Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

“Kehamilan dengan Obesitas”

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

Di Bagian Ilmu Kesehatan Obsgyn

Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

Diajukan kepada :

Pembimbing : dr. Jenny Jusuf, Sp.OG

Disusun oleh :

Farah Nida Adillah H2A012066

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Obstetri dan Gynekologi


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

Obesitas merupakan suatu masalah kesehatan yang saat ini menjadi


perhatian di seluruh dunia karena jumlah penderitanya meningkat setiap tahun,
keadaan ini dapat diderita oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak baik itu laki-
laki maupun perempuan dan yang menarik adalah jumlah penderita obesitas lebih
banyak diderita oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki dan sebagian besar
pada usia reproduktif sehingga secara tidak langsung meningkatkan prevalensi
kehamilan dengan obesitas.1
Obesitas sangat berkaitan erat dengan berbagai macam komplikasi
penyakit terlebih jika dialami oleh wanita hamil yang akan berdampak buruk baik
terhadap ibu maupun janin yang dikandung. Penyakit seperti hipertensi
kehamilan, diabetes gestasional, tromboemboli, abortus dan kelainan kongenital
risikonya akan meningkat pada wanita hamil dengan obesitas. Komplikasi yang
terjadi pada kehamilan dengan obesitas dapat terjadi saat antepartum, intrapartum
maupun postpartum bahkan pada beberapa tahun selanjutnya bagi ibu maupun
bayi yang dilahirkan.2
World Health Organization (WHO) melaporkan suatu keadaan orang
dewasa yang mengalami overweight mencapai 1,6 miliar dan obesitas sekitar 400
juta di tahun 2005. Dan pada tahun 2015 orang dewasa yang mengalami
overweight mencapai angka 2,3 miliar sedangkan yang obesitas sebesar 700 juta
orang. Saat ini obesitas mendapat perhatian yang serius karena jumlah
penderitanya yang semakin meningkat termasuk didalamnya adalah wanita pada
usia reproduktif dan jumlah penderita obesitas pada wanita hamil juga meningkat
sekitar 18,5% sampai dengan 38,3%. (Aviram dkk.,2010). 3
Banyak faktor yang berperan terhadap terjadinya obesitas, diantaranya
faktor lingkungan, gaya hidup, genetik dan sosioekonomi. Oleh karena itu
disarankan melakukan manajemen antenatal untuk mencapai berat badan yang
ideal akan memberikan hasil luaran kehamilan yang lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

OBESITAS
A. Definisi
Obesitas didefinisikan sebagai keadaan abnormal atau akumulasi lemak
yang berlebihan yang menyebabkan timbulnya risiko terhadap kesehatan. Obesitas
merupakan salah satu penyakit yang memiliki banyak faktor gen dan faktor
lingkungan sama-sama memiliki peran yang penting dalam perkembangan
obesitas. Asupan energi yang tinggi merupakan faktor risiko independen dari
obesitas dimana Body Mass Index (BMI) ≥ 30 kg/m2 rumus menentukan BMI
adalah:

BMI = Berat badan (kg)


[Tinggi Badan (m)]2

BMI oleh WHO dikelompokan menjadi underweight, normal, overweight,


dan obese dimana obesitas dibagi lagi menjadi kelas I,II,III seperti yang
ditunjukkan pada tabel di bawah ini : 4
Tabel 2.1 Body Mass Index (BMI)

Obesitas dibagi menjadi 2 tipe yaitu tipe android (central body obesity)
yang merujuk pada distribusi lemak ke pusat tubuh dan tipe gynoid (lower body
obesity) dimana distribusi lemak kearah bawah yaitu femoral dan gluteal.Diantara
kedua tipe tersebut tipe android lebih berisiko terjadi kelainan metabolik seperti
insulin resisten, dislipidemia, hipertensi, diabetes (metabolik sindrom).Hal
tersebut disebabkan oleh karena lemak pada visceral (central body obesity) lebih
aktif terjadi lipolisis dan sensitivitas terhadap insulin menurun (Huda, 2010).5

B. Penyebab dan Faktor Resiko Obesitas


Beberapa kajian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya
obesitas. Secara ilmiah obesitas terjadi akibat kelebihan asupan makanan atau
energi didalam tubuh. Penyebab ketidakseimbangan antara asupan dan
pembakaran kalori ini masih belum jelas, namun keadaan ini disertai oleh
berbagai faktor yang dapat dihindari.

1. Faktor genetik merupakan faktor utama terjadinya obesitas. Obesitas


diduga cenderung diturunkan kerana mempunyai penyebab genetik. Tetapi
pola makan dan kebiasaan gaya hidup turut mendorong terjadi obesitas.
Faktor genetik dan faktor gaya hidup sangat sukar untuk dipisahkan.
Seseorang tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat
mengubah pola makan dan aktivitasnya. Penelitian terbaru menunjukkan
bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33%
terhadap berat badan seseorang.
2. Faktor psikologik juga berperanan penting didalam obesitas. Terdapat
beberapa sumber mengatakan bahwa pola makan sangat dipengaruhi oleh
emosi seseorang.. Gangguan ini dapat mengakibatkan dua pola makan
abnormal yang dapat menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam
jumlah sangat banyak (binge) dan makan dimalam hari. Pola makan ini
dikaitkan dengan keadaan yang stress.
3. Faktor kesehatan yang bisa mengakibatkan obesitas. Hipotiroidisme
merupakan penyakit yang ditandai dengan berkurangnya hormon tiroid di
dalam tubuh. Pada orang dewasa hipotiroid dapat mengakibatkan cepat
lelah, penambahan berat badan dan turunnya denyut nadi. Selain ini
kebanyakkan hormon kortrikosteroid juga dapat mengakibatkan obesitas.
Keadaan ini dinamakan sindroma Cushing yang disebabkan stimulasi
berlebihan pada kelenjar adrenal oleh hormon ACTH. Sindrom ini juga
mengakibatkan peningkatan berat badan dan berperan langsung dalam
menentukan BMI individu. Pengambilan obat-obat tertentu seperti steroid
dan anti-depresi juga berperanan untuk terjadinya obesitas.
4. Faktor perkembangan dan aktivitas fisik juga sangat berperanan dalam
obesitas. Dari hasil beberapa penelitian, penderita obesitas mengalami
penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)
menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh
(Volek JS, Vanheest JL, Forsythe CE, 2005). Jumlah sel-sel lemak tidak
dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan
dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel. Berkurangnya
aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya
angka kejadian obesitas pada masyarakat terutama pada negara
berkembang.
5. Faktor aktivitas fisik dapat meningkatkan penggunaan kalori yang
berlebihan didalam tubuh namun pada orang-orang yang tidak aktif
memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung
mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik
yang seimbang, akan mengalami obesitas.
6. Faktor makanan yang mengandungi banyak lemak juga merupakan salah
satu faktor penyebab. Salah satunya dengan konsumsi makanan cepat saji
atau fast food. Padahal makanan seperti ini umumnya mengandung lemak
dan gula yang tinggi yang menyebabkan obesitas.

C. Patofisiologi Obesitas
Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan
keluaran energi (energy expenditures) sehingga terjadi kelebihan energi yang
selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Asupan dan pengeluaran
energi tubuh diatur oleh mekanisme saraf dan hormonal, seperti terlihat pada
gambar. Hampir setiap individu, pada saat asupan makanan meningkat, konsumsi
kalorinya juga ikut meningkat, begitupun sebaliknya. Karena itu, berat badan
dipertahankan secara baik dalam cakupan yang sempit dalam waktu yang lama.
Diperkirakan, keseimbangan yang baik ini dipertahankan oleh internal set point
atau lipostat, yang dapat mendeteksi jumlah energi yang tersimpan (jaringan
adiposa) dan semestinya meregulasi asupan makanan supaya seimbang dengan
energi yang dibutuhkan.3 Skema yang dapat dipakai untuk memahami mekanisme
neurohormonal yang meregulasi keseimbangan energi dan selanjutnya
mempengaruhi berat badan
1. Sistem aferen, menghasilkan sinyal humoral dari jaringan adiposa (leptin),
pankreas (insulin), dan perut (ghrelin).
2. Central processing unit, terutama terdapat pada hipotalamus, yang mana
terintegrasi dengan sinyal aferen.
3. Sistem efektor, membawa perintah dari hypothalamic nuclei dalam bentuk
reaksi untuk makan dan pengeluaran energi.
Pada keadaan energi tersimpan berlebih dalam bentuk jaringan adiposa
dan individu tersebut makan, sinyal adipose aferen (insulin, leptin, ghrelin) akan
dikirim ke unit proses sistem saraf pusat pada hipotalamus. Di sini, sinyal adiposa
menghambat jalur anabolisme dan mengaktifkan jalur katabolisme. Lengan
efektor pada jalur sentral ini kemudian mengatur keseimbangan energi dengan
menghambat masukan makanan dan mempromosi pengeluaran energi. Hal ini
akan mereduksi energi yang tersimpan. Sebaliknya, jika energi tersimpan sedikit,
ketersedian jalur katabolisme akan digantikan jalur anabolisme untuk
menghasilkan energi yang akan disimpan dalam bentuk jaringan adiposa,
sehingga tercipta keseimbangan antara keduanya.
D. Obesitas dalam Kehamilan
Obesitas kehamilan adalah terjadinya peningkatan berat badan pada masa
hamil sama dengan atau lebih dari 3kg perbulan atau lebih dari 15kg. Wanita
obesitas memiliki keadaan reproduksi yang tidak menguntungkan. Salah satunya
adalah kesulitan untuk hamil, keguguran, kehamilan preterm, dan banyak lagi
komplikasi obstetric, medis, dan operasi yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan, dan masa nifas. Obesitas dalam kehamilan juga berhubungan dengan
peningkatan penggunaan dan pembiayaan fasilitas kesehatan. Akhirnya, anak dari
wanita obesitas akan memiliki angka morbiditas, mortalitas dan obesitas yang
tinggi.
Obesitas mengakibatkan subfertilitas karena peningkatan resistensi insulin
seperti halnya dalam sindrom polikistik ovarium. Disregulasi leptin juga
menyebabkan kehilangan irama sekresi gonadotropin. Reproduksi yang terganggu
memiliki hubungan dengan wanita yang memiliki IMT > 30 kg/m2. Obesitas
berhubungan dengan peningkatan risiko keguguran pada trimester pertama dan
keguguran rekuren.

E. Peningkatan Berat Badan Maternal dan Kebutuhan Energi


Institute of Medicine memperbarui topik mengenai peningkatan berat
badan maternal sehubungan dengan biological, metabolik, dan prediktor sosial.
Pola peningkatan berat badan kehamilan pada trimester I sekitar 1-2 kg, trimester
II sekitar 3-4 kg, penambahan berat badan ideal saat hamil adalah 10-11kg, berat
badan kurang < 6kg, dan obesitas > 15kg. Untuk wanita overweight, peningkatan
berat badan 6.75 hingga 11.25 kilogram direkomendasikan. Untuk wanita
obesitas, rekomendasi peningkatan berat badan adalah 4.95 hingga 9 kilogram. Ini
dikarenakan deposisi lemak lebih besar pada wanita dengan IMT tinggi, dan
jumlah energi yang dibutuhkan relatif rendah. Saat trimester ketiga, peningkatan
predominan terutama di lemak visceral. Selain peningkatan ini, katabolisme
maternal tidak baik untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
F. Prakonsepsi dan manajemen selama kehamilan
Idealnya intervensi yang dilakukan sehubungan dengan obesitas dan
kehamilan dilakukan pada masa prakonsepsi yang kemudian dilanjutkan saat
kehamilan dan persalinan, namun yang sering terjadi adalah kehamilan sudah
terdiagnosa sebelum dilakukan intervensi prakonsepsi sehingga janin sudah terlebih
dahulu terpapar lingkungan yang buruk untuk berkembang dengan konsekuensinya
terjadi gangguan organogenesis. Wanita yang mengalami obesitas seharusnya
didorong lebih keras untuk mencapai BMI yang ideal sebelum merencanakan
kehamilan (BMI : 18,5-24,9 kg/m2 ) dapat dilakukan dengan modifikasi gaya
hidup, perubahan diet, olah raga dan farmakoterapi. Pengurangan berat badan
merupakan tujuan utama dari intervensi pada wanita yang obesitas sebelum
merencanakan kehamilan.
Data dari beberapa penelitian kohort prospektive menunjukan penambahan
berat badan sebelum kehamilan meningkatkan risiko untuk terjadinya
preeklampsia sedangkan penurunan berat badan sebelum kehamilan sehingga
mencapai BMI normal pada wanita obesitas menurunkan risiko persalinan dengan
seksio sesaria dan bayi makrosomia (Gunatilake, 2011). Obesitas sangat berkaitan
erat dengan tejadinya penyakit kardiovaskular dan kelainan metabolik termasuk
didalamnya adalah diabetes mellitus, hipertensi dan hiperlipidemia. Persiapan
prakonsepsiakan mendukung keadaan ibu-janin dan neonatus kearah yang baik.
Diet sehat dengan pengurangan asupan kalori yang dikombinasi dengan
aerobik setiap hari direkomendasikan oleh American College of Obstetricians and
Gynecologist(ACOG) (Gunatilake, 2011). Aktivitas fisik seperti olah raga dapat
direkomendasikan pada wanita hamil dengan obesitas tanpa komplikasi
(kontraindikasi absolut) seperti pecah ketuban, partus prematurus iminen,
hipertensi dalam kehamilan, inkompetensi serviks, kehamilan dengan
pertumbuhan janin terhambat, kehamilan multiple (≥ 3), plasenta previa setelah
trimester II, diabetes mellitus tipe I yang tidak terkontrol, penyakit tiroid, penyakit
jantung dan saluran pernafasan serta penyakit gangguan sistemik.Olah raga yang
dianjurkan adalah yang tidak mengutamakan penggunaan berat badan dan yang
jauh dari kemungkinan trauma abdomen. Olah raga yang adekuat dapat
meningkatkan sensitivitas insulin sehingga mencegah terjadinya bayi besar,
seperti pada penelitian di Denmark terhadap 80.000 bayi yang lahir menunjukkan
bahwa olah raga yang tepat selama kehamilan dapat menurunkan risiko berat
badan bayi lahir lebih maupun rendah. Walaupun begitu belum ada satupun teknik
yang tepat untuk semua wanita obesitas karena hal tersebut tergantung dari
masing-masing individu dan ahli yang menanganinya (Seneviratne, 2014). Tabel
berikut adalah panduan secara umum apabila wanita hamil dengan obesitas akan
berolah raga.
G. Manajemen Antenatal

Diperlukan manajemen yang tepat dan berkelanjutan dan melibatkan


beberapa disiplin ilmu guna memperoleh hasil kehamilan yang optimal.
Manajemen praktis sehubungan dengan wanita hamil dengan berat badan lebih
atau obesitas (Shaikh, 2010) :
1. Konseling prakonsepsi
a. Perubahan gaya hidup
b. Konsumsi asam folat 5 mg jika BMI > 35
c. Pemberian vitamin D 10 ug selama hamil dan menyusui
2. Antenatal
a. Dokumentasi tinggi dan berat badan selama kehamilan
b. Dokumentasikan obesitas sebagai faktor risiko dan konsultasikan
pada disiplin ilmu lain secara tepat
c. Ukur tekanan darah dengan menggunakan ukuran cuff yang
sesuai
d. Identifikasi faktor risiko tromboemboli dan berikan pencegahan
yang tepat
e. Lakukan pemeriksaan gula darah
f. Tawarkan untuk konsultasi dengan ahli anestesi dan rencana
persalinan
3. Perinatal
a. Perencanaan persalinan di fasilitas kesehatan yang tersedia ahli
kebidanan dan anestesi
b. Antisipasi terhadap kesulitan sehubungan dengan tindakan
intubasi dan epidural
c. Manajemen aktif kala III
d. Pemberian antibiotik profilaksis sebelum tindakan bedah
Identifikasi faktor risiko terjadinya tromboemboli dan gunakan
pencegahan yang tepat

4. Postpartum
a. Motivasi untuk pemberian ASI
b. Pemberian informasi dan edukasi sehubungan dengan perubahan
pola hidup dan perencanaan kehamilan yang berikutnya
c. Jika sebelumnya dengan diagnosa diabetes mellitus gestasional
maka sarankan pemeriksaan rutin sehubungan dengan
kemungkinan terjadinya diabetes mellitus tipe II
Berikut adalah tabel pertambahan berat badan yang direkomendasikan
selama kehamilan termasuk pada penderita obesitas (Vinter, 2012).
Tabel 2.3Rekomendasi kenaikan badan selama kehamilan (Gunatilake)
Wanita yang hamil harus mengatur penambahan berat badan mereka
berdasarkan BMI sebelum hamil seperti yang ditunjukkan pada tabel diatas.

H. Komplikasi Obesitas dalam Kehamilan

Obesitas meningkatkan risiko terjadinya kelainan medis dalam kehamilan


seperti diabetes gestasional, preeklampsia, penyakit tromboemboli, obstruksi
saluran nafas (sleep apneu), asma, dan low back pain. Pada kehamilan terjadi
suatu keadaan inflamasi dan insulin resisten, hal tersebut fisiologis sebagai
kompensasi terhadap perkembangan hasil konsepsi namun akan memberikan
dampak yang buruk apabila kehamilan dialami oleh wanita dengan overweight
dan obesitas (Roberts dkk., 2011). Pada wanita obesitas berisiko 3 kali untuk
menderita diabetes dalam kehamilan, oleh karena keadaan obesitas menyebabkan
disregulasi keadaan inflamasi dan metabolisme tubuh sehingga sangat berpotensi
untuk timbulnya hipertensi dan diabetes.Mediator inflamasi berasal dari adiposit
yaitu adipokines, faktor inflamasi tersebut berhubungan dengan sistem
komplemen yang juga berasal dari jaringan lemak (Dennedy, 2012).

Risiko abortus spontan pada wanita obesitas meningkat, peningkatan


abortus berulang (>3 kali) pada populasi obesitas. Didapatkan bahwa obesitas dan
insulin resistensi berpengaruh terhadap hasil luaran yang buruk terhadap
terapi.Abortus spontan pada obesitas meningkat seiring dengan menurunnya
sensitivitas insulin (Davies, 2010). Mekanisme lain yang mencoba menjelaskan
patofisiologi abortus pada obesitas adalah meningkatnya agen-agen protrombotik
dan inflamasi oleh jaringan adipose. Plasminogen Activator Inhibitor type 1 (PAI-
1) berhubungan dengan meningkatnya abortus spontan pada obesitas,
penatalaksanaan dengan metformin tampaknya mengurangi PAI-1 dan kejadian
abortus (Jarvie, 2010).

I.Komplikasi perinatal dan postpartum


Obesitas meningkatkan risiko terjadinya perdarahan dan infeksi
postpartum, termasuk kegagalan dalam proses laktasi, hal tersebut mungkin
disebabkan oleh respon prolaktin pada wanita dengan obesitas sehingga akan
meningkatkan penggunaan susu formula yang mana cenderung menimbulkan
obesitas pada bayi tersebut (De paivadkk., 2012).Dari beberapa literatur
menunjukkan bukti bahwa kontraksi uterus pada wanita obesitas. Pada obesitas
terjadi gangguan proliferasi limfosit dan penurunan produksi CD8+ dan NKT sel
sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi luka jahit paska persalinan,
infeksi saluran kemih, serta penggunaan antibiotik yang lebih lama dibandingkan
dengan wanita berat badan normal (Sarbattama dkk., 2013).

J. Komplikasi Pada Bayi


Komplikasi yang ditimbulkan oleh obesitas terhadap hasil konsepsi
dimulai sejak awal konsepi, antenatal, intrapartum dan postpartum bahkan sampai
pada saat dewasa. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain :
1. Kelainan kongenital
Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan risiko kelainan kongenital
sehubungan dengan obesitas pada ibu. Kelainan tersebut antara lain defek jantung,
abnormalitas saluran cerna, omfalokel, dan kelainan kongenital lainnya pada
sistem saraf pusat (Kither, 2012). Terjadinya kelainan kongenital tersebut belum
sepenuhnya dipahami patofisiologinya, diperkirakan sehubungan dengan kadar
hiperglikemia yang memicu radikal bebas sehingga agen vasokonstriktor seperti
tromboksan meningkat berbanding terbalik dengan agen vasodilator seperti
prostasiklin yang menurun akibatnya aliran darah terganggu termasuk disini
adalah berkurangnya asupan nutrisi terlebih saat organogenesis.
2. Makrosomia
Wanita dengan obesitas, pregestasional diabetes, gestasional diabetes
berisiko untuk melahirkan bayi makrosomia, yaitu bayi dengan berat badan >90
persentil atau >4,5kg atau > 2 SD. Dari literatur disebutkan bahwa kadar
trigliserid wanita obesitas merupakan prediktor yang baik untuk memperkirakan
bayi makrosomia pada wanita tersebut baik dengan atau tanpa disertai diabetes
dalam kehamilan (Shaikh, 2010).
3. Prematuritas
Dari beberapa literatur menunjukkan perbedaan pendapat bahwa obesitas
menyebabkan prematuritas, tetapi lebih cenderung prematuritas disebabkan oleh
penyakit yang diderita oleh ibu yang mana risiko kejadiannya meningkat apabila
ibu mengalami obesitas (Vaswani, 2013).
4. Antepartum stillbirth
Dari penelitian didapatkan bahwa peningkatan BMI sebelum hamil
berhubungan dengan kejadian stillbirth, patofisiologi yang menerangkan
peningkatan risiko terjadinya hal tersebut hingga saat ini belum
jelas.Kemungkinannya adalah berhubungan dengan penyakit yang ditimbulkan
oleh obesitas seperti diabetes mellitus dan hipertensi. Penjelasan lain penyebabnya
adalah oleh karena sleep apnoe yang diikuti dengan fetal hipoksia, kelainan
metabolisme ibu seperti hiperlipidemia sehingga terjadi plasenta arterosklerosis
berakibat menurunnya aliran darah ke plasenta atau kesulitan ibu dalam menilai
perburukan gerakan bayi (Huda, 2010).Risiko terjadinya stillbirthpada wanita
hamil dengan obesitas 2-5 kali lebih tinggi dibandingkan wanita dengan BMI
normal.
5. Morbiditas perinatal
Bayi yang lahir dari ibu dengan obesitas berisiko tinggi untuk dirawat di
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) oleh karena aspirasi mekonium dan distosia
bahu, selain itu juga obesitas berhubungan dengan hipoglikemia, jaundice dan
gangguan pernafasan bayi. Sedangkan hubungan antara obesitas dengan early
neonatal death belum dapat dipahami secara jelas, tetapi dari 3 penelitian
menunjukkan kedua hal tersebut berhubungan. (Rowlands dkk., 2010).

K. Pencegahan Obesitas Saat Kehamilan


            Hal pertama yang dilakukan dokter adalah melakukan serangkaian tes di
trimester awal. Perlu dilakukan pemeriksaan gula darah, tekanan darah, dan
pengukuran berat badan. Pemeriksaan ini diulang lagi di akhir trimester 3 untuk
mengetahui apakah sang ibu berisiko terkena diabetes dan hipertensi. Selanjutnya,
dilakukan pemantauan terhadap perkembangan janin dari bulan ke bulan.
                Pencegahan lainnya adalah dengan cara membatasi kalori. Cara ini
memang sering jadi kontraversi karena di sisi lain, janin membutuhkan nutrisi
lebih. Pengurangan kalori ditakutkan akan mengganggu perkembangan janin.
Yang terpenting, komposisi makanan harus seimbang. Selain mengatur pola
makan, dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik. Jalan pagi sangat baik untuk
menjaga konsisi ibu tetap sehat. Bila saat kehamilan mengalami obesitas, perlu
dilakukan penanganan khusus. Sang ibu pun harus bersikap tenang karena sikap
tenang sangat bermanfaat bagi perkembangan janin. Pilihlah klinik atau rumah
sakit dengan fasilitas lengkap. Ini sebagai antisipasi jika ibu membutuhkan
tindakan medis yang lebih kompleks.
Prinsip Diit Pada Ibu Hamil Dengan Obesitas
1. Tujuan Diit Pada Ibu Hamil Dengan Obesitas :
a)  Memberikan makan rendah kalori guna mencapai berat badan normal
b)  Mempertahankan ntumbuh kembang bayi yang normal
c)  Mempertahankan kesehatan ibu hamil Menghindari terjadinya komplikasi
kehamilan.
2. Syarat Diit Pada Ibu Hamil Dengan Obesitas :
a)      Kalori dikurangi sebanyak 500-700 dibawah kebutuhan normal.
Pengurangan kalori dilakukan dengan poengurangan konsumsi karbohidrat dan
lemak.
b)      Protein tinggi untuk pertumbuhan bayi dan pembentukan sel darah merah
c)      Tinggi fitamin dan mineral
d)     Tinggi serat untuk memberi rasa kenyang.
3. Empat  Pedoman Untuk Mengurangi Lemak
a. Sayuran – sayuran
1) Kurangi konsumsi sayuran dengan bumbu kacang yang digoreng, ganti bumbu
kacang yang disangrai.
2) Batasi konsumsi sayuran dengan bumbu kelapa yang berlebih ( seperti, urapan)
, atau santan kental
3) Batasi konsumsi sayuran dengan dressing keju yang berlebih, contohnya salad.
4) Konsumsi sayuran dengan cara direbus, dikukus, dalam bentuk segar. 
b. Buah – buahan
1) Konsumsi buah – buahan dalam bentuk segar.
2) Kurangi konsumsi buah – buahan yang berlemak.
c. Nasi, Sereal, dan Roti
1) Kalau bisa konsumsi nasi beras tumbuk atau nasi agar roti yang mengandung
bekatul atau havermouth.
2) Batasi sereal dan krackkers yang berminyak atau yang mengandung lemak
lebih dari 2 potong/hari.
3) Batasi kebiasaan sarapan dengan roti mentega dan susu full cream.
d. Susu
1) Gunakan susu skim, susu kedelai, atau yougurt yang rendah lemak
2) Pilih keju rendah lemak misalnya Cottage Cheese.
3) Pilih es krim yang tidak mengandung susu, misalnya es krim yang terbuat dari
sari buah.
4) Pilih makanan pencuci mulut yang terbuat dari makanan berserat seperti agar –
agar dengan saus dari susu skim.
e. Protein
1) Pilih daging tidak berlemak dan berwarna cerah, seperti daging ayam kampung
( tanpa kulit), ikan dll.
2) Hindari konsumsi jerowan, daging berlemak, otak, kepala, dan brutu ayam.
3) Tingkatkan konsumsi protein nabati sebagai penganti, seperti tahu, tempe,
kacang hijau.
4) Batasi konsumsi lauk yang digoreng, diolah dengan santan kental.
5)Masak dengan cara merebus, memanggang, menumis, mepepes.
f. Lemak
1) Kurangi konsumsi minyak goreng sampai 1 sendok makan/hari ( 10 gram).
( Purwitasari, 2009 )

BAB III
KESIMPULAN

Obesitas pada kehamilan merupakan hal yang perlu ditangani secara serius
oleh berbagai pihak. Seorang ibu hamil perlu mendapatkan informasi bagaimana
menjadi sesehat mungkin sebelum dan selama hamil. Rekomendasi dari SCOG
dan asosiasi kesehatan Kanada mengenai obesitas pada kehamilan antara lain :

1. Wanita perlu dihimbau untuk memiliki IMT <30kg/m2 dan idealnya


<25kg/m2. Peran pemerintah dibutuhkan dalam mengkampanyekan hidup
sehat pada wanita, diet seimbang dan partisipasi dalam melakukan latihan
fisik.
2. IMT dinilai mulai dari tinggi dan berat badan sebelum kehamilan.
Informasi ini penting untuk memberi konseling bagi wanita mengenai
kehamilan beresiko terkait obesitas
3. Wanita hamil obesitas perlu menerima konseling mengenai peningkatan
berat badan, nutrisi dan pilihan makanan
4. Wanita obesitas perlu dijelaskan mengenai resiko mereka menderita
komplikasi seperti penyakit jantung, paru, hipertensi dan diabetes
gestasional, dan sleep apnea obstruktif. Latihan fisik turin selama
kehamilan dapat membantu menurunkan resiko tersebut.
5. Wanita obesitas perlu dijelaskan mengenai resiko janinnya terkena
abnormalitas congenital sehingga pemantauan secukupnya perlu
dilakukan. Pemeriksaan anatomis disarankan dilakukan pada ibu hamil
obesitas dengan usia kehamilan 20-22 minggu.
6. Wanita obesitas memiliki resiko tinggi dilakukan seksio Caesar dan
penurunan kesuksesan persalinan pervaginam setelah SC (VBAC)
7. Konsultasi antenatal dengan anestesiologis perlu dipertimbangkan dalam
memilih jenis pilihan anestesi terutama anestesi regional.
8. Resiko tromboembolisme pada setiap wanita obesitas perlu dievaluasi.
Pertimbangan tromboprofilaksis dinilai perlu pada beberapa situasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adamo, K.B.; et al. The Maternal Obesity Management (MOM) Trial


Protocol: A lifestyle intervention during pregnancy to minimize downstream
obesity. Contemporary Clinical Trials.Elsevier. 2013. 35:87–96 Aviram, A.;
Hod, M.; Yogev, Y.
2. Maternal obesity: Implications for pregnancy outcome and long-term risks a
link to maternal nutrition. International Journal of Gynecology and
Obstetrics. 2011. 115 Suppl. 1 :S6–S10
3. Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. 263-265 Balsells, M.; García-Patterson, A.; Corcoy, R.
Miscarriage and Malformations.
4. Maternal Obesity in Pregnancy.Springer. 2012. 6:76-93 Bogaerts, A.; Witters,
I.; Van den Bergh, B.R.H. Obesity in pregnancy: Altered onset and
progression of labour. Midwifery.Elsevier. 2013. 29:1303–1313
5. Buschur, E.; Kim, C. Guidelines and interventions for obesity during
pregnancy.International Journal of Gynecology and Obstetrics. 2012. 119:6-
10
6. Conner, S.N.; Tuuli, M.G.; Longman, R.E. Impact of obesity on incision-to-
delivery interval and neonatal outcomes at cesarean delivery.American
Journal of Obstetrics and Gynecology. 2013. 209:386.e1-6
7. Flier, J.S.; Maratos-Flier, E. Biology of obesity. Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 17thedition .McGraw Hill. 2008. 74: 362-367
8. Gunatilake, R.P.; Perlow, J.H. Obesity and pregnancy: clinical management
of the obese gravid. American Journal of Obstetrics and Gynecology.Februari
2011. 106- 119
9. Huda, S.S.; Brodie, L.E.; Sattar, N. Obesity in pregnancy: prevalence and
metabolic consequences. Seminars in Fetal & Neonatal Medicine.Elsevier.
2010. 15:70-76
10. Jarvie, E.; Ramsay, J.E. Obstetric management of obesity in
pregnancy.Seminars in Fetal & Neonatal Medicine.Elsevier. 2010. 15:83–88
11. Seneviratne, S.N.; McCowan, L.M.E.; Cutfield, W.S.; Derraik, J.G.B.;
Hofman, P.L. Exercise in pregnancies complicated by obesity: achieving
benefits and overcoming barriers. American Journal of Obstetrics and
Gynecology. 2014. 1-8
12. Shaikh, H.; Robinson, S.; Teoh, T.G. Management of maternal obesity prior
to and during pregnancy.Seminars in Fetal & Neonatal Medicine. 2010.
15:77–82

Anda mungkin juga menyukai