Anda di halaman 1dari 30

KARYA TULIS ILMIAH REMAJA

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM MENEKAN PUTUS SEKOLAH


DI DESA SETELUK TENGAH

TIM PENELITI

KETUA : VIQRI ZULKARNAEN PUTRA

NIS. 1296

ANGGOTA :
1. SAEFI BAJANG PRATAMA
NIS : 1274
2. ANDRY CAHAYA PUTRA
NIS : 1162

DEWAN RISET DAERAH

KABUPATEN SUMBAWA BARAT

2019
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
Judul Penelitian : Peran Pemerintah Desa Dalam Menekan Putus Sekolah Di
Desa Seteluk Tengah
Ketua Peneliti
a. Nama : Viqri Zulkarnaen Putra
b. NIS : 1296
c. Sekolah : SMAN 1 Seteluk
d. No HP : 082341490127
e. Alamat Email : viqrinaen@gmail.com
Anggota Peneliti (1)
a. Nama : Saefi Bajang Pratama
b. NIS : 1274
c. Sekolah : SMAN 1 Seteluk
d. No HP : 082339161914
e. Alamat Email :-
Anggota Peneliti (2)
a. Nama : Andry Cahaya Putra
b. NIS : 1162
c. Sekolah : SMAN 1 Seteluk
d. No HP : 082339082787
e. Alamat Email :-
Seteluk, September2019

Mengetahui,

Kepala SMAN 1 Seteluk Ketua Peneliti

MANSYUR, S.Pd.MM. VIQRI ZULKARNAEN PUTRA


NIP.19680501 200501 1 010 NIS. 1603
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum War. Wab.

Puja serta puji syukur kepada Allah SWT karena telah memberikan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun karya tulis ini. Tak
lupa juga ucapan terima kasih diberikan kepada orangtua, guru, sahabat, dan
teman-teman yang telah memberi dukungan kepada kami. Segala yang diciptakan
Allah SWT tak hentinya membuat penasaran dan ingin di telusuri lebih dalam.
Manusia adalah makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna, karena dibekali akal.
Namun manusia tak selamanya mampu mempertanggungjawabkan apa yang
dilakukannya atas akal yang ia miliki.
Zaman dan perkembangannya tidak mampu membawa perubahan yang
maksimal. Di era reformasi seperti saat ini, dunia pendidikan semakin dihadapkan
dengan permasalahan yang semakin serius. Tingginya angka putus sekolah di
Indonesia dari tahun ke tahun menjadi perhatian kami di dalam penyusunan karya
ilmiah ini. Oleh karena itu, kami menyusun karya ilmiah yang berjudul “Peran
Pemerintah Desa dalam Menekan Putus Sekolah di Desa Seteluk Tengah” ini
dengan harapan mampu dijadikan bahan evaluasi oleh berbagai pihak.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam penyusunan karya tulis ini. Kami mengharapkan kritik dan saran dari
dewan juri dan pembaca demi kesempurnaan karya tulis ini.

Wassalammualaikum War. Wab.

Seteluk, september 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
RINGKASAN.......................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian..................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
2.1. Tinjauan Tentang Pendidikan...............................................................4
2.2. Tinjauan Tentang Hak Anak Terkait Pendidikan.................................5
2.3. Tinjauan Program Pemerintah Terkait Pendidikan...............................7
2.4. Tinjauan Tentang Putus Sekolah........................................................... 9
2.5. Kerangka Berfikir.................................................................................10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................10
3.1. Jenis Penelitian......................................................................................10
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................10
3.3. Desain Penelitian...................................................................................10
3.4. Populasi dan Sampel.............................................................................10
3.5. Operasional Variabel.............................................................................11
3.6. Teknik Pengumpulan Data....................................................................12
3.7. Teknik Analisis Data.............................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................15
BAB V PENUTUP...............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................24
RINGKASAN

