Anda di halaman 1dari 94

Jakarta, 4 Maret 2020

No. : 0005.27211037/JI.3.1/SK.ISSN/2020.03
Hal. : SK Penerbitan ISSN no. 2721-1037

Kepada Yth.,
Penanggung-jawab / Pemimpin Redaksi
“Inovasi : Jurnal Guru”
Lembaga Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Kabupaten Karangasem
Jalan Gatot Subroto Amlapura Bali
Tel : +6282144680117
Fax :
Surat-e : putubastian@gmail.com

PUSAT DATA DAN DOKUMENTASI ILMIAH


LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
sebagai

Pusat Nasional ISSN (International Standard Serial Number ) untuk Indonesia yang berpusat di Paris, dengan
ini memberikan ISSN (International Standard Serial Number ) kepada terbitan berkala di bawah ini :

Judul : Inovasi : Jurnal Guru


ISSN : 2721-1037 (media online)
Mulai edisi Vol. 6, No. 2, April 2020
Penerbit : Lembaga Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Kabupaten
Karangasem

Sebagai syarat setelah memperoleh ISSN, penerbit diwajibkan :

1. Mencantumkan ISSN di pojok kanan atas pada halaman kulit muka, halaman judul dan halaman daftar
isi terbitan tersebut di atas dengan diawali tulisan ISSN, tanpa titik dua. Mencantumkan kodebar atau
barcode ISSN di pojok kanan bawah pada halaman kulit belakang untuk terbitan ilmiah, sedangkan
terbitan non ilmiah/popular di pojok kiri bawah pada halaman kulit muka.
2. Pengelola/Penerbit wajib mengirimkan berkas digital atau softcopy setiap nomor terbitan dalam format
PDF melalui email isjd@mail.lipi.go.id, baik untuk terbitan tercetak maupun online, agar dapat dikelola
dan diakses melalui Indonesian Scientific Journal Database (ISJD).
3. Apabila judul dan atau sub judul terbitan diganti, pengelola terbitan harus segera melaporkan ke PDDI
untuk mendapatkan ISSN baru.
4. ISSN untuk terbitan tercetak tidak dapat digunakan untuk terbitan online. Demikian pula sebalik nya,
kedua media terbitan tersebut harus didaftarkan ISSN nya secara terpisah.
5. ISSN mulai berlaku sejak tanggal, bulan, dan tahun diberikannya nomor tersebut dan tidak berlaku
mundur. Penerbit atau pengelola terbitan berkala tidak berhak mencantumkan ISSN yang dimaksud
pada terbitan terdahulu.
Kepala Pusat Nasional ISSN,

Hendro Subagyo, M.Eng.


NIP 197501231994021001
Catatan :
Surat Keputusan ini diproduksi secara elektronik dan tidak membutuhkan tanda-tangan pengesahan. Konfirmasi atas
keabsahan nomor ISSN ini bisa dilakukan dengan melihat kesesuaiannya dengan nomor registrasi 1581513747 di situs
ISSN Online (http://issn.pdii.lipi.go.id ).
http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

DEWAN REDAKSI

Penasehat
Kepala Disdikpora Kabupaten Karangasem

Pembina
Kabid PK Disdikpora Kabupaten Karangasem

Ketua Dewan Redaksi


Ida Bagus Wayan Putu Adnyana, S.Pd M.Si

Sekretaris Redaksi
I Made Ludragama, S.Pd

Bendahara
Ni Luh Sriasih, S.Pd

Anggota Dewan Redaksi


I Wayan Suberata, S.Pd
I Putu Arnawa, S.Pd, M.Pd (STKIP Agama Hindu Amlapura)
Ida Made Budayana, S.Pd

Layout
I Wayan Putra, M.Pd (Web Design, Admin Manager)
Ida Bagus Eka Putrawan, M.Pd (Cover Ilustrator)

Editor
Ida Bagus Nyoman Japa, S.Pd, M.Pd
I Ketut Latri, S.Pd, M.Pd

Mitra Bestari
Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten, S.Pd, M.Hum (Pengawas Disdikpora Provinsi Bali)
Dr Ida Bagus Nyoman Mantra, SH., S.Pd.,M.Pd (Dosen Universitas Mahasaraswati
Denpasar)
Dr. Drs. I Made Suyasa, M.Hum. (Dosen Univ.Muhammadiyah Mataram)
Dr. Drs. Cornelius Sri Murdo Yowono, M.Si (Dosen Universitas Mahasaraswati Denpasar)
Dr. Ida Ayu Made Sri Widiastuti, S.Pd., M.Pd., M.Hum. (Dosen Universitas Mahasaraswati
Denpasar)

Distributor
Ketua KKKS Kecamatan Karangasem

JURNAL INOVASI | Dewan Redaksi ix


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Inovasi Jurnal Guru Volume
7 No 6 Bulan Agustus Tahun 2021 dapat diterbitkan. Melalui penerbitan edisi online berbasis
OJS ini akan meningkatkan jangkauan publikasi hasil penelitian, praktik baik dan gagasan
ilmiah yang akan memperkaya khasanah karya inovatif guru. Guru yang senantiasa berkarya,
berinovasi dan berbagi merupakan pertanda terjaminnya profesionalitas guru. Pendidik
profesional adalah guru yang mampu berbuat sepenuhnya untuk semata-mata meningkatkan
capaian dari kegiatan belajar yang dilakukan, dan mampu menggerakan guru lainnya melalui
prinsip berbagi.
Tim Dewan redaksi yang telah berupaya dan bekerja keras menghadirkan versi online (Open
Journal System) dari Inovasi Jurnal Guru. Hal ini merupakan langkah maju dalam memenuhi
kebutuhan berbagi karya publikasi ilmiah sehingga bermanfaat untuk pengembangan profesi
guru baik untuk dirinya maupun orang lain. Prinsip berbagi yang dianut oleh guru, selain dapat
mengoptimalkan kinerjanya, juga akan dapat menggerakkan guru lainnya.
Atas capaian itu, Tim Dewan Redaksi Jurnal Inovasi menampaikan ucapan terimakasih yang
sedalam-dalamnya, atas dukungan dari beberapa pihak yaitu :
1. Kepala Disdikpora Kabupaten Karangasem atas pembinaaan dan bimbinganya.
2. Kepala Bidang Tenaga Pendidik Kependidikan Disdikpora Kabupaten Karanagsem
atas bimbinganya dan arahnya.
3. Seluruh relawan yang telah berkontribusi baik tulisan maupun pendanaan.
4. Seluruh mitra bestari yang telah rela meluangkan waktunyua untuk berkontribusi dalam
mereview artikel-artikel dalam jurnal ini.
5. Pihak-pihak lain yang juga telah membantu dalam penerbitan jurnal ini.
Saran dan kritik selalu kami harapkan dalam rangka penyempurnaan karya maupun proses
penerbitan jurnal ini.
Terimakasih

JURNAL INOVASI | Prakata x


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

SAMBUTAN
KEPALA DINAS PENDIDIKAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
KABUPATEN KARANGASEM
Om Swastiastu

Pandemi Covid-19, belum juga menampakkan tanda-tanda mereda. Kebijakan Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan untuk beradaptasi dengan perubahan dari pola belajar tatap muka
menjadi pola belajar jarak jauh telah berimplikasi besar pada sistem pendidikan kita. Taggar
Merdeka Belajar seperti dikumandangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
membawa angin perubahan kepada harapan dunia pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik
ke depannya. Siswa yang merdeka dalam belajar harus pula didorong dan mendapat dukungan
penuh kepada guru yang memiliki kemerdekaan dalam menentukan strategi pembelajarannya.
Melalui pembebasan terhadap kemungkinan pengekangan-pengekangan terhadap aktivitas
guru dalam mengembangkan kemampuan profesinya menjadi titik balik untuk menigkatkan
profesionalisme guru melalui inovasi-inovasi yang dilakukannya.
Beratnya tugas, tanggungjawab, dan harapan terhadap guru, membutuhkan keterlibatan
semua pihak untuk saling berintegrasi dan berkontribusi. Kemampuan beride, berkarya,
berinovasi, dan berbagi merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Maka dari itu, jurnal
inovasi hadir untuk memenuhi kebutuhan berbagi, sehingga hasil karya, inovasi dan pemikiran
guru dapat diakomodir. Jurnal inovasi sesuai dengan namanya secara berkelanjutan tetap
melaju dengan inovasi-inovasi seperti pada edisi Vol 7 No 6 yang terbit pada Bulan Agustus
Tahun 2021 ini.
Konten-konten guru yang disajikan berupa artikel hasil penelitian, kajian ilmiah dan best
praktis yang dipublikasikan melalui jurnal ini telah dapat diakses secara online melaui laman
http://www.jurnalinovasi.my.id yang menggunakan platform Open Journal System. Melalui
penggunaan platform ini bukan semata-mata untuk menyelaraskan dengan penggunaan
teknologi dalam penyebarluasan konten ilmiah, tetapi lebih kepada untuk memberi kesempatan
seluas-luasnya kepada guru untuk saling berbagi satu dengan yang lainnya.
Konten inovatif yang tersedia di jurnal ini secara berkala tetap diterbitkan dan akan selalu
menjadi sumber referensi yang representatif untuk memperkaya khasanah teoritis dalam
menjamin tetap terjaganya idealisme guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Idealisme
guru yang hakiki adalah guru yang senantiasa memiliki kemurnian berpikir, berencana dan
bertindak, hanya dan untuk semata-mata keberhasilan capaian belajar siswanya. Hanya dengan
cara ini maka penjaminan mutu dapat terjaga secara konsisten dan berkelanjutan.
Ucapan terimakasih kepada Inovasi Jurnal guru yang telah mampu memfasilitasi
kepentingan bagi guru untuk berbagi satu dengan yang lainnya. Semoga Jurnal Inovasi tetap
konsisten menampung berbagai karya kreatif guru sehingga pengembangan diri guru tetap
dapat berlangsung, untuk semata-mata meningkatkan mutu pendidikan secara umum.

Om Shantih Shantih Shantih Om


Amlapura, 02 Agustus 2021
Kepala Disdikpora Kabupaten Karangasem

I Gusti Ngurah Kartika, S.Pd,,M.Pd


Nip. 19641231 198411 1 087

JURNAL INOVASI | Sambutan xi


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

DAFTAR ISI
SK Dinas dan LIPI .................................................................................................................. viii
Dewan Redaksi ..........................................................................................................................ix
Prakata......................................................................................................................................... x
Sambutan Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Karangasem ......xi
Daftar Isi ...................................................................................................................................xii
Meningkatkan Motivasi Berprestasi Guru Dalam Menyelenggarakan Pembelajaran Melalui
Lesson Study Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar
I Nyoman Suarsa, S.Pd ............................................................................................................... 1
Teknik Kolaboratif Dalam Menentukan Ide Pokok Dalam Paragraf Pada Siswa
Ni Wayan Sariani, S.Pd ............................................................................................................ 10
Penerapan Model Pembelajaran Ctl Berbantuan Teknik 5w+1h Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia
I Wayan Putu Susandi, S.Pd. .................................................................................................... 16
Penerapan Pembelajaran Pakem Dengan Teknik Bernyanyi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Agama Hindu Pada Siswa
Ni Luh Terima........................................................................................................................... 25
Penggunaan Sagu Untuk Meningkatkan Minat Baca Pada Siswa
Ni Wayan Suartini, Pd.SD ........................................................................................................ 34
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Pemberian Balikan Pada
Pembelajaran Matematika
Ni Nengah Tunjung................................................................................................................... 43
Pembelajaran Berbasis ICT, Tantangan Guru Masa Kini
I Gede Sanjaya, S.Pd................................................................................................................. 51
Implementasi Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar IPS
Kadek Upik Lilian Mahayanthy, S.Pd. ..................................................................................... 58
Penerapan Model Konseling Kelompok Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa
Ari Djatiningsih, S.Pd. .............................................................................................................. 66
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS
I Wayan Nurada, SE ................................................................................................................. 76

JURNAL INOVASI | Daftar Isi xii


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU DALAM


MENYELENGGARAKAN PEMBELAJARAN MELALUI
LESSON STUDY DENGAN MEMANFAATKAN
LINGKUNGAN SEKOLAH
SEBAGAI SUMBER
BELAJAR

Oleh
I NYOMAN SUARSA, S.PD

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan meningkatkan motivasi berprestasi guru di SD
Negeri 1 Bugbug melalui Lesson Study dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar. Penelitian ini dilaksanakan karena ditemukan keengganan guru dalam memecahkan
permasalahan pembelajaran sehingga hal itu menimbulkan para guru kesulitan dalam
melakukan inovasi dalam pembelajaran. Penelitian tindakan sekolah ini dirancang dalam dua
siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan melalui empat tahapan (perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi/observasi, dan refleksi). Subjek penelitian ini adalah guru di SD Negeri 1 Bugbug
semester genap tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah guru sebanyak 11 orang. Data
kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dikumpulkan
dengan menggunakan lembar observasi dan data motivasi berprestasi dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner motivasi berprestasi. Kriteria keberhasilan penelitian ini dapat diukur
dari ketercapaian peningkatan kemampuan guru, setelah pelaksanaan kegiatan lesson study.
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila persentase kemampuan guru dan motivasi berprestasi
sekurang-kurangnya 75% guru mencapai kategori baik, dengan tingkat ketuntasan tidak kurang
dari 85%. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut: 1) Analisis data hasil observasi terhadap proses pembelajaran di SDN 1 Bugbug yang
diselenggarakan guru diperoleh capaian pada siklus I, 70,30%, dengan ketuntasan 18,18%
meningkat pada siklus II menjadi 86,06 dengan ketuntasan 90,91%; 2) Analisis data hasil
kuesioner motivasi berprestasi guru SD Negeri 1 Bugbug. Yang diselenggarakan guru pada
siklus I menunjukkan capaian sebesar 65,45% dengan tingkat ketuntasan sebesar 21,27%, yang
meningkat pada siklus II dengan capaian 89,77% dengan tingkat ketuntasan sebesar 90,91%.

Kata Kunci : motivasi berprestasi, lesson study, lingkungan sekolah, sumber belajar.

Pendahuluan menciptakan suasana belajar mengajar


Guru adalah sebuah profesi pekerja yang yang menyenangkan. Teknik mengajar
menuntut kemampuan khusus selain yang interaktif antara guru dan murid,
mengajar yaitu memberi pelajaran berupa sehingga terjalin komunikasi dari guru
ilmu pengetahuan. Terutama bagi guru dengan murid, murid dengan murid, murid
sekolah dasar (SD) harus menguasai semua dengan guru. Tujuan guru menjadikan anak
bahan ajar mulai dari IPA, IPS, didik ber-IQ (kecerdasan intelektual), ber-
Matematika, Bahasa sampai Muatan lokal. EQ (kecerdasan emosional), dan ber-SC
Hal tersebut cukup membuat guru sekolah (kecerdasan spiritual) sesuai dengan
dasar sibuk menguasai kelas ketika tuntutan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
pembelajaran berlangsung. Untuk itu Pendidikan) yang berpedoman kepada
seorang guru SD harus memiliki cara BSNP (Badan Standar Pendidikan, 2006)
mengajar yang mudah, efektif serta bisa dan juga kurikulum 2013.

JURNAL INOVASI | Meningkatkan Motivasi Berprestasi Guru Dalam 1


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Seorang guru harus terbiasa melakukan karakteristik materi yang diajarkan


refleksi terhadap kegiatan pembelajaran sehingga kurang mengembangkan daya
yang diselenggarakannya, sehingga dapat nalar siswa secara optimal.
menemukan kelemahan proses yang telah Berdasarkan identifikasi permasalahan
dilakukannya. Namun kenyataannya di diatas, maka peneliti melakukan sebuah
lapangan khususnya di SD Negeri 1 penelitian tindakan di SD Negeri 1 Bugbug
Bugbug, belum mampu melakukan itu. dengan mengambil judul “Meningkatkan
Sehingga tidak menyadari bahwa Motivasi Berprestasi Guru dalam
kelemahan dalam upaya memfasilitasi Menyelenggarakan Pembelajaran Melalui
peserta didik dan pola mengajar masih Lesson Study dengan Memanfaatkan
bersifat teks book thinking. Peneliti Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber
sebagai kepala sekolah di SD Negeri 1 Belajar pada Semester Genap Tahun
Bugbug menemukan rendahnya tingkat Pelajaran 2017/2018”. Sejalan dengan hal
antusiasme siswa untuk belajar. Anak-anak itu maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk
menjadi bosan dalam belajar sehingga Meningkatkan Motivasi Berprestasi Guru
masih jauh dari pembelajaran PAKEM dalam Menyelenggarakan Pembelajaran
yang diharapkan. Melalui Lesson Study dengan
Temuan lainnya adalah terkait Memanfaatkan Lingkungan Sekolah
kemampuan guru dalam memanfaatkan Sebagai Sumber Belajar pada Semester
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Genap Tahun Pelajaran 2017/2018.
Lingkungan sekolah tidak lebih digunakan Kajian Teori
hanya sebagai tempat bermain-main siswa Lesson Study
pada saat istirahat. Kalau tidak jam Lesson study pertama kali
istirahat, guru lebih sering memilih dikembangkan di Jepang oleh Makoto
mengkarantina siswa di dalam kelas, Yoshida sejak tahun 1960 an. Selanjutnya
walaupun misalnya siswa sudah merasa Lesson study menjadi model yang terkenal
sangat jenuh berada di dalam kelas. Dari dalam upaya meningkatkan mutu
wawancara dan pengamatan yang pendidikan melalui peningkatan kualitas
dilakukan peneliti, sebagian besar guru pembelajaran. Mulai tahun 1995, Lesson
mengaku enggan mengajak siswa belajar di Study menyebar ke berbagai negara tidak
luar kelas, karena alasan susah mengawasi. terkecuali Amerika Serikat melalui
Selain itu ada guru yang menyampaikan kegiatan The Third International
bahwa mereka tidak bisa dan tidak tahu Mathematics and Science Study (TIMSS).
dalam memanfaatkan lingkungan sekolah Menurut Wang-Iverson (2002), lesson
sebagai sumber belajar. study memiliki peran yang cukup besar
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dalam melakukan perubahan secara
melalui supervisi dalam kegiatan sistematik. Di Jepang, lesson study tidak
Penelitian Tindakan Sekolah, maka dapat hanya memberikan sumbangan terhadap
diidentifikasi: 1) Pendekatan pembelajaran keprofesionalan guru, tetapi juga terhadap
lebih banyak didominasi oleh peran guru, peningkatan sistem pendidikan yang lebih
dan guru satu-satunya sumber belajar, luas. Hal tersebut terjadi karena terdapat
selain buku paket; 2) Pembelajaran yang lima jalur yang dapat ditempuh lesson
dikembangkan di kelas-kelas kelihatannya study, yaitu 1) membawa tujuan standar
lebih ditekankan pada pemikiran pendidikan ke alam nyata di dalam kelas, 2)
reproduktif, menekankan pada hafalan dan menggalakkan perbaikan dengan dasar
mencari satu jawaban benar terhadap soal- data, 3) mentargetkan pencapaian berbagai
soal yang diberikan; 3) Dalam kegiatan kualitas siswa yang mempengaruhi
pembelajaran guru belum mampu kegiatan belajar, 4) menciptakan tuntutan
menerapkan model, metode atau strategi mendasar perlunya peningkatan
pembelajaran yang sesuai dengan

JURNAL INOVASI | I Nyoman Suarsa, S.Pd 2


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

pembelajaran; dan 5) menjunjung tinggi atas permasalahan dalam pembelajaran


nilai guru. untuk mengaktifkan siswa), tahapan kedua
Hendayana dkk (2006), menjelaskan adalah do atau implementasi (ujicoba
bahwa lesson study merupakan suatu model inovatif pembelajaran pada kelas nyata,
pembinaan profesi pendidik melalui seorang guru mengajar dan guru lain
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif mengobservasi/mencatat aktivitas siswa),
dan berkelanjutan berlandaskan prinsip- dan tahapan ketiga adalah see atau refleksi
prinsip kolegalitas dan mutual learning (membahas temuan tentang aktivitas siswa
untuk membangun komunitas belajar. dan merancang tindak lanjut) yang
Gambaran umum dan tujuan utama berkelanjutan. Kegiatan tersebut
lesson study serta hubungannya dengan berlangsung secara siklus atau dengan kata
kompetensi guru seperti yang diharapkan lain Lesson study merupakan suatu cara
UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan peningkatan mutu pendidikan yang tak
dosen, diperlihatkan dalam bagan berikut pernah berakhir.
ini : Pemanfaatan Lingkungan Sekolah
sebagai Sumber Belajar
Nilai-nilai kegunaan sumber belajar
masyarakat adalah: 1) menghubungkan
kurikulum dengan kegiatan-kegiatan
masyarakat akan mengembangkan
kesadaran dan kepekaan terhadap masalah
sosial; 2) menggunakan minat-minat
pribadi peserta didik akan menyebabkan
belajar lebih bermakna baginya; 3)
mempelajari kondisi-kondisi masyarakat
merupakan latihan berpikir ilmiah
(scientific method); 4) mempelajari
masyarakat akan memperkuat dan
memperkaya kurikulum melalui
Tahap-Tahap Kegiatan Lesson Study pelaksanaan praktis di dalam situasi
Pengkajian pembelajaran melalui sesungguhnya; 5) peserta didik
Lesson Study dilaksanakan dalam tiga memperoleh pengalaman langsung yang
tahapan, seperti diperlihatkan dalam konkret, realistis dan verbalisme (Douglas
Gambar 2.2 berikut ini : dan Mill dalam Rusyan 2001).
Pemanfaatan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar mengarahkan anak
pada peristiwa atau keadaan yang
sebenarnya atau keadaan yang alami
sehingga lebih nyata, lebih faktual dan
kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan. Manfaat nyata
yang dapat diperoleh dengan
memanfaatkan lingkungan ini adalah : 1)
menyediakan berbagai hal yang dapat
dipelajari anak, 2) memungkinkan
terjadinya proses belajar yang lebih
bermakna (meaningful learning), 3)
Berdasarkan gambar di atas : Tahapan memungkinkan terjadinya proses
pertama adalah plan atau perencanaan pembentukan kepribadian anak, 4) kegiatan
(secara kolaborasi mencari solusi inovatif belajar akan lebih menarik bagi anak, dan

JURNAL INOVASI | I Nyoman Suarsa, S.Pd 3


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

5) menumbuhkan aktivitas belajar anak yang terarah kepada pencapaian tujuan.


(learning activities) (Badru Zaman, dkk. Pengertian ini mengandung arti bahwa
2005). motivasi merupakan pemasok daya untuk
Pengertian Lingkungan bertingkah laku yang terarah. Mc Donald
Lingkungan adalah sesuatu yang ada di (dalam Hamalik, 2002) menyatakan
alam sekitar yang memiliki makna dan atau timbulnya motivasi diawali oleh adanya
pengaruh tertentu kepada individu. motif dalam diri seseorang.
(Hamalik, 2001). Lingkungan merupakan Konsep mengenai kebutuhan berprestasi
salah satu komponen pembelajaran yang secara implisit telah diungkapkan oleh
sangat penting dan dapat mempengaruhi Maslow dalam teori kebutuhannya.
tingkah laku seseorang. Kania Tresna Jati Menurut Maslow (dalam Hamalik, 2002)
et. al. (2003) membagi lingkungan ke manusia memiliki 5 macam kebutuhan
dalam dua kelompok, yaitu :1) Lingkungan yang tersusun secara hierarkis, yaitu (1)
dalam, yaitu hal-hal yang pada mulanya kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan akan
berada di luar individu yang akhirnya keselamatan dan rasa aman, (3) kebutuhan
masuk ke dalam tubuh individu dan bersatu untuk diterima dan dicintai, (4) kebutuhan
dengan sel-sel tubuh melalui makanan / untuk harga diri, dan (5) kebutuhan untuk
minum dan pernapasan; 2) Lingkungan merealisasikan diri atau aktualisasi diri,
luar, yaitu lingkungan yang berada di luar dalam arti tersedianya kesempatan bagi
tubuh individu diantaranya lingkungan seseorang untuk mengembangkan potensi
alam (physical environment), lingkungan yang terdapat dalam dirinya sehingga
sosial (social environment) dan lingkungan berubah menjadi kemampuan nyata.
spiritual (spiritual environment). Mcclelland dan Atkinson (Winkel,
Sementara Nana Sudjana dan Ahmad Rivai 2007), menyebutkan setiap manusia
(2001) membagi lingkungan ke dalam tiga mempunyai tiga motif (kebutuhan), yakni
kelompok yang lebih sederhana, yaitu: 1) motif berprestasi (achievement
Lingkungan sosial;2) Lingkungan alam; 3) motivation), motif bersahabat (affiliation
Lingkungan buatan. motivation), dan motif berkuasa (power
Model pembelajaran dengan pendekatan motivation). Mcclelland (dalam Haditono,
lingkungan adalah strategi pembelajaran 2000) menyatakan kebutuhan untuk
yang memanfaatkan lingkungan sebagai berprestasi diartikan sebagai suatu daya
sasaran belajar, sumber belajar dan sarana dalam mental manusia untuk melakukan
belajar. (Hilda Karli dan Margaretha S.Y., suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat,
2002). Pengertian tersebut dapat dimaknai lebih efektif, dan lebih efisien dari pada
bahwa lingkungan merupakan fokus belajar yang dilaksanakan sebelumnya. Ini
siswa dan sumber juga alat yang disebabkan oleh virus mental. Menurut
memberikan fasilitas belajar bagi siswa. McClelland (Winkel, 2007) menyatakan
Pengajaran yang berpusat pada motivasi berprestasi adalah keberhasilan
masyarakat yaitu suatu bentuk pengajaran dan sukses sebagai taraf prestasi baik.
yang memadukan antara sekolah dan Pengertian ini kemudian diperjelas oleh
lingkungan masyarakat dengan cara Atkinson (Winkel, 2007) yang menyatakan
membawa sekolah ke dalam masyarakat bahwa motivasi berprestasi merupakan ciri
dan atau membawa masyarakat dalam seorang yang mempunyai harapan tinggi
sekolah guna mencapai tujuan untuk mencapai keberhasilan atau prestasi
pembelajaran yang telah ditetapkan (Oemar daripada ketakutan akan kegagalan.
Hamalik, 2001). Ahli lainnya yakni Gallermen (dalam
Motivasi Berprestasi Ifdil, 2009) menyatakan bahwa orang yang
Woodworth (dalam Sanjaya, 2009) mempunyai motivasi berprestasi tinggi
menyatakan motivasi adalah dorongan akan sangat senang kalau berhasil
yang dapat menimbulkan perilaku tertentu memenangkan suatu persaingan. Ia berani

JURNAL INOVASI | I Nyoman Suarsa, S.Pd 4


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

menanggung segala resiko sebagai


konsekuensi dari usahanya untuk mencapai
tujuan. Sedangkan motivasi berprestasi
menurut Tapiardi (dalam Ifdil, 2009)
adalah sebagai suatu cara berpikir tertentu
apabila terjadi pada diri seseorang
cenderung membuat orang itu bertingkah
laku secara giat untuk meraih suatu hasil
atau prestasi.
McClelland (Ifdil, 2009) menyatakan
bahwa orang yang mempunyai motivasi Subjek penelitian ini adalah 11 orang
berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri- guru yang mengajar di SD Negeri 1 Bugbug
ciri sebagai berikut: 1) Mempunyai pada semester genap tahun pelajaran
tanggung jawab pribadi; 2) Menetapkan 2017/2018. Objek tindakan dalam
nilai yang akan dicapai atau menetapkan penelitian ini adalah penerapan lesson
standar unggulan; 3) Berusaha bekerja study melalui pemanfaatan lingkungan
kreatif; 4) Berusaha mencapai cita-cita; 5) sedangkan objek amatan dalam penelitian
Memiliki tugas yang moderat; 6) ini adalah motivasi berprestasi guru.
Melakukan kegiatan sebaik-baiknya; 7) Adapun jadwal kegiatan dapat dirinci
Mengadakan antisipasi atau menghindari sebagai berikut : 1) Persiapan Penelitian
kegagalan Minggu II, 8 – 1 3 januari 2018; 2) Kegiatan
Kajian Penelitian yang Relevan Perencanaan Siklus I Minggu IV,
Penerapan lesson study untuk 22 – 27 Januari 2018; 3) Pelaksanaan Siklus
meningkatkan profesionalisme guru sudah I Pertemuan 1 Minggu II, 5 – 10
banyak dilakukan, diantaranya oleh Asep Februari 2018; 4) Pelaksanaan Siklus I
Supriatna (2010) melalui penelitian yang Pertemuan 2 Minggu III, 12 – 17 Februari
berjudul Peningkatan Profesionalisme 2018; 5) Pelaksanaan Siklus I Pertemuan 3
Pendidik Melalui Lesson Study dan Minggu IV, 19 – 24 Februari 2018; 6)
Penelitian Tindakan Dalam Kegiatan Refleksi Siklus I Minggu I, 5 – 10
Lesson Study; 2) Bambang Supriyanto Maret 2018; 7) Kegiatan Perencanaan
(2011) dengan judul penelitian penerapan Siklus II Minggu I, 2 – 7 April 2018;
lesson study untuk meningkatkan kualitas 8) Pelaksanaan Siklus II Pertemuan 1
pembelajaran mata kuliah matematika Minggu II, 9 – 14 April 2018; 9)
ekonomi. Pelaksanaan Siklus II Pertemuan 2 Minggu
Metode Penelitian IV, 23 – 28 April 2018; 10) Pelaksanaan
Penelitian ini adalah penelitian tindakan Siklus II Pertemuan 3 Minggu II, 7 – 12
yang akan dilaksanakan dalam 2 (dua) Mei 2018; 11) Refleksi Siklus II Minggu
siklus yang terdiri dari: 1) perencanaan III, 14 – 19 Mei 2018; 12) Pelaporan Juni
tindakan, 2) pelaksanan tindakan, 3) 2018.
observasi dan interpretasi tindakan, Metode yang digunakan untuk
dilanjutkan dengan analisis dan evaluasi, mengumpulkan data penelitian ini adalah
dan 4) refleksi, seperti pedoman berikut: observasi dan kuesioner. Metode observasi
digunakan untuk mengumpulkan data
tentang kemampuan guru memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar.
Sedangkan metode kuesioner digunakan
untuk mengambil data motivasi berprestasi
guru. pedoman observasi kemampuan guru
memanfaatkan lingkungan sebagai sarana
belajar

JURNAL INOVASI | I Nyoman Suarsa, S.Pd 5


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila


persentase kemampuan guru
memanfaatkan lingkungan sekitar dan
memiliki motivasi berprestasi ≥75%
berkategori Baik, dengan tingkat
ketuntasan sebesar 85% atau lebih.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu
6 bulan dari bulan Januari sampai dengan
Juni 2018 di SD Negeri 1 Bugbug,
Kecamatan Karangasem, Kabupaten
Karangasem.
Siklus I
Kemampuan guru dalam memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar belajar
pada siklus I berkategori cukup dengan
rata-rata 70,30. Secara individual dalam
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar yaitu 2 orang berada pada kategori
Baik, 6 orang pada kategori Cukup dan 3
orang pada kategori Kurang. Dengan
demikian ketuntasan hasil penelitian siklus
I belum memenuhi kriteria keberhasilan
tindakan.
Motivasi berprestasi guru dengan
sebaran data siklus I berada pada kategori
kurang sebanyak 6 orang guru, kategori
Data kinerja guru dianalisis cukup sebanyak 2 orang guru dan kategori
menggunakan analisis statistik deskriptif. baik sebanyak 3 orang guru. Frekuensi guru
“Metode analisis statistik deskriptif adalah yang memiliki motivasi berprestasi baik
cara pengolahan data yang dilakukan masih di bawah 75%.
dengan jalan menerapkan rumus-rumus Siklus II
statistik deskriptif seperti angka rata-rata Kemampuan guru memanfaatkan
(Mean) untuk menggambarkan keadaan lingkungan sebagai sumber belajar pada
suatu objek tertentu sehingga diperoleh siklus II berkategori baik dengan rata-rata
kesimpulan umum” (Agung, 2010). 86,06%, dengan tingkat ketuntasan sebesar
90,91%. Capain ini telah melampaui target
capaian seperti telah ditentukan
sebelumnya yaitu capaian sebesar 75% atau
Tingkatan pencapaian hasil penelitian lebih dengan tingkat ketuntasan sebesar
dapat ditentukan dengan membandingkan 85% atau lebih.
M(%) atau rata-rata persen ke dalam PAP Motivasi berprestasi guru dikumpulkan
skala lima dengan kriteria sebagai berikut. dengan menggunakan kuesioner yang
terdiri dari 20 butir pernyataan. Kriteria
penskoran menggunakan skala likert
dengan jenjang 1 sampai dengan 5. Skor
maksimum yang mampu dicapai adalah
100. Capaian motivasi berprestasi guru
sebesar 89,77% dengan tingkat ketuntasan
sebesar 90,91%. Keadaan ini telah

JURNAL INOVASI | I Nyoman Suarsa, S.Pd 6


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

menunjukkan capaian motivasi berprestasi Manfaat Lesson Study memiliki


telah melampaui target yang telah beberapa manfaat sebagai berikut: 1)
ditetapkan sebelumnya yaitu capaian yang Mengurangi keterasingan guru (dari
diharapkan adalah 75% atau lebih dengan komunitasnya); 2) Membantu guru untuk
tingkat ketuntasan paling tidak sebesar mengobservasi dan mengkritisi
85%. pembelajarannya; 3) Memperdalam
Pembahasan pemahaman guru tentang materi pelajaran,
Pada siklus I pemanfaatan lingkungan KD, cakupan dan urutan materi dalam
sebagai sumber belajar baru mencapai kurikulum; 4) Membantu guru
70,30% dengan tingkat ketuntasan sebesar memfokuskan bantuannya pada seluruh
18,18%. Hal ini menunjukkan bahwa guru aktivitas belajar siswa; 5) Menciptakan
belum sepenuhnya mampu memanfaatkan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar pemahaman berpikir dan belajar siswa; 6)
secara optimal. Pada siklus ke II telah Meningkatkan kolaborasi pada sesama
menunjukkan peningkatan dengan capaian guru.
sebesar 86,06% dengan tingkat ketuntasan Setelah berbagai rangkaian tindakan
sebesar 90,91%. yang dilakukan kepala sekolah sebagai
Aspek motivasi berprestasi guru siklus I peneliti maka pada siklus II, capaian
guru belum mampu merencanakan dan motivasi berprestasi guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran yang pelaksanaan pembelajaran mencapai
mampu memperoleh peningkatan hasil 89,77% yang berada pada tingkat
belajar yang berarti. Rendahnya motivasi ketuntasan 90,91%. Kondisi ini telah
berprestasi guru menjadi keengganan guru melampaui target capaian seperti
untuk mencoba hal-hal baru yang yang ditetapkan sebelumnya yaitu paling tidak
akan menyita waktunya begitu banyak guru telah memiliki motivasi berprestasi
dengan capaian sebesar 65,45% dengan sebesar 75% atau lebih dengan tingkat
tingkat ketuntasan sebesar 27,27%. ketuntasan tidak kurang dari 85%.
Berdasarkan pengakuan guru, mereka Kesimpulan
enggan untuk memikirkan alternatif Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat
pemecahan masalah ketika mereka angka capaian motivasi berprestasi dapat
menghadapi berbagai persoalan ditinjau dari aspek berdasarkan instrumen
pembelajaran. Hal ini menjadi alasan observasi dan instrumen angket sebagai
kenapa mereka enggan untuk berinovasi, berikut : 1) Analisis data hasil observasi
karena inovasi akan lahir dari kemampuan terhadap proses pembelajaran di SDN 1
guru dalam memecahkan masalah Bugbug yang diselenggarakan guru
pembelajaran yang mereka temukan. diperoleh capaian pada siklus I, 70,30%,
Untuk itu, peneliti selaku kepala sekolah dengan ketuntasan 18,18% meningkat pada
di SD Negeri 1 Bugbug berupaya kembali siklus II menjadi 86,06 dengan ketuntasan
mengadakan pertemuan dan dialog dengan 90,91%; 2) Analisis data hasil kuesioner
guru secara kolaboratif melalui kegiatan motivasi berprestasi guru SD Negeri 1
lesson study untuk membangkitkan niat Bugbug. Yang diselenggarakan guru pada
guru untuk selalu berkarya dan berinovasi siklus I menunjukkan capaian sebesar
dalam melaksanakan pembelajaran pakem. 65,45% dengan tingkat ketuntasan sebesar
Lesson study yang peneliti lakukan 21,27%, yang meningkat pada siklus II
merupakan suatu model pembinaan profesi dengan capaian 89,77% dengan tingkat
pendidik (guru) melalui pengkajian ketuntasan sebesar 90,91%.
pembelajaran secara kolaboratif dan Berdasarkan temuan dalam penlitian ini,
berkelanjutan, berlandaskan prinsip-prinsip maka dapat disarankan Kepada.guru-guru
colleagues and mutual learning untuk khususnya guru di SD Negeri 1 Bugbug
membangun komunitas belajar. Kecamatan Karangasem Kabupaten

JURNAL INOVASI | I Nyoman Suarsa, S.Pd 7


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Karangasem, di dalam menyusun skenario pada


pembelajaran agar memanfaatkan http://nyomandantes.wordpress.com.
semaksimal mungkin lingkungan sekolah diunduh pada tanggal 15 Juni 2018.
dan lingkungan siswa yang sesuai dengan Dantes. Nyoman. 2012. Metode Penelitian.
materi pembelajaran sebagai sumber Yogyakarta : CV. Andi Offset.
belajar, dan mengintensifkan diskusi KKG Ekowati, Endang. 2001. Strategi
dalam memecahkan masalah yang Pembelajaran Kooperatif. Modul
dihadapi. Pelatihan Guru Terintegrasi Berbasis
Daftar Pustaka Kompetensi. Jakarta : Depdiknas.
Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi Haditono. 2000. Evaluasi Media
Penelitian Pendidikan, Suatu Instruksional. Yogyakarta: UNY.
Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha Hamalik, O. 2001, Proses Belajar
Singaraja. Mengajar, Bandung, Bumi Aksara.
Nugroho, Agung, 2011. Pengaruh Tripusat Hamalik, O. 2002. Psikologi Pendidikan.
Pendidikan Terhadap hasil Belajar Yogyakarta: UNY Press.
Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas Hendayana, Sumar., dkk. (2006). Lesson
X SMA Negeri 12 Kota Semarang Study Suatu Strategi Untuk
Tahun Ajaran 2010/2011. Semarang Meningkatkan Keprofesionalan
:Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pendidik (Pengalaman IMSTEP-
Sosial Universitas Negeri Semarang ( JICA). Bandung: UPI Press.
http://lib.unnes.ac.id/9026/1/6682.pd Hilda Karli dan Margaretha S.Y., 2002.
f, diunduh pada tanggal 1 Juni 2018) Pengaruh Penggunaan Media Benda
Arikan, S. 2015.Construct Validity of Asli terhadap Prestasi Belajar Biologi
TIMSS 2011 Mathematics Cognitive Siswa Kelas 1 di SLTP N Yogyakarta
Domains for Turkush Student. tahun ajaran 2000/2001. Skripsi.
International Online Journal Of UNY, Yogyakarta.
Educational Sciences Ifdil. 2009. Strategi Belajar Mengajar,
Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Jakarta, Rineka Cipta.
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Kania Tresna Jati et. al. 2003. Model-model
Aksara. Pembelajaran Kreatif. Bandung,
Asep Supriatna. 2010. Peningkatan Tinta Emas Publishing.
Profesionalisme Pendidik Melalui Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2001.
Lesson Study Dan Penelitian Media Pengajaran. Bandung: Sinar
Tindakan Dalam Kegiatan Lesson Baru.
Study. Laporan Penelitian. UPI Rusyan, A.T. 2001. Proses Belajar
Bandung. Mengajar yang Efektif Tingkat
Badan Standar Pendidikan. 2006. Pendidikan Dasar, Bandung: Bina
Kurikulum Tingkat Satuan Budaya.
Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Rusman, 2020. Model-model Pembelajaran
Badru Zaman, dkk. 2007.Media dan (Mengembangkan Profesionalisme
Sumber Belajar TK. Jakarta : Guru Edisi Kedua). Jakarta : Raja
Universitas Terbuka Grafindo Persada
Bambang Supriyatno. 2011. Penerapan Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran:
lesson study untuk meningkatkan Berorientasi Standar Proses
kualitas pembelajaran mata kuliah Pendidikan. Jakarta: Kencana.
matematika ekonomi. Laporan Wang-Iverson, P. 2002. “Why Lesson
Penelitian. UNY. Study?” in Papers and Presentations:
Dantes. Nyoman. 2009. Beberapa Rujukan An Introduction from RBS Lesson
Skenario Pembelajaran Berbasis Study Conference 2002.
Student Center Learning. Tersedia (www.rbs.org/lesson_study/conferen

JURNAL INOVASI | I Nyoman Suarsa, S.Pd 8


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

ce/2002/papers/wang.shtml, diunduh
1 Juni 2018)
Winkel. 2007. Psikologi Pengajaran,
Jakarta: Grasindo.

