BAB II
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU MANUSIA
۞ PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
A. PENGERTIAN
1. Kepribadian / Personality
- George Kelly : “Kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan
pengalaman-pengalaman hidupnya”
- Gordon W Allport : “Kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psiko-fisik
individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya
dengan lingkungannya”
- Sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain
- Integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian,
kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang
- Segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain
2. Watak / Karakter
☼ Kepribadian ditinjau dari titik tolak etis / moral, misalnya kejujuran seseorang
☼ Biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap
3. Temperamen / Tabiat
◦ Aspek-aspek kepribadian yang berkaitan dengan suasana hati (mood), ketegangan, tingkat
aktivitas dan kegembiraan
4. Sifat / Traits
♪ Gordon W Allport : “Sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri”
♪ Bakat, kemampuan dan sebagainya yang secara konsisten diperagakan oleh seseorang,
termasuk pola-pola perilaku, sifat-sifat fisis, dan ciri-ciri kepribadian
5. Kebiasaan / Habit
◊ Tingkah laku yang diperoleh dan dimanifestasikan secara konsisten
◊ Tindakan yang telah dipelajari dan menjadi mapan serta relatif otomatis melalui
pengulangan terus-menerus
BAB II 1
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Lampiran Materi
B. TIPOLOGI KEPRIBADIAN
1. Berdasarkan Cairan-Cairan Tubuh
▪ Hippocrates pengklasifikasian kepribadian yang dipengaruhi filsafat dan alam semesta
(berdasarkan penyelidikan Empedocles – 450 SM) dan diteruskan oleh Galenus :
Karakterisik Karakteristik Disebabkan oleh
Tipe Unsur Alam
Hippocrates Galenus pengaruh proses
Sanguinis Api (Panas) Cepat, periang, Hidupnya mudah Darah
tidak stabil berganti-ganti
haluan, ramah
Choleric / Tanah (Kering) Mudah Marah Hidup mempunyai Empedu Kuning
Koleris semangat besar,
hatinya mudah
terbakar, daya juang
besar dan optimis
dalam hidup
Melancholis / Air (Basah) Pesimistis, Mudah kecewa, Empedu Hitam
Melankolis pemurung daya juang kecil,
muram & pesimistis
Plegmatis Udara (Dingin) Lamban, tidak Orangnya tenang, Lendir
mudah bergerak tidak mudah
dipengaruhi dan
setia
▪ Cannon
Ciri Kepribadian
Jenis Kelenjar
Lebih Kurang
Gondok Ambisius dan ingin berkuasa Malas dan bodoh
Lendir Seperti raksasa, kuat, agresif, Kerdil, lemah, malas dan kurang
mudah tersinggung, sukar dipercaya semangat
Parathyroid Lemah, lekas lelah, tak berminat, Penyebab epilepsi
tulang lemah
Adrenalin Kalau terjadi pada masa kanak- Lemah, mudah menjadi lelah luar
kanak mengakibatkan cepat puber; biasa, tidak mempunyai nafsu,
kalau terjadi pada wanita dewasa tekanan darah rendah dan lemah
akan berakibat antara lain suara jantung
menjadi besar dan dalam, tumbuh
rambut pada wajah (seperti pria)
Gonads Sangat agresif Kurang agresif dan sentimental
BAB II 2
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Lampiran Materi
2. Berdasarkan Konstitusi
a. Kretschmer ( Jerman ) bentuk tubuh berpengaruh terhadap prilaku berdasar konstruksi
tubuh seseorang
1. Tipe Pignis / Pyknoid
“ Orang dengan perawakan gemuk (bundar), mempunyai sifat humor, gembira, optimis ”
2. Tipe Atletis
“ Yang bertubuh atlet, mempunyai sifat realistis, punya watak ingin berkuasa, ekstrovert “
3. Tipe Astenis / Leptosom
“ Bertubuh kurus (tipis), biasanya punya watak pemurung, kaku dalam pergaulan dan mudah
tersinggung (sensitive) “
4. Tipe Displastis / Hypoplastic
“ Orang yang perkembangannya tidak normal, atau underdeveloped (kerdil), selamanya
mempunyai perasaan inferioritas “
BAB II 3
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Lampiran Materi
2. Tipe Sanguinis
sifatnya infantilistis namun tidak mudah bingung, biasa mengerjakan sesuatu secara
wajar, cekatan dan berani, periang, suka bergaul
3. Tipe Plegmatis
tidak cepat dipengaruhi emosi, bijaksana, optimis, independent, ingatan kuat,
biasanya banyak perhitungan, suka membaca
4. Tipe Apatis
sifatnya tertutup, dia berpegang teguh pada pendiriannya, pendendam
5. Tipe Nerves
mempunyai kehidupan emosi yang terkuat yang berubah-ubah dan sukar diduga,
sensitif, mudah kehilangan keseimbangan
6. Tipe Koleris
lincah dalam pergaulan, impulsif, berani, optimis, ingatannya kuat, hati-hati, teladan,
boros
7. Tipe Gepassioneerd (Orang Hebat)
kurang sabar, curiga, suka mengkritik, pendendam, ambisius, mandiri, bersemangat,
orator
8. Tipe Sentimental
perayu namun bersikap garang dan impulsif, mudah mempengaruhi orang lain,
dalam pergaulan agak kaku tapi jujur dan setia
3. Berdasarkan Temperamen
a. Plato
Spekulatif (renungan) unsur-unsur jiwa
1. Pikiran, terletak di kepala bijaksana
2. Kemauan, terletak di dada berani
3. Hasrat, terletak di perut penguasaan diri
b. Kretschmer
1. Skizotym Leptosom, Atletis, Displastis
“ menyendiri, sukar bergaul, ada kecenderungan menutup diri sendiri, kurang kontak “
2. Cyclotym Piknis
“ supel, mudah adaptasi, mudah berempati pada orang lain “
4. Berdasarkan Kebudayaan
Tokohnya adalah Edward Spranger, menurutnya ada 6 tipe manusia. Yakni berdasarkan
nilai-nilai dan bidang pengetahuan yang ada merupakan kultur yang membentuk pribadi orang
BAB II 4
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Lampiran Materi
tersebut. Dengan kata lain nilai-nilai yang dijunjung pribadi itu memberi warna pada pandangan
hidup dan sikap serta orientasi berpikir individu.
Masing-masing tipe tersebut diuraikan ciri-cirinya secara ringkas oleh Spranger sebagai
berikut :
a. Tipe Teoritis minat yang paling dominan ialah mencari dan ingin menemukan kebenaran
“ intelektualis sejati, selalu mencari kebenaran, sistematis di dalam pemikiran “
b. Tipe Ekonomis minatnya berpusat pada nilai guna sesuatu, apa yang berguna bagi dirinya
“ memiliki ide-ide yang praktis, selalu orientasi pada hasil, ingin menguasai materi “
c. Tipe Estetis nilai tertinggi ialah dalam bentuk dan harmoni daripada segala sesuatu
“ suka akan kebebasan, ekspresifnya tinggi, subjektif, pasif dalam menghadapi lingkungan /
keindahan mengagumi; romantis “
d. Tipe Sosial nilai tertinggi ialah cinta kepada sesama manusia
“ tidak bisa hidup sendiri (butuh orang lain), cinta terhadap sesama “
e. Tipe Politik pusat minatnya adalah kekuasaan
“ ingin menguasai orang lain “
f. Tipe Religius nilai dan norma tertinggi ialah apa yang disebut kesatuan
“ selalu mencari keselarasan antara kehidupan di dunia dengan kehidupan nantinya/akhirat “
BAB II 5
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Lampiran Materi
Kelompok teori ini meliputi Personologi Henry Murray, Teori Organismik Kurt Goldstein
dan Andras Angyall, Teori Humanistik Abraham Maslow dan Carl Rogers, Teori Eksistensial
Ludwig Binswanger dan Medard Boss, Psikologi Timur, dan Teori Medan Kurt Lewin.
Teori-teori Maslow, Rogers, Goldstein, Angyall, Binswanger dan Boss juga memiliki
kesamaan lain yakni bahwa teori-teori itu menekankan pentingnya cara sang pribadi manusia
mempersepsikan dan mengalami dirinya serta dunia sekelilingnya.
C. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Membentuk kepribadian menurut Sigmund Freud dimulai dari id, ego dan super ego.
Karena id merupakan sumber dari motif yang paling dalam sedangkan motivasi adalah motor
berperilakunya individu yang nantinya akan mencerminkan kepribadian individu tersebut.
