BAB 6
PERBANDINGAN ANTARA FAIL & MAF'UL BIH
Contoh-contoh:
KESIMPULAN
Telah kita ketahui dari pelajaran dan contoh-contoh yang telah lalu bahwa:
المبتدأ و الخبر
BAB 7
Contoh-contoh:
٢. ورة ُ َج ِم ْيلَة
َ صُّ ال. Gambar itu bagus.
٣. ي ُم ِفيْد
ُ ال َج ْر. Lari itu bermanfa'at.
٤. ار َس ِريْع
ُ طَ ال ِق. Kereta api itu cepat.
ِ ظافَةُ َو
٥ اجبَة َ َّالن. Kebersihan itu wajib/harus.
Semua contoh di atas adalah jumlah mufidah (kalam) yang tersusun dari dua isim.
Rincian dua isim tersebut adalah sbb:
1. Isim yang pertama adalah isim yang memulai sebuah jumlah. Karena inilah dia
disebut "mubtada".
2. Isim yang kedua adalah isim yang mengabarkan kepada kita tentang keadaan isim
pertama (mubtada)
Perhatikanlah kembali contoh-contoh di atas. Jika Anda letakkan jari anda pada isim kedua
pada setiap contoh, maka yang nampak hanya kata pertama saja. Sehingga Anda baca:
١. ُ التُّفَّا َحة
٢. ُ ص ْو َرة
ُّ ال
٣. ي
ُ ال َج ْر
Dan seterusnya.
Apa yang terjadi? Niscaya Anda akan bingung dan bertanya-tanya pada diri Anda sendiri:
Akan tetapi, kebingungan Anda akan terjawab jika Anda angkat kembali jari Anda sehingga
tampaklah kata kedua dari masing- masing contoh:
٢. ورة ُ َج ِم ْيلَة
َ صُّ ال.Gambar itu bagus.
٣. ي ُم ِفيْد
ُ ال َج ْر. Lari itu bermanfa'at.
Dan seterusnya.
Dengan demikian, Anda mendapatkan faedah sempurna dari kalimat-kalimat tersebut. Dan
yang memberikan faedah sempurna tersebut adalah isim kedua dari setiap contoh di atas.
Setiap isim kedua tersebut mengabarkan kepada kita keadaan yang pertama, seperti:
Dan karena setiap isim kedua tersebut mengabarkan kepada kita keadaan yang pertama ,
maka isim kedua tersebut dinamakan "khobar".
Lalu, jika kita perhatikan akhir dari setiap dua isim (mubtada & khobar) pada contoh-contoh
di atas, kita dapati keduanya dalam keadaab marfu' (didhommah).
KAEDAH
الجملة الفعلية
JUMLAH FI’LIYYAH
Contoh-contoh:
ُ ْالذئ
٢. ب ِ َع َوىSerigala itu melonglong.
٣. ط الث َّ ْل ُج
ُ ُ يَ ْسقEs itu berjatuhan.
٥. َالو ْردَة
َ ف ْ اِ ْق ِطpetiklah bunga itu
PEMBAHASAN
Dari keterangan diatas kita dapat mengerti bahwa contoh-contoh diatas semuanya jumlah
mufidah, sebab contoh-contoh itu merupakan susunan yang sudah memberikan faedah
terhadap orang yang mendengarkan dengan faedah yang sempurna. Dan bila kita teliti lagi,
maka jumlah-jumlah tersebut tersusun dari fi’il dan fa’il. Sebab jumlah-jumlah ini dimulai
dengan kalimat fi’il, maka jumlah ini dinamakan jumlah fi’liyah.
KAEDAH
Setiap susunan kalimat (jumlah) yang tersusun dari fi’il dan fa’il maka dinamakan
jumlah fi’liyyah.
الجملة اإلسمية
JUMLAH ISMIYAH
Contoh-contoh:
٣. ار ثَائِر
ُ َ الغَبDebu itu berterbangan.
PEMBAHASAN
Contoh-contoh di atas semuanya adalah jumlah mufidah (kalam). Dan setiap kalimat
tersebut terdiri dari dua isim. Yang pertama adalah mubtada dan yang kedua adalah khobar,
dan karena setiap kalimat di atas diawali oleh isim maka dinamakan jumlah ismiyah.
KAEDAH
Setiap kalimat yang tersusun dari mubtada dan khobar dinamakan jumlah ismiyah.
Contoh-contoh:
٥. لَ ْن يَفُ ْوزَ َكس ََْل ُنTidak akan beruntung orang yang malas.
َّ ب ال ِق
٦. ط َ لَ ْن أَض ِْرAku tidak akan memukul kucing.