JURNAL INOVASI | I Nyoman Suarsa, S.Pd 9


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

TEKNIK KOLABORATIF DALAM MENENTUKAN IDE


POKOK DALAM PARAGRAF
PADA SISWA

Oleh
NI WAYAN SARIANI, S.PD

Abstrak
Permasalahan utama yaitu rendahnya minat kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok
paragraf di SD Negeri 1 Tumbu menjadi hal yang sangat memprihatinkan, sehingga
memerlukan tindakan yang tepat untuk mengatasinya. Untuk mengukur prestasi belajar siswa
dalam setiap tindakan yang dilaksanakan penulis melakukan merancang skenario pembelajaran
antara lain Refleksi Awal, Perencanaan, Tindakan, Pengamatan dan Refleksi. Salah satu
tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan siswa dalam
menentukan ide pokok paragraf dalam upaya memahami teks bacaan pada siswa kelas VI di
SD Negeri 1 Tumbu dengan pembelajaran Kolaboratif. Dari berbagai tindakan yang telah
diupayakan ternyata pembelajaran Kolaboratif berdampak sangat baik bagi perkembangan
kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
peningkatan prosentase tindakan mencapai 88,88%. Hasil ini mengindikasikan telah terjadi
peningkatan ketertarikan, perhatian dan keterlibatan siswa dalam membaca meningkat dengan
sangat signifikan. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran
Kolaboratif dalam menentukan ide pokok paragraf pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Tumbu
merupakan tindakan terbaik sebagai solusi untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam
membaca.

Kata kunci: Kolaboratif, ide pokok.

Pendahuluan informasi. Informasi yang didapat dari


Membaca menduduki posisi serta peran membaca dapat termasuk hiburan,
yang sangat penting dalam konteks khususnya saat membaca cerita fiksi atau
kehidupan umat manusia, terlebih pada era humor. Membaca merupakan kegiatan
informasi dan komunikasi seperti sekarang menerima akan tetapi, untuk dapat
ini. Membaca juga merupakan sebuah menentukan ide pokok sehingga
jembatan bagi siapa saja dan di mana saja mendapatkan pemahaman yang baik, kita
yang berkeinginan meraih kemajuan dan tidak melakukannya dengan berpasrah diri.
kesuksesan, baik di lingkungan dunia Untuk memperoleh itu, kita secara aktif
persekolahan maupun di dunia pekerjaan. bekerja mengolah teks bacaan menjadi
Oleh karena itu, para pakar sepakat bahwa bahan yang bermakna. Bagaimana kita bisa
kemahiran membaca (reading literacy) memperoleh makna yang terkandung jika
merupakan conditio sine qua non (prasyarat hanya diam, sementara teks bacaan adalah
mutlak) bagi setiap insan yang ingin benda mati? Jadi, kitalah yang sebenarnya
memperoleh kemajuan. aktif. Membaca bukan hanya proses
Membaca adalah suatu cara untuk mengingat, melainkan juga proses kerja
mendapatkan informasi dari sesuatu yang mental yang melibatkan aspek-aspek
ditulis. Membaca melibatkan pengenalan berpikir kritis dan kreatif seperti yang telah
simbol yang menyusun sebuah bahasa. disinggung di atas tadi. Atau lebih berarti
Membaca dan mendengar adalah dua cara bila ia mampu menerapkannya dalam
paling umum untuk mendapatkan kehidupan secara nyata.

JURNAL INOVASI | Teknik Kolaboratif Dalam Menentukan Ide 10


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Menurut Duke (2001:423) membaca Dalam kaitan dengan masalah yang


adalah salah satu aspek dalam Bahasa dihadapi oleh siswa, guru harus
Indonesia yang wajib dikuasai oleh siswa menggunakan strategi yang tepat yang
terutama dalam memahami teks. Membaca dapat membawa siswa untuk menjadi siswa
adalah tentang memahami teks tertulis. yang kompetitif dan lebih terpusat, strategi
Membaca adalah kegiatan yang kompleks yang dapat memotivasi siswa untuk
yang melibatkan kedua persepsi dan meningkatkan pemahaman bacaan. Untuk
pemikiran. Membaca terdiri dari dua proses itu penulis menawarkan strategi
yang terkait: pengenalan kata dan Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative
pemahaman. Kata pengakuan mengacu Learning). Collaborative Learning atau
pada proses memahami bagaimana simbol- adalah situasi di mana dua atau lebih orang
simbol tertulis sesuai dengan bahasa lisan belajar atau mencoba untuk belajar sesuatu
seseorang. bersama-sama. Berdasarkan Bremer (2002:
Gilakjani dan Ahmadi (2011: 143) 1) Collaborative Learning adalah praktek
menyatakan bahwa membaca dianggap membaca pemahaman yang
sebagai sumber utama masukan yang menggabungkan dua elemen instruksional
dipahami dan sebagai keterampilan. dimodifikasi pengajaran timbal balik dan
Pemahaman kita membaca paling dianggap kooperatif. Dalam pengajaran timbal balik,
sebagai proses interaktif yang terjadi antara guru dan siswa bergiliran memimpin dialog
pembaca dan teks. Konsep dasarnya adalah mengenai fitur kunci dari teks melalui
bahwa membaca merekonstruksi informasi meringkas, pertanyaan, klarifikasi, dan
berbasis teks dibagian pada pengetahuan memprediksi.
yang diambil dari teks dan sebagian dari Moreillon (2007: 4) berpendapat bahwa
pengetahuan sebelumnya tersedia untuk Kolaborasi menggambarkan bagaimana
pembaca. orang bekerja bersama-sama daripada apa
Snowling and Hulme (2005: 1) yang mereka lakukan. Ini adalah proses
berpendapat bahwa membaca adalah interaktif yang dinamis antara mitra sejajar
pemrosesan informasi: mengubah cetak yang berusaha bersama-sama untuk
pidato, atau mencetak ke makna. Siapapun mencapai keunggulan. Dengan demikian,
yang telah berhasil belajar membaca telah Collaborative Learning umumnya
mengakuisisi sistem pengolahan informasi digambarkan ketika kelompok siswa
mental yang dapat mencapai transformasi bekerja sama untuk mencari pemahaman,
tersebut. makna, atau solusi atau menciptakan
Kegiatan membaca merupakan kegiatan artefak atau produk pembelajaran mereka.
yang membuat siswa bosan karena dalam Dalam pembelajaran kolaboratif, guru
pengajaran membaca hanya membuat tugas memilih konteks pembelajaran yang tepat
pada teks dan kemudian membaca teks, bagi siswa dengan cara mengaitkan
tanpa ada evaluasi sejauh mana mereka pembelajaran dengan kehidupan nyata dan
memahami teks dan dapat menemukan ide lingkungan di mana anak hidup dan berada
pokok pada sebuah paragraf. Fenomena ini serta dengan budaya yang berlaku dalam
membuat para siswa mengalami kesulitan masyarakatnya. Pemahaman, penyajian
untuk menemukan ide pokok agar dapat ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
mencapai pemahaman membaca yang baik. sikap yang ada dalam materi dikaitkan
Kemampuan siswa dalam membaca dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan
pemahaman jauh dari sasaran. Dari dengan kehidupan sehari-hari. Dengan
permasalahan yang berhasil diidentifikasi memilih konteks secara tepat, siswa dapat
maka perlu adanya upaya untuk diarahkan kepada pemikiran agar tidak
meningkatkan kemampuan siswa dalam hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran
menentukan ide pokok sebuah paragraf. di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk
mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Sariani, S.Pd 11


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

terjadi dalam kehidupan mereka sehari- & Duffy, 1984, dalam McLaughlin &
hari, masa depan mereka, dan lingkungan Allen, 2002).
masyarakat luas. Pengetahuan dan Kolaborasi Belajar membutuhkan kerja
keterampilan siswa diperoleh dari usaha sama untuk tujuan bersama. Jenis
siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan pembelajaran ini telah disebut dengan
dan keterampilan baru ketika belajar. berbagai nama: pembelajaran kooperatif,
Mendorong siswa membuat hubungan pembelajaran kolaboratif, belajar bersama,
antara pengetahuan yang dimilikinya belajar masyarakat, mengajar rekan, rekan
dengan penerapannya dalam kehidupannya belajar, atau belajar tim. Kolaborasi lebih
sehari-hari, sementara siswa memperoleh dari kerjasama. Kolaborasi memerlukan
pengetahuan dan keterampilan dari konteks seluruh proses pembelajaran. Dengan kata
yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari lain Ini termasuk siswa mengajar satu sama
proses mengkonstruksi sendiri, sebagai lain, siswa mengajar guru, dan tentu saja
bekal untuk memecahkan masalah dalam guru mengajar siswa, juga. Lebih penting
kehidupannya sebagai anggota masyarakat. lagi, itu berarti bahwa siswa bertanggung
Pemahaman Membaca adalah proses jawab untuk rekan timnya dan menyiratkan
yang berkelanjutan yang berkembang bahwa mereka harus saling memahami dan
dalam pemikiran. Ketika pembaca bertukar pikiran untuk memecahkan
membaca dan membangun makna, mereka masalah (Doly, 2008: 1).
melakukan percakapan batin dengan teks. Metode kolaboratif dalam pembelajaran
Mereka mendengar suara di kepala mereka lebih menekankan pada pembangunan
seolah berbicara kepada teks misalnya makna oleh siswa dari proses sosial yang
ketika mereka membaca tentang bertumpu pada konteks belajar. Metode
pertanyaan, ekspresi tertawa, maupun kolaboratif ini lebih jauh dan mendalam
menangis. Percakapan dalam batin ini dibandingkan hanya sekadar kooperatif.
membantu pembaca memantau Dasar dari metode kolaboratif adalah teori
pemahaman mereka dan membuat mereka interaksional yang memandang belajar
terlibat dalam cerita, konsep, informasi dan sebagai suatu proses membangun makna
ide-ide, yang memungkinkan mereka untuk melalui interaksi sosial. Pembelajaran
membangun pemahaman mereka saat kolaboratif dapat menyediakan peluang
mereka membaca teks (Harvey, Goudvis, untuk menuju pada kesuksesan praktek-
2007: 78). praktek pembelajaran. Sebagai teknologi
Dalam usaha memperoleh pemahaman untuk pembelajaran (technology for
terhadap teks, pembaca menggunakan instruction), pembelajaran kolaboratif
strategi tertentu. Pemilihan strategi melibatkan partisipasi aktif para siswa dan
berkaitan erat dengan faktor-faktor yang meminimalisasi perbedaan-perbedaan antar
terlibat dalam pemahaman, yaitu pembaca individu.
teks dan konteks. Pembaca yang baik Dalam lingkungan pembelajaran, proses
menggunakan strategi pemahaman untuk pembentukan makna dalam diri siswa
mempermudah membangun makna. membutuhkan dukungan guru berupa
Strategi ini mencakup tinjauan, membuat topangan (scaffolding). Topangan adalah
pertanyaan sendiri, membuat hubungan, bantuan yang diberikan dalam wilayah
memvisualisasikan, mengetahui bagaimana perkembangan terdekat (zone of proximal
kata-kata membentuk makna, memonitor, development) siswa (Wood et al., dalam
meringkas, dan mengevaluasi. Peneliti Confrey, 1995). Topangan diberikan
yakin bahwa dengan menggunakan strategi berdasarkan apa yang sudah bermakna bagi
tersebut membantu siswa menjadi pembaca siswa, sehingga apa yang sebelumnya
yang metakognitif (Keene & Zimmerman, belum dapat dimaknai sendiri oleh siswa
1997) ; (Palincsar & Brown, 1984 ; Roehler sekarang dapat bermakna berkat topangan
itu. Dengan demikian, topangan diberikan

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Sariani, S.Pd 12


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

kepada siswa dalam situasi yang interaktif, pokok sebuah paragraf Dalam mengatasi
dalam arti guru memberikan topangan tantangan di atas penulis langsung
berdasarkan interpretasi akan apa yang menerapkan metode pembelajaran
sudah bermakna bagi siswa, dan siswa Kolaboratif untuk meningkatkan
mengalami perkembangan dalam proses ketertarikan siswa agar lebih kompetitif
pembentukan makna berkat topangan itu. dalam menentukan ide pokok paragraf yang
Hasil Dan Pelaksanaan didiskusikan.
Tindakan Best Practices ini Guru menyiapkan tujuh topik
dilaksanakan di SD Negeri 1 Tumbu, permasalahan. Permasalahan yang
Banjar Dinas Tumbu Kelod, Desa Tumbu, dimunculkan berasal dari lingkungan
Kecamatan dan Kabupaten Karangasem sekitar siswa. Setelah guru menyampaikan
Tahun Ajaran 2019/2020. Jenis kegiatan ini topik permasalahannya, guru menyuruh
adalah kegiatan Best Practices, dimana siswa untuk mendiskusikan topik-topik
jenis datanya adalah data kualitatif. tersebut. Berikutnya, guru menyampaikan
Menurut pendapat Rubino Rubiyanto peraturan diskusi. Peraturan pertama, guru
(2011:47) “Penelitian kualitatif adalah menyuruh seluruh siswa yang mendapat
penelitian yang menghasilkan data nomor satu menangani topik permasalahan
deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis nomor satu dan siswa tersebut membentuk
atau lisan dari orang-orang yang diamati. kelompok mereka berdasarkan nomor yang
Subjek dalam kegiatan Best Practices ini mereka dapatkan. Kemudian, siswa yang
adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Tumbu mendapat nomor dua menangani topik
yang berjumlah 21 siswa. Subjek permasalahan nomor dua dan semua siswa
pelaksanaan dibedakan antara subjek tersebut membentuk kelompok mereka
pengamat dan subjek yang diamati. Subjek berdasarkan nomor yang mereka dapatkan,
pengamat adalah guru, dan subjek yang begitu pula seterusnya sampai kelompok
diamati adalah siswa. tersebut terbentuk dan mendapatkan topik
Metode pelaksanaan kegiatan ini permasalahan masing-masing. Jadi,
dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu masing-masing kelompok menghadapi
perencanaan, pelaksanaan tindakan, topik permasalahan yang sama serta topik
evaluasi, dan refleksi. Metode ini permasalahan tersebut harus dipecahkan.
dilaksanakan secara siklus yang kontinyu. Dalam diskusi ini, guru memberikan waktu
Berikut adalah metode pelaksanaan untuk berdiskusi selama 20 menit.
kegiatan implementasi pembelajaran Dalam hal ini, masing-masing kelompok
Kolaboratif: Data sangat diperlukan dalam harus mendiskusikan topik permasalahan
kegiatan Best Practices Ini dalam rangka yang didapatkan. Setiap siswa bebas
mengetahui sejauh mana keberhasilan mengeluarkan argumentasinya dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut. Teknik kelompok. Hal itu dimaksudkan agar ide
pengumpulan data pada kegiatan ini atau gagasan yang muncul dari masing-
dilaksanakan dengan teknik wawancara, masing anggota kelompok dapat
observasi, dan dokumentasi. Kegiatan yang menangani topik permasalahan tersebut. Di
dilaksanakan oleh guru untuk mengukur samping itu, tujuan diskusi ini ialah agar
peningkatan kemampuan siswa dalam setiap siswa kaya akan ide ketika
menentukan ide pokok paragraf. Teknik menarasikan permasalahan dalam bentuk
analisis datanya bersifat kualitatif. kemampuan memahami teks.
Selama pelaksanaan kegiatan Best Peraturan selanjutnya, setelah diskusi
Practice ini ada beberapa tantangan yang dalam kelompok telah selesai dilaksanakan,
penulis alami yaitu : Kurangnya siswa disuruh kembali ke tempat duduk
ketertarikan masing-masing siswa dalam mereka masing-masing. Setelah itu, guru
memahami teks bacaan; kurangnya menyuruh siswa untuk menuliskan ide-ide
kemampuan siswa dalam menentukan ide yang mereka diskusikan sebelumnya.

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Sariani, S.Pd 13


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Seluruh siswa mengerjakan pekerjaannya kolaboratif dapat membantu siswa untuk


masing-masing. Guru juga sesekali melihat meningkatkan pemahaman teks.
pekerjaan peserta didiknya untuk Penutup
memberikan bimbingan kepada siswa yang Berdasarkan hasil yang dipaparkan
mengalami kesulitan dalam membuat tugas diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
yang diberikan sehingga kelas menjadi metode pembelajaran Kolaboratif telah
terkontrol. Setelah beberapa menit berlalu, berhasil meningkatkan minat bacanya
guru menanyakan kepada siswa “Ada yang Fakta ini dapat ditunjukkan dengan
sudah selesai?” Hampir semua siswa persentase ketertarikan, perhatian dan
menjawab “Sudah!” saat ditanya oleh guru. keterlibatan siswa dalam menentukan ide
Setelah semua tugas siswa selesai, guru pokok paragraf meningkat menjadi
memberikan apresiasi terhadap karya 88.88%.
siswanya, sehingga siswa menjadi antusias Keberhasilan kegiatan Best Practices ini
dan bangga ketika disanjung oleh guru. tidak terlepas dari segala kekurangan,
Selanjutnya, memasuki kegiatan sehingga demi kesempurnaan tindakan
konfirmasi, guru kembali memberikan selanjutnya sangat diharapkan adanya
kesempatan kepada siswa untuk bertanya saran-saran dari berbagai pihak. Demikian
apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti laporan ini, semoga bermanfaat untuk dunia
terkait dengan materi yang dipelajari pendidikan khususnya bagi; 1) Siswa dapat
sebelumnya. Karena tidak ada pertanyaan menentukan ide pokok paragraf dengan
yang diajukan oleh siswa, guru kemudian baik sehingga menjadi pondasi yang kuat
meluruskan dan memberikan penguatan dalam memahami teks bacaan dari berbagai
pada konsep/prinsip materi yang dipelajari. bidang ilmu pengetahuan yang bermanfaat
Dalam kegiatan akhir/penutup, guru bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan
bersama-sama siswa menyimpulkan materi negara, 2) Guru Dapat memilih dan
yang telah dibahas. Pada akhir pelajaran, menentukan tindakan terbaiknya untuk
guru memberikan pekerjaan yang harus menyajikan kegiatan pembelajaran yang
dikerjakan di rumah. Tugas tersebut ialah membuat siswa merasa nyaman untuk
mencari suatu permasalahan yang menarik belajar, sehingga proses transfer
untuk didiskusikan, baik berupa artikel pengetahuan menjadi lebih mudah dan
maupun berita di surat kabar. bermakna, 3) Bagi sekolah dapat
Kemampuan subjek dalam membaca mencetak generasi bangsa yang “literat”
pemahaman lebih meningkat. Hal ini dapat sehingga membaca menjadi budaya di
dilihat dari hasil test. Skor itu diperoleh sekolah.
terdiri dari hasil belajar pertama diperoleh Daftar Pustaka
nilai rata-rata 64,85. Para siswa masih sulit Bremmer, C.D., Vaugn, S., Clapper, A.T.,
untuk menemukan informasi yang spesifik, and Kim, A.H. (2002). Collaborative
mengidentifikasi masalah, bahkan Strategic Reading (CSR): Improving
pemecahan masalah dalam cerita. Secondary Students’ Reading
Kelemahan mereka dalam memahami teks Comprehension Skills. Washington
itu mereka tidak memperhatikan ketika DC: National Center on Secondary
guru menjelaskan materi dan sementara Education and Transition.
kelompok lainnya mempresentasikan hasil Chard, D.J. (2008). Building a Community
diskusi mereka. Hasil post-test 2 of Reading Experts. Texas: U.S.
menunjukkan bahwa kemampuan siswa Department of Education.
dalam memahami bacaan itu berangsur- Díaz, S., and Laguado, J. (2013). Action
angsur membaik. Skor rata-rata mata Research: Improving Reading Skills
pelajaran dalam post-test 2 adalah 79,39. through Skimming and Scanning
Dengan demikian, pembelajaran Techniques at a Public School.
Colombia: Opening Writing Doors.

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Sariani, S.Pd 14


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Dooly, M. (2008). Extract from Vaughn, S., Klingner, J.K., Swanson, E.A.,
Telecollaborative Language Boardman, A.G., Roberts, G.,
Learning. A guidebook to moderating Mohammed, S.S., and Stilman, S.J.
intercultural collaboration online. (2011). Efficacy of Collaborative
Bern: Peter Lang. Strategic Reading With Middle
Duke, N.K., and Pearson, P.D. (2001). School Students. Texas: American
Effective Practices for Developing. Educational Research Association.
Gilakjani and Ahmadi. (2011). The
Relationship between L2 Reading
Comprehension and Schema Theory:
A Matter of Text Familiarity. Iran:
International Journal of Information
and Education Technology.
Harvey, S., and Goudvis, A. (2007).
Strategies That Work: Teaching
Comprehension for Understanding
and Engagement. United States of
America: Stenhouse Publishers.
Herrel, A., and Jordan, M. (2004). Fifty
Strategies for Teaching English
Language Learners. California, USA:
Pearson Education, Inc.
Klingner, J., Vaughn, S., Boardman, A.
(2007). Teaching Reading
Comprehension to Students with
Learning Difficulties. New York: The
Guildford Press.
Klingner, K., Vaughn, S., and Shay, J.
(2012). Collaborative Strategic
Reading during Social Studies in
Heterogeneous Fourth Grade
Classrooms. Chicago: The University
of Chicago Press Stable.
Linse, C.T. (2005). Practical English
Language Teaching: Young
Learners. New York: McGraw-Hill
ESL/ELT.
Moreillon, J. (2007). Collaborative
Strategies for Teaching Reading
Comprehension. United States of
America: American Library
Association.
Snowling and Hulme. (2005). The Science
of Reading: A Handbook. USA:
Blackwell Publishing Ltd.
Tyner, B. (2009). Small Group Reading
Instruction : A Differentiated
Teaching Model for Beginning and
Struggling Readers. USA:
International Reading Association.

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Sariani, S.Pd 15


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL BERBANTUAN TEKNIK


5W+1H UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
BAHASA INDONESIA

Oleh
I WAYAN PUTU SUSANDI, S.PD.

Abstrak
Peningkatan pelayanan dibidang pendidikan lewat Pelajaran adalah usaha nyata untuk
menanggulangi kelemahan- kelemahan pelaksanaan proses Pelajaran. Hal tersebut sudah
semestinya diupayakan lewat melakukan sebuah penelitian tindakan yang ada di kelas dimana
guru bertugas, sekaligus menyambut permenpan RB Nomor 16 Tahun 2009. Hal tersebut
yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian yang
dilakukan di Kelas III A di SD Negeri 4 Subagan, pada Semester I tahun pelajaran 2018/2019
bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa. Cara mengumpulkan
datanya dilakukan melalui tes dan cara analisisnya adalah menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran CTL berbantuan teknik
5W+1H dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia Siswa Kelas III A SD Negeri 4
Subagan Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan
rata-rata kelas sebesar 6,79 dan ketuntasan klasikal meningkat sebesar 28,57% dengan kategori
tuntas. Rata-rata kelas pada siklus I 66,42, pada siklus II meningkat menjadi 73,21. Untuk
ketuntasan klasikalnya juga mengalami peningkatan sebesar 28,57% yaitu dari 67,85% pada
siklus I meningkat pada siklus II menjadi 96,42%.

Kata-kata kunci: model pembelajaran Contextual Teaching And Learning, Teknik 5W+1H,
prestasi belajar bahasa Indonesia

Pendahuluan bidang tugasnya yang diiringi pula dengan


Pendidikan adalah usaha sadar dan peningkatan kemampuan seiring dengan
terencana untuk mewujudkan suasana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
belajar dan proses pembelajaran agar Kreatifitas dan inisiatif guru harus
peserta didik secara aktif mengembangkan dimotivasi dan dimanfaatkan secara
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan konkrit, agar mereka memperoleh
spiritual keagamaan, pengendalian diri, pengalaman profesional dalam
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, meningkatkan kemampuannya dalam
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bidang pendidikan. Dengan demikian, guru
masyarakat, bangsa dan Negara dapat mewujudkan ide-ide yang dapat
(Depdiknas, 2003). Pendidik yang memberi sumbangsih nyata dengan tujuan
profesional selalu terdorong untuk tumbuh untuk memperbaiki serta mengembangkan
dan berkembang sebagai perwujudan proses pelajaran agar semakin baik dari
perasaan dan sikap yang haus akan ilmu waktu ke waktu.
pengetahuan. Rasa tidak puas ini Standar proses pendidikan adalah
menyebabkan guru selalu mengembangkan standar nasional pendidikan yang berkaitan
pola berpikir dan menuangkannya secara dengan pelaksanaan pembelajaran pada
kreatif dan inovatif beban tugas satuan pendidikan untuk mencapai
pelaksanaan Pelajaran yang diembannya. kompetensi lulusan. Standar proses
Guru profesional selalu menyiapkan diri meliputi perencanaan, pelaksanaan,
menerima perkembangan dan kemajuan penilaian, dan pengawasan proses

JURNAL INOVASI | Penerapan Model Pembelajaran Ctl Berbantuan Teknik 16


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

pembelajaran (Depdiknas, 2007). Dalam belum diikuti dengan pengertian dan


implementasi standar proses pendidikan, pemahaman yang mendalam yang bisa
guru memegang peranan yang sangat diterapkan ketika mereka berhadapan
penting karena guru merupakan orang dengan situasi baru dalam kehidupannya.
pertama yang berhubungan dengan Pembelajaran keterampilan berbahasa pada
pelaksanaan program pendidikan. Ini dasarnya merupakan upaya meningkatkan
berarti, peningkatkan mutu pendidikan keterampilan menyimak, berbicara,
dimulai dari pembenahan kemampuan guru membaca, dan menulis. Dalam
dalam merencanakan, mengelola, dan pelaksanaannya keempat keterampilan itu
mengevaluasi pembelajaran. Dalam harus mendapatkan porsi pembelajaran
implementasi standar proses pendidikan, yang seimbang dalam konteks yang alami,
guru memegang peranan yang sangat dan secara terpadu. Mengingat fungsi
penting karena guru merupakan orang utama bahasa adalah sebagai alat
pertama yang berhubungan dengan komunikasi, proses pembelajaran
pelaksanaan program pendidikan. Ini berbahasa juga harus diarahkan pada
berarti, peningkatkan mutu pendidikan tercapainya keterampilan berkomunikasi
dimulai dari pembenahan kemampuan guru secara lisan maupun tertulis, baik dalam hal
dalam merencanakan, mengelola, dan pemahaman maupun penggunaan. Lebih
mengevaluasi pembelajaran. Penetapan lanjut, Tachir (1994: 1) mengemukakan
standar proses pendidikan merupakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia
kebijakan yang sangat penting untuk perlu dikembangkan menjadi keterampilan
pemerataan dan peningkatan kualitas berbahasa dan bukan hanya pembelajaran
pendidikan. Melalui standar proses setiap tentang tata bahasa. Keterampilan
guru atau pengelola sekolah dapat berbahasa yang dimaksud meliputi:
menentukan bagaimana seharusnya mendengarkan, berbicara, membaca, dan
pembelajaran berlangsung. Mengajar menulis. Hal tersebut ditegaskan oleh
bukan sekadar menyampaikan materi Muslich (dalam Mertawati, 2008: 2) bahwa
pelajaran tapi suatu proses mengubah titik berat pembelajaran bahasa Indonesia
perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang adalah meningkatkan empat keterampilan
diharapkan. Dalam proses belajar mengajar dasar berbahasa, yaitu: mendengar,
terdapat kegiatan membimbing siswa agar berbicara, membaca dan menulis.
siswa berkembang, melatih keterampilan Siswa yang jarang melakukan aktivitas
intelektual maupun motorik sehingga siswa membaca akan merasa kelelahan
dapat dan berani hidup di masyarakat yang memahami isi teks. Hal ini disebabkan oleh
cepat berubah dan penuh persaingan, banyaknya siswa yang gagal mendapat nilai
memotivasi siswa agar dapat memecahkan minimal untuk pelajaran yang sama. Harus
berbagai persoalan hidup dalam masyarakat dicari penyebab siswa mendapatkan nilai
yang penuh tantangan dan rintangan (Wina yang rendah. Pembelajaran bahasa
Sanjaya, 2006:14). Indonesia seharusnya mengacu pada
Temuan di lapangan menunjukkan prinsip knowing (mengetahui) dan doing
bahwa sebagian besar siswa tidak mampu (mengalami). Pembelajaran bahasa yang
menghubungkan antara materi yang mereka ada sekarang ini baru mengacu pada prinsip
pelajari dengan pemanfaatannya dalam knowing, saja. Guru terkadang merasa
kehidupan nyata. Pemahaman konsep cukup memberitahu tentang kaidah-kaidah
akademik yang dimiliki siswa hanyalah bahasa Indonesia, tanpa memberi contoh
merupakan sesuatu yang abstrak, belum dan mempraktekkan dalam kehidupan
menyentuh kebutuhan praktis kehidupan sehari-hari. Akan menjadi sangat sulit bagi
siswa. Pelajaran secara konvensional yang para siswa untuk menghafal teori tanpa
diterima siswa hanyalah penonjolan tingkat pernah mengamalkannya. Para siswa harus
hafalan dari sekian macam topik, tetapi dibiasakan untuk memakai bahasa yang

JURNAL INOVASI | I Wayan Putu Susandi, S.Pd. 17


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

baik dan benar serta komunikatif, terlebih 2. Penerapan pembelajaran yang


lagi dengan semakin kuatnya pengaruh kontekstual belum berjalan secara
bahasa asing terutama bahasa Inggris dan optimal. Kurangnya mengaitkan
bahasa gaul. Penggunaan bahasa Indonesia permasalahan kontekstual dalam
yang baik dan komunikatif harus dimulai mengaitkan materi yang sedang
dari lingkungan pendidikan, karena diajarkan dengan kenyataan dalam
merekalah yang paling mungkin diajarkan kehidupan sehari-hari menyebabkan
dan kemudian menyebarkannya ke siswa kurang berminat dengan pelajaran
masyarakat luas. sehingga sebagian siswa cenderung
Penerapan yang terjadi di lapangan untuk mencari kesenangan lain di luar
sangat berbeda dengan apa yang materi pembelajaran, seperti mengobrol
diharapkan seperti yang dijelaskan di atas. atau mengganggu temannya.
Berdasarkan hasil identifikasi awal 3. Sistem pembelajaran belum
terungkap bahwa ketercapaian prestasi mengoptimalkan pengetahuan awal
belajar siswa kelas III A di SD Negeri 4 yang dimiliki siswa. Hal ini terjadi
Subagan nilai rata-rata tahun pelajaran karena sering tidak disadari bahwa
2018/20196 baru mencapai 53,45 padahal sebelum mengikuti pembelajaran di
KKM bahasa Indonesia adalah 70. Dari 28 kelas siswa sudah memiliki pengetahuan
siswa ternyata baru 14 siswa yang mampu awal. Berdasarkan hasil observasi,
mencapai nilai minimal yang ditetapkan, dalam proses pembelajaran cenderung
artinya pencapaian ketuntasan secara langsung membahas materi yang akan
klasikal baru mencapai 50,00%. dipelajari tanpa memberikan motivasi
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan berupa pertanyaan-pertanyaan
bahwa prestasi belajar yang dicapai siswa kontekstual terlebih dahulu kepada
pada semester I tahun pelajaran 2018/2019 siswa. Menurut Santyasa (2005),
belum sepenuhnya mencapai tuntutan pengetahuan awal merupakan struktur
standar yang ditetapkan di SD Negeri 4 kognitif atau model mental yang telah
Subagan. Kelas dianggap tuntas apabila ada di kepala siswa sebelum
ketuntasan klasikal (KK) lebih besar atau pembelajaran, bersifat personal dan
sama dengan 85% dan siswa dianggap memegang peran penting dalam
tuntas belajar secara individual jika telah mengoptimalkan proses dan hasil-hasil
memenuhi kriteria ketuntasan minimum belajar. Berdasarkan pengetahuan awal
(KKM) yang ditetapkan sekolah, yaitu siswa dapat diketahui pemahaman yang
sebesar 70. telah dikuasai oleh siswa terlepas dari
Berdasarkan hasil observasi proses benar atau salahnya konsep tersebut.
pembelajaran, analisis dokumen laporan Pengetahuan awal siswa tersebut dapat
prestasi belajar, dan wawancara dengan dijadikan pijakan dalam pembelajaran
siswa, teridentifikasi permasalahan- selanjutnya.
permasalahan sebagai berikut. 4. Beberapa siswa menyatakan tidak
1. Hasil observasi menunjukkan bahwa senang belajar, terlebih lagi
peran siswa dalam proses pembelajaran pembelajaran membaca. Aspek
belum optimal. Siswa dalam membaca tidak disukai siswa karena
pembelajaran cenderung masih sebagai cenderung membosankan.
pendengar yang bersifat pasif. Hasil Berdasarkan uraian permasalahan
pengamatan menunjukkan bahwa dalam tersebut, menunjukkan bahwa proses
kegiatan pembelajaran siswa cenderung pembelajaran khususnya bahasa Indonesia
diam, masih terdapat kecenderungan di kelas belum optimal. Pembelajaran
siswa malu dalam mengungkapkan bahasa Indonesia dianggap sulit dan
gagasannya. membosankan sehingga berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Salah satu

JURNAL INOVASI | I Wayan Putu Susandi, S.Pd. 18


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

solusi untuk meningkatkan prestasi belajar memudahkan dalam menyampaikan materi


siswa yaitu dengan mengimplementasikan pembelajaran kata bahasa Inggris
model pembelajaran CTL. “what” yang dipakai untuk
Nurhadi (2004: 13) mendefinisikan menarik perhatian peserta didik
pembelajaran kontekstual adalah konsep menyangkut materi apa yang akan
belajar dimana guru menghadirkan dunia dipelajari dan materi apa yang sudah
nyata kedalam kelas dan mendorong siswa dikuasai sehubungan dengan bahan yang
membuat hubungan antara pengetahuan akan disampaikan guru dalam proses
yang dimiliki dengan penerapannya dalam pembelajaran. Menggunakan istilah why,
kehidupan mereka sehari-hari; sementara dapat diartikan sebagai “kenapa” dalam
siswa memperoleh pengetahuan dan bahasa Indonesia yang akan
keterampilan dari konteks yang terbatas, menuntun peserta didik untuk lebih
sedikit demi sedikit, dan dari proses memperhatikan apa yang menyebabkan
mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal materi pelajaran tersebut penting untuk
untuk memecahkan masalah dalam dipelajari, manfaat apa yang didapat dan
kehidupannya sebagai anggota masyarakat. tujuan apa yang bisa diperoleh peserta didik
Dengan konsep dasar pemahaman apabila materi pelajaran tersebut telah
model pembelajaran Contextual Teaching mereka kuasai. Untuk menunjukkan arah
And Learning (CTL) diatas kemudian kepada peserta didik untuk makna pelajaran
dikombinasi dengan teknik 5W+1H dalam yang diberikan oleh guru, dan untuk
menyampaikan materi pelajaran, peneliti menuntut pengetahuan selanjutnya serta
yakin mampu membantu siswa untuk anak akan termotivasi untuk lebih giat dan
memahami materi ajar dan mengaitkannya berkonsentrasi dalam menjalani pelajaran
konsep-konsep dasar yang diterima untuk yang diberikan dilontarkanlah pertanyaan
dimanfaatkan dinamis dan fleksibel sebagai kepada siswa “for what”. Sedangkan kata
acuan memecahkan masalah dalam “how” yang berarti “bagaimana”
kehidupan sehari-hari (konteks pribadi, dilontarkan kepada siswa untuk memberi
sosial dan kultur). gambaran kepada siswa bagaimana
Untuk melaksanakan hal tersebut, memanfaatkan pelajaran yang sudah
menurut Wina Sanjaya (2005: 109) bahwa dikuasai untuk dijadikan bekal dalam
Contextual Teaching And Learning (CTL) memecahkan masalah-masalah yang
adalah suatu pendekatan Pelajaran yang dihadapi mereka dalam kehidupan sehari-
menekankan pada proses keterlibatan siswa hari. Guru membekali peserta didik dengan
secara penuh untuk dapat menemukan contoh-contoh, kaitan-kaitan, atau
materi yang dipelajari dan hubungan-hubungan pelajaran yang
menghubungkannya dengan situasi didapat dengan kemungkinan masalah yang
kehidupan nyata sehingga mendorong bisa dihadapi peserta didik dalam
siswa untuk dapat menerapkannya dalam pergaulannya dengan orang lain.
kehidupan mereka. Agar pembelajaran di Contextual Teaching And Learning
kelas lebih menarik, penerapan model (CTL) terdiri dari 7 komponen yaitu: 1)
pembelajaran CTL dikemas lebih menarik konstruktivisme (membangun), 2) inkuiri,
dengan menyelipkan beberapa istilah 3) questioning, 4) masyarakat belajar, 5)
bahasa asing (what, who, where, why, and pemodelan, 6) refleksi dan 7) penilaian
how). Teknik 5W+1H yang meliputi apa yang sebenarnya, dalam penerapan
(what), siapa (who), kapan (where), dimana pengajaran yang dilakukan oleh guru mesti
(when), mengapa (why), dan bagaimana mengupayakan agar semua bagian-bagian
(how). Secara umum teknik ini tersebut tercakup dalam proses
mempermudah siswa untuk cepat pembelajaran. Hal-hal yang perlu dipahami
mengetahui unsur- unsur intrinsik pada dari ke 7 unsur CTL; (1)
sebuah tulisan yang dibacanya. Untuk lebih Konstruktivisme/membangun pengetahuan

JURNAL INOVASI | I Wayan Putu Susandi, S.Pd. 19


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

dilakukan pada awal proses dengan 3. WHEN diartikan “kapan” atau bisa
memberi motivasi-motivasi, menjelaskan disebut waktu kejadian.
kegunaan materi, dll, (2) Proses 4. WHERE diartikan “dimana”
inquiry muncul pada cara dan kiat menunjukan tempat kejadian.
mendeskripsikan yang ditempuh siswa, (3) 5. WHY diartikan “mengapa” menunjukan
Questioning muncul ketika siswa (peserta) keterangan.
mengamati benda, bertanya, mengajukan 6. HOW diartikan “bagaimana”
usul dan menebak, (4) Learning menunjukan suatu cara.
community muncul pada kerja kelompok Prestasi belajar penguasaan pengetahuan
dan saling menebak dengan kelompok lain, atau keterampilan yang dikembangkan
(5) Modeling, bisa oleh siswa, oleh guru melalui mata pelajaran, lazimnya
atau oleh ahli lain seperti tukang, petani, ditunjukkan dengan nilai tes atau angka
dll, (6) Reflection dilakukan pada akhir nilai yang diberikan oleh guru (KBBI
pembelajaran, (7) Authentic Assessment Online). Pengertian yang lain mengenai
dilakukan pada saat pelajaran berlangsung prestasi belajar ini dikemukakan oleh Moh.
untuk penilaian proses dan setelah Surya (2004:75), yaitu “prestasi belajar
pelajaran untuk penilaian akhir. adalah hasil belajar atau perubahan tingkah
Melalui landasan filosofi laku yang menyangkut ilmu pengetahuan,
konstruktivisme, pembelajaran kontekstual keterampilan dan sikap setelah melalui
“dipromosikan” menjadi alternatif strategi proses tertentu, sebagai hasil pengalaman
belajar yang baru. Melalui model individu dalam interaksi dengan
pembelajaran kontekstual, siswa lingkungannya”.
diharapkan belajar melalui “mengalami”, Djamarah (1994:23) mendefinisikan
bukan “menghafal”. Menurut pandangan prestasi belajar sebagai hasil yang
kaum konstruktivis, pengetahuan itu diperoleh berupa kesan-kesan yang
dibangun dan penguasaannya ditata oleh mengakibatkan perubahan dalam diri
pebelajar sendiri. individu sebagai hasil dari aktivitas dalam
Riska Jayanti (2011), teknik 5W 1H belajar.Kalau perubahan tingkah laku
adalah singkatan dari “What, Who, When, adalah tujuan yang mau dicapai dari
Where, Why, How” yang dalam bahasa aktivitas belajar, maka perubahan tingkah
Indonesia diartikan menjadi kata apa, siapa, laku itulah salah satu indikator yang
kapan, dimana, mengapa dan bagaimana. dijadikan pedoman untuk mengetahui
Teknik 5W +1H adalah suatu konsep dasar kemajuan individu dalam segala hal yang
untuk pengumpulan informasi agar dapat diperolehnya di sekolah. Dengan kata lain
memperoleh cerita yang utuh tentang suatu prestasi belajar merupakan kemampuan-
hal. Kalimat tanya biasa disebut juga kemampuan yang dimiliki oleh siswa
kalimat untuk menggali informasi. Konsep sebagai akibat perbuatan belajar atau
ini menekankan bahwa kalimat tanya yang setelah menerima pengalaman belajar, yang
dipergunakan, dirumuskan dengan dapat dikategorikan menjadi tiga ranah,
5W+1H, yaitu what (apa), Where (di yakni ranah kognitif, afektif, dan
mana), who (siapa), when (kapan), why psikomotor.
(mengapa), dan how (bagaimana). Adapun Mohammad Surya (1979), menyatakan
langkah-langkah teknik 5W+1H adalah bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
sebagai berikut; prestasi belajar dapat dilihat dari berbagai
1. WHAT dalam bahasa Indonesia adalah sudut pandang, antara lain dari sudut si
“apa” menunjukkan benda. pebelajar, proses belajar dan dapat pula dari
2. WHO dalam bahasa Indonesia adalah sudut situasi belajar. Bila kita coba lihat
“siapa” bisa diibaratkan tokoh dalam lebih dalam dari pendapat diatas, maka
cerita (subjek). prestasi belajar dipengaruhi banyak faktor.
Faktor-faktor dari si pebelajar sendiri atau

JURNAL INOVASI | I Wayan Putu Susandi, S.Pd. 20


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

faktor dalam diri siswa dan faktor luar. tindakan di monitor beserta efeknya serta
Faktor dalam diri siswa seperti IQ, kegagalannya bisa ditemukan, dibuat revisi
motivasi, etos belajar, bakat, keuletan, dan untuk perencanaan selanjutnya. Demikian
lain-lain sangat berpengaruh pada prestasi terus bergulir sampai penelitian berhasil
belajar siswa. Dari sudut si pembelajar sesuai indikator yang diusulkan. Untuk
(siswa), prestasi belajar seseorang indikator tersebut ada di Bab III ini di
dipengaruhi antara lain oleh kondisi bagian yang paling akhir.
kesehatan jasmani siswa, kecerdasan, Siswa-siswa yang dijadikan subjek
bakat, minat, motivasi, penyesuaian diri dalam penelitian ini adalah semua siswa
dan kemampuan berinteraksi siswa. kelas III A SD Negeri 4 Subagan semester
Sedangkan yang bersumber dari proses I tahun Pelajaran 2018/2019 yang
belajar, maka kemampuan guru dalam berjumlah 28 orang yang terdiri dari siswa
mengelola proses pembelajaran sangat laki-laki 18 orang dan siswa perempuan 10
menentukan prestasi belajar siswa. Guru orang, Objek dalam Penelitian Tindakan
yang menguasai materi pelajaran dengan Kelas ini adalah penerapan model
baik, menggunakan metode dan media pembelajaran Contextual Teaching And
pembelajaran yang tepat, mampu Learning (CTL) berbantuan Teknik
mengelola kelas dengan baik dan memiliki 5W+1H untuk meningkatkan prestasi
kemampuan untuk menumbuhkembangkan belajar bahasa Indonesia siswa kelas III A
motivasi belajar siswa untuk belajar, akan SD Negeri 4 Subagan semester I tahun
memberi pengaruh yang positif terhadap pelajaran 2018/2019. Gambaran
prestasi belajar siswa. Sedangkan situasi pelaksanaan penelitian yang berlangsung
belajar siswa, meliputi situasi lingkungan dari Agustus 2018 sampai dengan
keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar. Desember 2018.
Metodologi Penelitian Data yang diperlukan untuk penelitian
Penelitian tindakan kelas ini ini, yaitu data prestasi belajar bahasa
dilaksanakan di SD Negeri 4 Subagan, Indonesia. Data prestasi belajar siswa
Kecamatan Karangasem, Kabupaten dikumpulkan dengan menggunakan tes
Karangasem. Dalam Penelitian Tindakan prestasi belajar. Tes prestasi belajar bahasa
kelas ini rancangan didesainnya dalam Indonesia yang diberikan pada akhir siklus
bentuk siklus dengan pemberian tindakan. adalah tes pilihan ganda. Kriteria penilaian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua yang digunakan adalah jika salah dan tidak
siklus yang setiap siklusnya terdiri dari dua menjawab mendapat skor 0 sedangkan jika
kali pertemuan untuk memberikan benar memperoleh skor. Data prestasi
tindakan. Prosedur yang dilakukan dengan belajar siswa diolah secara deskriptif, yaitu
model ini adalah pada awalnya menemukan dengan menentukan nilai tes prestasi
kekurangan-kekurangan yang ada, setelah belajar siswa. Hasil tes prestasi belajar
dianalisis ternyata kemampuan anak dalam siswa dikonversi dalam skala 100. Melalui
mata pelajaran Bahasa Indonesia masih nilai prestasi belajar siswa selanjutnya bisa
rendah sehingga dibuat perencanaan, diperoleh nilai rata-ratanya. Penelitian ini
dilanjutkan dengan langkah-langkah dikategorikan berhasil jika nilai yang
tindakan yaitu melatih terus sesuai kaidah dicapai masing-masing siswa memenuhi
Pelajaran di SD karena penilaian terhadap DSS 70% sesuai dengan kriteria
kemajuan siswa harus diupayakan ketuntasan minimal (KKM), yaitu 70.
berkesinambungan, begitu juga Sementara itu satu kelas dikatakan tuntas
penilaiannya. Lara Fridani, dkk (2009: 6.6) (ketuntasan klasikal) jika KK 85%. Hal ini
mengatakan bahwa sesuai dengan kriteria yang ditetapkan di
assesment perkembangan siswa SD Negeri 4 Subagan.
dilaksanakan secara terus menerus dan Hasil Penelitian Dan Pembahasan
berkesinambungan. Setelah langkah

JURNAL INOVASI | I Wayan Putu Susandi, S.Pd. 21


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Data yang dikumpulkan dalam harus berdiskusi dengan anggota


penelitian meliputi data prestasi belajar kelompoknya untuk memecahkan
bahasa Indonesia siswa terhadap penerapan permasalahan yang diberikan agar
model pembelajaran CTL dengan bantuan didapatkan suatu penyelesaian yang tepat
Teknik 5W+1H. Data-data yang telah dan semua anggota kelompok nantinya
terkumpul selanjutnya dianalisis dengan dapat memahami materi yang diberikan.
metode analisis statistik deskriptif yang Jika belum mengerti juga maka penulis
telah ditetapkan. Hasil Analisis prestasi yang menjelaskan materi tersebut pada
belajar siswa dan ketuntasan klasikal untuk siswa.
siklus I, dan II masing-masing disajikan Hasil analisis data hasil belajar siswa
sebagai berikut. pada siklus II mengalami peningkatan rata-
Tabel 1. Perbandingan Prestasi Belajar rata kelas untuk hasil belajar sebesar 6,79
Siswa dari = 66,42 menjadi = 73,21 dan telah
Siklus melebihi dari rata-rata kelas yang dituntut
No. Indikator
I II oleh kurikulum sebesar 70. Untuk
1. Jumlah siswa 28 28 ketuntasan klasikalnya mengalami
2. Rerata nilai 66,42 73,21 peningkatan sebesar 28,57% yaitu dari
Jumlah siswa yang KK= 67,85 % menjadi KK= 96,42%. Pada
3. 19 27
tuntas siklus II ini sudah dapat dikatakan
Ketuntasan
4.
klasikal
67,85% 96,42% memenuhi ketentuan pada kurikulum.
Belum Untuk ketuntasan klasikalnya juga
Keterangan Tuntas mengalami peningkatan sebesar 9,52%
tuntas
Berdasarkan analisis data hasil belajar yaitu dari KK= 80,95% menjadi 90,47%.
siswa pada siklus I rata-rata kelas untuk Ketuntasan klasikal yang diperoleh pada
hasil belajar siswa yang dicapai adalah siklus II sudah melebihi ketuntasan klasikal
66,38 belum memenuhi rata-rata kelas yang yang ditetapkan pada kurikulum. Dari
dituntut kurikulum sebesar 70. Untuk analisis data kedua siklus di atas secara
ketuntasan klasikalnya, baru mencapai keseluruhan hasil belajar siswa sudah
67,85% dapat dikatakan belum mencapai mengalami peningkatan secara bertahap,
ketuntasan klasikal yang dituntut oleh ini berarti pembelajaran dengan model
kurikulum yaitu sebesar 85%. Pada siklus pembelajaran CTL berbantuan teknik
I ada beberapa kendala yang dihadapi pada 5W+1H dapat dikatakan
saat pembelajaran berlangsung yaitu berhasil. Keberhasilan penelitian yang
pertama, siswa belum mempunyai berupa peningkatan hasil belajar siswa
pengalaman dalam mengikuti pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran
dengan model CTL sehingga siswa belum CTL berbantuan teknik 5W+1H juga
mampu melaksanakan kegiatan didukung oleh kebenaran teori-teori belajar
pembelajaran seperti yang diharapkan. yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu
Kedua, pada saat diskusi kelompok dalam teori Piaget yang menekankan siswa lebih
menyelesaikan permasalahan yang aktif di dalam menemukan konsep-konsep
diberikan, siswa cenderung mengerjakan yang dipelajari, teori Vygotsky yang
LKS secara individual sehingga menekankan sosiokultural dan interaksi
pelaksanaan diskusi tidak sesuai dengan siswa di dalam proses pembelajaran, teori
yang diharapkan. Untuk mengatasi kendala Bandura yang mengemukakan empat fase
tersebut, hal-hal yang dilakukan adalah tentang belajar sehingga siswa dapat
pertama, menjelaskan kepada siswa tentang menemukan dan menggali pengetahuannya
pelaksanaan pembelajaran model CTL sendiri secara terus menerus (Budiningarti,
berbantuan teknik 5W+1H secara lebih 1998), serta teori motivasi yang mengajak
rinci. Kedua, menjelaskan kepada siswa siswa menciptakan situasi dimana
bahwa pada saat diskusi kelompok, siswa keberhasilan seseorang ditentukan oleh

JURNAL INOVASI | I Wayan Putu Susandi, S.Pd. 22


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

keberhasilan kelompoknya dan Subagan semester I tahun pelajaran


keberhasilan kelompok didasarkan pada 2018/2019 dan sudah pasti dalam
masing-masing anggota kelompoknya penelitian ini masih ada hal-hal yang
dengan cara meningkatkan motivasi belajar belum sempurna dilakukan, karenanya
untuk dirinya sendiri dan motivasi untuk kepada peneliti lain yang berminat
mendorong semangat teman untuk terus meneliti topik yang sama untuk meneliti
belajar, serta motivasi untuk membantu bagian-bagian yang tidak sempat diteliti.
teman untuk belajar menyelesaikan tugas- 3. Sebagai verifikasi dari data hasil
tugas yang diberikan oleh guru sehingga penelitian ini, diharapkan bagi peneliti
akan tercapai tujuan pembelajaran yang lain untuk melakukan penelitian lanjutan
maksimal (Slavin, 1995). pada kajian yang sama dengan lingkup
Penutup yang berbeda.
Dari hasil pelaksanaan penelitian yang Daftar Pustaka
dilakukan pada siswa kelas III A SD Negeri Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi.
4 Subagan semester I tahun pelajaran 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
2018/2019 melalui penerapan model Jakarta: PT Bumi Aksara.
pembelajaran CTL berbantuan teknik Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007.
5W+1H, maka kesimpulan yang diperoleh Peraturan Menteri Pendidikan
dijelaskan sebagai berikut. Penerapan Nasional Republik Indonesia Nomor
Model Pembelajaran CTL berbantuan 41 Tahun 2007. Jakarta: BSNP.
teknik 5W+1H dapat meningkatkan Departemen Pendidikan Nasional. 2003.
prestasi belajar bahasa Indonesia Siswa Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.
Kelas III A SD Negeri 4 Subagan Semester Direktorat Tenaga Kependidikan,
I Tahun Pelajaran 2018/2019 dari siklus I Direktorat Jendral Peningkatan Mutu
ke siklus II terjadi peningkatan rata-rata Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
kelas sebesar 6,79 dan ketuntasan klasikal 2008. Metode dan Teknik Supervisi.
meningkat sebesar 28,57% dengan kategori Jakarta: Depdiknas.
tuntas. Rata-rata kelas pada siklus I 66,42, Depdiknas. 2002. Contextual Teaching And
pada siklus II meningkat menjadi 73,21. Learning. Jakarta: Dirjen Pendidikan
Untuk ketuntasan klasikalnya juga Dasar dan Menengah.
mengalami peningkatan sebesar 28,57% Depdiknas, 2003. UU No. 20 Tahun 2003
yaitu dari 67,85% pada siklus I meningkat tentang SISDIKNAS. Jakarta :
pada siklus II menjadi 96,42%. Depdiknas
Dengan berakhirnya penelitian ini, dan Depdikbud. 2016. Peraturan Menteri
berdasarkan hasil temuan tentang Pendidikan dan Kebudayaan nomor
keberhasilan penelitian dalam upaya 22 Tahun 2016 tentang Standar
mencapai tujuan pembelajaran dalam Proses. Jakarta. Depdikbud
bidang studi Bahasa Indonesia, saran yang Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan
dapat diberikan adalah: Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.
1. Apabila guru berkeinginan Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi
melaksanakan proses pembelajaran pada Belajar dan Kompetensi
mata pelajaran bahasa Indonesia model Guru.Surabaya: Usaha Nasional.
pembelajaran CTL semestinya menjadi Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar
pilihan untuk meningkatkan dan Mengajar.Bandung: Sinar Baru.
pengetahuan dan pemahaman siswa agar Irianto, Agus. 1989. Bahan Ajaran
lebih bermakna dalam pembelajaran. Statistika Pendidikan (Buku Kedua).
2. Model pembelajaran CTL terbukti dapat Jakarta:
meningkatkan prestasi belajar siswa, Jayanti, Riska (2011). Penerapan Teknik
namun penelitian terbatas pada siswa 5W 1H Dalam Memahami Cerita.
kelas III A SD Negeri 4

JURNAL INOVASI | I Wayan Putu Susandi, S.Pd. 23


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Skripsi tidak dipublikasikan. Palu: Tachir, A. M. 1994. Pandai Membaca dan


Universitas Tadulako. Menulis: Petunjuk Guru untuk SD
Johnson, Elaine B. 2009. CTL. Contextual Kelas 1. Jakarta: Depdikbud.
Teching And Learning, Bandung. Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Belajar.
Kaifa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Lasmawan. 2003. Pengembangan Model Tim Redaksi Fokus Media. 2006.
Jurisprudensi Sosial dalam Himpunan Perundang-Undangan dan
Pembelajaran PKn di SMU Negeri 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Bangli (Laporan Penelitian). No. 20 Tahun 2003 dan Peraturan
Singaraja:Lemlit STKIP Negeri Pemerintah No. 19 Tahun 2005.
Singaraja. Bandung: Focus Media.
Mertawati, M. 2008. Pengaruh Pendekatan Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran
Proses Berbasis Evaluasi Diri Berorientasi Standar Proses
terhadap Keterampilan Menulis Pendidikan. Kencana Prenada Media:
Siswa SMA (Studi Eksperimen Di Jakarta.
SMA Negeri 1 Kediri). ”Tesis”. Setiawati, Yuyun. 2011. Penerapan
Singaraja: Program Pascasarjana Pendekatan Kontekstual dengan
Undiksha Singaraja. Teknik Pemodelan Untuk
Murwansyah dan Mukaram. 2002. Meningkatkan Kemampuan
Manajemen Sumber Daya Manusia. membaca Siswa Kelas VIII D SMP
Bandung: Pusat Penerbit Muhammadiyah 2 Singaraja. Skripsi
Administrasi Niaga Politeknik Tidak Diterbitkan. Singaraja:
Negeri Bandung, Indonesia.. Undiksha.
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran
Konstektual dan Penerapannya dalam
KBK. Malang : Universitas Nageri
Malang.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.
41 Tahun 2007 Tanggal 23
November 2007. Jakarta: Depdiknas.
Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Romli, Asep Syamsul M. 2010. Jurnalistik
Praktis untuk Pemuda. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sardiman, A.M. 1988. Interaksi dan
Motivasi Belajar-Mengajar Pedoman
bagi Guru dan Calon Guru.Jakarta:
Rajawali Pers.
Sumadi. 2002. Prinsip Penyusunan
Perangkat Pembelajaaran dalam
Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia dengan Pendekatan
Contextual Teaching and Learning.
Malang: UNM.
Surya, Mohammad. 2004. Psikologi
Pembelajaran dan Pengajaran.
Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

JURNAL INOVASI | I Wayan Putu Susandi, S.Pd. 24


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

PENERAPAN PEMBELAJARAN PAKEM DENGAN TEKNIK


BERNYANYI UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR AGAMA HINDU
PADA SISWA

Oleh
NI LUH TERIMA

Abstrak
Penelitian ini didasari oleh rendahnya hasil belajar Agama Hindu kelas II dan Juga
pembelajaran yang monoton. Sehingga perlu sebuah solusi dengan menerapkan pembelajaran
PAKEM dengan teknik bernyanyi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
Agama Hindu kelas II melalui penerapan pembelajaran PAKEM dengan Teknik bernyanyi.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Rancangan setiap siklus terdiri
dari 3 Kali pertemuan. SDN 12 Karangasem jumlah siswa 10 orang. Pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan pencatatan dokumen, instrumen observasi dan tes hasil belajar.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif. Berdasarkan
analisis data dapat disimpulkan hasil belajar siswa meningkat baik daya serap maupun
ketuntasannya. Peningkatan daya serap yaitu pada siklus I skor rata-rata hasil belajar siswa
73,5 daya serap 73,5%, dan Ketuntasan klasikal 70,00% sedangkan pada siklus II adalah rata-
rata hasil belajar adalah 81,50, daya serap 81,50%, dan Ketuntasan Klasikal 100%. Hal ini
menunjukkan ada peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 12,21% dari pra siklus dan
10,88% dari Siklus I. Peningkatan daya serap 12,21%, dari pra siklus ke Siklus I dan 10,88%
ke Siklus II. Sementara Ketuntasan Belajar meningkat 75% dari Pra Siklus ke Siklus I dan
42,86% ke Siklus II.

Kata Kunci : Pembelajaran, PAKEM, Bernyanyi, Hasil belajar

Pendahuluan yang dilaksanakan pada kelas II Sekolah


Keberhasilan suatu pembelajaran Dasar Negeri 12 Karangasem
didukung oleh banyak faktor yaitu menunjukkan rata – rata hasil belajar 64,64.
kurikulum, siswa, sarana dan prasarana, Daya Serap 64,64 % dan Kreteria
kondisi lingkungan, guru, metode atau Ketuntasan Minimal (KKM) klasikal
strategi yang diterapkan dalam mencapai 28,57% hal ini menunnjukkan
pembelajaran (Dimyati,1994:247). Terkait hasil yang masih di bawah dari yang
faktor-faktor pendukung tersebut di diharapkan yaitu Daya Serap diatas 75%
Sekolah Dasar Negeri 12 Karangasem dan Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM)
belum berjalan maksimal. Keaktifan dan klasikal diatas 75%. Kreteria Ketuntasan
hasil belajar siswa khususnya pendidikan Minimal (KKM) Agama Hindu untuk kelas
Agama Hindu pada Sekolah Dasar Negeri II di Sekolah Dasar Negeri 12 Karangasem
12 Karangasem sampai saat ini masih yaitu 70.
kurang, terlihat saat proses pembelajaran Menindak lanjuti hal-hal yang demikian,
keaktifan siswa sangat rendah jarang ada peneliti melakukan sebuah penelitian
siswa yang mau bertanya bila belum tindakan kelas (Classroom Action
mengerti, dan hasil belajar juga masih Research) pada pembelajaran Agama
kurang. Dari salah satu hasil obervasi awal Hindu semester ganjil 2017/2018. Tujuan
Pendidikan Agama Hindu semester ganjil utama dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar Agama Hindu.
JURNAL INOVASI | Penerapan Pembelajaran Pakem Dengan Teknik 25
http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Pada penelitian ini peneliti melakukan meningkatkan keeratan dalam sebuah


menerapkan sebuah metode PAKEM kelompok.
dengan teknik bernyanyi. Pemilihan Dari latar belakang di atas dapat
pendekatan PAKEM didasari oleh diidentifikasi berbagai masalah sebagai
kenyataan bahwa model pembelajaran berikut yaitu: 1) Masih rendahnya keaktifan
selama ini berlangsung ini cenderung siswa kelas II dalam pembelajaran
membuat siswa merasa malas dan bosan Pendidikan Agama Hindu di Sekolah
dalam belajar, dimana siswa hanya duduk Dasar Negeri 12 Karangasem ; 2) Masih
pasif mendengarkan guru berceramah, rendahnya hasil belajar Pendidikan Agama
tanpa memberikan reaksi apapun kecuali Hindu bagi siswa kelas II di Sekolah Dasar
mencatat dibuku tulis atas apa yang Negeri 12 Karangasem; 3) Belum ada guru
diucapkan oleh guru mereka. Hal ini Pendidikan Agama Hindu di Sekolah
berakibat pada kurang optimalnya Dasar Negeri 12 Karangasem yang
penguasaan materi pada diri peserta didik. menerapkan pembelajaran PAKEM dengan
Berdasarkan uraian di atas dicoba teknik bernyanyi; 4) Pembelajaran Agama
diterapkan salah satu metode pembelajaran Hindu selama ini cenderung menggunakan
yaitu metode PAKEM dengan teknik metode ceramah.
bernyanyi. Penerapan teknik ini didasari Rumusan masalah yang diajukan adalah:
karena karakteristik anak usia SD adalah “ Apakah penerapan pembelajaran PAKEM
senang bermain, senang bergerak, senang dengan teknik bernyanyi dapat
bekerja dalam kelompok, serta senang meningkatkan hasil belajar Pendidikan
merasakan/melakukan sesuatu secara Agama Hindu siswa kelas II Sekolah
langsung. Dasar Negeri 12 Karangasem ?Berdasarkan
Uraian di atas menunjukkan perlu perumusan masalah di atas, tujuan yang
pengembangan proses pembelajaran yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
mengandung unsur permainan, Untuk meningkatkan hasil belajar
memungkinkan siswa berpindah atau Pendidikan Agama Hindu siswa Kelas II
bergerak dan bekerja atau belajar dalam Sekolah Dasar Negeri 12 Karangasem
kelompok, serta memberikan kesempatan dengan penerapan pembelajaran PAKEM
kepada siswa untuk terlibat langsung dalam dengan teknik bernyanyi
pembelajaran. Strategi bernyanyijuga Pembelajaran PAKEM
memiliki kelebihan seperti memberikan Pembelajaran PAKEM merupakan
manfaat yang banyak bagi pengembangan sebuah inovasi dalam pembelajaran.
kognitif, afektif maupun psikomotorik Halimah (2018:76) menyatakan bahwa
anak. Seperti Honig, dalam Masitoh dkk. Pendekatan pembelajaran PAKEM
(2005: 11) menyatakan bahwa bernyanyi merupakan proses pembelajaran yang
memiliki banyak manfaat untuk praktik menciptakan keaktifan guru dan siswa
pendidikan anak dan pengembangan dalam pelajaran yang menyenangkan dan
pribadinya secara luas karena : 1) efektif. Sedangkan dalam Hermawan
Bernyanyi bersifat menyenangkan; 2) (2006: 45) dijelaskan Pembelajaran
Bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi PAKEM adalah sebuah pembelajaran yang
kecemasan; 3) Bernyanyi merupakan media suasana belajar melibatkan siswa dan guru
untuk mengekspresikan perasaan; 4) dalam interaksi dua arah, situasi kelas dan
Bernyanyi dapat membantu membangun terdapat inovasi–inovasi guru yang
rasa percaya diri anak; 5) Bernyanyi dapat membuat situasi kelas menyenangkan.
membantu daya ingat anak; 6) Bernyanyi Dari uraian diatas maka pendekatan
dapat mengembangkan rasa humor; 7) PAKEM merupakan pendekatan
Bernyanyi dapat membantu pengembangan pembelajaran dimana guru dan peserta
keterampilan berpikir dan kemampuan didik untuk mengerjakan kegiatan yang
motorik anak, dan 8) Bernyanyi dapat beragam dalam rangka mengembangkan

JURNAL INOVASI | Ni Luh Terima 26


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

keterampilan dan pemahamannya, dengan Metode Bernyanyi


penekanan peserta didik belajar sambil Hasil belajar sangat dipengaruhi
bekerja, sementara guru menggunakan penggunaan metode. metode yang akan
berbagai sumber dan alat bantu belajar diuraikan adalah metode bernyanyi.
(termasuk pemanfaatan lingkungan), Bernyanyi merupakan hal yang
supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan. Hermawan dalam (2006:
menyenangkan dan efektif. 24) menyatakan bahwa pembelajaran akan
Setiap metode dan pendekatan efektif jika dilakukan dengan
pembelajaran akan memiliki karakteristik menyenangkan.
dan. Halimah (2018: 76) menjelaskan Metode bernyanyi merupakan metode
pendekatan PAKEM dalam pembelajaran yang melafazkaan suatu kata/ kalimat
terlihat unsur Aktif, inovatif, kreatif, dan tunggal, Siswa bernyanyi sesuai dengan
menyenangkan. Aktif yang dimaksud kesenangan siswa. Metode bernyanyi
bahwa dalam proses belajar guru harus adalah metode pengajaran yang dilakukan
mencitakan suasana sedemikian rupa, dengan cara berdendang, dengan
seperti aktif bertanya, mengemukakan menggunakan suara yang merdu, nada yang
gagasan. Pembelajaran inovatif merupakan enak didengar dan kata-kata yang mudah
pengembangan pembelajaran yang dihapal (Sulistiyo, 2007: 34).
menyenangkan dalam pembelajaran Nyanyian merupakan alat untuk
inovatif ditanamkan konsep learning is fun. mencurahkan pikiran dan perasaan untuk
Hermawan (2006 : 34 ) menjelaskan berkomunikasi. Nyanyian memiliki fungsi
karakteristik PAKEM sebagai berikut (1) sosial selama nyanyian itu
siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang dikomunikasikan. Kekuatan nyanyian pada
mengembangkan pemahaman dan fungsi ini dapat kita lihat pada pendidikan.
kemampuan mereka dengan penekanan Melalui nyanyian, kita berupaya membantu
pada belajar melalui berbuat (2) Guru diri anak menuju kedewasaan dalam hal
menggunakan berbagai alat bantu dan menumbuhkembangkan aspek fisik,
berbagai cara dalam membangkitkan intelegensi, emosi dan rasa sosial anak.
semangat belajar, menjadikan Sulistiyo (2007 : 45 ) menjelaskan nyanyian
pembelajaran menarik, menyenangkan dan yang baik buat siswa adalah sesuai untuk
cocok buat siswa.(3) guru menerapkan cara anak-anak, adalah antara lain : 1) Nyanyian
belajar yang kooperatif dan interatktif yang dapat membantu pertumbuhan dan
termasuk cara belajar berkelompok. (4) perkembangan diri; 2) anak (aspek fisik,
Guru mendorong siswa untuk menemukan intelegensi, emosi, sosial); 3) Nyanyian itu
caranya sendiri dalam pemecahan masalah, bertolak dari kemampuan yang telah
untuk mengungkapkan gagasan, dan dimiliki anak ; 4) Isi lagu sesuai dengan
melibatkan siswa dalam menciptakan dunia anak-anak; 5) Bahasa yang
lingkungan sekolahnya. digunakan sederhana;6) Luas wilayah nada
Berdasarkan uraian di atas. Pendekatan sepadan dengan kesanggupan alat suara dan
PAKEM memiliki karakteristik yang pengucapan anak.
berbeda dengan pendekatan konvensional. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
Pendekatan PAKEM dalam pembelajaran bahwa metode bernyanyi adalah
menitikberatkan keaktiftan guru dan penyampaian pelajaran dengan cara guru
peserta didik, ada berbagai cara yang menyanyi/berdendang dengan suara yang
beragam dalam proses pembelajaran. merdu dan nada yang enak didengar
Situasi belajar yang menyenangkan, siswa sebagai suatu upaya untuk menyampaikan
bisa mengemukakan gagasan dalam bermacam informasi dan pengetahuan.
pembelajaran sehingga proses Menyanyi dapat dilakukan dalam
pembelajaran mencapai tujuan atau berbagai bentuk seperti bernyanyi secara
pembelajaran yang efektif. lisan dan bernyanyi melalui panduan kaset

JURNAL INOVASI | Ni Luh Terima 27


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

atau rekaman tertentu. Dalam penilaian ini Pendidikan Agama Hindu adalah salah
menggunakan nyanyian lisan dengan satu mata pelajaran yang wajib diterapkan
memakai lirik lirik lagu yang sudah dikenal di seluruh jenjang dan jenis lembaga
siswa maupun lirik lagu yang di buat guru. pendidikan formal, baik negeri maupun
Hasil Belajar swasta, dari Taman Kanak-kanak hingga
Hasil belajar menurut Sujana (1997:49) Perguruan Tinggi. Menurut peraturan
adalah “kemampuan-kemampuan yang pemerintah No. 19/ 2005 yang kemudian
dimiliki siswa setelah ia menerima yang dituangkan lebih lanjut pada
pengalaman belajarnya”. Selanjutnya kurikulum tingkat satuan pendidikan,
belajar di bagi tiga macam hasil belajar pendidikan agama Hindu termasuk ke
yakni: (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) dalam mata pelajaran akhlak mulia dan
pengetahuan dan keterampilan, (3) sikap kewarganegaraan. Kelompok mata
dan cita-cita. Sedangkan Gagne (1998:55) pelajaran ini dan kepribadian ini
mengemukakan adanya lima kemampuan dimaksudkan untuk meningkatkan
yang dapat diperoleh seseorang sebagai kesadaran dan wawasan peserta didik akan
hasil belajar yaitu keterampilan intelektual, status, hak dan kewajibannya dalam
strategi kognitif, informasi verbal, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
keterampilan motorik dan sikap. Bloom bernegara serta kehidupan beragama dan
(2018:6) membagi hasil belajar ke dalam kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
tiga ranah yaitu: kognitif, afektif dan Esa.
psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan Pendidikan Agama Hindu pada dasarnya
dengan tujuan-tujuan pembelajaran yang adalah salah satu pendidikan penunjang
berkaitan dengan kemampuan berfikir, dalam usaha mencapai cita-cita mental
mengetahui dan memecahkan masalah. spiritual dan tujuan pembangunan nasional.
Hasil belajar yang diperoleh siswa Pendidikan Agama Hindu melalui
dipengaruhi oleh beberapa faktor Purwanto kebijakan Parisada Hindu Dharma
(1987:111) mengemukakan bahwa faktor- Indonesia telah menyusun berbagai
faktor yang mempengaruhi hasil belajar program Pendidikan Agama Hindu dalam
adalah: (1) faktor dari luar, yang terdiri dari rangka pembinaan umat Hindu.
fakror lingkungan (faktor dalam dan faktor Dengan demikian pendidikan Agama
sosial). Faktor instrumental (kurikulum, Hindu adalah suatu upaya dalam rangka
program, sarana dan prasarana, serta guru). turut serta menyukseskan pembangunan
(2) faktor dari luar, yang terdiri darifaktor nasional dalam bidang keagamaan yang
fisikologis (kondisi fisik, bakat, dilaksanakan secara luas, terencana dan
kecerdasan, motivasi, dan kemampuan terus menerus guna mengajak umat Hindu
kognitif). Kemudian Suryabarata (1997: 7) untuk mempelajari, memahami,
menyebutkan bahwa terdapat dua faktor menghayati, mengamalkan ajaran
yang mempengaruhi hasil belajar yaitu : agamanya sehingga dapat menumbuhkan
faktor dari dalam diri siswa meliputi minat, sikap dan kepribadian umat Hindu yang
intelejensi, keadaan indra, dan faktor dari baik, berbudi pekerti yang luhur serta selalu
luar dari diri siswa meliputi fasilitas belajar, bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
waktu belajar, media belajar, cara guru Wasa.
mengajar dan motivasi“ Dari kedua Istilah pembelajaran pada konteks
pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan kekinian ditekankan pada bagaimana guru
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil mengajar dan bagaimana peserta didik
belajar adalah faktor dari dalam diri siswa mengajar Tirta (1990:42) menyatakan
(internal) dan juga fakror dari luar diri “pembelajaran adalah totalitas keseluruhan
siswa (eksternal). kegiatan belajar mengajar dalam suatu
Pendidikan Agama Hindu proses transformasi nilai ide dan konsep
dengan titik berat pada bagaimana guna

