d) adanya
frekwensi 11. Deny pucat,
jantung ut pada tungkai
dingin, kulit
stabil dalam mungkin
rentang menurun, lembab dan
67

normal mencerminkan masa


pasien. efek dari pengisian
vasokontriksi kapiler
12. Amat
lambat
i warna kulit,
kelembaban, mencermink
suhu, dan masa an
pengisian
kapiler. Rasional
dekompensa
si atau
penurunan
curah
jantung
e) dapat
Tujuan dan Kriteria mengindikas
Hasil Intervensi ikan gagal
jantung,
kerusakan
ginjal atau
vaskuler

f) membantu
untuk
menurunkan
rangsangan
simpatis,
Wkt/Tgl Dx
meningkatk
13. Catat an relaksasi
adanya demarn
umum/ g) dapat
tertentu. menurunka
n
rangsangan
yang
menimbulk
an stress,
membuat
efek tenang,
14. Berik
sehingga
an lingkungan
yang nyaman, akan
tenang, kurangi menurunkan
68

aktivitas / tekanan
keributan darah.
lingkungan,
batasi jumlah
pengunjung
Rasional
dan lamanya
tinggal.
15. Anju
h) menurunkan
rkan teknik
relaksasi, tekanan
panduan darah.
imajinasi dan
distraksi.

Intervensi

16. Kola
borasi dengan
dokter dalam
pembrian terafi
anti hipertensi,
Tujuan dan Kriteria
deuritik.
Hasil
69

Wkt/Tgl Dx
23/7/2012 3 Setelah dilakukan 9. Kaji a) Kegemukan
pemahaman adalah
08.45 tindakan
klien tentang resiko
keperawatan selama hubungan tambahan
langsung pada darah
3x24 jam
antara tinggi,
diharapkan nutrisi hipertensi kerena
dengan disproporsi
klien terpenuhi
kegemukan. antara
dengan kriteria kapasitas
aorta dan
hasil:
peningkatan
a) klien dapat curah
mengidentif jantung
ikasi berkaitan
dengan
hubungan
masa
antara tumbuh).
hipertensi
dengan b) Kesalahan
kegemukan kebiasaan
makan
b) menunjukan menunjang
perubahan terjadinya
aterosklerosi
pola makan 10. Bicarakan
pentingnya s dan
c) melakukan/ menurunkan kegemukan
masukan kalori yang
memprogra
dan batasi merupakan
m olah raga predisposisi
masukan
yang tepat untuk
lemak, garam
secara dan gula sesuai hipertensi
individu indikasi. dan
komplikasi
nya,
misalnya,
stroke,
Rasional

penyakit
ginjal, gagal
70

jantung,
kelebihan
masukan
Tujuan dan Kriteria garam
memperban
Hasil Intervensi
yak volume
cairan intra
vaskuler dan
dapat
merusak
ginjal yang
lebih
memperbur
uk
Wkt/Tgl Dx
hipertensi.
c) motivasi
untuk
penurunan
berat badan
adalah
internal.
Individu
harus
berkeingina
n untuk
menurunkan
berat badan,
bila tidak
maka
program
sama sekali
tidak
berhasil
d) mengidentif
ikasi
11. Tetapkan kekuatan/
keinginan klien kelemahan
menurunkan dalam
berat badan. program
Rasional

diet
terakhir.
e) Penurunan
berat badan
71

yang ambat
mengindika
sikan
kehilangan
lemak
melalui
kerja otot
dan
umumnya
dengan cara
mengubah
kebiasaan
makan
f) memberika
n data dasar
tentang
12. Kaji ulang keadekuata
masukan kalori n nutrisi
harian dan yang
pilihan diet. dimakan
dan kondisi
emosi saat
makan,
Intervensi membantu
untuk
Tujuan dan Kriteria memfokusk
Hasil an
perhatian
pada faktor
mana pasien
telah / dapat
mengontrol
13. Tetapkan perubahan
rencana
penurunan BB g) Menghindar
yang realistic i makanan
Wkt/Tgl Dx
dengan klien tinggi lemak
Rasional
jenuh dan
kolesterol penting
dalam mencegah
perkembangan
72

aterogenesi

14. Dorong klien


untuk
mempertahank
an masukan
makanan
h) Memberika
harian
n konseling
termasuk kapan
dan bantuan
dan dimana
dengan
makan
memenuhi
dilakukan dan
lingkungan dan
perasaan
sekitar saat
makanan
dimakan

15. Intruksikan dan


bantu memilih
makanan yang
Intervensi

tepat , hindari
makanan
dengan
kejenuhan
lemak tinggi
(mentega, keju,
73

telur, es krim,
Tujuan dan Kriteria daging dll) dan
Hasil kolesterol
(daging
berlemak,
kuning telur,
produk
kalengan,
Wkt/Tgl Dx jeroan).
16. Kolaborasi
dengan ahli
gizi sesuai
indikasi.