Sedangkan menurut Murray, super ego adalah kenamaan kebudayaan dan nilai kesatuan
yang mengatur tingkah laku dan akan menunjukkan kepribadian seseorang.
Murray menganut teori bahwa pembentukan kepribadian seseorang itu berdasarkan analisa motif
yang tentunya tidak bias terlepas dari alam kebutuhan masing-masing individu.
BAB II 6
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Lampiran Materi
D. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Anak ketika berusia 2 – 3 tahun belum mulai tertarik kepada nilai-nilai. Anak ketika lahir memiliki
dorongan-dorongan naluri dan refleks-refleks dan belum mempunyai kepribadian. Usia 2 ½ belum memiliki
kepribadian, tapi sudah terlihat perbedaan kualitas kepribadiannya yang meliputi : diferensiasi, integrasi,
kematangan, imitasi, belajar dan pengembangan diri.
Anak yang berusia 5 tahun keatas mulai mempunyai kualitas kepribadian, anak sudah mengenal nilai,
berdasarkan pertambahan usianya berarti bertambah pula kematangan, sehingga otomatis kepribadiannya
pun semakin berkembang.
1. Pengertian
- Perkembangan : Perubahan-perubahan psikologis/mental yang dialami individu dalam proses
menjadi dewasa (akibat proses kematangan dan pengalaman) kualitatif
- Pertumbuhan : Perubahan-perubahan fisik/fisiologis-biologis ke arah kemasakan fisiologis, yaitu
organ-organ tubuh dapat berfungsi secara optimal serta berlangsung dalam periode tertentu
kuantitatif
BAB II 7
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Lampiran Materi
Aliran ini berdasarkan pada faktor lingkungan sehingga memandang bahwa pengalaman dan
pendidikan merupakan faktor yang paling menentukan dalam perkembangan individu.
Sehingga menimbulkan gerakan optimisme pedagogis
c. Aliran Konvergensi William Stern
Merupakan gabungan dari kedua aliran di atas yang memandang bahwa perkembangan individu
disebabkan oleh interaksi antara : bawaan (bakat, konstitusi tubuh) dan juga lingkungan (hasil
belajar).
Dikatakan bahwa memang bakat memainkan peranan penting, tapi agar dapat berkembang secara
optimal maka bakat harus didukung oleh lingkungan yang sesuai.
3. Hukum-hukum Perkembangan
Hukum perkembangan adalah prinsip-prinsip yang mendasari perkembangan fisik maupun psikis
individu, antara lain :
a. Hukum Tempo Perkembangan
Sesuai dengan istilahnya, tempo berarti waktu atau masa. Hukum tempo perkembangan
mengandung makna bahwa berlangsungnya perkembangan individu yang satu tidak sama waktu
cepat atau lambatnya dengan individu yang lain.
b. Hukum Irama Perkembangan
Irama berarti variasi atau fluktuasi naik turunnya kecepatan perkembangan individu. Hukum irama
perkembangan mengatakan bahwa berlangsungnya perkembangan itu tidak dengan irama yang
konstan tetapi kadang-kadang dengan irama cepat, kadang-kadang lambat atau bahkan kadang-
kadang seperti berhenti, dan kemudian cepat sekali seperti dipacu.
c. Hukum Rekapitulasi
Hukum ini berpendapat bahwa perkembangan psikis individu itu merupakan pengulangan urut-
urutan tingkah laku dari perkembangan nenek moyang suatu bangsa.
Berdasarkan hukum rekapitulasi ini, perkembangan individu dapat digolongkan ke dalam beberapa
fase atau masa yang dalam bentuk riilnya dapat kita lihat dari permainan mereka.
Adapun fase-fase perkembangan itu adalah sebagai berikut :
1. Masa berburu dan menyamun (sampai dengan 8,0 tahun)
Ciri-ciri yang menonjol pada masa ini adalah bahwa anak-anak dalam permainannya
menunjukkan kesenangan menangkap binatang-binatang, bermain dengan panah-panahan,
membuat rumah-rumahan, saling mengintai, saling memata-matai, saling menyelinap untuk
menangkap musuh, dan sebagainya.
2. Masa beternak (8,0 – 10,0 tahun)
Masa ini disebut juga masa menggembala. Ciri yang menonjol pada masa ini adalah anak
senang sekali memelihara binatang.
