Anda di halaman 1dari 33

STATISTIKA

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menerima atau membaca beraneka ragam laporan
dalam bentuk angka atau diagram. Laporan dalam bentuk angka atau diagram tersebut disebut
statistik. Misalnya, sebuah penerbit melaporkan hasil produksinya untuk lima tahun terakhir, atau
sebuah sekolah melaporkan rata-rata nilai masing-masing mata pelajaran setiap ulangan umum.

Statistika merupakan salah satu cabang matematika yang mempelajari:


 Cara pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data dengan sistematis, agar data-
data itu dapat dipahami dengan jelas (Statistika deskriptif)
 Menganalisis dan menafsirkan data-data agar dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan, perencanaan, dan kesimpulan dengan tepat dari sifat-sirat data tersebut
(Statistika inferensial)
Dalam suatu penelitian sering melibatkan istilah populasi dan sampel. Populasi adalah seluruh
objek yang akan diteliti sedangkan sebagian dari populasi yang benar-benar diamati disebut
sampel.

A. PENGUMPULAN DATA

Menurut sifatnya, data dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut.


1. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Data kuantitatif terbagi
atas dua bagian, yaitu data cacahan dan data ukuran.
a) Data cacahan (data diskrit) adalah data yang diperoleh dengan cara membilang.
Misalnya, data tentang banyak anak dalam keluarga.
b) Data ukuran (data kontinu) adalah data yang diperoleh dengan cara mengukur.
Misalnya, data tentang ukuran tinggi badan murid .
2. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang bukan berbentuk bilangan. Data kualitatif berupa ciri, sifat,
atau gambaran dari kualitas objek. Data seperti ini disebut atribut. Sebagai contoh, data
mengenai kualitas pelayanan, yaitu baik, sedang, dan kurang.
Cara untuk mengumpulkan data, antara lain adalah melakukan wawancara, mengisi lembar
pertanyaan (questionery), melakukan pengamatan (observasi), atau menggunakan data yang sudah
ada, misalnya rataan hitung nilai rapor.
B. PENYAJIAN DATA
Data yang dikumpulkan untuk laporan atau akan dianalisis lebih lanjut perlu diatur, disusun,
disajikan dengan jelas dan baik, yaitu biasanya disajikan dalam bentuk tabel/daftar dan
diagram/grafik. Penyajian data yang demikian memudahkan orang untuk membaca data itu atau
lebih dimengerti oleh pembaca atau orang yang membuat keputusan berdasarkan data tersebut.

1. Penyajian Data dalam Bentuk Tabel

Untuk menyusun sekumpulan data yang urutannya belum tersusun secara teratur, data
tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Sebuah tabel umumnya terdiri dari beberapa bagian:
judul tabel, judul kolom, judul baris, badan tabel, catatan dan sumber data. Penyajian data
dalam bentuk tabel mengutamakan keakuratan dan ketepatan datanya, meskipun secara
tampilan tidak menarik. Kita perhatikan contoh tabel perkiraan cuaca berikut.

Contoh 1.1
Tabel 1.1 Perkiraan Cuaca Kota-kota Besar di Indonesia

Kota Cuaca Suhu (◦C) Kelembaban (%)


Ambon Berawan 23-33 61-95
Bandung Hujan 19-29 65-95
Denpasar Hujan 25-31 73-96
Jakarta Hujan 25-33 65-93
Jayapura Hujan 24-33 60-90
Makasar Hujan 24-33 66-90
Medan Hujan 24-30 63-93
Palembang Hujan 23-32 68-98
Pontianak Hujan 24-33 65-96
Semarang Hujan 24-32 58-92
Surabaya Hujan 24-33 56-92
Djogyakarta hujan 24-33 58-93
Sumber : Seputar Indonesia, 22 Januari 2007
Dari contoh table 1.1
Judul tabel : Perkiraan Cuaca Kota-kota Besar di Indonesia
Judul kolom : Kota, Cuaca, Suhu, dan Kelembaban
Judul baris : Ambon, Denpasar, Bandung,…, Djogjakarta
Badan Tabel : data cuaca (berawan, hujan), data suhu dan data kelembaban
Sumber : Seputar Indonesia, 22 Januari 2007
Dengan menyajikan data seperti itu, kita dapat dengan mudah membaca table itu, sebagai contoh; pada
hari Senin, 22 Januari 2007, di kota Denpasar diperkirakan hujan, suhu 25◦C-31◦C dan kelembaban 73%-
96%.
2. Penyajian Data dalam Bentuk Diagram
a. Diagram Batang
Diagram batang adalah suatu penyajian data dengan menggunakan batang-batang
berarah vertikal atau horizontal. Pada diagram ini antara batang satu dengan yang
lainnya diberikan jarak sehingga letak tiap batang tadi tampak terpisah. Pada
diagram batang juga dilengkapi dengan skala sehingga nilai dapat dibaca dari
diagram tersebut.

Contoh 1.2 Data banyaknya sepeda motor di suatu wilayah pada tahun 2007 sampai
dengan 2011 disajikan pada tabel 1.2 berikut.

Tabel 1.2 Data Banyaknya Sepeda Motor dari tahun 2007-2011

Tahun Banyaknya
Sepeda motor
2007 1539
2008 1970
2009 3144
2010 4405
2011 5931

Bentuk diagram batangnya disajikan pada Gambar 1.1

Banyaknya Sepeda Motor di sebuah Wilayah pada Tahun


2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011
7000
2011
6000
banyak-
nya 5000 2010
sepeda 4000
tahun

motor 2009
3000
2008
2000

1000 2007
0
2007 2008 2009 2010 2011 0 2000 4000 6000 8000
tahun
banyaknya sepeda motor
(b) Diagram Batang Tegak (a) Diagram Batang Mendatar
Gambar 1.1 diagam batang
b. Diagram Garis
Penyajian data statistik dengan menggunakan diagram berbentuk garis lurus
disebut diagram garis lurus atau diagram garis. Diagram garis biasanya digunakan
untuk menyajikan data statistik yang diperoleh berdasarkan pengamatan dari
waktu ke waktu secara berurutan.
Seperti halnya diagram batang, diagram garis pun memerlukan sistem sumbu datar
(horizontal) dan sumbu tegak (vertikal) yang saling berpotongan tegak lurus.
Sumbu mendatar biasanya menyatakan jenis data, misalnya waktu dan berat.
Adapun sumbu tegaknya menyatakan frekuensi data.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk membuat diagram garis adalah sebagai
berikut.
Buatlah suatu koordinat
(berbentuk bilangan) Secara berurutan sesuai
Gambarlah titik koordinat
dengan sumbu mendatar dengan waktu,
yang menunjukkan data
menunjukkan waktu dan hubungkan titik titik
pengamatan pada waktu
sumbu tegak koordinat tersebut
t.
menunjukkan data dengan garis lurus.
pengamatan.

Contoh 1.3
Hasil penjualan gula pasir di distributor Seroja pada periode Januari-Juli
2010 ditunjukan pada Tabel 1.3 berikut.
Bulan Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli
Jumlah (ons) 10 15 30 35 25 45 60

Data tersebut dapat ditunjukan dalam diagram garis seperti pada Gambar 1.2
70

60

50
jumlah (ons)

40

30

20

10

0
Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli
bulan

Gambar 1.2 diagam garis


c. Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran adalah penyajian data statistik dengan menggunakan gambar
yang berbentuk lingkaran. Bagian-bagian dari daerah lingkaran menunjukkan
bagian atau persen dari keseluruhan. Untuk membuat diagram lingkaran, terlebih
dahulu ditentukan besarnya persentase tiap objek terhadap keseluruhan data dan
besarnya sudut pusat sektor lingkaran.

Contoh 1.4
Daftar jumlah siswa kelas XI A yang mengambil pelajaran ekstrakurikuler adalah
sebagai berikut.
Tabel 1.3 Data Anggota Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler Banyaknya
Siswa
Musik 9
Tari 5
Bulutangkis 6
Basket 8
Lain-lain 12
Menentukan besar presentase setiap objek terhadap keseluruhan data dan besar
sudut pusat sektor lingkaran sebagai berikut.
Ekstrakurikuler Jumlah persen Sudut pusat
Musik 9 9 9
× 100% = 22,5% × 360° = 81°
40 40
Tari 5 5 5
× 100% = 12,5% × 360° = 45°
40 40
Bulutangkis 6 6 6
× 100% = 15% × 360° = 54°
40 40
Basket 8 8 8
× 100% = 20% × 360° = 72°
40 40
Lain-lain 12 12 12
× 100% = 30% × 360° = 108°
40 40
40

Data Anggota Ekstrakurikuler


Jadi, gambar dari
diagram lingkarannya
adalah seperti 22,5%
Lain-lain
gambar di samping. 30%
12.5%
Basket
20%
Bulutangkis
15%
Gambar 1.3 diagram lingkaran
3. Distribusi Frekuensi
Seringkali kita menjumpai sekumpulan data amatan dalam jumlah atau ukuran yang
besar untuk dianalisis. Ukuran data yang besar ini dapat disederhanakan dengan cara
menentukan banyak nilai amatan yang sama, atau banyak nilai amatan yang terletak
pada interval tertentu. Banyak nilai amatan yang sama atau banyak nilai amatan yang
terletak pada interval tertentu itu disebut frekuensi.
Tabel yang memuat nilai amatan atau nilai amatan yang terletak pada interval tertentu
bersama-sama frekuensinya disebut sebagai tabel distribusi frekuensi. Sebagai
konsekuensi dua amatan ini, maka kita mempunyai dua macam; tabel distribusi
frekuensi tunggal dan tabel distribusi terkelompok.

a. Tabel Distribusi Frekuensi Tunggal


Untuk memahami cara membuat tabel ini, kita perhatikan hasil ujian semester mata
pelajaran Matematika 30 sisiwa:
80 30 50 70 70 70 40 80 90 50
80 90 70 70 60 60 60 70 50 60
60 60 70 60 60 80 80 80 60 70
catatan Dari kumpulan dia atas kita dapat membaca bahwa:
1 siswa mendapat nilai 30
Turus (tally) adalah 1 siswa mendapat nilai 40
cara mudah
3 siswa mendapat nilai 50
menghitung frekuensi.
9 siswa mendapat nilai 60
Banyak kelas biasanya
diambil paling sedikit 5 8 siswa mendapat nilai 70
dan paling banyak 20. 6 siswa mendapat nilai 80
2 siswa mendapat nilai 90
Keterangan-keterangan ini tentu saja akan lebih praktis apabila
kita sajikan seperti dalam tabel berikut ini.
Tabel 1.4
Nilai Ujian (xi) Turus Banyak siswa/ frekuensi
(fi)
30 I 1
40 I 1
50 III 3
60 IIII IIII 9
70 IIII III 8
80 IIII I 6
90 II 2
Penyajian data seperti Tabel 1.4 disebut tabel distribusi frekuensi tunggal. Dari
tabel ini dengan cepat dapat ditemukan berapa banyak frekuensi siswa yang
memperoleh nilai 30, 40 dan seterusnya.
b. Tabel Distribusi Kelompok
Jika kita dihadapkan pada kelompok data amatan yang sangat besar ukurannya,
maka pembuatan tabel distribusi frekuensi tunggal juga kurang efektif. Untuk kasus
demikian akan lebih baih apabila kumpulan data tersebut kita kelompokan ke
dalam beberapa kelas interval terlebih dahulu.
Berikut ini adalah tabel berat badan siswa kelas XI IPA
Tabel 1.5
Panjang Benda (dalam cm) Turus Frekuensi (fi)
71 - 80 II 2
81 - 90 IIII 4
91 – 100 IIII IIII IIII IIII IIII 25
101 – 110 IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 47
IIII II
111 – 120 IIII IIII IIII III 18
121 – 130 IIII 4
Dalam tabel distribusi frekuensi berkelompok ada beberapa pengertian dan aturan
yang perlu dipahami.
1. Kelas
Kelas adalah interval suatu data yang memuat beberapa data. Tabel di atas
memuat 6 kelas yaitu kelas pertama 71-80, kelas kedua 81-90, kelas ketiga 91-
100 dan seterusnya.
2. Batas Kelas
Pada setiap kelas nilai terkecil disebut batas bawah dan nilai terbesar disebut
batas atas kelas. Sebagai contoh pada kelas interval 91-100 batas bawahnya 91
dan batas atasnya adalah 100.
3. Tepi Kelas
Tepi kelas adalah setengah dari jumlah batas atas dan batas bawah dua kelas
interval yang berurutan. Sebagai contoh, kelas pertama 71 – 80 dan kelas kedua
1
81 – 90 maka tepi kelas adalah 2 (80 + 81) = 80,5 yang merupakan tepi atas(ta)
kelas pertama dan tepi bawah(tb) kelas kedua.
4. Panjang Kelas
Jika masing-masing kelas mempunyai panjang yang sama, maka panjang kelas
merupakan selisih antara tepi atas dengan tepi bawah.
Panjang kelas = tepi atas – tepi bawah
Panjang kelas disebut juga lebar kelas atau interval kelas.
5. Titik Tengah Kelas
Titik tengah sebuah kelas adalah suatu nilai yang dapat dianggap mewakili kelas
itu. Titik tengah kelas disebut juga nilai tengah kelas atau rataan kelas dan
ditetapkan sebagai berikut.
𝟏
Titik tengah = 𝟐 (batas bawah + batas atas)
Menyusun Tabel Frekuensi Berkelompok
Sebelum menyusun tabel distribusi frekuensi berkelompok sebaiknya terlebih
dahulu data diurutkan dari datum terkecil sampai datum terbesar.
Data yang telah diurutkan seperti itu disebut statistika jajaran atau statistika
peringkat. Dari statistika jajaran dapat ditetapkan nilai datum terkecil, disebut
statistika minimum yaitu xmin=x1 dan nilai datum terbesar, disebut statistik
maksimum, yaitu xmaks=xn. Kedua statistik ini (xmin dan xmaks) disebut sebagai
statistik-statistik ekstrim.
Tabel distribusi frekuensi berkelompok dapat disusun melalui langkah-langkah
sebagai berikut.

•menentukan nilai data terbesar (xmaks ) dan nilai data terkecil (xmin )
kemudian tentukan rentang atau jangkauannya, yaitu: R = xmaks - xmin
1

•tentukan banyak kelas (k) dari n buah data berdasarkan aturan Sturgess,
yaitu k = 1 + 3,3 log n
2

•menentukan panjang kelas atau interval kelas dengan rumus:


panjang kelas= rentang/banyak kelas
3

•dengan menggunakan nilai panjang kelas yang diperoleh pada step 3,


tetapkan kelas-kelasnya sehingga mencakup semua nilai amatan
4

•tentukan frekuensi setiap kelasnya dengan menggunakan sistem turus.


kemudian susunlah tabel distribusi frekuensi berkelompok
5

Contoh 1.5

Suatu data diperoleh dari 40 kali pengukuran (teliti sampai mm terdekat) sebagai
berikut.
157 149 125 144 132 156 164 138 144 152
148 136 147 140 158 146 165 154 119 163
176 138 126 168 135 140 153 135 147 142
173 146 162 145 135 142 150 150 145 128
Buatlah tabel distribusi frekuensi berkelompok untuk data tersebut!
Jawab:
Banyak data, n = 40
Nilai statistik minimum xmin = 119, dan nilai statistik maksimum xmaks = 176.
1. Rentang (R) = xmaks - xmin = 176 – 119 = 57
2. Banyaknya kelas (k) = 1 + 3,3 log n = 1+ 3,3 log 40 = 6,286...
Banyak kelas dibulatkan ke atas menjadi k=7 buah.
𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 57
3. Panjang kelas = = = 8,1428...
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 7
Panjang kelas dibulatkan ke atas menjadi 9.
4. Dengan panjang kelas 9 dan nilai statistik minimum Catatan
ditetapkan sebagai batas bawah kelas pertama (tidak harus Dalam menentukan
demikian), maka diperoleh kelas-kelas dan titik-titik tengah banyak kelas dengan
kelas sebagai berikut. menggunakan kaidah
Kelas pertama 119-127 dengan titik tengah 123, empiris Sturgess, nilai
Kelas ketiga 128-136 dengan titik tengah 132, k yang diperoleh nilai k
Kelas kedua 137-145 dengan titik tengah 141, nukan bilangan bulat.
Nilai k itu harus
Kelas keempat 146-154 dengan titik tengah 150,
dibulatkan (ke bawah
Kelas kelima 155-163 dengan titik tengah 159, atau ke atas)
Kelas keenam 164-172 dengan titik tengah 168, dan sedemikian sehingga
Kelas ketujuh 173-181 dengan titik tengah 177. panjang kelas yang
Perhatikan bahwa semua nilai amatan terdistribusikan atau diperoleh merupakan
tersebar dalam kelas-kelas tersebut. bilangan ganjil dan
tidak terlalu besar.
5. Tabel distribusi berkelompok untuk data tersebut dapat ditampilkan dalam
tabel berikut.
Tabel 1.6
Hasil pengukuran Titik tengah (xi) Turus Frekuensi
(mm) (fi)
119 – 127 123 III 3
128 – 136 132 IIII I 6
137 – 145 141 IIII IIII 10
146 – 154 150 IIII IIII I 11
155 – 163 159 IIII 5
164 – 172 168 III 3
173 - 181 177 II 2

4. Frekuensi Relatif dan Frekuensi Kumulatif


a. Daftar Frekuensi relatif
Daftar frekuensi relatif adalah distribusi frekuensi yang frekuensi relatif masing-
masing kelasnya dapat diperoleh dengan menyatakan persentase frekuensi kelas
tersebut terhadap jumlah seluruh frekuensi.
Sebagai contohnya, mari kita lihat lagi Tabel 1.6 dengan ukuran data atau nilai n= 40.
Maka tabel distribusi relatifnya adalah sebagai berikut.
Tabel 1.7
Hasil pengukuran Frekuensi Frekuensi relatif
(mm) (fi)
119 – 127 3 3
× 100% = 7,5%
40
128 – 136 6 6
× 100% = 15%
40
137 – 145 10 10
× 100% = 25%
40
146 – 154 11 11
× 100% = 27,5%
40
155 – 163 5 5
× 100% = 12,5%
40
164 – 172 3 3
× 100% = 7,5%
40
173 - 181 2 2
× 100% = 5%
40

b. Daftar Frekuensi kumulatif


Daftar distribusi frekuensi kumulatif dapat disusun dari daftar distribusi berkelompok.
Terdapat dua jenis tabel distribusi kumulatif, yaitu
 Frekuensi kumulatif kurang dari (fk kurang dari) -> di definisikan sebagai
jumlah frekuensi semua nilai amatan yang kurang dari atau sama dengan nilai
tepi atas pada tiap-tiap kelas. Dilambangkan dengan fk ≤.
 Frekuensi kumulatif lebih dari (fk lebih dari) -> di definisikan sebagai jumlah
frekuensi semua nilai amatan yang lebih dari atau sama dengan nilai tepi bawah
pada tiap-tiap kelas. Dilambangkan dengan fk ≥.
Sebagai contohnya, mari kita lihat lagi Tabel 1.6 dengan mencantumkan batas atas dan
batas bawah dari tiap kelas intervalnya sehingga diperoleh tabel frekuensi kumulatif
sebagai berikut.
Tabel 1.8
Hasil pengukuran Frekuensi Tepi Tepi Frekuensi Kumulatif
(mm) (fi) bawah atas fk ≤ta fk ≥tb
119 – 127 3 118,5 127,5 3 40
128 – 136 6 127,5 136,5 9 37
137 – 145 10 136,5 145,5 19 31
146 – 154 11 145,5 154,5 30 21
155 – 163 5 154,5 163,5 35 10
164 – 172 3 163,5 172,5 38 5
173 - 181 2 172,5 181,5 40 2
5. Histogram, Poligon, dan Ogive
Penyajian data yang dikelompokan menurut distribusi frekuensi dapat dinyatakan
dengan grafik yang disebut histogram. Histogram adalah diagram batang yang
menyajikan daftar distribusi berkelompok.
Langkah-langkah untuk membuat histogram suatu data berkelompok adalah sebagai
berikut.
1. Menggambar sumbu horizontal (untuk nilai) dan sumbu vertikal (untuk frekuensi).
2. Menggambar persegi panjang untuk setiap interval. Alas persegi panjang
menunjukan panjang kelas, yaitu dari tepi bawah kelas sampai tepi atas kelas,
sedangkan tinggi persegi panjang menunjukan frekuensinya.
3. Di atas setiap persegi panjang dapat ditulis frekuensi masing-masing agar
histogram mudah dibaca.
Jika titik-titik tengah dari sisi atas tiap persegi panjang yang berdekatan pada
histogram dihubungkan maka akan diperoleh grafik garis yang disebut poligon
frekuensi.

Sebagai contoh, Histogram dan poligon frekuensi dari tabel daftar distribusi
kumulatif (Tabel 1.8) disajikan pada gambar berikut.

Gambar 1.4 histogram dan poligon frekuensi

12
11
10 histogram
10

8
poligon
6
6
5

4
3 3
2
2

0
118,5 127,5 136,5 145,5 154,5 163,5 172,5 181,5
Ogive (poligon distribusi frekuensi kumulatif) adalah bentuk kurva dari daftar distribusi
frekuensi kumulatif.
Ogive terdiri dari ogive positif (ogive kurang dari) dan ogive negatif (ogive lebih dari).
 Ogive positif dibentuk dengan menghubungkan titik-titik dengan tepi atas
sebagai absis dan frekuensi kumulatif kurang dari sebagai ordinat.
 Ogive negatif dibentuk dengan menghubungkan titik-titik dengan tepi bawah
sebagai absis dan frekuensi kumulatif lebih sebagai ordinat.
Dengan kata lain ogive positif adalah poligon frekuensi kumulatif kurang dari.
Sedangkan ogive negatif adalah poligon frekuensi kumulatif lebih dari.

Gambarlah ogive dari data pada Tabel 1.8!


Jawab: 45
a) Ogive positif 40
35
30
25
Gambar 1.5
20
ogive positif
15
10
5
0 127,5 136,5 145,5 154,5 163,5 172,5 181,5

b) Ogive negatif 45

40

35

Gambar 1.6 30
ogive negatif 25

20

15

10

0
118,5 127,5 136,5 145,5 154,5 163,5 172,5
C. PENGOLAHAN DATA

1. Ukuran Pemusatan Data


Nilai statistika yang dapat menggambarkan keadaan suatu data antara lain adalah
mean (rataan hitung), modus, dan median dengan menyatakan ukuran pemusatan
data.

1) Rataan Hitung (Mean)


a. Rataan hitung (Mean) pada data tunggal

Definisi
Rataan hitung (𝑥̅ ) dari data tunggal 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … . , 𝑥𝑛 adalah:
n

𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 + … . +𝑥𝑛 x
i 1
i
𝑥̅ = =
𝑛 n

Secara umum, apabila nilai-nilai data kuantitatif dinyatakan dengan


𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … . , 𝑥𝑛 (terdapat 𝑛 buah datum) dengan setiap datum mempunyai
frekuensi 𝑓1 , 𝑓, 𝑓3 , … . , 𝑓𝑛 . Maka rataan hitung (𝑥̅ ) ditentukan oleh rumus
berikut.
n

𝑓1 𝑥1 + 𝑓2 𝑥2 + 𝑓3 𝑥3 + … . +𝑓𝑛 𝑥𝑛 x
i 1
i
𝑥̅ = =
𝑓1 + 𝑓2 + 𝑓3 + ⋯ + 𝑓𝑛 n

f
i 1
i

Jika data pertama dengan jumlah 𝑛1 mempunyai rata-rata 𝑥̅1 , data kedua
dengan jumlah 𝑛2 mempunyai rata-rata 𝑥̅ 2 , dan seterusnya, maka rata-rata
gabungan dari data tersebut adalah

𝑛1 𝑥̅1 + 𝑛2 𝑥̅ 2 + 𝑛3 𝑥̅ 3 + ⋯
𝑥̅𝑔𝑎𝑏 =
𝑛1 + 𝑛2 + 𝑛3 + ⋯

b. Rataan hitung (Mean) pada data kelompok


Untuk data yang disajikan dalam daftar distribusi frekuensi, maka rataan
hitungnya dapat ditentukan dengan rumus:
k

fx
i 1
i i
𝑥̅ = k

f
i 1
i

dengan: 𝑥𝑖 = titik tengah kelas interval

𝑓𝑖 = frekuensi dari 𝑥𝑖

𝑘= banyaknya kelas interval

Selain menggunakan cara di atas, kita dapat menentukan rataan dari


sekumpulan data dengan terlebih dahulu menentukan rataan sementaranya.
Rataan sementara biasanya diambil dari nilai tengah yang mempunyai
frekuensi terbesar. Terdapat dua cara dalam menghitung rataan setelah rata-
rata sementara ditentukan, yaitu cara simpangan rataan dan cara pengkodean
(coding).
1) Cara Simpangan Rataan
Rataan Hitung dengan cara simpangan rataan dapat ditentukan
dengan rumus sebagai berikut.

dengan𝑥̅ 𝑠 = ratan sementara


k

fd
i 1
i i
𝑑𝑖 =simpangan 𝑥𝑖 terhadap 𝑥̅ 𝑠
𝑥̅ = 𝑥̅ 𝑠 + k

fi 1
i 𝑑𝑖 = 𝑥𝑖 − 𝑥̅ 𝑠

2) Cara Pengkodean (Coding)


Rataan Hitung dengan cara pengkodean dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut.

Catatan
k

f
i 1
i  di Cara coding
𝑥̅ = 𝑥̅ 𝑠 + k
𝑐 dimaksudkan untuk
f i menghindari
( i 1 ) perkalian yang besar
( f i  xi atau f i  di )

dengan 𝑐 = panjang kelas interval


𝑢 𝑖 = kode
Contoh 1.6 𝑥𝑖 − 𝑥̅ 𝑠
𝑢𝑖 =
𝑐
1. Tentukan rataan hitung dari data: 4, 3, 2, 5, 6, 7, 8, 5.
Jawab:
4+3+2+5+6+7+8+5 40
𝑥̅ = = 5
8 8
Jadi, rataan hitungnya adalah 𝑥 = 5.

2. Tiga kelas A, B, dan C berturut-turut terdiri dari 10 siswa, 20 siswa, dan 15 siswa.
Rata-rata nilai gabungan dari ketiga kelas adalah 55. Jika rata-rata nilai kelas A
dan C berturut-turut 56 dan 65, tentukan rata-rata nilai kelas B.
Jawab:
Kelas A : 𝑛𝐴 = 10 dan 𝑥̅𝐴 = 56
Kelas C : 𝑛𝐶 = 15 dan 𝑥̅ 𝐶 = 65
Kelas B : 𝑛𝐵 = 20 dan 𝑥̅ 𝐵 =?
𝑥̅𝑔𝑎𝑏 = 55
𝑛𝐴 𝑥̅𝐴 + 𝑛𝐵 𝑥̅ 𝐵 + 𝑛𝐶 𝑥̅ 𝐶
𝑥̅𝑔𝑎𝑏 =
𝑛𝐴 + 𝑛𝐵 + 𝑛𝐶

10.56 + 20𝑥̅𝐵 + 15.65


55 =
10 + 20 + 15
560 + 20𝑥̅ 𝐵 + 975
55 =
45

2.475=20𝑥̅𝐵 +1.535

𝑥̅ 𝐵 = 47

Jadi, rata-rata nilai kelas B adalah 47.

2) Modus
a. Modus pada data tunggal

Definisi
Modus adalah nilai data yang paling sering muncul atau nilai data yang
mempunyai frekuensi terbesar.
b. Modus pada data kelompok
Modus data berkelompok dirumuskan sebagai berikut:

𝑑1
𝑀𝑜 = 𝑡𝑏 + ( )⋅𝑐
𝑑1 + 𝑑2

dengan: 𝑡𝑏 =tepi bawah kelas modus

𝑑1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya

𝑑2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya

𝑐= panjang kelas

Contoh 1.7

1. Data: 4, 7, 7, 7, 5, 4, 9 mempunyai modus 7 Nilai Frekuensi


2. Data: 2, 5, 6, 8, 9, 12, 15, 17 tidak mempunyai modus 50-54 2
55-59 4
3. Tentukan modus dari tabel di sampaing ini. 60-64 6
Jawab 65-69 18
70-74 9
Frekuensi modusnya 18, kelas modusnya 65-69, dan 75-79 15
tepi bawah frekuensi modus (𝑡𝑏 )=64,5 80-84 6

𝑑1 = 18 – 6 = 12
𝑑2 = 18 – 9 = 9
𝑐= 69,5 – 64,5 = 5
𝑑1
𝑀𝑜 = 𝑡𝑏 + ( )⋅𝑐
𝑑1 + 𝑑2
12
= 64,5 + ( )⋅5
12 + 9
12
= 64,5 + ⋅5
21
= 64,5 + 2,86 = 67,36
3) Median

Definisi
Median adalah suatu nilai yang membagi data menjadi dua bagian yang sama
banyaknya setelah data tersebut diurutkan dari yang terkecil hingga yang
terbesar.

a. Median pada data tunggal


Misalnya terdapat data 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … . , 𝑥𝑛 dengan 𝑥1 < 𝑥2 < 𝑥3 … . < 𝑥𝑛 .
 Jika 𝑛 ganjil, maka 𝑀𝑒 = 𝑥𝑛+1
2
1
 Jika 𝑛 genap, maka 𝑀𝑒 = (𝑥𝑛 + 𝑥𝑛+1 )
2 2 2

b. Median pada data kelompok


Jika data yang tersedia merupakan data kelompok, artinya data itu
dikelompokkan ke dalam interval-interval kelas yang sama panjang. Untuk
mengetahui nilai mediannya dapat ditentukan dengan rumus berikut ini.
Ingat!
1 Dalam menentukan
𝑛 − 𝑓𝑘
𝑀𝑒 = 𝑡𝑏 + (2 )⋅𝑐 median, data harus
𝑓 diurutkan dari yang
terkecil.

dengan: 𝑡𝑏 =tepi bawah kelas median

𝑛= banyaknya data

𝑓𝑘 = frekuensi kumulatif sebelum kelas median

𝑓=frekuensi kelas median

𝑐= panjang kelas Catatan

Contoh 1.8 Kelas median adalah


kelas dengan frekuensi
1. Tentukan median dari bilangan-bilangan berikut. kumulatif mencapai 2
1

a) 2, 4, 3, 4, 6, 5, 8, 8, 9 atau lebih, bukan kelas


b) 27, 28, 26, 21, 29, 29 yang terletak di tengah.
Jawab:
a) 𝑛=9 (ganjil)
Data yang telah diurutkan: 2, 3, 4, 4, 5, 6, 8, 8, 9.
𝑀𝑒 = 𝑥9+1 = 𝑥5 = 5
2
Jadi mediannya adalah 5
b) 𝑛=6 (genap)
Data yang telah diurutkan: 21, 26, 27, 28, 29, 29
1 1 1
𝑀𝑒 = (𝑥6 + 𝑥6 ) = (𝑥3 + 𝑥4 ) = (27 + 28) = 27, 5
2 2 2
+1 2 2

Jadi mediannya adalah 27, 5


2. Hitunglah median untuk data berkelompok berikut.
Kelas interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif
42-48 3 3
49-55 10 13
56-62 20 33
63-69 13 46
70-76 4 50
Jumlah 50
Jawab
Karena ukuran datanya adalah 50, 𝑀𝑒 terletak pada kelas interval 56-62, sehingga
𝑡𝑏 = 56 - 0,5 = 55,5
𝑛= 50, 𝑓𝑘 = 13, 𝑓=20
𝑐= 62,5 – 55,5 = 7
Oleh karena itu,
1 1
2 𝑛 − 𝑓𝑘 50 − 13
𝑀𝑒 = 𝑡𝑏 + ( ) ⋅ 𝑐 = 55,5 + (2 ) ⋅ 7 = 59,7
𝑓 20

2. Ukuran Letak Data


Selain ukuran pemusatan data, ukuran letak data dapat juga digunakan utuk
mendapatkan gambaran tentang data. Jika kita ingin membagi kelompok data
menjadi empat bagian yang sama, maka dapat digunakan nilai kuartil. Tetapi jika
ingin membagi kelompok data menjadi sepuluh bagian yang sama, maka dapat
digunakan nilai desil, sedangkan untuk membagi menjadiseratus bagian sama dapat
digunakan niali persentil.
1. Kuartil
a. Kuartil data tunggal

Definisi
Kuartil adalah nilai yang membagi data menjadi empat bagian yang sama banyak,
setelah data diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar.

Terdapat 3 buah kuartil, yaitu kuartil bawah (Q1), kuartil tengah (Q2), dan kuartil atas (Q3).
Kuartil-kuartil suatu data dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut.
1) Mengurutkan data dari nilai yang terkecil hingga yang terbesar
2) Menentukan median atau kuartil kedua (Q2)
3) Menentukan Q1 (median dari semua data yang kurang dari Q 2) dan Q3 (median dari
semua data yang lebih dari Q2)
Letak dari 𝑄𝑖 dirumuskan sebagai berikut 𝑖 (𝑛+1)
Letak 𝑄𝑖 =
Dengan 𝑄𝑖 = kuartil ke-𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑛= banyak data 4

Contoh𝑄1.9
Tentukan 1 , 𝑄2 , 𝑄3 untuk data-data berikut.
a. 4, 8, 3, 1, 6, 9, 5, 1
b. 3, 4, 7, 8, 7, 4, 8, 4, 9, 10, 8, 3, 7, 12
Jawab:
a. Data yang telah diurutkan:
1
1, 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9 Jadi, 𝑄1 = (1 + 3) = 2
2
1
𝑄2 = (4 + 5) = 4,5
2
1
𝑄3 = (6 + 8) = 7
2

b. Data yang telah diurutkan: 3, 3, 4, 4, 4, 7, 7, 7, 8, 8, 8, 9, 10, 12


𝑄 𝑄1 (14+1)
𝑄3 15 3
Letak 𝑄11 = 2 = = 3 sehingga:
4 4 4
3 3
𝑄1 = 𝑥3 + (𝑥4 − 𝑥3 ) = 4 + (4 − 4) = 4
4 4
2 (14+1) 15 1
Letak 𝑄2 = 4
= 2 = 7 2 sehingga:
1 1
𝑄2 = 𝑥7 + (𝑥7 − 𝑥6 ) = 7 + (7 − 7) = 7
2 2
3 (14+1) 45 1
Letak 𝑄3 = 4
= 4 = 11 4 sehingga:
1 1 1
𝑄3 = 𝑥11 + (𝑥12 − 𝑥11 ) = 8 + (9 − 8) = 8 = 8,25
4 4 4
Jadi 𝑄1 = 4, 𝑄2 = 7, 𝑄3 = 8,25
b. Kuartil data kelompok
Menetukan letak kuartil untuk data kelompok, caranya sama dengan
data
tunggal. Nilai kuartil dirumuskan sebagai berikut.

𝑖
4 𝑛 − 𝑓𝑘
𝑄𝑖 = 𝑡𝑏 + ( )
𝑓
Dengan: 𝑄𝑖 =⋅ 𝑐kuartil ke- 𝑖
𝑡𝑏 = tepi bawah kelas kuartil
𝑛 =banyaknya data
𝑓𝑘 = frekuensi kumulatif sebelum kelas kuartil
𝑓 = frekuensi kelas kuartil
𝑐= panjang kelas
𝑖= 1, 2, 3

Contoh 1.10

Tentukan nilai kuartil bawah 𝑄1 , tengah 𝑄2 , dan atas 𝑄3 data kelompok pada tabel berikut.

Skor Frekuensi (𝑓𝑖 ) Frekuensi Kumulatif (𝑓𝑘 )


40-49 1 1
50-59 4 5
60-69 8 13
70-79 14 27
80-89 10 37
90-99 3 40
Jawab
1 1 1 1 3 3
𝑛 =40, 𝑛= 40 = 10, 𝑛= 40 = 20, 𝑛= 40 = 30
4 4 2 2 4 4

𝑐= 10

Kelas 𝑄1 adalah 60-69, kelas 𝑄2 adalah 70-79, kelas 𝑄3 adalah 80-89


1
𝑛− 𝑓𝑘 10− 5
Jadi, 𝑄1 = 𝑡𝑏 + (4 𝑓
) ⋅ 𝑐 = 59,5 + ( 8
) ⋅ 10 = 65,75

1
𝑛 − 𝑓𝑘 20 − 13
𝑄2 = 𝑡𝑏 + (2 ) ⋅ 𝑐 = 69,5 + ( ) ⋅ 10 = 74,5
𝑓 14

3
𝑛 − 𝑓𝑘 30 − 27
𝑄3 = 𝑡𝑏 + (4 ) ⋅ 𝑐 = 79,5 + ( ) ⋅ 10 = 82,5
𝑓 10
2. Desil

Definisi

Desil adalah nilai yang membagi data menjadi sepuluh bagian


yang sama banyak setelah data diurutkan dari yang terkecil
hingga yang terbesar.

Untuk data yang tidak dikelompokkan, letak desil dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.

𝑖 (𝑛 + 1)
𝐷𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒 −
10

Sedangkan nilai desil untuk data berkelompok dapat ditentukan dengan


menggunakan rumus berikut.
𝑖
𝑛 − 𝑓𝑘
𝐷𝑖 = 𝑡𝑏 + (10 )
𝑓
Dengan: 𝐷𝑖⋅=𝑐 desil ke- 𝑖
𝑡𝑏 = tepi bawah kelas 𝐷𝑖
𝑛 =ukuran data
𝑓𝑘 = frekuensi kumulatif sebelum kelas 𝐷𝑖
𝑓 = frekuensi kelas yang memuat 𝐷𝑖
𝑐= panjang kelas
𝑖=1, 2, 3, ..., 9

Contoh 1.11

1. Data; 7 5 8 7 9 6 6 6 8 5 9 8 6 7 9

Tentukan a. 𝐷3 dan b. 𝐷6

jawab:

Data yang telah diurutkan: 5 5 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8 9 9 9


Banyak data, 𝑛 = 15
3 (15+1)
a. Desil ke-3 terletak pada nilai ke- = 4,8
10
Jadi, 𝐷3 = 𝑥4 + 0,8 (𝑥5 − 𝑥4 ) = 6 + 0,8 (6 − 6) = 6
6 (15+1)
b. Desil ke-6 terletak pada nilai ke- = 9,6
10
Jadi, 𝐷6 = 𝑥9 + 0,6 (𝑥10 − 𝑥9 ) = 7 + 0,6 (8 − 7) = 7,6
2. Tentukan desil ke-6 data berkelompok pada tabel berikut.

Frekuensi Frekuensi Kumulatif


Skor
(𝑓𝑖 ) (𝑓𝑘 )
40-
49
50-
59 1 1
60- 4 5
69 8 13
70- 14 27
79 10 37
80- 3 40
89
90-
99
Jawab
𝑖 (𝑛+1) 6 (40+1)
𝐷6 terletak pada nilai ke- = = 24,6 sehingga kelas 𝐷6 adalah 70-79.
10 10
6 6
𝑛− 𝑓𝑘 40− 13
jadi, 𝐷6 = 𝑡𝑏 + ( 10
) ⋅ 𝑐 = 69,5 + ( 10
) ⋅ 10 = 77,36
𝑓 14

3. Persentil

Definisi

Persentil adalah nilai yang membagi data menjadi seratus bagian


yang sama banyak setelah data diurutkan dari yang terkecil
hingga yang terbesar.

Untuk data yang tidak dikelompokkan, letak persentil dapat ditentukan


dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

𝑖 (𝑛 + 1)
𝑃𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑒 −
100
Sedangkan nilai persentil untuk data berkelompok dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus berikut.
𝑖
𝑛 − 𝑓𝑘
𝑃𝑖 = 𝑡𝑏 + (100 )⋅𝑐
𝑓

Dengan: 𝑃𝑖 = Persentil ke- 𝑖


𝑡𝑏 = tepi bawah kelas 𝑃𝑖
𝑛 =ukuran data
𝑓𝑘 = frekuensi kumulatif sebelum kelas 𝑃𝑖
𝑓 = frekuensi kelas yang memuat 𝑃𝑖
𝑐= panjang kelas
𝑖=1, 2, 3, ..., 99

Contoh 1.12

1. Diketahui: 9, 10, 11, 6, 8, 7, 7, 5, 4, 5, tentukan persentil ke-30 dan persentil ke-75


Jawab
Data diurutkan:4, 5, 5, 6, 7, 7, 8, 9, 10, 11
𝑖 (𝑛+1) 30(10+1) 330
Letak persentil ke-30 diurutan data ke- = = = 3,3
100 100 100
𝑃30 = 𝑥3 + 0,3 (𝑥4 − 𝑥3 ) = 5 + 0,3 (6 − 5) = 5,3
Jadi, 𝑃30 =5,3.
𝑖 (𝑛+1) 75(10+1)
Letak persentil ke-75 diurutan data ke- = = 8,25
100 100
𝑃75 = 𝑥8 + 0,25 (𝑥9 − 𝑥8 ) = 9 + 0,25 (10 − 9) = 9,25
Jadi, 𝑃75 =9,25.
2. Diketahui data pada tabel kelompok berikut.

𝑥 𝑓 𝑓𝑘
41-45 3 3
46-50 6 9
51-55 16 25
56-60 8 33
61-65 7 40

Dari data tersebut tentukan:


a. Persentil ke-25
b. Persentil ke-60
Jawab
25
a. Letak 𝑃25 = 100 ⋅ 40 = 10 yaitu pada data ke-10 dan kelas 𝑃25 = 51 − 55 sehingga
diperoleh:
25
⋅ 40 − 9 10 − 9
𝑃25 = 50,5 + (100 ) ⋅ 5 = 50,5 + ( ) 5 = 50,5 + 0,31 = 50,81
16 16
60
b. Letak 𝑃60 = 100 ⋅ 40 = 24 yaitu pada data ke-24 dan kelas 𝑃60 = 56 − 60 sehingga
diperoleh:
60
100 ⋅ 40 − 25 24 − 25
𝑃60 = 55,5 + ( ) ⋅ 5 = 55,5 + ( ) 5 = 55,5 − 0,625 =
8 8

2. Ukuran Penyebaran Data


Nilai mean atau median hanya menitikberatkan pada pusat data, tetapi tidak
memberikan informasi tentang sebaran nilai pada data tersebut. Untuk
membandingkan sebaran data dari dua informasi distribusi nilai adalah salah satu
alasan kita mempelajari ukuran penyebaran data. Ukuran penyebaran data yang
akan dipelajari di antaranya: jangkauan, hamparan, jangkauan semi antarkuartil,
simpangan rata-rata, varians dan simpangan baku.

1. Jangkauan
a. Jangkauan data tunggal

Definisi
Jangkauan data atau rentang data atau range data, 𝐽 adalah selisih antara data
terbesar, 𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠 dengan data terkecil, 𝑥𝑚𝑖𝑛 .

𝐽 = 𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑥𝑚𝑖𝑛
b. Jangkauan data kelompok
Sedangkan untuk jangkauan data berkelompok langkah-langkah yang
ditempuh untuk mendapatkannya adalah
 Mencari nilai tengah dari frekuensi .
 Mencari nilai tengah dari frekuensi terbesar.
 Jangkauan data kelompok adalah selisih dari nilai tengah frekuensi
terbesar dengan nilai tengah frekuensi terkecil.
Contoh 1.13

1. Seorang peneliti mengambil masing-masing 1 kg air dari 20 sungai yang berbeda


untuk diuji kadar garamnya. Hasil pengujian (dalam mg) adalah
193 282 243 243 282 214 185 128 243 159 218 161 112 131 201 132
194 221 141 136. Dari data tersebut tentukan jangkauannya!
Jawab
Data setelah diurutkan:
112 128 131 132 136 141 159 161 185 193
194 201 214 218 221 243 243 243 282 282
Data terkecil(𝑥𝑚𝑖𝑛 ) = 112
Data terbesar (𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠 ) = 282
Jangkauan(𝐽) = 𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑥𝑚𝑖𝑛
= 282 – 112
= 170.
2. Hasil ulangan matematik kelas XII SMK sebagai berikut:
Nilai Frekuensi
1-10 0
11-20 4
21-30 7
31-40 3
41-50 1
51-60 9
61-70 4
71-80 3
81-90 5
91-100 4
Carilah jangkauan dari data tabel di atas!
Jawab
1+10
Nilai tengah kelas terendah = = 5,5
2
91+100
Nilai tengah kelas tertinggi = = 95,5
2

Jangkauan(𝐽) = 95,5 - 5,5 = 90.


Jadijangkauan nilai ulangan matematika di atas adalah 90.
2. Hamparan

Definisi
Hamparan atau jangkauan antarkuartil atau rentang antarkuartil, 𝐻 adalah selisih
antara kuartil ketiga dengan kuartil pertama.

𝐻 = 𝑄3 − 𝑄1

Untuk mencari hamparan data tunggal dan data kelompok, rumus yang digunkan
adalah seperti diatas, yaitu 𝐻 = 𝑄3 − 𝑄1

Contoh 1.14

1. Tentukannilaijangkauanantarkuartilnya
4, 4, 3, 5, 7, 9, 10, 8, 9

Jawab

Untukmenentukan𝑄1 , 𝑄2 , 𝑄3 data-datanyakitaurutkanterlebihdahulu

3, 4, 4, 5, 7, 8, 9, 9, 10

𝑄1 𝑄3
𝑄2

1 1
𝑄1 = (4 + 4) = 4, 𝑄2 = 7, 𝑄3 = (9 + 9) = 9
2 2
𝐻 = 𝑄3 − 𝑄1 = 9 − 4 = 5

Jadi nilaijangkauanantarkuartilnya atau hamparannya adalah 5.

3. Jangkauan Semi Antar kuartil

Definisi
Jangkauan semi antarkuartil atau simpangan kuartil adalah setengah
kali panjang hamparan.
Untuk mencari nilai jangkauan semi antarkuartil atau simpangan kuartil pada data
tunggal dan data kelompok, rumusnya adalah sebagai berikut:

1
𝑄𝑑 = (𝑄 − 𝑄1 )
2 3

Dengan 𝑄𝑑 = Jangkauan semi antarkuartil atau simpangan kuartil


𝑄1 = kuartil bawah
𝑄3 = kuartil atas

Contoh 1.15

Tentukannilaijangkauan semi antarkuartil atau simpangan kuartil

4, 4, 3, 5, 7, 9, 10, 8, 9

Jawab

Untukmenentukan𝑄1 , 𝑄2, 𝑄3data-datanyakitaurutkanterlebihdahulu

3, 4, 4, 5, 7, 8, 9, 9, 10

1 3
2
1 1
𝑄1 = (4 + 4) = 4, 𝑄2 = 7, 𝑄3 = (9 + 9) = 9
2 2

1 1 5
𝑄𝑑 = (𝑄3 − 𝑄1 ) = (9 − 4) = = 2,5
2 2 2

Jadi nilaijangkauan semi antarkuartil atau simpangan kuartil adalah 2,5

4. SimpanganRata-rata

Definisi
Simpangan rata-rata menyatakan jarak rata-rata suatu daat terhadap
rataannya.

a. Simpangan rata-rata data tunggal


Nilai simpangan rata-rata (𝑆𝑅) untuk data tunggal dapat ditenukan dengan
rumus:
Catatan
𝑛
1 Bentuk |𝑥𝑖 − 𝑥̅ |
𝑆𝑅 = ∑|𝑥𝑖 − 𝑥̅ |
𝑛 dubaca “ harga
𝑖=1
mutlak dari 𝑥𝑖 − 𝑥̅ ”
Dengan 𝑛= banyaknya data yang selalu
𝑥𝑖 = nilai data ke- 𝑖 menghasilkan nilai
𝑥̅ = rataan hitung positif.

b. Simpangan rata-rata data kelompok


Untuk data berkelompok, nilai simpangan rata-rata ditentukan
dengan rumus:

𝑘
1
𝑆𝑅 = ∑ 𝑓𝑖 |𝑥𝑖 − 𝑥̅ |
𝑛
𝑖=1

Dengan 𝑘= banyaknya data


𝑥𝑖 = titik tengah kelas ke- 𝑖
𝑛= ∑𝑘𝑖=1 𝑓𝑖

Contoh 1.16

1. Hitunglah simpangan rata-rata dari data nilai 6 siswa dalam kuis matematika berikut ini:
9, 8, 5, 4, 6, 7
Jawab
9+8+5+4+6+7
Rataan hitung data di atas adalah x = = 6,5
6
𝑛
1
𝑆𝑅 = ∑|𝑥𝑖 − 𝑥̅ |
𝑛
𝑖=1
|x1 − x| + |x2 − x| + |x3 − x| + |x4 − x| + |x5 − x| + |x6 − x|
=
n
|9 − 6.5| + |8 − 6.5| + |5 − 6.5| + |4 − 6.5| + |6 − 6.5| + |7 − 6.5|
=
6
|2,5| + |1,5| + |−1,5| + |−2,5| + |−0,5| + |0,5|
=
6
9
=
6
= 1,5
Jadi, simpangan rata-rata dari data nilai 6 siswa dalam kuis matematika adalah 1,5.
2. Hitunglah simpangan rata-rata data pada tabel berikut ini.
Interval Frekuensi

21-25 2
26-30 8
31-35 9
36-40 6
41-45 3
46-50 2
Jawab
Untuk menghitung simpangan rata-rata, data diwakili oleh titik tengah dari interval
data. Sebelum menghitung simpangan rata-rata kita harus mencari rataan
hitungnya terlebih dahulu. Perhatikan cara menghitungnya seperti dalam tabel di
bawah ini.
Interval Nilai Tengah Frekuensi f i xi |𝒙𝐢 − 𝐱| fi|𝒙𝐢 − 𝐱|
(xi) (fi)
21-25 23 2 46 11 22
26-30 28 8 224 6 48
31-35 33 9 297 1 9
36-40 38 6 228 4 24
41-45 43 3 129 9 27
46-50 48 2 96 14 28
Jumlah 30 1020 158

fx i i
1020
Rataan hitung : 𝑥̅ = i 1
k
  34
f
30
i
i 1
1 158
Simpangan rata-rata 𝑆𝑅 = 𝑛 ∑𝑘𝑖=1 𝑓𝑖 |𝑥𝑖 − 𝑥̅ | = = 5,27.
30

5. Varians

Definisi
Varians atau ragam menyatakan rata-rata kuadrat jarak suatu data
terhadap rataannya.
Misalnya data 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 mempunyai rataan 𝑥̅ , maka ragam atau varians
(𝑆 ) dapat ditentukan dengan rumus:
2

𝑛
1
𝑆 2 = ∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑛
𝑖=1

Dengan: 𝑛= banyaknya data


𝑥𝑖 = nilai data ke- 𝑖
𝑥̅ = rataan hitung
Untuk data berkelompok, nilai varians dapat ditentukan dengan rumus:
𝑘
1
𝑆 = ∑ 𝑓𝑖 (𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
2
𝑛
𝑖=1

Dengan: 𝑓𝑖 = frekuensi kelas ke- 𝑖


𝑥𝑖 = titik tengah kelas ke- 𝑖
𝑘= banyaknya kelas
𝑥̅ = rataan hitung
𝑛= ∑𝑘𝑖=1 𝑓𝑖

Rumus ragam untuk data berkelompok yang lain adalah

2
𝑘 𝑘
1 1
𝑆2 = ∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 2 − ( ∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 )
𝑛 𝑛
𝑖=1 𝑖=1

Rumus diatas dapat diubah dengan menggunakan simpangan rataan atau


pengkodean (coding).

1) Cara Simpangan
2
𝑘 𝑘
1 1
𝑆2 = ∑ 𝑓𝑖 𝑑𝑖 2 − ( ∑ 𝑓𝑖 𝑑𝑖 )
𝑛 𝑛
𝑖=1 𝑖=1

Dengan 𝑑𝑖 = 𝑥𝑖 − 𝑥̅ 𝑠

2) Cara Pengkodean (Coding)

2
𝑘 𝑘
1 1
𝑆 2 = { ∑ 𝑓𝑖 𝑢𝑖 2 − ( ∑ 𝑓𝑖 𝑢𝑖 ) } ⋅ 𝑐 2
𝑛 𝑛
𝑖=1 𝑖=1
Dengan 𝑢𝑖 = 𝑥𝑖 − 𝑥̅ 𝑠
6. Simpangan Baku
Simpangan baku atau standar deviasi (S) dapat ditentukan dengan rumus:

𝑛
1
𝑆= √𝑆 2 = √ ∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑛
𝑖=1

Dengan: : 𝑛= banyaknya data


𝑥𝑖 = nilai data ke- 𝑖
𝑥̅ = rataan hitung
Atau dapat disimpulakan bahwa simpangan baku (S) merupakan akar dari ragam.
Oleh karena itu, simpangan baku dirumuskan dengan 𝑆 = √𝑆 2 .

Contoh 1.17

1. Hitunglah ragam dan simpangan baku dari data: 1, 3, 4, 5, 8, 10, 12, 13.
Jawab
𝑛= 8, 𝑥̅ = 7
8

∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2 = (1 − 7)2 + (3 − 7)2 + (4 − 7)2 + (5 − 7)2 + (8 − 7)2 + (10 − 7)2


𝑖=1
+ (12 − 7)2 + (13 − 7)2

= 36 + 16 + 9 + 4+ 1+ 9+ 25 + 36

=136
8
1 1
𝑆 2 = ∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2 = (136) = 17
8 8
𝑖=1

𝑆 = √𝑆 2 = √17 = 4, 12

Jadi, data tersebut mempunyai ragam, 𝑆 2 = 17 dan simpangan baku, 𝑆 = 4,12.


2. Tentukan ragam dan simpangan baku dari data pada tabel berikut

Skor Frekuensi Frekuensi Kumulatif


(𝒇𝒊 ) (𝒇𝒌 )
40-49 1 1
50-59 4 5
60-69 8 13
70-79 14 27
80-89 10 37
90-99 3 40

Jawab

Telah dihitung sebelumnya rataan 𝑥̅ = 73, 75 dan tabel tersebut dapat dilengkapi menjadi tabel
berikut:

Skor Frekuensi 𝒙𝒊 ̅ )𝟐
( 𝒙𝒊 − 𝒙 ̅ )𝟐
𝒇𝒊 (𝒙𝒊 − 𝒙
(𝒇𝒊 )
40-49 1 44,5 855,56 855,56
50-59 4 54,5 370,56 1482,25
60-69 8 64,5 85,56 684,48
70-79 14 74,5 0,56 7,88
80-89 10 84,5 115,56 1155,63
90-99 3 94,5 430,56 1291,69
Jumlah 40 5.477,49
6
1 1
𝑆 = ∑ 𝑓𝑖 (𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2 =
2 (5.477,49) = 136,94
𝑛 40
𝑖=1

𝑆 = √𝑆 2 = √136,94 = 11,70

Jadi nilai ragam dan simpangan bakunya adalah 136,94 dan 11,70.
DAFTAR PUSTAKA

Suprijanto, H. Sigit, dkk. 2009. Matematika SMA Kelas XI Program IPA.Yudhistira:Jakarta.

Soedyarto, Nugroho,dkk.2008.Matematika 2 untuk SMA atau MA Kelas XI Program IPA.


Jakarta: Pusat Perbukuan,Departemen Pendidikan Nasional.

Djumanta, Wahyudin. 2008.Mahir Mengembangkan Kemampuan Matematika 2 : untuk


Kelas XI Sekolah Menengah Atas /Madrasah Aliyah . Jakarta: Pusat Perbukuan,Departemen
Pendidikan Nasional.

Sutrima.2009.Wahana Matematika 2 : untuk SMA / MA Kelas XI Program Ilmu


Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Noormandiri,B.K..2007. Matematika Jilid 2A Untuk SMA Kelas XI IPA.Jakarta:Erlangga.

Gumilang, Ayu. https://www.academia.edu/36483092/BAB_1_STATISTIKA_docx.

Anda mungkin juga menyukai