23/07/2012 4 Setelah dilakukan 7. Kaji toleransi a) Frekuensi


pasien terhadap nadi 20 per
09.00 tindakan
aktivitas menit diatas
keperawatan selama dengan
frekwensi
menggunkan
3x24 jam istirahat,
parameter
diharapkan klien catat
peningkata

b) Parameter
menunjuka
8. TD, dipsnea,
n respon
atau nyeri
dada, kelelahan fisiologis
berat dan pasien
kelemahan, terhadap
berkeringat, stress,
pusing atau aktivitas
pingsan.
dan
indicator
derajat
pengaruh

Rasional
kelebihan
74

kerja
Intervensi jantung).
c) fisiologis
pada
istirahat
penting
untuk
memajukan
Wkt/Tgl Dx Tujuan dan Kriteria tingkat
Hasil 9. Kaji kesiapan aktivitas
untuk individual.
meningkatkan
aktivitas
contoh :
penurunan
kelemahan atau
kelelahan, TD d) Konsumsi
stabil,
oksigen
frekwensi nadi,
peningkatan miokardia
perhatian pada selama
aktivitas dan berbagai
perawatan diri. aktivitas
10. Dorong dapat
memajukan menir.gkat
aktivitas/
kan jumlah
toleransi
perawatan diri. oksigen
yang ada.
Kemajuan
aktivitas
bertahap
mencegah
peningkatan
tiba-tiba
pada kerja
jantung.

e) Teknik
penghemat
an energi

Rasional
75

menurunka
n
penggunaa
n energi
dan
sehingga
membantu
keseimbang
an suplai
11. Berikan dan
bantuan sesuai kebutuhan
kebutuhan dan oksigen).
Intervensi f) Seperti
jadwal
anjurkan meningkatk
an toleransi
penggunaan terhadap
kursi mandi, kemajuan
menyikat gigi/ aktivitas
dan
rambut dengan
mencegah
duduk dan kelemahan).
sebagainya

Wkt/Tgl Dx Tujuan dan Kriteria


Hasil

12. Dorong
pasien untuk
partisifasi
dalam memilih
periode
aktivitas.
76

3.4. Implementasi Keperawatan

Tabel: 3.4. Tindakan Keperawatan

Nama : Ny”W” Dignosa Medis : Hipertensi

Umur : 65 Tahun No. RM : 04 82 41

Tabel 3.5 Implementasi


Tgl Dx Implementasi Respon Hasil Paraf
23/07/2012 1` 1. Mengkaji penyebab 1. Klien mengatakan nyeri kepala
nyeri : lokasi, atau pusing
intensitas, lamanya
nyeri, skala nyeri.
2. Menjelaskan kepada
klien penyebab nyeri 2. Klien dan keluarga dapat mengerti
3. Mengajarkan klien penyebab nyeri.
teknik distraksi
relaksasi (nafas
dalam). 3. Klien mau mencoba teknik yang
4. Mengukur perubahan diajarkan.
tanda-tanda vital.
5. Berkolaborasi dalam
pemberian Hafazah
4. Tekanan darah : 180/100 mmHg,
nadi : 122 x /menit suhu : 36,5 0C,
respirasi : 22 x/menit.
5. Memberikan obat oral Captopril
2x25 mg
23/07/2012 2 1. Mengukur tekanan 1. Tekanan darah:180/100 mmHg
darah
2. Amati warna kulit,
77

Tgl Dx Implementasi Respon Hasil Paraf


kelembaban, suhu, 2. Turgor kulit klien menurun,
dan masa pengisian CRT>2 detik.
kapiler.
3. Catat adanya demarn
umum/ tertentu.
4. Memberikan 3. Suhu klien 37oC
lingkungan yang
nyaman, tenang,
4. Klien tampak rileks dan tenang .
kurangi aktivitas /
keributan lingkungan,
batasi jumlah Hafazah
pengunjung dan
lamanya tinggal.
5. Menganjurkan teknik
relaksasi, panduan
imajinasi dan
distraksi.
6. Berolaborasi dengan
dokter dalam
pembrian terafi anti 5. Klien tampak kooperatif
hipertensi, deuretik.

6. Klien dapat obat Captopril 2x1


mg
23/07/2012 3 1. Mengidentifikasi 1. Klien mengatakan tidak ada
faktor yang dapat nafsu makannya karena klien
menimbulkan nafsu sering merasa nyeri saat
makan menurun bernafas
misalnya muntah
dengan ditemukannya
sputum yang banyak
ataupun dipsnea.
2. Menganjurkan klien
untuk oral hygiene
paling sedikit satu Hafazah
jam sebelum makan.
2. Klien tampak menggosok
3. Melakukan
giginya dengan menggunakan
pemeriksaan adanya
fasta gigi
suara perilstaltik usus
serta palpasi untuk
mengetahui adanya 3. Tidak ada suara peristaltik usus
masa pada saluran
cerna.
78

Tgl Dx Implementasi Respon Hasil Paraf


4. Memberikan diit
TKTP sesuai dengan
ketentuan
5. Membantu klien
istirahat sebelum
4. iberikan nasi yang disediakan
makan
dari rumah sakit
6. Menimbang berat
badan setiap hari
5. Klien tampak susah tidur dan
istirahat

6. BB klien 40 kg

23/07/2012 4 1. Mengkaji tingkat 1. Setiap ingin merubah posisi


ketidakmampuan klien selalu minta bantuan
gerak klien. perawat atau keluarga.
2. Menganjurkan klien 2. Klien tampak menggerakkan jari
untuk berlatih kakinya secara perlahan.
secara aktif dan
pasif
3. Menjelaskan bahwa 3. Klien dan keluarga dapat
dengan rajin mengerti penjelasan yang
berlatih dapat diberikan.
mempercapat proses
penyembuhan.
4. Membantu klien
dalam perawatan 4. Klien tampak senang dan
diri. kooperatif.

Hafazah
79

Tgl Dx Implementasi Respon Hasil Paraf

24/07/2012 1 1. Mengkaji penyebab 1. Klien mengatakan nyeri kepala


nyeri : lokasi, atau pusing
intensitas, lamanya
nyeri, skala nyeri.
2. Menjelaskan kepada
klien penyebab nyeri 2. Klien dan keluarga dapat
3. Mengajarkan klien mengerti penyebab nyeri.
teknik distraksi 3. Klien mau mencoba teknik yang
relaksasi (nafas diajarkan.
dalam).
4. Mengobservasi
perubahan tanda-
tanda vital.
4. Tekanan darah : 170/90 mmHg, Hafazah
5. Berkolaborasi dalam
nadi : 96 x /menit suhu : 370C,
pemberian analgetik
respirasi : 18 x/menit.
(Asmet 2x500 mg)
5. Klien mendapatkan obat oral
Captopril 2x25 mg
24/07/2012 2 1. Observasi tekanan 1. Tekanan darah:180/110 mmHg
darah 2. Turgor kulit klien menurun,
2. Amati warna kulit, CRT>2 detik.
kelembaban, suhu,
dan masa pengisian
kapiler.
3. Catat adanya
demarn umum/
3. Suhu klien 37oC
tertentu.
4. Memberikan
lingkungan yang
nyaman, tenang,
4. Klien tampak rileks dan tenang
kurangi aktivitas/
.
keributan
lingkungan, batasi
jumlah pengunjung
Implementasi dan
lamanya tinggal. Hafazah
5. Menganjurkan
teknik relaksasi,
panduan imajinasi
dan distraksi.
80

Tgl Dx Implementasi Respon Hasil Paraf


6. Berolaborasi
dengan dokter
5. Klien tampak kooperatif
dalam pembrian
terafi anti
hipertensi,

6. Klien dapat obat Captopril 2x25


mg

24/7/2012 3 1. Mengidentifikasi 1. Klien mengatakan tidak ada


faktor yang dapat nafsu makannya karena klien
menimbulkan nafsu sering merasa nyeri saat
makan menurun bernafas
misalnya muntah
dengan ditemukannya
sputum yang banyak
ataupun dipsnea.
2. Menganjurkan klien
untuk oral hygiene
paling sedikit satu 2. Klien tampak menggosok
jam sebelum makan. giginya dengan menggunakan
3. Melakukan fasta gigi
pemeriksaan adanya Hafazah
suara perilstaltik usus
3. Tidak ada suara peristaltik usus
serta palpasi untuk
mengetahui adanya
masa pada saluran
Implementasi cerna.
4. emberikan diit TKTP
sesuai dengan
ketentuan
5. Membantu klien
istirahat sebelum
makan
4. Diberikan nasi yang disediakan
6. Menimbang berat
dari rumah sakit
badan setiap hari
81

Tgl Dx Implementasi Respon Hasil Paraf


5. Klien tampak susah tidur dan
istirahat

6. BB klien 40 kg

24/7/2012 4 1. Mengkaji tingkat 1. Setiap ingin merubah posisi klien


ketidak mampuan selalu minta bantuan perawat atau
gerak klien. keluarga.
2. Menganjurkan klien 2. Klien tampak menggerakkan jari
untuk berlatih secara kakinya secara perlahan.
aktif dan pasif
3. Menjelaskan bahwa
dengan rajin berlatih 3. Klien dan keluarga dapat
dapat mempercapat mengerti penjelasan yang
proses penyembuhan. diberikan.

4. Membantu klien dalam


perawatan diri. 4. Klien tampak senang dan Hafazah
kooperatif.

25/7/2012 1 1. Mengkaji penyebab 1. Klien mengatakan nyeri kepala


nyeri : lokasi, atau pusing
intensitas, lamanya
nyeri, skala nyeri.
2. Menjelaskan kepada
klien penyebab nyeri
3. Mengajarkan klien
2. Klien dan keluarga dapat
teknik distraksi
mengerti penyebab nyeri.
relaksasi (nafas
3. Klien mau mencoba teknik yang
dalam).
diajarkan.
4. Mengukur perubahan
tanda-tanda vital.
5. Berkolaborasi dalam
pemberian
antihipertensi 4. Tekanan darah : 150/90 mmHg,
(Captopril 2x25 mg) nadi : 96 x /menit suhu : 370C,
82

Tgl Dx Implementasi Respon Hasil Paraf


respirasi : 18 x/menit.
5. Klien mendapatkan obat oral Hafazah
Captopril 2x25 mg

25/7/2012 2 1. Observasi tekanan 1. Tekanan darah:150/110 mmHg


darah
2. Amati warna kulit,
2. Turgor kulit klien menurun,
kelembaban, suhu,
CRT>2 detik.
dan masa pengisian
kapiler.
3. Catat adanya demarn
umum/ tertentu.
3. Suhu klien 37oC
4. Memberikan
lingkungan yang Hafazah
nyaman, tenang, 4. Klien tampak rileks dan tenang .
kurangi aktivitas /
keributan lingkungan,
batasi jumlah
pengunjung
Implementasi
lamanya tinggal.
5. Menganjurkan
teknik relaksasi,
panduan imajinasi
dan distraksi.
6. Berolaborasi dengan
dokter dalam 5. Klien tampak kooperatif
pembrian terafi anti
hipertensi, deuritik.

6. Klien dapat obat Captopril 2x1


83

Tgl Dx Implementasi Respon Hasil Paraf

25/7/2012 3 1. Mengidentifikasi 1. Klien mengatakan tidak ada


faktor yang dapat nafsu makannya karena klien
menimbulkan nafsu sering merasa nyeri saat
makan menurun bernafas
misalnya muntah
dengan ditemukannya
sputum yang banyak
ataupun dipsnea.
2. Menganjurkan klien
untuk oral hygiene
paling sedikit satu 2. Klien tampak menggosok
jam sebelum makan. giginya dengan menggunakan
3. Melakukan fasta gigi
pemeriksaan adanya
suara perilstaltik usus
3. Tidak ada suara peristaltik usus
serta palpasi untuk
mengetahui adanya
masa pada saluran
cerna.
4. Memberikan diit Hafazah
TKTP sesuai dengan
ketentuan
5. Membantu klien
istirahat sebelum
makan
4. Diberikan nasi yang disediakan
6. Menimbang berat
dari rumah sakit
badan setiap hari

5. Klien tampak susah tidur dan


istirahat

6. BB klien 40 kg

25/7/2012 4 1. Mengkaji tingkat 1. Setiap ingin merubah


84

Tgl Dx Implementasi Respon Hasil Paraf


ketidak mampuan posisi klien selalu minta
gerak klien. bantuan perawat atau
keluarga.
2. Klien tampak
2. Menganjurkan klien
menggerakkan jari kakinya
untuk berlatih
secara perlahan.
secara aktif dan
pasif
3. Menjelaskan bahwa 3. Klien dan keluarga dapat
dengan rajin mengerti penjelasan yang
berlatih dapat diberikan.
mempercapat proses
penyembuhan. Hafazah
4. Membantu klien
dalam perawatan 4. Klien tampak senang dan
diri. kooperatif.

3.5 Evaluasi

Tabel: 3.5. Evaluasi Keperawatan

Nama : Ny ”W” Dignosa Medis : Hipertensi

Umur : 65 Tahun No. RM : 04 82 41

Tabel 3.6 Evaluasi


Tgl Dx Evaluasi Paraf
24/7/201 1 S:
2 Klien mengatakan mengeluh nyeri kepala lagi
O :Klien tampak lemah
1. TTV dalam batas tidak normal:
2. TD :180/80mmHg
3. N :122x/menit
4. S :36,5oC
5. RR :22x/menit Hafazah
85

Tgl Dx Evaluasi Paraf


A:
Masalah teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.
- Kaji penyebab nyeri

- Ukur TTV klien

- Ajarkan klien tehnik relaksasi dan


distraksi
- Berkolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat
24/7/201 2 S : Klien mengatakan tidak merasa lemah lagi
2 pada saat beraktifitas
O:
1. Keadaan umum baik
2. Klien tampak sehat saat beraktifitas
3. TTV klien:
a. TD:180/100 mmHg
b. N :122x/menit
c. S :36,5oC
d. RR:22x/menit
Hafazah
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
- Ukur TTV klien

- Amati warna kulit klien

- Catat adanya demam

- Berikan lingkungan yang nyaman

- Anjurkan tehnik relaksasi dan


distraksi
86

Tgl Dx Evaluasi Paraf

- Berkolaborasi dengan tim medis


dalam pemberian obat

24/7/201 3 S : klien mengatakan tidak ada nafsu makan,


2 klien menghabiskan ¼ makanan yang telah
disediakan oleh Rumah Sakit habis.
O:
1. Mukosa bibir kering
2. Turgor kulit menurun
3. Tampak kurang sehat
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi faktor yang dapat
menimbulkan nafsu makan menurun Hafazah

- Anjurkan klien untuk oral heygiene

- Kaji turgor kulit klien

- Berikan diit TKTP

- Bantu klien istirahat sebelum makan

24/7/201 4 S:
2 1. Klien masij mengeluh pusing
87

Tgl Dx Evaluasi Paraf


2. Klien mengatakan bisa melakukan
aktivitas sebagian
O:
1. Keadaan umum klien tampak lemah
2. TD : 180 / 100 mmHg
3. RR : 22x / menit
4. N : 122x / menit
5. S : 36,5 ”0C
6. Klien tampak bisa melakukan aktivitas
secara mandiri
7. Klien tampak sehat
A:
Masalah teratasi sebagian Hafazah
P:
Intervensi dilanjutkan
- Kaji tingkat ketidakmampuan klien

- Anjurkan klien untuk berlatih secara


aktif dan pasif
- Bantu klien dalam perawatan diri
25/7/201 1 S:
2 Klien mengatakan mengeluh nyeri kepala lagi
O :Klien tampak lemah
1. TTV dalam batas tidak normal:
2. TD :170/80mmHg
3. N :120x/menit
4. S :36,5oC Hafazah
5. RR :21x/menit
A:
Masalah teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.
- Kaji penyebab nyeri

- Ukur TTV klien

- Ajarkan klien tehnik relaksasi dan


88

Tgl Dx Evaluasi Paraf


distraksi
- Berkolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat

25/7/201 2 S : Klien mengatakan tidak merasa lemah lagi


2 pada saat beraktifitas
O:
1. Keadaan umum baik
2. Klien tampak sehat saat beraktifitas
3. TTV klien:
a. TD:170/100 mmHg
b. N :121x/menit
c. S :36,5oC
d. RR:21x/menit
Hafazah
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
- Ukur TTV klien

- Amati warna kulit klien

- Catat adanya demam

- Berikan lingkungan yang nyaman

- Anjurkan tehnik relaksasi dan


distraksi
- Berkolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat
89

Tgl Dx Evaluasi Paraf

25/7/201 3 S : klien mengatakan tidak ada nafsu makan,


2 klien menghabiskan ¼ makanan yang telah
disediakan oleh Rumah Sakit habis.
O:
1. Mukosa bibir kering
2. Turgor kulit menurun
3. Tampak kurang sehat
A:
Masalah belum teratasi Hafazah
P:
Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi faktor yang dapat
menimbulkan nafsu makan menurun
- Anjurkan klien untuk oral heygiene

- Kaji turgor kulit klien

- Berikan diit TKTP

- Bantu klien istirahat sebelum makan

25/7/201 4 S:
2 1. Klien masih mengeluh pusing
2. Klien mengatakan bisa melakukan
aktivitas sebagian
O:
1. Keadaan umum klien tampak lemah
2. TD : 170 / 90 mmHg
3. RR : 21x / menit
90

Tgl Dx Evaluasi Paraf


4. N : 121x / menit
5. S : 36,5 ”0C
6. Klien tampak bisa melakukan aktivitas
secra mandiri
7. Klien tampak sehat
A:
Masalah teratasi sebagian
Hafazah
P:
Intervensi dilanjutkan
- Kaji tingkat ketidakmampuan klien

- Anjurkan klien untuk berlatih secara


aktif dan pasif
- Bantu klien dalam perawatan diri

26/7/201 1 S:
2 Klien mengatakan tidak mengeluh nyeri
O :Klien tampak baik
1. TTV dalam batas normal:
2. TD :140/80mmHg
3. N :82x/menit
4. S :36,5oC
5. RR :20x/menit Hafazah
A:
Masalah teratasi.
P:
Intervensi dihentikan
26/7/201 2 S : Klien mengatakan tidak merasa lemah lagi
2 pada saat beraktifitas
O:
91

Tgl Dx Evaluasi Paraf


1. Keadaan umum baik
2. Klien tampak sehat saat beraktifitas
3. TTV klien:
a. TD :140/80 mmHg
b. N :81x/menit
c. S :36,5oC
d. RR :20x/menit
Hafazah
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan

26/7/201 3 S : klien mengatakan ada nafsu makan, klien


2 menghabiskan makanan yang telah disediakan
oleh Rumah Sakit habis.
O:
1. Mukosa bibir kering Hafazah
2. Turgor kulit baik
3. Tampak sehat
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dihentika
26/7/201 4 S:
2 1. Klien mengeluh pusing
2. Klien mengatakan bisa melakukan
aktivitas sebagian

O:
1. Keadaan umum klien tampak lemah
2. TD : 140 / 80 mmHg
3. RR : 20x / menit
4. N : 80x / menit
92

Tgl Dx Evaluasi Paraf


5. S : 36,5 ”0C
6. Klien tampak bisa melakukan aktivitas
secra mandiri
7. Klien tampak sehat
A: Hafazah
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan

BAB 4
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini, penulis mencoba untuk menganalisa dan

menguraikan asuhan keperawatan pada kasus Hipertensi dengan menggunakan

proses keperawatan yang meliputi ; pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi, adapun uraiannya adalah

sebagai berikut:

4.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber

data untuk mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).

Dalam proses pengkajian penulis memperoleh data dengan

menggunakan metode wawancaradan observasi terhadap klien dan keluaraga

serta dengan perawatan ruangan.

4.1.1 Biodata

Dalam konsep teori yang perlu dikaji dalam biodata klien meliputi

nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk


93

rumah sakit, nomor registrasi, diagnosa, nama orang tua, alamat,

umur, pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku

bangsa. Sedangkan pada tinjauan kasus yang dikaji adalah tanggal

masuk, jam masuk rumah sakit, ruang dan kelas, nomor RM, tanggal

pengkajian, identitas klien dan identitas penanggung jawab.

Ditemukan kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus

yaitu tidak ditemukan pengkajian tentang no registrasi dan diagnose

medis.

4.1.2 Keluhan Utama

Dalam konsep disebut biasanya klien datang dengan keluhan

sakit kepala, epistaksis, pusing dan migran, rasa mudah lelah dan

mudah cepat marah, telinga berdengung sedangkan tinjauan kasus

juga ditemukan klien mengeluh pusing saja. Ditemukan kesenjangan

antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus yaitu tidak ditemukan

epistaksis, telinga berdengung.

4.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang

Pada umumnya data yang diperoleh pada pengkajian kasus

Ny.”W” sebagian besar sama dengan apa yang dimuat dalam konsep

teori, akan tetapi ada beberapa hal yang menjadi kesenjangan antara

konsep teori dan tinjauan Ny.”W” yaitu : Pada pengkajian riwayat

penyakit sekarang di tinjauan teori dimuat data pada keluhan, klien

sering menunjukkan sakit kepala, mudah capek,. Sedangkan pada

kasus terdapat keluhan klien yaitu : klien mengeluh pusing.. Tidak

ditemukan gejala lain seperti epistaksis, telinga berdengung, sesak

nafas dan mual muntah.


94

4.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu

Dalam konsep disebutkan Penyakit Hipertensi merupakan

penyakit yang kambuh berulang-ulang kali. Tetapi penyakit ini tidak

ada hubungan dengan penyakit yang pernah diderita dahulu. Terdapat

kesejangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus, karena pada

kasus didapatkan klien tidak pernah mengalami sakit yang diderita

saat ini.

4.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam konsep disebutkan bahwa pada penyakit keturunan, jadi

bila terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit ini dalam satu

keluarga kemungkinan keluarga yang lain juga akan mengalami

penyakit yang sama karena hipertensi adalah penyakit genetik atau

keturunan yang bisa timbul secara turun temurun. Terjadi kesenjangan

dalam konsep teori kasus dengan tinjauan kasus disebutkan Faktor

keturunan tidak berpengaruh dalam kasus Ny.”W” .

4.1.6 Riwayat Biopsikososial-Spiritual

1) Respirasi

Gejala atau tanda klinis yang didapatkan berdasarkan

konsep ditemukan kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup

monoton. Terdapat kesenjangan pada konsep teori dengan tijauan

kasus Tn.”w” pada konsep teori disebutkan klien mengalami

keterbatasan aktivitas karena pusing, cepat lelah dan lemah.

2) Nutrisi
95

Gejala atau tanda klinis yang didapatkan pada konsep teori

yaitu umumnya pada klien dengan hipertensi nafsu makan

menurun dan mengalami anoreksia, mual atau muntah. Tidak

kesenjangan pada konsep teori dengan tinjauan kasus klien

mengatakan klien tidak ada nafsu makan karena mual-muntah,

klien tidak mampu menghabiskan makanan yang telah disediakan

dari rumah sakit.

3) Kebutuhan personal higiene

Gejala atau tanda klinis yang didapatkan pada konsep teori

yaitu kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan personal hygine

biasanya di bantu oleh keluarga atau perawat berkaitan dengan

kelemahan yang dialami, sedangkan pada tinjauan kasus Ny.”W”

klien mengatakan selama di rumah sakit, hanya dilap dengan air

hangat oleh keluarganya. Tidak ada kesenjangan yang ditemukan

karena pada konsep teori dengan tinjauan kasus Ny.”W”, pada teori

didapatkan kebutuhan personal hygiene biasanya dibantu oleh

keluarganya, dan pada tinjauan kasus Ny.”W” kebtuhan peraonal

hygiene juga dibantu oleh keluarganya.

4) Kebutuhan istirahat tidur

Tanda atau gejala klinis yang didapatkan pada konsep teori

yaitu klien sering mengalami kurang tidur karena mengalami


96

sakit/nyeri kepala atau pusing, sedangkan pada tinjauan kasus

Ny.”W” klien mengatakan istirahat tidurnya terganggu dan sering

terbangun pada malam hari karena merasa pusing. Terjadi

kesenjangan pada konsep teori dengan dengan tinjauan kasus

Ny.”W” yiatu pada tinjauan kasus klien mengatakan istirahat

tidurnya terganggu dan sering terbangun pada malam hari karena

nyeri pada ulu hati dan suasana Rumah Sakit, klien hanya dapat

tidur 5-6 jam/hari.

5) Pola eliminasi

Tanda atau gejala klinis yang didapatkan pada konsep teori

yaitu gangguan ginjal sedangkan pada tinjauan kasus klien

mengatakan selama di Rumah Sakit klien tidak mengalami

penyakit ginjal. Terjadi kesenjangan pada konsep teori dengan

tinjauan kasus.

6) Pola aktifitas

Tanda atau gejala klinis yang didapatkan pada konsep teori

yaitu pada klien hipertensi terjadi kelemahan, letih dan semua

aktivitas klien dibantu sama keluarga. Sedangkan pada tinjaun

kasus Ny.”W” kien selalu dibantu oleh perawat/keluarga. Tidak

terdapat kesenjangan pada konsep teori dengan tinjauan kasus

karena kebutuhan aktiftas dibantu oleh perawat/keluarga.


97

7) Kebutuhan aman dan nyaman

Tanda atau gejala klinis yang didapatkan pada konsep teori

yaitu klien hipertensi mengalami gejala angina. Sedangkan pada

tinjauan kasus Tn.”W” klien mengat (penyakit arteri koroner dan

sakit kepala dan akan merasa tidak nyaman karena nyeri kepala.

Terjadi kesenjangan pada teori dan tinjauan kasus karena nyeri

yang dirasakan pada tinjauan kasus yaitu klien mengatakan merasa

tidak nyaman karena nyeri pada kepala dan nyeri akibat penyakit

angina.

8) Pola pengaturan suhu tubuh

Tanda atau gejala klinis yang didapatkan pada konsep teori

yaitu klien hipertensi biasanya tidak terjadi peningkatan suhu

tubuh. Sedangan pada tinjauan kasus Ny.”W” klien mengtakan

badannya tidak mengalami. Tidak terjadi kesenjangan pada konsep

teori dengan tinjauan kasus.

9) Kebutuhan bermain dan rekreasi

Tanda atau gejala klinis yang didapatkan pada konsep teori

yaitu pada klien hipertensi mengalami keterbatasan dalam

bergerak, sehingga klien tidak bisa bermain dan rekreasi.

Sedangkan pada tinjauan kasus Ny.”W” klien hanya berbaring di

tempat tidur, tidak bisa berekreasi dengan keluarganya. Tidak


98

terjadi kesenjangan pada konsep teori dengan tinjauan kasus.

10) Kebutuhan spitual

Tanda atau gejala klinis yang didapatkan pada konsep teori

yaitu klien tidak bisa melaksanakan ibadah karena sakitnya.

Sedangkan pada tinjauan kasus Ny.”W” klien mengatakan tidak

pernah melaksanakan ibadah seperti biasanya, klien hanya berdoa

untuk kesembuhannya saja. Tidak terjadi kesnjangan pada konsep

teori dengan tinjauan kasus.

11) Kebutuhan belajar

Tanda atau gejala klinis yang didapatkan pada konsep teori

yaitu dijelaskan bagaiamana tingkat pengetahuan klien dan

keluarga. Sedangkan pada tinjauan kasus Ny.”W” kebutuhan

belajarnya terganggu karena sakit yang dideritanya.Terjadi

kesenjangan pada konsep teori dan tinjauan kasus.

12) Kebutuhan bekerja

Tanda atau gejala klinis yang didapatkan pada konsep teori

yaitu klien tidak dapat melakukan aktivitas yang biasa dilakukan

klien setiap harinya. Sedangkan pada tinjauan kasus Ny.”W” Klien

mengatakan tidak bisa pergi bekerja seperti biasa karena

keadaannya yang sakit. Tidak terjadi kesenjangan pada konsep

teori dengan tinjauan kasus.

13) Kebutuhan berpakaian

Tanda atau gejala klinis yang didapatkan pada konsep teori

yaitu pada klien hipertensi kebutuhan berpakaian di bantu oleh


99

perawat/keluarga. Sedangkan pada tinjauan kasus Ny.”W” klien

mengatakan kebutuhan berpakaian dibantu oeleh keluarganya, dan

mengganti pakaiannya 2x/hari. Tidak terjadi kesenjangan pada

konsep teori dan tinjauan kasus.

14) Pola komunikasi

Tanda atau gejala klinis yang didapatkan pada konsep teori

yaitu bagaimana klien dengan keluarga dan orang lain dan cara

bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Seadangkan

pada tinjauan kasus Ny.”W” klien mengatakan tidak mampu

berinteraksi dengan baik seperti biasanya, karena sakit yang

diderita klien. Tidak terjadi kesenjangan pada konsep teori dengan

tinjauan kasus.

4.1.7 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada konsep dasr dengan tinjauan kasus ,

penulis tidak menemukan kesenjangan yang bermakna.

4.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pada konsep teori pemeriksaan penunjang yang dilakukan

yaitu pemeriksaan darah seperti HB, BUN atau kreatinin, glukosa,

kalium serium, kalsium serum, kolesterol dan trigliserida serum,

pemeriksaan urine seperti kadar serum, urinalisa, VMA urine, asam

urat dan steroid urine, IVP, foto dada, CT-Scan dan EKG. Sedangkan

pada tinjauan kasus Ny.”W” dlakukan pemeriksaan HB, BUN atau

kreatinin, glukosa, kalium serium, kalsium serum, kolesterol dan

trigliserida serum, pemeriksaan urine seperti kadar serum, urinalisa,


100

VMA urine, asam urat dan steroid urine,dan tidak dilakukan

pemeriksaan foto dada, IVP, foto dada, CT-Scan dan EKG. Terdapat t

kesenjangan pada konsep teori dengan tinjauan kasus Ny.”W”.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu

atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,

menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Carpenito, 2000).

Pada pembahasan diagnosa keperawatan, klien dengan hipertensi

dalam konsep teori didapatkan 4 diagnosa keperawatan dan dalam kasus nyata

ditemukan 4 diagnosa keperawatan juga yakni Nyeri (akut atau kronis) sakit

kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler, Resiko tinggi

terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,

vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertrofi atau rigiditas (kekakuan)

ventrikuler, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi in adekuat, mual muntah, Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan O2.

Dari penjelasan di atas tidak didapatkan kesenjangan antara konsep

teori dengan kasus karena semua diagnosa yang ada di teori juga terdapat di

konsep kasus.

4.3 Rencana Keperawatan


101

Perencanaan merupakan langkah penentuan apa yang akan dilakukan

untuk membantu klien memenuhi kebutuhan kesehatan dan mengatasi

masalah keperawatan yang telah ditemukan. Kegiatan dalam tahap

perencanaan ini adalah menentukan prioritas masalah keperawatan dan

menyusun rencana perawatan, dalam perencanaan ini meliputi penetapan

tujuan yang ingin dicapai dan rencana tindakan yang terdiri dari tindakan

keperawatan, tindakan observasi dan penyuluhan, serta pelaksaan program

terapi dokter maupun terapi dari ahli gizi, merasionalisasikan tindakan yang

direncanakan, kemudian yang terakhir adalah rencana evaluasi (A. Aziz

Alimul H, 2004 )

Pada tahap perencanaan, penulis sudah mencoba mengaplikasikan

berdasarkan konsep yang ada dan dalam penyusunan rencana keperawatan

harus berdasarkan landasan teori yang relevan, disesuaikan dengan kebijakan

program keperawatan yang ada di ruangan.

4.4 Tindakan Keperawatan/Pelaksanaan

Tindakan keperawatan merupakan tahap dimana peran perawat

merealisasikan rencana keperawatan ke dalam tindakan keperawatan yang

nyata dan langsung kepada klien.

Dalam tahap ini, perawat tidak hanya melakukan tindakan

keperawatan saja tetapi juga melaporkan tindakan yang telah dilakukan

tersebut sekaligus respon klien, dan mendokumentasikan nya ke dalam

catatan perawatan klien.

Secara teori sifat - sifat tindakan perawatan meliputi : pemberian


102

tindakan keperawatan, tindakan observasi, penyuluhan, pelaksanaan terapi.

Dimana dalam tindakan perawatan ini langsung mengatasi masalah

keperawatan yang terjadi pada klien.

Pada tahap pelaksanaan, dalam kasus nyata, tidak semua intervensi

keperawatan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan. Hal ini disebabkan

beberapa faktor seperti:

1. Keterbatasan fasilitas sarana/prasarana yang ada di RSUP NTB

2. Sumber dana yang terbatas

3. Waktu pelaksanaan yang terbatas

Pelaksanaan asuhan keperawatan yang bersifat independen dan kolaboratif

selalu disesuaikan dengan rencana asuhan keperawatan. Dalam

pelaksanaannya penulis tidak dapat mengikuti terus selama 24 jam. Tetapi

penulis selalu memantau melalui dokumentasi asuhan keperawatannya.

4.5 Evaluasi

Tahap Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses

keperawatan dimana dalam tahap ini merupakan tahap penilaian keberhasilan

suatu asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan dan ditulis dalam catatan

perkembangan dalam bentuk SOAPI, Evaluasi dilaksanakan secara

berkesinambungan dengan cara mengamati langsung perubahan kondisi

kesehatan klien, dan untuk menilai apakah asuhan keperawatan yang telah

dilaksanakan kepada klien berhasil atau tidak dan harus sesuai dengan
103

rencana keperawatan yang telah dibuat (A. Aziz Alimul H, 2004).

Dengan evaluasi dapat di ketahui tingkat perkembangan atau

keberhasilan dari tindakan keperawatan yang diberikan dengan pedoman

SOAP, untuk memudahkan menilai perkembangan atau keberhasilan dari

tindakan keperawatan yang telah dilakukan.


104

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, menulis membuat

kesimpulan yang akan diuraikan berdasarkan 5 tahap proses keperawatan

yaitu; pengkajian, diagnosa kperawatan, rencana keperawatan, tindakan

keperawatan dan evaluasi

5.1.1. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk

mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui

masalah dan kebutuhan keperawatan seorang klien.

Adapun dalam gambaran kasus pengkajian yang dilakukan

atau dikumpulkan semua dapat dilaksankan sebagaimana yang

dijelaskan pada landasan teori.

Dan untuk mendapatkan data yang relevan dengan

permasalahan, maka diperlukan keterampilan tekhnik komuniksi,

penelitian dan waktu yang cukup serta dilengkapi dengan format

pengkajian yang sesuai dengan masalah yang akan dikaji.

5.1.2. Diagnosa keperawatan

Merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga

atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosis keperawatan dapat

memberikan dasar pemilihan intervensi untuk menjadi tanggung gugat


105

perawat.

5.1.3. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses kegiatan menentukan

langkah untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu.

Komponen yang terpenting dalam perencanaan adalah

memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan yang akan dicapai

dalam menentukan masalah dan menentukan rencana tindakan

keperawatan.

Dalam menyusun rencana tindakaan, sebagaimana yang

telah di gambarkan dalam landasan teori dan gambaran kasus sudah

dapat penulis laksanakan dengan baik

5.1.4. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah proses untuk melaksanakan kegiatan

yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan dan untuk

menanggulangi masalah yang dihadapi oleh klien.

Perawat melakukan tindakan keperawatan pada Ny.”W”

sesuai dengan rencana perawatan yang telah dibuat. Pada tahap

pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.”W” tindakan keperawatan

semua sudah dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang

disusun pada gambaran kasus.

5.1.5. Evaluasi

Pada tahap penilaian atau evaluasi penulis menggunakan

metode SOAP ( Subyektif, Obyektif, Analisa, Planing ). Dari dari


106

ketiga diagnosa keperawatan yang muncul, semua diagnosa dapat

teratasi, hal ini disebabkan karena penyakit yang dialami klien masih

bersifat sedang dan telah mendapat penanganan yang baik.

5.2. Saran

Dari uraian di atas penulis mencoba untuk memberikan beberapa

saran untuk kemampuan pelaksanaan asuhan keperawatan yang selanjutnya,

diantaranya adalah:

5.2.1 Rumah Sakit

Memberikan masukan bagi rumah sakit dalam meningkatkan mutu

pelayanan dan pengawasan kesehatan khususnya pada penderita

Hipertensi.

5.2.2 Instansi Pendidikan

Menambah perbendaharan pendidikan dalam bidang Ilmu pengetahuan

agar dapat diajarkan dan dikembangkan untuk generasi selanjutnya.

5.2.3 Perawat

Dapat meningkatkan mutu pelayanan perawat.


107

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Rahayu. (2000). Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta: PT.Rineka


Cipta.

Arikunto. (1997). Manajemen Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta

Brunner dan Suddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8.Volume 1. Jakarta:EGC.

Carpenito. (2000). Diagnosa Keperawatan Pada Ilmu Penyakit Dalam.


Jakarta:EGC

Curnelia, et all (2007). Dokumentasi keperawatan. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E.(2000) Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC.

Dongoes dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Merencanakan dan mendokumentasian Perawatan Pasien Penerbit
buku Kedokteran Jakarta: EGC.

Evely C. Pearce. (2002). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC.

Fisbach T.F., (1991). Dokumentasi keperawatan. Jakarta: EGC.

Gapko Dawn, (2008). Dokumentasi keperawatan. Jakarta: EGG

Gurley L. (2002). Advantages and Disadvantages of the Electronic Medical


Record, diakses pada tanggal 3 Maret 2012.

Hidayat, A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan .Edisi 3. Jakarta:


Salemba Medika

Hudak, Gallo. (1997). Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Ed.VI. Vol.1


Jakarta: EGC

Ignativicius . (1991). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Gaya Baru.

Jasun. (2006). Aplikasi proses keperawatan dengan pendekatan , Nanda NIC;,


NOC dalam komputer informasi munajemen keperawatan
Disampaikan pada seminar di RSU Banyumas.

Kozier, et all. (1995). Fundamentals of nursing: concepts process andpractice,


108

fourth edition, Addison Wesley, California.

Mansjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius.

Marelli. (1996). New Worl Dictionary Nurses in America. Los Angeles: Jackson.

Marylynn. E. Doengus. (2000). Rencana Asuhan Keperawatun, Edisi 3, Jakarta :


EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Potter Yatricia. (2005). Buku Ajar Fundamental keperawatan. Jakarta: EGC.

Sitorus, R. (2004). Konsep proses keperawatan Menggunakan Nanda, NIC dun


NOC.

Smeltzer. (2001). Asuhan Keperawatan pada Sistem Kardiovaskuler. Jakarta:


Gaya Baru.

Suyono, H. Slamet. (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3,
EGC. Jakarta.

Sylvia Anderson. (2000). Patofisiology Penyakit, Edisi 4, Penerbit Jakarta: EGC


Buku Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai