ANALISIS KEBIJAKAN
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu mengerti, memahami dan
menjelaskan kembali konsep analisis kebijakan, proses analisis dan mengaplikasikannya di
kemudian hari dalam penyelenggaraan pemerintahan.
PENDAHULUAN :
Dalam beberapa tahun belakangan, kajian kebijakan public menjadi trend yang terus
meneingkat seiring dengan perlunya pemerintah mempertimbangkan berbagai aspek dalam
menyelesaikan persoalan yang semakin kompleks. Masalah yang semakin kompleks tersebut
tentunya membutuhkan perhatian yang ekstra dibandingkan dengan persoalan klasik atau yang
bersifat rutin. Disinilah analisi kebijakan menjadi satu tahapan yang penting dalam pembuatan
kebijakan
Langkah yang sangat penting dalam siklus kebijakan adalah analisis kebijakan. Analisis
kebijakan berhubungan dengan penyelidikan dan deskripsi sebab-sebab dan konsekuensi-
konsekuensi kebijakan public. Dalam analisis kebijakan, kita dapat menganalisa pembentukan,
substansi dan dampak dari kebijakan tertentu. Analisis kebijakan bukanlah sebuah keputusan,
tetapi lebih merupakan nasehat atau bahan pertimbangan pembuatan kebijakan public yang berisi
tentang masalah yang dihadapi, tugas yang harus dilakukan organisasi public berkaitan dengan
masalah tersebut dan juga berbagai alternative dan kemungkinan rencana kebijakan yang bisa
dijadikan sebagai pertimbangan atau masukan kepada pembuat kebijakan. Analisis kebijakan
adalah sebuah aktifitas yang dilakukan untuk mendampingi klien dalam menghadapi masalah
tertentu, mengenali masalah, mengembangkan alternative kebijakan, menilai dan memprediksi
kebijakan serta memberikan rekomendasi kebijakan terbaik untuk menghadapi masalah yang
dihadapi klien tersebut. Analisis kebijakan merupakan kajian yang tidak tertutup pada kajian
sector public saja, karena sector privatpun juga memanfaatkan metodhe-metodhe analisis
kebijakan untuk menyelesaikan masalah- masalah yang dihadapi. Ada tiga hal yang
menyebabkan analisis kebijakan lebih lazim dikenal pada sector public ( Indiahono, 2009 : 1-3 )
yaitu :
1. Sektor public secara nyata memiliki tingkat kompleksitas yang lebih ketimbang sector
privat, artinya sector public yang terdiri dari banyak actor dan kepentingan membutuhkan
metodhe yang lebih lengkap untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Misalnya
ketika pemerintah dihadapkan pada masalah sampah perkotaan, pemerintah akan
berhadapan dengan banyak actor dan kepentingan yang beragam, misalnya :
a. Aktifis lingkungan ( LSM Peduli Lingkungan ) menyerukan agar pemerintah tidak hanya
sekedar mengangkut dan membuang sampah pada tempat pembuangan akhir saja, tetapi
juga harus memenej sampah di TPA agar tetap ramah lingkungan,
b. Warga kota menginginkan pemerintah mampu memberikan pelayanan pengelolaan
sampah secara lebih baik dan murah, tempat sampah yang akan diangkut oleh dinas
kebersihan ditempatkan dekat rumah tinggal,
c. Pemulung kota menginginkan agar sampah yang berada di rumah warga lebih lama untuk
memungkinkan mereka mengais sampah lebih banyak sebelum dibuang oleh dinas
kebersihan ke TPA,
d. Pemulung sampah di TPA menginginkan agar sampah cepat terangkut, sehingga sampah
yang ada adalah sampah yang marketable,
e. Dinas kebersihan berharap ada pemisahan sampah organic dan non organic sehingga
memudahkan pengolahannya, dan tempat sampah diletakkan ditempat yang mudah
diangkut,
f. Dinas Pariwisata menginginkan agar kebersihan selalu terjaga di seluruh kota,
g. Satpol PP menginginkan agar pemulung sampah hilang dari perkotaan.
