[-]. Tidak menggunakan mesin produksi, oleh karenanya tidak akan ada
depreciation cost atas mesin. Mungkin ada depreciation cost atas peralatan. Misal :
peralatan vacuum untuk packing.
[-]. Tidak ada Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost), jikapun ada
tenaga kerja yang terlibat dalam membawa barang tersebut menjadi siap untuk dijual,
cost-nya sulit untuk dialokasikan sebagai Upah Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor
Cost), oleh karenanya upah tenaga kerja seperti ini biasanya dibebankan sebagai
bagian dari “Overhead Cost” i.e.: Ongkos packing.
[-]. Menjadi masalah tersendiri bagi perusahaan dagang yang menjual barang yang
relative sama dalam jenis, ukuran dan kwalitas, oleh karenanya diperlukan
penerapan methode tertentu untuk menilai barang persediaannya (Inventory
Valuation) yang tentunya juga akan berpengaruh langsung terhadap pembebanan
inventory cost-nya.
Struktur Harga Pokok Penjualan (COGS)
Usaha Dagang
A. Inventory :
Jurnalnya:
Inventory Cost :
Opening Balance + Purchase - Closing Balance
Purchase:
Purchase + Freight In – Discount - Return
Case :
UD. Sinar Kasih, pedagang kain di Pasar Tanah Abang , pada tanggal 01 Maret
memiliki persediaan kain dengan nilai Rp 1,000,000,- Selama bulan Maret
UD. Sinar Kasih, untuk bisa melayani semua pesanan dan penjualan, UD
Sinar Kasih membeli kain dari Bandung senilai Rp 48,000,000 ditambah
ongkos kirim sebanyak Rp 1,000,000. Selama bulan Maret UD Sinar kasih
berhasil melakukan penjualan sebesar Rp 65,000,000. pada tanggal 31 Maret
UD. Sinar Kasih membayar Listrik Rp 350,000, PAM Rp 50,000, Sewa toko
Rp 10,000,000, Gaji pegawai toko Rp 800,000 dan ongkos kirim barang ke
pelanggan sebesar Rp 500,000. Setelah dihitung fisik kainnya, diketahui saldo
akhir persediaan kain adalah Rp 300,000 saja.
Problems:
[1]. Berapa Harga Pokok Penjualan UD Sinar Kasih untuk periode Maret?
[2]. Berapa Laba Kotor UD. Sinar Kasih untuk Maret?
Solving
[1]. Harga Pokok Penjualan:
HPP = Inventory Cost + Overhead
Inventory Cost = Opening Balance + Purchase – Closing Balance
Inventory Cost = 1,000,000 + (48,000,000+1,000,000) – 300,000
Inventory Cost = 49,700,000
Overhead Cost :
Apakah listrik termasuk? Tidak karena berapapun jumlah transaksi biaya listrik tetap
Apakah PAM termasuk? Tidak
Sewa Toko termasuk? Tidak
Gaji pegawai toko termasuk? Tidak
Ongkos kirim kain ke pelanggan? Termasuk, Rp 500,000
Overhead Cost = Rp 500,000
Harga Pokok Penjualan = Rp 49,700,000 + 500,000 = Rp 50,200,000
[2]. Laba Kotor : Sales – Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor = Rp 65,000,000 – 50,200,000 = Rp 14,800,000,-
Inventory Valuation & Penentuan COGS
FIFO (First In First Out) maksudnya, barang yang masuk duluan yang dijual terlebih dahulu.
Transaksi 1 Maret:
Karena barang yang ada hanya saldo awal 100 kg, maka yang dijual sebanyak 40 kg
menggunakan unit cost saldo awalnya = 300,000 : 100 = Rp 3,000
Total HPP 1 Maret = Rp 3,000 x 40 kg = Rp 120,000
Closing Balance = Rp 300,000 – 120,000 = Rp 180,000
Transaksi 10 Mar:
Pembelian 30 kg seharga Rp 3,100/kg, total pembelian = Rp 93,000,-
Terjual 65 kg, menggunakan unit cost yang mana?
Karena tanggal 1 Mar sudah laku 40 kg, maka sisa barang yang menggunakan unit price
sebelumnya tinggal 60 kg, tidak cukup untuk menutup penjualan yang 65 kg, maka:
60 kg menggunakan unit price Rp 3,000
5 kg menggunakan unit price Rp 3,100
Total HPP 10 Maret:
60 x 3,000 = 180,000
5 x 3,100 = 15,500
----------------------- (+)
Total HPP = 195,500,-
LIFO Method