Anda di halaman 1dari 8

Volume 13 No.

2
Juli 2021
ISSN : 2085 – 1669
e-ISSN : 2460 – 0288
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek
Email : jurnalteknologi@umj.ac.id

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T A

ANALISA KEAUSAN DAN FAKTOR KEAMANAN KELUAR REL


PADA KERETA API LOKOMOTIF
Sri Anastasia Yudistirani1, Ery Diniardi2,*, Hasan Basri3, Anwar Ilmar Ramadhan4
1
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta
2,4
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta
3
Jurusan Teknik Otomotif dan Alat Berat, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta
*E-mail: ery.diniardi@umj.ac.id

Diterima: 20 April 2021 Direvisi: 26 Juni 2021 Disetujui: 13 Juli 2021

ABSTRAK

Kereta api dalam menjalankan fungsinya sebagai sarana teransportasi bergerak dari suatu tempat ketempat
lainnya berjalan di atas jalan rel. Pada teknologi konvensional berupa teknologi dua rel sejajar, jalan rel
berbentuk dari dua batang rel baja diletakkan di atas balok-balok melintang. Balok-balok melintang disebut
bantalan. Dengan susunan dan tambatan yang demikian maka susunan dan struktur rel-bantalan-penambat rel
menjadi suatu rangka yang kokoh.Untuk menjamin keamanan terhadap bahaya “keluar rel” sudut bidang kontak
B minimal tidak boleh kurang dari 60o. Hal ini dipakai sebagai dasar untuk menentukan norma-norma
pembatasan aus rel dengan “Faktor keamanan keluar rel” adalah angka perbandingan antara “U” dan “V”, yang
disingkat dengan huruf “n”Harga “n” , yaitu menunjukan harga “faktor keamanan keluar rel ” Harga H/Q, yaitu
angka perbandingan antara gaya arah “horizontal” (H) dan besarnya tekanan roda (Q). Bahwa aus yang
berlebihan dan perubahan bentuk pada batang rel itu desebabkan oleh terjadinya slip di tempat dalam tempo
yang cukup lama, biasanya terjadi slip di tempat sehingga kereta tidak bias bergerak maju disebabkan karena
pembebanan berat rangkaian kereta api yang melampaui batas keausan dari rel tersebut.Jadi pada analisa ini
dapat dilakukan perhitungan atau mengetahui jalan rel licin (jalan basah ), pada saat kereta api berjalan pada
kecepatan tinggi atau kecepatan rendah. Hal ini dapat ditentukan oleh f max, dari perhitungan dan melalui grafik
maka diambil fmax = 0.25 dengan “n” = 2.

Kata kunci: kereta api, aus rel, faktor keamanan keluar rel

ABSTRACT

The train in carrying out its function as a means of transportation moves from one place to another running on
rail roads. In conventional technology in the form of two parallel rails technology, the rail road is shaped from
two steel rail bars placed on transverse beams. The transverse beams are called bearings. With such an
arrangement and mooring, the arrangement and structure of the rail-bearing-rail anchorage becomes a solid
frame. To ensure safety against the danger of "out of the rail" the contact angle B should not be less than 60o.
This is used as the basis for determining the norms for limiting rail wear with the "safety factor out of the rail" is
the ratio between "U" and "V", which is abbreviated as the letter "n". exit rail "H/Q price, which is the ratio
between the horizontal direction (H) and the wheel pressure (Q). That excessive wear and deformation of the
rail rods are caused by slipping in place for a long time, usually slips in place so that the train cannot move
forward due to the heavy load of the train series that exceeds the wear limit of the rail. In this analysis it can be
calculated or know the slippery rail road (wet road), when the train is running at high speed or low speed. This
can be determined by fmax, from calculations and through graphs it is taken fmax = 0.25 with “n” = 2.

