Anda di halaman 1dari 4

MEMBANGUN KERJASAMA KELOMPOK (TEAM BUILDING) Oleh: Dibyo Sumantri LATAR BELAKANG: Mengapa Kerjasama Kelompok atau Team

Work di perusahaan kita perlukan? Tidak lain karena seluruh penggerak roda perusahaan adalah MANUSIA, bukan mesin, computer atau yang lainnya. Padahal secara psikologis manusia terbagi dalam tiga sifat, yaitu manusia sebagai insan INDIVIDUAL (memiliki harga diri, egoisme, mau menang sendiri dll), kemudian sebagai insan SOSIAL (terlahir dari orang tua, punya sanak famili, memerlukan teman, sahabat, menjadi anggota masyarakat dll) kemudian sebagai insan BERKETUHANAN (Mencari jati diri, taat beribadah, megikuti ajaranNya dan menjauhi laranganNya dll). Sebagai insan Sosial, manusia dituntut mampu berinteraksi, membangun persahabatan, membangun jejaring sosial (social networking), kerjasama, saling menghargai baik didalam keluarga, Masyarakat, maupun ditempat bekerja (Perusahaan). TEAM WORK DI PERUSAHAAN Apakah sebenarnya perusahaan itu ? Perusahaan adalah badan usaha (Business Entity), namun secara hakiki perusahaan merupakan ORGANISASI. Menurut Kast & Rozenweig (1997) organisasi didefinisikan sbb:Organisasi adalah sebuah sistem sosioteknik yang terbuka. Terdiri atas unit-unit dan komponen-komponen subsistem yang dapat ditemukenali batas-batasnya dengan aktivitas yang digerakkan oleh inti sistem yaitu Manusia serta dipengaruhi oleh sebuah suprasistem. Sebagai gambaran; Perusahaan terdiri atas beberapa unit kerja yaitu Direktorat, yang terbagi menjadi beberapa Sub Direktorat, Divisi, Dinas, Seksi dan Urusan. Dimana masing-masing unit kerja tidak berdiri sendiri, melainkan ada hubungan kerja satu dengan lainnya. Lalu siapakah yang menggerakkan aktivitas di seluruh unit kerja itu ? Tidak lain Sumberdaya Manusia yaitu KARYAWAN. Di sisi yang berbeda, aktivitas tersebut berada dalam koridor yang disepakati bersama yaitu sebuah SISTEM meskipun tetap dipengaruhi Suprasistem yaitu berupa regulasi/peraturan pemerintah, undangundang BUMN, peraturan daerah dsb. Oleh karena itu, tanpa adanya pemahaman yang utuh dari karyawan (Mindset, Wholistic & Comprehensive Perception) tentang hakekat perusahaan, maka kecil kemungkinan tercipta TEAMWORK yang solid dan berdampak pada produktivitas kerja serta kinerja perusahaan. Secara teoritik, pengertian tersebut tertuang pada Visi, Misi, Strategi, RJPP, RKAP, Sisdur, Standard Operating Procedure, Manual kerja atau Work Instruction. Namun pertanyaannya adalah bagaimana memahami hal tersebut menjadi sebuah kesamaan pandang, kesamaan sikap dan kesamaan perilaku.

LANDASAN KERJA SAMA Beberapa Tahapan agar kerjasama terjalin dengan baik: KESAMAAN TEMPAT: Pada dasarnya kerjasama akan terwujud jika masing-masing karyawan berada dalam satu tempat. Dengan adanya kesamaan tempat akan memudahkan untuk saling berkomunikasi, berdiskusi atau beradu argumentasi. Tahapan ini merupakan landasan kerjasama yang paling rendah. KESAMAAN PIKIRAN: Kesamaan pikiran adalah tahap lebih lanjut kesamaan tempat. Yaitu apabila seluruh karyawan telah memiliki kesamaan sudut pandang dan sekaligus sdh memiliki konsep pemikiran yang sama untuk mencari solusi ataupun pemecahan setiap permasalahan (problem solving) Jadi, meskipun tidak berada dalam satu tempat tetapi masing-masing karyawan telah memiliki sebuah konsep pemikiran. KESAMAAN PERASAAN: Didalam mengelola rumah tangga, pekerjaan, manajemen perusahaan atau bahkan mengelola negara, tidak memungkinkan seseorang semata-mata berpikir linier (berpikir datar, matematis, monoton dan tidak menggunakan azas thinking outside the box) karena pemikiran linier sebenarnya telah terwakili adanya data, prosedur, dokumen dlsb. Oleh karena itu pada tahap tertentu seseorang harus menggunakan perasaan (feeling, intuition, lateral thinking ataupun transactional analysis) untuk menyelesaikan problem, khususnya yang terkait dengan policy, kebijakan, kebijaksanaan atau yang terkait dngan faktor eksternal. KESAMAAN JIWA: Tahap ini merupakan tingkatan tertinggi dalam membangun kerjasama kelompok atau teamwork. Dimana masing-masing karyawan telah memahami seutuhnya tentang fungsi, tugas dan kewajibannya. Telah ada Trust atau saling percaya diantara seluruh unit kerja, kemudian terbentuk sebuah jiwa korsa atau LEsprit de Corps, Ethos Kerja dan Corporate Culture yang utuh. Dengan demikian telah mencapai tahap hakekat didalam mengelola perusahaan. Biasanya dalam tataran ini, tidak akan terjadi banyak friksi atau silang pendapat. Apabila masih ada perbedaan dalam pemecahan masalah, tidak akan timbul prasangka atau praduga negatif diantara sesama karyawan. FAKTOR KOMUNIKASI Dalam membangun kerjasama kelompok diperlukan keterbukaan atau transparency. Untuk menciptakan keterbukaan diperlukan kemauan dan kemampuan setiap karyawan untuk berkomunikasi. Berkomunikasi tidak berarti semata-mata berbicara, tetapi bagaimana seseorang/komunikator (atasan kepada bawahan, bawahan kepada atasan ataupun antar teman sejawat) mampu mengeluarkan pendapat atau jalan pikirannya kepada orang lain/komunikan, sehingga orang lain tadi mau dan mampu menerima pendapatnya.

Beberapa persyaratan menjadi komunikator adalah: *Memiliki konsep pemikiran yang teratur, runtut dan komprehensif. *Memiliki logical reasoning yang memadai disertai daya analisa dan sintesa yang tajam. *Memiliki data-data dan dokumen pendukung yang lengkap *Memiliki kepercayaan diri (self confidence) yang kuat, tidak mudah tersinggung *Memiliki kreativitas verbal yang memadai. Seorang komunikator yang tidak memiliki bekal cukup dalam berkomunikasi, akan cenderung sensitif terhadap pertanyaan atau sanggahan dari komunikan. Dengan demikian proses komunikasi yang dimaksudkan untuk membangun kerjasama kelompok, justru akan melahirkan berbagai friksi atau muncul ego defence mechanism dari masingmasing anggota kelompok dan berakhir dengan gagalnya Teamwork. Untuk itu komunikator harus memahami tipe komunikan yang berbeda satu dengan lainnya. Tipe itu antara lain: Tipe pendengar aktif, tipe pendengar pasif, tipe penanya, tipe penyerang, tipe masabodoh, tipe sok pintar dan tipe pura-pura.. Selain itu dalam proses komunikasi, perlu diperhatikan karakter masing-masing pihak, sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman. yaitu: Karakter DBA (Directing Before Action) yaitu seseorang yang harus mendapatkan penjelasan secara tuntas sebelum melakukan tindakan. Karakter DDA (Directing During Action) yaitu seseorang yang membutuhkan bimbingan dan arahan yang berkelanjutan selama melakukan tindakan. Karakter DAA (Directing After Action) yaitu seseorang yang tidak membutuhkan informasi untuk melakukan sebuah tindakan. KESIMPULAN Jika setiap individu dalam sebuah perusahaan memahami pentingnya sebuah kerjasama team, Maka dipastikan hubungan kerja antar unit kerja (Antar Seksi, antar Dinas , antar Divisi, antar Subdit ataupun lintas unit kerja) akan menjadi lancar, sehingga setiap program atau Quality Objective yang dicanangkan mudah tercapai. Disamping itu masing-masing karyawan yang secara personal telah memiliki energi dan potensi bagus, akan bersinergi menjadi sebuah kekuatan yang maha dahsyat. Tidak ada lagi egoisme sektoral diantara disiplin ilmu, diantara divisi atau dinas dan masingmasing pihak tidak ada keinginan menonjolkan diri sendiri. Pendek kata, nyaris tidak ada perusahaan yang sukses karena adanya Superman, tetapi sebagian besar perusahaan akan berjaya karena Superteam. Secara keseluruhan energi itu diarahkan demi terwujudnya Visi, Misi dan Strategi perusahaan, terpenuhinya sasaran kerja seluruh karyawan, tercapainya kinerja perusahaan yang optimal, dimana pada akhirnya juga akan mendukung kesejahteraan seluruh karyawan. ********

Anda mungkin juga menyukai