3. Masa bertani atau bercocok tanam (10,0 – 12,0 tahun)
Ciri yang menonjol pada masa ini adalah anak gemar memelihara tanaman.
4. Masa berdagang (12,0 – 14,0 tahun)
Perhatian anak terutama tertuju kepada hal-hal yang mirip dengan perdagangan.
5. Masa industri (15,0 tahun ke atas)
BAB II 8
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Lampiran Materi
Anak gemar membuat permainannya sendiri dengan bahan-bahan yang ada di sekelilingnya.
BAB II 9
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Lampiran Materi
tahapan perkembangan dan analisis fungsional. Tahapan itu juga berkesimpulan sama. Periode itu
adalah periode di mana diletakkan dasar struktur perilaku yang kompleks yang dibentuk di dalam
kehidupan seorang anak.
Pola-pola pertama cenderung mapan tetapi bukan berarti tidak dapat berubah. Ada tiga kondisi di
mana perubahan cenderung terjadi. Pertama, perubahan dapat terjadi apabila individu memperoleh
bantuan atau bimbingan untuk membuat perubahan. Kedua, perubahan cenderung terjadi apabila
orang-orang yang dihargai oleh individu memperlakukan individu dengan cara-cara baru yang
berbeda. Ketiga, apabila ada motivasi yang kuat dari pihak individu sendiri untuk membuat
perubahan.
b. Peran kematangan dan belajar dalam perkembangan
Kematangan adalah keadaan dimana suatu fungsi/aspek jiwa siap untuk melakukan suatu aktifitas.
Dalam fungsi phylogenetik (fungsi-fungsi umum), fungsi-fungsi yang lazim ditemui pada manusia
seperti merangkak, duduk, dan berjalan; perkembangannya berasal dari kematangan. Belajar, dalam
bentuk pelatihan, sedikit manfaatnya, sekalipun pengenalan terhadap lingkungan mengurangi
kesempatan untuk praktek dapat menghambat perkembangan. Kematangan memberikan bahan dasar
untuk belajar dan menentukan pola-pola umum dan urutan-urutan perilaku yang lebih umum.
Belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha pada pihak individu. Dalam fungsi
ontogenetik – fungsi-fungsi yang khusus pada individu seperti menulis, mengemudi atau berenang –
belajar dalam bentuk pelatihan adalah sangat penting.
Tiga fakta penting timbul dari pengetahuan kita akan saling keterhubungan antara kematangan dan
belajar sebagai penyebab perkembangan. Pertama, karena manusia mampu belajar; maka keanekaan
mungkin terjadi. Kedua, kematangan memberikan batasan di mana perkembangan tidak dapat
memperoleh kemajuan sekalipun dengan metode belajar yang paling disukai dan dengan motivasi
yang kuat dari pihak yang belajar. Ketiga, ada “jadwal” yang pasti untuk belajar. Individu tidak
dapat belajar sampai dirinya siap. “Kesiapan perkembangan” atau kesiapan untuk belajar,
menentukan saat kapan belajar itu dapat dan harus dilakukan.
c. Perkembangan mengikuti pola yang tertentu dan yang dapat diramalkan
Misalnya, pola-pola teratur dari perkembangan fisik, motor, bicara dan perkembangan intelektual.
Pola perkembangan fisik dan motor dinamakan dengan hukum arah perkembangan, yang disebut
hukum cephalocaudal yang mengatakan bahwa perkembangan menyebar ke seluruh tubuh dari
kepala ke kaki dan hukum proximodistal yang menerangkan bahwa perkembangan menyebar keluar
dari titik poros sentral tubuh ke anggota-anggota tubuh.
