Anda di halaman 1dari 174

1

ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA NY.R UMUR 20 TAHUN

DI PUSKESMAS GARUDA

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan Untuk Menyusun Laporan Tugas Akhir
Program Studi Diploma III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Bhakti Kencana

Oleh :
Poppi Nursifatini
NIM CK.1.17.055

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2019
2

ABSTRAK

Kurang Energi Kronis merupakan kurangnya gizi pada ibu hamil yang
mengakibatkan gangguan pada janin yang dikandungnya. Angka Kejadian kurang
energy kronik pada ibu hamil di Jawa Barat sebesar 10% dari jumlah ibu hamil
971.458 jiwa. KEK mengakibatkan terjadinya berat badan lahir rendah, bayi lahir
5% premature 3% dan bahkan hingga kematian neonatal 2% . Upaya Pemerintah
untuk menurunkan kurang energy kronik dengan upaya Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) berupa PMT padat biscuit sandwich khusus ibu hamil. Selain
pemberian PMT padat, pemberian tambahan berupa PMT cair seperti susu sapi
diperlukan agar asupan nutrisi ibu hamil semakin tercukupi. Tujuan Asuhan ini
adalah mengetahui pengaruh intervensi makanan tambahan dan susu UHT
terhadap kenaikan berat badan dan lingkar lengan atas pada ibu hamil Kurang
Energi Kronik.
Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif case study. Subjek
pada penelitian ini adalah seorang ibu hamil dengan kriteria KEK. Data ini
dikumpulkan dengan observasi lembar ceklis selama 28 hari dengan memberikan
intervensi PMT Padat dan Cair.
Hasil penelitian ini menunjukan adanya perubahan kenaikan berat badan
dan Lingkar lengan Atas dari sebelum diberikan makanan tambahan dan susu
UHT terjadi kenaikan sebesar 1,5 kg dan LILA 23 cm.
Kesimpulan dari hasil intervensi yang diberikan selama.28 hari
menunjukan adanya kenaikan BB dan LILA.

Kata kunci : Ibu Hamil, KEK, Pemberian Makanan Tambahan, Susu UHT
3

ABSTRACT

Chronic Energy Deficiency is a lack of nutrition in pregnant women that


adversely affects the fetus it contains. The incidence of chronic energy deficiency
in pregnant women in West Java is 10% of the number of 971,458 pregnant
women. KEK causes low birth weight, babies born 5% premature 3% and even
neonatal mortality 2%. The Government's effort to reduce chronic energy
deficiency is with efforts to supplement food (PMT) in the form of solid biscuit
sandwiches for pregnant women. In addition to administering solid PMT,
additional provision of liquid PMT such as cow's milk is needed so that the
nutritional intake of pregnant women is increasingly fulfilled. The aim of this care
is to determine the effect of additional food interventions and UHT milk on
weight gain and upper arm circumference in pregnant women with Chronic
Energy Deficiency.
The method used is descriptive case study research. The subject in this
study was a pregnant woman with KEK criteria. This data was collected by
checking checklist for 28 days by giving a Solid and Liquid PMT intervention.
The results of this study indicate a change in weight gain and upper arm
circumference from before being given additional food and UHT milk there was
an increase of 1.5 kg and 23 cm LILA.
Conclusions from the results of the interventions given during the 28
days showed an increase in BB and LILA.

Keywords: Pregnant Women, KEK, Provision of Supplementary Food, UHT Milk


4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ibu hamil merupakan kelompok masyarakat yang rentan terjadi kekurangan

dan masalah – masalah gizi, kekurangan gizi pada ibu hamil akan menyebabkan

KEK (Kurang Energy Kronis). Bayi yang lahir dari ibu dengan KEK akan

memiliki Berat Bayi Lahir rendah (BBLR) yaitu berat badan bayi kurang dari

2500 gram. Kurang Energi Kronis adalah kurangnya gizi pada ibu hamil yang

berdampak buruk pada janin yang dikandungnya. Ibu hamil dapat dikatakan KEK

jika Lingkar Lengan Atasnya (LLA) kurang dari 23,5 cm. (Noor Hidayah, 2015)

KEK dapat mengakibatkan terjadinya BBLR, bayi lahir premature dan bahkan

hingga kematian neonatal. Selain berdampak pada neonatus KEK pada ibu hamil

dapat mengakibatkan resiko dan komplikasi pada ibu yaitu : anemia, perdarahan,

berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan dapat terkena penyakit

infeksi. (Ika Mardiatul Ulfa, 2018)

Dikarnakan KEK dapat menyebabkan Komplikasi menurut Peraturan Mentri

Kesehatan Republik Indonesia No.97 tahun 2014 ibu hamil wajib melakukan

Pelayanan Antenatal Terpadu minimal 4 kali kunjungan selama masa kehamilan

yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang berwenang yaitu 1 kali pada saat

trimester pertama, 1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada trimester ke tiga,

bila mana terjadi komplikasi dapat tertangani dan diintervensi sedini dan secepat

mungkin. (Permenkes, 2014)

1
5

Berdasarkan data yang di dapatkan dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

pada wanita hamil tahun 2013 didapatkan bahwa di Indonesia ibu hamil dengan

kurang energy kronis sebesar 30,1 % dari jumlah ibu hamil 5.212.568 jiwa dan

pada tahun 2018 angka KEK pada ibu hamil turun menjadi 17,3% dari jumlah ibu

hamil 5.291.143 jiwa, sedangkan angka KEK pada ibu hamil di Jawa Barat

sebesar 10% dari jumlah ibu hamil 971.458 jiwa. (RISKESDAS, 2018)

Salah satu upaya Pemerintah untuk menurunkan KEK tercantum dalam

Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan Yang dikeluarkan oleh

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES) Tahun 2017 dengan

upaya pemberian makanan tambahan berupa PMT padat biscuit sandwich khusus

ibu hamil. (KEMENKES, 2017)

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 Tahun 2014 Selain pemberian

PMT padat, pemberian tambahan berupa PMT cair seperti susu sapi diperlukan

agar asupan nutrisi ibu hamil semakin tercukupi. Walaupun pemberian susu pada

ibu hamil tidak diwajibkan namun bagi ibu hamil yang mengalami KEK susu

sangatlah dianjurkan untuk membantu kebutuhan nutrisinya.(KEMENKES, 2014)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hrolfsdottir dkk 2013 di Denmark

menyatakan bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi susu sapi saat hamil > 150 ml/

hari akan melahirkan bayi dengan berat lahir yang lebih berat dan lebih panjang

dari pada ibu hamil yang mengkonsumsi susu sapi < 150ml/hari. (Hrolfsdottir L,

2013)
6

Susu sapi yang baik bagi ibu hamil ialah yang sudah mengalami proses

Pasteurisasi atau susu yang proses dengan pemanasan makanan yang bertujuan

untuk menghilangkan organisme merugikan dalam susu dengan tetap menjaga

nutrisi yang terkandung di dalamnya salah satu susu dengan proses pasteurisasi

yaitu susu UHT (Ultra High Temperature). Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Yvonne A Maldonado dkk 2014 di USA bahwa susu hasil

pasteurisasi lebih aman bagi ibu hamil karna tidak mengandung mikroba yang

berbahaya dan nutrisi yang terkandung dalam susu pasteurisasi tidak hilang karna

pemanasan yang dilakukan maka dari itu America academy of Pediatric (AAP)

mendukung ibu hamil untuk mengkonsumsi susu yang telah di pasteurisasikan.

(Yvonne A Maldonado, 2014)

Susu UHT kaya akan kalsium dan vitamin D yang dapat membantu mensuplai

kebutuhan ibu untuk mensuplai pertumbuhan dan perkembangan janin serta

mencegah janin lahir premature. Kalsium dan vitamin D dapat diperoleh dari

berbagai macam prodak susu namun susu UHT memiliki nilai ekonomis dan

praktis dikarnakan susu UHT memiliki harga yang dapat dijangkau semua

kalangan dan praktis karna dapat langsung di minum. Hasil Penelitian yang

dilakukan oleh Nidya ikha Putri dkk 2019 di Kabupaten Tanah Datar dan

Kabupaten Tanah Solok mendapatkan hasil Analisi data menunjukan adanya

hubungan positif yang diartikan bahwa semakin tinggi kadar vitamin D pada ibu

hamil, maka semakin berat badan bayi yang dilahirkan. (Nidya Ikha Putri, 2019)

Berdasarkan data yang didapatkan dari buku register kehamilan di Puskesmas

Garuda angka kejadian ibu hamil dengan KEK di bulan Oktober – Desember
7

(2019) dari jumlah 311 ibu hamil yang baru melakukan pemeriksaan didapatkan

(3,2%) yang mengalami KEK, bahkan didapatkan laporan pernah terjadi kelahiran

bayi dengan BBLR pada ibu yang di diagnose mengalami KEK.

Teridentifikasinya KEK di Puskesmas Garuda membawa peneliti untuk

memberikan asuhan terintegrasi pada ibu dengan KEK tersebut dengan meberikan

asuhan berupa pemberian makanan tambahan berupa PMT padat yang di

distribusikan dari Pemerintah dan cair berbentuk susu UHT dikarnakan susu UHT

mudah didapatkan dan harganya relative lebih murah dibandingkan susu ibu

hamil, diharapkan target berkurangnya angka KEK dapat terealisasikan, dari hasil

uraian permasalahan diatas maka peneliti tertarik mengambil kasus

“Bagaimanakah Asuhan Komprehensip Pada Ny.R Umur 20 tahun G1P0A0

Gravida 30 Minggu di Puskesmas Garuda Tahun 2019”.

1.1. Rumusan Masalah

Status gizi ibu hamil merupakan komponen penting dalam mencegah

terjadinya angka kematian bayi yang disebabkan oleh berat bayi lahir rendah

(BBLR), kecukupan gizi ibu hamil harus dipantau sedini mungkin agar kurang

energy kalori dapat teratasi dan taksiran berat janin dapat ditentukan dan

diprediksikan. Dengan demikian, rumusan masalah adalah “ Bagaimanakah

Asuhan Komprehensip Pada Ny.R Umur 20 Tahun G1P0A0 Gravida 30

Minggu Dengan KEK Di Puskesmas Garuda” .


8

1.2. Tujuan Penelitian

1.2.1. Tujuan Umum

Memberikan Asuhan Kebidanan secara continuity of care pada Ny.R umur

20 tahun G1P0A0 Gravida 30 minggu dengan KEK pada masa hamil,

bersalin, nifas, neonatus dan KB di Puskesmas Garuda dengan intervensi

pemberian makanan tambahan dan pemberian tambahan nutrisi cair serta

di dokumentasikan dalam bentuk SOAP

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Melakukan Pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas neonatus dan

KB pada Ny.R

2. Menyusun diagnose kebidanan, masalah dan kebutuhan sesuai dengan

prioritas pada Ny.R saat hamil, nifas, neonatus dan KB

3. Merencanakan dan melaksanakan asuhan kebidanan secara kontiyu

dan berkesinambungan (continuity of care) pada Ny.R saat masa

hamil, bersalin, nifas neonatus dan KB, termasuk tindakan antisipasif,

tindakan segera dan tindakan komprehensif (penyuluhan, dukungan,

kolaborasi, evaluasi/ follow up dan rujukan).

1.3. Manfaat Penelitian

1.3.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Ilmu Kebidanan

serta meningkatkan wawasan pengetahuan dan sebagai tambahan referensi

kepustakaan untuk penelitian lebih lanjut di bidang kebidanan kesehatan ibu


9

dan anak khususnya pengembangan Ilmu Kebidanan ibu hamil terkait status

gizi terhadap taksiran berat janin.

1.3.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam mengkaji ibu

hamil yang mederita KEK.

2. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam

meningkatkan kegiatan penyuluhan – penyuluhan atau pemberian

pendidikan kesehatan tentang status gizi ibu hamil terutama ibu yang

mengalami KEK. Serta dapat mendeteksi secara dini dan memberikan

intervensi lanjutan jika terdapat penyimpangan.

3. Bagi Ibu Hamil

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang status gizi agar

mengetahui perkembangan gizi pada dirinya sendiri.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pustakan dan

bahan pengkajian penelitian terutama di dalam lingkup ilmu kebidanan

mengenai status gizi ibu hamil.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan Trimester III

2.1.1 Definisi Kehamilan Trimester III

kehamilan Trimester III adalah kehamilan yang dimulai dari usia

kandungan 28 – 42 minggu atau mendurut pendapat lain ialah usia kehamilan

yang dimulai dari usia 7 bulan hingga 9 bulan. (Padila, 2014)

2.1.2 Kebutuhan Dasar Pada masa kehmilan Trimester III

Menurut (Wulandari, 2019) kebutuhan dasar ibu hamil pada Trimester III

adalah sebagai berikut :

1. Nutrisi

Angka kecukupan gizi ibu hamil diukur dari kenaikan berat badannya

setiap bulan. Kalori yang diperlukan ibu hamil sebayak 300 – 500

kalori lebih banyak dari sebelum ibu hamil. Kenaikn berat badan juga

akan bertambah pada Trimester III antara 0,3 – 0,5 kg/minggu dan

kebutuhan proteinpun menjadi lebih banyak sebanyak 30 gram

daripada biasanya.

2. Seksual

Hubungan intim pada trimester III tidak menimbulkan baya bagi ibu

hamil kecuali ibu hamil memiliki beberapa riwayat sebagai berikut :

a. Ibu hamil pernah mengalami keguguran sebelumnya

b. Ibu hamil pernah memiliki riwayat perdarahan

7
11

c. Ibu hamil memiliki gejala infeksi dengan adanya pengeluaran

cairan abnormal dari vagina yang disertai nyeri dan panas pada

jalan lahir.

Walaupun hubungan intim pada kehamilan trimester ketiga

diperbolehkan bagi yang tidak memiliki indikasi, namun ada

beberapa faktor yang ibu hamil trimester tiga enggan melakukan

hubungan seksual, dikarnakan menurunya libido seksual ibu hamil

pada trimester ini dikarnakan pada trimester ini sering muncul

ketidaknyamanan seperti nyeri punggung, terkadang rasa mual

muncul kembali dan hal ini yang berpengaruh terhadap psikologis ibu

hamil di trimester III.

3. Istirahat yang cukup

Ibu hamil trimester III memerlukan istirahat yang cukup agar

kebutuhan tidur terpenuhi dan dapat meningkatkan kesehatan

jasmani, rohani, untuk kepentingan dan kesehtan ibu sendiri dan

tumbuh kembang janinnya. Kebutuhan tidur ibu hamil adalah 8

jam/hari.

4. Kebersihan diri (Personal Hygiene)

Pada trimester III ibu hamil harus lebih sering menjaga kebersihan

diri guna mempersiapkan diri untuk persiapan laktasi dan dapat

mempengaruhi fisik dan psikologis ibu. Pengunaan bra yang nyaman

longgar dan menyangga payudara mampu membantu memberikan

kenyamanan pada ibu hamil.


12

5. Mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan darurat

Tenanga kesehatan harus melakukan edukasi dan bekerja sama

dengan ibu hamil, suami maupun keluarganya serta masyarakat untuk

mempersiapkan rencana persalinan, salah satunya dengan membuat

rencana mengidentifikasi penolong dan tempat persalinan, serta

perencanaan biaya persalina, dan merencanakan transportasi jika

terjadi komplikasi serta mempersiapkan kemana tujuan rumah sakit

dan pendonor darah jika ibu mengalami komplikasi.

6. Memberikan edukasi tentang tanda – tanda persalinan

a. Rasa sakit atau mulas karena adanya his yang datang lebih sering,

kuat dan teratur.

b. Keluar lndir bercampur darah (blood show) yang lebih banyak

dikarnakan terjadi robekan kecil pada serviks

c. Adanya keluar air – air secara tiba – tiba (pecah ketuban)

d. Pada pemeriksaan dalam serviks akan teraba mendatar dan

menipis dan adanya pembukaan.

2.1.3 Tanda Bahaya Trimester III

Tanda bahaya yang dapat terjadi pada masa kehamilan trimester III

menurut (Wulandari, 2019) yaitu :

1. Perdarahan Pervaginam

Perdarahn yang dapat terjadi pada kehamilan di trimester III dan

umur kehamilan lebih dari 22 minggu maka perdarahan tersebut disebut

perdarahan antepartum.
13

2. Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah plasenta yang letaknya normal pada korpus

uteri sebelum jalan lahir namun plasentanya terlepas sebelum masa

persalinan. Solusio plasenta dibagi menjadi beberapa jenis yaitu solusio

plasenta totalis jika plasenta yang terlepas adalah keseluruhan plasenta.

Dan yang kedua ada solusio plasenta parsialis yaitu plasenta yang

terlepas hanya pada sebagian pinggir plasenta (rupture sinus

marginalis).

3. Plasenta Previa

Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal pada

segmen bawah lahir dan sebagian atau seluruhnya dapat menutup

jalan lahir.

4. Keluar Cairan Pervaginam

Tandanya persalinan terkadang ada yang diawali dengan keluarnya

cairan pervaginam. Jika pengeluaran yang terjadi berupa mucus

bercampur darah dan mungkin disertai mulas, mungkin persalinan

berjalan lebih awal. Bila pengeluaran yang terjadi berupa cairan, maka

perlu diwaspadai akan terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Maka

penegakan diagnose untuk KPD perlu diperiksa apakah cairan yang

keluar tersebut merupkan cairan ketuban. Pemeriksaan dapat

dilakukan mengunakan speculum ataupun dengan kertas lakmus.


14

5. Gerakan janin tidak terasa

Jika gerakan janin tidak dirasakan ibu pada kehamilan usia 22 minggu

lebih atau saat masa persalinan maka curigai dan waspadai

kemungkinan terjadinya gawat janin atau bahkan bayi meninggal

dalam kandungan atau Intrauterine fetal death (IUFD). Gerakan janin

yang berkurang atau menghilang dapat terjadi pada kasus plasenta

previa dan solusio plasenta.

6. Nyeri perut yang hebat

Nyeri perut yang hebat merupakan tanda gejala dari rupture uteri,

solusio plasenta dan kemungkinan terjadinya tanda persalian preterm.

Nyeri perut hebat dapat terjadi pada rupture uteri yang dibarengi

dengan tanda shock, kontraksi uterus yang abnormal, gawat janin atau

djj menghilang, dan tanda perdarahan intra abdomen atau pervaginam.

7. Keluar air ketuban sebelum waktunya

Jika ketubah pecah dan keluar dari vagina setelah kehamilan 22

minggu, ketuban dinyatakan ketuban pecah dini (KPD) jika sebelum

terjadinya proses persalinan berlangsung. Pecahnya ketuban dapat

terjadi pada kehamilan preterm kurang dari 37 minggu maupun aterm.

2.1.4 Pelayanan Antenatal Care Terpadu

Pelayanan kesehatan pada ibu hamil akan selalu berkesinambungan dan

tidak dapat terpisahkan dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas, pelayanan

kesehatan bayi baru lahir dan pelayanan kesehatan keluarga berencana. Kualitas
15

dan kuantitas pelayanan antenatal yang diberikan akan berpengaruh terhadap

kesehatan ibu dan bayi baik di proses kehamilan, persalinan, nifas dan KB.

Dalam melakukan pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan perlu

memastikan bahwa kehamilan yang sedang berlangsung merupakan kehamilan

yang normal, mampu mendeteksi dini setiap permasalahan dan penyakit yang

dialami oleh ibu hamil, melakukan intervensi secara maksimal agar ibu hamil

dapat siap menjalani persalinan yang normal.

Disetiap kehamilan dalam perkembangannya selalu mempunyai resiko

baik penyulit ataupun komplikasi. Oleh sebab itu, melakukan pelayanan

antenatal harus dilakukan secara berkesinambungan atau rutin, sesuai dengan

standar dan terpadu agar pelayanan antennal yang berkualitas.

Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas meliputi hal – hal sebagai

berikut :

a. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi untuk ibu

hamil dengan tujuan agar kehamilan berlangsung sehat.

b. Mampu melakukan deteksi dini setiap masalah yang terjadi, penyakit dan

penyulit/ komplikasi kehamilan.

c. Mampu memberikan persalinan yang hygienis dan aman.

d. Merencanakan antisipasi dan persiapan sedini mungkin untuk melakukan

rujukan jika terdapat penyulit atau komplikasi pada kehamila, nifas maupun

BBL.

e. Melakukan penanganan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu saat

diperlukan.
16

f. Mengikutsertakan ibu dan keluarganya terutama suami bila terjadi penyulit

atau komplikasi.

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus dapat

memberikan pelayanan yang berintegritas tinggi dan berkualitas sesuai standar

yang ada dari hal – hal berikut :

1. Timbang Berat Badan

Penimbangan berat badan di setiap kunjungan kehamilan harus dilakukan

agar gangguan pertumbuhan janin dapat terdeteksi, penambahan berat badan

ibu hamil yang kurang dari 9 kg selama kehamilan atau < 1 kg/bulan

menunjukan adanya gangguan pada pertumbuhan janin.

2. Ukur lingkar lengan atas (LILA)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada pertemuan pertama dengan ibu

hamil yang berfungsi untuk mendeteksi ibu hamil beresiko kurang energy

kronis (KEK). Kurang energy kronik merupakan ibu hamil yang menderita

kekurangan gizi dan sudah berlangsung dalam jangka waktu yang lama

(beberapa bulan/tahun) dimana LILA < 23,5 cm, ibu hamil yang terdeteksi

dengan KEK dapat melahirkan bayi dengan berat rendah (BBLR)

3. Ukur Tekanan Darah

Pemeriksaan tekanan darah disetiap pemeriksaan antenatal dilakukan agar

hipertensi (tekanan darah > 140/90 mmHg) selama kehamilan agar dapat

mendeteksi bila terjadi preeklamsia (hipertensi disertai proteinuria, edema

wajah atau tungkai bawah)


17

4. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Pengukuran TFU di setiap kontak antenatal dilakukan agar pertumbuhan janin

berjalan sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Bila TFU tidak selaras

dengan umur kehamilan, kemungkinan terjadi gangguan pertumbuhan janin.

Standar pengukuran menggunakan pita ukur dilakukan di kehamilan > 24

minggu.

5. Hitung denyut jantung janin (DJJ)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan untuk seterusnya

dilakukan setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat dan < 120 kali/menit

atau DJJ yang cepat > 160 kali/menit menjukan adanya gawat janin.

6. Tentukan presentasi janin

Melakukan penentuan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya disetiap kali kontak antenatal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian terendah janin bukanlah

kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul >36 minggu pada

primigravida artinya terdapat penyulit/komplikasi pada panggul/panggul

sempit, kelainan letak, dan penyulit lainnya.

7. Beri imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

Agar terjadinya tetanus neonaturum dapat dicegah, ibu hamil wajib

mendapatkan imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil wajib

diskrining status imunasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil

disesuaikan dengan status imunisasi ibu hamil saat ini.


18

2.1.4 Daftar Tabel 1


Jadwal imunisai TT

Presentase
macam suntikan Jarak suntikan Jangka waktu
Status TT Perlindung
TT TT Perlindungan
an TT
Belum pernah
T0 mendapatkan
suntikan TT
T1 TT1 80
4 minggu dari
T2 TT2 3 tahun 95
TT1
6 bulan dari
T3 TT3 5 tahun 99
TT2
Minimal 1
T4 TT4 10 tahun 99
tahun dari TT3
3 tahun dari
T5 TT5 Seumur hidup 99
TT4

8. Beri tablet tambah darah (tablet FE)

Tablet fe diberikan untuk mencegah terjadinya anemia gizi besi, setiap ibu

hamil wajib mendapatkan tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

yang diberikan saat kontak pertama.

9. Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium diperiksa saat kunjungan antenatal yang meliputi :

a. Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah dilakukan agar dapat mengetahui jening

golongan darah ibu hamil dan juga untuk mempersiapkan pendonor

dengan golongan darah yang sama bagi ibu hamil jika terjadi

kegawatdaruratan.
19

b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan haemoglobin dilakukan minimal pada saat trimester pertama

dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

mengetahui apakah ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak pada

masa kehamilannya, karena anaemia dapat menyebabkan hambatan pada

pertumbuhan dan perkembangan janin.

c. Pemeriksaan protein dalam urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester

II atau III bila terjadi indikasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk

mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan

tanda terjadinya preeklamsia dan eklamsia pada ibu hamil.

d. Pemeriksaan kadar gula darah

Ibu hamil yang ada indikasi terjadinya Diabetes mellitus harus dilakukan

pemeriksaan gula darah rutin selama kehamilannya minimal dilakukan

sekali pada saat trimester I, sekali di trimester II dan Trimester III.

e. Pemeriksaan darah malaria

Semua ibu hamil didaerah endemis malaria wajib dilakukan pemeriksaan

darah malaria dalam upaya skrining pada kontak pertama. Ibu hamil yang

berdomisili di daerah non endemis malaria baru dilakukan tes malaria

hanya jika terjadi indikasi atau tanda dan gejala malaria.


20

f. Pemeriksaan test sifilis

Pemeriksaan test sifilis dilakukan di daerah yang terjadi resiko tinggi dan

ibu hamil yang dicurigai menderita sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya

dilakukan sedini mungkin saat kehamilan.

g. Pemeriksaan HIV

Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan resiko tinggi, kasus HIV

dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Setelah dilakukan konseling

dan ibu hamil diberikan kesempatan untuk menetapkan sendiri

keputusannya untuk menjalani test HIV.

h. Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang diduga menderita TBC

sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak mempengaruhi

kesehatan janin

Selain pemeriksaan diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan

penunjang lainnya di fasilitas rujukan.

10. Tatalaksana / penanganan kasus

Merujuk dari hasil peninjauan antenatal dan hasil pemeriksaan laboratorium

setiap invensi kelainan yang dijumpai pada ibu hamil harus dilayani dan di

intervensi sesuai dengan kewenangan dan standar kebidanan. Kasus – kasus

yang bukan menjadi kewenangan bidan harus dirujuk sesuai dengan standar

rujukan yang tercantum dalam peraturan.


21

11. KIE Efektif (konseling informasi dan Edukasi)

KIE yang efektif dilakukan setiap kunjungan ibu hamil saat antenatal

meliputi :

a. Kesehatan ibu

b. Perilaku hidup bersih dan sehat

c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan

d. Tanda bahaya disetiap kehamilan, persalinan, dan nifas dan kesiapan ibu

serta keluarga menghadapi komplikasi

e. Asupan gizi seimbang

f. Gejala penyakit yang menular dan tidak menular

g. Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu

(resiko tinggi)

h. Insiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian Asi Eklusif

i. KB pasca persalinan

j. Imunisasi

k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain Booster).

(KEMENKES, 2010)

2.2 Konsep Kurang Energi kronik Ibu Hamil

2.2.1 Definisi KEK

Kurang Energi Kronik (KEK) merupakan malnutrisi yang terjadi

pada ibu yang sebelum atau sesudah masa kehamilan kekurangan asupan

makanan dan zat gizi yang bersifat menahun (kronik) yang mengakibatkan
22

timbulnya gangguan kesehatan dikarnakan kekurangan satu atau lebih zat

gizi.(Dwijayanti, 2017)

Kekurangan energy kronik adalah kurangnya gizi pada ibu hamil

yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama (kronik) dan

mengakibatkan berbagai macam gangguan kesehatan.(Dwijayanti, 2017)

Dari definisi diatas penulis menyimpulkan kekurangan energy

kronik yaitu suatu keadaan dimana ibu hamil kekurangan makanan dan zat

gizi pada masa sebelum hamil yang berlangsung dalam jangka waktu lama

(kronik) dan menyebabkan ibu hamil menderita berbagai macam gangguan

kesehatan contohnya seperti anemia.

2.2.2 Etiologi Terjadinya Kek

Adapun penyebab dari kekurangan energy kronik terbagi menjadi

dua yaitu (Dwijayanti, 2017):

1. Penyebab langsung / primer

Terjadinya kekurangan kalori ataupun protein yang terjadi dalam

jangka waktu yang cukup lama bisa sebelum terjadinya masa

kehamilan ataupun saat masa remaja.

2. Penyebab tidak langsung/sekunder

a. Terhambatnya absorbsi yang disebabkan oleh penyakit infeksi atau

infeksi cacing.

b. Terhambatnya utilitas zat – zat gizi


23

Hambatan zat – zat gizi dikarnakan rangkaian asam amino di

dalam tubuh tidak seimbang menyebabkan penurunan nafsu makan

dan menurunnya konsumsi makan.

c. Ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang dapat mempengaruhi daya beli

makanan yang akan dikonsumsi di kesehariannya. Seseorang

dengan status ekonomi kurang mampu kemungkinan besar day beli

makanan dengan gizi baik dan dibutuhkan oleh tubuh tidak

tercukupi.

d. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi

perilaku dan pengambilan keputusan seseorang dalam memilih dan

mengkonsumsi makanan. Ibu hamil dengan pengetahuan gizi yang

rendah tidak dipungkiri akan memberikan gizi yang kurang untuk

dirinya dan bayinya.

e. Produksi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan yang diperlukan

Pola makan dan daya konsumsi yang kurang dapat menyebabkan

dan mempengaruhi defisensi gizi ibu hamil pada satu atau lebih zat

gizi, pola makan atau pola konsumsi yang kurang baik dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan atau penyakit pada ibu hamil.


24

f. Jumlah anak yang terlalu banyak

Jumlah anak yang banyak di suatu keluarga dengan status ekonomi

yang kurang, dapat mengakibatkan berkurangnya pemenuhan

kebutuhan gizi yang diperlukan.

g. Pendapatan yang rendah

Jika pendapatan disuatu keluarga rendah maka kemungkinan besar

daya beli makanan yang bergizipun akan berkurang, dan membuat

keluaga tidak dapat mengkonsumsi makanan dengan gizi yang

seimbang.

2.2.3 Diagnosa

Lingkar lengan atas (LILA) telah digunakan di Indonesia untuk

mendiagnosa/menentukan ibu hamil dengan resiko Kurang Energi kronis

(KEK). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia ibu hamil

disebut atau didiagnosa KEK bila LILA < 23,5 cm.(Dwijayanti, 2017)

Kurang energy kronik pada orang dewasa dapat ditentukan dengan

mengukur indeks masa tubuh yang diukur melalui perbandingan Berat

Badan dan Tingi badan dalam meter. Bila IMT yang didapatkan kurang

dari 18,5 maka dapat di diagnose atau dikatakan sebagai KEK.(Dwijayanti,

2017)

Tanda – tanda KEK yaitu :

1. LILA atau Lingkar Lengan Atas kurang dari batas minimal yaitu 23,5 cm

2. Badan kurus (Berat Badan yang tidak ideal dan kurang dengan tinggi

badan)
25

3. Rambut yang terlihat kusam

4. Turgon kulit kering

5. Konjungtiva pucat

6. Tekanan darah Sistol kurang dari 100 mmHg

7. Hb kurang dari normal (< 11gr%)

2.3. Konsep Dasar Gizi

2.3.1. Definisi Status Gizi


Status gizi adalah penggambaran dari keseimbangan nutrisi

individu dalam bentuk variable tertentu atau perwujudan dari beberapa

aspek dari nutriture seseorang (Supriasa, 2013).

status gizi merupakan gambaran keadaan tubuh dari hasil

konsumsi makanan dan penggunaan zat yang bergizi. Kategori gizi adalah

gizi baik, kurang dan buruk. (Almatser, 2011)

2.3.2 Penilaian Status Gizi Pada Ibu Hamil

Status gizi ibu hamil dapat ditentukan melalui pengukuran tinggi

badan, pertambahan berat badan, keadaan jaringan lemak bawah kulit dan

pengukuran lingkar lengan atas.

a) Lingkar Lengan Atas (LILA)

Ukuran Lila yang <23,5 cm pada ibu hamil maka ibu hamil

menderita kekurangan energy kronis, LILA bisa digunakan untuk

skrinig status gizi pada ibu hamil (Almatser, 2011). Status gizi wanita

usia subur (WUS) dapat ditentukan melalui pengukuran LILA,

pengukuran LILA dapat dipergunakan untuk menilai status gizi dalam


26

jangka panjang dan dapat pula untuk menentukan kekurangan energy

protein pada wanita usia subur.

Pengukuran LILA bertujuan untuk menetahui resiko KEK (Kurang

Energy Kronis) pada wanita usia subur (WUS), agar dapat

meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memperbaiki status gizi

nya sebelum memasuki masa kehamilan agar tidak terjadi KEK dan

mengarahkan masyarakat agar dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang tersedia dengan melakukan pengukuran LILA di fasilitas

kesehatan terdekat.

Cara pengukuran LILA adalah :

1. Tentukan posisi bahu dan siku.

2. Simpan pita ukur diantara bahu dan siku.

3. Ukur lalu tentukan titik tengahnya.

4. Lingkarkan pita pada tengah lengan yang merupakan titik bagi

dari titik tengah yang ditentukan.

5. Ukurlah dengan tepat, tidak longgar ataupun ketat.

6. Lalu lakukan pembacaan skala dengan tepat. (Supriasa, 2013)

b) Tinggi Badan

Tinggi badan selain karna faktor keturunan, juga dapat ditentukan oleh

status gizi selama masa kanak – kanak, yang berarti gangguan gizi saat

masa kecil dapat mempengaruhi status gizi hingga remaja, dewasa

bahkan hingga kehamilan (Almatser, 2011). Pengukuran tinggi badan

pada ibu hamil wajib dilakukan sedini mungkin pada awal kehamilan
27

agar dapat menghindari kesalahan akibat perubahan dari postur tubuh.

Postur tubuh yang berubah dapat mengurangi ukuran tinggi badan

sampai 1 cm ibu yang memiliki tinggi badan < 143 cm akan

melahirkan bayi yang lebih kecil dibandingkan dengan ibu hamil yang

memiliki tinggi badan normal. (Paath, 2015)

c) Penambahan Berat Badan Ibu Hamil

Berat badan ibu hamil merupakan komponen penting selama

kunjungan antenatal. Jika berat badan ibu pada pemeriksaan kehamilan

pertama < 47 kg kemungkinan ibu dapat melahirkan bayi dengan berat

bayi lahir rendah (BBLR) adalah 1,73 kali lebih besar bila

dibandingkan dengan ibu hamil yang berat badannya > 47 kg. (Bobak,

2015)

Kenaikan Berat Badan normal pada wanita hamil yaitu sekitar 10 -

12,5 kg termasuk penimbunan lemak sekitar 3,5 kg atau setara dengan

3000 kkal. Kenaikan berat badan normal pada tiap trimesternya yaitu

berkisar 1kg pada awal kehamilan, 3kg pada trimester kedua dan 6kg

pada akhir masa kehamilan. Pada trimester ke-tiga sebagian besar

nutrisi digunakan untuk pertumbuhan janin, plasenta dan amnion

sebesar 90% dari total kenaikan berat badan di akhir masa kehamilan,

tetapi kenaikan berat badan akan berbeda dengan wanita yang gizinya

cukup dan tidak. (Pratiwi, 2018)

Kenaikan berat badan (BB) pada masa kehamilan idealnya setiap

orang berbeda, tergantung dari berat badan sebelum hamil. Walaupun


28

ada yang berpendapat bahwa kenaikan berat badan ibu hamil idealnya

berkisar 10 – 16 kg selama hamil. Untuk menghitung berat badan ideal

seseorang selama hamil dapat ditentukan dengan menggunakan rumus

Indeks Masa Tubuh (IMT).

Rumus IMT adalah :

Berat Badan Sebelum Hamil


Nilai IMT =
TInggi Badan(m2)

2.3 Tabel 2
Kategori IMT
Kenaikan gizi berdasarkan IMT Kenaikan BB (kg)
Gizi kurang/underweight (<19,8) 12,5 - 18,00
Normal ( 19,8-26) 11,5 - 16,00
Gizi lebih/over weight (>26-29) 7,0 - 11,5
Obesitas (29) 6,0
Sumber: (Dr. Arisman, 2013)

2.3 Tabel 3
Rekomendasi Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Berdasarkan
IMT Sebelum Kehamilan
Penambahan Berat Badan/mg (Kg)
Kategori IMT
Trimester I Trimester II/III

Kurus IMT <19,8 2,3 0,49

Normal IMT 19,8 – 25 1,6 0,44

Lebih IMT 26 – 19 0,9 0,3

Obesitas IMT 29

Sumber : (Dr. Arisman, 2013)


29

d) Ketebalan jaringan Lemak

Ketebalan jaringan lemak dapat diukur untuk menentukan status

gizi ibu hamil dengan taksiran berat badan bayi saat lahir. Tebal

skinfold <10cm 1,7 kali lebih beresiko melahirkan bayi lahir rendah

(BBLR) daripada ibu dengan skinfoldnya >10cm.

2.3.1

2.3.2

2.3.3 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Pada Trimester III.

Beberapa zat gizi yang diperlukan selama kehamilan adalah

sebagai berikut :

1. Energy

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan No. 28 Tahun 2019 Pada

Trimester III ibu hamil rentang usia 19 – 29 tahun memerlukan

tambahan kalori sebanyak 300kkal/hari, maka ibu hamil dapat

melmiliki asupan energy trimester ketiga sebanyak 2550kkal/hari.

Kebutuhan energy yang paling tinggi dapat diperoleh dari bahan

makanan seperti sumber lemak, kacang – kacangan, dan biji – bijian.

Setelah itu bahan makanan yang mengandung sumber karbohidrat

seperti nasi, umbi-umbian, dan gula murni.

2. Protein
30

Pada masa kehamilan sangat memerlukan asupan protein karena

saat masa hamil kebutuhan akan protein meningkat oleh meningkatnya

voleme darah dan pertumbuhan jaringan baru (Aritonang, 2013).

Jumlah protein yang harus terpenuhi hingga akhir kehamilan adalah

sebanyak 925 gram yang tertimbun dalam plasenta, janin dan jaringan

ibu. Menurut (Aritonang, 2013), perkiraan factorial protein yang

berlangsung untuk masa kehamilan normal dan cukup bulan dapat

dilihat dalam tabel.

Tabel 4
Perkiraan protein selama masa kehamilan
Komponen Pertambahan Berat (gr) Protein (gr)
Janin 3400 440
Plasenta 650 100
Cairan Amnion 800 3
Rahim 970 166
Darah 1250 81
Cairan ekstrasellular 1680 135
Total 8750 925
Sumber : (Aritonang, 2013)

Protein yang baik dapat didapatkan dari protein hewani karna

merupakan sumber protein terbaik didalam mutu mataupun jumlah

kandungannya seperti, telur, susu, daging, ungas, dan kerang. Selain

sumber hewani, protein terkandung juga di dalam sumber nabati

seperti, tahu, tempe, serta kacang – kacangan. (Almatser, 2011)

3. Lemak

Pada saat memasuki kehamilan di Trimester III terjadi peningkatan

kebutuhan lemak dan penamabahan lemak tidak diketahui, dan


31

diperlukan untuk persiapan proses laktasi. Selama masa kehamilan,

lemak yang terdapat dalam tubuh sebanyak 2-2,5kg.

Penimbunan lemak terjadi di minggu ke 35-40 kehamilan, sebesar

500 g lemak. Pada masa awal kehamilan tidak ada lemak yang

ditimbun kecuali fosfolipid dan lipid esensial yang berfungsi untuk

pertumbuhan susunan saraf pusat (SSP) dan dinding sel saraf. Hingga

di pertengahan masa kehamilan sekitar 0,5% lemak tubuh janin , lalu

jumlahnya meninggkat menjadi 7,8% di minggu ke-34 dan sejumlah

16% sebelum masa persalinan. Saat bulan akhir kehamilan sebanyak

14 gr lemak/hari ditimbun. Transport asam lemak melalui plasenta

berkisar 40% dari lemak yang dimiliki ibu, dan sisanya disintesa oleh

janin. Baik protein ataupun lemak meningkat dengan pesat pada tiga

bulan terakhir kehamilan bersamaan dengan meningkatnya BB janin.

Sebagian banyak lemak tertimbun di area subkutan, sehingga pada

bayi yang cukup bulan 80% jaringan lemak terdapat disubkutan.

(Aisyah rahmawati, 2015)

Konsumsi lemak per-hari maksimal 10% dari kebutuhan energy

total. Lemak yang dikonsumsi ada yang berasal dari lemak jenuh dan

lemak tidak jenuh ganda. Sumer utama asupan lemak adalah minyak

tumbuh – tumbuhan ( minyak kelapa, kacang kedelai, kacang tanah,

jagung, dan lainnya), margarin, mentega, dan lemak yang terdapat

dalam hewani (lemak ayam dan daging). Dan adapula sumber lemak
32

lainnya seperti krim, susu, keju, dan kuning telur, serta makanan yang

dimasak menggunakan minyak. (Aritonang, 2013)

4. Vitamin dan mineral

Menurut Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2014 tentang

pedoman gizi vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh ibu hamil

adalah zat besi, asam folat, kalsium, iodium dan zink

2.3 Tabel 5
Angka kecukupan harian mineral dan vitamin pada ibu hamil
TM III menurut Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2019
tentang Angka Kecukupan Gizi

Jenis Angka

Zat Besi 27 mg

Asam Folat 600 mcg

Kalsium 1200 mg

Lodium 220 mcg

Zink 12 mg

Saat masa kehamilan zat besi banyak diperlukan untuk mensuplai

pertumbuhan janin dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah

merah ibu. Zat besi adalah senyawa yang dipergunakan untuk produksi

haemoglobin yang berfungsi sebagai

a. Proses pengangkutan oksigen dari paru – paru dan diedarkan ke

seluruh tubuh.
33

b. Sintesis enzim yang terkait zat besi.

c. Pemakaian oksigen untuk memproduksi energy sel (Aritonang,

2013)

Terdapat dua jenis zat besi yang terkandung dalam pangan ,

yaitu zat besi heme yang didapat dalam produk – produk hewani

dan zat besi non heme yang terkandung dalam produk – produk

nabati. Makanan dari produk hewani seperti hati, ikan dan daging

yang harganya relative mahal dan belum seutuhnya terjangkau oleh

masyarakat Indonesia. Selain sumber hewani, ada juga sumber

nabati yang mengandung kaya zat besi seperti kangkung, singkong,

dan sayuran berwarna hijau lainnya. Namun, zat besi dalam

makanan tersebut relative lebih sulit penyerapannya. Diperlukan

porsi besar sumber nabati untuk mencukupi kebutuhan zat besi

dalam sehari. (Almatser, 2011)

Menurut (Aritonang, 2013), makan – makanan yang dapat

meningkatkan daya absorbsi besi selama masa kehamilan

diantaranya adalah :

a. Konsumsi makanan yang akan meningkatkan absorbsi

besi, yaitu daging, sayur, dan buah yang mengandung

banyak vitamin C.

b. Menghindari inhibitor atau penghambat absorpsi zat

besi seperti the dan kopi.


34

Keperluan akan zat besi yang tinggi terutama dalam masa

kehamilan di trimester ketiga tidak akan tercukupi hanya dengan makanan.

Sehingga suplementasi zat besi sangatlah berperan penting bahkan jika ibu

hamil tersebut berstatus gizi baik.

5. Asam Folat

Menurut Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2019 Tentang angka

Kecukupan Gizi ibu hamil pada Trimester III memerlukan asam folat

sebanyak 600 mcg setiap harinya.

Asam folat berfungsi dalam berbagai macam proses metabolism

seperti metabolism asam amino, sintesis purin, dan timidiat sebagai

senyawa yang penting dalam mensintesis asam nukleat. (Aritonang,

2013)

Asam folat juga diperlukan untuk pembentukan sel darah merah

dan sel darah putih dalam sumsum tulang belakang dan untuk

pendewasaannya. Sekitar 24-50% wanita mengalami kekurangan asam

folat yang disebabkan karna asam folat yang terkandung dalam

makanan sehari – hari tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan asam

folat pada saat masa kehamilan. Defisiensi asam folat berikatan dengan

tingginya insiden komplikasi kehamilan seperti aborsi spontan,

toxemia, premature, pendeknya usia kehamilan dan juga perdarahan.

(Aritonang, 2013)
35

Jenis makanan yang mengandung banyak asam folat yaitu ragi,

hati, brokoli, sayuran hijau, kacang – kacangan, ikan, daging, jeruk dan

telur. (Aritonang, 2013)

6. Kalsium

Kalsium berfungsi untuk menunjang pertumbuhan tulang dan gigi

serta persendian janin serta digunakan untuk membantu pembuluh

darah berkontraksi dan berdilatasi. Kalsium sangat diperlukan oleh ibu

hamil dan janin yang dikandungnya. Bila mana kecukupan kalsium

pada ibu hamil tidak terpenuhi dari makanan, maka kalsium yang

kurang yang dibutuhkan oleh bayi akan diambil dari tulang ibu yang

mengakibatkan tulang ibu menjadi keropos atau osteoporosis.

(Wahyuni, 2017b)

Menurut Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2019 Tentang Angka

Kecukupan Gizi penambahan kalsium yang diperlukan ibu hamil

trimester III sebanyak 200 mg kalsium. Dengan itu kebutuhan kalsium

yang wajib terpenuhi oleh ibu hamil sebesar 1200 mg/hari.

Makanan yang menjadi sumber kalsium diantaranya ikan teri,

udang, sayuran hijau, dan berbagai produk olahan susu seperti keju dan

yogurt. Kekurang kalsium pada saat hamil akan mengakibatkan

tekanan daran ibu meningkat. (Wahyuni, 2017b)

2.3.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil

dengan KEK

a. Faktor Langsung
36

Secara langsung gizi dipengaruhi oleh asupan makanan yang

dikonsumsi dan penyakit yang di derita khususnya penyakit karena

infeksi. (Utomo, 2013) faktor – faktor tersebut meliputi :

1. Keterbatasan ekonomi, ibu hamil atau keluarganya tidak

mampu membeli makanan yang sehat dan berkualitas baik,

sehingga faktor ini dapat mempengaruhi pemenuhan gizi bagi

ibu hamil.

2. Produk pangan, dimana jumlah dan berbagai jenis makanan di

suatu Negara atau daerah tertentu memiliki jenis dan bahan

pangan yang dimiliki sendiri untuk jangka waktu yang panjang

sehingga menjadi sebuah adat kebiasaan turun temurun.

3. Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan)

baiknya semua proses yang dilalui makanan tidak membuat

kadar gizi yang terkandung dalam makanan tersebut menjadi

tercemar, rusak dan mengandung kuman penyakit.

4. Makanan dan pangan masyarakat Indonesia biasanya masih

dipengaruhi oleh adat istiadat budaya setempat. Contohnya :

masih banyak kepercayaan bahwa ayah adalah orang yang

harus diutamakan dalam hal apapun termasuk dalam hal

pembagian makanan dikeluarga.

5. Pantangan pada makanan tertentu, terkadang karena adat atau

mitos tentang makanan tertentu membuat ibu hamil enggan

mengkonsumsinya padahal kandungan gizi dari bahan makanan


37

tersebut sangat baik untuk dikonsumsi oleh ibu hamil, salah

persepsi tentang kebutuhan dan nilai gizi suatu makanan dapat

mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya ada sebagian

besar masyarakat yang masih percaya bahwa ibu hamil tidak

boleh makan ikan.

6. Ibu hamil yang hanya mengkonsumsi makanan kesukaannya

saja akan mengakibatkan pemenuhan gizi yang menurun atau

gizi zat tertentu yang berlebih.

7. Pengetahuan gizi yang kurang, prasangka yang tidak baik pada

makanan tertentu, terkadang ibu hamil bisa salah presepsi

tentang kebutuhan dan nilai makanan yang harusnya

dikonsumsi.

8. Selera makanan ibu hamil dapat mempengaruhi kebutuhan

gizinya. Selera makan dipicu oleh sistem tubuh seseorang

(missal rasa lapar) atau dapat dipicu oleh cara pengolahan dan

penyajian makanan yang menguggah selera, dan dapat juga

dipengaruhi oleh suplemen makanan.

b. Faktor tidak langsung

1. Pendidikan keluarga

Faktor pendidikan akan mempengaruhi cara seseorang

memahami pengetahuan tentang gizi yang mereka peroleh dari

berbagai informasi.

2. Faktor budaya
38

Dibeberapa daerah tertentu masih banyak kepercayaan

tentang larangan memakan makanan tertentu yang jika di lihat dari

segi gizi, sebenarnya makanan tersebut sangat baik untuk

dikonsumsi oleh ibu hamil.

3. Faktor fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan yang dapat menyokong status kesehatan

dan gizi ibu hamil, dimana sebagai wadah masyarakat

mendapatkan berbagai macam informasi tentang kesehatan dan gizi

dari segi kuratif, preventif dan hingga rehabilitative.

2.3.5 Dampak Kekurangan Gizi Pada Ibu Hamil

Ibu hamil yang mederita kekurangan gizi dapat memberikan

dampak buruk bagi ibu maupun janin yang dikandungnya, dibawah ini

merupakan beberapa dampak yang dapat terjadi menurut (Dr. Arisman,

2013)

1. Terhadap Ibu

Gizi kurang pada wanita hamil dapat meningkatkan resiko

terjadinya komplikasi pada masa hamil diantaranya : anemia,

perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah seperti

seharusnya, terjadi infeksi.

2. Terhadap masa persalinan

Gizi kurang berpengaruh terhadap keberlangsungan proses

persalinan dan dapat mengakibatkan proses persalinan yang


39

terhambat dan lama, persalinan belum pada waktunya (preterm)

perdarahan setelah persalinan berlangsung.

3. Terhadap janin

Kekurangan gizi dapat menyebabkan janin yang dikandung

menjadi terhambat proses pertumbuhan dan perkembangannya

sehingga dapat menyebabkan : abortus, bayi lahir mati,

kematian neonatal, cacat bawaan, Bayi lahir dengan berat yang

rendah (BBLR), anemia, asfiksia, IUFD (intrauterine fetal

death),anemia pada bayi.

2.4 Program Pemberian Makanan dan Minuman Tambahan Pada Ibu

Hamil Dengan KEK atau Status Gizi Kurang

2.4.1 PMT(Pemberian Makanan Tambahan) Biscuit Sadwich

2.4.1.1 Definisi

Menurut Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan yang

dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Tahun 2019 MT ibu hamil

adalah suplementasi gizi yang berbentuk biscuit lapis yang terbuat

dari formulasi khusus dengan penambahan zat mikro berupa vitamin

dan mineral yang diberikan pada ibu hamil dengan kategori Kurang

Energi Kronis (KEK)

2.4.1.2 Kandungan Gizi MT Ibu Hamil dan Aturan Konsumsi

Gambar 1

Gambar MT ibu Hamil diambil dari Petunjuk Teknis


Pemberian Makanan Tambahan yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kesehatan Tahun 2017
40

2.4 Tabel 6
Info kemasan
41

setiap kemasan
primer MT ibu
hamil terdapat 3
keping biscuit
dengan berat bersih
60 gram
1 keping
mengandung 95
kkal total kalori
dalam 3 keping
adalah 285 kkal
Dalam 100 gram/ 5
keping mengandung
kalori 487, 33 kkal

setiap 7 kemasan
MT ibu hamil
terdapat dalam 1
kotak kemasan
sekunder dengan
berat bersih 420
gram.

Dalam setiap 1 dus


kemasan tersier
terdapat 4 kotak
kemasan sekunder
dan total terdapat
28 kemasan primer
dalam satu buah
kemasan tersier
Sumber : Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan yang
dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Tahun 2019

Gambar 2
42

Kandungan gizi MT Ibu Hamil Menurut Informasi Gizi


Dalam Kemasan MT Ibu Hamil

2.4 Tabel 7
Kandungan Nutrisi Penting Bagi Ibu Hamil TM III

kebutuhan TM
Vitamin dan Mineral Kandungan dalam PMT (60 gram)
III

Zat Besi 27 mg 6,85 mg


Kalsium 1200 mg 166,518 mg
Asam Folat 600 mcg 246,6 mcg
Lodium 220 mcg 49,5 mcg
Zink 12 mg 6,2 mg
43

Sumber : (Label Kemasan PMT, PERMENKES No. 28 Tahun 2019)

Syarat mutu cookies di Indonesia mengacu pada syarat mutu

biscuit. Syarat mutu biscuit yang berlaku di Indonesia (SNI 01-2973-

1992). Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan biscuit

terbagi dalam dua kelompok yaitu bahan pengikat dan pelembut.

Bahan yang digunakan sebagai pengikat yaitu : tepung, susu dan putih

telur dan bahan yang berfungsi untuk pelembut yaitu : gula, lemak,

leavening agent (baking powder), dan kuning telur. (Vivi Silawati,

2018)

Keterangan biscuit sandwich PMT ibu hamil yang Tertera di

Petunjuk Teknis PMT oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Tahun 2017 :

a. Makanan tambahan ibu hamil adalah suplementasi gizi yang

diberikan pada ibu hamil dengan status gizi kurang yang berbentuk

biscuit lapis yang dibuat khusus yang diperkaya dengan vitamin

dan mineral untu mencukupi kebutuhan gizi ibu hamil dengan

KEK.

b. Setiap kemasan primer (3 keping/60 gram) Makanan Tambahan

Ibu Hamil terdapat sebanyak 285 kalori, 39 gram karbohidrat, 6

gram protein, dan 24 gram lemak. Terdapat 9 macam vitamin

(A,B1,B3,B6,B12,C,D dan E) dan 8 mineral (Asam Folat, Zat

Besi, Selenium, Kalsium, Natrium, Zink, Iodium, dan fosfor

Makanan tambahan ibu hamil mengandung 11 macam vitamin ( A,


44

D, E, B1,B2,B3,B5, B12, C, folat) dan mengandung 7 macam

mineral (selenium, seng, iodium, kalsium, natrium, besi, fosfor)

c. Pada kehamilan trimester III diberikan 3 keping biscuit per hari

hingga ibu hamil tidak lagi menderita KEK

2.4.2. PMT Cair (Susu UHT)

Gambar 3 Susu UHT

Susu dikenal kaya akan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi

yang terkandung dalam susu sapi yaitu protein, kalium, kalsium,

fosfor, iodin, vitamin B12, dan ribovlavin yang berfungsi untuk

perkembangan dan pertumbuhan. Konsumsi susu dapat meningkatkan

Insulin Growth Factor 1 (IGF-1) yang berfungsi untuk menunjang

pertumbuhn pada tubuh. Penelitian Cohort yang dilakukan oleh

Hrolfsdottir 2013 dengan melibatkan ibu hamil di kota Rotterdam

menghasilkan bahwa ibu yang rutin mengkonsumsi susu di Trimester

III berpengaruh terhadap penambahan berat janin. (Wahyuni, 2017a)

Susu diperlukan agar asupan nutrisi ibu hamil semakin tercukupi

karna menurut Pedoman Gizi Seimbang Yang dikeluarkan oleh

KEMENKES No. 41 Tahun 2014 susu baik dikonsumsi Sebanyak 1


45

kali sehari sebanyak 200 ml untuk menambah kecukupan gizi pada ibu

hamil sebagai selingan, minum susu pada ibu hamil tidaklah

diwajibkan untuk setiap ibu dikarnakan tidak semua ibu hamil suka

dan mampu untuk membeli susu, tapi ibu hamil baiknya dapat

mengkonsumsi minimal 1 hari sekali untuk memenuhi kebutuhan gizi

yang diperlukan. (KEMENKES, 2014)

Zat gizi mikro penting untuk ibu hamil karna berfungsi untuk

pemeliharaan, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

kandungan sampai dengan cadangan untuk ibu selama menyusui nanti.

Zat gizi mikro yang penting untuk ibu hamil yaitu Kalsium, asam folat,

lodium, zink dan Vitamin D. (KEMENKES, 2014)

Di Trimester III ibu hamil memerlukan nutrisi tinggi Kalsium

dikarnakan janin menimbun kalsium sebanyak 30 gr dan paling banyak

menimbun di Trimester III sebanyak 350 mg, kalsium pada ibu hamil

Trimester III yang di butuhkan sebanyak 1.200 mg/hari untuk ibu

hamil dengan usia diatas 25 tahun sedangkan untuk ibu hamil yang

usiany lebih muda cukup 800 mg/hari. Sumber utama kalsium adalah

susu dan hasil olahannya seperti susu utuh (whole milk), susu skim,

yougurt, keju. (Dr. Arisman, 2013)

Pada Trimester III kebutuhan asam folat pada ibu hamil tidak terlalu

diutamakan dikarnakan masa kebutuhan asam folat terjadi di minggu

ke – 3 sampai ke – 8 untuk mengurangi defect neural tube ( cacat

bawaan yang timbul saat masa embrional karna tidak sempurnanya


46

penutupan tabung saraf) kebutuhan asam folat pada trimester III

sebanyak 470 mcg. (Sulistyoningsih, 2011)

Jika ibu hamil kekurangan vitamin D selama hamil akan

mengakibatkan terjadinya gangguan metabolism kalsium pada ibu dan

jadi yang menyebabkan hipokalsemia pada bayi baru lahir dan dapat

memicu bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR), untuk

menghindari hal tersebut ibu hamil wajib mnedapatkan 10mcg vitamin

D per hari selama kehamilan. Salah satu sumber vitamin D yaitu

dengan mengkonsumsi susu yang kaya akan vitamin D. (Dr. Arisman,

2013)

Berdasarkan Uraian di atas penulis menyimpulkan Susu UHT kaya

akan Vitamin D dan Kalsium yang dapat menunjang pertumbuhan dan

perkembangan tulang pada janin, susu UHT juga aman bagi ibu hamil

karna telah dipasteurisasikan guna menghilangkan mikroba yang

berbahaya dan menjaga kualitas nutrisinya, selain itu susu UHT mudah

didapatkan dan harganya dapat dijangkau oleh semua kalangan dan

varian rasa yang beraneka ragam.

2.4 Daftar tabel 8


Kebutuhan Vitamin dan Mineral TM III dan Kandungan Susu
UHT

Kandungan 250 ml UHT


% AKG*
Kalsium 35%
Vitamin D3 25%
lodium 6%
Zink 10%
47

* Persen AKG Berdasarkan kebutuhan energi 2000


kkal
Sumber : Label Informasi Gizi Susu UHT

2.4 Tabel 9
Perbandingan Kandungan Susu UHT dan Susu Ibu Hamil
Susu Ibu Hamil Susu Ibu Hamil Susu ibu Hamil
Zat Gizi
Susu UHT L S F
Kalsium 35 % AKG 20% AKG 30% AKG 20 % AKG
Vitamin D 25 % AKG 45 % AKG 10 % AKG 20 % AKG
% AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 - 2500 kkal
Sumber : Informasi Nilai Gizi Produk Susu

Gambar 4
Informasi Nilai Gizi Susu UHT

2.5 Konsep Dasar Persalinan

2.5.1 Pengertian

Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil dari konsepsi

(janin dan plasenta) yang usia kehamilannya telah cukup dan dapat hidup
48

di luar kandungan melalui jalan lahir normal ataupun melalui jalan lahir

dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses persalinan

diawali dari adanya kontraksi persalinan yang sesunguhnya, yang

memiliki tanda dengan berubahnya serviks secara progresif dan diakhiri

dengan terlahirnya plasenta. Persalinan merupakan proses yang normal..

Persalinan adalah proses menipis dan membukanya serviks dan

janin yang mulai masuk dan melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran

normal merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada

usia kehamilan yang cukup bulan atau telah matang (37 – 42 minggu) lahir

spontan, dengan presentasi kepala dengan denominator ubun ubun kecil

tanpa dibarengi dengan komplikasi baik ibu maupun janin. (Nugraheny,

2013)

2.5.2 Tanda persalinan sudah dekat

1. Lighting

Menjelang minggu ke- 36 pada primigravida, akan terjadi penurunan

tingi fundus uteri dikarnakan kepala bayi mulai memasuki pintu atas

panggul. Penyebab dari proses ini dikarnakan :

a. Kontraksi

b. Ketegangan

c. Ketegangan ligamentum rotundum

d. Gaya berat janin, kearah bawah uterus

Masuknya kepala janin ke dalam panggul dapat dirasakan oleh ibu

hamil dengan tanda dan gejala sebagai berikut :


49

a. Terasa ringan dibagian atas fundus dan rasa sesak berkurang.

b. Dibagian bawah terasa penuh dan mengganjal

c. Kesulitan dalam berjalan

d. Sering berkemih

Gambaran lightening pada primigravida menunjukan

hubungan yang selaras antara 3P yaitu : power (his), passage (jalan

lahir), dan passage (bayi dan plasenta). Pada multigravida

gambarannya tidak sejelas primigravida, karena masuknya kepala

ke dalam pintu atas panggul terjadi berbarengan dengan proses

persalinan.

2. Terjadi His permulaan

Pada fase kehamilan sering terjadi his palsu atau kontraksi Braxton

yang sering dikeluhkan Ibu hamil karena rasa sakitnya. Kebanyakan

pasien mengeluh karna rasa sakit di daerah pingang dan terasa sangat

menganggu, terutama pada pasien dengan ambang nyeri yang rendah.

Adanya perubahan kadar hormone progesterone dan esterogen dapat

menyebabkan oksitosin semakin meningkat sehingga menimbulkan

kontraksi atau his permulaan. His permulaan ini sering disebut dengan his

palsu dengan tanda – tanda sebagai berikut :

a. Rasa nyeri ringan dibagian bawah perut

b. Datangnya tidak teratur

c. Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda dan

gejala kemajuan persalinan


50

d. Durasi pendek

e. Tidak bertambah bila beraktifitas. (ZH, 2013)

2.5.3 Tanda masuk dalam persalinan

1. Terjadinya his persalinan

a. Pinggang terasa sakit menjalar ke depan

b. Sifat his yang teratur , interval makin pendek, dan kekuatan makin

besar.

c. Terjadi pendataran pada serviks

d. Jika pasien menambah aktifitasnya, misalnya dengan berjalan,

maka kekuatannya bertambah.

2. Pengeluaran lendir dan darah (penanda persalinan)

Dengan adanya his persalinan, maka akan terjadi perubahan pada

serviks yang menimbulkan :

a. Pendataran dan pembukaan

Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada canali:

b. Pendataran dan pembukaan

c. Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada canalis

servikalis terlepas

d. terjadinya perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah

3. Pengeluaran cairan

Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput

ketuban. Jika ketuban telah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat


51

berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai, maka

persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya

ekstrasi vakum, atau section caessaria. (ZH, 2013)

2.5.4 Perubahan fisiologis pada persalinan

1. Tekanan darah

Tekanan darah bisa naik berkisar 15 – 25 mmHg selama kontraksi

dalam kala II. Upaya mendorong pada ibu juga mempengaruhi

tekanan darah meningkat atau menurun dan pada akhirnya sedikit

diatas normal. Rata – rata peningkatan tekanan darah sebesar 10

mmHg diantara kontraksi dan ini merupakan sesuatu yang normal

terjadi.

2. Metabolism

Dengan metabolism yang meningkat yang terus menerus berlanjut

hingga kala II dibarengi dengan upaya mengedan ibu sehingga

aktivitas otot – otot rangka untuk memperbesar peningkatan

metabolisme meningkat.

3. Denyut nadi

durasi denyut nadi ibu beragam pada saat proses kala II, secara

keseluruhan, durasi frekuensi nadi meningkat selama persalinan

yang diiringi dengan takikardi yang nyata ketika mencapai puncak

pada saat kelahiran.

4. Suhu
52

Pada saat memasuki fase persalinan dan setelah setelahnya

biasanya suhu meningkat berkisar antara 0,5 - 1°C.

5. Respirasi

Pola pernafasan tidak banyak mengalami perubahan pada

persalinan, terjadi peningkatan frekuensi pernafasan karena

perasaan cemas dan khawatir.

6. Perubahan Gastrointestinal

Penurunan motilitas lambung dan absorpsi yang hebat berlangsung

saat persalinan. Hal ini menyebabkan pencernaan hamper berhenti

selama persalinan dan akan menyebabkan konstipasi.

7. Denyut jantung

Denyut jantung diantara dua kontraksi biasanya menjadi sedikit

lebih tinggi dibandingkan dengan periode persalinan atau sebelum

memasuki fase persalinan.

8. Perubahan Hematologis

Hemoglobin akan meningkat 1,2 gr/dl atau 100 ml selama

persalinan dan kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama.

9. Perubahan psikologi pada persalinan

Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan,

terurtama pada ibu yang pertama kali melahirkan sebagai berikut :


53

Perasaan cemas, takut, dan ragu dengan persalinan yang akan

dihadapi ibu bersalin, ibu menjadi sering memikirkan apakah

persalinan berjalan normal, menggap persalinan sebagai percobaan,

apakah penolong persalinan akan sabar dan bijaksana dalam

menolongnya, apakah bayi normal atau tidak, apakah ia sanggup

merawat bayinya, ibu merasa cemas. (Nugraheny, 2013)

2.5.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan

1. Passage (jalan lahir)

Jalan lahir bagian atas :

a. Bagian keras tulang – tulang panggul (rangka panggul)

b. Bagian lunak yang terdiri dari otot – otot, jaringan – jaringan,

ligament – ligament,

c. Ukuran – ukuran panggul

1) Distansia spinarum : jarak antara spina iliaka anterior

superior sinistra dan dekstra berjarak 24 – 26 cm

2) Distansia kristarum : jarak terpanjang antara dua tempat

yang simestris pada krista iliaka kanan dan kiri, jaraknya 28

– 30 cm

3) Konjugata eksterna : jarak bagian atas simfisis dan prosesus

spinosus lumbal jarakn ya 18 – 20 cm

4) Lingkar panggul : 80 – 100 cm

5) Conjugata diagonalis : 12,5 cm

2. Power (kekuatan ibu)


54

a. His

Power atau tenaga yang mendorong anak adalah his. His

merupakan kontrasi dari otot – otot Rahim pada saat persalinan.

His dapat meyebabkan pendataran dan pembukaan serviks. His

terdiri dari his pembukaan, his pengeluaran dan his pelepasan

plasenta. His palsu atau his permulaan tidak berpengaruh terhadap

serviks.

b. Tenaga mengedan

Tenaga mengedan pasien akan semakin menambah kekuatan his.

Pada saat pasien meneran, diafragma dan otot – otot dinding

abdomen akan berkontraksi. Kombinasi antara his dan tenaga

meneran pasien akan meningkatkan tekanan intrauterus sehingga

janin akan terdorong keluar. Dorongan meneran akan semakin

meningkat ketika pasien dalam posisi yang nyaman, misalnya

setengah duduk, jongkok, berdiri atau miring ke kiri.

3. Passenger

a. Janin

Hal yang menetukan kemampuan melewati jalan lahir dari faktor

passenger adalah :

1) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada bagian

depan jalan lahir seperti presentasi kepala, presentasi

bokong, (murni, komplit, letak lutut, atau letak kaki),

presentasi bahu.
55

2) Sikap janin : hubungan bagian janin (kepala) dengan

bagian janin lainnya (badan), missal fleksi, defleksi, dll.

3) Posisi janin : hubungan bagian atau point penentu bagian

terbawah janin dengn panggul ibu. Dibagi menjadi 3 unsur

yaitu sisi panggul ibu, bagian terendah janin, bagian

panggul ibu

4) Bentuk/ukuran kepala janin menentukan kemampuan

kepala untuk melewati jalan lahir.

b. Plasenta

Plasenta berbentuk bundar atau oval, berukuran 15 – 20 cm

tebalnya 2 – 2,5 cm dengan berat 500 gram. Letak plasenta

umumnya dibagian depan atau belakang dinding uterus, agak ke

atas kea rah fundus

c. Air ketuban

Air ketuban merupakan komponen penting dalam proses

persalinan. Air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira – kira

500 – 1000 cc, berwarna jernih, berbau amis dan terasa manis.

Komposisinya terdiri atas 98% air sisanya albumin, urea, asam

urin, keratin, sel – sel epitel, lanugo, verniks kaseosa dan garam

anorganik. Kadar protein 2,6%gram/liter. Yang berfungsi

melindungi janin dari trauma dan benturan, memungkinkan janin

bergerak bebas, menstabilkan suhu tubuh janin agar tetap hangat,

menahan tekanan uterus, pembersih jalan lahir. (Nugraheny, 2013)


56

2.5.6 Tahapan Persalinan

1. Kala I

a. Pengertian

Kala I merupakan waktu yang diawali sejak terjadinya kontraksi

uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan

lengkap (10 cm).

b. Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu, fase laten dan fase

aktif

Fase laten diawali semenjak awal terjadinya kontraksi yang

mengakibatkan menipisnya dan membukanya serviks secara

bertahap yaitu pembukaan < 4 cm biasanya berlangsung selama 8

jam.

Fase aktif ditandai dengan frekuensi dan lama kontraksi

uterus umumnya meningkat (kontraksi adekuat atau 3 kali atau

lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih),

serviks membuka dari 4cm hingga 10 cm biasanya dengan

kecepatan 1cm atau lebih perjam hingga pembukaan lengkap

(10cm), terjadi penurunan bagian terbawah janin berlangsung

selama 6 jam dan dibagi dengan 3 fase yaitu :


57

1) Fase akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan

menjadi 4 cm.

2) Fase dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam

pembukaan berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm

3) Fase deselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam

pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.

2. Kala II

Kala II adalah masa dalam persalinan yang dimulai dari

pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Pada permulaan kala II

kepala bayi telah masuk dalam ruang panggul. His menjadi lebih kuat,

lebih sering, lebih lama, dan sangat kuat. Selaput ketuban akan pecah

pada permulaan kala II dapat pecah spontan ataupun dengan tindakan.

Tanda dan gejala kala II yaitu :

a. His semakin kuat, dengan interval 2 – 3 menit, durasi 50 – 100

detik

b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandi dengan

pengeluaran cairan yang banyak.

c. Ketuban biasanya akan pecah saat pembukaan mendekati

lengkap, ataupun jika belum pecah biasanya ketuban akan

dipecahkan dengan tindakan, diiringin keinginan ibu untuk

mengedan.

d. Mengabungkan kedua kekuatan, his dan mengejan akan

mendorong kepala bayi keluar sehingga terjadi proses kepala


58

membuka vulva, suboksiput bertindak sebagai hipomoklion

atau titik putar maka secara berurutan lahirlah ubun – ubun

besar, dahi, hidung dan muka, serta kepala.

e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar.

f. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, maka persalinan

bayi ditolong oleh bidan atau dokter.

g. Durasi terjadinya kala II bagi primigravida berlangsung selama

50 menit dan multigravida 30 menit

3. Kala III

Setelah kala II berlangsung dan berakhir maka kontraksi uterus akan

berhenti selam 5 – 10 menit. Proses keluarnya plasenta diawali saat

kepala dan seluruh tubuh bayi lahir lengkap dan berakhir saat lepasnya

plasenta, dengan diawali dengan tanda dan gejala : uterus menjadi

globuler, tali pusat memanjang, dan terjadi semburan darah secara tiba

– tiba.

4. Kala IV

Kala IV diawali dimulai dari lahirnya plasenta berlangsung selama 1 –

2 jam. Pada kala IV dilakukan observasi ketat perdarahan paling utama

dilihat, selain perdarahan dilakukan pula observasi terhadap TTV,

kontraksi, kandung kemih dan perdarahan. Observasi yang dilakukan

adalah sebagi berikut :

a. Tingkat keadaan dan kesadaran pasien


59

b. Pemeriksaan tanda – tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, dan

pernafasan.

c. Kontraksi uterus

Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika

jumlahnya tidak melebihi 500 cc. (Nugraheny, 2013)

2.6 Konsep Dasar Nifas

2.6.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (pueperium) adalah dimulai saat plasenta lahir dan

berakhir ketika organ – organ kandungan kembali seperti keadaan sehat

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira – kira 6 minggu. (Ainiyah,

2018)

2.6.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi pada masa

ini peranan keluarga sangatlah penting, dengan pemberian nutrisi,

dukungan psikologis maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.

2. Melaksanakan skrining yang komrehensif (menyeluruh) dimana bidan

harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas secara

sistematis.

3. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus

menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat

mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi


60

4. Melakukan pengobatan pada ibu dan bayi jika terjadi kegawatdaruratan

dan merujuknya ke fasilitas kesehatan yang sesuai dengan kewenangan

yang berlaku.

5. Melakukan konseling dan edukasi tentang pendidikan kesehatan berupa

personal hygine, nutrisi yang baik bagi ibu nifas, keluarga berencana, Asi

Eklusif, perawatan payudara, pemberian imunisasi kepada bayinya dan

perawatan bayi memberikan pelayanan keluarga berencana.

Asuhan masa nifas merupakan masa paling penting dalam periode

ini karena pada masa nifas adalah masa kritis baik bagi ibu maupun

bayinya. Sebanyak 60% kematian ibu diakibatkan kehamilan yang terjadi

setelah proses persalinan, dan 50% kematian nifas terjadi dalam 24 jam

pertama. (Ainiyah, 2018)

2.6.3 Tahapan Masa Nifas

1. Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperoleh berdiri

dan berjalan – jalan.

2. Puerperium intermedial adalah masa pemulihan menyeluruh dari alat

– alat kandungan atau reproduksi wanita yang berlangsung selama 6 –

8 minggu.

3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi.

(Ainiyah, 2018)

2.6.4 Kebijakan Program Nasional Nifas


61

Saat memasuki masa nifas, setidaknya minimal 3 kali kunjungan

nifas yang harus dilakukan bidan, dilakukan agar dapat menilai keadaan

ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah – masalah yang terjadi.

Seorang bidan saat melakukan asuhan kepada ibu dalam masa

nifas, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, akan tetapi pemberian

asuhan kebidanan pada ibu nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan

tahapan perkembangannya antara lain literature :

1. Kunjungan ke – 1 ( 6 jam – 3 hari setelah persalinan):

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Melakukan deteksi dini dan melakukan perawatan dari penyebab

terjadinya perdarahan : rujuk pasien jika terjadi perdarahan

lanjutan.

c. Memberikan edukasi dan konseling kepada ibu atau salah satu

anggota keluarga tentang bagaimana mencegah perdarahan masa

nifas yang disebabkan oleh atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir IMD

f. Menjaga bayi tetap hangat

g. Bilamana petugas kesehatan menolong persalinan, petugas

kesehatan wajib menemani ibu dan mngobservasi keadaan ibu dan

bayi minimal 2 jam setelah melahirkan atau sampai ibu dan bayi

dalam keadaan sehat.


62

2. Kunjungan ke-2 (4 – 28 hari setelah persalinan).

a. Memastikan penurunan tinggi fundus ibu berjalan normal : uterus

berkontraksi, fundus dibawah pusat, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau yang busuk.

b. Memastikan bahwa ibu nifas tidak terjadi tanda – tanda infeksi

seperti demam, lochea berbau atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu nifas mendapatkan cukup nutrisi, hidras, dan

istirahat yang efisien dan cukup.

d. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak

memeperlihatkan tanda – tanda pembengkakan payudara ataupun

bayi yang kekurangan ASI.

e. Melakukan edukasi dan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayinya, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari – hari.

3. Kunjungan ke- 3 (29 – 42 hari)

a. Memastikan penurunan tinggi fundus ibu berjalan normal : uterus

berkontraksi, fundus dibawah pusat, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau yang busuk.

b. Memastikan bahwa ibu nifas tidak terjadi tanda – tanda infeksi

seperti demam, lochea berbau atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu nifas mendapatkan cukup nutrisi, hidras, dan

istirahat yang efisien dan cukup.


63

d. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak

memeperlihatkan tanda – tanda pembengkakan payudara ataupun

bayi yang kekurangan ASI.

e. Melakukan edukasi dan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayinya, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari – hari.

f. Tanyakan pada ibu jika ibu mengalami kesulitan dalam pribadi ibu

maupun penyulit pada bayinya.

g. Memberikan edukasi dan pelayanan keluarga berencana pada ibu

nifas. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2011)

2.7 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

2.7.1 Pengertian

Bayi baru lahir merupakan insan yang sedang mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang baru saja mengalami trauma

dikarnakan proses persalinan serta bayi perlu menyesuaikan diri dari

kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. (Dewi, 2010)

2.7.2 Ciri – ciri Bayi Baru Lahir Normal

1. Lahir cukup bulan antara 37 – 42 minggu

2. Berat badan 2.500 – 4.000 gram

3. Tinggi badan 48 – 52 cm

4. Lingkar dada 30 – 38 cm

5. Lingkar kepala 33 – 35 cm

6. Lingkar lengan 11 – 12 cm
64

7. Frekuensi denyut jantung 120 – 160x/ menit

8. Pernafasan 40 – 60 x/menit

9. Kulit berwarna kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup

10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna.

11. Kuku agak panjang dan lemas.

12. Nilai APGAR >7, gerakan aktif, bayi lahir langsung menangis kuat,

13. Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada

pipi dan daerah mulut) sudah ada.

14. Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.

15. Reflek moro (gerakan memeluk bila di kagetkan) sudah terbentuk

dengan baik

16. Reflex grasping (mengenggam) sudah baik

17. Genitalia

a. Pada laki – laki kematangan ditandai dengan testis yang sudah

berada pada skortum dan penis yang berlubang.

b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra

yang berlubang dan labia mayora yang telah menutupi minora.

18. Eliminasi terjadi dalam 24 jam pertama yaitu dengan keluarnya

meconium dan urine, mekonium yang berwarna hitam kecoklatan.

(Dewi, 2010)

2.7.3 Tahapan Bayi Baru Lahir


65

1. Tahap I terjadi secara langsung setelah bayi lahir, selama menit –

menit pertama kelahiran.

2. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan

pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan

perilaku.

3. Tahap III disebut tahap periodic, pengkajian setelah 24 jam pertama

yang dimulai pemeriksaan seluruh tubuh.(Dewi, 2010)

2.7.4 Penanganan Bayi Baru Lahir

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada

bayi tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran, aspek – aspek

penting dari asuhan segera setelah bayi lahir yaitu :

1. Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat

2. Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya segera

setelah melahirkan.

3. Segera lakukan penilaian sepintas pada BBL

4. Sambil menilai cepat melalui pernafasan (menangis kuat, bayi

bergerak aktif, warna kulit kemerahan) letakan bayi dengan handuk

diatas perut ibu.

5. Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/ lendir dari wajah

bayi untuk mencegah jalan udara terhalang. Periksa ulang pernafasan

bayi (sebagian besar bayi akan menangis atau bernafas spontan dalam

waktu 30 detik setelah lahir).


66

6. Dan nilai APGAR SKOR nya, jika bayi bernafas megap – megap atau

lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

Table 2.5 Tabel 10 penilaian Apgar Skor

Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2


Appearance (warna Pucat / biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
kulit) seluruh tubuh ekstremitas biru kemerahan
Pulse (denyut
Tidak ada >100 <100
jantung)
Ekstremitas
Grimace (tonus otot) Tidak ada Gerakan aktif
sedikit fleksi
Langsung
Activity (aktifitas) Tidak ada Sedikit gerak
menangis
Respiration Lemah / tidak
Tidak ada Menangis
(pernafasan) teratur

a. Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)

b. Asfiksia sedang (apgar skor 4-6)

c. Asfiksia Berat (apgar skor 1-3) (Dewi, 2010)

2.7.5 Kelainan – kelainan pada bayi baru lahir

Contoh kelainan – kelainan pada bayi baru lahir yang sering terjadi

adalah sebagai berikut :

1. Labioskizis dan labiopalatoskizis

2. Atresia esophagus

3. Atresia rekti dan anus

4. Hirschprung

5. Obstruksi billiaris

6. Omfalokel

7. Hernia diafragmantika

8. Meningokel, ensefalokel
67

9. Hidrosefalus

10. Fimosis

11. Hipospadia (Ainiyah, 2018)

2.7.6 Kebutuhan Kesehatan Pada Neonatus

1. Pemberian minum

Pemberian ASI adalah makanan inti bagi bayi, berikan ASI 2 – 3 jam

sekali atau on demand (semau bayi). Berikan ASI dengan satu

payudara sampai terasa kosong setelah itu baru ganti dengan payudara

yang lain.

2. Menolong BAB pada bayi

BAB hari 1 – 3 disebut meconium yaitu feces berwarna kehitaman,

hari 3 – 6 feces transisi yaitu warna coklat sampai kehijauan karena

masih bercampur dengan meconium, selanjutnya feces akan berwarna

kekuningan.

3. Menolong BAK bayi

Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12 – 24 jam pertama

kelahirannya, BAK lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup

nutrisi.

4. Kebutuhan istirahat / tidur

Dalam 2 minggu pertama bayi sering tidur rata – rata 16 jam sehari.

Pada umumnya bayi mengenal malam setelah usia 3 bulan. Jaga

kehangatan bayi dengan suhu kamar yang hangat dan selimut bayi.

5. Menjaga kebersihan kulit


68

Bayi sebaiknya mandi minimal 6 jam setelah kelahiran, sebelum mandi

sebaiknya periksa suhu tubuh bayi. Jika terjadi hipotermi lakukan skin

to skin dan tutupi kepala bayi dengan ibu minimal 1 jam. Sebaiknya

bayi mandi minimal 2 kali sehari, memandikan dengan air hangat dan

tempat yang hangat.

6. Menjaga keamanan bayi

Hindari memberikan makanan selain ASI, jangan tingalkan bayi

sendirian, jangan menggunakan alat penghangat buatan

7. Mendeteksi tanda – tanda bahaya pada bayi

a. Sulit bernafas

b. Hipotermi atau hipertermi

c. Kulit bayi kering, biru , pucat, atau memar.

d. Hisapan melemah, rewel, muntah, mengantuk.

e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah.

f. Tanda – tanda infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, bau

busuk keluar, keluar cairan, sulit bernafas.

g. Tidak BAB dalam 3 hari atau tidak BAK selama 24 jam

h. Diare

i. Menggigil, rewel, lemas, ngantuk, kejang.

8. Imunisasi dasar lengkap

a. Hepatitis B
69

Vaksin untuk menimbulkan kekebalan penyakit hepatitis B, pada

umur 0 bulan, dosisi 0,5 cc/pemberian dengan cara disuntikan IM

pada 1/3 paha bagian luar.

b. BCG (Basilus Calmette Guerin)

Vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit TBC. Dilakukan

penyuntikan pada umur 1 bulan dengan dosis 0,05 cc, dengan cara

intrakuatan di lengan kanan.

c. Polio

Vaksin ini mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat

menyebabkan kelumpuhan pada anak, dilakukan penyuntikan pada

usia bayi 1 – 11 bulan, dosis 2 tetes, dengan cara meneteskan

kedalam mulut.

d. Penthabio (Difteri, Pertusis dan Tetanus)

Pemberian vaksin ini dilakukan pada usia 2 – 11 bulan dan

diulangi pada usia 18 bulan, dengan dosisi 0,5 cc, dengan cara IM,

jumlah suntikan 3x, selang pemberian 4 minggu.

e. Campak

Vaksin ini digunakan untuk mencegah terjadinya campak pada

anak, diberikan pada umur 9 bulan dan diulangi lagi pada usia 24

bulan. Dengan dosis 0,5 cc disuntikan SC di tangan Kiri. (Ainiyah,

2018)

2.7.7 Kunjungan Neonatus

Pelayanan kunjungan neonatal dilaksanakan minimal 3x yaitu :


70

1. Kunjungan neonatal 1 (KN 1) : 1 – 3 hari setelah lahir.

2. Konseling pemberian ASI, perawatan tali pusat, awasi tanda – tanda

bahaya neonatus, memberikan imunisasi HB-0

3. Kunjungan neonatal II (KN 2) : hari ke 4 – 7

4. Pastikan tali pusat agar tetap kering, konseling pemberian ASI minimal

10 – 15 kali dalam 24 jam

5. Kunjungan neonatal III (KN 3) : hari ke 8 – 28 hari

6. Konseling pemberian ASI minimal 10 – 15 kali dalam 24 jam,

memberitahu ibu mengenai imunisasi BCG. (Ainiyah, 2018)

2.8 Konsep dasar KB

2.8.1 Definisi KB

Kontrasepsi merupakan cara agar sel telur tidak terbuahi oleh

sperma (pembuahan) atau mencegah terjadinya nidasi/penempelan ovum

yang telah dibuahi ke dinding Rahim. Keluarga berencana adalah program

yang membantu suami istri agar terhindar dari kehamilan yang tidak

diinginan atau memberi jarak diantara kehamilan, menjaga atau

mengontrol waktu saat kelahiran serta menentukan jumlah anak yang

diinginakan pasangan suami istri. (Ainiyah, 2018)

2.8.2 Macam – macam Metode KB

1. Metode keluarga berencana alamiah (KBA)

a. Sistem Kaleder
71

Metode kalender ini hanya bisa digunakan bagi wanita dengan

sistem menstruasi yang teratur sehingga masa subur dapat dihitung,

sehingga berhubungan pada saat masa subur dapat dihindari.

b. Seggama terputus (coitus interuptus)

Teknik yang dilakukan dalam metode kontrasepsi ini adalah

dengan cara mengeluarkan sperma diluar vagina saat akan terjadi

ejakulasi.

c. Metode suhu basal

Saat wanita sedang subur maka suhu tubuh akan meningkat

berkisar 0.5°c, setelah sel telur dilepaskan, metode ini perlu

ketelatenan dan pengaturan yang benar.

2. Metode Non Hormonal

a. AKDR (alat kontrasepsi dalam Rahim)

AKDR atau Intrauterine device (IUD) merupakan alat yang terbuat

dari plastic yang elastis dan berukuran kecil disesuaikan dengan

ukuran uterus yang nanti akan dipasang pada Rahim, jangka waktu

penggunaan IUD berkisar 5 – 10 tahun, tergantung dengan tipe

yang dipergunakan.

b. Tubektomi (sterilisasi pada wanita)

Jika ibu merasa tidak ingin memiliki anak lagi dan dikarnakan

karna fakton r usia maka dapat dilakukan tubektomi yang


72

berjangka waktu seumur hidup da nada beberapa teknik tubektomi

yang ikatan pada tuba bisa dilepaskan kembali sehingga wanita

tersebut dapat hamil kembali. Tetapi cara seperti ini harus

dipikirkan matang – matang karena akan dilakukan operasi kecil

dan memang harus wanita yang tidak ingin merencanakan

kehamilan kembali.

c. Vasektomi

Selain kontrasepsi untuk perempuan kaum laki – laki pun memiliki

cara untuk ikut serta dalam keluarga berencana yaitu dengan

vasektomi yaitu dilakukan pembedahan pada saluran sperma dan

bersifat permanen tidak bisa dikembalikan ke kondisi semula.

Vasektomi termasuk metode efektif dan tidak akan menimbulkan

efek samping dalam jangka yang panjang. (Ainiyah, 2018)


73

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Peneliti melakukan penelitian deskriptif dengan menggambarkan

kejadian/ masalah yang terjadi pada Ny.R umur 20 tahun yang dilakukan

pengkajian dengan teknik case study atau memantau dan mengontrol secara

intensif disetiap perkembangan kesehatan Ny.R dan By.Ny.R, melalui intervensi

Asuhan Kebidanan yang dilakukan pada Ny. R di masa kehamilan, persalinan,

nifas, neonatus dan KB yang hasil akhirnya di dokumentasikan dalam bentuk

SOAP.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat studi kasus

Studi kasus ini dilaksanakan di Puskesmas Garuda DTP di Kota Bandung.

2. Waktu Pelaksanaan
74

Studi kasus ini dilaksanakan pada bulan November 2019 sampai dengan

bulan Maret 2020

3.3. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ny. R seorang ibu

hamil yang usia kehamilannya 33 minggu usia 20 tahun dengan KEK. Yang

kemudian akan diikuti hingga masa nifasnya selesai.

3.4. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini 69


berupa data primer (Pengukuran Lila,

berat badan dan lembar ceklist).

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan oleh

peneliti atau yang bersangkutan yang memerlukannya. (Notoatmodjo, 2010)

3.5. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data adalah cara untuk mengumpulkan atau

mengambil data yang menjadi bahan penelitian. Pengumpulan data dalam

penelitian adalah jenis data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung

dari reponden melalui Pengukuran Lila, berat badan dan daftar ceklis .

(Hidayat, 2011)

Teknik yang digunakan sebagai berikut :

1. Observasi
75

Observasi adalah penelitian yang mengumpulkan data yang

berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan

langsung kepada responden. Dalam penelitian ini peneliti mengamati

dan melakukan pemeriksaan disetiap minggunya untuk memantau

perkembangan dari kenaikan Lila dan berat badan setelah

diberikannya intervensi dan peneliti mencatat setiap perkembangan

tersebut di lembar pemeriksaan.

Alat lain yang digunakan dalam proses observasi adalah lembar

checklist. Lembar ceklist yang peneliti gunakan adalah lembar yang

akan diberikan pada responden yang berisi jadwal harian minum susu

dan biscuit yang dapat responden isi setiap harinya dan peneliti akan

mengecek lembar ceklist tersebut di setiap minggunya untuk

memastikan kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi susu UHT dan

biscuit. Responden bisa menceklis jika responden meminum susu atau

mengkonsumsi biscuit jika reponden tidak mengkonsumsi susu

maupun biscuit lembar ceklist dapat dikosongkan dan mengisi

keterangan mengapa tidak mengkonsumsi PMT yang diberikan.

Lembar ceklist dan lembar observasi pemeriksaan diisi setelah

diberikannnya intervensi di mulai pada tanggal 13 Januari 2020

peneliti memberikan stock susu UHT beraneka rasa pada responden

untuk 28 hari (lembar ceklis terlampir). Dalam pengisian lembar

ceklis untuk memastikan pasien dengan benar mengikuti anjuran

intervensi maka pasien diikuti dengan pendekatan melalui alat


76

komunikasi, selain diikuti untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi

PMT maka diukur pula kenaikan berat badan dan Lila setiap kurun

waktu perminggu atau seminggu 1 kali selama pemberian PMT.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk

memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen,

tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang

dapat mendukung penelitian. Sugiyono (2015)

Pendokumentasian yang akan digunakan sebagai hasil tindakan

atau asuhan kebidanan yang peneliti lakukan kepada pihak responden

mulai dari kehamilan, bersalin, nifas, neonatus, dan KB adalah berupa

lembar observasi, lembar ceklis, buku KIA serta foto untuk

mendukung penelitian ini

3.6. Instrument Pengumpulan Data

Instrument penelitian adalah alat penelitian yang berfungsi untuk

menunjang suatu penelitian yang dipilih oleh peneliti untuk melakukan

kegiatannya dalam mengumpulkan data, instrument penelitian yang peneliti

gunakan yaitu lembar ceklist , lembar observasi hasil pemeriksaan, dan

pendokumentasian berupa foto.(Notoatmodjo, 2010)

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan 2 teknik instrument

data yaitu teknik obeservasi dan dokumentasi.

1. Lembar observasi atau lembar checklist


77

Observasi dilakukan agar responden tercatat dan terpantau

perkembangan pertambahan berat badan dan Lilanya. Untuk memantau

kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi biscuit dan nutrisi cair tambahan

berupa susu UHT peneliti memberikan lembar checklist yang bisa

responden isi setiap harinya apakah ia mengkonsumsi atau tidak dan juga

jika ibu hamil tidak mengkonsumsi peneliti sertakan kolom keterangan

bisa diisi sesuai kenyataan yang terjadi. Selain lembar observasi saat masa

kehamilan penelitipun menyertakan lembar observasi selama bersalin,

nifas, neonatus dan KB

Teknik Observasi yang dilakukan pada Ny.R yaitu berupa

pemberian lembar ceklis yang ibu isi setiap harinya dengan keterangan

jumlah, takaran dan jam yang telah ditentukan, ibu hanya tinggal mengisi

tanggal dan menceklis jika ibu mengkonsumsi biscuit PMT dan susu UHT

jika ibu tidak mengkonsumsi ibu dapat menyertakan keterangan mengapa

ibu tidak mengkonsumsi biscuit atau susu.

Lembar ceklist dan lembar observasi pemeriksaan diisi setelah

diberikannnya intervensi di mulai pada tanggal 13 Januari 2020

peneliti memberikan stock susu UHT beraneka rasa pada responden

untuk 28 hari.

2. Pendokumentasian

Pendokumentasian akan dilampirkan sebagai hasil dari tindakan

atau asuhan kebidanan yang peneliti lakukan kepada pihak responden

mulai dari kehamilan,bersalin,nifas, neonatus dan KB.


78

Pendokumentasia untuk menunjang penelitian yaitu berupa foto,

pemantau dengan media elektronik dan lembar catatan perkembangan

kenaikan berat badan.

3.7. Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisa yang dilakukan dengan menggunakan analisis

Deskriptif dengan menggunakan 5W + 1H (what, who, where, when, why dan

how) untuk menjelskan dan menggambarkan kesenjangan antara teori dan

kenyataan yang berdasar pada data subjektif yang dilakukan pada Ny. R umur 20

tahun, dilakukan dengan menggambarkan semua asuhan kebidanan pada

kehamilan, persalinan, nifas, neonatus, dan KB menggunakan prinsip manajemen

asuhan kebidanan dengan menggunakan format SOAP yang terlampir.

3.8 Jadwal Pelaksanaan

Matriks 1
jadwal pelaksanaan

Novembe
Bulan Desember Januari
NO r
Minggu 1 2 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penentuan Subjek

2 Study Literatur
Membuat Rencana
3 Penelitian Dalam
Proposal
4 Seminar proposal

5 Penyusunan Penelitian
Melaksanakan Asuhan
Kebidanan
6
Komprehensif
Berkesinambungan
79

Validasi Hasil Seminar


7
Penelitian
Ujian Hasil Seminar
8
Penelitian
Revisi Laporan
9
Penelitian

Bulan Februari Maret


NO
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Penentuan Subjek
2 Study Literatur
Membuat Rencana
3 Penelitian Dalam
Proposal
4 Seminar proposal
5 Penyusunan Penelitian
Melaksanakan Asuhan
Kebidanan
6
Komprehensif
Berkesinambungan
Validasi Hasil Seminar
7
Penelitian
Ujian Hasil Seminar
8
Penelitian
Revisi Laporan
9
Penelitian

3.9 Etika Penelitian

Dalam kegiatan penelitian, manusia sebagai subjek dari penelitian

dengan manusia yang lain sebagai objek penelitian juga tidak akan

terlepas dari etika dan sopan santun. Dalam hubungan antar kedua belah

pihak, perorang pasti akan terikat denga hak dan kewajibannya. Etika

dalam suatu penelitian merujuk pada prinsip – prinsip kode etis yang
80

tetapkan dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai hingga

pemaparan hasil yang dipublikasikan dari sebuah penelitian.

(Notoatmodjo, 2010)

Walaupun hasil penelitian tidak akan merugikan dan

membahayakan bagi subjek yang diteliti, namun dalam sebuah penelitian

ada empat etika yang harus selalu di pegang teguh, yakni : (Notoatmodjo,

2010)

1. Saling Menghormati sesama manusia (respect for human dignity)

Peneliti perlu melakukan pertimbangan hak – hak yang harus

diperoleh oleh subjek penelitian seperti informasi yang terbuka

berkaitan dengan jalannya penelitian serta dan memiliki kebebasan

untuk responden menentukan pilihan dan tanpa dari paksaan untuk ikut

serta dalam kegiatan penelitian (autonomy).

Berikut ini adalah tidakan – tindakan yang menghormati harkat dan

martabat manusia yaitu : peneliti menyediakan formulir persetujuan

untuk responden (informend concent), peneliti menggambarkan dan

menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan ,

peneliti menjelaskan tentang pengunduran diri responden bagi

responden yang tidak mau dijadikan objek penelitian, peneliti akan

memberikan formulir lembar persetujuan dengan jaminan kerahasiaan

(anonimitas). Pada saat dilakukan penelitian jika ada responden yang

merasa keberatan untuk dijadikan objek penelitian. Maka peneliti akan

mengganti dengan responden lain.


81

2. Menghormati privacy dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidientiality)

Setiap orang mempunyai hak – hak dasar individu termasuk privasi

dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu,

peneliti tidak diperkenankan untuk membocorkan identitas dan tempat

asal subjek dalam kuisioner dan alat ukur untuk menjaga anonimalitas

dan kerahasiaan identitas subjek, sehingga peneliti hanya menggunakan

kode atau nama inisial saja sebagai pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan keterbukaan (respect for justice and inclusiveness)

Peneliti harus memiliki sifat terbuka dan adil dengan kejujuran,

keterbukaan dan sifat kehati – hatian . Oleh karna itu , lingkungan

peneliti perlu mengondisikan agar penelian ini memiliki prinsip

keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip

keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh

perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan agama,

etnis, dan sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Peneliti melakukan penelitian sesuai dengan standar aturan

penelitian agar mencapai hasil yang memiliki manfaat semaksimal

mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan ditingkat

populasi (beneficence). Peneliti mengurangi seminimal mungkin

dampak yang merugikan bagi subjek (non maleficence). Penelitian ini


82

tidak berpotensi mengakibatkan cedera atau stress tambahan sehingga

tidak ada subjek yang dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk

mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stress, maupun kematian

subjek penelitian.
83

BAB IV

ASUHAN KEBIDANAN

5.

6.

7.

8.

8.1. Asuhan Kebidana Pada Kehamilan

1. Kunjungan pada umur kehamilan 33 minggu

Tanggal pengkajian : 13 Januari 2020

Jam : 11.00 WIB

Tempat : Puskesmas Garuda

Pengkaji : Poppi Nursifatini

I. Data Subjektif

1. Biodata Pasien

Nama Ibu : Ny. R Nama Suami: Tn. R

Umur : 20 thn Umur : 23 thn

Suku : Sunda Suku : Sunda

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan :SMK Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan swasta

Alamat : Babakan Cibeureum 03/01 kel. Campaka Kec. Andir


84

Kota Bandung

2. Keluhan Utama : tidak ada keluhan

3. Riwayat Menstruasi :

Ibu mengatkan Haid pertama kali pada umur 15 tahun dengan

lama haid 7 hari, tidak ada keluhan selama haid, dalam sehari

ibu menganti pembalut 2 – 3 kali ganti.

4. Riwayat Kehamilan Sekarang

Ibu mengatakan hari pertama


78 haid terakhirnya pada tanggal 25

Mei 2019 dan Taksiran persalinan di tanggal 02 Maret 2020,

saat ini umur kehamilan ibu 33 minggu 3 hari, status imunisasi

TT lengkap, selama kehamilan ini ibu tidak pernah mengalami

perdarahan dari jalan lahir, demam atau panas tinggi, gerakan

janin berkurang, bengkak di kaki ataupun tangan, keluar air –

air dari jalan lahir, muntah terus menerus hingga menganggu

makan dan aktivitas.

5. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu :

Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertamanya dan

sebelumnya ibu belum pernah menggunakan KB

6. Riwayat Kesehatan sekarang, yang lalu dan keluarga :

Ibu mengatakan sekarang tidak memiliki penyakit apapun, dan

saat SD pernah mengalami asma namun tidak pernah kambuh

lagi hingga sekarang, dalam keluarga ibu ayah menderita asma

dan dikeluarga lainnya tidak ada yang memiliki penyakit


85

menular maupun menahun seperti jantung, Diabetes, hipertensi,

IMS, HIV, hepatitis dll.

7. Riwayat Pernikahan

Ibu mengatakan dirinya dan suami menikah pertama kali pada

usia 19 tahun dan suami berusia 22, ini merupakan pernikahan

pertama bagi ibu dan suami, ibu sudah menikah selama satu

tahun.

8. Data Psikososial

Ibu mengatakan kehamilan ini di dukung oleh suami dan

keluarganya ini merupakan cucu pertama bagi pihak keluarga

ibu maupun suami, adat istiadat dalam kehamilan berupa

syukuran empat bulanan saja, setiap pengambilan keputusan

dilakukan dengan musyawarah dengan suami, ibu dan suami

merencanakan melakukan persalinan di Puskesmas Garuda

dengan menggunakan BPJS kesehatan, transportasi yang ibu

gunakan untuk persalinan nanti menggunakan motor atau jasa

transportasi mobil, ibu telah menyiapkan segala keperluan bayi

dan dirinya untuk persalinan nanti.

9. Riwayat KB : ibu mengatakan tidak perna menggunakan KB

10. Pola Kebutuhan Sehari – hari :

a. Nutrisi :

1. Sebelum Hamil

a) Frekusi makan : 2x/hari


86

b) Jenis makanan : Nasi, sayuran, tahu – tempe,

telur

c) Alergi makanan : tiadak ada

d) Frekuensi Minum : 5 – 6 x/hari

e) Jenis minuman : air putih dan teh

f) Makanan selingan : ciki jajanan warung, jajanan

kaki lima

2. Selama Hamil

a) Frekusi makan : 2x/hari

b) Jenis makanan : Nasi, sayuran, tahu – tempe,

telur, daging ayam

c) Alergi makanan : tiadak ada

d) Frekuensi Minum : 5 – 7 x/hari

e) Jenis minuman : air putih dan teh

f) Makanan selingan : ciki jajanan warung, jajanan

kaki lima, buah terkadang

b. Eliminasi

1. BAB : ibu mengatakan BAB

2x/hari, lembek dan tidak ada keluhan apapun

2. BAK : ibu mengatakan Buang air

kecil sehari 5x/hari , berwarna jernih dan tidak ada

keluhan selama BAK


87

c. Pola Istirahat dan Tidur : ibu mengatakan tidur malam

8jam/hari dan tidur siang hanya 1 jam, ibu mengatakan

tidurnya masih nyenyak tidak ada keluhan apapun.

d. Pola kebiasaan sehari – hari

Ibu mengatakan selama hamil hanya mengkonsumsi obat

dari bidan, tidak pernah mengkonsumsi obat – obatan

warung dan jamu, tidak memiliki alergi obat, ibu tidak

pernah meroko, minum alcohol, mengunakan narkoba.

e. Aktivitas sehari – hari : menyapu, mengepel,

memasak dan jaga warung

f. Hubungan seksual :

Ibu mengatakan hubungan seksual sebelum hamil sebanyak

3 – 4 x/minggu dan setelah hamil hubungan seksual

2x/seminggu, ibu tidak memiliki keluhan selama melakukan

hubungan.

g. Personal hygine

Ibu mengtakan mandi 2x/hari, ganti pakaian 2x/hari,

keramas 3x/minggu, sikat gigi 2x/hari, menggunting kuku

2x.minggu.

11. Riwayat Pemeriksaan Laboratorium

Tempat : Bidan Ernah

Tgl pemeriksaan : 17 – 09 - 2019

Hb : 13gr/dl HIV :NR


88

HbsAg :NR

II. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Keadaan emosional : stabil

2. Tanda – tanda Vital

a. Tekanan Darah : 100/70 mmhg

b. Nadi : 85x/m

c. Suhu :36,7°

d. Respirasi :21x/m

3. Antropometri

a. BB sebelum hamil : 39 kg

b. BB kunjungan yg lalu : 51,5 kg

c. BB sekarang : 52 kg

d. Tinggi Badan : 155 cm

e. IMT : 16,25 (kurus)

f. LILA Sebelumnya : 22 cm (KEK)

g. LILA Sekarang : 22 cm (KEK)

4. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : bentuk normal, tidak ada benjolan

abnormal, tidak ada luka jahitan


89

b. Wajah : tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada

chloasma gravidarum

c. Mata :simetris. konjungtiva merah muda, sclera

tidak ikterik

d. Hidung : simetris, tidak adapolip dan secret

e. Mulut : simetris, bersih, mukosa lembab, tidak ada

karang gigi dan lubang gigi

f. Telinga : simetris, tidak ada serumen

g. Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid,

kelenjar getah bening dan pembesaran vena jugularis

h. Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada

i. Payudara : simetris, putting susu menonjol, areola

terjadi hiperpigmentasi, ASI belum keluar, tidak ada

benjolan dan nyeri tekan

j. Abdomen : tidak terdapat luka bekas operasi, kandung

kemih kosong

TFU : 25 cm

Leopold I : teraba bulat lunak tidak melenting

(bokong)

Leopold II : teraba keras memanjang di bagian kiri

(PUKI) dan bagian – bagian kecil di kanan

Leopold III : teraba bulat keras melenting (kepala)

kepala bisa digoyangkan belum masuk PAP


90

Leopold IV : tidak dilakukan

DJJ : 132x/m, reguler

TBJ : (25-12)x155 = 2015 gram

k. Ekstremitas

Ekstremitas atas : simetris, tidak ada oedema,kapiler

refill < 3 detik

Ekstremitas bawah : simetris, tidak ada oedema dan

varises, reflek patella +/+

III. Analisa :

G1P0A0 gravida 33 minggu janin hidup tunggal intrauterine

presentasi kepala

Diagnose masalah : KEK

LILA 22 cm, IMT 16,25

IV. Penatalaksanaan :

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan, evaluasi : ibu mengetahui

hasil pemeriksaan

2. Melakukan kolaborasi dengan Ahli Gizi :

a. Ahli gizi memberikan konseling pola makan sehari 3x,

evaluasi : ibu mengatakan akan makan 3x/hari.

b. Memberitahukan ibu untuk mengkonsumi tinggi protein,

tinggi lemak, tinggi kalsium, tinggi serat seperti : daging

merah, daging ayam, telur, susu, sayuran hijau, buah –


91

buhan dan lain – lain, evaluasi : ibu paham dan akan

mengkonsumsi makanan yang dianjurkan

c. Memberitahukan ibu mengkonsumsi makanan selingan

diluar jam makan pokok di jam 09.00 wib, 15.00 wib dan

21.00 wib, ibu dapat mengkonsumsi cemilan seperti biscuit

buah – buhan dan Susu untuk menambah asupan kalori ibu

dalam sehari. Evaluasi : ibu mengerti dan akan

mengkonsumi makanan selingan di jam yang dianjurkan

d. Memberikan ibu makanan tambahan biscuit sandwich MT

ibu hamil khusus sebanyak 1 dus untuk 28 hari , dalam

sehari ibu wajib mengkonsumsi 3 keping biscuit MT atau

setara dengan 1 bungkus.evaluasi : ibu mengerti dan akan

mengkonsumsi biscuit 3 keping/ hari

e. Memberitahukan ibu bahwa biscuit MT harus dihabiskan

dalam 28 hari tanpa memberikan kepada orang lain.

Evaluasi : ibu mengerti dan akan mengkonsumsi biscuit

PMT sendiri tanpa dibagikan dengan orang lain.

3. Meberikan ibu susu UHT sebanyak 7 kotak berukuran 1 liter

untuk dikonsumsi selama 28 hari dengan takaran 1 gelas/hari

sebanyak 250 ml dikonsumsi setiap jam selingan di sore atau

malam hari. Evaluasi : ibu mengerti dan akan mengkonsumsi

susu sesuai anjuran yang diberikan

4. Menjadwalkan ibu kunjungan ulang tanggal 20 Januari 2020


92

2. Kunjungan ke-2 umur kehamilan 34 minggu

Tanggal pengkajian : 20 Januari 2020

Jam : 17.00 WIB

Tempat : Rumah Pasien

Pengkaji : Poppi Nursifatini

i. Data Subjektif :

1. Keluhan utama : Ibu mengatakan sempat diare pada 2 hari

kebelakang dengan penyebab tidak diketahui, susu dan biscuit

PMT tidak dikonsumsi serta ibu kurang nafsu makan, makan hanya

1 hari sekali itupun 5 suapan, ibu mengkonsumsi teh pahit dan

sekarang ibu sudah tidak diare.

2. Nutrisi :

Ibu mengatakan selama diare ibu hanya makan 1x/hari dan hanya 5

– 7 suapan saja, ibu hanya makan menggunakan sayur, saat diare

ibu tidak mengkonsumsi PMT padat 1 hari dan PMT cair tidak

diminum samasekali, ibu minum 7-8 gelas/hari.

3. Eliminasi
93

Ibu mengatakan BAB dalam sehari sebanyak 5-6x/hari dengan

konsistensi cair dan BAK sebanyak 4x/hari

ii. Data Objektif

3. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Keadaan emosional : stabil

4. Tanda – tanda Vital

a. Tekanan Darah : 90/60 mmhg

b. Nadi : 88x/m

c. Suhu :37°

d. Respirasi :22x/m

5. Antropometri

a. BB kunjungan yg lalu : 52 kg

b. BB sekarang : 52 kg

c. LILA Sebelumnya : 22 cm (KEK)

d. LILA Sekarang : 22 cm (KEK)

6. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : tidak pucat

b. Mata : konjungtiva merah muda, sclera tidak

ikterik

c. Abdomen :

TFU : 27 cm
94

Leopold I : teraba bulat lunak tidak melenting

(bokong)

Leopold II : teraba keras memanjang di bagian kanan

(PUKA) dan bagian – bagian kecil di kiri

Leopold III : teraba bulat keras melenting (kepala)

kepala bisa digoyangkan belum masuk PAP

Leopold IV : tidak dilakukan

TBJ : (27-12)x155 = 2325 gram

iii. Analisa :

G1P0A0 gravida 34 minggu janin hidup tunggal intrauterine presentasi

kepala

Diagnose masalah : KEK

LILA 22 cm

IV. Penatalaksanaan :

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan, evaluasi : ibu mengetahui hasil

pemeriksaannya

2. Mengatakan pada ibu bahwa PMT baik dikonsumsi walaupun ibu

sedang diare karna tidak ada efek samping yang menyatakan PMT

menyebabkan diare, evaluasi : ibu mengerti jika PMT tidak

memberika efek samping buruk pada tubuh ibu.

3. Memberitahukan ibu Tanda bahaya kehamilan yaitu jika ibu keluar air

– air dari jalan lahir, perdarahan dari jalan lahir, bengkak pada kaki

dan tangan, demam atau panas tinggi, pergerakan bayi berkurang dan
95

tidak bergerak, mual atau muntah hingga menganggu aktivitas dan

makan jika ibu merasakan tanda – tanda tersebut ibu diwajibkan untuk

datang ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan

lebih lanjut. Evaluasi : ibu mengerti dan dapat mengulangi tanda

bahaya persalinan.

4. Memberitahukan ibu untuk mempersiapkan segala keperluan

persalinan dan menyisikan uang untuk keadaan darurat yang tidak

dapat di cover oleh BPJS, evaluasi : ibu mengatakan akan

mempersiapkan segala keperluan persalinan dan ibu telah memiliki

tabungan bila mana terjadi keadaan darurat.

5. Menjadwalkan ibu kunjungan ulang tanggal 27 Januari 2020

3. Kunjungan ANC ke-3 usia kehamilan 35 minggu

Tanggal pengkajian : 27 Januari 2020

Jam : 16.00 WIB

Tempat : Rumah Pasien

Pengkaji : Poppi Nursifatini

I. Data Subjektif :

Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun, ibu sekarang sudah makan

3x/hari dengan jenis makanan beraneka ragam seperti sayuran, daging

ayam, tahu – tempe telur dan minum 8x/hari ditambah dengan susu

1x/hari dan makanan PMT padat 3 keping sehari ditambah dengan buah

– buahan.

II. Data Objektif


96

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Keadaan emosional : stabil

2. Tanda – tanda Vital

a. Tekanan Darah : 100/60 mmhg

b. Nadi : 84x/m

c. Suhu :36,5°

d. Respirasi :23x/m

3. Antropometri

a. BB sebelumnya : 52 kg

b. BB sekarang : 52,5 kg

c. LILA Sebelumnya : 22 cm (KEK)

d. LILA Sekarang : 22,5 cm (KEK)

1) Pemeriksaan Fisik

a. Abdomen :

TFU : 28 cm

Leopold I : teraba bulat lunak tidak melenting

(bokong)

Leopold II : teraba keras memanjang di bagian kiri

(PUKI) dan bagian – bagian kecil di kanan


97

Leopold III : teraba bulat keras melenting (kepala)

kepala bisa digoyangkan belum masuk PAP

Leopold IV : tidak dilakukan

TBJ : (28-12)x155 = 2480 gram

II. Analisa :

G1P0A0 gravida 35 minggu janin hidup tunggal intrauterine

preskep

Diagnose masalah : KEK

LILA 22,5 cm

III. Penatalaksanaan :

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan, evaluasi : ibu mengetahui

hasil pemeriksaannya

2. Memberitahukan ibu untuk terus mengkonsumsi PMT padat dan

Cair serta mengisi lembar ceklis yang diberikan. Evaluasi : ibu

mengerti dan akan mengisi serta mengkonsumsi PMT sesuai

anjuran

4. Kunjungan ANC ke-4 usia kehamilan 36 minggu

Tanggal pengkajian : 03 Februari 2020

Jam : 16.30 WIB

Tempat : Rumah Pasien


98

Pengkaji : Poppi Nursifatini

I. Data Subjektif :

1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan saat mengkonsumsi biscuit terasa

mual dan 2 hari lupa minum susu karna sedang di rumah orangtua, ibu

mengatakan makan masih 3x/hari dengan jenis beraneka ragam

daging, sayuran masih selalu dikonsumsi, di minggu ini ibu lebih

banyak mengkonsumsi buah – buahan, minum pun lebih banyak

sekitar 8 – 9 x/hari

II. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Keadaan emosional : stabil

2. Tanda – tanda Vital

a. Tekanan Darah : 110/70 mmhg

b. Nadi : 87x/m

c. Suhu :36,8°

d. Respirasi :20x/m

3. Antropometri

a. BB sebelumnya : 52,5 kg

b. BB sekarang : 53 kg

c. LILA Sebelumnya : 22,5 cm (KEK)

d. LILA Sekarang : 23 cm (KEK)


99

1) Pemeriksaan Fisik

a. Abdomen : tidak terdapat luka bekas operasi, kandung

kemih kosong

TFU : 28 cm

Leopold I : teraba bulat lunak tidak melenting

(bokong)

Leopold II : teraba keras memanjang di bagian kanan

(PUKA) dan bagian – bagian kecil di kiri

Leopold III : teraba bulat keras melenting (kepala)

kepala tidak bisa digoyangkan sudah masuk PAP

Leopold IV : konvergen

TBJ : (28-11)x155 = 2635 gram

III. Analisa :

G1P0A0 gravida 36 minggu janin hidup tunggal intrauterine

presentasi kepala

Diagnose masalah : KEK

LILA 23 cm

IV. Penatalaksanaan :

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan, evaluasi : ibu

mengetahui hasil pemeriksaannya

2. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi biscuit secara

terpisah yaitu 1 keping di pagi hari dicampur susu atau

disatukan dengan agar – agar, 1 keping disiang hari dan 1


100

keping di malam hari agar tidak terlalu mual. Evaluasi : ibu

memahami dan akan mencoba melakukan hal tersebut.

3. Menginformasikan ibu untuk tetap mengkonsumsi susu

dimanapu ibu bisa bawa susu kemasan 250 ml. evaluasi :

ibu mengerti anjuran yang diberikan

5. Data ANC ke-5 menggunakan data sekunder usia kehamilan 37 minggu

Tanggal pengkajian : 10 Februari 2020

Jam : 16.30 WIB

Tempat : Puskesmas Garuda

Pengkaji : Bidan PKM Garuda

I. Data Subjektif :

1. Ibu mengatakan mules keluar lendir putih disertai mulas - mulas ,

minggu ini ibu sudah tidak mengkonsumsi biscuit PMT tapi susu

masih rutin dikonsumsi

II. Data Objektif

1. Tanda – tanda Vital

a. Tekanan Darah : 100/70 mmhg

2. Antropometri

a. BB sekarang : 53,5 kg

3. Pemeriksaan Fisik

a. Abdomen

TFU : 29 cm
101

Leopold I : Bokong

Leopold II : PUKA

Leopold III :Kepala, sudah masuk PAP

Leopold IV : konvergen

DJJ : 142x/m, reguler

HIS : 1 kali x 10 menit x 20 detik

b. Genitalia :

a) Porthio : Tebal, kaku

b) Pembukaan : 1 cm

c) Ketuban :+

d) Presentasi : Kepala

e) Penurunan : Stasion -2

III. Analisa :

G1P0A0 gravida 37 minggu janin hidup tunggal intrauterine

preskep

IV. Penatalaksanaan :

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan

2. Memberitahukan pada ibu jika merasakan mulas yang

semakin sering dan sudah keluar lendir darah untuk

kembali ke puskesmas

3. Menjadwalkan ibu kunjungan ulang tanggal 17 Februari

2020

6. Kunjungan ANC ke-6 usia kehamilan 39 minggu


102

Tanggal pengkajian : 24 Februari 2020

Jam : 16.30 WIB

Tempat : Rumah Pasien

Pengkaji : Poppi Nursifatini

I. Data Subjektif : ibu mengatakan sekarang semakin sering pipis kadang

tidak tertahankan, gerkan janin berkurang, terasa linu saat bayi

bergerak, terkadang ibu masih mengatakan adanya kontraksi tapi masih

hilang timbul dan sakit dibagian perut semakin terasa ketika adanya

kontraksi, ibu mengatakan terkadang keluar air sedikit – sedikit.

Riwayat USG :

Tgl USG : 21-02-2020

HPL USG : 10 -03-2020

UK : 38 minggu

JK : Perempuan Berat janin : 3063 gram

Ketuban : cukup Presentasi : kepala

Plasenta : corpus anterior DJJ : 136x/m

AC : 33,17, BPD : 8,79, FL : 7.22

Sudah ada tanda pelapuran, air ketuban berkurang, dianjurkan banyak

minum dan istirahat tidak boleh beraktivitas berat kunjungan ulang 6

maret 2020

II. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik


103

b. Kesadaran : composmentis

c. Keadaan emosional : stabil

2. Tanda – tanda Vital

a. Tekanan Darah : 100/70 mmhg

b. Nadi : 87x/m

c. Respirasi :22x/m

3. Antropometri

a. BB sebelumnya : 53,5 kg

b. BB sekarang : 53 kg

c. LILA Sebelumnya : 23 cm (KEK)

d. LILA Sekarang : 23 cm (KEK)

4. Pemeriksaan Fisik

a. Abdomen :

TFU : 31 cm

Leopold I : teraba bulat lunak tidak melenting

(bokong)

Leopold II : teraba keras memanjang di bagian kanan

(PUKA) dan bagian – bagian kecil di kiri

Leopold III : teraba bulat keras melenting (kepala)

kepala tidak bisa digoyangkan sudah masuk PAP

Leopold IV : konvergen

TBJ : (31-11)x155 = 3100 gram

III. Analisa :
104

G1P0A0 gravida 39 minggu janin hidup tunggal intrauterine

presentasi kepala

Diagnose masalah : KEK

LILA 23 cm

IV. Penatalaksanaan :

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan, evaluasi : ibu

mengetahui hasil pemeriksaan

2. Menganjurkan ibu untuk ke puskesmas jika keluar air – air

dalam jumlah banyak. Dan mengikuti anjuran dokter untuk

control USG agar mengetahui jumlah ketuban. Evaluasi :

ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran dokter

3. Menginformasikan pada ibu untuk minum banyak pada

siang hari dan berhenti minum 2 jam sebelum tidur,

evaluasi : ibu mengerti dan akan menerapkan anjuran yang

diberikan

4. Menginformasikan pada ibu untuk membatasi minuman

seperti kopi dan teh. Evaluasi : ibu mengerti dan akan

membatasi minum teh.

5. Menganjurkan ibu untuk tidak terlalu beraktivitas berat.

Evaluasi : ibu mengerti dan akan mengurangi aktivitas

sehari - hari
105

6. Menginformasikan tanda – tanda persalinan pada ibu jika

ibu sudah merasakan mulas semakin sering hinga sakit ke

punggu dan sakitnya menganggu aktivitas ibu serta jika

sudah keluar lendir darah untuk mengunjungi Puskesmas.

Evaluasi : ibu mengerti dan akan ke puskesmas jika ada

tanda – tanda persalinan

7. Kunjungan ANC ke-7 umur kehamilan 40 minggu

Tanggal pengkajian : 04 Maret 2020

Jam : 16.45 WIB

Tempat : Rumah Pasien

Pengkaji : Poppi Nursifatini

I. Data Subjektif : ibu mengatakan masih ada kontraksi tapi belum sering

dan lama, ibu merasa khawatir karna menurut pemeriksaan dokter

ketubannya sudah berkurang banyak tapi masih cukup jika untuk

persalianan dan ibu dianjurkan ke Rumah Sakit jika sampai tgl 05 Maret

2020 ibu belum melahirkan juga.

Riwayat USG :

Tgl USG : 03-03-2020

HPL USG : 10 -03-2020

UK : 39 minggu

JK : Perempuan Berat janin : 3365 gram

Ketuban : kurang Presentasi : kepala


106

Plasenta : corpus anterior AFI :<2

Ibu mendapat rujukan dari dokter dengan diagnose : G1P0A0 gravida

39-40 minggu dengan oligohidramnion hal ini merupakan hal

fisiologis karna pada kehamilan 39 minggu ketuban sudah berkurang

sebanyak 12%

Dokter menyarankan ibu untuk melakukan pesalinan di Rumah Sakit

dengan tindakan Induksi.

II. Data Objektif

5. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Keadaan emosional : stabil

6. Tanda – tanda Vital

a. Tekanan Darah : 110/70 mmhg

7. Antropometri

a. BB sebelumnya : 53 kg

b. BB sekarang : 52,5 kg

c. LILA Sebelumnya : 23 cm (KEK)

d. LILA Sekarang : 23 cm (KEK)

8. Pemeriksaan Fisik

a. Abdomen :

TFU : 30 cm
107

Leopold I : teraba bulat lunak tidak melenting (bokong)

Leopold II: teraba keras memanjang di bagian kanan (PUKA)

dan bagian – bagian kecil di kiri

Leopold III : teraba bulat keras melenting (kepala)

kepala tidak bisa digoyangkan sudah masuk PAP

Leopold IV : konvergen

TBJ : (30-11)x155 = 2945 gram

III. Analisa :

G1P0A0 gravida 40 minggu janin hidup tunggal intrauterine

presentasi kepala

Diagnose masalah : KEK, LILA 23 cm

IV. Penatalaksanaan :

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan, evaluasi : ibu

mengetahui hasil pemeriksaan

2. Mengedukasi ibu agar tidak panik dan tetap tenang karna

keadaan janin masih baik – baik saja dan ibu dianjurkan

untuk mematuhi saran dokter. Evaluasi : ibu mengerti dan

akan mematuhi anjuran dokter

3. Menginformasikan pada ibu untuk mengunjungi rumah

sakit sesuai anjuran dokter. Evaluasi : ibu mengerti dan

akan mematuhi sesuai anjuran dokter


108

4. Menginformasikan ibu untuk tetap menjaga asupan nutrisi

agar BB ibu tidak turun, evaluasi : ibu memahami dan akan

menjaga asupan nutrisinya

5. Menganjurkan ibu untuk tidak terlalu beraktivitas berat

4.

4.1.

4.2. Asuahan Kebidanan Intranatal Care

`Penulis tidak melalukan Pertolongan persalinan kepada Ny. R dikarnakan

Ny. Rujuk ke Rumah Sakit dengan Diagnosa G1P0A0 gravida 39 minggu

dengan oligohidramnion dengan statua AFI < 2, dan ibu melahirkan di BPM

dekat rumahnya karna 2 kali ditolak di rumah sakit yang berbeda penulis akan

melakukan penjabaran INC dengan menggunakan data sekunder yaitu data yang

didapat dengan sumber wawancara dengan Bidan dan Ny. R.

Padahal bidan tidak memiliki wewenang dalam penanganan pasien

dengan oligohidramnion sesuai dengan peraturan kewenangan bidan yang

terdapat dalam UU no. 28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelengaraan Praktik

Bidan pada pasal 19 ayat (3) point (D) bahwa dalam memberikan pelayanan

kesehatan ibu, bidan berwenang melakukan : penanganan kegawatdaruratan,

dilanjutkan dengan perujukan. (Mulyani, 2018). Seharusnya bidan jika

mendapatkan pasien oligo langsung melakukan penanganan awal dilanjutkan

dengan rujukan ke Rumah Sakit.


109

a. Keterangan dari Ny. R : ibu mengatakan berangkat ke Rumah Sakit

tanggal 05Maret 2020 jam 14.00 wib setelah mendapatkan rujukan

dari Puskesmas Garuda ibu mengunjungi Rumah Sakit pertama

yaitu RS Kasih Bunda, setelah dilakukan pemeriksaab dengan

hasil pembukaan 1 – 2 cm dan ketuban rembes, ibu diperiksa

lakmus dan hasil menunjukan bahwa itu air ketuban, ibu tidak

dilakukan perawatan lebih lanjut dikarnakan Ruangan untuk BPJS

kelas III sudah penuh dan ibu dianjurkan untuk mencari Rumah

Sakit lain.

Setelah di RS Kasih Bunda ibu mengunjungi Rumah Sakit

Cibabat dan dilakukan tindakan pemeriksaan dalam dengan hasil

pembukaan 1 cm ketuban belum pecah ibu disarankan untuk

kembali ke Rumah sakit jika ketuban sudah pecah. Karna ibu

suruh pulang ibu akhirnya mengunjungi BPM Terdekat karna

sudah tidak sanggup untuk mencari Rumah Sakit lain dengan

alasan biaya transportasi dan juga ibu sudah kelelahan dan belum

makan dari tadi siang.

Menurut Pasien : bidan memberikan 2 vitamin berukuran kecil berwana

putih diminum saat jam 19.00 wib.

b. keterangan dari Bidan : Ibu datang pukul 17.00 wib di Bidan S dan

bidan S melakukan pemeriksaan dengan hasil PD : pembukaan :

2cm, ketuban : belum pecah tapi terasa menempel ke kepala bayi,

presentasi : kepala, penurunan : stasion -2, dan His masih jarang


110

– jarang 1 x 10 x 25 detik bidan memberitahukan ibu untuk

melahirkan di Rumah Sakit atau kembali ke Puskesmas Garuda

tetapi ibu menolak dan memohon untuk melahirkan ditempatnya

saja, bidan S menerima dan melakukan observasi persalinan

dengan hasil sebagai berikut :

Lama kala I : 5 jam, lama kala II : 25 menit, Lama kala III : 10

menit

1. Kala I

a. Jam 22.00 wib

Djj : normal

HIS : 2 x 10 x 30 detik

PD : pembukaan : 2 cm , ketuban utuh, presentasi kepala, penurunan

stasion – 2

Penatalaksanaan : bidan memasangkan infus pada pasien dan memberikan

drip oxytosin dalam 500 ml RL + ½ ampul oxytocin

b. Tanggal : 06 Maret 2020, jam : 02.00 wib

Djj : Normal

His : 5 x 10 x 40 detik

PD : pembukaan : 5 – 6 cm, ketuban amniotomi jam 02.00 kesan

sedikit dan jernih, presentasi Kepala, penurunan Stasion + 2, denominator :

UUK

Penatalaksanaan : bidan melakukan amniotomi

2. Kala II
111

Jam : 03.00 wib

Djj : normal

His : 5 x 10 x 45 detik

PD : pembukaan : Lengkap

Penatalaksanaan : bidan melakukan pimpinan persalinan dibantu dengan

dorongan fundus oleh suami pasien karna ibu mengedannya kesulitan,

bidan melakukan episiotomy karna perineum kaku, bayi lahir jam 03.25 wib

langsung menangis gerakan aktif dan kemerahan, IMD

3. Kala III

TFU : sepusat, tidak ada janin ke 2

Penatalaksanaan : suntik oxytosin 10 IU di 1/3 paha kanan bagian luar,

pemotongan tali pusat, PTT , Plasenta lahir spontan jam 03.35 wib kesan

utuh, melakukan massase uterus

4. Kala IV

Jam 03.35 wib

TFU : 1 jari dibawah pusat

Kontraksi : Keras

Perdarahan : normal

Genitalia : terdapat luka episiotomy derajat II

Penatalaksanaan : melakuka pengecekan jalan lahir, melakukan hecting

dengan anastesi local lidokain, merapikan ibu dan bayi

5. Jam 06.30 wib

TD : 110/70 mmHg
112

TFU : 1 jari dibawah pusat

Kontrasi : Keras

Perdarahan : normal

BBL : normal, BB : 3000 gram

Penatalaksanaan : membersikan bayi dengan di lap lalu memberika salep

mata vitamin K dan HB 0, bayi diperbolehkan pulang

6. Jam 09.00 wib

Ibu diperbolehkan pulang dan kembali ke BPM jika ada apa – apa

menganjurkan kunjungan ulang 1 minggu lagi.

4.3. ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS

1. Kunjungan KF 1 (6 jam – 48 jam)

Tanggal : 06 Maret 2020

Jam : 19.00 WIB

Tempat : Rumah Pasien

Pengkaji : Poppi Nursifatini

I. Data Subjektif : Ibu mengatakan sudah baik – baik saja tidak

merasa pusing, sudah dapat menyusui, tapi ASI masih sedikit, ke

kamar mandi sendiri sudah BAK tapi belum BAB.

II. Data Objektif :

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : composmentis
113

c. Tanda – tanda Vital : TD : 90/70 mmHg, N : 85x/m, R :

20x/m, S : 37°C

2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : sedikit Pucat

b. Mata : konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik

c. Payudara : putting susu menonjol, sudah ada pengeluaran asi,

tidak ada benjolan

d. Abdomen :

TFU : 2 jari dibawah pusat

Kontraksi : keras

e. Kandung kemih : kosong

f. Genitalia : v/v : T.a.k, lochea : Rubra, laserasi : derajat

II, perdarahan normal

g. Ekstremitas bawah : tidak ada oedema, tidak ada varises, human

sign (-)

III. Analisa : P1A0 post partum 16 jam normal

IV. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan , evaluasi : ibu mengetahui

hasil pemeriksaannya.

2. Menginformasikan pada ibu bahwa asi memang sedikit atau

bahkan tidak ada pada hari ke 1- 3 tapi akan mulai banyak pada

hari ke 3 ibu dianjurkan untuk terus menyusukan bayi walaupun

asi sedikit, evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukannya


114

3. Mengajarkan ibu cara merasakan kontraksi yaitu dengan

mengarahkan tangan ibu ke uterus dan mencoba membimbing ibu

melakukan massase dan menentukan uterusnya berkontraksi atau

tidak, evaluasi : ibu mengerti jika uterusnya berkontraksi maka

akan terasa keras

4. Memberitahukan ibu untuk sering mengganti pembalut minimal 4

jam sekali, evaluasi : ibu mengerti dan akan mengganti pembalut

sesuai anjuran

5. Menginformasikan ibu untuk banyak mengkonsumsi sayuran,

buah – buahan memperbanyak frekuensi makan minimal 3x/hari

memperbanyak minum minimal 3 liter dalam sehari, evaluasi : ibu

mengerti dan akan melaksanakan anjuran

6. Memberitahukan ibu untuk cukup istirahat jika bayi tidur ibu ikut

tidur tidak ada pantangan untuk tidur siang, menganjurkan ibu

untuk tidak terlalu beraktivitas berat dan meminta suami dan

keluarga untuk membantu mengurus bayi serta pekerjaan rumah

tangga, evaluasi : ibu dan keluarga mengerti dan akan ikut serta

membantu menjaga bayi dan pekerjaan rumah

7. Memberitahukan ibu untuk selalu menjaga kebersihan didaerah

vagina dengan cebok dari arah depan ke belakang dengan

menggunakan air biasa, evaluasi : ibu mengerti dan akan mencoba

melakukannya
115

8. Memberitahukan ibu untuk menyusui bayinya minilam 2 jam

sekali atau sesuai keinginan bayi, jika bayi tertidur lebih dari 2 jam

bangunkan dan susukan bayi. Evaluasi : ibu mengerti dan akan

melakukan anjuran

9. Menginformasikan cara perawatan tali pusat pada ibu dengan

prinsip bersih dan kering, bersihkan tali pusat saat memandikan

bayi mandikan bayi 2 x sehari, dan cukup biarkan tali pusat atau

balut menggunakan kasa tanpa harus memberikan apapun pada tali

pusat. Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukan anjuran

10. Mengedukasi ASI Eklusif selama minimal 6 bulan dan jangan

memberikan bayi apapun kecuali vitamin atau obat. Evaluasi : ibu

mengerti dan akan memberikan ASI saja pada bayi

2. Kunjungan KF 2 ( 4 hari – 28 hari)

Tanggal : 10 Maret 2020

Jam : 12.00 WIB

Tempat : Rumah Pasien

Pengkaji : Poppi Nursifatini

I. Data Subjektif : ibu mengatakan ASI nya sudah banyak, tidak ada

demam atau pusing, tapi terkadang masih perih diarea luka jaitan.

II. Data Objektif :

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : composmentis
116

c. Tanda – tanda Vital : TD : 110/70 mmHg, N : 87x/m, R :

18x/m, S : 36,8°C

2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : tidak pucat tidak ada oedema

b. Mata : konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik

c. Payudara : tidak ada benjolan, tidak ada bendungan ASI, ASI

banyak.

d. Abdomen :

TFU : pertengahan pusat dan simpisis

Kontraksi : keras

e. Kandung kemih : kosong

f. Genitalia : v/v : T.a.k, lochea : sanguelenta, laserasi :

belum kering jahitan baik tidak ada tanda infeksi, perdarahan :

normal

g. Ekstremitas bawah : tidak ada oedema, tidak ada varises, human

sign (-)

III. Analisa : P1A0 post partum 4 Hari Normal

IV. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada pasien, evaluasi : ibu

sudah tahu kondisinya

2. Menginformasikan pada ibu untuk istirahat yang cukup, tidur saat

bayi tidur, jika ibu kelelahan bisa meminta bantuan suami ataupun
117

keluarga, evaluasi : ibu mengerti dan akan meminta bantuan suami

dan keluarga bila merasa kelelahan

3. Menginformasikan ibu untuk mengunjungi fasilitas kesehatan

bilamana terdapat tanda – tanda bahaya nifas yaitu perdarahan

yang terlalu banyak pada jalan lahir, keluar cairan yang berbau

dari jalan lahir, bengkak di wajah dan kaki atau sakit kepala yang

hebat dan kejang – kejang, demam lebih dari 2 hari, payudara

merah bengkak dan disertai rasa sakit, bila ibu sedih dan murung

tanpa sebab, evaluasi : ibu mengerti tanda bahaya dan bisa

menyebutkan ulang.

4. Menginformasikan pada ibu untuk menyusui secara bolak balik

antara payudara kiri dan kanan susuilah bayi dimana payudara

yang merasa paling penuh. Evaluasi : ibu mengerti dan akan

melakukan sesuai anjuran

5. Menberikan informasi tentang macam – macam KB, evaluasi : ibu

belum tau mau menggunakan KB apa masih dirundingkan dengan

suami

4.4. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

1. KN 1 ( 6 jam – 48 jam )

Tanggal pemeriksaan : 06 Maret 2020

Waktu pemeriksaan : 19.30 WIB

Pengkaji : Poppi Nursifatini

Tempat : Rumah Psien


118

I. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas bayi

Nama bayi : Bayi Ny.R

Tanggal lahir : 06 Maret 2020

Jam lahir : 03.25 WIB

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak ke : 1 ( pertama )

BB saat lahir : 3000 gram

2. Keluhan

Ibu mengatakan tidak ada keluhan untuk bayi nya

3. Riwayat Antenatal

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertamanya ibu sudah

periksa ke BPM 2x, ke Puskesmas Garuda sebanyak 11x, dan ke

dokter sebanyak 5x, ibu mengatakan saat hamil tidak pernah

merokok ataupun minum alkohol

4. Riwayat Intranatal

Ibu mengatakan melahirkan dalam usia kehamilan 40 minggu lahir

spontan di BPM, ibu sebelumnya mendapatkan rujukan baik di

dokter maupun Puskesmas karena ketubanya sedikit atau

oligohidramnion namun karna ditolak 2 Rumah Sakit ibu

mengambil keputusan untuk lahir di BPM dekat rumahnya saja.

Ibu melahirkan bayi perempuan pukul 03.25 wib dengan berat lahir

3000 gram bayi sudah mendapatkan salep mata, vitamin k dan HB0
119

II. DATA OBJEKTIF

1. Keadaan umum : baik

2. Kesadaran : composmentis

3. Tanda-tanda vital :

Detak jantung : 137x/menit

Pernafasan : 45x/menit

Suhu : 37oC

PB : 50 cm

LK, LD, LLA : 32 cm, 30 cm, 11 cm

4. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : Simetris, tidak terdapat jejas persalinan, tidak ada tanda

molding

b. Mata : Simetris, tidak strabismus, tidak ada perdarahan

konjungtiva, tidak ada katarak kongenital

c. Hidung : Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, epikantus

normal

d. Mulut :Simetris, tidak ada labioskiziz, labiopalatoskiziz, dan

labiopalatogenatoskiziz

e. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

f. Telinga : Simetris, terdapat lubang telinga, garis khayal telinga

sejajar dengan mata

g. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, puting susu

simetris, areola tidak transparan, detak jantung reguler


120

h. Abdomen : Tidak ada omfalokel, tidak ada gastroskiziz, tidak ada

hernia umbilikal, tidak ada perdarahan tali pusat

i. Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora, ada

klitoris, terdapat lubang uretra dan vagina

j. Anus : positif (+)

k. Punggung : Tidak ada spina bifida, meningokel, ensefalokel, dan

bercak mongol

l. Ekstremitas :

Atas : Tidak ada fraktur humerus, simetris, tidak ada sindaktil dan

polidaktil

Bawah : Tidak ada sindaktil dan polidaktil

m. Kulit : warna kulit kemerahan tidak ada tanda lahir

n. Refleks :

1. Reflek glabella : bayi Ny. R berkedip saat diketuk pelan pada

bagian os frontal anterior atau dahi bayi, kemudian mengeser ke

bawah sedikit sejajar dengan hidung.

2. Refleks rooting (menoleh) : bayi Ny. R menoleh ke arah jari yang

disentuhkan pada pipinya, baik disentuh ke kiri maupun ke kanan.

3. Refleks sucking ( menghisap) : bayi Ny. R menghisap putting susu

beserta aerola ibunya saat dimasukan ke mulut bayi.

4. Refleks Palmar graps : terjadi genggaman jari bayi ke arah jari

peneliti saat dilakukan pada telapak tangan bayi.


121

5. Refleks Plantar graps : jari – jari By.Ny. R melekuk kebawah

ketika jari peneliti diletakan di dasar jari – jari kaki bayi.

6. Refleks babynski : kaki bayi Ny. R hiperekstensi dan terpisah saat

eneliti melakukan sentuhan jari ke telapak kaki bayi.

7. Refleks Moro : bayi Ny. R terkejut dengang mengangkat tangan

dan kaki seketika ketika peneliti memberikan suara tepukan tangan

secara tiba – tiba.

III. ANALISA

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 16 jam

IV. PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan kepada Ibu dan keluarga mengenai hasil

pemeriksaan dalam batas normal, evaluasi : ibu mengetahui

keadaan bayinya

2. Menginformasikan ibu untuk menyusui bayinya 2 jam sekali atau

sekeinginan bayi, evaluasi : ibu mengerti dan akan melaksanakan

anjuran

3. Memberikan edukasi tentang perawatan tali pusat pada ibu dengan

prinsip bersih dan kering dibersihkan menggunakan sabun saat

memandikan tidak menambahkan apapun pada tali pusat dan

menutupi dengan kasa, evaluasi : ibu mengerti dan bisa

mempraktekan

4. Menginformasikan ibu untuk membersihkan payudara sebelum

menyusui dan mencuci tangan, evaluasi : ibu mengerti dan paham


122

5. Memberitahukan mengenai posisi menyusui yang baik, ibu bisa

duduk ataupun tidur, pastikan kepala bayi lebih tinggi dari badan

bayi dan muka bayi menghadap ke payudara ibu keluarkan ASI ibu

lalu oleskan ke putting dan sekitar aerola (bagian hitam pada

putting) arahkan bayi ke putting ibu dengan merangsang

menggunakan jari disentuh pipi bayi hingga bayi menoleh ke

hadapan payudara ibu, masukan putting dan aerola ke mulut bayi,

jika akan telah selesai meyusui masukan jari kelingking ibu ke

mulut bayi lalu lepaskan perlahan sendawakan bayi dengan

ditenlungkupkan atau di arahkan ke bahu ibu lalu tepuk – tepuk

punggung bayi hingga bayi sendawa. Evaluasi : ibu mengerti dan

dapat mempraktekannya

6. Menginformasikan mengenai ASI Eksklusif selama 6 bulan,

evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukan pemberian ASI saja

selama 6 bulan

2. Kunjungan KN 2 ( 4 Hari – 7 hari )

Tanggal pemeriksaan : 10 Maret 2020

Waktu pemeriksaan : 12.00 WIB

Pengkaji : Poppi Nursifatini

Tempat : Rumah Psien

I. DATA SUBJEKTIF : ibu mengatakan mata bayinya kuning, bayi

menyusu kuat 2 hari kemarin asi ibu sedikit jadi bayinya rewel, sekarang
123

asi ibu banyak dan bayi sudah mulai tenang dan menyusu kuat setiap 2

jam sekali atau kurang dari 2 jam sudah menyusu.

II. DATA OBJEKTIF

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : composmentis

3. Tanda-tanda vital :

Detak jantung : 145x/menit

Pernafasan : 45x/menit

Suhu : 36,5oC

4. Pemeriksaan fisik

a. Wajah : merah kekuningan

b. Mata : ikterik pada sklera

c. Leher : merah kekuningan

d. Dada :merah kekuningan

e. Abdomen : merah kenuningan, tali pusat kering bersih sudah agak

mongering tidak ada tanda infeksi

f. Ekstremitas : merah kekuningan hingga batas lutut kaki

g. Kulit : warna kulit merah kekuningan dari wajah hingga lutut kaki

III. ANALISA

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 4 Hari dengan Ikterus

Kramer III

IV. PENATALAKSANAAN
124

1. Menginformasikan ibu hasil pemeriksaan bayinya. Evaluasi : ibu

mengetahui hasil pemeriksaan bayinya.

2. Memberitahukan ibu untuk mengunjungi Puskesmas untuk

pemeriksaan lanjutan, evaluasi : ibu akan pergi ke bidan saja 2 hari

kedepan.

3. Mengiformasikan pada ibu untuk sering menyusui bayinya minimal

2 jam sekali atau sesuai keinginan bayi (on demand), evaluasi : ibu

sudah memberikan asi 2 jam sekali bahkan sebelum 2 jam bayinya

bangun disusui

4. Menginformasikan pada ibu untuk menjemur bayinya pada pagi hari

saat ada sinar matahari dengan membuka seluruh pakaian bayi

kecuali popok dan menutup mata bayi di jemur 30 menit secara

bulak balik 15 menit badan dan 15 menit punggung jangan

menjemur diatas jam 10 pagi. Evaluasi : ibu akan melakukan sesuai

anjuran

5. Menginformasikan pada ibu jika bayinya kuning lebih dari 2 minggu

ibu wajib melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan seperti

Puskesmas atau dokter, evaluasi : ibu paham dan akan membawa

bayinya jika terus kuning


125

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam BAB ini memaparkan tentang ada tidaknya kesenjangan antara

teori dan pelaksanaan tindakan praktek selama asuhan kebidanan yang diberikan

selama kehamilan, persalinan, nifas, BBL dan KB mengacu pada tujuan khusus

yang dikaitkan dengan teori yang mendasar, dengan mengunakan konsep 5W 1H (

What, Who, Where, When, Why dan How).

Asuhan kebidanan yang dilakukan selama penelitian ini meliputi

pengumpulan data, menganalisi dan menetapkan diagnose, dan melakukan

penatalaksanaan serta evaluasi tindakan. Berdasarkan hasil asuhan kebidanan pada

Ny. R G1P0A0 usia 20 tahun dengan KEK yang penulis berikan asuhan sejak

usia kehamilan 33 minggu sampai dengan 6 minggu postpartum, selama

melakukan penelitian penulis tidak mengalami kesulitan yang berarti karna

adanya kerjasama yang baik antara pasien, keluarga, dan bidan. Namun terdapat

beberapa kesenjangan antara teori dan praktek dalam Lapotan Tugas Akhir ini.

1.
126

2.

3.

4.

5.

5.1. Pembahasan Kehamilan

5.1.1. Pengkajian

5.1.1.1. Data Subjektif

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, kriteria

dalam pengkajian yaitu : data tepat, akurat dan lengkap, terdiri dari data

subjektif ( hasil anamnesa ; biodata, keluhan utama, riwayat obstetric,

riwayat kesehatan, dan latar belakang social budaya). (Ainiyah, 2018)

Pada Trimester III nafsu119


makan ibu sangat baik dan bertambah

dibandingkan dengan sebelum hamil dan pada trimester pertama karna

saat hamil ibu merasa sering lapar. Bahan makanan sumber zat pengatur

dan pembangun perlu diberikan lebih dibandingkan Trimester ke dua

untuk pertumbuhan janin dan persiapan persalinan, adapun menu ibu

hamil yang seimbang setara dengan nasi/pengganti 5 – 6 piring, lauk

hewani , 4 – 5 potong, lauk nabati 3 – 4 potong, sayuran 2 – 3 mangkuk

buah – buahan 3 potong serta minum 8 – 12 gelas/ hari. (dr. Ida Ayu

Chandranita Manuaba, 2010 )

Hasil pengkajian pola makan pada Ny. R di usia kehamilan 33

minggu didapatkan bahwa Ny. R makan 2x/hari baik sebelum hamil


127

maupun selama hamil ditambah Ny. R sering mengkonsumsi ciki – ciki

warung yang tidak memiliki kandungan gizi apapun yang baik bagi

pertumbuhan ibu dan janin, dikarnakan pola makan Ny. R yang kurang

baik pengkaji melakukan kolaborasi dengan ahli gizi Puskesmas Garuda

agar permasalahan pola makan pada Ny. R dapat teratasi.

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan hasil tidak adanya

perubahan pola makan pada Ny. R padahal berdasarkan teori ibu hamil di

trimester III cenderung memiliki nafsu makan yang baik dan baiknya ibu

hamil di trimester ini makan sebanyak 5 – 6 piring perhari tetapi pada

kenyataan yang terjadi tidak ada peningkatan nafsu makan pada Ny. R

ditambah pola konsumsi makanan yang tidak bergizi dapat menyebabkan

gangguan pertumbuhan janin dan ibu karna terjadi defisiensi zat gizi,

berdasarkan hasil teori dan kenyataan yang ada terjadi kesenjangan yang

disebabkan oleh ibu hanya makan makanan kesukaanya saja tanpa

memikirkan kandungan gizi yang baik bagi ibu dan bayinya.

Hal ini sejalan dengan (Utomo, 2013) yang menyebutkan faktor

yang mempengaruhi asupan makanan pada ibu hamil salah satunya

adalah Ibu hamil yang hanya mengkonsumsi makanan kesukaannya saja

akan mengakibatkan pemenuhan gizi yang menurun atau gizi zat tertentu

yang berlebih. Jika konsumsi makanan ibu buruk maka akan

menyebabkan ibu hamil kekurangan gizi sejalan dengan (Dr. Arisman,

2013) Gizi kurang pada wanita hamil dapat meningkatkan resiko

terjadinya komplikasi pada masa hamil diantaranya : anemia, perdarahan,


128

berat badan ibu tidak bertambah seperti seharusnya, terjadi infeksi. Gizi

kurangpun akan berpengaruh terhadap keberlangsungan proses

persalinan dan dapat mengakibatkan proses persalinan yang terhambat

dan lama, persalinan belum pada waktunya (preterm) serta perdarahan

setelah persalinan berlangsung.

Diare dapat menyebabkan hilangnya atau berkurangnya nafsu

makan sehingga menghambat asupan gizi, dan diare dapat mengurangi

daya serap usus terhadap sari – sari yang terkandung dalam makanan,

sehingga diare dapat menyebabkan kekurangan gizi. (Hidayati, 2012)

Diare dapat terjadi karena adanya perubahan kondisi pada ibu

hamil, seperti perubahan hormone, asupan makanan, dan kondisi tubuh.

Perubahan hormone pada ibu hamil selain dapat menyebabkan konstipasi

juga dapat mempercepat sistem pencernaan ibu hamil yang menyebabkan

terjadinya diare, perubahan asupan makanan pada ibu hamil dapat

menyebabkan berubahnya pola makan dan jenis makanan pada ibu hamil,

diare juga dapat disebabkan oleh makanan yang terinfeksi virus ataupun

bakteri yang masuk ke saluran pencernaan. (Noya, 2018)

Selain dari frekuensi makanan yang tidak sesuai teori, Ny. R

memiliki keluhan lain pada usia kehamilan 34 minggu pada kunjungan

antenatal care ke 2 yaitu Ny. R mengeluh diare sejak 2 hari yang lalu

yang mengakibatkan Ny. R tidak nafsu makan dan hanya makan 1x/ hari

karna alasan tersebut pula Ny. R mengatakan tidak mengkonsumsi PMT


129

padat dan cair, sehingga berat badan Ny. R pada minggu ini tidak

bertambah yang seharusnya bertambah dan tidak didapatkan hasil yang

diharapkan oleh pengkaji, Selain itu Ny. R juga mengatakan sebelum

diare Ny. R sempat membeli jajanan pinggir jalan selagi menunggu untuk

cek kehamilan di dokter kandungan ataupun intoleransi yang disebabkan

makanan yang baru dikonsumsi seperti PMT yang diberikan pada ibu

yang dapat membuat diare. Diare yang terjadi pada Ny. R dapat dapat

disebabkan oleh beberapa hal bisa jadi makanan pinggir jalan yang

sebelumnya Ny. R konsumsi bisa jadi hal tersebutlah yang menyebabkan

terjadinya diare ataupun karna intoleransi makanan dan perubahan

asupan makanan dalam seminggu setelah di berikannya PMT akan tetapi

setelah sembuh dari diare Ny. R melanjutkan mengkonsumsi PMT padat

dan cair dan tidak terjadi lagi diare saat ibu mengkonsumsi PMT.

Berdasarkan hasil pengkajian keluhan diare pada Ny. R antara

teori dan kenyataan ternyata bejalan sesuai dengan teori dimana menurut

teori diare pada ibu hamil dapat menyebabkan kekurangan asupan gizi

dan juga berkurangnya nafsu makan pada ibu hamil yang menyebabkan

tidak bertambahnya berat badan Ny. R setelah diberikan PMT di minggu

pertama.

Oligohidramnion adalah air ketuban yang jumlahnya kurang

dari 500 cc. oligohidramnion kurang baik bagi pertumbuhan janin

karna pertumbuhan janin dapat terganggu oleh perlekatan Antara


130

janin dan amnion atau karena janin mengalami tekanan dinding

rahim.

Jika produksinya semakin berkurang, disebabkan karena

beberapa hal diantaranya : kehamilan post term, gangguan organ

perkemihan-ginjal, insufisiensi plasenta, janin yang terlalu banyak

minum sehingga dapat menimbulkan makin berkurangnya jumlah

air ketuban intrauteri (Mulyani, 2018)

Cairan ketuban bertambah secara menetap hingga kehamilan

aterm dan mencapai jumlah 800 – 1500 cc, pada kehamilan yang

melewati usia kehamilan 42 minggu terjadi penurunan sekitar

150cc/minggu sehingga terjadi oligohidramnion.

Oligohidramnion fisiologi merupakan oligohidramnion yang

terjadi pada kehamilan aterm atau posterm dimana pada kehamilan

aterm, sekitar 500 ml per hari amnion di sekresikan dari urin janin

dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan

menggunakan radioisotope, terjadi pertukaran 500 ml per jam antar

plasma ibu dan cairan amnion, pada kondisi dimana terdapat

gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis ginjal akan

menyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan menelan

janin seperti atresia esophagus atau anensefali akan menyebabkan

polihidramnion.

Volume air ketuban meningkat secara bertahap pada

kehamilan dengan volume 30 ml pada kehamilan 10 minggu dan


131

mencapai puncaknya sekitar 1000 ml pada kehamilan 34 – 36 mg.

volume air ketuban menurun pada akhir trimester pertama dengan

volume sekitar 800 ml pada minggu ke – 40 berkurang lagi menjadi

350 ml pada kehamilan 42 minggu menjadi 250 ml pada kehamilan

43 minggu tingkat penurunan sekitar 150 ml/mg pada kehamilan 38

– 43 minggu.

Marks dan Divon ( 1992) menemukan oligohidramnion pada

12% dari 511 kehamilan usia 41 minggu atau lebih pada 121 wanita

yang diteliti secara longitudinal terjadi penurunan rata – rat ICA

sebesar 25% perminggu setelah kehamilan 41 minggu.akibat

berkurangnya cairan, risiko kompresi tali pusat, dan gawat janin

meningkat pada semua persalinan, terutama pada persalinan

postterm.

Beberapa penyebab terjadinya oligohidramnion pada usia

kehamilan lebih dari 41 minggu dari faktor janin dapat terjadi

agnesis ginjal, kehamilan lewat waktu, ketuban pecah sebelum

waktunya dan uropati obstruktif dan dari faktor ibu misalnya

diabetes mellitus tak terkontrol, dan idiopatik.(Lumentut, 2016)

Gambaran klinis pada ibu yang mengalami oligohidramnion

ialah ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan janin,

persalinan berlangsung cukup lama karena kurangnya cairan

ketuban yang mengakibatkan persalinan menjadi cukup lama,


132

sewaktu ada his sakit sekali, bila ketuban pecah, air ketuban sedikit

sekali bahkan tidak ada yang keluar. (Mulyani, 2018)

Berdasarkan hasil pengkajian Ny.R pada umur kehamilan 39

– 40 minggu di kunjungan ke 6 dan 7 ibu mengatakan sekarang

semakin sering pipis kadang tidak tertahankan, gerakan janin

berkurang, terasa linu saat bayi bergerak, terkadang ibu masih

mengatakan adanya kontraksi tapi masih hilang timbul dan sakit

dibagian perut semakin terasa ketika adanya kontraksi, ibu

mengatakan terkadang keluar air sedikit – sedikit. Berdasarkan

pada keluhan dan teori diatas oligohidramnion pada Ny. R mungkin

terjadi dikarnakan usia kehamilannya karena air ketuban akan

berukurang seiring dengan tuanya umur kehamilan dan ditambah

adanya rembesan – rembesan yang mungkin hal tersebut menjadi

pemicu berkurangnya air ketuban secara signifikan dalam teori

dikatakan terjadi penurunan sebesar 150cc/ minggu di rentan usia

kehamilan 38 – 42 minggu ditambah dengan terjadinya rembesan

pada Ny. R menyebabkan pengurangan air ketuban mungkin lebih

dari 150cc/ minggu nya hingga status indeks cairan amnion pada Ny.

R menjadi < 2 cm dimana baiknya indeks tersebut minimal 5 cm,

meskipun oligo yang terjadi pada Ny. R merupakan

oligohidramnion fisiologis tetap saja menjadi tanda waspada untuk

bayinya sehingga harus segera diatasi dan diakhiri kehamilannya

unuk mengurangi resiko yang terjadi pada janin. Hasil USG Ny. R
133

pada usia kehamilan 39 minggu pun dokter menyatakan bahwa ibu

air ketubannya sudah berkurang tapi masih cukup untuk

persalinan, dan hasil USG pada 40 minggu dokter menyatakan

bahwa air ketuban ibu sudah berkurang banyak bahkan indeks

amnion pun < 2 cm.

Berdasarkan analisis data subjektif berupa keluhan Ny. R ada

beberapa teori yang tidak sesuai dengan kenyataan seperti pada

trimester III seharunya terjadi peningkatan frekuensi makan tetapi

tidak terjadi pada Ny. R, lalu terjadi diare yang menyebabkan

defisiensi gizi sehingga BB ibu tidak bertambah dan

oligohidramnion yang terjadi merupakan keadaan fisiologis karena

oligohidramnion pada Ny. R terjadi pada usia kehamilan 40 minggu

yang secara fisiologispun pada kehamilan aterm cairan ketuban

akan mulai berkurang akan tetapi indeks cairan ketuban Ny. R <

2cm dimana indeks yang kurang dari 5 cm dapat menyebabkan

gawat janin dan resiko terhambatnya proses persalinan pada Ny. R.

5.1.1.2. Data Objektif

Data objektif didapatkan melalui pemeriksaan fisik yang

disesuaikan dengan kebutuhan pemeriksaan, pemeriksaan tanda – tanda

vital, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4 cara

yaitu: inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Pemeriksaan fisik yang

biasa dilakukan meliputi ( keadaan umum, kesadaran, tanda vital, kepala


134

dan wajah, gigi dan mulut, leher, dada, payudara, abdomen, ekstremitas,

genetalia). (Mulyani, 2018)

Pengkaji telah melakukan 7 kali pemeriksaan pada kehamilan

dimana diantara 7 kali pemeriksaan itu ada 1 kali yang pengkaji kaji

dengan pemeriksaan fisik lengkap 10T meliputi (TB dan BB, TD, TFU,

TT, FE, Status Gizi, Tes lab, presentasi dan DJJ, Tatalaksana,

Temuwicara) dan 1x menggunakan data sekunder pada kujungan ke-5 di

kehamilan 37 minggu, saat pemeriksaan selanjutnya peneliti hanya

melakukan pengkajian data objektif sesuai dengan kebutuhan penelitian

dengan 7T ( TTV dan BB, TD, TFU, Status gizi, presentasi,

Tatalaksanan, Temuwicara) dikarnakan TT dan tablet FE ibu sudah

mendapatkan di PKM, dan tes laboratorium telah dilakukan sebelumnya.

data objektif yang dikaji yang menampakan masalah saja.

Kurang energy kronik pada orang dewasa dapat ditentukan

dengan mengukur indeks masa tubuh yang diukur melalui perbandingan

Berat Badan dan Tingi badan dalam meter. Bila IMT yang didapatkan

kurang dari 18,5 maka dapat di diagnose atau dikatakan sebagai KEK.

(Dwijayanti, 2017)

Ukuran Lila yang <23,5 cm pada ibu hamil maka ibu hamil

menderita kekurangan energy kronis, LILA bisa digunakan untuk skrinig

status gizi pada ibu hamil (Almatser, 2011)

Dari hasil pengkajian data objektif yang telah dilakukan pada usia

kehamilan 33 minggu dikunjungan ANC pertama didapatkan LILA


135

(Lingkar Lengan Atas) Ny. R adalah 22 cm dan IMT 16,25 dan Berat

badan sebelum hamil adalah 39 kg, berdasarkan lila dan IMT yang

didapatkan pegkaji menemukan adanya masalah berupa KEK atau

kurang energy kronik pada Ny. R yang dapat mengakibatkan bayi yang

dilahirkan Ny. R kemungkinan terlahir dengan BBLR (Berat bayi lahir

rendah) selain pada bayi ibu pun beresiko terjadinya anemia,

perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan dapat

terkena penyakit infeksi.

Sejalan dengan yang diungkapkan (Ika Mardiatul Ulfa, 2018)

bahwa KEK dapat mengakibatkan terjadinya BBLR, bayi lahir

premature dan bahkan hingga kematian neonatal. Selain berdampak

pada neonatus KEK pada ibu hamil dapat mengakibatkan resiko dan

komplikasi pada ibu yaitu : anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak

bertambah secara normal, dan dapat terkena penyakit infeksi.

Dari hasil pengkajian data objektif yang dilakukan pada Ny. R

terjadi kesenjangan dengan teori dimana minimal LILA normal pada

ibu hamil adalah 23,5 dan IMT normal pada ibu hamil > 18,5 maka

pada Ny. R terdapat permasalahan yang menganggu status gizi pada ibu

hamil yang dapat saja berdampak buruk bagi ibu dan bayi, walaupun

tidak semua ibu hamil dengan KEK melahirkan bayi BBLR akan tetapi

tetap saja kekhawatiran tersebut menjadi suatu permasalahan apalagi

jika di tunjang melalui data data yang menunjukan adanya kearah bayi

lahir rendah.
136

Tinggi fundus uteri merupakan ukuran puncak tertinggi uterus

sesuai masa kehamilan, biasanya pemeriksaan TFU dilakukan saat

pemeriksaan abdomen pada ibu hamil tepatnya saat melakukan leopold

1. Dari pengukuran TFU dapat diketahui taksiran umur kehamilan dan

taksiran berat badan janin. Pengukuran TFU dapat menggunakan jari

sebagai alat ukurnya, tetapi kelemahannya setiap orang memiliki

ukuran jari yang berbeda. TFU lebih baik diukur menggunakan metylen

ditempelkan pada simfisis pubis dan ujung lainnya ditempelkan di

puncak rahim. Ukuran normal TFU berdasarkan dari umur kehamilan

minggu pada usia kehamilan 32 minggu normlanya TFU senilai 30 cm,

36 minggu normal TFU senilai 33 cm, lalu untuk menentukan taksiran

berat janin digunakan rumus lohnson diman jika kepala belum masuk

PAP ( TFU-12) x 155 gram sedangkan jika telah memasuki PAP

rumusnya menjadi (TFU-11) x 155 gram (Walyani, 2015)

Dari hasil pengkajian pemeriksaan TFU dan TBJ pada Ny. R

didapatkan hasil TFU pada Ny. R pada usia kehamilan 33 minggu

ukuran TFU 25 cm TBJ 2015 gram, pada usia kehamilan 34 minggu

TFU 27 cm TBJ 2325 gram, usia kehamilan 35 minggu TFU 28 cm

TBJ 2480 gram, usia kehamilan 36 minggu TFU 28 cm lepold 4 kepala

sudah masuk PAP maka TBJ 2635 gram, dan data sekunder pada umur

kehamilan 37 minggu TFU 29 cm TBJ 2790 gram, usia kehamilan 39

minggu TFU 31 cm TBJ 3100 gram, dan terakhir pada usia kehamilan

40 minggu TFU 30 cm TBJ 2945 gram. Dari hasil pengukuran TFU


137

sebanyak 7 kali dan satu kali menggunakan data sekunder maka dapat

dilihat kenaikannya tidak begitu signifikan dari minggu ke minggu.

Dari hasil pengukuran TFU dan TBJ ternyata didapatkan

kesenjangan antara usia kehamilan ibu dengan teori yang seharusnya

ukuran TFU normal pada usia kehamilan 32 minggu saja ukuran TFU

nya yaitu senilai 30 cm dan pada 36 minggu ukuran TFU nya senilai 33

cm dan pada kenyataan yang terjadi pada Ny. R pada usia kehamilan 33

minggu TFUnya hanya 25 cm yang dikategorikan kurang perbedaanya

5 – 6 cm ke TFU yang seharusnya, lalu pada kehamilan 36 minggu

TFU Ny. R hanya 28 cm padahal normalnya senilai 33 cm terjadi

kesenjangan 2 cm.

Kurangnya nilai TFU pada Ny. R mungkin saja dapat disebabkan

karna kurangnya gizi sebelum masa kehamilan dan setelah masa

kehamilan walaupun pengkaji sudah memberikan intervensi berupa

pemberian PMT tetapi antara kenaikan TFU, dan LILA terjadi kenaikan

akan tetapi kenaikannya tidak sesuai dengan harapan peneliti mungkin

dikarnakan frekuensi pemberian yang kurang lama, ketidak patuhan ibu

dalam mengkonsumsi PMT pada dan cair karna di 2 minggu terakhir

penelitian Ny. R sudah tidak mau mengkonsumsi PMT padat

dikarnakan bosan dan mual.

Padahal pengkaji sudah berupaya menanggulangi hal tersebut

dengan edukasi mengkonsumsi PMT pada 1 keping di pagi hari, 1


138

keping disiang hari dan 1 keping dimalam hari diharapkan jika

mengkonsumsi perkeping tidak membuat ibu mual dan peneliti juga

sudah menginformasika ibu untuk mencampur atau melarutkan PMT

padat dalam produk olahan seperti dilarutkan dalam pembuatan

pudding, dalam jus buah atau dicelupkan pada susu dan dilarutkan pada

makanan lain yang tidak membuat ibu mual, akan tetapi peneliti tidak

dapat memaksakan kehendak pasien karna dalam etika penetilian tidak

diperbolehkan pemaksaan pada responden penelitian.

Kenaikan Berat Badan ibu hamil dengan IMT < 19,8 sebanyak 12 –

18 kg selama hamil dan kenaikan 0,49 kg/mg untuk ibu hamil Trimester

III. (Dr. Arisman, 2013)

Dari hasil penelitian kenaikan Berat badan dan LILA pada ibu Ny. R

selama 28 hari dari usia kehamila 33 minggu sd 37 minggu adalah 1,5 kg

dan LILA 1 cm, dimana frekuensi kenaikan berat badan perminggunya

adalah 0,5 kg/mg kecuali pada pengkajian pertama di usia 34 minggu

kehamilan tidak terjadi kenaikan Berat badan karna pada minggu tersebut

ibu mengalami diare selama 2 hari yang kemungkinan besar berpengaruh

terhadap kenaikan BB ibu. Kenaikan LILA terjadi di usia kehamilan 35 –

36 minggu sebesar 1 cm dengan frekuensi kenaikan 0,5 cm /minggu di

pengkajian minggu ke 2 dan 3, pada minggu ke 4 tidak terjadi kenaikan

LILA tetapi masih terjadi kenaikan pada berat badan mungkin hal ini

disebabkan karna pada minggu ke 4 ibu hanya mengkonsumsi PMT cair

saja tidak mengkonsumsi PMT padat.


139

Maka hasil pengkajian dan teori kenaikan berat badan selaras dengan

teori yang ada bahwa kenaikan telah dapat dicapai ibu dengan frekuensi

0,5 kg/minggu nya dengan catatan ibu tidak mengalami gangguan

penyakit atau hal apapun yang dapat mempengaruhi konsumsi makanan

ibu dan kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi PMT padat dan cair

sangatlah berpengaruh besar dikarnakan walaupun di minggu 3 dan ke 4

terjadi kenaikan LILA dan BB tapi tidak dimaksimalkan seharusnya jika

ibu patuh pada ketentuan dari pengkaji kemungkinan besar pada minggu

tersebut ibu mengalami kenaikan lebih dari 0,5 kg.

5.1.2. Penetapan Diagnosa

Bidan melakukan analisa data yang diperoleh pada pengkajin,

mengintrerpretasikannya secara tepat, akurat dan logis untuk menegakan

diagnose dan masalah kebidanan yang sesuai, kriteria dalam penegakan

diagnose dan masalah kebidanan yaitu ; diagnose harus sesuai dengan

nomenklatur kebidanan, masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi

pasien, dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan baik secara mandiri,

kolaborasi, dan rujukan. (Mulyani, 2018)

Diagnose pada Ny. R dilakukan pada semua pengkajian yaitu pada

usia kehamilan 33 minggu, 34 minggu, 35 minggu, 36 minggu, 37

minggu, 39 minggu dan 40 minggu. Dengan diagnose G1P0A0 gravida

sekian minggu janin hidup tunggal intrauterine presentasi kepala, sesuai

dengan data subjektif dan objektif yang didapatkan, dengan perincian

G1P0A0 didapatkan pada data sekunder yang mengatakan bahwa ini


140

merupakan kehamilan pertama ibu, ibu belum pernah melahirkan dan

belum pernah keguguran. Janin Hidup Tunggal Intrauterin didapatkan

pada data objektif melalui pemeriksaan Leopold dan DJJ, Presentasi

Kepala ditendukan dengan Leopold 3 yaitu menentukan presentasi

terendah pada janin didapatkan hasil kepala.

Volume air ketuban meningkat secara bertahap pada kehamilan

dengan volume 30 ml pada kehamilan 10 minggu dan mencapai

puncaknya sekitar 1000 ml pada kehamilan 34 – 36 mg. volume air

ketuban menurun pada akhir trimester pertama dengan volume sekitar

800 ml pada minggu ke – 40 berkurang lagi menjadi 350 ml pada

kehamilan 42 minggu menjadi 250 ml pada kehamilan 43 minggu tingkat

penurunan sekitar 150 ml/mg pada kehamilan 38 – 43 minggu.

Marks dan Divon ( 1992) menemukan oligohidramnion pada 12%

dari 511 kehamilan usia 41 minggu atau lebih pada 121 wanita yang

diteliti secara longitudinal terjadi penurunan rata – rat ICA sebesar 25%

perminggu setelah kehamilan 41 minggu.akibat berkurangnya cairan,

risiko kompresi tali pusat, dan gawat janin meningkat pada semua

persalinan, terutama pada persalinan postterm..

Penyebab terjadinya oligohidramnion secara sekunder yaitu ketuban

pecah dini ataupun kebocoran cairan ketuban yang menyebabkan

berkurangnya cairan ketuban.

Gambaran klinis pada ibu yang mengalami oligohidramnion ialah

ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan janin, persalinan


141

berlangsung cukup lama karena kurangnya cairan ketuban yang

mengakibatkan persalinan menjadi cukup lama, sewaktu ada his sakit

sekali, bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada

yang keluar. (Mulyani, 2018)

Pada usia kehamilan 40 minggu Ny.R memiliki masalah pada

kehamilannya yang menyebabkan diagnose ditambahkan sesuai masalah

yang terjadi diagnose tersebut yaitu G1P0A0 gravida 40 minggu dengan

Oligohidramnion. Walaupun Oligohidramnion yang terjadi merupakan

fisiologis karna memang pada Trimester III terjadi pengurangan air

ketuban apalagi pada usia kehamilan 40 minggu pada 12% kehamilan air

ketubannya kurang dari 500 cc dan indeks cairan ketubannya kurang dari

5 cm yang menyebabkan Oligohidramnion yang bersifat fisiologis.

Diagnose Oligohidramnion ditambahkan berdasarkan data

penunjang USG pada usia kehamilan 40 minggu di klinik pratama dan

dilakukan oleh dokter SpOg yang menunjukan indeks air ketuban ibu <2

cm yang mengartikan bahwa air ketuban ibu kurang dari standar yang

normalnya > 5 cm yang disebabkan oleh bocornya selaput ketuban pada

ibu sejak usia kehamilan 38 minggu walaupun pengurangan air ketuban

merupakan hal yang fisiologis pada kehamilan > 35 minggu, dan pada

data subjektif pada kehamilan 39 minggu ditemukan keluhan yang

menjadi ciri – ciri terjadinya oligohidramnion pada ibu seperti ibu

mengeluh gerakan janinnya berkurang, terasa nyeri pada setiap

pergerakan janin dan terjadi pipis yang tidak tertahankan yang


142

menegluarkan cairan jernih tidak berbau. Walaupun data subjektif

tersebut merupakan data tidak pasti dan pengkaji tidak bisa merumuskan

diagnose hanya dengan data subjektif saja tapi ternyata ibu telah

melakukan pemeriksaan penunjang yang menjadikan data subjektif

sebagai gejala pasti terjadinya oligohidramnion.

Hasil dari pengkajian data primer dan sekunder dapat menunjukan

kesesuaian teori dan praktek tentang perumusan diagnose

oligohidramnion dari data primer didapatkan tanda subjektif dari gejala –

gejala terjadinya oligohidramnion dan dipastikan dengan data sekunder

berupa USG yang menyatakan indeks air ketuban ibu < 2 cm yang berarti

air ketuban ibu telah berkurang banyak sehingga ditetapkanlah diagnose

oligohidramnion pada Ny. R diusia kehamilan 39 – 40 minggu menurut

perhitungan usia kehamilan di USG.

5.1.3. Penatalaksanaan

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based

kepada klien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatife, yang dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.

Standar penatalaksanaan atau implementasi pada pasien meliputi ;

memperhatikan keunikan klien sebagai bio-psiko-sosial-spiritual,kultural,

setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan, melaksanakan


143

tindakan asuhan berdasarkan evidence based,melibatkan klien dala setiap

tindakan, melaksanakan prinsip pencegahan infeksi, mengikuti

perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan, menggunakan

sumber daya, saran dan fasilitas yang ada dan sesuai, melakukan

tindakan sesuai standar, mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

(Mulyani, 2018)

Setiap ibu hamil mempunyai resiko mengalami masalah pada gizi

terutama KEK, oleh karna itu semua ibu hamil harus menerima

pelayanan antenatal yang komprehensif dan terpadu. Tujuan pelayanan

antenatal terpadu meliputi : deteksi dini, pengobatan dan penanganan gizi

yang tepat terhadap gangguan kesehatanibu hamil termasuk masalah gizi

terutama KEK, persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi

komplikasi akibat masalah kesehatan terutama masalah gizi dan

komplikasinya akibat KEK melalui penyuluhan kesehatan dan konseling,

pelayanan untuk ibu hamil dengan status KEK yaitu dengan edukasi

tentang gizi, konseling, Pemantauan berat badan, Pemantauan janin dan

pemberian PMT untuk ibu hamil. (dr. Marina Damajanti, 2015)

Sesuai dengan peraturan pemerintah Salah satu upaya Pemerintah

untuk menurunkan KEK tercantum dalam Petunjuk Teknis Pemberian

Makanan Tambahan Yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia (KEMENKES) Tahun 2017 dengan upaya pemberian

makanan tambahan berupa PMT padat biscuit sandwich khusus ibu

hamil. (KEMENKES, 2017)


144

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hrolfsdottir dkk 2013 di

Denmark menyatakan bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi susu sapi

saat hamil > 150 ml/ hari akan melahirkan bayi dengan berat lahir yang

lebih berat dan lebih panjang dari pada ibu hamil yang mengkonsumsi

susu sapi < 150ml/hari. (Hrolfsdottir L, 2013)

Susu sapi yang baik bagi ibu hamil ialah yang sudah mengalami

proses Pasteurisasi atau susu yang proses dengan pemanasan makanan

yang bertujuan untuk menghilangkan organisme merugikan dalam susu

dengan tetap menjaga nutrisi yang terkandung di dalamnya salah satu

susu dengan proses pasteurisasi yaitu susu UHT (Ultra High

Temperature). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yvonne A

Maldonado dkk 2014 di USA bahwa susu hasil pasteurisasi lebih aman

bagi ibu hamil karna tidak mengandung mikroba yang berbahaya dan

nutrisi yang terkandung dalam susu pasteurisasi tidak hilang karna

pemanasan yang dilakukan maka dari itu America academy of Pediatric

(AAP) mendukung ibu hamil untuk mengkonsumsi susu yang telah di

pasteurisasikan. (Yvonne A Maldonado, 2014)

Susu UHT kaya akan kalsium dan vitamin D yang dapat membantu

mensuplai kebutuhan ibu untuk mensuplai pertumbuhan dan

perkembangan janin serta mencegah janin lahir premature. Kalsium dan

vitamin D dapat diperoleh dari berbagai macam prodak susu namun susu

UHT memiliki nilai ekonomis dan praktis dikarnakan susu UHT

memiliki harga yang dapat dijangkau semua kalangan dan praktis karna
145

dapat langsung di minum. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Nidya

ikha Putri dkk 2019 di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Tanah

Solok mendapatkan hasil Analisi data menunjukan adanya hubungan

positif yang diartikan bahwa semakin tinggi kadar vitamin D pada ibu

hamil, maka semakin berat badan bayi yang dilahirkan. (Nidya Ikha

Putri, 2019)

Peneliti menggunakan 1 bulan pemberian PMT padat dan cair

berdasarkan penelitian sebelumnya hasil penelitian yang dilakukan oleh

Vivi Silawati dan Nurpadilah tahun 2018 tantang pemberian makanan

tambahan dan susu ibu hamil terhadap kenaikan berat badan pada ibu

hamil KEK di Puskesmas Curug Kabupaten Tanggerang dimulai bulan

Desember 2018 hingga Januari 2019 didapatkan hasil kenaikan berat

badan sebelum diberikan perlakuan sebesar 44 kg dan setelah diberikan

perlakuan naik menjadi 46 kg, maka dari itu disimpulakan pemberian

makanan tambahan dan susu pada ibu hamil memiliki pengaruh terhadap

berat badan ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.(Vivi

Silawati, 2018)

Dari hasil diagnose yang ditentukan dan permasalahan yang terjadi

pada ibu hamil pengkaji memberikan intervensi berupa kolaborasi

dengan Ahli Gizi Puskesmas Garuda agar ibu diarahkan untuk pola

makanan sehari harinya dan peneliti pun memberika PMT cair berupa

susu UHT ditambah karena sebelumnya Ny. R sempat menggunakan

susu ibu hamil tapi ibu merasa mual dan ibu menggantinya dengan susu
146

UHT dan cocok selain susu UHT ditambah dengan PMT padat yang

diberikan oleh program Puskesmas untuk penatalaksanaan ibu dengan

KEK, pada saat permasalahan diare pun pengkaji melakukan kolaborasi

dengan ahli gizi dalam rangka pemulihan pola makan pada ibu setelah

ibu mengalami diare.

Berdasarkan hasil pengkajian hasil intervensi pada Ny . R selama 28

hari atau 4 minggu didapatkan hasil pada minggu pertama tidak terjadi

kenaikan berat badan dikarnakan ibu mengalami diare yang

mempengaruhi asupan gizi pada ibu sehingga ibu tidak mengkonsumsi

PMT Padat selama 1 hari dan PMT cair selama 2 hari, pada minggu ke

dua terjadi kenaikan berat badan ibu yaitu sebesar 0,5 kg, pada minggu

ke tiga terjadi kenaikan 0,5 kg tetapi ibu menagatakan sudah tidak

mengkonsumsi PMT Padat dikarnakan mual dan enek pada kandungan

kacang yang terdapat dalam biscuit, minggu ke empat ibu hanya

mengkonsumsi PMT Cair dan terjadi kenaikan sebesar 0,5 kg.

Hasil kumulatif kenaikan berat badan ibu selama 28 hari adalah

sebesar 1,5 kg dengan total kenaikan berat badan ibu sebelum dan selama

hamil 14,5 kg. sebenarnya target ini sudah cukup untuk mengatakan ibu

dalam kenaikan BB normal untuk IMT ibu yang <19,8 akan tetapi

peneliti menyayangkan ketidak disiplinan ibu dalam mengkonsumsi PMT

jika ibu disiplin kemungkinan besar berat badan ibu bisa naik > 2kg

dalam jarak 28 hari.


147

Dan pada kenyataan saat ibu terlepas dari pengkonsumsian PMT padat

dan cair di umur kehamilan 39 – 40 minggu terjadi penurunan berat

badan pada ibu sebanyak 1 kg, jadi total kenaikan ibu saat ini adalah 13,5

kg sebenarnya kenaikan ini masih cukup karna batas normal kenaikan ibu

dengan LILA < 19,8 adalah 12,7 – 18 kg. sayang disayangkan memang

terjadinya penurunan setelah intervensi yang dilakukan telah selesai

mungkin untuk penelitian selanjutnya intervensi yang diberikan dapat

ditambahkan jumlah konsumsi susu perharinya atau bahkan diperketat

lagi pada ibu yang mengalami KEK sehingga ibu yang mengalami KEK

dapat terbebas dari masalah KEK nya.

Dalam penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. R telah sesuai

dengan teori yang ada yaitu ibu hamil dengan KEK di edukasi tentang

pola makanan sehari – harinya dan ditambah dengan pemberian PMT

padat dan PMT cair. Walaupun penelitian yang peneliti lakukan sesuai

dengan teori yang ada akan tetapi tidak maksimal karena tidak sesuai

dengan tujuan peneliti yang membebaskan ibu dari masalah KEK yaitu

dengan menaikan LILA hingga 23,5 cm dan kenaikan berat badan total

sebanyak 15,5 kg setengah kenaikan dari kenaikan maksimal yaitu 12,5 –

18 kg.

Oligohiramnion pada kehamilan aterm mungkin dilakukan

penanganan aktif dengan cara induksi persalinan. Induksi persalinan

adalah dimulainnya kontraksi persalinan awitan spontan dengan tujuan

mempercepat persalinan. Oligohidramnion pada kehamilan aterm


148

mungkin dilakukan penanganan aktif dengan cara induksi persalinan atau

penanganan ekspektatif dengan cara hidrasi dan pemantauan janin, dan

atau USG regular untuk menilai volume cairan amnion. Ketika kedua

pilihan tersedia, penanganan aktif adalah pendekatan yang umum

dilakukan pada wanita hamil aterm dengan atau tanpa faktor resiko pada

ibu ataupun fetus. (Mulyani, 2018)

Kewenangan bidan dalam penangana oligohiramnion dikarnakan

oligohidramnion memiliki hubungan erat dengan mortalitas dan

mobiditas perinatal. Kurangnya cairan ketuban dapat menyebabkan

kondisi gawat darurat pada janin bahkan dapat menyebabkan kematian

pada janin. Dengan demikian bila bidan menjumpai kasus yang dicurigai

bahkan sudah terdiagnosa oligohidramnion baiknya bidan merujuk pasien

karna itu merupakan pilihan yang paling tepat. Hal ini sesuai dengan

kewenangan bidan yang terdapat dalam UU no. 28 tahun 2017 tentang

Izin dan Penyelengaraan Praktik Bidan pada pasal 19 ayat (3) point (D)

bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu, bidan berwenang

melakukan : penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan

perujukan. (Mulyani, 2018)

Pada kasus yang terjadi pada Ny. R pihak Puskesmas Garudan dan

Dokter SpOG yang menangani pasien Ny. R adalah tepat dengan

merujuk pasien ke Rumah Sakit agar diberikan penanganan yang lebih

lanjut akan tertapi terjadi beberapa kejadian yang tidak semestinya

terjadi, yaitu Ny. R dikarnakan telah mengunjungi 2 Rumah Sakit dan


149

tidak ada tindakan serta Rumah sakit bahkan memulangkan pasien

membuat Ny. R akhirnya pasrah ingin melahirkan di BPM dekat

rumahnya saja meskipun Bidan BPM telah menyarankan ibu untuk ke

Rumah Sakit lainnya ataupun kembali ke Puskesmas tetapi Ny. R dan

keluarga sudah teguh ingin melahirkan di bidan tersebut, dan Bidan BPM

pun menerima serta memberikan penatalaksanakan berupa tindakan drip

oksitosin yang bukan menjadi kewenangan dari bidan.

Setelah pemaparan penatalaksanaan tersebut terjadi kesenjangan

antara teori dan praktek dimana ibu saat dilakukan rujukan tidak

didampingi oleh pihak yang merujuk dan terjadi kesenjangan pada

penatalaksanaan yang dilakukan oleh Bidan BPM tidak sejalan dengan

teori yang ada seharusnya Bidan BPM tidak menerima bahkan seharunya

menolak karna bukan wewenang dan tanggung jawab bidan dalam hal

pertolongan persalinan dengan ibu oligohidramnion.

5.2. Persalinan

5.2.1. Pengkajian Data

5.2.1.1. Pengkajian Data Subjektif

Tujuan dari pengumpulan data subjektif pada proses persalinan

adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan,

dan persalinan. Informasi ini akan digunakan dalam proses membuat

keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan

rencana asuhan kebidanan yang sesuai. (Nugraheny, 2013)


150

Pada kasus Ny. R pengkajian melakukan analisis melalui riwayat

keluhan selama kehamilannya dan didapatkan Ny. R mengeluh tanda –

tanda persalinan di minggu ke 37 dan di minngu ke 39 Ny.R mengeluh

his nya tidak teratur, merasakan sakit sekali saat terjadi his menjalar dari

pinggang ke perut dan mengaku keluar cairan dari jalan lahir seperti pipis

tapi tidak tertahankan, pada saat Ny. R mengalami keluhan tersebut

pengkaji menyarankan untuk Ny. R melalukan USG setealah dilakukan

USG pada usia kehamilan 39 minggu dokter mengatakan ketuban Ny. R

memang sudah berkurang dan dokter menyarankan untuk Ny. R beadrest

dan minum yang banyak guna menjaga air ketubannya agar cukup hingga

waktu persalinannya nanti tapi di usia kehamilan 40 minggu Ny. R

melakukan USG ulang dan dokter menyatakan indeks cairan amnion Ny.

< 2 cm hingga Ny. R di diagnoase oligohidramnion dan mendapat

rujukan untuk melakukan persalinan di Rumah Sakit dengan rencana

tindakan terminasi kehamilan dengan induksi.

Hasil analisa antara teori dan praktek sudah sesuai yaitu melakukan

pengkajian riwayat kehamilan pada pasien untuk menentukan diagnose

dan tindakan selanjutnya dan hasil pengkajian secara wawancara dengan

Ny. R didukung dengan data sekunder berupa hasil USG bahwa tanda –

tanda yang Ny. R selama kehamilan sama dengan tanda terjadinya

oligohidramnion maka dapat disimpulkan bahwa oligohidramnion dapat

dideteksi melalui pengkajian dan didukung dengan hasil USG sehingga


151

dapat menentukan proses persalinan yang akan dilalui oleh Ny. R yaitu

dengan induksi persalinan.

5.2.1.2. Pengkajian Data Objektif

Data objektif pada ibu bersalin berupa pemeriksaan fisik yang

bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi serta tingkat

kenyamanan fisik ibu bersalin pemeriksaan tersebut meliput ;

pemeriksaan abdomen (pada kala I untuk menentukan TFU, memantau

kontraksi uterus, DJJ, presentasi, menentukan penurunan bagian

terbawah janin), pemeriksaan dalam (menentukan dilatasi serviks,

kondisi ketuban presentasi janin, penurunan dan bagian – bagian

janin). Data objektif digunakan pada kala I, II, III dan IV untuk

menentukan keberlangsungan persalinan dan kemajuan persalinan

serta menentukan tindakan – tindakan yang akan dilakukan pada

asuhan selanjutnya. (Nugraheny, 2013)

Hasil pengkajian data objektif pada Ny. R didapatkan hasil dari

data sekunder dari hasil pemeriksaan di Puskesmas Garuda pada

umur kehamilan 37 minggu didapatkan hasil berupa penipisan serviks

dan membukanya jalan lahir yaitu 1 cm dengan his yang masih jarang

dengan durasi 1 x 10 menit x 20 detik, dan data sekunder pada umur

kehamilan 40 minggu hasil pemeriksaan bidan BPM saat masuk ke

BPM Bidan S pukul 17.00 wib pembukaan 2 cm ketuban sedikit dan

PD ulang jam 22.00 wib masih di pembukaan yang sama dan his yang

masih jarang, his meningkat 4 – 5 kali PD ulang pukul 02.00 wib


152

pembukaan 5 – 6 cm ketuban di amniotomi kesan jernih dan sedikit,

pukul 03.00 wib pembukaan lengkap,03.25 wib bayi lahir, TFU

sepusat tidak ada janin kedua, MAK III, laserasi derajat II.

Dari data objektif antara teori dan praktek ada kesenjangan yaitu

bidan tidak melakukan observasi ketat pada kala IV berupa penilaian

TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih dan perdarahan, padahal kala IV

merupakan masa yang rentan terjadinya perdarahan yang dapat

menyebabkan kematian pada ibu walaupun didapatkan kontraksi ibu

baik selama akhir masa kala III pemantauan atau observasi kala IV

wajib dilakukan agar ibu terhidar dari bahaya perdarahan yang

disebabkan oleh gangguan kontraksi pada Rahim yaitu atonia uteri.

5.2.2. Diagnose

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajin,

mengintrerpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan

diagnose dan masalah kebidanan yang tepat, kriteria dalam penegakan

diagnose dan masalah kebidanan yaitu ; diagnose sesuai dengan

nomenklatur kebidanan, masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi

klien, dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan baik secara mandiri,

kolaborasi, dan rujukan. (Mulyani, 2018)

Diagnosa pada persalinan Ny. R bidan BPM tidak melakukan

diagnose disetiap asuhan Kala I, Kala II, Kala III dan Kala IV.
153

Antara teori dan praktek terdapat kesenjangan bahwa seharusnya

bidan melakukan diagnose pada setiap asuhan yang diberikan agar dapat

tahu intervensi atau penatalaksanaan yang akan dilakukan pada klien.

5.2.3. Penatalaksanaan

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based

kepada klie dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatife, yang dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.

Standar penatalaksanaan atau implementasi pada pasien meliputi ;

memperhatikan keunikan klien sebagai bio-psiko-sosial-spiritual,kultural,

setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan, melaksanakan

tindakan asuhan berdasarkan evidence based,melibatkan klien dala setiap

tindakan, melaksanakan prinsip pencegahan infeksi, mengikuti

perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan, menggunakan

sumber daya, saran dan fasilitas yang ada dan sesuai, melakukan

tindakan sesuai standar, mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

(Mulyani, 2018)

Asuhan Persalinan Normal (APN) dilakukan oleh bidan atau dokter

dalam menangani persalinan spontan pada ibu yang bertujuan agar

menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang

tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya terintegrasi dan

lengkap dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip


154

keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang

diinginkan (optimal). (Wulandari, 2019)

Kewenangan bidan dalam penangana oligohiramnion dikarnakan

oligohidramnion memiliki hubungan erat dengan mortalitas dan

mobiditas perinatal. Kurangnya cairan ketuban dapat menyebabkan

kondisi gawat darurat pada janin bahkan dapat menyebabkan kematian

pada janin. Dengan demikian bila bidan menjumpai kasus yang dicurigai

bahkan sudah terdiagnosa oligohidramnion baiknya bidan merujuk pasien

karna itu merupakan pilihan yang paling tepat. Hal ini sesuai dengan

kewenangan bidan yang terdapat dalam UU no. 28 tahun 2017 tentang

Izin dan Penyelengaraan Praktik Bidan pada pasal 19 ayat (3) point (D)

bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu, bidan berwenang

melakukan : penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan

perujukan. (Mulyani, 2018)

Pelayanan kebidanan rujukan merupakan rujukan yang dilakukan

oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi

atau sebaliknya, sistem rujukan merupakan suatu sistem pelayanan

kesehatan dimana terjadi pelimpahan tanggung jawab dan wewenang

secara timbal balik ke tingkat kesehatan yang lebih tinggi seperti Rumah

Sakit ke semsama antar Puskesmas atau Rumah sakit melimpahkan ke

Puskesmas ataupun BPM ditentukan berdasarkan kegawatdaruratan dan

tingkatan wewenang. Dalam tujuan rujukan terdapat persiapan penderita


155

yang disingkat BAKSOKUDO ( Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat,

Kendaraan, Uang, Donor).

Persalinan dengan pasien oligohidramnion dapat dilakukan dengan

Metode induksi persalinan yang diawali dengan pemecahan ketuban,

pemberian oksitosin, pemberian misoprostol, pemberian hormone

prostaglandin, pemasangan balon kateter. Keberhasilan induksi

tergantung pada kondisi serviks yang telah matang yaitu serviks

mengalami penipisan lebih dari 50%, lembut, anterior dan dilatasi 2cm

atau lebih, penatalaksanaan induksi didasarkan pada scoring yang sedikit

berbeda. Ketentuan penilaian menurut saifudin jika skor > 6, induksi

cukup digunakan dengan oksitosin, bila skor < 5 terlebih dahulu

dilakukan pematangan serviks dengan pemberian prostaglandin atau

pemasangan foley kateter.

Pemberian drip oksitosin merupakan pemberian suatu peptide

yang dilepaskan dari bagian hipofisis posterior, oksitosin mengakibatkan

terjadinya peningkatan kekuatan dari kontraksi yang lemah. Oksitosin

harus digunakan dengan hati – hati karna dapat mengakibatkan gawat

janin akibat hiperstimulasi uterus. Oksitosin mulai diberikan melalui

infuse dexstrose atau garam fisiologis dengan ketentuan 2,5 unit

oksitosin dalam 500cc dekstrose atau garam fisiologis, pemberian mulai

dari 10 tetes permenit, tetesan dinaikan 10 tetes setiap 30 menit hingga

kontraksi adekuat. Kontraksi adekuat bila adanya 3 kali kontaksi dengan

lama minimal 40 detik selama 10 menit. Ketika kontraksi telah kuat


156

maka tetesan infuse dipertahankan hingga terjadi kelahiran bayi.

(Mulyani, 2018)

Hasil pengkajian pada Ny. R yang dilakukan oleh Puskesmas

Garuda tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut karna berpatokan pada

hasil pemeriksaan dokter dan langsung memberikan rujukan mandiri

pada pasien, di puskesmas hanya diberikan surat rujukan pada pasien

dengan BPJS yang ada pasien di rujuk ke Rumah Sakit Kasih bunda,

puskesmas tidak mengantarkan tapi merujuk secara mandiri yaitu pasien

mendatangi sendiri Rumah Sakit yang ditunjuk.

Berdasarkan dari data sekunder yang didapatkan dari Bidan

tahapan persalinan pada Ny. R yaitu fase laten yang berlangsung lebih

dari 8 jam saat masuk ke BPM Bidan S pukul 17.00 wib pembukaan 2 cm

dan PD ulang jam 22.00 wib masih di pembukaan yang sama dan his yang

masih jarang lalu bidan melakukan drip oksitosin 0,5 mg + 500 cc RL

10gtt, saat his meningkat 4 – 5 kali PD ulang pukul 02.00 wib pembukaan

5 – 6 cm ketuban di amniotomi kesan jernih dan sedikit, pukul 03.00 wib

pembukaan lengkap, episotomi untuk memperluas jalan lahir dan lama

kala II 25 menit lahir bayi spontan langsung menangis, pergerakan aktif,

kulit kemerahan jam 03.25 wib, bidan melakukan tindakan mengeringkan

cek janin ke dua dan TFU sepusat dan melakukan suntik oxytocin 10 IU,

memotong tali pusat lalu IMD, menunggu tanda – tanda pelepasan

plasenta dorso kranial dan PTT searah lantai, plasenta lahir spontan jam

03.35 wib kesan utuh, lalu bidan melakukan pengecekan laserasi di


157

dapatkan laserasi derajat II lalu bidan menyutikan anastesi local berupa

lidocain melakukan hecting dengan teknik jelujur setelah selesai mengecek

kontraksi uterus baik, bidan tidak melakukan observasi kala IV yaitu 1 jam

pertama 15 menit sekali 1 jam berikutnya 30 menit sekali.

Pada penatalaksanaan persalinan terdapat kesenjangan antara teori

dan praktek yaitu alur rujukan yang tidak diaplikasikan sesuai teori

dimana bidan harus menerapkan BASOKUDO terhadap pasien yang

dirujuknya tetapi baik Pihak Puskesmas maupun BPM tidak ada yang

menerapkan hal tersebut yang menyebabkan pasien ditolak berbagai

Rumah Sakit dan kebingungan mencari Rumah Sakit sehingga akhirnya

memutuskan melahirkan di bidan dan bidan BPM pun melakukan

penatalaksanaan yang tidak sesuai dengan teori rujukan dan kewenangan

bidan dalam menolong persalinan dengan indikasi dan pemberian

intervensi yang tidak sesuai dengan kewenangan bidan. Bidan BPM tidak

melakukan rujukan dan melakukan penatalaksanaan induksi persalinan

dimana induksi bukan wewenang dari bidan terkecuali induksi

dilaksanakan di fasilitas kesehatan yang berkolaborasi dengan dokter

sesuai bidangnya atau bidan tersebut mendapat mandat dari dokter.

5.3. Nifas

5.3.1. Pengkajian

5.3.1.1. Data Subjektif

Data subjektif pada masa nifas diperoleh untuk mengetahui kondisi

dan psikologi ibu dalam menghadapi masa setelah melahirkan, dalam


158

masa nifas dilakukan dalam 3 tahapan periksaan yaitu : KF 1 ( 6 – 48

jam), KF 2 ( 4 – 28 hari), KF 3 ( 29 – 42 hari).

Saat memasuki masa nifas, setidaknya minimal 3 kali kunjungan

nifas yang harus dilakukan bidan, dilakukan agar dapat menilai keadaan

ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah – masalah yang terjadi.

Seorang bidan saat melakukan asuhan kepada ibu dalam masa

nifas, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, akan tetapi pemberian

asuhan kebidanan pada ibu nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai

dengan tahapan perkembangannya. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2011)

Pada pengkajian masa nifas pengkaji mengkaji KF 1 dan KF 2

pada Ny. R, pada kunjungan KF 1 Ny. R mengatakan ASI keluar tapi

masih sedikit, keluhan pada Ny. R merupakan keluhan yang normal

pada ibu nifas 16 jam karna produksi ASI akan meningkat pada hari ke-

3 setelah melahirkan.

Asuhan yang dilakukan pada Ny. R secara teori maupun praktek

tidak didapatkan kesenjangan, adapun keluhan – keluhan yang

diutarakan masih keluhan yang berkategori normal pada ibu nifas.

Hanya saja terdapat kesenjangan frekuensi pemeriksaan yaitu

hanya sampai KF 2 yang berdasarkan teori harusnya sampai KF 3,

dikarnakan waktu pengkaji melakukan pengkajian hanya sampai KF 2.

5.3.1.2. Data Objektif


159

Data objektif pada ibu nifas berupa pemeriksaan fisik yang

terpenting meliputi pengkajian BUBBLEHE (Breasts, Uterus, Bowel,

Bladder, Lochea, Episiotomy, Homan sign + Haemorid, Emotions).

(Anjarwati, 2015)

Data objektif yang peneliti kaji pada Ny. R berupa TTV,

pemeriksaan fisik ( Wajah, Mata, Payudara, TFU, Kandung Kemih,

Laserasi, Ekstremitas ) pada data objektif tidak ditemukan data yang

berpotensi menimbulkan masalah.

Pada hasil asuhan kebidan pada Ny. R hasil teori sejalan dengan

praktek yang dilakukan

5.3.2. Diagnose

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajin,

mengintrerpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan

diagnose dan masalah kebidanan yang tepat, kriteria dalam penegakan

diagnose dan masalah kebidanan yaitu ; diagnose sesuai dengan

nomenklatur kebidanan, masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi

klien, dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan baik secara

mandiri, kolaborasi, dan rujukan. (Mulyani, 2018)

Diagnose pada Ny. R pengkaji menetapkan dua diagnose yaitu

pada KF 1 dan KF 2 yaitu : P1A0 Post Partum 16 jam normal dan

P1A0 Post Partum 4 hari normal. Diagnose yang pengkaji tentukan

sesuai dengan data subjektif dan objektif yang peneliti temukan yaitu
160

Ny. R baru melahirkan pertama kali dan belum pernah keguguran, dan

tidak ada permasalahan selama masa nifasnya.

Asuhan kebidanan yang dilakukan pada masa nifas antara teori dan

praktek tidak didapatkan kesenjangan yang terjadi pada kasus Ny. R.

5.3.3. Penatalaksanaan

Pada setiap kunjunganmasa nifas tatalaksana yang harus dilakukan

yaitu : Memastikan penurunan tinggi fundus ibu berjalan normal :

uterus berkontraksi, fundus dibawah pusat, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau yang busuk, memastikan bahwa ibu nifas

tidak terjadi tanda – tanda infeksi seperti demam, lochea berbau atau

perdarahan abnormal, memastikan ibu nifas mendapatkan cukup

nutrisi, hidras, dan istirahat yang efisien dan cukup, memastikan ibu

menyusui dengan benar dan tidak memeperlihatkan tanda – tanda

pembengkakan payudara ataupun bayi yang kekurangan ASI,

Melakukan edukasi dan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayinya, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari

– hari. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2011)

Penatalaksanaan yang pengkaji lakukan pada masa nifas NY. R

yaitu meberikan intervensi sesuai kondisi yang diperlukan pada Ny. R

berupa melakukan edukasi tentang tanda bahaya masa nifas, perawatan

bayi baru lahir, cara menyusui, nutris dan hidrasi, Asi Ekslusif,

perwatan luka perineum, personal hygine.


161

Asuhan kebidanan pada ibu nifas antara teori da kasus Ny. R tidak

didapatkan kesenjangan.

5.4. Bayi Baru Lahir

5.4.1. Pengkajian

5.4.1.1. Data Subjektif

Neonatus merupakan periode dari bayi baru lahir sampai 28 hari,

Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir hingga periode neonatus

anatara lain ; KN 1 ( 6 – 48 jam), KN 2 ( 3 – 7 hari), KN 3 ( 8 – 28

hari).

Asuhan bayi baru lahir meliputi pengkajian data subjektif melalui

anamnesa untuk mengetahui dan mengevaluasi keadaan bayi diajukan

dengan mengajukan melalui beberapa pertanyaan tentang pasien

seperti : identitas orangtua, umur ibu saat melahirkan, agama,

pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, riwayat ante natal, riwayat

penyakit pada orangtua bayi. (SUPIYANI, 2015)

Pada hasil pengkajian data subjektif pada KN 1 tidak ada masalah

yang terjadi tetapi pada pemeriksaan KN 2 di hari ke 4 pada penilaian

sepintas terlihat tubuh bayi berwarna kekuningan.

Pada hasil asuhan kebidanan di data subjektif pengkaji sudah

melakukan sesuai teori yang ada sehingga tidak terjadi kesenjangan

antara teori dan praktek.

5.4.1.2. Data Objektif


162

Dilakukan asuhan dengan mengkaji data objektif yang didapatkan

dari hasil pengkajian secara langsung pada bayi baru lahir seperti

pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik ( head to toe) . (SUPIYANI,

2015)

Ikterus merupakan gejala klinis berupa pewarnaan kuning pada

kulit dan mukosa karna adanya deposisi produk akhir katabolisme heme

yaitu bilirubin. Ikterus pada bayi akan Nampak kuning pada pewarnaan

tubuhnya jika kadar bilirubin > 5mg/dl. Ikterus lebih menggambarkab

gejala berupa pewarnaan kuning pada kulit, sedangkan hiperbilirubin

lebih mengacu pada hasil kadar bilirubin serum total.

Terdapat 2 jenis ikterus ada ikterus fisiologi dan patologis. Ikterus

fisiologi memiliki karakteristik berupa : terjadi pada hari kedua – ketiga,

kadar bilirubin indeks tidak lebih dari 12 mg/dl pada bayi aterm dan 10

mg/dl pada bayi preterm, kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak

lebih dari 5mg/dl perhari, gejala ikterus akan hilang pada sepuluh hari

pertama kehidupan. Sedangkan ikterus patologis memiliki kriteria :

ikterus terjadi dalam 24 jam pertama, kadar bilirubin melebihi 12 mg/dl

pada bayi aterm dan > 10 mg/dl pada bayi preterm, mengalami

peningkatan > 5 mg/dl per hari, ikterus menetap sesudah 2 minggu.

Hubungan kdar bilirubin dengan daerah ikterus menurut Kramer

1. Derajat I : kepala dan leher kadar bilirubin 4 – 8 mg/dl

2. Derajat II : dada sampai pusat kadar bilirubin 5 – 12 mg/dl

3. Derajat III : pusat bawah hingga lutut 8 – 16 mg/dl


163

4. Derajat IV : lutut hingga pergelangan kaki dan bahu hingga

pergelangan tangan kadar bilirubin 9 – 18 mg/dl pada bayi

preterm dan 11 – 18mg/dl pada bayi aterm

5. Derajat V : kaki dan tangan hingga telapak kaki dan tangan

pada bayi premature > 10 mg/dl dan aterm > 15 mg/dl. (Dewi,

2010)

Hasil pengkajian data objektif pada bayi Ny. R pengkaji

melakukan pemeriksaan fisik head to toe dan refleks bayi pada

pemeriksaan KN 1 tetapi pada pemeriksaan KN 2 pengkaji melakukan

pemeriksaan head to toe tapi tidak melakukan pemeriksaan refleks dari

hasil pemeriksaan data objektif didapatkan warna kekuningan pada

wajah, leher, dada , badan bagian bawah hingga lutut, yang peneliti

simpulkan sebagai ikterus atau jaundice fisiologi pada bayi usia 4 hari,

tetapi akan menjadi patologis bila kadar bilirubin > 12 mg/dl maka

pengkaji menyarankan ibu untuk memeriksakan bayinya ke PKM untuk

penanganan lebih lanjut.

Pada pemeriksaan data objektif terdapat kesenjangan antara teori

dan kenyataan dimana bayi mengalami ikterus yang dapat menyebabkan

terjadinya modibilatas pada bayi hingga peneliti menyarankan ibu untuk

mengunjungi Puskesmas agar bayi mendapatkan penangan lebih lanjut

yang terjadi antara teori dan kasus pada bayi Ny. R.

5.4.2. Diagnose
164

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajin,

mengintrerpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan

diagnose dan masalah kebidanan yang tepat, kriteria dalam penegakan

diagnose dan masalah kebidanan yaitu ; diagnose sesuai dengan

nomenklatur kebidanan, masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi

klien, dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan baik secara mandiri,

kolaborasi, dan rujukan. (Mulyani, 2018)

Diagnose pada bayi Ny. R dilakukan pada setiap pemeriksaan

baik KN 1 ataupun Kn 2 yaitu : Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa

Kehamilan Usia 16 jam dan Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa

Kehamilan Usia 4 hari dengan Ikterus Kramer III, diagnose yang

pengkaji tentukan merujuk pada hasil data subjektif dan Objektif yang

peneliti dapatkan walaupun By. Ny. R terlahir dari Ibu yang KEK tapi

bayi Ny. R dapat terlahir dengan berat badan normal.

Dalam diagnose kasus Ny. R terdapat kesenjangan yaitu bayi

yang lahir dari ibu KEK ternyata dalam kasus Ny. R bayi terlahir dengan

Berat Badan Normal tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bayi

yang lahir pada ibu KEK dapat terlahir dengan Berat Badan rendah.

5.4.3. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Ikterus fisiologis : lakukan perawatan seperti

BBl normal lainnya, Lakukan perawatan bayi sehari – hari seperti :


165

memandikan, perawatan tali pusat, membersihkan jalan nafas, menjemur

bayi dibawah sinar matahar pagi selama 30 menit. Dan ajarkan pada ibu,

Jelaskan pentingnya : memberikan ASI, menjemur bayi dibawah sinar

matahari pagi selama 15 menit punggung 15 menit telentang Bila ikterus

parah sampai feses berwarna putih keabu- abuan rujuk segera.

(SUPIYANI, 2015)

Penatalaksanaan yang pengkaji lakukan terhadap bayi Ny. R yaitu

melakukan konseling tentang perawatan bayi baru lahir normal, Asi

eklusif, Menjemur bayi, nutrisi untuk bayi dan menyarankan ibu untuk

memeriksakann bayinya ke Puskesmas karna ikterus yang terjadi telah

melebihi derajat II yaitu masuk ke derajat III yang bisa saja ikterus pada

bayinya adalah ikterus yang mengarah ke patologi.

Antara teori dan kenyataan pengkaji sudah semaksimal mungkin

mengarahkan ibu sesuai dengan teori yang ada akan tetapi banyak

kekurangan dari pengkaji yang mungkin bisa saja kurang dalam

penanganan pada Ny. R dan Bayinya.

5.5. Keluarga Berencana

Pada Asuhan Keluarga Berencana dilakukan edukasi dan

perencanaan Keluarga berencana pada saat KF 3 ( 29 hari – 42 hari ). (Ai

Yeyeh Rukiyah, 2011)

Pengkaji melakukan Asuhan edukasi Keluarga berencana di KF 2 (

4 – 28 hari) menjelaskan tentang macam – macam KB, keuntungan serta


166

kekerungan masing – masing KB dan memberitahukan ibu untuk

melakukan penyesuaian pendapat dengan suami akan melakukan KB apa.

Berdasarkan teori dan praktek terdapat kesenjangan pada edukasi

KB di KF ke 2 yang menurut teori harusnya dilaksanakan pada KF 3

dikarnakan waktu untuk KF 3 belum sampai pada akhir masa penelitian.

BAB VI
167

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Pada data Objektif yang ditemukan masalah status gizi pada ibu

selama masa kehamilan masalah tersebut antara lain kurangnya LILA pada

ibu yaitu < 23,5 cm dan IMT yang kurang dari normal atau dalam katagori

underweight yaitu < 19,8. selain permasalahan diatas timbul juga

ketidaknyamanan pada ibu selama proses kehamilan, persalinan dan masa

nifas yang dalam kategori fisiologis dan juga mengarah pada kasus

patologis. Ketidaknyamanan itu antara lain sering BAK pada malam hari,

adanya His palsu selama kurang lebih 3 minggu lamanya dimana keluhan

– keluahan tersebut masih bersifat fisiologi adapun keluhan yaitu ibu

mengatakan keluar air – air dari jalan lahir sedikit demi sedikit yang

akhirnya dokter mendiagnoasa pasien dengan oligohidramnion dan

memberikan surat rujukan pada Ny. R.

Pada kasus tersebut ada beberapa diagnose yang muncul diluar

perumusan diagnose dalam tinjauan teori, yaitu Oligohidramnion

walaupun oligohidrmnion pada Ny. R bersifat fisiologis, dalam kehamilan

dan pertolongan di BPM karna ibu ditolak oleh 2 Rumah Sakit, dan

akhirnya ditolong oleh bidan BPM yang seharusnya bukan

kewenangannya, masa nifas peneliti mengkaji KF 1 dan KF 2 tidak ada

kesenjangan dan masalah yang terjadi saat masa nifas begitu pula dengan

asuhan pada bayi KN 1 dan KN 2 tidak terdapat masalah hanya saja bayi

154
168

mengalami ikterus fisiologi pada hari ke 4 dan pengkaji sudah melakukan

penatalaksanaan pada bayi dengan ikterus fisiologi, pada Asuhan keluarga

berencana Ny. R dan Tn. R belum memutuskan cara apa yang akan

mereka gunakan.

Pelaksanaan intervensi pada pasien Ny. R selama 28 hari

didapatkan kenaikan sebanyak 1,5 kg dan LILA 1 cm ini masih jauh dari

target peneliti yaitu 2 – 3 kg dan kenailakn LILA minimal 3 cm

dikarnakan ada beberapa kelalaian ibu dan penyakit penyerta yang di

derita ibu sehingga menganggu proses pemberian PMT Padat dan Cair.

Akan tetapi kenaikan 1,5 kg sudah dapat mengejar target kenaikan BB

sesuai dengan kategori IMT kurang yaitu kenaikan disarankan 12 – 18 kg

dan pada Ny. R terjadi kenaikan 14,5 kg dari sebelum hamil dengan BB

awal 39 kg dan BB saat ini 53,5 kg.

Pemberian asuhan teritegrasi pada Ny. R walaupun terjadi ketidak

disiplinan akan tetapi bayi Ny. R lahir dengan Berat badan cukup 3000

gram dengan lila Ny. R yang 23 cm dengan diagnose masalah KEK tidak

sesuai teori yang menyatakan bayi yang lahir dari ibu yang KEK akan

terlahir BBLR tetapi teori tersebut tidak berlaku untuk mini riset peneliti

yang peneliti lakukan pada Ny. R.

6.2. SARAN

a. Bagi Klien

Penulis berharap klien lebih memahami tentang proses

kehamilan, persalinan, maupun nifasnya adalah proses yang


169

fisiologi dan bisa berbah menjadi patologis. Hal ini terjadi terjadi

dalam kehamilan klien diharapkan klien dapat memahami dan

mengantisipasi apa yang harus dilakukan jika terjadi kejadian

patologis lainya baik untuk klien dikehamilan selanjutnya atapun

untuk keluarga dan oranglain di sekitar pasien jika terjadi kejadian

serupa.

b. Bagi Keluarga

Penulis berharap keluarga mendukung semua asuhan yang

diberikan oleh tenaga kesehatan dan mengaplikasikan sesuai

anjuran tenaga kesehatan dengan melihat beberapa opini tenaga

kesehatan tidak semerta merta menelan bulat hasil pemeriksaann

dari satu tenaga kesehatan saja, karna dukungan dan partisipasi

keluarga berperan penting bagi kelangsungan dan keberhasilan

asuhan yang telah diberikan.

c. Bagi Tenaga Kesehatan

Peneliti mengharapkan tenaga kesehatan menerapkan setiap

asuhan sesuai dengan kewenangan tidak melewati batas

kewenangan profesi dengan adanya kesenjangan yang terjadi

diharapkan setiap tenaga kesehatan selalu mawas diri dan bertindak

sesuai kewenangannya agar tidak terjadi kejadian yang mengancam

tenaga kesehatan maupun klien.


170

AI YEYEH RUKIYAH, L. Y. M. L. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas), Yogyakarta, Trans Info
Media.
AINIYAH, A. 2018. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. N Kehamilan Normal Di
PMB Dyah Ayu Jombang. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendikia Medika.
ALMATSER, S. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan Jakarta: PT Gramedia
Pustaka.
ANJARWATI. 2015. Asuhan Masa Nifas. STIKES Aisyiyah Yogyakarta.
DEWI, V. N. L. 2010. Asuhan neonatus Bayi dan Anak Balita, Yogyakarta, Salemba
Medika.
DR. ARISMAN, M. 2013. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Jakarta, EGC.
DR. IDA AYU CHANDRANITA MANUABA, D. I. B. G. M. 2010 Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2, Jakarta, EGC.
DR. MARINA DAMAJANTI, M. 2015. Pedoman Penanggulangan KURANG ENERGI KRONIK
(KEK) PADA IBU HAMIL, Jakarta, Direktorat Bina Gizi Ditjen Bina Gizi dan KIA
kementrian Kesehatan.
DWIJAYANTI, M. 2017. Gambaran Kejadian Kekurangan Energi Kronik Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Bogor Utara Tahun 2016. Politeknik Kementrian Kesehatan Bandung
HIDAYATI, F. 2012. Hubungan antara pola konsumsi, Penyakit Infeksi dan Pantangan
Makanan Terhadap Resiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada ibu Hamil di
Puskesmas Ciputat Kota Tanggerang selatan Tahun 2011.
HROLFSDOTTIR L, R. D., BECH BH, HENRIKSEN TB, DANIELSEN I, STEINGRIMSDOTTIR L,
OLSEN SF, HALLDORSSON 2013. Maternal milk consumption, birth size, and
adult height of offspring : a prospective cohort study with 20 years of follow-up.
European Journal of Clinical Nutrition, 67: 1036-1041.
IKA MARDIATUL ULFA, S., KAMALIA NADYA 2018. Gambaran PMT Pada Ibu Hamil
Kekurangan Energi Kronik (KEK) Oleh Petugas Kesehatan Di Puskesmas
Pekauman Banjarmasin.
KEMENKES 2017. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (balita, ibu hamil, anak
sekolah), Jakarta, Kementrian Kesehatan RI.
LUMENTUT, A. 2016. Fisiologis dan Patologis Cairan Amnion.
MULYANI, S. S. 2018. Asuhan Kebidanan pada Ny. I Usia 39 Tahun Dengan
Oligohiramnion. Politeknik Kesehatan Bandung
NIDYA IKHA PUTRI, N. I., RAUZA SUKMA RITA, ARIF SABTA AJI 2019. Hubungan Kadar
Vitamin D pada Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir di Kabupaten Tanah Datar dan
Kabupaten Solok. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, Volume 19, Nomor
1, 61-64.
NOYA, D. A. B. L. 2018. Penyebab dan obat diare untuk ibu hamil. [Accessed 16 Maret
2018 2018].
NUGRAHENY, A. S. E. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta: Salemba
Medika.
171

SUPIYANI. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny.A Segera
Setelah Lahir Di BPS Irmayani Bandar Lampung. AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG.
UTOMO, B. 2013. Peningkatan Kesehatan Ibu Hamil, Persalinan dan Perinatal,
Yogyakarta, Lintas Media.
VIVI SILAWATI, N. 2018. Pemberian Makanan Tambahan dan Susu Terhadap
Penambahan Berat Badan Pada Ibu Hamil KE (Kekurangan Energi Kronis) di
Tangerang Tahun 2018. volume 1, No-2 tahun 2019, 79-85.
WALYANI, D. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Yogyakarta, Pustaka Baru Press.
WULANDARI, Y. F. 2019. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. A G1P0A0 Gravida
36 - 37 minggu di PMB Bidan Ita Afrianti Jombang. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika.
YVONNE A MALDONADO, M., FAAP, JATINDER BHATIAN, MARY P.GLOODE 2014.
Consumption of Raw milk or Unpasteurized Milk and Milk Product by Pregnant
Women and Children. American Academy of Pediatric 133.

Daftar Pustaka

AI YEYEH RUKIYAH, L. Y. M. L. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas), Yogyakarta, Trans Info
Media.
AINIYAH, A. 2018. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. N Kehamilan Normal Di
PMB Dyah Ayu Jombang. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendikia Medika.
AISYAH RAHMAWATI, P. I. A., SALSABILA A.PUTRI 2015. Nutrisi Ibu Hamil Dan
Pertumbuhan Janin.
ALMATSER, S. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan Jakarta: PT Gramedia
Pustaka.
ARITONANG, E. 2013. Kebutuhan Gizi ibu Hamil, Bogor, IPB Press.
BOBAK, I. M., LOWDERMILK,D.L., JENSEN,M.D. 2015. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
DEWI, V. N. L. 2010. Asuhan neonatus Bayi dan Anak Balita, Yogyakarta, Salemba
Medika.
172

DR. ARISMAN, M. 2013. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Jakarta, EGC.


DWIJAYANTI, M. 2017. Gambaran Kejadian Kekurangan Energi Kronik Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Bogor Utara Tahun 2016. Politeknik Kementrian Kesehatan Bandung
HIDAYAT, A. A. 2011. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data Jakarta:
Salemba Medika.
HROLFSDOTTIR L, R. D., BECH BH, HENRIKSEN TB, DANIELSEN I, STEINGRIMSDOTTIR L,
OLSEN SF, HALLDORSSON 2013. Maternal milk consumption, birth size, and
adult height of offspring : a prospective cohort study with 20 years of follow-up.
European Journal of Clinical Nutrition, 67: 1036-1041.
IKA MARDIATUL ULFA, S., KAMALIA NADYA 2018. Gambaran PMT Pada Ibu Hamil
Kekurangan Energi Kronik (KEK) Oleh Petugas Kesehatan Di Puskesmas
Pekauman Banjarmasin.
KEMENKES 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.
KEMENKES 2014. Pedoman Gizi Seimbang Peraturan No. 41.
KEMENKES 2017. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (balita, ibu hamil, anak
sekolah), Jakarta, Kementrian Kesehatan RI.
NIDYA IKHA PUTRI, N. I., RAUZA SUKMA RITA, ARIF SABTA AJI 2019. Hubungan Kadar
Vitamin D pada Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir di Kabupaten Tanah Datar dan
Kabupaten Solok. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, Volume 19, Nomor
1, 61-64.
NOOR HIDAYAH, N. K., NOOR AZIZAH 2015. Kecemasan, Status Gizi Ibu Terhadap
Taksiran Berat Janin Pada Ibu Hamil Trimester III. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Kudus, JIKK VOL. 6 NO. 1, 97-106.
NOTOATMODJO, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.
158
NUGRAHENY, A. S. E. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta: Salemba
Medika.
PAATH, E. F. 2015. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: ECG.
PADILA 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas : Sesuai Dengan Standar Kompetensi
(PLO) dan Kompetensi Dasar (CLO). Yogyakarta: Nuha Medika.
PERMENKES 2014. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.97. kesehatan
Reproduksi.
PRATIWI, Y. 2018. Bumil, Ketahui Rata-rata Kenaikan Berat Badan Ideal saat Hamil
[Online]. Jakarta: Tempo. Available:
https://cantik.tempo.co/read/1111989/bumil-ketahui-rata-rata-kenaikan-berat-
157
badanideal-saat-hamil/full&view=ok [Accessed 2018].
RISKESDAS 2018. Riset Kesehatan Dasar Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik In
donesia.
SULISTYONINGSIH, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak, Yogyakarta, Graha Ilmu.
SUPRIASA 2013. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
UTOMO, B. 2013. Peningkatan Kesehatan Ibu Hamil, Persalinan dan Perinatal,
Yogyakarta, Lintas Media.
VIVI SILAWATI, N. 2018. Pemberian Makanan Tambahan dan Susu Terhadap
Penambahan Berat Badan Pada Ibu Hamil KE (Kekurangan Energi Kronis) di
Tangerang Tahun 2018. volume 1, No-2 tahun 2019, 79-85.
WAHYUNI, A. D. 2017a. Hubungan Antara Konsumsi Susu Ibu saat Hamil dengan Ukuran
Lahir Anak.
173

WAHYUNI, L. 2017b. Gambaran Status Gizi Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017. POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI.
WULANDARI, Y. F. 2019. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. A G1P0A0 Gravida
36 - 37 minggu di PMB Bidan Ita Afrianti Jombang. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika.
YVONNE A MALDONADO, M., FAAP, JATINDER BHATIAN, MARY P.GLOODE 2014.
Consumption of Raw milk or Unpasteurized Milk and Milk Product by Pregnant
Women and Children. American Academy of Pediatric 133.
ZH, I. S. K. M. 2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas, Yogyakarta, Nuha Medika.

AI YEYEH RUKIYAH, L. Y. M. L. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas), Yogyakarta, Trans Info
Media.
AINIYAH, A. 2018. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. N Kehamilan Normal Di
PMB Dyah Ayu Jombang. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendikia Medika.
ALMATSER, S. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan Jakarta: PT Gramedia
Pustaka.
ANJARWATI. 2015. Asuhan Masa Nifas. STIKES Aisyiyah Yogyakarta.
DR. ARISMAN, M. 2013. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Jakarta, EGC.
DR. IDA AYU CHANDRANITA MANUABA, D. I. B. G. M. 2010 Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2, Jakarta, EGC.
DR. MARINA DAMAJANTI, M. 2015. Pedoman Penanggulangan KURANG ENERGI KRONIK
(KEK) PADA IBU HAMIL, Jakarta, Direktorat Bina Gizi Ditjen Bina Gizi dan KIA
kementrian Kesehatan.
DWIJAYANTI, M. 2017. Gambaran Kejadian Kekurangan Energi Kronik Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Bogor Utara Tahun 2016. Politeknik Kementrian Kesehatan Bandung
HIDAYATI, F. 2012. Hubungan antara pola konsumsi, Penyakit Infeksi dan Pantangan 159
Makanan Terhadap Resiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada ibu Hamil di
Puskesmas Ciputat Kota Tanggerang selatan Tahun 2011.
HROLFSDOTTIR L, R. D., BECH BH, HENRIKSEN TB, DANIELSEN I, STEINGRIMSDOTTIR L,
OLSEN SF, HALLDORSSON 2013. Maternal milk consumption, birth size, and
adult height of offspring : a prospective cohort study with 20 years of follow-up.
European Journal of Clinical Nutrition, 67: 1036-1041.
IKA MARDIATUL ULFA, S., KAMALIA NADYA 2018. Gambaran PMT Pada Ibu Hamil
Kekurangan Energi Kronik (KEK) Oleh Petugas Kesehatan Di Puskesmas
Pekauman Banjarmasin.
KEMENKES 2017. Petunjuk teknis pemberian makanan tambahan (balita, ibu hamil, anak
sekolah), Jakarta, Kementrian Kesehatan RI.
MULYANI, S. S. 2018. Asuhan Kebidanan pada Ny. I Usia 39 Tahun Dengan
Oligohiramnion. Politeknik Kesehatan Bandung
NIDYA IKHA PUTRI, N. I., RAUZA SUKMA RITA, ARIF SABTA AJI 2019. Hubungan Kadar
Vitamin D pada Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir di Kabupaten Tanah Datar dan
Kabupaten Solok. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, Volume 19, Nomor
1, 61-64.
NOYA, D. A. B. L. 2018. Penyebab dan obat diare untuk ibu hamil. [Accessed 16 Maret
2018 2018].
NUGRAHENY, A. S. E. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta: Salemba
Medika.
174

SUPIYANI. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny.A Segera
Setelah Lahir Di BPS Irmayani Bandar Lampung. AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG.
UTOMO, B. 2013. Peningkatan Kesehatan Ibu Hamil, Persalinan dan Perinatal,
Yogyakarta, Lintas Media.
VIVI SILAWATI, N. 2018. Pemberian Makanan Tambahan dan Susu Terhadap
Penambahan Berat Badan Pada Ibu Hamil KE (Kekurangan Energi Kronis) di
Tangerang Tahun 2018. volume 1, No-2 tahun 2019, 79-85.
WALYANI, D. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Yogyakarta, Pustaka Baru Press.
WULANDARI, Y. F. 2019. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. A G1P0A0 Gravida
36 - 37 minggu di PMB Bidan Ita Afrianti Jombang. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika.
YVONNE A MALDONADO, M., FAAP, JATINDER BHATIAN, MARY P.GLOODE 2014.
Consumption of Raw milk or Unpasteurized Milk and Milk Product by Pregnant
Women and Children. American Academy of Pediatric 133.

Anda mungkin juga menyukai