Anda di halaman 1dari 24

HARGA POKOK PENJUALAN

(COGS) – Usaha Dagang (Trading)


 Usaha dagang memiliki karakteristik yang khas, antara lain :

[-]. Tidak menggunakan mesin produksi, oleh karenanya tidak akan ada
depreciation cost atas mesin. Mungkin ada depreciation cost atas peralatan. Misal :
peralatan vacuum untuk packing.

[-]. Tidak ada Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost), jikapun ada
tenaga kerja yang terlibat dalam membawa barang tersebut menjadi siap untuk dijual,
cost-nya sulit untuk dialokasikan sebagai Upah Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor
Cost), oleh karenanya upah tenaga kerja seperti ini biasanya dibebankan sebagai
bagian dari “Overhead Cost” i.e.: Ongkos packing.

[-]. Cost perusahaan dagang siklusnya lebih pendek.

[-]. Menjadi masalah tersendiri bagi perusahaan dagang yang menjual barang yang
relative sama dalam jenis, ukuran dan kwalitas, oleh karenanya diperlukan
penerapan methode tertentu untuk menilai barang persediaannya (Inventory
Valuation) yang tentunya juga akan berpengaruh langsung terhadap pembebanan
inventory cost-nya.
Struktur Harga Pokok Penjualan (COGS)
Usaha Dagang

 Harga Pokok Penjualan usaha dagang terdiri dari 2 kelompok


besar yaitu: Persediaan Barang (Inventory ) dan Overhead saja.

A. Inventory :

Adalah persediaan barang dagangan yang diperoleh dari sisa


persediaan periode sebelumnya yang dalam akuntansi
kita sebut sebagai saldo awal persediaan (opening
balance) ditambah dengan pembelian pada periode
yang sama, dikurangi dengan sisa persediaan di akhir
periode (Saldo Akhir = Closing Balance), itulah inventory
Cost yang dibebankan sebagai Harga Pokok Penjualan.
 Jika kita konstruksi,maka struktur lengkap inventory-nya akan
seperti dibawah ini:
A.1. Opening Balance
A.2. Purchase:
A.2.a. Purchase
A.2.b. Freight In
A.2.c. Discount
A.2.d. Return
A.3. Sales
A.4. Closing Balance
 B. Overhead:
Elemen HPP (COGS) usaha dagang yang kedua adalah overhead,
yaitu cost yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap harga
pokok penjualan, berikut adalah overhead cost yang biasa muncul
pada usaha dagang:
B.1. Packing
B.2. Warehousing
B.3. Freight Out
Akumulasi semua element cost diatas itulah Total Harga Pokok
Penjualan usaha dagang.
Detail dari masing-masing elemen di atas akan kita bahas pada sub-
topic berikut ini.
Alur, Siklus Transaksi dan Jurnalnya

 Alur dan siklus Transaksi Inventory Cost:


Setiap proses akuntansi yang terkait dengan Neraca selalu
berawal dari: Neraca berupa saldo awal (Opening
Balance), dilanjutkan dengan Current Activities
(Transaksi Debit [minus] Transaksi Credit), yang pada
akhirnya akan bermuara ke Neraca kembali berupa saldo
akhir (Closing Balance).
Demikian halnya dengan Inventory, Inventory adalah bagian dari
Neraca. Maka alur inventory juga berawal dari saldo awal
inventory, selanjutnya:
Jika terjadi pembelian barang dagangan, maka saldo inventory
akan bertambah juga.
 Jurnalnya:
[Debit]. Inventory à Menambah saldo inventory di Neraca
[Credit]. Cash / Utang à Mengurangi saldo Kas di Neraca
Dan jika terjadi penjualan barang dagangan , maka saldo inventory akan
berkurang. Pada saat terjadi penjualan inilah Inventory Cost diakui:
Jurnalnya:
[Debit]. Cost of Goods Sold à Menambah Saldo COGS di Laba Rugi
[Credit]. Inventory à Mengurangi saldo Inventory di Neraca
Catatan: COGS adalah cost yang akan menjadi faktor pengurang Laba, seperti
kita ketahui Laba adalah element Neraca. Berkurangnya inventory pada aktiva di
seimbangkan oleh berkurangnya laba pada pasiva. Sehingga Neraca akan tetap
dalam kondisi balance.
 Karena ini transaksi penjualan, maka penjualan diakui di saat
yang sama

Jurnalnya:

[Debit]. Cash/Piutang à Menambah Saldo Cash atau Piutang di


Neraca
[Credit]. Sales à Menambah saldo penjualan di Laba Rugi

Catatan: Sales adalah revenue yang akan menjadi faktor


penambah Laba, Laba adalah element Neraca. Berkurangnya
Cash/Piutang pada aktiva di seimbangkan oleh bertambahnya laba
pada pasiva.
Perhitungan COGS Usaha Dagang

 Perhitungan Harga Pokok Penjualan usaha dagang


sederhana saja :

HPP (COGS) = Inventory Cost + Overhead

Inventory Cost :
 Opening Balance + Purchase - Closing Balance

Purchase:
 Purchase + Freight In – Discount - Return
Case :
 UD. Sinar Kasih, pedagang kain di Pasar Tanah Abang , pada tanggal 01 Maret
memiliki persediaan kain dengan nilai Rp 1,000,000,- Selama bulan Maret
UD. Sinar Kasih, untuk bisa melayani semua pesanan dan penjualan, UD
Sinar Kasih membeli kain dari Bandung senilai Rp 48,000,000 ditambah
ongkos kirim sebanyak Rp 1,000,000. Selama bulan Maret UD Sinar kasih
berhasil melakukan penjualan sebesar Rp 65,000,000. pada tanggal 31 Maret
UD. Sinar Kasih membayar Listrik Rp 350,000, PAM Rp 50,000, Sewa toko
Rp 10,000,000, Gaji pegawai toko Rp 800,000 dan ongkos kirim barang ke
pelanggan sebesar Rp 500,000. Setelah dihitung fisik kainnya, diketahui saldo
akhir persediaan kain adalah Rp 300,000 saja.
Problems:
[1]. Berapa Harga Pokok Penjualan UD Sinar Kasih untuk periode Maret?
[2]. Berapa Laba Kotor UD. Sinar Kasih untuk Maret?
Solving
 [1]. Harga Pokok Penjualan:
HPP = Inventory Cost + Overhead
Inventory Cost = Opening Balance + Purchase – Closing Balance
Inventory Cost = 1,000,000 + (48,000,000+1,000,000) – 300,000
Inventory Cost = 49,700,000
Overhead Cost :
Apakah listrik termasuk? Tidak karena berapapun jumlah transaksi biaya listrik tetap
Apakah PAM termasuk? Tidak
Sewa Toko termasuk? Tidak
Gaji pegawai toko termasuk? Tidak
Ongkos kirim kain ke pelanggan? Termasuk, Rp 500,000
Overhead Cost = Rp 500,000
Harga Pokok Penjualan = Rp 49,700,000 + 500,000 = Rp 50,200,000
[2]. Laba Kotor : Sales – Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor = Rp 65,000,000 – 50,200,000 = Rp 14,800,000,-
Inventory Valuation & Penentuan COGS

 Menilai persediaan barang dengan cara :


 PHYSICAL COUNT METHOD  barang unik
 -Average Method
-FIFO Method Barang tdk unik
-LIFO Method
Case
 UD. Cahaya Murni adalah toko yang menjual gula tebu.
Pada tanggal 01 Maret diketahui Jumlah persediaan
sebanyak 100 Kg, dengan nilai Rp 300,000. Dan dari buku
catatan nampak transaksi seperti dibawah ini:

Jika kita summarize maka menjadi:


 Problem:

 Berapa Inventory Cost UD. Cahaya Murni di akhir periode


Maret?
 Berapa Nilai Persediaan UD. Cahaya Murni di akhir periode
Maret?
 Berapa Laba Kotor UD. Cahaya Murni jika tidak ada Overhead
Cost?

persediaan tipe ini dapat kita hitung dengan menggunakan 3


metode.
1.Metode Rata-rata (Average Method)
 Harga Pokok (Inventory Cost) Barang yang terjual per unit-nya ditentukan dengan
menjumlahkan saldo awal dengan nilai pembelian, lalu dibagi dengan Quantity saldo
akhir ditambah dengan Quantity barang yang dibeli. Formulasinya:
HPP/Unit = (Rp Saldo awal + Rp Pembelian) : (Qty Saldo Awal + Qty
pembelian)
Total HPP terjual = HPP/Unit x Qty terjual
Saldo Akhir = Saldo Awal + Pembelian - Penjualan
Pada contoh kasus di atas:
HPP/Unit penjualan 01-Mar:
HPP/Unit = (Rp 300,000+0) : (100+0)
HPP/Unit = Rp 300,000 : 100 = Rp 3,000,-
Total HPP terjual = Rp 3,000 x 40 = Rp 120,000
Saldo Akhir = Rp 300,000 + 0 – 120,000 = Rp 180,000
Demikian setrusnya hingga akhir periode.
 Catatan : Perhatikan summary
COGS = Rp 396,565
Closing Balance = Rp 206,435

Kita uji dengan rumus:


Closing Balance = Opening Balance + Purchase - COGS
Closing Balance = 300,000 + 303,000 - 396,565
Closing Balance = Rp 206,435,-
FIFO Method

 FIFO (First In First Out) maksudnya, barang yang masuk duluan yang dijual terlebih dahulu.
Transaksi 1 Maret:
Karena barang yang ada hanya saldo awal 100 kg, maka yang dijual sebanyak 40 kg
menggunakan unit cost saldo awalnya = 300,000 : 100 = Rp 3,000
Total HPP 1 Maret = Rp 3,000 x 40 kg = Rp 120,000
Closing Balance = Rp 300,000 – 120,000 = Rp 180,000
Transaksi 10 Mar:
Pembelian 30 kg seharga Rp 3,100/kg, total pembelian = Rp 93,000,-
Terjual 65 kg, menggunakan unit cost yang mana?
Karena tanggal 1 Mar sudah laku 40 kg, maka sisa barang yang menggunakan unit price
sebelumnya tinggal 60 kg, tidak cukup untuk menutup penjualan yang 65 kg, maka:
60 kg menggunakan unit price Rp 3,000
5 kg menggunakan unit price Rp 3,100
Total HPP 10 Maret:
60 x 3,000 = 180,000
5 x 3,100 = 15,500
----------------------- (+)
Total HPP = 195,500,-
LIFO Method

 LIFO (Last In First Out) “Barang yang masuk


belakangan dijual terlebih dahulu”.
 Transaksi tanggal 01 maret bisa kita ketahui hasilnya akan sama
dengan methode yang lainnya, so tidak perlu kita coba.
Langsung ke transaksi tanggal 10 Maret:
Saldo awal 60 kg dengan unit cost 3,000
Pembelian 30 kg seharga Rp 3,100/kg, total pembelian = Rp
93,000,-
Terjual 65 kg, menggunakan unit cost yang mana?
Sesuai konsepnya: Last In First Out, maka:
30 kg x Rp 3,100 = 93,000
35 kg x Rp 3,000 = 105,000
---------------------------- (+)
Total HPP = 198,000,-
Kesimpulan :

 Menggunakan masing-masing method di atas hasilnya sbb :


Opening Balance tetap sama :
Qty = 100 kg, Rp 300,000
Purchase tetap sama :
Qty = 95 kg, Rp 303,000
COGS quantity sama 130 kg, tapi value-nya berbeda:
Average = 396,565
FIFO = 393,000
LIFO = 398,000
Closing Balance, Qty sama 65 kg, tetapi value berbeda-
beda:
Average = 206,435
FIFO = 210,000
LIFO = 205,000

Anda mungkin juga menyukai