Kondisi lingkungan penting karena kondisi ini memungkinkan kita meramalkan apa yang akan
dilakukan orang pada usia tertentu dan merencanakan pendidikan dan pelatihan mereka sesuai
dengan pola ini.
d. Semua individu berbeda
Karena semua individu berbeda, tidak dapat diharapkan bahwa dua orang tertentu akan bereaksi
dengan cara yang sama terhadap rangsangan lingkungan yang sama.
e. Setiap tahap perkembangan mempunyai perilaku karakteristik
Pola-pola itu ditandai dengan periode equilibrium – apabila individu dengan mudah menyesuaikan
diri dengan tuntutan lingkungan dan akhirnya, berhasil mengadakan penyesuaian pribadi dan
BAB II 10
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Lampiran Materi
penyesuaian sosial yang baik. Juga pola-pola itu ditandai dengan periode disequilibrium – yang
menandakan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam penyesuaian yang mengakibatkan
penyesuaian pribadi dan sosial menjadi buruk.
f. Setiap tahap perkembangan mempunyai resiko
Ada bukti yang kuat bahwa setiap periode dalam rentang kehidupan dihubungkan dengan resiko
perkembangan tertentu-entah berasal dari masalah fisik, psikologis atau lingkungan-maupun
masalah-masalah penyesuaian yang tidak dapat dihindari.
g. Perkembangan dibantu rangsangan
Walaupun sebagian besar perkembangan itu akan terjadi karena kematangan dan pengalaman-
pengalaman dari lingkungan, masih banyak yang dapat dilakukan untuk membantu perkembangan
seoptimal mungkin. Ini dapat dilakukan dengan merangsang perkembangan yang secara langsung
mendorong individu untuk mempergunakan kemampuan yang terdapat dalam proses
perkembangannya. Rangsangan ternyata paling efektif pada saat kemampuan sedang berkembang
secara normal, sekalipun di setiap saat juga penting.
h. Perkembangan dipengaruhi oleh perubahan budaya
Karena perkembangan individu dibentuk untuk menyesuaikan diri dengan standar-standar budaya
dan segala hal yang ideal, maka perubahan-perubahan dalam standar-standar tersebut akan
mempengaruhi pola perkembangan.
i. Setiap tahap perkembangan mengandung harapan-harapan sosial
Setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting
dan memperoleh pola perilaku yang disetujui pada berbagai usia sepanjang rentang kehidupan.
Havighurst menamakannya tugas-tugas perkembangan. Menurut Havighurst, tugas perkembangan
adalah “tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu,
yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi kalau gagal, menimbulkan rasa tidak bahagia dan
kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya”
Tujuan Tugas-Tugas Perkembangan :
- Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka
pada usia-usia tertentu
- Sebagai pemberi motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari
mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka
- Sebagai petunjuk kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa
yang diharapkan dari mereka sampai pada tingkat perkembangan berikutnya.
Bahaya Tugas-Tugas Perkembangan
Karena tugas-tugas perkembangan memegang peranan penting untuk menentukan arah
perkembangan yang normal, maka apapun yang menghalangi penguasaan tersebut dianggap sebagai
bahaya potensial. Ada tiga macam bahaya potensial yang umum berhubungan dengan tugas-tugas
perkembangan yaitu :
1. Harapan-harapan yang kurang tepat
2. Melangkahi tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan menguasai tugas-
tugas tertentu
BAB II 11
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Lampiran Materi
3. Krisis yang dialami individu ketika melewati satu tingkatan ke tingkatan berikutnya menjadi
bahaya ketiga yang sebenarnya muncul dari tugas-tugas itu sendiri. Sekalipun individu berhasil
menguasai tugas pada suatu tahap secara baik, namun keharusan menguasai sekelompok tugas-
tugas baru yang tepat untuk tahap berikutnya pasti akan membawa ketegangan dan tekanan –
kondisi yang dapat mengarah pada suatu krisis
Sekalipun sebagian besar manusia ingin menguasai segala tugasnya pada saat yang tepat, dan
beberapa orang tidak berhasil, sedangkan yang lainnya mendahului jadwalnya.
j. Keyakinan tradisional akan manusia pada semua tingkat usia
Keyakinan akan ciri-ciri fisik dan psikologis ini mempengaruhi penilaian orang lain maupun
evaluasi diri sendiri.
Faktor tambahan :
k. Kebahagiaan (subjektif / relatif)
Bervariasi pada setiap tahap perkembangan.
Ada tiga essensi kebahagiaan :
- Prestasi
- Kasih sayang
- Penerimaan (diri sendiri maupun oleh orang lain)
5. Perkembangan Kognitif
Jean Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi empat stadium sebagai berikut :
a. Stadium Sensoris-Motoris (0 – 18/24 bulan)
Pada stadium ini anak berada dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-
kecenderungan sensoris-motoris yang amat jelas. Segala perbuatan merupakan perwujudan dari
proses pematangan aspek sensoris-motoris tersebut.
