Anda di halaman 1dari 22

Analisis Teknik Preprocessing dan Transformasi

dalam Deteksi Retinoblastoma Menggunakan Image


Processing
Eka Legya Frannita1, Indah Soesanti2, Hanung Adi Nugroho 3
Department of Electrical Engineering and Information Technology
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, Indonesia
1
eka.legya.f@mail.ugm.ac.id, 2indahsoesanti@ugm.ac.id, 3 adinugroho@ugm.ac.id

Abstract – This paper discusses about several methods that Retinoblastoma dapat dibagi dalam 2 jenis yakni intraocular
can be used to detect internal medicine Retinoblastoma eye dan ekstraokular. Jika retinoblastoma berada dalam batas
cancer. Discussions focused on the preprocessing stage and
transformation. A discussion of some of these methods will help retina dan tidak memiliki kemungkinan untuk menyebar
to detect in retinoblastoma. Although an effective way to detect keluar dari mata ke arah jaringan lunak sekitar mata atau
retinoblastoma is found but this case is growing given the risk of bagian tubuh yang lain maka tipe ini disebut dengan
contracting this disease in the children is big enough. This time retinoblastoma intraocular. Retinoblastoma intraocular
image processing techniques will greatly assist the biomedical memiliki angka bebas penyakit selama 5 tahun : > 90%.
field if implemented to detect this disease. In image processing
method three are many stage that can be used to detecting disease Sedangkan jika retinoblastoma menyebar keluar dari mata
example on Retinoblastoma (Rb). This paper will be discusses menuju organ lain seperti saraf pusat, sumsum tulang, atau
about that especially on preprocessing stage and transformation kelenjar getah bening maka tipe ini disebut dengan
stage. Hybrid stage on preprocessing or transformation also can retinoblastoma esktraokular. Angka bebas penyakit selama 5
used to get an optimal result. tahun : <10%. Berdasarkan informasi tersebut maka dapat
Keywords: Image Processing, Retina, eye cancer, diketahui bahwa penyebaran penyakit retinoblastoma sangat
Retinoblastoma. berbahaya.
Penyakit retinoblastoma lebih mudah dideteksi ketika masih
berada dalam fase intraocular. Untuk mendiagnosis
I. PENDAHULUAN
keberadaan retinoblastoma pada mata dapat dilakukan dengan
Retinoblastoma merpakan kanker mata yang sering muncul cara. Pada tipe intraokuler, retinoblastoma dapat terjadi pada
pada anak-anak. Biasanya menyerang anak usia dibawah 2 optic disk. Tumor pada fase ini disebut dengan tumor soliter
tahun. Retinoblastoma sangat berbahaya dan berakibat fatal. (ketika ukuran tumor lebih kecil dari 4 diameter disk) dan
Karena dalam satu hingga dua tahun setelah didiagnosis tumor multiple (ketika ukuran tumor ebih dari 4 diameter
kanker akan menyebar ke otak atau bisa menyabar secara disk). Retinoblastoma juga dapat didektesi melalui bagian lain
hematogen [1]. Tingkat rata-rata anak-anak terjangkit seperti terbatas pada retina ketika tumor berukuran kurang dari
retinoblastoma di Amerika Serikat dan Eropa pada usia 2-5 3 mm , tumor berada di lebih dari sama dengan 3 mm dari
tahun sekitar 106 anak (1 dari 14.000-18.000 kelahiran hidup). fovea, dan tumor berukuran lebih dari 1,5 mm dari optic disc.
Sedangkan di Afrika dan Asia pada usia 6-9 tahun sekitar 106 Tumor yang berada dalam lokasi-lokasi tersebut dapat
anak[2]. Di Indonesia penyakit retinoblastoma juga cukup diidentifikasi menggunakan image processing untuk
mengkhawatirkan. Berdasarkan hasil penelitian di Rumah dilakukan perhitungan guna mendapatkan hasil apakah mata
Sakit Adam Malik Medan sejak awal Januari 2005 hingga 31 terserang retinoblastoma atau tidak[4].
Desember 2009 terdapat 61 pasien penderita retinoblastoma. Paper ini disusun dengan rincian sebagai berikut: bagian II
Rata-rata usia penderita sekitar 3,2 tahun. Keluhan utama yang berisi metode deteksi yang dilakukan di laboratorium.
ditemukan adalah mata menonjol [3]. Kemudian bagian III menjelaskan tentang bagaimana deteksi
Retinoblasma dapat terjadi secara herediter (40%) atau non- retinoblastoma menggunakan image processing. Selanjutnya
herediter (60%). Dikatakan herediter apabila penderita bagian IV menjelaskan tentang tahap-tahap image processing
mengalami retinoblastoma karena terdapat riwayat penyakit dan metode yang telah diterapkan oleh peneitian sebelumnya.
retinoblastoma dalam keluarga (sebanyak 10%), atau tidak Bagian akhir merupakan kesimpulan.
terdapat dalam riwayat keluarga namun dalam penderita sudah
membawa mutasi gen yang diturunkan pada saat konsepsi II. DETEKSI RETINOBLASTOMA:
(30%). Retinoblastoma herediter leih bannyak menyerang METODE MEDIS
anak-anak usia dini. Sedangkan non-herediter merupakan
kondisi dimana penderita mengalami retinoblastoma bukan Retinoblastoma dapat dideteksi dari dini pada anak dengan
karena faktor bawaan dari keluarga melainkan arena terdapat pemeriksaan refleksi warna merah pada mata. Pemeriksaan
kelainan pada maka akibat dari transformasi keganasan sel penting dilakuakn setelah bayi lahir. Pemeriksaan rutin juga
primitive retina sebelum mengalami proses diferensiasi [4]. diperlukan untuk mengecek apakah dalam mata pasien
teridentifikasi retinoblastoma aau tidak. Teknik pemeriksaan Pada gambar tersebut terlihat bahwa pada mata sebelah kiri
oleh dokter dapat dilakukan dengan menggunakan menunjukkan refleks merah terlihat menurun dan refleks
oftalmoskop dengan cahaya halogen yang baik yang diatur kornea tidak sentral.
pada anga nol dan difokuskan pada wajah anak. Kemudian
posisi anak diarahkan untuk melihat sumbe cahaya. Jika hasil III. DETEKSI RETINOBLASTOMA: METODE IMAGE
refleksi tidak jelas apakah refleksi tersebut normal atau tidak. PROCESSING
maka dapat dibantu dengan menggunakan tropicamid 1 %
Pengolahan citra adalah pemrosesan citra, khususnya
dengan cara diteteskan pada pupil [6].
dengan menggunakan komputer, menjadi citra yang
Pemeriksaan mata orang tua akan membantu menentukan
kualitasnya lebih baik. Pengolahan Citra bertujuan
refleksi ada atau tidaknya warna merah pada mata anak. memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh
Karena keberadaan retinoblastoma pada anak juga dapat manusia atau mesin (dalam hal ini komputer). Teknik-teknik
terjadi karena keturunan. Berikut adalah hasil refleksi pada pengolahan citra mentransformasikan citra menjadi citra lain.
mata normal. Jadi, masukannya adalah citra dan keluarannya juga citra,
namun citra keluaran mempunyai kualitas lebih baik daripada
citra masukan.
Langkah-langkah image processing pada dasarnya
meliputi preprocessing, thresholding, transformasi, dan
analisis hasil. Langkah-langkah tersebut juga dapat
diimplementasikan dalam mendeteksi keberadaan
retinoblastoma pada fundus retina. Secara umum langkah
Gambar 1. Hasil refleksi mata normal yang dilakukan hampir sama. Berikut adalah langkah yang
biasanya dilakukan untuk mendeteksi retinoblastoma
Warna dan kecerahan hasil repleksi mata berwarna dan menggunakan teknik image processing.
terdapat refleksi warna putih kecil pada kornea. Hal ini
merupakan ciri identik pada tiap mata. Berikut ini adalah hasil
refleksi pada mata abnormal:

Gambar 2. Hasil refleksi pada mata abnormal

Hasil refleksi pada sebelah kanan menunjukan warna bukan


merah dan tidak cerah menunjukkan adanya kelainan mata.
Kelainan tersebut berupa kanker yang biasa disebut dengan
retinoblastoma.

Gambar 3. Hasil jika tidak ada refleksi warna merah

Keberadaan retinoblastoma juga dapat ditunjukan pada hasil


refleksi sebelah kanan. Pada mata sebelah kanan tidak terdapat
refleks merah. Hal ini menunjukkan terdapat kelainan pada
mata.

Gambar 5. Diagram blok image processing untuk deteksi


Retinoblastoma.