(Kalimat tersebut adalah jawaban bagi orang yang berkata: "Aku akan mengunjungi kota
kalian")
٨. َسأ َ ُك ْونُ أ َ ِم ْينًا:ْب ِب ٰذلك َم ْن قَال
ُ ارت ُ َك (ت َِجي
َ " ) ِإذَ ْن ت َْر َب َح تِ َجKalau begitu, kamu akan beruntung dalam
perdaganganmu"
(Kalimat tersebut adalah jawaban bagi orang yang berkata: "Aku akan menjadi orang yang
jujur")
٩. َ َسأ َ ْغ ِل ُق النَّ َوافِذ:ْب ِب ٰذلك َم ْن قَال ُ " ) ِإذَ ْن يَ ْفKalau begitu akan rusak udara itu"
ُ سدَ ال َه َوا ُء (ت َِجي
(Kalimat tersebut adalah jawaban bagi orang yang berkata: "Aku akan menutup jendela-
jendela")
PEMBAHASAN
Semua contoh di atas mengandung fiil mudhari yang sebelumnya didahului oleh
empat huruf berikut ini:
Dan jika Anda perhatikan pada contoh, maka akhir dari setiap fiil mudhari yang
didahului oleh salah satu keempat huruf di atas adalah manshub (tandanya difathah).
Akan tetapi jika Anda hapus keempat huruf tadi (sehingga fiil mudhari tidak didahului
oleh : كى- إذان- لن- )أنmaka fiil mudhari dalam keadaan marfu' (tandanya didhommah).
Oleh karena itulah, difahami dari penjelasan di atas bahwa keempat huruf ini ( - لن- أن
كى- )إذانfungsinya adalah menashabkan fiil mudhari yang terletak sesudahnya.
KAEDAH
Fiil Mudhari dinashab ketika didahului oleh salah satu "an nawashib" yang empat,
yaitu: ( كى- إذان- لن- )أن.
*) "An nawashib" bermakna yang berfungsi menashabkan (membuat nashab) fiil sesudahnya.
Contoh-contoh:
ْ لَ ْم يَحْ ف. Muhammad tidak menghafal pelajarannya
١) َُظ محمد در َسه
٢) المطر
ِ لَ ْم َي ْنقَ ِط ُع نُ ُز ْو ُل. Hujan tidak berhenti
٥) الت ُ ْكثِ ْر ِمنَ الض َِّح ِك. Janganlah kamu banyak tertawa.
٧) ِإ ْن ت َ ْفت َ ْح ن ََوافِذَ ال ُحج َْرةِ يَت َ َجدَّدْ ه ََوائ ُ َها. Jika kamu buka jendela-jendela kamar, akan berganti
udaranya.
٩)ُ إِ ْن يُ َسافِ ْر أ َ ُخ ْو َك ت ُ َسافِ ْر َمعَه. Jika saudaramu pergi safar, maka bersafarlah bersama dengannya
(pergilah safar dengannya).
PEMBAHASAN
Setiap kalimat pada contoh pertama (yakni nomer 1 sampai 5), semuanya
menggunakan fiil mudhari yang sebelumnya didahului antara salah satu dari dua huruf "lam"
( )لَ ْمdan "laa" ()ال.
Huruf "lam" menunjukkan makna penafian ( peniadaan ) perbuatan yang terjadi pada
waktu yang telah lalu.
Huruf "laa" menunjukkan makna melarang mukhottob (orang yang diajak berbicara)
dari suatu perbuatan.
Jika Anda perhatikan setiap fiil mudhari' yang didahului "lam" atau "laa"pada contoh
di atas atau pada selainnya, Anda akan mendapati fiil mudhari tersebut dalam keadaan
majzum (dijazm). Akan tetapi jika Anda hilangkan huruf "lam" atau "laa", maka akan Anda
dapati fiil mudhari' tersebut dalam keadaan marfu' (dirofa').
Oleh karena itu, maka dua huruf ("lam" dan "laa") berfungsi menjazmkan fii
mudhari'. Dengan kata lain:
Jika fiil mudhari didahului oleh salah satu dari dua huruf ("lam" dan "laa"), maka fiil mudhari
tersebut harus dijazmkan.
Dan jika Anda perhatikan sisa contoh (yakni contoh ke 6 sampai 9), Anda akan mendapati
bahwa setiap contoh tersebut:
Dan yang memberikan faedah syarat dan jazm dari setiap dua fiil mudhari tersebut adalah
"in" () ِإ ْن.
Oleh karena itulah "in" ( )إِ ْنdinamakan huruf syarat & jazm.
KAEDAH
Contoh-contoh:
PEMBAHASAN
Semua contoh yang tersebut diatas adalah fi’il-fi’il mudhori’, jika kita perhatikan dari
seluruh fi’il tersebut maka huruf-huruf akhirnya semuanya dirafa’kan, apa sebabnya?
Sebabnya, karena semua fi’il tersebut tidak didahului oleh salah satu dari huruf –huruf
nashob yang mewajibkan nashob, dan tidak didahului oleh salah satu huruf-huruf jazm yang
mewajibkan jazm, oleh karena itu bagi setiap fiil mudhori’ yang tidak didahului oleh salah
satu huruf nashob atau jazm, maka hukumnya tetap rofa’.
KAEDAH
Fi’il mudhori’ di rafa’kan apabila tidak didahului oleh salah satu dari huruf-huruf
nashob dan jazm.