Menurut Piaget, pada stadium ini interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya,
terutama dilakukan melalui perasaan dan otot-ototnya. Interaksi ini terutama diarahkan oleh sensasi-
sensasi dari lingkungannya.
b. Stadium Pra-Operasional ( 2 – 7 tahun)
Stadium ini disebut juga stadium intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan
kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif; dalam arti semua perbuatan rasionalnya tidak
didukung oleh pemikiran tapi oleh unsur perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang
diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya. Anak cenderung bersikap
egosentris.
c. Stadium Operasional Konkrit ( 7 - 12 tahun)
Pada stadium ini anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkrit dan sudah mulai berkembang
rasa ingin tahunya. Pada tahap ini, menurut Piaget; interaksinya dengan lingkungan sudah semakin
berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang. Anak sudah dapat
mengamati, menimbang, mengevaluasi dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara
yang kurang egosentris dan lebih objektif.
d. Stadium Operasional Formal ( 12 tahun ke atas)
BAB II 12
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Lampiran Materi
Pada masa ini anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang
merupakan hasil dari berpikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga berkembang sehingga dapat
mendukung penyelesaian tugas-tugasnya. Mereka juga mulai mampu mencapai logika dan rasio
serta dapat menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan sudah dapat mereka mengerti.
6. Perkembangan Moral
Dalam konteks perkembangan moral ini, ada sejumlah tahap-tahap perkembangan moral yang
sangat terkenal, takni yang dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg dan Jean Piaget. Tahap-tahap
perkembangan moral sesuai dengan pandangan masing-masing adalah sebagaimana dipaparkan berikut
ini.
Lawrence Kohlberg
a. Tahap Pra-Konvensional
Pada tahap ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan ungkapan-ungkapan budaya
mengenai baik dan buruk serta benar-salah. Namun demikian, semua ini masih ditafsirkan dari segi
akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran kebaikan) atau dari segi
kekuatan fisik mereka yang memaklumkan peraturan.
b. Tahap Konvensional
Pada tahap ini anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok, atau masyarakat. Semua ini
dipandang sebagai hal yang bernilai dalam dirinya sendiri tanpa mengindahkan akibat yang akan
muncul. Sikap anak bukan saja konformitas terhadap pribadi dan tata tertib sosial, melainkan juga
loyal terhadapnya dan secara aktif mempertahankan, mendukung, dan membenarkan seluruh tata
tertib itu serta mengidentifikasikan diri dengan orang atau kelompok yang terlibat.
c. Tahap Purna Konvensional
pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang
memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang
berpegang pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi diri dengan kelompok tersebut.
Jean Piaget
a. Tahap Realitas Moral/Moralitas Berkendala ( 0 – 7 tahun )
Anak secara otomatis akan menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada tanpa penelaahan rasional.
Benar maupun salah didasarkan atas konsekuensi dari perilakunya.
b. Tahap Moralitas Otonam/Moralitas hasil interaksi seimbang ( 8 – dewasa )
Pada masa ini konsep benar dan salah yang dipelajari dari orang tuanya perlahan-lahan berubah
tergantung situasi dan faktor-faktor lainnya. Pada usia 12 tahun, maka kemampuan untuk
berabstraksi memungkinkan anak mengerti alasan yang ada di belakang tiap-tiap aturan/harapan
orang lain. Oleh karena itu anak dapat mempertimbangkan konsekuensi perilakunya secara lebih
rasional.
7. Perkembangan Psikoseksual
Sigmund Freud membagi perkembangan psikoseksual pada individu dalam 5 fase, yaitu :
BAB II 13
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Lampiran Materi
8. Perkembangan Psikososial
Tokoh yang mengemukakan bahwa pertumbuhan kepribadian terjadi dari adanya interaksi individu
dengan lingkungannya adalah Erik H Erikson.
a. Masa Bayi ( 0 – 1 tahun )
Basic Trust vs Basic Mistrust (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan)
Anak mempercayakan sepenuhnya dirinya kepada orang lain (dalam hal ini terutama sekali orang
tuanya). Pada tahap ini apabila orang tua tidak memperlakukan anak secara tepat bisa menghasilkan
ketidakpercayaan anak terhadap orang tuanya / lingkungannya.
b. Masa Pra-Kanak-Kanak ( 2 – 3 tahun )
Autonomy vs Shame and Doubt (Mandiri vs Rasa Malu dan Ragu-ragu)
Kalau pada masa ini orang tua memberikan kebebasan / perhatian serta dorongan akan menimbulkan
perasaan percaya diri / mandiri.
Anak yang terlalu dilindungi akan mempunyai rasa malu dan ragu-ragu terhadap lingkungannya.
c. Masa Kanak-Kanak Awal ( 4 – 5 tahun )
Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah)
Anak begitu banyak keinginan / gagasannya, kalau gagasan-gagasannya itu banyak kita terima maka
akan tumbuh sikap inisiatif. Apabila keinginannya banyak ditolak maka akan timbul rasa bersalah.
d. Masa Kanak-Kanak Akhir ( 6 – 11 tahun )
Industry vs Inferiority (Ketekunan vs Rendah Diri)
Dalam mengerjakan tugas dari guru / lingkungan akan memperlihatkan dua sisi. Jika ketekunannya
dihargai oleh orang lain maka ia akan semakin tekun, tetapi apabila ketekunannya tidak dihargai
maka akan menimbulkan rasa rendah diri.
e. Masa Remaja ( 12 – 19 tahun )
Identity vs Role Confusion (Penemuan Identitas vs Kebimbangan)
BAB II 14
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Lampiran Materi
Bila ia berhasil melalui tahap-tahap sebelumnya maka ia akan menemukan identitas dirinya, tetapi
apabila dia selalu mengadakan imitasi maka ia akan menemukan kebimbangan tentang siapa dirinya.
Juga pada masa ini dia harus sudah dapat memastikan akan menjadi apa dia nanti (cita-cita).
f. Masa Dewasa Awal ( 20 – 30 tahun )
Intimacy vs Isolation (Keakraban vs Keterasingan)
Setiap individu sudah mulai mencari pasangan yang lebih permanen atau untuk pasangan hidup. Jika
tidak akan timbul rasa terasing.
g. Masa Dewasa Tengah/Madya ( 30 – 65 tahun )
Generavity vs Self-absorbtion
Sudah mempunyai anak, mempunyai pekerjaan yang pasti sehingga kehidupan akan terasa sudah
mapan sehingga tuntutan akan lebih ke arah pengabdian pada masyarakat. Tetapi bila dalam tahap-
tahap yang lalu terdapat pengalaman yang negatif maka ia mungkin akan terkurung dalam
kebutuhan dan persoalannya sendiri.
h. Masa Dewasa Akhir/Manula ( 65 tahun - …..….. )
Ego Integrity vs Despair (Integritas Diri vs Keputusasaan)
Kepuasan akan prestasi dan tindakan-tindakannya di masa lalu akan menimbulkan perasaan
puas akan dirinya sendiri sehingga merasa mempunyai integritas diri. Bila ia merasa
semuanya belum siap dan atau gagal, maka akan timbul kekecewaan / keputusaasaan yang
mendalam.
1. Perawat dapat mengembangkan kepribadiannya sesuai profil pribadi perawat tanpa harus melalui
pendidikan formal.
2. Perawat dalam melaksanakan tugasnya dalam asuhan keperawatan sesuai dengan teori kepribadian,
pembentukan kepribadian, perkembangan kepribadian, tipe dan jenis kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
Gerungan, W.A., (2004), Psikologi Sosial, Edisi Ketiga, PT Refika Aditama, Bandung.
Hall, Calvin S & Lindney, Gardner; (1993), Psikologi Kepribadian 1 : Teori-Teori Psikodinamik (Klinis),
Kanisius, Yogyakarta.
Hall, Calvin S & Lindney, Gardner; (1993), Psikologi Kepribadian 2 : Teori-Teori Holistik (Organismik -
Fenomenologis), Kanisius, Yogyakarta.
Hall, Calvin S & Lindney, Gardner; (1993), Psikologi Kepribadian 3 : Teori-Teori Sifat dan Behavioristik,
Kanisius, Yogyakarta
Patty, F; dkk, (1982), Pengantar Psikologi Umum, Cetakan IV, Usaha Nasional, Surabaya.
BAB II 15
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Lampiran Materi
BAB II 16
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia