Anda di halaman 1dari 38

Nomor :

Revisi Ke : 0
Berlaku Tgl : 1 Februari 2022

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG


DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS BANTARBOLANG

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS


PUSKESMAS BANTARBOLANG

Ditetapkan Oleh :
Kepala UPT Puskesmas Bantarbolang

Dr. MUCHAMAD IQBAL


NIP. 19740730 201001 1 002

1
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada


umumnya perlu diperhatikan, salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai
peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang
diinginkan, maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat diantaranya
tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai,
mudah dijangkau dan bermutu.
Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, UPT
Puskesmas Bantarbolang telah menyusun Panduan Manajemen Resiko Klinis
sebagai panduan dalam melaksanakan upaya menanggulangi semua resiko yang
mungkin terjadi di UPT Puskesmas Bantarbolang.
Kami sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak
atas sumbangan pikirannya sehingga tersusunlah Panduan Manajemen Resiko
ini. Semoga panduan ini akan bermanfaat dan Tuhan Yang Maha Esa akan selalu
melimpahkan hidayah-Nya.
Penyusunan panduan ini dirasakan masih belum sempurna betul
sehubungan dengan adanya keterbatasan-keterbatasan. Saran yang konstruktif
sangatlah diharapkan demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Bantarbolang, 1 Februari 2022


Kepala UPT Puskesmas Bantarbolang

Dr. Muchamad Iqbal


NIP. 19740730 201001 1 002

2
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................4
PENDAHULUAAN.........................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..............................................................................4
B. TUJUAN..............................................................................................4
C. BATASAN OPERASIONAL......................................................................5
BAB II..........................................................................................................7
RUANG LINGKUP.........................................................................................7
A. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RESIKO............................................7
B. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RESIKO........................................7
BAB III.......................................................................................................10
TATA LAKSANA..........................................................................................10
A. TETAPKAN KONTEKS........................................................................10
B. IDENTIFIKASI RESIKO......................................................................11
C. ANALISA RESIKO...........................................................................19
D. EVALUASI RESIKO.........................................................................20
E. KELOLA RESIKO...............................................................................21
BAB IV.......................................................................................................36
PELAPORAN...............................................................................................36
A. MEKANISME PELAPORAN................................................................36
B. BENTUK PELAPORAN.......................................................................36
BAB V........................................................................................................37
PENUTUP...................................................................................................37
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................................36

3
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
BAB I

PENDAHULUAAN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan pasien (safety) telah menjadi isu global termasuk
keselamatan pasien di Puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan
Keselamatan pasien di Puskesmas yaitu keselamatan pasien itu sendiri,
keselamatan petugas kesehatannya, keselamatan bangunan dan peralatan
puskesmas yang bisa berdampak kepada keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan yang berdampak kepada pencemaran lingkungan,
serta keselamatan keberlangsungan kemajuan Puskesmas itu sendiri. Kelima
aspek inilah yang nantinya menjadi penentu dalam peningkatan mutu
puskesmas khususnya dalam penanganan manajemen resiko di puskesmas.
UPT UPT Puskesmas Bantarbolang merupakan Puskesmas perkotaan
dimana pelayanan menjangkau masyarakat luas yang kompleks dari segi
pendidikan, pengetahuan, sosial, budaya serta ekonomi. Berkembangnya
ilmu teknologi dan tuntutan masyarakat akan pelayanan yang bermutu
menyebabkan kemajuan yang pesat di bidang kesehatan sehingga terdapat
banyak jenis obat, alat-alat kesehatan yang canggih, prosedur pemeriksaan
yang lebih lengkap, serta penambahan jenis tenaga profesi kesehatan.
Keberagaman dan kerutinan pelayanan apabila tidak dikelola dengan baik
bisa menyebabkan hal- hal yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu UPT Puskemas Bantarbolang menetapkan Pedoman
Manejemen Resiko yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam
penanganan resiko-resiko pelayanan klinis di UPT Puskesmas Bantarbolang.

B. TUJUAN
1. Memberikan panduan sistem manajemen resiko yang berlaku di UPT
Puskesmas Bantarbolang.
2. Memastikan sistem manajemen resiko berjalan dengan baik agar proses
indentifikasi, analisa dan pengelolaan resiko dapat memberi manfaat bagi
peningkatan mutu dan keselamatan pasein di UPT Puskesmas
Bantarbolang.

4
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
3. Membangun sistem monitoring dan komunikasi yang efektif diantara
petugas sehingga pencapaian tujuan dan penerapannya berjalan
berkesinambungan.

C. BATASAN OPERASIONAL
1. Risiko: peluang / probabilitas timbulnya suatu insiden (menurut WHO),
yang akan berdampak merugikan bagi pencapaian sasaran-sasaran
keselamatan pasien dan menurunkan mutu pelayanan.
2. Manajemen Risiko Puskesmas adalah upaya mengidentifikasi dan
mengelompokkanrisiko (grading) dan mengendalikan / mengelola risiko
tersebut baik secara proaktif risiko yangmungkin terjadi maupun reaktif
fterhadap insiden yang sudah terjadi agar memberikan dampak negatif
seminimal mungkin bagi keselamatan pasien dan mutu di Puskesmas.
3. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) setiap kejadian yang tidak disengaja dan
kondisi yangmengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera pada
pasien. IKP terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris
Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian Potensial
Cedera (KPC).
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan
cidera pada pasien.
5. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) adalah insiden yang berpotensi
menimbulkan cidera pada pasien tapi yang belum sampai terpapar ke
pasien sehingga tidak ada cidera pada pasien.
6. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang berpotensi
mengakibatkan cidera pada pasien dan sudah terpapar ke pasien, tetapi
ternyata tidak menimbulkan cidera pada pasien.
7. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cidera, tetapi belum terjadi.
8. Kejadian Sentinel adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan telah
mengakibatkan kematian atau cidera fisik / psikologis serius, atau
kecacatan pada pasien.Termasuk di dalam kejadian sentinel antara lain:
kematian yang tidak dapat diantisipasi dan tidak berhubungan dengan
penyebab alami dari penyakit pasien atau kondisi medis dasar pasien;
bunuh diri, kehilangan permanen dari sebagian besar fungsi tubuh yang
tidak berhubungan dengan penyakit dasar pasien; pembedahan yang
salah lokasi / salah prosedur / salah pasien; penculikan bayi atau bayi
yang dibawa pulang oleh orang tua yang salah.

5
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
9. Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah suatu sistim untuk
mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, menganalisa
dan mengantisipasi / mengelola / mengendalikan insiden secara
berkesinambungan.
10. Risiko Sisa adalah sisa risiko tingkat terendah yang dapat dicapai
setelah upaya pengendalian / tindakan dilakukan.
11. Penilaian Risiko adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi
atau berpotensi terjadi dalam pelayanan di rumah sakit dengan
mempertimbangkan klasifikasi dan derajat (grading) kerugian yang
mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar risiko tersebut.
12. Penilai Risiko adalah anggota dari staf (manager atau yang lain) yang
telah menghadiri pelatihan penilaian risiko. Hal ini adalah tanggung jawab
manajemen untuk memastikan bahwa tiap unit kerja memiliki paling
sedikit satu penilai risiko yang terlatih.

6
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
BAB II
RUANG LINGKUP

A. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RESIKO


Paduan ini mencakup seluruh manajemen resiko yang ada di UPT
Puskesmas Bantarbolang yang meliputi:
1. Manajemen resiko lingkungan:
 Keamanan lingkungan fisik(bangunan):
 Pemantauan keamanan aliran air
 Pemantauan keamanan aliran listrik
 Pemantauan keamanan gas oksigen dan gas elpiji
 Pemantauan keamanan jendela dan pintu
 Indentifikasi resiko lingkungan yang berdampak pada pasein, petugas
dan lingkungan sekitar Puskesmas:
 Pemantauan keamanan pembuangan limbah
2. Manajemen resiko layanan klinis:
 Resiko yang berhubungan dengan pasein / pengunjung Puskesmas
 Resiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
 Resiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas lainnya
 Resiko yang berhubungan dengan peralatan atau metode yang
digunakan dalam memberikan pelayanan klinis
Penerapan manajemen resiko klinis dilakukan di setiap unit atau
poli pelayanan serta jejaring pelayanan kesehatan yang ada di UPT
Puskesmas Bantarbolang seperti Puskesmas Pembantu (PUSTU),
Poskesdes dan Posyandu.
3. Manajemen resiko program kesehatan masyarakat:
 Resiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
 Resiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
 Resiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program adalah
pelaksanaan kegiatan luar gedung Puskesmas.

B. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RESIKO


Dalam rangka mencapai tujuan untuk mengidentifikasi dan
mengendalikan resiko, UPT Puskesmas Bantarbolang mengatur kewenangan
dan tanggung jawab manajemen Puskesmas:

7
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
1. Tingkat Puskesmas oleh Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasein di Puskesmas.
2. Tingkat unit / poli oleh penanggung jawab masing-masing unit /
poli.
Uraian tanggung jawab manajemen resiko:
a. Tanggung jawab Kepala Puskesmas:
 Menetapakan kebijakan mengenai manajemen resiko di
Puskesmas
 Menetapkan dan membentuk Tim PMKP
 Mengawasi dan memastikan sistem manajemen resiko berjalan
dengan baik dan berkembang
 Menerima laporan dan merekomendasikan pengelolaan
pengendalian resiko sertamenindak lanjuti sesuai arahan dan
kebijakan Puskesmas termasuk pendanaan
 Mengambil alih tanggung jawab pengelolaan insiden keselamatan
pasein sesuai tingkat resiko.
b. Tanggung jawab Manajemen Resiko (Tim.PMKP)
 Membuat rencana kerja manajemen resiko di Puskesmas
 Membentuk Tim Penilai Resiko
 Menerima daftar resiko yang diberikan oleh penanngung jawab
unit / poli, menganalisa, evaluasi serta menindak lanjutinya
 Menerima serta menganalisa temuan resiko yang berasal dari
luar (external)
 Memantau serta mendorong semua petugas untuk
melaksanakan manajemen resiko
 Melaporkan hasil temuan kepada Pimpinan Puskesmas dan
melakukan diskusi serta menindak lanjuti hasil diskusi
c. Tanggung jawab penanggung jawab unit / poli
 Menerima laporan temuan – temuan resiko yang ada di unit /
poli
 Membuat daftar dan penilaian resiko
 Menganalisa sesuai tingkat kejadian apakah cukup
diselesaikan di tingkat unit
 Mendorong rekan – rekan kerja untuk melakukan manjemen
resiko

8
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
 Melaporkan semua daftar resiko, resiko yang sudah
diselesaikan di tingkat unit / poli serta melakukan diskusi
kepada Tim manajemen resiko untuk langkah – langkah ke
depannnya
d. Tanggung jawab petugas pemberi layanan klinis
 Memberikan informasi kepada penangunggung jawab unit/ poli
setiap bahaya, resiko serta kejadian yang ada di unit/ poli
 Melaksanakan panduan manajemen resiko yang telah
ditetapkan
 Mencatat dan mendokumentasi apabila terjadi insiden resiko
klinis
 Ikut serta dalam mengupayakan langkah-langkah
pengendalian resiko

9
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
BAB III
TATA LAKSANA

Gambar 1. Proses manajemen resiko


Manajemen resiko adalah proses berkesinambungan dan berkelanjutan.
Resiko mungki n terpapar kepada pasein, staf, pengunjung dan organisasi
yang terus-menerus berubah dan harus diidentifikasi.
Program manjemen resiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:
1. Tetapkan konteks
2. Identifikasi resiko
3. Analisis resiko
4. Evaluasi resiko
5. Kelola resiko

A. TETAPKAN KONTEKS
Tujuan, sasaran, strategi,ruang lingkup,kegiatan pada tahap ini harus
disusun dalam bentuk pedoman manjemen resiko Puskesmas.

10
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
B. IDENTIFIKASI RESIKO
Resiko pontensial dapat diidentifikasi dari berbagai sumber, misalnya:
 Informasi dari internal yang didapat dari laporan masing-masing unit/poli
 Informasi external yang didapat dari pedoman pemerintah, organisai atau
lembaga penelitian
 Pemeriksaan atau audit eksternal
Berikut contoh daftar resiko berdasarkan ruang lingkupnya:
1. Area lingkungan
NO RESIKO
1 SARANA - Kerusakan bangunan atau sarana dan
prasaran
- Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu,
air tidak lancar, sampah medis tidak
tersedia, toilet rusak
2 Keamanan - Tersengat listrik
lingkungan - Terpapar dengan bahan berbahaya
- Tertimpa benda jatuh
- Tersiram air panas
- Terpeleset
- Pencurian
3 Limbah - Sistem pembuangan limbah yang belum
standar
- Paparan limbah pada lingkungan

2. Area layanan klinis


Area layanan klinis terdiri dari unit / poli yang ada di Puskesmas dan jejaring Puskesmas
seperti Poskesdes dan Pustu.
No Unit / Poli Resiko
1. Loket - Pasein menunggu lama
Pendaftara - Kesalahan pemberian identitas rekam medis
n dan - Kesalahan pengambialan rekam medis
Rekam - Kegagalan memperoleh inform concent
Medis - Kesalahan pelabelan rekam medis
- Kebocoran informasi rekam medis
- Ketidak lengkapan catatan dalam rekam

11
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
medis
- Kehilangan / kesalhan penyimpanan rekam
medik
2. RUANG - Kesalahan mengidentifikasi pasein
PEMERIKS - Kesalahan dalam diagnosis
AAN - Kesalahan dalam pemberian resep
DOKTER - Kesalahan dalam terapi
(R. PU, R. - Kesalahan dalam edukasi
Pemeriksa - Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
an Anak,
R.
Pelayanan
KIA)
3. R. - Kesalahan dalam mengdentifikasi pasein
TINDAKAN - Kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau cairan
tubuh pasein
- Kesalahan pemberian obat / injeksi
- Monitoring tindakan yang kurang baik
4. R. - Kesalahan dalam mengidentifikasi pasein
IMUNISASI - Kesalahan dalam pengkajian (tanda –tanda
vital)
- Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis dan dosis vaksin
- Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden petugas tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Insiden kegagalan pemberian imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
5. R. - Penulisan resep yang tidak baik

12
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
PELAYANA - Riwayat alergi obat yang tidak teridentifikasi
N OBAT - Kesalahan identifikasi pasein dalam
pemberian obat
- Kegagalan memantau efek samping obat
- Kesalahan dosis / formula obat
- Kesal;ahan edukasi cara minum obat
6. R. - Kegagalan pengambilAn sampel sehingga
LABORAT menimbulkan perlukaan
ORIUM - Kesalahan pengambillan sampel
- Kesalahan pemberian label sampel
laboratorium
- Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan
laboratorium
- Hasil pemeriksaan hilang atau tertukar
- Sampel rusak atau hilang
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Tertelan bahan infeksius
- Tertusuk jarum
7. R. - Kesalahan dalam mengdentifikasi pasein
PELAYANA - Kesalahan tindakan yang menimbulkan
N KB perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau cairan
tubuh pasein
- Kesalahan menulis resep dan dosis obat
- Kesalahan diagnosa
-
8. R. - Kesalahan tindakan yang menimbulkan
PEMERIKS perlukaan
AAN GIGI - Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum

13
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
- Limbah medis berceceran
- Tergigit pasein
- Kesalahan menulis resep dan dosis obat
- Kesalahan diagnosa
- Kesalahan mengidentifikasi pasein
- Alat kompresor tiba-tiba rusak sehingga
tindakan ditunda

3. Area pelaksanaan program


Area pelaksanaan program adalah upaya kesehatan masyarakat
essensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Tempat
pelaksanaannya bisa di Posyandu Balita, Pos Penimbangan, Pos UKK,
program Kesehatan Reproduksi Remaja, POSBINDU, UKS/UKGS, dan
kelompok sasaran lainnya.
 Upaya Kesehatan Masyarakat Essensial
No Jenis Resiko
Kegiatan
1. Pelayanan - Kecelakaan lalu lintas saat petugas
promosi melakukan kunjungan
kesehatan - Tergigit saat melakukan pemeriksaan gigi
(UKS /UKGS) anak sekolah
- Cedera mulut pada anak sekolah karena
memberontak saat dilakukan tindakan
pemeriksaan
- Tertusuk jarum saat kegiatan BIAS
- Salah memberikan vaksin saat kegiatan
BIAS
2. Pelayanan KIA - Kecelakaan lalu lintas saat petugas
– KB melakukan kunjungan
- Tidak menggunakan alat steril saat
melakukan pertolongan persalinan di
rumah pasein
- Kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan
- Tertusuk jarum saat kegiatan
- Salah memberikan vaksin TT

14
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
- Salah mengidentifikasi pasein
- Komunikasi yang tidak efektif saat
melakukan konseling

3. Pelayanan - Insiden balita jatuh saat penimbangan


Gizi - Kesalahn cara penimbangan
- Kesalahan pencatatan hasil
pengukuran dan pemeriksaan
- Kesalahan memberikan dosis Vit.A
pada kelompok umur
- Kesalahan memberikan informasi
- PMT yang tertukar
4. PERKESMAS - Salah alamat saat berkun jung
- Terpapar infeksi dengan pasein yang
dikunjungi
- Kecelakaan lalu lintas saat
berkunjung
- Salah pemberian obat
5. Pencegahan 1) Pelayanan Imunisasi
dan - Kesalahan penentuan kebutuhan
Pengendalian imunisasi
Penyakit - Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis imunisasi
- Kesalahan dosis vaksin
- Insiden kegagalan pemberian
imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Ceceran limbah medis
- Insiden tertususk jarum
2) Pelayanan malaria
- Kesalahan diagnosa
- Kesalahan pemberian obat dan
komunikasi cara minum
- Kesalahan penyampaian penggunaan
kelambu malaria
3) Pelayanan HIV / AIDS
15
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
- Tidak menggunakan teknik PI dan
APD
- Ceceran limbah medis
4) Diare
- Terpapar dengan pasein yang
dikunjungi
- Salah diagnosa
- Salah memberikan terapi
- Salah menentukan derajat dehidrasi
5) Kusta dan TBC
- Terpapar dengan pasein yang
dikunjungi
- Salah diagnosa
- Salah memberikan terapi
- Tidak menggunakan APD
6) Surveilans terpadu /Rabies
- Terpapar dengan pasein yang
dikunjungi
- Salah diagnosa
- Salah memberikan terapi
- Tidak menggunakan APD
7) Campak
- Salah diagnosa
- Salah memberikan terapi
8) DBD
- Mesin fogging mati saat
penyemporatan di dalam ruagan
- Petugas terpapar racun
- Ada penghuni di rumah saat
penyemprotan
- Petugas terperangkap karena
perubahan angin
- Kebakaran karena mesin fogging
terkena kain horden, berdekatan
dengan gas elpiji,,atau balon yang ada
gas hidrogennya

16
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
- Salah memberikan penjelasan
penggunaan ABATE
- Keracunan saat mengemas ABATE
9) ISPA
- Tertular karena tidak menggunakan
masker saat pemeriksaan
- Salah diagnosa dan terapi
10) Cacingan
- Kesalahan memberikan dosis obat
- Tidak menggunakan APD
11) Pelayanan PTM
- Kesalahan mengidentifikasi pasein
- Kesalahan diagnosa dan terapi
- Pasein lansia terjatuh

 Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan


N Jenis Kegiatan Resiko
o
1. Pelayanan - Kecelakaan lalu-lintas saat berkunjung
UKMG - Tergigit anak saat pemeriksaan gigi
2. Pelayanan - Mendapat perilaku kekerasaan dari
Kesehatan jiwa pasein
dan haji - Tertusuk jarum
- Salah minum obat
- Petugas merasa terancam secara
psikologis
3. Pelayanan - Salah diagnosa
kesehatan - Kecelakaan lalu-lintas saat berkunjung
indera
4. Pelayanan - Pasein lansia terjatuh
kesehatan - Salah diagnosa atau terapi
lansia - Tertusuk jarum saat pemeriksaan
- Ceceran limbah medis
5. Pelayanan - Kesalahan cara penimbangan
kesehatan anak - Insiden balita terjatuh saat proses
(DDTK) penimbangan
17
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
- Kesalahan pencatatan hasil pengukuran
dan pemeriksaan
- Kesalahan menyampaikan edukasi
6. Pelayanan - Kesalahan mengidentifikasi pasein
kesehatan kerja - Kesalahan diagnosa dan terapi
dan olahraga - Tidak menggunakan alat steril dan APD
Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan
peringkatnya (grading) dengan memperhatikan:
1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence

Identifikasi risiko juga dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai


dengan jenis-jenis insiden keselamatan pasien sebagaimana dicontohkan
dalam tabel berikut:
Tabel 1. Identifikasi risiko berdasarkan dampak sesuai dengan jenis-jenis
insiden keselamatan pasien.

18
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
C. ANALISA RESIKO
Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut
untuk menentukan prioritas penanganan dan level manajemen yang harus
bertanggung jawab untuk mengelola / mengendalikan risiko / insiden
tersebut termasuk dalam kategori biru / hijau / kuning / merah.
Tabel 2. Score risiko

19
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya.
Untuk risiko / insiden dengan kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup
dengan investigasi sederhana sedangkan untuk kategori kuning dan merah
perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam dengan metode RCA (root
causeanalysis – reaktif / responsive) atau HFMEA (healthcare failure mode
effect analysis – proaktif).

D. EVALUASI RESIKO
1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut
sesuai skor dan grading yang didapat dalam analisis.
2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai,
dan meliputi proses berikut :
a. Menilai secara obyektif beratnya / dampak / akibat dan menentukan
suatu skor
b. Menilai secara obyektif kemungkinan / peluang / frekuensi suatu
peristiwa terjadi danmenentukan suatu skor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko
3. Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam dua tahap.
a. Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih,
yang akan mengidentifikasibahaya, efek yang mungkin terjadi dan
pemeringkatan risiko.
b. Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja
yang akan melakukanverifikasi tahap pertama dan membuat suatu
rencana tindakan untuk mengatasi risiko.
.

20
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
E. KELOLA RESIKO
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya
adalah pengelolaan risiko insiden dengan target menghilangkan atau
menekan risiko hingga ke level terendah (risiko sisa) dan meminimalisir
dampak atau kerugian yang timbul dari insiden yang sudah terjadi.

21
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
1) Investigasi Sederhana
Dalam pengelolaan risiko / IKP yang masuk dalam kategori biru atau
hijau, maka tindak lanjutevaluasi dan penyelesaiannya dilakukan dengan
investigasi sederhana, melalui tahapan:
1. Identifikasi insiden dan di-grading
2. Mengumpulkan data dan informasi:
a. Observasi
b. Telaah
c. dokumen Wawancara
3. Kronologi kejadian
4. Analisa dan evaluasi sederhana:
a. penyebab langsung: - individu

22
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
- peralatan
- lingkungan tempat kerja
- prosedur kerja
b. penyebab tidak langsung: - individu
- tempat kerja
5. Rekomendasi: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang

2) RCA ( Root Cause Analysis)


Langkah – langkah untuk melakukan analisis akar masalah (RCA)

23
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
1. Identifikasi Insiden: Root Cause Analysis digunakan untuk menganalisa
dan mengevaluasi IKP pada derajat kuning dan merah.
2. Tentukan tim investigator yang mewakili berbagai komponen:
a. Ketua PMKP
b. Tim penilai resiko ( penanggung jawab unit / poli)
c. Tim audit internal
d. Notulen ( Sekretaris PMKP)
Dalam hal insiden sentinel maka tim investigator harus terdiri dari:
a. Expert insiden dan analis expert external (misal yang tidak berlatar
belakang medis)
b. Senior management expert (misal direktur medis)
c. Senior clinical expert (misal konsultan senior)
d. Orang yang mengetahui unit kerja / bagian terkait dengan baik
namun tidak terlibat langsungdalam insiden tersebut .
3. Pengumpulan data dan informasi dilakukan di lapangan dengan berbagai
cara:
a. Observasi
Observasi langsung kepada praktek di lapangan dan tempat
kejadian
b. Telaah Dokumentasi
Meliputi penelusuran kepada rekam medik pasien dan seluruh
pedoman / panduan / SPO terkait dengan insiden untuk korelasi
keduanya

24
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
c. Wawancara
Dilakukan dalam sesi tertutup kepada setiap personil terkait secara
terpisahtermasukkepada pihak yang dirugikan / pasien dalam
insiden tersebut.
Tujuan pengumpulan informasi pada tahap ini:
a. Mengamankan informasi untuk memastikan dapat digunakan
selama investigasi dan jikakasus disidangkan ke pengadilan
b. Identifikasi kebijakan dan prosedur yang relevan
c. Menggambarkan insiden secara akurat
d. Mengorganisasi informasi
e. Memberikan petunjuk kepada tim investigasi
Dokumentasi semua bukti yang berkaitan dengan insiden harus
dikumpulkan sesegera mungkin:
- Semua catatan medis dan catatan keperawatan
- Semua hasil pemeriksaan yang berhubungan dan penunjang
diagnostik
- Incident report (laporan keselamatan pasien)
- Kebijakan dan prosedur
- Integrated care pathway yang berhubungan
- Pernyataan-pernyataan dan hasil observasi
- Bukti fisik
- Daftar staf yang terlibat
- Lakukan interview dengan semua orang yang terlibat
- Informasi mengenai kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya
insiden
- (misal pergantian jaga, ketersediaan petugas terlatih, kecukupan
tenaga, dll)
4. Pemetaan kronologi kejadian dilakukan dengan cara:
a. Kronologi naratif : berguna pada laporan akhir insiden
b. Time line: menelusuri rantai insiden secara kronologis dan berguna
untuk menemukanbagian dalan proses dimana insiden terjadi
c. Tubular Timeline: seperti timeline tapi lebih detail terutama dalam
hal good practice & CMP (Care Management Problem), berguna untuk
kejadian yang berlangsung lama
d. Time-Person Grid: untuk mengetahui pergerakan dan keberadaan
seseorang sebelum, selama dan sesudah kejadian. Berguna pada

25
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
kejadian yang melibatkan banyak orang namun dalam periode waktu
pendek.
5. CMP (Care Management Problem)
Adverse event yang berkaitan dengan penyimpangan dari standar
pelayanan yang telah ditetapkandan berdampak langsung atau tidak
langsung kepada pasien.
6. Analisa Informasi
a. Tehnik 5 Whys (atau tehnik why – why)
Bertanya secara berlapis dengan tujuan menemukan akar penyebab
masalah, denganmengidentifikasi gejala, penyebab langsung, faktor
kontributor, dan akhirnya akar masalah.
Dengan tehnik ini, investigator tidak boleh berhenti bertanya walaupun
sudah menemukanpneyebab langsung sebelum menemukan akar
penyebab masalah.
b. Analisis perubahan
Digunakan bila dicurigai adanya perubahan praktek daripada prosedur
yang seharusnya.
c. Analisis Barrier
d. Analisis Fish Bone
7. Rekomendasi dan tindak lanjut

HFMEA (Healthcare Failure Mode Effect Analysis)

26
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
Di dalam upaya mengurangi kemungkinan terjadinya suatu insiden,
metode HFMEA digunakanuntuk mengidentifikasi modus kegagalan
(kegagalan proses) yang berpotensi terjadi kemudianmengidentifikasi
dampak yang mungkin timbul diikuti analisis akar masalah, sebelum
melakukanredisain proses untuk meminimalisir risiko modus kegagalan /
dampaknya kepada pasien. HFMEA merupakan proses pro-aktif untuk
emperbaiki kinerja dengan mencegah potensikegagalan sebelum terjadi
sehingga akhirnya eningkatkan keselamatan pasien. (F = failure, yaitusaat
sistim tidak bekerja sesuai yang diharapkan; M = mode, yaitu cara /
perilaku yang dapatmenimbulkan kegagalan tersebut; E = effect, yaitu
dampak / konsekuensi dari modus kegagalantadi; A = analysis, yaitu upaya
investigasi terhadap proses secara detail).
Pada prinsipnya langkah-langkah untuk menjalankan HFMEA
meliputi:
1. Identifikasi proses yang berisiko tinggi (IDENTIFIKASI)
2. Bentuk tim HFMEA (TIM) dan menentukan masing-masing
peran.
3. Menggambarkan diagram dari proses tersebut (DIAGRAM
PROCESS)
4. Analisis hazard (HAZARD ANALYSIS):
a. Brainstorming kemungkinan kegagalan proses dan
menentukan dampaknya
b. Menentukan prioritas kegagalan proses yang akan
diperbaiki
c. Menentukan akar masalah dari kegagalan proses yang
sudah diprioritaskan tadi
5. Implementasi dan monitoring hasil dari redisain proses
tersebut
(ACTION & OUTCOME MEASURE)
Langkah 1. IDENTIFIKASI PROSES BERISIKO TINGGI
Proses yang dimaksud dapat merupakan proses yang baru dan belum
dilakukan (misalnya pembelian alat baru, pemakaian rekam medik elektronik,
redisain kamar bedah), proses yang sudah berjalan, berisiko tinggi walaupun
belum menimbulkan insiden (misalnya pemeriksaan di laboratorium), proses
klinik (misalnya proses pelayanan kateterisasi jantung), atau proses non medik
(pembayaran tagihan pasien asuransi). Dalam menentukan proses yang
hendak dianalisis dengan HFMEA, kumpulan proses yang ada digrading untuk
27
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
menentukan skor risikonya (sebagaimana dalam prosedur RCA, risk
assessment).

Penetapan prioritas adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok


orang dengan metode tertentu untuk menetapkan prioritas dari yang paling
penting sampai yang kurang penting. Salah satu metode : tekhnik skoring
Langkah – langkah penetapan prioritas masalah:
1. Tetapkan bagian/unit pelayanan yang akan ditentukan prioritasnya (dari
atas kebawah)
2. Skoring berdasarkan 3 H 1 P (High Risk,High Cost,High volume,Potensial
Prone) (dari kiri ke kanan)
3. Penentuan skor 1-10
4. Skor di jumlah
5. Skor tertinggi merupakan prioritas pertama

Langkah 2. TIM INVESTIGASI


Komposisi dan prosedurnya mirip seperti RCA di atas, terdiri dari orang-
orang multidisiplin yangtidak lebih dari 10 orang (idealnya 4-8 orang),
memahami proses yang akan dianalisa, mewakiliunit yang akan dianalisa, dan
memiliki kemampuan berpikir kritikal.

28
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
29
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
Langkah 3. GAMBARKAN ALUR PROSES
Gambarkan seluruh tahapan dalam alur proses beserta dengan sub-
proses dari masing-masing tahapan proses:

Kemudian uraikan modus kegagalan (dalam sub proses) dari masing-masing


tahapan dalam alur proses tersebut.

30
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
31
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
Langkah 4. HAZARD ANALYSIS
Failure Mode (Kegagalan Proses) yang dipilih dijabarkan lebih lanjut dan
lebih detail dalam tabelberikut:

32
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
33
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
34
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
Bila dari analisa Pohon Keputusan berakhir pada STOP, maka tidak
perlu lagi meneruskanpencarian akar masalah untuk hazard ini karena
berarti hazard tersebut tidak prioritas. Sedangkanhazard yang berakhir pada
titik hijau sebagaimana gambar di atas, perlu ditindaklanjuti sebagailangkah
ke-5.

Langkah 5. ACTION & OUTCOME MEASURE


1. Tentukan apakah potensial penyebab modus kegagalan dapat dikontrol,
eliminasi, terima
2. Jelaskan tindakan untuk setiap potensial modus kegagalan yang akan di
eliminasi atau di kontrol
3. Identifikasi Ukuran Outcome yang digunakan analisa dan uji redisain
proses
4. Identifikasi penanggung jawab untuk melaksanakan tindakan tersebut
5. Tentukan apakah diperlukan dukungan manajemen puncak untuk
melaksanakan rekomendasi

35
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
BAB IV
PELAPORAN

A. MEKANISME PELAPORAN

Pengelolaan
Resiko

Alur Pelaporan Insiden


Insiden

Buat Lapoaran Insiden


- Isi Fomulir Kejadian
Penemu
Insiden - Waktu Pelaporan paling lambat 2x 24 jam

LAPOR Penagung jawab unit /poli

Melakukan grading resiko


Atasan yang
Dilaporkan
INVESTIGASI SEDERHANA

Melapor ke Tim PMKP

Ketua Tim PMKP

Kepala Puskesmas
Hasil dari pelaporan disampaikan dan di diskusikan dalam rapat
mini loka karya lintas program di Puskesmas setiap Tri wulan.

B. BENTUK PELAPORAN
Terlampir

36
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
BAB V
PENUTUP

Demikian panduan ini disusun sebagai pedoman dalam menjalankan


layanan pasein yang aman, khususnya dalam rangka mencegah resiko-resiko
yang ada dan mungkin terjadi dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
baik dan bermutu di UPT Puskesmas Bantarbolang.
Panduan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu panduan akan
ditinjau kembali 2 sampai 3 tahun sesuai dengan tuntutan layanan dan standar
akreditasi Puskesmas.

37
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas (Keputusan


Menteri Republik Indonesia Nomor 1428/MENKES/SK/XII/2006 tanggal 20
Desember 2006)
2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2004, Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit

38
Jalan Raya Bantarbolang No.170 Kec. Bantarbolang Kab. Bantarbolang
Email : puskesmas.bantarbolang@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai