Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

COLLABORATIVE LEARNING (CL)


PREMATURITAS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah blok Sistem Reproduksi

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Reguler
Irfan Marsuq Wahyu R.
Dwi Kurnia Sari
Puput Lifvaria Panta A.
Adelita Dwi Aprilia
Wahyuni
Ratna Juwita
Zahirotul Ilmi
Ni Putu Ika Purnamawati
Siska Puji Lestari
Hasnah Cholida Sani

135070201111002
135070201111003
135070201111004
135070201111005
135070201111006
135070201111007
135070201111008
135070201111009
135070201111019
135070201111020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015

1. DEFINISI

Bayi premature atau bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir pada umr
kehamilan kurang dari 37 minggu, dihitung dari hari pertama menstruasi

terakhir dan berat kurang dari 2500 gram (Santoso, 2003).


Partus prematurus atau persailnan premature dapat

diartikan

sebagai

dimulainya kontraksi uterus yang teratur disertai pendataran dan/ atau dilatasi
serviks serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang
dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir (Oxorn &
Forte, 2010).
2. ETIOLOGI
- Faktor yang berasal dari maternal :
a. Penyakit Maternal :

Ginjal
Hipertensi
Penyakit Diabetes Mellitus
Penyakit hati
Kelainan Uterus
b. Faktor gaya hidup wanita
- Pertumbuhan janin yang kurang selaras dan serasi :
a. Pertumbuhan janin terhambat dan menimbulkan kecil untuk masa kehamilan
(KMK)
Akibat gangguan sirkulasi retroplasenta.
Kekurangan nutrisi/gizi menahun
b. Terdapat pemicu persalinan premature :
Terjadi solusio plasenta
Terdapat plasenta previa
Terjadi infeksi yang menimbulkan korioamnionitis tanpa disertai ketuban
pecah.
Pada persalinan ganda.
c. Terdapat inkompatibilitas darah :

Faktor Rhesus inkompatibilitas

Faktor inkompatibilitas darah :AB/O

Faktor khusus : serviks inkompeten


a. Dapat dijumpai pada abortus/persalinan premature berulang
b. Overdistensi uterus
c. Kehamilan ganda
d. Kehamilan dengan hidramnion
(Manuaba et al,2007)

3. EPIDEMIOLOGI

Laporan Perserikatan Bnagsa-Bangsa (PBB) yang berjudul Born Too


Soon, The Global Action Report on Preterm Birth menyebutkan secara global
15 juta bayi lahir prematur tiap tahun. Lebih dari satu juta bayi meninggal
karena komplikasi akibat lahir premature, bayi yang lahir hidup banyak yang
mengalami gangguan kognitif, penglihatan, dan pendengaran. Laporan
tersebut juga menyebutkan bahwa pada tahun 2010 Indonesia menempati
peringkat kelima negara dengan bayi prematur terbanyak di dunia yaitu
sebesar 675.700 bayi setelah India 3,5 juta bayi, Tiongkok 1,2 juta bayi,
Nigeria 773.600 bayi, dan Pakistan 748.100 bayi. Sebesar 50% bayi
prematur lahir dari ibu yang masih remaja. Usia remaja merupakan masa
tumbuh kembang yang memerlukan banyak asupan nutrisi yang baik.
Apabila di usia remaja seseorag sudah hamil maka asupan nutrisi akan

dibagi dengan janin, sehingga keduanya tidak mendapatkan nutrisi yang


sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan data BPS, Angka Kematian Bayi (AKB) Jawa Timur
tahun 2005-2010 turun dari 36,65 pada tahun 2005 menjadi 29,99 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2010. Berdasarkan laporan rutin tahun 2010 di
Jawa Timur terjadi 5.533 kematian bayi dari 589.482 kelahiran hidup.
Kematian bayi di Jawa Timur berdasarkan sebabnya ada dua yaitu endogen
dan eksogen. Kematian endogen disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa
bayi sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi. Kondisi
tersebut antara lain BBLR, bayi prematur, dan kelainan kongenital.
Sedangkan

kematian

eksogen

disebabkan

oleh

faktor-faktor

yang

berhubungan dengan pengaruh lingkungan luar.


Kematian bayi di Jawa Timur pada tahun 2010 terbesar terjadi di
Kabupaten Jember yaitu sebesar 427 bayi. Hal tersebut dipengaruhi banyak
faktor, selain faktor kebudayaan juga faktor pendidikan. Kebudayaan
pernikahan dini dan melahirkan di dukun merupakan penyebab utama
tingginya angka kematian bayi di Kabupaten Jember. Selain itu, tingkat
pendidikan juga rendah, sehingga akses informasi kesehatan yang diperoleh
juga masih rendah. Hal tersebut yang menyebabkan Kabupaten Jember
menempati peringkat pertama kematian bayi terbesar di Jawa Timur pada
Tahun 2010.
4. FAKTOR RESIKO
Persalinan premature akan meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan sebagai
berikut:
1) Status sosio ekonomi yang rendah termasuk di dalamnya penghasilan yang
rendah, pendidikan rendah dan nutrisi kurang
2) Riwayat pernah melahirkan premature satu kali mempunyai risiko 4 kali lipat,
sedangkan yang pernah melahirkan dua kali premature mempuyai risiko 6
kali lipat
3) Pekerjaan dan aktivitas - pekerjaan fisik yang berat, tekanan mental (stress)
atau kecemasan yang tinggi dapat meningkatkan kejadian premature.
4) Keadaan yang menyebabkan distensi uterus berlebihan yaitu kehamilan
multiple, hidramnion, diabetes dan isolasi Rh. (Sastrawinata, Sulaiamandkk.
2004)

5) Obesitas pada ibu hamil


Ibu yang masuk kategori obes secara klinis juga berisiko mengalami
persalinan dan perlahiran prematur, sebab mereka cenderung menyandang
diabetes gestasional selama kehamilan. Terlebih, ibu juga berisiko tinggi
mengalami preeklamsia yang berkaitan erat dengan pelahiran prematur.
(Sastrawinata, Sulaiamandkk. 2004)
6) Malnutrisi
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin seperti
prematuritas,

gangguan

pertumbuhan

janin,

kelahiran

mati

maupun

kematian neonatal/ bayi. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan
mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama
hamil (Varney, 2007).
7) Stres dan Hasil Akhir Kelahiran.
Stres maternal mungkin merupakan faktor utama yang memicu persalinan
prematur melalui satu atau dua alur fisiologis. Pertama, mereka menetapkan
bahwa stres maternal dapat mempengaruhi alur neurondokrin, yang akan
mengaktivasi sistem endokrin meternal plasenta janin yang mendorong
parturisi. Lockwood dan Kuczynksi (1999) berteori bahwa aktivasi aksis
hipotalamus hipofisis adrenal (HPA), yang disebabkan oleh stres, dapat
menginduksi persalinan dan kelahiran prematur. Kedua, alur imun inflamasi
mungkin

turut

berperan

dalam

proses

ini.

Stres

maternal

dapat

mempengaruhi imunitas sistemik dan lokal untuk meningkatkan kerentanan


terhadap proses infeksi inflamasi janin dan intrauterin, dan menyebabkan
parturisi melalui mekanisme proinflasmasi yang telah diidentifikasikan
sebelumnya (Wadhwa et al., 2001).
8) Faktor usia
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 35 tahun. Pada
kehamilan diusia kurang dari 20 tahun secara fisik dan psikis masih kurang,
misalnya dalam perhatian untuk pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama
kehamilannya. Sedangkan pada usia 10 lebih dari 35 tahun berkaitan dengan
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang
sering menimpa diusia ini (Widyastuti, dkk, 2009). Wanita yang berusia lebih
dari 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami penyulit obstetri serta
morbiditas dan mortalitas perinatal. Wanita berusia lebih dari 35 tahun
memperlihatkan peningkatan dalam masalah hipertensi, diabetes, solusio
plasenta, persalinan prematur, lahir mati dan plasenta previa (Cunningham,
2006).
9) Hidramnion

Hidroamnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2


liter. Produksi air ketuban berlebih dapat merangsang persalinan sebalum
kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan
dapat meningkatkan 14 kejadian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) pada bayi
(Cunningham, 2006)
10) Merokok
Merokok pada ibu hamil lebih dari 10 batang setiap hari dapat mengganggu
pertumbuhan

janin

dan

risiko

terjadinya

prematuritas

sangat

tinggi

(Sujiyatini, 2009).
11) Minum alcohol
Alkohol dapat mengganggu kehamilan, pertumbuhan janin tidak baik
sehingga kejadian persalinan prematur sangat tinggi pada ibu yang
mengkonsumsi minuman beralkohol (Sujiyatini, 2009).
12) Hipertensi
Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan penyebab terjadinya
kematian ibu dan janin. Hipertensi yang disertai dengan protein urin yang
meningkat dapat menyebabkan preeklampsia/ eklampsia. Preeklampsiaeklampsia dapat mengakibatkan ibu mengalami komplikasi yang lebih parah,
seperti solusio plasenta, perdarahan otak, dan gagal otak akut. Janin dari ibu
yang mengalami preeklampsia-eklampsia meningkatkan risiko terjadinya
kelahiran prematur, terhambatnya pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR),
dan hipoksia (Bobak, 2004)
13) Faktor Iatrogenik (Indikasi Medis pada Ibu/ Janin)
Pengakhiran kehamilan yang terlalu dini dengan seksio sesarea karena
alasan bahwa bayi lebih baik dirawat di bangsal anak daripada dibiarkan
dalam rahim. Hal ini dilakukan dengan alasan ibu atau janin dalam keadaan
seperti diabetes maternal, penyakit hipertensi dalam kehamilan dan terjadi
gangguan pertumbuhan intrauterin (Oxorn, 2003).
5. MANIFESTASI
Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi, tergantung pada usia
kehamilan saat bayi dilahirkan. Tanda dan gejala bayi premature:
a.

Ukuran fisik
Usia kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
Panjang badan sama dengan atau kurang dari 45 cm.
Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.sedangkan lingkar perut
sama dengan atau kurang dari 30 cm, sehingga kepala tampak besar tetapi

tulang kepala masih tipis.


b. Gambaran fisik

Kepala besar
Kulit tipis dan transparan, sehingga gerakan peristaltic usus dapat terlihat.
Otot masih lemah sehingga napas lemah, tangisnya masih lemah, kemampuan

menghisap masih kurang.


Rambut lanugo masih banyak.
Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang. (Manuaba, 2007)
Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.
Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-

olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.


Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang,
testis belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol,

labia minora belum tertutup labia mayora


Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannnya lemah
Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit
Fungsi saraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks hisap,

menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang. (Asrining, 2003)
Gambaran di atas menunjukkan bahwa bayi premature sangat mudah terkena
infeksi, dan rentan terhadap kehilangan panas badan, bahkan dapat terjadi
kematian akibat infeksi dan hipotermia.

6. PATOFISIOLOGI
(Terlampir)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik Prematuritas
-

Rontgen dada
Yaitu untuk melihat kematangan paru.
Pemeriksaan USG
USG kepala kerap dilakukan pada bayi premature. Hal ini dikarenakan bayi
premature rentan terhadap terjadinya perdarahan intracranial akibat pecahnya
pembuluh darah dalam kepala bayi. Kejadian perdarahan intracranial lebih sering
terjadi pada bayi premature dengan usia gestasi sangat muda karena belum
matangnya pembuluh darah kepala bayi. Screening

USG kepala pada bayi

premature dapat memantau dengan jelas ada tidaknya perdarahan pada kepala
-

bayi.
Pemeriksaan RETCAM II
Yaitu dengan menggunakan kamera khusus yang digunakan untuk melihat dan
merekam kondisi retina bayi premature. Alat ini sangat bermanfaat dalam
penanganan retinopati prematuritas. Pemeriksaan bayi premature dilakukan
pada saat bayi berumur 4-6 minggu oleh dokter mata subspesialis retina dengan

menggunakan Indirect ophthalmoscope atau dengan RETCAM II> sebelum


diperiksa mata bayi akan diberi obat tetes yang berfungsi untuk melebarkan
-

pupil agar dokter dapat melihat retina dan pembuluh darahnya secara luas.
Echocardiogram
Tes ini merupakan USG jantung untuk memeriksa masalah dengan fungsi jantung

bayi.
Melakukan pemeriksaan dan mengukur suhu bayi
Suhu tubuh normal bayi baru lahir yang diukur pada aksila adalah 36,5-37,5 oC,
sedangkan suhu ruangan dipertahankan 24-26oC. Salah satu ciri bayi premature
dengan berat badan lahir rendah ini adalah mempunyai suhu tubuh yang tidak
stabil dan cenderung mengalami hipotermia (suhu < 36,5 oC). suhu tubuh yang
cenderung hipotermia disebabkan oleh produksi panas yang kurang dan
kehilangan panas yang tinggi. Panas kurang terproduksi karena sirkulasi yang

belum sempurna.
Kadar gula darah
Hipoglikemia pada bayi terjadi bila kadar glukosa darah < 45mg/dL. Pada bayi,
deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk pada trimester ke-3
kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal, persediaan glikogen ini terlalu

sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai.


Kadar kalsium darah
Insiden hipokalsemia pada bayi-bayi prematur sangan tinggi, terutama pada bayi
dengan distres pernapasan. kadar kalsium bayi baru lahir7,4 -14 mg/dl.
Hipokalsemia dapat didiagnosis dengan mengukur konsentrasi ion kalsium

serum.
Kadar bilirubin
Pemeriksaan bilirubin serum. Pada keadaan normal, kadar bilirubin indirek bayi
baru lahir adalah 1-3 mg/dl dan naik dengan kecepatan < 5 mg/dl/24 jam,
dengan demikian ikterus fisiologis dapat terlihat pada hari ke-2 sampai ke-3,
berpuncak pada hari ke-2 dan ke-4 dengan kadar berkisar 5-6 mg/dL (86-103
mol/L), dan menurun sampai di bawah 2 mg/dl antara umur hari ke-5 dan ke-7.
Pada bayi premature kadar bilirubin lebih dari 14mg/dl dan bayi cukup bulan
kadar bilirubin 10mg/dl merupakan keadaan yang tidak fisiologis.

8. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya

kerja

alat-alat

tubuh

yang

perlu

untuk

pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup


di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian
makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu

Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di
lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh
bayi yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan,
kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown
flat). Untuk mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkungan yang cukup
hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi okigen paling
sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam
incubator maka suhu untuk bayi dengan BB <2 kg adalah 35C dan untuk
bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34C agar ia dapat mempertahankan suhu
tubuh sekitar 37C. Kelembapan incubator berkisar antara 50%-60%.
Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma
gangguan pernafasan. Suhu incubator dapat diturunkan 1C perminggu untuk
bayi dengan BB 2 kg dan secara berangsur-angsur ia dapat diletakkan di
dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27C-29C. Bila incubator
tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu
petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu
tubuh bayi sekitar 36C-37C adalah dengan memakai alat perspexheat
shield yang diselimutkan pada bayi dalam incubator. Alat ini digunakan
untuk menghilangkan panas karena radiasi. Akhir-akhir ini telah mulai
digunakan incubator yang dilengkapi dengan alat temperature sensor
(thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator dikontrol
oleh

alat

servomechanism.

Dengan

cara

ini

suhu

kulit

bayi

dapat

dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini


sangat bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah. Bayi dalam
incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk pengawasan
mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan,
kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedinidininya dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.
b. Pemberian ASI pada bayi premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh ibu
pada bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI yang dihasilkan ibu
yang melahirkan premature berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan
oleh ibu yang melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama
kurang lebih 4 minggu. Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang
melahirkan premature. Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan
bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI, pada bayi prematur

refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi untuk menghisap
kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks, peristaltik lambat. Agar
ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI perlu
dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan
menyimpan ASI perah dan cara memberikan ASI perah kepada bayi prematur
dengan sendok, pipet ataupun pipa lambung.
Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi)
dapat langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari-hari pertama
kalau

ASI

belum

mencukupi

dapat

diberikan

ASI

donor

dengan

sendok/cangkir 8-10 kali sehari.


Bayi prematur dengan berat lahir 1500-1800 gram (32-34 minggu),
refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan ASI

perah dengan sendok/cangkir, 10-12 kali sehari.


Bayi prematur dengan berat lahir 1250 -1500 gram (30 31 minggu),
refleks hisap dan menelan belum ada, perlu diberikan ASI perah melalui

pipa orogastrik 12X sehari.


Bayi prematur dengan berat lahir <1250> gram
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih
kurang. Disamping itu kebutuhan protein 3-5 gram/hari dan tinggi kalori (110
kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Jumlah ini lebih
tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada
waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan
hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan
penghisapan cairan lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya
atresia esophagus dan mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga
dilakukan setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Pada umumnya bayi
dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi
dengan berat lahir <1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau
susu botol, terutama pada hari-hari pertama, maka bayi diberi minum melalui
sonde lambung (orogastrik intubation). Jumlah cairan yang diberikan untuk
pertama kali adalah 1-5 ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi
sedikit setiap 12 jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari
dan setiap hari dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena
daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk
antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik

oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa
perinatal memperbaiki keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi,
kebersihan dan kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal dan
post natal), screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta
tempat kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan
aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung maupun di
bangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi silang melalui
para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang berhubungan dengan
bayi.
Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan:
Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang

tidak terkena infeksi


Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling
lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk

kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik)


Membersihkan ruangan pada waktu-waktu tertentu
Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah

disediakan
Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik-baiknya
Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
e. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi
prematur

yang

mendapat

banyak

sentuhan

ibu

menurut

penelitian

menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si bayi
f.

jarang disentuh.
Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu
bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan
dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah boleh dibawa pulang.
Namunada juga sejmlah RS yang menggunakan patokan berat badan.
Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya mencapai 2kg kendati
sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan

bayi secara umum.(Didinkaem, 2007)


g. Observasi Pernafasan
Seperti pada bayi aterm, pengkajian awal dimulai dengan mengkaji fungsi
pernapasan dan mengamati kemampuan bayi untuk melakukan transisi dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi prematur cenderung

mengalami kesulitan dalam melakukan transisi akibat berbagai penurunan


pada sistem pernapasannya.
Penurunan jumlah alveoli fungsional
Defisiensi kadar surfaktan
Lumen pada sistem pernapasan lebih kecil
Jalan napas lebih sering kolabs dan mengalami obstruksi
Insufiensi klasifikasi tulang toraks
Lemah dan tidak ada refleks gag
Kapiler-kapiler dalam paru mudah rusak dan tidak matur
Secara berkombinasi, kekurangan ini sangat menghambat usaha napas bayi
dan mengakibatkan gawat napas atau apnea. Petugas kesehatan perlu
menyediakan oksigen dan ventilasi, bila diperlukan.
h. Perawatan post resusitasi
Dilakukan untuk menggatasi terjadinya asfiksia yang memperburuk keadaan
bayi lahir prematur.
Bayi prematur biasanya dirawat di rumah sakit sampai mencapai maturitas (40
minggu). Normalnya, berat bayi tersebut harus sudah mencapai sedikitnya 2500
gram sebelum ia diperbolehkan meninggalkan rumah sakit.
2. Perawatan di rumah
a. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan

susu

yang

berprotein

tinggi.

Sehingga

diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang
terkandung didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI dapat
mempercepat pertumbuhan berat anak.
b. Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang
belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya
lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh
bayi. Bisa dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas
ataupun dingin.
c. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang
tua harus berhati-hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus
meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan
sebelum memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar.
d. BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu
dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa
diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan
lain kecuali segera membawanya ke dokter.
e. Berikan stimulus yang sesuai

Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak


bermain, menimang, menggendong.
9. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Identitas
Berisi nama, usia, jenis kelamin, tanggal kelahiran, berat badan bayi (biasanya
<2500 gr) , panjang bayi ( biasanya < 45 cm), lingkar kepala(biasanya < 33 cm),
lingkar dada (biasanya < 30 cm)
2. Riwayat kesehatan saat ini
a. Keluhan utama
Maslah yang umum terjadi diantaranya Respiratory Disstres Syndrom (RDS),
enterocolotis nekrotik, hiperbilirubinemia, thermoregulasi, patent duktus
b. Diagnose medis: Prematuritas
3. Pengkajian fokus keperawatan
a. Riwayat kesehatan saat ini:
Bayi lahir dengan usia kurang dari 37 minggu dengan berat badan < 2500gr,
panjang bayi < 45 cm, lingkar kepala < 33 cm, lingkar dada < 30 cm, kepala besar,
kulit tipis dan transparan, sehingga gerakan peristaltic usus dapat terlihat., otot
masih lemah sehingga napas lemah, tangisnya masih lemah, kemampuan
menghisap masih kurang. (Manuaba, 2007)
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat ibu :
Obesitas pada ibu hamil
Ibu yang masuk kategori obes secara klinis juga berisiko mengalami persalinan
dan perlahiran prematur, sebab mereka cenderung menyandang diabetes
gestasional selama kehamilan. Terlebih, ibu juga berisiko tinggi mengalami
preeklamsia yang berkaitan erat dengan pelahiran prematur. (Sastrawinata,

Sulaiamandkk. 2004)
Malnutrisi pada ibu
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin seperti
prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati maupun kematian
neonatal/ bayi. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat
badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama hamil (Varney,

2007).
Ibu mengalami stres dan Hasil Akhir Kelahiran.
Sters maternal mungkin merupakan faktor utama yang memicu persalinan
prematur melalui satu atau dua alur fisiologis. Pertama, mereka menetapkan
bahwa stres maternal dapat mempengaruhi alur neurondokrin, yang akan
mengaktivasi sistem endokrin meternal plasenta janin yang mendorong parturisi.
Lockwood dan Kuczynksi (1999) berteori bahwa aktivasi aksis hipotalamus

hipofisis adrenal (HPA), yang disebabkan oleh stres, dapat menginduksi


persalinan dan kelahiran prematur. Kedua, alur imun inflamasi mungkin turut
berperan dalam proses ini. Stres maternal dapat mempengaruhi imunitas
sistemik dan lokal untuk meningkatkan kerentanan terhadap proses infeksi
inflamasi janin dan intrauterin, dan menyebabkan parturisi melalui mekanisme

proinflasmasi yang telah diidentifikasikan sebelumnya (Wadhwa et al., 2001).


Ibu merokok
Merokok pada ibu hamil lebih dari 10 batang setiap hari dapat mengganggu
pertumbuhan janin dan risiko terjadinya prematuritas sangat tinggi (Sujiyatini,

2009).
Minum alkohol
Alkohol dapat mengganggu kehamilan, pertumbuhan janin tidak baik sehingga
kejadian persalinan prematur sangat tinggi pada ibu yang mengkonsumsi

minuman beralkohol (Sujiyatini, 2009).


Hipertensi
Preeklampsia-eklampsia dapat mengakibatkan ibu mengalami komplikasi yang
lebih parah, seperti solusio plasenta, perdarahan otak, dan gagal otak akut. Janin
dari ibu yang mengalami preeklampsia-eklampsia meningkatkan risiko terjadinya
kelahiran prematur, terhambatnya pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR), dan

hipoksia (Bobak, 2004).


c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang menderita hipertensi dapat meningkatkan resiko pada
ibu

untuk

menderita

hipertensi

kehamilan

yaitu

preeklampsia-eklampsia

meningkatkan risiko terjadinya kelahiran prematur, terhambatnya pertumbuhan


janin dalam rahim (IUGR), dan hipoksia
d. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum
TTV
TD
:
Nadi
: bayi mengalami taikardi
Suhu
: hipotermi
RR
: biasanya mengalami dispnea
TB/BB
: berat badan < 2500gr, panjang bayi < 45 cm
Kepala & Leher
a. Kepala besar tetapi tulang kepala masih tipis, rambut lanugo masih banyak,
batas dahi dan rambut kepala tidak jelas Tulang rawan daun telinga belum
sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan
daun telinga.
b. Leher : refleks tonus leher lemah
Thorak dan Dada
a. Jantung :
- murmur jantung yang dapat menandakan duktus arteriosus paten
(PDA)

Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres

pernafasan (RDS)
Abdomen
a. tali pusat berwarna kuning kehijauan, tampak pembuluh darah di abdomen
Genetalia
a. Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh
labia mayora, pada laki-laki testis belum turun
Ekstremitas
a. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannnya lemah dan
ekstremitas tampak kurus . tampak sedikit lipatan pada telapak tangan dan
kaki
Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat atau tidak teratur dalam batas normal (120 sampai
160 dpm)
Makanan / Cairan
Berat badan kurang dari 2500 g
Pernafasan
Apgar score mungkin rendah
Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten (40-60
x/mnt) mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal subternal,
sianosis ada.
Otot-otot pernapasan susah berkembang
Dinding dada tidak stabil
Produksi surfaktan menurun
Sistem Pencernaan
Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan dengan banyak
lemah/ kurang baik
Aktivitas otot pencernaan

makanan

masih

belum

sempurna,

sehingga

pengosongan lambung berkurang


Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menyebabkan aspirasi
pneumonia
Hepar
Masih immatur, mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga
mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai ikterus
Sistem Syaraf

Respon untuk stimulasi lambat


Reflek gag, menghisap & menelan kurang
Reflek batuk lemah
Pusat kontrol pernafasan, suhu & vital lain belum baik

e. Pemeriksaan Penunjang

Hitung darah lengkap


Dapat mengungkapkan anemia atau polisitemia yang tidak tampak secara klinis,
Hb/Ht
Hitung Sel darah putih
Hitung sel darah putih tinggi atau rendah dan berbagai jenis neutrofil imatur
dapat ditemukan, hitungan sel darah putih abnormal dapat menunjukkan infeksi
halus.
Golongan darah dan tes antibodi (uji Coombs)
Studi ini dilakukan untuk mendeteksi darah yang tidak kompatibel antara ibu dan
bayi dan mengidentifikasi antibody

terhadap sel-sel darah merah janin (sel

darah merah), kompatibel dapat meningkatkan risiko untuk penyakit kuning dan
kernic terus
Serum elektrolit
Penentuan jumlah natrium serum, kalium, dan konsentrasi glukosa, dalam
hubungannya dengan pemantauan berat badan setiap hari dan output urin pada
berat bayi lahir rendah ekstrem, membantu praktisi

dalam menentukan

kebutuhan cairan
Gas Darah Arteri (GDA) : Po2, Pco2
Pemeriksaan lain :
EKG : normal atau hipertropi ventrikel kiri
Pemeriksaan rontgen: penonjolan arteri pulmonaris, pembersaran ventriker kiri
(Tucker, Susan Martin. 1998)

ANALISA DATA
N
O
1.

DATA FOKUS
DO:
-

Mukosa bibir kering


Turgor kulit menurun
Penurunan tekanan
darah
Penurunan nadi
Kulit kering

DS:
-

Ibu mengatakan bayi


sering menangis dan
lemah

ETIOLOGI

MASALAH

Faktor risiko

KEPERAWATAN
Kekurangan
volume

(factor ibu, infeksi, factor


plasenta, Ketuban pecah
dini)
Prematuritas
Anatomi / fisiologi tubuh
belum sempurna
Permukaan tubuh luas

cairan

penguapan berlebih
kehilangan cairan
dehidrasi
kekurangan

volume

cairan
2.

DS:

Faktor risiko
Ibu

mengatakan

(factor ibu, infeksi, factor

bayinya

plasenta, Ketuban pecah

bahwa
susah
semua

dini)

untuk

menyusu

karena
Prematuritas

energinya

digunakan

untuk

bernapas
DO:

Ketidakefektifan

Anatomi / fisiologi tubuh


belum sempurna

Perubahan

Paru-paru

kedalaman

pernapasan
takipnea
Penggunaan otot
aksesoris untuk
bernapas

Penurunan ventilasi

Surfaktan masih kurang dari


cukup
Kolaps dan tidak mampu
menahan sisa udara
fungsional pada akhir
ekspirasi
Difusi CO2 dan O2 Terganggu
Ventilasi paru-paru
terganggu
Napas lemah sehingga bayi
mengkompensasi dengan
peningkatan frekuensi
pernapasan
ketidakefektifan
napas

pola

napas

pola

3.

DO:

Faktor resiko
dibawah

tubuh

(factor ibu, infeksi, factor

kisaran

plasenta, Ketuban pecah

Suhu

normal
Kulit dingin
Pucat sedang

Ketidakefektifan
termoregulasi

dini)
Prematuritas

DS:

Ibu

mengatakan

kulit

bayinya

Anatomi dan fisiologi tubuh


belum sempurna (pada kulit)

sangat dingin
Jaringan lemak subkutan
tipis
Kehilangan panas dari kulit
sementara respon
menggigilnya kurang
Ketidakefektifan
4.

termoregulasi
Faktor risiko

DO :

Kurang

dari ASI
Membrane

DS :

nutrisi

nutrisi

mukosa pucat
Fungsi saraf yang
belum atau
kurang matang
mengakibatkan
refleks hisap,
menelan masih
lemah atau tidak
efektif
Berat badan
sama dengan
atau kurang dari
2500gr

Prematuritas
Anatomi / fisiologi tubuh
belum sempurna
Paru-paru
Surfaktan masih kurang dari
cukup
Kolaps dan tidak mampu
menahan sisa udara
fungsional pada akhir
ekspirasi
Difusi CO2 dan O2 Terganggu

Ibu mengatakan
bayi susah
menyusu

Ketidakseimbangan

Ventilasi paru-paru
terganggu

kurang

kebutuhan

dari

Penggunaan energy berlebih


untuk bernapas
Refleks menghisap lemah
Intake nutrisi inadekuat
Ketidakseimbangan
nutrisi
5.

dari

kebutuhan tubuh
Faktor resiko

DO :

kurang

Wajah ibu terlihat

(factor ibu, infeksi, factor

gelisah

dan

plasenta, Ketuban pecah

tegang

saat

dini)

Deficit pengetahuan

mengetahui
bayinya dipasang
alat

bantu
Anatomi dan fisiologi tubuh

pernapasan

belum sempurna termasuk

DS :

Ibu

akan

kondisi

bayinya

alat

6.

mengeluh

cemas
yang

dipasang
bantu

pernafasan
Ibu merasa takut
akan kehilangan
bayinya
karena
bayinya
ditempatkan
diinkubator
Ibu
bertanyatanya
tentang
kondisi bayinya

DO :

Prematuritas

paru-paru bayi
Penggunaan alat bantu
pernafasan atau
ditempatkan dalam
inkubator
Perubahan kondisi bayi
Orang tua kurang pajanan
informasi
Kurang pengetahuan
tentang kondisi
Deficit pengetahuan
Faktor risiko

Perubahan dalam
tugas yang telah
ditetapkan

(factor ibu, infeksi, factor


plasenta, Ketuban pecah

Gangguan
keluarga

proses

Perubahan
ketersediaan
untuk
menunjukkan
respon kasih
sayang
Perubahan dalam
keefektifan
dalam
menyelesaikan
tugas yang
diemban

7.

Ibu dan
suaminya
mengatakan
khawatir akan
kondisi bayinya
yang lahir
premature dan
ingin
berpartisipasi
dalam
perawatan
bayinya tetapi
tidak tahu apa
yang harus
dilakukan

DO :

Anatomi / fisiologi tubuh


belum sempurna
Perubahan kondisi bayi
Orangtua kurang pajanan
informasi

Stress psikologis
Krisis situasional
Gangguan

proses

keluarga

Faktor resiko
Pertahanan tubuh
primer yang tidak
adekuat
Ketidakadekuata
n
pertahanan
sekunder
(imunitas didapat
tidak adekuat)

DS :

Prematuritas

Kurang pengetahuan
tentang kondisi

DS :

dini)

(factor ibu, infeksi, factor


plasenta, Ketuban pecah
dini)
Prematuritas
Anatomi dan fisiologi tubuh
belum sempurna

Ibu mengatakan
bayi sering rewel

Sistim imun belum

Resiko infeksi

dan lemah

sempurna
System kekebalan tubuh
rentan terhadap infeksi
Resiko Infeksi

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA


1. Kekurangan Volume Cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan mukosa
bibir kering, turgor kulit menurun, kelemahan, penurunan tekanan darah dan
nadi, serta kulit kering
2. Pola napas tidak efektif b.d imaturitas paru dan neuromuscular
3. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur
dan penurunan lemak tubuh subkutan

yang ditandai dengan fluktuasi suhu

tubuh di bawah kisaran normal, kulit dingin, menggigil ringan,pucat sedang.


4. Risiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder
(imunitas didapat tidak adekuat)
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit
6. Gangguan proses keluarga b.d krisis situasi yang ditandai dengan keluarga
merasa khawatir dengan kondisi bayinya yang prematur serta tidak tahu cara
merawat bayi prematur
7. Defisiensi pengetahuan (orang tua) berhubungan dengan kurang informasi
tentang peran perawatan untuk bayi prematur
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Kekurangan Volume Cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan mukosa
bibir kering, turgor kulit menurun, kelemahan, penurunan tekanan darah dan nadi,
serta kulit kering
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kebutuhan
cairan bayi terpenuhi dan homeostasis kembali normal
Kriteria hasil : Skala 4 pada indikator NOC
NOC: Fluid Balance, Hydration
No
1.
2.
3.
4.
5.

Indikator
Tekanan Darah
Nadi Radialis
Nadi perifer
Turgor Kulit
Mukosa Membran

6.
7.
8.
9.

lembab
Haus
Intake Cairan
Tissue perfusion
BB stabil
1 : Severe , 2 : Substantially , 3 : Moderatelly , 4 : Mildly , 5 : Not Compromised
NIC: Fluid Management, Fluid Monitoring
1. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi nafas, nadi )
R/ memantau kestabilan kondisi bayi
2. Monitor tanda-tanda overload/retensi cairan
R/ mencegah memberi beban berlebihan pada ginjal
3. Berikan cairan jika perlu dan hindari pemberian cairan hipertonis (missal obat
yang tidak diencerkan, infus glukosa terkosentrasi)
R/ untuk mencegah memberi beban berlebih pada ginjal yang imatur dan
vena yang rapuh pada bayi prematur
4. Kaji
faktor-faktor
resiko
yang
memungkinkan
untuk
terjadinya
ketidakseimbangan cairan dan meminimalkan IWL
R/ meminimalkan resiko terjadi kekurangan volume cairan
5. Pertahankan dan jaga keakuratan intake dan output cairan (oral intake,
enteral intake, IV intake, antibiotic, dll)
R/ untuk menghindari dehidrasi, hidrasi berlebihan atau ekstravasasi
6. Monitor turgorkulit, kelembaban mukosa membrane dan haus
R/ agar dapat mengetahui jika terjadi perubahan status cairan

2. Pola napas tidak efektif b.d imaturitas paru dan neuromuscular


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
pasien menunjukkan
oksigenasi yang adekuat
Kriteria hasil: pada evaluasi hasil didapatkan skor 4 pada indikator NOC
NOC: Respiratory Status
NO
1.
2.
3.
4.

INDIKATOR
RR
Ritme pernapasan
Kedalaman inspirasi
Auskultasi
suara

5.

tambahan
Kepatenan jalan napas

napas

NIC: Airway Management


1. Posisikan untuk pertukaran udara yang optimal
2. Tempatkan posisi telungkup bila mungkin

R/ karena posisi ini menunjukkan perbaikan oksigenasi


3. Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi
R/ mencegah adanya penyempitan jalan napas. Hindari hiperekstensi leher
karena akan mengurangi diameter trakea
4. Obsevasi frekuensi pernapasan
R/ mengenali tanda-tanda distress seperti sianosis, pernapasan cuping hidung,
apnea
5. Lakukan penghisapan untuk menghilangkan mucus yang terakumulasi dari
nasofaring, dan trakea dengan menggunakan selang endotrakeal
6. Penghisapan seperlunya sesuai dengan pengkajian (auskultasi dada, bukti
penurunan oksigenasi, peningkatan kepekaan bayi
7. Hindari penghisapan secara rutin
R/ dapat menyebabkan bronkospasme, bradikardi karena stimulasi saraf vagal,
serta hipoksia)
8. Gunakan teknik penghisapan yang tepat
R/ penghisapan yang tidak tepat dapat menyebabkan infeksi dan kerusakan jalan
napas
9. Hindari posisi trendelenburg (selama penggantian popok tinggikan bayi sedikit di
bawah pinggul dan janga mengangkat kaki dan tngkai
R/ posisi trendelenburg dapat menyebabkan peningkatan TIk dan menurunkan
kapasitas paru akibat dari gravitasi yang mendorong organ kea rah diafragma
10.Observasi adanya tanda-tanda distress pernapasan (pernapasan cuping hidung,
retraksi, takipnea, apnea, saturasi O2 rendah)
11.Pertahankan suhu lingkungan yang netral untuk menghemat penggunaan O2
12.Observasi dan kaji respon bayi terhadap ventilasi dan oksigenasi

3. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur


dan penurunan lemak
tubuh subkutan

yang ditandai dengan fluktuasi suhu tubuh di bawah kisaran

normal, kulit dingin,


menggigil ringan,pucat sedang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam suhu tubuh bayi
mampu dipertahankan secara stabil
Kriteria hasil : Skala 4 pada indikator NOC
NOC : Thermoregulation : Newborn
No
1.

Indikator
Mengasumsikan retensi
panas terhadap postur
tubuh bayi dengan

2.

hipotermia
Ketidakstabilan

3.
4.
5.
6.

temperatur
Hipotermia
Letargi/kelemahan
Perubahan warna kulit
Ketidakstabilan glukosa

darah
1 : Severe , 2 : Substantially , 3 : Moderatelly , 4 : Mildly , 5 : Not Compromised
NIC : Temperature Regulation
1.

Monitor temperature setiap 2 jam


R/ Mencegah terjadinya hipotermia bertambah berat

2.

Monitor temperature bayi hingga stabil


R/ Mempertahankan suhu tubuh bayi yang stabil karena hipotermia yang terjadi
pada bayi dapat mengancam nyawa

3.

Monitor dan melaporkan tanda dan gejala dari hipotermia


R/ Hipotermia harus diobservasi terus menerus karena dapat mengancam nyawa

4.

Berikan pelindung pada bayi (selimut) segera setelah kelahiran


R/ Mencegah kehilangan panas yang berlebihan

5.

Berikan pelindung plastic (polyethylene, polyurethane) segera setelah kelahiran,

jika perlu
R/ Untuk menurunkan kehilangan panas
6.

Berikan pelindung berupa topi bayi


R/ Mencegah kehilangan panas yang berlebihan

7.

Letakkan bayi pada ruang isolasi/ di bawah penghangat


R/ Meningkatkan suhu tubuh bayi

8.

Pertahankan kelembaban 50% atau lebih pada incubator


R/ Mengurangi kehilangan panas

9.

Hindari situasi yang dapat mempredisposisikan bayi pada kehilangan panas


(terpapar udara dingin, jendela, mandi)
R/ Mencegah terjadinya hipotermia bertambah berat

10.

Gunakan kasur hangat, selimut hangat, dan lingkungan yang hangat


R/ Menaikkan suhu tubuh bayi

4. Risiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder


(imunitas didapat tidak
adekuat)

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tanda-tanda


infeksi mulai berkurang

Kriteria Hasil

: mendapatkan skor 4 pada indicator NOC

NOC : Immune Status


No
Indikator
.
1. Suhu tubuh
2. Integritas kulit
3. Skrining untuk infeksi saat ini
Keterangan

1 = Severely
2 = Substantially
3 = Moderately
4 = Mildly
5 = No Compromised
NIC : Infection Protection
1. Monitor tanda-tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
R/ Untuk mengetahui lebih dini adanya tanda-tanda terjadinya infeksi
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
R/ Untuk mengetahui lebih dini adanya tanda-tanda terjadinya infeksi
3. Batasi jumlah pengunjung
R/ Untuk mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi
4. Lindungi semua pengunjung dari penyakit menular
R/ Untuk mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi
NIC : Infection Control
1. Cegah penderita infeksi menular agar tidak mengadakan kontak dengan pasien
R/ Untuk mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi
2. Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien
R/ Untuk mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi
3. Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci tangan
R/ Untuk mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan pasien
R/ Untuk mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi
5. Pakai sarung tangan steril
R/ Untuk mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan


mencerna nutrisi karena

imaturitas dan atau penyakit

Tujuan : pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat dengan memasukian kalori untuk
mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, dan menunjukkan penambahan berat
badan yang tepat
NOC: Nutritional Status
NO
1.
2.
3.

INDIKATOR
Asupannutrisi
Rasio BB/TB
Energy

Keterangan : 1) Severe deviation from normal range, 2) Substantial deviation from


normal range, 3) Moderate deviation from normal range, 4) Mild deviation from
normal range, 5) No deviation from normal range

Intervensi :
1. Pertahankan cairan pareteral atau nutrisi parenteral total sesuai instruksi
2. Pantau adanya tanda-tanda intoleransi terhadap terapi parenteral total, terutama
protein dan glukosa
3. Kaji kesiapan bayi untuk menyusu pada payudara ibu khususnya kemampuan
untuk mengkoordinasikan menelan dan pernapasan
4. Susukan bayi pada payudara ibu bila penghisapan kuat, serta menelan dan
refleks muntah ada (biasanya pada usia gestasi 35 sampai 35 minggu) untuk
meminimalkan resiko aspirasi
5. Ikuti protokol unit untuk meningkatkan volume dan konstrasi formula untuk
menghindari intoleransi pemberian makan
6. Gunakan pemberian makan orogastrik bila bayi mudah lelah atau mengalami
penghisapan, refleks muntah atau mengalami penghisapan, refleks muntah atau
menelan

yang

lemah

karena

makan

dengan

ASI

dapat

mengakibatkan

penurunan beratbadan
7. Bantu ibu mengeluarkan ASI untuk menciptakan dan mempertahankan laktasi
sampai bayi dapat menyusu ASI
8. Bantu ibu ketika menyusui bila mungkin dan diinginkan
9. Pemberian makanan peroral dengan menggunakan penetes obat dengan ujung
karet dan botol dengan dot yang kecil dan sangat lembut
10.Berikan makan dengan perawatan yang cermat dalam jumlah kecil dan lambat
11.Anjurkan ibu untuk memberikan air susu ibu
12.Beri ASI bayi di bawah 1,33 kg setiap 2 jam sampai 3 jam
13.Beri ASI bayi di atas 1,35 kg setiap 3 sampai 4 jam
14.Catat jumlah makanan yang di berikan secara akurat dilakukan setiap kali makan
dan mencatat respon bayi
15.Timbang BB setiap hari
16.

6. Gangguan proses keluarga b.d krisis situasi yang ditandai dengan keluarga
merasa khawatir dengan kondisi bayinya yang prematur serta tidak tahu cara merawat
bayi prematur
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan keluarga
dapat menunjukkan pemahaman dan keterlibatan dalam perawatan bayinya dengan
tepat
Kriteria hasil: didapatkan skor 4 pada indikator NOC
NOC: Parenting Performance: Infant
No

Indikator

.
1.

Merespon

2.
3.

isyarat dari bayi


Menunjukkan hubungan kasih sayang
Sediakan nutrisi (ASI) yang tepat sesuai

4.

usia
Memperoleh
kesehatan

dengan

tepat

bantuan
professional

terhadap

dari

tenaga

ketika

tejadi

gejala

NOC: Family Participation in Professional Care


No

Indikator

.
1.

Berpartisipasi

2.

perawatan
Berpartisipasi

3.
4.

perawatan
Memperoleh informasi yang dibutuhkan
Kolaborasi dalam menentukan treatmen

dalam
dalam

rencana
menyediakan

NIC: Infant Care Preterm


1. Sediakan orang tua informasi yang akurat, faktual terkait dengan kondisi bayi,
pengobatan, dan kebutuhan bayi
R/ untuk menciptakan rasa saling percaya, membantu orang tua memahami
aspek paling penting dari perawatan, tanda perbaikan, atau penyimpangan pada
kondisi bayi
2. Informasikan pada orang tua tentang perkembangan pada bayi premature

R/ orang tua mengetahui perkembangan yang terjadi pada bayinya


3. Fasilitasi ikatan/kasih sayang antara orang tua dengan bayi
R/ peningkatan ikatan/kasih sayang orang tua dengan bayi
4. Instruksikan orang tua untuk mengenali isyarat dari bayi
R/ orang tua dapat segera merespon isyarat dari bayi
5. Bantu orang tua dalam rencana perawatan terhadap status bayi
R/ melibatkan orang tua dalam rencana perawatan yang tepat sesuai dengan
status/ kondisi bayi
6. Dukung pemberian ASI
R/ meningkatkan pemberian nutrisi melalui ASI pada bayi
7.

Defisiensi pengetahuan (orang tua) berhubungan dengan kurang informasi

tentang peran perawatan untuk bayi prematur


Tujuan

: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan

pengetahuan orang tua terkait perawatan bayi prematur meningkat


Kriteria hasil : mendapatkan skor 4 pada indikator NOC
NOC: Knowledge: Preterm Infant Care
N

INDIKATOR

O
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10

Penyebab dan faktor kontibusi prematur


Karakteristik bayi prematur
Pola bagun-tidur bayi
Kebutuhan alat pernapasan
Kebutuhan termoregulasi
Kebutuhan perawatan kulit
Kebutuhan nutrisi
Kepentingan kontrol lingkungan
Keuntungan perawatan kanguru
Strategi
untuk
meningkatkan

.
11

pembedongan bayi
Kemungkinan dukungan kelompok

.
Keterangan: 1. No knowledge, 2. Limited knowledge, 3. Moderate knowledge, 4.
Substantial knowledge, 5. Extensive knowledge
NIC: Kangaroo Care
1. Jelaskan keuntungan dan maksud pemberian kontak kulit ke kulit pada bayi
R/ kebutuhan mempertahankan suhuh ruangan konstan
NIC: Parent Education: Infant

1. Menentukan pengetahuan orang tua dan kesiapan dan kemampuan untuk belajar
tentang perawatan bayi
R/ perawat mengobservasi tingkat pengetahuan dan perencanaan kebutuhan
fisik bayi, seperti pakaian, tempat tidur bayi, dll
2. Mengajari orang tua tentang perawatan BBL
3. Menyediakan informasi tentang menciptakan lingkungan rumah yang aman bagi
bayi
R/ orang tua mampu membuat lingkungan rumah aman dan kebutuhan
menghindari keramaian dan orang-orang dengan infeksi
NIC: Infant Care: Preterm
1. Menciptakan hubungan terapeutik dan mendukung dengan orang tua
R/ kebutuhan mengungkapkan perasaan emosi yang tidak siap untuk peran
menjadi orang tua
2. Menyediakan informasi yang akurat dan faktual mengenai kondisi bayi,
treatment, dan kebutuhan
R/ mencegah terjadinya kecemasan pada orang tua terkait kondisi bayinya
3. Informasikan pada orang tua tentang pertimbangan perkembangan bayi
prematur
R/ kebutuhan

untuk

menghitung

tanggal

lahir

dalam

mengantisipasi

pertumbuhan dan pola perkembangan


4. Fasilitasi pembedongan pada bayi
R/ tidak membedong bayi secara kuat, karena hal ini hanya bertujuan untuk
menghangatkan bayi
5. Menempatkan inkubator jauh dari sumber kebisingan
R/ agar bayi dapat tidur dengan tenang
6. Mengelompokkan perawatan untuk mendukung kemungkinan promosi jangka
panjang interval tidur dan penggunaan energi
R/ kebutuhan membangunkan bayi untuk setiap pemberian ASI
7. Monitor dan mengatur kebutuhan oksigenasi

DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba et al, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta :EGC
2. Santoso. (2003). Hubungan Antara Kelahiran Prematur Dengan Tumbuh
Kembang Anak Pada Usia 1 Tahun. Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro. Online (http://www.print.undip.ac.id) diakses pada tanggal 28
November 2015.
3. Oxorn, H. dan Forte, W.R. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta : YEM
4. Survey Demografi Kesehatan Indonesia. Badan Pusat Statistik Jakarta . 2003
5. World Health Organization. Child Health and Development : Health in New Born,
Ganeva : 2007
6. Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas / Maternity
Nursing (Edisi 4), Alih Bahasa Maria A. Wijayati, Peter I. Anugerah, Jakarta : EGC.
7. Cunningham, G. 2006. Obstetri William vol.1. Jakarta: EGC
8. Sastrawinata, Sulaiamandkk. 2004. IlmuKesehatanReproduksi: ObstetriPatologi
Ed. 2. Jakarta: EGC
9. Arum dan Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta :
Mitra Cendikia
10.Oxorn, Harry, 2003. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta, Yayasan Essentia
Medika
11.Varney,H., 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta;EGC
12.Wadhwa P, Culhane J, Virginia R. Stress, infection and preterm birth: a
biobehavioral perspective. Paed Perinatal Epidemiol. 2001;15:17-29.
13.Manuaba, G., B., I., et al. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
14.Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: EGC
15.Wahab, A. Samik. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Ed. 15. Jakarta :EGC
16.Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Ed 2. Jakarta: EGC
17.Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan,
Diagnosis, Evalusi: Jakarta: EGC
18.Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta:EGC
19.Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan,
Diagnosis, Evalusi: Jakarta: EGC
20.Mary,P Hamilton. 2001. Dasar-dasar keperawatan maternitas edisi 6. Jakarta :
egc
21.Donna,L Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai