Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI pH

FAYZA SYADJIDA MAHMUDI


2107101010052
B-02
1 Maret 2022

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2021/2022
A. PENDAHULUAN

Tujuan Percobaan

1. Mengidentifikasi pH masing-masing larutan.


2. Membandingkan efisiensi pH meter dengan lakmus universal.

Cara Kerja

1) Uji pH A (lakmus merah, biru dan lakmus universal)


1. Sediakan 12 tabung reaksi dan isi dengan :
Air 10 tetes
Larutan jeruk nipis 10 tetes
Air sabun 10 tetes
Air gula 10 tetes
Air garam 10 tetes
Cuka 10 tetes
Alkohol 70% 10 tetes
Larutan urea 10 tetes
HCl ( Asam klorida ) 10 tetes
H2SO4 ( Asam sulfat ) 10 tetes
NaOH ( Natrium Hidroksida ) 10 tetes

2. Celupkan lakmus berwarna merah pada masing-masing larutan tersebut dengan menggunakan
pinset, lalu perhatikan perubahan warna yang terjadi.
3. Celupkan lakmus berwarna biru dengan pinset, lalu perhatikan perubahan warna yang terjadi.
4. Setelah menggunakan kertas lakmus, gunakan indikator universal untuk mengukur tingkat pH
larutan tersebut.
5. Celupkan indikator universal dengan pinset, lalu perhatikan warna yang ada pada ujung
indikator universal.
6. Cocokkan rentangan warna indikator universal setelah dicelupkan dengan rentangan warna
indikator yang tertera pada kemasan indikator.
7. Lakukan hal yang sama untuk semua larutan yang digunakan.
8. Catat setiap perubahan yang terjadi pada warna lakmus setelah dicelupkan kedalam larutan.
9. Catat juga nilai pH larutan tersebut.
10. Cocokkan setiap perubahan yang didapat dan klasifikasi setiap larutan termasuk asam, basa,
atau netral.
2) Uji pH B (pH meter)
1. Memperhatikan video yang diputar oleh asisten dosen.
2. Mencatat pH tiap larutan yang diuji.

Hasil Pengamatan

Percobaan ke : 1 (satu)
Tanggal Percobaan : 1 Maret 2022
Nama Percobaan : Uji pH A
Tujuan Percobaan : Mengidentifikasi pH masing-masing larutan

Prosedur/ Cara kerja Hasil Pengamatan

Lakmus biru = biru


I. 10 tetes air → celupkan lakmus
Lakmus universal = kuning, hijau tua,
biru dan lakmus universal → catat
orange, kuning pucat
& perhatikan
pH = 7

Lakmus biru = merah


II. 10 tetes jeruk nipis → celupkan
Lakmus universal = ungu muda, kuning,
lakmus biru dan lakmus universal
orange, kuning pucat
→ catat & perhatikan
pH = 2

Lakmus biru = biru


III. 10 tetes air sabun → celupkan
Lakmus universal = kuning, hijau tua,
lakmus biru dan lakmus universal
orange, kuning pucat
→ catat & perhatikan
pH = 8

Lakmus biru = biru


IV. 10 tetes air gula → celupkan
Lakmus universal = kuning, hijau lumut,
lakmus biru dan lakmus universal
orange, kuning pucat
→ catat & perhatikan
pH =6

V. 10 tetes air garam → celupkan Lakmus biru = biru

lakmus biru dan lakmus universal Lakmus universal = kuning, hijau tua,
→ catat & perhatikan orange, kuning pucat
pH = 7

Lakmus biru = merah


VI. 10 tetes cuka → celupkan lakmus
Lakmus universal = merah bata, kuning,
biru dan lakmus universal → catat
orange, kuning pucat
& perhatikan
pH = 3

Lakmus biru = biru dominan merah


VII. 10 tetes alkohol → celupkan
Lakmus universal = kuning, hijau tua,
lakmus biru dan lakmus universal
orange, kuning pucat
→ catat & perhatikan
pH = 5

Lakmus biru = biru


VIII. 10 tetes urea → celupkan lakmus
Lakmus universal = kuning, hijau pucat,
biru dan lakmus universal → catat
orange, kuning pucat
& perhatikan
pH = 5

Lakmus biru = merah


IX. 10 tetes HCl → celupkan lakmus
Lakmus universal = ungu, kuning, orange,
biru dan lakmus universal → catat
kuning pucat
& perhatikan
pH = 1

Lakmus biru = merah


X. 10 tetes H2SO4 → celupkan
Lakmus universal = ungu pekat, kuning,
lakmus biru dan lakmus universal
orange, kuning pucat
→ catat & perhatikan
pH = 0

Lakmus biru = biru


XI. 10 tetes NaOH → celupkan
Lakmus universal = ungu gelap, pink, biru
lakmus biru dan lakmus universal
dongker, kuning
→ catat & perhatikan
pH = 14

Percobaan ke : 2 (dua)
Tanggal Percobaan : 1 Maret 2022
Nama Percobaan : Uji pH B
Tujuan Percobaan : Membandingkan efisiensi pH meter dengan lakmus universal

Prosedur/ Cara kerja Hasil Pengamatan

I. Larutan X pH = 4,01

II. Larutan Y pH = 7,00

III. Larutan Z pH = 7,92

B. LANDASAN TEORI

Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting. Asam dan basa sudah
dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah
basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Asam
dan basa saling menetralkan. Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan.

Sifat asam-basa dari suatu larutan dapat ditunjukkan dengan mengukur pH nya. pH adalah suatu
parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam mempunyai pH
lebih kecil dari 7. Larutan basa mempunyai pH lebih besar dari 7. Sedangkan larutan netral mempunyai
ph = 7. (Wibowo & Ali, 2019)

Derajat keasaman air (pH) adalah indicator yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Derajat keasaman didefinisikan sebagai kologaritma
aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut.
Beberapa dampak kesehatan jika kadar pH air tidak seimbang adalah keseimbangan keasaman dan
alkalinitas tubuh, mempertahankan tingkat elektrolit, dan pH yang rendah kurang dari 7 (netral) maka
akan dapat mengakibatkan air tidak stabil dan mengalami perubahan warna, bau dan rasa. (Karangan et
al, 2019)

pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau basa yang dimiliki
oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan
zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan
derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Umumnya indikator
sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi
dan biru bila keasamannya rendah.
Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang
berkerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai
tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi.
Istilah pH berdasarkan dari “p”, lambing metematika dari negatif logaritma, dan “H”, lambang kimia
dari unsur Hidrogen. (Ulalopi et al, 2020)

Dalam bidang medis, konsentrasi ion hidrogen sangat mempengaruhi proses metabolisme yang
terjadi dalam tubuh karena hampir semua aktivitas enzim dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi ion
hidrogen. Pengaturan konsentrasi ion hidrogen, dalam beberapa kasus, mirip dengan pengaturan ion
lain dalam tubuh, di mana untuk mendapatkan homeostasis, harus ada keseimbangan asupan, produksi,
dan sekresi ion hidrogen. Mengukur pH tubuh dapat dilakukan dengan tes analisis gas darah, ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam tes ini: gelembung udara, antikoagulan,
metabolisme, dan suhu. Mengabaikan faktor-faktor itu akan mempengaruhi hasil tes.

Dalam bidang kesehatan skala pH dapat menggambarkan secara tepat konsentrasi dari ion hidrogen
dalam tubuh. Konsentrasi ion hidrogen sangat mempengaruhi proses metabolisme yang berlangsung
dalam tubuh karena hampir semua aktifitas enzim dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi ion
hidrogen dalam tubuh. Tidak mengherankan pengaturan keseimbangan konsentrasi ion hidrogen ini
sangat penting dalam kehidupan organisme. Pengaturan konsentrasi ion hydrogen dalam beberapa hal
sama dengan pengaturan ion-ion lain dalam tubuh, dimana untuk mencapai homeostasis harus ada
keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh.
Berhubungan dengan keseimbangan asam basa tersebut terdapat 2 kelainan ion hidrogen dalam tubuh
yang dapat menyebabkan satu di antara dua kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu tubuh
mengandung terlalu banyak asam (asidosis) dan mengandung terlalu banyak basa (alkaliosis). Baik
asidosis maupun alkaliosis dapat membahayakan nyawa manusia, seperti gangguan ginjal, gangguan
irama jantung, dll. (Fajrin et al, 2020)

Dalam reaksi asam basa, penetuan sifatnya dapat ditentukan menggunakan indicator alami, yaitu
bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam
yang biasanya dilakukan dalam pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok,
berupa bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit buah, dan dedaunan. Perubahan warna indikator bergantung
pada warna jenis tanamannya, misalnya kembang sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna
merah dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan berwarna
merah keunguan dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau.

Pada umumnya, senyawa basa mempunyai rasa pahit dan senyawa asam mempunyai rasa asam.
Namun begitu, tidak dianjurkan untuk mengenali asam dan basa dengan cara mencicipinya, sebab
banyak di antaranya yang dapat merusak kulit (korosif) atu bahkan bersifat racun. Asam dan basa dapat
dikenali dengan menggunakan zat indikator, yaitu zat yang memberi warna berbeda dalam lingkungan
asam dan lingkungan basa (zat yang warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau bereaksi dengan
senyawa asam maupun senyawa basa). (Fitriana & Mufida, 2020)

Kertas lakmus adalah salah satu alat ukur ph konvensional. Kertas lakmus biru digunakan untuk
mengukur pH asam, sedangkan kertas lakmus merah digunakan untuk mengukur pH basa. Prinsip
kerjanya sederhana, hanya dengan melihat perubahan warna pada kertas lakmus saat dicelupkan pada
larutan yang ingin diketahui nilai pHnya. Selanjutnya perubahan warna kertas lakmus dicocokkan
dengan bagan warna penunjuk yang ada sehingga diketahui nilai pHnya. Alat ukur ini kurang efektif
karena sensitivitasnya kecil dan nilai pH yang terbaca adalah nilai pendekatan (yaitu dengan
menentukan kemiripan warna yang paling dekat antara kertas lakmus dan bagan warna).

Selain lakmus, pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter yang bekerja
berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu larutan. Cara kerja pH meter ini adalah dengan cara
mencelupkan probe dari pH meter kedalam larutan yang akan diukur (kira-kira kedalaman 5cm) dan
secara otomatis alat bekerja mengukur. pH meter memiliki ketelitian yang lebih baik yaitu memiliki
sensitivitas 0.01 pH. Meskipun demikian, pH meter masih mempunyai kekurangan, yaitu perubahan
yang lambat dan berosilasi, yang merupakan masalah yang penting dalam menentukan skala yang valid.
(Matiin et al, 2012)

C. PEMBAHASAN/ISI

Seperti yang sudah disebutkan dalam landasan teori, bahwa tingkat keasaman akan sangat
mempengaruhi bagaimana tubuh bekerja. Dimana apabila pH terlalu asam akan menyebabkan asidosis.
Ketika pH terlalu basa akan menyebabkan alkalosis.

Dalam keadaan normal tubuh manusia memproduksi asam dari hasil metabolisme sel (protein,
karbohidrat, lemak) dalam bentuk asam volatile (asam karbonat) dan nonvolatile (metabolic acids,
laktat, keton, sulfat, fosfat, dll). Untuk mempertahankan keseimbangan asambasa (homeostasis),
kelebihan asam karbonat akan dikeluarkan melalui paru-paru dalam bentuk karbondioksida, dan
kelebihan asam nonvolatile akan dinetralisasikan oleh sistem dapar (buffer). Fungsi sel manusia akan
berlangsung dengan baik di lingkungan pH normal (pH 7,35 – 7,45) atau kadar ion hidrogen (H+ )
sekitar 40 nmol/L, suatu kadar yang sangat kecil sekali. Oleh karena itu tubuh mengaturnya dengan
sangat ketat melalui proses yang sangat kompleks. Untuk mempertahankan pH (ion hidrogen), tubuh
mempunyai tiga sistem utama pengatur keseimbangan asam-basa, yaitu sistem dapar (buffer), paru, dan
ginjal (difasilitasi oleh hati). Sistem dapar hanya untuk meminimalisir perubahan pH, sedangkan paru
dan ginjal yang mempunyai peran penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa. Pengaturan
keseimbangan asam basa oleh paru dilakukan dengat sangat cepat (menit) melalui pengaturan PaCO2,
dan ginjal bekerja lebih lambat (jam) untuk mengatur kelebihan asam/basa melalui sekresi/reabsorbsi
klor dalam bentuk amonium klorida dengan bantuan ion NH4 + yang difasilitasi oleh hati melalui
sekresi/produksi glutamine (Stewart approach) dan atau sekresi/reabsorbsi bikarbonat (traditional
approach). Bila mekanisme homeostasis ini tidak bekerja dengan sempurna maka akan terjadi gangguan
keseimbangan asam-basa.

Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal.
Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam. Pengaturan
keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion-ion lain dalam tubuh.
Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan antara asupan atau produksi ion
hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan
peranan kunci dalam pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion
hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana
ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan
darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam
cairan ekstraseluler dan intraseluler.

pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial sekitar 7,35
akibat jumlah ekstra karbondioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan untuk membentuk H2CO3.
3 Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH turun dibawah
nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas rendah pH dimana seseorang dapat
hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.3 pH intraseluler
biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena metabolisme sel menghasilkan asam, terutama
H2CO3.

1. Asidosis respiratorik / hipoventilasi alveolar/hiperkapnia arterial.

Asidosis respiratorik adalah keadaan klinis yang terjadi akibat peningkatan abnormal PaCO2
(hiperkapnia), sehingga terjadi asidemia, yang ditandai dengan pH gas darah < 7,35 dan peningkatan
PaCO2 primer hal ini disebabkan karena ventilasi alveolar yang tidak efektif. Peningkatan PaCO2
mengakibatkan peningkatan akut HCO3 plasma yang timbul dari mekanisme dasar, tetapi adaptasi ini
sangat kecil. Bila terjadi hiperkapnia, konsentrasi HCO3 plasma makin meningkat akibat regulasi dan
asidifikasi ginjal. Adaptasi ini membutuhkan 3-5 hari untuk meningkatkan ekskresi asam dan kloruresis
sehingga terjadi hiperbikarbonatemia hipokloremik yang khas pada hiperkapnia kronik.
2. Alkalosis respiratorik / hiperventilasi alveolar / hipokapnia arterial

Alkalosis respiratorik adalah keadaan klinis yang terjadi akibat penurunan abnormal PaCO2
(hipokapnia) sehingga, terjadi alkalemia. Penurunan PaCO2 primer akan meningkatkan pH gas darah
>7,45 disebabkan meningkatnva ventilasi alveolar melebihi produksi C02. Penurunan PaCO2
(hipokapnia) menyebabkan dua efek yang bertentangan dalam persamaan asam basa.

Dalam jangka pendek terjadi peningkatan pH dan penurunan HCO3 plasma akibat dari dapar
jaringan, sedangkan dalam jangka panjang, (setelah 6-72 jam) ekskresi asam oleh ginjal akan dihambat,
yang mengakibatkan penurunan konsentrasi HCO3 plasma dan pH darah. Adanya akalosis respitarorik
merupakan tanda prognostik yang buruk karena mortalitas meningkat sebanding dengan proporsi
beratnya hipokapnia.

3. Asidosis Respiratorik / Hipoventilasi Alveolar / Hiperkapnia Arterial

Penatalaksanaan asidosis respiratorik adalah dengan memperbaiki ventilasi alveolar dengan


menggunakan ventilasi mekanik dan mengatasi faktor penyebab. Setiap pasien dengan PaCO2 yang
tinggi akan segera kekurangan O2 dan pada kasus apnea harus diperhatikan konsentrasi HCO3. Bila
HCO3 normal membuktikan bahwa hal tersebut awitan akut, kompensasi metabolik tidak terjadi, aman
untuk memberikan O2 konsentrasi tinggi. Bila konsentrasi HCO3 tinggi secara abnormal menunjukkan
bahwa penderita mengalami retensi CO2 jangka panjang pengobatan O2 harus lebih hati-hati.

Usaha pengobatan harus segera difokuskan pada pengamanan saluran napas dan memperbaiki
oksigenasi yang adekuat. Ventilasi mekanik harus diberikan bila terjadi apnea, hipoksemia berat yang
tidak responsive terhadap tindakan konservatif, atau asidodid respiratorik progresif (PaCO2
>80mmHg). Menit ventilasi harus ditingkatkan sehingga PaCO2 kembali pada keseimbangan asam
basa secara bertahap dan ekskresi HCO3 oleh ginjal tercapai.

4. Alkalosis Respiratorik / Hiperventilasi Alveolar / Hipokapnia Arterial

Pada sindrom hiperventilasi, dapat digunakan ventilator dengan frekuensi yang dikurangi dan
menambah ruang rugi.13 Pada sindrom hiperventilasi-gelisah pendekatan terapi aktif yang memberikan
ketenangan, sedasi, dan terutama psikoterapi sangat bermanfaat. Bila alkalemia disebabkan hipokapnia
berat dan persisten, pemberian sedasi dibutuhkan.

Obat-obatan hanya terbatas pada pengobatan hiperventilasi simtomatik. β -blocker bermanfaat


untuk menghilangkan simtom simpatis tetapi tidak boleh digunakan bila ada sangkaan sama.
Benzodiazepin mengurangi keluhan subjektif, tetapi efek jangka panjang belum dapat dibuktikan dan
kemungkinan adiktif membatasi penggunaan jangka lama. Monoamine oxidase inhibitor seperti
antidepresan trisiklik, dapat diberikan pada pasien dengan ansietas panik dan simtom autonomi
multipel. klomipramin dan imipramin dapat membantu menormalkan PaCO2 pada penderita yang
panik.

D. KESIMPULAN

Setelah melakukan pengukuran pH dengan menggunakan kertas lakmus biru, kertas universal dan
pH meter, bisa disimpulkan bahwa ada kelebihan dan kekurangan masing-masing di setiaap uji yang
dilakukan. Dimana kertas lakmus biru hanya bisa menyatakan status keasaman dari larutan, tetapi tidak
bisa membedakan yang mana larutan basa dan larutan netral karena tidak ada pembeda. Lakmus
universal lebih akurat walaupun tidak seakurat pH meter yang bisa mengukur sampai ketelitian 0,01.
Pengukuran pH juga penting karena dampak yang bisa diberikan kepada homeostasis tubuh dimana
skala pH normal dalam darah hanya dari 7,35-7,45 yang merupakan skala yang sangat kecil. Ketika
tergeser sedikit saja diluar batas normal akan memberikan efek patologis pada tubuh. Bila darah terlalu
asam maka disebut asidosis, bila darah terlalu basa maka disebut alkalosis. Penentuan jenis alkalosis
dan asidosis juga diperlukan untuk menentukan remedi yang tepat bagi pasien

E. REFERENSI

Matiin, N et al. 2012. Pengaruh Variasi Bending Sensor pH Berbasis Serat Optik Plastik
Menggunakan Lapisan Silica Sol Gel terhadap Sensitivitas. Indonesia : Jurnal Teknik POMITS

Fitriana, N & Mufida, M. 2020. Bimbingan Praktikum Kimia Uji Indikator Alami di SMA Negeri
1 Singosari. Indonesia : Jurnal Ilmiah Pengabdian pada Masyarakat

Wibowo, R. S. & Ali, M. 2019. Alat Pengukur Warna dari Table Indikator Universal pH yang
Diperbesar Berbasis Mikrokontroler Arduino. Indonesia : Jurnal Edukasi Elektro

Fajrin, H. R et al. 2020. Alat Pengukur pH Berbasis Arduino. Indonesia : Jorunal UMY

Karangan, J et al. 2019. Uji Keasaman Air dengan Alat Sensor pH di STT MIGAS Balikpapan.
Indonesia : Jurnal Kacapuri

Ulalopi, Z et al. 2020. Rancang Bangun Alat pH Meter Dilengkapi dengan Kalibrasi Otomatis.
Indonesia : Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Poltekkes Kemenkes Surabaya

Anda mungkin juga menyukai