KEBIJAKAN AKUNTANSI
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah suatu komponen organisasi yang mengumpulkan,
mengklasifikasikan, mengolah, menganalisa dan mengkomunikasikan informasi finansial dan
pengambilan keputusan yang relevan bagi pihak luar perusahaan dan pihak ekstern.
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) merupakan komponen vital dalam sistem informasi manajemen.
SIA menjadi pendukung semua aktivitas pelayanan dengan mengedepankan tiga fungsi utama,
yaitu:
pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan seluruh data transaksi rumah sakit;
transformasi data menjadi informasi yang dipakai oleh manajemen untuk pengambilan
keputusan dan melakukan pengendalian; dan
kontrol internal terhadap aset-aset rumah sakit sehingga data yang disimpan menjadi akurat
dan terpercaya (reliable).
Meskipun hanya bersifat sebagai pendukung dalam rumah sakit, SIA mampu menjadikan kelima
aktivitas utama rumah sakit menjadi efektif dan efisien. Kelima aktivitas tersebut terangkum dalam
siklus transaksi rumah sakit, yaitu siklus pendapatan, siklus pengeluaran, siklus pelayanan, dan
siklus keuangan, dan siklus pelaporan keuangan, seperti tergambar dalam ilustrasi di bawah ini.
Model
Model Siklus
Siklus
Siklus Transaksi
Transaksi
Pendapatan
Siklus
Pengeluaran Siklus
Peristiwa Ekonomi Laporan
Pelapora
(Transaksi ) Keuangan
nKeuangan
Siklus Pelayanan
Siklus
Keuangan
1. Siklus pendapatan terkait dengan pemberian jasa pelayanan rumah sakit kepada pasien atau
pihak lain dan penerimaan pembayaran pasien atau tagihan dari pihak lain.
2. Siklus pengeluaran terkait dengan pengadaan barang dan/atau jasa dari pihak lain dan
pelunasan utang dan kewajibannya.
3. Siklus produksi/pelayanan terkait dengan transformasi sumber daya rumah sakit menjadi jasa
pelayanan rumah sakit.
4. Siklus keuangan terkait dengan perolehan dan pengelolaan capital fund (dana modal), seperti
modal kerja (sumber dana kas atau dana likuid lainnya) dan sumber dana jangka panjang.
5. Siklus pelaporan keuangan tidak terkait dengan siklus operasi ( operating cycle) sebagaimana
empat siklus pertama di atas. Siklus ini memperoleh data operasi dan akuntansi dari siklus
yang lain dan memprosesnya menjadi laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
Apabila kelima siklus di atas dikaitkan dengan SIA dan sistem aplikasi terkait maka korelasi antara
satu siklus dengan siklus lainnya terlihat pada gambar di bawah ini. Sistem aplikasi dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Model
Model Hirarkis
Hirarkis Sistem
Sistem Informasi
Informasi Akuntansi
Akuntansi
Laporan Keuangan
Siklus
Siklus
Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus Pelaporan
Pendapatan Pengeluaran Pelayanan Keuangan Keuangan
Sistem
Sistem
Aplikasi
Aplikasi Pendapatan Pembelian Inventori Penerimaan Kas Buku Besar
Standard
Standard
Journal
Journal Identifikasi akun -akun yang dipengaruhi oleh masing -masing sistem aplikasi
Entries
Entries
Dengan format ilustrasi lain, sistem aplikasi dalam Model Hirarkis Sistem Informasi Akuntansi di
atas dideskripsikan seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Siklus pendapatan (revenue cycle) terdiri dari beberapa fungsi seperti pemberian jasa pelayanan
rumah sakit kepada pasien, penerimaan kas, dan pengelolaan piutang.
A. Pemberian Pelayanan
Fungsi pemberian pelayanan rumah sakit (usaha) terdiri dari sub fungsi pelayanan medis dan
pelayan non medis dan uraiannya sebagai berikut:
1. Pelayanan medis yang terbagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
a. Pelayanan medis yaitu jasa yang terkait langsung dengan pelayanan dokter kepada
masyarakat.
b. Pelayanan keperawatan yaitu jasa yang terkait langsung dengan pelayanan keperawatan
kepada masyarakat.
c. Penunjang medis yaitu jasa yang berfungsi sebagai pendukung di dalam peningkatan
mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat, yaitu:
1) Penunjang medis yang berhubungan dengan pasien
Farmasi
Laboratorium
Fisioterapi
Radiologi
Pemulasaran jenazah
Central Sterile Supply Department (CSSD)
Operatie Khamer (OK)
Hemodialisis
Extracorporeal Shckwave Lithotripsy (ESWL)
Endoskopi
Echocardiography (ECG)
Gizi
2) Penunjang medis yang tidak berhubungan dengan pasien
Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS)
Sistem Informasi Manajemen
Laundry
2. Pelayanan non-medis yaitu jasa yang berfungsi di dalam peningkatan mutu kinerja rumah
sakit, namun tidak terkait secara langsung dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
misalnya administrasi.
B. Penerimaan Kas
Sumber penerimaan kas rumah sakit yang terkait dengan operasi rumah sakit terdiri dari tiga
bagian, yaitu:
1. Penerimaan hasil usaha rumah sakit
a. Pendapatan operasional
1) pendapatan rawat jalan;
2) pendapatan rawat inap;
3) pendapatan tindakan medis;
4) pendapatan penunjang medis;
5) pendapatan operasional lainnya.
b. Penghasilan non operasional
1) pendapatan jasa lembaga keuangan;
2) pendapatan kerja sama operasi (KSO);
3) pendapatan sewa
2. Penerimaan hibah
3. Penerimaan anggaran APBN/D
C. Pengelolaan Piutang
Fungsi pengelolaan piutang tidak terlepas dari fungsi pemberian jasa pelayanan dan mencakup
sub fungsi penerimaan kas dari pencairan piutang, penagihan, dan sub fungsi piutang usaha itu
sendiri yang bertugas memelihara informasi piutang pasien/ pihak lain secara berkelanjutan.
SIKLUS PENGELUARAN
Siklus pengeluaran (expenditure cycle) di Rumah sakit mencakup fungsi-fungsi yang terkait
dengan pengadaan barang dan atau jasa yang digunakan oleh rumah sakit dalam menjalankan
usahanya. Fungsi dalam siklus ini terdiri dari proses seleksi pemasok ( vendor selection),
permintaan pembelian (requisitioning), pembelian (purchasing), utang usaha (accounts payable),
dan akuntansi pengupahan (payroll accounting).
A. Pembelian
Pembelian/pengadaan barang dan jasa di rumah sakit mengacu pada Keputusan Presiden Nomor
80 tahun 2003, Perpres 54 tahun 2010 dan peraturan perubahannnya, serta Peraturan Daerah
setempat mengenai pengadaan barang dan jasa. Pengadaan barang dan jasa yang sumber
dananya berasal dari:
a. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah);
b. APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
Menggunakan dasar Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003, sedangkan pengadaan barang
dan jasa yang sumber dananya dari:
a. Pendapatan jasa layanan/ operasional;
b. Hibah tidak terikat;
c. Hasil kerjasama/ KSO dengan pihak lain; dan
d. Pendapatan lain-lain Rumah sakit yang sah.
Menggunakan dasar Peraturan Daerah setempat yang berdasarkan ketentuan pasal 105,
Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD.
1. Jenis pengadaan barang/jasa
a. Pengadaan barang/jasa yang memerlukan penyedia barang/ jasa
1) Pengadaan Barang
2) Pengadaan Jasa Pemborongan
3) Pengadaan Jasa Konsultasi
4) Pengadaan Jasa Lainnya
b. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa dengan swakelola
2. Metoda pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya terdiri dari
a. pelelangan umum
b. pelelangan terbatas
c. pemilihan langsung,
d. penunjukan langsung.
B. Pengelolaan Hutang
Fungsi aktifitas pengelolaan hutang adalah untuk melakukan pembayaran kepada rekanan/
pemasok. Hal ini untuk memastikan bahwa pelunasan utang sesuai dengan dokumen-dokumen
yang terkait dengan pembelian, sehingga perlu dilakukan matching process -semua dokumen
dikumpulkan, diverifikasi, dan ditelaah- sebelum dilakukan pembayaran.
C. Pengupahan
Sistem pengupahan melibatkan seluruh payroll process dan personnel reporting dan menyajikan
informasi terkait dengan personalia, seperti ketrampilan pegawai, penghitungan pajak, dan
potongan-potongan karyawan. Sistem pengupahan pada rumah sakit daerah mencakup pegawai
tetap yang sekaligus merupakan Pegawai Negeri Sipil dan pegawai tidak tetap (honorer daerah
dan kontrak) dengan remunerasi dalam bentuk gaji, insentif, dan/atau honor.
A. Pengelolaan Pelayanan
Pengelolaan pelayanan dalam rumah sakit terkait sekali dengan sistem akuntansi biaya. Di dalam
rumah sakit, unit cost (sistem biaya per unit) menjadi pilihan dalam penerapan sistem akuntansi
biaya. Dalam unit cost ini, biaya yang terjadi di rumah sakit didistribusikan ke setiap pelayanan
yang diberikan kepada pasien. Dengan adanya unit cost maka dapat diketahui perkiraan biaya
yang ditanggung oleh rumah sakit dalam melaksanakan suatu tindakan pelayanan. Hal ini bisa
dijadikan dasar penentuan tarif, dan tentu saja dengan pengelolaan data unit cost ini secara lebih
lanjut.
B. Pengelolaan Persediaan
Pengelolaan persediaan di Rumah sakit berfokus pada serangkaian pencatatan persediaan dan
laporannya terkait dengan penggunaan persediaan, saldo akhir persediaan, dan tingkat
persediaan minimum ataupun maksimum. Untuk itu, penentuan saat pemesanan kembali barang
untuk menjaga ketersediaan barang ( reorder point) dan prosedurnya disusun agar biaya
penyimpanan persediaan dapat diminimalkan.
SIKLUS KEUANGAN
Sebagaimana telah diuraikan di sub bab sebelumnya, siklus keuangan terkait dengan perolehan
dan pengelolaan capital fund (dana modal), seperti modal kerja (sumber dana kas atau dana likuid
lainnya) dan sumber dana jangka panjang.
Pengelolaan kas keluar memfokuskan pada pemeriksaan bukti kas keluar dan pemisahan fungsi
otorisasi dan pembayaran.
Sebagaimana dijelaskan di sub bab di awal, siklus pelaporan keuangan tidak terkait dengan siklus
operasi yang terdiri dari keempat siklus di atas. Laporan keuangan, yang merupakan bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan di Rumah sakit, dihasilkan dari siklus ini menjadi
sebuah rerangka (framework) dalam melakukan analisis terhadap usaha rumah sakit.
KEBIJAKAN KEUANGAN
A. PENDAHULUAN
1. Kebijakan keuangan yang diuraikan dalam bab ini mengacu pada siklus yang terjadi di rumah sakit
secara umum, dan dapat didetilkan sesuai dengan kondisi di rumah sakit masing-masing.
2. Kebijakan akuntansi yang terkait erat dengan perlakuan akuntansi, khususnya pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan, diuraikan dalam bab Laporan Posisi Keuangan
(Neraca) pada Bagian Tiga tentang Pedoman Akuntansi.
KEBIJAKAN PENDAPATAN
B. Kebijakan Pendapatan
1. Pendapatan Pelayanan
a. Pendapatan yang diperoleh dari pelayanan yang diberikan kepada masyarakat merupakan
pendapatan operasional rumah sakit.
b. Pendapatan rumah sakit terdiri dari pendapatan pasien umum dan pihak ketiga.