Secara umum proses image processing dalam deteksi


retinoblastoma diawali dengan pengumpulan data berupa
fundus retina. Biasanya fundus retina yang digunakan adalah
Gambar 4. Hasil refleksi kombinasi pada mata dan kornea fundus retina pada anak-anak. Setelah data dikumpulkan
kemudian tahap selanjutnya adalah tahap preprocessing. dengan mengambil rata-rata dari nilai r, g dan b sehingga
Tahap preprocessing biasana terdiri dari dua tahap umum dapat dituliskan menjadi s = [9].
yakni tahap mengubah gambar RBG menjadi citra greyscale.
Grayscale (garis keabuan) merupakan suatu istilah untuk
Kemudian setelah citra di ubah ke dalam bentuk greyscale,
menyebutkan satu citra yang memiliki warna putih, abu-abu
dilakukan proses pemfilteran. Tahap filtering dapat terdiri dari
dan hitam.Format citra ini disebut skala keabuan karena pada
bermacam-macam filtering. Proses filtering dapat dilakukan
umumnya warna yang dipakai adalah antara hitam sebagai
berkali-kali untuk mendapatkan hasil filtering yang baik.
warna minimal dan warna putih sebagai warna maksimalnya,
Tahap selanjutnya adalah thresholding. Thresholding
sehingga warna antaranya adalah abu-abu.
merupakan teknik untuk mengubah citra keabu-abuan menjadi
Citra skala keabuan memberi kemungkinan warna yang
citra hitam putih atau citra binary. Teknik ini berfungsi untuk
lebih banyak daripada citra biner, karena ada nilai-nilai lain
menghilangkan noise pada citra hasil filtering. Tahap ini
diantara nilai minimum (biasanya=0) dan nilai maksimumnya.
fleksibel untuk dilakukan. Tergantung pada proses bagaimana
Pada citra digital banyaknya kemungkinan nilai dan nilai
proses filtering yang dilakukan. Jika proses filtering sudah
maksimumnya bergantung pada jumlah bit yang digunakan.
baik maka tidak diperlukan proses thresholding.
Misalnya pada citraskala keabuan 4 bit, maka jumlah
Tahap selanjutnya adalah tahap transformasi. Tahap ini
kemungkinan nilainya adalah 2 = 16 dan nilai maksimumnya
merupakan tahap yang bertujuan untuk melakuka kompresi
adalah 2 − 1 = 15. Sedangkan untuk skala keabuan 8 bit,
pada nilai-nilai piksel yang mengandung cahaya pada gambar
maka jumlah kemungkinan nilainya adalah 2 = 256, dan nilai
menjadi gambar dengan piksel gelap. Langkah terakhir adalah
diagnosis. Diagnosis ini tergantung pada tahap transformasi maksimumnya adalah 2 − 1 = 255. Sehingga makin besar
yang dilakukan oleh peneliti. Pasien didiagnosis menderita angka greyscale, citra yang terbentuk makin mendekati
penyakit Retinoblastoma ketika pada fundus retina terdapat kenyataan [9].
bitnik berwarna putih atau kuning seperti pada ilustras berikut
[7]: B. Tahap Filtering
Mengenai filtering dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
H filter linear dan nonlinear. Order-statistic filters milik filter
E nonlinear yang respon berdasarkan nilai lingkungan. Dalam
A
L jenis filter, filtering dilakukan dengan memesan piksel area
T
H gambar diterapkan filter byte, dan kemudian mengganti nilai
Y piksel pusat area dengan nilai yang ditentukan oleh hasil
A ranking. Filtering yang biasanya digunakan yakni Median
B
N filter, dan Gaussian filter.
O
R
M 1. Median Filter
A
L Median filter memiliki kemampuan yang kuat untuk
menghilangkan noise, juga disebut dengan salt and pepper
Gambar 6. Diagnosis Retinoblastoma
noise yang muncul sebagai titik putih dan hitam pada gambar,
nilai piksel yang diinginkan dan sekitarnya diperintahkan
IV. TAHAP PREPROCESSING PADA TEKNIK IMAGE untuk menentukan nilai median dari piksel mereka. Nilai
PROCESSING UNTUK DETEKSI RETINOBLASTOMA media digunakan untuk menggantikan nilai piksel yang
Tahap preprocessing pada dasarnya merupakan tahap diinginkan. Penelitian yang dilakukan oleh Pablo Rivas-Perea
awalan dalam teknik image processing. Pada umumnya tahap tentang deteksi retinoblastoma menggunakan wavelet
ini berisi tahap bagaimana mengubah image yang dinputan transform juga menggunakan teknik median filtering. Median
(RGB image) menjadi citra greyscale. Tahap selanjutnya filter di sini secara luas digunakan dalam proses pengolahan
adalah tahap filtering yang berfungsi untuk menghilangkan gambar karena median filtering dapat mempertahankan tepi
noise pada gambar [8]. dan menghilangkan bintik noise dengan cukup baik. Hal ini
dapat diilustrasikan dengan sebuah M x N inputan berupa
A. Mengubah Citra RGB ke daam Citra Greyscale gambar I( , ) dimana ∈ {0,1, … , − 1} dan ∈
Proses awal yang banyak dilakukan dalam image {0,1, … , − 1} dapat disaring dengan mempertimbangkan p
processing adalah mengubah citra berwarna menjadi citra x q dimana 1 ≤ p << M dan 1 ≤ q << N. Setiap pixel disaring
gray-scale, hal ini digunakan untuk menyederhanakan model dan pixel asli diganti dengan hasil median filter.
citra. Pada awalnya citra terdiri dari 3 layer matrik yaitu R- Dalam penelitiannya, Pablo mengusulkan sebuah filter
layer, G-layer, dan B-layer.Sehingga untuk melakukan persegi yang ukurannya tergantung pada ukuran gambar yang
proses-proses selanjtnya tetap diperhatikan tiga layer di atas. dikuadratan. Diusulkan p x p filter yang dapat digunakan
Bila setiap proses perhitungan dilakukan dengan untuk memperoleh ukuran sebagai berikut [10]:
menggunakan tiga layer, berarti dilakukan tiga perhitungan
yang sama. Sehingga konsep itu diubah dengan mengubah 3 = max( , )
layer diatas menjadi 1 layer grayscale dan hasilnya adalah
citra grayscale.Dalam citra ini tidak ada lagi warna, yang ada Setelah melakukan estimasi pada ukuran filter selanjutnya
adalah derajat keabuan. Untuk mengubah citra berwarna yang diterapkan p x p median filter untuk tiga (yaitu, RGB) saluran
mempunyai nilai matrik masing-masing r, g dan b menjadi citra input asli. Kemudian, akan muncul hasil dalam
citra grayscale dengan nilai s, maka konversi dapat dilakukan pemerataan histogram. Berikut adalah contoh median filter.
mengkompres nilai-nilai piksel cahaya gambar menjadi
gambar dengan piksel gelap [5].

C. Wavelet Transform
Penelitian lain menggunakan teknik wavelet untuk
mengkompres nilai-nilai piksel cahaya menjadi piksel dengan
warna gelap seperti penelitian yang telah dilakukan oleh
Nishtha. Wavelet transform adalah transformasi yang paling
tepat untuk sinyal non stasioner. Haar transformasi wavelet
digunakan dalam penelitian tersebut. Berikut adaah langkah-
Gambar 7. Proses Media Filter langkah:
1. Membagi informasi yang menjadi informasi didekati dan
2. Gaussian Filter rinci
Penelitian lain menggunakan teknik Gaussian filter. 2. Terapkan low pass dan high pass filter pada kedua
Gaussian filter merupakan tahap lanjutan dari media filter. informasi
Pada tahap ini gambar akan diperhalus untuk mendapatkan 3. Didapatkan berbagai rincian gambar
piksel yang baik. Gaussian filtter memiliki nilai yang Kemudian hasil transformasi diimplementasikan ke dalam
merepresentasikan probabilitas kepadatan piksel dengan tahap thresholding untuk dibentuk histrogram. Histogram
menggunakan varian dengan fungsi berikut: tersebut akan memberikan analisis tentang diagnosis
retinoblastoma. Berikut contoh hasil wavelet transform [12] :

Untuk nilai-nilai tertentu dari varian, Gaussian filter dapat


diimplementasikan secara efesien dengan menggunakan
pendekatan berulang. Misal dalam satu dimenssi dilakukan
perhitungan sebanyak tigas iterasi untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Selain itu, Gaussian filter juga dapat
digunakan untuk memperhalus interpolasi antar piksel dengan
varian bernilain lebih dari sama dengan 1. Pada kasus tersebut
digunakan persamaan berikut [11]:

Gambar 8. Hasil Wavelet Transform


V. TAHAP TRANSFORMASI PADA TEKNIK IMAGE
PROCESSING UNTUK DETEKSI RETINOBLASTOMA
D. Discrete Cosine Transform dan Karhunen-Loeve
Terdapat beberapa contoh teknik transformasi .pada image Transform
processing untuk kasus retinoblastoma. Berikut adalah Penelitian yang dilakukan oleh Pablo Rivas-Perea
beberapa teknik transformasi yang telah digunakan oleh menggabungkan Discrete Cosine Transform dan Karhunen-
beberapa peneliti. Loeve Transform. DCT dan KLT merupakan transformasi
yang biasanya dilakukan secara hybrid. DCT bertujuan untuk
A. Fast Fourier Transform meringankan masalah varian pencahayaan di semua tiga
Metode ini telah diterapkan dalam penelitian Balasundari. saluran. Untuk gambar 1 ( , ) dengan ukuran M x N, dapat
Fast Fourier Transform merupakan algoritma yang digunakan ditentukan matriknya berupa ( , ) juga dengan ukuran
untuk menghitung transformasi diskrit dengan cepat dan M x N yang berisi semua komponen frekuensi spasial dari
efisien. Persamaan dasar fast fourier transform adalah sebagai gambar dengan ketentuan € {0, … − 1} dan €
berikut: {0, … − 1}. Matrik dapat dihitung dengan perhitungan
berikut:

B. Log Transform
Log transform biasanya diterapkan berdampingan dengan
fast fourier transform seperti pada penelitian Balasundari. Log
transform pada umumnya digunakan dalam penelitian bidang
biomedical dan psikologi. Persamaan yang digunakan adalah
s = log (r+1). Log transform ini digunakan untuk
Gambar 10. Metode hough transform

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil review terhadap beberapa metode dalam
Setelah mendapatkan persamaan kemudian DCT diinvers teknik image processing dapat disimpulkan bahwa setiap
sehingga membentuk persamaan berikut: tahap memiliki bermacam-macam cara yang dapat dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya setiap cara pada
setiap tahap dalam image processing dalam membantu dokter
dalam melakukan diagnosis terhadap retinoblastoma. Selain
itu hybrid method juga dapat diimplementasikan untuk
melakukan diagnosis terhadap retinoblastoma. Untuk
penelitian lebih lanjut teknik hybrid method dapat
diimplementasikan pada klasifikasi retinoblastoma.

ACKNOWLEDGMENT

Kemudian ukuran piksel gambar diubah kedalam ukuran Para penulis ingin berterima kasih kepada anggota tim
32 x 32. Kemudian hitung z-value untuk mendapatkan hasil peneliti biomedis di Teknik Elektro dan Informatika
mendekati normal (0, 1). Hal ini berarti setiap dataset akan Departemen Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk
mengikuti distribusi normal dengan nilai mean 0 dan standar membuat penelitian ini dicapai.
deviasi 1. Kemudian dilakukan teknik KLT. Prosedur analog
ini dilakukan dengan pengurangan dimensi menggunakan
Principal Component Analysis (PCA). Berikut adalah ilustrasi REFERENCES
DCT dan KLT [7]. [1] A. Rahman, “Deteksi Dini dan Penatalaksanaan
Retinoblastoma,” 2008.
R
[2] U. for I. cancer Control, “Retinoblastoma,” no. 3, pp.
E
S
1–10, 2014.
U
L
[3] N. Rosdiana, “Gambaran Klinis dan Laboratorium
T Retinoblastoma,” vol. 12, no. 5, pp. 319–322, 2011.
[4] V. D. Oktariana, “Situasi dan Analisis
Glaukoma.pdf,” Kementerian Kesehatan RI Pusat
Data dan Informasi. 2014.
Gambar 9. Hybrid method dari DCT dan KLT [5] U. S. Utara, “Retinoblastoma,” Igarss 2014, no. X,
pp. 1–5, 2014.
E. Hough Transform [6] E. S. Tehuteru, “Waspada Penyakit Kanker pada
Metode transformasi lain yang digunakan oleh penelitian Anak,” 2005.
sebelumnya adalah Hough Transform. Metode ini digunakan [7] P. Rivas-Perea, E. Baker, G. Hamerly, and B. F.
dalam penelitian Pablo Rivas-Perea. Dalam penelitian tersebut Shaw, “Detection of leukocoria using a soft fusion of
hough transform digunakan untuk mengenali kemungkinan expert classifiers under non-clinical settings,” BMC
terdapat lingkaran pada area tengah. Berikut adalah hasil Ophthalmol., vol. 14, no. 1, pp. 1–15, 2014.
transformasi citra menggunakan hough transform [10]. [8] Gonzales and Woods, Digital Image Processing.
California: Prentice Hall, 2008.
[9] A. Usman, “Pengolahan Citra Digital dan Teknik
Pemrogramannya,” 2005.
[10] P. Rivas-Perea, R. Henning, B. Shaw, and G.
Hamerly, “Finding the smallest circle containing the
iris in the denoised wavelet domain,” Proc. IEEE
Southwest Symp. Image Anal. Interpret., pp. 13–16,
2014.
[11] I. D. De Wolf and A. C. Beynen, “Gaussian Filters,”
vol. 1, no. d, 2010.
[12] N. Gupta, “Finding Retinoblastoma Cancer Using
Image Processing,” vol. 5, no. 10, pp. 784–786,
2015.
ECG
Elektrokardiogram (EKG) atau electrocardiogram dengan masalah jantung, untuk membantu menilai alat
(ECG) adalah tes medis untuk mendeteksi kelainan pacu jantung buatan atau untuk memonitor efek dari
jantung dengan mengukur aktivitas listrik yang obat tertentu pada jantung.
dihasilkan oleh jantung, sebagaimana jantung
berkontraksi. EKG dapat membantu mendiagnosis Tidak ada persiapan khusus untuk melakukan EKG,
berbagai kondisi kesehatan seperti aritmia jantung, jadi pasien tidak perlu berpuasa sebelum tes. Tapi
pembesaran jantung, peradangan jantung (perikarditis Anda harus memberitahukan dokter jika Anda tengah
atau miokarditis), dan penyakit jantung koroner. mengonsumsi suatu obat sebelum melakukan tes
Mesin yang mencatat EKG disebut dengan EKG, dan juga beritahukan dokter jika Anda memiliki
elektrokardiograf. Elektrokardiograf akan mencatat alergi terhadap pita perekat (adhesive tapes) yang
aktivitas listrik otot jantung dan menampilkan data ini mungkin digunakan untuk menempelkan elektroda
pada layar visual atau pada kertas print. Data ini dalam pemeriksaan EKG.
kemudian ditafsirkan oleh dokter yang ahli. Hasil
EKG yang normal dari jantung memiliki karakteristik Prosedur EKG
yang khas. Irama jantung yang tidak teratur atau Elektroda EKG akan ditempelkan pada dada,
kerusakan pada otot jantung dapat berdampak pada pergelangan tangan dan kaki, jadi sebaiknya Anda
aktivitas listrik jantung sehingga mengubah bentuk (terutama wanita) menggunakan pakaian dengan
EKG. Seorang dokter mungkin akan atasan dan bawahan yang terpisah. Ini untuk
merekomendasikan tes EKG pada pasien yang mempermudah pemasangan elektroda EKG. Jika
mungkin berisiko mengalami penyakit jantung karena lokasi penempelan elektroda EKG didapati banyak
adanya riwayat keluarga penyakit jantung, atau karena bulu, bisa saja dokter memerintahkan untuk
kebiasaan merokok, obesitas, diabetes, kolesterol mencukurnya terlebih dahulu. Sensor yang disebut
tinggi, atau tekanan darah tinggi. dengan elektroda akan dilekatkan pada dada,
pergelangan tangan dan kaki, baik dengan
Berbagai masalah jantung yang dapat didiagnosis menggunakan semacam cangkir hisap atau gel
dengan EKG, antara lain: lengket. Elektroda ini selanjutnya akan mendeteksi
 Pembesaran jantung arus listrik yang dihasilkan jantung yang diukur dan
 Cacat jantung bawaan yang melibatkan sistem dicatat oleh mesin elektrokardiograf.
kelistrikan jantung
 Aritmia (irama jantung abnormal - cepat, lambat Tiga jenis utama EKG, meliputi:
atau denyutnya tidak teratur)  EKG istirahat (resting ECG) - pasien berbaring.
 Kerusakan jantung seperti ketika salah satu arteri Selama tes pasien tidak diperbolehkan bergerak,
jantung tersumbat (oklusi koroner) karena impuls listrik lain dapat dihasilkan oleh
 Suplai darah yang buruk ke jantung otot-otot lain selain jantung yang dapat
 Posisi normal dari jantung mengganggu pemeriksaan jantung Anda. Jenis
 Peradangan jantung - perikarditis atau miokarditis EKG ini biasanya memakan waktu lima sampai
 Serangan jantung selama di ruang gawat darurat sepuluh menit.
atau pemantauan di ruang ICU (intensive care unit)  EKG ambulatory (ambulatory ECG) - EKG
ambulatory atau Holter dilakukan dengan
 Gangguan sistem konduksi jantung
menggunakan alat perekam portabel yang dipakai
 Ketidakseimbangan kimia darah (elektrolit) yang
setidaknya selama 24 jam. Pasien bebas untuk
mengontrol aktivitas jantung.
bergerak secara normal sementara monitor
Seseorang dengan penyakit jantung bisa jadi terpasang. Jenis EKG ini digunakan untuk pasien
menunjukkan hasil EKG yang normal jika kondisi yang gejalanya intermiten dan mungkin tidak
penyakit jantungnya itu tidak melibatkan gangguan muncul selama tes EKG istirahat. Orang yang
dalam aktivitas kelistrikan jantung. Untuk kondisi ini sembuh dari serangan jantung dapat dimonitor
disarankan untuk melakukan metode diagnostik lain. dengan cara ini untuk memastikan ketepatan fungsi
jantungnya.
Masalah medis yang perlu dipertimbangkan  Test stres jantung - tes ini digunakan untuk
dengan EKG merekam EKG pasien sementara pasien
Dokter mungkin akan merekomendasikan tes EKG menggunakan alat seperti sepeda atau berjalan
jika pasien mengalami gejala, seperti nyeri dada, sesak diatas treadmill. Jenis EKG ini membutuhkan
napas, pusing, pingsan, napas cepat atau detak jantung waktu sekitar 15-30 menit.
tidak teratur (palpitasi). EKG sering dilakukan untuk
memantau kesehatan pasien yang telah didiagnosis
ELEKTROENSEFALOGRAM
Dipublish oleh: Sunardi (Residensi Sp.KMB)

