Anda di halaman 1dari 17

RESUME

“PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS”

KELOMPOK IX :

MUHAMAD VALDI JAUHARI (192403SM)

I NYOMAN ARI SUTRISNA (192413SM)

NURFATWATI HADYA (192383SM)

SELLA FATRA LAILI KAMALIN (192411SM)

KELAS : B

SEMESTER : VI

JENJANG PENDIDIKAN PROGRAM SARJANA (S1)

JURUSAN MANAJEMEN PROGRAM STUDI STRATA SATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM

2022
A. Konsep Biaya Relevan Dan Biaya Tidak Relevan
Konsep Biaya Relevan
Biaya relevan (relevant cost) adalah suatu konsep biaya yang dapat digunakan dalam
keputusan tertentu yang berhubungan dengan alternatif yang akan dipilih. Dua kriteria
biaya relevan adalah :
(1)diperkirakan akan terjadi pada masa yang datang, dan
(2)berbeda di antara berbagai alternatif.
Konsep umum biaya relevan terdiri dari biaya dan diferensial, biaya tambahan, biaya
kesempatan, biaya terhindarkan, dan biaya yang dapat dikendalikan. Konsep dasarnya
adalah biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda.
 Biaya diferensial (differential cost) adalah perbedaan atau selisih biaya antar dua
alternatif atau lebih.
 Biaya tambahan (incremental cost) yaitu kenaikan atau tambahan biaya yang
akan terjadi karena memilih suatu alternatif.
 Pendapatan diferensial (differential revenue) yaitu suatu perbedaan atau selisih
pendapatan antara dua alternatif umumnya berupa incremental revenue atau suatu
kenaikan atau tambahan pendapatan karena memilih suatu alternatif. Jadi
merupakan kebalikan dari konsep biaya tambahan.
 Biaya kesempatan (opportunity cost) yaitu potensi perolehan keuntungan berupa
pendapatan atau penghematan biaya yang hilang karena memilih suatu
alternative.
 Biaya tenggelam (sunk cost) yaitu biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah
oleh suatu keputusan yang dibuat sekarang atau pada masa yang akan datang.
 Biaya terhindarkan (avoidable cost) yaitu suatu biaya yang dapat dihilangkan
seluruhnya atau sebagian sebagai akibat dari pemilihan satu alternatif dalam suatu
pengambilan keputusan. Kebalikannya adalah biaya yang tidak dapat dihilangkan
karena memilih alternatif yang lain disebut biaya tidak terhindarkan (unavoidable
cost).
Misalnya; kalau membeli mobil bekas PT X akan menanggung biaya perbaikan
Rp 1.000.000,- per tahun. Kalau membeli mobil baru maka selama 5 tahun
pertama akan bebas dari biaya perbaikan. Dengan demikian biaya perbaikan
mobil menjadi biaya terhindarkan bagi PT X bila membeli mobil baru. Sebaliknya
biaya tak terhindarkan terdiri :
(1)biaya tenggelam, dan
(2)biaya masa yang akan datang yang tidak berbeda di antara berbagai alternatif.
Konsep-konsep biaya tersebut dalam penerapannya dapat digunakan sebagai dasar
analisis keputusan khusus seperti keputusan membeli atau membuat sendiri, memenuhi
atau menolak pesanan khusus, mempertahankan atau menutup segmen usaha dan lain
sebagainya. Untuk mengidentifikasi biaya-biaya yang dapat dihindarkan dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Kumpulkan semua biaya yang berhubungan dengan tiap alternatif yang sedang
dipertimbangkan.
2. Eliminasi biaya-biaya yang merupakan biaya tenggelam.
3. Eliminasi biaya-biaya yang tidak berbeda di antara berbagai alternatif.
4. Buat keputusan berdasarkan biaya-biaya yang tersisa. Biaya-biaya ini akan menjadi
biaya diferensial atau biaya terhindarkan, oleh karena itu relevan dipertimbangkan
dalam pembuatan keputusan yang akan diambil.
Pengelompokan biaya-biaya sebagai biaya relevan dan biaya tidak relevan
diperlukan oleh manajemen paling tidak untuk dua alasan. Yang pertama bahwa
penggunaan biaya tidak relevan yang bercampur dengan biaya relevan dapat
mengaburkan perhatian dan pengambilan keputusan dari hal-hal yang sebenarnya kritis
bagi masalah yang sedang dihadapi. Yang kedua, hanya sedikit informasi yang tersedia
secara rinci dalam menyiapkan laporan laba rugi. Dalam laporan laba rugi konvensional
biaya-biaya dikelompokkan menurut fungsi-fungsi organisasi, bukan menurut tujuan
pengambilan keputusan taktis.

Biaya Tidak Relevan


Suatu biaya tidak relevan dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif bila tidak
memenuhi dua karakteristik biaya relevan yang dikemukakan diatas. Termasuk dalam
kriteria ini adalah biaya-biaya masa lalu dan biaya masa yang akan datang yang tidak
berbeda di antara alternatif, Biaya masa lalu dikatakan tidak relevan karena dalam
pengambilan keputusan biaya semacam ini tidak terpengaruh oleh alternative keputusan
yang akan diambil. Hal itu disebabkan suatu keputusan tidak dapat menghilangkan
biaya masa lalu tersebut karena biaya masa lalu tidak bisa lagi dikendalikan pada saat
ini atau masa yang akan datang. Seperti dikemukakan di atas bahwa biaya tenggelam
misalnya, merupakan contoh biaya yang sudah terjadi pada masa lalu. Biaya ini tidak
dapat dikendalikan oleh manajemen saat ini dan biayanya tidak relevan untuk
dipertimbangkan dalam alternatif keputusan.
Biaya yang tidak berbeda di antara berbagai alternative keputusan juga merupakan
biaya yang tidak relevan. Misalkan manajemen mempertimbangkan dua alternatif
keputusan. Kalau kedua alternatif tersebut memiliki unsur biaya yang sama jumlah dan
komponennya maka biaya-biaya tersebut tidak perlu dipertimbangkan karena
memberikan efek yang sama pada kedua alternative keputusan. Hal ini kelihatannya
sederhana tetapi untuk memudahkan analisis diperlukan pengenalan terhadap konsep-
konsep biaya ini agar tidak menyita waktu dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang
harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan. Tidak semua pengambil
keputusan memiliki kejelian yang sempurna dalam kesibukannya untuk
mengidentifikasi biaya relevan dan tidak relevan. Makin besar konteks keputusan
makin rinci pula elemen biaya yang harus dipertimbangkan.
Sebagai ilustrasi PT JAKASAIN mempertimbangkan alternatif membeli mesin baru
atau mempertahankan mesin lama. Dengan pembelian mesin baru maka mesin lama
akan segera ditarik dari pemakaian. Misalkan struktur biaya dan pendapatan kedua
alternatif adalah:

Memakai Membeli
Mesin Lama Mesin Baru
Penjualan…………………………......... Rp. 25.000 Rp. 25.000
Biaya-biaya variable…………………… 17.250 15.000
Penyusutan mesin baru………………… - 2.500
Penyusutan mesin lama………………… (1.750) (1.750)
Penghapusan nilai buku mesin lama…… - 1.125

Dengan menggunakan kriteria biaya relevan yang dikemukakan diatas, contoh ini
dapat menunjukkan bahwa biaya penyusutan mesin lama sebesar Rp 1.750 bukan biaya
relevan karena keputusan alokasinya sudah terjadi pada masa lalu dan tidak dapat
diubah karena adanya alternatif membeli mesin baru. Bila membeli mesin baru, pada
tahun berjalan penyusutan tersebut masih akan diperhitungkan bersama-sama dengan
penghapusan nilai buku mesin lama sebesar Rp 1.125 yang menjadi biaya relevan
karena dengan pembelian mesin baru maka mesin lama akan segera ditarik dari
pemakaian dan nilainya akan dihapuskan. Kalau tidak membeli mesin baru maka
penghapusan ini belum akan terjadi. Oleh karena itu nilai residu mesin lama menjadi
elemen biaya relevan.

Dengan data di atas, keuntungan bersih dari penggunaan mesin baru sebesar Rp 875
dapat diidentifikasi sebagai selisih biaya-biaya diferensial dari alternatif perhitungan di
bawah ini :

Memakai Membeli Biaya


Mesin Lama Mesin Baru Diferensial
Penjualan…………………………... Rp. 25.000 Rp. 25.000 Rp. 0
Biaya-biaya variable………………. 17.250 15.000 2.250
Penyusutan mesin baru……………. - 2.500 (2.500)
Penyusutan mesin lama……………. (1.750) (1.750) -
Penghapusan nilai buku mesin lama - 1.125 1.125
Laba usaha………………………... Rp. 6.000 Rp. 6.875 Rp. 875

Perlakuan yang sama juga bisa digunakan untuk biaya masa yang akan datang tetapi
jumlahnya tidak berbeda di antara alternatif. Misalnya sebuah mesin baru akan dibeli
dengan harga Rp 750.000,- dan mempunyai umur ekonomis 10 tahun. Berikut adalah
perbandingan struktur biaya sebelum dan sesudah membeli mesin baru.