2. Sektor public memiliki resiko lebih tinggi untuk menghadapi masalah-masalah yang tidak
dapat diprediksi. Artinya sector public lebih memiliki kans untuk mendapatkan masalah-
masalah baru dari kondisi yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Kejadian-kejadian
seperti ini lebih dimiliki oleh sector public ketimbang sector privat. Misalnya pasca gempa,
pemerintah menghadapi masalah-masalah yang harus segera diselesaikan dengan cepat,
misalnya :
a. Pemerintah harus melakukan identifikasi terhadap korban yang akan mendapat
bantuan,
b. Pemerintah harus segera melakukan tindakan penyelamatan kepada korban
yang selamat,
c. Pemerintah harus melakukan tindakan rehabilitasi dan pembangunan
Infrastruktur.
3. Sektor public memiliki ruang lingkup masalah yang lebih luas ketimbang sector privat.
Artinya pemerintah membutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang lebih memiliki
cakupan yang lebih luas dan pertimbangan-pertimbangan yang lebih kompleks ketimbang
analisis kebijakan privat. Misalnya suatu ketika negara diancam oleh negara laian, maka
pemerintah membutuhkan banyak pertimbangan untuk menghadapi serangan musuh,
karena berkaitan dengan keselamatan warga negara dan wilayah, kekayaan dan
infrastruktur yang telah dibangun, serta kekuatan militer dalam menghadapi wilayah
perbatasan. Sehingga pemerintah tidak serta merta mengambil kebijakan, tetapi perlu
pertimbangan yang mendalam.
Analisis kebijakan menurut E.S. Quade ( dalam Nugroho, 2003 : 83 ) muncul karena banyaknya
kebijakan yang tidak memuaskan. Banyak kebijakan yang tidak memecahkan masalah, bahkan
menciptakan masalah baru. Analisa kebijakan adalah tindakan yang diperlukan untuk dibuatnya
sebuah kebijakan yang baru sama sekali, atau kebijakan yang baru sebagai konsekuensai dari
kebijakan yang telah ada
Menururt Winarno ( 2008 : 31 ), ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam analisis
kebijakan public, yaitu :
1. Fokus utamanya adalah mengenai penjelasan-penjelasan, bukan mengenai anjuran
kebijakan yang “ pantas “,
2. Sebab-sebab dan konsekuensi dari kebijakan public diselidiki dengan teliti dan
menggunakan metodhologi ilmiah,
3. Analisis dilakukan dalam rangka mengembangkan teori-teori umum yang dapat
diandalkan tentang kebijakan public dan pembentukannya, sehingga dapat diterapkan
terhadap lembaga-lembaga dan bidang kebijakan yang berbeda.
Analisis kebijakan mempunyai arti yang penting, disebabkan beberapa hal, yakni :
1. Dengan analisis kebijakan, maka pertimbangan yang scientific, rasional dan obyektif
diharapkan dijadikan dasar bagi semua pembuatan kebijakan public,
2. Analisis kebijakan yang baik dan komprehensif memungkinkan sebuah kebijakan
didesain secara sempurna dalam rangka merealisasikan tujuan berbangsa dan
bernegara, yakni mewujudkan kesejahteraan umum,
3. Analisis kebijakan menjadi sangat penting karena persoalan bersifat
multidimensional, saling berkaitan dan berkorelasi satu sama lain. Karenanya, maka
pihak analis kebijakan mestinya berupa sebuah tim yang multi disiplin yang meliputi
berbagai bidang keahlian.
4. Analisis kebijakan memungkinkan tersedianya panduan yang komprehensif bagi
pelaksanaan dan evaluasi kebijakan.
5. Analisis kebijakan memberikan peluang yang lebih besar untuk meningkatkan
partisipasi public. Hal ini terjadi karena dalam analisis public melibatkan aspirasi
masyarakat.
Analis kebijakan adalah pihak yang melakukan kajian, pembahasan dan pertimbangan secara
detail terhadap sebuah persoalan atau proposal yang akan dijadikan sebuah kebijakan public. Jadi
analis kebijakan public adalah semacam Think tank yang mempunyai tugas pokok mengkaji,
mendalami, menimbang dan memberikan sumbang saran terhadap sebuah proposal kebijakan
public. Dengan demikian analis kebijakan sebagai penasehat kebijakan, karena bukan sebagai
pembuat kebijakan, hasil akhir dari analisis kebijakan adalah menyarankan hal-hal apa yang
perlu atau tidak perlu dilakukan berkaitan dengan sebuah proposal kebijakan.
Analis kebijakan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Analis kebijakan resmi, adalah pihak yang secara formal ditunjuk oleh penentu
kebijakan untuk membantunya menilai, menganlisa, menimbang, mengkaji secara
serius dan mendalam mengenai sebuah proposal kebijakan. Analis ini dapat berupa
sebuah komisi atau lembaga yang dibentuk pemerintah, misalnya pakar dari
perguruan tinngi, pelaku bisnis, tokoh masyarakat dan sebagainya.
2. Analis kebijakan tak resmi, adalah berbagai pihak yang tanpa diminta secara formal
oleh pengambil kebijakan memberikan nasehat, penilaian atau pertimbangan terhadap
sebuah proposal kebijakan public. Analis ini bisa berupa perorangan, kelompok atau
organisasi. Mereka bisa memberikan masukan melalui media massa atau media yang
lain.
C. 2. Model Inkremental
Model ini berdasarkan asumsi sosial yang mengakui adanya kenyataan
ketidaksempurnaan. Model ini dipengaruhi oleh konsep manusia administrasi, dimana terdapat
kesadaran tentang keterbatasan seorang manajer atau administrator publik dalam menjalankan
fungsi publiknya. Model ini dikembangkan oleh Charles E. Lindblom dan Herbert Simon.
Secara prinsip, model ini mendasarkan diri pada paradigma bahwa kebijakan publik merupakan
perbaikan dari berbagai kebijakan yang sudah pernah ada. Ini artinya kebijakan bermodel
inkrementalis merupakan kebijakan yang bersifat evolutif dan tambal sulam terhadap berbagai
kelemahan yang sudah ada.
Oleh kaerna kebijakan publik selalu berkaitan dengan keterbatasan waktu, keahlian dan
biaya maka tidak mungkin membuat keputusan yang rasional dan komprehensif.dengan
demikian alternatif yang paling realistis adalah memperbaiki dan meningkatan kebijakan publik
yang sudah ada agar lebih baik,lebih efektf, dan efisien.
Menurut terry w. Hartle ( dalam islamy 1986 hlm 61) karakteristik kebijakan publik
yang bersifat inkrementalis dapat diketahui dari beberapa hal,seperti :
1. fokus permasalahan kebijakan tidak di teliti atau dinilai semuanya tetapi hanya
masalah masalah tertentu yang perlu dinilai dibandingkan dengan kebijakan
kebijakan yang lalu.masalah masalah tertentu inilah yang secara mendalam
dikaji,dinilai ,dan dipelajari.
2. Hanya beberapa aletrnatif dan konsekuensi kebijakan saja yang didalami secara
penuh, karena berbagai keterbatasan seperti tenaga ahli, waktu dan sumber daya,
3. Kalau ditemukan masalah yang spesifik dan menantang, para kaum inkrementalis
akan terus mengkaji dan mendefinisikan, merekonstruksi dan mereview untuk
perbaikan pada masa yang aakan dating,
4. Kebijakan public bersifat mengobati dan ditujukan khusus mengenai isyue-isyu yang
konkrit.