Anda di halaman 1dari 3

Selamat sore tutor dan teman-teman mata kuliah Hukum Media Massa.

Semoga selalu sehat di mana pun berada.

Izinkan saya menjawab pertanyaan dari tutor.

Pembahasan :

Pertumbuhan media pertama yang tercatat sejarah adalah Acta Diurna tahun 59 sebelum masehi.
Kemudian, media cetak baru melejit di era mesin cetak Johann Gutenberg yang menjadi pionir revolusi
industri media di tahun 1500-an. (Riwanto, 2020 : 4.3-4.4).

Tetapi, dari Acta Diurna menuju Gutenberg, pertumbuhannya memakan waktu 15 abad. Kita baru bisa
melihat pertumbuhan media yang ‘agak’ cepat dari televisi penemuan ilmuwan Nipkow Sheibe tahun
1884 menuju televise mekanik tahun 1939 dan televisi berwarna tahun 1953 (Riwanto, 2020 : 4.10-
4.11). Ini pun memakan waktu setidaknya 70 tahun.

Artinya, proses pertumbuhan media secara umum lambat jika melihat timeline dari perspektif media
televisi, apa lagi media cetak, keduanya tergolong media konvensional. Sulit bagi kita untuk melihat
faktor apa yang mempercepat pertumbuhan media. Sehingga, jika saya boleh memakai perspektif lain,
kita harus melihat pertumbuhan pesat media dari perkembangan internet.

L Erawan (2016 : 1) menyebut sejarah internet dimulai dengan perkembangan komputer elektronik pada
1950-an. Kemudian, dalam kurun waktu 40 tahun, tepatnya tahun 1990-an, lahirlah world wide web
yang akhirnya menjadi benih revolusi media di penjuru dunia karena menjadi media baru yang
mengawinkan media cetak, audio dan video dan menawarkan komunikasi dua arah (Riwanto, 2020 :
4.21-4.22).

World wide web (www) merupakan ciptaan ilmuwan nuklir CERN, Berners – Lee di Jenewa pada tahun
1989, yang menawarkan ide membangun server hiper media terdistribusi yang memungkinkan
penggunanya untuk mempersiapkan dokumen elektronik yang terdiri dari atau mengarahkan kepada
berbagai jenis data, tersebar di seluruh dunia. Dia juga yang menulis kode biner yang kini kita kenal
dengan URL, HTTP dan HTML (Raphael Cohen-Almagor, 2011 : 53).

Dari embrio inilah kita akhirnya memiliki teknologi komunikasi super canggih, super cepat, tanpa deal,
bisa real time yang bernama internet. Dari www, lahirlah Google yang akhirnya menjadi search engine
nomor satu di dunia, yang membuat kita memasuki era kecepatan informasi yang tidak pernah terjadi
dalam sejarah peradaban manusia sebelumnya.

Kemudian, era internet juga semakin mendominasi semua platform komunikasi dengan hadirnya media
sosial. Mulai dari Twitter, Instagram, Facebook dan lainnya. Tetapi, embrio dominasi media sosial
sejatinya terlihat dari kelahiran My Space dan akuisisinya oleh Facebook.

Tahun 2006, MySpace adalah media sosial paling populer dengan pengguna mencapai 100 juta akun.
Tetapi, Marc Zuckerberg mengakuisisi MySpace untuk menjadi bagian dari Facebook, dan hanya dalam
waktu 4 tahun, Facebook menjadi media sosial dengan pengguna terbanyak di dunia, yaitu 500 juta
akun (Raphael Cohen-Almagor, 2011 : 57).
Apa sebenarnya yang membuat Facebook besar dan cepat? Karena, ada kebutuhan manusia untuk
bersosialisasi dengan manusia dari belahan dunia lain yang membuat Facebook besar.

Dengan kata lain, media sosial berkembang pesat, karena mampu memenuhi kebutuhan manusia.

Saking ekstremnya media sosial dan internet mampu memenuhi kebutuhan manusia, revolusi media
pun semakin cepat di tahun 2021 ini.

Lalu, apa yang bisa kita lihat dari kasus revolusi pertumbuhan media, terutama yang berbasis media
internet?

Mulharnetti (2013) menyebut bahwa ada 5 kebutuhan yang melandasi publik menggunakan media
(Riwanto, 2020 : 4.3).

Dan dari refleksi fenomena media internet yang sudah saya jelaskan sebelumnya, kebutuhan ini juga
yang menjadi katalis percepatan dan revolusi media di dunia.

1.Kebutuhan kognitif. Yaitu, kebutuhan untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan pemahaman.
Dengan kemudahan teknologi seperti Facebook, manusia bisa mencari dan memperoleh informasi tanpa
perlu bersusah payah belajar dan membaca buku. Inilah yang membuat media berkembang cepat.

2.Kebutuhan afektif. Yaitu kebutuhan untuk memperkuat perasaan estetika, kesenangan dan
pengalaman emosional. Facebook juga menjadi tempat munculnya gambar, video maupun tulisan
bernada sentimental dan personal, sehingga netizen yang membacanya pun bisa memenuhi kebutuhan
afektifnya itu, tanpa perlu bertemu langsung dengan orang si pemilik cerita sentimental ini.

3.Kebutuhan integrasi personal. Yaitu kebutuhan untuk meningkatkan kredibilitas, kepercayaan diri,
stabilitas dan status individual. Manusia membutuhkan pengakuan terhadap semua pencapaian dalam
hidupnya. Facebook misalnya, memberi kesempatan manusia untuk menunjukkan pencapaiannya
kepada orang lain (posting) , dan orang lain memberi apresiasi (like, comment), sehingga kebutuhan
integrasi personalnya terpenuhi.

4.Kebutuhan integrasi sosial. Yaitu kebutuhan untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman dan
dunia luar. Facebook sebagai platform media sosial berbasis internet, mampu memberi ruang sosial bagi
kebutuhan manusia dengan adanya fasilitas add friends atau follows. Tidak hanya itu, manusia juga bisa
terkoneksi dengan teman dan dunia luar, sehingga kebutuhan sosialnya terpenuhi.

5.Kebutuhan pelepasan ketegangan. Yaitu, kebutuhan yang digunakan untuk tempat pelarian,
menghilangkan stress, pengalihan dan mencari variasi kehidupan lain. Facebook juga menjadi tempat
hiburan, berbagai akun bahkan secara spesifik menjadi akun hiburan. Begitu juga, Facebook menjadi
tempat bagi seseorang, untuk bisa menjadi orang lain, tidak berlaku sesuai perannya di dunia nyata.

Dan dalam banyak kasus, internet juga memberi kesempatan seseorang untuk secara anonym bertindak
kasar, berkata kotor dan menunjukkan sisi gelapnya tanpa harus menghadapi persekusi.

Kesimpulan :
Dari sinilah saya bisa menyimpulkan, bahwa media bergerak begitu cepat, terutama 10-15 tahun
terakhir karena kemampuan ekstrem new media seperti internet dan media sosial untuk secara
ekstrem, memenuhi semua kebutuhan yang melandasi publik menggunakan media.

Daftar Pustaka :

- Raphael Cohen-Almagor. 2011. Internet History. International Journal of Technoethics, 2(2), 45-64.

- Riwanto, A. 2020. Hukum Media Massa. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.

Demikian jawaban saya atas pertanyaan tutor. Mohon koreksi andai ada kesalahan persepsi saya dalam
menjawab pertanyaan tutor.

Terima kasih.

Salam sehat.

Yudistira Satya Wira Wicaksana, Ilmu Komunikasi 2020.1, Malang.

Anda mungkin juga menyukai