DOI: https://dx.doi.org/10.24853/jurtek.13.2.209-216
Jurnal Teknologi Volume 13 No. 2 Juli 2021 ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

Keywords: train, rail wear, rail exit safety factor

PENDAHULUAN ada pada saat ini sangat penting dan factor


Di dalam era globalisasi saat ini, keamanan yang sangat tinggi (Rahardja, et al,
terlihat jelas bahwa kebutuhan transportasi 2020, Sukarman, et al, 2020, Yakub, et al,
semakin hari semakin bertambah sejalan 2018).
dengan melajunya tingkat pertambahan
penduduk, mobilitas penduduk, pembangunan Gambaran besar jalan rel
negara serta kemakmuran rakyat (Aditya, et al, Bangunan rel memang harus di
2004, Diniardi et al, 2015, Fitscar, 2021). perkuat, karena akibat kenaikan volume lalu-
Salah satu jenis transportasi yang lintas dan kecepatan kereta bangunan rel akan
banyak digunakan di Indonesia adalah selalu melemah. Di samping itu ada sebab lain
transportasi darat yang meliputi kereta rel, mengapa jalan rel mesti selalu diperkuat yaitu
kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.Pada ada kesulitan dalam pekerjaan memeliharanya.
saat ini kondisi lintasan kereta api di Indonesia Agar supaya rel dapat mempunyai umur
sebagaian besar masih menggunakan jalur menfaat yang lebih panjang, maka yang
tunggal (single-track). Lintasan kereta api digunakan adalah rel tahan aus dan tidak
memungkinkan terjadinya keausan pada rel, mudah retak. Untuk mendapatkan rel yang
karena sering di lalui oleh kereta api itu sendiri tahan aus dan tidak mudah retak bahan dasar
(Usworo, et al, 2019, Yudistirani, et al, 2021). rel selain Fe sebagai bahan utama, juga
Kereta rel yang biasanya disebut mengandung Mn, kandungan Mn diperlukan
dengan kereta api merupakan salah satu alat sebagai bahan deoxidasi dan sebagai bahan
transportasi darat yang memiliki banyak campuran (Zakaria, et al, 2021, Diniardi, et al,
keunggulan seperti : 2019).
a. Mampu mengangkut orang atau barang Kekuatan rel diukur oleh kekuatan
dalam jumlah yang banyak. tarik. Rel yang digunakan harus mempunyai
b. Pengaturan lalu lintas yang mudah dan kuat tarik minimum sebesar 90 kg/mm2,
hampir tidak mengalami kemacetan dalam dengan panjang minimum 10 %. Kekerasan
perjalanannya. kepala rel biasa, tidak boleh kurang dari 240
c. Jumlah terjadinya kecelakaan lebih sedikit. Brinell. Kekerasan kepala rel dapat
d. Memiliki tingkat polusi yang lebih rendah ditingkatkan denga perlakuan panas (heat
dibandingkan dengan kendaraan bermotor. treatment), yang dengan perlakuan ini dapat
mencapai kekerasan sebesar 320 – 388 Brinell.
Pada saat ini kereta api memiliki Denga perlakuan panas umur rel dapat menjadi
beberapa kelas di setiap jenis kereta yaitu: 2 hingga 3 kali lebih panjang dibandingkan
kelas eksekutif, kelas bisnis, kelas ekonomi. dengan umur rel biasa (Sari, et al, 2021,
Sesuai dengan kemajuan teknologi yang begitu Diniardi, et al, 2014, Mahmud, et al, 2020).
pesat, dapat menyediakan dan menciptakan Mengingat keausan rel luar pada
gerbong-gerbong berkualitas yang memiliki lengkungan/tikungan lebih cepat terjadi di
kekuatan, keseimbangan serta daya tahan bandingkan dengan yang terjadi pada kereta
terhadap guncangan dan getaran yang terjadi di lurus maka rel yang mendapat perlakuan panas
saat kereta berjalan pada kecepatan tinggi, (heat treated rails) yang cocok digunakan
yang tujuannya untuk meningkatkan pelayanan untuk rel luar. Berikut ini berbagai cara
kepada para pengguna jasa transportasi massal memperkuat jalan rel :
tersebut (Suratno, et al, 2019, Diniardi, et al,
2019). Rel
Dari yang sudah dipraktekkan, dapat Rel pada jalan rel mempunyai fungsi
dilihat kecanggihan teknologi pada kereta api sebagai pijakan menggelindingnya roda kereta
sekarang ini yang mempunyai fasilitas api dan meneruskan beban dari roda kereta api
memadai dan modifikasi yang sempurna yang kepada bantalan. Rel ditumpu oleh bantalan-
diciptakan untuk kenyamanan para pengguna bantalan, sehingga rel merupakan batang yang
saat berada didalamnya. Oleh karena itu, ditumpu yang sedemikian, tekanan tegak lurus
penulis mencoba menganalisa jalan rel yang dari roda menyebabkan momen lentur pada rel

210
Sri Anastasia Yudistirani, Ery Diniardi, Hasan Basri, Anwar Ilmar Ramadhan: Analisa Keausan Dan Faktor Keamanan Keluar Rel Pada Kereta
Api Lokomotif

Jurnal Teknologi 13 (2) pp 209 - 216 © 2021

di antara bantalan-bantalan. Selain itu, gaya tambatkan pada bantalan, serta lebih stabil
arah horisontal yang disebabkan oleh gaya kedudukannya.
angin, goyangan kereta api, dan gaya c). Kepala rel sesuai dengan bentuk roda.
sentrifugal (pada rel sebelah luar)
menyebabkan terjadinya momen lentur arah Keausan rel terutama terjadi pada
horisontal. bagian kepala, oleh karena untuk mendapatkan
umur rel yang lebih panjang, bagian kepala
diperbesar. Selain hal tersebut (untuk
ketahanan tarhadap aus rel), diperbesarnya
kepala rel adalah karena kepala rel merupakan
tumpuan roda kereta.

METODE PENELITIAN

Gambar 1. Gaya-gaya yang bekerja pada Rel


(Jaya, et al, 2021)

Agar rel dapat menahan momen-momen


tersebut maka rel dibuat sebagai batang dengan
bentuk dasar profil I. Pengembangan dari
bentuk profil I tersebut terdapat tiga macam
bentuk rel, yaitu :

a). Rel berkepala dua.


b). Rel alur ( Grooved Rail ), dan
c). Rel Vignola.

Gambar 2. Macam-macam bentuk Rel


(Jaya, et al, 2021) Gambar 3. Alur Penelitian

Rel vignola (ditemukan pertama kali


oleh Charles Vignoles tahun 1836) merupakan HASIL DAN PEMBAHASAN
bentuk rel yang umumnya di gunakan pada Gaya Reaksi Roda Dan Rel
jalan rel, termasuk di Indonesia. Gaya lurus (jalan lurus)
Rel vignola terdiri atas tiga bagian rel, Gaya horisontal yang dialami roda hanya
yaitu : kepala, badan, dan kaki. Rel bentuk gaya-gaya yang diakibatkan oleh beban
vignola mempunyai keunggulan-keunggulan lokomotif.Bentuk kelonggaran normal antara
sebagai berikut : roda rel Kelonggaran normal menurut pihak
a). Momen perlawanan cukup besar, tetapi PJKA lebih kecil atau sama dengan 8 mm,
relatif mudah untuk di bentuk lengkungan sedangkan lebar kereta dan dimensi roda tetap.
horisontal. Sehingga pada jalan yang lurus gaya gesekan
b). Kaki yang lebar dengan sisi bawah datar, terjadi hanya pada permukaan bandasi roda
menjadikan rel mudah diletakkan dan di sebesar :

211
Jurnal Teknologi Volume 13 No. 2 Juli 2021 ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

 Ip : Faktor dinamis
Fg = I 2
Rrd
Dasar Perhitungan Tipe Rel yang
0,5 Digunakan
Fg = 13690
2430 2 Untuk penentuan tipe rel yang
= 0,011 m/s2 mendasar pada perhitungan dimensi rel, bahwa
Dimana: rel merupakan suatu balok tidak terhingga
I = Momen inersia rel ( R42) = 13690mm panjangnya. Dengan pembebanan terpusat dan
Rrd = Jari-jari roda ditumpu oleh truktur yang mempunyai
Diamter roda = 774mm modulus elastisitas.
Jadi, jari-jari roda = 3,14 x 774 = 2340 mm 4
 = Percepatan = 0,5 m/s2  = dumping faktor = 4
4 EI
Fg = Gaya gesek
4
= 4
Sehingga tahanan percepatan dapat 4.2,1x10 6.1.369
dirumuskan dengan persamaan : = 2 kg/cm2
G dengan :
Fp = a(1+c)
g K : Modulus elastisitas jalan rel = 180 kg/cm2
96ton Ix : Momen inersia rel pada sumbu x-x
Fp = 0,5 m/s2 ( 1 + 0,1 ) E : Modulus elastisitas rel = 2,1 x 106
9,8m / s 2 Pd : Gaya dinamis roda
= 5,4 ton
Untuk transformasi gayastatis roda
Dimana: menjadi gaya dinamis roda digunakan rumus
Fp = Tahanan percepatan sabagai berikut :
G = Berat total kereta lokomotif = 96 ton Pd = Ps + 0,01 Ps ( V-5 )
g = Gaya gravitasi = 9,8 m/s2 = 8 + 0,01x 8 ( 120 – 5 )
 = Percepatan = 0,5 m/s2 = 17,2 ton
c = Konstanta dengan :
Kereta-penumpang = 0,03 – 0,1 Pd : Gaya dinamis roda (ton)
Rangkaian lok + kereta = 0,6 Ps : Gaya statis roda = 8 (ton)
Lok Uap = 0,08 – 0,1 V : Kecepatan kereta api dalam km/jam
Lok listrik = 0,15 – 0,3
Tegangan yang terjadi pada rel adalah :
Faktor Dinamis M1 y
Untuk mentransformasi gaya statis ke gaya  =
Ix
dinamis digunakan faktor dinamis sebagai
berikut : 0,85.68,50
=
Ip = 1 + 0,01 ( V / 1,609 – 5 ) 1.396
= 1 + 0,01 ( 120 / 1,609 – 5 ) = 41,7 kg/cm2
= 1,69 Ton dengan :
dengan :  : Tegangan yang terjadi pada rel
Ip : Faktor dinamis M1 : 0,85 Mo ( akibat super posisi beberapa
V : Kecepatan kereta api ( km/jam) gandar )
Sehingga gaya dinamis dapat dihitung sebagai y : Jarak tepi bawah rel ke garis netral
berikut : Ix : Momen inersia terhadap sumbu x-x
Pd = Ps x Ip
= 8 x 1,69 Ton Sesuai dengan standar jalan rel Indonesia,
= 13,52 Ton termasuk beban gandar maksimum untuk
lokomotif sebesar 96 ton, maka besarnya
dengan: tegangan yang tejadi sesuai dengan tipe rel.
Pd : Gaya dinamis (ton)
Ps : Gaya statis (ton)

212
Sri Anastasia Yudistirani, Ery Diniardi, Hasan Basri, Anwar Ilmar Ramadhan: Analisa Keausan Dan Faktor Keamanan Keluar Rel Pada Kereta
Api Lokomotif

Jurnal Teknologi 13 (2) pp 209 - 216 © 2021

Tabel 1. Tegangan yang terjadi pada rel U Q. sin 


berdasarkan atas standar jalan rel Indonesia “n”= =
V H .( f . sin   cos  )  f .Q. cos 
(Putri, et al, 2014)
94,6
=
93,2
= 1.02 N
apabila dibagi dengan Q . sin  , maka
terdapat:

Norma Pembatasan Aus Rel


Perumusan untuk pembatasan aus rel
meksimum yang diberlakukan di Perusahaan sin 
Kereta Api. Adalah sebagai berikut:
1. Untuk beret rel > 33 kg/mm : e = 0,54 x h
cos 
– 4 (mm) n = --------------------------
2. Untuk berat rel < 33 kg/mm : e = 0,54 x h H sin 
(f. +1)+f
– 3 (mm) Q cos 
Dengan perumusan diatas dapat
dijamin, bahwa sudut dari bidang singgung tg 
antara flens roda dan rel tidak akan berkurang
n =
dari 60o. Dengan perhitungan berbagai jenis rel
H
yang ada maka memakai rumus: ( f . tg  + 1 ) + f
Q
Untuk berat rel > 33 kg/mm : e = 0,54 x h – 4 atau :
(mm) H
Dimana : e = Batas aus maksimum yang n. ( f . tg  + 1 ) + n . f = tg 
diperkenankan (mm) Q
h = Tinggi kepala Rel ( sebelum aus ) mm
H tg  n. f
=
Jenis rel R.42 Q n.( f .tg  1)
Berat Rel 42,59 kg/mm Untuk profil bandasi yang baru, maka sudut B
e = 0,54 x h – 4 (mm) = 60o
e = 0,54 x 40,50 – 4 Dimana : tg B = tg 60o = 1.73
= 17,8 mm Sedangkan fmax = 0,2 ( Coeffisien gesek antara
roda & rel )
Tabel 2. Keausan jalan Rel (Amin, et al, 2020) Jadi untuk rumus untuk sudut B = 60o menjadi
sebagai berikut :
H 1,73  0,2.n
=
Q nx1,43
Untuk masing-masing harga “n” terdapat harga
Faktor keamanan keluar rel H
Untuk mencegah agar roda tidak naik perbandingan atau persentase dari , yaitu
Q
keatas dan keluar rel, maka haruslah gaya yang
kebawah “U” itu lebih besar dari pada gaya sebagai berikut :
yang keatas “V”. Dan yang dimaksud dengan H
Untuk n = 1 : terdapat : = 2,18 = 218 %
“faktor keamanan keluar rel” itu tidak lain Q
adalah angka perbandingan antara “U” dan H
“V”, yang disingkat dengan huruf “n” (Amin, ” n = 2 : terdapat : = 0,95 = 95 %
et al, 2020). Q
Jadi faktor keamanan keluar rel adalah : H
” n = 3 : terdapat : = 0,53 = 53 %
Q

213
Jurnal Teknologi Volume 13 No. 2 Juli 2021 ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

H
” n = 4 : terdapat : = 0,33 = 33 %
Q
H
” n = 5 : terdapat : = 0,20 = 20 %
Q
Kalau sudut B = 70o, dimana tg 70o = 2,75
maka terdapat harga-harga perbandingan atau
persentase sebagai berikut :
H 2,75  0,2.n
=
Q nx1,54
H
Untuk n = 1 : terdapat : = 2,55 = 255 %
Q Gambar 4. Diagram faktor keamanan keluar
H rel
” n = 2 : terdapat : = 1,80 = 180 %
Q
Untuk profil bandasi yang baru, maka sudut B
H = 60o
” n = 3 : terdapat : = 1,10 = 110 %
Q Dimana : tg B = tg 60o = 1.73
H gesek Sedangkan fmax = 0,25 ( Coeffisien
” n = 4 : terdapat : = 0,75 = 75 % antara roda & rel )
Q Jadi untuk rumus untuk sudut B = 60o menjadi
H sebagai berikut :
” n = 5 : terdapat : = 0,53 = 53 %
Q H 1,73  0,25.n
o o
=
Begitu juga sudut B = 80 , dimana tg 80 = Q nx1,43
5,67 maka harga perbandingan atau persentase Untuk masing-masing harga “n” terdapat harga
adalah : H
H 5,67  0,2.n perbandingan atau persentase dari , yaitu
= Q
Q nx 2,13 sebagai berikut :
H
H Untuk n = 1 : terdapat : = 1,04 = 104 %
Untuk n = 1 : terdapat : = 1,16 = 116 % Q
Q
H
H ” n = 2 : terdapat : = 0,43 = 43 %
” n = 2 : terdapat : = 0,56 = 56 % Q
Q
H
H ” n = 3 : terdapat : = 0,23 = 23 %
” n = 3 : terdapat : = 0,35 = 35 % Q
Q
H
H ” n = 4 : terdapat : = 0,13 = 13 %
” n = 4 : terdapat : = 0,25 = 25 % Q
Q
H
H ” n = 5 : terdapat : = 0,07 = 7 %
” n = 5 : terdapat : = 0,19 = 19 % Q
Q Kalau sudut B = 70o, dimana tg 70o = 2,75
maka terdapat harga-harga perbandingan atau
persentase sebagai berikut :
H 2,75  0,25.n
=
Q nx1,54
H
Untuk n = 1 : terdapat : = 1,63= 163 %
Q
H
” n = 2 : terdapat : = 0,73 = 73 %
Q

214
Sri Anastasia Yudistirani, Ery Diniardi, Hasan Basri, Anwar Ilmar Ramadhan: Analisa Keausan Dan Faktor Keamanan Keluar Rel Pada Kereta
Api Lokomotif

Jurnal Teknologi 13 (2) pp 209 - 216 © 2021

H kecil. Semakin kecil  kondisi jalan rel makin


” n = 3 : terdapat : = 0,43 = 43 %
Q licin, maka diambil  = 0,25 dengan “n”
H lebih besar maka faktor kemanan lebih besar
” n = 4 : terdapat : = 0,28 = 28 % H
Q terhadap persentase dari H terhadap Q ( ),
H Q
” n = 5 : terdapat : = 0,19 = 19 % untuk keamanan didalam operasi perjalanan
Q angka untuk “faktor keamanan keluar rel “,
Begitu juga sudut B = 80o , dimana tg 80o = yaitu “n” = 2. Dan untuk menjamin keamanan,
5,67 maka harga perbandingan atau persentase sudut – B ini dibatasi = 60o ( tidak boleh
adalah : kurang dari 60o ), minimal. Jadi untuk suatu
H 5,67  0,25.n sudut bidang kontak tertentu, maka besarnya
=
Q nx 2,13 angka perbandingan antara H dan Q yang
menentukan derajat keamanan terhadap bahaya
keluar rel.
H
Untuk n = 1 : terdapat : = 2,54 = 254 % KESIMPULAN
Q Dari hasil analisa data dan perhitungan yang
H telah dilakukan pada masalah yang ada, maka
” n = 2 : terdapat : = 1,21 = 121 % dapat diambil kesimpulan yaitu :
Q
1. Kalau kondisi keausan rel maupun flens
” n = 3 : terdapat :
H
= 0,77 = 77 % roda sedemikian rupa,sehingga  menjadi
Q lebih kecil 60o. maka rel harus diganti.
H 2. Bila µ (koeffisien gesek) lebih kecil maka
” n = 4 : terdapat : = 0,55 = 55 % rel dalam keadaan licin (jalan basah),
Q maka faktor keamanan keluar rel akan
H semakin kecil dibandingkan dengan
” n = 5 : terdapat : = 0,42 = 42 %
Q kondisi jalan kering maka µ lebih besar.
H
Dengan kondisi  dan  yang sama, bila
Q
besar maka faktor keamanan kecil, begitu juga
H
sebaliknya Bila kecil maka faktor
Q
keamanan besar.

DAFTAR PUSTAKA
Adityadharma, C., Joewono, T. B., & Santosa,
W. (2004). Kajian Sistem Manajemen
Pemeliharaan Jalan Rel Daerah Operasi
2 Bandung: Studi Kasus Distrik 23c
Kiaracondong. Jurnal Transportasi,
Gambar 5. Diagram faktor keamanan keluar 4(1).
rel Amin, F., & Prayogi, E. (2020). Analisis
Pengaruh Korugasi pada Lengkung
Untuk “n” (faktor keamanan keluar rel) yang Lintas Stasiun Fatmawati terhadap Ride
sama, bila  bertambah kecil dalam keadaan Index dan Usia Pakai Rel. jurnal of
H admiration, 1(4), 329-343.
rel licin (jalan basah), maka nilai menjadi
Q Diniardi, E., Ramadhan, A. I., Mubarok, R., &
Basri, H. (2015). Analysis of mechanical
H
lebih kecil. Untuk yang sama, bila  properties connecting rod bolts outboard
Q motor FT50CEHD. International
bertambah kecil keadaan rel licin/basah, maka Journal of Applied Science and
“n” (faktor keamanan keluar rel) menjadi lebih Engineering Research, 4(5), 665-670.

215
Jurnal Teknologi Volume 13 No. 2 Juli 2021 ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

Diniardi, E., Nelfiyanti, N., Mahmud, K. H., (2020). Analisis Pengaruh Radius Dies
Basri, H., & Ramadhan, A. I. (2019). Terhadap Springback Logam Lembaran
Analysis of the Tensile Strength of Stainless-Steel Pada Proses Bending
Composite Material from Fiber Bags. Hidrolik V-Die. Jurnal Teknologi, 12(2),
Journal of Applied Sciences and 123-132.
Advanced Technology, 2(2), 39-48. Surasno, S., & Tjahjohartoto, B. (2019).
Diniardi, E., Setiawan, B., & Ramadhan, A. I. Analisa Kegagalan Dongkrak Rel Kereta
(2019). Fatigue Analysis Aluminium Api Kapasitas 10 Ton. Jurnal Teknologi
6063-TF on the Rotary Bending Testing Bahan dan Barang Teknik, 4(1), 35-42.
Machine. Journal of Applied Sciences Usworo, R. F. W., Hartono, A. S., & Pratama,
and Advanced Technology, 2(1), 7-12. U. (2019). Optimalisasi Perawatan
Diniardi, E., Ramadhan, A. I., & Basri, H. Terhadap Guna Meminimalisir
(2014). Analisis Kekuatan Mekanik Dan Gangguan Terhadap Lokomotif CC 203
Struktur Mikro Pada Material Polimer Di Daop 2 Bandung. Jurnal
Penyusun Kipas Radiator. Jurnal Perkeretaapian Indonesia (Indonesian
Teknologi, 6(1), 55-67. Railway Journal), 3(2).
Fistcar, W. A. (2021). Study of Concrete Yakub, A., Karmiadji, D. W., & Ramadhan, A.
Bearing Behavior for 1067 mm Track I. (2016). Optimasi Desain Rangka
Width with Variation in Track Quality Sepeda Berbahan Baku Komposit
Index (TQI) Values. Jurnal Berbasis Metode Anova. Jurnal
Perkeretaapian Indonesia (Indonesian teknologi, 8(1), 17-22.
Railway Journal), 5(1), 12-12. Yudistirani, S. A., Mahmud, K. H., & Diniardi,
Jaya, F. H., & Miswanto, M. (2019). Evaluasi E. (2021). Stamping Disability Analysis
Struktur Atas Komponen Jalan Rel on Material SPC 270 E. Journal of
Berdasarkan Passing Tonnage (Studi Applied Sciences and Advanced
Kasus: Jalan Rel Lintas Tanjung Technology, 3(3), 75-80.
Karang–Bekri). TAPAK (Teknologi Zakaria, L. (2021). Perbandingan Kinerja Jarak
Aplikasi Konstruksi): Jurnal Program Pengereman Blok Rem Berbahan
Studi Teknik Sipil, 8(1), 33-45. Metalik Dan Komposit Pada Kereta Api.
Mahmud, K. H., Yudistirani, S. A., Diniardi, Jurnal TEDC, 15(1), 113-124.
E., & Ramadhan, A. I. (2020). Hardness
Analysis of Bearing on Heat Treatment
Process. Journal of Applied Sciences
and Advanced Technology, 2(3), 59-64.
Putri, F. I. (2014). Rekam Jejak Kerusakan
Traksi Motor Lokomotif untuk
menentukan Interval Waktu Penggantian
Komponen berdasarkan Keandalan
(Reliabilitas). Jurnal Teknik Mesin,
2(02).
Rahardja, I. B., Rahdiana, N., Mulyadi, D., Al
Afghani, A., & Ramadhan, A. I. (2020).
Analisis Pengaruh Radius Bending Pada
Proses Bending Menggunakan Pelat
Spcc-Sd Terhadap Perubahan Struktur
Mikro. Jurnal Teknik Mesin Mechanical
Xplore, 1(1), 1-10.
Sari, W. N., Nadi, M. A. B., & Ridho, A. M.
(2021). Perencanaan Geometri Jalan Rel
Trase Bakauheni-Sidomulyo. Journal of
Science and Applicative Technology,
5(1), 148-157.
Sukarman, S., Anwar, C., Rahdiana, N.,
Khoirudin, K., & Ramadhan, A. I.

216

Anda mungkin juga menyukai