Anda di halaman 1dari 3

Ulasan Materi Primate and Hominin Origins: primate locomotion, bipedal adaptation, early

hominin tools

Mata Kuliah Evolusi Manusia

Alfina Nurmayati – 1806134663

Mengapa manusia berjalan dengan dua kaki? Bagaimana manusia yang juga merpuakan
primata sama seperti kera berjalan dengan dua kaki? Apakah penyebab manusia berjalan dengan
dua kaki masih ada hubungannya dengan kera? Dalam ulasan ini saya akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Jawaban-jawaban yang saya tulis tentu saj amasih bersifat
hipotesa mengingat hingga saat ini masih belum ada yang bisa membuktikan apakah manusia
dan kera benar-benar makhluk hidup yang berasal dari satu leluhur yang sama, ataukah yang
lebih ekstremnya manusia merupakan bentuk evolusi dari kera.

Pertama yang akan coba saya ulas adalah cara primata umumnya bergerak (primate
locomotion). Dari sebuah channel youtube yang bernama ANTH 101 Primates, People,
Prehistory (2020) dijelaskan beberapa konsep terkait primate locomotion yang nantinya menjadi
kunci untuk memahami bipedalisme (berjalan dengan dua kaki) manusia. Konsep pertama adalah
terrestrial quadruped, konsep ini mengacu kepada primata yang berjalan menggunakan empat
kaki atau kedua kaki dan kedua (telapak) tangannya ketika di daratan. Lalu arboreal quadruped
yaitu primata yang berjalan menggunakan keempat kakinya di cabang-cabang pepohonan.
Ketiga, vertical clinging and leaping yaitu pergerakan yang membuat primate terliat seperti
menempel di pohon lalu bergerak dengan melompat. Keempat, brachiation adalah pergerakan
bergelantungan dengan tangan dari satu cabang pohon ke cabang pohon lainnya. Terakhir,
knuckle-walking hampir sama dengan terrestrial quadruped, tetapi bukan menggunakan telapak
tangan melainkan menggunakan kepalan tangan. Setiap primata yang termasuk salah satu konsep
itu akan tentu saja akan memiliki struktur tulang—terutama struktur pada bagian kaki, lengan
dan jari-jari keduanya—yang berbeda.

Lalu bagaimana primate locomotion itu terakait dengan bipedalisme manusia, sekiranya
dijelaskan oleh Daniel L. Gebo dalam tulisannya tahun 1996 secara historis. Gebo menyebutkan
bahwa terdapat hipotesa vertical climbing yaitu sebuah asumsi bahwa perilaku primata yaitu

1
memanjat secara vertikal merupakan pre-adaptif manusia bipedal saat ini. Asumsi hipotesa ini
adalah manusia saat ini bipedal karena saat hominoid memanjat badannya akan tegak sama
seperti manusia hal ini menyebabkan terjadinya perubahan rangka tulang dari hominoid yang
tadinya bungkuk. Pendapat Gebo dalam tulisannya adalah hipotesa tersebut memang bisa
menjelaskan koneksi antara hominoid dengan hominid—manusia dan manusia purba yang
berdasarkan fosil-fosil yang ditemukan juga merupakan makhluk bipedal—tetapi teori tersebut
masih belum cukup (Gebo, 1996: 56). Kemudian ia menjelaskan mengapa hipotesa tersebut
masih belum cukup dengan menunjukan jejak morfologis dari primata dengan
menghubungkannya primate locomotion seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Bipedalisme ini menurut Darwin membuat tangan hominid yang pada hominoid
digunakan untuk berjalan menjadi bebas, sehingga menghasilkan fenomena lain yang lebih
kompleks yang bersifat morfologis dan fungsional (Ayala & Conde, 2017: 71). Hipotesa Darwin
seolah didukung atau dilanjutkan dengan hipotesa “hit’em where it hurts” yang dikemukakan
oleh Tuttle, dkk (1990 dalam Ayala & Conde, 2017: 71). Hipotesa tersebut menambahkan
makhluk bipedal tersebut pada akhirnya dapat menggunakan tangannya untuk membuat alat-alat
sederhana untuk kebutuhan hidup mereka. Namun hipotesa tersebut kemudian terbantahkan oleh
Tobias (1965 dalam Ayala & Conde, 2017: 71) yang menyebutkan simpanse yang bukan bipedal
juga menggunakan alat-alat sederhana. Hal ini menandakan bahwa bipedalisme muncul dalam
sejara evolusi manusia jauh sebelum terbentuknya sebuah kebudayaan (Ayala & Conde, 2017:
71).

Dari hal-hal yang telah saya ulas tersebut, kini saya memahami esensi dari dipelajarinya
hubungan primata non-manusia dengan manusia bukanlah untuk membuktikan apakah manusia
memang evolusi dari kera. Guna mempelajari hal tersebut terlebih lagi dalam konteks
antropologi adalah kita sekiranya dapat menelusuri kapan kebudayaan terbentuk. Apakah
kebudayaan itu muncul bersamaan dengan munculnya manusia modern? Atau dalam komunitas
manusia ‘purba’ pun sebenarnya sudah ada kebudayaan? Dalam pembahasan ini rasanya
pertanyaan-pertanyaan tersebut belum bisa dijawab atau bahkan sampai penemuan terbaru pun
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut pun masih bersifat hipotesa yang kapan saja masih
bisa dibantah oleh hipotesa lainnya. Namun setidaknya dari pembahasan ini saya dapat

2
mengetahui bahwa bipedalisme itu ada jauh sebelum adanya kebudayaan seperti yang telah
disebutkan sebelumnya. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa keberadaan makhluk-
makhluk yang disebut sebagai hominin (manusia purba) adalah bipedal dan menurut saya bisa
muncul kemungkinan bahwa kebudayaan tercipta pada masa hidup hominin yang artinya jauh
sebelum manusia modern ada.

Daftar Pustaka

ANTH 101 Primates, People, Prehistory. (2020, 3 Agustus). “Primate Locomotion” [video].
Diambil pada 4 Oktober 2020, dari https://www.youtube.com/watch?v
=GLmykorlm4c&feature=youtu.be.

Ayala, F. J., & Conde, C. J. C. (2017). Processes in Human Evolution: The journey from early
hominins to Neanderthals and modern humans. Oxford University Press.

Gebo, D. L. (1996). Climbing, brachiation, and terrestrial quadrupedalism: historical precursors


of hominid bipedalism. American Journal of Physical Anthropology: The Official
Publication of the American Association of Physical Anthropologists, 101(1), 55-92.

Anda mungkin juga menyukai