JURNAL INOVASI | Ni Luh Terima 28


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

mengajarkan sesuatu dan bagaimana siswa adalah sebagaimana tampak pada gambar.1
belajar sesuatu” Berpijak dari berbagai yaitu :
pengertian di atas jadi apa yang dimaksud
pembelajaran pendidikan Agama Hindu
sehubungan dengan penelitian tindakan
kelas ini adalah keseluruhan proses
kegiatan belajar mengajar pendidikan
Agama Hindu di ranah pendidikan formal
dalam berbagai jenis dan jenjang
pendidikan yang menurut kurikulum satuan
pendidikan yang berlaku secara nasional di
seluruh wilayah Indonesia tergolong ke Gambar Skema desain penelitian tindakan
dalam kelompok mata pelajaran ahklak (dimodifikasi dari Kemmis and Taggart,
mulia dan kewarganegaraan. dalam wardani, 2006 : 37)
Kerangka Berpikir Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama II Sekolah Dasar Negeri 12 Karangasem
Hindu pembelajaran yang diterapkan masih yang beragama Hindu 10 Orang, yang
lebih banyak guru menggunakan metode terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 4 siswa
ceramah sehingga siswa tidak diberi perempuan, seperti pada tabel 1 di bawah
kesempatan secara aktif untuk menemukan ini: Mengacu pada batasan penelitian ini,
sendiri konsep-konsep yang diajarkan. maka objek dari penelitian tindakan kelas
Proses pembelajaran menjadi tidak ini dan hasil belajar siswa dengan
menyenangkan dan efektif, menggunakan penerapan pembelajaran
Agar pembelajaran siswa dapat terlibat PAKEM dengan teknik bernyanyi.
secara aktif dalam proses memperoleh dan Adapun waktu dilaksanakan penelitian
memahami materi yang diajarkan maka selama 3 bulan yang berlangsung pada mata
diperlukan metode yang melibatkan siswa Pelajaran Agama Hindu Kelas II dari bulan
secara maksimal dalam pembelajaran salah Januari sampai Maret 2018. Penelitian ini
satunya adalah menerapkan pembelajaran terdiri dari dua variabel yaitu PAKEM
PAKEM dengan teknik bernyanyi perlu dengan teknik. Bernyanyi yang merupakan
dilaksanakan sehingga pembelajaran tidak varibel bebas yaitu variabel yang menjadi
membosankan dan tujuan pembelajaran sebab timbulnya atau berubahnya variabel
bisa tercapai. Tujuan pembelajaran akan terikat, hasil belajar merupakan variabel
tercapai apabila siswa dalam pembelajaran terikat. Variabel-variabel dalam penelitian
aktif, dan merasa senang serta didukung ini dapat digeneralisasikan kedalam definisi
oleh guru yang bertindak sebagai motivator operasional sebagai berikut: 1)
dan fasilitator. Dengan menerapkan Pembelajaran PAKEM dengan teknik
pembelajar diharapkan aktivitas dan hasil bernyanyi: 2) Hasil belajar adalah hasil atau
belajar dapat meningkat. kemampuan yang diperoleh siswa setelah
melakukan proses belajar yang berupa
pengetahuan, sikap, dan keterampilan
Prosedur penelitian ini dimulai dari
Metode Penelitian persiapan, pelaksanaan dan refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua Metode pengumpulan data yang
(2) siklus yang masing-masing siklus terdiri digunakan dalam penelitian ini adalah
dari 4 (empat) tahapan yaitu perencanaan pencatatan dokumen dan tes. Pencatatan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dokumen berasal dari buku yang relevan
dan evaluasi, serta refleksi. Adapun dengan. Data-data yang dikumpulkan untuk
tahapan-tahapan atau alur pelaksanaan mengetahui kompetensi hasil belajar siswa
tindakan untuk masing-masing siklus dalam penelitian ini, menggunakan bentuk

JURNAL INOVASI | Ni Luh Terima 29


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

tes uraian sebanyak 20 butir soal untuk 65,50% sedangkan ketuntasan 40% dari
setiap akhir siklus. Setiap butir tes jumlah siswa yang dikategorikan tuntas.
diberikan skor 10. Dengan demikian skor Pada akhir siklus I, rata-rata skor
maksimum ideal adalah 100 dan skor kemampuan pengetahuan Agama
minimumnya adalah 0. mengalami peningkatan dari hasil pada
Data hasil belajar siswa dalam tahap refleksi awal. Rata-rata skor
pembelajaran Pendidikan Agama Hindu kemampuan pengetahuan Agama pada
didapat melalui tes hasil belajar siswa, siklus awal adalah 65,5 dengan meningkat
kemudian data dianalisis dengan metode sebesar 12,21% ke Siklus I. Daya serap
statistik deskriptif, yaitu di cari rata-rata, pada siklus I 73,50% meningkat ke Siklus
daya serap, ketuntasan. Selanjutnya untuk II sebesar 10,88% menjadi 81,50%.
mencari peningkatan yang terjadi dapat di Pencapaian ketuntasan kelasikal pada
lihat dengan cara membandingkan hasil siklus awal sebesar 40% meningkat 75,00%
siklus I dan II. ke Siklus I menjadi 70,00%. Capaian
Penetapan indikator kinerja bertujuan ketuntasan belajar meningkat dari Siklus I
untuk menentukan tingkat keberhasil an sebesar 42,86% menjadi 100% pada Siklus
pelaksanaan penelitian tindakan kelas jika II. Berdasarkan kriteria yang telah
ditinjau dari tujuan penelitian. Indikator ditetapkan, kemampuan pengetahuan
kinerja ini merupakan tolak ukur Agama Hindu pada siklus I ini tergolong
keberhasilan pelaksanaan penelitian kriteria baik.
tindakan kelas. Adapun indikator kinerja Walaupun kemampuan pengetahuan
dalam penelitian ini adalah hasil rata rata Agama hindu berada pada kriteria baik,
belajar siswa diatas 75, daya serap siswa masih ditemukan beberapa permasalahan
diatas 75%, dan pencapaian ketuntasan dalam proses pembelajaran yang
belajar siswa secara klasikal mencapai di dilaksanakan selama siklus I berlangsung.
atas 75% atau pada katagori baik.KKM Adapun permasalahan yang muncul di
untuk mata pelajaran agama Hindu di SDN siklus I dipaparkan sebagai berikut: 1)
12 Karangasem adalah 70. Hasil analisis Siswa masih belum menyatu dengan
nilai rata-rata kelas dan tingkat ketuntasan anggota kelompoknya, sehingga dalam
belajar siswa dapat konversikan ke dalam belajar menyanyi ada perasaan malu ; 2)
Penilaian Acuan Patokan (PAP) dengan Siswa baru mengenal irama lagu sehingga
berpedoman pada kriteria menurut Agung perlu waktu lama unruk mempelajari dan
(2005) yang telah dimodifikasi sebagai menyanyikan; 3) Kebanyakan siswa masih
berikut. malu dan kurang berani dalam bernyanyi .
Hasil Penelitian dan Pembahasan Ini terlihat pada saat guru meminta siswa
Pada saat observasi awal sebelum untuk menyuruh kelompok bernyanyi
pelaksanaan tindakan diketahui bahwa masih salih tunjuk, sikap siswa yang diam
kemampuan aspek pengetahuan Agama dan tidak mengangkat tangannya. Siswa
Hindu siswa kelas II SD Negeri 12 baru berani bernyanyi ketika diminta oleh
Karangasem masih kurang. Hal ini dapat guru.
dilihat dari hasil belajar Agama Hindu Permasalahan-permasalahan yang
yang belum mencapai kriteria yang ditemukan di atas kemudian didiskusikan
diharapkan. Dari hasil tes awal siswa oleh guru dan teman sejawat, dalam
menunjukkan bahwa siswa belum mampu kegiatan refleksi untuk dicarikan solusinya.
memahami konsep tentang Tri Murti Melalui kegiatan refleksi ini, maka
sehingga siswa kurang mampu untuk disepakati beberapa solusi untuk mengatasi
menjawab soal yang diberikan yang permasalahan-permasalahan di atas.
diberikan. Rata-rata skor hasil belajar pada Adapun solusi tersebut antara lain: 1)
tahap pra siklus hanya 65,5. Daya serap Memberikan penguatan dan motivasi
kepada siswa agar mau lebih semangat dan

JURNAL INOVASI | Ni Luh Terima 30


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

yakin untuk menyanyikan lagu pelajaran; diharapkan. Dari paparan di atas, secara
2) Memberikan penekanan kepada siswa umum penelitian ini telah mampu
untuk tetap memperhatikan waktu dalam menjawab permasalahan penelitian
bernyanyi ; 3) Menambah lagi nyanyian sebagaimana yang dirumuskan pada
kreasi yang berisi muatan pelajaran; 4) rumusan masalah. Hasil belajar Agama
Memberikan contoh lagu lagu familiar Hindu siswa kelas II melalui pendekatan
yang di pakai dalam pelajaran; 5) Membuat PAKEM dengan Teknik Bernyanyi sudah
kelompok baru lagi; 6) Memberikan mencapai kriteria yang diharapkan. Bahkan
penghargaan terhadap keompok dengan penelitian ini telah mencapai kategori
kreasi nyanyian terbaik dan kekompakan; sangat baik. Dengan kata lain penelitian
7) Memberikan motivasi pada anak. tindakan kelas yang dilakukan sudah
Pelaksanaan tindakan pada siklus II berhasil.
disesuaikan dengan hasil refleksi siklus I Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh
dengan melakukan beberapa tindakan terhadap penerapan pembelajaran PAKEM
perbaikan. Pada tahap siklus II ini, siswa dengan teknik Bersabar pada siklus I dan
telah menunjukkan hal-hal positif antara siklus II maka dapat digambarkan pada
lain: 1) Siswa terlihat sudah mampu tabel berikut:
bernyanyi secara kelompok secara optimal, Tabel. Perbandingan hasil belajar siklus I
tidak terlihat lagi merasa canggung atau dan siklus II
ragu dalam menyanyikan lagu yang sudah
dipersiapkan; 2) Siswa sudah mulai aktif
dan lebih berani dalam menyanyi lagu
yang sudah dipersiapkan Ini terlihat dari Berdasarkan tabel diatas dapat
banyaknya siswa yang mengangkat dibandingkan hasil penelitian yang
tangannya ketika guru memberikan diperoleh. Pada siklus I skor rata-rata hasil
kesempatan kepada siswa untuk belajar siswa 73,5 daya serap 73,5%, dan
menyanyikan lagu; 3) Siswa sudah mulai Ketuntasan klasikal 70,00% sedangkan
terbiasa menjawab soal yang diberikan pada siklus II adalah rata-rata hasil belajar
sesuai dengan yang telah dipelajarinya adalah 81,50, daya serap 81,50%, dan
sehingga hasil belajar pada aspek Ketuntasan Klasikal 100%. Hal ini
pengetahuan Agama Hindu mengalami menunjukkan ada peningkatan rata-rata
peningkatan. hasil belajar sebesar 12,21% dari pra siklus
Perbaikan tindakan yang dilaksanakan dan 10,88% dari Siklus I. Peningkatan
pada siklus II ternyata secara kuantitas daya serap 12,21%, dari pra siklus ke Siklus
dapat meningkatkan kemampuan I dan 10,88% ke Siklus II. Sementara
pemahaman siswa terhadap konsep Agama Ketuntasan Belajar meningkat 75% dari Pra
hindu. Rata-rata skor kemampuan aspek Siklus ke Siklus I dan 42,86% ke Siklus II.
pengetahuan siswa pada siklus II yaitu Dengan demikian penerapan pembelajaran
81,42 dan berada pada kriteria sangat baik. PAKEM dengan teknik Bernyanyi pada
Jika dibandingkan dengan hasil siklus I, mata Pendidikan Agama Hindu pada kelas
pada siklus II ini terjadi peningkatan II Sekolah Dasar Negeri 12 Karangasem
sebesar 23,13 dari pra siklus. Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat
Daya serap siswa pasa siklus II 81,42 % meningkatkan rata-rata hasil belajar siswa,
jika dibandingkan dengan hasil siklus 1, daya serap, dan ketuntasan belajar.
pada siklus II ini ada peningkatan sebesar Simpulan dan Saran
16,78% dari Pra siklus. Pencapaian Kriteria Berdasarkan hasil analisis data dan
Ketuntasan Minimal siswa pada siklus II pembahasan penelitian ini dapat ditarik
adalah 100 %. Ada peningkatan 71,43 %. simpulan sebagai berikut : Pembelajaran
Hasil yang diperoleh pada siklus II ini dengan pendekatan PAKEM dengan teknik
telah memenuhi target keberhasilan yang bernyanyi pada pembelajaran Pendidikan

JURNAL INOVASI | Ni Luh Terima 31


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Agama Hindu dapat meningkatkan hasil Masitoh,2005. Bernyanyi Dalam


belajar siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri Pembelajaran. Surabaya : Surya
12 Karangasem Tahun Pelajaran Gemilang
2017/2018. Berdasarkan analisis data dapat Halimah, 2018. Guru Kreatif Dalam
disimpulkan hasil belajar siswa meningkat Pembelajaran. Surabaya : Surya
baik daya serap maupun ketuntasannya. Gemilang
Peningkatan daya serap yaitu pada siklus I Hermawan, 2006. Model Pembelajaran
skor rata-rata hasil belajar siswa 73,5 daya Kreatif.Semarang: Cahaya Gemilang
serap 73,5%, dan Ketuntasan klasikal Sulistiyo, 2007. Dunia Anak. Surabaya :
70,00% sedangkan pada siklus II adalah Bima Aneka
rata-rata hasil belajar adalah 81,50, daya Sujana, 1997. Evaluasi Hasil Jakarta:
serap 81,50%, dan Ketuntasan Klasikal Pustaka gemilang
100%. Hal ini menunjukkan ada Purwanto,1987. Evaluasi Belajar. Surabaya
peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar : Pustaka Utama
12,21% dari pra siklus dan 10,88% dari Suryabrata,1997. Motivasi dalam
Siklus I. Peningkatan daya serap 12,21%, Pembelajaran. Jakarta : Balai Pustaka
dari pra siklus ke Siklus I dan 10,88% ke Titib, I Made. (2006 ). Menumbuh
Siklus II. Sementara Ketuntasan Belajar Kembangkan Pendidikan Budi
meningkat 75% dari Pra Siklus ke Siklus I Pekerti Pada Anak. Denpasar : PT.
dan 42,86% ke Siklus II. Offset
Laporan penelitian tindakan kelas ini Cudamani, 1993. Agama Hindu Untuk
terlaksana tidak terlepas dari segala Mahasiswa. Jakarta : Tiga Serangkai
kekurangan. Sehingga demi kesempurnaan Depdikbud, 1993. Kurikulum Pendidikan
perencanaan, pelaksanaan hingga Dasar. Garis Besar Program
pelaporannya sangat diharapakan adanya Pengajaran(GBPP)
saran-saran dari berbagai pihak. Demikian Depdiknas .2003. Undang-Undang
pula sekelumit karya ini semoga Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
bermanfaat untuk dunia pendidikan 2003 Tentang Sistem Pendidikan
khususnya : 1) Meningkatkan hasil belajar Nasional: Depdiknas RI
siswa yang dijadikan subjek penelitian; 2) Depdiknas. 2006. Kompetensi Kepala
Meningkatkan pemahaman pendidik Sekolah. Jakarta: Depdiknas
tentang pentingnya penelitian tindakan Gunawan, Wayan Putu. 2003. Dharma
kelas; 3) Meningkatkan perhatian sekolah Yadnya. Singaraja : Pasraman Widya
dalam mengupayakan penelitian tindakan Bakti Kriya Yadnya
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasibuan,JJ.dkk. 1985. Proses Belajar
Daftar Pustaka Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Arikunto, Suharsini. 2006. Manajemen Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara
Bloom 2018. Contextual Teaching & Kemmis & Taggart, Wardani. 2006.
Learning. Bandung: Mizan Learning Penelitian Tindakan.)
Center Purwanto.1998. Mengajar dengan Sukses.
Buda Praksita Sri Pandita. 1986. Grahasta Jakarta: Gramedia Widiasarana
Winaya. Singaraja Indonesia.
Cudamani, 1993. Agama Hindu Untuk Sujana, N. 1991. Dasar-Dasar Proses
Mahasiswa. Jakarta : Tiga Serangkai BelajarMengajar. Bandung: Sinar
Dimyati, 1994 .media pendidikan Baru
pengertian pengembangan dan Sanjaya, W.. 2006. Strategi Pembelajaran
pemanfaatan. Jakarta:CV Rajawali. Georientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana

JURNAL INOVASI | Ni Luh Terima 32


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Titib, I Made. 2006. Pendidikan Budi


Pekerti untuk Anak. Denpasar :
Yayasan Dharma Sastra.
Wiana, Ketut. 1993. Pendidikan Agama
Hindu untuk SMA. Jakarta : Tiga
Serangkai.

JURNAL INOVASI | Ni Luh Terima 33


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

PENGGUNAAN SAGU UNTUK MENINGKATKAN


MINAT BACA PADA
SISWA

Oleh
NI WAYAN SUARTINI, PD.SD

Abstrak
Rendahnya minat baca pada siswa kelas I di SD Negeri 4 Seraya Timur menjadi permasalahan
utama dalam laporan Best Practices ini. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilaksanakan
beberapa tindakan, diantaranya adalah penggunaan sagu sebagai bahan bacaan siswa.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan dalam laporan Best Practices ini adalah
mendeskripsikan upaya implementasi sagu di SD Negeri 4 Seraya Timur untuk meningkatkan
minat baca pada siswa kelas I. Untuk keperluan pengumpulan data digunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi. Sebelum pengimplementasian sagu sebagai bahan
bacaan siswa, tindakan-tindakan yang dilaksanakan hanya mampu meningkatkan minat baca
siswa maksimal 65,07%. Hasil tersebut belum mampu mencapai indikator keberhasilan
tindakan yang ditetapkan yaitu minimal 75% dari tindakan berhasil meningkatkan minat baca
siswa. Dengan menggunakan sagu sebagai bahan bacaan siswa persentase tindakan meningkat
menjadi 88,88%. Hasil ini mengindikasikan telah terjadi peningkatan ketertarikan, perhatian
dan keterlibatan siswa dalam membaca meningkat dengan sangat signifikan. Berdasarkan hasil
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan sagu (syair lagu) sebagai bahan bacaan
siswa kelas I di SD Negeri 4 Seraya Timur merupakan tindakan terbaik sebagai solusi untuk
meningkatkan minat baca siswa.

Kata Kunci: sagu (syair lagu), minat baca.

Pendahuluan Siswa kelas rendah khususnya kelas I,


Latar Belakang masih berada pada tahap membaca
Dunia anak adalah dunia yang unik. permulaan, sehingga perlu berbagai kiat
Ketika seorang anak memasuki jenjang yang dipergunakan untuk menumbuhkan
pendidikan formal, maka peranan dan minat baca siswa sejak dini. Minat baca
tugasnya akan bertambah menjadi seorang berdasarkan hasil penelitian di Indonesia
siswa. Di sekolah, siswa diajarkan berbagai masih rendah yaitu menurut data statistik
keterampilan, salah satunya adalah dari UNESCO, dari total 61 negara,
keterampilan membaca. Menurut Dalman Indonesia berada di peringkat 60 dengan
(2013:5), keterampilan membaca adalah tingkat literasi rendah. Peringkat 59 diisi
suatu keterampilan dalam kegiatan yang oleh Thailand dan peringkat terakhir diisi
berupaya untuk menemukan berbagai oleh Botswana. Finlandia menduduki
informasi dalam bahasa tulis. Dalam peringkat literasi tertinggi, hampir
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 yang mencapai 100%. Data ini menunjukkan
mengatur tentang penumbuhan budi bahwa minat baca di Indonesia masih jauh
pekerti, salah satu isinya adalah tentang tertinggal dari Singapura dan Malysia
kegiatan membaca buku non pelajaran 15 (Junan Witanto, 2018).
menit sebelum jam pelajaran pertama Secara khusus hal ini juga ditunjukkan
dimulai. Mendikbud mengatakan “salah pada proses pembelajaran membaca yang
satu tantangan terbesar Bangsa Indonesia penulis selenggarakan di SD Negeri 4
adalah menumbuhkan minat baca”. Seraya Timur, dimana terdapat beberapa
JURNAL INOVASI | Penggunaan Sagu Untuk Meningkatkan 34
http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

permasalahan yang penulis temukan yaitu : meningkatkan ketertarikan, perhatian, dan


1) Ketertarikan siswa untuk membaca buku keterlibatan siswa dalam membaca sebesar
bacaan masih rendah; 2) Intensitas 42,85%.
kunjungan ke perpustakaan juga sangat Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka
rendah; 3) Kemampuan membaca siswa penulis memutuskan melaksanakan
kelas I masih perlu ditingkatkan, karena pembelajaran dengan menggunakan
siswa yang berhasil mencapai nilai KKM strategi “Penggunaan Syair Lagu untuk
masih berada di bawah target pencapaian Meningkatkan Minat Baca pada Siswa
minimal yaitu 75% dari jumlah siswa Kelas I di SD Negeri 4 Seraya Timur Tahun
secara keseluruhan; 4) Kemampuan 2019”.
membaca cepat juga menjadi masalah Menyimak uraian latar belakang di atas,
tersendiri dimana dari 21 siswa hanya maka berikut ini adalah rumusan masalah
sekitar 9,52% dari jumlah siswa yang akan dikaji pada laporan ini:
keseluruhan yang mampu membaca cepat; Bagaimanakah Strategi Upaya
5) Kemampuan memahami bacaan ketika Implementasi Sagu di SD Negeri 4 seraya
mengerjakan soal-soal Penilaian Harian Timur dapat Meningkatkan Minat baca
dan PTS juga masih rendah hal ini terjadi pada Siswa Kelas I? Maka tujuan dari
akibat kemampuan membaca dan penulisan laporan ini adalah
memahami kata atau kalimat masih kurang mendeskripsikan upaya implementasi Sagu
; 6) Kurangnya dukungan keluarga untuk di SD Negeri 4 Seraya Timur untuk
mendampingi siswa belajar membaca di meningkatkan minat baca pada siswa kelas
rumah. I.
Menyikapi permasalahan tersebut Adapaun manfaat dari penggunaan sagu
tentang rendahnya minat baca yang untuk meningkatkan minat baca pada siswa
berpengaruh terhadap kemampuan di SD Negeri 4 Seraya Timur adalah
membaca siswa, ada berbagai upaya yang sebagai berikut: 1) Meningkatkan daya
dapat digunakan untuk menumbuhkan tarik, perhatian dan keterlibatan siswa
minat baca pada siswa. Adapun upaya- dalam kegiatan membaca; 2)
upaya yang dilaksanakan yaitu: 1) Menumbuhkan kesadaran tentang budaya
Memberikan tugas membaca di rumah; 2) membaca sejak dini; 3) Menciptakan
Membacakan buku bacaan atau cerita untuk suasana yang kondusif dalam belajar
ditiru oleh siswa; 3) Menuliskan kalimat- membaca; 4) sehingga pembelajaran
kalimat sederhana di papan tulis dan menyenangkan dan siswa belajar tanpa
menugaskan siswa untuk membacanya; 4) tekanan; 5) Mengembangkan keterampilan
Mengadakan kompetisi membaca antar baru bagi siswa yaitu, selain terampil
siswa dengan pemberiah hadiah bagi yang membaca siswa juga terampil dalam
berhasil menang dalam kompetisi; 6) bernyanyi karena bahan membacanya
Menggunakan “Sagu” sebagai bahan adalah “Sagu”.
pembelajaran membaca. Kajian Pustaka
Berdasarkan upaya-upaya yang dapat Sagu
dipergunakan untuk mengatasi rendahnya “Sagu” merupakan akronim dari frase
minat baca pada siswa, serta indikator yang “Syair Lagu”. Syair berarti nyanyian,
dapat dipergunakan untuk mengukur minat lantunan atau melagukan. Asal kata ini
baca siswa, maka ketika penulis telah hilang dari bahasa Arab, namun masih
dihadapkan dengan permasalahan ada dalam bahasa lain seperti syuur dalam
rendahnya minat baca siswa di kelas I SD bahasa Ibrani yang berarti suara, bernyanyi,
Negeri 4 Seraya Timur tahun 2019, penulis dan melantunkan lagu (Muzzaki, 2006).
menggunakan alternatif tindakan pertama Menurut Sunarjo (2007) Syair adalah salah
yaitu, memberikan tugas membaca di satu jenis puisi melayu lama yang terdiri
rumah. Tindakan ini hanya mampu atas empat larik dan berirama a a a, setiap

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Suartini, Pd.SD 35


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

bait terdiri atas empat larik yang terdiri atas bahasa awal anak”. Pengajar bidang
9,10 atau 12 suku kata. Bait dalam syair pendidikan khusus dan patologis wicara Dr
biasanya membentuk cerita. Berdasarkan Bea Staley mengatakan syair lagu anak
teori tersebut maka dapat disimpulkan memang bukan bagian integral dari
bahwa syair adalah sebuah kalimat yang perkembangan anak, tapi mereka
dilagukan dan mempunyai makna serta membantu, (Alfred Ginting, 2017)
maksud tertentu. Minat
Lagu dalam istilah jawa, lagu juga bisa Slameto, (2013) menjelaskan bahwa
disebut tembang. Dalam kamus besar minat adalah suatu rasa lebih suka dan
Bahasa Indonesia (2002:624) menjelaskan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,
bahwa lagu merupakan ragam suara yang tanpa ada yang menyuruh. Menurut Syaiful
berirama (dalam bercakap, bernyanyi dan Bahri dalam (Djamarah, 2011) yang
membaca). Adapun pengertian lain dari menyatakan minat adalah kecendrungan
lagu vokal merupakan lagu yang yang menetap untuk mengenang dan
diwujudkan dengan suara manusia. memperhatikan aktivitas itu secara
Berdasarkan pengertian tersebut maka konsisten dengan rasa senang. Menurut
dapat disimpulkan bahwa lagu/tembang Dwi Sunar Prasetyono (2008) minat adalah
adalah karangan seseorang yang berupa kecendrungan efektif (perasaan, emosi)
rangkaian syair yang dilagukan dan seseorang untuk membentuk aktifitas.
mempunyai nada serta makna tertentu. Pernyataan ini mengungkapakan bahwa
Menurut Nurita (2011), syair lagu anak minat itu melibatkan kondisi psikis
mengajarkan suatu budi pekerti yang (kejiwaan) seseorang. Pendapat lain
memberikan pertumbuhan baik dalam diri mengenai minat dikemukakan oleh
mereka. Lagu anak memberikan dampak (Hurlock 1978) mengartikan minat sebagai
positif yaitu mengajarkan suatu tindakan sumber motivasi yang mengarahkan
sopan santun yang dapat mempengaruhi sesorang pada apa yang akan mereka
jiwa dan raga mereka. Teknik dalam lakukan bila diberi kebebasan untuk
pembelajaran membaca menggunakan memilihnya.
syair lagu yaitu dengan menuliskan sebuah Menurut Sri Hesti Wuryani Djiwandono
lagu, sambil bernyanyi ajak anak untuk (2006: 365) ada sejumlah cara untuk
menunjuk ke arah suku kata yang ada pada mengetahui minat minat siswa yaitu: 1)
lagu untuk dibaca. Proses belajar membaca Bertanya secara langsung kepada siswa itu
melalui suku kata (dengan lagu) lebih sendiri atau melalui wawancara; 2)
efektif daripada proses mengeja. Dengan Menggunakan angket; 3) Mengobservasi
“menghafal” suku kata, huruf-huruf itu kegiatan yang dilakukan oleh siswa; 4)
sudah berbunyi dan langsung akan Teknik yang dapat digunakan untuk
membentuk kata. mengetahui minat yaitu: a) Teknik Tes dan
Berdasarkan pernyataan tersebut maka b) Teknik Non Tes.
dapat disimpulkan bahwa, syair lagu anak Hakekat Membaca
adalah kumpulan kata yang dipadukan Menurut Rahim (2007:3)
dengan nada yang isinya hal-hal sederhana mengemukakan bahwa definisi membaca
yang biasa dilakukan anak, bersifat riang, mencakup: (1) membaca merupakan suatu
dan mencerminkan etika luhur. proses, (2) membaca adalah strategis, dan
Syair lagu anak bukan hanya cara yang (3) membaca merupakan interaktif.
bagus dalam menenangkan anak tapi juga Membaca merupakan suatu proses artinya
mengajarkan mereka beberapa hal. Dr informasi dari teks dan pengetahuan yang
Georgina Nutton, pengajar pendidikan anak dimiliki oleh pembaca memiliki peran yang
usia dini di Charles Darwin University sangat berarti dalam membentuk makna.
(CDU) mengatakan “lagu anak Menurut Kosadi (1990: 74) membaca
menyediakan susunan bangun bahasa bagi

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Suartini, Pd.SD 36


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

meliputi pengenalan kembali kata-kata dan Menurut Robbins (2001), keterlibatan


struktur-struktur. didefinisikan sebagai derajat dimana orang
Dari beberapa definisi yang dikenal dari pekerjaannya, berpartisipasi
dikemukakan para ahli di atas dapat aktif di dalamnya dan menganggap
disimpulkan bahwa membaca merupakan prestasinya penting untuk harga diri. Untuk
kegiatan berbahasa secara aktif, menyerap mengukur aspek keterlibatan siswa dalam
informasi, serta aktvitas fisik yang terkait membaca dapat diukur dengan indikator
dengan gerak mata serta ketajaman berikut.
pengelihatan dan aktivitas mental yang Hasil dan Pelaksanaan
mencakup ingatan, dan pemahaman yang Tindakan Best Practices ini
pada dasarnya merupakan suatu proses dilaksanakan di SD Negeri 4 Seraya Timur,
komunikasi manusia dengan media cetak. Banjar Dinas Tukad Tiis, Desa Seraya
Menurut Broto (1980: 12) tujuan Timur, Kecamatan dan Kabupaten
membaca adalah; 1) membaca teknik Karangasem Tahun Ajaran 2019/2020.
bertujuan agar siswa lebih lancar mengenal Subjek dalam kegiatan Best Pratices ini
tulisan, tanda-tanda baca serta dapat adalah siswa kelas I SD Negeri 4 Seraya
mengucapkan dan melagukan bahasa; dan Timur yang berjumlah 21 siswa.
2) membaca bahasa bertujuan agar siswa Metode pelaksanaan kegiatan ini
dapat memahami isi bacaan. Menurut dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu
Hayon (2003: 58) tujuan membaca perencanaan, pelaksanaan tindakan,
memahami wacana dan menilai isi wacana. evaluasi, dan refleksi. Metode ini
Menurut Liliawati Sandjaja, (2005) dilaksanakan secara siklus yang kontinyu.
minat membaca adalah suatu perhatian Berikut adalah gambaran metode
yang kuat dan mendalam disertai dengan pelaksanaan kegiatan seperti dijelaskan
perasaan senang terhadap kegiatan dalam bagan berikut.
membaca, sehingga dapat mengarahkan
seseorang untuk membaca dengan
kemauannya sendiri. Sedangakan menurut
Farida Rahim, (2008) minat baca adalah
suatu keinginan kuat disertai usaha-usaha
seseorang untuk membaca.
Menurut Prasetyono (2008: 28) faktor-
faktor yang mempengaruhi rendahnya
minat baca yaitu; 1) Faktor internal Metode Pelaksanaan Kegiatan Best
meliputi intelegensi, usia, jenis kelamin, Practices
kemampuan membaca, sikap serta Bagan di atas menjelaskan tahapan
kebutuhan psikologis; 2) Faktor eksternal pelaksanaan implementasi “Sagu” sebagai
meliputi belum tersedianya bahan bacaan bahan bacaan siswa di SD 4 Seraya Timur
yang sesuai, status sosial, orang tua atau ditempuh melalui tahapan-tahapan kegiatan
keluarga dan guru. sebagai berikut : 1) Perencanaan berupa: a)
Menurut Prasetyono (2008: 58) hal yang Identifikasi masalah; b) Merealisasikan
dapat dijadikan indikator dalam melihat gagasan; c) Sosialisasi penggunaan; 2)
minat baca dari sisi pelaksanaan Pelaksanaan terdiri dari: a) Pemilihan
pembelajaran adalah: 1) Aspek ketertarikan bahan sagu yang sesuai; b) Mengajak siswa
siswa terhadap kegiatan membaca: 2) untuk membaca bahan sagu yang sudah
Aspek perhatian siswa terhadap kegiatan dipilih; c) Mengamati perkembangan minat
membaca yaitu: Perhatian adalah banyak siswa dalam membaca; 3) Evaluasi, terdiri
sedikitnya kesadaran yang menyertai dari: a) Metode Wawancara; b) Metode
aktivitas (Sumadi Suryabrata, 2006:14). 3) Observasi dan 4) Refleksi dan Tindak
Aspek keterlibatan siswa dalam membaca. Lanjut meliputi: a) Analisis hasil evaluasi;

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Suartini, Pd.SD 37


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

b) Analisis kelebihan dan kekurangan dan belajar bernyanyi tentang syair lagu yang
c) Perbaikan program. sudah dituliskan guru; i) Siswa membaca
Penggunaan sagu sebagai bahan bacaan secara bergantian ke depan kelas dan guru
untuk meningkatkan minat baca pada siswa mengamati aktivitas siswa dalam kegiatan
kelas I di SD Negeri 4 Seraya Timur membaca; j) Guru memberikan contoh cara
meliputi pendahuluan, inti dan penutup. menyanyikan syair lagu yang sudah
Kegiatan Pendahuluan yang terdiri dari: a) berhasil dibaca siswa; k) Siswa sambil
Mengajak semua siswa berdoa menurut membaca, menirukan lagu yang
agama dan keyakinannya masing- masing; dinyanyikan oleh guru.
b) Melakukan komunikasi tentang Kegiatan Penutup, terdiri dari: a)
kehadiran siswa; c) Mengajak siswa untuk Sebagai penutup guru menanyakan
berdinamika dengan tepuk “PPK”; d) bagaimana perasaan siswa setelah
Mengajak semua siswa menyanyi lagu mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran;
“Garuda Pancasila”; e) Pembiasaan b) Siswa bergantian merespon pertanyaan
membaca 15 menit dimulai dengan dari guru; c) Siswa juga diminta melakukan
membacakan cerita misalnya “Si Kancil”; refleksi diri berkaitan dengan kegiatan yang
d) Guru melakukan Tanya jawab berkaitan telah dilaksanakan; d) Guru menyampaikan
dengan isi cerita; e) Guru mengajak siswa beberapa hal positif ataupun negatif
melakukan tepuk semangat dan berkaitan tentang pembelajaran; e) Guru
meneriakkan yel-yel untuk membangitkan memberikan rewad kepada siswa yang
semangat siswa; f) Guru bertanya ”Apakah menunjukkan sikap memiliki minat baca
siswa senang membaca”? Apa bacaan yang yang paling tinggi; f) Guru menugaskan
paling siswa senangi? g) Guru siswa untuk merapikan alat-alat tulisnya; g)
menyampaikan kepada siswa bahwa Salah satu siswa ditugaskan memimpin
kegiatan pembelajaran akan menggunakan doa.
sagu sebagai bahan bacaan. (bahan Data sangat diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran terlampir). Best Practices ini, dalam rangka
Kegiatan Inti terdiri dari: a) Guru mengatahui sejuh mana keberhasilan
menunjukkan sebuah gambar misalnya pelaksanaan kegiatan tersebut. Teknik
tentang suasana langit di malam hari dan pengumpulan data pada kegitan ini
melakukan tanya jawab dengan siswa dilaksanakan dengan teknik wawancara,
berkaitan isi gambar; b) Siswa mengamati observasi, dan dokumentasi.
dan mengeksplorasi gambar serta Instrument yang digunakan dalam
menyebutkan salah satu benda yang ada pengumpulan data pada tindakan Best
pada gambar misalnya “bulan” atau Practices ini adalah lembar observasi,
“bintang”; c) Guru menjelaskan kepada lembar pedoman wawancara dan Rencana
siswa bahwa benda dalam gambar tersebut Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
bisa dibuat lagu tujuannya agar siswa (Instrument observasi dan hasilnya
tertarik ,perhatian dan antusias untuk terlampir).
membaca; d) Guru menuliskan sebuah syair Pada Tindakan Best Practices ini, teknik
lagu anak yang judulnya diambil dari benda analisis datanya bersifat kualitatif yaitu
langit yang berhasil ditunjukkan siswa data data yang diperoleh dalam penelitian
misalnya “Ambilkan Bulan Bu” atau ini dianalisis mulai dari hasil wawancara,
disesuaikan dengan benda dalam gambar; observasi dan pelaksanaan pembelajaran
e) Siswa mengamati syair lagu yang yang telah dilakukan kemudian data yang
dituliskan guru; f) Guru mencontohkan cara diperoleh disusun dalam bentuk deskripsi
membaca yang benar; g) Siswa menirukan atau kata-kata. Rubino Rubiyanto
bacaan yang dicontohkan oleh guru; h) (2011:71).
Guru berjanji jika siswa mau membaca Indikator kinerja yang digunakan untuk
syair lagu tersebut maka siswa akan diajak mengukur keberhasilan tindakan dalam