Karya tulis ilmiah yang berjudul “Peran pemerintah desa dalam menekan
putus sekolah di desa Seteluk Tengah” ini kami susun untuk mengetahui seberapa
besar peran pemerintah desa dalam mengatasi putus sekolah di desa Seteluk
Tengah. Target utama kami dalam penelitian ini ialah mengetahui peran
pemerintah desa dalam menangani peristiwa putus sekolah yang terjadi di desa
Seteluk Tengah dalam 3 tahun terkahir. Dalam pencapaiannya, kami
menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pemerintah desa sebagai setting
penelitian pada karya tulis ilmiah ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian
tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis.
Terdapat tiga teknik pengumpulan data yang kami gunakan, yakni teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hal-hal yang ingin kami ketahui dari beberapa teknik pengumpulan data
yakni, ingin mengetahui bentuk peran pemerintah desa dalam menekan angka
putus sekolah di desa Seteluk Tengah. Hal lain yang ingin kami ketahui adalah
penyebab dari putus sekolah yang terjadi di desa Seteluk Tengah dan apa yang
dilakukan oleh pihak desa untuk memberdayakan anak yang tidak melanjutkan
atau putus sekolah tersebut. Dari rangkaian kegiatan penelitian dan penyusunan
karya ilmiah ini, kami memperoleh hasil bahwa masih kurangnya peran
pemerintah desa dalam menangani anak putus sekolah.
Hal itu terbukti berdasarkan hasil.......
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia pada alinea ke-
IV, berisi tujuan bangsa Indonesia. Tujuan tersebut ialah, membentuk suatu pemerintah
negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial. Dengan tercantumnya mencerdaskan kehidupan bangsa, ini menunjukan
keseriusan bangsa Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kehidupan bangsa akan
cerdas apabila pendidikan di majukan. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan,
keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Adapun wujud dari keseriusan bangsa Indonesia terhadap pendidikan diantaranya ;
membentuk konstitusi yang mengatur tentang hak setiap warga terhadap pendidikan dan
membentuk undang-undang yang mengatur, memperkuat dan mempertegas konstitusi
tersebut. Bersumber dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 31, hak
warga negara adalah sebagai berikut :
1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.
Sedangkan lebih lanjut, ayat-ayat dalam pasal 31 diimplementasikan dalam undang-
undang yang mengatur tentang sistem pendidikan nasioal. Menurut Undang-Undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

1
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk Memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menimbang yang telah dijabarkan tentang keseriusan negara dalam memajukan
pendidikan, menunjukan bahwa bangsa Indonesia benar-benar menganggap pendidikan
adalah hal yang penting untuk dimajukan. Akan tetapi, hal tersebut masih belum dapat
dikatakan terwujud sepenuhnya. Pasalnya, pada saat ini Indonesia dirasa kurang serius dalam
hal pendidikan, dibuktikan dengan posisi Indonesia dalam pemeringkatan negara berdasarkan
kualitas pendidikan yakni pada posisi 108 (https://www.siedoo.com). Data dari sumber yang
sama menyatakan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia berada dibawah Negara Palestina,
Samoa, dan Mongalia. Penduduk Indonesia yang menyelesaikan pendidikan menengah tidak
kurang dari 44%, sedangkan 11% murid gagal atau tidak mampu menuntaskan pendidikan
adalah bukti bahwa Indonesia belum mencapai cita-citanya secara utuh.
Pemerintah mengupayakan berbagai program guna menekan angka putus sekolah di
Indonesia. Data dari Pokok pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
dirangkum oleh Jakarta, IDN Times menyebutkan bahwa sejak tahun 2016 hingga 2018
terdapat kurang dari 200.000 siswa yang putus sekolah. Namun dari hasil survey sosial
ekonomi Nasional menyebutkan tercatat masih ada 5,3 juta anak usia 7-18 tahun di Indonesia
yang tidak sekolah yang meskipun dari tahun 2016 hingga sekarang terjadi pengurangan
sehingga total anak yang tidak sekolah mencapai 4,6 juta anak. Tentu ini adalah suatu
fenomena yang harus ditanggapi serius.
Salah satu program unggulan pemerintah untuk mengatasi angka putus sekolah di
Indonesia ialah Program Indonesia Pintar (PIP) melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). PIP
merupakan pemberian bantuan tunai pendidikan kepada anak usia sekolah yang memiliki
latar belakang keluarga yang dapat miskin, rentan miskin, keluarga peserta Program Keluarga
Harapan (PKH), yatim piatu, dan penyandang korban bencana alam. Pada tahun 2018, jumlah
anak yang berusia 6-21 tahun penerima KIP berjumlah 18,7 juta anak, dengan total anggaran
sebesar 35,7 triliun.
Akan tetapi, adanya PIP (Program Indenesia Pintar) belum dapat mengatasi masalah
putus sekolah yang terjadi di Indonesia ini. Salah satunya di Kabupaten Sumbawa Barat
tepatnya di Kecamatan Seteluk Desa Seteluk Tengah. Seteluk Tengah dengan tujuh buah
dusun dan total jumlah penduduk sebanyak 4.362 jiwa yang di dalamnya masih terdapat anak
yang putus sekolah ditiap tahunnya mulai dari jenjang SD, SMP, hingga SMA.

2
Dari hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan di Kantor Desa Seteluk Tengah
pada 14 Mei 2019, terdapat 300 anak yang memperoleh bantuan KIP dari pemerintah. Akan
tetapi, masih saja ada dari penduduk Desa Seteluk Tengah yang putus sekolah tiap tahunnya
baik dari jenjang SD, SMP, hingga SMA dan sebagian dari mereka ialah penerima program
Indonesia pintar yang dicanangkan oleh pemerintah untuk membantu masyarakat ekonomi ke
bawah mendapat hak pendidikannya. Secara keseluruhan, penduduk Desa Seteluk Tengah
yang putus sekolah ini ialah penduduk yang keluarganya tergolong dalam ekonomi menengah
ke bawah.
Setelah melewati proses penelitian, kami melakukan proses wawancara lebih lanjut
kepada masyarakat setempat termasuk anak yang putus sekolah, kami mendapat hasil
terdapat 30 anak desa Seteluk Tengah yang putus sekolah. Hal tersebut menandakan bahwa
belum terdapat perhatian langsung dan menyeluruh dari pihak pemerintah desa kepada
tingkat pendidikan masyarakat.
Oleh karena itu, melalui karya ilmiah ini penulis ingin menggali lebih lanjut penyebab
dari tidak dapat diberhentikannya catatan putus sekolah anak-anak di Desa Seteluk Tengah
pertahunnya.Sehingga, mampu memberi kan gambaran mengenai peran pemerintah,
keluarga, dan lingkungan anak di dalam menjalani hak pendidikannya. Namun titik berat dari
karya ilmiah ini terletak pada hal-hal yang dilakukan dan diberikan oleh pemerintah untuk
menjamin hak pendidikan penduduknya serta menekan angka putus sekolah di Indonesia
melalui Desa Seteluk Tengah. Oleh karena itu, kami memberi judul pada karya ilmiah ini
yaitu “Peran Pemerintah Desa Dalam Menekan Putus Sekolah di Desa Seteluk Tengah”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah peran pemerintah desa dalam menekan angka putus sekolah di Desa Seteluk
Tengah?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui peran pemerintah desa dalam menekan angka putus sekolah di Desa Seteluk
Tengah.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi anak usia sekolah mengetahui haknya dalam pendidikan. Hak-hak
tersebut diantaranya berhak dan wajib belajar 12 tahun dan pemerintah wajib membiayainya
dengan APBN sekurang-kurangnya 20% untuk keperluan penyelenggaraan pendidikan
negara.

3
1.4.2 Manfaat bagi masyarakat adalah membangun kesadaran masyarakat terhadap
pendidikan yang kemudian ditekankan kepada anak, karena lingkungan masyarakat
berperan aktif dalam menekan angka putus sekolah di Desa Seteluk Tengah.
1.4.3 Manfaat bagi pemerintah adalah sebagai tolok ukur keberhasilan atau keefektifitasan
dalam menjalankan program pemerintah dalam bidang pendidikan. Sehingga dapat menjadi
bahan evaluasi bersama guna kepentingan bersama.
1.4.4 Sebagai bahan literasi bagi peneliti selanjutnya.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Pendidikan
2.1.1 Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan
terencana mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2.1.2 Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli
Menurut KBBI kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan
akhiran ‘an’ maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara
bahasa didefinisikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan (http://www.zonareferensi.com). Pengertian pendidikan menurut a hli :
a) Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak, maksudnya ialah pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
b) Menurut Diyarka menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha dalam
memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke skala yang insani.
2.2 Tinjauan Tentang Hak Anak terkait Pendidikan
2.2.1 Pengertian anak menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia
a) Menurut UU No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan Pasal 1 angka 20, “ anak
adalah orang laki-laki atau perempuan yang berumur kurang dari 15 tahun”
b) Menurut UU No. 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan
orang Pasal 1 angka 5, “anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan”
c) Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak Pasal 1 angka 2, “anak
adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah”
d) Menurut UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan
2.2.2 Pengertian anak menurut ahli
Berikut adalah beberapa ahli yang memaparkan pengertian anak, diantaranya :

5
a. Menurut John Locke
“Anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-
rangsangan yang berasal dari lingkungan”
b. Menurut Agustinus
“Anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk
menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh pengetahuan dan
pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-
contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat
memaksa”(www.landasanteori-pengertian-anak-menurut-definisi ahli).
2.2.3 Hak Anak Terkait Pendidikan
Undang-Undang Dasar Neagara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1)
menerangkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Hak
pendidikan anak adalah hak anak untuk memperoleh pendidikan sebagaimana
diamanatkan undang-undang, yang dijabarka dalam bentuk pendidikan formal,
pendidikan nonformal dan pendidikan informal, dari jenjang pendidikan dasar hingga
menengah.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
berdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan
nonformal adalah meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keterampilan dan latihan kerja, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik, terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis. Pendidikan informal adalah jalur pendidikankeluarga
dan lingkungan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri.
2.3 Tinjauan Tentang Program Pemerintah terkait Pendidikan
Pemerintah telah menetapkan pendidikan wajib diberikan minimal 12 tahun atau
setingkat SMA. Kemudian, pemerintah menyediakan dana pendidikan tingkat SD – SMA
melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Program ini kemudian diperkuat oleh BOS
Daerah sehingga semakin meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga menggalakkan Program IndonesiaPintar (PIP) melalui Kartu
Indonesia Pintar (KIP). PIP merupakan pemberian bantuan tunai pendidikan kepada anak
usia sekolah yang memiliki latar belakang keluarga yang dapat miskin, rentan miskin,

6
keluarga peserta Program Keluarga Harapan (PKH), yatim piatu, dan penyandang korban
bencana alam. Pada tahun 2018, jumlah anak yang berusia 6-21 tahun penerima KIP
berjumlah 18,7 juta anak, dengan total anggaran sebesar 35,7 triliun.
2.4 Tinjauan Tentang Putus Sekolah
Menurut KBBI, sekolah adalahbangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar
serta tempat menerima dan memberi pelajaran, sedangkan putus sekolah ialah suatu proses
belajardimana pendidikannya belum sampai tamat. Putus sekolah yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah berhentinya anak atauanak yang keluar dari suatu lembaga
pendidikan sebelum mereka menamatkanpendidikan sesuai dengan jenjang waktu sistem
persekolahan yang diikuti, baikpada tingkat SD, tingkat SMP,maupun tingkat SMA.

7
1
2.4. Kerangka Berpikir

Masalah Teknik Analisis Data

1. Terdapat anak putus sekolah di Desa a. Data Reduction (Reduksi Data)


ee Tengah.
Seteluk
2. Kurangnya peran pemerintah desa Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
terkait tingkat pendidikan banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan
masyarakat.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat rinci.
akan pentingnya pendidikan.
b. Data Display (Penyajian Data)
4. Program Indonesia Pintar belum
memberikan hasil nyata dalam Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya Harapan
menekan putus sekolah di Seteluk
adalah penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, 1. Menjadi pertimbangan pemerintah
Tengah.
desa Agar lebih terbukanya sistem
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
penentuan penerima bantuan
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan pendidikan.
2. Agar anak putus sekolah didesa
Rumusan Masalah sejenisnya. seteluk tengah semakin berkurang
c. Penarikan Kesimpulan atau bahkan tidak ada lagi
Bagaimana peran
pemerintah desa dalam Adalah sebagian dari kegiatan konfigurasi yang utuh.
menekan putus sekolah di
desa Seteluk Tengah? Kesimpulan-kesimpulan juga di verifikasi selama penelitian
berlangsung.

Gambar 2.1. Kerangka berpikir

2
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah
dengan judul “Peran Pemerintah desa Dalam Menekan Putus Sekolah di Desa
Seteluk Tengah” adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai
setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu
fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel
yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang
diuji. Kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis.
Menurut Sugiyono (2009:15), jenis penellitian kualitatif adalah jenis
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive
atau dengan menentukan narasumber yang memiliki kapasitas yang menunjang
karya tulis ini. Teknik pengumpulan data dengan gabungan, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan berlangsung selama dua bulan yaitu bulan Juli hingga
September 2019. Adapun penelitian ini bertempat Di Desa Seteluk Tengah,
Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa Barat.
3.3. Desain Penelitian
Penelitian ini digunakan untuk mengetahui peran pemerintah desa dalam
menekan putus sekolah di Desa Seteluk Tengah. Maka desain pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :

3
Pembuatan
pedoman Penentuan Proses
penelitian sampel penelitia
n

Analisis dan Wawancara dan


Kesimpulan pembahasan pengumpulan
hasil

Gambar 3.1. Desain penelitian


3.4. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anak putus sekolah yang ada Di Desa
Seteluk Tengah. Yaitu Dusun Pamongo,Dusun Selayar, Dusun Tiu Jeruk,
Dusun Bda Rea, Dusun Jaro, Dusun Mandar, Dusun Tengah. Kami
menjadikan Desa Seteluk Tengah sebagai subjek penelitian dengan beberapa
alasan, yang pertama karena di Desa Seteluk Tengah terdapat anak yang putus
sekolah. Alasan kedua karena Desa Seteluk Tengah merupakan desa tempat
tinggal kami, dengan dekatnya peneliti terhadap subjek penelitian maka akan
membuat akses informasi mudah didapat dan lebih mudah untuk verifikasi
lebih lanjut.
3.5. Operasional Variabel
Adapun variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel bebas
dan variabel terikat.
3.5.1.Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi,
yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk
menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Variabel
bebas pada penelitian ini adalah pemerintah Desa Seteluk Tengah.
3.5.2.Variabel Terikat
Variabel terikat adalah faktor-faktor yang di observasi dan diukur untuk
menentukan adanya pengaruh variael bebas, yaitu faktor yang muncul atau tidak
muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti. Variabel

4
terikat dalam penelitian ini adalah anak yang putus sekolah di Desa Seteluk
Tengah.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Untuk teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.6.1. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks yang memuat proses-
proses pengamatan dan ingatan sebagai hal terpenting didalamnya. Observasi
digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut
Spradley dinamakan situasi sosial yang terdiri atas tiga komponen yaitu tempat
(place), pelaku (actor), dan aktivitas (activities). Dalam observasi, diperlukan
instrumen penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian, Sugiyono
(2009:203). Dalam karya ilmiah ini, proses observasi kami lakukan dengan
maksud meneliti apakah terdapat anak putus sekolah di Desa Seteluk Tengah.
Selanjutnya kami melakukan observasi dengan tujuan meneliti apakah terdapat
peran pemerintah di dalam pendidikan yang bisa memberikan kesempatan pada
setiap anak untuk mengemban pendidikan dan menekan angka putus sekolah
yang terjadi.
3.6.2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2009:194), wawancara adalah metode yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada
responden. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur. Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan
wawancara tidak terstruktur. Proses wawancara pada karya ilmiah ini dilakukan
dalam rangka mengumpulkan informasi dari pihak pemerintah desa mengenai
seberapa besar peran pemerintah dalam menekan angka putus sekolah yang
terjadi di Desa Seteluk Tengah. Proses wawancara juga kami gunakan dalam
proses mengumpulkan informasi terkait pribadi anak yang mengalami putus

5
sekolah dimulai dari jenjang terkahir pendidikannya, alasan ia putus sekolah, apa
yang ia kerjakan setelah putus sekolah, tanggapan orangtua dan keluarganya
ketika mengetahui ia putus sekolah, hingga apakah ia pernah mendapat bantuan
atau program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
atau hak pendidikan setiap masyarakat.
3.6.3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan peristiwa atau bukti fisik peristiwa yang
dijadikan sasaran penelitian. Dokumen/dokumentasi bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian dari
observasi atau wawancara, akan lebih dapat dipercaya apabila didukung oleh
catatan peristiwa seperti dokumentasi/dokumen, Sugiyono (2009:329) Jadi, kami
menggunakan metode ini dalam penguatan kebenaran mengenai hal-hal yang
kami observasi dan wawancarai.Pada penelitian ini, proses dokumentasi kami
gunakan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang menunjang kebenaran
dan validitas karya ilmiah remaja yang kami susun ini. Adapun dokumen-
dokumen yang kami kumpulkan bersumber dari pemerintah Desa Seteluk
Tengah terkait jumlah penduduk desa keseluruhan dan jumlah penduduk yang
menerima program dari pemerintah untuk dunia pendidikan. Selain itu, kami
juga mengumpulkan dokumen berupa gambar yang menunjukkan bahwa kami
sedang melakukan penelitian guna memberikan bukti kuat dari kebenaran apa
yang kami tuangkan dalam karya ilmiah ini.
3.7. Teknik Analisa Data
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009 : 337), teknik analisis
data yang digunakan ada tiga jalur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

6
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles
dan Huberman menyatakan “yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.”
c. Penarikan Kesimpulan
Adalah sebagian dari kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-
kesimpulan juga di verifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu
sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran peneliti selama
menulis suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan penting di lapangan, atau
mungkin menjadi begitu saksama dan membuang tenaga dengan peninjauan
kembali serta tukar pikiran diantara peneliti untuk mengembangkan
“kesepakatan intersubjektif” atau juga upaya yang luas untuk menempatkan
salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna
yang muncul dari data yang lain harus kebenaran, kekokohan, dan
kecocokannya yakni merupakan validitasnya.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Data-data atau hasil yang diperoleh pada penelitian ini dilakukan secara
nyata melalui proses wawancara dan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti
selama proses penelitian dimulai. Adapun hasil atau data yang diperoleh peneliti
dapat dilihat pada tabel dan penjabaran berikut :
Tabel.1 Data Jumlah Anak Putus Sekolah Di Desa Seteluk Tengah.

TAHUN PUTUS SEKOLAH


NO JENJANG PUTUS SEKOLAH
2016 2017 2018 2019

1 SD 3 4 2 -

2 SMP 1 7 2 1

3 SMA 4 2 3 1

JUMLAH 8 13 7 2

Berdasarkan tabel 1 tersebut diketahui jumlah anak yang mengalami putus


sekolah dijenjang SD pada tahun 2016 berjumlah 3 anak, sedangkan pada tahun
2017 berjumlah 4 orang, dan pada tahun 2018 terjadi penurunan yakni sejumlah 2
orang. Pada tahun 2019 tidak ada yang mengalami putus sekolah. Pada tahun
2016 dijenjang SMP 1 orang siswa putus sekolah sedangkan pada jenjang SMA 4
siswa putus sekolah. Pada tahun 2017 terdapat peningkatan jumlah anak yang
mengalami putus sekolah pada jenjang SMP yakni 7 orang dan pada jenjang SMA
sejumlah 2 siswa. di tahun 2018, 2 siswa SMP dan 3 siswa SMA mengalami putus
sekolah. Pada tahun 2019 dijenjang SMP dan SMA sejauh ini terdapat 2 siswa
yang mengalami putus sekolah.

8
Berdasarkan wawancara yang telah kami lakukan mengenai jumlah penerima
bantuan KIP pada pihak pemerintah desa dan seluruh sekolah yang berada didesa
seteluk tengah, kami mendapatkan data sebagai berikut :
Tabel 2. Data Penerima KIP/Tahun 2019 Desa Seteluk Tengah
NO JENJANG JUMLAH
1 SD/MI  
A SDN 2 SETELUK 62
B SDN 3 SETELUK 38
C MI ADDA'WAH SETELUK 14
TOTAL 114
2 SMP/MTs  
A SMPN 1 SETELUK 34
B MTs ADDA'WAH SETELUK 18
TOTAL 52
3 SMA  
A SMAN 1 SETELUK 144
TOTAL 144
TOTAL 300
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada jenjang SD total penerima
KIP berjumlah 114 orang,yang terdiri dari SDN 2 Seteluk berjumlah 62 orang,
SDN 3 Seteluk berjumlah 38 orang, dan MI Adda’wah seteluk berjumlah 14
orang. Pada jenjang SMP total penerima KIP berjumlah 52 orang, yang terdiri dari
SMPN 1 Seteluk berjumlah 34 orang, dan MTS Adda’wah Seteluk berjumlah 18
orang. Sedangkan pada jenjang SMA total penerima KIP 144 orang. Khususnya
dari SMAN 1 Seteluk. Sehingga total penerima KIP dari semua jenjang yang
berada di desa Seteluk Tengah per 2019 berjumlah 300 orang.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan proses penelitian yang telah kami lakukan melalui proses
wawancara, observasi, dan dokumentasi, kami juga memperoleh hasil sebagai
berikut :
1. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, terdapat 30 anak putus sekolah di
desa Seteluk Tengah.
2. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak di Desa Seteluk Tengah
putus sekolah seperti, rendahnya tingkat ekonomi keluarga, pergaulan

9
bebas, yaitu kegiatan yang melanggar norma norma dimasyarakat dan
rendahnya perhatian keluarga terkait tingkat pendidikan anak.
3. Terdapat 20 anak putus sekolah di desa Seteluk Tengah adalah anak yang
memperoleh bantuan melalui program Indonesia Pintar.
4. Kondisi ekonomi keluarga dari anak putus sekolah di desa Seteluk Tengah
tergolong ekonomi menengah ke bawah dengan pekerjaan secara garis
besar sebagai petani dan buruh.
5. Mengenai Kartu Indonesia Pintar dalam program Indonesia Pintar yang
dicanangkan oleh pemerintah pusat, pemerintah desa Seteluk Tengah tidak
mengetahui progres dan kriteria apa saja yang berhak mendapatkan kartu
dan bantuan dari program pemerintah pusat tersebut serta tidak memiliki
koordinasi dalam penentuan penerima program tersebut.
Berdasarkan wawancara yang telah kami lakukan mengenai alasan putus
sekolah kepada sampel anak putus sekolah, kami mendapati alasan ekonomi
adalah alasan yang paling dominsn pada kasus putus sekolah. Terdapat 19 anak
yang menjawab ekonomi sebagai alasan putus sekolah, hal ini menjadikan faktor
ekonomi merupakan faktor utama anak putus sekolah, adapun alasan lain anak
putus sekolah yakni terdapat 6 anak yang menjawab tidak ingin melanjutkan
pendidikan selanjutnya, dikarenakan kurangnya motivasi dari diri sendiri untuk
melanjutkan sekolah. Namun, setelah melakukan observasi lebih dalam, kami
menemukan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap anak putus sekolah.
Kurangnya kepedulian masyarakat dilihat dari minimnya upaya mendapatkan
informasi mengenai KIP. Kurang pedulinya masyarakat terhadap program yang
ada terjadi karena minimnya keterbukaan sistem KIP di Desa Seteluk Tengah.
Pemerintah desa masih belum maksimal untuk menekan angka putus sekolah
didesa seteluk tengah, masih ada faktor yang menjadi alasan putus sekolah.
Terdapat 5 anak yang melakukan pernikahan usia dini di desa seteluk tengah.
Alasan mereka melakukan pernikahan dini karena married by accident.
Adapun bentuk peran pemerintah yang memberdayakan untuk anak yang
putus sekolah yaitu anggaran dana sebesar 200 juta pertahun untuk
memberdayakan yang putus sekolah atau tidak memiliki pekerjaan. Dana tersebut

10
dialokasikan dalam bentuk pemberian pelatihan sumber daya manusia. Dengan
demikian, seharusnya tidak ada lagi anak putus sekolah yang tidak terbedayakan.
Namun, pemerintah desa seharusnya lebih menekankan pada pencegahan agar
anak tidak melakukan putus sekolah. Hal yang dapat dilakukan adalah
keterbukaannya sitem atau informasi tentang program bantuan pemerintah
terutama KIP.
Kriteria penerima KIP bersumber dari kemendikbud.go.id
1. Siswa/anak dari keluarga pemegang kartu perlindungan sosia/kartu
keluarga sejahtera (KPS/KKS).
2. Siswa/anak dari keluarga peserta program keluarga harapan (PKH).
3. Siswa/anak yang berstatus yatim piatu/ yatim/piatu dari panti sosial/panti
asuhan.
4. Siswa/anak yang tidak bersekolah (Drop Out) yang diharapkan kembali
bersekolah.
5. Siswa/anak yang terkena dampak ekonomi akibat bencana alam.; atau
6. Siswa dari keluarga miskin/rentan miskin yang terancam putus sekolah.

11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan wawancara yang telah kami lakukan pada tanggal 10 agustus
-14 agustus 2019, peneliti menyimpulkan bahwa masih kurangnya peran
pemerintah desa dalam menekan putus sekolah, karena dari program yang
ada masih belum dioptimalkan secara merata kepada masyarakat yang berhak
untuk menerima program tersebut .selain itu, pemerintah desa juga belum
secara penuh untuk mengalokasikan dana desa yang ada untuk keperluan
pemberdayaan anak yang putus sekolah. Serta dalam program indonesia
pintar melalui kartu indonesia pintar juga pemerintah desa masih belum
memiliki kriteria yang spesifik dalam menentukan anak yang berhak
menerima bantuan kartu indonesia pintar terbut.
Maka dari itu, peran pemerintah desa untuk mengurangi putus sekolah
didesa seteluk tengah masih belum tercapai sehingga banyak anak yang masih
putus sekolah akibat dari belum optimalnya pemerintah desa menangani hal
putus sekolah tersebut.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian tersebut, saran dari peneliti antara lain :
5.2.1 Program indonesia pintar melalui kartu indonesia pintar harus lebih
dioptimalkan lagi sehingga putus sekolah didesa seteluk tengah dapat
berkurang
5.2.2 Diperlukan dukungan dari seluruh masyarakat tentang pentingnya
pendidikan dalam sebuah wadah kemasyarakatan
5.2.3 Pengarahan dan sosialisasi mengenai pendidikan yang dilakukan oleh
pemerintah desa harus lebih ditingkatkan lagi sehingga masyarakat
menyadari putus sekolah itu sangat penting.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

Maryati Kun, Juju Suryawati. 2016. Sosiologi. Jakarta:Esis.


Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Pendidikan.
Sugiyono.2009.Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, dan
R&D).Bandung:CV. Alfabeta.

14
LAMPIRAN 1
PEDOMANWAWANCARA

Narasumber : PEMERINTAH DESA

Nama :

Jenis kelamin :

Alamat :

Tanda tangan:

1. Berapakah jumlah warga yang masih di usia sekolah?


2. Jumlah anak putus sekolah di Desa Seteluk Tengah?
3. Adakah program pemerintah yang berkaitan dengan upaya menekan angka
putus sekolah di Desa Seteluk Tengah?
4. Apa saja kriteria yang berhak menerima program yang berkaitan dengan
upaya menekan angka putus sekolah di Desa Seteluk Tengah?
5. Adakah koordinasi penentuan program tersebut dengan pihak lain?
6. Adakah upaya dari desa atau inovasi dalam menengani putus sekolah di
Desa Seteluk Tengah?
7. Bagaimanakah progres program PIP di Desa Seteluk Tengah?
8. Bagaimanakah efek dari program PIP setelah beberapa tahun ?

15
LAMPIRAN 2
PEDOMAN WAWANCARA

Narasumber : ANAK PUTUS SEKOLAH

Nama :

Jenis kelamin :

Alamat :

Tanda tangan:

1. Pada jenjang manakah Anda berhenti atau putus sekolah?


2. Apa alasan yang membuat Anda harus putus sekolah?
3. Ketika Anda sudah tidak bersekolah lagi, apa yang Anda kerjakan untuk
mengisi keseharian Anda?
4. Apakah pekerjaan orangtua Anda?
5. Apakah anda mengikuti program KIP?
6. Jika dapat memilih, anda lebih baik bekerja atau sekolah?
7. Bagaimana tanggapan orangtua Anda ketika mengetahui Anda putus
sekolah?

16
17

Anda mungkin juga menyukai