A. Deskripsi :

1. Ilustrasi

2. Pengertian
Electroencephalogram ( EEG) adalah suatu test untuk mendeteksi
kelainan aktivitas elektrik otak (Campellone, 2006). Sedangkan menurut dr.
Darmo Sugondo membedakan antara Electroencephalogram dan
Electroencephalografi. Electroencephalografi adalah prosedur pencatatan aktifitas
listrik otak dengan alat pencatatan yang peka sedangkan grafik yang
dihasilkannya disebut Electroencephalogram.
Jadi Aktivitas otak berupa gelombang listrik, yang dapat direkam melalui
kulit kepala disebut Elektro-Ensefalografi (EEG). Amplitudo dan frekuensi EEG
bervariasi, tergantung pada tempat perekaman dan aktivitas otak saat perekaman.
Saat subyek santai, mata tertutup, gambaran EEG nya menunjukkan aktivitas
sedang dengan gelombang sinkron 8-14 siklus/detik, disebut gelombang alfa.
Gelombang alfa dapat direkam dengan baik pada area visual di daerah oksipital.
Gelombang alfa yang sinkron dan teratur akan hilang, kalau subyek membuka
matanya yang tertutup. Gelombang yang terjadi adalah gelombang beta (> 14
siklus/detik). Gelombang beta direkam dengan baik di regio frontal, merupakan
tanda bahwa orang terjaga, waspada dan terjadi aktivitas mental. Meski
gelombang EEG berasal dari kortek, modulasinya dipengaruhi oleh formasio
retikularis di subkortek.
Formasio retikularis terletak di substansi abu otak dari daerah medulla
sampai midbrain dan talamus. Neuron formasio retikularis menunjukkan
hubungan yang menyebar. Perangsangan formasio retikularis midbrain
membangkitkan gelombang beta, individu seperti dalam keadaan bangun dan
terjaga. Lesi pada formasio retikularis midbrain mengakibatkan orang dalam
stadium koma, dengan gambaran EEG gelombang delta. Jadi formasio retikularis
midbrain merangsang ARAS (Ascending Reticular Activating System), suatu
proyeksi serabut difus yang menuju bagian area di forebrain. Nuklei reticular
thalamus juga masuk dalam ARAS, yang juga mengirimkan serabut difus
kesemua area di kortek serebri.
ARAS mempunyai proyeksi non spesifik dengan depolarisasi global di
kortek, sebagai kebalikan dari proyeksi sensasi spesifik dari thalamus yang
mempunyai efek eksitasi kortek secara khusus untuk tempat tertentu. Eksitasi
ARAS umum memfasilitasi respon kortikal spesifik ke sinyal sensori spesifik dari
thalamus. Dalam keadaan normal, sewaktu perjalanan ke kortek, sinyal sensorik
dari serabut sensori aferen menstimulasi ARAS melalui cabang-cabang kolateral
akson. Jika sistem aferen terangsang seluruhnya (suara keras, mandi air dingin),
proyeksi ARAS memicu aktivasi kortikal umum dan terjaga.
3. EEG dilakukan untuk (Jan Nissl, 2006)
 Mendiagnosa dan mengklasifikasikan Epilepsi
 Mendiagnosa dan lokalisasi tumor otak, Infeksi otak, perdarahan otak,
parkinson
 Mendiagnosa Lesi desak ruang lain
 Mendiagnosa Cedera kepala
 Periode keadaan pingsan atau dementia.
 Narcolepsy.
 Memonitor aktivitas otak saat seseorang sedang menerima anesthesia umum
selama perawatan.
 Mengetahui kelainan metabolik dan elektrolit
B. Fisiologi/Patofisiologi
Aktivitas listrik merupakan salah satu karakteristik dari semua sel hidup,
termasuk sel-sel saraf. Walaupun demikian, tidak keseluruhan sel saraf yang
berjumlah 2,6 x 109 itu dianggap menyebabkan gelombang-gelombang listrik di
permukaan sebagaimana terekam dengan EEG. Jadi yang dapat mengakibatkan
gelombang-gelombang EEG adalah sel-sel saraf di korteks, walaupun diketahui juga
bahwa struktur-struktur subkortikal, seperti talamus dan formatio retikularis
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap gelombang-gelombang kortikal itu.
Dari ketiga jenis bentuk sel-sel kortikal (spindle, stellatum dan piramidal), sel-
sel piramidallah yang dianggap merupakan sumber potensial listrik dari gelombang-
gelombang permukaan. Dari berbagai penyelidikan disimpulkan bahwa terdapat bukti
kuat yang menyarankan bahwa gelombang-gelombang permukaan itu merupakan
penjumlahan (summation) daripada potensial listrik pascasinaptik, baik yang bersifat
inhibisi atau eksitasi, yang berasal dari soma dan dendrit-dendrit besar sel piramidal.
Potensial listrik pascasinaptik itu timbul akibat aktifitas neurotransmiter yang
dilepaskan oleh ujung presinaptik, yang melepaskannya setelah menerima tanda-
tanda listrik dari hubungan-hubungannya. Acetilkholin dianggap sebagai transmiter
eksitasi yang penting, dan GABA sebagai transmiter inhibisi yang terpenting di otak.
Ujung-ujung presinaptik menerima lepas muatan listrik dari sel-sel di thalamus.
Menurut penyelidikan bahwa inti-inti nonspesifik di talamus merupakan the
probable pacemaker dari pada potensial listrik sel-sel pyramidal. Lepas muatan
yang timbul pada soma dan dendrit-dendrit besar itu kemudian melalui cairan dan
jaringan tubuh sampai pada elektroda-elektroda EEG. Dengan demikian jelaslah
bahwa rekaman yang dihasilkan oleh electrode kulit kepala merupakan contoh dari
pada aktivitas dekat permukaan, yang tentunya telah banyak mengalami pelemahan,
penyebaran, dan penyimpangan dalam perjalanannya yang melalui cairan jaringan,
jaringan otak, cairan serebrospinal, tulang tengkorak dan kulit kepala itu.
Gambaran EEG Normal

Gb. EEG dari atas kebawah : alfa, beta, teta, delta (sumber : Louis, 2006)