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Suartini, Pd.SD 38


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

pelaksanaan Best Praktis ini meliputi: hasilnya memuaskan, karena ketertarikan,


ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan perhatian, dan keterlibatan siswa dalam
siswa dalam pembelajaran membaca secara membaca mencapai 88,88%. Hasil ini telah
keseluruhan mencapai persentase minimal mampu melampui target yang ditetapkan
75%. sebagai indikator keberhasilan yaitu 75%.
Hasil Dan Pembahasan Pada tindakan yang pertama yaitu
Selama pelaksanaan kegiatan Best penulis menugaskan siswa membaca di
Pratice ini ada beberapa tantangan yang rumah, tujuan tindakan ini agar siswa
penulis alami yaitu : 1) Kurangnya terbiasa mengulang pembelajaran
kesadaran orang tua dalam mendampingi membaca yang telah mereka dapatkan di
anak ketika membaca membuat siswa sekolah, sehingga numbuhkan rasa terbiasa
kurang ingat waktu untuk membaca dalam diri siswa untuk selalu membaca.
sehingga hal ini menimbulkan rendahnya Akan tetapi setelah diamati dan diukur
minat baca siswa; 2) Materi membaca pada dengan indikator pencapaian minat
buku bacaan yang terlalu tinggi sehingga membaca yaitu ketertarikan, perhatian, dan
kurang mampu dijangkau oleh siswa keterlibatan ternyata tindakan ini hanya
sehingga mengharuskan guru untuk mampu mencapai persentase 42,85 %,
mencari bahan bacaan yang sesuai dengan dengan rincian 17 siswa kurang tertarik,
kondisi dan kemampuan siswa; 3) perhatian dan kurang terlibat dalam
Kemampuan siswa memahami bahasa membaca, dan 2 siswa mulai terlihat
Indonesia yang rendah, sehingga kata-kata tertarik, perhatian, dan terlibat dalam
atau kalimat yang disajikan dalam buku membaca, serta hanya 2 orang yang terlihat
bacaan tidak mampu mereka pahami, sangat tertarik, perhatian dan terlibat dalam
dampaknya membaca bagi siswa jadi tidak membaca.
bermakna sehingga siswa menjadi tidak Karena tindakan yang pertama masih
tertarik untuk membaca. jauh dari pencapaian target yang telah
Dalam mengatasi tantangan di atas ditetapkan sebagai keberhasilan dalam
beberapa hal yang penulis lakukan untuk meningkat minat baca siswa yaitu 75% dari
meningkatkan minat baca siswa kelas I di seluruh siswa yang berminat dalam
SD Negeri 4 Seraya Timur adalah sebagai membaca, sehingga perlu adanya upaya
berikut: 1) Penulis memberikan tugas tindakan berikutnya yaitu tindakan ke-2
membaca di rumah, hasilnya setelah yaitu dengan menuliskan bacaan sederhana
diobservasi, terlihat tindakan ini hanya di papan tulis untuk dibaca oleh siswa.
mampu meningkatkan ketertarikan, Alasan dari penggunaan tindakan ini adalah
perhatian dan keterlibatan siswa mencapai karena papan tulis merupakan media yang
42,85%; 2) Penulis menuliskan bacaan paling dominan di dalam kelas sehingga
sederhana di papan tulis untuk dibaca oleh perhatian siswa pasti akan selalu tertuju
siswa, hasil dari tindakan ini mampu pada media papan tulis sehingga begitu ada
meningkatkan ketertarikan, perhatian, bacaan yang terulis di dalamnya, siswa
keterlibatan siswa dalam membaca diharapkan akan selalu membacanya.
mencapai 46,03 %; 3) Penulis Membacakan Sehingga dengan tindakan ini siswa
buku untuk ditiru oleh siswa, hasilnya berminat untuk membaca. Hasil dari
tindakan ini mampu meningkatkan tindakan ini mengalami sedikit peningkatan
ketertarikan, perhatian dan keterlibatan yaitu menjadi 46,03%, dengan rincian 14
siswa dalam membaca mencapai 49,20 %; siswa kurang tertarik, perhatian dan terlibat
4) Penulis mengadakan kompetisi dalam membaca serta 5 siswa terlihat mulai
membaca antar siswa, ketertarikan, tertarik, perhatian, dan terlibat dalam
perhatian dan keterlibatan siswa meningkat membaca, dan hanya 2 siswa yang terlihat
menjadi 65,07%; 5) Penulis menggunakan sangat berminat dalam membaca.
“Sagu” sebagai bahan bacaan ternyata

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Suartini, Pd.SD 39


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Untuk mendapatkan hasil yang lebih penting mereka masih senang bermain.
baik, penulis menempuh tindakan yang ke- Sehingga dengan penggunaan sagu
3 yaitu membacakan buku dan siswa khususnya syair lagu anak sebagai bahan
mengikuti contoh yang diberikan. Maksud bacaan, maka siswa diharapkan akan
dari tindakan ini adalah untuk memberikan memiliki ketertarikan, perhatian dan
pemahaman bahwa setiap kalimat yang akhirnya mau terlibat dalam kegiatan
dibaca memiliki arti, sehigga dengan membaca. Ternyata pertimbangan penulis
pelafalan dan pengucapan intonasi yang tepat, karena tindakan ini mampu
benar maka maksud kalimat bisa dipahami meningkatkan ketertarikan, perhatian dan
oleh siswa. Dengan demikian diharapkan keterlibatan siswa dalam membaca. Ketika
siswa memiliki ketertarikan, perhatian dan penulis mengobservasi kegiatan siswa
akhirnya aktif terlibat dalam kegiatan dalam membaca dengan menggunakan
membaca. Hasilnya mengalami lembar observai, siswa terlihat begitu
peningkatan menjadi 49,20% dengan tertarik, sangat perhatian dan mereka begitu
rincian 11siswa kurang tertarik, perhatian antusias untuk terlibat dalam kegiatan
dan terlibat dalam membaca serta 8 siswa membaca. Hasil dari tindakan ini ternyata
mulai terlihat tertarik, perhatian dan terlibat mampu meningkatkan persentase minat
dalam membaca, dan masih 2 siswa yng baca siswa yaitu menjadi 88,88% dengan
terlihat sangat berminat dalam membaca. rincian 16 siswa terlihat sangat tertarik,
Tindakan ini juga belum mencapai target perhatian dan terlibat dalam membaca,
yang ditetapkan sehingnga harus serta 2 siswa mulai tertarik, perhatian dan
menempuh tindakan yang ke-4. terlibat dalam membaca dan terlihat hanya
Tindakan yang ke-4 yaitu mengadakan 3 siswa yang masih terlihat kurang tertarik,
kompetisi membaca antar siswa dan perhatian dan terlibat dalm kegiatan
memberikan hadiah bagi yang menang. membaca.
Maksud dari tindakan ini adalah untuk Berdasarkan fakta-fakta yang telah
membangkitkan semangat dan motivasi ditemukan dan dipaparkan dalam hasil dan
siswa dalam membaca seningga mereka pembahasan pada laporan Best Praktis ini,
berminat dalam membaca. Sesuai dengan maka penulis telah menempuh lima
indikator yang digunakan untuk mengukur tindakan. Dari ke lima tindakan tersebut
pencapaian minat siswa, tindakan ini yang membawa hasil terbaik adalah
mampu meningkatkan minat baca siswa tindakan yang ke-5 yaitu dengan
menjadi 65,07% atau 3 siswa terlihat menggunakan sagu sebagai bahan bacaan
kurang tertarik, perhatian, dan terlibat siswa. Jika dilihat dari kondisi awal,
dalam membaca, serta 16 siswa mulai tindakan yang diupayakan hanya mampu
terlihat tertarik, perhatian dan terlibat meningkatkan minat baca maksimal
dalam membaca, dan masih 2 siswa yang 65,07%. Dengan menggunakan sagu
terlihat sangat berminat dalam membaca. sebagai bahan bacaan meningkat menjadi
Tindakan ini juga belum mampu mencapai 88,88%. Sehingga fakta ini menjadi
target minat baca yang ditetapkan sebagai pembuktian bahwa sagu sangat efektif
tingkat keberhasilan. diterapkan untuk meningkatakan minat
Dengan fakta tersebut penulis baca siswa khususnya siswa kelas I di SD
memutuskan untuk menempuh tindakan Negeri 4 Seraya Timur.
yang ke-5 yaitu dengan menggunakan Dalam rangka memperjelas uraian di
“sagu” sebagai bahan bacaan siswa. Alasan atas, maka berikut ini disajikan peningkatan
yang mendasari penggunaan sagu sebagai minat baca siswa dalam bentuk grafik
bahan bacaan siswa dilandasi oleh sebagai berikut :
pertimbangan bahwa siswa kelas I masih
berada pada tahap senang dengan hal-hal
yang ceria, menghibur dan yang paling

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Suartini, Pd.SD 40


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

menjadi lebih mudah dan bermakna; 3)


Bagi sekolah dapat mencetak generasi
bangsa yang “literat” sehinnga membaca
menjadi budaya di sekolah
Daftar Pustaka
Broto, A.S. (1990). Pengajaran Bahasa
Indonesia Sebagai Bahasa Kedua di
Sekolah Dasar Berdasarkan Pendekatan
Linguistik Konstruktif: Bulan
Bintang
Penutup
Dalman. 2013. Keterampilan Membaca.
Simpulan
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Berdasarkan hasil dan pembahasan
Departemen Pendidikan Nasioanal. 2001.
dalam laporan Best Practices ini, maka
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
dapat disimpulkan bahwa penggunaan sagu
Jakarta: Balai Pustaka
sebagai bahan bacaan telah berhasil
Djamarah, S.B. (2011). Psikologi Belajar.
mencapai kreteria keberhasilan yang
Jakarta: Rineka Cipta
ditetapkan yaitu minimal tindakan yang
Ginting, Alfred. (2017). Manfaat Syair
dilaksanakan mampu mencapai persentase
Lagu pada Perkembangan Anak.
75% pada setiap indikatornya karena fakta
Detiknews. (https://m:detik.com
inilah menjadi pembuktian telah terjadinya
diakses pada tanggal 06 Nopember
peningkatan minat baca pada siswa. Fakta
2019)
peningkatan minat baca pada siswa kelas I
Hayon, J. (2003). Membaca dan menulis
dapat dibuktikan sebagai berikut: 1)
Wacana. Jakarta: Storia Grafika
Sebelum penggunaan sagu sebagai bahan
Hurlock, E.B. 1978. Perkembangan Anak.
bacaan siswa, tindakan-tindakan yang
Jakarta: Erlangga
dilaksanakan hanya mampu mencapai
Kosadi, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar
persentase maksimal 65,07%; 2) Setelah
Bahasa Indonesia. Jakarta: Binacipta
dilaksanakan tindakan dengan
Muzzaki, A. 2006. Kesusastraan Arab
menggunakan sagu sebagai bahan bacaan
(Pengantar Teori dan Terapan).
siswa, persentase ketertarikan, perhatian
Jogjakarta: AR-Ruzz Media
dan keterlibatan siswa dalam membaca
Nurita. 2011. Seni Budaya dan
meningkat menjadi 88.88%.
Keterampilan. Jakarta: Yudistira
Rekomendasi
Permendikbud. No. 23. Tahun 2015.
Keberhasilan kegiatan Best Practices ini
Tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
tidak terlepas dari segala kekurangan,
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
sehingga demi kesempurnaan tindakan
Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa
selanjutnya sangat diharapkan adanya
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
saran-saran dari berbagai pihak. Demikin
Prastyono, Dwi Sunar. 2008. Rahasia
laporan ini, semoga bermanfaat untuk dunia
Mengajarkan Gemar Membaca pada
pendidikan khususnya bagi: 1) Siswa dapat
Anak Sejak Dini. Jogjakarta: Think
memiliki minat baca yang baik sehingga
Jogjakarta.
menjadi pondasi yang kuat untuk
Robbins, S. (2001). Perilaku Organisasi.
mempelajari berbagai bidang ilmu
Jakarta: Gramedia
pengetahuan yang bermanfaat bagi diri
Rahim, F. 2007. Pengajaran Membaca di
sendiri, keluarga, masyarakat dan negara;
Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
2) Guru dapat memilih dan menentukan
Rubiyanto, Rubina. 2011. Metode
tindakan terbaiknya untuk menyajikan
Penelitian Pendidikan. Surakarta:
kegiatan pembelajaran yang membuat
PSKGJ FKIP UMS.
siswa merasa nyaman untuk belajar,
sehingga proses transfer pengetahuan

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Suartini, Pd.SD 41


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Suryabrata, S. (2006). Psikologi


Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Soenardi, dan S. Wulan. 2009. Hidangan
Nikmat Bergisi dari Bumi Indonesia.
Departemen Pertanian Republik
Indonesia. PT. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta
Sandjaja, Liliawati. (2005) Psikologi
Pendidikan Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Jakarta: Kencana
Sri Hesti Wuryani, Djiwandono. 2006.
Psikologi Pendidikan. PT Gramedia
Widia sarana: Indonesia
Sunarjo, N. 2001. Analisis Struktural dan
Nilai Budaya Syair Bertema Sejarah.
Jakarta: Pusat Bahasa Depdikbud.
Witanto, Junan. 2018. Minat Baca yang
Sangat Rendah. Diakses dari
(https://www.researchgate article
pada tanggal 29 September 2019

JURNAL INOVASI | Ni Wayan Suartini, Pd.SD 42


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI


PENERAPAN METODE PEMBERIAN BALIKAN
PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Oleh
NI NENGAH TUNJUNG

Abstrak
Permasalahan yang diajukan pada penelitian ini adalah : “Apakah penerapan pembelajaran
dengan meode pemberian balikan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada
pembelajaran matematika Kelas VI SDN 7 Subagan, Kecamatan Karangasem Tahun Pelajaran
2019/2020?” Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas VI Semester I SD 7 Subagan dengan
jumlah 30 orang. Untuk keperluan pengumpulan data dipergunakan metode observasi, tes
prestasi belajar siswa dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi
dan prestasi belajar siswa. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
kualitatif deskriptif. Berdasarkan uraian kajian pustaka tentang pendapat para ahli dan rencana
tindakan, hipotesis yang diajukan dapat disimpulkan bahwa penerepan metode pemberian
balikan terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran matematika
Kelas VI di SDN 7 Subagan Tahun Ajaran 2019/2020 dengan hasil sebagai berikut yaitu
capaian prestasi belajar siswa pra siklus yang hanya sebesar 29,33% dengan tingkat ketuntasan
0% meningkat pada siklus I dengan capaian prestasi belajar sebesar 59,33% dengna tingkat
ketuntasan sebesar 53,33% dan meningkat kembali pada siklus II dengan capaian prestasi
belajar siswa sebesar 77,76% dengan tingkat ketuntasan sebesar 90,00%. Capaian tersebut
telah melampaui indikator kinerja penelitian ini dengan standar acuan minimal capian prsasi
sebesar 65% pada tingkat ketuntasan sebesar 85%.

Kata Kunci: Metode Pemberian Balikan, Prestasi Belajar.

Pendahuluan Setiap akan mengajar, guru perlu


Tugas utama guru adalah bertanggung membuat persiapan mengajar dalam rangka
jawab membantu siswa dalam hal belajar. melaksanakan sebagian dari rencana
Dalam proses belajar mengajar, guru yang bulanan dan rencana tahunan. Dalam
menyampaikan pelajaran, memecahkan perisiapan itu sudah terkandung tentang,
masalah-masalah yang terjadi dalam kelas, tujuan mengajar, pokok yang akan
membuat evaluasi belajar siswa, baik diajarkan, metode mengajar, bahan
sebelum, sedang maupun sesudah pelajaran pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi
berlangsung (Combs Athurs W, 1984 yang digunakan. Karena itu setiap guru
dalam Yulianti, 2012). Proses pembelajaran harus memahami benar tentang tujuan
yang dilakukan guru memang dibedakan mengajar, secara khusus memilih dan
keluasan cakupannya, tetapi dalam konteks menentukan metode mengajar sesuai
kegiatan belajar mengajar mempunyai dengan tujuan yang hendak dicapai, cara
tugas yang sama. Maka tugas mengajar memilih, menentukan dan menggunakan
bukan hanya sekedar menuangkan bahan alat peraga, cara membuat tes dan
pelajaran, tetapi teaching is primarily and menggunakannya, dan pengetahuan
always the stimulation of learner tentang alat-alat evaluasi.
(Wetherington, 1986). Ada dua kategori acuan keberhasilan
pembelajaran belajar yaitu secara
JURNAL INOVASI | Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui 43
http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

perorangan dan secara klasikal. pelaksanaan yang mungkin dilaksanakan


Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar adalah: 1) Pelaksanaan pembelajaran yang
mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, menggunakan media kongkret; 2)
1994), yaitu seorang siswa telah tuntas Pelaksanaan pembelajaran yang
belajar bila telah mencapai skor 65% atau mengedepankan bimbingan individu; 3)
nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar Pelaksananaan pembelajaran yang
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang mengedepankan balikan, masukan dan
telah mencapai daya serap lebih dari atau saran kepada setiap hasil karya siswa; 4)
sama dengan 65%. Atau dengan kata lain Memberi penguatan berupa komenter baik
capaian rata-rata kemampuan individual lisan maupun tertulis
siswa adalah 65%, dimana siswa yang Antara permasalahan, identifikasi dan
mencapai standar telah berjumlah minimal alternatif permasalahan yang dianalisis di
85% dari seluruh siswa di kelas tersebut. atas dapat ditarik benang merah bahwa
Berdasarkan observasi awal dalam permaslaahan pokok yang terjadi adalah
pembelajaran yang peneliti selenggarakan kurangnya mitivasi belajar siswa yang
di SDN 7 Subagan khususnya pada mata menyebabkan rendahnya Prestasi Belajar.
pelajaran matematika belum mencapai Intinya adalah motivasi belajar siswa dapat
tujuan yang diharapkan. Sesuai dengan ditingkatkan dengan penerapan metode
kaedah pencapaian target minimal yaitu pemberian balikan terhadap hasil karya
capaian Prestasi Belajar sebesar 65% siswa sekecil apapun. Melalui penerapan
dengan tingkat ketuntasan sebesar 85% pemberian balikan diharapkan semangat,
belum tercapai. Data menunjukkan bahwa minat dan motivasi belajar siswa akan
capaian prestasi belajar siswa hanya meningkat sehingga dapat meningkatkan
30,33% dengan tingkat ketuntasan 6,67%. Prestasi Belajar siswa.
Hal ini disebabkan oleh pemahaman siswa Dari latar belakang masalah tersebut,
dalam pembelajaran matematika kelas V maka perlu dilakukan penelitian
semester I tentang debit masih sangat “Meningkatkan Prestasi Belajar siswa
rendah. Beberapa hal yang peneliti melalui metode pemberian balikan pada
identifikasi sebagai penyebab masalah pembelajaran matematika Kelas VI
adalah : 1) Pemahaman siswa tentang Semester I di SDN 7 Subagan Kecamatan
konsep bahwa volume bangun ruang sama Karangasem Tahun Pelajaran 2019/2020”.
dengan isi suatu wadah tertentu belum kuat; Kajian Teori
2) Pemahaman siswa tentang nilai Metode Pemberian Balikan
kesetaraan antar satuan panjang dan Dengan mengutip pandangan menurut
volume masih belum baik; 3) Kurang Cardelle dan Corno, pemberian balikan
maksimalnya kebermaknaan pembelajaran adalah pemberian informasi kepada siswa
yang diselenggarakan karena belum tentang hasil kerjanya dalam mengerjakan
melibatkan benda konkret; 4) Kurangnya tes atau latihan, (Rustiyah 1991).
bimbingan berupa penguatan pada siswa Sedangkan menurut Daw dan Gage,
terhadap individu siswa sehingga sulit mengemukakan bahwa pemberian balikan
menumbuhkan minat siswa dalam belajar adalah pemberian informasi kepada peserta
matematika; 5) Kurangnya guru memberi didik sampai sejauh mana ia telah mencapai
balikan dalam bentuk komentar baik lisan tujuan pembelajaran yang telah
maupun tertulis pada siswa sehingga siswa dirumuskan, (Rustiyah, 1991). Demikian
kurang termotivasi dalam kegiatan pula Kulik dan Kulik, mengemukakan
pembelajaran pemberian balikan adalah pemberian
Berdasarkan hasil refleksi terhadap informasi kepada siswa seberapa jauh ia
penyelenggaraan pembelajaran yang talah memahami isi pembelajaran sesuai
peneliti laksanakan sebelumnya di atas dengan tes dan latihan yang diberikan guru
penulis mengidentifikasi solusi kepadanya, (Rustiyah, 1991). Begitupula

JURNAL INOVASI | Ni Nengah Tunjung 44


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Measn, dkk, memberi definisi pemberian kepandaian akal budi sang guru dalam
balikan adalah suatu komunikasi antara memberikan balikan. Cara pemberi balikan
guru dan siswa dalam hal memudahkan dapat bersifat positif dan dapat negative.
siswa memperbaiki kekurangannya dalam (Jarolimek dan Foster, 1978 dalam
proses pembelajaran. Benne dkk, (1975) Rustiyah, 1991).
dalam Rustiyah, (1991). Menyatakan Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
bahwa dengan pemberian balikan siswa Belajar merupakan proses orang
akan mengetahui kesalahan/kekurangan memperoleh kecakapan, keterampilan, dan
dan penilain serta komentar yang diberikan sikap. Neisser (1976) menyebutkan bahwa
oleh guru tentang tampilannya dalam siswa-siswa membutuhkan pengetahuan
mengerjakan tes atau latihan dengan awal, dan memiliki keyakinan, kepercayaan
maksud agar memudahkan siswa dalam yang masih semu, di samping itu siswa-
memperbaikinya. Skodmore, dkk. dalam siswa memiliki banyak pengharapan akan
Rustiyah, (1991). mendefinisikan sesuatu, pada masa itu siswa-siswa
pemberian balikan adalah informasi yang membutuhkan banyak belajar dan
diberikan kepada siswa setalah ia memungkinkan memberi pengetahuan
memberikan respon atas tes atau latihan kepadanya, (Muktar dan Yamin, 2003).
yang diberikan guru setelah melakukan Gagne (1984) mendefinisikan belajar
proses pembelajaran sesuai denga program sebagai suatu proses di mana organisma
yang dirancang oleh guru, (Rustiyah, berubah perilakunya diakibatkan
1991). pengalaman. Demikian juga Harold Spear
Menurut Rustiyah (1991) ada dua cara mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari
pemberian balikan, sebagia berikut: pengamatan, pendengaran, membaca, dan
Pemberian Balikan Secara Simbol, yaitu meniru (Muktar dan Yamin, 2003). Proses
pemberian informasi guru kepada siswa belajar telah dimulai sejak kecil, pada umur
secara tertulis yang dituangkan pada lembar 6 s.d 7 tahun. Masa ini menurut Ph. A.
jawaban hasil kerja siswa dalam Kohnstamm adalah masa estetika/masa
mengerjakan tes atau latihan, dengan keindahan, siswa memandang dan
memberikan tanda benar (B) pada jawaban mengamati dunia sekelilingnya dengan
yang benar, dan memberikan tanda salah suatu keindahan (Muktar dan Yamin,
(S); 2) Pemberian Balikan Secara 2003).
Ekspositorik, yaitu pemberian informasi Pada usia dini siswa-siswa banyak
guru kepada siswa secara tertulis yang bertanya tetang apa yang ia lihat dan belajar
dituangkan pada lembar jawaban hasil kerja mengenali sesuatu melalui lingkungannya,
siswa dalam mengerjakan tes atau latihan, seperti siswa ingin tahu tentang kelapa, ia
yaitu dengan memberikan tanda benar (B) bertanya kepada ibu, “ini apa, bu?”, tentu
pada jawaban yang benar, dan memberikan sang ibu menjawa; “ini kelapa”, kemudian
tanda salah (S) sekaligus memberi siswa bertanya lagi, “itu apa?”, ibu
penjelasan singkat/terperinci atas menjawab “kelapa”, yang tadi kelapa hijau,
kesalahannya dan petunjuk perbaikan; 3) dan ini kelapa kuning”, pertanyaan siswa
Kebijaksanaan Pemberian Balikan, yaitu siswa berlanjut terus, ayah, ibu, dan
pemberian balikan dalam bentuk informasi orangtua memiliki peran besar dalam
atau pemberitahuan dari guru kepada siswa membimbing, mengarahkan belajar siswa
tentang kekurangan-kekurangannya atau pada usia ini (ayah, ibu, dan keluarga
tentang kesalahan-kesalahannya. merupakan pendidik utama). Jika
Kemungkinan yang timbul dalam pertanyaan siswa tidak dijawab,
pemberian balikan dapat menjadikan siswa pengalamannya tidak bertambah. Peran
apatis, patah semangat, atau patah hati, dan aktif ayah, ibu, dan orang tua diharapkan
menjadi pendorong semangat belajar. Hal sewaktu mengajak siswa bermain-main,
demikian tergantung kebijaksaan atau ayah, ibu, kakak, kakek, dan nenek lebih

JURNAL INOVASI | Ni Nengah Tunjung 45


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

banyak mengenalkan sesuatu kepada siswa, siswa kelas IV SDN 2 Penjangka.


walaupun siswa tidak bertanya, kita yang Penelitian ini menggunakan penelitian
melempar pertanyaan kepadanya, seperti; tindakan (action research) tiga siklus; dan
“itu apa?’, “itu ayam”, penjelasan tentang 3) Penelitian yang diselenggarakan oleh
sesuatu sebaiknya diulang, seperti; ayam, Yunarni Yunarni yang berjudul
dan sebagainya. Peningkatan Prestasi dan Motivasi Belajar
Sementara itu Prestasi Belajar adalah Matematika melalui Metode Pemberian
suatu hasil yang dicapai setelah ia melalui Feedback (Balikan) pada Siswa Kelas II
suatu proses belajar yang berwujud angka SDN 3 Karangpatihan Kabupaten
simbol-simbol yang menyatakan Ponorogo.
kemampuan siswa dalam suatu materi Metode Penelitian
pelajaran tertentu. Menurut Ahmadi dan Penelitian ini merupakan penelitian
Supriyanto (1990:130). Prestasi belajar tindakan yaitu penelitian tentang hal-hal
dapat dicapai jika telah melalui proses yang terjadi dimasyarakat atau sekolompok
belajar. Sebelum mendapatkan prestasi sasaran, dan hasilnya langsung dapat
belajar terlebih dahulu dilaksanakan proses dikenakan pada masyarakat yang
belajar. Di dalam proses belajar itu bersangkutan (Arikunto, 2002). Sukidin
ditentukan oleh beberapa faktor, antara dkk. (2002) ada 4 macam bentuk penelitian
lain: (1) faktor stimulus belajar, (2) faktor tindakan, yaitu: (1) penelitian tindakan guru
metode belajar, (3) faktor individual. sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan
(Ahmadi dan Supriyanto 1990). kolaboratif, (3) penelitian tindakan
Prestasi belajar dapat dicapai jika telah simultan terintegratif, dan (4) penelitian
melalui proses belajar yang ditentukan oleh tindakan sosial eksperimental. Penelitian
beberapa faktor, antara lain: 1) faktor ini mengacu pada perbaikan pembelajaran
stimulus belajar, 2) faktor metode belajar, yang berkesinambungan. Kemmis dan
3) faktor individual. (Ahmadi dan Taggart, (1988) dalam Jumaiyah, (2014)
Supriyanto 1990). menyatakan bahwa model penelitian
Sebagai acuan dalam pelaksanan tindakan adalah berbentuk spiral.
penelitian ini untuk memberikan gambaran Sesuai dengan jenis penelitian yang
pelaksanaan penelitian yang memanfaatkan dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
metode pemberian balikan untuk penelitian ini menggunakan model
meningkatkan hasil belajar matematika penelitian tindakan dari Kemmis dan
adalah sebagai berikut : 1) Penelitian yang Taggart (1988:14) dalam Jumaiyah, (2014),
diselenggarakan oleh M. Najamuddin yang yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu
berjudul Pengembangan Pembelajaran ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus
dengan Pemberian Balikan terhadap Hasil meliputi planning (rencana), action
Belajar IPS pada Siswa Kelas V di SD (tindakan), observation (pengamatan), dan
Negeri 1 Praya Tengah yang dipublikasikan reflection (refleksi), dengan langkah seperti
pada 10 April 2016, yang menemukan gambar ini:
bahwa melalui hasil peneilitian ini
menunjukkan bahwa pembelajaran
penemuan terbimbing memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa; 2) Penelitian yang diselenggarakan
olah Suratman yang berjudul Matematika
dengan Menerapkan Metode Pemberian
Balikan Pada Siswa Kelas VI SD bertujuan
untuk mengungkap keffektifan
pembelajaran dengan pemberian balikan
terhadap hasil belajar, matematika tehadap

JURNAL INOVASI | Ni Nengah Tunjung 46


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga Dalam tahap penyelesaian, kegiatan


siklus/putaran.Observasi dibagi dalam tiga yang dilakukan meliputi: 1) menyusun draf
putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3, dimana laporan penelitian, (2) mendiskusikan draf
masing putaran dikenai perlakuan yang laporan penelitian, (3) merevisi draf
sama (alur kegiatan yang sama) dan laporan penelitian, (4) menyusun naskah
membahas satu sub pokok bahasan yang laporan penelitian, dan (5) menggandakan
diakhiri dengan tes formatif di akhir masing laporan penelitian.
putaran. Dibuat dalam tiga putaran Instrumen yang digunakan dalam
dimaksudkan untuk memperbaiki sistem penelitian ini yaitu tes prestasi belajar
pengajaran yang telah dilaksanakan. siswa. Tes ini disusun berdasarkan tujuan
Subyek penelitian adalah siswa-siswi pembelajaran yang akan dicapai, digunakan
Kelas VI SDN 7 Subagan, Kecamatan untuk mengukur kemampuan pemahaman
Karangasem, Kabupaten Karangasem konsep matematika pada pokok bahasan
tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah tentang pengukuran volume per waktu
30 siswa. Obyek penelitian ini adalah dalam pemecahan masalah. Bentuk soal
prestasi belajar siswa pada penerapan yang diberikan adalah soal essay sebanyak
metode balikan pada pembelajaran 5 soal dengan skor 2 seperti disertakan
matematika kelas VI SD. Prestasi Belajar dalam lampiran laporan penelitian ini.
adalah suatu hasil yang dicapai setelah ia Instrumen yang lain yang digunakan
melalui suatu proses belajar yang berwujud adalah lembar observasi aktivitas belajar
angka simbol-simbol yang menyatakan siswa untuk mengetahui tingkat aktivitas
kemampuan siswa dalam suatu materi pada proses pembelajaran. Data ini
pelajaran tertentu. Menurut Ahmadi dan diperlukan untuk mendukung deskripsi
Supriyanto (1990:130). hasil belajar pada bagian deskripsi hasil
Pelaksanaan kegiatan penelitian tersebut penelitian ini. Bentuk lebar observasi
dilaksanakan sesuai dengan rancangan seperti disertakan dalam lampiran laporan
jadwal mata pelajaran di kelas, yang penelitian ini.
didiskusikan terlebih dahulu dengan teman Data penelitian yang diperoleh pada
sejawat yang akan mendampingi peneliti penelitian ini dikumpulkan dengan
dalam pelaksanaan penelitian. Penyusunan menggunakan metode tes prestasi belajar.
jadwal penelitian didahului dengan Tes prestasi belajar merupakan sistem
penyusunan program pelaksanaan. Adapun pengukuran terhadap prestasi belajar siswa
program pelaksanaan penelitian tindakan dengan menggunakan instrumen tes
kelas yang telah guru rancang sesudah prestasi belajar. Selain tes prestasi belajar
melalui koordinasi dengan Kepala Sekolah data pendukung lain yang diamati adalah
SDN 7 Subagan untuk mendapatkan izin aktivitas belajar siswa dari proses belajar
pelaksanaan. yang berlangusng. Bentuk instrumennye
berupa lembar observasi yang hasilnya
berupa deskripsi pernyataan “ya” dan
“tidak” dari beberapa kreteria aspek yang
diamati dari tahapan pendahuluan, kegiatan
inti dan kegiatan penutup pembelajaran.
Metode analisis data yang digunakan
pada penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif yaitu proses pengolahan data
mentah sampai data yang siap
Penelitian ini dilakukan melalui tiga dipublikasikan dan dikomunikasikan bagi
tahap, yaitu: 1) tahap persiapan, 2) tahap pihak lain yang berkepntingan dengan hasil
pelaksanaan, dan 3) tahap penyelesaian. penelitian ini dengan cara pengolahan
statistik sederhana yang hasilnya bersifat

JURNAL INOVASI | Ni Nengah Tunjung 47


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

kualitatif sehingga mudah dideskripsikan mencapai target yang diharapkan maka


dan dipahami pembaca. penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan
Berdasarkan data mentah yang telah hasil sebagai berikut yang telah
terkumpul maka langkah berikutnya adalah menunjukkan hasil yang mengembirakan
mengolah data tersebut sehingga menjadi dimana prestasi dan ketuntasan belajar
data kualitatif yang mudah dideskripsikan, telah terlampaui. Capaian prestasi belajar
yaitu dengan mencari 1) rata-rata kelas; 2) siklus II telah melampuai standar yaitu
daya serap dan 3) ketuntasan dengan 77,67% dari 65% yang diharapkan.
menggunakan rumus, seperti berturut-turut: Demikian halnya dengan ketuntasan belajar
siswa telah mencapai 91,00% dari 85%
yang diharapkan.
Pembahasan
Pelaksanaan pembelajaran matematika
tentang volume bangun ruang, kesetaraan
antar satuan dan debit yang memiliki
konsep mendasar bagi siswa dalam
pemahaman konsep-konsep berikutnya
Indikator kinerja merupakan acuan menemukan beberapa permasalahan dalam
keberhasilan penelitian tindakan kelas. pelaksanaan pembelajaran. Berangkat dari
Pada penelitian tindakan kelas ini acuan ide awal melaksanakan penelitian tindakan
indikator kinerja yang dijadikan acuan kelas untuk meningkatkan prestasi belajar
keberhasilan pelaksanaan penelitian ini dengan menggunakan metode pemberian
adalah jika telah mencapai rata-rata prestasi balikan telah memperoleh hasil yang
belajar sebesar 65, dengan tingkat memuaskan.
ketuntasan kelasikal sebesar 85% Proses perjalanan kegiatan penelitian
(Depdikbud, 1994). tindakan kelas dari siklus I dan siklus II
Hasil Penelitian Dan Pembahasan berjalan lancar. Pada pelaksanaan
Deskripsi Hasil Penelitian penelitian tindakan kelas siklus I banyak
Kegiatan pembelajaran pra siklus siswa yang belum aktif mengikuti kegiatan
merupakan pembelajaran yang pembelajaran yang dilaksanakan. Guru
dilaksanakan sebelum direncanakannya teleh berupaya melaksanakan pembelajaran
penelitian tindakan kelas dari jumlah siswa dengan sebaik mungkin tetapi masih
sebanyak 30 orang, tidak satupun telah banyak siswa yang belum maksimal
memperoleh nilai lebih dari 65. Dengan mengikuti dan menyerap materi pelajaran
total jumlah nilai 910 maka diperoleh rata- yang disajikan karena tidak fokus
rata sebanyak 30,33. mengikuti kegiatan pembalajaran.
Capaian prestasi dan ketuntasan belajar Beranjak ke siklus II, ketika pelaksanaan
pada siklus I telah mengalami peningkatan metode balikan secara intensif
dibandingkan perolehan pada siklus I. dilaksanakan pada pelaksanaan
Berdasarkan data dapat dijelaskan bahwa pembelajaran maka telah nampak banyak
capaian prestasi siswa berdasarkan daya siswa yang fokus mengikuti kegiatan
serap individual memperoleh 59,33% pembelajaran. Keaktivan siswa dalam
masih di bawah acuan yang ditetapkan mengikuti pemelajaran nampak dari
yaitu 65,00%. Ketuntasan belajar siswa keterlibatan mereka untuk bergabung
juga masih sangat rendah dimana pada dalam kelompok belajar yang dibuat.
siklus I ini baru mencapai 53,33% dari 85% Mereka aktif berdiskusi dan bertanya jawab
yang diharapkan. Sehngga penelitian terkait materi yang disajikan.
dilanjutkan ke siklus II. Peningkatan prestasi belajar dari
Berdasarkan capain prestasi dan tahapan pra siklus, siklus I dan siklus II
ketuntasan belajar siklus I yang belum disebabkan oleh penerapan metode balikan

JURNAL INOVASI | Ni Nengah Tunjung 48


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

yang dapat meningkatkan motivasi belajar meningkatnya prestasi belajar siswa seperti
siswa terhadap beberapa hal yaitu : 1) tampak pada tabel di atas. Secara lebih jelas
Pemahaman siswa tentang konsep bahwa di bawah ini digambarkan secara visual
volume bangun ruang sama dengan isi peningkatan prestasi belajar seperti nampak
suatu wadah tertentu belum kuat; 2) pada grafik di bawah ini :
Pemahaman siswa tentang nilai kesetaraan
antar satuan panjang dan volume masih
belum baik; 3) Kurang maksimalnya
kebermaknaan pembelajaran yang
diselenggarakan karena belum melibatkan
benda konkret; 4) Kurangnya bimbingan
berupa penguatan pada siswa terhadap
individu siswa sehingga sulit
menumbuhkan minat siswa dalam belajar
matematika; 5) Kurangnya guru memberi
balikan dalam bentuk komentar baik lisan
maupun tertulis pada siswa sehingga siswa
kurang termotivasi dalam kegiatan Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
pembelajaran. dan Ketuntasannya
Penerapan metode balikan pada Pemberian balikan seperti itu telah
pembelajaran mata pelajaran matematika peneliti laksanakan pada pelaksanakan
pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas penelitian siklus I dan II sehingga
ini akhirnya dapat meningkatkan prestasi menyebabkan motovasi dan minat siswa
belajar siswa dengan beberapa hal yang untuk belajar akan meningkat.
nampak yaitu : 1) Pemahaman siswa Meningkatnya motivasi siswa untuk belajar
terhadap konsep bangun ruang telah akan menambah semangat siswa dalam
meningkat; 2) Pemahaman siswa tentang mengerjakan tugas yang diberikan guru.
kesetaraan antar satuan panjang dan Perhatian terhadap hasil karya siswa yang
volume meningkat; 3) Pelaksanaan dalam hal ini adalah pemberian balikan
pembelajaran telah melibatkan benda berupa komentar tertulis maupun tidak
kongkret; 4) Pelaksanaan metode balikan terhadap karya siswa telah memberikan
pada penelitian ini telah menumbuhkan kesan positif untuk menumbuhkan motivasi
minat belajar siswa pada pembelajaran siswa yang berujung pada pestasi belajar
matematika; 5) Motivasi siswa pada siswa yang meningkat.
pembelajaran matematika dengan Kesimpulan
menggunakan metode balikan meningkat. Berdasarkan uraian kajian pustaka
Peningkatan prestasi belajar tersebut tentang pendapat para ahli dan rencana
disebabkan oleh tindakan pelaksanaan tindakan, hipotesis yang diajukan dapat
pembelajaran yang menggunakan metode disimpulkan bahwa penerepan metode
pemberian balikan. Pelaksanaan penelitian pemberian balikan terbukti dapat
tindakan kelas yang memiliki langkah- meningkatkan prestasi belajar siswa pada
langkah pembelajaran yang pembelajaran matematika Kelas VI di SDN
mengedepankan pemberian balikan telah 7 Subagan Tahun Ajaran 2019/2020
dapat meningkatkan motivasi dan minat dengan hasil sebagai berikut yaitu capaian
siswa untuk belajar. Keadaan seperti itu prestasi belajar siswa pra siklus yang hanya
telah berdampak kepada kepercayaan diri sebesar 30,33% dengan tingkat ketuntasan
siswa dalam belajar sehingga siswa aktif 6,67% meningkat pada siklus I dengan
dalam melaksanakan tugas yang diberikan. capaian prestasi belajar sebesar 59,33%
Sebagai hasil akhir sebagai dampak dari dengna tingkat ketuntasan sebesar 53,33%
serangkaian tindakan tersebut adalah dan meningkat kembali pada siklus II

JURNAL INOVASI | Ni Nengah Tunjung 49


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

dengan capaian prestasi belajar siswa pada Siswa Kelas V di SD Negeri 1


sebesar 77,76% dengan tingkat ketuntasan Praya Tengah
sebesar 90,00%. Capaian tersebut telah (https://www.neliti.com/id/publicatio
melampaui indikator kinerja penelitian ini ns/273098/pengembangan-
dengan standar acuan minimal capian pembelajaran-dengan-pemberian-
prsasi sebesar 65% pada tingkat ketuntasan balikan-terhadap-hasil-belajar-ips-
sebesar 85%. pa, tanggal akses 22 Oktober 2019)
Melalui penelitian ini peneliti berharap Rustiyah, (1991). Strategi Belajar
mendapat masukan dan saran dari Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
pembimbing tentang beberapa kelemahan Sukidin, (2002). Manajemen Penelitian
dan kekurangan yang mungkin terdapat Tindakan Kelas. Surabaya: Insan
dalam penelitian ini untuk mendapat Cendekia.
perbaikan sehingga menjadi laporan Suratman, 2018. Matematika dengan
penelitian yang benar dan ilmiah. Demikain Menerapkan Metode Pemberian
pula peneliti berharap semoga penelitian Balikan Pada Siswa Kelas VI SD
yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi : SDN 2 Penjangka,
1) Siswa dalam meningkatkan prestasi (https://media.neliti.com/media/publi
belajarnya; 2) Guru dalam meningkatkan cations/274389-matematika-dengan-
kompetensi dan kemampuannya dalam menerapkan-metode-pemb-
menyelenggarakan pembelajaran dan d64e7e0a.pdf, tanggal akses 22
menyelenggarakan penelitian tindakan di Oktober 2019)
kelasnya; 3) Sekolah dapat memiliki Wetherington, (1986). Teknik-teknik
peluang untuk maju atas dukungan siswa Belajar dan Mengajar. (terjemahan)
yang antusias belajar dan guru yang Bandung: Jemmars.
profesional; 4) Dunia pendidikan dapat Yulianti, (2012). Penggunaan Metode
meningkatkan kualitasnya khususnya pada Diskusi untuk Meningkatkan
jenjang pendidikan dasar. Pemahaman Siswa pada Materi
Daftar Pustaka Perkembangan Teknologi
Ahmadi dan Supriyanto (1990). Faktor- Komunikasi di KElas IV SDN
faktor yang Mempengaruhi Prestasi Cibeber I Kecamatan Cibeber
Belajar. Bandung: Remaja Kabupaten Cianjur. Penelitian
Rosdakarya. Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran
Arikunto, (2002). Prosedur Penelitian IPS Kelas IV SDN 1 Cibeber I
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Kecamatan Cibeber Kabupaten
Rineksa Cipta. Cianjur. Universitas Pendidikan
Depdikbud, (1994). Pedoman Pelaksanaan Indonesia: http://a-
Kurikulum Pendidikan Dasar- research.upi.edu/operator/upload/s_p
Sekolah Dasar. Jakarta : BP Dharma gsd_1008040_bibliography.pdf
Bakti (tanggal akses 22 Oktober 2019)
Jumaiyah, (2014). Guru dalam Proses Yunarni, 2019. Peningkatan Prestasi dan
Belajar Mengajar. Motivasi Belajar Matematika melalui
http://digilib.uinsby.ac.id/1386/9/Daf Metode Pemberian Feedback
tar%20Pustaka.pdf (tanggal akses 23 (Balikan) pada Siswa Kelas II SDN 3
Oktober 2019) Karangpatihan Kabupaten Ponorogo.
Muktar dan Yamin. (2003). Belajar dan (http://ejournal.unmus.ac.id/index.ph
Pembelajaran Teori dan Aplikasi. p/primary/article/view/3202
Semarang: CV Anugerah
Najamuddin, M, 2016. Pengembangan
Pembelajaran dengan Pemberian
Balikan terhadap Hasil Belajar IPS

JURNAL INOVASI | Ni Nengah Tunjung 50


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

PEMBELAJARAN BERBASIS ICT, TANTANGAN


GURU MASA KINI

Oleh
I GEDE SANJAYA, S.PD.

Abstrak
Artikel ini hendak menyampaikan pentingnya guru masa kini mengembangkan diri untuk
mengikuti perkembangan jaman yang telah melahirkan generasi digital di era industri 4.0. Guru
yang sebagian besar lahir sebelum era revolusi industri sehingga menjadi digital immigrants,
harus mau memacu diri untuk mengurangi kesenjangan dengan siswa dalam hal kemampuan
ICT. Siswa merupakan digital native yang menguasai literasi digital jauh lebih baik daripada
guru. Sangat kecil kemungkinan bagi guru dapat menghadirkan pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa jika tidak mau menyesuaikan perkembangan siswa milenial saat ini.
Maka satu-satunya pilihan bagi guru masa kini adalah mengembangkan dirinya terutama dalam
bidang ICT untuk dapat menghadirkan pembelajaran yang lebih menarik dan bermakna.
Bagaimana dan apa saja pelaksanaan pembelajaran berbasis ICT akan dibahas dalam artikel
ini.

Kata Kunci: pembelajaran berbasis ICT, pembelajaran terintegrasi TIK

Pendahuluan pembelajaran, sementara kemampuan guru


Sejak tahun 2011 dunia telah mengalami menyajikan pembelajaran yang berbasis
suatu revolusi di bidang teknologi yang digital masih sangat terbatas.
banyak disebut sebagai era industri 4.0. Era Sebagai guru profesional di era baru ini
ini ditandai dengan digantikannya beberapa tak bijak tentunya jika hanya pasrah dengan
teknologi menjadi teknologi digital yang kesenjangan digital yang terjadi antara guru
memanfaatkan ICT (Information and dan siswa. Tuntutan pendidikan era 4.0
Communication Technology) atau dalam yang mengutamakan ketrampilan berpikir
bahasa Indonesia disebut TIK (Teknologi tingkat tinggi, komunikatif, kreatif, dan
Informasi dan Komunikasi). Kondisi jaman kolaborasi, juga mengharuskan guru untuk
yang berubah di tahun itu mengakibatkan terus berkembang mengikuti
tumbuhnya generasi baru yang berkembang perkembangan jaman. Jika tidak demikian,
di era yang serba digital, sehingga disebut maka guru tidak dapat mengantarkan
juga generasi digital atau digital native. siswanya untuk memiliki kompetensi yang
Generasi digital yang saat ini sudah diperlukan di masa depan. Bagaimana guru
hampir 10 tahun tumbuh, melahirkan siswa menjawab tantangan era digital untuk
yang memiliki kemampuan literasi digital menghadirkan pembelajaran yang sesuai
jauh lebih baik dari para guru yang masanya, artikel ini akan membahas untuk
sebagian besar adalah generasi yang memberikan informasi kepada para guru
bertumbuh sebelum era industri 4.0 tentang pemanfaatan ICT dalam
dimulai. Maka tak pelak kesenjangan pembelajaran.
kemampuan dalam hal digital ini dapat Kajian tentang ICT
menjadi bibit permasalahan dalam Pengertian ICT
pembelajaran yang dilakukan siswa dan ICT (Information and Comunication
guru. Siswa tentu lebih tertarik dengan Technology) dalam bahasa Indonesia
proses-proses digital termasuk dalam disebut sebagai TIK (Teknologi Informasi

JURNAL INOVASI | Pembelajaran Berbasis Ict, Tantangan 51


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

dan Komunikasi). ICT atau TIK terdiri dari Kusnafizal dan Nursamsu (2017)
dua aspek yaitu Teknologi Informasi dan menyatakan bahwa pemanfaatan ICT
Teknologi Komunikasi. Teknologi dalam pembelajaran diharapkan dapat
informasi meliputi segala hal yang meningkatkan minat belajar siswa,
dilakukan dalam proses, manipulasi, dan meningkatkan kualitas pembelajaran, dan
pengelolaan informasi. Sementara meningkatkan ketrampilan ICT siswa
teknologi komunikasi meliputi penggunaan maupun guru. Hal itu karena pembelajaran
alat bantu untuk mentransfer informasi atau dengan ICT menggunakan multimedia dan
data antar perangkat. software yang dipadukan sehingga siswa
Tinio dalam Rahim (2011) dapat mendengar, melihat, dan merasakan
mendefenisikan TIK sebagai seperangkat sendiri melalui media interaktif dalam
alat yang digunakan untuk berkomunikasi pembelajaran. Pada ujungnya pemanfaatan
dan menciptakan, mendiseminasikan, ICT dalam pembelajaran menjadi upaya
menyimpan, dan mengelola informasi. bagi adanya peningkatan prestasi belajar
Teknologi yang dimaksud termasuk siswa.
komputer, internet, teknologi penyiaran Guru masa kini dengan siswa yang
(radio dan televisi), dan telepon. merupakan generasi digital harus
ICT atau TIK merupakan segala sesuatu menyesuaikan diri menghadapi
yang berhubungan dengan informasi dan perkembangan jaman dan kebutuhan siswa
komunikasi modern yang berupa perangkat dalam pembelajaran. Pembelajaran
lunak maupun perangkat keras serta berbasis ICT adalah pilihan guru untuk
informasi atau data yang diproses di terus bertahan di era baru jika tetap ingin
dalamnya. Perangkat lunak berupa software menjadi guru yang memberikan
(program dan aplikasi) sedangkan pembelajaran berkualitas.
perangkat keras berupa komputer, internet, Jenis Pemanfaatan ICT dalam
radio, televisi, telepon, dan lainnya. Pembelajaran
Pembelajaran Berbasis ICT ICT dalam Media Pembelajaran
Krisnadi dalam Suryani (2015) Media merupakan unsur penting dalam
mengatakan bahwa selain fungsinya pembelajaran. Melalui media yang tepat,
sebagai alat bantu pemecahan masalah, ICT pesan atau informasi yang akan
juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung disampaikan guru kepada siswa dapat
proses pembelajaran dengan tujuan: diterima dengan lebih baik. Menurut
1) meningkatkan kualitas pembelajaran Suryani (2015) mengatakan bahwa salah
2) memperluas akses terhadap pendidikan satu fungsi utama media pengajaran adalah
dan pembelajaran sebagai alat bantu mengajar yang turut
3) mengurangi kebutuhan biaya mempengaruhi iklim, kondisi dan
pendidikan lingkungan belajar yang ditata dan
4) mengembangkan keterampilan ICT diciptakan oleh guru.
yang diperlukan siswa untuk Lebih lanjut Suryani mengemukakan
berkompetisi nantinya. bahwa proses belajar seringkali dihadapkan
Selanjutnya Suryani juga pada materi yang abstrak dan di luar
menyampaikan bahwa strategi pengalaman siswa sehari-hari, sehingga
pemanfaatan ICT di dalam pembelajaran materi ini menjadi sulit diajarkan guru dan
dapat mencakup: (1) ICT sebagai alat bantu sulit dipahami siswa. Visualisasi adalah
atau media pembelajaran, (2) ICT sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
sarana/tempat belajar, (3) ICT sebagai mengkonkritkan sesuatu yang abstrak.
sumber belajar, dan (4) ICT sebagai sarana Terlebih pembelajaran matematika,
peningkatan profesionalisme. Di sini materi yang diajarkan banyak sekali
tampak bahwa ICT akan meningkatkan memuat konsep-konsep yang memerlukan
kualitas siswa dan guru. kemampuan berpikir abstrak. Penggunaan

JURNAL INOVASI | I Gede Sanjaya, S.Pd. 52


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

media menjadi sangat penting untuk


menjembatani siswa menerima konsep
abstrak dan memahamkan kemampuan
berpikirnya.
Suryani menyimpulkan bahwa media
pembelajaran berbasis ICT yaitu media
pembelajaran yang menggunakan teknologi Sumber Gambar:
dalam pengambilan, pengumpulan, https://youtu.be/Htl5m5V1gP4
pengolahan, penyimpanan, penyebaran, Gambar 1. Pemanfaatan Geogebra dalam
dan penyajiannya. Jadi, semua bentuk Pembelajaran Matematika
media yang digunakan dalam pembelajaran Gambar di atas menunjukkan contoh
dimana media tersebut dibuat, diolah, pemanfaatan aplikasi Geogebra untuk
disimpan, atau disebarkan dengan internet menjelaskan konsep jaring-jaring suatu
dan gadget maupun komputer termasuk bangun ruang. Siswa tentu lebih tertarik
dalam kategori media berbasis ICT. dan mendapatkan gambaran nyata dari
Beberapa media pembelajaran yang jaring-jaring bangun ruang daripada
dapat digunakan oleh guru dalam sekedar diberikan gambar di atas kertas
pembelajarannya dapat berupa: atau di papan tulis. Geogebra juga memberi
Video Pembelajaran kesempatan siswa memutar benda-benda
Video pembelajaran baik yang berisi dan melihat dari berbagai sisi.
materi pelajaran ataupun sebagai media Website Rumah Belajar juga
motivasi dalam pembelajaran dapat dibuat menyediakan sumber belajar berupa
sendiri oleh guru maupun diunduh dari aplikasi interaktif pada fitur Laboratorium
website penyedia video. Berbagai video Maya atau Virtual Lab. Aplikasi tersebut
pembelajaran tersedia berlimpah di dapat digunakan secara online maupun
Youtube atau dapat juga dicari di Rumah diunduh oleh guru untuk dijalankan di kelas
Belajar dari Kemdikbud. Video ini dapat secara offline. Beberapa konten merupakan
digunakan secara online maupun diunduh media interaktif yang menarik karena
dan diputar secara offline dalam kelas menunjukkan animasi untuk memperjelas
pembelajaran. konsep materi.
Guru dapat berkreasi membuat videonya
sendiri menggunakan berbagai aplikasi
yang cukup sederhana seperti Screencast-
O-Matic dan Fastone untuk merekam
aktivitas layar komputer atau laptop.
Bahkan membuat video juga dapat
dilakukan di android dengan menggunakan Gambar 2. Contoh Konten Rumah Belajar
aplikasi editor video seperti Kinemaster, pada Fitur Virtual Lab
Video Show, dan sebagainya.
Aplikasi Pembelajaran
Beberapa aplikasi atau program
sederhana dapat digunakan untuk
membantu pembelajaran lebih bermakna.
Contohnya Geogebra yang sangat
membantu guru dan siswa dalam Gambar 3. Konten Virtual Lab Rumah
pembelajaran matematika. Belajar untuk Pembelajaran Materi
Transformasi
Gambar 2 memberikan contoh aplikasi
dimana siswa dapat mengamati perubahan
parabola yang terbentuk jika koefisien a, b,

JURNAL INOVASI | I Gede Sanjaya, S.Pd. 53


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

dan c diubah-ubah. Kemudian siswa dapat electronic learning mengacu pada


menganalisis bagaimana perubahan grafik pembelajaran yang memanfaatkan
tersebut dihubungkan dengan nilai-nilai perangkat elektronik baik berupa perangkat
koefisien variabel. lunak maupun perangkat keras. Perangkat
Pada gambar 3, dianimasikan bagaimana lunak biasanya berupa Learning
suatu objek yang mengalami transformasi Management Sistem (LMS) sedangkan
baik translasi, refleksi, rotasi, maupun perangkat kerasnya adalah komputer atau
dilatasi. Siswa mengamati berbagai jenis android serta internet untuk mengakses
transformasi dan hasilnya dengan lebih kelas.
nyata, sehingga memudahkan pemahaman Menurut Wahono dalam Hendrastomo
akan materi transformasi. (2008) menyatakan bahwa komponen yang
Website atau Blog Pembelajaran membentuk e-learning adalah:
Beberapa website dapat digunakan 1) Infrastruktur e-learning, dapat berupa
dalam pembelajaran misalnya Kahoot.com, komputer, jaringan komputer, internet
Quizizz.com, Googleform, yang memberi dan perlengkapan multimedia.
ruang bagi guru untuk melakukan penilaian 2) Sistem dan Aplikasi e-learning yaitu
yang lebih menarik disertai laporan dan perangkat lunak yang mem-virtualisasi
analisis hasil yang diperlukan untuk proses belajar mengajar konvensional.
administrasi guru. Blog pembelajaran juga Sistem perangkat lunak tersebut sering
dapat dimanfaatkan oleh guru untuk disebut dengan Learning Management
melengkapi sumber belajarnya. Baik blog System (LMS). LMS banyak tersedia
yang dikembangkan oleh guru sendiri secara open source sehingga bisa kita
maupun blog orang lain yang berisi materi manfaatkan dengan mudah dan murah.
pembelajaran dan informasi terkait materi 3) Konten e-learning yaitu konten dan
yang dipelajari siswa. bahan ajar yang ada pada LMS. Konten
dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk
multimedia interaktif atau teks seperti
pada buku pelajaran biasa.
Beberapa jenis LMS yang dapat
digunakan untuk penyedia kelas dalam e-
learning antara lain: Schoology, Moodle,
Canva, Edmodo, Google Classroom, dan
Kelas Maya pada Rumah Belajar dari
Gambar 4. Contoh Pemanfaatan Kahoot Kemdikbud. Melalui LMS, guru dapat
dalam Penilaian Pembelajaran membuat kelas online yang berisi materi
Kahoot.com memfasilitasi guru pembelajaran berupa teks, gambar, video,
mengadakan penilaian yang interaktif dilengkapi penilain baik berupa tugas atau
layaknya game atau permainan. Ada test online.
kompetisi juga selama penilaian dengan Kelas online dalam e-learning
Kahoot, siswa menjawab pada androidnya memungkinkan siswa dapat mengaksesnya
secara online dan skor jawaban langsung kapan saja dan di mana saja selama
terlihat pada layar disertai peringkatnya. perangkat multimedia terhubung dengan
Tentu penilaian semacam ini menjadi lebih jaringan internet. Sementara kelas
menarik dan dapat meningkatkan minat konvensional saat ini mensyaratkan
belajar siswa. bertemunya guru dan siswa secara fisik di
E-Learning dalam ruang kelas. Perbedaan itu tentu
Perkembangan era industri 4.0 dibarengi menjadi kelebihan e-learning dibandingkan
dengan perkembangan suatu sistem dengan kelas konvensional.
pembelajaran di kelas online yang disebut E-Modul
e-learning. Secara bahasa, e-learning atau

JURNAL INOVASI | I Gede Sanjaya, S.Pd. 54


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Jika e-learning adalah electronic Guru yang merupakan digital imigrants


learning, maka e-modul adalah akronim sementara siswa saat ini adalah digital
dari electronic modul. Berdasarkan asal native menimbulkan kesenjangan dalam
katanya, dapat diperkirakan maksudnya kemampuan literasi digital antara
yaitu modul yang bersifat elektronik atau keduanya. Tentu saja kesenjangan itu
dapat dibaca menggunakan perangkat menumbuhkan tantangan bagi guru-guru
elektronik yang notabene adalah bagian profesional untuk mengembangkan diri
dari ICT. E-modul dapat dibaca agar tidak terlalu jauh ketrampilannya di
menggunakan komputer maupun telepon bidang digital. Dengan demikian guru dapat
genggam berupa android dan sejenisnya. mengadakan pembelajaran yang selaras
Dewi (2015) menyatakan bahwa buku dengan karakter siswa masa kini sehingga
digital yang interaktif tidak hanya berisikan diharapkan pembelajaran berjalan lebih
teks bacaan saja, namun didalamnya juga baik dan penuh makna.
terdapat berbagai macam media yang dapat Bagi pengajar sendiri mutlak diperlukan
diakses oleh pembaca dengan cara yang pengetahuan tentang komputer dan
interaktif. Siswa akan dapat mengeksplore internet, pengetahuan mengenai computer
buku digital tersebut sambil menonton pun tidak sekedar hanya tahu dan paham
video, menyimak audio, bermain dengan tentang software pengolah kata saja, tetapi
gambar interaktif, mengerjakan quiz dll. juga dimungkinkan untuk tahu lebih
E-modul merupakan buku digital yang banyak tentang berbagai aplikasi dalam
disusun per kompetensi dasar berisikan komputer. Pengetahuan berikutnya
beberapa kegiatan pembelajaran. Setiap menyangkut aspek jaringan internet, mulai
kegiatan pembelajaran dilengkapi materi, dari searching, browsing, upload data
latihan soal, tugas dan soal penilaian. E- hingga download. Perlu juga bagi pengajar
modul dapat berupa file berformat PDF, untuk memiliki e- mail sebagai salah satu
EPUB, Kinddle, dan lain sebagainya. pendukung pembelajaran nantinya.
Format EPUB adalah e-modul yang Sehingga materi pembelajaranpun bisa
dikembangkan oleh Kemdikbud untuk disampaikan via e-mail selain melalui situs
sekolah-sekolah rujukan dan zonasi. e-learning khusus yang umumnya dimiliki
Format ini mendukung multimedia dengan sebuah institusi (Hendrastomo, 2008).
baik. Pelaksanaan e-learning membutuhkan
Konferensi Video (Video Conference) dukungan SDM yaitu guru dan siswa serta
Selain e-learning, ada pula sistem sarana prasarana. Guru yang melaksanakan
pembelajaran online berupa tatap muka e-learning mutlak harus menguasai literasi
virtual melalui jaringan. Guru dan sejumlah komputer dan internet untuk menyiapkan
siswanya atau pelatih dan trainee berada kelas dan konten pembelajaran, begitu pula
bersama secara online dalam ruang yang dengan siswa. Guru minimal harus tahu
sama. Mereka dapat berkomunikasi mengunggah konten pembelajaran, dan
langsung baik menggunakan teks maupun siswa juga harus menguasai ketrampilan
audio. Sistem seperti itu biasa disebut video mengunggah dan mengunduh materi. Lebih
conference. jauh lagi guru perlu menguasai bagaimana
Salah satu website yang memberi membuat konten multimedia untuk
layanan video conference secara gratis mengembangkan pembelajaran e-learning
adalah webex.com. Melalui Webex yang lebih bermakna.
meeting guru dan siswa dapat melakukan Beberapa cara menjawab tantangan
pembelajaran langsung tetapi tanpa harus dalam mengadakan pembelajaran berbasis
terlibat langsung secara fisik. ICT dapat dilakukan oleh guru, antara lain:
Tantangan Guru dalam Melaksanakan 1) Aktif dalam komunitas guru baik umum
Pembelajaran Berbasis ICT maupun mata pelajaran.

JURNAL INOVASI | I Gede Sanjaya, S.Pd. 55


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Saat ini bukan hal sulit bagi guru dapat menjadi jalan guru meningkatkan
menemukan dan bergabung dengan kompetensinya.
berbagai komunitas yang dapat Selain itu lembaga seperti Seamolec
menunjang kemampuannya. Melalui juga banyak mengadakan pelatihan untuk
berbagai paltform media sosial guru peningkatan kompetensi khususnya bidang
dapat membentuk komunitas yang ICT seperti VCT (Virtual Coordinator
memberikan informasi bahkan Trainning), pembuatan buku digital,
membentuk perkumpulan yang pembuatan video pembelajaran, dan
berbadan hukum. Melalui perkumpulan sebagainya.
inilah guru dapat mengembangkan Guru dapat mengikuti informasi
dirinya. Contohnya adalah Matematika mengenai lembaga-lembaga tersebut
Nusantara, IGI, Maluku Belajar, yang melalui media sosial untuk mendapatkan
banyak mengadakan pelatihan-pelatihan kesempatan mengikuti kegiatan-kegiatan
untuk meningkatkan kompetensi guru mereka.
disesuaikan dengan keperluan Kesimpulan dan Saran
pembelajaran di jaman milenial. Kesimpulan
2) Mengembangkan diri secara mandiri Kesimpulan dari pembahasan artikel ini
dengan belajar autodidak. adalah:
Guru dapat mempelajari sendiri 1) Pembelajaran berbasis ICT tidak dapat
berbagai ketrampilan yang saat ini dielakkan lagi di era industri 4.0 dimana
diperlukan tetapi belum dikuasainya. siswanya merupakan generasi digital
Banyak video-video tutorial di Youtube yang kesehariannya sangat lekat dengan
khususnya bidang ICT yang dapat perangkat komunikasi dan informasi.
dimanfaatkan oleh guru untuk 2) Pembelajaran berbasis ICT sangat perlu
mengembangkan kemampuannya. dilaksanakan untuk memperbaiki
3) Mengikuti kegiatan-kegiatan yang kualitas pembelajaran dan
diselenggarakan oleh pemerintah untuk meningkatkan ketrampilan guru dan
peningkatan kompetensi GTK. siswa khususnya untuk menghadapi
Sayangnya kegiatan semacam ini sangat masa depan yang semakin kompetitif.
terbatas jangkauannya, hanya guru 3) Pemanfaatan ICT dalam pembelajaran
tertentu yang sesuai kriteria pemerintah dapat berupa media pembelajaran, kelas
dapat mengikutinya. Aktif belajar online (e-learning), modul
mengembangkan diri dalam berbagai elektronik (e-modul), maupun
bidang akan memberi peluang guru konferensi video.
untuk mendapatkan kesempatan 4) Guru harus mengembangkan dirinya
mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan untuk menjawab tantangan
dari pemerintah. pembelajaran masa kini yang menuntut
4) Aktif mencari kegiatan pengembangan pemanfaatan ICT guna peningkatan
yang dilakukan oleh pusat-pusat kualitas pembelajaran dan
pengembangan GTK dan lembaga profesionalitas guru.
lainnya. Saran
PPPPTK merupakan institusi 1) Bagi Sekolah
pemerintah yang bertanggung jawab Sekolah hendaknya memfasilitasi guru
meningkatkan kompetensi guru dan dalam pelaksanaan pembelajaran
tenaga kependidikan di seluruh daerah. berbasis ICT untuk meningkatkan
Saat ini banyak kegiatan dari PPPPTK kualitas pembelajaran. Diantaranya
diinformasikan secara terbuka melalui penyediaan sarana dan prasarana yang
laman. Aktif mengakses laman PPPPTK mendukung seperti komputer, jaringan
untuk mendapatkan informasi kegiatan internet yang memadai, serta kebijakan
yang memberi ruang guru berkreativitas.

JURNAL INOVASI | I Gede Sanjaya, S.Pd. 56


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

2) Bagi Pemerintah
Hendaknya pemerintah memeratakan
kesempatan pengembangan diri guru di
seluruh daerah agar guru dapat
meningkatkan kemampuannya terutama
di bidang ICT. Pemerintah perlu
mengadakan pelatihan ICT kepada guru-
guru yang merupakan digital imigrants.
Daftar Pustaka
Dewi, F. (2015, Januari). Proyek Buku
Digital: Upaya Peningkatan
Ketrampilan Abad 21 Calon Guru
Sekolah Dasar melalui Model
Pembelajaran Berbasis Proyek.
Metodik Didaktik, 9 No. 2, 1-15.
Hendrastomo, G. (2008, Mei). Dilema dan
Tantangan Pembelajaran E-Learning.
Majalah Ilmiah Pembelajaran, 4 No
1, 1-13.
Nursamsu, & Kusnafizal, T. (2017,
Agustus). Implementasi
Pembelajaran Berbasis ICT sebagai
Alat Bantu Komputer Multimedia
untuk Meningkatkan Kompetensi
Guru serta Prestasi Belajar Siswa.
Jurnal Pendidikan Biologi, 6 No 3,
351-355.
Rahim, H. M. (2011). Pemanfaatan ICT
sebagai Media Pembelajaran dan
Informasi pada UIN Alauddin
Makassar. Sulesana, 6 Nomor 2, 127
- 135.
Suryani, N. (2015, November 28).
Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis IT. Prociding Workshop
Nasional, 1-14.

JURNAL INOVASI | I Gede Sanjaya, S.Pd. 57


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING


UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR IPS

Oleh
KADEK UPIK LILIAN MAHAYANTHY, S.PD.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Prestasi Belajar IPS siswa kelas VIII A SMP
Negeri 3 Manggis pada semester I tahun pelajaran 2019/2020 melalui penerapan model
pembelajaran Penemuan Terbimbing. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus pembelajaran.
Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
Penemuan Terbimbing dalam pembelajaran IPS pada siswa kela VIII A dengan jumlah siswa
32 orang. Objek penelitian berupa Prestasi belajar IPS. Untuk mengukur Prestasi Belajar
digunakan tes Prestasi Belajar yang diberikan pada akhir akhir tiap siklus. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil analisis data diperoleh
Penerapan Model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar IPS
siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Manggis. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi.
Nilai rata-rata prestasi belajar siswa pada siklus I diperoleh 73,54, kemudian pada siklus II
meningkat dengan rata-rata 82,29 mengalami peningkatan sebesar 8,75. Prosentase ketuntasan
klasikal pada siklus I mencapai 71,88%, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 96,88%
sehingga mengalami peningkatan sebesar 25,00%. Penerapan model pembelajaran Penemuan
Terbimbing dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran sebagai upaya
meningkatkan Prestasi Belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Saran kepada guru IPS pada
umumnya agar selaku pengembang dan pelaksana kurikulum pada tingkat persekolahan,
hendaknya menyadari bahwa kurikulum dan pembelajaran IPS yang ada saat ini masih
memerlukan berbagai terobosan dan alternatif perbaikan menuju terwujudnya kualitas proses
dan produk pembelajaran yang bermakna dan berdaya guna secara maksimal.

Kata-kata kunci: model pembelajaran Penemuan Terbimbing, Prestasi Belajar IPS

Pendahuluan Pendidikan IPS merupakan sarana


Proses Pembelajaran pada satuan efektif untuk menanamkan kesadaran sikap
pendidikan diselenggarakan secara demokrasi karena salah satu misi
interaktif, inspiratif, menyenangkan, pendidikan IPS pada jenjang sekolah dasar
menantang, memotivasi pesertadidik untuk dan menengah adalah membekali peserta
berpartisipasi aktif, serta memberikan didik dengan seperangkat pengetahuan,
ruang yang cukup bagi prakarsa, sikap, nilai, dan moral serta keterampilan
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan hidup yang berguna dalam memahami diri
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta dan lingkungan bangsa serta negaranya
psikologis peserta didik. Untuk itu setiap (Hasan, 2005 dalam Lasmawan, 2010:
satuan pendidikan melakukan perencanaan 272). Pendidikan yang selama ini
pembelajaran, pelaksanaan proses ditanamkan dalam kurikulum pendidikan
pembelajaran serta penilaian proses dasar hingga perguruan tinggi telah
pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi menjelaskan konsep keberagaman tersebut.
dan efektivitas ketercapaian kompetensi Namun, implementasi pendidikan IPS
lulusan.

JURNAL INOVASI | Implementasi Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing 58


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

selama ini belumlah optimal sebagaimana SMP sebagai salah satu jenjang institusi
yang diwacanakan. formal dalam dimensi pendidikan memiliki
Pembelajaran IPS merupakan program peran yang sangat strategis dalam mendidik
pendidikan yang banyak mengandung dan mengembangkan potensi warga
muatan nilai sebagai salah satu sekolah sedini mungkin. Terjadinya
karakteristiknya, hal ini sebagaimana yang berbagai masalah seputar rendahnya
dikemukakan oleh Mulyana (dalam kualitas pendidikan dilansir oleh media
Gunawan, 2011: 23), bahwa Ilmu masa dewasa ini diduga salah satunya
Pengetahuan Sosial (IPS) dan Humaniora disebabkan karena teknik dan sistem
merupakan dua bidang kajian yang pembelajaran yang dilakukan oleh para
potensial bagi pengembangan tugas-tugas pendidik (guru) selama ini cenderung
pembelajaran yang kaya nilai, karakteristik menempatkan peserta didik sebagai objek
ilmu yang erat kaitannya dengan kehidupan pembelajaran dengan pendekatan
manusia dan banyak membahas tentang pembelajaran yang konvensional. Untuk
bagaimana manusia dapat menjalin itu, pola pembelajaran yang demikian harus
hubungan harmonis dengan sesama, segera diantisipasi dan secara perlahan
lingkungan dan Tuhan membuat dua kajian dirombak, dengan mengembangkan suatu
ini sangat kaya dengan sikap, nilai, moral, teknik belajar yang mampu memediasi dan
etika dan perilaku. mengkondisikan siswa meningkatkan
Pada pembelajaran IPS ada beberapa kualitas belajarnya.
kesulitan yang dialami siswa, seperti: a) Hal ini senada dengan temuan
siswa kurang dapat mengembangkan nilai dilapangan, yang berkenaan dengan proses
dan sikap dalam kehidupan sehari-hari; b) pembelajaran IPS. Dimana teridentifikasi
pembelajaran IPS dilaksanakan dalam pendidik yang masih berkutat pada pola
waktu yang terbatas, sehingga tidak lama pembelajaran (konvensional) dan
mungkin dapat memperkenalkan seluruh kurang tanggap bahkan tidak mau tahu
nilai-nilai kehidupan manusia kepada terhadap inovasi pembelajaran, pendidik
siswa. Hal ini diperkuat seperti yang dimuat yang kurang terampil dalam menciptakan
oleh Depdiknas (2007) mengungkapkan, kondisi belajar yang menyenangkan dan
bahwa : Siswa sering kali merasa bosan, bermakna, siswa kehilangan semangat
kebosanan itu bisa timbul di samping akibat belajarnya karena menganggap
dari kurang dipahaminya apa sebenarnya pembelajaran tidak menarik dan sulit,
IPS, metodologi pembelajaran yang sarana dan prasarana yang kurang
digunakan sering tidak berhasil menarik diberdayagunakan, siswa terbiasa pada pola
minat perhatian siswa, bahkan pendidik mengajar pendidik yang kurang
seringkali tidak mempunyai acuan yang menstimulus kemampuan berfikir sehingga
jelas, apalagi kreatifitas untuk menciptakan siswa cenderung bermalas-malasan dan
metode yang menarik untuk digunakan kurang berinisiatif dalam belajar,
dalam mengajar kebosanan juga bisa timbul kurangnya kerjasama antara sekolah dan
akibat materi pelajaran tidak sesuai dengan masyarakat, penyajian materi oleh pendidik
tingkat perkembangan dan konteks kurang menarik minat siswa, kurangnya
kehidupan siswa. jalinan emosi positif antara guru dan siswa
Sekolah sebagai salah satu institusi seperti perasaan nyaman, terbuka, gembira
formal memiliki peran yang cukup strategis dan lain sebagainya.
dan efektif dalam meningkatkan proses Berangkat dari kajian empiris dan
pembelajaran. Peningkatan proses konseptual tentang permasalahan
pembelajaran hendaknya dilakukan pembelajaran IPS sebagaimana yang
semenjak dini, pada semua jenis dan digambarkan di atas, maka penelitian ini
jenjang pendidikan mulai dari Pendidikan akan difokuskan pada penerapan model
dasar, menengah hingga perguruan tinggi. pembelajaran IPS yang mampu

JURNAL INOVASI | Kadek Upik Lilian Mahayanthy, S.Pd. 59


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

menjembatani berbagai ketimpangan Melalui pengajuan masalah dalam


tersebut. Salah satu alternatif yang bentuk simulasi dan kesempatan untuk
dipandang mampu mengeliminir abrasi belajar sambil bermain, siswa akan
moral dan nilai-nilai kebangsaan di memiliki kesempatan belajar yang luas dan
kalangan generasi muda dalam konteks mendalam di bawah arahan dan fasilitas
pendidikan formal dan meningkatkan guru. Guru bukan lagi otoritas tunggal
prestasi belajar siswa dalam pembelajaran pembelajaran tetapi lebih banyak berfungsi
IPS di tengah-tengah kehidupan sebagai mediator dan fasilitas pembelajaran
masyarakat global adalah melalui fasilitasi bagi siswa. Pola pembelajaraan yang
iklim pembelajaran yang memungkinkan demikian akan menjadikan PBM
siswa untuk mengembangkan potensi berlangsung dengan aktif-kreatif
dirinya secara optimal sambil melatih menyenangkan, sehingga hasil-prestasi
keterampilan berpikir dan sikap sosialnya belajar siswa juga akan lebih baik.
selama berlangsungnya pembelajaran. Model pembelajaran penemuan
Berdasarkan hasil pengamatan dan terbimbing bertujuan untuk membuat siswa
pengalaman bahwa pembelajaran IPS pada menjalani suatu proses tentang bagaimana
umumnya selalu menjadi kurang menarik pengetahuan diciptakan. Untuk mencapai
bagi siswa karena dianggap sebagai tujuan ini, siswa dihadapkan pada sesuatu
pelajaran yang membosankan yang (masalah) yang misterius, belum diketahui,
memerlukan latihan-latihan banyak yang tetapi menarik. Namun, perlu diingat
monoton, sehingga membuat Siswa jauh bahwa masalah, tersebut harus didasarkan
semakin jenuh. Keadaan di atas membuat pada suatu gagasan yang memang dapat
peneliti berusaha untuk menemukan dan ditemukan (discoverable ideas), bukan
memilih model pembelajaran yang setepat- mengada-ada. Gagasan tersebut kemudian
tepatnya yang dipandang lebih efektif dari dirumuskan siswa melalui suatu pertanyaan
pada metode-metode lainnya, sehingga yang nantinya akan dicari jawabannya.
kecakapan dan pengetahuan yang diberikan Andriani, dkk. (2011) menyatakan
oleh guru benar-benar menjadi milik murid. pembelajaran penemuan terbimbing
Salah satu model yang peneliti gunakan (guided inquiry) yaitu suatu model
adalah model pembelajaran penemuan pembelajaran inkuiri yang dalam
terbimbing. pelaksanaannya guru menyediakan
Pembelajaran berbasis penemuan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada
terbimbing merupakan model pembelajaran siswa. Sebagian perencanaannya dibuat
yang mengkombinasikan rasa ingin tahu oleh guru, siswa tidak merumuskan
siswa dan metode ilmiah. Penggunaan problem atau masalah. Dalam
model ini untuk meningkatkan pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak
pengembangan keterampilan berpikir kritis melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang
melalui kegiatan belajar. Penerapan dilakukan oleh siswa. Guru harus
pembelajaran penemuan terbimbing ini memberikan pengarahan-pengarahan dan
merupakan upaya untuk membangkitkan bimbingan kepada siswa dalam melakukan
rasa ingin tahu siswa. Dorongan itu kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang
berkembang melalui proses merumuskan berpikir lambat atau siswa yang
pertanyaan, merumuskan masalah, mempunyai kemampuan berpikir rendah
mengamati, dan menerapkan informasi tetap mampu mengikuti kegiatan-
baru dalam meningkatkan pemahaman kegiatanyang sedang dilaksanakan dan
mengenai sesuatu masalah. Rasa ingin tahu siswa mempunyai intelegensi tinggi tidak
itu terus ditumbuhkan untuk meningkatkan memonopoli kegiatan. Pernyataan dan
semangat bereksplorasi sehingga siswa pertanyaan pengarah selain dikemukakan
belajar secara aktif. langsung oleh guru juga diberikan melalui
pertanyaan yang terdapat dalam LKS

JURNAL INOVASI | Kadek Upik Lilian Mahayanthy, S.Pd. 60


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

(Lembar Kerja Siswa). Agar siswa mampu c. Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah
menemukan sendiri arah dan tindakan- jawaban sementara dari suatu
tindakan yang harus dilakukan untuk permasalahan yang sedang dikaji.
memecahkan permasalahan yang Sebagai jawaban sementara, hipotesis
disodorkan oleh guru. perlu diuji kebenaranya. Kemauan atau
Model Penemuan terbimbing potensi individu untuk berpikir pada
merupakan model dalam pembelajaran dasarnya sudah dimiliki sejak individu
yang mengharuskan siswa mengolah pesan, itu lahir. Potensi berpikir dimulai dari
sehingga memperoleh pengetahuan, kemampuan setiap individu untuk
keterampilan, dan nilai-nilai. Pembelajaran menebak atau mengira-ngira.
dengan model ini siswa dituntut untuk aktip (berhipotesis) dari suatu permasalahan.
belajar (Dimiyati, Mujiono, 1994 :159) manakala individu dapat membuktikan
Langkah –langkah yang ditempuh adalah : tebakanya, maka ia akan sampai pada
a. Orientasi. Langkah orientasi adalah posisi yang bisa mendorong untuk
langkah untuk membina suasana atau berpikir lebih lanjut. Leh sebab itu
iklim pembelajaran yang responsif. Pada potensi untuk mengembangkan
langkah ini guru merangsang dan kemampuan untuk menebak pada setiap
mengajak siswa untuk berpikir individu harus dibina. Salah satu cara
memecahkan masalah. Langkah yang dapat dilakukan guru untuk
orientasi merupakan langkah yang mengembangkan kemampuan menebak
sangat penting, keberhasilan penerapan pada setiap anak adalah dengan
penemuan terbimbing ini sangat mengajukan berbagai pertanyaan yang
tergantung pada kemauan siswa untuk dapat mendorong siswa untuk
beraktivitas menggunakan merumuskan jawaban sementara.
kemampuanya dalam memecahkan d. Mengumpulkan data, adalah aktivitas
masalah, tanpa kemauan dan menjaring informasi yang dibutuhkan
kemampuan itu tak mungkin proses untuk menguji hipotesis yang diajukan
pembelajaran akan berjalan dengan e. Menguji hipotesis, yaitu proses
lancar. menentukan jawaban yang dianggap
b. Merumuskan masalah yang akan diterima sesuai dengan data atau
dipecahkan siswa. informasi yang dipeoleh berdasarkan
Merumuskan masalah merupakan pengumpulan data.
langkah membawa siswa pada suatu f. Merumuskan kesimpulan, yaitu proses
persoalan yang mengandung teka-teki. mendeskripsikan temuan yang diperoleh
Persoalan yang disajikan dalah berdasarkan penemuan hipotesis.
persoalan yang menantang siswa untuk Belajar merupakan permasalahan yang
berpikir untuk memecahkan teka-teki sangat komplek, sehingga sangat sulit
itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan dideteksi bagaimana proses terjadinya.
masalah yang ingin dikaji disebabkan Mulai sejak kecil, bahkan ada yang
masalah itu tentu ada jawabanya, dan mengatakan bahwa mulai sejak dalam
siswa didorong untuk mencari jawaban kandungan hingga dewasa setiap orang
yang tepat. Proses mencari jawaban
mengalami pristiwa belajar. Belajar seumur
itulah yang penting dalam penerapan
hidup (long life education) merupakan
penemuan terbimbing, oleh karena itu
melalui proses tersebut siswa akan suatu istilah yang tidak asing dalam dunia
memperoleh pengalaman yang sangat pendidikan. Seseorang memperoleh
berharga sebagai upaya pengetahuan, keterampilan, penanaman
mengembangkan mental melalui proses nilai maupun terjadinya perubahan sikap
berpikir. merupakan hasil dari proses belajar.
Sebagai mana dikatakan oleh Gagne (1984)

JURNAL INOVASI | Kadek Upik Lilian Mahayanthy, S.Pd. 61


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

bahwa belajar memberikan makna bagi gerak (motorik). Prestasi belajar adalah
perkembangan individu. Makna tersebut semua efek yang dapat dijadikan sebagai
sebagai suatu proses dimana suatu indikator tentang nilai dari penggunaan
organisme berubah perilakunya sebagai model pembelajaran di bawah kondisi yang
akibat pengalaman. Pandangan ini sejalan berbeda. Prestasi belajar dapat berupa
dengan Woolfolk dan Nicolich (1980 ; 170) prestasi belajar yang diinginkan (desired
yang menyebutkan bahwa belajar adalah outcome) yang telah dipersiapkan lebih
perubahan yang terjadi dalam diri dahulu dan prestasi belajar yang nyata
seseorang sebagai hasil dari pengalaman. (actual outcome).
Selanjutnya Crow & Crow (1985:225) Hasil belajar adalah suatu kemampuan
menyebutkan bahwa belajar lebih aktual yang dapat diukur secara langsung
mengarahkan kepada segi perubahan yang dengan tes maupun non-tes (Bloom, dalam
dicapai dalam belajar yaitu kebiasaan, Suharsimi Arikunto, 2003). Kegiatan
pengetahuan dan sikap. belajar mengajar bertujuan untuk
Perubahan tingkah laku yang dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan,
disebut sebagai prestasi belajar adalah sikap, dan nilai-nilai (Depdiknas, 2003). Ini
perubahan tingkah laku kearah kebaikan, berarti hasil belajar merupakan hasil
kemajuan dan normatif sifatnya. Artinya, perubahan tingkah laku yang meliputi tiga
perubahan tingkah laku dari tidak tahu ranah yakni kognitif, psikomotor, dan
menjadi tahu, dari tidak dapat melakukan afektif. Dalam ranah kognitif Bloom
menjadi dapat melakukan sesuai dengan mendaftar ada enam tingkatan berpikir
tujuan belajar yang telah ditetapkan. Di meliputi: pengetahuan (C1), pemahaman
samping itu, perubahan tingkah laku dapat (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis
dinyatakan sebagai prestasi belajar apabila (C5), dan evaluasi (C6)
dihasilkan melalui latihan yang diberi Dalam penelitian ini prestasi belajar
penguatan, baik secara verbal maupun yang diukur adalah prestasi belajar IPS
nonverbal dan bisa bertahan dalam jangka pada ranah kognitif dengan menggunakan
waktu yang relatif lama. tes pilihan ganda. Ranah kognitif yang
Reigeluth (1983) menyatakan bahwa diukur mengikuti taksonomi Bloom yang
hasil pembelajaran secara umum dapat meliputi pengetahuan (C1), pemahaman
dikatagorikan menjadi tiga indikator yaitu: (C2), aplikasi (C3), dan analisis (C4).
(1) efektifitas pembelajaran yang biasa Metode Penelitian
diukur dari tingkat keberhasilan siswa dari Jenis penelitian yang dilakukan adalah
berbagai sudut, (2) efisiensi pembelajaran penelitian tindakan kelas (Classroom
yang biasa diukur dari waktu belajar atau Action Research) yang secara umum
biaya pembelajaran, dan (3) daya tarik bertujuan meningkatkan dan memperbaiki
pembelajaran yang selalu diukur dari kualitas proses pembelajaran di kelas
tempat berlangsungnya penelitian.
tendensi siswa ingin belajar secara terus
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian
menerus. Secara spesifik prestasi belajar
ini adalah penerapan model pembelajaran
adalah suatu kinerja (performance) yang penemuan terbimbing. Subjek penelitian
diindikasikan sebagai suatu kapabilitas tindakan kelas ini adalah semua siswa kelas
(kemampuan) yang telah diperoleh. VIII A SMP Negeri 3 Manggis semester I
Gagne (1972:66) mengemukakan bahwa tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah
ada 5 katagori prestasi belajar yaitu: 32 orang. Sedangkan objek dalam
informasi verbal, keterampilan intelektual, penelitian ini adalah Prestasi Belajar IPS.
strategi kognitif, sikap, dan keterampilan Penelitian ini dilaksanakan pada tahun
pelajaran 2019/2020 pada Semester I yaitu

JURNAL INOVASI | Kadek Upik Lilian Mahayanthy, S.Pd. 62


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

dari bulan Juli sampai dengan Desember belum memenuhi kategori keberhasilan
2019. Penelitian ini dilaksanakan dalam yang telah ditetapkan, di mana belum
dua siklus dengan masing-masing siklus tercapainya ketuntasan klasikal siswa.
terdiri dari tahapan-tahapan perencanaan, Pelaksanaan tindakan pada siklus II
tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. disesuaikan dengan hasil refleksi kegiatan
Data yang dikumpulkan untuk dianalisis pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan
dalam penelitian ini meliputi data prestasi dalam proses pembelajaran disesuaikan
belajar siswa. Data prestasi belajar siswa dengan langkah-langkah dalam Model
dikumpulkan dengan menggunakan pembelajaran penemuan terbimbingg. Pada
instrument tes prestasi pada akhir siklus I siklus II, kajian tentang materi dikemas
dan siklus II. Tes prestasi belajar dalam dalam tiga skenario pembelajaran yang
penelitian ini adalah instrumen yang dalam penerapannya dilengkapi dengan
digunakan untuk mengumpulkan data skenario penemuan terbimbing.
tentang prestasi belajar siswa. Hasil tes Selanjutnya, peneliti membimbing siswa
prestasi belajar dipergunakan untuk dalam diskusi kelas. Peneliti
mengumpulkan data prestasi belajar siswa mengklarifikasi jawaban-jawaban yang
sesudah pembelajaran. Tes yang disusun masih kurang tepat dan menekankan
sebanyak 15 item. Data prestasi belajar konsep-konsep penting pada suatu kajian
siswa dianalisis secara deskriptif. Prestasi sehingga pemahaman siswa dalam
belajar siswa dapat ditentukan dengan pembelajaran dapat dimaksimalkan.
menggunakan rata-rata hasil tes prestasi Peneliti memotivasi siswa agar dapat
belajar, daya serap siswa dan ketuntasan mengemukakan permasalahan yang
belajar. Tindakan dikatakan berhasil bila dihadapi oleh siswa dengan mengajukan
telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. satu permasalahan untuk didiskusikan
Penelitian dikategorikan berhasil apabila bersama-sama.
nilai rata-rata prestasi belajar siswa Data prestasi belajar IPS pada siklus II
minimal telah mencapai 75, daya serap disajikan pada diperoleh dari hasil
minimal 75% dan ketuntasan klasikal menjawab tes prestasi belajar. Dari hasil
mencapai 85%. analisis data prestasi belajar siswa pada
Hasil Penelitian Dan Pembahasan skala seratus diperoleh nilai rata-rata
Sesuai dengan tahapan penelitian, pada sebesar 82,29 dan daya serap siswa sebesar
akhir siklus siswa diberikan tes prestasi 82,29%, dengan standar deviasi 6,02 dan
belajar. Data yang dikumpulkan pada siklus ketuntasan klasikal siswa sebesar 95,24%
I adalah data prestasi belajar siswa Kategori keberhasilan, yaitu bila nilai rata-
berdasarkan hasil tes prestasi belajar siswa rata siswa lebih besar atau sama dengan 75,
selanjutnya dianalisis secara deskriptif. daya serap siswa lebih besar atau sama
Dari hasil analisis data prestasi belajar dengan 75%, dan ketuntasan klasikal siswa
siswa pada skala seratus diperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 85%. Dari
rata-rata sebesar 73,54 dan daya serap data hasil tes siswa siklus II, penelitian
siswa sebesar 73,54% dengan kategori telah memenuhi kategori keberhasilan, di
tuntas. Sedangkan ketuntasan klasikal mana telah tercapainya ketuntasan klasikal
siswa baru mencapai 71,88% dengan siswa.
kategori belum tuntas. Sesuai dengan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
indikator keberhasilan siswa dikatakan dilaksanakan dalam 2 siklus menunjukkan
tuntas bila nilai rata-rata siswa lebih besar terjadinya peningkatan Prestasi belajar IPS.
atau sama dengan 75, daya serap siswa Prestasi belajar IPS meningkat sebesar 8,75
lebih besar atau sama dengan 75%, dan dari siklus I sebesar 73,54 ke siklus II
ketuntasan klasikal siswa lebih besar atau menjadi 82,29 dengan ketuntasan klasikal
sama dengan 85%. Berdasarkan data hasil dari 71,88% di siklus I menjadi 96,88% di
tes prestasi belajar siswa siklus I, penelitian siklus II. Temuan ini menunjukkan bahwa

JURNAL INOVASI | Kadek Upik Lilian Mahayanthy, S.Pd. 63


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti mengajukan beberapa saran seperti
guru IPS dalam proses belajar mengajar, berikut.
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (1) Bagi siswa, dapat memudahkan
kelas VIII A SMP Negeri 3 Manggis. pemahaman terhadap materi
Sebagaimana telah dideskripsikan pada pembelajaran karena siswa belajar dari
kajian teoritis, bahwa pembelajaran IPS kondisi yang riil dan tidak verbalistik
merupakan sebuah media pembentukan dan dan juga meningkatkan hasil belajar
pelatihan secara dini kepada siswa untuk karena terlatih untuk berkomunikasi,
mampu menjadi warga negara yang berpikir kritis, bertanggung jawab serta
berkualitas da bertanggungjawab terhadap berkolaborasi sehingga mampu
bangsa dan negaranya, maka logikanya mengaitkan fakta dengan permasalah
seorang guru IPS harus mampu lain yang relevan.
menanamkan konsep dan generalisasi (2) Bagi Guru, dapat dijadikan sebagai
tentang berbagai aspek yang dibutuhkan salah satu alternatif yang aplikatif,
oleh siswa agar nantinya mereka dapat dengan pertimbangan bahwa: (1)
menjadi warga negara yang sociotable. model ini memberikan sejumlah solusi
Guru IPS yang baik, adalah guru yang kepada guru, berkaitan dengan upaya
mampu memberikan dan melatihkan meningkatkan pemahaman materi
seperangkat pengetahuan, kecakapan, nilai- peserta didik, peningkatan sikap sosial
moral, dan etika kepada siswanya, sehingga peserta didik, yang akhirnya bermuara
pada saat mereka menyelesaikannya pada peningkatan prestasi belajar
mampu memerankan dirinya sebagai warga siswa, (2) dapat memberikan masukan
masyarakat-bangsa yang nasionalis. Untuk kepada guru IPS dalam menentukan
menjadikan siswa yang demikian, maka strategi, metode atau model
harus diawali dengan penanaman konsep pembelajaran yang lebih menekankan
dan seperangkat keterampilan dasar warga pada aktivitas siswa dalam
negara. Hal ini akan bisa dilakukan dengan pembelajaran, khususnya kepada guru
optimal salah satunya adalah melalui IPS untuk terus menambah informasi
penerapan model pembelajaran penemuan terutama dalam implementasi model
terbimbing sebagaimana temuan dari pembelajaran penemuan terbimbing
penelitian ini di atas. dalam upaya meningkatkan prestasi
Penutup belajar siswa
Berdasarkan atas permasalahan yang (3) Bagi kepala sekolah, dapat memotivasi
dirumuskan dan hasil yang diperoleh dari dalam membina Guru untuk
penelitian ini, maka dapat disimpulkan memanfaatkan model-model
bahwa: Penerapan Model pembelajaran pembelajaran yang baik dan inovatif
penemuan terbimbing dapat meningkatkan sehingga dapat meningkatkan kualitas
prestasi belajar IPS siswa kelas VIII A SMP pembelajaran di sekolah serta dapat
Negeri 3 Manggis. Hal ini dapat dilihat dari mewujudkan siswa yang cerdas dan
peningkatan yang terjadi. Nilai rata-rata berprestasi.
prestasi belajar siswa pada siklus I (4) Kepada para peneliti sejenis yang
diperoleh 73,54, kemudian pada siklus II berminat untuk memverifikasi hasil
meningkat dengan rata-rata 82,29 penelitian ini, hendaknya
mengalami peningkatan sebesar 8,75. mengkomparatifkan model ini dengan
Prosentase ketuntasan klasikal pada siklus I model pembelajaran yang lain.
mencapai 71,88%, kemudian pada siklus II Daftar Pustaka
meningkat menjadi 96,88% sehingga Abdul Wahab solichin. 1986. Analisis
mengalami peningkatan sebesar 25,00%. kebijaksanaan, dari Formulasi Ke
Berdasarkan temuan-temuan yang implementasi kebijaksanaan Negara,
diperoleh dalam penelitian ini, maka Jakarata: Edisi Kedua, Bumi Aksara.

JURNAL INOVASI | Kadek Upik Lilian Mahayanthy, S.Pd. 64


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Ali, H. Muhamad. 1987. Guru dalam Proses Kuhlthau, C Carol. 2006. Guided Inquiry
Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Learning In The 1st Century.
Baru. Westport, CT: Libraries Unlimited.
Andriani, dkk. 2011. ”Efektifitas Lasmawan, Wayan. 2010. Menelisik
Penerapan Pembelajaran Inkuiri Pendidikan IPA. Singaraja:
Terbimbing (Guided Inquiry) pada Mediakom Indonesia Press Bali.
Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Mulyasa, 2006. Menjadi Guru Profesional:
Cahaya di Kelas VIII SD Negeri 2 Menciptakan Pembelajaran Kreatif
Muara Padang 2011”. Laporan dan Menyenangkan. Bandung: PT
Penelitian. Remaja Rosdakary.
Arif Gunawan. 2011. Remaja dan Munadi, Wahyudi . 2003. Media
Permasalahannya. Yogyakarta : Pembelajaran. Jakarta: Gama Persada
Hanggar Kreator Press
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Netra, Ida Bagus, 1976. Metodologi
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Penelitian, Biro Penciptaan dan
Jakarta: Rineka Cipta. Penerbit Fakultas Keguruan dan Ilmu
Depdiknas, 2003. Undang-Undang Nomor Pendidikan Universitas Udayana,
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Singaraja
Pendidikan Nasional. Jakarta : Nurkancana, Wayan. 1986. Evaluasi
Depdiknas. Pendidikan. Surabaya: Usaha
Dimyati dan Mudjiono, 1994. Belajar dan Nasional
Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud Nurkancana. 2007. Pemahaman dan Hasil
Dimyati, 1999. Belajar dan Pembelajaran. belajar pada Peserta Didik. Jakarta:
Jakarta: Depdikbud Rineka Cipta.
Gagne, R.M. 1984. The conditions of Putrayasa, Ida Bagus. 2005. Pembelajaran
learning. New York: Holt, Rinehart & Bahasa Indonesia Berbasis Inquiri
Winston. dalam Upaya Meningkatkan
Gunawan R. 2011. Pendidikan IPS Filosofi, Aktivitas, Kreativitas, dan
Konsep, dan Aplikasi. Bandung: Logikalitas. (Tesis). Singaraja.
Alfabeta Institut Keguruan dan Ilmu
Hamalik Oemar, 2004. Media Pendidikan. Pendidikan Negeri Singaraja
Bandung : Alumni Reigeluth, C.M. Merril MD. 1979. Classes
Hasan, S.H. 2005. Pembaharuan of Instructional
Pendidikan IPS di Era Otonomi Variables.Educational Technology
Pendidikan. Makalah. Disajikan Riadi, Yusli. 2012. Lezatnya Matematika.
dalam seminar sehari Fakultas PIPS Artikel.
IKIP Negeri Singaraja. Singaraja: Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
FPIPS IKIP Negeri Singaraja. Pembelajaran Berorientasi Standar
Isjoni. 2007. Pembelajaran Kooperatif : Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada
Meningkatkan Kecerdasan Media Group.
Komunikasi Antar Peserta Didik. Somantri, M. N. (2001). Menggagas
Yogyakarta: Pustaka Belajar pembaharuan pendidikan IPS.
Joyce, B. and Weil M. 1986. Models of Bandung: Remaja Rusdakarya.
Teaching. Fifth Edition. Boston: Trianto. 2006. Mendesain Model
Allyn Bacon. Pembelajaran Inovatif Progresif.
Kemendikbud. 2016. Permendikbud Jakarta: Prenada Media.
Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Trianto. 2007. Model Pembelajaran
Standar Proses Pendidikan Dan Terpadu dalam Teori dan Praktek.
Menengah. Jakarta: Kemendikbud Jakarta: Prestasi Pustaka.

JURNAL INOVASI | Kadek Upik Lilian Mahayanthy, S.Pd. 65


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

PENERAPAN MODEL KONSELING KELOMPOK UNTUK


MENINGKATKAN MINAT BELAJAR
SISWA

Oleh :
ARI DJATININGSIH, S.PD.

Abstrak
Penelitian tindakan bimbingan konseling ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa
kelas VIIB SMP Negeri 4 Bebandem Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui penerapan
konseling kelompok. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas kelas VII B yang
berjumlah 32 siswa. Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah pedoman obsevasi dan
kuesioner. Data di analisis secara deskriptif. Berdasarkan pada hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penerapan konseling kelompok dapat meningkatkan minat belajar siswa
Kelas VII B SMP Negeri 4 Bebandem. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan minat belajar
yaitu dari skor rata-rata 65,09 menjadi 85,19 dengan kategori sedang pada siklus I dan
mengalami peningkatan menjadi 96,53 pada siklus II dengan kategori tinggi. Ini berarti bahwa
penerapan konseling kelompok dapat meningkatkan minat belajar siswa dan semakin baik
konseling kelompok digunakan dalam menangani permasalahan minat belajar, maka akan
semakin baik pula hasil yang didapatkan. Ini berarti bahwa penerapan konseling kelompok
dapat meningkatkan minat belajar siswa dan semakin baik konseling kelompok digunakan
dalam menangani permasalahan minat belajar, maka akan semakin baik pula hasil yang
didapatkan.

Kata Kunci : Model Konseling kelompok; Minat Belajar

Pendahuluan Dalam upaya pembelajaran banyak


Pendidikan adalah suatu proses sekali masalah yang timbul, karena banyak
pembudayaan dan pemberdayaan manusia faktor yang mempengaruhi seperti sarana
yang berkembang menuju kepribadian dan prasarana yang kurang memadai,
mandiri untuk membangun dirinya sendiri keterampilan guru yang kurang profesional,
dan masyarakat. Dalam hal ini pendidikan serta proses pembelajaran yang kurang
mempunyai peran yang sangat penting bagi kondusif dan edukatif. Banyak upaya yang
individu, serta menentukan dalam telah dilakukan pemerintah untuk
pembentukan sumber daya manusia yang mengatasi masalah tersebut di atas.
berkualitas. Dalam Undang-Undang Berdasarkan hasil observasi dan
Pendidikan No.20 Tahun 2003 Pendidikan wawancara di SMP Negeri 4 Bebandem
Nasional berfungsi mengembangkan minat belajar siswanya masih rendah atau
kemampuan dan membentuk watak serta belum sesuai seperti apa yang diharapkan.
peradaban bangsa yang bermanfaat dalam Berdasarkan hal tersebut di atas jelaslah
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan bimbingan dan konseling sangat diperlukan
untuk berkembangnya potensi peserta didik dalam upaya mengembangkan diri
agar menjadi manusia yang beriman dan memanfaatkan lingkungan dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bertanggung jawab melestarikan norma-
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, norma karena subyek didik sebagai sumber
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara daya manusia menduduki posisi sentral dan
yang demokratis serta bertanggung jawab utama yang patut dikembangkan sehingga
(Depdiknas, 2003). tercapainya kesejahteraan bangsa.
JURNAL INOVASI | Penerapan Model Konseling Kelompok Untuk 66
http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Kemampuan siswa di sekolah pada tertarik yang ditunjukkan oleh peserta didik
prinsipnya dapat dibagi menjadi tiga dalam melakukan aktivitas belajar, baik di
golongan yaitu: kelompok siswa yang rumah, di sekolah, dan di masyarakat.
berkemampuan tinggi, kelompok siswa Disekolah untuk menumbuhkan minat
yang berkemampuan sedang dan kelompok belajar siswa, guru pembimbing berperan
siswa yang berkemampuan rendah atau penting dalam hal menumbuhkan minat
kurang. Kesulitan belajar siswa disebabkan belajar, dengan salah satu caranya adalah
oleh bermacam-macam faktor, faktor- guru pembimbing sebagai motivator, guru
faktor tersebut secara garis besarnya dapat harus mampu merangsang dan memberikan
dibagi menjadi dua faktor yaitu; faktor dorongan serta penguatan untuk
internal dan faktor eksternal. Faktor mendinamisasikan potensi siswa,
internal adalah segala yang bersumber dari menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan
dalam diri siswa seperti perhatian, daya cipta (kreativitas). Sehingga akan
kecerdasan, motivasi, sikap, berpikir, terjadi dinamika dalam proses belajar
ingatan, percaya diri, minat, bakat serta mengajar.
kepribadian. Sedangkan faktor eksternal Sebagai tolak ukur keberhasilan
adalah segala sesuatu yang bersumber dari pendidikan maka minat belajar menjadi
luar diri siswa seperti faktor lingkungan sangat penting, sehingga perlu dilakukan
belajar (lingkungan alam dan sosial) serta berbagai upaya agar minat belajar siswa
faktor sistem pengajaran (kurikulum, bahan secara kualitas dan kuantitas dapat terus
dan metode pengajaran). Salah satu faktor dikembangkan. Namun minat belajar yang
yang perlu diperhitungkan dalam penelitian rendah terhadap mata pelajaran akan
ini adalah minat siswa dalam belajar. menimbulkan permasalahan belajar
Dalam proses belajar yang dilakukan sehingga prestasi yang dimiliki siswa
siswa dipengaruhi berbagai faktor yaitu ada menjadi rendah, atau dapat dikatakan
faktor yang datang dari diri indivu itu bahwa minat mempengaruhi kualitas
sendiri dan ada faktor yang dipengarhui pencapaian hasil kerja siswa dalam bidang
dari luar seperti kondisi lingkungan sekitar tertentu khususnya pada pelajaran.
siswa tinggal (dirumah, sekolah, dan Saleh dan Wahab (2005:262)
masyrakat). Selaian dari faktor tersebut mengemukakan bahwa minat belajar dapat
yang dalam belajar, minat juga besar diartikan sebagai suatu kencenderungan
pengaruhnya terhadap kondisi belajar untuk memberikan dan bertindak terhadap
siswa, besarnya minat belajar setiap siswa orang, aktivitas atau situasi yang menjadi
berbeda-beda. Bila bahan pelajaran yang objek dari minat tersebut dengan disertai
dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, perasaan senang. Semakin kuat atau dekat
siswa tidak akan belajar dengan sebaik - hubungan tersebut, maka semakin besar
baiknya, karena tidak ada daya tarik minat. Minat adalah kecenderungan yang
baginya. Siswa mulai segan untuk belajar, tetap untuk memperhatikan dan mengenang
siswa tidak akan memperoleh kepuasaan beberapa kegiatan yang diminati seseorang
dari pelajaran yang ada disekolah, selain dan diperhatikan terus menerus disertai rasa
dari bahan pelajaran, lingkungan sekitar senang.
tempat siswa belajar pun mempengaruhi Siswa-siswa yang minat belajarnya
minat siswa untuk terus belajar. rendah cenderung menunjukkan perilaku
Hal ini sesuai dengan pendapat Hadis & menyimpang karena tingkat kesadaran dan
Nurhayati (2014:44) yang mengemukakan minat yang dimiliki untuk belajar lebih
bahwa minat adalah sebagai rasa tertatik rendah dibandingkan siswa-siswa yang
yang ditunjukkan oleh individu kepada memiliki minat belajar sedang maupun
suatu objek, baik objek yang berupa benda tinggi. Hal ini dapat merugikan dirinya
hidup maupun benda yang tidak hidup. sendiri, teman sekelas atau teman sekolah,
Sedangkan minat belajar adalah rasa guru-guru, dan keluarga. Salah satu contoh,

JURNAL INOVASI | Ari Djatiningsih, S.Pd. 67


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

siswa SMP yang tidak berminat untuk dirinya, melayani tujuan-tujuannya,


belajar di sekolah, tetapi siswa tersebut memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.
tetap harus mengikuti pelajaran-pelajaran (b) Cara yang paling efektif untuk
di sekolah karena absensi merupakan salah membangkitkan minat pada subyek
satu syarat kelulusan, maka siswa tersebut yang baru adalah menggunakan minat-
terpaksa terlibat pada pelajaran-pelajaran di minat siswa yang ada. Misalnya siswa
sekolah. Namun keterlibatan itu tidak menaruh minat pada olahraga balap
optimal karena akan mengurangi perhatian, mobil, maka sebelum mengajarkan
dorongan, ketekunan, keinginan, dan percepatan gerak, pengajar dapat
kepuasannya dalam belajar. Sehingga akan menarik perhatian dengan
timbul rasa bosan yang nantinya akan menceritakan sedikit mengenai balap
dialihkan kepada aktivitas-aktivitas yang mobil.
menyimpang, contoh konkritnya adalah (c) Membentuk minat-minat baru pada
menggangu teman-temannya yang sedang siswa. Ini dapat dilakukan dengan
aktif belajar atau mengobrol dengan teman memberikan informasi mengenai
yang sama-sama tidak berminat belajar. hubungan antara suatu bahan
Maka dari itu perlu diupayakan penanganan pengajaran yang akan diberikan
khusus bagi siswa yang minat belajarnya dengan bahan pengajaran yang lalu dan
rendah. menguraikan kegunaannya bagi siswa
Pengalaman belajar yang diberikan oleh di masa yang akan datang.
guru biasanya melalui pengelolaan (d) Minat dapat ditingkatkan dengan cara
pembelajaran dalam bentuk klasikal, menghubungkan bahan pelajaran
sehingga siswa mendapat perlakuan yang dengan suatu berita yang sensasional
sama padahal pada aspek-aspek tertentu yang sudah diketahui kebanyakan
siswa memerlukan perlakuan yang berbeda. siswa.
Hal tersebut menunjukkan perlu adanya (e) Dalam meningkatkan minat, pengajar
usaha pendekatan yang lebih relevan. Maka dapat memakai insentif dalam usaha
dari itulah penulis terdorong untuk mencapai tujuan pengajaran. Insentif
mengembangkan bimbingan terhadap marupakan alat yang dipakai untuk
siswa yang memiliki minat belajar rendah, membujuk seseorang agar melakukan
sebagai bentuk layanan dalam konteks sesuatu yang tidak ingin dilakukannya
pembelajaran sehingga siswa dapat meraih atau yang tidak dilakukan dengan baik.
prestasi yang diharapkan. Menurut Frank Diharapkan penerimaan insentif akan
Miller, “bimbingan adalah proses membangkitkan motivasi siswa dan
membantu individu untuk mencapai mungkin minat terhadap pelajaran
pemahaman diri dan arah diri terutama akan muncul.
untuk membuat penyesuaian terhadap Djamarah (dalam Wartawan, 2005:41)
sekolah, keluarga, dan masyarakat” mengemukakan bahwa ada beberapa cara
(http://husniabdillah.multiply.com) yang dapat dilakukan untuk
Slameto (2010:180) mengemukakan membangkitkan minat, yaitu : a.
bahwa ada beberapa cara untuk Membangkitkan adanya suatu kebutuhan,
meningkatkan minat siswa : b. Menghubungkan persoalan dengan
(a) Pada dasarnya adalah membantu siswa pengalaman yang lampau, c.
melihat bagaimana hubungan antara Menghubungkan dengan cita-cita. Ada
materi yang diharapkan untuk empat aspek yang bisa menumbuhkan
dipelajarinya dengan dirinya sendiri. minat menurut Shalahuddin (dalam
Proses ini berarti menunjukan pada http://sobatbaru.blogspot.com/2008_10_01
siswa bagaimana pengetahuan atau _archive.html), yaitu :
kecakapan tertentu mempengaruhi (a) Fungsi/Adanya Kebutuhan-
Kebutuhan.

JURNAL INOVASI | Ari Djatiningsih, S.Pd. 68


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Minat dapat muncul atau digerakkan, Menurut Djamarah (2002: 132)


kebutuhan bisa dikelompokkan indikator minat belajar yaitu rasa
menjadi empat, menurut Sardiman suka/senang, pernyataan lebih menyukai,
AM, kebutuhan tersebut adalah : a. adanya rasa ketertarikan adanya kesadaran
Kebutuhan psikologis, seperti lapar, untuk belajar tanpa di suruh, berpartisipasi
haus, b. Kebutuhan cinta dan kasih dalam aktivitas belajar, memberikan
dalam suatu golongan, seperti perhatian. Menurut Slameto (2010: 180)
disekolah dan di rumah, c. Kebutuhan beberapa indikator minat belajar yaitu:
keamanan, seperti rasa aman, d. perasaan senang, ketertarikan, penerimaan,
Kebutuhan untuk mewujudkan dan keterlibatan siswa.
keinginan atau pengembangan bakat Dari beberapa definisi yang
(b) Keinginan. dikemukakan mengenai indikator minat
Keinginan dapat mendorong belajar tersebut diatas, indikator minat
munculnya minat terhadap sesuatu, yaitu:
seperti keinginan menjadi dokter. a) Perasaan Senang
Secara otomatis orang tersebut Apabila seorang siswa memiliki
terdorong dan berminat untuk perasaan senang terhadap pelajaran
mempelajari hal-hal yang berkaitan tertentu maka tidak akan ada rasa
dengan ilmu kedokteran (kesehatan, terpaksa untuk belajar. Contohnya
penyakit-penyakit). Semakin besar yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak
keinginan, maka semakin besar/tinggi ada perasaan bosan, dan hadir saat
minat yang muncul dalam diri pelajaran.
seseorang. b) Keterlibatan Siswa
(c) Pengaruh kebudayaan. Ketertarikan seseorang akan obyek
Kebudayaan terdiri dari dua lingkup, yang mengakibatkan orang tersebut
yaitu lingkup mikro (individual) dan senang dan tertarik untuk melakukan
lingkup makro (sosial, adat istiadat) atau mengerjakan kegiatan dari obyek
kebudayaan dapat memunculkan tersebut. Contoh: aktif dalam diskusi,
minat-minat tertentu seperti tari-tarian, aktif bertanya, dan aktif menjawab
tari remo dari jawa timur, jaipong dari pertanyaan dari guru.
jawa barat, semua itu akan menarik c) Ketertarikan
orang untuk memperhatikan dan Berhubungan dengan daya dorong
mempelajari kebudayaan jawa barat siswa terhadap ketertarikan pada
dan jawa timur. sesuatu benda, orang, kegiatan atau
(d) Pengalaman. bias berupa pengalaman afektif yang
Pengalaman merupakan permulaan dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
dari kebudayaan seperti pengalaman Contoh: antusias dalam mengikuti
seorang guru dapat menimbulkan/ pelajaran, tidak menunda tugas dari
menumbuhkan minat guru untuk guru.
menekuni bidang-bidang keguruan, d) Perhatian Siswa
dengan adanya pengalaman tersebut Minat dan perhatian merupakan dua
minat seseorang bisa tergerak hal yang dianggap sama dalam
(bertambah), misalnya ada seseorang penggunaan sehari-hari, perhatian
siswa, tahun lalu menduduki prestasi siswa merupakan konsentrasi siswa
rendah, maka siswa tersebut berpikir terhadap pengamatan dan pengertian,
agar jangan sampai itu terulang dengan mengesampingkan yang lain.
kembali, sehingga ia lebih Siswa memiliki minat pada obyek
meningkatkan belajarnya dan tertentu maka dengan sendirinya akan
tercapainya prestasi yang lebih baik memperhatikan obyek tersebut.
dari yang kemarin (tahun lalu).

JURNAL INOVASI | Ari Djatiningsih, S.Pd. 69


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Contoh: mendengarkan penjelasan yaitu antar hubungan dari semua orang


guru dan mencatat materi. yang terlibat dalam kelompok, dapat
Untuk dapat meningkatkan minat merupakan wahana dimana masing-masing
belajar, secara teoritik dapat dilakukan anggota kelompok itu (secara perorangan)
dengan memberikan layanan konseling dapat memanfaatkan semua informasi,
kelompok. Menurut Nurihsan (2003:32) tanggapan, dan berbagai reaksi dari anggota
bahwa konseling kelompok merupakan kelompok lainnya untuk kepentingan
bantuan kepada individu dalam situasi dirinya yang bersangkut paut dengan
kelompok yang bersifat pencegahan dan pengembangan diri anggota kelompok yang
penyembuhan, dan diarahkan kepada bersangkutan. “Dari segi lain, kesempatan
pemberian kemudahan dalam mengemukakan pendapat, tanggapan, dan
perkembangan dan pertumbuhannya. berbagai reaksi pun dapat merupakan
Konseling kelompok adalah layanan peluang yang amat berharga bagi
konseling perorangan yang dilaksanakan perorangan yang bersangkutan.
didalam suasana kelompok (Prayitno dan Kesempatan timbal balik inilah yang
Amti 2004:311). Konseling kelompok merupakan dinamika dari kehidupan
merupakan suatu proses yang mana kelompok (dinamika kelompok) yang akan
konselor terlibat dalam hubungan dengan membawakan kemanfaatan bagi para
sejumlah klien pada waktu yang sama anggotanya” Prayitno, (1995:23).
(Wibowo 2005:18). Konseling kelompok Dengan memanfaatkan suasana
merupakan wawancara konseling antara kelompok yang akan diperoleh melalui
konselor professional yang tergabung konseling kelompok siswa akan lebih aktif
dalam suatu kelompok kecil (Winkel dan dan terbuka dalam menyampaikan masalah
Hastuti 2005:549). Menurut Winkel sehingga dapat mempermudah dalam
(2005:13), konseling kelompok yaitu menggali dan mencari solusi dari penyebab
layanan yang membantu peserta didik masalah yang dialami oleh siswa. Dalam
dalam pembahasan dan pengentasan hubungan ini Prayitno (1995: 23),
masalah pribadi melalui dinamika menyatakan konseling kelompok adalah
kelompok. upaya memberikan bantuan kepada siswa
Masalah yang dihadapi siswa adalah dengan memanfaatkan dinamika di dalam
masalah belajar, dan salah satu penyebab kelompok tersebut. Di dalam konseling
timbulnya masalah belajar adalah minat kelompok adanya interaksi timbal balik
belajar yang rendah. Minat belajar yang yang merupakan dinamika dari kehidupan
rendah dapat ditingkatkan melalui suatu kelompok yang akan membawakan
penataan proses, pemahaman diri, kemanfaatan bagi para anggotanya. Setiap
penerimaan diri, pengarahan diri, atau anggota kelompok dapat memanfaatkan
pengalaman belajar secara optimal. Dengan semua informasi, tanggapan, dan berbagai
demikian jelas bahwa bimbingan kelompok reaksi dari anggota kelompok yang
merupakan kegiatan pemberian informasi bersangkutan.
tertentu kepada para anggota kelompok. Dalam konseling kelompok, para peserta
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, secara langsung terlibat dan menjalani
bimbingan merupakan proses pemberian dinamika kelompok selain memperoleh
bantuan terhadap kelompok yang memiliki pengembangan diri secara umum juga
masalah yang sama yaitu minat belajar dapat diperoleh hal-hal positif berkenaan
yang rendah, sehingga siswa mampu dengan muatan tertentu yang sengaja
memecahkan masalah kelompok dan dirancang dan dirangsang terjadinya oleh
masalahnya sendiri dengan mandiri. Untuk pemimpin kelompok (Prayitno, 1995: 67).
mencapai keberhasilan dalam bimbingan Dengan konseling kelompok, siswa akan
kelompok maka diperlukan adanya berusaha secara bersama-sama untuk
dinamika kelompok. Suasana kelompok,

JURNAL INOVASI | Ari Djatiningsih, S.Pd. 70


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

mencapai tujuan bersama yaitu terpecahnya Jenis penelitian yang dilakukan adalah
masalah yang dialami. penelitian tidakan. Penelitian ini dirancang
Metode Penelitian dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus dalam
Penelitian ini adalah Penelitian rencana ini terdiri dari enam tahap kegiatan,
Tindakan Bimbingan Konseling (PTBK) yaitu : 1) identifikasi, 2) diagnosa, 3)
atau Action Research in counseling, yaitu prognosa, 4) treatment/konseling, 5)
penelitian tindakan yang dilaksanakan evaluasi, dan 6) refleksi yang berulang
dalam layanan BK dengan tujuan untuk secara siklus.
memperbaiki dan meningkatkan kualitas Data yang dikumpulkan dalam
pembelajaran, Basrowi dan Suwandi penelitian ini adalah data tentang minat
(dalam Kurnia, 2013:71). Menurut Dantes belajar. Untuk memperoleh data yang
(2017:133) penelitian tindakan merupakan akurat dari variabel yang diteliti dengan
suatu penelitian yang dilakukan karena menggunakan metode observasi dan
adanya kebutuhan pada saat itu, suatu kuesioner. Hasil perubahan berupa
situasi yang memerlukan penanganan peningkatan minat belajar siswa dipantau
langsung dari pihak yang bertanggung dengan kuesioner minat belajar, untuk
jawab atas penanganan situasi melihat seberapa besar hasil manfaat
tersebut(guru). Selajutnya menurut Elliott konseling kelompok untuk meningkatkan
(dalam Kunandar, 2004: 43) penelitian minat belajar siswa, maka skor hasil
tindakan sebagai “kajian dari sebuah situasi penyebaran kuesioner tersebut
sosial dengan kemungkinan tindakan untuk dilaksanakan akan dianalisis secara
memperbaiki kualitas situasi sosial deskriptif. Data minat belajar dikumpulkan
tersebut”. Sedangkan Ridwan (dalam dengan menggunakan kuesioner yang
Oktariyani, 2013: 54) menyatakan bahwa berjumlah 25 butir. Skor maksimum untuk
“penelitian tindakan kelas adalah masing-masing pilihan adalah 5 sehingga
pelaksanaan tindakan yang dilakukan skor maksimum ideal yang bisa dicapai
kepada sekelompok murid dalam waktu siswa adalah 125 sedangkan skor minimum
yang sama dengan melalui prosedur adalah 25. Skor rata-rata minat siswa yang
penelitian”. diperoleh dari perhitungan dibandingkan
“Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan skor penggolongan yang telah
berlingkup mikro, dilakukan dalam lingkup ditetapkan. Skor rata-rata minat belajar
kecil, bisa kelas atau beberapa kelas di siswa dianalisis dengan rumus:
suatu sekolah sehingga tidak perlu __
X=
 X (Arikunto, 2005)
menghiraukan sampel. Istilah sampel dan
N
populasi tidak diperlukan dalam PTK, __
karena hasilnya bukan untuk Dimana : X = skor rata-rata
digeneralisasikan” Indrawati dan Maman
Wijaya, (2001:11). Subjek dalam penelitian
 X = jumlah seluruh skor
N = jumlahsiswa.
ini adalah siswa Kelas VII B SMP Negeri 4
Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli
Bebandem Semester Ganjil tahun pelajaran
sampai bulan Desember 2018. Penelitian
2018/2019 yang berjumlah sebanyak 32
ini dikatakan berhasil apabila Ketercapaian
siswa, yang terdiri atas 18 orang siswa putra
proses pembelajaran pada aspek minat
dan 14 orang siswa putri. Objek penelitian
belajar terjadi jika rata-rata minat belajar
ini terdiri atas objek amatan dan objek
siswa minimal mencapai 87,50 dengan
tindakan. Objek tindakan adalah konseling
kualifikasi minat belajar siswa berada pada
kelompok, sedangkan objek amatannya
kategori tinggi dan terjadi peningkatan rata-
adalah Minat belajar pada siswa Kelas VII
rata minat belajar dari siklus I ke siklus II
B SMP Negeri 4 Bebandem Semester
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Ganjil tahun pelajaran 2018/2019.
Tindakan awal yang dilakukan adalah
observasi dan wawancara. Tujuan

JURNAL INOVASI | Ari Djatiningsih, S.Pd. 71


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

observasi dan wawancara ini adalah Dari hasil evaluasi di atas, dapat
mengidentifikasi siswa yang minat dikemukan bahwa terjadi peningkatan
belajarnya rendah. Observasi dilakukan dalam minat belajar siswa setelah diberikan
pada siswa, kemudian informasi dan data konseling kelompok. Ini berarti penerapan
diperoleh dari Wakasek Kesiswaan, konseling kelompok dapat meningkatkan
sedangkan wawancara juga dilakukan minat belajar siswa. Namun dari perolehan
kepada wali kelas dan beberapa guru guru hasil tersebut, dari 32 siswa siswa anggota
mata pelajaran. Berdasarkan observasi dan konseling kelompok ternyata baru 17 orang
hasil wawancara dapat diketahui bahwa siswa yang memenuhi syarat ketuntasan
siswa yang minat belajarnya rendah di SMP dengan kategori tinggi. Oleh karena itu,
Negeri 4 Bebandem, khususnya kelas VII B upaya peningkatan dari 15 orang siswa ini
tergolong tinggi. Adapun data siswa yang perlu dicarikan solusi dan upaya
menunjukkan minat belajarnya rendah peningkatannya, untuk itu akan diupayakan
yaitu hasil belajar siswa tidak sesuai dengan pada siklus II.
harapan. Selain itu siswa selalu ribut di Dari hasil pemantauan Peneliti
kelas, tidak memperhatikan pelajaran yang menunjukkan pelaksanaan konseling
sedang berlangsung, dan tidak kelompok sudah terlaksana sesuai dengan
bersemangat/kurang terdorong dalam yang diharapkan mulai dari persiapan,
mengikuti pelajaran. Untuk mendapatkan pelaksanaan dan pengakhiran. Dari hasil
data yang lebih akurat penulis juga pemantauan, siswa yang diberikan
menyebarkan kuesioner minat belajar. konseling kelompok pada siklus II, sudah
Hasil penyebaran kuesioner diperoleh data menunjukkan perubahan terlihat dari raut
awal bahwa nilai rata-rata minat belajar wajah siswa yang terlihat lega dan senang.
siswa baru mencapai 65,09 dengan siswa Hal ini membuktikan bahwa dari 32 siswa
mencapai kategori sedang sebanyak 17 siswa yang mengikuti konseling kelompok
siswa (56,25%) dan kategori rendah 15 sudah merasa puas mengenai konseling
siswa (43,75%), sedangkan siswa yang kelompok yang diberikan karena masalah
memiliki minat belajar teinggi belum ada. yang dihadapi sudah terentaskan. Dari hasil
Ringkasan data hasil penyebaran kuesioner evaluasi di atas, dapat dikemukan bahwa
pada awal siklus adalah sebagai berikut. terjadi peningkatan dalam minat belajar
Dari hasil observasi di atas yang siswa setelah diberikan konseling
dilaksanakan peneliti selama pelaksanaan kelompok, termasuk siswa yang belum
tindakan siklus I dapat diketahui bahwa memenuhi kriteria ketuntasan pada siklus I.
konseling kelompok berlangsung lancar Dengan berlanjutnya pemberian konseling
dan baik mulai dari persiapan, pelaksanaan kelompok sesuai dengan tabel di atas,
dan pengakhiran namun masih ada yang ternyata siswa tersebut sudah mampu
perlu ditingkatkan agar menjadi lebih baik memenuhi syarat ketuntasan 96,53% yang
lagi. Pada saat konseling kelompok sudah ,melampaui ketuntasan yang
berlangsung, ada beberapa siswa yang ditetapkan. Ini berarti penerapan konseling
terlihat kurang aktif. Evaluasi dilakukan kelompok dapat meningkatkan minat
untuk mengetahui perubahan tingkat minat belajar siswa.
belajar yang dialami oleh masing-masing Penutup
konseli sebagai hasil dari pelaksanaan Berdasarkan pada hasil penelitian dan
konseling kelompok. Untuk mengetahui pembahasan yang telah diuraikan, maka
perubahan peningkatan ini digunakan dapat disimpulkan bahwa penerapan
instrument berupa kuesioner minat belajar konseling kelompok dapat meningkatkan
siswa. Berikut adalah data yang diperoleh minat belajar siswa Kelas VII B SMP
setelah dilakukan analisis terhadap hasil Negeri 4 Bebandem. Hal ini dapat dilihat
kuesioner minat belajar yang telah dijawab dari peningkatan minat belajar yaitu dari
oleh konseli. skor rata-rata 65,09 menjadi 85,19 dengan

JURNAL INOVASI | Ari Djatiningsih, S.Pd. 72


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

kategori sedang pada siklus I dan Abdul Hadis dan Nurhayati, 2010,
mengalami peningkatan menjadi 96,53 Manajemen Mutu Pendidikan.
pada siklus II dengan kategori tinggi. Ini Bandung: Alfabetha
berarti bahwa penerapan konseling Aqib, Zainal 2003, Propesional Guru
kelompok dapat meningkatkan minat Dalam Pembelajaran. Surabaya :
belajar siswa dan semakin baik konseling Cendikia
kelompok digunakan dalam menangani Arikunto, S. 2005. ProsedurPenelitian
permasalahan minat belajar, maka akan Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
semakin baik pula hasil yang didapatkan. Cipta. Jakarta.
Berdasarkan temuan yang sudah Bimo Walgito, 1978. Psikologi Sosial.
disimpulan dari hasil penelitian, dalam Yogyakarta : Yayasan Penerbitan
upaya mencapai tujuan penelitian yaitu Fakultas Psikologi UGM.
meningkatkan minat belajar siswa dapat Dantes, Nyoman, 2007. Metodelogi
disampaikan saran-saran sebagai berikut: Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Sosial
1. Guru pembimbing di sekolah agar dan Humaniora. Singaraja:
membantu siswa yang mengalami minat Universitas Pendidikan Ganesha.
belajar kurang agar diberikan layanan Darsana, W (2007). Pengaruh Tak :
konseling sesuai dengan kebutuhan Stimulasi Persepsi Terhadap Tingkah
siswa. Laku Klien Dengan Halusinasi
2. Kebiasaan dan teknik belajar hendaknya Pendengaran Di Bpk Rsj Propinsi
diubah agar lebih efektif dan siswa Bali Penelitian Quasy-Experiment.
hendaknya meningkatkan minatnya Dibuka pada website
pada pelajaran agar lebih giat untuk http://masdanang.co.cc/10
belajar. September 2009
3. Guru hendaknya mengkemas kegiatan Dewi Septiani (2017) yang berjudul
pembelajaran secara menarik sehingga Penggunaan Layanan Bimbingan
siswa dalam proses belajar menjadi Kelompok Untuk Meningkatkan
termotivasi dalam meningkatkan minat Minat Belajar Siswa Kelas VIII Di
belajarnya dan kehadirannya pula SMP Sriwijaya Bandar Lampung
sehingga prestasi belajar siswa menjadi Tahun Pelajaran 2015/2016.
optimal. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi
4. Siswa yang belum mencapai prestasi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
belajar sesuai dengan kriteria, Djamarah, Syaiful Bahri, 2008. Psikologi
diharapkan mengikuti konseling yang Pendidikan, Jakarta, PT. Rineka
telah direkomendasikan kepada guru BK Cipta.
di sekolah. Erman Amti dan Marjohan. 1992.
5. Guru bidang studi di kelas hendaknya Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
memberikan penguatan bagi siswa yang Depdikbud dan Dirjen Dikti Proyek
berhasil meningkatkan minat belajarnya. Pembinaan Tenaga Pendidikan.
6. Selanjutnya untuk adanya penguatan- Galuh Mulyani . 2016. Penggunaan
penguatan, diharapkan bagi peneliti lain Layanan Konseling Kelompok Untuk
untuk melakukan penelitian lanjutan Meningkatkan Minat belajar Siswa
guna verifikasi data hasil penelitian. Kelas VIII Di SMP Wiyata Karya
Daftar Pustaka Natar Tahun Pelajaran 2015/2016.
Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Hamalik, 2003. Proses Belajar Mengajar.
Wahab, 2004. Psikologi Suatu Bandung : Bumi Aksara.
Pengantar (Dalam Perspektif Islam), Hurlock. 2004. Psikologi Perkembangan.
Kencana : Jakarta, PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.
http://heritl.blogspot.com/2007/12/belajar-
dan-motivasinya.html.

JURNAL INOVASI | Ari Djatiningsih, S.Pd. 73


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

http://husniabdillah.multiply.com Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan


Kunandar. 2004. Langkah Mudah Universitas Negeri Padang.
Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Prayitno.2010. Layanan Bimbingan dan
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Konseling Kelompok. Ghalia
Rajawali Pers Indonesia. Jakarta.
Kurnia, F. dan F. Apit. 2014. Analisis Sedanayasa. 2007. Teknik Dan
Bahan Ajar Fisika SMA Kelas XI di Ketrampilan Konseling. Singaraja.
Kecamatan Indralaya Utara Universitas Pendidikan Ganesha.
Berdasarkan Kategori Literasi Sains. Suarningsih, Ni Nyoman Ayu dkk . 2014.
Jurnal. (Online). Penerapan konseling kelompok untuk
(http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/ meningkatkan minat belajar pada
jipf/article/download/1263/419, siswa kelas XII IS 2 SMA Negeri 1
diakses pada 21 Februari 2015; 19.57 Sawan tahun ajaran 2014/2015.
WIB) Suastika, 2007. Efektifitas Koseling Model
Mufidah. 2010. Pengunaan–Bimbingan- Behavioral Untuk Meningkatan
Kelompok-Dengan-Teknik- Minat Belajar Siswa Kelas XI SMA
DiskusiKelompok-Untuk- Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran
Meningkatkan-Minat-Belajar-Siswa. 2007/2008. Skripsi. Singaraja :
Universitas Negeri Surabaya. Universitas Pendidikan Ganesha.
(online) Sugiyono, 2008. Statistika untuk
Http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/jjur Penelitian, Bandung, Alfabeta
nal_ppb/abstrak/5412/pengunaanbim Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Bimbingan dan
bingan-kelompok-dengan-teknik- Penyuluhan Belajar di Sekolah.
diskusi-kelompok-untuk- Surabaya: Usaha Nasional.
meningkatkanminat-belajar-siswa) -------, 1995. Proses Bimbingan dan
Diakses pada 16 Februari 2016, pukul Penyuluhan. Jakarta: Rineka Cipta.
14.33WIB. Slameto, 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar. Yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Rineka Cipta.
Narbuko, Kholid dan Achmadi, H. Abu. Slameto, 2010, Belajar dan Faktor-Faktor
2005. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Yang Mempengaruhi, Jakarta:
Bumi Aksara. Rineka Cipta.
Nuhrisan. 2003. Landasan Bimbingan dan. Sukardi Dewa Ketut, 1988. Bimbingan Dan
Konseling.Bandung: PT Remaja Konseling. Jakarta : PT. Bina Aksara.
Rosdakarya Sumardi Suryabrata. 1998. Metodelogi
Nurkancana, Wayan. 1993. Pemahaman Penelitian Cetakan II. Jakarta: PT
Individu. Surabaya : Usaha Nasional Raja Grafindo Persada.
Nurkancana, Wayan. 2000. Evaluasi Suranata, Kadek dkk. 2013. Panduan
Pendidikan . Surabaya: Usaha Memimpin Kelompok Dalam
Nasional. Konseling Kelompok. Singaraja :
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Universitas Pendidikan Ganesha
Konseling Kelompok (Dasar dan Surya, Mohamad. 2000. Bimbingan dan
Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia. Konseling. Jakarta: Universitas
Prayitno, dan Erman Amti. 1999. Dasar- Terbuka.
dasar Bimbingan dan Konseling. Suryabrata, Sumadi. 1989. Psikologi
Jakarta: PT Rineka Cipta. Kepribadian. Jakarta: PT. Raja
Prayitno, 2003. Layanan Bimbingan Grafindo Persada.
Kelompok Konseling Kelompok. Sutrisno Hadi, 1986. Statistik 2.
Padang : Jurusan Bimbingan Dan Yogyakarta: Yayasan Penerbitan

JURNAL INOVASI | Ari Djatiningsih, S.Pd. 74


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

Fakultas Psikologi Universitas


Gadjah Mada.
Sutrisno Hadi. 2001. Statistik Jilid II.
Yogyakarta: ANDI.
Tohirin, 2011, Bimbingan dan Konseling di
Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi), Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Wahab, Rochmat, 2005. Penelitian
Tindakan Kelas. Departemen
Pendidikan Nasional. Universitas
Negeri Yogyakarta
Wardani,I.G.A.K, Siti Julaeha, M.A., 2007.
Pemantapan Kemampuan Profesional
Jakarta, Universuitas Terbuka
Wartawan, I Wayan. 2005. "Pembinaan
Kualitas Pembelajaran Fisika Melalui
Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Unava.
Wibowo, mungin. 2005. Konseling
kelompok perkombengan.
Semarang:UNNES PRESS.
Winkel, Sri Hastuti. 2005. Bimbingan dan
Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta : Media Abadi
Yusuf Gunawan, et all. 2001. Pengantar
Bimbingan dan Konseling Buku
Panduan Mahasiswa. Jakarta:
Prenhallindo.

JURNAL INOVASI | Ari Djatiningsih, S.Pd. 75


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW


UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR IPS

Oleh
I WAYAN NURADA, SE

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IX F SMP Negeri 1
Kubu Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020. Data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini adalah: hasil belajar IPS. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subjek siswa kelas IX F
SMP Negeri 1 Kubu semester Ganjil tahun pelajaran 2019/2020 dengan jumlah siswa 32 orang,
yang terdiri dari 19 siswa laki dan 13 siswa perempuan. Data hasil belajar IPS dikumpulkan
dengan tes prestasi IPS, dan kriteria keberhasilannya adalah bila nilai prestasi belajar siswa
mencapai rata-rata ≥ 72, DSS ≥ 72% dan KB ≥ 85%. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Hasil yang diperoleh dengan
mengimplementasikan model pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran IPS adalah: rata-rata
hasil prestasi belajar siswa meningkat dari 69,38 dengan ketuntasan klasikal 50,00% di awal
pembelajaran menjadi 72,50 dengan ketuntasan klasikal 68,75% pada siklus I menjadi 81,09
dengan ketuntasan klasikal 87,50% pada siklus II, hal ini mengindikasikan terjadi peningkatan
hasil belajar dari siklus I ke siklus II Berdasarkan hasil yang dicapai dalam penelitian ini, maka
disarankan kepada guru IPS agar berusaha mencoba mengimplementasikan model
pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran IPS sebagai upaya untuk meningkatkan berprestasi
siswa dan hasil belajar IPS. Penggunaan model pembelajaran JIGSAW dapat meningkatkan
prestasi belajar IPS siswa.

Kata-kata kunci: JIGSAW, prestasi belajar, IPS, hasil belajar

Pendahuluan Penyebabnya bisa saja akibat siswa belum


Untuk mengetahui pencapaian tujuan sepenuhnya berniat untuk meningkatkan
pembelajaran, maka setiap akhir program kemampuan belajar mereka, pada saat
pembelajaran dilakukan evaluasi. Salah diskusi cendrung dikuasai oleh siswa yang
satu hasil evaluasi tersebut adalah hasil pintar, banyak siswa yang belum mau
belajar IPS. Dewasa ini hasil belajar IPS memusatkan perhatian dalam belajar.
yang dicapai oleh siswa masih tergolong Disamping itu, guru juga belum
rendah. Sebagai contoh, proses menggunakan metode dan model
pembelajaran yang berlangsung di SMP pembelajaran yang maksimal sehingga
Negeri 1 Kubu dari hasil pengumpulan data pembelajaran di kelas cendrung monoton.
awal didapat nilai rata-rata siswa kelas IX F Namun apapun yang menjadi latar
pada mata pelajaran IPS baru mencapai belakang permasalahan, apabila ini
69,38 sedangkan KKM untuk mata dibiarkan berlarut tentu berakibat tidak baik
pelajaran IPS 72. Ketuntasan klasikalnya bagi kelangsungan pendidikan siswa dan
baru mencapai 50,00% sedangkan bagi perkembangan mutu pendidikan
ketuntasan klasikal minimal adalah 85%. Bangsa Indonesia.
Hasil belajar siswa untuk mata pelajaran Pembelajaran pada dasarnya adalah
IPS seperti yang ditunjukkan pada contoh proses penambahan informasi dan
diatas mengindikasikan bahwa kemampuan kemampuan baru. Keberhasilan proses
siswa dalam pelajaran IPS belum optimal. pembelajaran lebih banyak ditentukan oleh
JURNAL INOVASI | Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 76
http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

kemampuan guru dalam mengelola proses kesempatan pada siswa adalah model
pembelajaran tersebut. Kadang ada guru pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
yang disebut pintar tetapi lemah dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
menyampaikan pengetahuan dan Jigsaw adalah sebuah model belajar
pemahaman yang ada pada dirinya maka kooperatif yang menitik beratkan kepada
proses pembelajaran tidak akan berhasil kerja kelompok siswa dalam bentuk
dengan baik. Kadang ada guru yang disebut kelompok kecil. Lie (2004)
tidak terlalu pintar tetapi dalam mengungkapkan bahwa model
menyampaikan dan mengelola pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pembelajaran lebih kreatif dan memahami merupakan model belajar kooperatif
cara penyampainnya bisa jadi dengan cara siswa belajar dalam kelompok
menyebabkan proses pembelajaran akan kecil yang terdiri atas empat sampai dengan
berhasil dengan baik. Diantara keduanya enam orang secara heterogen dan siswa
tentu yang paling sesuai adalah memiliki bekerja sama salaing ketergantungan positif
kemampuan profesionalisme keguruan dan dan bertanggung jawab secara mandiri.
mampu menyampaikan dengan baik demi Dalam model pembelajaran jigsaw ini
terciptanya proses dan tujuan pembelajaran siswa memiliki banyak kesempatan untuk
yang diharapkan. mengemukakan pendapat, dan mengelolah
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) imformasi yang didapat dan dapat
merupakan salah satu mata pelajaran dalam meningkatkan keterampilan
jenjang pendidikan dasar, yaitu pada berkomunikasi, anggota kelompok
tingkat sekolah menengah pertama. bertanggung jawab atas keberhasilan
Konsep-konsep yang dikandung dalam kelompoknya dan ketuntasan bagian materi
pelajaran IPS merupakan konsep yang yang dipelajari, dan dapat menyampaikan
memiliki tingkat abstraksi tinggi yang tidak kepada kelompoknya. Menurut Rusman
dapat ditransfer begitu saja kepada siswa, (2010) model pembelajaran tipe jigsaw ini
untuk itu penggunaan metode ini perlu dikenal juga dengan kooperatif para ahli.
dikaji kembali dalam rangka meningkatkan Karena anggota setiap kelompok
hasil belajar IPS. Disadari bahwa masih dihadapkan pada permasalahan yang
terdapat berbagai masalah yang kompleks berbeda. Namun, permasalahan yang
dalam dunia pendidikan kita khusunya dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut
pendidikan IPS. Karena itu masih terus sebagai team ahli yang bertugas membahas
mencoba memecahkan masalah tersebut, permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya,
pendidikan di sekolah masih dihadapkan hasil pembahasan itu di bawah kekelompok
pada berbagai masalah seperti fasilitas, asal dan disampaikan pada anggota
buku media dan dana, sehingga dalam kelompoknya.
penerapannya tampak ada kurang Ada 7 fase dalam melaksanakan
pengertian dan mutu pendidikan masih pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
sangat rendah. Studi kualitas tentang sebagai berikut.
pendidikan IPS dewasa ini menunjukkan Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan
beberapa kelemahan, baik dilihat dari memotivasi siswa.
proses maupun hasil belajar, yang mana Guru menyampaikan semua
pendekatan ekspositoris sangat tujuan pembelajaran yang ingin
mendominasi seluruh proses belajar. dicapai pada pembelajaran
Aktifitas guru lebih menonjol dari pada tersebut dan memotivasi siswa
kegiatan siswa, sehingga belajar siswa belajar.
sebatas pada menghafal. Untuk itu, guru Fase 2 : Menyajikan informasi.
hendaknya dapat menerapkan beberapa Guru menyajikan informasi
model pembelajaran. Salah satu model kepada siswa dengan jalan
pembelajaran yang lebih memberikan menyuguhkan berbagai

JURNAL INOVASI | I Wayan Nurada, SE 77


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

pengalaman dan fenomena yang dalam tim, membagi siswa ke dalam tim
berkaitan langsung dengan materi heterogen yang terdiri dari empat sampai
pelajaran. lima orang; (3) membagi siswa ke dalam
Fase 3 : Base group atau kelompok kelompok ahli secara acak; (4) penentuan
dasar/asal skor awal dan rekognisi tim. Skor kemajuan
Siswa dikelompokkan menjadi individu diperlukan untuk menentukan skor
kelompok dasar/asal dengan kelompok (Slavin, 1995). Skor kelompok
anggota 3 sampai 5 orang dengan ini merupakan skor rata-rata dari skor
kemampuan akademik yang kemajuan individu anggota kelompok.
heterogen. Setiap anggota Metode Penelitian
kelompok diberikan subpokok Penelitian yang dilaksanakan ini adalah
bahasan/topik yang berbeda untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
mereka pelajari. Arikunto (2006) Penelitian Tindakan Kelas
Fase 4 : Expert group atau kelompok ahli adalah suatu pencermatan terhadap
Siswa yang mendapat topik yang kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
sama berdiskusi dalam kelompok yang sengaja dimunculkan dan terjadi
ahli. dalam sebuah kelas secara bersama.
Fase 5 : Kelompok ahli kembali ke Sedangkan Wibawa (Tukiran, 2011)
kelompok dasar/asal berpendapat bahwa Penelitian Tindakan
Siswa kembali ke kelompok Kelas merupakan suatu penelitian yang
dasar/asal untuk menjelaskan apa mengangkat masalah-masalah aktual yang
yang mereka dapatkan dalam dihadapi oleh guru di lapangan.
kelompok ahli. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
Fase 6 : Evaluasi dilaksanakan melalui proses pengkajian
Semua siswa diberikan tes yang berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu
meliputi semua topik. menyusun rencana tindakan (planning),
Fase 7 : Memberikan penghargaan. pelaksanaan tindakan (action), pengamatan
Guru memberikan penghargaan (observing), dan melakukan refleksi
baik secara individu maupun (replecting). Rancangan dari penelitian ini
kelompok. dapat digambarkan seperti berikut.
Peran guru dalam pembelajaran adalah
untuk mengarahkan diskusi, baik pada
kelompok ahli maupun nantinya pada
kelompok dasar/asal. Ini penting, sebab
siswa mempelajari materi bukan seperti
metode ceramah, dimana terjadi transfer
ilmu dari guru ke siswa. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
siswalah yang secara aktif membangun
pengetahuan mereka sendiri. Tentunya Tiap-tiap siklus memiliki atau terdiri
siswa mendapatkan arahan dari guru untuk dari empat tahapan. Empat tahapan itu
mempelajari materi, terutama materi-materi terdiri dari:
yang baru bagi siswa. 1. Tahap Perencanaan (Planing)
Dalam penelitian ini, diterapkan model Dalam tahap ini peneliti menjelaskan
pembelajaran koopertif jigsaw yang tentang apa, mengapa, kapan, dimana,
dikembangkan oleh Slavin. Adapun oleh siapa dan bagai mana tindakan
tahapannya adalah sebagai berikut: (1) tesebut di lakukan. Di tahap
persiapan materi, menyiapkan satu atau dua perencanaan peneliti menentukan titik
bab untuk dibaca dan membuat lembar ahli atau fokus peristiwa yang perlu
untuk tiap unit; (2) membagi siswa ke mendapat perhatian khusus untuk di

JURNAL INOVASI | I Wayan Nurada, SE 78


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

amati, kemudian membuat sebuah merenungkan mencermati, dan


instumen pengamatan untuk membantu menganalisa kembali suatu tindakan
peneliti menerapakan fakta yang terjadi yang telah di lakukan sebagai mana yang
selama tindakan berlangsung dan telah di catat dalam observasi.
mempunyai pandangan kedepan agar Penelitian ini bertempat di SMP Negeri
kwalitas pembelajaran menjadi lebih 1 Kubu yang beralamat di Desa Kubu,
baik serta dapat mencapai tujuan yaitu Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem-
meningkatkan aktivitas belajar dan Bali. SMP Negeri 1 Kubu terdiri atas 10
prestasi belajar siswa. kelas VII, 9 kelas VIII, dan, 9 kelas IX.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting) Sehingga seluruhnya berjumlah 26 kelas.
Tahap kedua dari penelitian tindakan Jumlah keseluruhan siswa SMP Negeri 1
adalah pelaksanaan yang merupakan Kubu adalah 891 siswa. Penelitian ini
implementasi atau penerapan isi difokuskan pada prestasi belajar IPS.
rancangan, yaitu mengenakan tindakan Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX
di kelas. Hal yang perlu di ingat adalah F SMP Negeri 1 Kubu semester Ganjil
dalam tahap kedua ini pelaksanaan guru tahun pelajaran 2019/2020 dengan jumlah
harus ingat dan berusaha menaati apa siswa 32 orang, yang terdiri dari 19 siswa
yang sudah di rumuskan dalam laki dan 13 siswa perempuan. Sedangkan
rancangan, tetapi harus pula berlaku objek dari penelitian ini adalah: hasil
wajar, tidak di buat-buat. belajar IPS.
3. Tahap Pengamatan (Observing) Instrumen yang digunakan didalam
Tahap ke-3 yaitu kegiatan pengamatan penelitian ini terbagi menjadi dua jenis
yang di lakukan oleh pengamat. yaitu: Instrumen pembelajaran (perangkat
Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pembelajaran), yang digunakan peneliti
pengamatan ini di pisahkan dari sebagai bahan acuan dalam kegiatan
pelaksanaan tindakan karena seharusnya pembelajaran adalah Rencana Pelaksanaan
pengamatan di lakukan pada waktu Pembelajaran (RPP) dan Instrumen
tindakan sedang di lakukan. Jadi, pengumpulan data yang digunakan adalah
keduanya berlangsung dalam aktu yang test soal IPS. Selanjutnya data yang
bersamaan. Sebutan tahap ke-2 di terkumpul dianalisis secara deskriptif
berikan untuk memberikan peluang dengan menentukan nilai rata-rata.
kepada guru pelaksana yang juga Hasil Penelitian dan Pembahasan
bersetatus sebagai pengamat. Ketiga Hasil Penelitian
guru tersebut sedang melakukan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
tindakan, karena hatinyamenyatu dilaksanakan dalam dua siklus
dengan kegiatan, tentu tidak sempat menunjukkan terjadinya peningkatan
menganalisis peristiwa sedang terjadi. prestasi belajar siswa melalui implementasi
Oleh karena itu, kepada guru pelaksana model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
yang bersetatus sebagai pengamat agar Aspek prestasi belajar diperoleh melalui
melakukan “pengamatan balik” terhadap pemberian tes prestasi belajar di masing-
apa yang terjadi dalam tindaka masing siklus. Tes prestasi belajar dibuat
berlangsung. dengan porsi yang sama untuk tiap
4. Tahap Refleksi (Reflection) siklusnya dengan mempertimbangkan
Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
mengemukankan kembali apa yag sudah indikator pembelajaran. Tes prestasi belajar
di lakukan. istilah Reflesi berasal dari yang dikembangkan memuat 20 butir soal.
kata IPS reflection, yang di terjemahkan Rata-rata hasil prestasi belajar siswa
ke dalam Bahasa Indonesia pemantulan. meningkat dari 69,38 dengan ketuntasan
Dapat di simpulkan dalam kegiatan klasikal 50,00% di awal pembelajaran
refleksi ada usaha untuk mengingat, menjadi 72,50 dengan ketuntasan klasikal

JURNAL INOVASI | I Wayan Nurada, SE 79


http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

68,75% pada siklus I menjadi 81,09 dengan siswa juga masih malas untuk mengajukan
ketuntasan klasikal 87,50% pada siklus II. pertanyaan mengenai konsep yang belum
Hal ini mengindikasikan terjadi dimengerti. Kendala dan permasalahan
peningkatan prestasi belajar. Berdasarkan yang dihadapi tersebut diatasi melalui
hasil penelitian di siklus II, penelitian ini tindakan perbaikan yang telah dijelaskan
dikatakan berhasil karena rata-rata prestasi pada hasil refleksi siklus I. Perbaikan
belajar siswa di atas 72; daya serap siswa tersebut diantaranya melalui pembagian
diatas 72%; dan ketuntasan klasikal siswa LKS seminggu sebelum pembelajaran,
diatas 85%. memberikan penekanan tentang penialain
Perbandingan hasil belajar IPS untuk terhadap seluruh aktivitas siswa,
silus I dan siklus II terlihat pada grafik membagikan rubrik penilaian aktivitas
berikut. belajar siswa sehingga dapat memotivasi
siswa untuk mampu bersaing dengan
kelompok lainnya.
Perbaikan tindakan yang lain juga
dilakukan misalnya dengan memberikan
bimbingan dengan lebih intensif pada siswa
dalam memecahkan permasalahan dalam
kelompok serta dalam diskusi awal,
menyampaikan hasil kerja kelompok pada
kelompok lain dalam diskusi kelas, dan
memberikan latihan soal yang lebih banyak
Pembahasan pada siswa yang berkaitan dengan
Berdasarkan data dan analisis hasil kehidupan sehari-hari siswa serta
penelitian untuk hasil belajar IPS, bahwa memotivasi siswa agar mau
penerapan model kooperatif tipe jigsaw mengungkapkan permasalahannya untuk di
dalam pembelajaran IPS memberikan diskusikan bersama-sama.
solusi untuk menigkatkan hasil belajar IPS, Simpulan dan Saran
ini dapat dilihat dari adanya peningkatan Berdasarkan hasil analisis data dan
rata-rata hasil prestasi belajar siswa pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal
meningkat dari 69,38 dengan ketuntasan sebagai berikut.
klasikal 50,00% di awal pembelajaran Pertama, implementasi model
menjadi 72,50 dengan ketuntasan klasikal pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran
68,75% pada siklus I menjadi 81,09 dengan IPS dapat meningkatkan prestasi belajar
ketuntasan klasikal 87,50% pada siklus II.
siswa kelas IX F SMP Negeri 1 Kubu
Hal ini tidak terlepas dari keunggulan Semester Ganjil Tahun Pelajaran
model ini, yaitu sebagai berikut. 2019/2020.
1) Dapat mengembakan tingkah laku
Kedua, implementasi model
kooperatif
pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran
2) Menjalin dan mempererat hubungan IPS mampu mengarahkan siswa untuk
yang lebih baik antar siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil
3) Dapat mengembangkan kemampuan heterogen sehingga siswa dapat
akademis siswa menyampaikan argumentasi dan terjadi
4) Siswa lebih banyak belajar dari teman interaksi ke segala arah (guru dengan siswa,
mereka dalam belajar kooperatif dari siswa dengan siswa dalam proses belajar
pada guru. mengajar IPS.
Kendala atau hambatan yang ditemukan Dengan hasil ini, maka disarankan
pada kasus masih ditemukannya siswa yang
kepada guru IPS agar berusaha mencoba
kurang aktif dalam mengungkapkan ide dan
menerapkan model pembelajaran jigsaw
gagasannya untuk menanggapi dalam pembelajaran IPS sebagai upaya
permasalahan yang diajukan, selain itu
JURNAL INOVASI | I Wayan Nurada, SE 80
http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037

untuk meningkatkan motivasi dan hasil


belajar IPS.
Daftar Rujukan
Anita Lie. 2004. Cooperative Learning
Mempraktikkan Cooperative
Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta.
Grasindo
Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksar
Rusman. (2010). Model-model
Pembelajaran (Mengembangkan
Profesionalisme
Guru Edisi Kedua). Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Slavin, E. R. 2009. Cooperative Learning
Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media
Tanireja, Tukiran, dkk. 2011. Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: Alpabeta.

JURNAL INOVASI | I Wayan Nurada, SE 81

Anda mungkin juga menyukai