Anda di halaman 1dari 123

http://www.jurnalinovasi.my.

id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x

DEWAN REDAKSI

Penasehat
Kepala Disdikpora Kabupaten Karangasem

Pembina
Kabid PK Disdikpora Kabupaten Karangasem

Ketua Dewan Redaksi


Ida Bagus Wayan Putu Adnyana, S.Pd M.Si

Sekretaris Redaksi
I Made Ludragama, S.Pd

Bendahara
Ni Luh Sriasih, S.Pd

Anggota Dewan Redaksi


I Wayan Suberata, S.Pd
I Putu Arnawa, S.Pd, M.Pd (STKIP Agama Hindu Amlapura)
Ida Made Budayana, S.Pd

Layout
I Wayan Putra, M.Pd (Web Design, Admin Manager)
Ida Bagus Eka Putrawan, M.Pd (Cover Ilustrator)

Editor
Ida Bagus Nyoman Japa, S.Pd, M.Pd
I Ketut Latri, S.Pd, M.Pd

Mitra Bestari
Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten, S.Pd, M.Hum (Pengawas Disdikpora Provinsi Bali)
Dr Ida Bagus Nyoman Mantra, SH., S.Pd.,M.Pd (Dosen Universitas Mahasaraswati
Denpasar)
Dr. Drs. I Made Suyasa, M.Hum. (Dosen Univ.Muhammadiyah Mataram)
Dr. Drs. Cornelius Sri Murdo Yowono, M.Si (Dosen Universitas Mahasaraswati Denpasar)
Dr. Ida Ayu Made Sri Widiastuti, S.Pd., M.Pd., M.Hum. (Dosen Universitas Mahasaraswati
Denpasar)

Distributor
Ketua KKKS Kecamatan Karangasem

JURNAL INOVASI | Dewan Redaksi viii


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x

PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Inovasi Jurnal Guru Volume
7 No 16 Bulan September Tahun 2021 dapat diterbitkan. Melalui penerbitan edisi online
berbasis OJS ini akan meningkatkan jangkauan publikasi hasil penelitian, praktik baik dan
gagasan ilmiah yang akan memperkaya khasanah karya inovatif guru. Guru yang senantiasa
berkarya, berinovasi dan berbagi merupakan pertanda terjaminnya profesionalitas guru.
Pendidik profesional adalah guru yang mampu berbuat sepenuhnya untuk semata-mata
meningkatkan capaian dari kegiatan belajar yang dilakukan, dan mampu menggerakan guru
lainnya melalui prinsip berbagi.
Tim Dewan redaksi yang telah berupaya dan bekerja keras menghadirkan versi online (Open
Journal System) dari Inovasi Jurnal Guru. Hal ini merupakan langkah maju dalam memenuhi
kebutuhan berbagi karya publikasi ilmiah sehingga bermanfaat untuk pengembangan profesi
guru baik untuk dirinya maupun orang lain. Prinsip berbagi yang dianut oleh guru, selain dapat
mengoptimalkan kinerjanya, juga akan dapat menggerakkan guru lainnya.
Atas capaian itu, Tim Dewan Redaksi Jurnal Inovasi menampaikan ucapan terimakasih yang
sedalam-dalamnya, atas dukungan dari beberapa pihak yaitu :
1. Kepala Disdikpora Kabupaten Karangasem atas pembinaaan dan bimbinganya.
2. Kepala Bidang Tenaga Pendidik Kependidikan Disdikpora Kabupaten Karanagsem atas
bimbinganya dan arahnya.
3. Seluruh relawan yang telah berkontribusi baik tulisan maupun pendanaan.
4. Seluruh mitra bestari yang telah rela meluangkan waktunyua untuk berkontribusi dalam
mereview artikel-artikel dalam jurnal ini.
5. Pihak-pihak lain yang juga telah membantu dalam penerbitan jurnal ini.
Saran dan kritik selalu kami harapkan dalam rangka penyempurnaan karya maupun proses
penerbitan jurnal ini.
Terimakasih

JURNAL INOVASI | Prakata ix


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
SAMBUTAN
KEPALA DINAS PENDIDIKAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
KABUPATEN KARANGASEM
Om Swastiastu
Pandemi Covid-19, belum juga menampakkan tanda-tanda mereda. Kebijakan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk beradaptasi dengan perubahan dari pola belajar tatap muka
menjadi pola belajar jarak jauh telah berimplikasi besar pada sistem pendidikan kita. Taggar
Merdeka Belajar seperti dikumandangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
membawa angin perubahan kepada harapan dunia pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik
kedepannya. Siswa yang merdeka dalam belajar harus pula didorong dan mendapat dukungan
penuh kepada guru yang memiliki kemerdekaan dalam menentukan strategi pembelajarannya.
Melalui pembebasan terhadap kemungkinan pengekangan-pengekangan terhadap aktivitas
guru dalam mengembangkan kemampuan profesinya menjadi titik balik untuk meningkatkan
profesionalisme guru melalui inovasi-inovasi yang dilakukannya.
Beratnya tugas, tanggungjawab, dan harapan terhadap guru, membutuhkan keterlibatan
semua pihak untuk saling berintegrasi dan berkontribusi. Kemampuan beride, berkarya,
berinovasi, dan berbagi merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Maka dari itu, jurnal
inovasi hadir untuk memenuhi kebutuhan berbagi, sehingga hasil karya, inovasi dan pemikiran
guru dapat diakomodir. Jurnal inovasi sesuai dengan namanya secara berkelanjutan tetap
melaju dengan inovasi-inovasi seperti pada edisi Vol 7 No 16 yang terbit pada Bulan
September Tahun 2021 ini.
Konten-konten guru yang disajikan berupa artikel hasil penelitian, kajian ilmiah dan best
practices yang dipublikasikan melalui jurnal ini telah dapat diakses secara online melaui laman
http://www.jurnalinovasi.my.id yang menggunakan platform Open Journal System. Melalui
penggunaan platform ini bukan semata-mata untuk menyelaraskan dengan penggunaan
teknologi dalam penyebarluasan konten ilmiah, tetapi lebih kepada untuk memberi kesempatan
seluas-luasnya kepada guru untuk saling berbagi satu dengan yang lainnya.
Konten inovatif yang tersedia di jurnal ini secara berkala tetap diterbitkan dan akan selalu
menjadi sumber referensi yang representatif untuk memperkaya khasanah teoritis dalam
menjamin tetap terjaganya idealisme guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Idealisme
guru yang hakiki adalah guru yang senantiasa memiliki kemurnian berpikir, berencana dan
bertindak, hanya dan untuk semata-mata keberhasilan capaian belajar siswanya. Hanya dengan
cara ini maka penjaminan mutu dapat terjaga secara konsisten dan berkelanjutan.
Ucapan terimakasih kepada Inovasi Jurnal guru yang telah mampu memfasilitasi
kepentingan bagi guru untuk berbagi satu dengan yang lainnya. Semoga Jurnal Inovasi tetap
konsisten menampung berbagai karya kreatif guru sehingga pengembangan diri guru tetap
dapat berlangsung, untuk semata-mata meningkatkan mutu pendidikan secara umum.
Om Shantih Shantih Shantih Om
Amlapura, 16 September 2021
Kepala Disdikpora Kabupaten Karangasem

I Gusti Ngurah Kartika, S.Pd,,M.Pd


Nip. 19641231 198411 1 087

JURNAL INOVASI | Sambutan x


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
DAFTAR ISI
SK Dinas dan LIPI .................................................................................................................. viii
Dewan Redaksi ....................................................................................................................... viii
Prakata........................................................................................................................................ix
Sambutan Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Karangasem ....... x
Daftar Isi ....................................................................................................................................xi
Penerapan Model Pembelajaran IE Melalui Metode Make a Match Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Kinerja Ilmiah Siswa Kelas X MIPA 2
Ni Made Sutri, S.Pd .................................................................................................................... 1
Penerapan Model Pembelajaran Blended learning Berbantuan Google meet Untuk
Meningkatkan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X MIPA 3
I Ketut Wijaya, S.Pd. ................................................................................................................ 10
Implementasi Model Pembelajaran Quantum Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar Fisika Siswa Kelas XI MIPA 1
I Wayan Sutama, S.Pd.,M.Pd.H ................................................................................................ 18
Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan
Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas X MIPA 1
Ida Bagus Nyoman Gelgel, S.Pd............................................................................................... 26
Media Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Ni Kadek Arini, S.Pd ................................................................................................................ 34
Melalui Supervisi Akademik Dapat Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan
Pembelajaran
Ni Luh Sari Suryastini, S.Pd.SD. .............................................................................................. 39
Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences)
I Made Raga Jenyana, S.Pd.SD ................................................................................................ 48
Pembelajaran Agama Hindu Dan Budi Pekerti Menggunakan Whatsapp Group Saat Pandemi
Covid-19
Ni Wayan Putu .......................................................................................................................... 55
Peningkatan Kemampuan Anak Mengenal Huruf Melalui Permainan Menguraikan Kata Di TK
Negeri Pembina Karangasem
Dewa Ayu Anom S.PD.AUD ................................................................................................... 61
Implementasi strategi MASTER dalam pembelajaran PKn sebagai upaya meningkatkan sikap
kreatif dan hasil belajar PKn
I Nengah Tetep, S.Pd ................................................................................................................ 68
Peningkatan Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Di Kelas Melalui Supervisi Edukatif
Kolaboratif Secara Periodik
Drs.I Gusti Lanang Weda ......................................................................................................... 75
Penerapan Strategi Know Want Learned (KWL) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA
I Gusti Ayu Trisnawati, S.Pd .................................................................................................... 81
Pemanfaatan WHAT-O-TIK Dengan Teknik Diferensiasi Sadar Konstitusi Untuk Membangun
Karakter dan Motivasi Belajar Peserta Didik
Nyoman Agus Udayana ............................................................................................................ 86
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPA
I Wayan Sugiartana ................................................................................................................... 94
Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Dengan Pendekatan Saintifik Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia
I Wayan Jendra Astawan,S.Pd ................................................................................................ 102

JURNAL INOVASI | Daftar Isi xi


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN IE MELALUI METODE MAKE A
MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
DAN KINERJA ILMIAH SISWA KELAS
X MIPA 2

Oleh
NI MADE SUTRI, S.PD

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep siswa dan kinerja ilmiah
siswa dalam pembelajaran biologi. Penilaian pembelajaran biologi di SMA menyangkut ranah
kognitif (pemahaman konsep), sikap, dan ranah keterampilan (kinerja ilmiah). Namun
penilaian keterampilan siswa sering terabaikan akibatnya kinerja ilmiah siswa rendah. Untuk
mengatasi hal tersebut dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model
pembelajaran IE melalui metode make a match di Kelas X MIPA 2 SMA PGRI 1 Amlapura
tahun pelajaran 2019/2020. Data pemahaman konsep dikumpulan dengan menggunakan tes
akhir siklus dan data kinerja ilmiah dikumpulakn dengan tes praktek. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Penerapan model pembelajaran IE (Interactive
Engagement) Melalui Metode Make a Match dapat meningkatkan pemahaman konsep Siswa
Kelas X MIPA 2 SMA PGRI 1 Amlapura Tahun Pelajaran 2019/2020 Pada Materi Virus dan
Monera. Rata-rata pemahaman konsep siswa dari siklus I sebesar 78,1 meningkat 9,1% menjadi
85,2. Ketuntasan klasikal siklus I sebesar 81,3 meningkat sebesar 19,2% pada siklus II menjadi
96,9%. 2) Penerapan model pembelajaran IE (Interactive Engagement) Melalui Metode Make
a Match dapat meningkatkan kinerja ilmiah Siswa Kelas X MIPA 2 SMA PGRI 1 Amlapura
Tahun Pelajaran 2019/2020 Pada Materi Virus dan Monera. Rata-rata kinerja ilmiah siswa dari
siklus I sebesar 82,3 meningkat 7,6% menjadi 88,5. Ketuntasan klasikal siklus I sebesar 84,4%
meningkat sebesar 18,5% pada siklus II menjadi 100%.

Kata Kunci : Model Pembelajaran IE, metode make a match, Pemahaman Konsep, dan Kinerja
Ilmiah

Pendahuluan terus meningkatkan hal tersebut. Nilai


Menurut Santyasa (2004), pelajaran pemahaman dan penerapan konsep serta
sains yang baik harus mampu kinerja ilmiah yang menjadi tuntutan
mengembangkan kebiasaan diri dan sikap kurikulum seharusnya bisa mencapai
ilmiah siswa untuk menemukan dan Kriteria Ketutantasan Minimal (KKM)
mempembaharuhi kembali praktek dan yaitu ≥ 80 dan juga bisa mencapai
mengkontruksi pemahamannya secara Ketuntasan Klasikal (KK) yaitu ≥ 85%.
mandiri. Realita yang ada, ternyata masih Hasil belajar siswa kelas MIPA 2 SMA
banyak sekolah yang mengalami PGRI 1 Amlapura pada mata pelajaran
permasalahan dalam proses pembelajaran Biologi disajikan pada Tabel 1.1.
sains di kelas. Salah satunya tercermin dari
kompetensi dasar sains yaitu pemahaman
dan penerapan konsep serta kinerja ilmiah
siswa. Nilai pemahaman dan penerapan
konsep serta kinerja ilmiah siswa adalah
Tabel 1 Nilai Rata-rata Observasi Awal
penilaian mutlak yang harus dilakukan oleh
Siswa
guru dan menjadi kewajiban siswa untuk

JURNAL INOVASI | Penerapan Model Pembelajaran IE Melalui Metode Make a 1


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Kelas dianggap tuntas apabila memecahkan masalah dalam kehidupan
ketuntasan klasikal 85%. Tabel 1.1 sehari-hari, mempunyai minat untuk
menunjukkan nilai kelas X MIPA 2 baik mengenal dan mempelajari benda-benda
nilai pemahaman konsep maupun kinerja serta kejadian di lingkungan sekitar serta
ilmiah siswa berada dalam kategori belum mampu menggunakan teknologi sederhana
tuntas. Kriteria Ketuntasan Minimum yang berguna untuk memecahkan masalah
(KKM) untuk kelas X MIPA 2 SMA PGRI yang ditemukan dalam kehidupan sehari-
1 Amlapura adalah ≥ 80. Siswa kelas X hari.
MIPA 2 dikatakan belum mencapai Berdasarkan permasalahan tersebut,
ketuntasan secara individual di mana untuk mencapai pembelajaran yang lebih
sebanyak 12 siswa mencapai nilai dibawah optimal, perlu diterapkan strategi atau
KKM pada nilai pemahaman dan model pembelajaran yang inovatif yang
penerapan konsep dan sebanyak 7 siswa mengarah kepada pembelajaran yang
mencapai nilai di bawah KKM pada nilai berpusat pada siswa sesuai dengan paham
kinerja ilmiah. kontruktivisme. Vygotsky (dalam Suparno,
Kurangnya pencapain hasil belajar siswa 1997) mengatakan bahwa pengetahuan
kelas X MIPA 2 SMA PGRI 1 Amlapura anak dibentuk dalam kerjasama dengan
pada tahun pelajaran 2019/2020 teman lain (peer colaboration). Sehingga
diakibatkan karena: Vygotsky menekankan pentingya
Pertama, guru masih mendominasi kerjasama atau studi kelompok. Dalam
dalam proses pembelajaran di mana studi kelompok itu, siswa dapat saling
keterlibatan siswa dalam proses mengoreksi, mengungkapkan gagasan dan
pembelajaran masih kurang. Guru tidak saling mengisi satu sama lain sehingga
memberikan keleluasaan bagi siswa untuk terjadi proses pembelajaran yang tidak
menggali pengetahuannya sendiri, hanya berpusat pada guru.
walaupun dalam proses pembelajaran Salah satu model pembelajaran yang
sudah terbentuk kelompok-kelompok kecil, sesuai dengan karakteristik permasalahan
namun keterlibatan siswa dalam hal yang ada di kelas X MIPA 2 SMA PGRI 1
bertanya ataupun menanggapi masih Amlapura adalah model pembelajaran IE
kurang. Hal ini sangat bertentangan dengan (Interactive Engagement) yang diupayakan
pandangan konstruktivis yang menyatakan dapat meningkatkan pemahaman konsep
bahwa pengetahuan dibangun oleh siswa dan kinerja ilmiah. Model pembelajaran IE
sendiri baik secara personal maupun sosial merupakan model pembelajaran yang
di mana pengetahuan tidak dapat berorientasi pada pembelajaran yang
dipindahkan dari pembelajar ke pebelajar, dilakukan siswa (student centered), siswa
kecuali dengan keaktifan siswa itu sendiri yang akan berperan aktif menggali
untuk menalar (Suparno, 1997). pengetahuannya sampai menemukan
Kedua, materi pelajaran yang kurang konsep yang menjadi permasalahan melalui
dikaitkan dengan masalah-masalah nyata percobaan ataupun diskusi kelompok.
atau masih belum kontekstual sehingga Tahap pembelajaran yang diawali
siswa menganggap sains itu cenderung dengan pemberian masalah nyata terkait
membosankan. Kenyataannya pelajaran dengan kehidupan sehari-hari akan
Biologi adalah pelajaran yang menarik meningkatkan minat siswa dalam
karena lebih banyak membahas hal-hal menghadapi masalah sains yang akan
yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. dibahas. Dengan mengetahui manfaat dari
Tujuan pembelajaran antara lain agar siswa konsep yang akan dibahas terkait dengan
memahami konsep-konsep sains dan kehidupan sehari-hari siswa akan lebih
keterkaitannya dengan kehidupan sehari- termotivasi sehingga berdampak pada
hari, mampu menerapkan berbagai konsep aktivitas siswa yang lebih baik.
sains untuk menjelaskan gejala-gejala dan Pelaksanaan praktikum dirancang agar

JURNAL INOVASI | Ni Made Sutri, S.Pd 2


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
siswa lebih aktif dan mampu sebaya dan guru pengajar. Jadi Model ini
mengembangkan pemikirannya di mana merupakan model pembelajaran yang
siswa yang bertugas merancang langkah- berorientasi pada siswa (student centered),
langkah kegiatan sendiri pada saat di mana siswa dilibatkan langsung dalam
melakukan praktikum (non-cookbook). berbagai jenis kegiatan pembelajaran di
LKS pada model pembelajaran tradisional kelas seperti praktikum dan presentasi.
atau konvensional lebih bersifat cookbook Model pembelajaran IE memiliki
yang hanya menuntun siswa melaksanakan beberapa langkah pembelajaran aktif
praktikum sesuai dengan apa yang sebagai berikut (diadaptasi dari Cahyadi,
diperintahkan oleh LKS tanpa bisa kritis 2003; McKaban et al., 2006; Örnek, 2007;
atau memahami konsep praktikum Virgiana, 2009). Engagement, Kegiatan
sehingga pemahaman siswa akan lebih sulit fase ini adalah menggali pengetahuan awal
untuk ditingkatkan (Hake, 2007). Model siswa, merangsang pikiran mereka dan
pembelajaran IE membantu siswa untuk membantu dalam mengakses pengetahuan
memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep awalnya. Memusatkan pikiran siswa,
yang diterima sebelumnya (Örnek, 2007). merangsang, memotivasi pikiran mereka
Pada akhir kegiatan siswa akan ditugaskan dan membantu siswa membangkitkan rasa
untuk melaksanakan presentasi dengan ingin tahunya. Guru terlebih dahulu
menunjuk salah satu kelompok. Jika dalam menampilkan video atau simulasi yang
penyampaian tersebut siswa masih berkaitan dengan masalah yang akan
miskonsepsi atau masih terdapat kesalahan- dibahas kemudian dilanjutkan dengan
kesalahan konsep yang diterima memberikan pertanyaan kepada siswa
sebelumnya maka tugas guru adalah terkait dengan video yang telah
menjadi fasilitator sampai siswa benar- ditampilkan. Video atau simulasi tersebut
benar paham tentang konsep yang akan memusatkan perhatian siswa terkait
dipelajarinya. Kegiatan seperti ini dengan permasalahan yang dibahas. Siswa
merupakan salah satu metode yang diberikan waktu untuk memberikan
diterapkan dalam model pembelajaran IE jawabannya secara individu sesuai dengan
ini yang oleh Cahyadi (2003) disebut pengetahuan awal mereka. Vote, Kegiatan
dengan Constructivist Classroom Dialogue. fase ini adalah mengetahui pengetahuan
Selain itu, model pembelajaran IE awal siswa secara individu tentang
dirancang agar siswa dapat meningkatkan pertanyaan yang diberikan oleh guru.
pemahaman konseptual melalui partisipasi Setiap siswa memberikan jawaban dan guru
interaktifnya dalam aktivitas pembelajaran menghitung jumlah jawaban siswa.
dan dapat menghasilkan sebuah umpan Discussion, Kegiatan fase ini adalah
balik (feed back) tentang materi yang memberikan kesempatan siswa untuk
diajarkan dalam kegiatan diskusi dengan saling berpendapat dengan siswa yang lain
teman atau guru (Hake, 1998). Dalam studi (peer interaction) dalam kelompoknya.
kelompok itu, siswa dapat saling Siswa juga dapat berdiskusi dengan
mengoreksi, mengungkapkan gagasan dan temannya yang ada di kelompok lain
saling meneguhkan. apabila siswa tersebut menginginkannya.
Kajian Teori Dalam kegiatan ini akan terjadi umpan
Menurut Cahyadi (2003), model balik pada setiap siswa mengenai konsep
pembelajaran Interactive Engagement (IE) awalnya dengan konsep ilmiah. Siswa
merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kemudian
didesain untuk mempromosikan mendiskusikan permasalahan yang
pemahaman konseptual melalui interaksi diberikan oleh guru dengan teman
antar siswa dalam berpikir dan berbuat kelompoknya. Revote, Kegiatan fase ini
yang menghasilkan umpan balik secara adalah mengetahui pengetahuan siswa
langsung melalui diskusi dengan teman setelah berdiskusi di dalam kelompok.

JURNAL INOVASI | Ni Made Sutri, S.Pd 3


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Setiap siswa kembali memberikan jawaban suatu konsep atau topik dalam suasana yang
dan guru menghitung jumlah jawaban menyenangkan.
siswa. Exploration, Kegiatan fase ini adalah Ernis (2009) mengungkapkan bahwa
siswa mencari jawaban yang sesungguhnya metode make and match adalah model
dengan melakukan praktikum dibantu pembelajaran dimana guru menyiapkan
dengan LKS model pembelajaran IE. Pada kartu atau permasalahan dan menyiapkan
fase ini siswa bersama teman dalam kartu jawaban kemudian siswa mencari
kelompoknya atau terkadang dibantu oleh pasangan kartunya. Metode make and
guru merancang langkah-langkah dalam match adalah salah satu metode
melaksanakan praktikum. Sehingga pembelajaran yang berorientasi pada
diharapkan siswa dapat mengatasi permainan. Menurut Lorna Curan (1994)
permasalahan yang mereka hadapi. Prinsip-prinsip model make a match antara
Instruction, Kegiatan fase ini adalah siswa lain :
melakukan diskusi tentang hasil yang a) Anak belajar melalui berbuat
mereka peroleh dalam praktikum kemudian b) Anak belajar melalui panca indera
menjelaskan dengan teman yang lain c) Anak belajar melalui bahas
sehingga akan terjadi instruksi antar teman d) Anak belajar melalui bergerak
sebaya dan guru. Guru akan memberikan Tujuan dari pembelajaran metode make
penguatan (reinforcement) materi kepada a match adalah untuk melatih peserta didik
siswa apabila terdapat siswa yang masih agar lebih cermat dan lebih kuat
belum paham atau miskonsepsi. pemahamannya terhadap suatu materi
Homework, Kegiatan fase ini adalah siswa pokok (Istoqomah, 2009). Siswa dilatih
diberikan sebuah tugas secara berkelompok berpikir cepat dan menghafal cepat sambil
untuk menguatkan materi yang telah menganalisis dan berinteraksi sosial.
dibahas. Tugas yang diberikan kepada Menurut Ernis (2009), sebelum guru
siswa diharapkan membuat semua anggota menggunakanan model make a match guru
kelompok dapat berkolaborasi dan harus mempertimbangkan: (1) indikator
bekerjasama dalam melaksanakannya. yang ingin dicapai (2) kondisi kelas yang
Tugas yang diberikan juga diharapkan meliputi jumlah siswa dan efektifitas
bukan hanya permasalahan hitungan. ruangan (3) alokasi waktu yang akan
Metode make and match adalah sistem digunakan dan waktu persiapan.
pembelajaran yang mengutamakan Berdasarkan pertimbangan tersebut,
penanaman kemampuan sosial terutama metode make a match sangat cocok
kemampuan bekerja sama, kemampuan diterapkan dalam pembelajaran IE pada
berinteraksi disamping kemampuan materi virus dan monera. Dimana nantinya
berpikir cepat melalui permainan mencari siswa diberikan kartu-kartu yang berisikan
pasangan dengan dibantu kartu (Lorna gambar virus kemudian siswa
Curran, 1994). Model make a match atau mencocokkan kartu-kartu tersebut dengan
mencari pasangan merupakan salah satu jawaban yang tersedia di papan. Jadi siswa
alternatif yang dapat diterapkan kepada dapat belajar sambil bermain sehingga
siswa. Penerapan metode ini dimulai dari tidak ada kesan bahwa pembelajaran
teknik yaitu siswa disuruh mencari biologi menghafal.
pasangan kartu yang merupakan Pemahaman dan penerapan konsep
jawaban/soal sebelum batas waktunya, merupakan kemampuan yang ditunjukkan
siswa yang dapat mencocokkan kartunya siswa membangun pengetahuan bidang
diberi poin. Teknik metode pembelajaran kognitif. Menurut Puskur (2007), penilaian
make a match atau mencari pasangan pemahaman dan penerapan konsep
dikembangkan oleh Curran (1994). Salah melibatkan seluruh ranah kognitif, yaitu
satu keunggulan tehnik ini adalah siswa meliputi pengetahuan, pemahaman,
mencari pasangan sambil belajar mengenai penerapan, analisis, sintesis, evaluasi dan

JURNAL INOVASI | Ni Made Sutri, S.Pd 4


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
kreativitas. Menurut Gardner (dalam menerapkan, menjelaskan masalah yang
Santyasa, 2006) Salah satu tujuan dihadapinya berdasarkan konsep yang telah
pendidikan adalah memfasilitasi peserta dipelajarinya. Pemahaman konsep yang
didik to achieve understanding yang dapat merupakan kompetensi yang sangat penting
diungkapkan secara verbal, numerikal, bagi pebelajar hendaknya dipahami oleh
kerangka pikir positivistik, kerangka pikir para pendidik sehingga dapat menerapkan
kehidupan berkelompok, dan kerangka suatu pola pembelajaran yang dapat
kontemplasi spiritual. meningkatkan pemahaman siswa terhadap
Pemahaman merupakan proses suatu konsep. Pemahaman merupakan
pembangkitan makna dari sumber-sumber syarat untuk mencapai kemampuan kognitif
bervariasi. Misalnya melalui pengamatan pada level-level aplikasi, analisis, sintesis
fenomena, membaca, mendengar dan dan evaluasi.
diskusi. Proses pemahaman melibatkan Metode Penelitian
penyadapan (extracting) informasi baru dan Penelitian yang akan dilakukan
mengintegrasikannya ke dalam apa yang merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas
telah diketahui untuk mengkonstruksi (Classroom Action Research) dengan
makna baru (Santyasa, 2004). Pemahaman menerapkan model pembelajaran IE, yang
merupakan kemampuan untuk mengerti, secara umum bertujuan untuk
bukan hanya mengerti suatu hal. Seorang meningkatkan pemahaman konsep dan
siswa yang memahami suatu hal harus kinerja ilmiah siswa di kelas X MIPA 2
dapat memberikan penjelasan atau SMA PGRI 1 Amlapura. Penelitian ini
gambaran tentang sifat-sifat umum serta dilaksanakan pada semester ganjil tahun
khusus hal tersebut. Dengan demikian dia pelajaran 2019/2020 dari bulan Juli sampai
dapat menceritakan kembali dengan tepat dengan Desember 2019. Berdasarkan latar
apa yang pernah dia peroleh dalam proses belakang penelitian, maka subjek yang
belajar mengajar dengan cara dan kata- dipilih dalam penelitian ini adalah siswa
katanya sendiri. kelas X MIPA 2 SMA PGRI 1 Amlapura
Pemahaman konsep mengutamakan tahun ajaran 2019/2020, yang berjumlah 32
pada kegiatan yang dapat membuat siswa siswa. Adapun objek dalam penelitian ini
menguasai secara lengkap ciri dan sifat, adalah pemahaman konsep, kinerja ilmiah.
penerapan, dan pengembangan konsep Pemahaman konsep adalah skor yang
yang telah dipelajari pada tahap diperoleh setelah mengerjakan tes akhir
pemahaman konsep. Untuk membentuk pemahaman konsep pada setiap akhir
pemahaman konsep diperlukan pola belajar siklus. Kinerja ilmiah meliputi nilai yang
yang mampu mengembangkan kemampuan berhubungan dengan aktivitas sains yang
berfikir siswa yang efektif dan tanpa melatih dan mengembangkan keterampilan
menghafal konsep tersebut. Penekanan ini proses dan sikap ilmiah. Aspek unjuk kerja
dimaksudkan agar siswa tidak cepat meliputi merencanakan penelitian ilmiah,
melupakan tentang konsep yang telah melakukan penelitian ilmiah, dan
dipelajarinya. Hal yang paling penting mengkomunikasikan hasil penelitian.
adalah membuat siswa belajar secara Aspek sikap ilmiah meliputi antusiasme
mendalam dan cepat memahami konsep siswa dalam proses pembelajaran,
tersebut. Pemahaman yang tepat akan ketekunan dalam melakukan eksperimen,
membantu siswa dalam memperoleh hasil menghargai fakta yang ditemukan dalam
pemecahan masalah yang dihadapinya eksperimen, interaksi siswa dengan siswa,
secara tepat. Menurut Anderson (dalam siswa dengan guru, siswa dengan materi
Wahyuni,2005) pemahaman konsep terjadi pelajaran, dan bertanggung jawab terhadap
jika siswa mampu untuk menginterpretasi, alat dan bahan yang digunakan. Sedangkan
memberi contoh, mengklasifikasikan, objek tindakan dari penelitian ini adalah
merangkum, menduga, membandingkan, model pembelajaran IE (Interactive

JURNAL INOVASI | Ni Made Sutri, S.Pd 5


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Engagement) yang terdiri dari tujuh fase penerapan konsep pada siklus I adalah
yaitu engagement, vote, discussion, revote, sebagai berikut. 1) Siswa masih sulit
exploration, instructions dan homework. berinteraksi dengan anggota kelompoknya.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Siklus Pada kegiatan pemebalajaran sebelumnya
I meliputi kegiatan perencanaan, siswa lebih sering belajar secara individual
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. dan tidak pernah melakukan diskusi
Siklus II sama dengan siklus I, namun kelompok. Hal ini berdampak pada
pelaksanaannya meninjau dari hasil refleksi kegiatan diskusi dan praktikum yang belum
pada siklus I. Data yang diperlukan untuk optimal. 2) Siswa masih belum terbiasa
penelitian ini, yaitu data 1) pemahaman menanggapi presentasi dalam kelas.
konsep, 2) kinerja ilmiah setelah penerapan Sehingga siswa kebanyakan hanya diam
model pembelajaran IE dalam dan duduk menonton temannya presentasi
pembelajaran biologi. Pemahaman konsep di depan kelas tanpa memberikan respon
siswa dikumpulkan dengan menggunakan positif. 3) Siswa belum mempersiapkan diri
tes hasil belajar di akhir setiap siklus. Tes untuk melakukan kegiatan make a match.
yang dikembangkan adalah tes objektif Mereka sulit mengerti mengenai langkah-
sejumlah 15 butir soal. Skor yang diperoleh langkah dalam LKS dan bermain-main
siswa kemudian dikonversikan ke skala 100 dalam melaksanakan praktikum. 4) Guru
untuk mengetahui pencapaian belajar masih terlalu banyak membantu siswa
siswa. Kinerja ilmiah merupakan kegiatan dalam melaksanakan kegiatan make a
yang dilakukan siswa selama melakukan match sehingga terkesan pembelajaran
kegiatan pembelajaran. Kinerja ilmiah masih berpusat pada guru. Sehingga
diobservasi dengan menggunakan lembar kreativitas dari siswa jarang muncul dan
observasi yang terdiri dari unjuk kerja yaitu cenderung menunggu bantuan guru.
8 indikator dan sikap ilmiah 5 indikator. Untuk mengatasi kendala-kendala
Pada saat pembelajaran dilakukan tersebut, maka dilakukan tindakan-
observasi terhadap unjuk kerja/ketrampilan tindakan perbaikan, misalnya 1) peneliti
proses siswa dan sikap ilmiah. memberikan penekanan kembali mengenai
Hasil dan Pembahasan proses pembelajaran yang diterapkan lebih
Hasil pada siklus I, pemahaman dan menekankan pada aktivitas siswa secara
penerapan konsep sebesar 78,1 dan kinerja maksimal di dalam kelas, 2) melakukan
ilmiah siswa sebesar 82,3. Dilihat dari pendekatan secara individual terkait dengan
pencapaian rata-rata belum memenuhi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa
target yang ditetapkan danketuntasan selama proses pembelajaran, 3) melakukan
klasikalnya masih di bawah 85% sehingga bimbingan lebih intensif pada masing-
dapat dikatakan ketuntasan klasikal siswa masing kelompok.
masih terlalu jauh dari kriteria keberhasilan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I,
setelah diterapkannya model pembelajaran maka pelaksanaan tindakan pada siklus II
IE (Interactive Engagement). Hal ini mengacu pada perbaikan terhadap tindakan
disebabkan karena dalam siswa masih yang telah berlangsung pada siklus I. hasil
beradaptasi dengan model pembelajaran yang diperoleh dengan upaya-upaya
yang diterapkan yang berbeda dengan perbaikan yang dilakukan pada siklus II
model yang sebelumnya diterapkan oleh menunjukkan hasil yang positif. Hal ini
guru. terlihat dari pemahaman dan penerapan
Belum tuntasnya proses pembelajaran konsep serta kinerja ilmiah siswa memiliki
pada siklus I diakibatkan oleh beberapa rata-rata di mana pemahaman dan
kendala yang telah diuraikan pada hasil penerapan konsep sebesar 85,2 dengan
refleksi siklus I. Hal lain juga yang menjadi ketuntasan klasikal 96,9%. Sedangkan
kendala yang mempengaruhi aktivitas, untuk kinerja ilmiah sebesar 88,5 dengan
kinerja ilmiah, serta pemahaman dan ketuntasan klasikal 100%. Berikut

JURNAL INOVASI | Ni Made Sutri, S.Pd 6


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
disajikan masing-masing perbandingan
data hasil penelitian.
Tabel 2 Perbandingan pemahaman konsep
siswa

Secara grafis, perbandingan data hasil


penelitian disajikan pada Gambar 1 berikut
ini.
Gambar 2 Perbandingan kinerja ilmiah
siswa
Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 2
tampak bahwa rata-rata kinerja ilmiah
siswa dari siklus I sebesar 82,3 meningkat
7,6% menjadi 88,5. Ketuntasan klasikal
siklus I sebesar 84,4% meningkat sebesar
18,5% pada siklus II menjadi 100%. Hasil
ini mengindikasikan Penerapan model
pembelajaran IE (Interactive Engagement)
melalui metode make a macth dapat
Gambar 1 Perbandingan pemahaman meningkatkan kinerja ilmiah siswa kelas X
konsep siswa MIPA 2 SMA PGRI 1 Amlapura.
Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 1 Sesuai dengan kriteria keberhasilan
tampak bahwa rata-rata pemahaman konsep penelitian, di mana penelitian dikatakan
siswa dari siklus I sebesar 78,1 meningkat berhasil apabila pemahaman konsep dan
9,1% menjadi 85,2. Ketuntasan klasikal kinerja ilmiah memiliki rata-rata minimal
siklus I sebesar 81,3 meningkat sebesar 80 dan ketuntasan klasikal minimal 85%.
19,2% pada siklus II menjadi 96,9%. Hasil Hasil penelitian ini sesuai dengan
ini mengindikasikan Penerapan model harapan teoritik, bahwa model
pembelajaran IE (Interactive Engagement) pembelajaran IE (Interactive Engagement)
melalui metode make a match dapat baik untuk diterapkan di sekolah karena
meningkatkan pemahaman konsep siswa model pembelajaran ini memberikan
kelas X MIPA 2 SMA PGRI 1 Amlapura. kesempatan kepada siswa untuk
Perbandingan data pada aspek kinerja mengembangkan aktivitasnya dalam
ilmiah adalah sebagai berikut. pembelajaran sehingga siswa sendiri yang
Tabel 3 Perbandingan kinerja ilmiah siswa mengkonstruksi / membangun
pengetahuannya. Namun pelaksanaannya
menemui beberapa kendala yaitu waktu
yang tersedia terlalu singkat. Waktu yang
Secara grafis, perbandingan data hasil singkat ini membuat peneliti sulit
penelitian pada aspek kinerja ilmiah menerapkan model pembelajaran IE
disajikan pada Gambar 2 berikut ini. (Interactive Engagement) secara maksimal.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lafifi dan Bensebaa
(2007a), yang menemukan bahwa model
pembelajaran IE (Interactive Engagement)
mampu meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas siswa. Hasil ini juga sesuai dengan

JURNAL INOVASI | Ni Made Sutri, S.Pd 7


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
penelitian eksperimen yang dilakukan oleh 6) Penerapan model pembelajaran
Lafifi dan Bensebaa (2007b), di mana menuntut kemampuan guru dalam
diperoleh hasil, bahwa model pembelajaran memfasilitasi dan memediasi siswa,
IE (Interactive Engagement) berpengaruh sehingga siswa mampu belajar dengan
signifikan terhadap aktivitas siswa. lebih baik.
Hasil ini belum bisa mencapai kondisi Kelebihan metode make a match adalah
ideal yaitu pencapaian nilai maksimum meningkatkan partisipasi siswa dalam
oleh siswa. Namun hal ini sudah pembelajaran, cocok untuk tugas
menunjukkan adanya peningkatan setelah sederhana, siswa lebih banyak kesempatan
pelaksanaan pembelajaran dengan untuk kontribusi masing-masing anggota
menggunakan model pembelajaran IE kelompok, interaksi dalam pembelajaran
(Interactive Engagement). Hal ini lebih mudah dan cepat membentuknya.
disebabkan oleh adanya beberapa kendala Penutup
selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil penelitian dan
Kendala-kendala yang ditemui selama pembahasan yang telah diuraikan, maka
proses pembelajaran dengan penerapan dari penerapan model pembelajaran IE
model pembelajaran IE (Interactive (Interactive Engagement) dapat
Engagement), antara lain sebagai berikut. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1) Jenis buku pelajaran yang dimiliki siswa 1) Penerapan model pembelajaran IE
masih terbatas hanya LKS, sehingga (Interactive Engagement) Melalui Metode
persiapan materi siswa yang akan Make a Match dapat meningkatkan
dibelajarkan menjadi kurang optimal. pemahaman konsep Siswa Kelas X MIPA 2
2) Mayoritas siswa tidak mengulang SMA PGRI 1 Amlapura Tahun Pelajaran
pelajaran yang ia pelajari di sekolah 2019/2020 Pada Materi Virus dan Monera.
ketika sampai di rumah, sehingga retensi Rata-rata pemahaman konsep siswa dari
pengetahuan siswa rendah. Oleh karena siklus I sebesar 78,1 meningkat 9,1%
itu, pemberian tugas) sangat penting menjadi 85,2. Ketuntasan klasikal siklus I
dilakukan agar siswa mau mengulang sebesar 81,3 meningkat sebesar 19,2% pada
apa yang telah ia pelajari. siklus II menjadi 96,9%. 2) Penerapan
3) Waktu yang dibutuhkan dalam proses model pembelajaran IE (Interactive
pembelajaran cukup lama. Karena Engagement) Melalui Metode Make a
keterbatasan waktu pembelajaran, Match dapat meningkatkan kinerja ilmiah
pemberian bimbingan kepada masing- Siswa Kelas X MIPA 2 SMA PGRI 1
masing siswa menjadi kurang merata. Amlapura Tahun Pelajaran 2019/2020 Pada
Hal ini dapat diatasi oleh guru dengan Materi Virus dan Monera. Rata-rata kinerja
menyiapkan perangkat pembelajaran ilmiah siswa dari siklus I sebesar 82,3
dengan lebih baik. meningkat 7,6% menjadi 88,5. Ketuntasan
4) Beberapa siswa belum terbiasa klasikal siklus I sebesar 84,4% meningkat
mengikuti pembelajaran yang dirangkai sebesar 18,5% pada siklus II menjadi
dengan kegiatan praktikum, belum 100%.
terbiasa bertanya, menyampaikan Daftar Pustaka
pendapat, dan berdiskusi dengan Cahyadi, V. 2003. The effect of interactive
kelompoknya. engagement teaching method to
5) Kurangnya persiapan siswa dalam student understanding of introductory
mempelajari LKS yang diberikan oleh physics at the faculty engineering,
peneliti sehingga dalam pelaksanaannya university of Surabaya, Indonesia.
memerlukan waktu yang cukup lama Tersedia pada
dan siswa belum paham dengan LKS surveys.canterbury.ac.nz. Diakses
yang digunakan. pada tanggal 9 Oktober 2009.

JURNAL INOVASI | Ni Made Sutri, S.Pd 8


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Hake, R. 2007. Six lessons from the physics Advance Organizer Berbantu tugas
education reform effort. American Pra_Pengajaran terhadap pemahaman
Journal of Physics. 1 (1). 24-31. konsep matematika siswa kelas II
McKagan, S. B., Perkins K. K., & Wieman SMP Negeri 3 Sawan. Skripsi (Tidak
C. E. 2006. Reforming a large lecture diterbitkan). Jurusan Pendidikan
modern physics course for Matematika, IKIP Negeri Singaraja.
engineering majors using a per-based
design. Tersedia pada situs
www.colorado.edu/physics/
EducationIssues/papers/McKaganPE
RCproceedings2006.pdf. Diakses
pada tanggal 9 Oktober 2009.
Örnek, F. 2007. Evaluation novelty in
modeling-based and interactive
engagement instruction. Eurasia
Journal of Mathematics, Science &
Technology Education. 3 (3). 231-
237.
Puskur. 2007. Model Penilaian Kelas SMP.
Jakarta: Puskur. Balitbang.
Depdiknas.
Santyasa, I W. 2004. Pengaruh model
pembelajaran dan seting
pembelajaran terhadap remidiasi
miskonsepsi, pemahaman konsep,
dan hasil belajar fisika pada siswa
SMU. Desertasi (tidak diterbitkan)
Program Pasca Sarjana Program
Studi Teknologi Pembelajaran.
Universitas Negeri Malang.
Santyasa, I. W. 2006. Pengakomodasian
perubahan paradigma peserta didik
dalam pembelajaran. Orasi ilmiah
pengenalan jabatan guru besar tetap
dalam disiplin ilmu pendidikan
fisika. Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja.
Suparno, P. 1997. Filsafat konstruktivisme
dalam pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Virgiana, I.G.P. 2009. Pengaruh model
pembelajaran IE terhadap
kemampuan pemecahan masalah
siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Singaraja tahun ajaran 2008/2009.
Skripsi (Tidak diterbitkan).Jurusan
Pendidikan Fisika, Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja.
Wahyuni, G.W.N. 2005. Pengaruh
penerapan model pembelajaran

JURNAL INOVASI | Ni Made Sutri, S.Pd 9


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING BERBANTUAN
GOOGLE MEET UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR
DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
KELAS X MIPA 3

Oleh
I KETUT WIJAYA, S.PD.

Abstrak
Penelitian ini bertolak dari adanya masalah yang teridentifikasi pada pembelajaran Fisika di
kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Selat pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021 di masa
pandemic Covid-19, yaitu 1) belum optimalnya kemandirian belajar siswa, 2) belum
tercapainya rata-rata hasil belajar siswa sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal mata
pelajaran fisika. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dilaksanakan penelitian tindakan
kelas dengan penerapan model pembelajaran blended learning berbantuan Google meet.
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Selat pada semester
genap tahun pelajaran 2020/2021 yang berjumlah 34 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam
dua siklus. Data dikumpulkan dengan angket kemandirian belajar siswa dan tes hasil belajar
siswa. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) terjadinya peningkatkan kemandirian belajar siswa dari siklus I
sebesar 66,9 kategori sedang meningkat pada siklus II menjadi 80,6 kategori sangat tinggi.
Secara kuantitatif terjadi peningkatan kemandirian belajar siswa sebesar 20,5%. (2) terjadi
peningkatan hasil belajar fisika siswa, yaitu skor rata-rata hasil belajar fisika siswa pada siklus
I adalah 69,7 dan meningkat pada siklus II menjadi 80,3. Hasil ini mengindikasikan terjadi
peningkatan hasil belajar fisika siswa sebesar 15,2%. Ketuntasan klasikal meningkat dari siklus
I sebesar 70,6% menjadi 100% pada siklus II. Hasil ini mengindikasikan terjadi peningkatan
ketuntasan klasikal sebesar 29,4%.Berdasarkan hasil penelitian ini maka kedua hipotesis
tindakan yang diajukan dapat diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa Penerapan model
pembelajaran blended learning berbantuan Google meet dapat meningkatkan kemandirian
belajar dan hasil belajar fisika siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Selat pada semester genap
tahun pelajaran 2020/2021.

Kata Kunci : Pembelajaran Blended learning, Kemandirian Belajar, dan Hasil Belajar.

Pendahuluan memperoleh SDM yang dapat berkompetisi


Perkembangan ilmu pengetahuan dan dalam menghadapi kemajuan IPTEK,
teknologi (IPTEK) yang sangat pesat telah diperlukan perbaikan dalam sistem
banyak membawa perubahan pada semua pendidikan.
aspek kehidupan manusia. Perubahan Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
tersebut di satu sisi memberikan manfaat 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
bagi manusia dan di sisi lain dapat disebutkan pendidikan adalah usaha sadar
memberikan dampak yang negatif sebagai dan terencana untuk mewujudkan suasana
akibat dari kemajuan teknologi. Dengan belajar dan proses pembelajaran agar
adanya kemajuan di bidang IPTEK ini, peserta didik secara aktif mengembangkan
secara tidak langsung akan terjadi potensi dirinya, sehingga memiliki
kompetisi dalam segala hal. Hal tersebut kekuatan spiritual, pengendalian diri,
menuntut adanya kemampuan sumber daya kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

JURNAL INOVASI | Penerapan Model Pembelajaran Blended learning Berbantuan 10


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
masyarakat, bangsa, dan negara. Jadi, pada sejak Desember tahun 2019 yang dimulai
dasarnya pendidikan nasional bertujuan dari kota Wuhan hingga ke seluruh negara
untuk membantu manusia dalam yang ada di dunia. Wabah mencekam ini
mengembangkan potensi diri, sehingga bernama Corona Virus Diseases 2019 atau
mampu menghadapi setiap perubahan yang sering disingkat dengan istilah “COVID-
terjadi untuk menghadapi perkembangan 19”. Sejak Maret 2020, WHO telah
dunia. Pendidikan sebagai salah satu sistem menetapkan wabah mencekam ini sebagai
untuk menjawab tuntutan ini, juga pandemi global. Penularan virus ini hanya
mengalami perubahan seiring dengan dengan kontak sesama manusia baik
perkembangan zaman. Perubahan ini akan dengan bersalaman, bersentuhan, keringat
berpengaruh terhadap cara dan dan lain sebagainya. Semakin hari semakin
penyampaian pembelajaran. Dalam proses bertambah daftar nama yang positif virus
pembelajaran, guru sebagai salah satu ini, hal ini berarti juga mempersempit ranah
sumber daya manusia tentunya memegang gerak manusia di segala sektor termasuk
peranan penting akan keberhasilan dan dalam pendidikan. Kisah wabah ini
keefektifan sebuah pendidikan. memiliki akhiran yang berbeda pasetiap
Pembelajaran merupakan hal mendasar negara yang bergantung pada kebijakan
yang dilakukan setiap peserta didik dalam yang diterapkan dan ketanggapan
rangka menambah atau memperluas pemerintah guna meminimalisir
kasanah pengetahuan. Dalam suatu penyebabnya. Berbagai kebijakan telah
pembelajaran terjadi proses interaksi antara dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia
peserta didik dengan pendidik, dapat untuk mengurangi tingkat penyebaran virus
dikatakan juga bahwa pembelajaran adalah corona dengan memberlakukan sosial
pengarahan dan dorongan yang diberikan distancing, physical distancing hingga
oleh pendidik supaya terjadi suatu proses pemberlakuan PSBB (pembatasan sosial
untuk memperoleh pengetahuan, berskala besar) pada beberapa daerah.
meningkatkan keterampilam, pendidikan Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
karakter, dan sikap. Dengan kata lain, untuk membatasi penyebaran Covid-19
pembelajaran adalah proses untuk berdampak pada berbagai bidang di seluruh
membantu peserta didik supaya belajar dunia, khususnya pendidikan di Indonesia
dengan baik. (Herliandry, 2020).
Strategi pembelajaran yang baik adalah Wabah Covid-19 mendesak pengujian
strategi yang dapat menumbuhkan pendidikan jarak jauh hampir yang belum
semangat belajar bagi peserta didik. Dalam pernah dilakukan secara serempak
hal ini pendidik hendaknya menguasai sebelumnya bagi semua elemen pendidikan
materi pembelajaran yang akan yakni, peserta didik, pendidik, hingga wali
disampaikan dan memilih strategi siswa. mengingat pada masa pandemi ini
pembelajaran yang tepat untuk kondisi waktu, lokasi, serta jarak jauh menjadi
kelas. Strategi pembelajaran sendiri permasalahan besar pada saat ini. sehingga
memiliki beberapa jenis, antara lain strategi pembelajaran jarak jauh menjadi solusi
pembelajaran langsung dan strategi untuk mengatasi kesulitan dalam
pembelajaran tak langsung. Keduanya melaksanakan pembelajaran secara tatap
digunakan oleh pendidik dalam muka langsung. Ini memberikan tantangan
pembelajaran yang disesuaikan dengan kepada semua elemen dan jenjang
situasi serta kondisi peserta didik dan pendidikan untuk mempertahankan kelas
lingkungan pendukung pembelajaran. tetap aktif meskipun sekolah telah ditutup.
Mengingat situasi saat ini, dunia Berdasarkan hasil observasi di kelas X
mengalami goncangan keras dengan MIPA 3 SMA Negeri 1 Selat tahun
menghadapi masa yang sangat berat berupa pelajaran 2020/2021, nampak bahwa
pandemi. Pandemi ini mulai menyebar selama pelaksanaan pembelajaran jarak

JURNAL INOVASI | I Ketut Wijaya, S.Pd. 11


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
jauh (PJJ) di massa pandemi Covid-19 berlangsung di masa pandemi ini. Model
selama semester ganjil, siswa merasakan blended learning yang mengombinasikan
adanya berbagai kendala khususnya dalam kegiatan tatap muka dan daring. Dalam
memahami materi pembelajaran fisika. Hal penerapannya pembelajaran ini
ini disebabkan oleh berbagai faktor salah mengurangi pembelajaran secara langsung
satunya karena belum terbentuknya jiwa di kelas. Tujuan penggunakan model
kemandirian dalam pembelajaran di tingkat pembelajaran ini supaya peserta didik lebih
SMA. Hal tersebut berpengaruh terhadap mandiri dan aktif dalam belajar.
hasil belajar siswa yang masih cenderung Kemandirian belajar siswa menurut
rendah. Hal ini Nampak dari rata-rata hasil Mujiman (2009) adalah kegiatan Belajar
penilaian harian siswa masih berada aktif, yang didorong oleh niat atau motif
dibawah kriteria ketuntasan minimal untuk menguasai suatu kompetensi guna
(KKM) yang ditetapkan SMA Negeri 1 mengatasi suatu masalah, dan dibangun
Selat yaitu 65. dengan bekal pengetahuan atau kompetensi
Untuk merespon situasi seperti ini, dunia yang dimiliki. Penetapan kompetensi
pendidikan memanfaatkan salah satu model sebagai tujuan belajar, dan cara
pembelajaran yang sesuai pada masa pencapaiannya – baik penetapan waktu
pandemi dengan menggunakan blended belajar, tempat belajar, irama belajar,
learning. Pada awalnya blended learning tempo belajar, cara belajar, maupun
muncul sebagai jawaban atas kelemahan evaluasi Belajar – dilakukan oleh siswa
pembelajaran tatap muka dan pembelajaran sendiri. Di sini Kemandirian Belajar lebih
daring (Sari, 2019). Saat ini, blended dimaknai sebagai usaha siswa untuk
learning merupakan pembelajaran yang melakukan kegiatan Belajar yang didasari
paling baik digunakan pada masa transisi oleh niatnya untuk menguasai suatu
menuju keadaan normal, pembelajaran ini kompetensi tertentu.
menggabungkan antara pembelajaran tatap Kelebihan dari model pembelajaran ini
muka dengan pembelajaran daring. adalah dapat menyampaikan materi
Model blended learning adalah model pembelajaran dimana dan kapan saja,
pembelajaran yang menggunakan dua pembelajaran luring maupun daring yang
metode sekaligus. Model pembelajaran ini saling melengkapi, pembelajaran menjadi
menggunakan sistem daring sekaligus tatap efektif dan efesien, meningkatkan
muka melalui video converence dengan aksesbilitas, dan pembelajaran menjadi
memanfaatkan aplikasi Google meet. luwes, tidak kaku (Hidayat, dkk, 2020).
Meskipun peserta didik dan pengajar blended learning adalah model
melakukan pembelajaran dari jarak jauh, pembelajaran yang menggabungkan sistem
proses pembelajaran dapat dilakukan. pembelajaran berbasis kelas (face to face)
Model pembelajaran secara tatap muka dan pembelajaran berbasis e-Learning,
maupun daring memiliki cara tersendiri yaitu dengan memanfaatkan media
yang disesuaikan dengan masa pandemi elektronik. Artinya, proses pembelajaran
saat ini. misalnya ketika pembelajaran face to face di support dengan e-Learning
secara daring, setiap pendidik memiliki sehingga interaktif dan manfaat
cara masing-masing memanfaatkan pembelajaran dapat dicapai dengan
tekhnologi yang kian modern. Pendidik optimal. Dengan menerapkan model
memiliki berbagai pilihan aplikasi yang Blended learning ini memungkinkan
dapat membantunya dalam pembelajaran, pengguna sumber belajar online terutama
bisa menggunakan aplikasi whatsapp, yang berbasis web dengan tanpa
google classroom, google form, e-learning, meninggalkan kegiatan tatap muka.
bahkan youtube. Berbagai sarana Keuntungan dari blended learning dapat
tekhnologi tersebut diterapkan dalam menawarkan banyak sumber untuk peserta
rangka mempermudah pembelajaran yang didik. Menurut Azizan (dalam Astalin,

JURNAL INOVASI | I Ketut Wijaya, S.Pd. 12


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
2012) menyimpulkan bahwa pemanfaatan dengan media-media lain berupa software
teknologi di ruang kelas fisik menawarkan pembelajaran dan juga tutorial
sumber daya tambahan untuk siswa dan ini pembelajaran.
diharapkan dapat meningkatkan Berdasarkan pemaparan di atas, maka
kepercayaan peserta didik dan kompetensi peneliti merasa tertarik untuk melakukan
serta meningkatkan kualitas belajar. Chen penelitian dengan mengambil judul tentang
et al. (dalam Astalin, 2012) diuraikan “Penerapan Model Pembelajaran Blended
keuntungan lain Blended learning seperti learning Berbantuan Google meet untuk
pemahaman yang mendalam mengenai Meningkatkan Kemandirian Belajar dan
topik dengan menggunakan sumber daya Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X MIPA
berbasis web serta partisipasi aktif siswa di 3 SMA Negeri 1 Selat pada Semester
kelas. Blended learning memiliki beberapa Genap Tahun Pelajaran 2020/2021.
keunggulan antara lain, pendekatan belajar Metode Penelitian
yang beragam, lebih mudah dalam Penelitian ini merupakan penelitian
mengakses pengetahuan, terjadi interaksi tindakan kelas (classroom action research).
sosial, bersifat pribadi, menghemat biaya, Dipilihnya penelitian tindakan kelas,
dan memudahkan dalam revisi. Blended karena terungkapnya permasalahan-
learning berpeluang menggeser paradigma permasalahan, utamanya yang berkaitan
pembelajaran dari pembelajaran yang dengan proses pembelajaran jarak jauh
berpusat pada pengajar, menuju paradigma (PJJ) selama masa pandemi Covid-19 di
baru yang berpusat pada siswa. Model kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Selat tahun
pembelajaran ini memungkinkan pelajaran 2020/2021. Subjek penelitian ini
berpeluang meningkatan interaksi antara adalah semua siswa kelas X MIPA 3 SMA
siswa dengan pengajar, siswa dengan Negeri 1 Selat pada semester genap tahun
siswa, siswa/pengajar dengan konten, pelajaran 2020/2021 yang berjumlah 34
siswa/pengajar dengan sumber belajar orang yang terdiri dari 13 orang putra dan
lainnya, serta berpeluang terjadi 21 orang putri. Objek penelitian tindakan
konvergensi antar berbagai metode, media kelas ini adalah: 1) Kemandirian belajar
sumber belajar, serta lingkungan belajar siswa. Kemandirian belajar siswa kegiatan
lain yang relevan. Belajar aktif, yang didorong oleh niat atau
Faizal (2011) menyatakan manfaat motif untuk menguasai suatu kompetensi
Blended learning antara lain proses belajar guna mengatasi suatu masalah, dan
mengajar tidak hanya tatap muka saja, dibangun dengan bekal pengetahuan atau
tetapi ada penambahan waktu pembelajaran kompetensi yang dimiliki. Pengukuran
dengan memanfaatkan media online, kemandirian belajar pada penelitian ini
mempermudah dan mempercepat proses berdasarkan pada faktor internal (dari
komunikasi antara guru dan siswa (mitra dalam diri) siswa yaitu percaya diri,
belajar), serta membantu proses percepatan disiplin, motivasi, inisiatif dan tanggung
pengajaran. Membantu memotivasi jawab. 2) Hasil belajar fisika siswa yang
keaktifan siswa untuk ikut terlibat dalam diukur dalam penelitian ini adalah hasil
proses pembelajaran, hal ini akan belajar aspek pengetahuan. Hasil belajar
membentuk sikap kemandirian belajar pada aspek pengetahuan adalah hasil dari
siswa. Siswa tidak hanya mengandalkan pengukuran terhadap kemampuan kognitif
materi yang diberikan oleh guru, tetapi (pengetahuan) siswa setelah mengikuti
dapat mencari materi dalam berbagai cara, proses pembelajaran yang diukur dengan
antara lain, mencari ke perpustakaan, menggunakan instrumen tes pengetahuan
menanyakan kepada teman kelas atau sesuai dengan kompetensi yang
teman saat online, membuka website, dibelajarkan.
mencari materi belajar melalui search Penelitian tindakan kelas ini
engine, portal, maupun blog, atau bisa juga dilaksanakan dalam dua siklus dengan

JURNAL INOVASI | I Ketut Wijaya, S.Pd. 13


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
masing-masing siklus terdiri dari empat
tahapan. Siklus penelitian ini mengikuti
pola Kemmis dan Taggart (1998) yang
terdiri dari empat tahapan yaitu: (1)
perencanaan, (2) tindakan, (3)
observasi/evaluasi, dan (4) refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester
genap tahun pelajaran 2020/2021 yaitu
mulai bulan Januari sampai dengan Juni
2021. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini meliputi: 1) kemandirian
belajar siswa, 2) hasil belajar siswa.
Data kemandirian belajar siswa
dikumpulkan dengan menggunakan angket
kemandirian belajar. Dalam angket tersebut
terdapat pernyataan dengan masing-masing Gambar 1 Profil perbandingan rata-rata
5 pilihan yaitu selalu (SL), Sering (SR), kemandirian belajar siswa siklus I dan II
kadang-kadang (KK), jarang (JR), tidak
pernah (TP). Pemberian skor pada setiap Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1
item SL=5, SR=4, KK=3, JR=2, TP=1 tampak bahwa pada siklus I rata-rata
untuk pernyataan positif. Untuk pernyataan kemandirian belajar siswa sebesar 66,9
negatif diberi skor SL=1, SR=2, kk=3, pada kategori sedang meningkat pada
JR=4, TP=5. Skor kemandirian belajar siklus II menjadi 80,6 pada kategori sangat
siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor tinggi. Secara kuantitatif terjadi
yang diperoleh siswa untuk setiap item. peningkatan kemandirian belajar siswa
Penelitian tindakan ini dikatakan berhasil sebesar 20,5%. Oleh karena itu dapat
apabila skor rata-rata kemandirian belajar disimpulkan bahwa penerapan model
siswa berada pada ketegori tinggi. Data pembelajaran blended learning berbantuan
hasil belajar siswa dikumpulkan dengan Google meet dapat meningkatkan
menggunakan tes pengetahuan. Tes kemandirian belajar siswa kelas X MIPA 3
pengetahuan berupa tes pilihan ganda. SMA Negeri 1 Selat pada semester genap
Penelitian tindakan ini dikatakan berhasil tahun pelajaran 2020/2021.
apabila skor rata-rata hasil belajar siswa  Jika dilihat dari data hasil belajar siswa
65 dan daya serap siswa mencapai  65% antara siklus I dan siklus II sudah terjadi
dan ketuntasan klasikal (KK)  85%. peningkatan hasil belajar siswa. Untuk
Hasil & Pembahasan melihat perkembangan hasil belajar siswa
Penerapan model pembelajaran blended pada siklus I dan siklus II disajikan pada
learning berbantuan Google meet yang Tabel 2 dan Gambar 2.
telah dilaksanakan dalam dua siklus Tabel 2 Perbandingan Hasil Belajar Siswa
menunjukkan terjadinya peningkatan
kemandirian belajar dan hasil belajar fisika
siswa X MIPA 3 SMA Negeri 1 Selat pada
semester genap tahun pelajaran 2020/2021.
Di bawah ini adalah perbandingan rata-rata
skor kemandirian belajar siswa siklus I dan
II. Perbandingan rata-rata motivasi belajar
siswa siklus I dan siklus II disajikan pada
Tabel 1 dan Gambar 1.
Tabel 1 Perbandingan Rata-Rata
Kemandirian Belajar Siswa Siklus I dan II

JURNAL INOVASI | I Ketut Wijaya, S.Pd. 14


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Salah satu bentuk aktivitas model
pembelajaran pada blended learning adalah
individualized learning, yaitu peserta didik
dapat belajar mandiri dengan cara
mengakses informasi, materi atau pelajaran
secara online via internet. Bukan berarti
belajar sendiri, tetapi belajar mandiri berarti
belajar secara berinisiatif dengan ataupun
Gambar 2 Perbandingan Nilai Rata-rata tanpa bantuan orang lain dalam belajar.
Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II Temuan ini sesuai dengan karakteristik dari
blended learning sebagai teori yang
Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 2 membuat pelajar membangun pengetahuan,
terlihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar berpikir, mencari alasan, dan dicerminkan
siswa pada siklus I adalah 69,7 dan dengan bentuk yang unik melalui
meningkat pada siklus II menjadi 80,3. berhubungan dengan yang lain,
Hasil ini mengindikasikan terjadi menginternalisasi informasi baru dalam
peningkatan hasil belajar siswa sebesar lingkungan dimana terjadi interaksi sosial
15,2%. Ketuntasan klasikal meningkat dari transformasi pengetahuan baik secara
siklus I sebesar 70,6% menjadi 100% pada asimilasi maupun akomodasi tidak dapat
siklus II. Hasil ini mengindikasikan terjadi terjadi secara isolasi, tetapi diperlukan
peningkatan ketuntasan klasikal sebesar interaksi sosial dan lingkungan belajar yang
29,4%. Oleh karena itu dapat disimpulkan konstruktivisme.
bahwa penerapan model pembelajaran Makin luas sumber dan lingkungan
blended learning berbantuan Google meet belajar, maka intensitas interaksi belajar
dapat meningkatkan hasil belajar siswa akan semakin bermakna. Sesuai dengan
kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Selat pada Semler (dalam Karunia, 2013)
semester genap tahun pelajaran 2020/2021. menyebutkan “Blended learning combines
Berdasarkan temuan data di atas the best aspects of online learning,
menunjukkan bahwa penerapan model structured face-to-face activities, and
pembelajaran blended learning berbantuan realworld practice. Online learning
Google meet telah mampu meningkatkan systems, classroom training, and on-the-
kemandirian belajar dan hasil belajar siswa job experience have major drawbacks by
yang diterapkan di kelas X MIPA 3. themselves. The blended learning approach
Penggunaan Google meet merupakan salah uses the strengths of each to counter the
satu strategi yang dipilih untuk melakukan others’ weaknesses.” Bahwa Blended
tatap muka (face to face) secara virtual learning merupakan kombinasi dari
dengan siswa. Hal ini dilakukan oleh keuntungan dari online learning,
karena masih dalam suasana pandemi pembelajaran tatap muka secara virtual dan
Covid-19 yang tidak memungkinkan tatap pengalaman di dunia nyata. Kombinasi dari
muka langsung dengan siswa dalam ruang penggabungan semua komponen diatas
kelas. Selain penggunaan Google meet, dapat memberikan keuntungan-keuntungan
selama pelaksanaan tindakan penerapan tersendiri dalam hasil pembelajaran dari
model pembelajaran blended learning juga peserta didik. Selain itu Yacipi (2012) juga
menggunakan aplikasi whatsapp, google mengatakan bahwa siswa yang dilatih
classroom, google form dan youtube. dalam lingkungan Blended learning lebih
Penggunaan aplikasi ini sebagai pendukung berhasil daripada siswa yang terlatih dalam
proses pembelajaran secara online agar tradisional learning.
siswa mendapat layanan pembelajaran Dengan blended learning
jarak jauh (PJJ) secara lebih optimal. memungkinkan pembelajaran menjadi
lebih profesional untuk menangani

JURNAL INOVASI | I Ketut Wijaya, S.Pd. 15


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
kebutuhan belajar dengan cara yang paling peningkatan hasil belajar siswa sebesar
efektif, efisien, dan memiliki daya tarik 15,2%. Ketuntasan klasikal meningkat dari
yang tinggi. Proses belajar mengajar tidak siklus I sebesar 70,6% menjadi 100% pada
hanya tatap muka, namun menambah waktu siklus II. Hasil ini mengindikasikan terjadi
pembelajaran dengan memanfaatkan peningkatan ketuntasan klasikal sebesar
teknologi dunia maya. Keuntungan yang 29,4%.
diperoleh dengan manfaat pembelajaran Daftar Pustaka
berbasis blended bagi lembaga pendidikan Astalin, P. K. 2012. Beyord e-learning and
atau pelatihan adalah memperluas classrooms: The blended learning.
jangkauan pembelajaran/pelatihan, Internasional Journal of
kemudahan implementasi, efisiensi biaya, Multidisciplinary Research. 2(1).
hasil yang bagus; menyesuaikan berbagai 365-373. Tersedia pada http://www.
kebutuhan pebelajar, dan meningkatkan zenithresearch.org. Diakses pada
daya tarik pembelajaran. Model blended tanggal 5 Januari 2021.
learning merupakan model pembelajaran Faizal, A. 2011. Upaya peningkatan
yang memberikan kesempatan bagi keaktifan siswa melalui implementasi
berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi blended learning pada pembelajaran
belajar mandiri, berkelanjutan, dan biologi kelas XI Smait Nur Hidayah
berkembang sepanjang hayat, sehingga Kartasura. Skripsi (tidak diterbitkan).
belajar akan menjadi lebih efektif, lebih Fakultas Keguruan Dan Ilmu
efisien dan lebih menarik. Belajar menurut Pendidikan. Universitas Sebelas
model blended learning merupakan proses Maret. Tersedia pada
integrasi antara pembelajaran tatap muka http://www.biologi.fkip.uns.ac.id.
dan online learning untuk membantu Diakses pada tanggal 8 Januari 2021.
pengalaman kelas dengan mengembangkan Herliandry, Luh Devi dkk. 2020.
inovasi teknologi informasi dan Pembelajaran Pada Masa Pandemi
komunikasi. Covid-19. Jurnal Teknologi
Penutup Pendidikan. Vol. 22, No. 1, April
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil 2020.
penelitian dapat diperoleh simpulan seperti https://journal.unj.ac.id/unj/index.ph
berikut ini. Penerapan model pembelajaran p/jtp/ article/view/15286/8695.
blended learning berbantuan Google meet diakses pada 5 Januari 2021.
dapat meningkatkan kemandirian belajar Hidayat, Muhammad Taufik, Teuku
siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri 1 Selat junaidi, dan Muhammad Yakob.
pada semester genap tahun pelajaran 2020. Pengembangan Model
2020/2021. Pada siklus I skor rata-rata Pembelajaran Blended learning
kemandirian belajar siswa sebesar 66,9 dalam Meningkatkan Pemahaman
pada kategori sedang meningkat pada Siswa terhadap Tradisi Lisan Aceh.
siklus II menjadi 80,6 pada kategori sangat Jurnal Mimbar Ilmu. Vol. 25, No. 3,
tinggi. Secara kuantitatif terjadi Tahun 2020.
peningkatan kemandirian belajar siswa https://ejournal.undiksha.ac.id/index.
sebesar 20,5%. Penerapan model php/MI/article/download/28913/164
pembelajaran blended learning berbantuan 66. diakses pada 8 Januari 2021.
Google meet dapat meningkatkan hasil Karunia, N. 2013. Sistem belajar terbuka
belajar siswa kelas X MIPA 3 SMA Negeri blended learning. Artikel. Tersedia
1 Selat pada semester genap tahun pelajaran pada
2020/2021. Skor rata-rata hasil belajar http://dapurilmu.files.wordpress.com
siswa pada siklus I adalah 69,7 dan . Diakses pada tanggal 5 Januari
meningkat pada siklus II menjadi 80,3. 2021.
Hasil ini mengindikasikan terjadi

JURNAL INOVASI | I Ketut Wijaya, S.Pd. 16


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Kemis, W. C., & Taggart, R. M. 1998. The
action research planner. Geelong
victoria: Deakin university.
Mujiman, Haris. 2009. Manajemen
Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri.
Yogyakarta: Mitra Cendekia.
Sari, Milya dan Asmendri. 2019. Analisis
Model-Model Blended learning di
Lembaga Pendidikan, Jurnal
Penelitian Bidang IPA dan
Pendidikan IPA, Vol. 5, No. 2,
September 2019,
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/ind
ex.php/naturalscience/article/downlo
ad/1082/ 91 5. Diakses pada 9 Januari
2021
Yapici, U. & Akbayin, H. 2012. The effect
of blended learning model on high
school students’ biology achievement
and on their attitudes towards the
internet. Journal of Educational
Technology. 11(2). 228-237.
Tersedia pada http://www.tojet.net.
Diakses pada tanggal 11 Januari
2021.

JURNAL INOVASI | I Ketut Wijaya, S.Pd. 17


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA
SISWA KELAS XI
MIPA 1

Oleh
I WAYAN SUTAMA, S.PD.,M.PD.H

Abstrak
Penelitian ini bertolak dari adanya masalah yang teridentifikasi pada pembelajaran Fisika di
kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Selat pada semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019, yaitu
1) rendahnya motivasi belajar siswa, 2) belum tercapainya rata-rata hasil belajar (pengetahuan
dan keterampilan) siswa sesuai dengan KKM mata pelajaran Fisika. Untuk mengatasi masalah
tersebut, maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan tujuan: meningkatkan motivasi
dan hasil belajar fisika siswa melalui implementasi model pembelajaran quantum. Subjek dari
penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Selat pada semester Genap Tahun
Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 30 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Data dikumpulkan dengan angket motivasi belajar, tes pengetahuan, dan lembar observasi
keterampilan siswa. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) terjadinya peningkatkan motivasi belajar fisika siswa dari
siklus I sebesar 66,6 kategori sedang meningkat menjadi 80,0 kategori sangat tinggi, terjadi
peningkatan motivasi belajar fisika siswa sebesar 20,1%. (2) terjadi peningkatan hasil belajar
fisika siswa, yaitu Nilai rata-rata aspek pengetahuan siswa pada siklus I adalah 70,8 dan
meningkat pada siklus II menjadi 80,5, terjadi peningkatan hasil belajar aspek pengetahuan
siswa sebesar 13,6%. Ketuntasan Klasikal terjadi peningkatan dari 76,7% menjadi 100%. Nilai
rata-rata hasil belajar aspek keterampilan siswa pada siklus I adalah 69,5 dan meningkat pada
siklus II menjadi 85,1, terjadi peningkatan hasil belajar aspek keterampilan siswa sebesar
22,5%. Berdasarkan hasil penelitian ini maka kedua hipotesis tindakan yang diajukan dapat
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran quantum dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar (pengetahuan dan keterampilan) fisika siswa kelas XI
MIPA 1 SMA Negeri 1 Selat Pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019.

Kata Kunci : Pembelajaran Quantum, Motivasi Belajar, dan Hasil Belajar.

Pendahuluan mewujudkan suasana belajar dan proses


Pendidikan nasional bertujuan untuk pembelajaran agar peserta didik secara aktif
meningkatkan kualitas sumber daya mengembangkan potensi dirinya untuk
manusia dan mengembangkan manusia memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
seutuhnya. Untuk menciptakan sumber pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
daya manusia yang cerdas dan profesional akhlak mulia, serta keterampilan yang
dalam era globalisasi ini, mutu pendidikan diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
harus dioptimalkan maupun ditingkatkan negara.
sehingga nantinya dapat meningkatkan Mata pelajaran Fisika dimaksudkan
kesejahteraan. Dalam Undang-Undang sebagai wahana untuk menumbuhkan
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 kemampuan berpikir yang berguna untuk
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU memecahkan masalah di dalam kehidupan
Sisdiknas) disebutkan bahwa pendidikan sehari-hari. Pembelajaran Fisika
sebagai usaha sadar dan terencana untuk dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk

JURNAL INOVASI | Implementasi Model Pembelajaran Quantum Sebagai Upaya 18


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
menumbuhkan kemampuan berpikir, rendahnya hasil belajar mata pelajaran
bekerja dan bersikap ilmiah serta fisika pada semester ganjil tahun pelajaran
berkomunikasi sebagai salah satu aspek 2018/2019 seperti ditunjukkan pada Tabel
penting kecakapan hidup. Dalam 1.
kurikulum tingkat satuan pendidikan Tabel 1 Penilaian Harian Fisika Kelas XI
dijelaskan bahwa tujuan mata pelajaran MIPA 1 Semester Ganjil Tahun Pelajaran
fisika antara lain: 1) Membentuk sikap 2018/2019
positif terhadap fisika dengan menyadari
keteraturan dan keindahan alam serta
mengagungkan kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa. 2) Memupuk sikap ilmiah yaitu
jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan
dapat bekerjasama dengan orang lain. 3) Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan
Mengembangkan pengalaman untuk dapat bahwa hasil belajar fisika pada semester
merumuskan masalah, mengajukan dan ganjil tahun pelajaran 2018/2019 belum
menguji hipotesis melalui percobaan, tercapai sesuai dengan tuntutan standar
merancang dan merakit instrumen proses kurikulum 2013. Belajar tercapai
percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan jika secara individu siswa memperoleh nilai
menafsirkan data, serta minimal 65 dan kelas dikatakan tuntas
mengkomunikasikan hasil percobaan apabila ketuntasan klasikal (KK)  85%.
secara lisan dan tertulis. 4) Berdasarkan hasil observasi dan refleksi
Mengembangkan kemampuan bernalar awal yang telah dilaksanakan, adapun yang
dalam berpikir analisis induktif dan menyebabkan masalah tersebut adalah: 1)
deduktif dengan menggunakan konsep dan Motivasi belajar fisika siswa masih
prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai tergolong rendah. 2) Proses pembelajaran
peristiwa alam dan menyelesaian masalah kurang variatif, metode pembelajaran
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. 5) masih cenderung didominasi oleh metode
Menguasai konsep dan prinsip fisika serta ceramah, walaupun kadang-kadang
mempunyai keterampilan mengembangkan diselingi dengan diskusi dua arah antara
pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai guru dan siswa. 3) Proses pembelajaran
bekal untuk melanjutkan pendidikan pada kurang memperhatikan pengetahuan awal
jenjang yang lebih tinggi serta siswa. Hal ini terjadi karena sering tidak
mengembangkan ilmu pengetahuan dan disadari, bahwa siswa telah membawa
teknologi. pemahaman sendiri terhadap materi
Untuk mencapai tujuan tersebut, pelajaran, sebelum materi dikaji. Siswa
berbagai upaya yang telah dilakukan kurang berminat dalam mengikuti
pemerintah antara lain: penyempurnaan pembelajaran karena pelajaran fisika
kurikulum, penyediaan sarana dan dianggap sulit dan tidak menyenangkan.
prasarana laboratorium yang menunjang Sebanyak 80% siswa kelas XI MIPA 1
pembelajaran, penataran guru-guru dalam SMA Negeri 1 Selat menyatakan bahwa
penguasaan materi, pengembangan dan pelajaran fisika adalah pelajaran sulit
pengadaan materi ajar, mengadakan dimengerti karena banyak rumus-rumus
musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), dan hitungan matematika. Dalam sistem
serta pengembangan metode-metode evaluasi, evaluasi yang dilakukan hanya
pembelajaran. Namun, kenyataannya terfokus pada penilaian pengetahuan saja,
perolehan hasil belajar, khusunya pelajaran sedangkan penilaian aspek keterampilan
fisika di SMA dari tahun ke tahun masih belum dilaksanakan secara optimal.
belum memenuhi standar nasional. Belum Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu
optimalnya pelaksanaan proses diterapkan suatu model dan strategi
pembelajaran fisika, bermuara pada pembelajaran dalam pembelajaran fisika

JURNAL INOVASI | I Wayan Sutama, S.Pd.,M.Pd.H 19


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
dengan paradigma baru yang dapat orang yang mengajar (Santyasa, 2001:1).
menumbuhkan motivasi belajar siswa, dan Belajar merupakan petualangan seumur
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan hidup, perjalanan eksplorasi tanpa akhir
kemampuan alamiah siswa secara optimal. untuk menciptakan pemahaman personal
Salah satu upaya yang dapat dilakukan atau pengenalan jati diri kita sendiri, belajar
adalah dengan menerapkan model bukan hanya mencari jawaban-jawaban,
pembelajaran quantum dengan strategi juga bukan hanya mengetahui serpihan dan
pembelajaran TANDUR. Model Quantum penggalan dari suatu batang tubuh
learning adalah model pembelajaran yang pengetahuan (Rose & Nicholl, 1997).
mengupayakan keaktifan siswa untuk Tugas pengajar (pendidik) adalah
mengadopsi realita yang mereka peroleh di memfasilitasi siswa untuk memudahkan
lingkungan melalui menumbuhkebangkan mereka mengkonstruksi dan menangkap
motivasi dan kepercayaan diri siswa makna sendiri dari apa yang dibelajarkan
(Martini, dkk, 2014) (Kroll, 2004).
TANDUR merupakan akronim dari Strategi pembelajaran TANDUR tidak
tumbuhkan, alami, namai, demontrasikan, dirancang untuk memberikan informasi
ulangi, dan rayakan. Beberapa alasan sebanyak-banyaknya kepada siswa, tetapi
peneliti menerapkan strategi pembelajaran membantu siswa untuk memiliki sifat
TANDUR dalam memecahkan faktor positif dalam belajar, memiliki kemampuan
penyebab rendahnya hasil belajar siswa, untuk memecahkan masalah baru secara
diantaranya sebagai berikut. 1) Strategi inovatif, pola pikir dan prilaku yang
pembelajaran TANDUR dapat divergen, kemampuan kerjasama yang
menumbuhkan motivasi belajar siswa bersinergi dengan sesamanya (Santyasa,
dengan memberikan manfaat yang akan 2001). Strategi pembelajaran TANDUR
didapat dari materi yang dipelajari sehingga berfokus pada hubungan dinamis dalam
dapat memberikan rasa puas AMBAK (Apa lingkungan belajar dan interaksi yang
Manfaatnya BAgiKu) dengan cara membangun landasan dan kerangka yang
mengaitkan konten materi dengan konteks kuat untuk belajar. Pembelajaran
kehidupan nyata siswa. 2) Strategi TANDUR mengakui bahwa pembelajaran
pembelajaran TANDUR memberikan merupakan suatu proses kompleks yang
kesempatan kepada siswa belajar sesuai melibatkan setiap kata, pikiran, tindakan,
dengan kemampuanmya, bagaimana asosiasi, dan lingkungan belajar yang
menggunakan sebuah proses interaktif mempengaruhi proses pembelajaran
untuk menilai apa yang mereka ketahui, tersebut (De Porter et al., 2001).
mengidentifikasi apa yang mereka ingin Model pembelajaran quantum dengan
ketahui, mengevaluasi apa yang bisa strategi TANDUR merupakan
dilakukan oleh siswa (De Porter, et al., pembelajaran yang memperhatikan
2001). 3) Strategi pembelajaran TANDUR lingkungan belajar, lingkungan sekeliling,
memberikan kesempatan kepada siswa penggunaan alat bantu, dan pengaturan
untuk terlibat aktif dalam proses bangku (De Porter & Hernacki, 1992).
pembelajaran, berinteraksi baik terhadap Dengan penataan lingkungan tersebut akan
materi, teman, maupun guru, dan 4) dapat memberikan rasa nyaman bagi siswa.
Strategi pembelajaran TANDUR Dengan strategi pembelajaran TANDUR
memberikan rasa nyaman siswa melalui mereka sadar bahwa yang mereka pelajari
penataan lingkungan belajar dengan berguna bagi hidupnya nanti, karena dalam
mengatur posisi meja dan kursi dengan pembelajaran selalu memberikan rasa puas
format dinamis. AMBAK (Apa Manfaatnya BAgiKu).
Strategi pembelajaran TANDUR Pembelajaran berlangsung sesuai dengan
tersebut sejalan dengan hakikat belajar, apa yang menjadi keinginan siswa. Hal ini
hakikat orang yang belajar, dan hakikat dapat diketahui dengan cara menggali

JURNAL INOVASI | I Wayan Sutama, S.Pd.,M.Pd.H 20


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
pengetahuan mereka sebelumnya, dan Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi
memanfaakan pengetahuan tersebut Belajar dan Hasil Belajar Fisika Siswa
sebagai pijakan dalam pembelajaran Kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Selat Pada
selanjutnya. Dengan demikian, di sini Semester Genap Tahun Pelajaran
nampak guru hanya sebagai fasilitator dan 2018/2019”.
mediator pembelajaran yang memudahkan Metode Penelitian
siswa dalam menangkap makna dari materi Penelitian ini merupakan penelitian
yang dibelajarkan. Hal ini sesuai tindakan kelas (classroom action research).
pandangan konstruktivisme, pembelajaran Dipilihnya penelitian tindakan kelas,
berpusat pada siswa (student centered), karena terungkapnya permasalahan-
bukan teacher centered. Implementasi permasalahan, utamanya yang berkaitan
pembelajaran TANDUR memegang dengan proses pembelajaran di kelas XI
beberapa prinsip untuk dapat mencapai MIPA 1 SMA Negeri 1 Selat tahun
hasil belajar yang meliputi aspek kognitif, pelajaran 2018/2019. Subjek penelitian ini
aspek afektif dan aspek psikomotor yang adalah semua siswa kelas XI MIPA 1 SMA
diharapkan, yaitu: segalanya berbicara, Negeri 1 Selat pada semester genap Tahun
segalanya bertujuan, pengalaman sebelum Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 30
pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika orang yang terdiri dari 13 orang putra dan
layak dipelajari maka layak pula dirayakan 17 orang putri. Objek penelitian tindakan
(De Porter, et al., 2001). kelas ini adalah: 1) Motivasi belajar siswa.
Beberapa penelitian sebelumnnya yang Motivasi belajar siswa merupakan daya
membuktikan efektivitas penerapan model penggerak yang dapat mendorong siswa
pembelajaran quantum antara lain: hasil untuk melakukan kegiatan belajar. 2) Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Astawa dan belajar fisika siswa terdiri atas 2 aspek yaitu
Gita (2003) mengungkapkan melalui aspek pengetahuan dan keterampilan.
optimalisasi representasi pengajaran dalam Aspek pengetahuan adalah hasil dari
kerangka pembelajaran kuantum dapat pengukuran terhadap kemampuan kognitif
meningkatkan hasil belajar matematika. (pengetahuan) siswa setelah mengikuti
Lebih lanjut, Astawa (2004a) proses pembelajaran yang diukur dengan
mengungkapkan implementasi menggunakan instrumen tes pengetahuan
pembelajaran kuantum (quantum teaching) sesuai dengan kompetensi yang
dapat meningkatkan kualitas proses dan dibelajarkan. Sedangkan aspek
hasil belajar matematika kelas XII SMA keterampilan adalah hasil dari pengukuran
Negeri 4 Singaraja. Sunrepa (2005) telah kerja ilmiah yang dilakukan siswa selama
membuktikan bahwa strategi pembelajaran proses pembelajaran/diskusi/percobaan.
quantum teaching dalam kerangka Penelitian tindakan kelas ini
TANDUR dapat meningkatkan motivasi dilaksanakan dalam dua siklus dengan
belajar, aktivitas, dan prestasi belajar siswa masing-masing siklus terdiri dari empat
kelas II C SMP Negeri 2 Singaraja. Hasil tahapan. Siklus penelitian ini mengikuti
penelitian Astawan (2006) mengungkapkan pola Kemmis dan Taggart (1998) yang
bahwa implementasi strategi pembelajaran terdiri dari empat tahapan yaitu: (1)
TANDUR dapat meningkatkan motivasi perencanaan, (2) tindakan, (3)
dan kompetensi dasar fisika siswa XI-A observasi/evaluasi, dan (4) refleksi.
SMA LAB. IKIP Negeri Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan pada semester
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam genap tahun pelajaran 2018/2019, tepatnya
penelitian tindakan ini peneliti dari bulan Januari sampai dengan Juni
mengimplementasikan Model 2019.
Pembelajaran Quantum di kelas XI MIPA Data yang dikumpulkan dalam
1. Sehingga penelitian ini berjudul penelitian ini meliputi: 1) motivasi belajar
“Penerapan Model Pembelajaran Quantum siswa, 2) hasil belajar siswa aspek

JURNAL INOVASI | I Wayan Sutama, S.Pd.,M.Pd.H 21


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
pengetahuan dan keterampilan. Jenis aspek keterampilan dengan penerapan
instrumen dan teknik pengumpulan data model pembelajaran quantum.
dapat dilihat pada Tabel 1 Data motivasi belajar siswa
Tabel 1. Instrumen Penelitian dan Teknik dikumpulkan sebelum dan setelah tindakan.
Pengumpulan Data Motivasi belajar siswa dikumpulkan
sebelum tindakan, dimaksudkan untuk
mengetahui bagaimana motivasi belajar
siswa pada pembelajaran sebelumnya. Dari
Data motivasi belajar siswa hasil analisis data motivasi belajar siswa
dikumpulkan dengan menggunakan angket sebelum tindakan diperoleh skor rata-rata
motivasi belajar. Dalam angket tersebut 56,7 dengan standar deviasi 8,6. Rendahnya
terdapat pernyataan dengan masing-masing motivasi belajar siswa tersebut karena pada
5 pilihan yaitu selalu (SL), Sering (SR), pembelajaran sebelum tindakan ini, guru
kadang-kadang (KK), jarang (JR), tidak tidak menggali dan memanfaatkan
pernah (TP). Pemberian skor pada setiap pengetahuan awal siswa dalam proses
item SL=5, SR=4, KK=3, JR=2, TP=1 pembelajaran. Kurangnya pemanfaatan
untuk pernyataan positif. Untuk pernyataan pengetahuan awal sebagai dasar dalam
negatif diberi skor SL=1, SR=2, kk=3, melakukan pembelajaran, menyebabkan
JR=4, TP=5. Skor motivasi belajar siswa kurangnya pengembangan potensi yang
diperoleh dengan menjumlahkan skor yang dimiliki oleh siswa. Di samping itu, materi
diperoleh siswa untuk setiap item. Data tidak dikaitkan dengan dunia nyata siswa,
hasil belajar siswa aspek pengetahuan hal ini menyebabkan siswa tidak dapat
dikumpulkan dengan menggunakan tes mengaitkan konten dengan konteksnya.
pengetahuan. Tes pengetahuan berupa tes Akibatnya, pembelajaran tidak bermakna
pilihan ganda. Data hasil belajar aspek bagi siswa. Siswa tidak mengetahui
keterampilan dikumpulkan dengan manfaat materi yang dipelajarinya karena
menggunakan lembar observasi mereka tidak dapat mengaplikasikan materi
keterampilan dengan memperhatikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Semua hal
indikator yang tampak. Dalam penelitian tersebut bermuara pada rendahnya motivasi
ini menggunakan empat indikator belajar siswa. Setelah tindakan, pada akhir
keterampilan kerja ilmiah siswa siklus I diperoleh skor rata-rata motivasi
(merangkai, menggunakan, merekam data belajar siswa sebesar 66,6 dengan standar
dan tangggung jawab) dan tiap-tiap deviasi sebesar 5,6. Skor rata-rata motivasi
indikator dijelaskan dengan empat belajar siswa pada siklus I ini mencapai
deskriptor yang disertai dengan skor kategori sedang. Sedangkan nilai rata-rata
ketercapaian. Penelitian tindakan ini motivasi belajar siswa di akhir siklus II
dikatakan berhasil apabila skor rata-rata sebesar 80,0 dengan standar deviasi sebesar
motivasi belajar siswa berada pada ketegori 3,1. Skor rata-rata motivasi belajar siswa
Tinggi, hasil belajar siswa aspek pada siklus II berada pada kategori sangat
tinggi. Berdasarkan hasil tersebut terjadi
pengetahuan  65 dan daya serap siswa
peningkatan sebelum tindakan dan setelah
mencapai  65% dan ketuntasan klasikal
tindakan pada siklus I sebesar 17,5%, dari
(KK)  85% serta hasil belajar siswa aspek siklus I ke siklus II terjadi peningkatan
keterampilan minimal berada pada kategori motivasi belajar siswa sebesar 20,1%.
Tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan
Hasil & Pembahasan model pembelajaran quantum dengan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah strategi TANDUR dalam pembelajaran
dilaksanakan dalam dua siklus
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
menunjukkan terjadinya peningkatan
Peningkatan ini terjadi karena pelaksanaan
motivasi belajar dan hasil belajar fisika tindakan pada siklus I, guru terlebih dahulu
siswa yang meliputi aspek pengetahuan dan
JURNAL INOVASI | I Wayan Sutama, S.Pd.,M.Pd.H 22
http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
membangkitkan semangat siswa, mengetuk terjadi dalam kelompok masih kurang aktif
hati siswa, agar mereka memiliki motivasi dan siswa yang masih belum memahami
belajar, dan meyakinkan kepada siswa materi yang dipelajarinya, enggan untuk
bahwa belajar itu merupakan hal yang bertanya baik pada kelompok maupun pada
sangat penting untuk bekal dalam guru, dan ada siswa yang mendapat giliran
kehidupan ini untuk mencapai masa depan mempresentasikan hasil kerja
yang lebih baik. Adapun cara yang kelompoknya tidak memahaminya
dilakukan yaitu dengan menggali sehingga kelompok lain tidak dapat
pengetahuan siswa terlebih dahulu melalui memahaminya pula, dan mereka cenderung
pemberian pertanyaan pra pembelajaran. enggan menanyakan kepada guru sehingga
Kemudian, memanfaatkan pengetahuan mereka tidak mendapatkan solusi dari
siswa tersebut sebagai langkah awal dalam permasalahan tersebut. Hal ini
melaksanakan pembelajaran selanjutnya. mempengaruhi pemahaman siswa terhadap
Setelah itu, guru memberikan manfaat dari konsep-konsep dalam pembelajaran
materi yang dipelajari dengan mengaitkan sehingga akan berpengaruh pada hasil tes
materi dengan kehidupan dalam kehidupan pengetahuan siswa. Untuk memperbaiki
sehari-hari, sehingga siswa mendapat pencapaian aspek pengetahuan siswa pada
makna dari apa yang dipelajari. Untuk siklus II, maka dilakukan upaya-upaya
menjembatani siswa berdasarkan sebagai berikut. 1) Memberikan bimbingan
pengetahuan yang telah dimiliki dengan dengan lebih intensif pada siswa dalam
pengetahuan baru yang akan dipelajari, memecahkan permasalahan dalam
maka siswa diberikan kesempatan untuk kelompok. 2) Lebih banyak memberikan
mengalami sendiri apa yang ingin diketahui motivasi kepada siswa dengan mengaitkan
melalui kegiatan eksperimen. Melalui materi dengan dunia nyata siswa. 3)
kegiatan ini siswa akan terlibat langsung Menyampaikan hasil evaluasi terhadap
dalam pembelajaran. Dengan terlibat kinerja siswa. 4) Memberikan latihan soal
langsung dalam pembelajaran, mereka yang lebih banyak. 5) Memancing siswa
merasa diperdayakan, sehingga pada diri untuk mengungkapkan permasalahannya
siswa tumbuh motivasi mengikuti melalui bertanyaan untuk didiskusikan
pembelajaran. Di samping itu, guru juga bersama-sama.
menyediakan kata kunci, konsep, rumus, Setelah dilakukan perbaikan pada siklus
petunjuk, dan strategi yang tepat digunakan II, maka hasil belajar siswa aspek
untuk dapat memfasilitasi siswa. pengetahuan siswa peningkatan menjadi
Berdasarkan hasil analisis data, hasil 80,5 dengan standar deviasi 3,3 dan
belajar aspek pengetahuan siswa pada ketuntasan kalsikal sebesar 100%. Secara
siklus I diperoleh nilai rata-rata keseluruhan proses belajar mengajar sudah
pengetahuan siswa sebesar 70,8 dengan tuntas. Dari siklus I ke siklus II terjadi
standar deviasi 7,6 dan ketuntasan klasikal peningkatan aspek pengetahuan siswa
siswa 76,7%. Secara klasikal pembelajaran sebesar 13,6%. Hal ini berarti penerapan
belum tuntas, di mana belum mencapai model pembelajaran quantum dengan
85%, sehingga dapat dikatakan bahwa strategi TANDUR dapat meningkatkan
proses pembelajaran belum tuntas. Hal ini hasil belajar aspek pengetahuan siswa
diakibatkan oleh beberapa faktor, dalam pembelajaran fisika.
diantaranya yaitu minimnya jenis buku Pada siklus I di peroleh nilai rata-rata
yang dipakai siswa berimplikasi pada aspek keterampilan siswa sebesar 69,5
kurangnya informasi yang didapatkan dengan standar deviasi sebesar 2,6 dengan
siswa mengenai materi yang dikaji, siswa kategori tinggi. Dari data aspek
belum dapat memahami LKS secara keterampilan siswa tersebut nilai rata-rata
optimal, siswa masih kurang didiplin dalam aspek keterampilan siswa sudah mencapai
melakukan eksperimen, interaksi yang standar yang ditetapkan. Namun, ada

JURNAL INOVASI | I Wayan Sutama, S.Pd.,M.Pd.H 23


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
beberapa siswa yang belum mencapai peningkatan nilai rata-rata aspek
standar. Adanya beberapa siswa yang keterampilan siswa sebesar 22,5%. Ini
nilainya masih rendah diakibatkan karena berarti dengan melaksanakan pembelajaran
mereka kurang memahami LKS dengan menggunakan strategi pembelajaran
baik, dan enggan menanyakan kepada guru. TANDUR dapat meningkatkan aspek
Hal ini menyebabkan siswa kurang telaten keterampilan siswa yaitu melalui kerja
mempersiapkan alat-alat yang dipakai sama antar siswa dalam kelompok saat
dalam percobaan di mejanya masing- melakukan percobaan.
masing dan juga saat melakukan percobaan Penutup
siswa tampak tidak siap. Dalam melakukan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil
percobaan masih terdapat beberapa siswa penelitian dapat diperoleh simpulan seperti
yang lain-lain, ada siswa yang memakai berikut ini. Penerapan model pembelajaran
alat-alat percobaan untuk bermain-main quantum dapat meningkatkan motivasi
dan mereka tidak memahami percobaan belajar siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri
yang dilakukan sehingga siswa tidak bisa 1 Selat pada semester genap tahun pelajaran
membuat interpretasi dari hasil 2018/2019. Pada siklus I rata-rata motivasi
percobaannya dengan tinggi. siswa sebesar 66,6 pada kategori sedang
Sesuai dengan refleksi siklus I meningkat menjadi 80,0 pada kategori
pelaksanaan tindakan siklus II merupakan sangat tinggi. Secara kuantitatif terjadi
perbaikan dari pelaksanaan tindakan siklus peningkatan motivasi belajar fisika siswa
I berdasarkan kendala-kendala yang di sebesar 20,1%. Penerapan model
alami dalam proses pembelajaran. pembelajaran quantum dapat meningkatkan
Perbaikan yang di lakukan antara lain hasil belajar siswa kelas XI MIPA 1 SMA
peneliti dan guru yang ada di sekolah Negeri 1 Selat pada semester genap tahun
tersebut yang membantu memberikan pelajaran 2018/2019. Nilai rata-rata aspek
bimbingan yang lebih intensif pada masing- pengetahuan siswa pada siklus I adalah
masing kelompok dalam melakukan 70,8 dan meningkat pada siklus II menjadi
kegiatan pembelajaran. Guru 80,5. Hasil ini mengindikasikan terjadi
menganjurkan siswa untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pengetahuan
terlebih dahulu teori mengenai percobaan siswa sebesar 13,6%. Ketuntasan klasikal
yang akan dilakukan sebelum melakukan meningkat dari siklus I sebesar 76,7%
percobaan sehingga siswa dapat membuat menjadi 100%. Nilai rata-rata aspek
interpretasi dari percobaan yang dilakukan keterampilan siswa pada siklus I adalah
tersebut dn mengambil kesimpulan dari 69,5 pada kategori tinggi dan meningkat
data yang didapatkan terhadap masalah pada siklus II menjadi 85,1. Hasil ini
ynag guru ajukan sebelum percobaan. mengindikasikan terjadi peningkatan hasil
Peneliti berteam dengan guru belajar keterampilan siswa sebesar 22,5%.
memperhatikan alokasi waktu yang telah Daftar Pustaka
ditetapkan dan sesekali mengingatkan Astawa, I W. P., & Gita, I N. 2003.
siswa dalam melakukan percobaan Meningkatkan kualitas proses dan
mengenai alokasi waktu dalam kegiatan hasil pembelajaran matematika
tersebut. Guru mengingatkan siswa bahwa melalui optimalisasi representasi
sebelum melakukan diskusi alat-alat yang pengajaran dalam kerangka
dipakai dalam melakukan percobaan harus pembelajaran kuantum. Laporan
sudah dirapikan kembali. Dari perbaikan penelitian tindakan kelas. Fakultas
proses pembelajaran pada siklus I, maka Pendidikan MIPA IKIP Negeri
pada siklus II di peroleh nilai rata-rata Singaraja.
aspek keterampilan siswa sebesar 85,1 Astawa, I W. P. 2004. Implementasi
dengan standar deviasi 4,6. Perolehan nilai pembelajaran kuantum (quantum
rata-rata dari siklus I ke siklus II di peroleh teaching) untuk meningkatkan

JURNAL INOVASI | I Wayan Sutama, S.Pd.,M.Pd.H 24


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
kualitas pembelajaran dan hasil teaching) pada pembelajaran
belajar matematika kelas 12 SMA matematika untuk meningkatkan
Negeri 4 Singaraja. Laporan prestasi belajar matematika siswa.
penelitian tindakan kelas. Fakultas Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan
Pendidikan MIPA IKIP Negeri pendidikan matematika, fakultas
Singaraja. pendidikan MIPA IKIP Negeri
Astawan, I G. 2006. Implementasi Strategi Singaraja.
Pembelajaran TANDUR Sebagai
Upaya Meningkatkan Motivasi
Belajar dan Kompetensi Dasar Fisika
Siswa Kelas XIA SMA Laboratorium
IKIP Negeri Singaraja Dalam Pokok
Bahasan Fluida Statis Tahun Ajaran
2005/2006. Laporan penelitian
tindakan kelas. Fakultas Pendidikan
MIPA IKIP Negeri Singaraja.
De Porter, B. dan Hernacki, M. 1992.
Quantum learning: Membiasakan
belajar nyaman dan menyenangkan.
Bandung: Kaifa.
De Porter, B., Reardon, M., dan Nourie, S.
S. 2001. Quantum teaching:
Mempraktekan quantum learning di
ruang-ruang kelas. Bandung: Kaifa.
Rose, C., dan Nichall, M. J. 1997.
Accelerated learning for the 21ss
century. Bandung: Nuansa.
Kemis, W. C., & Taggart, R. M. 1998. The
action research planner. Geelong
victoria: Deakin university.
Kroll, L. R. 2004. Conctructing
constructivism: how student-teachers
construct ideas of development,
knowledge, learning, ang teaching.
Teachers and teaching: theory and
pratice. Vol. 10. no. 2. April, 2004.
200-217.
Martini, Rasna, Artawan. 2014.
Implementasi Model Pembelajaran
Quantum Learning Dalam
Pembelajaran Menulis Karangan
Deskripsi Pada Siswa Kelas X
SMKN 1 Abang. e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia
(Volume 3 Tahun 2014). Diakses
pada tanggal 10 Januari 2019.
Sunrepa, N. 2005. Implementasi model
pembelajaran kuantum (quantum

JURNAL INOVASI | I Wayan Sutama, S.Pd.,M.Pd.H 25


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PRESKRIPTIF SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS
X MIPA 1

Oleh
IDA BAGUS NYOMAN GELGEL, S.PD

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X MIPA
1 SMA Negeri 1 Selat melalui penerapan Model Pembelajaran Preskriptif; (2) Untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Selat dengan
penerapan Model Pembelajaran Preskriptif. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan
penelitian tindakan pada siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Selat tahun pelajaran 2018/2019
yang berjumlah 30 orang siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus pembelajaran. Model
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Preskriptif dan
obyek penelitian berupa motivasi belajar dan hasil belajar matematika. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh bahwa: (1) Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Selat Tahun
Pelajaran 2018/2019. Rata-rata hasi belajar matematika siswa siklus I adalah 71 dengan
ketuntasan 67% meningkat sebesar 21,7% ke siklus II menjadi 86 dengan ketuntasan klasikal
100%. (2) Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif dapat Meningkatkan Motivasi Belajar
Matematika Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Selat Tahun Pelajaran 2018/2019. Rata-
rata motivasi belajar siklus I sebesar 68,9 dengan kualifikasi sedang meningkat sebesar 23,4%
menjadi 85,1 di siklus II dengan kualifikasi tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini,
disampaikan saran sebagai berikut. (1) Diharapkan kepada guru untuk menerapkan Model
Pembelajaran Preskriptif sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan pembelajaran yang
lebih bermakna. (2) Memberikan motivasi kepada semua siswa untuk menyukai pelajaran
matematika, dan menanamkan pemahaman bahwa matematika amat berguna dalam kehidupan
sehari-hari.

Kata-kata kunci : Model Pembelajaran Preskriptif, Hasil Belajar dan Motivasi Belajar
Matematika

Pendahuluan Disamping melakukan revisi kurikulum


Pembaharuan sistem pendidikan juga melaksanakan peningkatan kualitas
nasional adalah untuk menjadikan warga guru melalui penataran-penataran, seminar
negara Indonesia berkembang menjadi pendidikan, dan pendidikan lanjutan.
manusia yang berkualitas se¬hingga Inovasi dalam pembelajaran telah banyak
mampu dan proaktif dalam menjawab pula dilakukan seperti pembelajaran
tantangan zaman yang selalu berubah. melalui simulasi komputer, cara belajar
Dalam pembaharuan tersebut berbagai siswa aktif, atau pengembangan model
inovasi di bidang pendidikan telah pembelajaran dengan pendekatan
diupayakan oleh pemerintah, baik dalam keterampilan proses.
pendidikan dasar, menengah sampai Mengingat kebhinekaan budaya,
pendidikan tinggi guna meningkatkan keragaman latar belakang dan karakteristik
kualitas pendidikan. peserta didik, serta tuntutan untuk
menghasilkan lulusan yang bermutu, proses

JURNAL INOVASI | Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif Sebagai Upaya 26


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran Walaupun tuntutan kurikulum 2013
harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi telah diuraikan seperti diatas, namun masih
standar. Proses pembelajaran yang banyak dalam proses pembelajaran
diterapkan harus interaktif, inspiratif, matematika yang didominasi oleh model
menyenangkan, menantang, dan pembelajaran konvensional. Pada
memotivasi peserta didik untuk pembelajaran ini suasana kelas cendrung
berpartisipasi aktif, serta memberikan teacher cendered sehingga siswa menjadi
ruang yang cukup bagi prakarsa, pasif. Meskipun demikian guru lebih suka
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan menerapkan model pembelajaran tersebut,
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta sebab tidak memerlukan alat peraga, media
psikologis peserta didik (Depdiknas 2007). pembelajaran, atau referensi lain. Dalam
Terkait dengan proses pembelajaran, hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar
Kurikulum 2013 juga menginginkan yang dapat memahami bagaimana belajar,
adanya perubahan paradigma atau berpikir dan memotivasi diri sendiri. Model
reorientasi terhadap proses pembelajaran pembelajaran seperti itu mengakibatkan
matematika dan prosedur penilaian hasil siswa hanya bekerja secara prosedural dan
belajar siswa, yaitu perubahan dari memahami matematika tanpa bernalar,
pembelajaran yang mekanistik yang serta cenderung menggunakan data yang
cenderung teoretis ke pembelajaran yang ada tanpa memperhatikan konteks
kreatif, berdasarkan masalah nyata yang masalahnya.
dekat dengan kehidupan siswa (contextual) Dalam pembelajaran konvensional
dan berorientasi pada siswa aktif (active kurang mampu menggali kemampuan
learning/student centered), serta penalaran matematika. Aplikasi penalaran
mendorong siswa untuk menemukan dibutuhkan oleh siswa selama proses
kembali (reinvention) dan membangun pembelajaran matematika berlangsung di
(consruction) pengetahuan dan pengalaman kelas. Materi matematika dan penalaran
secara mandiri. matematika merupakan dua hal yang tidak
Proses pembelajaran yang dituntut dapat dipisahkan, yaitu materi matematika
kurikulum 2013 dalam pembelajaran dipahami melalui penalaran dan penalaran
matematika adalah sebagai berikut: (1) dipahami dan dilatihkan melalui belajar
menggunakan permasalahan kontekstual, materi matematika (Depdiknas 2002).
yaitu permasalahan yang nyata atau dekat Model pembelajaran konvensional yang
dengan lingkungan dan kehidupan siswa diterapkan disamping kurang mampu
atau minimal dapat dibayangkan oleh menggali kemampuan penalaran
siswa, (2) mengembangkan kemampuan matematika, juga tidak mampu
memecahkan masalah, kemampuan memberikan hasil belajar matematika yang
berargumentasi, dan berkomunikasi secara optimal. Bahkan banyak keluhan yang
matematis, (3) memberikan kesempatan terjadi pada siswa dalam mempelajari
yang luas untuk menemukan kembali dan matematika. Kebanyakan siswa mengalami
membangun konsep, definisi, prosedur dan kesulitan dalam mengaplikasikan
rumus-rumus matematika secara mandiri, matematika ke dalam situasi kehidupan
(4) melatih cara berpikir dan bernalar dalam nyata. Hal lain yang menyebabkan sulitnya
menarik kesimpulan, (5) mengembangkan matematika bagi siswa karena
kreativitas berpikir yang melibatkan pembelajaran matematika kurang
imajinasi, intuisi, dan penemuan, (6) bermakna, artinya dalam pembelajaran
menggunakan model, dan (7) matematika di kelas tidak mengaitkan
memperhatikan dan mengakomodasikan dengan skema yang telah dimiliki oleh
perbedaan-perbedaan karakteristik siswa dan siswa kurang diberikan
individual siswa. kesempatan untuk menemukan kembali dan
mengkonstruksi sendiri ide matematika,

JURNAL INOVASI | Ida Bagus Nyoman Gelgel, S.Pd 27


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
sering siswa mengatakan matematika mandiri, serta mengoptimalkan hasil
merupakan pelajaran yang sulit dan pembelajaran yang diinginkan di bawah
membosankan, tidak menarik, dan bahkan kondisi tertentu. Untuk mengoptimalkan
penuh misteri. Ini disebabkan karena hasil pembelajaran tersebut, maka dalam
pelajaran matematika dirasakan sukar, penelitian ini akan menggunakan model
gersang, dan tidak tampak kaitannya pembelajaran berbasis preskriptif.
dengan kehidupan sehari-hari (Soleh, Model pembelajaran berbasis preskriptif
1998). adalah seperangkat preskripsi guna
Akibat dari pembelajaran konvesional mengoptimalkan hasil pembelajaran yang
adalah penanaman konsep matematis pada diinginkan di bawah kondisi tertentu.
tataran teoritis saja, namun dari segi Artinya peningkatan perolehan belajar
praktisnya tidak ada. Sehingga tidak jarang ditetapkan sebagai hasil pembelajaran yang
siswa mengalami kesulitan pada mata diinginkan dan memilih model
pelajaran lain yang memerlukan bantuan pembelajaran yang tepat untuk
matematika. Hal ini dialami oleh siswa mengorganisasi isi/ materi pelajaran yang
kelas X MIPA, siswa mengeluh sulit sekali akan dipelajari siswa. Agar mendapatkan
melakukan perhitungan-perhitungan hasil yang optimal sesuai dengan kondisi
matematis dalam mata pelajaran fisika dan ditempat penelitian maka model
kimia. Hal ini disebabkan karena praktik pembelajaran berbasis preskriptif akan
siswa dalam menyelesaikan permasalahan dimodifikasi dengan menambahkan
kurang yang berdampak pada rendahnya kegiatan mendiagnosis kesulitan siswa
hasil belajar matematika siswa. Siswa kelas untuk memberikan umpan balik (feedback).
X MIPA SMA Negeri 1 Selat pada Pengertian preskriptif dalam
semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 pelaksanaan pembelajaran berbasis
hanya mampu mencapai daya serap 60% preskriptif adalah menyangkut pemberian
dari materi yang disampaikan. Padahal tugas atau aktivitas-aktivitas yang akan
kurikulum 2013 yang berlaku di SMA diambil guna mewujudkan ketercapainya
Negeri 1 Selat mempersyaratkan siswa tujuan atau sasaran yang akan dicapai oleh
dikatakan tuntas jika minimal siswa siswa. Ciri-ciri pembelajaran preskriptif
mencapai daya serap 65% dengan sebagai berikut: (1) pembelajaran dimulai
ketuntasan klasikal 85%. Hasil ini masih di dengan menampilkan kerangka isi atau
bawah standar yang ditetapkan dan materi pelajaran, (2) mengelaborasi bagian-
diperlukan upaya untuk mengatasi bagian yang ada dalam kerangka isi atau
kesulitan belajar siswa. materi pelajaran secara bertahap, (3)
Untuk mengatasi kesulitan belajar dan peningkatan perolehan hasil ditetapkan
peningkatan hasil pembelajaran sebagai hasil pembelajaran yang
matematika seperti yang telah diungkapkan diinginkan, (4) hasil dan kondisi
di atas, juga seiring dengan perubahan pembelajaran ditetapkan lebih dahulu, dan
paradigma pembelajaran yang semula (5) hasil pembelajaran ditempatkan sebagai
berpusat pada guru (teacher centered) givens (Thinktep, 2008)
beralih berpusat pada siswa (student Sejalan dengan pemikiran di atas, maka
centered); metodologi yang semula lebih peneliti mengambil judul penelitian yaitu
didominasi ekspositori berganti ke Penerapan Model Pembelajaran Preskriptif
partisipatori; dan pendekatan yang semula Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
lebih banyak tekstual berubah menjadi dan Motivasi Belajar Matematika Siswa
kontekstual. Maka dalam penelitian ini Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Selat
akan diujicobakan model pembelajaran Tahun Pelajaran 2018/2019.
yang inovatif dan konstruktif untuk Metode Penelitian
mengembangkan dan menggali Penelitian ini merupakan penelitian
pengetahuan siswa secara konkret dan tindakan kelas yang dilaksanakan dalam

JURNAL INOVASI | Ida Bagus Nyoman Gelgel, S.Pd 28


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
dua siklus. Masing-masing siklus terdiri yang lainnya untuk mengetahui
dari empat tahapan, yaitu: 1) perencanaan, peningkatan atau penurunan hasil belajar
2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan matematika siswa. Rata-rata skor tes
evaluasi tindakan, dan 4) refleksi. Siklus I tersebut kemudian dikonversikan untuk
membahas KD Melakukan manipulasi mengetahui tingkat atau kategori hasil
aljabar dalam perhitungan teknis yang belajar siswa dan untuk mengetahui apakah
berkaitan dengan perbandingan, fungsi, penelitian ini berhasil atau tidak. Penelitian
persamaan dan identitas trigonometri dan ini dikatakan berhasil bila kategori hasil
siklus II membahas KD Merancang model belajar matematika siswa minimal baik.
matematika dari masalah yang berkaitan hasil belajar matematika siswa juga ditinjau
dengan perbandingan, fungsi, persamaan dari pencapaian ketuntasan individu dan
dan identitas trigonometri. Masing-masing klasikal. Kriteria ketuntasan minimal yang
siklus dirancang dalam 6 kali pertemuan ditetapkan di SMA Negeri 1 Selat untuk
tatap muka yang diselenggaraakan 2 kali mata pelajaran matematika kelas X adalah
seminggu. Subjek dalam penelitian ini sebesar 65 dan ketuntasan klasikal sebesar
adalah siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 85%. Penelitian ini dikatakan berhasil
1 Selat semester genap tahun pelajran apabila kriteria ketuntasan minimal dan
2018/2019 yang berjumlah 30 orang. ketuntasan klasikal dapat dicapai.
Sedangkan objek penelitiannya adalah Hasil & Pembahasan
motivasi belajar siswa, dan hasil belajar Untuk menentukan keberhasilan
siswa akibat penerapan Model tindakan penelitian ini, maka perlu
Pembelajaran Preskriptif. Penelitian dilakukan perbandingan data hasil
dilaksanakan pada semester genap tahun penelitian meliputi data motivasi belajar
pelajaran 2018/2019 yaitu pada bulan dan data hasil belajar matematika. Kriteria
Januari sampai dengan bulan Juni 2019. keberhasilan tindakan untuk hasil belajar
Data mengenai motivasi siswa terhadap matematika minimal memiliki rata-rata hasi
pembelajaran yang dilakukan diperoleh belajar 65 dengan ketuntasan klasikal 85%
dengan angket yang disebarkan kepada dari jumlah siswa di kelas tersebut.
siswa pada akhir tiap siklus. Sedangkan Tes Ringkasan hasil penelitian siklus I dan
hasil belajar matematika siswa digunakan siklus II disajikan berikut.
dalam bentuk tes pilihan ganda yang Tabel 1 Ringkasan hasil penelitian hasil
dilaksanakan pada akhir tiap siklus. Untuk belajar matematika
mengetahui motivasi belajar siswa terhadap Aspek Siklus I Siklus II
pembelajaran yang diterapkan akan Rata-rata 72 87
dilakukan analisis deskriptif terhadap Ketuntasan 69% 100%
pendapat siswa yang dituangkan dalam Berdasarkan Tabel 1 tampak bawah rata-
angket motivasi belajar siswa. Rata-rata rata hasi belajar matematika siswa siklus I
skor motivasi belajar siswa yang diperoleh adalah 71 dengan ketuntasan 67%
akan dicocokkan dengan kriteria meningkat sebesar 21,7% ke siklus II
penggolongan motivasi belajar siswa menjadi 86 dengan ketuntasan klasikal
(Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah 100%. Hasil penelitian ini menunjukkan
dan Sangat Rendah). Penelitian ini bahwa penerapan model pembelajaran
dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan Preskriptif dapat meningkatkan hasil
motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus belajar matematika siswa kelas X MIPA 1
II dan rata-rata motivasi belajar siswa SMA Negeri 1 Selat tahun pelajaran
minimal berada pada kategori Tinggi. 2018/2019. Profil perbandingan hasil
Untuk data hasil belajar siswa, terlebih belajar siswa disajikan pada Gambar 1.
dahulu ditentukan rata-rata (mean) kelas.
Rata-rata skor tes untuk masing-masing
siklus dibandingkan antara satu dengan

JURNAL INOVASI | Ida Bagus Nyoman Gelgel, S.Pd 29


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
ketuntasan 67% meningkat sebesar 21,7%
ke siklus II menjadi 86 dengan ketuntasan
klasikal 100%. (2) Penerapan Model
Pembelajaran Preskriptif dapat
Meningkatkan Motivasi Belajar
Matematika Siswa Kelas X MIPA 1 SMA
Negeri 1 Selat Tahun Pelajaran 2018/2019.
Rata-rata motivasi belajar siklus I sebesar
Gambar 1 Perbandingan Hasil Belajar 68,9 dengan kualifikasi sedang meningkat
Siklus I dan II sebesar 23,4% menjadi 85,1 di siklus II
Kriteria keberhasilan tindakan penelitian dengan kualifikasi tinggi.
untuk aspek hasil belajar siswa minimal Terjadinya peningkatan hasil belajar
berada pada kategori tinggi. Rangkuman matematika dan motivasi belajar dalam
hasil penelitian siklus I dan siklus II penelitian ini karena dalam pembelajaran
disajikan pada Tabel 2 berikut ini. berbasis preskriptif adalah pembelajaran
Tabel 2 Ringkasan hasil penelitian yang mengoptimalkan kondisi
motivasi belajar pembelajaran untuk tercapainya hasil yang
Aspek Siklus I Siklus II diinginkan. Dalam mengoptimalkan
Rata-rata 68,9 85,1 kondisi pembelajaran juga dituntut
kemampuan guru dalam memotivasi siswa
Kualifikasi Sedang Tinggi
agar terlibat dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan Tabel 2 tampak bahwa rata-
Selain itu juga tidak terlepas dari
rata motivasi belajar siklus I sebesar 68,9
kemampuan guru dalam mengidentifikasi
dengan kualifikasi sedang meningkat
tingkat penguasaan materi dalam LKS,
sebesar 23,4% menjadi 85,1 di siklus II
sebab umpan balik yang diberikan oleh
dengan kualifikasi tinggi. Hasil ini
guru pada siswa berdasarkan hasil
menunjukkan bawah penerapan model
mengerjakan LKS. Diagnosis kesulitan
pembelajaran Preskriptif dapat
belajar yang dilakukakan guru dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas
pembelajaran berbasis preskriptif adalah
X MIPA 1 SMA Negeri 1 Selat tahun
untuk memberikan umpan balik sesuai
pelajaran 2018/2019. Pofil perbandingan
dengan tingkat kesulitan pemahaman
data motivasi belajar disajikan pada
materi yang dialami siswa. Teori
Gambar 2.
pemrosesan informasi cendrung
menekankan pada pentingnya umpan balik
terhadap pembelajaran sejak pengetahuan
yang menjadi hasilnya, perlu membenarkan
kesalahan-kesalahan dan mengembangkan
rencana-rencana baru.
Penggunaan LKS adalah suatu proses
pembelajaran di kelas yang merupakan
Gambar 2 Perbandingan Motivasi Belajar implementasi dari metode keilmuan, sebab
Siswa Siklus I dan II dalam LKS dituntut siswa mampu
Berdasakan hasil analisis data telah mengidentifikasi masalah, menemukan
terbukti bahwa Penerapan Model langkah-langkah pemecahannya, serta
Pembelajaran Preskriptif Sebagai Upaya menentukan penyelesaiannya. Peranan
Meningkatkan Hasil Belajar dan Motivasi guru dalam mengejakan LKS adalah
Belajar Matematika Siswa Kelas X MIPA 1 memberikan bantuan kepada siswa baik
SMA Negeri 1 Selat Tahun Pelajaran secara individu maupun kelompok yang
2018/2019. Rata-rata hasi belajar mengalami kesulitan. Jika penggunaan
matematika siswa siklus I adalah 71 dengan LKS dilakukan secara maksimal, maka

JURNAL INOVASI | Ida Bagus Nyoman Gelgel, S.Pd 30


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
berimplikasi pada hasil belajar yang suatu aktifitas (belajar). Model
maksimal pula. Sehingga pada penelitian pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa
ini menunjukkan bahwa siswa yang hanya sekedar mendengarkan, mencatat,
menggunakan LKS secara maksimal dan kemudian menghafal materi pelajaran, akan
hasil kerjanya sebagai bahan untuk tetapi melalui model pembelajaran berbasis
memberikan bantuan atau petunjuk- preskriptif siswa aktif berpikir,
petunjuk dalam proses belajar mengajar, berkomonikasi, mencari dan mengolah data
maka ditemukan perbedaan secara dan akhirnya menyimpulkan. Aktivitas
signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran diarahkan untuk
pembelajaran berbasis preskriptif dengan menyelesaikan masalah. Pemecahan
pembelajaran langsung terhadap hasil masalah dilakukan dengan menggunakan
belajarnya. pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir
Belajar atau pembentukan perilaku perlu dengan menggunakan metode ilmiah
dibantu dengan kondisi tertentu. Jadi untuk adalah proses berpikir deduktif dan
mendapatkan hasil yang optimal dalam induktif. Proses berpikir ini dilakukan
proses pembelajaran maka perlu secara sistematis dan empiris. Sistematis
dikondisikan dengan seperangkat model artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
pembelajaran. Dalam teori konstruktivis tahapan-tahapan tertentu, sedangkan
yang dikembangkan oleh Bruner (1960) empiris artinya proses penyelesaian
seorang ahli psikologi perkembangan dan masalah didasarkan pada data dan fakta
ahli psikologi belajar kognitif menyatakan yang jelas.
bahwa siswa harus menemukan sendiri dan Masalah yang diberikan dalam bentuk
mentransformasikan informasi kompleks, LKS yang hasilnya diperiksa dan
mengecek informasi baru dengan aturan- diidentifikasi tingkat kesulitan yang
aturan lama dan merevisinya apabila aturan dialami siswa kemudian membuat langkah-
itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar- langkah untuk membantu siswa,
benar memahami dan dapat menerapkan memberikan umpan balik atau memberikan
pengetahuan, mereka harus bekerja penjelasan langlah-langkahnya pada siswa.
memecahkan masalah, menemukan segala Melakukan evaluasi untuk mengetahui
sesuatu untuk dirinya, dan tingkat pemahaman siswa. Untuk itu buku
mengembangkan ide-ide yang mereka paket dan buku penunjang merupakan
miliki. Terkait dengan itu, dalam penelitian syarat mutlak yang harus dimiliki siswa
ini akan menggunakan dua model disamping yang lainnya.
pembelajaran, yaitu model pembelajaran Beberapa hasil penelitian telah
berbasis preskriptif yang mengacu pada menemukan bahwa model pembelajaran
teori konstruktivis diberikan pada berbasis preskriptif berpengaruh secara
kelompok eksperimen dan model signifikan terhadap hasil belajar
pembelajaran langsung diberikan pada matematika. Dengan demikian dalam
kelompok kontrol. Kedua model penelitian ini model pembelajaran berbasis
pembelajaran ini memiliki karakteristik preskriptif diduga dapat meningkatkan
yang sangat berbeda namun tujuannya hasil belajar matematika siswa. Disamping
sama, yaitu meningkatkan hasil belajar model pembelajaran berbasis preskriptif,
matematika. Dengan karakteristik yang pembelajaran langsung juga memiliki ciri-
berbeda diduga menghasilkan hasil belajar ciri yaitu memiliki tindakan-tindakan dan
matematika yang berbeda. keputusan-keputusan yang jelas dari guru
Model pembelajaran berbasis preskriptif selama berlangsungnya perencanaan, pada
pada prinsipnya adalah memberikan saat melaksanakan pembelajaran, dan
petunjuk-petunjuk atau ketentuan- waktu menilai hasilnya.
ketentuan yang sudah ditetapkan, sehingga Hasil penelitian ini sejalan dengan
mempermudah siswa untuk melakukan penelitian yang sebelumnya dilaksanakan

JURNAL INOVASI | Ida Bagus Nyoman Gelgel, S.Pd 31


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
oleh Penelitian yang dilakukan oleh Wirta 21,7% ke siklus II menjadi 86 dengan
dengan judul penelitian “Pengaruh ketuntasan klasikal 100%. (2) Penerapan
Diagnosis-Preskriptif Terhadap Hasil Model Pembelajaran Preskriptif dapat
Belajar Mahasiswa dalam Matakuliah Meningkatkan Motivasi Belajar
Analisis Vektor (Suatu Studi di FKIP Matematika Siswa Kelas X MIPA 1 SMA
Universitas Udayana Singaraja)”. Negeri 1 Selat Tahun Pelajaran 2018/2019.
Penelitian tersebut dilakukan pada tahun Rata-rata motivasi belajar siklus I sebesar
1989 dan variabel yang diteliti adalah 68,9 dengan kualifikasi sedang meningkat
Pembelajaran dengan metode ekspositori sebesar 23,4% menjadi 85,1 di siklus II
dengan bantuan diagnosis preskriptif, dengan kualifikasi tinggi.
Inteligensi, minat IPA, dan motivasi Berkenaan dengan hasil penelitian yang
berprestasi terhadap prestasi belajar diperoleh maka beberapa saran yang dapat
Analisis Vektor. Teori dasar yang diajukan adalah sebagai berikut. (1) model
digunakan dalam penelitian tersebut adalah pembelajaran berbasis preskriptif dapat
pendapat dari C.M. Charles. Dari hasil dijadikan salah satu model dalam
penelitiannya didapat bahwa nilai rerata pembelajaran matematika, (2) agar hasil
prestasi belajar mahasiswa yang diajar belajar matematika menjadi lebih baik,
dengan metode ekspositori berbantuan dalam implementasinya harus
diagnosis-preskriptif lebih tinggi secara mempertimbangkan kondisi siswa, (3) agar
signifikan dibandingkan dengan nilai rerata hasil belajar matematika siswa
prestasi belajar mahasiswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
dengan metode ekspositori. Selanjutnya berbasis preskriptif meningkat, dalam
penelitian dilakukan oleh Arifin dengan pengelompokkan siswa supaya
judul “Pengaruh Metode Pembelajaran menggunakan setting kooperatif yaitu
Preskriptif terhadap Hasil Belajar Statistik secara heterogen yang merupakan
Mahasiswa STKIP Hamzanwadi Selong campuran berdasarkan tingkat prestasi,
Tahun Ajaran 2006/2007”. Penelitian jenis kelamin, dan suku.
tersebut dilakukan pada tahun 2007 dan Daftar Pustaka
variabel yang diteliti adalah metode Arifin, S. 2007. Pengaruh Metode
pembelajaran preskriptif, motivasi belajar Pembelajaran Preskriptif terhadap
statistika, inteligensi, dan bakat numerik Hasil Belajar Statistik Mahasiswa
terhadap hasil belajar statistika. Teori yang STKIP Hamzanwadi Selong Tahun
digunakan dalam penelitian adalah teori Ajaran 2006/2007. Skripsi. STKIP
belajar dari Thorndike (1971). Hasil yang Hamzanwadi Selong.
didapat dalam penelitiannya bahwa Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis
pembelajaran preskriptif berkontribusi Kompetensi Mata Pelajaran
secara signifikan terhadap hasil belajar Matematika untuk Sekolah
statistika, setelah dikendalikan oleh Menengah Tingkat Pertama. Jakarta :
kovariabel Inteligensi, motivasi belajar, dan Pusat Kurikulum.
bakat numerik. Depdiknas. 2007. Manajemen
Penutup Pembelajaran Laboratorium dan
Berdasarkan hasil analisis data dan Model Penilaian Mata Pelajaran
pembahasan, dapat ditarik simpulan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
sebagai berikut. Penerapan Model Alam. Depdiknas.
Pembelajaran Preskriptif dapat Soleh, S. 1998. Strategi Belajar Mengajar
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Selat Bruner, J. S. 1960. The Process of
Tahun Pelajaran 2018/2019. Rata-rata hasi Education. New York: Vintage Book.
belajar matematika siswa siklus I adalah 71 Thinktep. 2008. Mengenal Karakteristik
dengan ketuntasan 67% meningkat sebesar Siswa.

JURNAL INOVASI | Ida Bagus Nyoman Gelgel, S.Pd 32


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
http://thinktep.wordpress.com/Acces
sed on 28 September 2010. Diakses
pada 10 Januari 2019
Thorndike, R. L. 1971. Educational
Measurement. Washington DC:
American Council on Education.
Wirta, I W. 1989. Pengaruh Diagnosis-
Preskriptif Terhadap Hasil Belajar
Mahasiswa dalam Matakuliah
Analisis Vektor (Suatu Studi di FKIP
Universitas Udayana Singaraja).
Laporan Penelitian. STKIP N
Singaraja.

JURNAL INOVASI | Ida Bagus Nyoman Gelgel, S.Pd 33


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
MEDIA PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PJJ)

Oleh
NI KADEK ARINI, S.PD

Abstrak
Guru dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di era pandemi memerlukan kejelian
dalam memilih media pembelajaran, media yang di pilih harus sesuai dengan kondisi
lingkungan peserta didik, kemapuan peserta didik, dan kesiapan jaringan online yang tersedia.
Penulisan Media Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bertujuan memberikan pemahaman berbagai
pilihan media pembelajaran, kelebihan dan kekurangan yang menjadi acuan guru-guru dalam
pembelajaran jarak jauh di sekolah

Kata-kata kunci : Media, Pembelajaran Jarak Jauh.

Pendahuluan 3. Penggunaan teknologi dalam


Kebijakan pemerintah di masa pandemi pembelajaran jauh
covid-19 untuk mencegah penularan Dari hal tersebut penulis bisa melakukan
penyakit yaitu dengan melakukan pembahasan dari sumber-sumber belajar
pembatasan kegiatan masyarakat. Salah mengenai pembelajaran jarak jauh.
satu adalah pembatasan kegiatan Pembahasan
pembelajaran tatap muka dalihkan menjadi Media pembelajaran merupakan alat
pembelajaran Jarak Jauh. Pembelajaran ini bantu untuk menunjang proses belajar
tidak terlepas dari kendala-kendala mengajar. Media pembelajaran yang
permasalahan persiapan sumber daya digunakan dalam masa pembelajaran
manusia dan fasilitas yang mendukung. menyusaikan dengan kondisi dan
Berbagai media pembelajaran dan lingkungan dalamm melaksankan
metode dilakukan untuk menghindari pembelajaran pada masa penademi
masalah masalah dari keterbatasan pembelajaran dilakuikan dengan system
lingkungan belajar, keterbatasan pembelajaran jarak jauh.
kemampuan siswa, dan hal hal yang Pengertian Pembejaran jarak jauh adalah
mendukung pembelajaran jarak jauh. pembelajaran yang dilakukan tanpa melalui
Dengan makin meningkatnya kasus covid tatap muka secara langsung dengan
19 maka pembelajaran jauh dimasa akan demikan media pembelajaran jarak jauh
datang akan menjadi pembelajaran yang adalah alat bantu dalam untuk menunjang
bisa dilanjutkan jika pandemi telah berakhir proses belajar mengajar tanpa melauio tatap
dengan melihat kekuatan dan kekurangan muka secara langsung.
pembelajaran jarak jauh sehingga bisa Pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang
mengevaluasi menghidari kekurangan dan dilakukan dapat di bagi dua, yakni : (1)
meningkatkan kekuatan dari pembelajaran Pembelajaran jarak jauh di didalam
jauh. Dari uraian diatas dapat kita bahasa jaringan(daring), (2) Pembelajaran jarak
beberapa mengenai pembelajaran jarak jauh di luar jarring(luring).
jauh. 1. Pembelajaran Jarak Jauh
1. Apakah kekuatan dan kelemahan media Pembelajaran jarak jauh di dalam
pembelajaran jarak jauh? jaringan (daring) sesui dengan
2. Media pembelajaran apa yang bisa pengertiannya daring terhubung dengan
dilakukan dengan pembelajaran jarak internet atau di dalam jaringan.
jauh Pembelajaran ini bisa dilakukan jika

JURNAL INOVASI | Media Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) 34


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
anak/siswa dan guru memiliki akses Clik sign in unruk masuk bisa digunakan
Pemilihan system pembelajaran ini account google setelah masuk bisa
memungkinakan guru dan siswa dapat menyiapak meeting jam dan link yang
berinteraksi dengan siswa secara aktif dan digunakan untuk zoom nantinya, di HP bisa
guru bisa memantau keadaan siswa. Dalam masuk penyedia masing layanan HP seperti
pembelajaran ini ada sesi sinkron dan google play untuk system android dan
asingkron, sesi singkron anak-anak secara diistall.
keseluruhan di berkumunikasi dengan guru, Zoom ini digunakan untuk pembelajaran
seangkan seksi asingkron siswa melakukan sesi singkron
atifitas secara mandiri mengerjakan tugas Kelemahan zoom meeting adalah
dan latihan, membaca namun secara penggunaan merukan panggilan video yang
progresif guru bisa memantau kemajuan memerlukan akses internet yang besar dan
siswa. stabil sehingga sulit dilakukan untuk siswa
Dalam kegiatan ini beberapa media yang yang jaringannya kurang bagus
teknologi dalam pengembangan b. Google meet
pembelajaran adalah sebagai berikut : Google meet merupakan layanan google
a. Zoom meeting yang digunakan dalam pemebelajan sesi
Zoom Meeting merupakan sebuah singkron yang digunakan untuk kegiatan
aplikasi video converence yang tatap muka
dikembangkan oleh perusahaan asal Fitur –fitur yanbg dimiliki google meet
Amerika Serikat (Zoom Video seperti (1) Dapat mengundang hingga 100
Communications, Inc). Yang bisa terinstal peserta per panggilan untuk pengguna G
di PC, Handphone yang bisa digunakan Basic Suite, 150 orang bagi pengguna G
untuk kegiatan tatap muka. Aplikasi ini Suite Business dan 260 orang per meeting
Aplikasi ini memilki beberapa fitur yang untuk pengguna yang membeli paket G
unggul seperti : (1) Penggunaan video dan Suite Enterprise, (2) Mempunyai
audio yangb berkualitas tinggi dan mampu kemampuan untuk bergabung dengan rapat
menampung peserta sampai 1000 orang, (2) dari web atau melalui aplikasi yang di instal
Keamana yang dilengkapi dengan oleh pengguna smartphone Android dan
Teknologi end-to-end encryotion dan juga iOS, (3) Kemampuan untuk melakukan
fasilitas sandi untuk peserta, (3) Rekaman. rapat online dengan nomor dial-in, (4) Jika
Aplikasi ini menyediakan rekaman yang pengguna edisi G Suite Enterprise memakai
bisa dibuka kapan saja untuk melihat nomor dial-in, maka kata sandi atau
kembali yang telah dilakukan, (4) Riwayat password pengguna akan terlindungi, (5)
obrolan untuk melihat kembali obrolan Integrasi dengan Google Calendar untuk
yang tercatat. melakukan panggilan rapat sekali klik, (6)
Cara menggunakan Zoom Meeting Berbagi layar untuk menyajikan dokumen,
Pada pc bisa di buka pada situs spreadsheet atau presentasi, (7) Panggilan
https://zoom.us/ terenkripsi di antara semua penggunanya,
(8) Teks tertutup yang dihasilkan oleh
adanya AI.
Penggunaan google meet masuk ke
account google langsung clik
https://meet.google.com/

JURNAL INOVASI | Ni Kadek Arini, S.Pd 35


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
pemberian tugas siswa, latihan dan tes
dalam satu kelas
Fitur-fiturn yang dimiliki oleh google
class adalah : (1) Pengkoordinasian kelas
secara menyeluruh, (2) Kalobari
pengajaran antara beberapa guru, (3)
Memiliki ruang forum untuk diskusi, (4)
Memiliki ruang penugas untuk memberi
latihan, (5) Rubrik penilaian.

Pada menu buat rapat baru untuk


digunakan sesi tatap muka dan undang
peserta untuk masuk dalamm room google
meet.
Kelemahan google meet hampir sama
dengan zoom memerlukan akses internet
yang cepat dan stabil
c. Whatsapp
Whatapp tersedia di semua versi seperti
HP, PC. Whatsapp merupakan aplikasi Kelemahan google classroom adalah
yang dikembangkan didirikan oleh Jan penggunaanya memerlukan pelatihan
Koum dan Brian Acton. Aplikasi ini khusus untuk anak-anak sekolah dasar
merupakan aplikasi untuk awalnya untuk e. Google jamboard
mengirimkan pesan berbagi gambar dan Pada masa pembelajaran tatap muka kita
file dalam perkembangkannya bisa di sediakan pembelajaran kelas media salah
gunakan untuk membentuk class/group satu media yang digunakan adalah papan
belajar dan bisa melalukan video call tulis. Pembelajaran jarak jauh juga
dengan group maksimal 50 orang. digunakan papan tulis virtual yang
dikembangan dengan berbasis android
yaitu jamboard. Dengan jamboard kita bisa
berinteraksi secara online menulis,
menggambar, memasukan catatan,
memasukan dokumen, yang bisa berinterasi
dengan siswa secara virtual. Dengan google
jamboard kita bisa menggunakan secara
gratis untuk kebutuhan pembelajaran jarak
Penggunaan whatsapp sangat familiar di jauh. Layanan ini bisa bisa digunakan pada
masyarakat dan mudah digunakan sehingga sesi singkron maupun asingkron. Bisa
banyak digunakan pembelajaran baik sesi masuk di https://jamboard.google.com/
sinkron maupun sesi asingkron. menggunakan account google.
Cara menggunakan masuk pada
penyedia layanan/aplikasi di cari dan install
atau kunjungi https://web.whatsapp.com/ di
PC. Untuk menggunakn versi web anda di
wajiban untuk mengistall versi Handphone.
d. Google Classroom
Google classroom adalah layanan
website yang disediakan oleh google untuk
pembalajaran untuk sesi asingkron
Tampilan jamboard seperti gambar.

JURNAL INOVASI | Ni Kadek Arini, S.Pd 36


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Kelemahan jamboard adalah perlu
penginstalan pada hp memerlukan memory
tambahan.
f. Buku elektonik
Beberapa media literasi membaca sudah
disediakan berbagai situs online baiak yang
disediakan oleh pemerintah mapun layanan
publik yang mengembangkan untuk
kebutuhan pembelajaran secara gratis.
Berikut beberapa situs rekomendasi untuk
media pembelajaran secara online : Kelemahaan penggunaan televisi adalah
1) Bse.kemdikbud.go.id tidak bisa diulang dan harus tepat waktu
2) Buku-elipi.go.id dalam belajar.
3) Google books: b. Radio
https://books.google.com/ Radio merupakan salah satu media
4) Perpustakaan online nasional : pembelajaran luring bisa dimanfaatkan
https://perpustakaan.id/ pembelajaran untuk yang tidak bisa
5) Ebook anak : dijangkau dengan internet. Penyiaran
https://www.ebookanak.com/ pembelajaran melaui radio dimanfaatkan
Kelemahaan buku elektronik adalah oleh dinas pendidikan atau guru dalam
penggunaan perlu pelatihan kelas mengajar secara luring. Sebelum
2. Pembelajaran jarak jauh di luar melakukan penyiaran harus terlebih dahulu
jarring(luring) mengadakan pengajuan kerjasama antara
Pembelajaran jarak jauh diluar jaringan penyedia siaran dan pihak yang akan
(Luring) merupakan pembelajaran yang menayangkan pembelajaran lewat radio.
dilakukan tanpa melalui jaringan internet. Kelemahanya pembelajaran
Pembelajaran ini dilkukan untuk membantu menggunakan suara tidak disertai dengan
anak-anak dalam belajar yang kesulitan gambar-gambar dan contoh sehingga
dari internet, terisolir, kurang mampu kesulitan siswa untuk embelajaran yang
dalam sarana prasarana agar dapat memerlukan media bisa dilihat.
mengikuti pembelajaran yang selayaknya. c. Modul/Media Cetak
Beberapa media yang digunakan dalam Pemberian modul pada siswa juga bisa
media pembelajaran adalah sebagai dilaksanakan untuk memeberikan siswa
berukut: mudah dalam belajar yang belum punya
a. Televisi akses internet. Pemberian modul ini melaui
Untuk membantu pelaksanakan perantara orang tua siswa dalam
pembelajaran pemerintah telah melakukan mengambil dan menyetor tugas siswa
pembelajaran mulalui televise TVRI bagi dengan prosudure dan jadwa sesuai
daerah yang kesulitan internet tapi bisa ketentuan mas pandemi.
dijangkau dengan siaran televisi. Berikut Kelemahaan tidak bisa berinteraksi
jadwal pembelajaran yang yang secara waktu sekarang (real time).
ditayangkan di televise : d. Media pembelajaran video, gambar,
dll yang bisa digunakan secara offline
Pemanfaatan media yang offline seperti
file video pembelajaran yang bisa diputar
secara offline oleh siswa, poster media,
gambar-gambar dan media yang ada
dilingkungan siswa yang mendukung
proses pembelajaran.

JURNAL INOVASI | Ni Kadek Arini, S.Pd 37


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Kelemahaan penggunaan media
pembelajaran memerlukan biaya tambahan
untuk memberikan/menyiapakan media
offline berupa disk/penyimpanan file video
dan juga pembuatan gambar sebanyak
siswa.
Kesimpulan
Pembelajaran jarak jauh dilakukan di
masa pandemi menggunakan berbagai
media pembelajaran dengan dua pilihan
yaitu secara daring dan luring yang masing-
masing pelaksanaanya menggunakan
media yang berbeda-beda sehingga banyak
pilihan yang bisa dilakukan oleh guru atau
mengguinakan keduanya sehingga proses
belajar bisa dilakukan dengan berbagai
kondisi sesui kebutuhan lingkunagan dan
giografis sekolah masing-masing.
Penggunaan berbagai media
pembelajaran yang dilakukan perlu dilihat
kelebihan dan kelemahaan yang
menyertainya hal ini berguna untuk
menentukan secara tepat media
pembelajaran yang akan menjadi pilihan
guru dalam melaksankan pembelajaran
jarak jauh di masa pandemi.
Daftar Pustaka
Sarwa,S.S.,M.M(2021), Pembelajaran
Jarak jauhKosep,Masalah, Dan
Solusi, Jawa Barat : Penerbit Adab.
Vanisa, (2021), Pengertian daring,
https://perpustakaan.id/pengertian
daring/#Related_posts, Tanggal
akses 11/09/2021
Dr Sukiman, M.Pd (2012), Pengembangan
Media Pembelajaran, Yogyakarta,
Pedagogia
Yusuf bilfagih, M.Nur qumarudin
,2002. Esensi Penyusuan Pembelajaran
Daring, Yogyakarta : Deeppubliser
Agus Sumatri dkk,2020. Booklet
pembelajaran daring, Jakarta :
Direktur jendral pendidikan tinggi
kemdikbud RI.

JURNAL INOVASI | Ni Kadek Arini, S.Pd 38


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN
KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKSANAKAN
PEMBELAJARAN

Oleh
NI LUH SARI SURYASTINI, S.PD.SD.

Abstrak
Kemampuan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran diukur dari bagaimana kemampuan
guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menyelenggarakan evaluasi pembelajaran.
Kondisi tersebut di SD Negeri 3 Padangkerta belum terwujud maksimal sehingga pada
pengamtan awal diperoleh capaian kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajran sebesar
57,78% dengan tingkat ketuntasan 0%. Berdasarkan hal tersebut dilaksanakan penelitian
tindakan sekolah yang mengacu pada program supervisi akademik kepala sekolah, yang
menyasar pada subjek penelitian sebanyak 8 orang guru. Penelitian yang diukur dengan
instrumen pengamatan tersebut memperoleh data yang diolah dengan menggunakan metode
deskriptif. Hasil penelitian telah berhasil, yang ditunjukkan dengan data siklus I dengan
capaian sebesar 68,45% dengan tingkat ketuntasan 37,50%, yang selanjutnya dituntaskan
dengan peningkatan pada siklus II dengan capaian 83,63% dengan tingkat ketuntasan sebesar
100%. Peningkatan tersebut telah melampaui indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan
dengan capaian sebesar 70% dan ketuntasan sebesar 85%. Berdasarkan capaian supervisi
akademik kepala sekolah tersebut capaian belajar siswa telah menempati katagori baik, dengan
tingkat ketuntasan baik individu maupun kelasikal yang baik.

Kata Kunci : Kemampuan Guru, Melaksanakan Pembelajaran, Supervisi Akademik Kepala


Sekolah

Pendahuluan bertemunya peserta didik dengan guru


Sistem pendidikan pada mula sebagai pengajarnya.
merupakan upaya untuk mengajarkan suatu Pengelolaan pendidikan berlandaskan
pengetahuan yang dimiliki generasi tua ke MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) tidak
kalangan generasi mudanya. Maka akan berjalan optimal jika hanya
pengetahuan dan keterampilan yang telah mementingkan bagaimana konten
ada tidak punah dan dapat digunakan dalam kurikulum itu dibelajarkan pada siswa oleh
rangka mempertahankan kehidupan yang guru dibiarkan berjalan sendiri tanpa
penuh dengan persaingan. Pengajaran pada pengawasan. Konsep kepengawasan dalam
kondisi awal muncul sebagai akibat dari ranah pendidikan juga turut mengalami
dinamika perubahan budaya mulai dari trnasformasi. Upaya mewujudkan
yang primitif hingga modern di masa kini. pendidikan yang memanusiakan manusia
Dunia pengajaran dan persekolahan saat ini adalah konsep penting dalam ajaran Ki
dikelola secara baik dengan sistem Hajar Dewantara dalam perpektif
pendidikan yang juga sangat kompleks pendekatan pendidikan humanistik menjadi
dengan dimensi yang sangat luas. warna sistem pengendalian dan
Pengajaran telah bertransformasi menjadi pengawasan penyelenggaraan pendidikan
pembelajaran, pengelolaan pendidikan berbasis supervisi saat ini. Peran
telah bertransformasi menjadi sistem pengawasan melalui pendekaan supervisi
pendidikan yang memerlukan sekolah dan telah dikaji dan diteliti sangat efektif dalam
ruang-ruang kelas sebagai tempat pengelolaan sekolah dalam upaya mencapai

JURNAL INOVASI | Melalui Supervisi Akademik Dapat Meningkatkan 39


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
tujuan pendidikan. Kepala sekolah sebagai masih menjadi karakter guru, (2)
pelaku pengelolaan pendidikan terdepan Kurangnya pemahaman guru tekait
saat ini diharapkan melakukan kegiatan pelaksanaan supervisi yang diselenggarkan
supervisi sebagai bagian dari upaya oleh kepala sekolah hanya sebatas
mengelola sekolahnya secara baik. pemenuhan administrasi kepala sekolah,
Strategi optimalisasi proses (3) Kurangnya update pemahaman guru
penyelenggaraan supervisi kependidikan terkait falsafah dasar pendidikan yang
menempatkan kepala sekolah sebagai pihak semestinya senantiasa disegarkan secara
yang paling berperan dalam berkelanjutan, (4) Kurangnya tantangan
mengidentifikasi permasalahan terhadap guru sehingga guru bekerja
pembelajaran seacara umum. Penulis dengan tingkat keterancaman profesi yang
sebagai kepala sekolah yang paling rendah, (5) Kurangnya kesadaran bahwa
bertanggunjawab dalam pengelolaan profesi guru tersebut adalah profesi mulia
sekolah di SD Negeri 3 Padangkerta yang harus dilaksanakan secara sungguh-
memandang bahwa identifikasi adalah sungguh.
kegiatan paling strategis sebagai langkah Berdasarkan uraian identifikasi masalah
awal dalam menangani masalah dengan di atas maka dibuat sebuah penelitian
baik. Secara umum permasalahan berjudul “Melalui Supervisi Akademik
pendidikan di SD Negeri 3 Padangkerta Dapat Meningkatkan Kemampuan Guru
adalah terletak pada tidak maksimalnya Dalam Melaksanakan Pembelajaran di
upaya guru dalam meningtkatkan hasil SDN 3 Padangkerta Tahun Pelajaran
belajar siswa. Hal ini terjadi dari tahun ke 2019/2020.” Sejalan dengan hal tersebut,
tahun, sehingga sangat jarang siswa dari SD tujuan dari dilaksanakan penelitian
Negeri 3 Padangkerta mampu berprestasi tindakan sekolah ini adalah: Melalui
pada lomba ilmu pengetahuan baik di penerapan supervisi akademik kepala
tingkat kecamatan maupun kabupaten. Hal sekolah dapat meningkatkan kemampuan
ini dapat dilihat dari capaian kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di
guru dalam melaksanakan pembelajaran SD Negeri 3 Padangkerta Tahun Pelajaran
dalam table berikut ini: 2019/2020.
Tabel 1 Data Capaian Kemampuan Guru Kajian Teori
Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Ketrampilan utama dari seorang kepala
sekolah adalah melakukan penilaian dan
pembinaan kepada guru untuk secara terus
Melihat fakta data di atas, capaian pra
menerus meningkatkan kualitas proses
siklus baru mencapai 57,78% dengan
pembelajaran yang dilaksanakan di kelas
tingkat ketuntasan 0%, maka dilaksakan
agar berdampak pada kualitas hasil belajar
penelitian tindakan sekolah dengan tujuan
siswa. Untuk dapat mencapai kompetensi
untuk meningkatkan kemampuan guru
tersebut pengawas diharapkan dapat
dalam melaksanakan pembelajaran yang
melakukan pengawasan akademik yang
baik.
didasarkan pada metode dan teknik
Berdasarkan masalah umum yang
supervisi yang tepat sesuai dengan
teridentifikasi berikut dapat diuraikan
kebutuhan guru (Permendiknas No 13
menjadi beberapa masalah khusus yang
tahun 2007).
lebih spesifik dari tidak tercapainya hasil
Supervisi akademik adalah kemampuan
belajar yang maksimal pada
kepala sekolah dalam melaksanakan
penyelenggaraan pendidikan di SD Negeri
pengawasan akademik yakni menilai dan
3 Padangkerta adalah sebagai berikut ; (1)
membina guru dalam rangka mempertinggi
Kurangnya motivasi bagi guru dalam upaya
kualitas proses pembelajaran yang
mengefektifkan proses pembelajaran
dilaksanakannya, agar berdampak terhadap
sehingga budaya lama dalam mengajar

JURNAL INOVASI | Ni Luh Sari Suryastini, S.Pd.SD. 40


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
kualitas hasil belajar siswa. Nolan (2011) Tujuan dari penyelenggaraan supervisi
menyebutkan, supervisi akademik intinya akademik menurut Sergiovanni &
adalah membina guru dalam meningkatkan Starratt,1979 adalah untuk meningkatkan ;
mutu proses pembelajaran. Sergiovanni (1) Interaksi tatap muka dan membangun
(dalam Direktorat PMPTK – Departemen hubungan antara guru dengan pengawas,
Pendidikan Nasional, 2008) menyatakan (2) Pembelajaran bagi guru dan pengawas,
bahwa sasaran supervisi akademik adalah (3) Meningkatkan belajar siswa melalui
guru dalam proses pembelajaran, yang peningkatan pembelajaran guru, (4) Basis
terdiri dar materi pokok dalam proses data untuk pengambilan keputusan, (5)
pembelajaran, penyusunan silabus dan Membangun kepercayaan pada proses, satu
RPP, pemilihan strategi/metode/teknik sama lain, dan lingkungan, (6) Mengubah
pembelajaran, penggunaan media dan hasil dengan pengembangan kehidupan
teknologi informasi dalam pembelajaran, yang lebih baik untuk guru dan siswa dan
menilai proses dan hasil pembelajaran serta pembelajaran mereka.
penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu Kemampuan Guru Melaksanakan
tujuan umum pembinaan pengaws melalui Pembelajaran
supervisi akademik ini menurut adalah (1) Merujuk pada kalimat kemampuan guru
menerapkan teknik dan metode supervisi dalam melaksanakan pembelajaran akan
akademik di sekolah dasar, dan (2) tercermin jika guru mampu memiliki
Mengembangkan kemampuan dalam kenerja berdasarkan kompetensi yang harus
menilai dan membina guru untuk dikuasainya. Kompetensi guru yang harus
mempertinggi kualitas proses pembelajaran dimiliki sesuai dengan Undang-Undang
yang dilaksanakannya agar berdampak Guru No 14 Tahun 2005 menyebutkan
terhadap kualitas hasil belajar siswa. bahwa kompetensi guru memuat 4 hal
Supervisi instruksional bertujuan untuk pokok yaitu; 1) Kompetensi Profesional
meningkatkan pertumbuhan, yang merupakan kemampuan guru dalam
pengembangan, interaksi, penyelesaian mengelola proses belajar mengajar,
masalah yang bebas kesalahan, dan sebuah penguasaan tentang konsep pada konten
komitmen untuk membangun kapasitas matri; 2) Kompetensi Pedagogik berkaitan
guru. Cogan (1973) penyusun kerangka erat dengan kemampuan guru terkait
supervisi klinis, meramalkan praktek yang strategi metodik pembelajaran; 3)
akan memposisikan guru sebagai pebelajar Kompetensi sosial terkait erat dengan
aktif. Lebih lanjut, Cogan menegaskan perluasan kemampuan guru dalam
bahwa guru memiliki kemampuan menjadi berinteraksi baik di sekolah dan di
penanggungjawab professional dan lebih masyarakat, mampu berperan sebagai agen
dari pada itu ia mampu menjadi perubahan di lingkungan masyarakat
“penganalisis kinerjanya sendiri, terbuka tempat tinggalnya; 4) Kompetensi
untuk membantu orang lain, dan keperibadian, dimana guru memiliki
mengarahkan diri sendiri”. Goldhammer karekter keperibadian yang layak
(1981) menyatakan bahwa supervisi diteladani, bertanggungjawab, berdedikasi
sebagai “sebuah proses sosial dari dan loyal terhadap profesinya.
stimulasi, pengasuhan, dan memprediksi Menurut Supriadi (1998) kinerja guru
pengembangan professional guru” dan akan menjadi lebih baik, bila seorang guru
pengawas sebagai “penggerak utama dalam memiliki empat hal yakni ; (1) Mempunyai
pengembangan secara optimum kondisi komitmen pada siswa dan proses
pembelajaran”. Apabila guru belajar dari belajarnya, (2) Menguasai secara
memeriksa praktiknya sendiri dengan mendalam bahan mata pelajaran yang akan
bantuan sejawat atau pengawas, diajarkan serta cara mengajarnya kepada
pembelajarannya menjadi lebih personal siswa, (3) Bertanggung jawab memantau
dan oleh karena itu lebih kuat. hasil belajar siswa melalui berbagai cara

JURNAL INOVASI | Ni Luh Sari Suryastini, S.Pd.SD. 41


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
evaluasi, (4) Guru mampu berpikir Samarinda”. 2) Penelitian yang
sistematis tentang apa yang dilakukannya diseleneggarakan oleh Riffa Hijriah (2011)
dan belajar serta pengalamannya. tentang Supervisi Akademik oleh Kepala
Evaluasi kinerja guru mutlak dilakukan, Sekolah di Sekolah Dasar se Kecamatan
karena masih terdapat banyak kinerja guru Bantul Yogyakarta.
yang kurang memadai, disamping itu guru Metode Penelitian
dituntut dapat mengikuti perkembangan Subyek dalam penelitian ini adalah Guru
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang SDN 3 Padangkerta, Kecamatan
terus berkembang pula dengan pesat. Istilah Karangasem Kabupaten Karangasem tahun
kinerja berasal dari bahasa inggris yaitu pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 8
Performance, berarti hasil kerja atau unjuk orang. Objek penelitian adalah penelitian
kerja yang dicapai seseorang atau tindakan sekolah melalui penerapan
sekelompok orang/organisasi tertentu. supervisi akademis kepala sekolah dapat
Istilah kinerja dapat diterjemahkan dalam meningkatkan kemampuan guru dalam
unjuk kerja, artinya kemampuan yang melaksanakan pembelajaran.
ditampilkan seseorang terhadap Penelitian ini diawali dengan tahap
pekerjaannya di tempat ia bekerja. Kinerja perencanaan yang ini berupa rancangan
merupakan suatu hal yang sangat esensial tindakan yang menjelaskan tentang
terhadap keberhasilan suatu pekerjan. Pada bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi Rancangan harus dilakukan bersama antara
kebutuhan atas dorongan tertentu. guru yang akan melakukan tindakan
Kebutuhan dipandang sebagai penggerak dengan peneliti yang akan mengamati
atau pembangkit perilaku, sedanghkan proses jalannya tindakan. Hal tersebut
tujuannya berfungsi untuk menggerakkan untuk mengurangi unsur subjektivitas
perilaku. Karena itu suatu kinerja yang pengamat serta mutu kecermatan
efektif bagi setiap individu, perlu pengamatan yang dilakukan. Tindakan
disiptakan sehingga tujuan lembaga dapat dilaksanakan dalam 2 siklus. Penelitian
tercapai secara optimal. Widyastono (1999) dilaksanakan selama 12 bulan (Juli 2019 s/d
berpendapat bahwa terdapat empat kreteria Juni 2020). Pelaksanaan direncanakan
yang erat kaitannya dengan kinerja guru, dalam 2 siklus, dimana masing-masing
yaitu kemampuan (1) merencanakan KBM, meliputi : a) perencanaan, b) tindakan, c)
(2) melaksanakan KBM, (3) melaksanakan pengamatan, d) refleksi. Tahapan ini sesuai
hubungan antar pribadi, dan (4) dengan rancangan Penelitian Tindakan
mengadakan penilaian. Sedangkan Suyud Sekolah (PTS) menurut (Arikunto,
(2005) mengembangakan kinerja guru Suharsimi, 2007;74) adalah seperti gambar
profesional meliputi: (1) penguasaan bahan berikut:
ajar, (2) pemahaman karakteristik siswa,
(3) penguasaan pengelolaan kelas, (4)
penguasaan metode dan strategi
pembelajaran, (5) penguasaan evaluasi
pembelajaran dan (6) kepribadian.
Kajian Penelitian Yang Relevan
Pelaksanaan supervise oleh kepala
sekolah sudah pernah dilakukan
sebelumnya diantaranya: 1) Penelitian yang
diselenggarakan oleh Windi Sulistianingsih Bagan 1. Bagan Siklus Penelitian
(2014) dengan judul “Peran Kepemimpinan Penelitian yang dilaksanakan di SDN 3
Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Padangkerta, Kecamatan Karangasem
Efektivitas Kerja Guru Di Sekolah Kabupaten Karangasem ini dilaksanakan
Menengah Kejuruan Negeri 10 Kota

JURNAL INOVASI | Ni Luh Sari Suryastini, S.Pd.SD. 42


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
dengan jadwal kegiatan sebagai berikut
seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan


pada penelitian ini beranjak pada variabel
yang dipakai yaitu supervisi akademik
terhadap kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Rancangan Sumber data yang digunakan dalam
instrumen penelitian seperti termuat dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu
tabel kisi-kisi atau panduan pengumpulan sebagai berikut: 1) Data guru diperoleh dari
data di bawah ini: data hasil pengamatan yang dikumpulkan
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian dengan menggunakan lembar observasi. 2)
Data pendukung lainnya sebagai bahan
penunjang untuk menguatkan hasil
pengamatan seperti dokumen RPP dan
foto-foto kegiatan.
Data hasil pengamatan yang telah
dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif
dengan menggunakan perhitungan statistik
deskriptif sederhana dengan langkah-
langkah sebagai berikut ; (1) Skoring,
merupakan proses pengukuran awal dengan
menggunakan lembar observasi dimana
pada setiap item pernyataan dibandingkan
dengan skala pembanding yang digunakan,
untuk selanjutnya dibubuhkan skor, (2)
Penjumlahan skor, yaitu skor yang
diperoleh dari setiap item pernyataan
berdasarkan pemilahan aspek kemampuan
guru (perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi), selanjutnya dijumlahkan, (3)
Konversi ke skala perseratus yang
selanjutnya diistilahkan dengan capaian,
dimana dari setiap jumlah skor pada setiap
aspek kemampuan guru (perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi) dibagi skor
maksimal dari masing-masing aspek.

JURNAL INOVASI | Ni Luh Sari Suryastini, S.Pd.SD. 43


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Angka itu selanjutnya dikalikan 100, (4) dilakukan oleh kepala sekolah diperoleh
Capaian kemampuan guru selanjutnya capaian sebesar 68,45% dengan tingkat
disajikan dalam bentuk data visual berupa ketuntasan sebesar 37,50%. Capaian
grafik, baik berdasarkan aspek sebesar itu belum menunjukkan
(perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi) keberhasilan pelaksanaan kegiatan supevisi
pada setiap siklus dan akumulasi akademik dalam rangka pelaksanaan
keseluruhan capaian, (5) Gambaran hasil penelitian tindakan sekolah. Hasil tersebut
penelitian tindakan sekolah yang tersaji masih menunjukkan capaian di bawah
tersebut selanjutnya dideskripsikan secara indikator kinerja yang ditetapkan yaitu,
verbal. Pada tahapan ini, akan diperoleh siklus dapat dilanjutkan jika capaian telah
gambaran kelemahan, kekuatan, peluang menunjukkan besaran 70% dengna tingkat
dan hambatan dari setiap tahapan tindakan, ketuntasan 85%. Berdasarkan hal itu maka
(6) Penarikan kesimpulan, bahwa upaya penelitian tindakan sekolah harus
yang dilaksanakan dalam penelitian dilanjutkan ke siklus II.
tindakan sekolah ini telah berhasil yang Siklus II
diperkuat dengan data statistik hasil Setelah dilakukan pengamatan dengan
perhitungan. menggunakan lembar observasi, yang
Penelitian tindakan sekolah yang datanya selanjutnya diolah pada tahapan
dilaksanakan dalam dua siklus dianggap analisis. Pelaksanaan ini membutuhkan
sudah berhasil apabila terjadi peningkatan waktu antara tanggal 10 s/d 15 Pebruari
kemampuan guru dalam melaksanakan 2020. Berdasarkan hasil analisis maka
pembelajaran jika telah memperoleh diperoleh data sebagai berikut:
capaian sebesar 70%, dengan tingkat Tabel 6. Hasil Penilaian Kemampuan Guru
ketuntasan dari capaian yang diperoleh Siklus II
sebesar 85%. Ketetapan ini dibuat
berdasarkan KKM sekolah tertinggi dari
masing kelas dan muatan pelajaran yang
dijadikan acuan dalam pelaksanaan
pembelajaran sehari-hari.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa
Pra Siklus pelaksanaan supervisi akademik dalam
Penelitian tindakan sekolah yang rangka penelitian tindakan sekolah yang
dilaksanakan ini menerapakan supervisi dilakukan oleh kepala sekolah diperoleh
akademis kepala sekolah untuk capaian sebesar 83,63% dengan tingkat
meningkatkan kemampuan guru dalam ketuntasan sebesar 100%. Capaian sebesar
melaksanakan pembelajaran sehingga hasil itu telah menunjukkan keberhasilan
belajar siswa meningkat. Kegiatan pelaksanaan kegiatan supevisi akademik
supervisi akademik tersebut dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan penelitian
melihat dari fakta kondisi awal yang tindakan sekolah. Hasil tersebut telah
selanjutnya disebut dengan pra siklus menunjukkan capaian melampaui indikator
dengan perolehan data sebagai berikut : kinerja yang ditetapkan yaitu, siklus
Tabel 4. Capaian Pra Siklus dikatakan berhasil jika capaian telah
menunjukkan besaran minimal 70% dengan
tingkat ketuntasan 85%. Berdasarkan hal
itu maka penelitian tindakan sekolah dapat
dihentikan karena telah mencapai dan
melampaui target yang ditetapkan seperti
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada indikator kinerja.
pelaksanaan supervisi akademik dalam Pembahasan Hasil Penelitian
rangka penelitian tindakan sekolah yang

JURNAL INOVASI | Ni Luh Sari Suryastini, S.Pd.SD. 44


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah proses supervisi akademik pada siklus I
pada siklus I yang berupaya memperbaiki telah menunjukkan peningkatan capaian
proses supervisi akademik pada pra siklus proses supervisi. Capaian itu disebabkan
telah menunjukkan peningkatan capaian oleh karena intensitas kepala sekolah dalam
proses supervisi. Capaian itu disebabkan memfasilitasi, membimbing dan
oleh karena intensitas kepala sekolah dalam mendampingi guru dalam perencanaan,
memfasilitasi, membimbing dan pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran
mendampingi guru dalam perencanaan, dilaksanakan jauh lebih intensif dari
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran sebelumnya. Kepala sekolah tidak segan-
dilaksanakan lebih intensif. Kepala sekolah segan untuk selalu merapatkan kembali
merapatkan kembali para guru ketika para guru ketika pelaksanaan pembelajaran
pelaksanaan pembelajaran yang yang diselenggarakan belum sepenuhnya
diselenggarakan belum sepenuhnya baik baik dengan acuan instrumen pengamatan
dengan acuan instrumen pengamatan penelitian yang digunakan.
penelitian yang digunakan. Hal yang paling penting pada siklus ini
Hal yang paling penting pada siklus ini dilakukan adalah kepala sekolah selalu
dilakukan adalah kepala sekolah sering memberikan motivasi agar para guru
memberikan motivasi agar para guru senantiasa meningkatkan kemampuannya
senantiasa meningkatkan kemampuannya untuk merefleksi diri dan mengemukakan
untuk merefleksi diri dan mengemukakan permasalahannya baik dengan berdiskusi
permasalahannya baik dengan berdiskusi dengan teman sejawat maupun kepala
dengan teman sejawat maupun kepala sekolah. Kepala sekolah menyampaikan
sekolah. Kepala sekolah menyampaikan penghargaan sebesar-besarnya kepada guru
penghargaan sebesar-besarnya kepada guru yang telah berterus terang dalam
yang telah berterus terang dalam menyampaikan permasalahan yang
menyampaikan permasalahan yang dihadapinya. Kepala sekolah selalu
dihadapinya. Pada siklus I, hasil belajar memberikan alternatif solusi sebagai
siswa telah meningkat dari pada kondisi bentuk pemecahan masalah atas
awal dengna rata-rata capaian yang sudah permasalahan yang dihadapi gurunya.
cukup baik, dengan ketuntasan individu Pada siklus II ini, kepala sekolah
maupun kelasikal yang sudah cukup tuntas, menempatkan diri sebagai fasilitator dan
Hal ini tercermin dari hasil penilaian yang kontributor dalam membimbing,
dilakukan oleh guru pada saat mendampingi para guru sehingga capaian
penyelenggaran evaluasi sumatif, atau peningkatan kemampuan guru dalam
ketika menyelesaikan satu tema bahasan, merencanakan, melaksanakan dan
Berikut adalah gambaran peningkatan mengevaluasi pembelajaran terjadi
capaian siklus I seperti gambar grafik di peningkatan dari kondisi sebelumnya.
bawah ini : Tidak jarang kepala sekolah dalam
melakukan supervisi berkunjung ke kelas
dan membimbing guru satu persatu secara
intensif. Kepala sekolah memberikan
catatan langsung atas solusi permasalahan
bagi guru yang menemukan hambatan
dalam pelaksanaan pembelajarannya.
Setiap akhir minggu kepala sekolah
menugaskan guru untuk melaporkan
capaiannya kepada kepala sekolah.
Grafik 1. Capaian Siklus I Berdasarkan laporan itu kemudian kepala
Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah sekolah memberikan saran dan masukan
pada siklus II yang berupaya memperbaiki atas permasalahan yang dihadapi.

JURNAL INOVASI | Ni Luh Sari Suryastini, S.Pd.SD. 45


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Pelaksanaan pembimbingan, digambarkan pada gambar grafik di bawah
pendampingan dan fasilitasi juga ini :
memanfaatkan Whatsaap Grup sekolah
sebagai media untuk memotivasi para guru
secara intensif. Pola pikir para guru tetap
dirangsang untuk senantiasa menyesuaikan
dengan perubahan yang sedang terjadi baik
akibat dari beragam tindakan yang
dilakukan oleh kepala sekolah, atau karena
inisiatif guru sendiri untuk memotovasi diri
dalam melakukan perubahan.
Grafik 3. Peningkatan Capaian
Berikut adalah gambaran peningkatan
Kemampuan Guru per Siklus
capaian siklus II seperti gambar grafik di
Kesimpulan
bawah ini :
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan
diskusi dapat disimpulkan bahwa tujuan
dilaksanakannya penelitian ini telah dicapai
dengan berhasil meningkatkan kemampuan
guru dalam merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi pembelajaran dimana
yang beranjak dari kondisi awal atau pra
Grafik 2. Capaian Siklus II siklus memperoleh capaian sebesar 57,78%
Melihat keseluruhan siklus yang dengan tingkat ketuntasan 0% meningkat
dilaksanakan pada penelitian tindakan ke siklus I, dengan capaian 68,45% dengan
sekolah, baik mulai dari tahapan pra siklus, tingkat ketuntasan 37,50%, yang
siklus I dan siklus II maka telah terjadi selanjutnya dituntaskan dengan
peningkatan yang sangat pesat. Sekali lagi peningkatan pada siklus II dengan capaian
peningkatan itu terjadi karena intensitas 83,63% dengan tingkat ketuntasan sebesar
pembimbingan, fasilitasi dan 100%. Peningkatan tersebut telah
pendampingan kepada guru mulai dari melampaui indikator keberhasilan
perencanaan, pelaksanaan sampai pada penelitian yang ditetapkan dengan capaian
evaluasi pembelajaran. Proses sebesar 70% dan ketuntasan sebesar 85%.
pendampingan, fasilitasi dan Berdasarkan capaian supervisi akademik
pembimbingan setiap tahapan siklus kepala sekolah tersebut capaian belajar
dilakukan dengan presisi yang tinggi, siswa telah menempati katagori baik,
karena berdasarkan refleksi dari kegiatan dengan tingkat ketuntasan baik individu
penelitian tindakan sekolah sebelumbnya. maupun kelasikal yang baik.
Refleksi menggunakan temuan hasil Daftar Pustaka
tahapan sebelumnya, yang selanjutnya Arikunto, Suharsini. 2007. Penelitian
dibandingkan dengan acuan kreteria pada Tindakan Kelas. Jakarta : PT.Bumi
lembar pengamatan yang digunakan Aksara.
menjadi landasan kepala sekolah menjadi Cogan, M.L. 1973. Clinical supervision.
peneliti, selalu merubah dan Boston: Houghton Mifflin
menyempurnakan strategi pelaksanaan Departemen Pendidikan Nasional, 2005.
penelitian tindakan sekolah secara Undang-Undang Nomor 14 Tahun
berkelanjutan. 2005, Tentang Guru dan Dosen,
Gambaran capaian para guru pada siklus Jakarta: Depdiknas.
II telah menunjukkan peningkatan jika Direktorat Tenaga Pendidik – Dirjen
dibandingkan dengan siklus I, seperti PMPTK – Depdiknas RI, 2008,
Metode dan Teknik Supervisi,
Jakarta.

JURNAL INOVASI | Ni Luh Sari Suryastini, S.Pd.SD. 46


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Goldhammer, R, R.H. Anderson, dan R.A.
Krajewski. 1981. Clinical
Supervision; Special Methods for the
Supervision of Teaching. Second
Edition. New York: Holt, Rinehart,
and Winston.
Hijrah, Riffa. 2011. Supervisi Akademik
oleh Kepala Sekolahdi Sekolah Dasar
Se Kecamatan Bantul. Tesis.
Yogyakarta. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Nolan, J.F. 2011. Teacher Supervision and
Evaluation. Wiley: United State of
America.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.
13 tahun 2007 tentang Standar
Kompetensi Kepala
Sekolah/Madrasah, Jakarta.
Sergiovanni, T.J. dan R.J. Starrat. 1979.
Supervision: Human Perspective.
New York: McGraw-Hill Book
Company.
Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan
Martabat Guru. Yogyakarta : Adicita
Karya Nusa.
Widyastono, Herry. 1999. Kinerja Guru.
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan
No.20 Tahun ke-5, Desember.
Windi Sulistianingsih, 2014 eJournal
Administrasi Negara: Peran
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam Meningkatkan Efektivitas
Kerja Guru Di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 10 Kota Samarinda,
Volume 5, Nomor 3, 2014

JURNAL INOVASI | Ni Luh Sari Suryastini, S.Pd.SD. 47


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
KECERDASAN JAMAK (MULTIPLE INTELLIGENCES)

Oleh
I MADE RAGA JENYANA, S.PD.SD

Abstrak
Beberapa orang berpandangan tentang kecerdasan mengacu pada nilai tinggi di semua mata
pelajaran, adanya perbedaan pandangan tentang kecerdasan membuat penulis perlu
menjelaskan tentang kecerdasan. Penulisan artikel Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences)
bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang teori kecerdasan jamak dari berbagai sumber.
Metode penulisan artikel ini adalah mengkaji tentang teori Howard Gardner dan ahli
pendidikan lainnya tentang kecerdasan jamak (multiple intelligences). Hal ini diperlukan
sebagai acuan guru-guru dan masyarakat pada umumnya untuk menerapkan dalam
pembelajaran anak didik.

Kata-kata kunci: Kecerdasan, Jamak

Pendahuluan nilai baik di semua mata pelajaran.


Kemajuan suatu negara tidak terlepas Pelajaran yang dianggap penting adalah
dari kemajuan pendidikan. Kemajuan ilmu pengetahuan alam, fisika, dan
pendidikan terlihat dari sumber daya yang matematika. Anak-anak dipaksa untuk
mumpuni, professional, berkarakter baik, belajar untuk memenuhui tuntutan orang
berdaya saing yang tinggi, ulet dan tekun tua. Anak-anak diberikan les pelajaran yang
dalam bekerja. mereka tidak sukai.
Tujuan pendidikan nasional sesuai Dari hasil penelitian selama ini
dengan undang-undang Pendidikan No 20 kesenjangan harapan pendidikan nasional
tahun 2003 yang berbunyi “Pendidikan agar anak mengembangkan potensinya
nasional berfungsi mengembangkan belum tercapai sepenuhnya dengan
kemampuan dan membentuk watak serta demikian penulis akan membahas tentang
peradaban bangsa yang bermartabat dalam multiple intelligences (kecerdasan
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, majemuk) untuk mengetahui berbagai
bertujuan untuk berkembangnya potensi potensi-potensi yang terdapat pada anak.
peserta didik agar menjadi manusia yang Pembahasan
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Kecerdasan dalam kamus bahasa
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, Indonesia berarti kepandaian, ketajaman
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga pikiran sedangkan jamak berarti lebih dari
negara yang demokratis serta bertanggung satu. Kecerdasan jamak secara arti kata
jawab.” kecerdasan/kepandaian lebih dari satu atau
Dalam tujuan nasional pendidikan banyak. Keceradasan jamak menyatakan
nasional secara eksplisit tertulis bahawa setiap manusia memiliki potensi
mencerdaskan kehidupan bangsa untuk kecerdasan yang berbeda antara satu
berkembanya potensi peserta didik yang dengan yang lainnya, sehingga kecerdasan
artinya memberikan kesempatan anak menempatkan manusia memiliki
untuk mengembangkan potensi yang kecerdasan atau semua manusia lahir
dimilikinya. memiliki kecerdasan dan perlu
Dalam kehidupan sehari-hari di dikembangakan sesui dengan potensinya.
masyarakat banyak beranggapan bahwa Latar belakang lahirnya penemuan
anak pintar adalah anak yang mempunyai kecerdasan jamak adalah cerita ahli –ahli

JURNAL INOVASI | Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences) 48


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
dunia yang masa kecilnya dikatakan bodoh ini bisa berkembang dapat dilakukan
tetapi berhasil dalam hidupnya yaitu dengan
Thomas Alva Edison yang masa sekolah 1. Metode bercakap–cakap
yang dikatakan bodoh oleh gurunya dan Melakukan percakapan dengan
terpaksa diberhentikan sekolah tetapi merupakan pendekatan awal untuk
merupakan memiliki banyak penemuan. anak dari keluarga dan lingkungan
Albert Einstein sekarang dikatakan orang sosial yang terdekat. Hal ini berguna
sangat cerdas penemu bidang fisika pada untuk menambah perbendaharaan
masa sekolah tidak bisa lulus dari kata, menambah keberanian untuk
sekolah.dan masih banyak ahli-ahli dunia menyampaikan ide atau gagasan
yang gagal dalam usia sekolah namun bisa terhadap orang lain, melatih
sukses di masa depan. mendengar ide atau gagasan dari
Kecerdasan Jamak (Multiple orang lain. Metode ini sangat mudah
Intelligences) ditemukan dan dan efektif untuk dilakukan dari usia
dikembangkan oleh Howard Gardner, dini.
seorang psikolog perkembangan dan 2. Metode bercerita
profesor pendidikan dari Graduate School Bercerita merupakan media untuk
of Education, Harvard University, Amerika menyampaiakan gagasan dan anak
Serikat. Menurut gardner kecerdasan bukan berusaha menangkap gagasan yang
diukur dengan menjawab soal-soal namun terkandung di dalam cerita. Bercerita
orang dikatakan cerdas jika bisa harus disesuaikan dengan tingkatan
menyelesaikan masalah sehari-hari dalam usia , cerita yang diberikan harus
dunia nyata. bersifat menyenangkan dan menarik,
Pertama kali Gardner memetakan 8 memberikan pengetahuan tentang
kecerdasan keadaan lingkungan yang bermakna
1. Kecerdasan Verbal-Linguistik ada paduan tentang bercerita dapat
Linguistik artinya menyangkut kita pedomi sebagai guru (1)
kemampuan berbahasa Kecerdasan verbal- Membaca langsung dari buku cerita;
linguistik adalah kemampuan untuk (2) Menceritakan dongeng; (3)
menggunakan bahasa, termasuk bahasa ibu Bercerita dengan menggunakan
dan bahasa-bahasa asing, untuk ilustrasi gambar dari buku; (4)
mengekspresikan apa yang ada di dalam Bercerita menggunakan papan flanel;
pikiran dan memahami orang lain. (5) Bercerita dengan menggunakan
Kecerdasan verbal linguistic ini sangat media boneka; serta (6) Bercerita
perlu dikembangkan kepada anak untuk dengan menggunakan atau
menyampaikan gagasan atau ide kepada memainkan jari-jari tangan
orang lain. Anak yang memiliki 3. Metode bernyanyi
kemampuan ini bisa berguna di masa depan Kegiatan bernyanyi dapat dilakukan
dalam profesi dalam berbicara, menangkap untuk melatih kemampuan verbal-
ide dan mengkomunikasikan kembali. linguistik anak yang berguna
Kemampuan ini diperlukan bagi mereka menambah percaya diri, menambah
menjadi pembicara-pembicara seperti daya ingat, kosakata, keruntutan, dan
presenter, motivator, orator, pemandu, dan juga bisa sambil mengembangkan
lainnya. motorik anak.
Pentingya kecerdasan ini untuk 2. Kecerdasan Logis-Matematik
menyampaikan gagasan atau ide kepada Kecerdasan ini berhubungan dengan
orang lain yang diperlukan dari tahap awal kemampuan penalaran, manipulasi objek
perkembangan anak dari mulai belajar dan melakukan manipulasi bilangan,
berucap dan berkomunikasi dengan orang kuantitas, dan operasi. Anak yang memiliki
tua mereka. Pembelajaran agar kemampuan kecerdasan ini sangat senang berhitung,

JURNAL INOVASI | I Made Raga Jenyana, S.Pd.SD 49


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
melakukan eksperimen mengetahui kausal memberikan gambaran visual yang
atau sebab akibat terjadinya sesuatu. Masa jelas saat menceritakannya.
depan anak yang memiliki kecerdasan ini 2. Mudah membaca peta atau diagram.
adalah ahli fisika dan matematika, teknik, 3. Mampu menggambar sama persis
permesinan, arsitek, dan yang lainya yang dengan wujud aslinya.
berhubungan dengan penalaran dan 4. Tidak mengalami banyak kesulitan
matematika. saat memainkan puzzle, rubik, atau
Beberapa ciri anak yang memiliki permainan mencari persamaan dan
kecerdasan logis perbedaan dua gambar.
1. Sering bertanya dan menuntut 5. Senang melihat film, slide, foto,
jawaban yang masuk akal atau karya seni rupa lainnya.
2. Ketika ditanya bisa memberikan 6. Bercita-cita menjadi seorang
jawaban yang logis, begitupun jika pelukis, fotografer, atau arsitek.
ditanya bisa menjelaskan dengan 7. Senang mencorat-coret atau
sistematis dan logis memberi warna (stabilo) pada
3. Keinginan untuk mengeksplorasi catatan.
sangat besar 8. Lebih memahami bacaan
4. Menyukai dengan hal-hal yang ensiklopedi anak atau bacaan
berhubungan dengan angka bergambar lainnya daripada novel,
5. Senang mengamati berbagai hal dan surat kabar, atau bacaan yang jarang
mengamati cara kerja satu persatu. terdapat gambar-gambar.
Beberapa langkah pembelajaran yang 9. Lebih senang melihat televisi
dapat mengembangkan kecerdasan logis- daripada mendengarkan radio.
matematik pada usia awal sekolah 10. Unggul pada mata pelajaran seni
1. Mengenalkan anak dengan kegiatan rupa.
bermain, bernyanyi. Pembelajaran yang sesuai dengan
2. Melakukan kegiatan menghitung perkembangan anak yang memiliki
benda kecenderungan kecerdasan visual-spasial
3. Membandingkan benda yang sesuai adalah :
4. Mengenalkan alat ukur 1. Menggambarkan materi dengan
3. Kecerdasan Visual-Spasial bentuk simbol-simbol visual.
Kecerdasan visual-spasial ini 2. Menggambarkan materi dengan
berhubungan visual yaitu gambar, anak berbagai warna untuk menegaskan
yang memiliki kecerdasan ini berpikir konsep yang dianggap penting
dengan visual gambar dan sangat baik jika 3. Membuat asosiasi materi dengan
dalam belajar diberikan dengan gambar- gambar-gambar yang menarik
gambar, film, demonstrasi dengan alat 4. Membuat sketsa gagasan atau peta
peraga konsep untuk menggambarkan poin
Masa depan anak-anak yang memiliki penting suatu materi.
kecerdasan ini adalah Arsitek, seniman, 5. Penggunaan simbol-simbol grafis
desainer mobil, insinyur, desainer grafis, dalam penjelasan konsep di papan
programer komputer, perancangan interior, tulis. Misalnya, pada materi struktur
dan fotografer 4. Kecerdasan berirama-musik
Amstrong (2002: 12) mengemukakan Kecerdasan berirama-musik adalah
ciri kecerdasan visual spasial dalam kapasitas berpikir tentang music seperti
kehidupan peserta didik sehari-hari, mampu mendengar, mengenal, mengingat,
sebagai berikut: dan bahkan memanipulasi pola-pola music.
1. Senang berimajinasi dengan tokoh Profesi yang sesui dengan kecerdasan ini
kartun yang diminati dan mampu adalah penyanyi, instrumental, dan
pencipta lagu.

JURNAL INOVASI | I Made Raga Jenyana, S.Pd.SD 50


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Anak yang memiliki kecerdasan ini melakukan pembelajaran dengan
memiliki ciri-ciri : aktifitas yang banyak kita bisa
1. Suka bersenandung mebangkitakan fokus anak dalam
2. Suka menyanyi belajar dan senang melakukannya.
3. Suka “menciptakan” lagu sendiri b. Ajak Eksperimen
4. Peka terhadap musik Melakukan eksperimen merupakan
5. Mengetuk-ngetukkan jari tangan atau kegiatan yang menyenangkan bagi
membuat bunyi berirama siswa yang memiliki kecerdasan
6. Menikmati musik dengan kinestetik, dengan melibatkan
menggerak-gerakkan kaki atau aktivitas dalam eksperimen dan
mengangguk-anggukan kepala memberikan ilmu baru melalui
(Schmidt, 2002: 34) kegiatan eksperimen
7. Mudah mengingat melodi lagu c. Membuat permainan
8. Lebih mudah “belajar” dengan Permainan yang melibatkan kegiatan
iringan musik fisik seperti meraba dan meremas
Pembelajaran yang sesuai dengan merupakan kegiatan yang
kecerdasan berirama-musik menyenangkan. Guru harus bisa
1. Mengawali pembelajaran dengan menyampaikan pembelajaran dengan
bernyanyi bersama bermain
2. Mengaitkan pembelajaran dengan d. Ajak membuat skala prioritas
nyanyian contoh pembelajaran Ajak siswa melakukan penjadwalan
perkembangbiakan tumbuhan bisa kegiatan membagi waktu istirahat
digunakan dengan nyanyian dan belajar
“menanam jagung” Perencanaan tentang pembelajaran yang
3. Membuat video pembelajaran yang melibatkan aktivitas menyebabkan siswa
berisi music latar. akan terdorong lebih banyak untuk
5. Kecerdasan Jasmani-kinestetik melakukan dan mencari tahu tentang
Kecerdasan kinestetik merupakan pelajarannya. Anak yang memiliki
kecerdasan yang dimiliki oleh anak yang kecerdasan kinestetik merupakan anak
untuk menggunakan bagian tubuhnya untuk yang membutuhkan aktivitas yang banyak
melakukan sesuatu seperti berlari, dalam belajar.
melompat, menari dan lainnya. Profesi 6. Kecerdasan Interpersonal
anak yang memiliki kecerdasan kinestetik Kecerdasan interpersonal merupakan
adalah berhubungan dengan olahraga, kemampuan anak untuk berinteraksi
penari dan pekerjaan yang berhubungan dengan dengan orang lain dan
yang memerlukan bergerak. Adapun ciri- lingkunganya. Profesi yang memiliki
ciri anak yang memiliki kecerdasan kecerdasan interpersonal adalah networker,
kinestetik adalah : negosiator, guru/dosen.
1. Aktif bergerak Ciri-ciri yang anak yang memiliki
2. Memiliki kemampuan kasar motorik kecerdasan ini adalah.
3. Tidak betah diam dan membaca 1. Piawai dalam berkomunikasi
4. Suka melakukan Eksperimen Dalam hal ini anak yang memiliki
5. Koordinasi gerak sangat baik kecerdasan ini sangat senang
6. Banyak menggunakan indra peraba berinteraksi dengan orang lain, sangat
Kegiatan yang bisa dilakukan untuk piawai berkomunikasi dengan orang
pembelajaran yang memiliki kecerdasan lain baik dalam kelas maupun secara
jasmani-kinestetik individu.
a. Aktivitas fisik 2. Dapat menyampaikan pendapat
Anak dengan kecerdasan kinestetik Dapat menyampaikan pendapat
senang melakukan aktivitas dengan dengan jelas dan gamblang baik

JURNAL INOVASI | I Made Raga Jenyana, S.Pd.SD 51


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
secara individu maupun di depan bermain peran, pidato dan aktivitas lainnya
publik yang melibatkan interaksi antar personal.
3. Cocok bekerja dalam kelompok 7. Kecerdasan Intrapersonal
Pengamatan dalam bekerja di Kecerdasan intrapersonal merupakan
kelompok anak sangat bisa kecerdasan untuk memahami atau
membantu kelompok untuk mengetahui diri sendiri. Profesi yang cocok
berkomunikasi terhadap kelompok. dengan kecerdasan ini adalah konselor
4. Pemimpin yang baik edukasi, pengarahan, sekolah dan vokasi
Anak dengan kecerdasan ini selalu serta teolog
bisa mengkomunikasikan kegiatan Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan
kelompok tampil sebagai didepan intrapersonal adalah :
menyampaikan gagasan terhadap 1. Senang mengajak teman bermain dan
kelompok. juga bisa asyik bermain sendiri.
5. Peka terhadap perasaan orang lain 2. Senang merenung dan berpikir ketika
Anak dengan kecerdasan sendirian
interpersonal selalu peka dengan 3. Sering mengucapkan cita-citanya
keadaan emosional dan situasi di kepada orang lain
sekitarnya dengan melakukan 4. Mampu menetapkan waktu atau
interaksi sederhana. target bermain
6. Percaya diri 5. Memiliki motivasi yang tinggi ketika
Selalu percaya diri untuk bermain.
mengkomunikasi ide dan gagasan Seorang anak yang memiliki kecerdasan
dan berinteraksi dengan teman – ini akan bisa menemukan kelemahan dan
temanya. kelebihan dirinya, dan bisa memotivasi
7. Solidaritas tinggi dirinya untuk melakukan sesuatu yang dia
Memiliki rasa soladaritas dengan inginkan. Pembelajaran yang bisa
teman, mengetahui keadaan yang dilakukan adalah dengan anak diajak
dialami oleh temannya dan membuat rencana harian, kegiatan harian
perasaanya. dan evaluasi yang sudah dilakukan untuk
8. Pendengar yang baik kemajuan anak tersebut dan apa yang sudah
Karena mengetahui perasaan baik dan apa belum berjalan dalam
temanya maka anak dengan kegiatan. Anak dengan kecerdasan ini dapat
kecerdasan ini akan selalu menjadi menentukan tujuan sesuai dengan urutan
pendengar yang baik dan menjadi kegiatan sendiri kecerdasan ini sangat
konselor yang baik bagi temannya berguna untuk kemajuan diri oleh dirinya
9. Membuat orang lain nyaman sendiri.
Karena selalu menjadi pendengar dan 8. Kecerdasan Naturalistik
mengetahui perasaan temannya maka Kecerdasan Naturalistik adalah
orang lain merasa nyaman dan selalu kemampuan untuk mengidentifikasi
ingin dekat dengan si anak. lingkungan atau alam sekitar. Anak dengan
Pembelajaran yang bisa dilakukan untuk kecerdasan ini sangat menyukai lama
menumbuh dan mengembangkan anak sekitarnya dan selalu memperhatikan yang
yang memiliki kecerdasan ini adalah terjadi dengan alam sekitarnya. Profesi
dengan memberikan aktivitas yang yang bisa diperoleh dengan kecerdasan ini
memberikan pengalaman yang membekas adalah petani, pendaki, pemburu,
seperti camping, olahraga, aktivitas sosial penjelajah alam, guide tour, penyelamat
yang bertemu dengan orang baru. Aktivitas lingkungan hidup, ilmuan, ahli botanikal,
yang bisa dilakukan disekolah adalah dll
dengan melakukan diskusi antar kelompok, Ciri-ciri yang memiliki kecerdasan
naturalistik

JURNAL INOVASI | I Made Raga Jenyana, S.Pd.SD 52


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
- Suka bepergian atau hiking (naik kecerdasan anak sehingga anak sepenuhnya
gunung) berkembang sesuai dengan kodratnya.
- tertarik pada objek wisata pantai dan Memandang anak merupakan individu
pegunungan yang cerdas hanya berbeda kecerdasan
- gemar memasak yang dimiliki oleh anak, Pengajaran
- suka fotografi atau videografi berdasarkan kecerdasan majemuk
- suka menonton acara televisi tentang mendapat keuntungan (1) membantu
flora atau fauna kesuksesan anak suatu saat nanti sesuai
- mudah mengingat detail sebuah dengan bidang kecerdasanya. (2) membuat
lokasi pembelajaran lebih menyenangkan, (3)
- suka berkemah di alam terbuka Peduli dengan perbedaan individu, dan (4)
- menikmati liburan ke taman safari mengoptimalkan potensi siswa.
atau kebun binatang Dengan pembelajaran yang sesuai
- peduli terhadap lingkungan hidup dengan kecerdasan masing-masing siswa
- suka mengikuti organisasi pencinta akan memberikan potensi atau kecerdasan
alam yang dimiliki oleh anak bisa diketahui lebih
- tertarik dengan jenis binatang atau awal dan mengubah gaya belajar yang
tumbuhan yang aneh sesuai hal ini akan meningkatkan
- suka berkebun kompetensi khusus yang dimiliki anak
Pembelajaran yang bisa dilakukan semakin berkembang dan ahli
adalah pembelajaran dengan melakukan menumbuhkan kepercayaan diri dan
kegiatan dialam atau outdoor, terjun semangat belajar.
langsung ke lingkungan yaitu Daftar Pustaka
bereksperimen dengan lingkungkungan Selfa Marianti,dkk(2019), Meningkatkan
tumbuhan dan hewan, melakukan kegiatan Kecerdasan naturalis Melalui Metode
pemeliharaan tumbuhan dan hewan, Pembelajaran outing class pada
melakukan kunjungan museum geologi, Kelompok B TK Aisyiyah
dan melakukan kegiatan –kegiatan bengkulu,Bengkulu :Jurnal Ilmiah
berhubungan dengan lingkungan. Guru bisa Potensia
mendesain pembelajaran berbagai bidang Sri Weni Utami, Multiple
pembelajaran yang dikaitkan dengan intelligences:Platform Global Paling
lingkungan. Efektif Untuk Pendidikan abad 21
Kesimpulan dalam Pendidikan dan Pembelajaran,
Pembagian delapan kecerdasan yang Malang :Universitas Negeri Malang
ditulis oleh Howard Gardner merupakan Hanafi (2016), Pemilihan Profesi
titik awal pengetahuan tentang Berdasarkan Kecerdasan Majemuk,
keberagaman kecerdasan yang dimiliki Jurnal Kajian Keislaman
oleh anak, pembagian dilakukan secara Azelia Trifiana, (2021), Pengertian daring,
garis besar dari kecerdasan. Secara spesifik https://www.sehatq.com/artikel/ciri-
kecerdasan sangatlah komplek dan terbagi ciri-anak-dengan-kecerdasan-
lagi dari delapan kecerdasan tersebut interpersonal-sang-komunikator-
menjadi spesial menjadi bidang-bidang ulun, Tanggal akses 15/09/2021
tertentu dan melahirkan ratusan keahlian Tri Sukitman. Konsep Pembelajaran
yang berbeda-beda dan menjadi profesi Multiple Intelligences, Jurnal
yang spesial tentunya. Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu
Melihat dari kecerdasan majemuk maka Pendidikan Volume 18, ISN 1410-
tentunya seorang guru bisa mengetahui 8771
gaya belajar sesuai dengan kecerdasan yang M.Saufi,M. Royani(2016), Mengembangan
dimiliki oleh anak hal ini guru merupakan kecerdasan iterpersonal dan
fasilitator untuk mengembangkan kepercayaan diri siswa melalui

JURNAL INOVASI | I Made Raga Jenyana, S.Pd.SD 53


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
aktivitas model pembelajaran
PBL,STKIP PGRI Banjarmasin :
Jurnal Pendidikan matematika.
Roida Eva Siagian dan Novi Marliani,
Mengasah Kecerdasan Matematik
Logis Anak Sejak Dini Untuk
Mengoptimalkan Hasil Belajar
Matematika, Jakarta:Gemsedu Vol 1
No 3
Tania Stephanie,Apa itu Kecerdasan Iter
Personal,
https://www.popmama.com/big-
kid/6-9-years-old/tania-
stephanie/apa-itu-kecerdasan-
interpersonal-bagaima, Tgl Akses
15/09/2021,Jam 8.58

JURNAL INOVASI | I Made Raga Jenyana, S.Pd.SD 54


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
PEMBELAJARAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI MENGGUNAKAN
WHATSAPP GROUP SAAT PANDEMI
COVID-19

Oleh
NI WAYAN PUTU

Abstrak
Penelitian ini dilakukan karena pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang baru
diterapkan sehingga guru dan siswa mendapatkan kesulitan serta perlu beradaptasi untuk dapat
melakukan pembelajaran secara daring. Penelitian ini bertuan untuk : 1) Mengetahui kendala-
kendala yang dirasakan oleh guru maupun siswa, dan 2) Mengetahui strategi pembelajaran
yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran agaman hindu
dan budi pekerti. Jenis penelitian yakni penelitian tidakan kelas (PTK) dengan pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) Kendala yang rasakan guru yaitu sinyal yang
idak memadai, sulitnya mengelola pembelajaran dan membuat penilaian siswa karena tidak
mengawasi secara langsung, sedangkan kendala yang dirasakan siswa yaitu sulitnya
memahami materi dan kendala sinyal. 2) Strategi yang dilakukan guru yaitu membuat
pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran agama hindu dan budi pekerti, membuat
media power point yang menarik, dan memberikan siswa kesempatan untuk mengamati
lingkunagnnya sesuai dengan materi pelajaran agama hindu dan budi pekerti sehingga siswa
mudah dalam memahami materi yang diberikan guru.

Kata Kunci : Pembelajaran, Agama Hindu dan Budi Pekerti, WhatsApp Group

Abstrak
This research was conducted because online learning is learning that has just been applied so
that teachers and students have difficulties and need to adapt to be able to do online learning.
This study aims to: 1) Determine the constraints felt by teachers and students, and 2) Know the
learning strategies undertaken to improve students' understanding of Hindu religious subjects
and character. This type of research is classroom action research (PTK) with a qualitative
approach. The results showed that: 1) The obstacles that the teacher felt were inadequate
signals, difficulty managing learning and making student assessments because they did not
directly supervise, while the obstacles felt by students were the difficulty of understanding the
material and signal constraints. 2) The strategy carried out by the teacher is making problem-
based learning in Hindu religion and character subjects, making interesting power point
media, and giving students the opportunity to observe the environment according to Hindu
religion subject matter and character so that students can easily understand the material that
is given the teacher.

Keywords: Learning, Hinduism and Manners, WhatsApp Group

Pendahuluan universitas. Perserikatan Bangsa-Bangsa


Pandemi COVID-19 adalah krisis (PBB) menjadi gusar dengan adanya fakta
kesehatan yang pertama dan terutama di tersebu Purwanto, dkk (2020). Pandemi
dunia. Banyak negara memutuskan untuk atau wabah virus Corona terjadi di lima
menutup sekolah, perguruan tinggi dan benua di seluruh dunia. Di Indonesia,

JURNAL INOVASI | Pembelajaran Agama Hindu Dan Budi Pekerti Menggunakan 55


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Presiden Joko Widodo meminta memadai antara guru dengan siswa/i nya
masyarakat, salah satunya, belajar dari membuat proses pembelajaran online
rumah (Learning from Home) untuk tidaklah seefektif yang diharapkan.
mencegah meluasnya wabah.Pembelajaran Salah satu tugas sekolah adalah
Jarak Jauh (PJJ) dalam sebuah kelas memberikan pengajaran kepada siswa.
virtual,baik singkron maupun asingkron, Mereka harus memperoleh kecakapan dan
dilaksanakan di hampirseluruh lembaga pengetahuana dari sekolah, selain
pendidikan, baik Sekolah Menengah mengembangkan pribadinya. Pemberian
Pertama, Sekolah Menengah Atas termasuk kecakapan dan pengetahuan kepada siswa,
Sekolah Dasar (SD), Anugerah (2020). merupakan proses belajar-mengajar yang
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dilakukan oleh guru di sekolah dengan
Republik Indonesia mengeluarkan Surat menggunakan cara-cara atau metode
Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang tertentu. Teori pembelajaran berusaha
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam merumuskan cara-cara untuk membuat
Masa Darurat Penyebaran Corona virus peserta didik dapat belajar dengan baik. Ia
Disease (Covid-19) poin ke 2 yaitu proses tidak sematamata merupakan penerapan
belajar dari rumah dilaksanakan dengan dari teori atau prinsip-prinsip belajar,
ketentuan sebagai berikut, Purwanto, dkk walaupun berhubungan dengan proses
(2020) : belajar. Dalam teori pembelajaran
a. Belajar dari rumah melalui dibicarakan tentang prinsip-prinsip yang
pembelajaran daring/jarak jauh dipakai untuk memecahkan masalah-
dilaksanakan untuk memberikan masalah praktis di dalam pembelajaran dan
pengalaman belajar yang bermakna bagaimana menyelesaikan masalah yang
bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan terdapat. Dalam pembelajaran sehari-hari.
menuntaskan seluruh capaian Teori pembelajaran tidak saja berbicara
kurikulum untuk kenaikan kelas tentang bagaimana manusia belajar, tetapi
maupun kelulusan. juga mempertimbangkan hal-hal lain yang
b. Belajar dari rumah dapat difokuskan memperngaruhi manusia secara psikologis,
pada pendidikan kecakapan hidup biografis, antropologis dan sosiologis
antara lain mengenai pandemic (Maesaroh, 2013).
Covid-19. SD Negeri 3 Bukit merupakan salah satu
c. Aktivitas dan tugas pembeljaran sekkolah dasar yang berada di Desa Bukit
belajar dari rumah dapat bervariasi Karangasem yang juga terkena dampak dari
antarsiswa, sesuai minat dan kondisi kebijakan pembelajaran online. Di SD
masing-masng, termasuk Negeri 3 Bukit juga mengalami kesulitan
mempertimbangkan kesenjangan dalam melaksanakan pembelajaran online
akses/fasilitas belajar dirumah; d. karena sinyal yang tidak memadai,
Bukti atau prosuk aktivitas belajar kurangnya fasilitas dan sulitnya
dari rumah diberi umpan balik yang perekonomian yang membuat guru tidak
bersifat kualitatif fan berguna dari dapat menggunakan aplikasi belajar seperti
guru, tanpa diharuskan memberi e-learning, classroom, dan aplikasi
skor/nilai kuantitatif. sejenisnya. Kondsi ini menjadi tantangan
Namun dari kebijakan yang dikeluarkan bagi guru untuk dapat berupaya memberi
tentunya tidak dapat memastikan semuanya pembelajaran kepada siswa. Agama
akan berjalan sebagaimana mestinya memiliki peran yang amat penting dalam
disemua kalangan, khusus nya sekolah kehidupan umat manusia. Pendidikan
didesa-desa yang kekurangan fasilitas Agama dimaksudkan untuk membentuk
berupa teknologi terpadu guna menunjang peserta didik menjadi manusia yang
proses pembelajaran belajar online. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Kurangnya biaya dan fasilitas yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Putu 56


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
peningkatan potensi spritual. Akhlak mulia penting dilakukan, karena dengan
mencakup etika, budi pekerti, dan moral dilakukan penelitian ini kita dapat
sebagai perwujudan dari pendidikan mengetahui kendala yang dirasakan oleh
Agama (Watis, 2018). guru maupun siswa dalam pembelajaran
Sebagai guru Agama Hindu dan Budi daring serta trategi yang harus dilakukan
Pekerti tentu harus berusaha agar terus untuk mengatasi kendala tersebut.
dapat memberikan didikan kepada siswa, Metode
supaya siswa dapat menjadi manusia yang Pada penelitian ini metode yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang digunakan adalah metode kualitatif.
Maha Esa dan berakhlak mulia serta Penelitian kualitatif merupakan jenis
peningkatan potensi spiritual. Peneliti penelitian yang menghasilkan penemuan-
sebagai guru agama yang mengajar di desa penemuan yang tidak dapat dicapai dengan
hanya dapat melakukan pembelajaran menggunakan prosedur statistik atau cara
melalui WhatsApp Group untuk memberi kuantitatifikasi lainnya (Ruslan, 2003:202).
materi maupun tugas kepada siswa, melalui Adapun subjek penelitian ini yaitu siswa
orang tua siswa. Undang-undang Nomor 20 dengan menggunakan teknik pengumpulan
Tahun 2003 juga menguraikan tentang data observasi, wawancara dan
sistem Pendidikan Nasional yang dokumentasi. Jenis penelitian ini adalah
menyatakan bahwa : (1) pendidikan agama penelitian tidakan kelas (PTK). Petama
dan keagamaan dapat diselenggarakan oleh peneliti melakukan observasi dan
pemerintah dan kelompok masyarakat dari wawancara dengan menanyakan nomor
pemeluk agama sesuai peraturan handphone orang tua siswa yang terhubung
perundang-undangan yang ada, (2) dengan WhatsApp serta menanyakan
pendidikan agama berfungsi menyiapkan kendala yang dirasakan oleh siswa maupun
peserta didik menjadi masyarakat yang orang tua siswa. Setelah melakukan
memahami dan mengamalkan nilai-nilai observasi dan wawancara, peneliti
ajaran agamanya Tanu (dalam Armini, mendiskripsikan data yang didapatkan dan
2017). membandingkan dengan penelitian
Tujuan penelitian yag dilakukan adalah terdahulu serta teori yang digunakan,
untuk mengetahui kendala yang dirasakan langkah terakhir peneliti menarik
guru dan siswa serta strategi pembelajaran kesimpulan dari hasil penelitian.
berbasis masalah dengan menggunakan Pembahasan
media berupa WhatsApp Group ditengah Ditengah pandemi covid-19 saat ini
pandemi covid-19. Adapun penelitian menuntut guru maupun siswa untuk
terdahulu yang berkaitan dengan melakukan kegiatan pembelajaran secara
pembelajaran daring sebagai dampak dari daring. Pembelajaran daring yang terjadi
pandemi covid-19 yaitu Aji (2020) dengan secara tiba-tiba tentu memunculkan
judul “Dampak Covid-19 pada Pendidikan kendala dalam proses pembelajaran, ini
di Indonesia: Sekolah, Keterampilan, dan dirasakan baik oleh guru maupun siswa di
Proses Pembelajaran”. Penelitian oleh SD Negeri 3 Bukit. Kendala tersebut
Anugerah (2020) dengan judul dirasakan karena SD Negeri 3 Bukit berada
“Pengembangan Penelitian Tindakan Kelas di pedesaan, seperti yang kita ketahui
Pemprograman pada Kelas Virtual di bahwa sekolah di Desa masih minim
Tengah Masa Pandemi”. Selanjutnya, terhadap teknologi ditambah dengan
penelitian oleh Purwanto dkk (2020) ekonomi orang tua siswa yang tidak
dengan judul “Studi Eksploratif Dampak memadai untuk membeli fasilitas
Pandemi Covid-19 Terhadap Proses pembelajaran online seperti handphone
Pembelajaran Online di Sekolah Dasar”. tidak memiliki daya tapung yang cukup
Meskipun telah dilkaukan penelitian untuk mengunduh aplikasi belajar seperti e-
terdahulu, namun penelitian ini juga learning, class room, ruang guru dan

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Putu 57


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
aplikasi sejenisnya, kurang paham terhadap wawancara dengan beberapa orang tua
teknologi. Selain itu siswa juga sulit dalam siswa mengenai kendala yang dirasakan
memahami materi yang diberikan, berbeda ketika siswa belajar daring dan banyak dari
ketika diberikan materi secara tatap muka. orang tua menyatakan kendala yang
Selanjutnya, kendala yang dirasakan oleh dirasakan yaitu masalah ekonomi, jaringan
guru dalam pembelajaran daring yaitu yang tidak memadai, serta beberapa siswa
jaringan yang tidak memadai, pengelolaan yang mengalami kesulitan dalam
pembelajaran dan melakukan penilaian memahami materi pada awal-awal
karena guru tidak dapat mengawasi siswa dilaksanakan pembelajaran daring.
secara langsung saat melakukan Sebagai seorang guru, peneliti
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan berinisiatif untuk membuat media
peneltian yang dilakukan oleh Rigianti pembelajaran berupa powerpoint yang
(2020) yang mendapatkan hasil penelitian berisi materi disertai contoh serta gambar-
yakni sejumlah guru mengalami kendala gambar yang mempermudah siswa
yang dialami guru ketika melaksanakan memahami materi pelajaran. Selain
pembelajaran daring diantaranya aplikasi memberikan media pembelajaran yang
pembelajaran, jaringan internet dan gawai, menarik, peneliti juga memberi beberapa
pengelolaan pembelajaran, penilaian, dan contoh fenomena yang ada dilingkungan
pengawasan. sekitar siswa agar siswa dapat mengamati
Dalam pembelajaran daring ini, guru dan menjelaskan hasil pengamatanya yang
harus memiliki strategi yang tepat supaya dikaitkan dengan materi pelajaran agama
pembelajaran dapat dilakukan secara hindu dan budi pekerti serta peneliti juga
efektif dan siswa mudah dalam memberika tugas siswa untuk mencari
memahaminya. Hasil penelitian yang contoh fenomena-fenomena yang berkaitan
dilakukan sejalan dengan penelitian yang dengan materi, contohnya materi tri
dilakukan oleh Aji (2020) dengan hasil parartha, disini siswa diminta untk mencari
yaitu Kebijakan belajar di rumah pada contoh dari bagian tri parartha yaitu asih,
institusi pendidikan menyebabkan punia, dan bhakti dilingkunagn sekitar yang
gangguan besar, seperti pembelajaran siswa melatih siswa untuk peka dan perduli
maupun gangguan dalam penilaian. Selain terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini
itu hasil penelitian yang didapatkan oleh juga tentu memudahkan siswa dalam
Dwi dkk (2020) juga sama bahwa terdapat memahami materi pelajaran. Hal ini
hambatan dalam pembelajaran daring yakni dilakukan karena pendidikan agama hindu
Kurangnya sarana dan prasarana yang dan budi pekerti sangat penting untuk
dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan mengembangkan karakter religious siswa.
ketidaksiapan teknologi juga menjadi suatu Seperti yang terdapat pada UU Nomor 20
hambatan dalam berlangsungnya kegiatan Tahun 2003 point 2 yang menyatakan
belajar online. Sehingga hasil belajar yang bahwa pendidikan agama berfungsi
diberikan oleh pemelajar tidak 100% lancar menyiapkan peserta didik menjadi
atau efektif. masyarakat yang memahami dan
Peneliti berusaha untuk mencari jalan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya
keluar dari kendala yang terjadi yaitu Tanu (dalam Armini, 2017).
melakukan pembelajaran dengan Setelah melakukan strategi diatas,
menggunakan WhatsApp Group yang peneliti melakukan wawancara kepada
dikendalikan oleh orang tua siswa. Disini beberapa siswa untuk menanyakan apakah
peneliti juga melakukan kesepkatan degan mereka masih kesulitan dalam memahami
orang tua siswa untuk mengawasi serta materi yang diberikan, beberapa dari siswa
memberikan pendidikan agama guna mengatakan bahwa mereka lebih cepat
menanamkan sikap spiritual dan tanggung paham materi setelah diberikan power point
jawab siswa. Peneliti telah melakukan dan pencarian contoh dilingkungan sekitar

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Putu 58


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
mereka dibandingkan pada awal-awal (file:///C:/Users/Administrator/Downloads/
sekolah diliburkan dan dilakukan 15314-45974-1-PB.pdf, 8 Oktober
pembelajaran secara daring. Hasil 2020).
penelitian ini sejalan dengan penelitian Anugerah, S. 2020. Pengembangan
yang dilakukan oleh Ahdar (2018) dengan Penelitian Tindakan Kelas
hasil yaitu setelah dubandingkan dengan Pemprograman pada Kelas Virtual di
pembelajaran konvensional (tanpa bantuan Tengah Masa Pandemi. Konferensi
alat peraga dan powerpoint), hasilnya dapat Nasional Ilmu Komputer (KONIK),
dilihat bahwa antusiasme siswa meningkat (online), ISSN : 2338-2899.
dengan cukup signifikan setelah (https://www.researchgate.net/publication/
menggunakan power point. 342170027_Pengembangan_Peneliti
Simpulan an_Tindakan_Kelas_Pemrograman_
Kendala yang rasakan guru yaitu sinyal pada_Kelas_Virtual_di_Tengah_Ma
yang idak memadai, sulitnya mengelola sa_Pandemi, 8 Oktober 2020).
pembelajaran dan membuat penilaian siswa Armini, I.A.A. 2017. Urgensi Pendidikan
karena tidak mengawasi secara langsung, Agama Hindu Bagi Anak.
sedangkan kendala yang dirasakan siswa PGPAUDH IHDN, (Online), Vol.2
yaitu sulitnya memahami materi dan No. 2.
kendala sinyal. Terdapat kendala yang (file:///C:/Users/Administrator/Downloads/
dirasaka oleh orang tua siswa yakni kurang URGENSI_PENDIDIKAN_AGAM
paham terhadap teknologi, masalah A_HINDU_BAGI_ANAK.pdf, 8
ekonomi, dan jaringan yang tidak memadai. Oktober 2020).
Selanjutnya, Strategi yang dilakukan guru Dwi B, dkk. 2020. Analisis Keefektifan
yaitu membuat pembelajaran berbasis Pembelajaran Online di Masa
masalah pada mata pelajaran agama hindu Pandemi Covid-19. Pendidikan Guru
dan budi pekerti, membuat media power Sekolah Dasar, (Online), E-ISSN :
point yang menarik, dan memberikan siswa 2721-7957.
kesempatan untuk mengamati (file:///C:/Users/Administrator/Downloads/
lingkunagnnya sesuai dengan materi 559-Article%20Text-1129-1-10-
pelajaran agama hindu dan budi pekerti 20200626%20(1).pdf, 9 Oktober
sehingga siswa mudah dalam memahami 2020).
materi yang diberikan guru. Maesaroh, S. 2013. Peranan Metode
Daftar Pustaka Pembelajaran Terhadap Minat dan
Ahdar. 2018. Pengembangan Media Prestasi Belajar Pendidikan Agama
Pembelajaran Powerpoint Padu Islam. Jurnal Kependidikan, (Online,
Musik Terhadap Antusiasme Siswa Vol. 1 No. 1.
dalam Pembelajaran Ilmu Sosial. (https://media.neliti.com/media/publicatio
Dinamika Penelitian: Media ns/104663-ID-peranan-metode-
Komunikasi Sosial Keagamaan, pembelajaran-terhadap-min.pdf, 8
(Online), Vol. 18 No. 02. Oktober 2020).
(file:///C:/Users/Administrator/Downloads/ Purwanto A, dkk. 2020. Studi Eksploratif
1509-Article%20Text-3795-1-10- Dampak Pandemi Covid-19
20190118.pdf, 9 Oktobr 2020). Terhadap Proses Pembelajaran
Aji, R.H.S. 2020. Dampak Covid-19 pada Online di Sekolah Dasar. Journal of
Pendidikan di Indonesia: Sekolah, Education, Psychology and
Keterampilan, dan Proses Counsling, (online), ISSN : 2716-
Pembelajaran. Sosial dan Budaya 4446 Vol. 2 No.1
Syar-I, (Online), Vol. 7 No.5. (https://ummaspul.e-
journal.id/Edupsycouns/article/view/
397 , 8 Oktober 2020).

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Putu 59


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Rigianti, H.A. 2020. Kendala Pembelajaran
Daring Guru Sekolah Dasar di
Kabupaten Banjarnegara. Elementary
School, (online), Vol.7 Nomor 2
(https://www.researchgate.net/publication/
342634522_KENDALA_PEMBEL
AJARAN_DARING_GURU_SEKO
LAH_DASAR_DI_BANJARNEGA
RA, 8 Oktober 2020).
Ruslan, R. 2003. Metode Penelitian Public
Relations dan Komunikasi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo.
Watis, N.N. 2018. Meningkakan Prestasi
Blajar Agama Hindu Melalui
Implemensi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Tgt (Team Game
Turnament). Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan, (online),
vol.2
(https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/
JJL/article/view/15332, 8 Oktober
2020).

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Putu 60


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x

PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF MELALUI


PERMAINAN MENGURAIKAN KATA DI TK NEGERI PEMBINA KARANGASEM

Oleh :

DEWA AYU ANOM S.PD.AUD

Abstrak
Kemampuan Anak Mengenal huruf masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf melalui permainan menguraikan kata. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, dengan subjek penelitian
kelompok BI di Taman Kanak-kanak. Teknik dalam pengumpulan data berupa observasi, yang
diolah dengan teknik persentase. Hasil penelitian pada setiap siklus telah menunjukan adanya
peningkatan kemampuan anak mengenal huruf dari kondisi awal, siklus I sampai siklus I.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permainan menguraikan kata dapat meningkatkan
kemampuan anak mengenal huruf. Penelitian ini dilaksanakan di TK Negeri Pembina
Kabupaten Karangasem.

Kata kunci : Mengenal Huruf; Anak; Menguraikan Kata

Pendahuluan Pendidikan di Taman Kanak-kanak


Taman Kanak-kanak merupakan salah sangat penting dalam kehidupan seorang
satu lembaga pendidikan anak usia dini anak, karena pendidikan saat ini sebagai
yang terdapat dalam jalur pendidikan modal dasar untuk perkembangan
formal. Sesuai dengan tujuan TK menurut selanjutnya. Untuk itu pembelajaran di TK
undang-undang Republik Indonesia No. 20 haruslah disesuaikan dengan
Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan perkembangan anak dan memberikan rasa
Nasional I BAB VI pasal 28 ayat 3 aman, nyaman, menyenangkan dan
berbunyi: “Pendidikan anak usia dini pada menarik bagi anak serta mendorong
jalur pendidikan formal berbentuk Taman keberanian. Dalam PP RI No.19 Tahun
Kanak-kanak, Raudhatul Athfal atau 2005 tentang standar pendidikan Bab. IV
bentuk lain yang sederajat”. Pasal 19 dinyatakan bahwa: proses
Pendidikan Taman Kanak-kanak salah pembelajaran pada satuan pendidikan
satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan interaktif, menyenangkan,
pada jalur Pendidikan Formal yang menantang, memotivasi, peserta didik
menyediakan program pendidikan bagi untuk berpartisipasi aktif serta memberikan
anak usia 4 sampai 6 tahun. Usia 4 sampai ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas
6 tahun ini merupakan usia yang paling dan kemandirian sesuai dengan bakat dan
efektif untuk mengembangkan berbagai perkembangan fisik dan psikologi peserta
potensi yang dimiliki anak. Menurut didik.
Muliawan (2009:15) pendidikan anak usia Pendidikan di Taman Kanak-kanak
dini atau yang sering disingkat paud adalah bertujuan untuk membantu anak didik
pendidikan yang diberikan kepada anak mengembangkan berbagai potensi baik
usia dua sampai enam tahun. Pendidikan psikis dan fisik yang meliputi moral dan
anak usia dini disebut juga dengan nilai agama, sosial, emosional,
pendidikan anak prasekolah, taman kemandirian, kognitif, bahasa,
bermain, atau taman kanak-kanak. fisik/motorik dan seni untuk siap memasuki
JURNAL INOVASI | Peningkatan Kemampuan Anak Mengenal Huruf Melalui Permainan
61
Menguraikan Kata Di TK Negeri Pembina Karangasem
http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
sekolah dasar. Masa usia Taman Kanak- ide-ide kreatif dalam menggunakan dan
kanak merupakan masa emas, dimana merancang alat permainan yang menantang
perkembangan fisik, motorik, kognitif, bagi anak.
bahasa, sosial, emosional anak berkembang Peranan guru sangat penting dalam
dengan sangat cepat. Untuk mencapai pengembangan bahasa anak, untuk
perkembangan anak tersebut dilakukan mengembangkan kemampuan berbahasa
dalam kegiatan pembelajar. Kegiatan anak Taman Kanak-kanak, dapat diarahkan
pembelajaran di Taman Kanak-kanak lebih melalui komponen berbahasa yaitu:
dikenal sebagai kegiatan bermain. menyimak, membaca, menulis dan
Dunia anak-anak adalah bermain. berbicara.
Bermain merupakan cara yang paling Salah satu komponen berbahasa adalah
baik untuk mengembangkan potensi yang membaca. Mengajarkan membaca di
ada pada anak. Bermain juga salah satu Taman Kanak-kanak dapat dilaksanakan
pendekatan pembelajaran di Taman Kanak- selama dalam batas-batas aturan
kanak. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar pengembangan praskolastik atau pra
Taman Kanak Kanak yaitu bermain sambil akademik serta mendasarkan diri pada
belajar, belajar seraya bermain. Sudono prinsip dasar hakiki dari pendidikan Taman
(1995 : 1) bermain adalah suatu kegiatan Kanak-kanak sebagai sebuah taman
yang dilakukan dengan atau tanpa bermain (dalam depdiknas, 2000:2).
menggunakan alat yang menghasilkan Anak Taman Kanak-kanak pada
pengertian atau memberikan informasi, umumnya sudah mampu berkomunikasi
memberikan rangsangan maupun secara lisan, namun untuk membaca anak
mengembangkan imajinasi pada anak. masih mengalami kesulitan mengingat
Melalui pembelajaran di Taman Kanak- bahasa merupakan sistem yang rumit dan
kanak diharapkan mampu mengembangkan melibatkan berbagai unsur seperti huruf
aspek-aspek perkembangan anak sesuai (simbol), kata, kalimat dan tata cara
dengan kurikulum Taman Kanak-kanak melafalkannya. Untuk mengembangkan
tahun 2010 yaitu : 1). Nilai-nilai agama dan kemampuan membaca pada anak, guru
moral, 2). Fisik, 3). Kognitif, 4). Bahasa. harus mampu menciptakan media berupa
Salah satu aspek pengembangan alat permainan yang memotivasi anak
kemampuan dasar anak yaitu : Bahasa. dalam belajar. Media yang digunakan
Kemampuan berbahasa sangatlah perlu di dibuat bervariasi agar anak tidak merasa
kembangkan karena dengan berbahasa anak bosan dan jenuh dalam belajar.
dapat memahami kata dan kalimat serta Namun pada kenyataannya yang peneliti
memahami hubungan antara bahasa lisan diamati dilapangan, guru belum mampu
dan tulisan pra membaca awal. mengembangkan ide- ide yang dapat
Pengembangan kemampuan bahasa ini mengembangkan aspek - aspek
bertujuan agar anak mampu perkembangan anak dalam kegiatan
mengungkapkan pikiran melalui bahasa pembelajaran. Terutama pada aspek
yang sederhana secara tepat, mampu membaca mengenal huruf, dimana cara
berkomunikasi secara efektif dan guru mengenalkan huruf pada anak
membangkitkan minat anak untuk dapat langsung menyebutkan bunyi huruf sambil
berbahasa Indonesia. Untuk mencapai menunjuk huruf kemudian cenderung
tujuan pengembangan bahasa pada anak di memberikan kegiatan berupa penugasan
perlukan tenaga pendidik yang profesional bentuk lembaran kerja. Sebagai seorang
yaitu guru. Guru yang profesional adalah guru peneliti menyadari bahwa cara
guru yang memiliki keterampilan, mengajar guru yang seperti ini
pengetahuan secara utuh, tidak saja mengakibatkan kemampuan anak
melibatkan orang, tempat, benda-benda di mengenal huruf masih rendah dan cara
samping pengetahuan keguruan, tetapi juga pengucapannya juga kurang jelas, anak

JURNAL INOVASI | Dewa Ayu Anom S.PD.AUD 62


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
kurang bisa membedakan bentuk huruf anak siapa namanya anak menjawab “ani”
sehingga sulit menanamkan konsep kata kemudian guru bertanya lagi bunyi apa
pada anak. Metode dan alat atau media yang kamu kenal dari namamu? Lalu anak
yang digunakan guru kurang bervariasi mulai mengidentifikasi bunyi dan huruf
sehingga anak merasa bosan dan jenuh seperti a dan ni (n dan i). jadi anak belajar
dalam belajar. dari konsep menyeluruh menuju ke parsial.
Berdasarkan permasalahan tersebut Penelitian ini diharapkan dapat
maka peneliti ingin memperbaiki proses bermanfaat untuk : Bagi siswa aplikasi
pengenalan membaca dengan cara permainan menguraikan kata dapat
melakukan penelitian dengan judul : meningkatkan kemampuan anak mengenal
Peningkatan Kemampuan Anak Mengenal huruf. Bagi sekolah, Sebagai suatu
Huruf Melalui Permainan Menguraikan alternatif untuk meningkatkan
Kata di TK Negeri Pembina Kabupaten kualitas pada pembelajaran berbahasa anak
Karangasem. Bagi guru, Media permainan menguraikan
Berdasarkan uraian latar belakang kata dapat diterapkan sebagai salah satu
diatas, maka peneliti dapat bentuk pembelajaran yang dapat
mengidentifikasikan permasalahan sebagai meningkatkan pengenalan huruf dan
berikut : 1. Kemampuan anak dalam menjadikan proses belajar lebih menarik.
mengenal huruf masih rendah. 2. Anak Bagi peneliti sendiri,Untuk
kurang bisa dalam membedakan huruf mengembangkan ide-ide dan karya inovatif
sehingga sulit menanamkan konsep kata peneliti serta menambah wawasan dan
kepada anak 3. Metode dan alat yang pengetahuan melalui kegiatan
digunakan Guru kurang bervariasi. pembelajaran terutama dalam
Sebagaimana identifikasi masalah yang meningkatkan kemampuan berbahasa anak.
telah dikemukakan, maka peneliti Metode Penelitian
membatasi permasalahan dalam hal Metode penelitian pada dasarnya yang
rendahnya kemampuan anak mengenal dipergunakan untuk memecahkan masalah
huruf di TK Negeri Pembina Kabupaten penelitian. Penelitian yang penulis gunakan
Karangasem. adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian
Berdasarkan masalah di atas dapat tindakan kelas ini dilakukan untuk
dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana memperbaiki dan meningkatkan kualitas
permainan menguraikan kata dapat pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan
meningkatkan kemampuan anak mengenal bagi penulis sendiri untuk memperoleh
huruf di TK Negeri Pembina Kabupaten hasil belajar yang baik serta memuaskan.
Karangasem. Subjek dalam penelitian ini adalah anak-
Rancangan pemecahan masalah dalam anak kelompok B1 Taman Kanak-kanak
penelitian ini adalah dengan melalui Negeri Pembina Kabupaten Karangasem
permainan menguraikan kata untuk Provinsi Bali. Dengan jumlah murid 21
meningkatkan masalah rendahnya orang, anak laki-laki 8 orang dan anak
kemampuan anak dalam mengenal huruf. perempuan 13 orang.
Adapun tujuan penelitian ini adalah Penelitian dilaksanakan pada semester
untuk meningkatkan kemampuan anak genap tahun ajaran 2011/2012. pelaksanaan
dalam mengenal huruf melalui permainan ini direncanakan memakan waktu 2 bulan
mengurai kata di TK Negeri Pembina yaitu dari bulan April sampai Juni 2012.
Kabupaten Karangasem. Penelitian ini akan dilakukan secara
Mengenal huruf dalam teori whole bersiklus, yang dimulai dari kondisi awal
language dalam Susanto (2011:86) yaitu kemudian siklus pertama dan lanjut siklus
anak belajar mengenali huruf dan bunyinya kedua dengan Prosedur dari penelitian yang
dari konteksnya (dari bahasa yang akan peneliti lakukan terdiri empat tahap
digunakan). Misalnya guru bertanya sama penting Penelitian tindakan kelas menurut

JURNAL INOVASI | Dewa Ayu Anom S.PD.AUD 63


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Arikunto (2006:16) adalah: a) perencanaan, Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat
b) pelaksanaan, c) pengamatan, d) refleksi. dalam grafik sebagai berikut :
Jika dalam siklus I belum berhasil dan
meningkat, peneliti akan melakukan
perbaikan kegiatan pembelajaran
berdasarkan hal-hal yang belum dicapai
pada siklus I. Pada siklus II ini akan
dilakukan sama dengan siklus I yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi. Dalam penelitian ini data
dikumpulkan melalui teknik observasi dan
dokumentasi. Data dianalisis dalam
Grafik 1. Hasil Observasi peningkatan
persentase dengan menggunakan rumus
kemampuan anak mengenal huruf di
oleh Hariyadi (2009:24) sebagai berikut :
Taman Kanak Kanak Negeri Pembina
Kabupaten Karangasem Pada Kondisi
Keterangan : Awal, Siklus I dan Siklus II (nilai sangat
P = Persentase aktivitas tinggi)
F = Frekuensi aktivitas yang dilakukan Berdasarkan hasil tabel dan grafik hasil
anak observasi mulai dari kondsi awal, Siklus I
N = Jumlah anak dalam suatu kelas dan Siklus II, dapat kita lihat peningkatan
Hasil dalam beberapa aspek peningkatan
Berdasarkan hasil penelitian yang kemampuan pengenalan huruf melalui
diperoleh dari pelaksanaan tindakan pada permainan menguraikan kata yaitu :
siklus I dan II pada kemampuan anak Aspek 1 anak mampu membaca gambar,
membaca mengenal huruf terjadi pada kondisi awal adalah 38%, pada siklus
peningkatan mulai dari kondisi awal, Siklus I menjadi 62% dan siklus II meningkat
1dan Siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat menjadi 95%. Persentase peningkatan dari
dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini : kondisi awal pada siklus satu yaitu 24% dan
Tabel 1. Hasil Observasi peningkatan dari siklus I kepada siklus II yaitu naik
kemampuan anak mengenal huruf di 33%. Aspek 2 anak mampu membaca kata
Taman Kanak Kanak Negeri Pembina pada gambar, pada kondisi awal adalah 3
Kabupaten Karangasem Pada Kondisi Peningkatan dari kondisi awal pada siklus
Awal, Siklus I dan Siklus II (nilai sangat satu yaitu 24% dan dari siklus I kepada
tinggi dan tinggi) siklus II yaitu naik 33%. Persentase
peningkatan dari kondisi awal kepada
siklus satu yaitu 24% dan dari siklus I dan
Siklus II,dapat kita lihat peningkatan dalam
beberapa aspek peningkatan kemampuan
pengenalan huruf melalui permainan
menguraikan kata yaitu : Aspek 1 anak
mampu membaca gambar, pada kondisi
awal adalah 38%, pada siklus I menjadi
62% dan siklus II meningkat menjadi 95%.
Persentase peningkatan dari kondisi awal
pada siklus satu yaitu 24% dan dari siklus I
kepada siklus II yaitu naik 33%.Aspek 2
anak mampu membaca kata pada gambar,
pada kondisi awal adalah 3 Peningkatan
dari kondisi awal pada siklus satu yaitu
24% dan dari siklus I kepada siklus II yaitu
JURNAL INOVASI | Dewa Ayu Anom S.PD.AUD 64
http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
naik 33%. Persentase peningkatan dari Hasil penelitian peningkatan
kondisi awal kepada siklus satu yaitu 24% kemampuan anak mengenal huruf melalui
dan dari siklus I dan Siklus II,dapat kita permainan menguraikan kata di Taman
lihat peningkatan dalam beberapa aspek Kanak-kanak Negeri Pembina Kabupaten
peningkatan kemampuan pengenalan huruf Karangasem, diperlukan pembahasan guna
melalui permainan menguraikan kata yaitu menjelaskan dan memperdalam kajian
: Aspek 1 anak mampu membaca gambar, dalam penelitian ini.
pada kondisi awal adalah 38%, pada siklus Pada kondisi awal tergambar
I menjadi 62% dan siklus II meningkat kemampuan anak mengenal huruf masih
menjadi 95%. Persentase peningkatan dari rendah. Sebagian besar anak kelompok B I
kondisi awal pada siklus satu yaitu 24% dan di TK Negeri Pembina Kabupaten
dari siklus I kepada siklus II yaitu naik Karangasem masih banyak yang
33%.Aspek 2 anak mampu membaca kata belum mengenal huruf, membedakan dan
pada gambar, pada kondisi awal adalah 3 menyebut bunyi huruf.
Peningkatan dari kondisi awal pada siklus Jika diamati lebih lanjut hal ini
satu yaitu 24% dan dari siklus I kepada disebabkan karena penerapan metode yang
siklus II yaitu naik 33%. Persentase kurang tepat, minimnya pemanfaatan
peningkatan dari kondisi awal kepada media, alat peraga dan kegiatan bermain.
siklus satu yaitu 24% dan dari siklus I Berdasarkan kondisi awal ini, peneliti
kepada siklus II yaitu naik 38%.Aspek 3 melakukan tindakan dengan menerapkan
anak mampu menguraikan kata, pada permainan menguraikan kata untuk
kondisi awal adalah 24%, pada siklus I meningkatkan kemampuan anak mengenal
menjadi 53% dan siklus II meningkat huruf.
menjadi 91%. Persentase penigkatan dari Menurut Sudono (1995:7) alat
kondisi awal sampai siklus I yaitu 29%, permainan adalah sebuah alat bermain yang
dan dari siklus I sampai siklus II naik digunakan anak untuk memenuhi naluri
menjadi 38%. Aspek 4 anak mampu bermainnya, Sudono juga mengatakan
menyebutkan huruf vocal pada kata, pada bahwa alat permainan adalah semua benda
kondisi awal adalah 33%, pada siklus I yang digunakan anak dalam kegiatan
menjadi 57% dan siklus II meningkat belajar mengajar dapat secara teratur,
menjadi 95%. Persentase peningkatan dari lancar, efektif, dan efisien, sehingga
kondisi awal kepada siklus satu yaitu 24% pendidikan Taman-kanak dapa tercapai.
dan dari siklus I kepada siklus II yaitu naik Menurut Tanaka dalam Sudono (1995:8)
38%. Aspek 5 anak mampu menyebutkan menyatakan bahwa alat permainan yang
huruf konsonan pada kata, pada kondisi tujuan penggunaannya dipersiapkan harus
awal adalah 33%, pada siklus I menjadi bervariasi. Dengan adanya alat permainan
62% dan siklus II meningkat menjadi 90%. yang bervariasi anak akan lebih terlatih dan
Persentase peningkatan dari kondisi awal merasa sangat senang.
kepada siklus satu yaitu 29% dan dari siklus Berdasarkan pendapat para ahli diatas
I kepada siklus II yaitu naik 28%. Aspek 6 dapat disimpulkan bahwa alat permainan
anak mampu menyebutkan kata yang adalah sebuah alat yang digunakan anak
mempunyai huruf awal yang sama , pada untuk memenuhi naluri bermain yang
kondisi awal adalah 29%, pada siklus I penggunaannya dipersiapkan harus
menjadi 62% dan siklus II meningkat bervariasi agar anak merasa senang dalam
menjadi 91%. Persentase peningkatan dari kegiatan pembelajaran.
kondisi awal kepada siklus satu yaitu 33% Pada tindakan penelitian siklus I
dan dari siklus I kepada siklus II yaitu naik kegiatan pembelajaran telah menggunakan
29%. media berupa kartu gambar yang ada kata
Pembahasan nama dari gambar, kartu suku kata, kartu
huruf dan kartu gambar yang ada kata dari

JURNAL INOVASI | Dewa Ayu Anom S.PD.AUD 65


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
nama gambar yang dipenggal katanya Berdasarkan hasil penelitian yang telah
menjadi suku kata. Dari tindakan siklus I dilakukan, dapat diambil beberapa
terlihat peningkatan kemampuan untuk kesimpulan yaitu : Kemampuan anak
setiap aspek yang diamati namun mengenal huruf di Taman Kanak-kanak
peningkatannya masih belum stabil dan Negeri Pembina Kabupaten Karangasem
belum mencapai KKM yaitu 75%, karena masih rendah, untuk memotivasi dan
masih ada anak yang masih belum bisa meningkatkan rendahnya kemampuan anak
mengenal huruf. Maka penelitian dalam mengenal huruf maka dilakukan
dilanjutkan pada siklus II. tindakan salah satunya melalui permainan
Pada siklus II peneliti melakukan menguraikan kata, dunia anak adalah
pembelajaran yang lebih memotivasi anak bermain. Bermain merupakan cara yang
dengan menambah kartu huruf, kartu suku paling baik untuk mengembangkan potensi
kata yang diwarnai tiap hurufnya yang ada pada anak. melalui bermain, anak
dan gambar yang menarik bagi anak. akan memperoleh pengetahuan dan
Berdasarkan tindakan yang telah keterampilan, permainan menguraikan kata
dilakukan dapat dijabarkan keberhasilan dengan media kartu gambar yang
penggunaan permainan menguraikan kata bertuliskan nama dari gambar, kartu
sebagai berikut ; gambar yang ada nama gambar yang
Aspek 1 anak mampu membaca gambar, dipenggal kata menjadi suku kata dan kartu
pada kondisi awal adalah 38%, pada siklus huruf, kartu suku kata akan dapat
I menjadi 62% dan siklus II meningkat meningkatkan kemampuan anak mengenal
menjadi 95%. Aspek 2 anak mampu huruf dan membaca pada anak, dengan
membaca kata pada gambar, pada kondisi adanya peningkatan persentase dari siklus I
awal adalah 33%, pada siklus I menjadi ke siklus II, kemampuan membaca anak
57% dan siklus II meningkat menjadi 95%. mengenal huruf dapat meningkat dengan
Aspek 3 anak mampu menguraikan kata, menggunakan permainan menguraikan kata
pada kondisi awal adalah 24%, pada siklus kelompok B TK Negeri Pembina
I menjadi 53% dan siklus II meningkat Kabupaten Karangasem, pelaksanaan
menjadi 91%. Aspek 4 anak mampu permainan menguraikan kata dapat
menyebutkan huruf vokal pada kata, pada meningkatkan kemampuan membaca anak
kondisi awal adalah 33%, pada siklus I terutama dalam pengenalan huruf vokal dan
menjadi 57% dan siklus II meningkat konsonan pada anak, pelaksanaan
menjadi 95%. Aspek 5 anak mampu permainan menguraikan kata, kartu gambar
menyebutkan huruf konsonan pada kata, yang bertuliskan kata nama dari
pada kondisi awal adalah 33%, pada siklus gambar dapat meningkatkan kemampuan
I menjadi 62% dan siklus II meningkat anak dalam menyebutkan kata yang
menjadi 90%. Aspek 6 anak mampu mempunyai huruf awal yang sama,misal :
menyebutkan kata yang mempunyai huruf bola, baju dll.
awal yang sama, pada kondisi awal adalah Saran
29%, pada siklus I menjadi 62% dan siklus Berdasarkan hasil temuan peneliti, maka
II meningkat menjadi 91%. penulis memberikan saran yang
Berdasarkan hasil dari uraian diatas membangun demi kesempurnaan penelitian
dapat jelaskan dimana untuk setiap tindakan kelas pada masa yang akan datang
aspek yang jumlah persentase keberhasilan : Agar pembelajaran lebih menyenangkan
bisa melampaui batas minimum KKM yaitu dan menarik bagi anak,sebaiknya guru
75%. Hal ini menunjukan bahwa penelitian harus lebih kreatif dalam merancang
ini berhasil. pembelajaran dengan disajikan dalam
Kesimpulan dan Saran bentuk permainan, Guru hendaknya
Simpulan menciptakan suasana kelas yang kondusif,
nyaman untuk memotivasi dan

JURNAL INOVASI | Dewa Ayu Anom S.PD.AUD 66


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
meningkatkan kreativitas anak dalam
pembelajaran, pemilihan dan penerapan
sebuah metode yang tepat dan sesuai
dengan tahap perkembangan anak, sangat
mempengaruhi untuk tercapainya proses
pembelajaran, guru Taman Kanak-kanak
diharapkan dapat menggunakan permainan
menguraikan kata dalam pembelajaran
sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan kemampuan anak mengenal
huruf, diharapkan peneliti yang lain dapat
melakukan dan mengungkapkan lebih jauh
tentang peningkatan kemampuan anak
mengenal huruf melalui metode dan media
yang lain, dan diharapkan pembaca dapat
menggunakan skripsi ini sebagai sumber
ilmu pengetahuan dan untuk menambah
wawasan.

Daftar Rujukan
Arikunto, suharsimi. 2006. Penelitian
tindakan kelas. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Depdiknas. 1996. Metodik khusus
pengembangan bahasa di TK.
Jakarta.
Depdiknas.2000. Metode pengembangan
kemampuan berbahasa. Bandung.
Depdiknas.2000. Permainan membaca dan
menulis di taman kanak-kanak.
Jakarta.
Muliawan, jasa ungguh. 2009. Manajemen
play group dan TK. Yogyakarta: Diva
press.
Sudono, Anggani. 1995. Alat permainan
dan sumber belajar. TK. Jakarta.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan
Anak Usia Dini. Kencana Prenada
Media Group
Jurnal Pesona PAUD, Vol.1, No.1, E-mail :
pebrianiria25@yahoo.com 12
Jurnal Pesona PAUD, Vol.1, No.1, E-mail :
pebrianiria25@yahoo.com 13
Jurnal Pesona PAUD, Vol.1, No.1, E-mail :
pebrianiria25@yahoo.com

JURNAL INOVASI | Dewa Ayu Anom S.PD.AUD 67


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
IMPLEMENTASI STRATEGI MASTER DALAM PEMBELAJARAN
PKN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN SIKAP
KREATIF DAN HASIL BELAJAR PKN

Oleh
I NENGAH TETEP, S.PD

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan sikap kreatif siswa kelas VII H SMP Negeri
1 Kubu melalui Implementasi strategi MASTER dalam pembelajaran PKn, (2) meningkatkan
hasil belajar PKn siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Kubu melalui Implementasi strategi
MASTER dalam pembelajaran PKn. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian
tindakan pada siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Kubu yang berjumlah 33 siswa. Penelitian ini
dilakukan dalam dua siklus pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran akselerasi melalui Strategi MASTER dalam
pembelajaran PKn. Obyek penelitian berupa peningkatan sikap kretaif dan hasil belajar. Untuk
mengukur sikap kreatif siswa digunakan pedoman observasi sikap, sedangkan untuk mengukur
hasil belajar digunakan tes prestasi belajar yang diberikan pada akhir tiap siklus. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil analisis data, diperoleh
beberapa hal sebagai berikut. Pertama, implementasi strategi “MASTER” dalam pembelajaran
PKn dapat meningkatkan sikap kreatif siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Kubu tahun pelajaran
2018/2019. Nilai rata-rata sikap kreatif siswa siswa meningkat dari 41,98 dengan kategori
cukup kreatif pada siklus I menjadi 59,48 dengan kategori kreatif pada siklus II. Hal ini
mengindikasikan terjadi peningkatan sikap kreatif siswa dari siklus I ke siklus II sebesar
41,71%. Kedua, implementasi strategi “MASTER” dalam pembelajaran PKn dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Kubu tahun pelajaran 2018/2019.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari 73,64 pada siklus I menjadi 86,67 pada siklus
II hal ini mengindikasikan terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 17,70%. Pada siklus I
ketuntasan klasikal siswa adalah 60,61% (KK<85%) berada pada kategori belum tuntas, dan
pada siklus II adalah 93,94% (KK>85%) berada pada kategori tuntas. Bagi peneliti yang ingin
mengimplementasikan model belajar akselerasi dengan strategi MASTER diharapkan
mencermati kendala-kendala yang peneliti alami ketika pelaksanaan proses pembelajaran
sehingga nantinya akan diperoleh hasil yang lebih baik daripada penelitian yang telah peneliti
lakukan.

Kata-kata kunci: Strategi MASTER, sikap kreatif dan hasil belajar PKn

Pendahuluan diberikan petunjuk yang jelas siswa sulit


Belum optimalnya pelaksanaan akan mengembangkan dirinya.
KURIKULUM 2013 di SMP Negeri 1 Berdasarkan hasil observasi awal dan
Kubu khususnya kelas VII H berdampak wawancara dengan siswa kelas VII H SMP
pada rendahnya pencapaian nilai hasil Negeri 1 Kubu, terungkap beberapa
belajar siswa. Rendahnya pencapaian hasil permasalahan yang teridentifikasi sebagai
belajar PKn siswa kelas VII H hanya penyebab rendahnya sikap kreatif dan hasil
mampu mencapai rata-rata hasil belajar belajar siswa sebagai berikut.
sebesar 64 dengan ketuntasan klasikal 50%. Pertama, sikap kreatif siswa dalam
Kreativitas siswa dalam proses belajar proses pembelajaran masih rendah.
mengajar sangat rendah. Siswa terkesan Berdasarkan hasil observasi, rendahnya
menunggu informasi dari guru, jika tidak sikap kreatif siswa dikarenakan guru
kurang memfasilitasi siswa untuk

JURNAL INOVASI | Implementasi strategi MASTER dalam pembelajaran 68


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
mengembangkan kreatifitas mereka. Siswa mengaplikasikan ide atau pengetahuan
terpaku pada langkah-langkah terstruktur yang sudah dimiliki pada berbagai situasi
yang telah disajikan dalam LKS. LKS yang yang dihadapi.
digunakan sebagai media untuk Ketiga, daya ingat siswa terhadap
menemukan informasi dalam bentuk konsep yang diperoleh masih rendah.
konsep belum dikaitkan dengan Rendahnya daya ingat siswa berimplikasi
permasalahan sehari-hari dan juga hanya pada rendahnya pencapaian hasil belajar
berisi petunjuk-petunjuk serta pertanyaan aspek kognitif. Hal itu dikarenakan konsep
menyangkut apa yang telah dilakukan. LKS yang diperoleh siswa selama proses
yang dirancang seperti itu belum pembelajaran tidak tidak tersimpan dengan
memberikan kondisi belajar di mana siswa baik pada memori siswa sehingga mereka
memperoleh kesempatan untuk tidak mampu menjawab soal yang
menemukan konsep-konsep yang diberikan oleh guru. Rendahnya daya ingat
dipelajarinya. Siswa cenderung hanya siswa dibuktikan ketika guru menanyakan
terpaku melaksanakan diakusi sesuai materi yang minggu lalu dibahas secara
dengan ketentuan yang ada pada LKS tanpa bersama-sama, tidak ada satupun siswa
memahami mengapa mereka melakukan yang menjawab sebelum melihat kembali
kegiatan tersebut. Dengan petunjuk yang catatan atau bukunya. Artinya, ketika
diberikan demikian lengkap, siswa seolah- proses belajar terjadi siswa tidak
olah berlaku seperti mesin dan kreativitas memperhatikan dengan seksama konsep
siswa tidak bisa berkembang. Rendahnya yang telah dibahas. Menurut hasil observasi
sikap kreatif menyebabkan siswa dan wawancara dengan siswa, rendahnya
cenderung hanya bisa meniru dan tidak daya ingat dikarenakan: (1) siswa tidak
mampu memberikan solusi jika dihadapkan terlibat secara aktif dalam menemukan
pada permasalahan yang lain. konsep-konsep dalam pembelajaran; (2)
Kedua, aktivitas belajar siswa kurang guru tidak pernah mengajak siswa untuk
dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat mengulang kembali konsep yang diperoleh;
ketika peneliti mengadakan observasi di (3) konsep hanya diberikan secara lisan
kelas, interaksi siswa dalam pembelajaran oleh guru, sehingga bagi siswa konsep itu
baik terhadap guru, temannya, maupun sangat abstrak dan sulit untuk dimengerti.
dengan materi pelajaran masih rendah. Menurut Konfosius (dalam Rose & Nicholl,
Rendahnya aktivitas siswa tidak terlepas 1997) “Saya dengar dan saya lupa, saya
dari pengaruh motivasi belajar. Jika melihat dan saya mengetahui, saya
motivasi belajar rendah otomatis aktivitas melakukan dan saya ingat”. Sejalan dengan
siswa dalam proses pembelajaran juga pendapat Konfosius, pengertian belajar
rendah. Berdasarkan hasil wawancara sesuai dengan konsep learn how to learn
dengan siswa, rendahnya motivasi belajar adalah mengamati, menanyakan tentang hal
dikarenakan dalam proses pembelajaran itu, dan mempelajarinya (dalam Hubbard,
mereka dianggap hanya sebagai pendengar 2002). Implikasi dari pendapat ini adalah
yang setia. Guru hanya memberikan konsep akan melekat pada diri siswa jika
informasi yang ada di buku (book oriented) mereka menemukan sendiri atau diberikan
dan menjelaskan lalu dilanjutkan dengan kesempatan untuk menguji kebenaran
permasalahan dalam bentuk latihan soal. konsep tersebut.
Guru tidak berusaha mengkaitkan pelajaran Keempat, refleksi guru dan siswa dalam
dengan kehidupan dunia nyata siswa agar proses pembelajaran masih kurang. Guru
siswa lebih mudah membayangkan konsep. cenderung tidak mau mengevaluasi
Implikasinya, siswa hanya menghafal kekurangan yang dia miliki pada saat
materi yang diberikan guru sehingga proses pembelajaran. Hal ini berakibat
pembelajaran menjadi tidak bermakna. Hal ketika terjadinya kesalahan baik itu
ini mengakibatkan siswa kurang mampu kesalahan penyampaian materi maupun

JURNAL INOVASI | I Nengah Tetep, S.Pd 69


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
kesalahan yang lain misalnya guru tidak motivating your mind (memberikan
memberikan waktu tenggang kepada siswa motivasi kepada siswa) dalam bentuk
untuk berpikir, akan terus berulang pertanyaan kontekstual serta dihadirkannya
sehingga siswa akan menerima sesuatu alat peraga pada tahap acquiring the
yang tidak benar. Di lain pihak, siswa tidak information untuk membuktikan kebenaran
mau merefleksi apakah mereka sudah suatu konsep. Melalui pemberian
mengerti konsep yang telah dibahas. pertanyaan kontekstual, diharapkan siswa
Berdasarkan hasil wawancara, siswa malu tertarik menelusuri lebih jauh jawaban
menyampaikan konsep yang belum pertanyaan tersebut dengan cara mencari
dimengerti karena mereka takut dibilang informasi-informasi dengan menggunakan
bodoh oleh teman-temannya. Menurut pemahaman, keterampilan, dan sikap yang
Rose & Nicholl (1997) kegiatan refleksi mereka miliki sehingga nantinya
membantu siswa mengubah karang keterampilan mereka dalam melaksanakan
penghalang yang keras menjadi batu kegiatan diskusi lebih terasah dan mampu
pijakan untuk melompat ke depan. Menurut menemukan sendiri konsep-konsep; 3)
Zimerman (dalam Kitsantas, dkk., 2004) daya ingat siswa akan meningkat
kemajuan siswa dalam belajar akan dikarenakan siswa dihadapkan langsung
meningkat apabila siswa didorong untuk pada permasalahn kontekstual untuk
menggunakan pengaturan diri dalam membuktikan kebenaran suatu konsep dan
memperoleh pengalaman baru. juga ada tahap khusus yang dinamakan
Berdasarkan pendapat tersebut, dalam tahap trrigering out the memory. Pada tahap
proses pembelajaran sangat diperlukan ini siswa diajak untuk mengingat kembali
adanya refleksi baik dari diri siswa sendiri konsep yang telah mereka peroleh selama
maupun dari guru untuk meningkatkan proses pembelajaran; 4) tahap terakhir dari
kualitas hasil dan proses pembelajaran. strategi MASTER yaitu reflecting how you
Berdasarkan permasalahan yang terjadi have learn memberikan kesempatan kepada
di kelas VII H SMP Negeri 1 Kubu, perlu siswa untuk merefleksi konsep-konsep
diterapkan suatu model atau strategi baru yang belum dimengerti serta merefleksi
dalam pembelajaran yang mampu: 1) kelemahan-kelemahan yang terjadi pada
meningkatkan sikap kreatif siswa dalam saat pelaksanaan proses pembelajaran; 5)
melaksanakan pembelajaran; 2) aspek hasil belajar memperoleh perlakuan
meningkatkan motivasi belajar siswa yang yang seimbang. Penilaian tidak hanya
nantinya berimplikasi pada meningkatnya dilakukan pada aspek kognitif saja. Peran
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran; guru dalam pembelajaran adalah untuk
3) meningkatkan daya ingat siswa; 4) mengarahkan diskusi, baik pada kelompok
meningkatkan kemampuan evaluasi diri ahli maupun nantinya pada kelompok
guru maupun siswa; 5) memberikan dasar/asal. Ini penting, sebab siswa
perlakuan yang sama terhadap hasil belajar mempelajari materi bukan seperti metode
siswa yaitu aspek kognitif. Salah satu ceramah, dimana terjadi transfer ilmu dari
model atau strategi yang dipilih adalah guru ke siswa. Pada model pembelajaran
strategi MASTER. Strategi MASTER kooperatif tipe Jigsaw, siswalah yang
mampu mengatasi permasalahan tersebut secara aktif membangun pengetahuan
dikarenakan: 1) dengan mereka sendiri. Tentunya siswa
mengimplementasikan strategi MASTER, mendapatkan arahan dari guru untuk
siswa diberikan kebebasan merancang mempelajari materi, terutama materi-materi
sendiri diskusi untuk menemukan yang baru bagi siswa.
kebenaran suatu konsep dengan Strategi MASTER diajukan pertama kali
menggunakan bantuan LKS; 2) proses oleh Jayne Nicholl (Rose & Nicholl, 1997).
pembelajaran dengan menggunakan Strategi MASTER merupakan perwujudan
strategi MASTER diawali dengan kegiatan dari filosofi konstruktivisme dalam belajar

JURNAL INOVASI | I Nengah Tetep, S.Pd 70


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
dan pembelajaran yakni siswa aktif Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
mengkonstruksi makna dan menemukan siklus, masing-masing siklus dipecah
konsep dengan menggunakan seluruh menjadi sub-siklus. Siklus I terdiri dari 3
kemampuan (pengetahuan, keterampilan) sub-siklus dan begitu juga dengan siklus II.
yang telah dimiliki. Strategi MASTER Setiap sub-siklus terdiri dari empat tahapan
dapat diadopsi dalam pembelajaran kegiatan yaitu perencanaan tindakan,
dikarenakan strategi MASTER tidak hanya pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi
memperhatikan bagaimana siswa dan refleksi seperti tampak pada Gambar
mengetahui konsep tetapi juga menuntut berikut:
bagaimana proses siswa dalam memperoleh
konsep tersebut, sehingga adanya
keseimbangan antara proses dan produk
dalam pembelajaran. Pendapat ini sejalan
dengan salah satu prinsip MASTER dalam
proses pembelajaran yang menyatakan
bahwa belajar berasal dari mengerjakan
pekerjaan itu sendiri (Meier, 2000).
Keunggulan strategi MASTER dalam
pembelajaran adalah membangkitkan
semua potensi yang ada dalam diri siswa Tiap-tiap siklus memiliki atau terdiri
sehingga siswa memperoleh hasil yang dari empat tahapan. Empat tahapan itu
maksimal dalam belajar (Rose & Nicholl, terdiri dari:
1997). 1. Tahap Perencanaan (Planing)
Metode Penelitian Dalam tahap ini peneliti menjelaskan
Penelitian ini merupakan penelitian tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh
tindakan kelas (classroom action research) siapa dan bagai mana tindakan tesebut di
yang bertujuan meningkatkan dan lakukan. Di tahap perencanaan peneliti
memperbaiki proses pembelajaran di menentukan titik atau fokus peristiwa yang
sekolah tempat berlangsungnya penelitian. perlu mendapat perhatian khusus untuk di
Penelitian ini menggunakan pendekatan amati, kemudian membuat sebuah
colaboratif action research sebagaimana instumen pengamatan untuk membantu
yang dikedepankan oleh Sudijono (2003). peneliti menerapakan fakta yang terjadi
Penelitian ini lebih memfokuskan pada selama tindakan berlangsung dan
masalah yang dikaji dan proses refleksi mempunyai pandangan kedepan agar
seperti yang diungkapkan Lasmawan kwalitas pembelajaran menjadi lebih baik
(2003). Rasional dari pemilihan pendekatan serta dapat mencapai tujuan yaitu
action research lebih disandarkan pada meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi
jenis data dan fokus masalah yang akan belajar siswa.
dikaji dalam penelitian yaitu phenomena 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
didaktik metodik yang berintikan pada Tahap kedua dari penelitian tindakan
dinamika sosial yang menuntut sejumlah adalah pelaksanaan yang merupakan
data dan verifikasi kejadian. implementasi atau penerapan isi rancangan,
Penelitian tindakan didasarkan pada yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal
filosofi bahwa setiap manusia tidak suka yang perlu di ingat adalah dalam tahap
atas hal-hal yang statis, tetapi selalu kedua ini pelaksanaan guru harus ingat dan
menginginkan sesuatu yang lebih baik. berusaha menaati apa yang sudah di
Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik rumuskan dalam rancangan, tetapi harus
ini dilakukan terus menerus sampai tujuan pula berlaku wajar, tidak di buat-buat.
tercapai (Arikunto, Suhardjono, Supardi, 3. Tahap Pengamatan (Observing)
2006).

JURNAL INOVASI | I Nengah Tetep, S.Pd 71


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Tahap ke-3 yaitu kegiatan pengamatan pertanyaan-pertanyaan yang sering
yang di lakukan oleh pengamat. Sebetulnya dihadapi oleh siswa di kehidupan sehari-
sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini hari; (b) siswa tidak terlibat secara aktif
di pisahkan dari pelaksanaan tindakan dalam menemukan konsep; (c) guru tidak
karena seharusnya pengamatan di lakukan pernah mengajak siswa untuk mengulang
pada waktu tindakan sedang di lakukan. kembali konsep yang diperoleh; (d) konsep
Jadi, keduanya berlangsung dalam aktu hanya diberikan secara lisan oleh guru,
yang bersamaan. Sebutan tahap ke-2 di sehingga bagi siswa konsep itu sangat
berikan untuk memberikan peluang kepada abstrak dan sulit untuk dimengerti.; (e)
guru pelaksana yang juga bersetatus kurangnya refeksi siswa dan guru terhadap
sebagai pengamat Ketiga guru tersebut pelaksanaan proses penilaian; (f) penilaian
sedang melakukan tindakan, karena yang dilakukan guru cenderung hanya pada
hatinyamenyatu dengan kegiatan, tentu aspek kognitif saja. Hal ini bermuara pada
tidak sempat menganalisis peristiwa sedang rendahnya sikap kreatif dan hasil belajar
terjadi. Oleh karena itu, kepada guru siswa.
pelaksana yang bersetatus sebagai Adapun yang menjadi objek penelitian
pengamat agar melakukan “pengamatan ini sebagai berikut.
balik” terhadap apa yang terjadi dalam 1) Sikap kreatif siswa dalam pembelajaran
tindaka berlangsung. melalui implementasi model belajar
4. Tahap Refleksi (Reflection) akselerasi dengan strategi MASTER.
Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk Dalam penelitian ini, indikator sikap
mengemukankan kembali apa yag sudah di kreatif mencakup:
lakukan. istilah Reflesi berasal dari kata a. mempunyai sifat ingin tahu
reflection, yang di terjemahkan ke dalam b. memiliki ide yang orisinil dan
Bahasa Indonesia pemantulan. Dapat di mampu melaksanakan ide tersebut.
simpulkan dalam kegiatan refleksi ada c. berani mengambil resiko
usaha untuk mengingat, merenungkan (Dimodifikasi dari Yudha, 2003)
mencermati, dan menganalisa kembali 2) Hasil belajar siswa dalam pembelajaran
suatu tindakan yang telah di lakukan melalui implementasi model belajar
sebagai mana yang telah di catat dalam akselerasi dengan strategi MASTER.
observasi. Hasil belajar PKn siswa mencakup
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII aspek kognitif yang dinilai adalah hasil
H SMP Negeri 1 Kubu tahun pelajaran tes akhir siklus tanggung jawab siswa
2018/2019 dengan jumlah 33 orang. selama proses belajar mengajar
Adapun alasan mengapa peneliti memilih berlangsung.
kelas ini, yakni: 1) sikap kreatif siswa Hasil Penelitian dan Pembahasan
dalam melaksanakan pembelajaran masih Hasil Penelitian
rendah. Rendahnya sikap kreatif siswa Perkembangan hasil penelitian antara
dikarenakan dalam belajar siswa sudah siklus I dan siklsu II dapat dilihat kembali
terbiasa mengikuti pola pembelajaran yang pada hasil belajar siswa selama siklus I dan
sangat tertruktur dan terurut sedemikian siklus II yang meliputi sikap kreatif, hasil
rupa sehingga siswa bekerja seperti robot belajar. Perbandingan hasil penelitian ini
karena tidak ada lagi yang perlu dipikirkan bertujuan untuk mengetahui keberhasilan
kecuali mengikuti petunjuk yang telah penelitian.
dirinci sedemikian rupa; 2) hasil belajar Perbandingan sikap kreatif siklus I
siswa masih rendah. Rendahnya hasil dengan sikap sosial siklus II disajikan pada
belajar siswa dikarenakan dalam proses Tabel berikut :
belajar mengajar: (a) guru kurang Tabel Perbandingan Nilai Rata-rata sikap
mengkaitkan pembelajaran dengan dunia kreatif
nyata siswa dengan memberikan

JURNAL INOVASI | I Nengah Tetep, S.Pd 72


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x

Rata-rata nilai sikap kreatif siswa disajikan


pada Gambar berikut ini.
Gambar Rata-rata hasil belajar siswa siklus
I dan siklus II
Berdasarkan Tabel, tampak bahwa nilai
rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari
73,64 pada siklus I menjadi 86,67 pada
siklus II hal ini mengindikasikan terjadi
peningkatan hasil belajar sebesar 17,70%.
Pada siklus I ketuntasan klasikal siswa
adalah 60,61% (KK<85%) berada pada
kategori belum tuntas, dan pada siklus II
Perbandingan Nilai Rata-rata Sikap Kreatif adalah 93,94% (KK>85%) berada pada
Siswa Siklus I dan II kategori tuntas. Berdasarkan hasil tersebut,
Berdasarkan Gambar terlihat bahwa dapat disimpulkan bahwa implementasi
nilai rata-rata sikap kreatif siswa siswa model pembelajaran akselerasi dengan
meningkat dari 41,98 dengan kategori strategi MASTER dapat meningkatkan
cukup kreatif pada siklus I menjadi 59,48 hasil belajar siswa.
dengan kategori kreatif pada siklus II. Hal Pembahasan
ini mengindikasikan terjadi peningkatan Temuan aspek sikap kreatif,
sikap kreatif siswa dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa implementasi model
sebesar 41,71%. Berdasarkan hasil belajar akselerasi dengan strategi MASTER
tersebut, dapat disimpulkan bahwa meningkatkan sikap kreatif siswa dari
implementasi model pembelajaran siklus I ke siklus II. rata-rata sikap kreatif
akselerasi dengan strategi MASTER dapat siswa siswa meningkat dari 41,98 dengan
meningkatkan sikap kreatif siswa. kategori cukup kreatif pada siklus I menjadi
Hal yang sama juga dilakuan pada hasil 59,48 dengan kategori kreatif pada siklus II.
belajar siswa. Setiap siklus data yang Hal ini mengindikasikan terjadi
diperoleh dibandingkan untuk mengetahui peningkatan sikap kreatif siswa dari siklus
tingkat keberhasilan penelitian yang telah I ke siklus II sebesar 41,71%. Adanya
dilaksanakan. Perbandingan nilai rata-rata peningkatan nilai rata-rata sikap kreatif
hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel. siswa dikarenakan peran fasilitator dalam
Tabel Perbandingan Nilai Hasil Belajar memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk
Siswa belajar dapat berjalan dengan optimal.
Fasilitator memberikan pertanyaan-
pertanyaan kontekstual dan pertanyaan
penuntun, memberikan bimbingan yang
lebih intensif dan juga memberikan
penguatan/dorongan kepada siswa. Melalui
proses tersebut rasa ingin tahu siswa
Rata-rata nilai hasil belajar siswa pada bertambah, siswa mampu merancang dan
masing-masing siklus dapat dilihat pada melaksanakan diskusi dengan baik untuk
Gambar berikut membuktikan suatu konsep serta mampu

JURNAL INOVASI | I Nengah Tetep, S.Pd 73


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
mengemukakan dan mempertahankan sikap kreatif siswa siswa meningkat dari
pendapatnya dengan lugas di depan kelas 41,98 dengan kategori cukup kreatif
sehingga nantinya bermuara pada pada siklus I menjadi 59,48 dengan
meningkatnya sikap kreatif siswa. kategori kreatif pada siklus II. Hal ini
Temuan hasil belajar, menunjukkan mengindikasikan terjadi peningkatan
bahwa implementasi model belajar sikap kreatif siswa dari siklus I ke siklus
akselerasi dengan strategi MASTER II sebesar 41,71%.
meningkatkan hasil belajar siswa dari 2) Implementasi strategi “MASTER”
siklus I ke siklus II. Berdasarkan hasil dalam pembelajaran PKn dapat
analisis nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkatkan hasil belajar siswa kelas
meningkat dari 73,64 pada siklus I menjadi VII H SMP Negeri 1 Kubu tahun
86,67 pada siklus II hal ini pelajaran 2018/2019. Nilai rata-rata
mengindikasikan terjadi peningkatan hasil hasil belajar siswa meningkat dari 73,64
belajar sebesar 17,70%. Pada siklus I pada siklus I menjadi 86,67 pada siklus
ketuntasan klasikal siswa adalah 60,61% II hal ini mengindikasikan terjadi
(KK<85%) berada pada kategori belum peningkatan hasil belajar sebesar
tuntas, dan pada siklus II adalah 93,94% 17,70%. Pada siklus I ketuntasan
(KK>85%) berada pada kategori tuntas. klasikal siswa adalah 60,61%
Adanya peningkatan nilai rata-rata (KK<85%) berada pada kategori belum
kompetensi kognitif siswa disebabkan tuntas, dan pada siklus II adalah 93,94%
karena: (1) peran fasilitator dalam (KK>85%) berada pada kategori tuntas.
memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk Dengan hasil ini, maka disarankan
belajar dapat berjalan dengan optimal; (2) kepada guru PKn agar berusaha mencoba
fasilitator memberikan bimbingan yang menerapkan strategi pembelajaran
lebih intensif pada siswa dalam MASTER dalam pembelajaran PKn
memecahkan permasalahan yang timbul sebagai upaya untuk meningkatkan
dalam kelompoknya masing-masing; (3) kreatifitas dan hasil belajar PKn.
siswa dapat membuktikan kebenaran suatu Daftar Rujukan
konsep dengan kegiatan eksperimen; (4) Anita Lie. 2004. Cooperative Learning
proses pelaksanaan diskusi kelompok yang Mempraktikkan Cooperative
lebih baik sehingga siswa bisa tukar Learning di
pendapat dengan temannya; (5) Ruang-Ruang Kelas. Jakarta. Grasindo.
diberikannya latihan soal-soal Arikunto, S; Suhardjono; Supardi. 2006.
permasalahan kontekstual; (6) siswa Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
diberikan kesempatan untuk PT Bumi Aksara.
menyampaikan konsep yang belum Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian
dipahami. Melalui proses tersebut, siswa Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksar
dapat memahami materi pembelajaran yang Hubbard, L. R. 2002. Learning How to
sedang dipelajari sehingga mampu Learn. Jakarta: PT Gramedia
meningkatkan pencapaian aspek kognitif Widiasarana.
(pengetahuannya). Meier, D. 2000. The Accelerated Learning
Simpulan dan Saran Handbook. Bandung: Kafia.
Berdasarkan hasil analisis data dan Rose, C. & Nicholl, M.1997. Accelerated
pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal Learning for The 21st Century.
sebagai berikut. Jakarta: Yayasan Nuansa Cendikia
1) Implementasi strategi “MASTER” Sudijono, A. 2003. Pengantar evaluasi
dalam pembelajaran PKn dapat pendidikan. Jakarta: PT Raja
meningkatkan sikap kreatif siswa kelas Grafindo Persada.
VII H SMP Negeri 1 Kubu tahun
pelajaran 2018/2019. Nilai rata-rata

JURNAL INOVASI | I Nengah Tetep, S.Pd 74


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS
MELALUI SUPERVISI EDUKATIF KOLABORATIF
SECARA PERIODIK

Oleh
DRS.I GUSTI LANANG WEDA

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan langkah-langkah supervisi edukatif
kolaboratif secara periodik dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai prestasi belajar, melaksanakan tindak lanjut penilaian prestasi belajar
siswa yang dapat meningkatkan kinerja guru. Peningkatan kinerja ini melalui supervisi edukatif
kolaboratif secara periodik. Berdasarkan hasil supervisi edukatif siklus I dan siklus II kinerja
guru meningkat, yakni siklus I Kinerja guru dalam menyusun rencana pembelajaran siklus I
mencapai 68,98% sedangkan siklus II 94,91%. Kinerja guru dalam melaksanakan
pembelajaran siklus I mencapai 64,77% sedangkan siklus II mencapai 89,77%. Kinerja guru
dalam menilai prestasi belajar siklus I mencapai 66,67% sedangkan siklus II 88,89%. Kinerja
guru dalam melaksanakan tindak lanjut penilaian prestasi belajar siswa pada siklus I mencapai
60,00% sedangkan siklus II 86,67%. Dengan demikian tindakan siklus II rata-rata sudah di atas
75%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja guru meningkat
dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai prestasi belajar,
melaksanakan tindak lanjut penilaian prestasi belajar siswa.

Kata-kata kunci : Kinerja Guru, Supervisi Edukatif Kolaboratif

Pendahuluan Seorang guru harus selalu meningkatkan


Untuk Undang-undang Sistem kemampuan profesionalnya, pengetahuan,
Pendidikan (2003:37) menjelaskan bahwa sikap dan keterampilannya secara terus-
setiap pembaruhan sistem pendidikan menerus sesuai perkembangan ilmu
nasional untuk memperbarui visi, misi dan pengetahuan dan teknologi termasuk
strategi pembangunan pendidikan nasional. paradigma baru pendidikan yang
Menurut Syamsuddin (2005:66) ada tiga menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah
komponen utama yang saling berkaitan dan (MBS) dan Kurikulum 2013. Menurut
memiliki kedudukan strategis dalam Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
kegiatan belajar mengajar. Ketiga Departeman Pendidikan Nasional (2004:2)
komponen tersebut adalah kurikulum, guru, seorang guru harus memenuhi tiga standar
dan pembelajar (siswa). Ketiga komponen kompetensi, di antaranya: (1) Kompetensi
itu, guru menduduki posisi sentral sebab Pengelolaan Pembelajaran dan Wawasan
peranannya sangat menentukan. Dalam Kependidikan, (2) Kompetensi Akademik/
pembelajaran seorang guru harus mampu Vokasional sesuai materi pembelajaran, (3)
menerjemahkan nilainilai yang terdapat Pengembangan Profesi. Ketiga kompetensi
dalam kurikulum secara optimal. tersebut bertujuan agar guru bermutu,
Walaupun sistem pembelajaran sekarang menjadikan pembelajaran bermutu juga,
sudah tidak theacher center lagi, namun yang akhirnya meningkatkan mutu
seorang guru tetap memegang peranan pendidikan Indonesia.
yang penting dalam membimbing siswa. Untuk mencapai tiga kompetensi
Bahkan berdasarkan seorang guru harus tersebut, sekolah harus melaksanakan
mempunyai pengetahuan yang memadai pembinaan terhadap guru baik melalui
baik di bidang akademik maupun workshop, PKG, diskusi dan supervisi
pedagogik. edukatif. Hal itu harus dilakukan secara

JURNAL INOVASI | Peningkatan Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Di Kelas 75


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
periodik agar kinerja dan wawasan guru sebagian besar terletak pada diri kepala
bertambah sebab berdasarkan diskusi yang sekolah itu sendiri. Lebih lanjut Pidarta
dilakukan guru di SMP Negeri 1 Sidemen, menyatakan bahwa kepala sekolah
rendahnya kinerja dan wawasan guru memiliki peran dan tanggung jawab
diakibatkan (1) rendahnya kesadaran guru sebagai manajer pendidikan, pemimpin
untuk belajar, (2) kurangnya kesempatan pendidikan, supervisor pendidikan, dan
guru mengikuti pelatihan, baik secara administrator pendidikan.
regional maupun nasional, (3) kurang Supervisi merupakan salah satu tugas
efektifnya PKG, (4) supervisi pendidikan kepala sekolah yang bertujuan untuk
yang bertujuan memperbaiki proses membantu memperbaiki dan meningkatkan
pembelajaran cenderung menitikberatkan pengelolaan dari aspek yang disupervisi
pada aspek administrasi. dan orang yang melakukan supervisi.
Kompetensi merupakan spesifikasi dari Aspek yang disupervisi bisa berupa
kemampuan, keterampilan dan sikap yang administrasi, dan edukatif, sedangkan
dimiliki seseorang serta penerapannya di orang yang melakukan supervisi adalah
dalam pekerjaan, sesuai dengan standar pengawas, kepala sekolah, instruktur mata
kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan pelajaran. Adapun orang yang disupervisi
(Dirjen Dikdasmen, 2004:4). Berdasarkan bisa kepala sekolah, guru mata pelajaran,
pendapat tersebut seorang yang bekerja guru pembimbing, tenaga edukatif yang
sebagai guru, yang pekerjaan itu menurut lain, tenaga administrasi, dan siswa.
Undang- Undang Guru tahun 2006 Supervisi edukatif merupakan supervisi
merupakan pekerjaan profesional maka yang diarahkan pada kurikulum
guru harus memenuhi standar-standar pembelajaran, proses belajar mengajar,
minimal yang dibutuhkan oleh Depdiknas. pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Seorang guru yang profesional akan Supervisi ini dapat dilakukan oleh
kelihatan sikap dan kinerjanya dalam pengawas, kepala sekolah, maupun guru
kehidupan sehari-hari. Semua hasil senior yang sudah pernah menjadi
kerjanya harus dapat diukur oleh indikator. instruktur mata pelajaran. Menurut Dirjen
Oleh sebab itu, Dirjen Dikdasmen (2004:8) Dikmenum pelaksanaan supervisi tersebut
merumuskan indikator kompetensi, yang dapat dilakukan dengan cara (1)
masing-masing komponen tersebut, di wawancara, (2) observasi.
antaranya adalah: (1) Komponen Selain wawancara, pengawas dan atau
Kompetensi pengelolaan pembelajaran, (2) kepala sekolah dapat melaksanakan
komponen kompetensi wawasan observasi kepada guru dalam proses belajar
pendidikan, (3) komponen kompetensi mengajar atau dalam kegiatan bimbingan
akademik/vokasional, (4) komponen dan konseling. Dalam melaksanakan
kompetensi pengembangan profesi. observasi, pengawas atau kepala sekolah
Keberhasilan sekolah sangat bergantung dapat memilih satu atau beberapa kelas,
pada keberhasilan kepala sekolah. Sekolah serta mengamati kegiatan guru dan layanan
yang dikepalai oleh orang yang mempunyai bimbingan. Menurut Dirjen Dikmenum
komitmen tinggi terhadap peningkatan observasi tersebut bisa berupa: (1)
mutu maka sekolah tersebut akan cepat Observasi kegiatan belajar mengajar
berkembang karena kunci keberhasilan meliputi: (a) persiapan mengajar, (b)
sekolah sangat bergantung pada kepalanya. pelaksanaan satuan pelajaran di dalam
Menurut Pidarta dalam Pelangi (2005:23) kelas, dan (c) pelaksanaan penilaian. (2)
kepala sekolah merupakan kunci Observasi kegiatan Bimbingan dan
kesuksesan sekolah dalam mengadakan konseling meliputi: (a) program kegiatan
perubahan. Sehingga kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, (b)
meningkatkan dan memperbaiki program pelaksanaan bimbingan dan konseling di
dan proses pembelajaran di sekolah sekolah, (c) kelengkapan administrasi/

JURNAL INOVASI | Drs.I Gusti Lanang Weda 76


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
perlengkapan Bimbingan dan Konseling, siswa berdasarkan standar kompetensi guru
(d) penilaian dan laporan. yang telah ditetapkan oleh Depdiknas
Metode Penelitian sebagai berikut.
Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan. Karena penelitian ini merupakan
penelitian tindakan, maka pelaksanakan ini
dilaksanakan secara siklus. Pelaksanaannya Hasil Penelitian dan Pembahasan
selama dua siklus. Siklus siklus tersebut Hasil Penelitian
merupakan rangkaian yang saling Dari Hasil siklus pertama dapat dilihat
berkelanjutan, maksudnya siklus kedua pada tabel tabel berikut ini
merupakan kelanjutan dari siklus pertama.
Setiap siklus selalu ada persiapan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pemantauan dan
evaluasi, dan refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan pada
semester Ganjil tahun pelajaran 2019/2020
bertempat di SMP Negeri 1 Sidemen.
Subjek dalam penelitian ini adalah Guru
Mata Pelajaran. Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukan
Teknik pengumpulan data pada bahwa hasil refleksi penentuan
penelitian ini terdiri atas tiga kegiatan perencanaan supervisi siklus 1 diperoleh
pokok yakni pengumpulan data awal, data rata-rata persentase sebesar 68,98%.
hasil analisis setiap akhir siklus, dan Dengan demikian dapat disimpulkan
tanggapan lain (masukan) dari guru bahwa perencenaan supervisi siklus 1
terhadap pelaksanaan supervisi edukatif masuk dalam kategori belum berhasil.
model kolaboratif. Keseluruhan data yang
terkumpul selanjutkan dipergunakan untuk
menilai keberhasilan tindakan yang
diberikan, yaitu
1. Terjadi peningkatan kinerja guru dalam
menyusun rencana pembelajaran.
2. Terjadinya peningkatan kinerja guru
dalam melaksanakan pembelajaran
3. Terjadinya peningkatan kinerja guru
dalam menilaia prestasi belajar siswa. Berdasarkan Tabel 2 di atas pelaksanaan
4. Terjadinya peningkatan kinerja guru pembelajaran supervisi siklus menunjukan
dalam melaksanakan tindak lanjut hasil bahwa hasil refleksi 1 diperoleh rata-rata
penilaian prestasi belajar siswa. persentase keberhasilan sebesar 64,77 %.
5. Terjadinya pembelajaran efektif yang Dengan perencenaan supervisi siklus 1
mampu memotivasi belajar siswa masuk demikian dapat disimpulkan bahwa
dengan meningkatnya hasil belajar dalam kategori belum berhasil.
terutama nilai ujian akhir sekolah (PAS).
Teknik analisis data dalam penelitian ini
adalah menggunakan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan
untuk menjelaskan perubahan perilaku guru
dalam pembelajaran dan perilaku
supervisor dalam melaksanakan supervisi
guru. Adapun analisis kuantitatif digunakan Berdasarkan Tabel 3 di atas menunjukan
untuk mengetahui keberhasilan guru dan bahwa hasil refleksi penilaian prestasi

JURNAL INOVASI | Drs.I Gusti Lanang Weda 77


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
belajar supervisi siklus 1 diperoleh rata-rata pembelajaran tindakan supervisi siklus II
persentase keberhasilan sebesar 66,67 %. diperoleh rata-rata persentase keberhasilan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebesar 89,77%. Dengan demikian dapat
perencenaan supervisi siklus 1 masuk disimpulkan bahwa perencenaan supervisi
dalam kategori belum berhasil. siklus II sudah berhasil.

Berdasarkan Tabel 4 di atas menunjukan


Berdasarkan Tabel 7 di atas menunjukan
bahwa hasil refleksi pelaksnaan tindak
bahwa hasil penilaian prestasi belajar
lanjut hasil penilaian supervisi siklus 1
supervisi siklus II diperoleh ratarata
diperoleh rata-rata persentase keberhasilan
persentase keberhasilan sebesar 88,89%.
sebesar 60,00%. Dengan demikian dapat
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
disimpulkan bahwa perencenaan supervisi
perencenaan supervisi siklus II sudah
siklus 1 masuk dalam kategori belum
berhasil.
berhasil.
Siklus II dilaksanakan berdasarkan
temuan siklus I. Bagian yang sudah baik
dipertahankan, sedangkan bagian yang
persentasi keberhasilannya kecil diperbaiki
pada siklus II ini. Hasil siklus II dapat
dilihat pada Tabel berikut ini.
Berdasarkan Tabel 8 di atas menunjukan
bahwa hasil pelaksnaan tindak lanjut hasil
penilaian supervisi siklus II diperoleh rata-
rata persentase keberhasilah sebesar
86,67%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa perencenaan supervisi
siklus II sudah berhasil.
Pembahasan
Berdasarkan Tabel 5 di atas menunjukan
Berdasarkan Pembahasan didasarkan
bahwa hasil refleksi penentuan
pada teori-teori yang sudah ada, baik
perencanaan supervisi siklus II diperoleh
berdasarkan pada referensi mapun dari
rata-rata persentase keberhasilan sebesar
ucapan ahli di bidang penelitian ini.
94,91%. Dengan demikian dapat
Adapun pembahasan hasil penelitian ini
disimpulkan bahwa perencenaan supervisi
sebagai berikut.
siklus II masuk dalam kategori berhasil.
Temuan pertama, kinerja guru
meningkat dalam membuat perencanaan
pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya
kerja sama antara guru kelas yang satu
dengan lainnya serta diberi pengarahan
oleh peneliti. Langkah-langkah yang dapat
meningkatkan kinerja guru dalam membuat
persiapan pembelajaran adalah: (1) Peneliti
memberikan format supervisi dan jadwal
supervisi pada awal tahun pelajaran atau
Berdasarkan Tabel 6 di atas menunjukan
awal semester. Pelaksanaan supervisi tidak
bahwa hasil refleksi pelaksanaan

JURNAL INOVASI | Drs.I Gusti Lanang Weda 78


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
hanya dilakukan sekali, (2) Peneliti selalu dalam pembelajaran baik yang positif
menanyakan perkembangan pembuatan maupun yang negatif, (4) Peneliti selalu
perangkat pembelajaran (mengingatkan memberi contoh pembelajaran yang
betapa pentingnya perangkat berorientasi pada Modern Learning. (5)
pembelajaran), (3) satu minggu sebelum Jika ada guru yang pembelajarannya
pelaksanaan supervisi perangkat kurang jelas tujuan, penyajian, umpan
pembelajaran, Peneliti menanyakan format balik, Peneliti memberikan contoh
penilaian, jika format yang diberikan pada bagaimana menjelaskan tujuan,
awal tahun pelajaran tersebut hilang, maka menyajikan, memberi umpan balik kepada
guru yang bersangkutan disuruh guru tersebut, (6) Setelah guru diberi
memfotokopi arsip sekolah. Jika di sekolah contoh pembelajaran modern, Peneliti
masih banyak format seperti itu maka guru setiap dua atau tiga minggu mengunjungi
tersebut diberi kembali. Bersamaan dengan atau mengikuti guru tersebut dalam proses
memberi/menanyakan format, Peneliti pembelajaran.
meminta pengumpulan perangkat Temuan ketiga, kinerja guru meningkat
pembelajaran yang sudah dibuatnya untuk dalam menilai prestasi belajar siswa. Pada
untuk diteliti kelebihan dan penelitian tindakan yang dilakukan di
kekurangannya, (4) Peneliti memberikan SMP Negeri 1 Sidemen ini ternyata
catatan-catatan khusus pada lembaran pelaksanaan supervisi edukatif kolaboratif
untuk diberikan kepada guru yang akan secara periodik memberikan dampak positif
disupervisi tersebut. (5) Peneliti dalam terhadap guru dalam menyusun
menilai perangkat pembelajaran penuh soal/perangkat penilaian, melaksanakan,
perhatian dan tidak mencerminkan sebagai memeriksa, menilai, mengolah,
penilai. Peneliti bertindak sebagai menganalisis, menyimpulkan, menyusun
kolaborasi. Peneliti membimbing, laporan dan memperbaiki soal. Sebelum
mengarahkan guru yang belum bisa, tetapi diadakan supervisi edukatif secara
Peneliti juga menerima argumen guru yang kolaboratif, guru banyak yang mengalami
positif. Dengan adanya itu, terciptalah kesulitan dalam melaksankan penilaian.
hubungan yang akrap antara guru dan Langkah-langkah yang dilakukan dalam
Peneliti. Tentu saja ini akan membawa nilai supervisi edukatif kolaboratif secara
positif dalam pelaksanaan pembelajaran. periodik yang dapat meningkatkan kinerja
Temuan kedua, kinerja guru meningkat guru adalah: (1) Peneliti berdiskusi dengan
dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam guru dalam pembuatan perangkat penilaian
penelitian tindakan ini ternyata dari 24 guru sebelum dilaksanakan supervisi, (2) Guru
hampir semuanya mampu melaksanakan melaksanakan penilaian sesuai dengan
pembelajaran dengan baik. Hal ini terbukti aturan yang telah ditetapkan bersama
dari hasil supervisi. Langkah-langkah yang Peneliti yang sebagai kolaboratif dalam
dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran, (3) Guru membuat kriteria
pelaksanaan pembelajaran berdasarkan penilaian yang berkaitan dengan
penelitian tindakan ini adalah: (1) Peneliti penskoran, pembobotan, dan pengolahan
yang mengamati guru mengajar tidak nilai, yang sebelum pelaksanaan supervisi
sebagai penilai tetapi sebagai rekan bekerja didiskusikan dengan peneliti, (4) Guru
yang siap membantu guru tersebut, (2) menganalisis hasil penilaian dan
Selama pelaksaaan supervisi di di kelas melaorkannya kepada urusan kurikulum.
guru tidak menganggap Peneliti sebagai Temuan keempat, Kinerja guru
penilai karena sebelum pelaksanaan meningkat dalam melaksanakan tindak
supervisi guru dan Peneliti telah berdiskusi lanjut hasil penilaian prestasi belajar
permasalahan-permasalahan yang ada peserta didik. Langkah-langkah yang dapat
dalam pembelajaran tersebut, (3) Peneliti meningkatkan kinerja guru dalam supervisi
mencatat semua peristiwa yang terjadi di edukatif kolaboratif adalah: (1) Peneliti dan

JURNAL INOVASI | Drs.I Gusti Lanang Weda 79


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
guru bersama-sama membuat program belajar siswa jika dilaksanakan secara
tindak lanjut hasil penilaian, (2) Peneliti kolaboratif.
memberi contoh pelaksanaan tindak lanjut, 3. Supervisi edukatif kolaboratif akan
yang akhirnya dilanjutkan oleh guru dalam bermakna jika supervisornya adalah
pelaksanaan yang sebenarnya, (3) Peneliti teman sejawat yang sudah mampu pada
mengajak diskusi pada guru yang telah mata pelajaran yang bersangkutan.
membuat, melaksanakan, dan menganalis 4. Kepala sekolah perlu memberi
program tindak lanjut. kesempatan pada guru-guru yang
Temuan kelima, Kinerja guru meningkat dianggap sudah mampu mensupervisi
dalam menyusun program pembelajaran, guru lain.
melaksanakan pembelajaran, menilai Daftar Rujukan
prestasi belajar, dan melaksanakan tindak Aris suherman dan Ondi Saondi (2010)
lanjut hasil prestasi belajar siswa. Etika Profesi Keguruan Bandung: PT
Simpulan dan Saran Refika Aditama
Simpulan Davies, Ivor K., (terj.), Pengelolaan
Berdasarkan hasil penelitian di atas Belajar, Jakarta: Rajawali Perss.
dapat disimpulkan bahwa : 1991, Cet. Ke-2.
Pelaksanaan supervisi edukatif Direktorat Pendidikan Menegah Umum
kolaboratif secara periodik dapat (Dikmenum). Universitas. PTS
meningkatkan kinerja guru dalam menilai Dirjen Dikdasmen. 2004. Petunjuk
prestasi belajar siswa dengan langkah- Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di
langkah sebagai berikut: Sekolah. Jakarta: Depdiknas
a) Supervisor berdiskusi dengan guru Dirjen Dikmenum 1884. Manajemen
dalam pembuatan perangkat penilaian Berbasis Sekolah. Jakarta:
sebelum dilaksanakan supervisi. Depdiknas.
b) Guru melaksnakan penilaian sesuai Djazuli. 2000. Evaluasi Hasil Belajar :
dengan aturan yang telah ditetapkan Yokyakarta : Pustaka Belajar
bersama supervisor yang sebagai Kusmianto (1997) Panduan Penilaian
kolaboratif dalam pembelajaran. Kinerja Guru oleh Pengawas. Jakarta
c) Guru membuat kriteria penilaian yang Pelangi. 2005. Administrasi dan Supervisi
berkaitan dengan penskoran, Pendidikan.Bandung: Remaja Karya.
pembobotan, dan pengolahan nilai, yang Pidarta, I Made.1980. Perencana
sebelum pelaksanaan supervisi Pendidikan Dengan Pendekatan
didiskusikan dengan supervisor. Sistim. Jakarta: Rineke Cipta
d) Guru menganalisis hasil penilaian dan Rivai Veizhal. 2004 Manajemen Sumber
melaporkannya kepada urusan Daya Manusia Untuk Perusahaan
kurikulum. Dari Teori Pratik. Jakarta:PT:
Saran rajaGrafindo Persada
Berdasarkan temuan-temuan Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006.
penelitian tindakan ini, ada beberapa saran Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
yang perlu disampaikan kepada pengambil PT Bumi Aksara
kebijakan sekolah, di antaranya adalah. Suhardjono. 2009. Tanya jawab tentang
1. Supervisi terhadap semua guru perlu PTK dan PTS, naskah buku.
dilakukan secara periodik dan Syamsuddin, A. 2005. Psikologi
ditetapkan pada awal tahun pelajaran Pendidikan. Bandung: Yudistira
(pada saat pembagian tugas).
2. Supervisi edukatif ternyata membawa
peningkatan kinerja guru dan hasil

JURNAL INOVASI | Drs.I Gusti Lanang Weda 80


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
PENERAPAN STRATEGI KNOW WANT LEARNED (KWL)
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR IPA

Oleh:
I GUSTI AYU TRISNAWATI, S.PD

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA pada siswa Kelas
VII A SMP Negeri 1 Sidemen semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 melalui penerapan
strategi KWL. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subjek kelas VII A. Jumlah subjek
penelitian adalah 31 orang siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 16 perempuan. Objek
penelitian yang diambil meliputi dua tipe yaitu objek perlakuan dan objek amatan. Objek
perlakuan dalam penelitian ini adalah implementasi pembelajaran dengan strategi KWL,
sedangkan objek amatan adalah prestasi belajar IPA. Prestasi belajar IPA dikumpulkan dengan
menggunkan tes prestasi belajar IPA. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Penerapan
strategi KWL dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa Kelas VII A SMP Negeri 1
Sidemen semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Pada siklus I nilai rata-rata prestasi belajar
IPA siswa adalah 67 dengan kualifikasi cukup, meningkat 21% (55) dari tes awal. Pada siklus
II, nilai rata-rata prestasi belajar IPA siswa adalah 80 dengan kualifikasi baik. Hal ini
menunjukkan terjadi peningkatan nilai rata-rata prestasi belajar IPA siswa sebesar 19% dari
siklus I. Penggunaan strategi KWL dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa. Oleh kerena
itu, guru dapat memanfaatkan pembelajaran dengan strategi KWL dalam pembelajaran IPA di
kelas.

Kata-kata kunci: Strategi Know Want Learned, prestasi belajar IPA

Pendahuluan menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran


Mengacu pada Undang-Undang Nomor IPA belum mendapatkan hasil yang
20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat 1 Ilmu memuaskan. Hasil penelitian TIMSS
Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata (Trends Internasional in Mathematics and
pelajaran yang wajib diberikan kepada Science Study) yang menunjukan bahwa
pendidikan dasar. Berdasarkan Standar kemampuan siswa Indonesia dalam bidang
Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam IPA berada pada urutan ke-38 dari 40
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional negara (data Puskurbuk Litbang
Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi Kemdikbud tahun 2007). Selain itu, temuan
untuk satuan pendidikan dasar dan lain menurut Haryono (2013) proses
menengah bahwa standar kompetensi Ilmu pembelajaran IPA selama ini, guru lebih
Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan menekankan pada sejumlah fakta dan
dengan cara mencari tahu tentang konsep. Penggunaan metode ceramah yang
sistematis, sehingga IPA bukan hanya tidak variatif sering dilaksanakan dalam
penguasaan kumpulan pengetahuan yang setiap kegitan pembelajaran, sehingga
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau aktivitas pembelajaran selalu didominasi
prinsip- prinsip saja tetapi juga merupakan oleh guru. Peserta didik menjadi pebelajar
suatu proses penemuan. yang pasif, dan cepat merasa bosan dalam
Tujuan pembelajaran IPA dalam belajar. Hal ini dikarenakan pula langkanya
Kurikulum 2013 mengandung konsep- penggunaan/ pemanfaatan alat-alat
konsep yang dapat menyeimbangkan aspek penunjang pembelajaran IPA. Peserta didik
afektif, kognitif dan psikomotor siswa. hanya menjadi pendengar, penulis
Namun, kenyataaan di lapangan

JURNAL INOVASI | Penerapan Strategi Know Want Learned (KWL) 81


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
ringkasan atau pencatat materi yang ada upaya yang dilaksanakan, salah satunya
pada buku sumber. adalah dengan penggunaan strategi Know
Berdasarkan refleksi awal melalui data Want Learned (KWL). Dipilihnya strategi
dokumen, observasi, wawancara dan KWL karena strategi ini memiliki beberapa
catatan lapangan ditemukan masalah keunggulan yang dibutuhkan didalam
mangenai kualitas pembelajaran IPA kelas proses pembelajaran IPA seperti, 1) adanya
VII A SMP Negeri 1 Sidemen masih proses mengaitkan pengetahuan awal siswa
rendah. Permasalahan tersebut disebabkan dengan materi pada teks yang akan
karena guru belum menggunakan model dipelajari, 2) siswa dibimbing agar
pembelajaran inovatif yang mengaktifkan memiliki tujuan dalam memahami materi
siswa, sehingga siswa kurang antusias IPA, dan 3) siswa dapat memantau dirinya
dalam mengikuti pelajaran. Selain itu, sendiri dalam melakukan kegiatan
aktivitas tanya jawab antara guru dan siswa percobaan dan menjawab daftar pertanyaan
sebagai suatu interaksi masih jarang yang telah dibuat siswa. Diharapkan
dilakukan, sehingga siswa kurang optimis dengan menggunakan strategi KWL,
dalam menyampaikan pendapat. Guru juga prestasi belajar IPA siswa dapat meningkat.
belum menggunakan media dalam Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik
pembelajaran IPA, sehingga siswa kurang dari penggunaan metode ini dalam kegiatan
terfasilitasi dalam memahami materi yang pembelajaran IPA. Pertama, metode ini
sedang dipelajari. memberi kemungkinan pada siswa untuk
Permasalahan tersebut didukung hasil mengetahui lebih awal tentang materi
belajar IPA pada siswa kelas VII A SMP pelajaran, sehingga dapat lebih mudah
Negeri 1 Sidemen yang banyak dibawah memahami materi. Kedua, siswa memiliki
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Data kesempatan untuk menggali tentang materi
tersebut menunjukkan perlu adanya pembelajaran IPA lebih lanjut, serta siswa
penerapan model dan media pembelajaran dituntun untuk belajar mandiri dan
yang menarik agar dapat menambah bekerjasama. Lebih lanjut, pada akhir
antusias siswa untuk meningkatkan kualitas kegiatan, siswa dapat merefleksi dari hasil
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran proses kegiatan pembelajaran IPA.
IPA di VII A SMP Negeri 1 Sidemen. Ogle (1986) menjelaskan ada tiga
Permasalahan mengenai rendahnya tahapan besar dalam penerapan strategi
kualitas pembelajaran IPA di VII A SMP KWL. Pertama, tahap K (What I Know
Negeri 1 Sidemen merupakan masalah “apa yang saya ketahui”). Siswa diajak
penting dan mendesak untuk segera dicari bertukar pendapat tentang ilustrasi atau
alternatif pemecahan masalahnya. gambar-gambar yang terdapat dalam
Berdasarkan diskusi peneliti dan tim materi. Dengan aktivitas itu pengetahuan
kolaborasi, menetapkan alternatif tindakan awal siswa menjadi aktif kembali, sehingga
berupa penerapan pembelajaran inovatif pemahaman akan lebih mudah dicapai oleh
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, siswa. Pengaktifan pengetahan dilakukan
membuat siswa aktif dalam proses dengan mengangkat berbagai istilah, kata,
pembelajaran, dan menyenangkan bagi frase, atau kalimat yang merupakan kunci
siswa. Pembelajaran inovatif dalam memahami isi yang terkandung
mengutamakan peran guru sebagai dalam bacaan atau gambar. Kegiatan tahap
fasilitator, motivator, dan evaluator K ini akan menghasilkan sebuah jaring
disamping informator. Selain itu, selama laba-laba. Curah pendapat tidak perlu
proses pembelajaran diharapkan dapat sampai pada semua detail dari setiap
menambah antusias siswa dalam subtopik yang ada, karena akan terlalu
pembelajaran, serta meningkatkan banyak menyita waktu.
semangat optimistis siswa dalam Kedua, tahap W (What I Want to know
menyampaikan pendapat. Ada beberapa “apa yang ingin saya ketahui”). Guru

JURNAL INOVASI | I Gusti Ayu Trisnawati, S.Pd 82


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
mengidentifikasi berbagai hal yang bagi Metode Penelitian
siswa merupakan hal yang menarik, kurang Penelitian yang digunakan dalam
dipahami, meragukan, atau menjadi silang penelitian ini adalah jenis penelitian
pendapat. Guru menyusun sejumlah tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk
pertanyaan yang merupakan tujuan dari melakukan perbaikan dan meningkatkan
kegiatan siswa belajar. Akan lebih praktis proses pembelajaran. PTK adalah sebuah
apabila sejumlah pertanyaan tersebut bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
disusun sebelum pembelajaran, karena pelaku tindakan yang dilakukan untuk
apabila disusun dalam pembelajaran akan meningkatkan kemampuan rasional dan
menyita waktu yang lebih banyak. Apabila tindakan-tindakan mereka dalam
ada tambahan pertanyaan, guru tinggal melaksanakan tugas, memperdalam
menambahkannya. Fase ini membimbing pemahaman terhadap tindakan-tindakan
aktivitas belajar menjadi aktivitas yang yang dilakukannya itu, serta memperbaiki
bertujuan dan pikiran siswa akan lebih kondisi praktek-praktek pembelajaran
terfokus materi. Tanpa adanya tujuan yang tersebut dilakukan (Kemmis dalam
hendak dicari, pikiran siswa akan bias, Marlina, 2007).
sehingga sulit memahami materi penting Penelitian dilakukan mulai dari
dalam pembelajaran. perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
Ketiga, tahap L (What I Learned “apa dan evaluasi/refleksi yang bertujuan untuk
yang telah saya pelajari”). Siswa memperbaiki kondisi pembelajaran dan
dipersilakan melakukan percobaan sesuai meningkatkan kualitas hasil pembelajaran
dengan petunjuk Lembar Kerja Siswa yang (Arikunto, 2008). Untuk menghasilkan
telah dipersiapkan oleh guru sebelum suatu keputusan dari suatu permasalahan
kegiatan pembelajaran dimulai. Siswa penelitian ini, terlebih dahulu peneliti
bekerja sama secara berkelompok dalam melakukan penelitian awal (pra penelitian)
melakukan kegiatan dan juga untuk untuk memperoleh informasi melalui
menjawab sejumlah soal-soal yang terdapat wawancara dengan guru, mengamati
dalam LKS. Selain itu siswa juga perlu rencana pembelajaran guru, observasi
membahas bersama kelompoknya tentang pembelajaran, dan pemberian tes awal pada
sejumlah pertanyaan yang telah siswa seperti pada gambar berikut.
diterimanya pada tahap W (What I Want to
know). Siswa perlu dibimbing untuk dapat
menyelesaikan kegiatan tersebut dan
menjawab pertanyaannya. Guru juga perlu
memberikan bantuan kepada siswa yang
mengalami kesulitan dalam proses
pembelajaran.
IPA sebagai proses dalam penelitian ini
yaitu proses siswa memperoleh
pengetahuan IPA tentang proses daur air
dan kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhi daur air, yaitu percobaan
untuk mengetahui proses air sehingga dapat Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan
kembali ke bumi yang disebut hujan, (Arikunto, 2008)
mengamati video proses daur air, mencoba Penelitian ini dilaksanakan di SMP
mengurutkan gambar proses terjadinya Negeri 1 Sidemen yang beralamat di Jalan
hujan, memasangkan gambar yang Angsoka No. 1 Sidemen, Kabupaten
menunjukan kegiatan yang mempengaruhi Karangasem, Bali. Lokasi sekolah tersebut
daur, kegunaan, dan cara menghemat air. memiliki suasana yang tenang, sehingga
masih nyaman untuk kegiatan proses

JURNAL INOVASI | I Gusti Ayu Trisnawati, S.Pd 83


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
belajar mengajar. Penelitian ini difokuskan Profil perbandingan kualifikasi data
pada prestasi belajar IPA. Dalam penelitian pada tes awal, siklus I, dan siklus II
ini peneliti mengambil subjek kelas VII A disajikan pada Gambar 3 berikut ini.
karena para siswa di kelas ini mengalami
permasalahan didalam prestasi belajar IPA.
Jumlah subjek penelitian ini adalah 31
orang siswa yang terdiri dari 16 perempuan
dan 15 laki-laki.
Instrumen yang digunakan didalam
penelitian ini terbagi menjadi dua jenis
yaitu: Instrumen pembelajaran (perangkat
pembelajaran), yang digunakan peneliti Gambar 3. Kualifikasi prestasi belajar IPA
sebagai bahan acuan dalam kegiatan pada tes awal, siklus I, dan siklus II
pembelajaran adalah Rencana Pelaksanaan Pembahasan
Pembelajaran (RPP) dan Instrumen Terkait dengan hasil tes prestasi belajar
pengumpulan data yang digunakan adalah siswa, terjadi peningkatan nilai rata-rata
test. Selanjutnya data yang terkumpul dari hasil tes awal, siklus I, dan siklus II.
dianalisis secara deskriptif dengan Pada tes awal, nilai rata-rata hasil prestasi
menentukan nilai rata-rata. belajar IPA siswa sebesar 55% (kategori
Hasil Penelitian dan Pembahasan cukup) lalu meningkat 21% menjadi 67
Hasil Penelitian pada siklus I namun masih dalam kategori
Hasil penelitian ini secara rinci dapat cukup. Selanjutnya pada siklus II, nilai rata-
dipaparkan pada tabel 1 di bawah ini: rata prestasi belajar IPA siswa meningkat
menjadi 80 (kategori baik), meningkat 19%
dari siklus I, jadi dapat dikatakan bahwa
penerapan pembelajaran dengan strategi
KWL efektif digunakan dalam
Pada tes awal, nilai rata-rata prestasi pembelajaran IPA di kelas VII A. Namun
belajar IPA siswa adalah 55 dengan tidak semua siswa memiliki nilai baik
kategori cukup, pada siklus I nilai rata-rata dalam pelajaran IPA, ada 2 orang siswa
prestasi belajar IPA siswa meningkat yang memiliki nilai cukup (nilainya berada
menjadi 67 dengan kualifikasi cukup. dibawaj KKM). Ada beberapa faktor yang
Selanjutnya, pada siklus II nilai rata-rata menyebabkan kedua siswa tersebut belum
prestasi belajar IPA siswa adalah 80 dengan mencapai target yaitu, mereka kurang aktif
kualifikasi baik. Perbandingan nilai rata- pada proses pembelajaran dengan strategi
rata prestasi belajar IPA dapat disajikan KWL, dan faktor yang kedua adalah kedua
pada Gambar 2 siswa tersebut tidak hadir pada pertemuan
kedua di siklus II, sehingga mereka
memiliki waktu untuk belajar lebih sedikit
dibandingkan dengan temannya. Karena
keterbatasan waktu dan biaya, penelitian ini
dihentikan pada siklus II karena secara
klasikal rata-rata nilai siswa kelas VII A
sudah mencapai target (ketuntasan
mencapai 93%). Terkait dengan dua orang
siswa yang belum tuntas, peneliti
memberikan bimbingan khusus terhadap
Gambar 2. Perbandingan nilai rata-rata mereka, dan mewajibkan mereka untuk
prestasi belajar IPA lebih mempersiapkan diri dengan baik
sebelum belajar.

JURNAL INOVASI | I Gusti Ayu Trisnawati, S.Pd 84


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Berdasarkan nilai hasil tes soal IPA Daftar Rujukan
tersebut diatas menunjukkan bahwa Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan
penerapan strategi KWL dapat Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
meningkatkan prestasi belajar IPA. Proses Haryono. 2013. Pembelajaran IPA yang
menjadi menyenangkan dan menjamin Menarik dan Mengasyikkan.
keamanan siswa dalam berpendapat Yogyakarta: Kepel Press.
sehingga tidak ada lagi perasaan trauma, Marlina E. 2007. Penerapan Model Siklus
takut, kurang percaya diri dalam Belajar (Learning Cycle) dalam
menyampiakan pendapatnya. Hal ini akan Pembelajaran Menulis Teks Berita di Kelas
mendorong peningkatan prestasi belajar VIII SMPN 3 Bandung.
IPA siswa sehingga berdampak pada Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa
prestasi belajar IPA siswa yang optimal. dan Seni, Universitas
Jadi penerapan strategi KWL dapat Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
dijadikan salah satu alternatif yang dapat Ogle, D.M. 1986. K-W-L: A teaching
digunakan oleh guru didalam proses model that develops active reading of
pembelajaran IPA pada tingkat SMP. expository text. Reading Teacher 39: 564-
Simpulan dan Saran 570. http://www.nea.org/tools/k-w-l-
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab know-want-to-know-learned.html.
IV, penulis dapat simpulkan bahwa strategi Diakses tanggal 26 Juli 2015
KWL dapat meningkatkan prestasi belajar Permendiknas No 22. 2006. Standar Isi dan
IPA pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Lampiran Standar Kompetensi dan
Sidemen semester ganjil tahun pelajaran Kompetensi Dasar. Handout
2019/2020. Pada tes awal, nilai rata-rata
prestasi belajar IPA siswa sebesar 55, lalu
meningkat pada siklus I dengan nilai rata-
rata prestasi belajar IPA adalah 64
(meningkat 21%) dengan kualifikasi cukup.
Pada siklus II, nilai rata-rata prestasi belajar
IPA siswa adalah 80 (meningkat 19%)
dengan kualifikasi baik. Hal ini
menunjukkan terjadi peningkatan nilai rata-
rata prestasi belajar IPA dari tes awal,
siklus I, dan siklus II hingga mencapai
target yang sudah ditetapkan di awal
penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis
sarankan kepada guru untuk dapat
memanfaatkan strategi KWL dalam
pembelajaran IPA dan penelitian
selanjutnya diharapkan dapat membuat
kajian yang lebih mendalam tentang
penelitian yang berhubungan dengan
model/strategi pembelajaran IPA sehingga
diperoleh hasil penelitian yang lebih baik
dan bervariasi. Penerapan strategi KWL
tidak hanya dapat diterapkan dalam
pembelajaran IPA saja, tetapi juga dapat
diterapkan dalam mata pelajaran yang
lainnya.

JURNAL INOVASI | I Gusti Ayu Trisnawati, S.Pd 85


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
PEMANFAATAN WHAT-O-TIK DENGAN TEKNIK DIFERENSIASI SADAR
KONSTITUSI UNTUK MEMBANGUN KARAKTER DAN
MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

Oleh :
Nyoman Agus Udayana

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemanfaatan What-O-Tik dengan teknik diferensiasi
sadar konstitusi di dalam membangun karakter peserta didik di kelas VIII A, dan mengetahui
bagaimana hasil pemanfaatan What-O-Tik dengan teknik diferensiasi sadar konstitusi dalam
meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas VIII A. Diperlukan Teknik yang menarik
dengan memanfaatkan media sosial yang di kuasai oleh siswa, apalagi di tengah pandemi
Covid -19 ini, pendidik harus mampu menawarkan dan memberikan pembelajaran yang mudah
di pahami siswa, tidak memberatkan siswa namun dapat mensosialisasikan konstitusi dalam
rangka menyadarkan masyarakat akan pentingnya mematuhi protokol kesehatan serta
membangun karakter siswa melalui media komunikasi whatshaff dan Classroom, serta
menumbuhkan motivasi dalam menggali potensi yang mereka miliki dengan pemberian tugas
yang diferensial berupa WhatsApp, Screen-o matik dan juga tiktok dipakai sebagi simulator
dan multimedia sederhana. Bahwa nilai rata-rata karakter data awal adalah 2.94 dan kategori
masih rendah, Motivasi belajar siswa memperoleh nilai rata-rata 2.14 berada pada kualifikasi
kurang aktif. Bila diperhatikan masing-masing responden pada siklus I yang berada di atas rata-
rata 2.28 mencapai 17 orang dan di bawah rata-rata 2,28 mencapai 15 orang. Nilai tertinggi
3.82 nilai terendah 1.80 terdapat perbedaan 2.02 pada pelaksanaan siklus kedua meningkat
menjadi 2,61 dan menjadi 3,76 pada siklus III, perkembangan karakter siswa yang awalnya
2.94 setelah di berikan perlakuan menjadi 3,52 jadi penelitian ini dapat dikatakan berhasil pada
siklus ke III.

Kata Kunci : What-O-Tik, Diferensiasi, Motivasi Siswa

Pendahuluan aktif maka jawaban siswa adalah tidak ada


Berdasarkan hasil pengamatan di group paket, dan membosankan belajar daring,
kelas maya, beberapa siswa tidak aktif serta jaringan terganggu.
dalam mengikuti belajar dari rumah (BDR), Berdasarkan berbagai kenyataan
beberapa siswa tidak pernah komen di tersebut dipandang perlu dalam proses
group Class room, banyak siswa tidak pembelajaran Pendidikan
begitu tertarik dengan belajar BDR karena Kewarganegaraan pada masa kini
karena hanya diminta jawab soal, baca diharapkan menjadi tumpuan untuk
materi dan kerjakan tugas, baik lewat pengembangan. Proses implementasi
Whatshaff, GCR, Google Form, LMS teknik diferensiasi sadar konstitusi ini tidak
maupun media lainnya. Dari usaha yang hanya sekedar menuntut siswa menjadi
dilakukan, tampaknya belum ada hasil yang pribadi yang pintar, melainkan diharapkan
diharapkan. Hal ini dibuktikan dari menjadi pribadi yang cerdas, yaitu cerdas
perolehan ceklist keaktifan siswa pada dalam hal pengelolaan pengetahuan,
pelajaran PPKn yang belum maksimal di emosional dan juga kecerdasan dalam
SMP Negeri 3 Tegallalang khususnya kelas menggunakan media sosial serta memiliki
VIII A hanya beberpa orang saja yang kecakapan hidup dan dapat
menyampaikan komentar dan itupun menginformasikan kecakapan hidup
terkesan asal komentar, dan ketika kepada banyak orang, sehingga siswa
kemudian di konfirmasi siswa yang tidak tersebut menjadi siswa yang sadar

JURNAL INOVASI | Pemanfaatan WHAT-O-TIK Dengan Teknik Diferensiasi Sadar 86


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
konstitusi, mampu dan berani menjadi yang menarik dengan memanfaatkan media
kader-kader penegak dan pengamal sosial yang di kuasai oleh siswa, apalagi di
konstitusi baik pada tataran keluarga, tengah pandemic covid-19 ini, pendidik
sekolah maupun dalam masyarakat. harus mampu menawarkan dan
Apabila siswa telah memahami dan memberikan pembelajaran yang mudah di
menyadari pentingnya konstitusi tersebut pahami siswa, medianya mudah di
serta dapat mensosialisasikan kepada pergunakan, tidak terlalu berat dalam
masyarakat pentingnya mematuhi Prokes di konten materi, serta meringankan biaya dari
tengah pandemi ini secara langsung mereka orang tua, karena sulitnya mencari
akan menjadi warga negara yang baik yang pekerjaan, mengingat banyaknya orang tua
taat konstitusi serta dapat bertahan di new siswa yang kesulitan mencari pekerjaan
normal ini. karena harus diberhentikan dari pekerjaan
Berdasarkan latar belakang tersebut mengingat tidak berjalannya pariwisata
maka tujuan yang ingin dicapai dalam best akibat dampak pandemi, sehingga
practice ini adalah : (a) untuk mengetahui dipilihlah media yang dapat mengantarkan
pemanfaatan What-O-Tik dengan teknik materi, bisa dipahami oleh siswa, tidak
diferensiasi sadar konstitusi di dalam memberatkan siswa namun sekaligus siswa
membangun karakter peserta didik di kelas dapat mensosialisasikan konstitusi dalam
VIII A, (b) untuk mengetahui bagaimana rangka menyadarkan masyarakat akan
hasil pemanfaatan What-O-Tik dengan pentingnya mematuhi protocol kesehatan
teknik diferensiasi sadar konstitusi dalam serta membangun karakter siswa, praktik
meningkatkan motivasi belajar peserta belajar kewarganegaraan sebagai inovasi
didik di kelas VIII A, sedangkan manfaat pembelajaran hendaknya dilakukan dalam
yang ingin dicapai adalah secara teoritis suasana yang kondusif dan diarahkan untuk
dapat menambah wawasan tentang variasi memperkuat atau meneguhkan perbuatan
metode dan teknik pembelajaran PPKn dan pendirian yang positif serta berpikir
yang efektif, efesien dan menyenangkan kritis, rasional, dan kreatif. Hasil akhir dari
untuk mensosialisasikan konstitusi praktik belajar PPKn adalah portofolio
Republik Indonesia di tengah bangsa kita di (portfolio) hasil belajar di media sosial
landa pandemi covid-19 serta menunjang yang di screanshot, yaitu hasil belajar
meningkatkan mutu pendidikan sehingga berupa rencana dan tindakan nyata yang
dapat diambil Teknik, metode dan langkah ditayangkan oleh setiap individu atau
yang lebih efektif, efisien dan kelompok. Setiap kelompok dimungkinkan
menyenangkan khususnya dalam pelajaran untuk dapat berkompetisi dengan kelompok
PPKn. yang lainnya. Pemenang kompetisi
Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan kelompok dapat dipromosikan untuk
Masalah berkompetisi pada tingkat kelas, sekolah,
Keterbatasan sarana dan prasarana daerah setempat, dan nasional.
khususnya media pembelajaran PPKn yang WHAT-O-TIK
tersedia, mengakibatkan motivasi dan Dalam penelitian ini dengan
potensi dari siswa kelas VIII A SMP Negeri pemanfaatan What-O-Tik, yang dimaksud
3 Tegallalang dalam kategori rendah, oleh dengan istilah What-O-Tik adalah sebagai
karena itu perlu diadakan terobosan atau berikut. What adalah singkatan dari media
inovasi dari guru untuk mengatasi Whatshaff, yang dimaksud dengan
persoalan tersebut, sesuai dengan tuntutan Whatsaff dalam best pracTike ini adalah
kurikulum, dan pola pembelajaran 4C serta aplikasi pesan untuk ponsel cerdas.
terintegrasinya teknik pembelajaran dengan WhatsApp Messenger merupakan aplikasi
menggunakan dan memanfaatkan pesan lintas platform yang memungkinkan
Teknologi sesuai dengan ranah tagihan era kita bertukar pesan tanpa pulsa, karena
4.0. Dengan demikian diperlukan Teknik WhatsApp Messenger menggunakan paket

JURNAL INOVASI | Nyoman Agus Udayana 87


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
data internet. Aplikasi WhatsApp seseorang. Secara umum 'karakter' dapat
Messenger menggunakan koneksi internet diartikan sebagai suatu kualitas moral dan
3G, 4G atau WiFi untuk komunikasi data. perilaku pribadi seseorang yang
Dengan menggunakan WhatsApp, kita membedakan dirinya dengan orang lain
dapat melakukan obrolan daring, berbagi (Homiak, 2011:47). Dengan demikian
file, bertukar foto, dan lain-lain (Wikipedia, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah
Oktober, 2017). perilaku yang tampak dalam kehidupan
Sedangkan O, yang dimaksud dalam sehari-hari, baik dalam bersikap maupun
What-O-Tik, adalah singkatan dari Screen bertindak.
O maTik, yang artinya merupakan sebuah Rancangan Karya Inovasi Pembelajaran
aplikasi untuk merekam aktifitas ketika Berdasarkan tinjauan pustaka yang
mengerjakan/menggunakan komputer. terkait dengan variable, maka kerangka
Dapat digunakan sebagai alat rekam untuk pikir dalam penelitian digambarkan sebagai
tutorial, dapat difungsikan juga perangkat berikut.
webcam (Wikipedia, Oktober 2021).
Tik dalam pemanfaatan What-O-Tik
adalah juga merupakan singkatan dari kata
Tiktok, akhirmya muncul ide ketertarikan
untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki Gambar 1 Rancangan Penelitian
peserta didik berupa memainkan atau Aplikasi Praktis Dalam Pembelajaran
memposting tiktok, hal inilah yang What-O-Tik berbantuan classroom
kemudian memunculkan ketertarikan dengan teknik diferensiasi sadar konstitusi
peneliti untuk mengkemas menjadikan untuk membangun karakter dan motivasi
salah satu media pembelajaran untuk belajar peserta didik telah dimanfaatkan
mensosialisasikan konstitusi dan peneliti untuk mengajar di beberapa kelas,
kecakapan hidup di tengah pandemic, dalam aplikasi Teknik pembelajaran ini
tiktok yang oleh siswa biasanya yang diperlukan sebagai bahan adalah
dipergunakan untuk hiburan sekarang Whatshapp, Screencas O Matik dan Tiktok,
dipergunakan siswa untuk hal ini sangat bermanfaat karena dapat
mensosialisasikan konstitusi dan mengembangkan motivasi intrinsik, dan
menmgajak masyarakat untuk menjaga memberikan kesempatan untuk berlatih
kecakapan hidup di tengah pandemi. mengekspresikan diri, menghindarkan
Teknik diferensiasi, yang dimaksud peserta didik dari kejenuhan karena hanya
dengan teknik diferensiasi dalam best dirumah saja, sarana menggali potensi dan
praktice ini adalah terkait dengan kemampuan dasar siswa, baik dalam hal
penugasan yang diberikan kepada peserta melukis, puisi maupun karya hiburan
didik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan mengembangkan
lainnya, disesuaikan dengan potensi dan pengendalian emosional peserta didik,
keadaan yang dimiliki siswa, pada saat membantu orang tua dalam memfasilitasi
pembelajaran di tengah pandemic, peserta pembelajaran, mengajarkan siswa tentang
didik diberikan materi di classroom hidup berbagi dengan sesama melaui media
maupun lewat zoom meet, kemudian dengan cara menginformasikan prokes
peserta didik merespon, pada saat diberikan yang tepat dan mengajak masyarakat
penugasan peserta didik dapat mematuhi konstitusi termasuk telah
mengekspresikan tugas tersebut baik dari membantu program pemerintah dalam
segi konten maupun media, peserta didik menyadarkan masyarakat akan arti
dapat memilih media whatsapp, Screen o pentingnya menerapkan protokol kesehatan
matik, maupun Tiktok. dimana saja berada.
Karakter adalah pola perilaku yang
bersifat individual mengenai keadaan moral

JURNAL INOVASI | Nyoman Agus Udayana 88


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Kendala-Kendala Yang Dihadapi 1. Adanya wahana pengembangan dan
Adapun kendala-kendala yang dihadapi tukar pikiran dalam MGMP yang
selama pelaksanaan penelitian ini adalah : difasilitasi di Satuan Pendidikan
1. Prinsip utama dalam Teknik maupun yang terdapat di MGMP PPKN
pembelajaran ini adalah “Havefun”, ini Kabupaten Gianyar sehingga video
akan menjadi kendala karena perbedaan dengan media screen omatik terkadang
persepsi dalam memahami suatu konsep dipergunakan oleh sekolah lain.
yang akan didiskusikan bersama dengan 2. Fasilitas yang di perlukan dalam
peserta didik lain mengingat penerapan teknik ini sangat sederhana
keterbatasan dalam hal komunikasi dan dan mudah karena hanya memanfaatkan
petunjuk. aplikasi yang ada pada Handphone serta
2. Dirasa sulit meyakinkan peserta didik mengunduh screen o matik yang
untuk mampu berdiskusi menyampaikan kapasitasnya relative kecil (WA dan
materi pada teman di kelas maya, jika Tiktok) sebagai media sosial yang
siswa lain tidak punya rasa percaya diri, familiar dan mudah di aplikasikan.
peneliti harus mampu memainkan 3. Pada awal pembelajaran perlu di
perannya agar Teknik pembelajaran ini motivasi dengan game PPKN/ tepuk
dapat optimal. PPKn, yang menyebabkan siswa sangat
3. Catatan peserta didik tentang nilai, termotivasi dalam belajar, sehingga
kepribadian dan perhatian harus sudah siswa belajar dengan nyaman dan relak
dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya tanpa merasa terbebani tugas yang
membutuhkan waktu yang cukup lama dikerjakan juga sesuai dengan potensi
untuk mempelajari sikap/karakter siswa dan bakat yang ada pada peserta didik.
mengingat keterbatasan dalam 4. Karakteristik siswa yang masih bisa
komunikasi sehingga penilaian etika diatur, serta masih mudah untuk
komunikasi dilakukan dari komentar diarahkan sehingga dalam
siswa di clas room maupun di wa group, menumbuhkan kesadaran berkonstitusi
mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas bisa dilaksanakan dengan mudah,
tersebut, harus bisa menangani dimana saja, kapan saja dan dengan
manakala mereka saling siapa saja tidak terbatas hanya antara
mempertahankan pendapat di kelas teman saja, tetapi juga bisa di
maya mapun di wa group. sosialisasikan kepada masyarakat
4. Karena temuan sendiri, teknik ini sekolah, adik kelas maupun siswa kelas
biasanya sulit dikendalikan, butuh waktu IX bahkan kepada orang tua siswa.
yang cukup dan persiapan yang matang Hasil yang di Capai
sebelum teknik pembelajaran ini bisa Hasil observasi ditulis berdasarkan hasil
berjalan dengan baik, perlu sinyal yang pengamatan kolaborator yang ditulis pada
stabil dan android yang mendukung. alat ukur keaktifan/motifasi belajar siswa
5. Ketika mensosialisasikan hasil karya dalam lembar kolaborator. Aspek – aspek
peserta didik ke masyarakat atau warga yang diamati dari keaktifan belajar siswa
sekolah, siswa masih ada yang ragu- meliputi: 1. Keaktifan siswa dalam
ragu, terlihat pada rekaman yang dikirim bertanya antar siswa dan siswa dengan guru
lewat WA mapun lewat tiktok dan dalam group WA/clasroom, 2. Aktivitas
screen o matik, kelihatan masih kaku siswa dalam menjawab pertanyaan di
dan gugup, sangat berbeda ketika WA/Clasroom, 3. Inisiatif siswa dalam
mereka membuat status hiburan di memberikan tanggapan permasalahan yang
media sosial. muncul Di Clasroom/WA, 4. Keaktifan
Faktor-Faktor Pendukung siswa dalam menyetorkan tugas yang
Adapun faktor yang memotivasi sekaligus diberikan oleh guru, 5. Kerjasama dan
pendukung dari kegiatan ini adalah : hubungan antar siswa dalam komunikasi di

JURNAL INOVASI | Nyoman Agus Udayana 89


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
group, 6. Hasil Upload siswa berupa tugas
siswa. nilai rata-rata karakter data awal
adalah 2.94 dan kategori masih rendah,
Motivasi belajar siswa memperoleh nilai
rata-rata 2.14 berada pada kualifikasi
kurang aktif. Pada masing-masing
pertemuan adanya peningkatan nilai,
sehingga dapat dikatakan bahwa semakin
banyak pertemuan nilai semakin
meningkat. Bila diperhatikan masing-
masing responden pada siklus I yang berada Bila diperhatikan masing-masing
di atas rata-rata 2.28 mencapai 17 orang responden yang berada di atas 2.61
dan di bawah rata-rata 2,28 mencapai 15 mencapai 16 orang dan di bawah rata-rata
orang. Nilai tertinggi 3.82 dan nilai mencapai 18 orang. Nilai tertinggi 4.20 dan
terendah 1.80 yaitu terdapat perbedaan
nilai terendah 2,00.
2.02. Grafik 4
Grafik 1
Nilai motivasi belajar siswa dalam
Rerata Motivasi pada data awal dan siklus pembelajaran Siklus II
I

Grafik 2
Rerata Hasil Penilaian Karakter Siswa Grafik 5
Siswa Awal Pertemuan Grafik Hasil Karya Siswa Pada Siklus II

Grafik 3
Dari grafik siklus II tersebut diatas
Hasil Kiriman poto / Video Sadar
dijelaskan bahwa data siswa yang
Konstitusi
mengunggah karya untuk
mensosialisasikan konstitusi dengan media
Tiktok ada sebanyak 8 orang, dengan Video
Screen O Matik 6 orang, dengan Puisi
sebanyak 8 0rang dan dengan Gambar

JURNAL INOVASI | Nyoman Agus Udayana 90


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
karikatur sebanyak 6 orang, siswa yang Hasil Unggahan Karya Peserta didik
tidak mengumpulkan/mengunggah hasil Siklus III
ada sebanyak 4 orang.
Rata-rata motivasi belajar siswa pada
siklus III adalah 3,76. Nilai tertinggi adalah
4,40 nilai terendah adalah 3.00, jumlah
siswa yang mendapatkan nilai diatas nilai
rata rata 3,76 ada sebanyak 13 orang dan
yang mendapatkan nilai dibawah rata-rata
3,76 sebanyak 21 orang, jika ditampilkan
dalam grafik hasil motivasi belajar siswa
pada siklus III adalah sebagai berikut.
Grafik 5
Nilai motivasi belajar siswa dalam Dari grafik tersebut diatas
pembelajaran Siklus III dijelaskan bahwa data siswa yang
mengunggah karya untuk
mensosialisasikan konstitusi dengan media
Tiktok ada sebanyak 12 orang, dengan
Video Screen O MaTik 12 orang, dengan
Puisi sebanyak 4 0rang dan dengan Gambar
karikatur sebnayak 4 orang, pada siklus III
tidak ada siswa yang tidak mengirimkan
karya di tengah pandemi ini, dari setiap
siklus yang dirancang terus mengalami
peningkatan.
Hasil Atau Dampak Yang Dicapai
Pemanfaatan What-O-Tik berbantuan
Clasrroom dengan teknik diferensiasisadar
Pada akhir siklus III peneliti juga konstitusi pada mapel PPKn di SMP Negeri
kemudian melakukan test terhadap 3 Tegallalang, terbukti dapat meningkatkan
perkembangan karakter siswa, hasil yang di motivasi belajar peserta didik dan dapat
dapatkan adalah sebagai berikut. membangun karaktetr dalam belajar PPKn.
Grafik 6 Hal ini dapat dilihat dari adanya perubahan
Hasil Penilaian Karakter siswa dalam sikap siswa ketika mengikuti proses
pembelajaran akhir pembelajaran PPKn dari siklus pertama
sampai dengan siklus kedua. Siswa yang
jarang komentar selama pembelajaran di
WA maupun clasroom sudah sering
komentar, etika berkomunikasi peserta
didik juga sudah terlihat lebih baik dan
lebih sopan, peserta didik sudah sering
menyapa dan berkomunikasi baik dengan
teman maupun pendidik semakin sopan,
peserta didik yang tidak menunjukkan
karyanya dari siklus pertama sampai
dengan siklus kedua terus berkurang,
Sedangkan hasil Unggahan siswa pada sebaliknya sikap siswa yang positif terus
siklus III adalah sebagai berikut. mengalami kenaikan secara signifikan dan
Grafik 7 motivasi belajar siswa sangat meningkat
pada pelaksanaan siklus kedua. Hal ini

JURNAL INOVASI | Nyoman Agus Udayana 91


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
dapat dilihat pada tabel nilai rata-rata dengan teori yang dikemukakan oleh
motivasi siswa pada siklus I dari 2,28 Davidson (dalam Kholid dkk, 2009:12)
meningkat menjadi 2,61 pada siklus II dab yang menyatakan bahwa belajar dengan
menjadi 3,76 pada siklus III, hal ini Teknik bervariasi dapat berbeda dalam
merupakan peningkatan yang sangat pesat, banyak cara, tetapi dapat dikategorikan
dan dapat juga dilihat pada tabel sesuai dengan sifat-sifat yaitu tujuan
perkembangan karakter siswa yang kelompok, tanggung jawab individual,
awalnya 2.94 setelah di berikan perlakuan kesempatan yang sama untuk sukses,
dalam pembinaan karakter pada akhir kompetisi kelompok, spesialisasi tugas dan
penelitian best pracTike ini menjadi 3,52 adaptasi untuk kebutuhan individu.
jadi penelitian ini dapat dikatakan berhasil Simpulan dan Saran
pada siklus ke III. Bahwa pemanfaatan What-O-Tik
Grafik 8 berbantuan classroom dengan teknik
Perbandingan peningkatan karakter dan diferensiasi sadar konstitusi dapat
Rerata motivasi peserta didik persiklus membangun karakter dan meningkatkan
motivasi belajar peserta didik di kelas VIII
A, karena proses yang dilakukan melatih
siswa menguasai IT, mengajarkan bijak
dalam bermedia sosial, menumbuhkan
karakter siswa dan mengajarkan siswa
Dari grafik terlihat terjadinya untuk sadar akan konstitusi dan mampu
peningkatan motivasi belajar peserta didik mensosialisaikan konstitusi di tengah
dan juga hasil perkembangan karakter pandemic covid-19 serta dapat dilihat dari
peserta didik. peningkatan nilai keaktifan siswa dan juga
Grafik 9 peningkatan nilai karakter, hal ini dapat
Hasil kiriman Video/foto Siswa Sadar dilihat dari siklus I di tabel nilai rata-rata
Konstitusi. keaktifan/motivasi siswa dari 2,28 menjadi
2,61 dan pada akhir siklus menjadi 3,76 dan
merupakan peningkatan yang sangat pesat,
juga dapat dilihat pada tabel perubahan
nilai karakter dari awalnya 2,94 menjadi
3,52 pada akhir siklus, sehingga penelitian
ini dapat dikatakan berhasil.
Pemanfaatan What-O-Tik berbantuan
classroom dengan teknik diferensiasi sadar
Pemanfaatan What-O-Tik berbantuan konstitusi di dalam membangun karakter
Clasroom dengan teknik diferensiasi sadar dan motivasi belajar peserta didik juga
konstitusi dapat membantu guru semakin meningkat dan tinggi disebabkan
menyampaikan materi dengan baik dan karena siswa telah benar-benar
mempermudah siswa untuk memahami memahami dan mendalami apa yang
materi karena teknik ini dapat dimaksud dengan konstitusi dan
meningkatkan daya ingat siswa dan dapat pentingnya konstitusi bagi kehidupan,
meningkatkan imun peserta didik di tengah sehingga siswa yang telah sadar dan
pandemi covid 19 dengan berkreasi mampu mengimplementasikan Konstitusi
mengerjakan tugas PPKn secara diferensial dengan baik, akan menjadi warga Negara
sesuai kemampuan potensi yang dimiliki yang taat dan patuh Konstitusi serta
oleh peserta didik, dimana media untuk menjadi pengimbas kesadaran konstitusi
menyalurkan kreatifitas peserta didik bagi masyarakat, bahkan dari beebrap desa
sangat diferensial dan menyesuaikan telah menyatakan bahwa penugasan dengan
dengan bakat peserta didik. Hal ini sesuai teknik diferensiasi sadar konstitusi ini telah

JURNAL INOVASI | Nyoman Agus Udayana 92


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
membantu para zatgas covid dalam Tindakan Kelas (PTK), Jakarta:
mensosialisasikan pencegahan covid-19 Dirjen Dikti.
serta mensosialisasikan konstitusi RI. Landrawan 2011, PLPG .Tujuan
Dengan demikian dapat dinyatakan Pembelajaran PPKn. 201
pemanfaatan What-O-Tik dengan teknik Nurhadi. 2004. Hasil Belajar & Faktor-
diferensiasi sadar konstitusi merupakan Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta:
salah satu Teknik pembelajaran yang tepat PT Rineka Cipta
digunakan sebagai upaya membangun Usman. 2000. Penilaian Hasil Proses
karakter dan meningkatkan motivasi belajar Belajar Mengajar. Bandung: PT
peserta didik pada mata pelajaran PPKn Remaja Rosdakarya
siswa VIII A SMP Negeri 3 Tegallalang. Zainal Aqib, 2010. Penilaian Hasil belajar.
Saran yang di sampaikan kepada guru Jakarta: Dirjen Dikti.
dan peneliti lain dalam penelitian ini
sebagai berikut :Kepada guru PPKn, agar
selalu mengembangkan diri dan tidak
hanya kaya akan materi tetapi juga harus
kaya mengajar dengan menggunakan
berbagai macam metode yang dapat
digunakan untuk membangun katrakter dan
meningkatkan motivasi belajar peserta
didik dengan menerapkan teknik-teknik
pembelajaran yang baru sesuai kebutuhan
peserta didik, sehingga pelajaran PPKn
tidak lagi menjadi pembelajaran yang
terkesan hapalan dan membosankan siswa,
tetapi lebih bermakna dan berguna bagi
siswa. Teknik ini terbukti dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa
sehingga bisa menjadi alternatif dalam
menggunakan Teknik pembelajaran.
Teknik ini juga dapat meningkatkan
kesadaran berkonstitusi pada siswa,
sehingga jika diterapkan dengan baik, maka
siswa akan menjadi warga negara yang taat
dan patuh Konstitusi, Kepada peneliti lain,
diharapkan mampu menginovasi dan
memodifikasi dalam Teknik pembelajaran
dan menggunakan Teknik pembelajaran
ini sebagai reverensi dalam melakukan
penelitian sejenis.
Daftar Pustaka
Agung. 2001. Hasil Belajar & Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Kasihani, K Suyanto, dkk. 2006.
Metodologi Penelitian Tindakan
Kelas. Makalah Disampaikan Dalam
Pelatihan Metodologi Penelitian
Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran (PPKP) Dan Penelitian

JURNAL INOVASI | Nyoman Agus Udayana 93


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI DAN HASIL
BELAJAR IPA

Oleh
I Wayan Sugiartana

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan model kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT), mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa di
kelas VIII-C SMP Negeri 3 Tegallalang setelah dilaksanakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian PTK dilakukan sebanyak 2 siklus
dengan 4 kali pertemuan pada setiap siklus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2019
sampai dengan Nopember 2019. Data penelitian berupa motivasi belajar siswa yang diperoleh
melalui observasi dan angket, sedangkan data hasil belajar siswa diperoleh melalui tes pada
setiap akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus I sebesar 89.69% termasuk dalam kategori
sangat baik, sedangkan pada siklus II motivasi belajar siswa meningkat menjadi 96.75%
termasuk dalam kategori sangat baik. Motivasi belajar siswa berdasarkan observasi mengalami
peningkatan sebesar 7.06%. Motivasi belajar belajar berdasarkan angket pada siklus I sebesar
78.28% termasuk kategori baik, sedangkan pada siklus II sebesar 80.04% termasuk kategori
sangat baik. Motivasi belajar siswa berdasarkan angket mengalami peningkatan sebesar 1.76%.
Hasil belajar siswa sebelum siklus I diperoleh ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 55%,
sedangkan hasil belajar siswa setelah siklus I dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
menunjukkan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 80.55%, dan setelah siklus II
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 100%. Ketuntasan belajar secara klasikal dari siklus
I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 19%. Keterlaksanaan pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berjalan lancar, respon siswa sangat baik,
siswa senang belajar IPA.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Motivasi, Pembelajaran Kooperatif tipe NHT.

Pendahuluan menjadi Kurikulum 2013. Penerapan


Upaya peningkatkan kualitas pendidikan Kurikulum 2013 menuntut peran guru
merupakan salah satu tujuan pemerintah terutama dalam proses pembelajaran agar
Indonesia. Peningkatan kualitas pendidikan siswa memiliki pengalaman belajar yang
dapat dilakukan dengan pembaharuan bermakna. Penyempurnaan Kurikulum
sistem pendidikan yang dilakukan terus juga dapat memacu adanya variasi
menerus, diantaranya melalui peningkatan pembelajaran di Sekolah dengan
mutu manajemen sekolah, pelatihan dan menggunakan metode dan model
peningkatan kualifikasi guru, perbaikan pembelajaran yang tepat.
sarana dan prasarana pendidikan serta Model pembelajaran merupakan bagian
menuntut perlunya perbaikan sistem penting yang digunakan dalam upaya
pendidikan nasional yang dilakukan pencapaian hasil belajar yang maksimal,
pemerintah melalui melalui Depdiknas dengan adanya model pembelajaran yang
yaitu melakukan penyempurnaan tepat, proses pembelajaran dapat
kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan memperoleh hasil yang memuaskan dan
Pendidikan (KTSP) disempurnakan mencapai tujuan pembelajaran serta hasil

JURNAL INOVASI | Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered 94


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
belajar yang optimal. Untuk mencapai diam karena masih ragu dengan
keberhasilan pembelajaran yang jawabannya dan bahkan belum dapat
diharapkan, upaya yang dilakukan seorang menemukan jawaban dari soal yang
guru adalah dengan cara memperhatikan diberikan guru. Siswa jarang melakukan
pola belajar siswa, menguasai materi diskusi tentang pelajaran dengan temannya.
pelajaran, memilih metode dan model Permasalahan atau soal yang diberikan
pembelajaran yang tepat dan tidak guru diselesaikan atau dijawab oleh siswa
membosankan atau menoton serta yang bisa dan siswa yang lain hanya diam.
melakukan proses pembelajaran yang Hasil belajar siswa tergolong masih rendah
efektif salah satunya berusaha untuk karena dari nilai tes masih banyak yang
memanfaatkan pembelajaran kontekstual belum mencapai KKM. Berdasarkan hasil
melalui model pembelajaran kooperatif. ulangan harian siswa kelas VIII-C
Model pembelajaran kooperatif ini lebih menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal
menekankan kerjasama antar siswa, siswa 55% (Lampiran 1). Ketuntasan klasikal
dibagi menjadi kelompok-kelompok yang diperoleh masih jauh dari standar
belajar yang terdiri dari siswa-siswa yang ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu
bekerjasama dalam suatu perencanaan 85%. Berdasarkan data yang hanya
kegiatan belajar mengajar. Motivasi siswa diperoleh dari angket, dapat di simpulkan:
dengan pembelajaran ini diharapkan dapat (1) siswa senang dengan belajar kelompok,
meningkat karena menekankan pada (2) siswa senang dengan diskusi dan kerja
kerjasama antar siswa dalam kelompok kelompok, (3) siswa senang dengan
untuk mencapai tujuan belajar, selain itu demonstrasi dan praktikum, (4) kegiatan
pembelajaran kooperatif juga diharapkan pembelajaran sering tidak menggunakan
dapat meningkatkan hasil pembelajaran. media, dan (5) siswa senang belajar dengan
Peneliti selama mengajar telah teknik permaianan.
melaksanakan observasi di kelasVIII-C Permasalahan yang terdapat pada
SMP Negeri 3Tegallalang. Observasi kelas VIII-C disebabkan oleh beberapa
dilaksanakan dengan membagikan angket faktor, antara lain faktor ekonomi siswa
ke siswa dan pengamatan langsung kelas VIII-C yang rata-rata menengah
kegiatan pembelajaran IPA di kelas kebawah sehingga siswa kurang memiliki
tersebut. Berdasarkan observasi, diperoleh fasilitas belajar seperti buku pelajaran,
hasil bahwa selama ini pelaksanaan siswa hanya tergantung pada buku paket
pembelajaran dikelas VIII-C SMPN 3 dari sekolah, kondisi ini menyebabkan
Tegallalang sebagian besar menggunakan hanya sebagian siswa yang dapat
metode penugasan dan juga ceramah. memberikan jawaban atas pertanyaan
Kegiatan masih didominasi oleh ceramah, maupun tugas rumah dengan lengkap.
sehingga siswa pasif dan kurang memiliki Faktor lainnya adalah model pembelajaran
motivasi dalam proses pembelajaran. yang kurang terstruktur dan tidak menarik
Rendahnya motivasi belajar siswa bagi siswa. Model pembelajaran yang
ditunjukkan dengan sikap siswa yang kurang terstruktur seperti ceramah dan
kurang memperhatikan penjelasan dan penugasan membuat siswa jenuh, ada siswa
arahan dari guru, pada saat pembelajaran yang mendominasi jawaban atas
ada siswa yang masih berbicara diluar pertanyaan yang diberikan sehingga
materi pelajaran, memainkan alat tulisnya membuat kemampuan siswa tidak merata
dan membolak-balik buku paketnya. Siswa atau siswa kurang termotivasi belajar dan
kurang antusias menjawab pertanyaan- pada akhirnya berdampak kurang bagus
pertanyaan dari guru, siswa yang menjawab terhadap hasil belajar siswa. Peneliti
pertanyaan dari guru hanya yang mengharapkan dengan menerapkan model
berkemampuan tinggi, sedangkan siswa pembelajaran koperatif tipe NHT, akan
yang berkemampuan rendah cenderung tercipta suasana belajar yaitu siswa akan

JURNAL INOVASI | I Wayan Sugiartana 95


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
saling berkomunikasi, saling berbagi, bulan Agustus 2019 sampai bulan
saling memberi dan menerima, siswa yang Nopember 2019 tahun ajaran 2019/2020.
berkemampuan lebih diharapkan dapat Instrumen yang digunakan dalam setiap
membantu siswa yang berkemapuan rendah varibel penelitian ini meliputi:
dalam memahami pelajaran. Situasi 1. Lembar observasi motivasi.
pembelajaran seperti ini akan menciptakan 2. Angket motivasi.
suasana ketergantungan positif dan 3. Tes kognitif.
menumbuhkan keaktifan siswa sehingga 4. Lembar observasi keterlaksanaan
kelas menjadi lebih hidup. pembelajaran dengan NHT.
Berdasarkan latar belakang masalah 5. Angket tanggapan siswa terhadap model
yang telah dipaparkan diatas maka pembelajaran kooperatif NHT.
dilakukan penelitian tindakan kelas. Penilaian motivasi siswa selama proses
Penelitian Tindakan Kelas diartikan pembelajaran berlangsung di hitung
sebagai salah satu strategi penyelesaian berdasarkan rumus keberhasilan tindakan,
masalah yang memanfaatkan tindakan sebagai berikut:
nyata dan proses pengembangan Persentase motivasi siswa secara klasikal
kemampuan dalam mendeteksi dan ∑Sd
IMk = 𝑥100%
menyelesaikan masalah (Susilo, dkk., S max X n
2008:1). Dalam hal ini peneliti menerapkan Keterangan:
pembelajaran kooperatif dalam suatu IMk : Indikator motivasi klasikal
penelitian tindakan kelas dengan judul ∑Sd : Jumlah skor deskriptor yang
“Penerapan Model Pembelajaran muncul dari setiap indi kator
Kooperatif Tipe Numbered Head Together Smax : Skor maksimal indikator
(NHT) Untuk Meningkatkan Motivasi dan (bergantung jumlah deskriptor)
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII-C Di n : Jumlah siswa
SMP Negeri 3 Tegallalang”. Penentuan tingkat keberhasilan :
Metodelogi Penelitian 80 - 100 : Sangat baik
Penelitian ini termasuk jenis penelitian 60 - 79 : Baik
tindakan kelas (Classroom Action 40 - 59 : Cukup
Research) atau PTK. PTK adalah penelitian 10 - 39 : Kurang
reflektif yang dilaksanakan secara siklis 0 - 9 : Sangat Kurang
(berdaur) oleh guru/calon guru didalam (Kamdi, 2007:60)
kelas. Penelitian ini dikatakan demikian Siswa dianggap telah “termotivasi”
karena proses PTK dimulai dari tahapan apabila setiap aspek motivasi mencapai
perencanaan, tindakan, observasi dan tingkat keberhasilan minimal baik.
refleksi untuk memecahkan masalah dan Data motivasi siswa berdasarkan angket
mencobakan hal-hal baru demi peningkatan motivasi belajar siswa dihitung
kualitas pembelajaran (Susilo, dkk., 2008: dengan menggunakan rumus sebagai
2). Menurut Arikunto, dkk. (2007:3) berikut:
(n1x1)+(n2x2)+(n3x3)+(n4x4)
Penelitian Tindakan Kelas merupakan X = ∑𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑋 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛
suatu pencermatan terhadap kegiatan Keterangan :
belajar berupa sebuah kelas secara bersama. X : Skor keberhasilan tindakan
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau n1-n5 : Banyak siswa yang memperoleh
dengan arahan dari guru yang dilakukan skor 1-5
oleh siswa. (Arikunto, 2002:235)
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas Kriteria keberhasilan :
VIII-C SMP Negeri 3 Tegallalang yang
Sangat Baik = 4.1 - 5
berjumlah 36 siswa terdiri dari 17 orang Baik = 3.1 - 4
siswa laki-laki dan 19 orang siswa Cukup = 2.1 - 3
perempuan. Penelitian ini dilaksanakan Kurang = 1.1 - 2

JURNAL INOVASI | I Wayan Sugiartana 96


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Sangat Kurang = < 1 kemudian pada siklus II, kategorinya tetap
Siswa dianggap telah “termotivasi” sangat baik, persentasenya mengalami
apabila mencapai tingkat keberhasilan peningkatan menjadi 95.83%. Hal ini
minimal baik. berarti persentase peran serta siswa dalam
Perhitungan hasil belajar siswa dilihat kelompok mengalami peningkatan sebesar
dari skor tes pada setiap akhir siklus I dan 9.72%. Hasil yang diperoleh pada siklus I
siklus II. Siswa dianggap telah “tuntas dan II menunjukkan bahwa penerapan
belajar” apabila mencapai 85% dari jumlah model pembelajaran kooperatif tipe NHT
siswa yang mencapai KKM = 65% sudah sangat baik meningkatkan peran
Keberhasilan tindakan dihitung serta siswa dalam belajar IPA. Hasil yang
berdasarkan rumus persentase sebagai diperoleh pada catatan lapangan juga
berikut: selaras dengan pernyataan ini yaitu siswa
aktif memberikan jawaban/memberikan
solusi-solusi dalam menyelesaikan
Penentuan tingkat keberhasilan: masalah.
80 - 100 : Sangat baik Hasil analisis data terhadap aspek
60 - 79 : Baik perhatian diperoleh pada siklus I sebesar
40 - 59 : Cukup 86.56% dengan kategori sangat baik dan
10 - 39 : Kurang pada siklus II sebesar 95.36% dengan
0 - 9 : Sangat Kurang kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan
(Kamdi, 2007:60) bahwa persentase perhatian meningkat
Kegiatan pembelajaran dianggap telah yaitu sebesar 8.80%. Perolehan kategori
“terlaksana” apabila mencapai tingkat sangat baik pada siklus I sudah
keberhasilan minimal baik. menunjukkan bahwa tingkat perhatian
Pembahasan siswa seperti mengikuti instruksi dari guru,
Motivasi Belajar tidak berbicara di luar materi pelajaran dan
Motivasi belajar adalah dorongan dari memusatkan perhatian pada tugas guru
dalam maupun dari luar yang menyebabkan tergolong sangat baik dengan penerapan
seseorang melakukan kegiatan belajar. model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Motivasi belajar dapat ditumbuhkan Guru melakukan refleksi dan perbaikan
dengan memberikan nilai, mengadakan pada siklus II, setelah mengadakan
kompetisi dan kerja sama, menumbuhkan perbaikan diperoleh hasil yang meningkat.
kesadaran pentingnya tugas, Catatan lapangan juga menunjukkan hal
memberitahukan hasil tes atau tugas, yang sama yaitu ketika guru
memberikan tes, serta memberikan pujian menyampaikan sesuatu, semua siswa
ataupun hukuman/peringatan. Motivasi menyimak dengan seksama, adanya
belajar siswa dapat diidentifikasikan pada pendukung pertanyaan berupa media yang
saat berlangsungnya proses belajar menarik, gambar dan hand out membuat
mengajar dan dari angket yang diberikan siswa lebih fokus mengerjakan LKS. Pada
kepada siswa. Identifikasi motivasi siswa saat pemberian jawaban (answering)
pada saat berlangsungnya proses belajar hampir semua siswa mengangkat tangan
mengajar berdasarkan pendekatan dan berusaha menjawab saat guru
kebutuhan, motivasi terdiri atas empat mengajukan pertanyaan.
komponen yaitu aspek peran serta siswa Hasil analisis data terhadap model
dalam kelompok, aspek perhatian, kerja pembelajaran kooperatif tipe NHT pada
sama dan aspek kelengkapan tugas. aspek kerjasama siswa diperoleh pada
Data motivasi belajar siswa pada aspek siklus I sebesar 91.90% dengan kategori
peran serta siswa dalam kelompok pada sangat baik. Pada siklus II diperoleh
siklus I memiliki persentase sebesar persentase sebesar 97.68% dengan kategori
86.11% dan dikategorikan sangat baik, sangat baik, hal ini berarti persentasenya

JURNAL INOVASI | I Wayan Sugiartana 97


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
meningkat sebesar 5.78 %. Terciptanya Pada tahap Numbering, siswa
kerja sama antar anggota kelompok yang dikelompokkan secara heterogen, yaitu
baik merupakan faktor pendukung berdasarkan gender dan kemampuan
terbentuknya suasana diskusi kelompok akademik. Pengelompokan ini memberikan
yang dinamis sehingga tercipta masyarakat pengaruh besar dalam kegiatan
belajar (Learning community). Masyarakat pembelajaran siswa, siswa berusaha untuk
belajar dapat terjadi apabila ada proses tampil lebih baik dalam kelompokknya,
komunikasi dua arah. Analisis data ingin ikut berperan dalam diskusi, dan
terhadap model pembelajaran kooperatif menunjukkan bahwa mereka mampu
tipe NHT pada aspek kelengkapan tugas bekerja sama dengan temannya. Perbedaan
diperoleh pada siklus I sebesar 94.22% kemampuan akademik membuat siswa
dengan kategori sangat baik. Pada siklus II yang kurang berusaha untuk menyamai dan
sebesar 98.15% dengan kategori sangat bahkan melebihi kemampuan temannya,
baik, hal ini menunjukkan persentase sedangkan siswa berkemampuan tinggi
kelengkapan tugas siswa mengalami harus mau berbagi dengan temannya /
peningkatan sebesar 3.93%. Berdasarkan membantu temannya karena nilai kelompok
pengamatan, pada saat pembelajaran, tegantung pada setiap individu. Siswa
tugas-tugas yang diberikan peneliti sudah termotivasi belajar pada tahap Questioning,
mampu diselesaikan oleh siswa dengan karena pada tahap ini siswa diberikan soal-
lengkap dan tepat, kemudian tugas - tugas soal melalui berbagai kegiatan seperti;
yang diberikan untuk diselesaikan dirumah praktikum, demonstrasi, identifikasi dan
juga dapat diselesaikan dengan lengkap dan observasi, hal ini membuat siswa lebih
tepat waktu, siswa tidak lagi bekerja asal- tertarik dan tertantang untuk menyelesaikan
asalan tetapi sudah berusaha mencari bahan persoalan yang diberikan guru. Hamalik
dan sumber untuk melengkapi tugas (2008:115), menjelaskan bahwa
mereka. Penerapan model pembelajaran penggunaan strategi pembelajaran yang
kooperatif tipe NHT memungkinkan siswa bervariasi dapat menciptakan suasana yang
akan berusaha mengerjakan tugas dengan menantang dan menyenangkan bagi siswa
sebaik-baiknya karena siswa harus dalam belajar dan dapat mendorong
memiliki jawaban yang terbaik bagi motivasi belajar. Pada tahap ini siswa
kelompoknya. Seseorang akan lebih baik bekerja sendiri dalam mengumpulkan data
melakukan tugasnya bila ia melakukannya dan memecahkan masalah, hal ini membuat
dalam kelompok dengan orang-orang yang siswa lebih antusias untuk bisa memberikan
bersamaan tugasnya (Slameto, 2003:44). jawaban yang terbaik pada kelompokknya.
Analisis data terhadap motivasi belajar Peningkatan motivasi lebih besar terjadi
secara keseluruhan, setelah siswa pada tahap Heads together dan Answering,
mengalami pembelajaran kooperatif tipe pada tahap Heads together siswa berusaha
NHT diperoleh pada siklus I persentasenya mempertahankan jawabannya dalam
sebesar 89.69% yang berarti sangat baik. kelompok dengan menjelaskan kepada
pada siklus II diperoleh hasil persentase anggota kelompok alasannya mengapa
motivasi belajar siswa meningkat menjadi menjawab demikian. Siswa berpikir
96.75% yang berarti sangat baik. bersama menelaah, mendiskusikan
Peningkatan motivasi belajar siswa pada jawaban dari setiap anggota kemudian
siklus II sebesar 7.06 %, data ini mempersiapkan anggota kelompok untuk
menunjukkan bahwa dengan penerapan tahap answering. Tahap Answering dapat
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dikatakan sebagai tahap unjuk kemampuan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. dari masing-masing kelompok, kelompok
Berdasarkan hasil pengamatan observer mendukung anggotanya dalam
dan peneliti, motivasi belajar muncul dalam memberikan jawaban dan taggapan karena
setiap tahapan pembelajaran/sintaks NHT. nilai kelompok tergantung pada jawaban

JURNAL INOVASI | I Wayan Sugiartana 98


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
anggota. Menurut Maslow dalam Slameto pembelajarn kooperatif tipe NHT
(2003:171), motivasi muncul karena meningkatkan hasil belajar siswa. Sintaks
kebutuhan penghargaan, yaitu rasa NHT yang kuat mempengaruhi
berguna, dihargai, dan perhatian dan juga peningkatan hasil belajar yaitu tahap
karena kebutuhan aktualisasi diri, yaitu Questioning, Heads together dan
kebutuhan mengembangkan diri answering. Tahap Questioning dapat
sepenuhnya, merealisasikan potensi- meningkatkan hasil belajar karena siswa
potensi yang dimilikinya. harus menemukan sendiri jawaban yang
Hasil Belajar tepat dari soal yang diberikan guru, pada
Hasil belajar adalah kemampuan- tahap ini siswa melakukan praktikum,
kemampuan yang dimiliki oleh siswa observasi dan kajian pustaka, dari kegiatan
setelah ia menerima pengalaman belajarnya tersebut siswa dituntut untuk memecahkan
(Sudjana, 2009:22). Data observasi awal masalah atau menjawab soal. Siswa harus
menunjukkan ketuntasan belajar siswa memahami masalah dan jawabannya
hanya 52%, nilai ini tergolong rendah, karena jawaban akan dijelaskan dalam
artinya kemampuan siswa terhadap kelompok. Tahap Heads together,
penguasaan materi masih rendah. Setelah merupakan tahap yang mempengaruhi
tindakan siklus I, peneliti mengadakan peningkatan hasil belajar, karena pada
penilaian hasil belajar siswa melalui tes. tahap ini siswa bersama-sama berdiskusi
Berdasarkan analisis data terhadap hasil menelaah kembali ketepatan jawaban dan
belajar siswa pada siklus I diperoleh skor memantapkan pemahaman mereka
rata-rata kelas sebesar 72.44 dengan terhadap materi. Answering atau tahap
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar pemanggilan siswa untuk memberikan
80.55%. Pada siklus 1 ini hasil belajar kelas jawaban, tahap ini dimodifikasi, siswa
VIII-C jika dilihat secara individu masih sendiri yang memanggil teman dari lawan
ada yang belum tuntas yaitu 7 siswa, secara jenisnya untuk menjawab, kondisi seperti
klasikal siswa belum tuntas belajar karena ini membuat siswa berusaha untuk bisa
belum mencapai ketuntasan yaitu masih menjawab. Langkah 2 yaitu siswa
dibawah 85%. menjawab tanpa dipanggil, pada awalnya
Analisis data terhadap hasil belajar IPA siswa malu mengemukakan jawaban, malu
pada siklus II diperoleh skor rata-rata kelas bertanya dan takut menanggapi jawaban
sebesar 83.88% dengan persentase temannya, kemudian guru menyampaikan
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar akan memberikan poin untuk mendapatkan
100%. Perbaikan yang dilakukan nilai jika menjawab tanpa
berdasarkan refleksi pada siklus I dapat dipanggil/ditunjuk.
meningkatkan hasil belajar siswa. Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Peningkatan persentase ketuntasan belajar Kooperatif tipe NHT
yaitu sebesar 19 %, apabila hasil belajar ini Pembelajaran yang dilaksanakan
dikaitkan dengan motivasi belajar siswa peneliti dalam model pembelajaran
pada siklus 1I, penerapan model kooperatif tipe NHT adalah berdasarkan
pembelajaran kooperatif tipe NHT sangat pada pendekatan konstekstual dengan
baik meningkatkan motivasi belajar siswa. metode eksperimen, studi pustaka,
Peningkatan motivasi tersebut berdampak identifikasi dan observasi. Peneliti
pada peningkatan hasil belajar siswa. Hasil menerapkan model pembelajaran
belajar akan menjadi optimal kalau ada Kooperatif tipe NHT yang dimodifikasi.
motivasi, semakin tepat motivasi yang Modifikasi sintaks pada tahap Answering
diberikan, akan semakin berhasil dengan 2 langkah, langkah 1 yaitu
pembelajaran itu (Sardiman, 2008:84). pemanggilan teman yang bernomor sama
Berdasarkan data di atas dapat dari kelompok lain tetapi berlawanan jenis
disimpulkan bahwa penerapan model dengan si pemanggil, langkah 2 yaitu

JURNAL INOVASI | I Wayan Sugiartana 99


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
menjawab tanpa ditunjuk. Pendekatan dan Negeri 3 Tegallalang Tahun Ajaran
beberapa jenis metode serta modifikasi 20019/2020, dapat meningkatkan hasil
sintaks NHT tersebut supaya siswa dapat belajar siswa untuk mata pelajaran IPA
menghubungkan pengetahuan yang pada materi fotosintesis dan gerak pada
dimilikinya dengan penerapan dalam tumbuhan. Ketuntasan belajar siswa
kehidupannya. secara klasikal sebelum siklus I sebesar
Hasil analisis angket tanggapan siswa 55.55%, setelah siklus I sebesar 80.55%,
terhadap model pembelajaran Kooperatif dan setelah siklus II mencapai 100%.
tipe NHT pada siklus pertama sebesar Daftar Rujukan
75.80%, nilai ini tergolong dalam kategori Admin.2009. Taksonomi Bloom:
baik. Hasil analisis angket tanggapan siswa Mengembangkan Strategi Berpikir
terhadap model pembelajaran Kooperatif Berbasis TIK.
tipe NHT siklus II sebesar 80.80%, nilai ini (online), (http://gurupembaharu.com,
tergolong dalam kategori sangat baik. Data diakses: 11 February 2009).
dari kedua siklus ini menunjukkan bahwa Arikunto, Suhardjono, & Supardi. 2007.
siswa senang dengan model pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
kooperatif tipe NHT. Data keterlaksanaan PT Bumi Aksara.
kegiatan pembelajaran oleh siswa pada Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi
siklus II adalah 93%, tergolong sangat baik, pendidikan. Jakarta: PT Bumi
sedangkan keterlaksanaan pembelajaran Aksara.
oleh siswa pada siklus II adalah 100% Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan
terlaksana, ini tergolong sangat baik artinya Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
siswa sudah terbiasa dengan model Djamarah, S. 2006. Strategi Belajar
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Kesimpulan Hamalik, O. 2004. Proses Belajar
Berdasarkan paparan data dan temuan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
penelitian serta pembahasan, dapat Hamzah, B. U. 2008. Teori Motivasi dan
disimpulkan bahwa: Pengukurannya. Jakarta: Bumi
1. Penerapan model pembelajaran Aksara.
kooperatif tipe Numbered Head Kamdi, W. 2007. Model-model
Together (NHT) di kelas VIII-C SMP Pembelajaran Inovatif. Malang
Negeri 3 Tegallalang Tahun Ajaran :Lembaga
20019/2020, dapat meningkatkan Pengembangan Pendidikan dan
motivasi belajar siswa untuk mata Pembelajaran Universitas Negeri
pelajaran IPA pada materi fotosintesis Malang.
dan gerak pada tumbuhan. Motivasi Moleong, J. 2007. Metode Penelitian
belajar berdasarkan observasi pada Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
siklus I sebesar 89.69% (sangat baik), Karya.
pada siklus II mengalami peningkatan Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat
menjadi 96.75% (sangat baik). Motivasi Satuan Pendidikan. Bandung: PT.
belajar belajar berdasarkan angket pada Remaja Rosda karya.
siklus I sebesar 78.28% (baik), Nurhadi, Yasin, & Senduk. 2004.
sedangkan pada siklus II sebesar 80.04% Pembelajaran Kontekstual
(sangat baik). Peningkatan motivasi (Contextual Teaching and
berdasarkan observasi sebesar 7.06% Learning/CTL) Dan Penerapannya
sedangkan peningkatan motivasi Dalam KBK. Malang: Penerbit
berdasarkan angket sebesar 1.76%. Universitas Negeri Malang (UM
2. Penerapan model pembelajaran Press).
kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) di kelas VIII-C SMP

JURNAL INOVASI | I Wayan Sugiartana 100


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
Nurkancana & Sunarta. 1990. Evaluasi
Hasil Belajar. Surabaya-Indonesia:
Usaha Nasional.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, N. 2008. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Rosda
karya.
Susilo. H., Chotimah, H. & Sari D.Y. 2008.
Penelitian Tindakan Kelas. Malang:
Banyumedia Publishing.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prstasi
Pustaka.
Universitas Negeri Malang. 2008. Pedoman
Penulisan Laporan Penelitian
Tindakan Kelas. Malang:
Departemen Pendidikan Nasional
Universitas Negeri Malang program
Sertifikasi Guru dalam Jabatan
melalui Palur Pendidikan

JURNAL INOVASI | I Wayan Sugiartana 101


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DENGAN
PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR BAHASA
INDONESIA

Oleh :
I WAYAN JENDRA ASTAWAN,S.PD

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VII B
semester II di satuan Pendidikan SMP Negeri 4 Kubu tahun pelajaran 2018/2019 melalui
penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dengan pendekatan saintifik. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang terdiri dari dua siklus. Masing-masing
siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu rencana tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi/evaluasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII B di Satuan
Pendidikan SMP Negeri 4 Kubu dengan melibatkan 32 siswa tahun pelajaran 2018/2019. Data
tentang Hasil belajar siswa dikumpulkan dengan metode tes, selanjutnya data dianalisis secara
deskriptif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Two
Stay Two Stray melalui pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia siswa kelas VII B semester II di Satuan Pendidikan SMP Negeri 4 Kubu tahun
pelajarn 2018/2019, hal ini dapat kita lihat pada skor perolehan peningkatan pada setiap siklus,
rata-rata pra siklus yaitu; 70, daya serap; 70, ketuntasan klasikal: 63%, Siklus I yaitu; 70, daya
serap: 70%, ketuntasan klasikal: 66%, siklus II yaitu 95, daya serap 95%, ketuntasan klasikal:
100%. Pada siklus II hasil belajar siswa melebihi ketuntasan kreteria minimal (KKM) yaitu;
<71, dan melebihi ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu; <85%. Penelitian dihentikan
pada siklus II, karena hasil belajar Bahasa Indonesia melebihi nilai yang telah ditetapkan.

Kata Kunci : Model pembelajaran two stay two stray, hasil belajar, Pendekatan saintifik.

Pendahuluan membaca merupakan kegiatan yang


Peningkatan kompetensi yang reseptif yaitu kegiatan yang dilakukan
diterapkan guru di sekolah adalah mampu seseorang dalam menerima pesan dari
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembicara atau penulis, sedangkan dua
pembelajaran. Secara lebih khusus guru aspek lain berbicara dan menulis
harus mampu: (1) Merencanakan perbaikan merupakan kegiatan yang produktif.
dan meningkatkan kualitas pembelajaran Permasalahan yang sering dialami siswa
berdasarkan hasil inkuiri melalui refleksi pada pelajaran Bahasa Indonesia adalah :
setelah pembelajaran berlangsung. (2) (1) Pelajaran bahasa Indonesia lebih
Melaksanakan perbaikan dan banyak teori dibanding praktek, jadinya
meningkatkan kualitas pembelajaran membosankan. Selain itu, banyak siswa
dengan menerapkan kaidah dan pringsif merasa tidak mendapat manfaat dari
pengajaran di kelas. pelajaran, terutama bahasa Indonesia
Pada pelajaran Bahasa Indonesia karena sudah digunakan dalam keseharian.
peningkatan kompetensi yang perlu siswa (2) Pengajaran Bahasa Indonesia yang
kuasai ada empat aspek yaitu menyimak, monoton telah membuat para siswa mulai
membaca, berbicara, dan menulis. Dari merasakan gejala kejenuhan akan belajar
keempat aspek tersebut dapat dibagi Bahasa Indonesia. Hal tersebut diperparah
menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan dengan adanya buku paket yang menjadi
produktif dan reseptif. Menyimak dan buku wajib. Sementara isi dari materinya

JURNAL INOVASI | Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Dengan Pendekatan
102
Saintifik Untuk Meningkatkan
http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
terlalu luas dan juga cenderung bersifat Dalam pendekatan saintifik guru
hafalan yang membosankan. (3) Siswa mengadakan pendekatan pada siswa yaitu:
kurang termotivasi dalam belajar sehingga (a) mengamati kesiapan belajar siswa, (b)
hasil belajar siswa rendah menanyakan kemampuan siswa pada
Dari hasil penelitian pra siklus siswa materi yang akan diajarkan, (c) siswa
kelas VII B semester II di Satuan mengumpulkan informasi jawaban
Pendidikan SMP Negeri 4 Kubu tahun berkaitan dengan materi yang diberikan
pelajaran 2018/2019, jumlah hasil belajar guru, (d) siswa mengasosiasikan atau
Bahasa Indonesia siswa yaitu; 2240, rata- mengolah informasi jawaban yang tepat
rata; 70, dan daya serap 70%, ketuntasan dari materi tugas yang diberikan pada
klasikal 63%. Hasil ini dibawah kriteria siswa, (e) siswa mengkomunikasikan hasil
ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran informasikan pada kelompoknya.
bahasa Indonesia yang telah ditetapkan Pendekatan saintifik ini siswa didorong
pada hasil belajar siswa yaitu;71 dan supaya aktif dalam proses pembelajaran,
ketuntasan klasikal 85%. Hasil data ini dan siswa mampu memecahkan
menunjukkan hasil belajar siswa masih masalahnya sendiri terhadap materi tugas
rendah. yang telah diberikan.
Untuk mengatasi masalah siswa agar Berdasarkan uraian diatas maka penulis
dapat memahami pelajaran Bahasa mengadakan sebuah penelitian dengan
Indonesia dengan baik, maka guru harus judul “penerapan model pembelajaran Two
kreatif dalam memilih model pembelajaran. Stay Two Stray dengan pendekatan
Tentu banyak model yang beragam yang saintifik untuk meningkatkan hasil belajar
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Bahasa Indonesia siswa kelas VII B
Oleh karena itu, dalam penelitian ini semester II di Satuan Pendidikan SMP
peneliti mencoba salah satu model yang Negeri 4 Kubu tahun pelajaran 2018/2019.
dinilai menarik untuk digunakan dalam Tujuan penelitian ini adalah untuk
pembelajaran Bahasa Indonesia yakni meningkatkan hasil belajar Bahasa
model pembelajaran Two Stay Two Stray Indonesia siswa kelas VII B semester II di
dengan pendekatan saintifik. Satuan Pendidikan SMP Negeri 4 Kubu
Kelebihan pada model pembelajaran tahun pelajarn 2018/2019 melalui
Two Stay Two Stray dengan pendekatan penerapan model pembelajaran Two Stay
saintifik merupakan model pembelajaran Two Stray dengan pendekatan saintifik
yang mengarahkan; (1) Siswa untuk Menurut Ibrahim (2000: 15) “Model
berkolaborasi dengan kelompoknya untuk pembelajaran adalah kerangka konseptual
membuat ringkasan mengenai konsep yang melukiskan prosedur yang sistematis
materi yang telah dipelajari. (2) Dua siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
dari kelompok masing-masing akan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
meninggalkan kelompoknya dan masing- belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
masing bertemu ke kelompok yang lain. (3) pedoman bagi perancang pembelajaran dan
Dua siswa yang tinggal dalam guru dalam merencanakan dan
kelompoknya bertugas membagikan hasil melaksanakan proses belajar mengajar.”
kerja dan informasi mereka ke tamu Karakteristik model pembelajaran
mereka. (4) Tamu mohon diri dan kembali menurut (Abdorrakhman, 2007: 54)
ke kelompok mereka sendiri dan mempunyai empat ciri khusus yaitu : 1)
melaporkan temuan mereka dari kelompok Rasional teoritik yang logis yang disusun
lain. (5) Kelompok mencocokkan dan oleh penciptanya 2) Tujuan pembelajaran
membahas hasil kerja mereka. (6) Salah yang hendak dicapai 3) Tingkah laku
satu kelompok diminta untuk mengajar yang diperlukan agar model
mempresentasikan hasil diskusinya dan tersebut berhasil 4) Lingkungan belajar
kelompok lain menanggapinya.

JURNAL INOVASI | I Wayan Jendra Astawan,S.Pd 103


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
yang diperlukan agar tujuan pembelajaran yang dijelaskan oleh teman. Dalam
tercapai pembelajaran ini siswa dihadapkan pada
Menurut Fathurrohman (2012: 29) kegiatan mendengarkan apa yang
mengidentfikasi lima karakteristik suatu diutarakan oleh temannya ketika sedang
model pembelajaran yang baik, yang bertamu, yang secara tidak langsung siswa
meliputi berikut ini: 1) Prosedur ilmiah akan dibawa untuk menyimak apa yang
Suatu model pembelajaran harus memiliki diutarakan oleh anggota kelompok yang
suatu prosedur yang sistematik utuk menjadi tuan rumah tersebut.
mengubah tingkah laku peserta didik ataau Menurut pendapat Anjani (2016: 40)
memiliki sintaks yang merupakan urutan Tahapan-Tahapan dalam pembelajaran
langkahlangkah pembelajaran yang Two Stay Two Stray adalah sebagai berikut
dilakukan guru dan peserta didik. 2) : 1. Tahap Persiapan. Pada tahap persiapan
Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan ini, hal yang dilakukan guru adalah
Suatu model pembelajaran menyebutkan membuat silabus dan sistem penilaian,
hasil-hasil belajar secara rinci mengenai desain pembelajaran, meyiapkan tugas
penampilan peserta didik. 3) Spesifikasi siswa dan membagi siswa dalam satu kelas
lingkungan belajar Suatu model kedalam beberapa kelompok dengan
pembelajaran menyebutkan secara tegas masing-masing anggota 4 siswa dan setiap
kondisi lingkungan di mana respon pesertaa anggota kelompok harus heterogen dalam
didik diobservasi. 4) Kriteria penampilan hal jenis kelamin dan prestasi akademik
Suatu model pembelajaran merujuk pada siswa. Setelah itu, siswa diberi pra tes untuk
kriteria peneerimaan penampilan yang mengetahui kemampuan awal siswa. 2.
diharapkan dari para peserta didik. Model Tahap Presentasi. Pada tahap ini, guru
pembelajaran merencanakan tingkah laku menyampaikan indikator pembelajaran,
yang diharapkan dari peserta didik yang mengenal dan menjelaskan materi sesuai
dapat didemonstrasikannya setelah dengan rencana pembelajaran yang telah
langkah-langkah mengajar tertentu. 5) dibuat.3. Tahap Kegiatan kelompok. Dalam
Cara-cara pelaksanaannya. Semua model kegiatan ini, pembelajarannya
pembelajaran menyebutkan mekanisme menggunakan lembar kegiatan yang berisi
yang menunjukan reaksi peserta didik dan tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-
interaksinya dengan lingkungan. tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah
Model pembelajaran Two Stay Two menerima lembar kegiatan yang berisi
Stray dikembangkann oleh (Spencer permasalahan - permasalahan yang
Kagan, 1992) Model pembelajaran ini bisa berkaitan dengan konsep materi dan
digunakan dalam semua mata pelajaran dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya
untuk semua tingktan usia anak didik. dalam kelompok kecil yaitu mendiskusikan
Model pembelajaran two stay two stray masalah tersebut bersama-sama anggota
memberi kesempatan kepada kelompok kelompoknya. Masing-masing kelompok
untuk membagikan hasil dan informasi menyelesaikan atau memecahkan masalah
dengan kelompok lain. Model yang diberikan dengan cara mereka sendiri.
pembelajaran kooperatif siswa dalam satu Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-
kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil masing kelompok meninggalkan
yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk kelompoknya dan bertamu ke kelompok
memahami konsep yang difasilitasi oleh yang lain secara terpisah, sementara 2
guru. anggota yang tinggal dalam kelompok
Tujuan Pembelajaran Two Stay Two bertugas membagikan hasil kerja dan
Stray (Anjani, 2016: 27) adalah informasi mereka ke tamu mereka. Setelah
mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam memperoleh informasi dari 2 anggota yang
berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke
menjelaskan dan juga menyimak materi kelompok masing-masing dan melaporkan

JURNAL INOVASI | I Wayan Jendra Astawan,S.Pd 104


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
temuannya dari kelompok lain tadi serta (mengomunikasikan), dan menciptakan
mancocokkan dan membahas hasil-hasil serta membentuk jaringan (networking).
kerja mereka.4. Tahap Formalisasi Setelah Beberapa pendekatan saintifik dalam
belajar dalam kelompok dan menyelesaikan kegiatan pembelajaran (Rusman, 2010: 49)
permasalahan yang diberikan, salah satu adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran
kelompok mempresentasikan hasil diskusi berpusat pada siswa, 2. Pembelajaran
kelompoknya untuk dikomunikasikan atau membentuk student self concept, 3.
didiskusikan dengan kelompok lainnya. Pembelajaran terhindar dari verbalisme. 4.
Kemudian guru membahas dan Pembelajaran memberikan kesempatan
mengarahkan siswa ke bentuk formal. kepada siswa untuk mengasimilasi dan
Menurut Rusman (2010: 27) tujuan mengakomodasi konsep, hukum dan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran prinsip. 5. Pembelajaran mendorong
antara lain untuk meningkatkan terjadinya peningkatan kemampuan
kemampuan berpikir peserta didik, berfikir siswa, 6. Pembelajaran
membentuk kemampuan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan
menyelesaikan masalah secara sistematik, motivasi mengajar guru.
menciptakan kondisi pembelajaran supaya Hasil belajar merupakan kemampuan-
peserta didik merasa bahwa belajar kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
merupakan suatu kebutuhan, melatih menerima pengalaman belajarnya. Hasil
peserta didik dalam mengemukakan ide- belajar adalah kemampuan yang diperoleh
ide, meningkatkan hasil belajar peserta anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil
didik, dan mengembangkan karakter belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu hasil
peserta didik. dan belajar. Hasil berarti sesuatu yang
Pelaksanaan pendekatan saintifik dalam diadakan oleh usaha. Sedangkan belajar
pembelajaran memiliki prinsip antara lain berarti berusaha memperoleh kepandaian
berpusat pada peserta didik, membentuk atau ilmu. Jadi, hasil belajar adalah realisasi
students self concept, terhindar dari atau pemakaran dari kecakapan-kecakapan
verbalisme (mengurangi banyaknya guru potensial atau kapasitas yang dimiliki
dalam berbicara), memberikan kesempatan seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh
kepada peserta didik untuk mengasimilasi seseorang dapat dilihat dari perilakunya,
dan mengakomodasi konsep; prinsip; atau baik perilaku dalam bentuk penguasaan
hukum, mendorong peningkatan pengetahuan, keterampilan berfikir
kemampuan berpikir peserta didik, maupun keterampilan motorik.
meningkatkan motivasi belajar peserta Pendapat Rusman (2010: 23) penilaian
didik dan motivasi guru untuk mengajar, hasil belajar dalam tujuan pendidikan
memberi kesempatan kepada peserta didik Nasional, baik tujuan kurikuler maupun
untuk berlatih kemampuan berkomunikasi, tujuan intruksional, menggunakan
serta adanya proses validasi konsep; klasifikasi hasil belajar yang secara garis
hukum; dan prinsip yang telah dikonstruk besar membaginya menjadi tiga ranah
oleh peserta didik dalam struktur yaitu: a) Penilaian kognitif aspek kognitif
kognitifnya (Hosnan, 2014: 34-37). yang dinilai dapat berupa kemampuan
Langkah-langkah pendekatan saintifik mengetahui ,kemampuan mengerti,
dalam proses pembelajaran meliputi kemampuan menerapkan informasi atau
mengamati (observing), menanya pengetahuan yang diperoleh untuk
(questioning), mencoba (experimenting), memecahkan masalah, kemampuan
mengolah data atau informasi dilanjutkan menganalisis informasi yang kompleks,
dengan menganalisis; menalar kemampuan menggabungkan beberapa
(associating); dan menyimpulkan, informasi menjadi suatu kesimpulan,
menyajikan data atau informasi kemampuan mempertimbangkan dan
mengambil keputusan atau tindakan

JURNAL INOVASI | I Wayan Jendra Astawan,S.Pd 105


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
berdasarkan pertimbangan. b) Penilaian Jenis penelitian yang dipergunakan
aspek afektif berkenaan dengan sikap dan dalam penelitian ini adalah penelitian
nilai, tipe hasil belajar afektif tampak pada tindakan kelas. Menurut Trianto (2007: 22)
siswa dalam berbagai tingkah laku seperti penelitian tindakan kelas adalah penelitian
perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, yang mengkombinasikan prosedur
motivasi belajar, menghargai guru dan penelitian dengan tindakan substansif,
teman sekelas, kebiasaan belajar dan suatu tindakan yang dilakukan dalam
hubungan sosial. Ada beberapa jenis disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang
kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, untuk memahami apa yang sedang terjadi,
kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar sambil terlibat dalam sebuah proses
sampai tingkat yang kompleks diantaranya perbaikan.
yaitu: Reciving/attending, responding atau Dalam penelitian tindakan kelas ini,
jawaban, valuing atau penilaian, organisasi, seluruh rangkaian pembelajaran
karakteristik atau internalisasi nilai. c) dilaksanakan dalam beberapa siklus
Penilaian psikomotorik penilaian tindakan. Setiap siklus tindakan bersifat
psikomotorik adalah penilaian terhadap berulang-ulang, sehingga menghasilkan
keterampilan gerak yang berhubungan suatu keputusan sebagai hasil dari
dengan otot kecil dan otot besar, sehingga penelitian.
gerakan yang dinilai dapat berupa gerakan Menurut (Arikunto, 2006: 95) tahapan-
halus atau gerakan kasar. Keterampilan tahapan pada penelitian ini dapat diuraikan
dalam gerakan halus misalnya keterampilan sebagai berikut (1) Tahapan pra - PTK,
mengukur, mengambar, melukis meliputi: (a) Identifikasi masalah, (b)
menggunakan alat. Keterampilan dalam Analisis masalah, (c) Rumusan masalah,
gerak kasar misalnya pada cabang olahraga (2) Tahapan pelaksanaan PTK, meliputi:
tertentu. Perencanaan (planning), Pelaksanaan
Pendapat (Ibrahim, 2000: 62) bahwa (acting), Pengamatan (observing), Refleksi
“hasil belajar adalah kegiatan belajar siswa (reflecting)
untuk memperoleh pengetahuan, Peneliti melaksanakan penelitian ini
keterampilan, sikap, serta nilai-nilai, pada semester II tahun pelajaran 2018/2019
selanjutnya gambaran hasil belajar siswa di Satuan Pendidikan SMP Negeri 4 Kubu
dapat dinyatakan dengan angka dari 0 Kabupaten Karangasem. Jumlah subjek
sampai dengan 10.” penelitian adalah 32 orang siswa. Objek
Menurut pendapat Fathurrohman (2012: penelitian yang diambil meliputi dua tipe
28) menyatakan bahwa “hasil belajar dapat yaitu objek perlakuan dan objek amatan.
dilihat dari perkembangan keterampilan di Objek perlakuan dalam penelitian ini
dalam proses pembelajaran untuk adalah penerapan model pembelajaran two
mendapatkan hasil belajar yang maksimal”. stay two stray melalui pendekatan saintifik
Jadi perubahan tingkah laku dan sedangkan objek amatan adalah hasil
pencapaian nilai yang baik adalah belajar bahasa Indonesia siswa.
merupakan hasil belajar siswa di dalam Prosedur Penelitian
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan Prosedur Penelitian setiap siklus
pembelajaran itu sendiri. meliputi langkah-langkah perencanaan,
Dari ketiga pendapat di atas dapat pelaksanaan, observasi/evaluasi dan
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah refleksi. Penelitian tindakan kelas ini
hasil yang dicapai oleh siswa dalam proses menggunakan dua siklus. Tindakan siklus I
pembelajaran baik berupa pengetahuan, adalah langkah kegiatan penelitian untuk
keterampilan, dan sikap yang dinyatakan menjawab kelemahan dan kelebihan yang
dalam bentuk angka dan dapat diukur ditemukan pada tahapan pra siklus,
secara langsung dengan tes. sedangkan siklus II adalah langkah
Metode Penelitian

JURNAL INOVASI | I Wayan Jendra Astawan,S.Pd 106


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
kegiatan penelitian yang menjawab yang berhubungan dengan pembelajaran
permasalahan yang ditemukan pada siklus I bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil
Instrumen Penelitian Dan Analisis Data diskusidan observasi dengan tim MGMP
Instrumen yang digunakan dalam Bahasa Indonesia di sekolah, ternyata
penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa. siswa-siswa kelas VII B masih mengalami
Tes hasil belajar ini digunakan berbentuk kesulitan dalam memahami pelajaran
objektif yang dilakukan untuk mengukur Bahasa Indonesia.
pengetahuan hasil belajar siswa dengan Untuk mengoptimalkan kegiatan
melihat ketuntasan belajar setiap siswa. Tes pembelajaran. Peneliti mencoba untuk
dilakukan setelah selesai satu siklus. menerapkan model pembelajaran Two Stay
Untuk mengetahui tingkat hasil belajar Two Stray dengan pendekatan saintifik
siswa dalam pembelajaran bahasa yang akan digunakan dalam memperbaiki
Indonesia dinyatakan dengan nilai akhir proses pembelajaran pada penelitian ini.
(NA) yang dihitung dari tes akhir siklus I Model pembelajaran ini diharapkan
dan II dengan bobot masing-masing hasil mampu menciptakan pembelajaran yang
tes dikonversi dalam sekala 100. memberikan kesempatan kepada siswa
Tes hasil belajar siswa berbentuk tes untuk menyelesaikan permasalahan-
obyektif (Arikunto, 2006: 162) adalah permasalahan dalam pelajaran bahasa
sejenis tes hasil belajar yang memerlukan Indonesia. Dengan demikian, akan dapat
jawaban yang bersifat obyektif, keunggulan meningkatkan hasil belajar Bahasa
tes obyektif adalah dapat mengukur Indonesia siswa. Proses pembelajarannya
kemampuan hasil belajar Bahasa Indonesia akan berlangsung secara alamiah dalam
siswa. Nilai akhir siswa dianalisis secara bentuk kegiatan siswa bekerja dan
deskriptif berdasarkan proporsi siswa yang mengalami, bukan sekedar transfer
mengalami peningkatan nilai akhir, pengetahuan dari guru dan siswa.
peningkatan rata-rata kelas dan ketuntasan Pelaksanaan Siklus 1
belajar individu. Ketuntasan belajar Pada siklus I, hasil belajar pada
individu adalah standar ketuntasan kelajar pelajaran bahasa Indonesia siswa,
minimal (SKBM) yang ditetapkan oleh berdasarkan skor hasil belajar pada
forum MGMP sekolah pada awal tahun pelajaran bahasa Indonesia dari 32 siswa,
pelajaran 2018/2019 sebesar 71 (siswa jumlah skor total yaitu; 2253, dengan rata-
dinyatakan tuntas belajar jika nilai hasil rata hasil belajar yaitu; 70, daya serap;
belajar siswa ≥ 71 dalam skala 100), dan 70%., pada siklus I terdapat 21 orang siswa
suatu kelas dinyatakan tuntas belajar jika yang sudah tuntas atau memperoleh nilai
dikelas terdapat 85% siswa telah tuntas <71 dan ada 11 orang siswa yang belum
belajar. Data nilai siswa dalam penelitian tuntas. Ketuntasan klasikal 66%, ini berarti
ini terdiri dari: 1) Nilai hasil belajar siswa ketuntasan klasikalnya masih rendah, dan
secara individu. 2. Daya serap siswa. 3. perlu di tingkatkan lagi pada siklus
Nilai hasil belajar siswa secara klasikal. berikutnya. Karena ketuntasan klasikal
Hasil Penelitian dan Pembahasan yang diperoleh masih di bawah ketuntasan
Dalam penelitian ini diawali dengan klasikal yang telah ditetapkan yaitu; <85%.
observasi awal. Observasi ini bertujuan Pada siklus I, berdasarkan hasil belajar
untuk memperoleh informasi dan gambaran kelompok siswa pada pelajaran bahasa
secara nyata mengenai permasalahan Indonesia siswa, Nilai hasil belajar siswa
pembelajaran bahasa Indonesia yang berdasarkan kerja kelompok pada siklus I,
terdapat di Satuan Pendidikan SMP Negeri dari 32 siswa dapat dilihat pada tabel
4 Kubu khususnya di kelas VII B Sebelum berikut.
melakukan penelitian, peneliti melakukan Tabel
orientasi lapangan yang bertujuan untuk Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa
mengetauhi permasalahan-permasalahan Berdasarkan Kerja

JURNAL INOVASI | I Wayan Jendra Astawan,S.Pd 107


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
awal. Hasil refleksi pun digunakan untuk
memperbaiki setiap siklus selanjutnya.
Peneliti dalam penelitiannya selalu
mengacu pada rancangan pelaksaan
Nilai hasil belajar siswa berdasarkan pembelajaaran, hal ini bertujuan agar setiap
kerja kelompok pada siklus I, kelompok penampilannya sesuai dengan konsep.
yang tidak tuntas belajar ada 3 kelompok. Pada siklus I, guru merancang
Hasil yang diperoleh pada kerja kelompok pembelajaran secara sederhana, agar siswa
dari 3 kelompok ini belum mencapai nilai menyesuaikan diri untuk tindakan-tindakan
(kkm:71). Kelompok yang tuntas belajar selanjutnya. Perencanaan pada siklus yang
ada 3 kelompok hasil belajar kelompok kedua didasarkan pada hasil analisis data
yang diperoleh melebihi nilai (kkm: 71). dari refleksi yang dilakukan pada siklus I.
Pelaksanaan Siklus II Berdasarkan hasil analisis data pada siklus
Pada siklus II, hasil belajar pada I, sebagian besar hasil belajar siswa pada
pelajaran bahasa Indonesia siswa pelajaran bahasa Indonesia, siswa masih
Berdasarkan skor hasil belajar pada kurang, sehingga peneliti perlu menyusun
pelajaran bahasa Indonesia dari 32 siswa, sebuah rencana pembelajaran baru untuk
jumlah skor total yaitu; 3047, dengan rata- meningkatkan hasil belajar siswa.
rata hasil belajar yaitu; 95, daya serap; Pada siklus II, guru masih memberikan
95%. Hasil belajar dari jumlah siswa 32, model pembelajaran Two Stay Two Stray
pada siklus II terdapat 32 orang yang dengan pendekatan saintifik dalam
mendapatkan nilai <71 dan Ketuntasan pembelajaran.
klasikal 100%, ini berarti ketuntasan Dapat disimpulkan dari pemaparan di
klasikalnya sudah tercapai, melebihi atas, bahwasannya pelaksanaan dari setiap
ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan siklus berlangsung dengan sangat baik.
yaitu; <85%. Pada proses pembelajaran siklus I kendala
Pada siklus II, berdasarkan hasil belajar yang dijumpai adalah (1) Siswa belum
kelompok siswa pada pelajaran bahasa terbiasa dengan model pembelajaran Two
Indonesia siswa, Nilai hasil belajar siswa Stay Two Stray melalui pendekatan
berdasarkan kerja kelompok pada siklus II, saintifik (2) Kemampuan siswa dalam
dari 32 siswa dapat dilihat pada tabel mengemukakan pendapatnya masih relatif
berikut berikut kurang. (3) Masih ada kelompok yang
Tabel kemampuan mempresentasikan hasil
Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa diskusinya kurang berhasil,
Berdasarkan Kerja Tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi kendala yang diketemukan pada
siklus I adalah: (a) Menciptakan proses
pembelajaran yang menyenangkan dengan
Nilai hasil belajar siswa berdasarkan cara memberikan motovasi kepada siswa
kerja kelompok pada siklus II, kelompok untuk lebih aktif lagi dalam pembelajaran.
yang tuntas belajar ada 6 kelompok. Hasil (b) Mengaktifkan seluruh anggota
yang diperoleh pada kerja kelompok kelompok dalam mengemukakan pendapat.
melebihi nilai (kkm:71) (c) Menekankan pada siswa bahwa setiap
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan langkah dalam pembelajaran selalu ada
menggunakan model pembelajaran Two penilaian baik kognitif, afektif, dan
Stay Two Stray dengan pendekatan psikomotor. (d) Memberi reward pada
saintifik dilaksanakan dalam dua siklus. kelompok yang dapat mempresentasikan
Untuk melaksanakan siklus yang pertama, hasil diskusinya dengan baik.
terlebih dahulu peneliti membuat Berdasarkan perbaikan tindakan pada
perencanaan sebagai bentuk pengamatan siklus I, maka diperoleh skor hasil belajar

JURNAL INOVASI | I Wayan Jendra Astawan,S.Pd 108


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
pada pelajaran bahasa Indonesia siswa prestasi terbaik. Terjadinya peningkatan
menunjukkan adanya peningkatan dari hasil belajar siswa ini, tidak terlepas dari
siklus I ke siklus II. Rata- rata hasil belajar pembelajaran yang dilakukan dengan
siswa pada siklus I adalah: 70 daya serap; menggunakan tes hasil belajar siswa,
70% dan pada siklus II adalah 95, daya sehingga siswa mendapat petunjuk dan
serap 95%, peningkatannya dapat sarana untuk berdiskusi dalam kegiatan
dibandingkan dari skor rata-ratanya. Skor pembelajaran.
hasil belajar siswa yang diukur dari nilai Penelitian dihentikan pada siklus II,
rata-rata dan ketuntasan klasikalnya siklus karena terjadinya peningkatan hasil belajar
I, nilai rata-rata sebesar 63%, dan siklus II pada pelajaran Bahasa Indonesia siswa
nilai rata-rata sebesar 100% Bila kelas VII B semester II SMP Negeri 4 Kubu
dibandingkan nilai rata-rata skor hasil tahun pelajaran 2018/2019 melalui
belajar siswa, pada siklus II lebih besar dari penerapan model pembelajaran
siklus I, ini menunjukkan peningkatan skor pembelajaran Two Stay Two Stray dengan
hasil belajar pada pelajaran Bahasa pendekatan saintifik sesuai dengan harapan
Indonesia siswa pada siklus II. peneliti. Dalam proses pembelajaraan ini,
Perbandingan hasil belajar siswa dapat proses belajar sudah sesuai dengan proses
dilihat pada tabel berikut tujuan yang diharapkan baik oleh guru.
Tabel. Simpulan
Perbandingan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan rumusan dan hasil
pembahasan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan hasil belajar
siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia
melalui penerapan pembelajaran Two Stay
Rata-rata skor hasil belajar pada Two Stray dengan pendekatan saintifik,
pelajaran Bahasa Indonesia siswa pada penulis dapat menyimpulan : Penerapan
siklus I masih rendah, dan pada siklus II model pembelajaran two stay two stray
ternyata melampaui standar ketuntasan dengan pendekatan saintifik dapat
belajar minimal (SKBM) yaitu: 71, dan meningkatkan hasil belajar Bahasa
ketuntasan klasikal yaitu: 85%. hal ini Indonesia siswa kelas VII B semester II di
karena dalam model pembelajaran Two Satuan Pendidikan SMP Negeri 4 Kubu
Stay Two Stray dengan pendekatan tahun pelajarn 2018/2019, hal ini dapat kita
saintifik, semua siswa mendapat lihat pada hasil peningkatan hasil belajar
kesempatan dan porsi yang sama dalam siswa pada setiap siklus, rata-rata pada pra
pembelajaran. siklus yaitu; 70, daya serap; 70%,
Siswa yang pandai termotivasi untuk ketuntasan klasikal: 63%, Siklus I yaitu; 70,
membantu siswa lain dalam menyelesaikan daya serap: 70%, ketuntasan klasikal: 66%,
tugas–tugas yang diberikan, karena siswa siklus II yaitu 95, daya serap 95%,
tidak hanya bertanggung jawab atas ketuntasan klasikal: 100%. Pada siklus II
belajarnya tetapi juga terhadap belajar hasil belajar siswa melebihi ketuntasan
teman sekelompoknya. Di samping itu, kreteria minimal (KKM) yaitu; <71, dan
model pembelajaran ini memotivasi siswa melebihi ketuntasan yang telah ditetapkan
untuk selalu meningkatkan prestasi melalui yaitu; <85%.
pemberian tes secara intensi. Saran-saran
Pemberian tes diakhir sub pokok- Berdasarkan hasil penelitian serta
bahasan, dan memotivasi siswa untuk kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
selalu belajar sehingga mereka selalu siap ini, maka peneliti mengajukan saran
menghadapi tes. Pemberian penghargaan sebagai berikut ini. 1. Penerapan model
atas hasil kerja kelompok menimbulkan pembelajaran two stay two stray dengan
semangat bagi siswa untuk mencapai pendekatan saintifik bagi guru dapat

JURNAL INOVASI | I Wayan Jendra Astawan,S.Pd 109


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 16 Bulan September 2021 P~ISSN : 2407-067x
dipakai sebagai alternatif model
pembelajaran di sekolah. 2. Bagi siswa
penerapan model pembelajaran two stay
two stray dengan pendekatan saintifik dapat
meningkatkan hasil belajar pada pelajaran
bahasa Indonesia. 3. Bagi Peneliti.
Menambah wawasan dan pengetahuan
peneliti dalam pelajaran Bahasa Indonesia
melalui penerapan model pembelajaran two
stay two stray dengan pendekatan saintifik
sebagai salah satu model pembelajaran
yang inovatif.
Daftar Pustaka
Abdorrakhman, 2007. Belajar dan
Pembelajaran. Bandung. Humaniora.
Anjani, Yessy Dwi. 2016. Ekserimentasi
Model Pembelajaran Two Stay Two
Stray Pada Materi Garis Singgung
Lingkaran di Tinjau dari Sikap Sosial
Kelas VIII Semester Genap SMP
Negeri 16 Surakarta. Tesis FKIP.
Universitas Sebelas Maret.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Edisi ke 3. Jakarta : Asdi
Mahastya.
Fathurrohman. 2012,Belajar dan
Pembelajaraan.Teras. Yogyakarta.
Hosnan, M 2014. Pendekatan Saintifik dan
Kontekstual Dalam Pembelajaran
Abad 21. Gralia Indonesia.
Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif
Universitas Negeri Surabaya.
Rusman, 2010. Model- Model
Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta. PT
Rajagrafindo Persada.
Speancer Kagan, 1992. Cooperative
Learning Resource for Teacher.
[Online]. Tersedia :
www.ascd.org/ASCD/pdf/journals/e
d_lead/el_198912
Trianto, 2007. Mendisain Model Progresif;
Konsep, landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta;
Kencana Prenada Media.

JURNAL INOVASI | I Wayan Jendra Astawan,S.Pd 110

Anda mungkin juga menyukai