A DENGAN TB (TUBERKOLOSIS) DI
RUMAH SAKIT KOTA BEKASI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Tahap Stase Keperawatan Anak
Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR......................................................................................4
DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................5
1.1. Latar Belakang...........................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................6
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................7
1.3.1. Tujuan Umum.....................................................................................7
1.3.2. Tujuan Khusus....................................................................................7
1.4. Manfaat Penulisan.....................................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................9
2.1. Konsep Dasar Tuberkulosis.......................................................................9
1. Pengertian..............................................................................................9
2. Etiologi..................................................................................................9
3. Klasifikasi..............................................................................................10
4. Patofisiologi...........................................................................................12
5. Manifestasi Klinis..................................................................................14
2.2. Penatalaksanaan.........................................................................................14
2.3. Komplikasi.................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................63
KATA PENGANTAR
Bismillahrahmairrahim
Namun tidak lepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa didalam
proposal ini masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek
lainnya, oleh karena itu dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu
bagi para pembaca yang ingin member saran maupun kritik demi memperbaiki
proposal ini.
Mahasiswa
4
BAB 1
PENDAHULUAN
6
Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk melakukan pengelolaan
kasus Asuhan Keperawatan Pada An. A dengan TB paru Anak di di kota bekasi Pada
Tahun 2022
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan TB Paru pada anak umur 5 tahun dikota bekasi pada
tahun 2022 .
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memahami, mengelola dan menerapkan asuhan keperawatan pada
anak dengan kasus TB paru Anak di kota bekasi pada tahun 2022
1.3.2 Tujuan Khusus
a.) Mahasiswan Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan
penyakit TB Paru di kota bekasi tahun 2022
b.) Mahasiswa Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada
pasien dengan penyakit TB Paru di kota bekasi tahun 2022
c.) Mahasiswa Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien
dengan penyakit TB paru di kota bekasi tahun 2022
d.) Mahasiswa Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien
dengan penyakit TB Paru di kota bekasi tahun 2022
e.) Mahasiswa Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan yang pada
pasien dengan penyakit TB paru di kota bekasi tahun 2022
1.4 Manfaat Penulisan
a. Bagi Profesi Keperawatan
Penulisan ini diharapkan bisa menjadi bahan referensi bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien TB paru anak.
b. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada
pasien TB paru Anak.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan karya ilmiah ini dapat memberikan referensi kepustakaan dan
masukan tentang asuhan keperawatan pada pasien TB paru Anak.
8
BAB 2
TINJAUAN TEORI
10
1) Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru
maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus
paru.
2) Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah
infiltrat bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila
bayangan kasar tidak lebih dari sepertiga bagian 1 paru.
3) Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada
moderately advanced tuberkulosis.
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
12
dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas
menimbulkan respons berbeda.Jaringan granulaasi menjadi lebih fibroblas
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru disebut Fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjr getah
bening regional dan lesi primer disebut Kompleks Ghon.Kompleks Ghon yang
mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan
menjalani pemeriksaan radio gram rutin.Namun kebanyakan infeksi TB paru
tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi.
Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu
bahan cairan lepas kedalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan
kavitas. Bahan tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
dalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang kembali dibagian
lain dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau
usus.
Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup dan
meninggalkan jaringan parut fibrosis.Bila peradangan merada, lumen bronkus
dapat menyepit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat denagan
taut bronkus dan rongga.Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak dapat
kavitas penu dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul
yang tidak terlepas.Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala demam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat
peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjer getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagaipenyebaran limfohematogen,
yang biasanya sembuh sendiri.Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB miler, ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam
sistem vaskular dan tersebar ke organ – organ tubuh. (Sylvia, 2005)
5. Manisfestasi Klinis
Penyakit tuberkulosis ini pada umumnya menimbulkan tanda dan gejala
yang sangat berbeda- beda pada masing- masing penderita, ada yang tidak
bergejala namun ada juga yang bergejala sangat akut. Tanda- tanda dan gejala
penderita TB pada anak menurut Depkes RI,2013 adalah :
a. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badab tidak naik
dengan adekuat atau tidak naik dalam I bulan setelah diberikan upaya
perbaikan gizi yang baik.
b. Demam lama (≥ 2 minggu ) dan / berulang tanpa sebab yang jelas.
Demam umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan merupakan
gejala spesifuk pada TB anak apabila tidak disertai dengan gejala- gejala
sistemik lainnya. Batuk lama ≥ 3 minggu
c. Nafsu makan tidak ada, atau berkurang, disertai dengan gagal tumbuh
d. Malaise, anak kurang aktif bermain.
e. Diare persisten/ menetap yang tidak sembuh dengan pengobatan baku
diare.
6. Penatalaksaan
A. Diagnosis TB Anak
Dalam menegakkan diagnosis TB anak, semua prosedur diagnostik dapat
dilaksanakan, namun apabila dijumpai keterbatasan sarana diagnostik, dapat
menggunakan suatu pendekatan lain yang dikenal sebagai sistem skoring.
Sistem skoring tersebut dikembangkan diuji coba melalui tiga tahap penelitian
oleh para ahli yaitu IDAI, Kemenkes dan didukung oleh WHO. Penilaian/
pembobotan pada sistem skoring dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Parameter uji tuberkulin dan kontak erat dengan pasien TB
menular mempunyai nilai tertinggi yaitu 3.
b) Uji tuberkulin bukan merupakan penentu utama untuk
menegakkan diagnosis TB pada anak dengan menggunakan
sistem skoring.
c) Pasien dengan jumlah skor ≥6 harus ditatalaksana sebagai
14
pasien TB dan mendapat OAT
Tabel 2.1
Sisten skoring gejala dan pemeriksaan TB anak di Fasyankes
B. Pengobatan
Pengobatan TB pada anak diberikan dalam bentuk kombinasi minimal tiga
macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh
kuman intraseluler dan ekstraseluler. Lamanya pengobatan TB pada anak 6-12
bulan, pemberian obat jangka panjang ini bertujuan untuk membunuh kuman
serta mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan. Pengobatan TB pada
anak dibagi dalam dua tahap :
1) Tahap Intensif
Selama 2 bulan pertama, diberikan minimal tiga regimen obat
tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat
ringannya penyakit.
2) Tahap Lanjutan
3) Selama 4-10 bulan selanjutnya Tahap Lanjutan, selama 4-10
bulan selanjutnya, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis
dan berat ringannya penyakit.
Selama tahap intensif dan lanjutan, OAT pada anak diberikan
setiap hari untuk mengurangi ketidakteraturan minum obat yang
lebih sering terjadi jika obat tidak diminum setiap hari
7. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada TB paru
adalah:
1) Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
16
BAB 3
ASKEP TEORI
1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Irman
Somantri, p.68 2009).
A. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa
dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit
ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal didaerah dengan tingkat
kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari kedalam rumah sangat
minim. TB paru pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia paling
umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar paru-
paru (extrapulmonary) disbanding TB paru dengan perbandingan 3:1. TB diluar
paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia<3 tahun. Angka
kejadia (pravelensi) TB paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian
meningkat setelah usia remaja dimana TB paru menyerupai kasus pada pasien
dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1. Demam : subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering
sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
3. Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-
paru.
4. Keringat malam.
5. Nyeri dada : jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6. Malaise : ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7. Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien
tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada
foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan hitam dan diagfragma
menonjol keatas.
8. Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi
merupakan penyakit infeksi menular.
C. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2. Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3. Pernah berobat tetapi tidak teratur
4. Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5. Daya tahan tubuh yang menurun
6. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7. Riwayat putus OAT.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB
paru.Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.
E. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
1. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya
2. Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3. Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya
4. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
F. Riwayat Sosial Ekonomi
1. Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
2. Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi
dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang
mampu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh
perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa
18
depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
G. Faktor Pendukung:
1. Riwayat lingkungan.
2. Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat
dan tidur, kebersihan diri.
3. Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang
penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya
H. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk
TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)
Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-20x/i)
Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhu mungkin
tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
1. Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis,
konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa
bibir kering, biasanya adanya pergeseran trakea.
2. Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding
dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak Auskultasi
: Biasanya terdapat bronki
3. Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar Perkusi :
biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4. Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada
edema
5. Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada
edema
I. Pemeriksaan Diagnostik
a) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
b) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
c) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas;
pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak
d) bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
e) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru
f) karena TB paru.
g) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
h) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
J. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas
pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris
(40-41oC) hilang timbul.
b) Pola Nutrisi
Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak
subkutan.
c) Respirasi
Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.
Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
20
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar didaerah apeks paru,
takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak
nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi pleura), perkusi
pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
d) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,
nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul
pleuritis.
e) Integritas Ego
Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Obyektif: menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
tersinggung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar.
c. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
d. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi.
e. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
g. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien dengan TB
paru adalah sebagai berikut:
22
berguna jika terjadi
hipoksemia pada kavitas
yang luas.
Gangguan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
pertukaran tindakan keperawatan 1. Kaji dispnea, takipnea, 1. Tuberkulosis paru dapat
gas pertukaran gas bunyi pernapasan rnenyebabkan meluasnya
berhubunga efektif, dengan abnormal. Peningkatan jangkauan dalam paru-pani
n dengan kriteria hasil: upaya respirasi, yang berasal dari
kerusakan - Melaporkan tidak keterbatasan ekspansi bronkopneumonia yang
membran terjadi dispnea. dada dan kelemahan. meluas menjadi inflamasi,
alveolar - Menunjukkan 2. Evaluasi perubahan- nekrosis, pleural effusion
perbaikan ventilasi tingkat kesadaran, catat dan meluasnya fibrosis
dan oksigenasi tanda-tanda sianosis dan dengan gejala-gejala
jaringan adekuat perubahan warna kulit, respirasi distress.
dengan GDA membran mukosa, dan 2. Akumulasi secret dapat
dalam rentang warna kuku. menggangp oksigenasi di
normal. 3. Demonstrasikan/ organ vital dan jaringan.
- Bebas dari gejala anjurkan untuk 3. Meningkatnya resistensi
distress mengeluarkan napas aliran udara untuk
pernapasan. dengan bibir disiutkan, mencegah kolapsnya jalan
terutama pada pasien napas.
dengan fibrosis atau 4. Mengurangi konsumsi
kerusakan parenkim. oksigen pada periode
4. Anjurkan untuk bedrest, respirasi.
batasi dan bantu 5. Menurunnya saturasi
aktivitas sesuai oksigen (PaO2) atau
kebutuhan. meningkatnya PaC02
5. Monitor GDA. menunjukkan perlunya
Kolaborasi: penanganan yang lebih.
1. Berikan oksigen sesuai adekuat atau perubahan
indikasi. terapi.
Kolaborasi :
1. Membantu mengoreksi
hipoksemia yang terjadi
sekunder hipoventilasi dan
penurunan permukaan
alveolar paru.
Gangguan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
keseimbang tindakan keperawatan 1. Catat status nutrisi 1. Berguna dalam
an nutrisi diharapkan paasien: turgor kulit, mendefinisikan derajat
kurang dari kebutuhan nutrisi timbang berat badan, masalah dan intervensi yang
kebutuhan adekuat, dengan integritas mukosa tepat.
tubuh kriteria hasil: mulut, kemampuan 2. Membantu intervensi
berhubunga - Menunjukkan menelan, adanya bising kebutuhan yang spesifik,
n dengan berat badan usus, riwayat meningkatkan intake diet
anoreksia. meningkat mual/rnuntah atau diare. pasien.
mencapai tujuan 2. Kaji ulang pola diet 3. Mengukur keefektifan
dengan nilai pasien yang nutrisi dan cairan.
laboratoriurn disukai/tidak disukai. 4. Dapat menentukan jenis diet
normal dan bebas 3. Monitor intake dan dan mengidentifikasi
tanda malnutrisi. output secara periodik. pemecahan masalah untuk
- Melakukan 4. Catat adanya anoreksia, meningkatkan intake nutrisi.
perubahan pola mual, muntah, dan 5. Membantu menghemat
hidup untuk tetapkan jika ada energi khusus saat demam
meningkatkan hubungannya dengan terjadi peningkatan
dan medikasi. Awasi metabolik.
mempertahankan frekuensi, volume, 6. Mengurangi rasa tidak enak
berat badan yang konsistensi Buang Air dari sputum atau obat-obat
tepat. Besar (BAB). yang digunakan yang dapat
5. Anjurkan bedrest. merangsang muntah.
6. Lakukan perawatan 7. Memaksimalkan intake
mulut sebelum dan nutrisi dan menurunkan
sesudah tindakan iritasi gaster
pernapasan. Kolaborasi :
7. Anjurkan makan sedikit 1. Memberikan bantuan dalarn
dan sering dengan perencaaan diet dengan
makanan tinggi protein nutrisi adekuat unruk
dan karbohidrat. kebutuhan metabolik dan
Kolaborasi: diet.
1. Rujuk ke ahli gizi untuk 2. Nilai rendah menunjukkan
menentukan komposisi malnutrisi dan perubahan
diet. program terapi.
2. Awasi pemeriksaan
laboratorium. (BUN,
protein serum, dan
albumin).
Gangguan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
rasa nyaman tindakan keperawatan 1. Observasi karakteristik 1. Nyeri merupakan respon
: nyeri rasa nyeridapat nyeri, mis tajam, subjekstif yang dapat
berhubunga berkurang atau konstan , ditusuk. diukur.
n dengan terkontrol, dengan Selidiki perubahan 2. Perubahan frekuensi jantung
reaksi KH: karakter TD menunjukan bahwa
inflamasi - Menyatakan nyeri /lokasi/intensitas nyeri. pasien mengalami nyeri,
berkurang atauter 2. Pantau TTV khususnya bila alasan untuk
kontrol 3. Berikan tindakan perubahan tanda vital telah
- Pasien tampak nyaman mis, pijatan terlihat.
rileks punggung, perubahan 3. Tindakan non analgesik
posisi, musik tenang, diberikan dengan sentuhan
relaksasi/latihan nafas. lembut dapat
4. Tawarkan pembersihan menghilangkan
mulut dengan sering. ketidaknyamanan dan
5. Anjurkan dan bantu memperbesar efek terapi
24
pasien dalam teknik analgesik.
menekan dada selama 4. Pernafasan mulut dan terapi
episode batukikasi. oksigen dapat mengiritasi
Kolaborasi : dan mengeringkan membran
1. Kolaborasi dalam mukosa, potensial
pemberian analgesik ketidaknyamanan umum.
sesuai indikasi 5. Alat untuk mengontrol
ketidaknyamanan dada
sementara meningkatkan
keefektifan upaya batuk.
Kolaborasi :
1. Obat ini dapat digunakan
untuk menekan batuk non
produktif, meningkatkan
kenyamanan
Hipertermi Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
berhubunga tindakan keperawatan 1. Kaji suhu tubuh pasien. 1. Mengetahui peningkatan
n dengan diharapkan suhu 2. Beri kompres air suhu tubuh, memudahkan
reaksi tubuh kembali normal hangat. intervensib.
inflamasi. dengan KH : 3. Berikan/anjurkan pasien 2. Mengurangi panas dengan
- Suhu tubuh 36°C- untuk banyak minum pemindahan panas secara
37°C 1500-2000 cc/hari konduksi. Air hangat
(sesuai toleransi). mengontrol pemindahan
4. Anjurkan pasien untuk panas secara perlahan tanpa
menggunakan pakaian menyebabkan hipotermi
yang tipis dan mudah atau menggigil.
menyerap keringat. 3. Untuk mengganti cairan
5. Observasi intake dan tubuh yang hilang akibat
output, tanda vital evaporasi.
(suhu, nadi, tekanan 4. Memberikan rasa nyaman
darah) tiap 3 jam sekali dan pakaian yang tipis
atau sesuai indikasi. mudah menyerap keringat
Kolaborasi : dan tidak merangsang
1. Pemberian cairan peningkatan suhu tubuh.
intravena dan nutrisi 5. Mendeteksi dini kekurangan
lewat infus. cairan serta mengetahui
keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh.
Tanda vital merupakan
acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
Kolaborasi :
1. Pemberian cairan sangat
penting bagi pasien dengan
suhu tubuh yang tinggi.
Obat khususnya untuk
menurunkan panas tubuh
pasien.
Intoleransi Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
aktivitas tindakan keperawatan 1. Evaluasi respon pasien 1. Menetapkan kemampuan
berhubunga pasien diharapkan terhadap aktivitas. atau kebutuhan pasien
n dengan mampu melakukan Catat laporan dispnea, memudahkan pemilihan
ketidakseim aktivitas dalam batas peningkatan kelemahan intervensi.
bangan yang ditoleransi atau kelelahan. 2. Menurunkan stress dan
antara suplai dengan kriteria hasil: 2. Berikan lingkungan rangsanagn berlebihan,
dan - Melaporkan atau tenang dan batasi meningkatkan istirahat.
kebutuhan menunjukan pengunjung selama fase 3. Tirah baring dipertahankan
oksigen. peningkatan akut sesuai indikasi. selama fase akut untuk
toleransi terhadap 3. Jelaskan pentingnya menurunkan kebutuhan
aktivitas yang istirahat dalam rencana metabolic, menghemat
dapat diukur pengobatandan energy untuk penyembuhan.
dengan adanya perlunya keseimbangan 4. Pasien mungkin nyaman
dispnea, aktivitas dan istirahat. dengan kepala tinggi, tidur
kelemahan 4. Bantu pasien memilih di kursi atau menunduk ke
berlebihan, dan posisi nyaman untuk depan meja atau bantal.
tanda vital dalam istirahat. 5. Meminimalkan kelelahan
rentan normal. 5. Bantu aktivitas dan membantu
perawatan diri yang keseimbanagnsuplai dan
diperlukan. Berikan kebutuhan oksigen.
kemajuan peningkatan
aktivitas selama fase
penyembuhan.
26
nkan resiko bersin, meludah, 3. Kebiasaan ini untuk
penyebaran tertawa., ciuman atau mencegah terjadinya
infeksi. menyanyi. penularan infeksi.
- Menunjukkan/ 2. Identifikasi orang-orang 4. Mengurangi risilio
melakukan yang beresiko terkena penyebaran infeksi.
perubahan pola infeksi seperti anggota 5. Febris merupakan indikasi
hidup untuk keluarga, teman, orang terjadinya infeksi.
meningkatkan dalam satu 6. Pengetahuan tentang faktor-
lingkungan yang. perkumpulan. faktor ini membantu pasien
aman. 3. Anjurkan pasien untuk mengubah gaya hidup
menutup mulut dan dan
membuang dahak di menghindari/mengurangi
tempat penampungan keadaan yang lebih buruk.
yang tertutup jika batuk. 7. Periode menular dapat
4. Gunakan masker setiap terjadi hanya 2-3 hari
melakukan tindakan. setelah permulaan
5. Monitor temperatur. kemoterapi jika sudah
6. Identifikasi individu terjadi kavitas, resiko,
yang berisiko tinggi penyebaran infeksi dapat
untuk terinfeksi ulang berlanjut sampai 3 bulan.
Tuberkulosis paru, Kolaborasi :
seperti: alkoholisme, 1. INH adalah obat pilihan
malnutrisi, operasi bagi penyakit Tuberkulosis
bypass intestinal, primer dikombinasikan
menggunakan obat dengan obat-obat lainnya.
penekan imun/ Pengobatan jangka pendek
kortikosteroid, adanya INH dan Rifampisin selama
diabetes melitus, 9 bulan dan Etambutol
kanker. untuk 2 bulan pertama.
7. Tekankan untuk tidak 2. Obat-obat sekunder
menghentikan terapi diberikan jika obat-obat
yang dijalani. primer sudah resisten.
Kolaborasi: 3. Untuk mengawasi
1. Pemberian terapi INH, keefektifan obat dan
etambutol, Rifampisin. efeknya serta respon pasien
2. Pemberian terapi terhadap terapi
Pyrazinamid
(PZA)/Aldinamide,
para-amino salisik
(PAS), sikloserin,
streptomisin.
3. Monitor sputum BTA.
4. Evaluasi
1. Dx 1:Kebersihan jalan napas efektif, dengan kriteria evaluasi:
- Mempertahankan jalan napas pasien.
- Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
- Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
- Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
- Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.
2. Dx 2: Pertukaran gas efektif, dengan kriteria evaluasi:
- Melaporkan tidak terjadi dispnea.
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan
GDA dalam rentang normal.
- Bebas dari gejala distress pernapasan.
3. Dx 3: Kebutuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria evaluasi:
- Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai
laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.
- Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan
berat badan yang tepat.
4. Dx 4: Nyeri dapat berkurang atau terkontrol, dengan kriteria evaluasi:
- Menyatakan nyeri berkurang atauterkontrol
- Pasien tampak rileks
5. DX 5 : Suhu tubuh kembali normal dengan kriteria evaluasi :
- Suhu tubuh 36°C-37°C.
6. DX 6 : Pasien mampu melakukan aktivitas dalam batas yang ditoleransi dengan
kriteria evaluasi :
- Melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang
dapat diukur dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital
dalam rentan normal.
7. DX 7 :Tidak terjadi penyebaran/ aktivitas ulang infeksi, dengan kriteria
evaluasi:
- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran
infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang. aman.
28
BAB 4
KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
TUBERKULOSIS
An. A, laki-laki, umur 5 tahun, agama islam. An. A merupakan anak pertama, dan
memiliki satu orang adik perempuan berusia 2 tahun. Alamat : Jakarta. Diagnosa
Medis : TB paru. Tanggal pengkajian : 24 Februari 2021. Ayah Tn R (30 tahun),
Pendidikan SMA, Pekerjaan swasta. Ibu Ny. J (24 tahun), SMA, IRT. Orangtua
membawa anak ke RS dengan keluhan batuk terus menerus ,berdahak namun susah
dikeluarkan, sesak, nafsu makan menurun selama sakit, berat badan menurun dalam 3
bulan terakhir, dan demam sudah hampir 2 minggu. An. A sering mengalami demam,
saat malam hari hari sering berkeringat dingin. Sebelumnya anak pernah sakit batuk,
pilek dan demam serta berobat ke Puskesmas. An. A tidak memiliki Riwayat alergi baik
obat ataupun makanan, imunisasi dasar sudah lengkap. Dalam keluarga ada yang
menderita penyakit TB paru dan sedang menjalani pengobatan rutin yaitu ayahnya. Saat
dikaji ibu dari An. A mengatakan jika suaminya perokok berat. Walaupun sedang
menjalani pengobatan TB Tn. A tetap merokok. BB anak saat ini saat ini 13,5 kg, TB
100 cm. umur 3 bulan anak sudah bisa mengangkat kepala memasukkan tangan ke
mulut. Umur 6 bulan anak sudah bisa duduk dengan kepala tegak, anak 8 bulan mulai
merangkak. Umur 13 bulan pasien sudah bisa berdiri dan mulai berjalan sendiri. ASI
diberikan sampai usia 2 tahun. Pemberian makanan tambahan dimulai sejak umur 6
bulan. Anak A diasuh oleh kedua orangtua dirumah. Sebelum sakit, selera makan anak
baik, 3x sehari, dan setiap makan selalu habis dengan lauk dan sayur. Saat sakit, anak
hanya makan 1-3 sendok/hari, minum hanya 2 gelas, tidak suka minum susu. BAB
normal, BAK normal, tidur malam 8-9 jam dan tidur siang 1-2 jam, anak A sehari-hari
hanya bermain dengan teman-temannya sebelum sakit, mandi 2 x/hari dimandikan oleh
ibu, rekreasi tidak terjadwal. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh perawat :
Suhu 39oC, nadi 85 x/menit, respirasi 30 x/menit, TD 100/60 mmHg, lila 15 cm, ada
sesak , terdapat pembesaran KGB di leher, retraksi dada (-), ronchi (+), konjunctiva
tidak anemis, bibir kering, lidah agak kotor dan berbau, caries (+), peristaltik normal,
kembung (tidak ada), penglihatan normal, pendengaran normal, penciuman normal,
kesadaran komposmentis, anak tampak lemah, bicara lancar, ekspresi saat bicara baik,
ekstremitas kanan dan kiri simetris, pergerakan baik, warna rambut hitam, kulit sawo
matang, wajah tampak pucat, sering berkeringat pada malam hari, BAB dan BAK tidak
ada kelainan. Ny. J mengatakan selama anak saat hanya tidur-tiduran dirumah bahkan
tidak mau bermain karena anak mengeluh badannya lemas. Orangtua tidak tahu anaknya
sakit TB paru dan tidak tahu apa penyebabnya. Lab: BTA +. Hasil Pemeriksaan thorax :
tampak infiltrate dikedua pulmo, kesan : menyokong gambaran TB pulmo aktif.
Program terapi: diet TKTP, OAT 6 bulan dengan evaluasi.
30
4.2 Asuhan Keperawatan Anak dengan Tuberkulosis
FORMAT PENGKAJIAN
I. Biodata
A. Identitas klien
1. Nama/ nama panggilan : An. A
2. Tempat tanggal lahir :-
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Umur : 5 Tahun
5. Ruang : Anggrek
6. Tanggal masuk RS : 23 Februari 2022
7. Tanggal pengkajian : 24 Februari 2022
8. Diagnosa Medis : TB Paru
B. Identitas orang tua
1. Ayah
a. Nama : Tn. R
b. Usia : 30 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Perkerjaan/sumber penghasilan : Wiraswasta
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jakarta
2. Ibu
a. Nama : Ny. J
b. Usia : 24 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Perkerjaan/sumber penghasilan : Ibu Rumah Tangga
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jakarta
C. Identitas saudara kandung
32
B. Riwayat kesehatan lalu
Pasien sebelumnya pernah sakit batuk, pilek dan demam serta berobat ke Puskesmas.
C. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram
5TH
Ket :
Penjelasan : Klien tinggal satu rumah bersama ayah, ibu, adik dan neneknya. Dalam
keluarga ada yang menderita penyakit TB Paru dan sedang menjalani pengobatan yaitu
ayahnya Tn. R. saat dikaji ibu dari An.A mengatakan jika suaminya perokok berat.
Walaupun sedang menjalani pengobatan TB Tn.A tetap merokok.
34
VI. Riwayat psikososial
- Pembawaan anak secara umum : Anak periang, lincah dan tidak rewel.
- Yang mengasuh anak dan alasannya :
Anak tinggal bersama ayah, ibu, adik dan neneknya dirumah. Keluarga memiliki
hubungan yang baik dan saling supor. Anak diasuh oleh ibu dan neneknya, sedangkan
ayahnya bekerja.
VII. Riwayat spiritual
- Kegiatan keagamaan orang tua dan anak : orang tua beragama islam, selalu sholat 5
waktu, suka mengikuti kegiatan pengajian dirumah. Klien sering ikut ke masjid bersama
Ayahnya, setiap sore klien mengikuti kegiatan pengajian anak-anak. Ibu klien tampak
berdzikir dan bersholawat ketika bersama klien. Anak selalu diajarkan doa sehari-hari,
seperti doa makan, doa tidur dll.
VIII. Reaksi hospitalisasi
A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
An. A sebelumnya pernah di bawa oleh orang tuanya berobat ke Puskesmas karena
pernah sakit batuk, pilek dan demam, namun tidak pernah dirawat. Saat ini orang tua
mengatakan perasaannya khawatir, tidak tenang, dan sedih atas keadaan anaknya yang
masih kecil, harus menderita penyakit ini .
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap: Belum dapat dikaji
IX. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
C. Istirahat tidur
1. Jam tidur
Tidur siang 1-2 jam Tidur siang 1-2 jam
Siang
Tidur malam 8-9 jam Tidur malam 8-9 jam
Malam
Kurang Teratur Teratur
2. Pola tidur
3. Kebiasaan Minum susu Minum susu
sebelum tidur
4. Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada
D. Personal hygiene
36
E. Rekreaksi
Frekuensi tidak terjadwal oleh keluarga.
F. Aktivitas
X. pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda- tanda Vital
a. Tekanan Darah : 100/60 mmHg.
b. Denyut nadi : 85 x/menit
c. Suhu : 39 o C
d. Pernafasan : 30 x/menit
4. Antrompometri :
- Tinggi Badan : 100 cm
- Berat Badan : 13,5 kg
- Lingkar Lengan Atas : 15 cm
5. Sistem Pernapasan
- Hidung : Simetris, pernpasan cuping hidung : tidak ada, penciuman normal, secret:
tidak ada
- Leher : Ada pembesaran kelenjar getah bening
- Dada : Gerakan dada tidak terdapat retraksi dada, suara napas terdapat ronchi
6. Sistem Kardiovaskuler
- Conjungtiva : Tidak anemis, bibir : tidak cyanosis
7. Sistem Pencernaan
- Skelera : Tidak icterus, bibir : kering
- Mulut : Lidah agak kotor, berbau, caries (+)
- Lambung : Gerakan peristaltic normal, tidak ada kembung
- Anus : Tidak ada lecet, hemoroid : tidak ada, anak dapat merasa dan
menahan BAB
8. Sistem Indra
- Mata : Kelopak mata tidak ada kemerahan, lapang pandang normal
- Hidung : Penciuman normal, anak dapat membedakan bau-bauan, trauma
hidung tidak pernah, mimisan tidak pernah.
- Telinga : Keadaan daun telinga baik, operasi telinga tidak pernah, fungsi
pendengaran baik
9. Sistem Syaraf
Bicara : Respon terhadap pertanyaan tepat, bicara lancar ekspresi saat bicara
baik
10. Sistem Muskuloskeletal
- Kepala : Ubun-ubun besar dan kecil tertutup
- Vertebrae : Gerakan baik, ROM : baik
- Kaki : Keutuhan ligament baik, ROM : baik
- Bahu : Pergerakan baik
- Tangan : Pergerakan baik
11. Sistem Integumen
- Rambut : warna hitam, cukup bersih
- Kulit : Sawo matang
- Kuku : Permukaan kuku datar, tidak mudah patah, cukup bersih
12. Sistem Endokrin
- Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid pada An. A
- Ekskresi urine : tidak ada masalah.
13. Sistem Perkemihan
BAK dan BAB normal
38
14. Sistem Imun
An. A tidak memiliki riwayat alergi baik obat maupun makanan
15. Data Penunjang
- Laboratorium : Pemeriksaan BTA (+)
- Hasil pemeriksaan thorax : Tampak infiltrate dikedua pulmo,
Kesan : Menyokong gambaran TB pulmo aktif.
16. Program dan Rencana Pengobatan
- Pemberian diet TKTP
- Oat 6 bulan dengan evaluasi
Analisa Data
40
Data Obyektif :
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
(D.0001)
2. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi TB) (D0130)
3. Deficit nutrisi b.d factor psikologis (mis.keengganan untuk makan) (D.0019)
4. Deficit pengetahuan tentang penyakit TB anak b.d kurangnya informasi (D.0111)
5. Deficit perawatan diri b.d kelemahan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)
nafas tidak efektif keperawatan selama 1x24
berhubungan jam pasien diharapkan Observasi :
dengan sekresi bersihan jalan nafas
yang tertahan meningkat sesuai dengan Monitor pola napas (frekuensi,
( D.0001) kriteria hasil : kedalaman, usaha napas)
- Batuk efektif Monitor bunyi napas tambahan
meningkat (mis. Gurgling, mengi, weezing,
- Produksi sputum ronkhi kering)
menurun Monitor sputum (jumlah, warna,
- Dipsnea menurun aroma)
- Tidak ada kesulitan
bicara Terapeutik :
- Gelisah berkurang
- Frekuensi nafas Pertahankan kepatenan jalan napas
membaik dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
- Pola nafas membaik thrust jika curiga trauma cervical)
Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsepMcGill
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
42
mukolitik, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
3. Deficit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I. 03119)
factor psikologis keperawatan selama 3x24
(mis.keengganan jam diharapkan status
untuk makan) nutrisi terpenuhi dengan Observasi
(D.0019) kriteria hasil :
- Porsi makan yang Identifikasi status nutrisi
dihabiskan meningkat Identifikasi alergi dan intoleransi
- Berat badan meningkat makanan
- Frekuensi makan Identifikasi makanan yang disukai
meningkat Identifikasi kebutuhan kalori dan
- Nafsu makan jenis nutrient
meningkat Identifikasi perlunya penggunaan
- Perasaan cepat selang nasogastrik
kenyang menurun Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
44
antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlU
46
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Monitor sputum
Hasil : sputum berwarna aga hijau,
jumlahnya kira-kira 2cc, dan
menggumpal.
memposisikan semi-Fowler
hasil : anak di posisikan semi fowler
dengan bantal lebih tinggi
48
dan tinggi protein seperi ayam
goreng.
50
EVALUASI KEPERAWATAN
O:
- lidah klien tampak bersih
- bau mulut sudah berkurang
- terdapat karies .
A : defisit perawatan diri mulai teratasi
P : lanjutkan intervensi, lakukan
kebersihan rambut (keramas) . anjurkan
keluarga untuk selalu melakukan
kebersihan diri klien dengan teratur .
52
BAB 5
ANALISA EBN
1. Sumber Pencarian:
Google scoolar
2. Metode Pencarian: (P ) AND (I) AND (C ) AND (O) AND quasi
experiment Kata kunci (tuliskan kata kunci yang digunakan)
P : anak usia 5 tahun
I : warm pack belt
O : menurunkan demam
Kata Kunci P: anak usia 5 tahun hasil temuan: 240.000 AND I : warm
pack belt hasil temuan : 35 AND C: kompres air hangat hasil temuan:11
AND O: menurunkan demam hasil temuan : 639 Kata AND QUASI
EXPERIMENT hasil temuan : 4
3. Analisa PICOT
1) Populasi
Pada penelitian ini dijelaskan bahwa populasi nya adalah seluruh
anak
usia 1 ̶ 5 tahun di wilayah Puskesmas Legon Kulon Kabupaten
Subang yang mengalami demam, Sampel yang digunakan
sebanyak 80 anak usia 1 ̶ 5 tahun dan dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu kelompok yang diberikan perlakuan Warm Pack Belt dan
kelompok yang diberikan perlakuan kompres air hangat.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah anak usia1-5 tahun,
sedang mengalami demam hari pertama dan orang tua/ wali
bersedia untuk menjadi responden.
2) Intervensi
Pada penelitian ini sebelum diberikan perlakuan, baik itu
pemberian Warm Pack Belt maupun kompres air hangat. Anak
yang mengalami demam diperiksa terlebih dahulu oleh dokter
puskesmas. Setelah dilakukan pemeriksaan dan diperbolehkan
untuk rawat jalan, anak dibekali obat paracetamol syrup.
Penggunaan Warm Pack Belt pada kelompok perlakuan dan
kompres air hangat pada kelompok pembanding diberikan saat 3
jam setelah anak meminum obat paracetamol syrup. Intervensi
tersebut dilakukan selama 6 kali setiap harinya dengan waktu 15-
20 menit. Intervensi ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
Sebelum dilakukan intervensi anak di ukur suhunya terlebih
dahulu, dan setelah dilakukan intervensi suhu anak di ukur kembali
Hasil sebelum dan sesudah pemberian penggunaan alat akan
dibandingkan dan dilihat efektivitasny
Comparasi
Pada penelitian ini terdapat pembanding . Pembanding pada
penelitian ini adalah kompres air hangat . Kelompok control pada
penelitian ini yaitu kompres air hangat dan kelompok intervensi
yaitu warm pack belt. Pada intervensi pembanding (kompress air
hangat) di lakukan sebanyak 6 kali selama 15-20 menit selama 3
hari.
Outcome
Hasil penelitian menunjukan bahwa di hari pertama sampai dengan
hari ketiga bahwa kedua perlakuan tersebut termasuk ke dalam
katagori efektif dalam menurunkan demam pada anak usia 1 ̶ 5
tahun, tetapi ada perbedaan yang signifikan antara keduanya yaitu
54
pada kelompok intervensi (Warm Pack Belt) menunjukan
efektifitas yang tinggi dalam menurunkan febris pada anak usia 1 ̶5
tahun dibandingkan dengan kompres air hangat.
Pada kelompok kontrol (Kompres air hangat) menujukan adanya
perbedaan dengan nilai p value <0,005 dan rata-rata penurunan
suhu tubuh anak usia 1 ̶ 5 tahun yaitu 1,28°C dengan nilai mean
sebelum diberikan 37,91°C dan setelah diberikan menjadi 36,63°C.
Sedangkan pada kelompok Warm Pack Belt rata-rata penurunan
suhu tubuh anak usia 1 ̶ 5 tahun yaitu 1,96°C dengan nilai mean
sebelum diberikan yaitu 37,79°C dan sesudah diberikan menjadi
35,83°C. Hal tersebut menunjukan bahwa perlakuan pada
kelompok Warm Pack Belt lebih cepat menurunkan suhu tubuh
dibandingkan dengan kompres air hangat
Time
Perlakuan ini dilakukan selama 15 ̶ 20 menit, 6 kali sehari, 3 hari
berturut-turut.
Sebelum diberikan perlakuan, responden dilakukan pemeriksaan
suhu terlebih dahulu dan dilakukan pemeriksaan ulang setelah
diberikan perlakuan
4. Analisa VRA
1) Validitas
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
quasi eksperimen dengan desain pretest-posttest with control group
yaitu penelitian yang membandingkan kondisi kelompok kontrol
dengan kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol diberikan
terapi kompres air hangat sedangkan pada kelompok intervensi
diberikan Warm Pack Belt.
Pada penelitian ini dijelaskan bahwa populasi nya adalah seluruh
anak
usia 1 ̶ 5 tahun di wilayah Puskesmas Legon Kulon Kabupaten
Subang yang mengalami demam, Sampel yang digunakan sebanyak
80 anak usia 1 ̶ 5 tahun . Masing-masing berjumlah sama besar
yaitu 40 pada kelompok intervensi dan 40 pada kelompok control,
terdiri dari 20 laki-laki dan 20 perempuan.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah anak usia1-5 tahun,
sedang mengalami demam hari pertama dan orang tua/ wali
bersedia untuk menjadi responden.
2) Reliabilitas
a. Apa hasil penelitian?
Hasil penelitian Pada kelompok kontrol (Kompres air
hangat) menujukan adanya perbedaan dengan nilai p value
<0,005 dan rata-rata penurunan suhu tubuh anak usia 1 ̶ 5
tahun yaitu 1,28°C dengan nilai mean sebelum diberikan
37,91°C dan setelah diberikan menjadi 36,63°C. Sedangkan
pada kelompok Warm Pack Belt rata-rata penurunan suhu
tubuh anak usia 1 ̶ 5 tahun yaitu 1,96°C dengan nilai mean
sebelum diberikan yaitu 37,79°C dan sesudah diberikan
menjadi 35,83°C. Hal tersebut menunjukan bahwa
perlakuan pada kelompok Warm Pack Belt lebih cepat
menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan kompres air
hangat
56
obat paracetamol syrup. Intervensi tersebut dilakukan
selama 6 kali setiap harinya dengan waktu 15-20 menit.
Intervensi ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
Sebelum dilakukan intervensi anak di ukur suhunya terlebih
dahulu, dan setelah dilakukan intervensi suhu anak di ukur
kembali.
Hasil tersebut nanti dibandingkan keefektifannya antara
kelompok intervensi yang menggunakan warm pack belt dan
kelompok kontrol dengan kompres air hangat.
58
SOP WARM PACK BELT
60
BAB VI
B. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada An. A dengan kasus TB paru
Anak di Rumah Sakit Umum Bekasi Utara, penulis mampu :
1) Memahami konsep TB paru anak
2) Mampu melaksanakan pengkajian pada An. A dengan kasus TB
anak
3) Mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan
analisa data yang di dapat
4) Melaksanakan tindakan nyata/intervensi keperawatan sesuai
dengan analisa data yang di dapat.
5) Mampu mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan sesuai
dengan masalah yang diprioritaskan.
C. Saran
1) Bagi Profesi Keperawatan
Penulisan ini diharapkan bisa menjadi bahan referensi bagi perawat
dalam memberikan asuhan pada kasus TB paru pada Anak
2) Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara
langsung pada pasien TB paru Anak.
DAFTAR PUSTAKA
62