Salah satu penemuan Hans Berger adalah bahwa kebanyakan EEG orang
dewasa normal mempunyai irama dominant dengan frekuensi 10 siklus per detik,
yang di sebutnya sebagai irama alfa. Pada umumnya kini yang dimaksud dengan
iarama alfa adalah irama dengan frekuensi antara 8-13 spd, yang paling jelas terlihat
di daerah parieto-oksipital, dengan voltase 10-150 mikrovolt, berbentuk sinusoid,
relative sinkron dan simetris antara kedua hemisfer. Suatu asimetri ringan dalam
voltase adalah normal, mengingat adanya dominasi hemisfer. Pada umumnya suatu
perbedaan voltase 2 : 3 adalah dalam batas-batas normal, asalkan voltase yang lebih
tinggi terlihat pada hemisfer non dominant. Yang lebih penting maknanya adalah bila
terdapat perbedaan frekwensi antara kedua hemisfer. Suatu perbedaan frekwensi yang
konsisten dari 1 spd atau lebih antara kedua hemisfer mungkin sekali diakibatkan
suatu proses patologis di sisi dengan frekwensi yang lebih rendah.
Irama alfa terlihat pada rekaman individu dalam keadaan sadar dan istirahat
serta mata tertutup. Pada keadaan mata terbuka irama alfa akan menghilang, irama
yang terlihat adalah irama lamda yang paling jelas terlihat bila individu secara aktif
memusatkan pandangannya pada suatu yang menarik perhatiannya.
Ditinjau dari irama alfanya dapat dibedakan tiga golongan manusia,
sekelompok kecil yang memperlihatkan sedikit sekali atau tidak mempunyai irama
alfa, sekelompok kecil lagi yang tetap memperlihatkan irama alfa walaupun kedua
mata dibuka, dan diantara kedua ekstrem ini terletak sebagian besar manusia yang
menunjukkan penghilangan irama alfa ketika membuka mata. Berturut-berturut ketiga
kelompok ini disebut sebagai kelompok alfa M (minimal atau minus), alfa P
(persisten), alfa R (responsive).
Suatu irama yang lebih cepat dari irama alfa ialah irama beta yang mempunyai
frekuensi di atas 14 spd, dapat ditemukan pada hamper semua orang dewasa normal.
Biasanya amplitudonya daopat mencapai 25 mikrovolt, tetapi pada keadaan tertentu
bisa lebih tinggi. Pada keadaan normal terlihat terutama di daerah frontal atau
presentral.
Irama yang lebih lambat dari irama alfa adalah tidak jarang pula ditemukan
pada orang dewasa normal. Irama teta mempunyai frekuensi antara 4-7 spd. Suatu
irama yang lebih pelan dari teta disebut irama delta adalah selalu abnormal bila
didapatkan pada rekaman bangun, tetapi merupakan komponen yang normal pada
rekaman tidur. Frekuensi irama delta ialah ½ - 3 spd.
Berbagai keadaan dapat mempengaruhi gambaran EEG. Perhatian cenderung
untuk menghapuskan irama alfa, merendahkan voltase secara umum dan
mempercepat frekuensi. Termasuk perhatian ini adalah usaha introspeksi dan kerja
mental (misalnya berhitung). Demikian pula setiap stimulus visual, auditorik dan
olfaktorik akan merendahkan amplitudo dan menimbulkan ketidak teraturan irama
alfa. Penurunan kadar O2 dan atau CO2 darah cenderung menimbulkan perlambatan,
sebaliknya peninggian kadar CO2 menimbulkan irama yang cepat. Faktor usia juga
mempunyai pengaruh penting pula dalam EEG. Rekaman dewasa sebagaimana
digambarkan di atas pada umumnya dicapai pada usia 20-40 tahun. Rekaman
neonatus berusia di bawah satu bulan memperlihatkan amplitude yang rendah dengan
irama delta atau teta. Antara usia 1-12 bulan terlihat peninggian voltase, walaupun
irama masih tetap delta atau teta. Antara 1-5 tahun terlihat amplitudo yang tinggi,
irama teta yang meningkat dan mulai terlihat irama alfa, sedangkan irama delta
mengurang. Antara 6-10 tahun amplitude menjadi sedang, irama alfa menjadi lebih
banyak, teta berkurang, delta berkurang sampai hilang. Antara 11-20 tahun voltase
terlihat sedang sampai tinggi, dominsi alfa mulai jelas, teta minimal, delta kadang-
kadang masih terlihat di daerah belakang. Di atas 40 tahun mulai lagi terlihat
gelombang lambat 4-7 spd di daerah temporal dan di atas 60 tahun rekaman kembali
melambat seperti rekaman anak-anak. Perubahan tahap-tahap tidur berpengaruh
besar pula terhadap rekaman EEG. Dalam keadaan mengantuk terlihat pengurangan
voltase dan timbul sedikit perlambatan. Pada keadaan tidur sangat ringan dapat
terlihat adanya gelombang-gelombang mirip paku bervoltase tinggi, bifasik dengan
frekuensi 3-8 spd, simetris dan terjelas di daerah parietal (parietal humps). Gambaran
ini paling jelas pada usia 3-9 tahun dan terus terlihat sampai usia 40 tahun. Pada
keadaan tidur ringan terdapat (sleep spndle) terdapat gelombang tajam berfrekuensi
12-14 spd yang sifatnya simetris. Pada keadaan tidur sedang sampai dalam rekaman
didominir oleh gelombnag-gelombang lambat tak teratur dengan frekuensi ½ - 3 spd.
Gambaran EEG Abnormal
EEG sampai saat ini masih digolong-golongkan atas dasar hubungan frekuensi-
voltase, dengan frekwensi sebagai parameter utama. Berbagai penyelidikan
mengungkapkan bahwa tidak semua individu normal memperlihatkan EEG yang
normal dan sebaliknya tidak semua abnormalitas dalam EEG berarti ada abnormalitas
pada individu yang bersangkutan. EEG abnormal disebut spesifik bila gelombang
yang timbul mempunyai gambaran yang khas dan berkorelasi tinggi dengan kelainan
klinik tertentu, disebut nonspesifik (aspesifik) bila gelombangnya tidak khas dan
dapat ditimbulkan oleh banyak kelainan-kelainan neurologik atau sistemik.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa hasil pemeriksaan EEG yang penting
dari kelainan-kelainan neurologik, yaitu :
1. EEG pada penyakit konvulsif
EEG paling banyak digunakan untuk mendiagnosa dan mengklasifikasikan
epilepsy. Paroksismal merupakan pemunculan yang episodic dan mendadak suatu
gelombang atau kelompok gelombang yang secara kwantitatif dan kwalitatif
berbeda dengan gambaran irama dasarnya. Tipe aktivitas paroksismal yang timbul
ketika serangan, sampai derajat tertentu mempunyai korelasi dengan tipe klinis.
Petit mal dalam serangan ditandai oleh aktivitas spike and wave dengan frekuensi
3 spd, menyeluruh disemua saluran, bersifat sinkron dan simetris dengan voltase
yang tinggi yang dapat mencapai 1000 mikrovolt. Grand mal dalam serangan
sangat sulit direkam karena terganggu oleh gerakan-gerakan motorik individu;
gambaran kejangnya adalah berupa aktivitas cepat yang menyeluruh bervoltase
tinggi berbentuk polyspike dengan frekuensi 8-12 spd, diselingi gelombang-
gelombang lambat dari 1,5-3 spd. Epilepsi psikomotor ditandai oleh aktivitas
spike didaerah temporal depan.
Kebanyakan rekaman penderita epilepsy merupakan rekaman di luar
serangan (interictal), yang tidak jarang tidak memperlihatkan abnormalitas,
walaupun klinis jelas merupakan suatu epilepsy. Karenanya usaha-usaha
provokatif dipergunakan untuk merangsang timbulnya aktivitas EEG abnormal
yang tak terlihat secara spontan. Keadaan tidur (alamiah maupun akibat induksi
obat) mengaktifkan paroksismalitas yang umum maupun fokal. Dalam keadaan
tidak tidur hanya kira-kira sepertiga individu dengan diagnosa klinik epilepsy
memperlihatkan paroksismalitas spesifik, 15 % memperlihatkan EEG yang
normal dan sisanya memperlihatkan perlambatan atau percepatan yang spesifik.
Dalam keadaan tidur gambaran serangan dua kali lebih sering terlihat, terutama
untuk epilepsy psikomotor. Hiperventilasi paling efektif dalam mengaktifkan
gelombang-gelombang serangan petit mal; kadang-kadang hiperventilasi dapat
mengaktifkan abnormalitas yang bersifat fokal atau menimbulkan gambaran
kejang yang partial. Stimulasi fotik dapat menimbulkan paroksismalitas
menyeluruh berupa kompleks spike and wave yang disebut “photoparoxysmal
response”.
Korelasi gambaran rekaman diluar serangan adalah tertinggi untuk petit-mal
(90%), kemudian tipe psikomotor dan pada tipe grand-mal korelasinya adlah tidak
begitu tinggi. Jadi jelaslah tidak adanya gambaran epileptiform dalam rekaman
tunggal tidaklah menyingkirkan kemungkinan penyakit konvulsif.
2. EEG pada tumor intracranial
Pentingnya pemeriksaan EEG pada tumor otak ditegaskan oleh Walter,
yang menyebutkan irama lambat berfrekuensi kurang dari 4 spd (irama delta).
Irama delta ini umumnya terlihat fokal, karenanya dapat dipakai untuk menetukan
lokalisasi tumor. Jaringan otak sendiri tidak memberikan lepas muatan listrik,
gelombang-gelombang lambat yang dicatat oleh EEG berasal dari neuron-neuron
disekitar tumor atau ditempat lain yang fungsinya terganggu secara langsung atau
tidak langsung. Tomor otak tidak memberikan gambaran yang spesifik, kiranya
rekaman serial adalah lebih bernilai dari pada rekaman tunggal.
Tomor infra tentorial memberikan gambaran EEG yang berbeda dengan
tomor supra tentorial. Gambaran karakteristik tumor infra tentorial adalah berupa
perlambatan sinusoidal yang ritmik berfrekuensi 2-3 spd atau 4-7 spd, dapat
bersifat terus menerus ataupun paroksismal.
Berbeda dengan tomor infra tentorial, tumor supra tentorial pada umumnya
memberikan gambaran yang bersifat fokal teta maupun delta, sehingga penentuan
lokalisasi lebih dimungkinkan. Kadang-kadang dapat pula ditemui gambar spike
atau gelombang tajam yang fokal.
Suatu ketentuan yang banyak dianut tentang tumor otak mengatakan bahwa
suatu EEG yang normal menyingkirkan sebesar 97% tumor kortikal dan sebesar
90% tumor otak pada umumnya.
3. EEG pada lesi desak ruang lain
Secara EEG, abses otak memberikan gambaran yang sama dengan tumor :
90-95% memperlihatkan aktivitas teta atau delta yang menyeluruh dengan focus
frekuensi terendah diatas daerah abses. Fokus perlambatan iniseringkali sangat
rendah sampai 0,3 spd dan bervoltase sangat tinggi sampai 500 mikrovolt.
Subdural hematom yang kronik 90% memperlihatkan EEG yang abnormal,
sehingga penemuan EEG yang normal menyingkirkan kemungkinan hematom
secara cukup kuat.
4. EEG pada rudapaksa kepala
EEG berkorelasi dengan hebat dan luasnya rudapaksa kepala. Commotio
cerebri EEG umunya normal. Memar otak akut meperlihatkan penurunan voltase
yang diffuse, diikuti pembentukan aktivitas delta bervoltase rendah yang
menyeluruh. Pada area kontusi aktivitas cepat ditekan dan seringkali ditemui
asimetri dalam amplitude irama alfa. Setelah fase akut aktivitas delta relative akan
terlokalisir di daerah kontusi. Setelah kira-kira 2 minggu terlihat peninggian
frekuensi dan penurunan voltase dari fokus delta tersebut. Dapat dilihat pula fokus
spike di daerah kontusi. Pada masa penyembuhan hiperventilasi akan
menimbulkan perlambatan umum sampai 30 hari setelah trauma.
5. EEG pada infeksi otak
Meningitis akut memberikan abnormalitas perlambatan yang difus berupa
irama delta, baik pada bentuk purulent maupun serosa. Biasanya kelainan EEG
berkaitan erat dengan tingkat kesadaran individu. Uatu perlambatan fokal yang
timbul pada rekaman ulangan individu dengan meningitis mungkin sekali
menandakan pembentukan abses.
Ensefalitis memberikan perlamabatn umum, biasanya dengan frekuensi
yang lebih rendah dari meningitis. Dapat pula terlihat fokus perlambatan dan
gelombang tajam.
6. EEG pada kelainan metabolic dan elektrolit
Hipoglikemia (<50 mg%) akan selalu memberikan kelainan EEG berupa
perlambatan, yang mulanya bersifat frontal kemudian juga temporal. Dengan
makin merendahnya glukosa darah makin banyak dan makin tinggi voltase
aktivitas delta yang terlihat. Setelah koma diabetikum, perlambata menyeluruh
dapat terlihat 2-3 minggu.
Pada keadaan koma hepatikum, dengan makin dalamnya koma, pada
mulanya terlihat irama teta yang difus yang makin melambat dengan makin
dalamnya koma. Koma yang moderat terlihat gambaran khas yang disebut liver
wave, yang dominant di daerah frontal. Gambaran ini mempunyai sifat trifasik
yaitu terdiri dari dua gelombang elektro negative dipisahkan oleh satu gelombang
elektro positif beramplitudo tinggi, satu atau lebih komponen dapat berbentuk
paku atau mirip paku.
C. Asuhan Keperawatan
Pada umunya pasien yang dirawat pertama kali di rumah sakit akan mengalami
kecemasan pada saat akan dilakukan pemeriksaan EEG, antara lain karena :
1. Pemeriksaan tersebut memakai alat yang canggih (komputerisasi)
2. Bagian yang diperiksa otak
3. Memerlukan persiapan-persiapan baik sebelum, selama dan setelah pemeriksaan
yang melibatkan pasien
4. Tempat pemeriksaan tersebut bukan diruangan tempat pasien dirawat.
Jadi diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah : Cemas berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang prosedur EEG
Intervensi Keperawatan :
Tujuan perawat melakukan tindakan keperawatan adalah mengurangi rasa cemas
pasien yang akan melakukan test EEG, maka hal-hal yang perlu dilakukan perawat
kepada pasien adalah mengatasi penyebab dari kecemasan pasien yaitu kurangnya
pengetahuan/informasi tentang prosedur EEG, adapun hal-hal yang perlu dijelaskan
ke pasien yaitu :
1. Persiapan pasien
 Sebelum dilakukan electroencephalogram ( EEG) agar berhenti meminum
obat tertentu ( seperti obat penenang ) karena dapat mempengaruhi aktivitas
elektrik dan hasilnya.
 Hindari makanan yang mengandung kafein ( seperti kopi, teh, cola, dan
coklat) sedikitnya 8 jam sebelum test. Makanlah dalam porsi kecil sebelum
test, sebab gula darah rendah ( hypoglycemia) dapat menghasilkan test
abnormal.
 Karena electroda terikat dengan kulit kepalamu, maka rambut harus bebas
dari minyak rambut, atau cairan yang mengandung obat kulit, dan sampolah
rambut serta membilas dengan air bersih saat mandi sore atau pagi hari
sebelum di lakukan test.
 Tidur dapat mempengaruhi hasil EEG maka ushakan agar pasien tidak
tertidur saat dilakukan test, jika anak-anak akan di EEG coba untuk tidur
sebentar tepat sebelum dilakukan test.
2. Pelaksanaan EEG
EEG pada umumnya berlangsung selama 2 jam. Setelah test, pasien boleh
beraktivitas seperti biasa. Pasien dalam posisi tiduran berbaring pada suatu
tempat tidur atau relax di kursi dengan mata tertutup. Electroda EEG ditempelkan
ke tempat berbeda di atas kepala dengan menggunakan suatu pasta lengket agar
electroda dapat menempel. Electroda dihubungkan lewat kawat suatu mesin yang
memperkuat suara dan arsip aktivitas dalam otak . Arsip aktivitas elektrik
sebagai rangkaian berbentuk ombak/keriting yang digambar oleh suatu baris pena
pada kertas atau sebagai suatu gambaran pada layar komputer. Coba untuk
tenang, dengan mata tertutup sepanjang perekaman, dan yang melakukan
perekaman akan mengamati pasien secara langsung untuk memberi intruksi agar
pasien :
 Bernafas dengan cepat ( hyperventilasi). Pada umumnya lama pernapasan
kurang lebih 20 x per menit.
 Melihat cahaya terang untuk rangsangan stroboscopic atau photic.
 Tidur, Jika pasien tidak mampu untuk tertidur maka akan diberi suatu obat
penenang, dengan tujuan untuk mengevaluasi masalahpada saat tidur.
3. Bagaimana rasa saat dilakukan perekaman EEG
 Electroencephalogram ( EEG) adalah suatu pemeriksaan tanpa rasa sakit
sepanjang perekaman.
 Jika pasta digunakan untuk menempelkan electroda, sebagian pasta akan tetap
menempel di rambut pasien setelah test, maka rambut harus dicuci agar
bersih. Jika jarum yang digunakan untuk menempelkan electrode (tapi
sekarang jarang digunakan) pasien akan merasakan suatu sensasi penusukan
tajam seperti ketika mencabut rambut. Jika electroda ditempatkan di dalam
hidung pasien, pasien akan merasakan sensasi yang menggelitik, gelisah.
Beberapa hari (kurang lebih 2 hari) akan merasakan sakit bekas tusukan yang
ringan setelah test.
 Jika pasien diminta untuk bernafas/meniup dengan cepat, pasien akan
merasakan lightheaded atau kekebasan pada jari, reaksi ini normal. itu akan
menghilang dalam beberapa menit setelah pasien mulai bernafas secara
normal lagi.
4. Risiko :
 Electroencephalogram ( EEG) adalah alat perekam yang menghasilkan
gelombang elektris yang diproduksi oleh otak yang direkam, dan tidak
dapat memasuki badan pasien. EEG tidak sama dengan electroshock
(electroconvulsive therapy).
 Jika terjadi kejang pada pasien epilepsi maka hal ini karena dicetuskan oleh
penyinaran [cahaya] atau hyperventilasi bukan karena alat EEG, maka tim
medis yang terlatih akan memberi pertolongan/perawatan selama perekaman
berlangsung.
5. Hasil
 Gelombang alfa mempunyai frekwensi 8-12 siklus per detik. Gelombang alfa
terlihat normal pada saat bangun dan mata tertutup (tidak tertidur).
 Gelombang Beta mempunyai suatu frekwensi 13-30 siklus per detik.
Gelombang ini secara normal ditemukan ketika siaga atau menjalani
pengobatan tertentu, seperti benzodiazepines atau pengobatan
anticonvulsants.
 Gelombang delta mempunyai suatu frekwensi kurang dari 3 siklus per detik.
Gelombang secara normal ditemukan hanya pada saat sedang tidur dan anak-
anak muda.
 Gelombang teta mempunyai frekwensi 4-7 siklus per detik. Gelombang ini
secara normal ditemukan hanya pada anak-anak atau selama tidur.
Tabel. Hasil EEG (Jan Nissl, 2006)
Normal  Orang dewasa yang terjaga, EEG menunjukkan gelombang alfa
lebih banyak dibanding dengan gelombang beta.
 Hasil dua sisi otak menunjukkan pola serupa dari aktivitas
elektrik.
 Tidak ada gambaran gelombang abnormal dari aktivitas elektrik
dan tidak ada gelombang yang lambat.
 Jika pasien dirangsang dengan cahaya (photic) selama test maka
hasil gelombang tetap normal.
Abnormal  Hasil dua sisi otak menunjukkan pola tidak serupa dari aktivitas
elektrik.
 EEG menunjukkan gambaran gelombang abnormal yang cepat
atau lambat, hal ini mungkin disebabkan oleh tumor otak,
infeksi/peradangan, injuri, strok, atau epilepsi. Ketika seseorang
mempunyai epilepsi dengan pemeriksaan EEG ini bisa diketahui
daerah otak bagian mana yang aktivitas listriknya tidak normal.
Namun pemeriksaan EEG saja tidak cukup, sebab EEG diambil
selalu pada saat tidak ada serangan kejang bukan pada saat
serangan, karena tidak mungkin orang yang sedang mengalami
serangan epilepsi dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa EEG.
Maka, pemeriksaan EEG harus ditunjang oleh pemeriksaan otak
itu sendiri, yaitu melihat gambaran otaknya dengan teknik foto
Magnetic Resonance Imaging (MRI). Jadi EEG dengan sendirinya
tidak cukup untuk mendiagnosa penyakit neurology tetapi perlu
dengan pemeriksaan yang lain.
 Berbagai keadaan dapat mempengaruhi gambaran EEG. EEG
yang abnormal dapat disebabkan kelainan di dalam otak yang
tidak hanya terbatas pada satu area khusus di otak, misalnya
intoksikasi obat, infeksi otak (ensefalitis), atau penyakit
metabolisme (Diabetik ketoasidosis).
 EEG menunjukkan grlombang delta atau gelombang teta pada
orang dewasa yang terjaga. Hasil ini menandai adanya injuri
otak.
 EEG tidak menunjukkan aktivitas elektrik di dalam otak ( a “
flat/” atau “ garis lurus” ). Menandai fungsi otak telah berhenti,
yang mana pada umumnya disebabkan oleh tidak adanya
(penurunan) aliran darah atau oksigen di dalam otak. Dalam
beberapa hal, pemberian obat penenang dapat menyebabkan
gambaran EEG flat. Hal ini juga dapat dilihat di status epilepsi
setelah pengobatan diberikan.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil test
 Kelebihan bergerak (kepala, badan, mata, atau lidah).
 Ketidakmampuan untuk bekerja sama
 Ketenangan
 Obat-oabatan (antiepilepsi, penenang, dan obat tidur).
 Tidak sadar akibat obat-obatan atau hypothermia
 Rambut yang kotor, berminyak, atau pemakaian hairspray
D. Kritik
1. Pada saat dilakukan perekaman EEG pasien dapat mengalami kegelisahan karena
waktu yang lama, tempat yang asing, alat-alat yang menempel di otak dll,
sehingga akan mempengaruhi hasil EEG, untuk itu perlu didampingi dan diberi
penjelasan agar pasien tenang sehingga hasilnya sesuai yang diharapkan.
2. Pada pasien dengan epilepsi pemeriksaan EEG saja tidak cukup, sebab EEG
diambil selalu pada saat tidak ada serangan kejang bukan pada saat serangan,
karena tidak mungkin orang yang sedang mengalami serangan epilepsi dibawa ke
rumah sakit untuk diperiksa EEG. Maka, pemeriksaan EEG harus ditunjang oleh
pemeriksaan otak itu sendiri, yaitu melihat gambaran otaknya dengan teknik foto
Magnetic Resonance Imaging (MRI), sebab MRI merupakan satu teknik
pencitraan otak yang memungkinkan dapat melihat secara rinci seluruh bagian-
bagian otak, apakah ada kelainan atau tidak.
3. Suatu electroencephalogram ( EEG) bukanlah suatu test yang sangat mudah tetapi
perlu ketelitian dan pengalaman sebab salah satu contah saja ada sebagian orang
yang tidak menderita epilepsi tetapi EEG abnormal, dan sebagian orang yang
mempunyai epilepsi mempunyai EEG normal. Jika epilepsi dicurigai dan hasil
EEG normal tetapi berdasarkan gejala dan keluhan menunjukkan diagnosa
epilepsi maka boleh mengulangi EEG lebih dari sekali.
4. Perhatikan factor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil EEG misalnya
perubahan tahap-tahap tidur, usia, stimulus visual, auditorik dan olfaktorik,
tekanan, trauma emosional, dll.
5. Simpanlah hasil perekaman EEG (arsip) agar dapat dilihat ulang apa yang terjadi
tepat sebelum, selama, dan benar setelah suatu perekaman, sehingga secara tepat
dapat mengidentifikasi area spesifik dari kelainan otak.
E. Rencana Aplikasi di Klinik
Alat EEG pada rumah sakit - rumah sakit besar hampir semua ada. Pasien yang akan
dilakukan prosedur tersebut harus benar-benar siap mengikuti prosedur (fisik dan
mental) agar perekaman tersebut tidak sia-sia dan sesuai harapan sehingga hasilnya
memuaskan. Untuk mencapai hasil yang optimal tersebut pasien harus diberi
penjelasan mengenai prosedur tersebut oleh tim medis yang ada. Adapun hal-hal yang
perlu diberitahukan kepada pasien adalah sebagai berikut :
1. Sebelum Prosedur
 Jelaskan prosedur kepada pasien dan beri kesempatan untuk bertanya tentang
prosdur EEG
 Beri tahu pasien bahwa pasien akan diminta untuk tanda tangan persetujuan
ijin melakukan prosedur EEG dan anjurkan untuk membaca Format secara
hati-hati dan bertanya apabila ada sesuatu yang tidak jelas.
 Anjurkan pasien untuk mencuci rambut dengan sampo sebelum dilakukan
perekaman EEG tetapi tidak menggunakan hairspray atau 'gel' atau minyak
rambut.
 Hentikan menggunakan pengobatan yang bertentangan dengan test, misal
obat penenang.
 Hindari mengkonsumsi makanan yang mengandung kafein untuk 8-12 jam
sebelum test.
 Beritahu untuk tidur malam sesuai prosedur, misal : malam sebelumnya,
orang dewasa tidak boleh tidur lebih dari 4 atau 5 jam, dan anak-anak tidak
lebih dari 5-7 jam.
 Hindari puasa malam sebelum prosedur, karena gula darah yang rendah dapat
mempengaruhi hasil EEG.
 Didasarkan kondisi fisik pasien.
2. Selama Prosedur
 Pasien agar relax
 Antara 8-20 electroda akan menempel di kulit kepala pasien dengan suatu
pasta khusus, atau suatu kopiah berisi electroda akan digunakan.
 Pasien akan diminta untuk menutup mata , relax, dan tenang.
 Ketika perekaman mulai pasien dalam keheningan selama perekaman. Pasien
akan dimonitor melalui suatu ruangan tertentu untuk mengamati pergerakan
yang dapat menyebabkan suatu pembacaan tidak akurat, seperti menelan atau
mengejapkan mata. Perekaman akan dihentikan pada waktu tertentu dan
pasien akan dibiarkan beristirahat atau memposisikan kembali.
 Setelah awal perekaman dilakukan pada posisi diam, pasien mungkin akan
diuji dengan berbagai stimuli untuk menghasilkan aktivitas yang tidak
muncul saat beristirahat. Sebagai contoh, pasien diminta untuk bernafas cepat
untuk tiga menit, atau disinari cahaya terang.
 Jika pasien sedang dievaluasi untuk suatu “sleep disorder“, EEG akan
dilakukan saat pasien tertidur.
3. Sesudah Prosedur
 Setelah selesai test, electroda akan di lepas dan pasta electroda akan dicuci
bersih dengan air hangat. Pasien dianjurkan mencuci rambut dengan sampo.
 Kulit kepala akan merah akibat penempatan electroda, tetapi ini akan
menghilang dalam beberapa jam.
DAFTAR PUSTAKA

Campellone, JV (2006). EEG BRAIN WAVE TEST Diambil pada 11 Pebruari 2006
dari http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003931.htm

Nissl, J (2006). Electroencephalogram (EEG) Diambil pada 11 Pebruari 2006 dari


http://www.webmd.com/hw/epilepsy/aa22249.asp

Louis, S (2006).EEG COURSE and GLOSSARY. Diambil pada 11 Pebruari 2006 dari
http://www.brown.edu/Departments/Clinical_Neurosciences/louis/eegcrs.html

St. John's Mercy Health Care (2006).Tests & Procedures Electroencephalogram (EEG)
Diambil pada 17 Pebruari 2006 dari http://www.stjohnsmercy.org/contact/default.asp
EMG
Pengertian beberapa milimeter, dan sekali lagi kegiatan ini
Elektromiografi (EMG) adalah teknik untuk dianalisa sampai setidaknya 10-20 unit telah
mengevaluasi dan rekaman aktivitas listrik yang dikumpulkan. Setiap lagu elektroda hanya
dihasilkan oleh otot rangka. EMG dilakukan memberikan gambaran yang sangat lokal dari
menggunakan alat yang disebut aktivitas seluruh otot. Karena otot berbeda
Electromyograph, untuk menghasilkan rekaman dalam struktur batin, elektroda harus
yang disebut Elektromiogram. Sebuah. ditempatkan pada berbagai lokasi untuk
Electromyograph mendeteksi potensial listrik mendapatkan penelitian yang akurat.
yang dihasilkan oleh sel-sel otot ketika sel-sel
ini elektrik atau neurologis diaktifkan. Sinyal Intramuscular EMG dapat dianggap terlalu
dapat dianalisis untuk mendeteksi kelainan invasif atau tidak perlu dalam beberapa kasus.
medis, tingkat aktivasi, perintah rekrutmen Sebaliknya, permukaan elektroda dapat
atau untuk menganalisa biomekanik gerakan digunakan untuk memantau gambaran umum
manusia atau hewan. aktivasi otot, sebagai lawan kegiatan hanya
beberapa serat seperti yang diamati
Pemanfaatan EMG Dalam Ilmu Kesehatan menggunakan EMG intramuskular. Teknik ini
Ada banyak aplikasi untuk penggunaan EMG. digunakan dalam beberapa jenis, misalnya, di
EMG digunakan secara klinis untuk diagnosis klinik fisioterapi, aktivasi otot dipantau
masalah neurologis dan neuromuskular. Hal ini menggunakan EMG permukaan dan pasien
digunakan diagnosa oleh laboratorium kiprah memiliki stimulus auditori atau visual untuk
dan oleh dokter terlatih dalam penggunaan membantu mereka tahu kapan mereka
biofeedback atau penilaian ergonomis. EMG mengaktifkan otot (biofeedback).
juga digunakan dalam berbagai jenis Sebuah unit motor didefinisikan sebagai satu
laboratorium penelitian, termasuk mereka yang neuron motor dan semua serat otot itu
terlibat dalam biomekanik, kontrol motor, innervates. Ketika kebakaran unit motor,
fisiologi neuromuskuler, gangguan gerak, dorongan (disebut potensial aksi) dilakukan
kontrol postural, dan terapi fisik menuruni neuron motor ke otot. Daerah mana
Sinyal EMG digunakan dalam aplikasi klinis dan kontak saraf otot disebut sambungan
biomedis. EMG digunakan sebagai alat neuromuskuler, atau akhir pelat motor. Setelah
diagnostik untuk mengidentifikasi penyakit potensial aksi ditransmisikan di persimpangan
neuromuskuler, menilai nyeri punggung bawah, neuromuskuler, suatu potensial aksi adalah
kinesiologi, dan gangguan kontrol motor. sinyal elicited di semua serat otot diinervasi dari unit
EMG juga digunakan sebagai sinyal kontrol motor tertentu. Jumlah dari semua aktivitas
untuk perangkat palsu seperti buatan tangan, elektrik ini dikenal sebagai potensial aksi unit
lengan, dan tungkai bawah. motor (MUAP). Kegiatan ini elektropsikologi dari
unit motor multiple sinyal biasanya dievaluasi
Prosedur Kerja EMG selama EMG sebuah. Komposisi unit motor,
Ada dua jenis EMG digunakan secara luas: EMG jumlah serat otot per unit motor, jenis
permukaan dan intramuskular (jarum dan fine- metabolisme dari serat otot dan berbagai faktor
kawat) EMG. Untuk melakukan EMG lainnya mempengaruhi bentuk potensi motor
intramuskular, jarum elektroda atau jarum unit di myogram tersebut.
mengandung dua elektroda-kawat halus Uji konduksi saraf juga sering dilakukan pada
dimasukkan melalui kulit ke dalam jaringan waktu yang sama sebagai EMG untuk
otot. Seorang yang sudah terlatih atau mendiagnosa penyakit saraf.
profesional (seperti physiatrist, ahli saraf, atau Beberapa pasien dapat menemukan prosedur
terapis fisik) mengamati aktivitas listrik ketika agak menyakitkan, sedangkan yang lain hanya
memasukkan elektroda. Kegiatan insersional mengalami sedikit ketidaknyamanan ketika
memberikan informasi berharga tentang jarum dimasukkan. Otot atau otot sedang diuji
keadaan otot dan saraf yang innervating. Otot mungkin sedikit sakit untuk satu atau dua hari
normal saat kegiatan istirahat, sinyal-sinyal setelah prosedur.
listrik normal ketika jarum dimasukkan ke
dalamnya. Kemudian aktivitas listrik dipelajari Hasil Kerja EMG
ketika otot yang diam. Aktivitas spontan 1. Hasil Normal
abnormal mungkin menunjukkan beberapa Jaringan otot saat istirahat biasanya elektrik
saraf atau kerusakan otot. Kemudian pasien aktif. Setelah aktivitas listrik yang disebabkan
diminta untuk kontrak otot lancar. Bentuk, oleh iritasi subsidi penyisipan jarum,
ukuran, dan frekuensi potensi unit motor yang Electromyograph harus mendeteksi ada
dihasilkan tentukan. Kemudian elektroda ditarik aktivitas spontan abnormal (yaitu, otot pada
istirahat harus elektrik diam, dengan  Distal disfungsi saraf median
pengecualian daerah sambungan  Duchenne distrofi otot
neuromuskuler, yang, dalam keadaan normal ,  acioscapulohumeral distrofi otot
sangat spontan aktif). Ketika otot secara (Landouzy-Dejerine)
sukarela dikontrak, potensial aksi mulai muncul.  Paralisis periodik Keluarga
Sebagai kekuatan kontraksi otot meningkat,
 Disfungsi saraf femoralis
serat otot lebih banyak dan lebih menghasilkan
potensial aksi. Ketika otot sepenuhnya
 Kolom kondisi
dikontrak, ada akan muncul sebuah kelompok  Friedreich ataxia
teratur potensi tindakan tarif yang bervariasi  Guillain-Barre
dan amplitudo (a perekrutan lengkap dan pola  Lambert-Eaton Sindrom
interferensi)  Mononeuritis multiplex
2. Hasil Abnormal  Mononeuropathy
EMG digunakan untuk mendiagnosa penyakit  Penyakit Motor neuron
yang umumnya dapat diklasifikasikan ke dalam  Beberapa sistem atrofi
salah satu kategori berikut: neuropati, penyakit  Myasthenia gravis
sambungan neuromuskuler dan myopathies.  Miopati (otot degenerasi, yang dapat
 Penyakit neuropatik memiliki disebabkan oleh sejumlah gangguan,
karakteristik berikut mendefinisikan termasuk distrofi otot)
EMG:
 Myotubular miopati
 Sebuah amplitudo potensial aksi yang
dua kali normal karena peningkatan
 Neuromyotonia
jumlah serat per unit motor karena  Peripheral neuropati
reinervasi dari serat denervasi  Poliomyelitis
 Peningkatan durasi aksi potensi  Polymyositis
 Penurunan jumlah unit motor di otot  Radial disfungsi saraf
(seperti yang ditemukan menggunakan  Disfungsi siatik saraf
teknik nomor motor unit estimasi  Polineuropati sensorimotor
 Penyakit miopati memiliki karakteristik  Tidur bruxism
EMG menentukan:  Spinal stenosis
 Penurunan durasi tindakan potensial  Thyrotoxic paralisis periodik
 Penurunan di daerah tersebut untuk
 Disfungsi tibial saraf
rasio amplitudo potensial aksi
 Penurunan jumlah unit motor di otot
 Ulnaris saraf disfungsi
(dalam kasus yang sangat parah saja)
Dekomposisi Sinyal EMG
Karena individualitas masing-masing pasien
Sinyal EMG pada dasarnya terdiri dari
dan penyakit, beberapa karakteristik ini
ditumpangkan potensi unit motor tindakan
mungkin tidak muncul dalam setiap kasus.
(MUAPs) dari beberapa unit motor. Untuk
Hasil abnormal dapat disebabkan oleh kondisi
analisis yang menyeluruh, sinyal EMG diukur
medis berikut (harap dicatat ini adalah tempat
dapat dipecah menjadi MUAPs konstituen
di dekat sebuah daftar lengkap dari kondisi yang
mereka. MUAPs dari unit motor yang berbeda
dapat mengakibatkan EMG abnormal):
cenderung memiliki bentuk karakteristik yang
 Beralkohol neuropati
berbeda, sedangkan MUAPs dicatat oleh
 Amyotrophic lateral sclerosis elektroda yang sama dari unit motor yang sama
 Sindrom kompartemen anterior biasanya sama. Terutama ukuran MUAP dan
 Aksiler saraf disfungsi bentuk tergantung pada tempat elektroda
 Distrofi otot Becker terletak sehubungan dengan serat sehingga
 Brakialis plexopathy dapat tampil berbeda jika posisi bergerak
 Carpal tunnel syndrome elektroda. dekomposisi EMG adalah non-sepele,
 Centronuclear miopati meskipun banyak metode telah diusulkan.
 Serviks spondylosis
 Charcot-Marie-Tooth penyakit Aplikasi EMG Sebagai Teknologi
EMG dapat digunakan untuk merasakan
 Kronis kekebalan demielinasi Poli
aktivitas otot isometrik di mana tidak ada
[radiculo] neuropati (CIDP)
gerakan yang dihasilkan. Hal ini memungkinkan
 Disfungsi saraf Common peroneal
definisi dari sebuah kelas gerakan bergerak
 Denervasi (stimulasi saraf berkurang) halus untuk mengontrol antarmuka tanpa
 Dermatomiositis diketahui dan tanpa mengganggu lingkungan
sekitarnya. Sinyal ini dapat digunakan untuk tanpa pita suara dan orang-orang dengan
mengontrol prosthesis atau sebagai sinyal aphasia.
kontrol untuk perangkat elektronik seperti EMG juga telah digunakan sebagai sinyal
ponsel atau PDA. kontrol untuk komputer dan perangkat lainnya.
Sinyal EMG telah ditargetkan sebagai kontrol Perangkat antarmuka berbasis pada EMG dapat
untuk sistem penerbangan. Indera Manusia digunakan untuk mengendalikan objek
Grup pada NASA Ames Research Center di bergerak, seperti robot mobile atau kursi roda
Moffett Field, CA berusaha meningkatkan listrik. Hal ini mungkin membantu untuk
antarmuka manusia-mesin dengan langsung individu yang tidak bisa mengoperasikan kursi
menghubungkan seseorang ke komputer. roda yang dikendalikan joystick.. Permukaan
Dalam proyek ini, sinyal EMG digunakan untuk EMG rekaman mungkin juga sinyal kontrol
menggantikan joystick mekanis dan keyboard. cocok untuk beberapa video game interaktif.
EMG juga telah digunakan dalam penelitian Sebuah proyek gabungan yang melibatkan
menuju “kokpit dpt dipakai,” yang Microsoft, University of Washington di Seattle,
mempekerjakan gerakan EMG berbasis switch dan University of Toronto di Kanada telah
untuk memanipulasi dan mengendalikan dieksplorasi menggunakan sinyal otot dari
tongkat yang diperlukan untuk penerbangan gerakan tangan sebagai perangkat antarmuka.
sehubungan dengan layar dgn berbasis. Sebuah paten yang didasarkan pada penelitian
Pengenalan suara yg tak disuarakan mengakui ini diajukan pada tanggal 26 Juni 2008.
pidato dengan mengamati aktivitas EMG dari
otot yang berhubungan dengan pidato. Hal ini
ditargetkan untuk digunakan di lingkungan
yang bising, dan dapat membantu bagi orang

Anda mungkin juga menyukai