1) Pendapatan pasien umum adalah pendapatan yang diperoleh dari pembayaran langsung
pasien.
2) Pendapatan pihak ketiga adalah pendapatan yang diperoleh dari pembayaran pasien yang
dijamin oleh pihak ketiga, yang terdiri dari
a) Jaminan sosial seperti
(1) Asuransi Kesehatan (Askes),
(2) Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas),
(3) Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM)
(4) Jaminan Kesehatan lainnya
b) Jaminan perusahaan swasta dan atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D).
c. Pendapatan rumah sakit dibagi lagi menjadi empat kelompok, yaitu:
1) Pendapatan Pasien Rawat Jalan, yaitu semua pendapatan yang diperoleh dan timbul dari
kegiatan pada instalasi rawat jalan;
2) Pendapatan Pasien Rawat Inap, yaitu semua pendapatan yang diperoleh dan timbul dari
kegiatan atau pelayanan yang diberikan kepada pasien di instalasi rawat inap
3) Pendapatan Penunjang Medis, yaitu semua pendapatan yang diperoleh dan timbul dari
kegiatan atau pelayanan yang diberikan kepada pasien di instalasi penunjang.
4) Pendapatan lain-lain, yaitu semua pendapatan yang diperoleh dan timbul dari kegiatan
atau pelayanan selain dari pasien rawat jalan, pasien rawat inap, dan penunjang medis.
2. Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBD/N yang berupa kas diberlakukan sebagai
pendapatan rumah sakit.
3. Pendapatan hibah terdiri dari pendapatan hibah terikat dan tidak terikat berupa kas yang diperoleh
langsung dari masyarakat atau badan lain dan merupakan pendapatan rumah sakit yang harus
diperlakukan sesuai dengan peruntukannya.
4. Hasil kerja sama rumah sakit dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya merupakan
pendapatan rumah sakit.
b) Jaminan yang diperoleh berupa pelayanan kesehatan yang diperlukan dalam upaya
pencegahan, penanggulangan, pengobatan dan pemulihan gangguan kesehatan,
diawali dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama di Puskesmas beserta
jaringannya. Apabila diperlukan, jaminan tersebut dilanjutkan dengan pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan di rumah sakit berdasarkan rujukan dari Puskesmas.
c) Penagihan terhadap Askes dilakukan kepada PT Askes sesuai dengan peraturan PT
Askes.
2) Penagihan Jamkesmas
2) Penghapusan Piutang
1. Piutang rumah sakit dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang berwenang
setelah memperhatikan penyisihan kerugian piutang yang diuraikan di bab Laporan Posisi
Keuangan (Neraca), khususnya pembahasan piutang.
2. Kewenangan penghapusan piutang secara berjenjang ditetapkan dengan peraturan Kepala
Daerah sesuai dengan kewenangannya dan dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
KEBIJAKAN PENGELUARAN
1) Belanja rumah sakit terdiri dari unsur biaya yang sesuai dengan struktur biaya yang dituangkan
dalam RBA (Rencana Bisnis Anggaran), Penetapan Anggaran atau dokumen lain yang telah
disahkan Pemerintah Daerah.
2) Pengelolaan belanja rumah sakit diselenggarakan secara fleksibel berdasarkan kesetaraan antara
volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran dan mengikuti praktik bisnis yang sehat.
3) Fleksibilitas pengelolaan belanja berlaku dalam ambang batas sesuai dengan yang ditetapkan
dalam RBA dan dokumen anggaran yang telah disahkan.
4) Belanja rumah sakit yang melampaui ambang batas fleksibilitas harus mendapat persetujuan
Kepala Daerah atas usulan kepala rumah sakit sesuai dengan kewenangannya.
5) Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, rumah sakit dapat mengajukan usulan tambahan
anggaran dari APBD kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah atau PPKD, yang memiliki
tugas melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.
6) Usulan tambahan anggaran sebagaimana dimaksud pada butir 5 di atas dilakukan melalui kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah atau SKPD (instansi pemerintah daerah yang merupakan bagian
dari pemerintah daerah yang bertanggung jawab atas bidang tugas yang diemban oleh suatu unit)
sesuai dengan kewenangannya.
7) Belanja rumah sakit dilaporkan sebagai belanja barang dan atau jasa SKPD/pemerintah daerah.
B. Kebijakan Belanja Pegawai
1) Gaji
a. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS)
1) Gaji PNS adalah jumlah total yang dibayarkan kepada karyawan yang merupakan Pegawai
Negeri Sipil selama satu periode tertentu.
2) Prosedur pembayaran gaji PNS harus berdasarkan peraturan pemerintah.
3) Pembayaran gaji terhadap PNS dilakukan dengan melibatkan bank yang telah ditunjuk
oleh Pemerintah Daerah
2) Tunjangan
a. Tunjangan adalah pembayaran yang dilakukan kepada seluruh pegawai karena mendapatkan
tugas khusus sesuai dengan surat keputusan Kepala Daerah dan Kepala rumah sakit.
b. Pembayaran tunjangan dilakukan dengan melibatkan bank yang ditunjuk oleh Pemerintah
daerah
3) Insentif
a. Insentif adalah pembayaran yang dilakukan kepada seluruh pegawai atas pelayanan yang
telah diberikan disesuaikan dengan tugas dan fungsi;
b. Ketentuan terhadap pembayaran insentif diatur berdasarkan surat keputusan Kepala Daerah
dan Kepala rumah sakit.
4) Tambahan Penghasilan
a. Tambahan penghasilan adalah jumlah total yang dibayarkan kepada karyawan atas kegiatan
tertentu, misalnya shift kerja dan anggota tim kerja, dan mencakup juga premi dokter dan
perawat yang sudah memberikan pelayanan dalam suatu periode tertentu;
b. Ketentuan pembayaran tambahan penghasilan diatur berdasarkan surat keputusan Kepala
Daerah berdasarkan usul dan beban kerja dari Kepala rumah sakit dengan ditetapkan dengan
keputusan Kepala Daerah.
c. Pembayaran tambahan penghasilan dilakukan dengan melibatkan bank yang telah ditunjuk
oleh Pemerintah Daerah.
1) Pengadaan barang/jasa oleh rumah sakit dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi dan ekonomis
sesuai dengan praktik bisnis yang sehat.
2) Kewenangan pengadaaan barang/jasa, termasuk pelaksanannya, diselenggarakan berdasarkan
jenjang nilai yang diatur dalam Peraturan Kepala Daerah dan Keputusan Presiden Nomor 80
Tahun 2003, Perpres 54 Tahun 2010 dan peraturan perubahannya.
3) Pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan RBA yang telah disusun oleh Sub Bidang
Penyusunan Program dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
4) Pembayaran pengadaan barang/jasa dilakukan dengan melibatkan bank yang telah ditunjuk oleh
kepala rumah sakit.
1) Belanja perjalanan dinas adalah pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai perjalanan dinas
pegawai.
2) Yang termasuk dalam belanja perjalanan dinas adalah pengeluaran untuk transportasi, akomodasi,
dan lumsump
3) Pengeluaran terhadap belanja perjalanan dinas harus berdasarkan surat keputusan Kepala Daerah
dan Kepala rumah sakit
1) Belanja pemeliharaan adalah pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai pemeliharaan atau
perawatan aset yang termasuk di dalamnya sarana dan prasarana rumah sakit.
2) Yang termasuk dalam aset yang disebutkan di atas adalah semua aset tetap dan aset lainnya yang
dimiliki oleh rumah sakit.
3) Pengeluaran terhadap belanja pemeliharaan harus berdasarkan surat keputusan Kepala Daerah
dan kepala rumah sakit.
1) Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka pendek ditujukan hanya untuk
belanja operasional.
2) Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka panjang ditujukan hanya untuk
investasi atas persetujuan kepala daerah.
3) Perikatan peminjaman dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara berjenjang berdasarkan nilai
pinjaman.
4) Pembayaran kembali utang merupakan tanggung jawab rumah sakit.
1) Persediaan adalah:
a. aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan pelayanan rumah sakit;
b. aset dalam proses pelayanan; dan
c. aset yang tersedia dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam pemberian
pelayanan, proses pelayanan, dan mendukung kegiatan administratif
2) Yang termasuk dalam persediaan medis di antaranya adalah obat, alat kesehatan habis pakai, dan
bahan medis habis pakai;
3) Pengelolaan persediaan medis berada di bawah tanggung jawab Instalasi Farmasi dan bidang
pelayanan medis;
4) Pengeluaran untuk pemakaian persediaan medis berdasarkan Formulir Permintaan Barang Medis
(FPBM) yang disetujui oleh Instalasi Farmasi & Bidang Pelayanan Medis;
5) Pemeriksaan fisik (stock opname) persediaan medis dilakukan oleh petugas gudang setiap bulan
untuk depo farmasi dan 3 bulan sekali untuk instalasi/ gudang farmasi.
1) Persediaan non medis terdiri atas barang cetakan, alat tulis kantor, persediaan rumah tangga,
linen, bahan makanan kering/basah, alat listrik, bahan bangunan, dan persediaan bahan bakar.
2) Pengelolaan persediaan non medis melibatkan seluruh pengguna ( user), sub bagian rumah tangga
dan perlengkapan, serta bagian umum;
3) Pengeluaran untuk pemakaian persediaan non medis harus berdasarkan Formulir Permintaan
Barang Non Medis (FPBNM) yang setujui oleh Kepala Seksi;
4) FPBNM menjadi dasar pengeluaran barang yang dilakukan oleh bagian gudang. Selanjutnya,
pengurus barang melakukan verifikasi terhadap FPBNM.
5) Pemeriksaan fisik (stock opname) persediaan non medis dilakukan oleh petugas gudang setiap
bulan.
C. Pemusnahan Persediaan
1) Pemusnahan persediaan dilakukan terhadap persediaan yang sudah tidak layak untuk digunakan,
baik karena sudah kadaluarsa ( expired) atau pun rusak dan tidak bisa dikembalikan lagi ke
supplier.
2) Pemusnahan persediaan medis harus dilakukan berdasarkan surat keputusan kepala rumah sakit
dan diketahui oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Departemen Kesehatan.
3) Pemusnahan persediaan non medis harus dilakukan berdasarkan surat keputusan direktur rumah
sakit.
4) Pemusnahan persediaan harus dilengkapi dengan Berita Acara Pemusnahan.
1) Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun
lebih dahulu, yang digunakan dalam operasional rumah sakit dalam rangka kegiatan normal rumah
sakit, tidak dimaksudkan untuk dijual dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun;
2) Aset tetap yang dimiliki rumah sakit harus diinventarisasi secara berkala dan dibuatkan kode aset.
3) Barang inventaris dan/atau aset tetap milik rumah sakit dapat dihapuskan berdasarkan
pertimbangan ekonomis dan atas persetujuan kepala daerah;
4) Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait langsung dengan tugas pokok dan fungsi
rumah sakit harus mendapat persetujuan Pemerintah Daerah c.q. Kepala Bagian Umum dan
Perlengkapan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1) Tanah
a. Tanah rumah sakit disertifikatkan atas nama Pemerintah Daerah.
b. Tanah yang tidak digunakan oleh rumah sakit untuk penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsinya dapat dialihgunakan oleh direktur Rumah Sakit terkait dengan persetujuan Kepala
Daerah sesuai dengan kewenangannya.
2) Bangunan
a. Bangunan rumah sakit disertifikatkan atas nama Pemerintah Daerah.
b. Bangunan yang tidak digunakan rumah sakit untuk penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsinya dapat dialihgunakan oleh direktur Rumah Sakit terkait dengan persetujuan Kepala
Daerah sesuai dengan kewenangannya
3) Kendaraan bermotor
Kendaraan bermotor rumah sakit diinventarisasikan atas nama Pemerintah Daerah.
4) Furnitur dan Komputer
Yang termasuk dalam furnitur dan komputer rumah sakit adalah furnitur dan komputer yang
diinventarisasikan atas nama Pemerintah Daerah.
5) Peralatan / Mesin
Yang termasuk dalam kategori peralatan/mesin adalah peralatan medis dan peralatan non medis.
1) Aset tetap milik rumah sakit dipelihara dan dirawat secara berkala, efisien, efektif dan ekonomis.
2) Perbaikan aset tetap milik rumah sakit dilakukan jika aset tetap tersebut dalam kondisi rusak
dengan mempertimbangkan asas efisiensi dan efektivitas.
Penyusutan aset tetap mengacu pada bagian Pedoman Akuntansi, khususnya Bab Laporan Posisi
Keuangan (Neraca) yang mengupas penjelasan atas aset tetap.
1) Penghapusan aset tetap dilakukan bila aset yang dimaksud sudah habis masa manfaat (telah
habis penyusutan) atau sudah tidak dapat digunakan lagi;
2) Penghapusan aset tetap dilakukan dengan membentuk tim panitia penghapusan dan harus
berdasarkan surat keputusan direktur rumah sakit;
3) Aset tetap yang telah diusulkan untuk dihapuskan dinilai oleh tim penghapusan dari Pemerintah
Daerah dan dituangkan dalam berita acara penghapusan yang ditandatangani oleh direktur rumah
sakit dan tim penghapusan barang untuk disahkan oleh Kepala Daerah.
1) Pengelolaan kas rumah sakit dilaksanakan berdasarkan praktik bisnis yang sehat.
2) Penarikan dana yang bersumber dari APBN/APBD menggunakan Surat Perintah Membayar (SPM)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Setiap penerimaan kas harus disetorkan ke rekening rumah sakit di bank paling lambat 24 jam
berikutnya.
4) Pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh pendapatan tambahan dilakukan
sebagai investasi jangka pendek pada instrumen keuangan dengan risiko rendah.
B. Kebijakan Kas Harian (USULAN KEBIJAKAN)
1) Yang termasuk dalam kas harian adalah pengelolaan kas kecil untuk kebutuhan non rutin.
2) Tujuan kebijakan ini adalah untuk menciptakan pengelolaan kas kecil yang sehat
3) Pengelolaan kas kecil melibatkan bendahara pengeluaran. dengan nilai kas maksimal yang
tersimpan di brankas rumah sakit sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
4) Pembayaran dengan menggunakan kas harian maksimal penggunaan belum ditentukan
5) Pengisian kembali kas kecil didasarkan pada imprest fund system, yaitu pemegang kas harian
mempertahankan saldo kas kecil sesuai dengan butir 3 di atas.
1) Rumah sakit menerapkan sistem infomasi manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan dan
praktek bisnis yang sehat.
2) Setiap transaksi keuangan rumah sakit harus diakuntansikan dan dokumen pendukungnya dikelola
secara tertib.
3) Akuntansi dan laporan keuangan rumah sakit diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia dan Standard Akuntansi
Pemerintahan yang diterbitkan oleh Komisi Standard Akuntansi Pemerintahan (KSAP);
4) Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi sebagaimana dimaksud pada butir 3 di atas, rumah
sakit dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik;
5) Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan mengacu pada standar
akuntansi yang berlaku sesuai dengan jenis layanannya;
6) Laporan keuangan rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam butir 3 di atas setidak-tidaknya
meliputi:
a. Laporan yang sesuai dengan Standard Akuntansi Keuangan, terdiri atas:
1. laporan posisi keuangan (neraca);
2. laporan operasional;
3. laporan aliran kas, dan
4. catatan atas laporan keuangan.
b. Laporan yang sesuai dengan Standard Akuntansi Pemerintahan, terdiri atas:
1. laporan posisi keuangan (neraca);
2. laporan realisasi anggaran (LRA); dan
3. catatan atas laporan keuangan.
1) Laporan keuangan unit-unit pelayanan yang diselenggarakan oleh rumah sakit dikonsolidasikan
dalam laporan keuangan rumah sakit setiap bulannya.
2) Laporan pendapatan didasarkan pada transaksi yang terjadi mulai pukul 00:00 s.d. pukul 24:00.
3) Perbedaan antara laporan penerimaan kas dengan saldo bank dituangkan dalam rekonsiliasi bank
yang disusun setiap bulan.
C. Kebijakan Penyampaian Laporan Keuangan
1) Laporan keuangan rumah sakit disampaikan secara berkala kepada Kepala Daerah sesuai dengan
kewenangannya, untuk dikonsolidasikan dengan laporan keuangan pemerintah daerah.
2) Laporan keuangan rumah sakit terdiri dari:
1. Laporan keuangan triwulanan berupa laporan operasional dan aliran kas;
2. Laporan keuangan tengah tahun/semester;
3. Laporan keuangan tahunan
3) Laporan keuangan disampaikan kepada Pimpinan PPK BLUD serta Kepala Daerah sesuai dengan
kewenangannya, paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode pelaporan berakhir.
4) Laporan keuangan rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan
pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah.
5) Penggabungan laporan keuangan rumah sakit pada laporan keuangan pemerintah daerah
dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
D. Kebijakan Pemeriksaan
1) Laporan pertanggungjawaban keuangan rumah sakit diaudit oleh pemeriksa eksternal sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Pemeriksaan internal rumah sakit dilaksanakan oleh satuan pengawas internal yang merupakan
unit kerja yang berkedudukan langsung di bawah kepala rumah sakit.
1) Kebijakan kontrol internal berkaitan dengan kebijakan pemeriksaan pada kebijakan Pelaporan
Keuangan.
2) Pemeriksaan internal didasarkan pada norma pemeriksaan internal yang ditetapkan oleh direktur
rumah sakit.
3) Proses pengawasan transaksi meliputi enam kelompok aktivitas pengawasan internal, yaitu :
a. Otorisasi Transaksi
Tujuan otorisasi transaksi adalah untuk memastikan bahwa semua materi transaksi yang
diproses dalam sistem informasi akuntansi rumah sakit valid dan sesuai dengan tujuan
manajemen.
b. Pemisahan Tugas Pokok dan Fungsi
Tujuan pemisahan tugas pokok dan fungsi adalah meminimalkan fungsi bertentangan agar
penyimpangan dapat ditekan.
c. Supervisi
Tujuan supervisi adalah untuk melakukan pengawasan kepada karyawan yang mempunyai
potensi untuk melakukan sesuatu yang tidak selaras dengan prosedur sehingga rumah sakit
dapat melakukan antisipasi dalam sistemnya.
d. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi bertujuan untuk membantu auditor independen menelusuri setiap transaksi
dari proses pencatatan sampai dengan penyusunan laporan keuangan.
e. Pengendalian Akses
Kontrol akses atau pengendalian akses bertujuan untuk memastikan bahwa hanya pegawai
tertentu yang memiliki otorisasi untuk mengakses aset rumah sakit.
f. Verifikasi Independen
Verifikasi independen bertujuan untuk mengidentifikasi guna meningkatkan dan memverifikasi
kebenaran dan kelengkapan dari prosedur yang dilaksanakan oleh sistem lainnya.
4) Aktivitas pengawasan internal yang disebutkan di atas harus terlaksana pada setiap prosedur yang
ada di rumah sakit.