Mesin Lama Mesin Baru


Unit produksi dan penjualan…………….. 3000 unit 3000 unit
Harga jual per unit………………………... Rp. 10.000 Rp. 10.000
Biaya bahan langsung per unit…………... 3.500 3.500
Biaya tenaga kerja langsung per unit……. 2.000 1.250
Biaya overhead per unit…………………. 500 500
Biaya tetap lain-lain……………………… 1.550.000 1.550.000
Biaya tetap penyusutan mesin baru……... - 750.000

Dari contoh ini dapat diidentifikasi bahwa biaya-biaya relevannya terdiri dari biaya
tenaga kerja langsung dan biaya tetap untuk penyusutan mesin baru. Mesin baru
memungkinkan penghematan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 750 atau (Rp
2.000 - Rp 1.250) per unit produk. Selain itu akan menaikkan biaya tetap sebesar Rp
750.000 per tahun yang berasal dari penyusutan mesin baru. Sehingga total
penghematan biaya menjadi Rp 1.500.000 yang dapat dihitung sebagai berikut:

Penghematan biaya tenaga kerja langsung,


Rp. 2. 250.000
(3.000 unit x 750 per unit)………………………………………
Dikurangi kenaikan biaya tetap-penyusutan mesin baru..... 750.000
Penghematan bersih tahunan dari penggunaan mesin baru. Rp. 1.500.000

Dalam hal ini harga jual, biaya bahan langsung, biaya overhead variabel, dan biaya
tetap lainnya selain penyusutan mesin baru merupakan biaya masa datang yang tidak
relevan. Hal itu disebabkan jumlah tiap elemen biaya yang tidak berbeda di antara
alternatif yang ada.

Mempertahankan Atau Menutup Segmen


Salah satu contoh analisis keputusan yang dibuat dengan menggunakan konsep biaya
relevan adalah keputusan mempertahankan atau menutup segmen. Model analisis ini
kemudian dapat dimodifikasi untuk keputusan lain yang sejenis. Misalnya keputusan
mempertahankan atau menghapuskan suatu produk, dan lain sebagainya. Kriteria yang
digunakan dalam keputusannya adalah suatu produk, divisi atau segmen lain akan
ditutup bila biaya tetap terhindarkan lebih besar dari marjin kontribusi segmen tersebut.
Sebaliknya, suatu segmen akan dipertahankan sepanjang biaya tetap terhindarkannya
lebih kecil dari marjin kontribusinya.
Sebagai ilustrasi, misalkan PT EKA KARYA sebuah mini market yang menjual
makanan ringan dan mainan anak-anak. Pada tahun 1998 perusahaan mendapat laba Rp
5.400 yang terdiri dari laba divisi makanan ringan Rp 16.200 dan divisi mainan anak-
anak rugi Rp 10.800. Karena mengalami kerugian maka manajemen PT EKA KARYA
mempertimbangkan untuk menghapuskan divisi mainan anak-anak. Laporan laba rugi
divisional perusahaan tahun 1998 adalah sebagai berikut:
Total Makanan Mainan
Penjualan…………………….... Rp. 168.750 Rp. 101.250 Rp. 67.500
Biaya-biaya variabel………….. 74.250 33.750 40.500
Marjin kontribusi……………... Rp. 94.500 Rp. 67.500 Rp. 27.000
Biaya-biaya tetap:
-Gaji………………………….... Rp. 27. 675 Rp. 16.875 Rp. 10.800
-Iklan………………………….. 18.900 10.125 8.775
-Fasilitas umum……………….. 2.025 675 1.350
-Penyusutan…………………... 5.400 2.700 2.700
-Sewa………………………….. 13.500 8.100 5.400
-Asuransi…………………….... 1.350 675 675
-Administrasi dan umum……... 20.250 12.150 8.100
Total biaya tetap………………. Rp. 89.100 Rp. 51.300 Rp. 37.800
Lama (Rugi) usaha……………. Rp. 5.400 Rp. 16.200 Rp. (10.800)

Dengan laporan tersebut manajemen seyogianya tidak langsung menutup divisi


mainan anak-anak. Penutupan divisi ini bahkan dapat berakibat menimbulkan kerugian
bagi perusahaan secara keseluruhan. Hal itu disebabkan dalam laporan laba rugi divisi
mainan anak-anak masih terdapat biaya-biaya tetap yang tidak akan hilang karena
penutupan divisi yang bersangkutan. Bila divisi ini ditutup maka biaya tersebut dengan
sendirinya akan menjadi beban bagi divisi yang tertinggal. Oleh karena itu maka untuk
memutuskan menutup divisi yang rugi atau tidak harus dibuat perbandingan antara
marjin kontribusi divisi dengan biaya-biayanya yang dapat dihindarkan.

Biaya-biaya relevan dari analisis biaya terhindarkan dan biaya tak terhindarkan
tersebut akan menjadi penambah laba dalam perhitungan laba rugi untuk alternatif
menghapuskan divisi mainan anak-anak. Dengan menghapuskan divisi mainan anak-
anak maka semua biaya ter hindarkan akan hilang atau tidak akan terjadi lagi. Tetapi
biaya tak terhindarkan akan menjadi tambahan beban biaya bagi divisi makanan ringan.
Sebelum memutuskan penghapusan tersebut, manajemen dapat mengidentifikasi biaya-
biaya tetap yang dapat dihindarkan dan biaya tetap yang tidak dapat dihindarkan
sebagai berikut:
Total Biaya Biaya Tetap Biaya tidak
Tetap Terhindarkan Terhindarkan
Gaji……………………... Rp. 10.800 Rp. 10.800 Rp. -
Iklan……………………. 8.775 8.775 -
Fasilitas umum…………. 1.350 - 1.350
Penyusutan……………... 2.700 - 2.700
Sewa……………………. 5.400 - 5.400
Asuransi………………... 675 675 -
Administrasi dan umum.. 8.100 - 8.100
Total……………………. Rp. 37.800 Rp. 20.250 Rp. 17.550

Dengan data biaya terhindarkan Rp 20.250, penutupan divisi mainan anak-anak akan
menyebabkan penurunan laba sebesar Rp 6.750 yang berupa selisih marjin kontribusi
yang hilang, Rp 27.000 dengan biaya terhindarkan Rp 20.250. Perubahan struktur
pendapatan dan biaya sebagai berikut:

Kenaikan
Tanpa Divisi
Divisi Mainan (Penurunan)
Mainan
Laba Bersih
Penjualan………………... Rp. 67.500 Rp. - Rp. (67.500)
Biaya-biaya variabel……. 40.500 - (40.500)
Marjin kontribusi……….. Rp. 27.000 Rp. - Rp. (27.000)
Biaya-biaya tetap:
-Gaji…………………….. Rp. 10.800 Rp. - Rp. 10.800
-Iklan……………………. 8.775 - 8.775
-Fasilitas umum………… 1.350 1.350 -
-Penyusutan…………….. 2.700 2.700 -
-Sewa……………………. 5.400 5.400 -
-Asuransi………………... 675 - 675
-Administrasi dan umum.. 8.100 8.00 -
Total biaya tetap………... Rp. 37.800 Rp. 17.550 Rp. 20.250
Laba (Rugi) usaha………. Rp. (10.800) Rp. (17.550) Rp. (6.750)
Seperti diperlihatkan pada kolom kenaikan/penurunan laba bersih dari ikhtisar di
atas, laba usaha seluruh perusahaan akan turun sebesar Rp 6.750 bila lini mainan anak-
anak dihapuskan. Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa:

(1)Marjin kontribusi Divisi Mainan Anak-anak masih dapat menutupi biaya-biaya tetap
divisinya,
(2)Kalau Divisi Mainan Anak-anak ditutup maka biaya tetap divisi akan menjadi beban
divisi lain, dan
(3)Bila divisi mainan anak-anak ditutup maka divisi yang tersisa akan menanggung
biaya tetap tidak terhindarkan yang semula ditanggung oleh divisi mainan anak-
anak.

Konsekuensi selanjutnya, secara keseluruhan perusahaan akan menderita rugi


sebesar Rp 1.350 dibanding sebelumnya memperoleh laba Rp 5.400. Dengan demikian
profitabilitas perusahaan akan menjadi lebih rendah dibanding sebelum menutup divisi
mainan anak-anak. Atau secara total perbandingan laba rugi sebelum dan sesudah
penutupan divisi mainan anak-anak dapat disajikan pada ikhtisar di bawah ini.

Kenaikan
Menutup
Total (Penurunan)
Divisi Mainan
Laba Bersih
Penjualan………………... Rp. 168.750 Rp. (67.500) Rp. 101.250
Biaya-biaya variabel……. 74.250 (40.500) 33.750
Marjin kontribusi……….. Rp. 94.500 Rp. (27.000) Rp. 67.500
Biaya-biaya tetap:
-Gaji…………………….. Rp. 27.675 Rp. 10.800 Rp. 16.875
-Iklan……………………. 18.900 8.775 10.125
-Fasilitas umum………… 2.025 - 2.025
-Penyusutan…………….. 5.400 - 5.400
-Sewa……………………. 13.500 - 13.500
-Asuransi………………... 1.350 675 675
-Administrasi dan umum.. 20.250 - 20.250
Total biaya tetap………... Rp. 89.100 Rp. 20.250 Rp. 68.850
Laba (Rugi) usaha………. Rp. 5.400 Rp. (6.750) Rp. (1.350)
Dalam hal ini biaya tetap terhindarkan lebih kecil dari marjin kontribusinya sehingga
divisi mainan anak-anak sebagai divisi yang rugi menurut laporan laba rugi
konvensional sebaiknya jangan ditutup.

DD. Pengambilan Keputusan Taktis


Keputusan Membuati Atau Membeli
Karena berbagai faktor persaingan sebagian perusahaan melakukan penguasaan jalur
bisnis dari hulu ke hilir. Dalam manajemen strategi cara ini dikenal sebagai strategi
integrasi vertikal yang dapat diberikan batasan sebagai keterlibatan sebuah perusahaan
dalam lebih dari satu tahap extracting atau lainnya untuk menjamin ketersediaan
pemasokan bahan baku dasar, pabrik sampai dengan distribusi barang jadinya.
Termasuk dalam contoh perusahaan ini adalah integrasi vertikal pabrik tekstil
memiliki usaha perkebunan kapas dan industri pemintalan sekaligus sampai distribusi
tekstilnya. Contoh lain adalah pabrik minuman teh botol dengan kebun tehnya, pabrik
roti/mie dengan impor gandum dan pabrik terigunya. Masalah yang dapat diselesaikan
dengan konsep biaya relevan dari model strategi ini adalah keputusan taktik untuk
membeli suatu produk dari luar atau membuatnya sendiri. Untuk keputusan semacam
ini dapat digunakan konsep biaya relevan berupa biaya terhindarkan. Dari semua
elemen biaya yang ada, biaya-biaya terhindarkan ini dapat diketahui dengan
mengeliminasi:
(1) biaya tenggelam, dan
(2) biaya masa datang yang akan terus terjadi tanpa mempertimbangkan apakah
suatu produk dibuat sendiri atau dibeli dari luar.
Kriteria keputusannya adalah penawaran dari luar akan diterima bila biaya
terhindarkan lebih besar dari harga beli dari luar. Sebaliknya penawaran akan ditolak
bila biaya terhindarkan lebih kecil dari harga beli dari luar. Sebagai contoh keputusan
membuat atau membeli misalkan PT JAKASAIN merakit alat-alat elektronik. Setiap
minggu memproduksi dan memakai sebanyak 100 unit sound system dengan biaya
produksi Rp 30.450 per unit. Perusahaan kemudian menerima penawaran dari pemasok
luar yang menyediakan 100 unit sound system sebulan dengan harga Rp 27.550 per
unit. Sementara bagian akuntansi perusahaan melaporkan biaya-biaya produksi sound
system dengan struktur sebagai berikut:
1 Unit 100 Unit
Bahan langsung…………….. Rp. 8.700 Rp. 870.000
Tenaga kerja langsung……... 5.800 580.000
Overhead variable………….. 1.450 145.000
Gaji supervise……………… 4.350 435.000
Penyusutan peralatan……… 2.900 290.000
Alokasi overhead umum….. 7.250 725.000
Total biaya…………………. Rp. 30.450 Rp. 3.045.000

Sepintas lalu penawaran tersebut cukup menguntungkan karena harga dari luar lebih
murah Rp 2.900 (Rp 30.450-Rp 27.550) dibanding membuat sendiri. Namun sebelum
memutuskan menerima atau menolak perlu dihitung biaya yang terhindarkan bila
membeli dari luar dengan prosedur sebagai berikut:

Biaya Biaya Terhindarkan


Produksi
1 Unit 100 Unit
per unit
Bahan langsung……………..... Rp. 8.700 Rp. 8.700 Rp. 870.000
Tenaga kerja langsung…........... 5.800 5.800 580.000
Overhead variabel…………..... 1.450 1.450 145.000
Gaji supervisi……………......... 4.350 4.350 435.000
Penyusutan peralatan………..... 2.900 - -
Alokasi overhead umum........... 7.250 - -
Total biaya…............................ Rp. 30.450 Rp. 20.300 Rp. 2.030.000

Harga beli dari luar……………. 27.550 2.755.000


Selisih menguntungkan bila
Rp. 7.250 Rp. 725.000
membuat sendiri………………..

Dari perhitungan tersebut kalau membeli dari luar harganya Rp 27.550 dan biaya-
biaya yang terhindarkan hanya Rp 20.300,- per unit. Karena biaya terhindarkan dari
alternatif membeli lebih kecil dari harga beli dari luar, maka penawaran dari luar
sebaiknya ditolak sekalipun sepintas lalu kelihatan bahwa harga beli per unitnya lebih
rendah dari total biaya membuat sendiri.
Kalau membuat sendiri perusahaan akan menanggung beban Rp 30.450 per unit.
Bila memutuskan untuk membeli dari luar maka perusahaan akan menanggung beban
sebesar Rp 37.700 per unit produk yang terdiri dari Rp 27.550 harga beli per unit SS
ditambah dengan biaya biaya tetap yang tidak terhindarkan sebesar Rp 10.150 per unit
SS. Se hingga lebih menguntungkan sebesar Rp 7.250 (37.700-30.450) bila membuat
sendiri. Atau rugi Rp 7.250 bila memilih membeli dari luar.

Misalkan biaya-biaya terhindarkannya berjumlah Rp 29.000 (lebih besar dari harga


beli dari luar) maka untuk tiap unit produknya perusahaan harus menanggung harga
pokok sebesar Rp 29.000 per unit produk yang terdiri dari Rp 27.550 harga beli per unit
SS ditambah dengan biaya-biaya tetap yang tidak terhindarkan sebesar Rp 1.450 per
unit SS. Total cost Rp 29.000 (Rp 27.550 + Rp 1.450) lebih kecil dari total biaya
membuat sendiri sebesar Rp 30.450 sehingga lebih menguntung kan sebesar Rp 30.450
- Rp 29.000 = Rp 1.450 bila membeli dari luar. Atau rugi sebesar Rp 1.450 bila
membuat sendiri.

Apabila dari contoh di atas biaya terhindarkan = Rp 27.550 maka total biaya
membeli dari luar akan sama dengan total biaya membuat sendiri sebesar Rp 30.450.
Bila biaya terhindarkan sama dengan harga beli dari luar maka dalam pengambilan
keputusannya manajemen harus lebih memperhitungkan faktor-faktor kualitatif seperti
hubungan baik dengan para rekanan dan pelanggan, masalah ketenagakerjaan dan lain-
lain.

Dari alternatif membeli atau membuat sendiri, misalnya setelah memutuskan


membeli dari luar maka fasilitas produksi yang ada seharusnya dapat digunakan untuk
usaha lain. Bila kesempatan menggunakan fasilitas ini diabaikan maka akan timbul
biaya kesempatan yang berupa kesempatan memperoleh keuntungan (pendapatan atau
penghematan biaya) yang hilang atau dikorbankan karena tidak menggunakan fasilitas
yang tersedia untuk usaha. Kriteria keputusannya; pembelian dari luar akan diterima
bila total biayanya lebih kecil dari total biaya membuat sendiri. Sebaliknya pembelian
dari luar ditolak bila total biayanya lebih besar dari total biaya membuat sendiri.

Dari kasus di atas misalkan ruangan yang sekarang digunakan untuk memproduksi
sound system dapat digunakan untuk perdagangan yang dapat menghasilkan marjin
kontribusi Rp 2.250.000 per bulan, maka Selisih menguntungkan bila membeli dari luar
berjumlah Rp 1.525.000, dengan perhitungan seperti di bawah ini.
Membuat Membeli
Biaya diferensial/unit (contoh di atas)………. Rp. 20.300 Rp. 27.550
Jumlah unit dibutuhkan sebulan……………... x 100 x 100
Total biaya bulanan………………………….. Rp. 2.030.000 Rp. 2.755.000
Biaya kesempatan-marjin yang hilang………. 2.250.000 -
Total biaya…………………………………… Rp. 4.280.000 Rp. 2.755.000

Selisih menguntungkan bila membeli dari luar Rp. 1.525.000

Kalau membeli dari luar akan menanggung harga beli Rp 2.755.000 dan memperoleh
kesempatan untuk mendapatkan marjin dari hasil perdagangan Rp 2.250.000. Kalau
membuat sendiri hanya menanggung biaya produksi Rp 2.030.000,- tetapi di sisi lain
kehilangan kesempatan mendapatkan marjin Rp 2.250.000 dari hasil perdagangan
sehingga seluruh beban yang ditanggung dan kehilangan kesempatan memperoleh
marjin berjumlah Rp 4.280.000. Dalam kasus ini total biaya membeli dari luar lebih
kecil dari total biaya membuat sendiri sehingga penawaran dari luar dapat diterima.

Pesanan Khusus
Pesanan khusus (special order) merupakan alternatif pesanan pembelian yang tidak
teratur di luar kegiatan produksi normal perusahaan. Perbedaannya dengan analisis
keputusan membuat atau membeli, dalam kasus ini terdapat pihak luar yang membeli
barang dengan sifat pesanan yang khas. Pihak perusahaan yang mempertimbangkan
alternatif berada pada posisi sebagai pemasok bagi pihak luar. Dalam kasus membuat
atau membeli, pihak perusahaan yang membuat pertimbangan berada pada posisi
sebagai calon pembeli. Oleh karena itu faktor yang dipertimbangkan adalah harga beli
dan biaya terhindarkan bila melakukan pembelian. Sedangkan dalam kasus pesanan
khusus yang dipertimbangkan adalah biaya tambahan dan pendapatan tambahan bila
menerima pesanan tersebut, sekalipun untuk sementara diketahui bahwa harga yang
diminta oleh pembeli berada di bawah biaya produksi normal.
Pertimbangan pertama yang harus dilakukan untuk menerima pesanan khusus ini
adalah ketersediaan kapasitas menganggur. Apabila perusahaan masih memiliki
kapasitas yang menganggur sehingga tidak mengganggu pelaksanaan kegiatan produksi
reguler. Pesanan semacam ini tidak spontan ditolak sekalipun harga pesanan khusus
umumnya berada di bawah harga jual normal atau bahkan di bawah biaya produksi.
Kalau terdapat kapasitas menganggur maka alokasi biaya overhead tetap produksi dapat
disubsidi dari produksi reguler.
Pertimbangan kedua adalah selisih pendapatan tambahan dengan biaya tambahan
sebagai akibat menerima pesanan khusus. Pertimbangan ini menjadi penting karena
pesanan khusus secara finansil hanya akan menguntungkan apabila pendapatan
tambahan dari pemenuhan pesanan khusus tersebut lebih besar dari biaya tambahannya,
dalam kisaran kapasitas menganggur yang tersedia. Misalnya PT JAKASAIN membuat
sepeda gunung dengan struktur biaya per unit seperti di bawah ini.
Dari salah satu mitra bisnis manajemen mendapat pesanan 25 unit sepeda dengan
harga Rp 277.450 per unit. Dalam rangka pesanan khusus ini akan ditanggung juga
biaya modifikasi sebesar Rp 26.350 per unit dan biaya administrasi tetap Rp 186.000.
Bahan langsung………………………………….. Rp. 133.300
Tenaga kerja langsung…………………………… 69.750
Overhead pabrik-variabel……………………….. 9.300
Overhead pabrik-tetap…………………………… 69.750
Total………………………………………………. Rp. 282.100

Untuk memutuskan menerima atau menolak pesanan khusus tersebut manajemen


membuat model analisis sebagai berikut:

1 Unit 25 Unit
Pendapatan-tambahan…………. Rp. 277.450 Rp. 6.936.250

Biaya-biaya tambahan-variabel:
Bahan langsung……………….. Rp. 133.300 Rp. 3.332.500
Tenaga kerja langsung………… 69.750 1.743.750
Overhead pabrik variabel……... 9.300 232.500
Modifikasi khusus…………….. 26.350 658.750
Total biaya variable…………… Rp. 238.700 Rp. 5.968.750

Biaya-biaya tambahan-tetap:
Biaya administrasi dan umum………………………… 186.000
Total biaya tambahan…………………………………. Rp. 6.153.500
Laba usaha bersih-tambahan………………………….. Rp. 782.750
Harga pesanan khusus hanya Rp 277.450 dan masih membutuhkan tambahan biaya
modifikasi Rp 26.350 per unit. Sekalipun harga pesanan khusus lebih rendah dari harga
pokok normal per unit produk Rp 282.100 pesanan tersebut dapat diterima karena masih
menghasilkan tambahan laba usaha bersih sebesar Rp 782.750,-. Tambahan laba
tersebut masih mungkin diperoleh karena dibanding produksi normal, produksi untuk
memenuhi pesanan khusus tidak menyerap semua komponen biaya terutama biaya
overhead tetap-sehingga biaya produksi yang diperhitungkan sebagai harga pokok
produk menjadi lebih kecil dibanding harga pokok dalam produksi reguler.

Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah kemungkinan kemungkinan


kelanjutan dari hubungan bisnis yang bisa jadi bermula dari pesanan khusus ini. Apabila
terdapat prospek yang baik ke depan maka pesanan khusus bisa saja dipertimbangkan
untuk diterima sekali pun dalam hitungan sementara terdapat kerugian dalam jumlah
yang masih bisa ditolerir. Di negara-negara yang memiliki undang-undang anti
dumping, secara hukum mencegah negara lain dari penjualan produk nya di bawah
harga rata-rata biaya pabrik penuh (full manufacturing cost) per unit di negara yang
bersangkutan. Undang-undang seperti ini mempertimbangkan aspek hukum
sebagaimana mempertimbangkan implikasi ekonomi dalam keputusan menerima atau
menolak pesanan khusus. Namun pembahasan dalam bagian ini hanya
mempertimbangkan aspek profitabilitas dari alternatif menerima pesanan khusus.

Produk Bersama
Produk bersama (joint product) adalah dua produk atau lebih yang dihasilkan dari
satu common input. Biaya pabrik yang terjadi dalam menghasilkan produk bersama
sampai dengan titik pemisahan (split off) dikenal sebagai joint product cost. Produk
bersama ini dapat berbentuk produk utama semuanya atau juga salah satunya
merupakan produk sampingan (by product). Sehubungan dengan pertimbangan biaya
relevan, keputusan khusus yang timbul dari produk sampingan adalah keputusan
menjual atau mengolah lebih lanjut.
 Kesimpulan
Keputusan Taktis merupakan Suatu tindakan berskala kecil yang bermanfaat untuk
tujuan jangka panjang. Tujuan keseluruhan dari pengambilan keputusan strategis adalah
memilih strategi alternatif sehingga keunggulan bersaing jangka panjang dapat tercapai
pengambilan keputusan taktis harus mendukung tujuan keseluruhan ini meskipun tujuan
langsungnya berjangka pendek (menerima satu pesanan khusus untuk meningkatkan laba)
atau berskala kecil (memproduksi sendiri dari pada membeli komponen). Enam langkah
yang mendeskripsikan proses pengambilan keputusan yang direkomendasikan yaitu, (1)
Kenali dan definisikan masalah, (2) Identifikasi setiap alternatif sebagai solusi yang layak
atau masalah tersebut; eliminasi alternatif yang secara nyata tidak layak. (3) Identifikasi
biaya dan manfaat yang berkaitan dengan setiap alternatif yang layak. Klasifikasikanlah
biaya dan manfaat sebagai relevan atau tidak relevan serta eliminasilah biaya dan manfaat
yang tidak relevan dari pertimbangan. (4) Hitunglah total biaya dan manfaat yang relevan
dari masing-masing alternatif. (5) Nilailah faktor-faktor kualitatif. (6) Pilihlah alternatif
yang menawarkan manfaat terbesar secara keseluruhan.
Biaya relevan merupakan biaya masa depan yang berbeda pada masing-masing
alternatif. Semua keputusan berhubungan dengan masa depan, karena itu, hanya biaya
masa depan yang dapat menjadi relevan dengan keputusan. Misal, biaya tenaga kerja
langsung merupakan biaya relevan karena dalam meproduksi suatu barang menggunakan
tenaga kerja langsung yang harus dibayar, dan jika kita tidak memproduksi suatu barang
maka biaya tersebut tidak akan muncul.
DAFTAR PUSTAKA

L.M. Samryn, 2000. Akuntansi Manajerial. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai