No. : 0005.27211037/JI.3.1/SK.ISSN/2020.03
Hal. : SK Penerbitan ISSN no. 2721-1037
Kepada Yth.,
Penanggung-jawab / Pemimpin Redaksi
“Inovasi : Jurnal Guru”
Lembaga Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Kabupaten Karangasem
Jalan Gatot Subroto Amlapura Bali
Tel : +6282144680117
Fax :
Surat-e : putubastian@gmail.com
Pusat Nasional ISSN (International Standard Serial Number ) untuk Indonesia yang berpusat di Paris, dengan
ini memberikan ISSN (International Standard Serial Number ) kepada terbitan berkala di bawah ini :
1. Mencantumkan ISSN di pojok kanan atas pada halaman kulit muka, halaman judul dan halaman daftar
isi terbitan tersebut di atas dengan diawali tulisan ISSN, tanpa titik dua. Mencantumkan kodebar atau
barcode ISSN di pojok kanan bawah pada halaman kulit belakang untuk terbitan ilmiah, sedangkan
terbitan non ilmiah/popular di pojok kiri bawah pada halaman kulit muka.
2. Pengelola/Penerbit wajib mengirimkan berkas digital atau softcopy setiap nomor terbitan dalam format
PDF melalui email isjd@mail.lipi.go.id, baik untuk terbitan tercetak maupun online, agar dapat dikelola
dan diakses melalui Indonesian Scientific Journal Database (ISJD).
3. Apabila judul dan atau sub judul terbitan diganti, pengelola terbitan harus segera melaporkan ke PDDI
untuk mendapatkan ISSN baru.
4. ISSN untuk terbitan tercetak tidak dapat digunakan untuk terbitan online. Demikian pula sebalik nya,
kedua media terbitan tersebut harus didaftarkan ISSN nya secara terpisah.
5. ISSN mulai berlaku sejak tanggal, bulan, dan tahun diberikannya nomor tersebut dan tidak berlaku
mundur. Penerbit atau pengelola terbitan berkala tidak berhak mencantumkan ISSN yang dimaksud
pada terbitan terdahulu.
Kepala Pusat Nasional ISSN,
DEWAN REDAKSI
Penasehat
Kepala Disdikpora Kabupaten Karangasem
Pembina
Kabid PK Disdikpora Kabupaten Karangasem
Sekretaris Redaksi
I Made Ludragama, S.Pd
Bendahara
Ni Luh Sriasih, S.Pd
Layout
I Wayan Putra, M.Pd (Web Design, Admin Manager)
Ida Bagus Eka Putrawan, M.Pd (Cover Ilustrator)
Editor
Ida Bagus Nyoman Japa, S.Pd, M.Pd
I Ketut Latri, S.Pd, M.Pd
Mitra Bestari
Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten, S.Pd, M.Hum (Pengawas Disdikpora Provinsi Bali)
Dr Ida Bagus Nyoman Mantra, SH., S.Pd.,M.Pd (Dosen Universitas Mahasaraswati
Denpasar)
Dr. Drs. I Made Suyasa, M.Hum. (Dosen Univ.Muhammadiyah Mataram)
Dr. Drs. Cornelius Sri Murdo Yowono, M.Si (Dosen Universitas Mahasaraswati Denpasar)
Dr. Ida Ayu Made Sri Widiastuti, S.Pd., M.Pd., M.Hum. (Dosen Universitas Mahasaraswati
Denpasar)
Distributor
Ketua KKKS Kecamatan Karangasem
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Inovasi Jurnal Guru Volume
7 No 6 Bulan Agustus Tahun 2021 dapat diterbitkan. Melalui penerbitan edisi online berbasis
OJS ini akan meningkatkan jangkauan publikasi hasil penelitian, praktik baik dan gagasan
ilmiah yang akan memperkaya khasanah karya inovatif guru. Guru yang senantiasa berkarya,
berinovasi dan berbagi merupakan pertanda terjaminnya profesionalitas guru. Pendidik
profesional adalah guru yang mampu berbuat sepenuhnya untuk semata-mata meningkatkan
capaian dari kegiatan belajar yang dilakukan, dan mampu menggerakan guru lainnya melalui
prinsip berbagi.
Tim Dewan redaksi yang telah berupaya dan bekerja keras menghadirkan versi online (Open
Journal System) dari Inovasi Jurnal Guru. Hal ini merupakan langkah maju dalam memenuhi
kebutuhan berbagi karya publikasi ilmiah sehingga bermanfaat untuk pengembangan profesi
guru baik untuk dirinya maupun orang lain. Prinsip berbagi yang dianut oleh guru, selain dapat
mengoptimalkan kinerjanya, juga akan dapat menggerakkan guru lainnya.
Atas capaian itu, Tim Dewan Redaksi Jurnal Inovasi menampaikan ucapan terimakasih yang
sedalam-dalamnya, atas dukungan dari beberapa pihak yaitu :
1. Kepala Disdikpora Kabupaten Karangasem atas pembinaaan dan bimbinganya.
2. Kepala Bidang Tenaga Pendidik Kependidikan Disdikpora Kabupaten Karanagsem
atas bimbinganya dan arahnya.
3. Seluruh relawan yang telah berkontribusi baik tulisan maupun pendanaan.
4. Seluruh mitra bestari yang telah rela meluangkan waktunyua untuk berkontribusi dalam
mereview artikel-artikel dalam jurnal ini.
5. Pihak-pihak lain yang juga telah membantu dalam penerbitan jurnal ini.
Saran dan kritik selalu kami harapkan dalam rangka penyempurnaan karya maupun proses
penerbitan jurnal ini.
Terimakasih
SAMBUTAN
KEPALA DINAS PENDIDIKAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
KABUPATEN KARANGASEM
Om Swastiastu
DAFTAR ISI
SK Dinas dan LIPI .................................................................................................................. viii
Dewan Redaksi ..........................................................................................................................ix
Prakata......................................................................................................................................... x
Sambutan Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Karangasem ......xi
Daftar Isi ...................................................................................................................................xii
Meningkatkan Motivasi Berprestasi Guru Dalam Menyelenggarakan Pembelajaran Melalui
Lesson Study Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar
I Nyoman Suarsa, S.Pd ............................................................................................................... 1
Teknik Kolaboratif Dalam Menentukan Ide Pokok Dalam Paragraf Pada Siswa
Ni Wayan Sariani, S.Pd ............................................................................................................ 10
Penerapan Model Pembelajaran Ctl Berbantuan Teknik 5w+1h Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia
I Wayan Putu Susandi, S.Pd. .................................................................................................... 16
Penerapan Pembelajaran Pakem Dengan Teknik Bernyanyi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Agama Hindu Pada Siswa
Ni Luh Terima........................................................................................................................... 25
Penggunaan Sagu Untuk Meningkatkan Minat Baca Pada Siswa
Ni Wayan Suartini, Pd.SD ........................................................................................................ 34
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Pemberian Balikan Pada
Pembelajaran Matematika
Ni Nengah Tunjung................................................................................................................... 43
Pembelajaran Berbasis ICT, Tantangan Guru Masa Kini
I Gede Sanjaya, S.Pd................................................................................................................. 51
Implementasi Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar IPS
Kadek Upik Lilian Mahayanthy, S.Pd. ..................................................................................... 58
Penerapan Model Konseling Kelompok Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa
Ari Djatiningsih, S.Pd. .............................................................................................................. 66
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS
I Wayan Nurada, SE ................................................................................................................. 76
Oleh
I NYOMAN SUARSA, S.PD
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan meningkatkan motivasi berprestasi guru di SD
Negeri 1 Bugbug melalui Lesson Study dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar. Penelitian ini dilaksanakan karena ditemukan keengganan guru dalam memecahkan
permasalahan pembelajaran sehingga hal itu menimbulkan para guru kesulitan dalam
melakukan inovasi dalam pembelajaran. Penelitian tindakan sekolah ini dirancang dalam dua
siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan melalui empat tahapan (perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi/observasi, dan refleksi). Subjek penelitian ini adalah guru di SD Negeri 1 Bugbug
semester genap tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah guru sebanyak 11 orang. Data
kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dikumpulkan
dengan menggunakan lembar observasi dan data motivasi berprestasi dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner motivasi berprestasi. Kriteria keberhasilan penelitian ini dapat diukur
dari ketercapaian peningkatan kemampuan guru, setelah pelaksanaan kegiatan lesson study.
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila persentase kemampuan guru dan motivasi berprestasi
sekurang-kurangnya 75% guru mencapai kategori baik, dengan tingkat ketuntasan tidak kurang
dari 85%. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut: 1) Analisis data hasil observasi terhadap proses pembelajaran di SDN 1 Bugbug yang
diselenggarakan guru diperoleh capaian pada siklus I, 70,30%, dengan ketuntasan 18,18%
meningkat pada siklus II menjadi 86,06 dengan ketuntasan 90,91%; 2) Analisis data hasil
kuesioner motivasi berprestasi guru SD Negeri 1 Bugbug. Yang diselenggarakan guru pada
siklus I menunjukkan capaian sebesar 65,45% dengan tingkat ketuntasan sebesar 21,27%, yang
meningkat pada siklus II dengan capaian 89,77% dengan tingkat ketuntasan sebesar 90,91%.
Kata Kunci : motivasi berprestasi, lesson study, lingkungan sekolah, sumber belajar.
ce/2002/papers/wang.shtml, diunduh
1 Juni 2018)
Winkel. 2007. Psikologi Pengajaran,
Jakarta: Grasindo.
Oleh
NI WAYAN SARIANI, S.PD
Abstrak
Permasalahan utama yaitu rendahnya minat kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok
paragraf di SD Negeri 1 Tumbu menjadi hal yang sangat memprihatinkan, sehingga
memerlukan tindakan yang tepat untuk mengatasinya. Untuk mengukur prestasi belajar siswa
dalam setiap tindakan yang dilaksanakan penulis melakukan merancang skenario pembelajaran
antara lain Refleksi Awal, Perencanaan, Tindakan, Pengamatan dan Refleksi. Salah satu
tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan siswa dalam
menentukan ide pokok paragraf dalam upaya memahami teks bacaan pada siswa kelas VI di
SD Negeri 1 Tumbu dengan pembelajaran Kolaboratif. Dari berbagai tindakan yang telah
diupayakan ternyata pembelajaran Kolaboratif berdampak sangat baik bagi perkembangan
kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
peningkatan prosentase tindakan mencapai 88,88%. Hasil ini mengindikasikan telah terjadi
peningkatan ketertarikan, perhatian dan keterlibatan siswa dalam membaca meningkat dengan
sangat signifikan. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran
Kolaboratif dalam menentukan ide pokok paragraf pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Tumbu
merupakan tindakan terbaik sebagai solusi untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam
membaca.
terjadi dalam kehidupan mereka sehari- & Duffy, 1984, dalam McLaughlin &
hari, masa depan mereka, dan lingkungan Allen, 2002).
masyarakat luas. Pengetahuan dan Kolaborasi Belajar membutuhkan kerja
keterampilan siswa diperoleh dari usaha sama untuk tujuan bersama. Jenis
siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan pembelajaran ini telah disebut dengan
dan keterampilan baru ketika belajar. berbagai nama: pembelajaran kooperatif,
Mendorong siswa membuat hubungan pembelajaran kolaboratif, belajar bersama,
antara pengetahuan yang dimilikinya belajar masyarakat, mengajar rekan, rekan
dengan penerapannya dalam kehidupannya belajar, atau belajar tim. Kolaborasi lebih
sehari-hari, sementara siswa memperoleh dari kerjasama. Kolaborasi memerlukan
pengetahuan dan keterampilan dari konteks seluruh proses pembelajaran. Dengan kata
yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari lain Ini termasuk siswa mengajar satu sama
proses mengkonstruksi sendiri, sebagai lain, siswa mengajar guru, dan tentu saja
bekal untuk memecahkan masalah dalam guru mengajar siswa, juga. Lebih penting
kehidupannya sebagai anggota masyarakat. lagi, itu berarti bahwa siswa bertanggung
Pemahaman Membaca adalah proses jawab untuk rekan timnya dan menyiratkan
yang berkelanjutan yang berkembang bahwa mereka harus saling memahami dan
dalam pemikiran. Ketika pembaca bertukar pikiran untuk memecahkan
membaca dan membangun makna, mereka masalah (Doly, 2008: 1).
melakukan percakapan batin dengan teks. Metode kolaboratif dalam pembelajaran
Mereka mendengar suara di kepala mereka lebih menekankan pada pembangunan
seolah berbicara kepada teks misalnya makna oleh siswa dari proses sosial yang
ketika mereka membaca tentang bertumpu pada konteks belajar. Metode
pertanyaan, ekspresi tertawa, maupun kolaboratif ini lebih jauh dan mendalam
menangis. Percakapan dalam batin ini dibandingkan hanya sekadar kooperatif.
membantu pembaca memantau Dasar dari metode kolaboratif adalah teori
pemahaman mereka dan membuat mereka interaksional yang memandang belajar
terlibat dalam cerita, konsep, informasi dan sebagai suatu proses membangun makna
ide-ide, yang memungkinkan mereka untuk melalui interaksi sosial. Pembelajaran
membangun pemahaman mereka saat kolaboratif dapat menyediakan peluang
mereka membaca teks (Harvey, Goudvis, untuk menuju pada kesuksesan praktek-
2007: 78). praktek pembelajaran. Sebagai teknologi
Dalam usaha memperoleh pemahaman untuk pembelajaran (technology for
terhadap teks, pembaca menggunakan instruction), pembelajaran kolaboratif
strategi tertentu. Pemilihan strategi melibatkan partisipasi aktif para siswa dan
berkaitan erat dengan faktor-faktor yang meminimalisasi perbedaan-perbedaan antar
terlibat dalam pemahaman, yaitu pembaca individu.
teks dan konteks. Pembaca yang baik Dalam lingkungan pembelajaran, proses
menggunakan strategi pemahaman untuk pembentukan makna dalam diri siswa
mempermudah membangun makna. membutuhkan dukungan guru berupa
Strategi ini mencakup tinjauan, membuat topangan (scaffolding). Topangan adalah
pertanyaan sendiri, membuat hubungan, bantuan yang diberikan dalam wilayah
memvisualisasikan, mengetahui bagaimana perkembangan terdekat (zone of proximal
kata-kata membentuk makna, memonitor, development) siswa (Wood et al., dalam
meringkas, dan mengevaluasi. Peneliti Confrey, 1995). Topangan diberikan
yakin bahwa dengan menggunakan strategi berdasarkan apa yang sudah bermakna bagi
tersebut membantu siswa menjadi pembaca siswa, sehingga apa yang sebelumnya
yang metakognitif (Keene & Zimmerman, belum dapat dimaknai sendiri oleh siswa
1997) ; (Palincsar & Brown, 1984 ; Roehler sekarang dapat bermakna berkat topangan
itu. Dengan demikian, topangan diberikan
kepada siswa dalam situasi yang interaktif, pokok sebuah paragraf Dalam mengatasi
dalam arti guru memberikan topangan tantangan di atas penulis langsung
berdasarkan interpretasi akan apa yang menerapkan metode pembelajaran
sudah bermakna bagi siswa, dan siswa Kolaboratif untuk meningkatkan
mengalami perkembangan dalam proses ketertarikan siswa agar lebih kompetitif
pembentukan makna berkat topangan itu. dalam menentukan ide pokok paragraf yang
Hasil Dan Pelaksanaan didiskusikan.
Tindakan Best Practices ini Guru menyiapkan tujuh topik
dilaksanakan di SD Negeri 1 Tumbu, permasalahan. Permasalahan yang
Banjar Dinas Tumbu Kelod, Desa Tumbu, dimunculkan berasal dari lingkungan
Kecamatan dan Kabupaten Karangasem sekitar siswa. Setelah guru menyampaikan
Tahun Ajaran 2019/2020. Jenis kegiatan ini topik permasalahannya, guru menyuruh
adalah kegiatan Best Practices, dimana siswa untuk mendiskusikan topik-topik
jenis datanya adalah data kualitatif. tersebut. Berikutnya, guru menyampaikan
Menurut pendapat Rubino Rubiyanto peraturan diskusi. Peraturan pertama, guru
(2011:47) “Penelitian kualitatif adalah menyuruh seluruh siswa yang mendapat
penelitian yang menghasilkan data nomor satu menangani topik permasalahan
deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis nomor satu dan siswa tersebut membentuk
atau lisan dari orang-orang yang diamati. kelompok mereka berdasarkan nomor yang
Subjek dalam kegiatan Best Practices ini mereka dapatkan. Kemudian, siswa yang
adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Tumbu mendapat nomor dua menangani topik
yang berjumlah 21 siswa. Subjek permasalahan nomor dua dan semua siswa
pelaksanaan dibedakan antara subjek tersebut membentuk kelompok mereka
pengamat dan subjek yang diamati. Subjek berdasarkan nomor yang mereka dapatkan,
pengamat adalah guru, dan subjek yang begitu pula seterusnya sampai kelompok
diamati adalah siswa. tersebut terbentuk dan mendapatkan topik
Metode pelaksanaan kegiatan ini permasalahan masing-masing. Jadi,
dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu masing-masing kelompok menghadapi
perencanaan, pelaksanaan tindakan, topik permasalahan yang sama serta topik
evaluasi, dan refleksi. Metode ini permasalahan tersebut harus dipecahkan.
dilaksanakan secara siklus yang kontinyu. Dalam diskusi ini, guru memberikan waktu
Berikut adalah metode pelaksanaan untuk berdiskusi selama 20 menit.
kegiatan implementasi pembelajaran Dalam hal ini, masing-masing kelompok
Kolaboratif: Data sangat diperlukan dalam harus mendiskusikan topik permasalahan
kegiatan Best Practices Ini dalam rangka yang didapatkan. Setiap siswa bebas
mengetahui sejauh mana keberhasilan mengeluarkan argumentasinya dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut. Teknik kelompok. Hal itu dimaksudkan agar ide
pengumpulan data pada kegiatan ini atau gagasan yang muncul dari masing-
dilaksanakan dengan teknik wawancara, masing anggota kelompok dapat
observasi, dan dokumentasi. Kegiatan yang menangani topik permasalahan tersebut. Di
dilaksanakan oleh guru untuk mengukur samping itu, tujuan diskusi ini ialah agar
peningkatan kemampuan siswa dalam setiap siswa kaya akan ide ketika
menentukan ide pokok paragraf. Teknik menarasikan permasalahan dalam bentuk
analisis datanya bersifat kualitatif. kemampuan memahami teks.
Selama pelaksanaan kegiatan Best Peraturan selanjutnya, setelah diskusi
Practice ini ada beberapa tantangan yang dalam kelompok telah selesai dilaksanakan,
penulis alami yaitu : Kurangnya siswa disuruh kembali ke tempat duduk
ketertarikan masing-masing siswa dalam mereka masing-masing. Setelah itu, guru
memahami teks bacaan; kurangnya menyuruh siswa untuk menuliskan ide-ide
kemampuan siswa dalam menentukan ide yang mereka diskusikan sebelumnya.
Dooly, M. (2008). Extract from Vaughn, S., Klingner, J.K., Swanson, E.A.,
Telecollaborative Language Boardman, A.G., Roberts, G.,
Learning. A guidebook to moderating Mohammed, S.S., and Stilman, S.J.
intercultural collaboration online. (2011). Efficacy of Collaborative
Bern: Peter Lang. Strategic Reading With Middle
Duke, N.K., and Pearson, P.D. (2001). School Students. Texas: American
Effective Practices for Developing. Educational Research Association.
Gilakjani and Ahmadi. (2011). The
Relationship between L2 Reading
Comprehension and Schema Theory:
A Matter of Text Familiarity. Iran:
International Journal of Information
and Education Technology.
Harvey, S., and Goudvis, A. (2007).
Strategies That Work: Teaching
Comprehension for Understanding
and Engagement. United States of
America: Stenhouse Publishers.
Herrel, A., and Jordan, M. (2004). Fifty
Strategies for Teaching English
Language Learners. California, USA:
Pearson Education, Inc.
Klingner, J., Vaughn, S., Boardman, A.
(2007). Teaching Reading
Comprehension to Students with
Learning Difficulties. New York: The
Guildford Press.
Klingner, K., Vaughn, S., and Shay, J.
(2012). Collaborative Strategic
Reading during Social Studies in
Heterogeneous Fourth Grade
Classrooms. Chicago: The University
of Chicago Press Stable.
Linse, C.T. (2005). Practical English
Language Teaching: Young
Learners. New York: McGraw-Hill
ESL/ELT.
Moreillon, J. (2007). Collaborative
Strategies for Teaching Reading
Comprehension. United States of
America: American Library
Association.
Snowling and Hulme. (2005). The Science
of Reading: A Handbook. USA:
Blackwell Publishing Ltd.
Tyner, B. (2009). Small Group Reading
Instruction : A Differentiated
Teaching Model for Beginning and
Struggling Readers. USA:
International Reading Association.
Oleh
I WAYAN PUTU SUSANDI, S.PD.
Abstrak
Peningkatan pelayanan dibidang pendidikan lewat Pelajaran adalah usaha nyata untuk
menanggulangi kelemahan- kelemahan pelaksanaan proses Pelajaran. Hal tersebut sudah
semestinya diupayakan lewat melakukan sebuah penelitian tindakan yang ada di kelas dimana
guru bertugas, sekaligus menyambut permenpan RB Nomor 16 Tahun 2009. Hal tersebut
yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian yang
dilakukan di Kelas III A di SD Negeri 4 Subagan, pada Semester I tahun pelajaran 2018/2019
bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa. Cara mengumpulkan
datanya dilakukan melalui tes dan cara analisisnya adalah menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran CTL berbantuan teknik
5W+1H dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia Siswa Kelas III A SD Negeri 4
Subagan Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan
rata-rata kelas sebesar 6,79 dan ketuntasan klasikal meningkat sebesar 28,57% dengan kategori
tuntas. Rata-rata kelas pada siklus I 66,42, pada siklus II meningkat menjadi 73,21. Untuk
ketuntasan klasikalnya juga mengalami peningkatan sebesar 28,57% yaitu dari 67,85% pada
siklus I meningkat pada siklus II menjadi 96,42%.
Kata-kata kunci: model pembelajaran Contextual Teaching And Learning, Teknik 5W+1H,
prestasi belajar bahasa Indonesia
dilakukan pada awal proses dengan 3. WHEN diartikan “kapan” atau bisa
memberi motivasi-motivasi, menjelaskan disebut waktu kejadian.
kegunaan materi, dll, (2) Proses 4. WHERE diartikan “dimana”
inquiry muncul pada cara dan kiat menunjukan tempat kejadian.
mendeskripsikan yang ditempuh siswa, (3) 5. WHY diartikan “mengapa” menunjukan
Questioning muncul ketika siswa (peserta) keterangan.
mengamati benda, bertanya, mengajukan 6. HOW diartikan “bagaimana”
usul dan menebak, (4) Learning menunjukan suatu cara.
community muncul pada kerja kelompok Prestasi belajar penguasaan pengetahuan
dan saling menebak dengan kelompok lain, atau keterampilan yang dikembangkan
(5) Modeling, bisa oleh siswa, oleh guru melalui mata pelajaran, lazimnya
atau oleh ahli lain seperti tukang, petani, ditunjukkan dengan nilai tes atau angka
dll, (6) Reflection dilakukan pada akhir nilai yang diberikan oleh guru (KBBI
pembelajaran, (7) Authentic Assessment Online). Pengertian yang lain mengenai
dilakukan pada saat pelajaran berlangsung prestasi belajar ini dikemukakan oleh Moh.
untuk penilaian proses dan setelah Surya (2004:75), yaitu “prestasi belajar
pelajaran untuk penilaian akhir. adalah hasil belajar atau perubahan tingkah
Melalui landasan filosofi laku yang menyangkut ilmu pengetahuan,
konstruktivisme, pembelajaran kontekstual keterampilan dan sikap setelah melalui
“dipromosikan” menjadi alternatif strategi proses tertentu, sebagai hasil pengalaman
belajar yang baru. Melalui model individu dalam interaksi dengan
pembelajaran kontekstual, siswa lingkungannya”.
diharapkan belajar melalui “mengalami”, Djamarah (1994:23) mendefinisikan
bukan “menghafal”. Menurut pandangan prestasi belajar sebagai hasil yang
kaum konstruktivis, pengetahuan itu diperoleh berupa kesan-kesan yang
dibangun dan penguasaannya ditata oleh mengakibatkan perubahan dalam diri
pebelajar sendiri. individu sebagai hasil dari aktivitas dalam
Riska Jayanti (2011), teknik 5W 1H belajar.Kalau perubahan tingkah laku
adalah singkatan dari “What, Who, When, adalah tujuan yang mau dicapai dari
Where, Why, How” yang dalam bahasa aktivitas belajar, maka perubahan tingkah
Indonesia diartikan menjadi kata apa, siapa, laku itulah salah satu indikator yang
kapan, dimana, mengapa dan bagaimana. dijadikan pedoman untuk mengetahui
Teknik 5W +1H adalah suatu konsep dasar kemajuan individu dalam segala hal yang
untuk pengumpulan informasi agar dapat diperolehnya di sekolah. Dengan kata lain
memperoleh cerita yang utuh tentang suatu prestasi belajar merupakan kemampuan-
hal. Kalimat tanya biasa disebut juga kemampuan yang dimiliki oleh siswa
kalimat untuk menggali informasi. Konsep sebagai akibat perbuatan belajar atau
ini menekankan bahwa kalimat tanya yang setelah menerima pengalaman belajar, yang
dipergunakan, dirumuskan dengan dapat dikategorikan menjadi tiga ranah,
5W+1H, yaitu what (apa), Where (di yakni ranah kognitif, afektif, dan
mana), who (siapa), when (kapan), why psikomotor.
(mengapa), dan how (bagaimana). Adapun Mohammad Surya (1979), menyatakan
langkah-langkah teknik 5W+1H adalah bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
sebagai berikut; prestasi belajar dapat dilihat dari berbagai
1. WHAT dalam bahasa Indonesia adalah sudut pandang, antara lain dari sudut si
“apa” menunjukkan benda. pebelajar, proses belajar dan dapat pula dari
2. WHO dalam bahasa Indonesia adalah sudut situasi belajar. Bila kita coba lihat
“siapa” bisa diibaratkan tokoh dalam lebih dalam dari pendapat diatas, maka
cerita (subjek). prestasi belajar dipengaruhi banyak faktor.
Faktor-faktor dari si pebelajar sendiri atau
faktor dalam diri siswa dan faktor luar. tindakan di monitor beserta efeknya serta
Faktor dalam diri siswa seperti IQ, kegagalannya bisa ditemukan, dibuat revisi
motivasi, etos belajar, bakat, keuletan, dan untuk perencanaan selanjutnya. Demikian
lain-lain sangat berpengaruh pada prestasi terus bergulir sampai penelitian berhasil
belajar siswa. Dari sudut si pembelajar sesuai indikator yang diusulkan. Untuk
(siswa), prestasi belajar seseorang indikator tersebut ada di Bab III ini di
dipengaruhi antara lain oleh kondisi bagian yang paling akhir.
kesehatan jasmani siswa, kecerdasan, Siswa-siswa yang dijadikan subjek
bakat, minat, motivasi, penyesuaian diri dalam penelitian ini adalah semua siswa
dan kemampuan berinteraksi siswa. kelas III A SD Negeri 4 Subagan semester
Sedangkan yang bersumber dari proses I tahun Pelajaran 2018/2019 yang
belajar, maka kemampuan guru dalam berjumlah 28 orang yang terdiri dari siswa
mengelola proses pembelajaran sangat laki-laki 18 orang dan siswa perempuan 10
menentukan prestasi belajar siswa. Guru orang, Objek dalam Penelitian Tindakan
yang menguasai materi pelajaran dengan Kelas ini adalah penerapan model
baik, menggunakan metode dan media pembelajaran Contextual Teaching And
pembelajaran yang tepat, mampu Learning (CTL) berbantuan Teknik
mengelola kelas dengan baik dan memiliki 5W+1H untuk meningkatkan prestasi
kemampuan untuk menumbuhkembangkan belajar bahasa Indonesia siswa kelas III A
motivasi belajar siswa untuk belajar, akan SD Negeri 4 Subagan semester I tahun
memberi pengaruh yang positif terhadap pelajaran 2018/2019. Gambaran
prestasi belajar siswa. Sedangkan situasi pelaksanaan penelitian yang berlangsung
belajar siswa, meliputi situasi lingkungan dari Agustus 2018 sampai dengan
keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar. Desember 2018.
Metodologi Penelitian Data yang diperlukan untuk penelitian
Penelitian tindakan kelas ini ini, yaitu data prestasi belajar bahasa
dilaksanakan di SD Negeri 4 Subagan, Indonesia. Data prestasi belajar siswa
Kecamatan Karangasem, Kabupaten dikumpulkan dengan menggunakan tes
Karangasem. Dalam Penelitian Tindakan prestasi belajar. Tes prestasi belajar bahasa
kelas ini rancangan didesainnya dalam Indonesia yang diberikan pada akhir siklus
bentuk siklus dengan pemberian tindakan. adalah tes pilihan ganda. Kriteria penilaian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua yang digunakan adalah jika salah dan tidak
siklus yang setiap siklusnya terdiri dari dua menjawab mendapat skor 0 sedangkan jika
kali pertemuan untuk memberikan benar memperoleh skor. Data prestasi
tindakan. Prosedur yang dilakukan dengan belajar siswa diolah secara deskriptif, yaitu
model ini adalah pada awalnya menemukan dengan menentukan nilai tes prestasi
kekurangan-kekurangan yang ada, setelah belajar siswa. Hasil tes prestasi belajar
dianalisis ternyata kemampuan anak dalam siswa dikonversi dalam skala 100. Melalui
mata pelajaran Bahasa Indonesia masih nilai prestasi belajar siswa selanjutnya bisa
rendah sehingga dibuat perencanaan, diperoleh nilai rata-ratanya. Penelitian ini
dilanjutkan dengan langkah-langkah dikategorikan berhasil jika nilai yang
tindakan yaitu melatih terus sesuai kaidah dicapai masing-masing siswa memenuhi
Pelajaran di SD karena penilaian terhadap DSS 70% sesuai dengan kriteria
kemajuan siswa harus diupayakan ketuntasan minimal (KKM), yaitu 70.
berkesinambungan, begitu juga Sementara itu satu kelas dikatakan tuntas
penilaiannya. Lara Fridani, dkk (2009: 6.6) (ketuntasan klasikal) jika KK 85%. Hal ini
mengatakan bahwa sesuai dengan kriteria yang ditetapkan di
assesment perkembangan siswa SD Negeri 4 Subagan.
dilaksanakan secara terus menerus dan Hasil Penelitian Dan Pembahasan
berkesinambungan. Setelah langkah
Oleh
NI LUH TERIMA
Abstrak
Penelitian ini didasari oleh rendahnya hasil belajar Agama Hindu kelas II dan Juga
pembelajaran yang monoton. Sehingga perlu sebuah solusi dengan menerapkan pembelajaran
PAKEM dengan teknik bernyanyi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
Agama Hindu kelas II melalui penerapan pembelajaran PAKEM dengan Teknik bernyanyi.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Rancangan setiap siklus terdiri
dari 3 Kali pertemuan. SDN 12 Karangasem jumlah siswa 10 orang. Pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan pencatatan dokumen, instrumen observasi dan tes hasil belajar.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif. Berdasarkan
analisis data dapat disimpulkan hasil belajar siswa meningkat baik daya serap maupun
ketuntasannya. Peningkatan daya serap yaitu pada siklus I skor rata-rata hasil belajar siswa
73,5 daya serap 73,5%, dan Ketuntasan klasikal 70,00% sedangkan pada siklus II adalah rata-
rata hasil belajar adalah 81,50, daya serap 81,50%, dan Ketuntasan Klasikal 100%. Hal ini
menunjukkan ada peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 12,21% dari pra siklus dan
10,88% dari Siklus I. Peningkatan daya serap 12,21%, dari pra siklus ke Siklus I dan 10,88%
ke Siklus II. Sementara Ketuntasan Belajar meningkat 75% dari Pra Siklus ke Siklus I dan
42,86% ke Siklus II.
atau rekaman tertentu. Dalam penilaian ini Pendidikan Agama Hindu adalah salah
menggunakan nyanyian lisan dengan satu mata pelajaran yang wajib diterapkan
memakai lirik lirik lagu yang sudah dikenal di seluruh jenjang dan jenis lembaga
siswa maupun lirik lagu yang di buat guru. pendidikan formal, baik negeri maupun
Hasil Belajar swasta, dari Taman Kanak-kanak hingga
Hasil belajar menurut Sujana (1997:49) Perguruan Tinggi. Menurut peraturan
adalah “kemampuan-kemampuan yang pemerintah No. 19/ 2005 yang kemudian
dimiliki siswa setelah ia menerima yang dituangkan lebih lanjut pada
pengalaman belajarnya”. Selanjutnya kurikulum tingkat satuan pendidikan,
belajar di bagi tiga macam hasil belajar pendidikan agama Hindu termasuk ke
yakni: (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) dalam mata pelajaran akhlak mulia dan
pengetahuan dan keterampilan, (3) sikap kewarganegaraan. Kelompok mata
dan cita-cita. Sedangkan Gagne (1998:55) pelajaran ini dan kepribadian ini
mengemukakan adanya lima kemampuan dimaksudkan untuk meningkatkan
yang dapat diperoleh seseorang sebagai kesadaran dan wawasan peserta didik akan
hasil belajar yaitu keterampilan intelektual, status, hak dan kewajibannya dalam
strategi kognitif, informasi verbal, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
keterampilan motorik dan sikap. Bloom bernegara serta kehidupan beragama dan
(2018:6) membagi hasil belajar ke dalam kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
tiga ranah yaitu: kognitif, afektif dan Esa.
psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan Pendidikan Agama Hindu pada dasarnya
dengan tujuan-tujuan pembelajaran yang adalah salah satu pendidikan penunjang
berkaitan dengan kemampuan berfikir, dalam usaha mencapai cita-cita mental
mengetahui dan memecahkan masalah. spiritual dan tujuan pembangunan nasional.
Hasil belajar yang diperoleh siswa Pendidikan Agama Hindu melalui
dipengaruhi oleh beberapa faktor Purwanto kebijakan Parisada Hindu Dharma
(1987:111) mengemukakan bahwa faktor- Indonesia telah menyusun berbagai
faktor yang mempengaruhi hasil belajar program Pendidikan Agama Hindu dalam
adalah: (1) faktor dari luar, yang terdiri dari rangka pembinaan umat Hindu.
fakror lingkungan (faktor dalam dan faktor Dengan demikian pendidikan Agama
sosial). Faktor instrumental (kurikulum, Hindu adalah suatu upaya dalam rangka
program, sarana dan prasarana, serta guru). turut serta menyukseskan pembangunan
(2) faktor dari luar, yang terdiri darifaktor nasional dalam bidang keagamaan yang
fisikologis (kondisi fisik, bakat, dilaksanakan secara luas, terencana dan
kecerdasan, motivasi, dan kemampuan terus menerus guna mengajak umat Hindu
kognitif). Kemudian Suryabarata (1997: 7) untuk mempelajari, memahami,
menyebutkan bahwa terdapat dua faktor menghayati, mengamalkan ajaran
yang mempengaruhi hasil belajar yaitu : agamanya sehingga dapat menumbuhkan
faktor dari dalam diri siswa meliputi minat, sikap dan kepribadian umat Hindu yang
intelejensi, keadaan indra, dan faktor dari baik, berbudi pekerti yang luhur serta selalu
luar dari diri siswa meliputi fasilitas belajar, bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
waktu belajar, media belajar, cara guru Wasa.
mengajar dan motivasi“ Dari kedua Istilah pembelajaran pada konteks
pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan kekinian ditekankan pada bagaimana guru
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil mengajar dan bagaimana peserta didik
belajar adalah faktor dari dalam diri siswa mengajar Tirta (1990:42) menyatakan
(internal) dan juga fakror dari luar diri “pembelajaran adalah totalitas keseluruhan
siswa (eksternal). kegiatan belajar mengajar dalam suatu
Pendidikan Agama Hindu proses transformasi nilai ide dan konsep
dengan titik berat pada bagaimana guna
mengajarkan sesuatu dan bagaimana siswa adalah sebagaimana tampak pada gambar.1
belajar sesuatu” Berpijak dari berbagai yaitu :
pengertian di atas jadi apa yang dimaksud
pembelajaran pendidikan Agama Hindu
sehubungan dengan penelitian tindakan
kelas ini adalah keseluruhan proses
kegiatan belajar mengajar pendidikan
Agama Hindu di ranah pendidikan formal
dalam berbagai jenis dan jenjang
pendidikan yang menurut kurikulum satuan
pendidikan yang berlaku secara nasional di
seluruh wilayah Indonesia tergolong ke Gambar Skema desain penelitian tindakan
dalam kelompok mata pelajaran ahklak (dimodifikasi dari Kemmis and Taggart,
mulia dan kewarganegaraan. dalam wardani, 2006 : 37)
Kerangka Berpikir Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama II Sekolah Dasar Negeri 12 Karangasem
Hindu pembelajaran yang diterapkan masih yang beragama Hindu 10 Orang, yang
lebih banyak guru menggunakan metode terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 4 siswa
ceramah sehingga siswa tidak diberi perempuan, seperti pada tabel 1 di bawah
kesempatan secara aktif untuk menemukan ini: Mengacu pada batasan penelitian ini,
sendiri konsep-konsep yang diajarkan. maka objek dari penelitian tindakan kelas
Proses pembelajaran menjadi tidak ini dan hasil belajar siswa dengan
menyenangkan dan efektif, menggunakan penerapan pembelajaran
Agar pembelajaran siswa dapat terlibat PAKEM dengan teknik bernyanyi.
secara aktif dalam proses memperoleh dan Adapun waktu dilaksanakan penelitian
memahami materi yang diajarkan maka selama 3 bulan yang berlangsung pada mata
diperlukan metode yang melibatkan siswa Pelajaran Agama Hindu Kelas II dari bulan
secara maksimal dalam pembelajaran salah Januari sampai Maret 2018. Penelitian ini
satunya adalah menerapkan pembelajaran terdiri dari dua variabel yaitu PAKEM
PAKEM dengan teknik bernyanyi perlu dengan teknik. Bernyanyi yang merupakan
dilaksanakan sehingga pembelajaran tidak varibel bebas yaitu variabel yang menjadi
membosankan dan tujuan pembelajaran sebab timbulnya atau berubahnya variabel
bisa tercapai. Tujuan pembelajaran akan terikat, hasil belajar merupakan variabel
tercapai apabila siswa dalam pembelajaran terikat. Variabel-variabel dalam penelitian
aktif, dan merasa senang serta didukung ini dapat digeneralisasikan kedalam definisi
oleh guru yang bertindak sebagai motivator operasional sebagai berikut: 1)
dan fasilitator. Dengan menerapkan Pembelajaran PAKEM dengan teknik
pembelajar diharapkan aktivitas dan hasil bernyanyi: 2) Hasil belajar adalah hasil atau
belajar dapat meningkat. kemampuan yang diperoleh siswa setelah
melakukan proses belajar yang berupa
pengetahuan, sikap, dan keterampilan
Prosedur penelitian ini dimulai dari
Metode Penelitian persiapan, pelaksanaan dan refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua Metode pengumpulan data yang
(2) siklus yang masing-masing siklus terdiri digunakan dalam penelitian ini adalah
dari 4 (empat) tahapan yaitu perencanaan pencatatan dokumen dan tes. Pencatatan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dokumen berasal dari buku yang relevan
dan evaluasi, serta refleksi. Adapun dengan. Data-data yang dikumpulkan untuk
tahapan-tahapan atau alur pelaksanaan mengetahui kompetensi hasil belajar siswa
tindakan untuk masing-masing siklus dalam penelitian ini, menggunakan bentuk
tes uraian sebanyak 20 butir soal untuk 65,50% sedangkan ketuntasan 40% dari
setiap akhir siklus. Setiap butir tes jumlah siswa yang dikategorikan tuntas.
diberikan skor 10. Dengan demikian skor Pada akhir siklus I, rata-rata skor
maksimum ideal adalah 100 dan skor kemampuan pengetahuan Agama
minimumnya adalah 0. mengalami peningkatan dari hasil pada
Data hasil belajar siswa dalam tahap refleksi awal. Rata-rata skor
pembelajaran Pendidikan Agama Hindu kemampuan pengetahuan Agama pada
didapat melalui tes hasil belajar siswa, siklus awal adalah 65,5 dengan meningkat
kemudian data dianalisis dengan metode sebesar 12,21% ke Siklus I. Daya serap
statistik deskriptif, yaitu di cari rata-rata, pada siklus I 73,50% meningkat ke Siklus
daya serap, ketuntasan. Selanjutnya untuk II sebesar 10,88% menjadi 81,50%.
mencari peningkatan yang terjadi dapat di Pencapaian ketuntasan kelasikal pada
lihat dengan cara membandingkan hasil siklus awal sebesar 40% meningkat 75,00%
siklus I dan II. ke Siklus I menjadi 70,00%. Capaian
Penetapan indikator kinerja bertujuan ketuntasan belajar meningkat dari Siklus I
untuk menentukan tingkat keberhasil an sebesar 42,86% menjadi 100% pada Siklus
pelaksanaan penelitian tindakan kelas jika II. Berdasarkan kriteria yang telah
ditinjau dari tujuan penelitian. Indikator ditetapkan, kemampuan pengetahuan
kinerja ini merupakan tolak ukur Agama Hindu pada siklus I ini tergolong
keberhasilan pelaksanaan penelitian kriteria baik.
tindakan kelas. Adapun indikator kinerja Walaupun kemampuan pengetahuan
dalam penelitian ini adalah hasil rata rata Agama hindu berada pada kriteria baik,
belajar siswa diatas 75, daya serap siswa masih ditemukan beberapa permasalahan
diatas 75%, dan pencapaian ketuntasan dalam proses pembelajaran yang
belajar siswa secara klasikal mencapai di dilaksanakan selama siklus I berlangsung.
atas 75% atau pada katagori baik.KKM Adapun permasalahan yang muncul di
untuk mata pelajaran agama Hindu di SDN siklus I dipaparkan sebagai berikut: 1)
12 Karangasem adalah 70. Hasil analisis Siswa masih belum menyatu dengan
nilai rata-rata kelas dan tingkat ketuntasan anggota kelompoknya, sehingga dalam
belajar siswa dapat konversikan ke dalam belajar menyanyi ada perasaan malu ; 2)
Penilaian Acuan Patokan (PAP) dengan Siswa baru mengenal irama lagu sehingga
berpedoman pada kriteria menurut Agung perlu waktu lama unruk mempelajari dan
(2005) yang telah dimodifikasi sebagai menyanyikan; 3) Kebanyakan siswa masih
berikut. malu dan kurang berani dalam bernyanyi .
Hasil Penelitian dan Pembahasan Ini terlihat pada saat guru meminta siswa
Pada saat observasi awal sebelum untuk menyuruh kelompok bernyanyi
pelaksanaan tindakan diketahui bahwa masih salih tunjuk, sikap siswa yang diam
kemampuan aspek pengetahuan Agama dan tidak mengangkat tangannya. Siswa
Hindu siswa kelas II SD Negeri 12 baru berani bernyanyi ketika diminta oleh
Karangasem masih kurang. Hal ini dapat guru.
dilihat dari hasil belajar Agama Hindu Permasalahan-permasalahan yang
yang belum mencapai kriteria yang ditemukan di atas kemudian didiskusikan
diharapkan. Dari hasil tes awal siswa oleh guru dan teman sejawat, dalam
menunjukkan bahwa siswa belum mampu kegiatan refleksi untuk dicarikan solusinya.
memahami konsep tentang Tri Murti Melalui kegiatan refleksi ini, maka
sehingga siswa kurang mampu untuk disepakati beberapa solusi untuk mengatasi
menjawab soal yang diberikan yang permasalahan-permasalahan di atas.
diberikan. Rata-rata skor hasil belajar pada Adapun solusi tersebut antara lain: 1)
tahap pra siklus hanya 65,5. Daya serap Memberikan penguatan dan motivasi
kepada siswa agar mau lebih semangat dan
yakin untuk menyanyikan lagu pelajaran; diharapkan. Dari paparan di atas, secara
2) Memberikan penekanan kepada siswa umum penelitian ini telah mampu
untuk tetap memperhatikan waktu dalam menjawab permasalahan penelitian
bernyanyi ; 3) Menambah lagi nyanyian sebagaimana yang dirumuskan pada
kreasi yang berisi muatan pelajaran; 4) rumusan masalah. Hasil belajar Agama
Memberikan contoh lagu lagu familiar Hindu siswa kelas II melalui pendekatan
yang di pakai dalam pelajaran; 5) Membuat PAKEM dengan Teknik Bernyanyi sudah
kelompok baru lagi; 6) Memberikan mencapai kriteria yang diharapkan. Bahkan
penghargaan terhadap keompok dengan penelitian ini telah mencapai kategori
kreasi nyanyian terbaik dan kekompakan; sangat baik. Dengan kata lain penelitian
7) Memberikan motivasi pada anak. tindakan kelas yang dilakukan sudah
Pelaksanaan tindakan pada siklus II berhasil.
disesuaikan dengan hasil refleksi siklus I Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh
dengan melakukan beberapa tindakan terhadap penerapan pembelajaran PAKEM
perbaikan. Pada tahap siklus II ini, siswa dengan teknik Bersabar pada siklus I dan
telah menunjukkan hal-hal positif antara siklus II maka dapat digambarkan pada
lain: 1) Siswa terlihat sudah mampu tabel berikut:
bernyanyi secara kelompok secara optimal, Tabel. Perbandingan hasil belajar siklus I
tidak terlihat lagi merasa canggung atau dan siklus II
ragu dalam menyanyikan lagu yang sudah
dipersiapkan; 2) Siswa sudah mulai aktif
dan lebih berani dalam menyanyi lagu
yang sudah dipersiapkan Ini terlihat dari Berdasarkan tabel diatas dapat
banyaknya siswa yang mengangkat dibandingkan hasil penelitian yang
tangannya ketika guru memberikan diperoleh. Pada siklus I skor rata-rata hasil
kesempatan kepada siswa untuk belajar siswa 73,5 daya serap 73,5%, dan
menyanyikan lagu; 3) Siswa sudah mulai Ketuntasan klasikal 70,00% sedangkan
terbiasa menjawab soal yang diberikan pada siklus II adalah rata-rata hasil belajar
sesuai dengan yang telah dipelajarinya adalah 81,50, daya serap 81,50%, dan
sehingga hasil belajar pada aspek Ketuntasan Klasikal 100%. Hal ini
pengetahuan Agama Hindu mengalami menunjukkan ada peningkatan rata-rata
peningkatan. hasil belajar sebesar 12,21% dari pra siklus
Perbaikan tindakan yang dilaksanakan dan 10,88% dari Siklus I. Peningkatan
pada siklus II ternyata secara kuantitas daya serap 12,21%, dari pra siklus ke Siklus
dapat meningkatkan kemampuan I dan 10,88% ke Siklus II. Sementara
pemahaman siswa terhadap konsep Agama Ketuntasan Belajar meningkat 75% dari Pra
hindu. Rata-rata skor kemampuan aspek Siklus ke Siklus I dan 42,86% ke Siklus II.
pengetahuan siswa pada siklus II yaitu Dengan demikian penerapan pembelajaran
81,42 dan berada pada kriteria sangat baik. PAKEM dengan teknik Bernyanyi pada
Jika dibandingkan dengan hasil siklus I, mata Pendidikan Agama Hindu pada kelas
pada siklus II ini terjadi peningkatan II Sekolah Dasar Negeri 12 Karangasem
sebesar 23,13 dari pra siklus. Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat
Daya serap siswa pasa siklus II 81,42 % meningkatkan rata-rata hasil belajar siswa,
jika dibandingkan dengan hasil siklus 1, daya serap, dan ketuntasan belajar.
pada siklus II ini ada peningkatan sebesar Simpulan dan Saran
16,78% dari Pra siklus. Pencapaian Kriteria Berdasarkan hasil analisis data dan
Ketuntasan Minimal siswa pada siklus II pembahasan penelitian ini dapat ditarik
adalah 100 %. Ada peningkatan 71,43 %. simpulan sebagai berikut : Pembelajaran
Hasil yang diperoleh pada siklus II ini dengan pendekatan PAKEM dengan teknik
telah memenuhi target keberhasilan yang bernyanyi pada pembelajaran Pendidikan
Oleh
NI WAYAN SUARTINI, PD.SD
Abstrak
Rendahnya minat baca pada siswa kelas I di SD Negeri 4 Seraya Timur menjadi permasalahan
utama dalam laporan Best Practices ini. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilaksanakan
beberapa tindakan, diantaranya adalah penggunaan sagu sebagai bahan bacaan siswa.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan dalam laporan Best Practices ini adalah
mendeskripsikan upaya implementasi sagu di SD Negeri 4 Seraya Timur untuk meningkatkan
minat baca pada siswa kelas I. Untuk keperluan pengumpulan data digunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi. Sebelum pengimplementasian sagu sebagai bahan
bacaan siswa, tindakan-tindakan yang dilaksanakan hanya mampu meningkatkan minat baca
siswa maksimal 65,07%. Hasil tersebut belum mampu mencapai indikator keberhasilan
tindakan yang ditetapkan yaitu minimal 75% dari tindakan berhasil meningkatkan minat baca
siswa. Dengan menggunakan sagu sebagai bahan bacaan siswa persentase tindakan meningkat
menjadi 88,88%. Hasil ini mengindikasikan telah terjadi peningkatan ketertarikan, perhatian
dan keterlibatan siswa dalam membaca meningkat dengan sangat signifikan. Berdasarkan hasil
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan sagu (syair lagu) sebagai bahan bacaan
siswa kelas I di SD Negeri 4 Seraya Timur merupakan tindakan terbaik sebagai solusi untuk
meningkatkan minat baca siswa.
bait terdiri atas empat larik yang terdiri atas bahasa awal anak”. Pengajar bidang
9,10 atau 12 suku kata. Bait dalam syair pendidikan khusus dan patologis wicara Dr
biasanya membentuk cerita. Berdasarkan Bea Staley mengatakan syair lagu anak
teori tersebut maka dapat disimpulkan memang bukan bagian integral dari
bahwa syair adalah sebuah kalimat yang perkembangan anak, tapi mereka
dilagukan dan mempunyai makna serta membantu, (Alfred Ginting, 2017)
maksud tertentu. Minat
Lagu dalam istilah jawa, lagu juga bisa Slameto, (2013) menjelaskan bahwa
disebut tembang. Dalam kamus besar minat adalah suatu rasa lebih suka dan
Bahasa Indonesia (2002:624) menjelaskan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,
bahwa lagu merupakan ragam suara yang tanpa ada yang menyuruh. Menurut Syaiful
berirama (dalam bercakap, bernyanyi dan Bahri dalam (Djamarah, 2011) yang
membaca). Adapun pengertian lain dari menyatakan minat adalah kecendrungan
lagu vokal merupakan lagu yang yang menetap untuk mengenang dan
diwujudkan dengan suara manusia. memperhatikan aktivitas itu secara
Berdasarkan pengertian tersebut maka konsisten dengan rasa senang. Menurut
dapat disimpulkan bahwa lagu/tembang Dwi Sunar Prasetyono (2008) minat adalah
adalah karangan seseorang yang berupa kecendrungan efektif (perasaan, emosi)
rangkaian syair yang dilagukan dan seseorang untuk membentuk aktifitas.
mempunyai nada serta makna tertentu. Pernyataan ini mengungkapakan bahwa
Menurut Nurita (2011), syair lagu anak minat itu melibatkan kondisi psikis
mengajarkan suatu budi pekerti yang (kejiwaan) seseorang. Pendapat lain
memberikan pertumbuhan baik dalam diri mengenai minat dikemukakan oleh
mereka. Lagu anak memberikan dampak (Hurlock 1978) mengartikan minat sebagai
positif yaitu mengajarkan suatu tindakan sumber motivasi yang mengarahkan
sopan santun yang dapat mempengaruhi sesorang pada apa yang akan mereka
jiwa dan raga mereka. Teknik dalam lakukan bila diberi kebebasan untuk
pembelajaran membaca menggunakan memilihnya.
syair lagu yaitu dengan menuliskan sebuah Menurut Sri Hesti Wuryani Djiwandono
lagu, sambil bernyanyi ajak anak untuk (2006: 365) ada sejumlah cara untuk
menunjuk ke arah suku kata yang ada pada mengetahui minat minat siswa yaitu: 1)
lagu untuk dibaca. Proses belajar membaca Bertanya secara langsung kepada siswa itu
melalui suku kata (dengan lagu) lebih sendiri atau melalui wawancara; 2)
efektif daripada proses mengeja. Dengan Menggunakan angket; 3) Mengobservasi
“menghafal” suku kata, huruf-huruf itu kegiatan yang dilakukan oleh siswa; 4)
sudah berbunyi dan langsung akan Teknik yang dapat digunakan untuk
membentuk kata. mengetahui minat yaitu: a) Teknik Tes dan
Berdasarkan pernyataan tersebut maka b) Teknik Non Tes.
dapat disimpulkan bahwa, syair lagu anak Hakekat Membaca
adalah kumpulan kata yang dipadukan Menurut Rahim (2007:3)
dengan nada yang isinya hal-hal sederhana mengemukakan bahwa definisi membaca
yang biasa dilakukan anak, bersifat riang, mencakup: (1) membaca merupakan suatu
dan mencerminkan etika luhur. proses, (2) membaca adalah strategis, dan
Syair lagu anak bukan hanya cara yang (3) membaca merupakan interaktif.
bagus dalam menenangkan anak tapi juga Membaca merupakan suatu proses artinya
mengajarkan mereka beberapa hal. Dr informasi dari teks dan pengetahuan yang
Georgina Nutton, pengajar pendidikan anak dimiliki oleh pembaca memiliki peran yang
usia dini di Charles Darwin University sangat berarti dalam membentuk makna.
(CDU) mengatakan “lagu anak Menurut Kosadi (1990: 74) membaca
menyediakan susunan bangun bahasa bagi
b) Analisis kelebihan dan kekurangan dan belajar bernyanyi tentang syair lagu yang
c) Perbaikan program. sudah dituliskan guru; i) Siswa membaca
Penggunaan sagu sebagai bahan bacaan secara bergantian ke depan kelas dan guru
untuk meningkatkan minat baca pada siswa mengamati aktivitas siswa dalam kegiatan
kelas I di SD Negeri 4 Seraya Timur membaca; j) Guru memberikan contoh cara
meliputi pendahuluan, inti dan penutup. menyanyikan syair lagu yang sudah
Kegiatan Pendahuluan yang terdiri dari: a) berhasil dibaca siswa; k) Siswa sambil
Mengajak semua siswa berdoa menurut membaca, menirukan lagu yang
agama dan keyakinannya masing- masing; dinyanyikan oleh guru.
b) Melakukan komunikasi tentang Kegiatan Penutup, terdiri dari: a)
kehadiran siswa; c) Mengajak siswa untuk Sebagai penutup guru menanyakan
berdinamika dengan tepuk “PPK”; d) bagaimana perasaan siswa setelah
Mengajak semua siswa menyanyi lagu mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran;
“Garuda Pancasila”; e) Pembiasaan b) Siswa bergantian merespon pertanyaan
membaca 15 menit dimulai dengan dari guru; c) Siswa juga diminta melakukan
membacakan cerita misalnya “Si Kancil”; refleksi diri berkaitan dengan kegiatan yang
d) Guru melakukan Tanya jawab berkaitan telah dilaksanakan; d) Guru menyampaikan
dengan isi cerita; e) Guru mengajak siswa beberapa hal positif ataupun negatif
melakukan tepuk semangat dan berkaitan tentang pembelajaran; e) Guru
meneriakkan yel-yel untuk membangitkan memberikan rewad kepada siswa yang
semangat siswa; f) Guru bertanya ”Apakah menunjukkan sikap memiliki minat baca
siswa senang membaca”? Apa bacaan yang yang paling tinggi; f) Guru menugaskan
paling siswa senangi? g) Guru siswa untuk merapikan alat-alat tulisnya; g)
menyampaikan kepada siswa bahwa Salah satu siswa ditugaskan memimpin
kegiatan pembelajaran akan menggunakan doa.
sagu sebagai bahan bacaan. (bahan Data sangat diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran terlampir). Best Practices ini, dalam rangka
Kegiatan Inti terdiri dari: a) Guru mengatahui sejuh mana keberhasilan
menunjukkan sebuah gambar misalnya pelaksanaan kegiatan tersebut. Teknik
tentang suasana langit di malam hari dan pengumpulan data pada kegitan ini
melakukan tanya jawab dengan siswa dilaksanakan dengan teknik wawancara,
berkaitan isi gambar; b) Siswa mengamati observasi, dan dokumentasi.
dan mengeksplorasi gambar serta Instrument yang digunakan dalam
menyebutkan salah satu benda yang ada pengumpulan data pada tindakan Best
pada gambar misalnya “bulan” atau Practices ini adalah lembar observasi,
“bintang”; c) Guru menjelaskan kepada lembar pedoman wawancara dan Rencana
siswa bahwa benda dalam gambar tersebut Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
bisa dibuat lagu tujuannya agar siswa (Instrument observasi dan hasilnya
tertarik ,perhatian dan antusias untuk terlampir).
membaca; d) Guru menuliskan sebuah syair Pada Tindakan Best Practices ini, teknik
lagu anak yang judulnya diambil dari benda analisis datanya bersifat kualitatif yaitu
langit yang berhasil ditunjukkan siswa data data yang diperoleh dalam penelitian
misalnya “Ambilkan Bulan Bu” atau ini dianalisis mulai dari hasil wawancara,
disesuaikan dengan benda dalam gambar; observasi dan pelaksanaan pembelajaran
e) Siswa mengamati syair lagu yang yang telah dilakukan kemudian data yang
dituliskan guru; f) Guru mencontohkan cara diperoleh disusun dalam bentuk deskripsi
membaca yang benar; g) Siswa menirukan atau kata-kata. Rubino Rubiyanto
bacaan yang dicontohkan oleh guru; h) (2011:71).
Guru berjanji jika siswa mau membaca Indikator kinerja yang digunakan untuk
syair lagu tersebut maka siswa akan diajak mengukur keberhasilan tindakan dalam
Untuk mendapatkan hasil yang lebih penting mereka masih senang bermain.
baik, penulis menempuh tindakan yang ke- Sehingga dengan penggunaan sagu
3 yaitu membacakan buku dan siswa khususnya syair lagu anak sebagai bahan
mengikuti contoh yang diberikan. Maksud bacaan, maka siswa diharapkan akan
dari tindakan ini adalah untuk memberikan memiliki ketertarikan, perhatian dan
pemahaman bahwa setiap kalimat yang akhirnya mau terlibat dalam kegiatan
dibaca memiliki arti, sehigga dengan membaca. Ternyata pertimbangan penulis
pelafalan dan pengucapan intonasi yang tepat, karena tindakan ini mampu
benar maka maksud kalimat bisa dipahami meningkatkan ketertarikan, perhatian dan
oleh siswa. Dengan demikian diharapkan keterlibatan siswa dalam membaca. Ketika
siswa memiliki ketertarikan, perhatian dan penulis mengobservasi kegiatan siswa
akhirnya aktif terlibat dalam kegiatan dalam membaca dengan menggunakan
membaca. Hasilnya mengalami lembar observai, siswa terlihat begitu
peningkatan menjadi 49,20% dengan tertarik, sangat perhatian dan mereka begitu
rincian 11siswa kurang tertarik, perhatian antusias untuk terlibat dalam kegiatan
dan terlibat dalam membaca serta 8 siswa membaca. Hasil dari tindakan ini ternyata
mulai terlihat tertarik, perhatian dan terlibat mampu meningkatkan persentase minat
dalam membaca, dan masih 2 siswa yng baca siswa yaitu menjadi 88,88% dengan
terlihat sangat berminat dalam membaca. rincian 16 siswa terlihat sangat tertarik,
Tindakan ini juga belum mencapai target perhatian dan terlibat dalam membaca,
yang ditetapkan sehingnga harus serta 2 siswa mulai tertarik, perhatian dan
menempuh tindakan yang ke-4. terlibat dalam membaca dan terlihat hanya
Tindakan yang ke-4 yaitu mengadakan 3 siswa yang masih terlihat kurang tertarik,
kompetisi membaca antar siswa dan perhatian dan terlibat dalm kegiatan
memberikan hadiah bagi yang menang. membaca.
Maksud dari tindakan ini adalah untuk Berdasarkan fakta-fakta yang telah
membangkitkan semangat dan motivasi ditemukan dan dipaparkan dalam hasil dan
siswa dalam membaca seningga mereka pembahasan pada laporan Best Praktis ini,
berminat dalam membaca. Sesuai dengan maka penulis telah menempuh lima
indikator yang digunakan untuk mengukur tindakan. Dari ke lima tindakan tersebut
pencapaian minat siswa, tindakan ini yang membawa hasil terbaik adalah
mampu meningkatkan minat baca siswa tindakan yang ke-5 yaitu dengan
menjadi 65,07% atau 3 siswa terlihat menggunakan sagu sebagai bahan bacaan
kurang tertarik, perhatian, dan terlibat siswa. Jika dilihat dari kondisi awal,
dalam membaca, serta 16 siswa mulai tindakan yang diupayakan hanya mampu
terlihat tertarik, perhatian dan terlibat meningkatkan minat baca maksimal
dalam membaca, dan masih 2 siswa yang 65,07%. Dengan menggunakan sagu
terlihat sangat berminat dalam membaca. sebagai bahan bacaan meningkat menjadi
Tindakan ini juga belum mampu mencapai 88,88%. Sehingga fakta ini menjadi
target minat baca yang ditetapkan sebagai pembuktian bahwa sagu sangat efektif
tingkat keberhasilan. diterapkan untuk meningkatakan minat
Dengan fakta tersebut penulis baca siswa khususnya siswa kelas I di SD
memutuskan untuk menempuh tindakan Negeri 4 Seraya Timur.
yang ke-5 yaitu dengan menggunakan Dalam rangka memperjelas uraian di
“sagu” sebagai bahan bacaan siswa. Alasan atas, maka berikut ini disajikan peningkatan
yang mendasari penggunaan sagu sebagai minat baca siswa dalam bentuk grafik
bahan bacaan siswa dilandasi oleh sebagai berikut :
pertimbangan bahwa siswa kelas I masih
berada pada tahap senang dengan hal-hal
yang ceria, menghibur dan yang paling
Oleh
NI NENGAH TUNJUNG
Abstrak
Permasalahan yang diajukan pada penelitian ini adalah : “Apakah penerapan pembelajaran
dengan meode pemberian balikan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada
pembelajaran matematika Kelas VI SDN 7 Subagan, Kecamatan Karangasem Tahun Pelajaran
2019/2020?” Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas VI Semester I SD 7 Subagan dengan
jumlah 30 orang. Untuk keperluan pengumpulan data dipergunakan metode observasi, tes
prestasi belajar siswa dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi
dan prestasi belajar siswa. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
kualitatif deskriptif. Berdasarkan uraian kajian pustaka tentang pendapat para ahli dan rencana
tindakan, hipotesis yang diajukan dapat disimpulkan bahwa penerepan metode pemberian
balikan terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran matematika
Kelas VI di SDN 7 Subagan Tahun Ajaran 2019/2020 dengan hasil sebagai berikut yaitu
capaian prestasi belajar siswa pra siklus yang hanya sebesar 29,33% dengan tingkat ketuntasan
0% meningkat pada siklus I dengan capaian prestasi belajar sebesar 59,33% dengna tingkat
ketuntasan sebesar 53,33% dan meningkat kembali pada siklus II dengan capaian prestasi
belajar siswa sebesar 77,76% dengan tingkat ketuntasan sebesar 90,00%. Capaian tersebut
telah melampaui indikator kinerja penelitian ini dengan standar acuan minimal capian prsasi
sebesar 65% pada tingkat ketuntasan sebesar 85%.
Measn, dkk, memberi definisi pemberian kepandaian akal budi sang guru dalam
balikan adalah suatu komunikasi antara memberikan balikan. Cara pemberi balikan
guru dan siswa dalam hal memudahkan dapat bersifat positif dan dapat negative.
siswa memperbaiki kekurangannya dalam (Jarolimek dan Foster, 1978 dalam
proses pembelajaran. Benne dkk, (1975) Rustiyah, 1991).
dalam Rustiyah, (1991). Menyatakan Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
bahwa dengan pemberian balikan siswa Belajar merupakan proses orang
akan mengetahui kesalahan/kekurangan memperoleh kecakapan, keterampilan, dan
dan penilain serta komentar yang diberikan sikap. Neisser (1976) menyebutkan bahwa
oleh guru tentang tampilannya dalam siswa-siswa membutuhkan pengetahuan
mengerjakan tes atau latihan dengan awal, dan memiliki keyakinan, kepercayaan
maksud agar memudahkan siswa dalam yang masih semu, di samping itu siswa-
memperbaikinya. Skodmore, dkk. dalam siswa memiliki banyak pengharapan akan
Rustiyah, (1991). mendefinisikan sesuatu, pada masa itu siswa-siswa
pemberian balikan adalah informasi yang membutuhkan banyak belajar dan
diberikan kepada siswa setalah ia memungkinkan memberi pengetahuan
memberikan respon atas tes atau latihan kepadanya, (Muktar dan Yamin, 2003).
yang diberikan guru setelah melakukan Gagne (1984) mendefinisikan belajar
proses pembelajaran sesuai denga program sebagai suatu proses di mana organisma
yang dirancang oleh guru, (Rustiyah, berubah perilakunya diakibatkan
1991). pengalaman. Demikian juga Harold Spear
Menurut Rustiyah (1991) ada dua cara mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari
pemberian balikan, sebagia berikut: pengamatan, pendengaran, membaca, dan
Pemberian Balikan Secara Simbol, yaitu meniru (Muktar dan Yamin, 2003). Proses
pemberian informasi guru kepada siswa belajar telah dimulai sejak kecil, pada umur
secara tertulis yang dituangkan pada lembar 6 s.d 7 tahun. Masa ini menurut Ph. A.
jawaban hasil kerja siswa dalam Kohnstamm adalah masa estetika/masa
mengerjakan tes atau latihan, dengan keindahan, siswa memandang dan
memberikan tanda benar (B) pada jawaban mengamati dunia sekelilingnya dengan
yang benar, dan memberikan tanda salah suatu keindahan (Muktar dan Yamin,
(S); 2) Pemberian Balikan Secara 2003).
Ekspositorik, yaitu pemberian informasi Pada usia dini siswa-siswa banyak
guru kepada siswa secara tertulis yang bertanya tetang apa yang ia lihat dan belajar
dituangkan pada lembar jawaban hasil kerja mengenali sesuatu melalui lingkungannya,
siswa dalam mengerjakan tes atau latihan, seperti siswa ingin tahu tentang kelapa, ia
yaitu dengan memberikan tanda benar (B) bertanya kepada ibu, “ini apa, bu?”, tentu
pada jawaban yang benar, dan memberikan sang ibu menjawa; “ini kelapa”, kemudian
tanda salah (S) sekaligus memberi siswa bertanya lagi, “itu apa?”, ibu
penjelasan singkat/terperinci atas menjawab “kelapa”, yang tadi kelapa hijau,
kesalahannya dan petunjuk perbaikan; 3) dan ini kelapa kuning”, pertanyaan siswa
Kebijaksanaan Pemberian Balikan, yaitu siswa berlanjut terus, ayah, ibu, dan
pemberian balikan dalam bentuk informasi orangtua memiliki peran besar dalam
atau pemberitahuan dari guru kepada siswa membimbing, mengarahkan belajar siswa
tentang kekurangan-kekurangannya atau pada usia ini (ayah, ibu, dan keluarga
tentang kesalahan-kesalahannya. merupakan pendidik utama). Jika
Kemungkinan yang timbul dalam pertanyaan siswa tidak dijawab,
pemberian balikan dapat menjadikan siswa pengalamannya tidak bertambah. Peran
apatis, patah semangat, atau patah hati, dan aktif ayah, ibu, dan orang tua diharapkan
menjadi pendorong semangat belajar. Hal sewaktu mengajak siswa bermain-main,
demikian tergantung kebijaksaan atau ayah, ibu, kakak, kakek, dan nenek lebih
yang dapat meningkatkan motivasi belajar meningkatnya prestasi belajar siswa seperti
siswa terhadap beberapa hal yaitu : 1) tampak pada tabel di atas. Secara lebih jelas
Pemahaman siswa tentang konsep bahwa di bawah ini digambarkan secara visual
volume bangun ruang sama dengan isi peningkatan prestasi belajar seperti nampak
suatu wadah tertentu belum kuat; 2) pada grafik di bawah ini :
Pemahaman siswa tentang nilai kesetaraan
antar satuan panjang dan volume masih
belum baik; 3) Kurang maksimalnya
kebermaknaan pembelajaran yang
diselenggarakan karena belum melibatkan
benda konkret; 4) Kurangnya bimbingan
berupa penguatan pada siswa terhadap
individu siswa sehingga sulit
menumbuhkan minat siswa dalam belajar
matematika; 5) Kurangnya guru memberi
balikan dalam bentuk komentar baik lisan
maupun tertulis pada siswa sehingga siswa
kurang termotivasi dalam kegiatan Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
pembelajaran. dan Ketuntasannya
Penerapan metode balikan pada Pemberian balikan seperti itu telah
pembelajaran mata pelajaran matematika peneliti laksanakan pada pelaksanakan
pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas penelitian siklus I dan II sehingga
ini akhirnya dapat meningkatkan prestasi menyebabkan motovasi dan minat siswa
belajar siswa dengan beberapa hal yang untuk belajar akan meningkat.
nampak yaitu : 1) Pemahaman siswa Meningkatnya motivasi siswa untuk belajar
terhadap konsep bangun ruang telah akan menambah semangat siswa dalam
meningkat; 2) Pemahaman siswa tentang mengerjakan tugas yang diberikan guru.
kesetaraan antar satuan panjang dan Perhatian terhadap hasil karya siswa yang
volume meningkat; 3) Pelaksanaan dalam hal ini adalah pemberian balikan
pembelajaran telah melibatkan benda berupa komentar tertulis maupun tidak
kongkret; 4) Pelaksanaan metode balikan terhadap karya siswa telah memberikan
pada penelitian ini telah menumbuhkan kesan positif untuk menumbuhkan motivasi
minat belajar siswa pada pembelajaran siswa yang berujung pada pestasi belajar
matematika; 5) Motivasi siswa pada siswa yang meningkat.
pembelajaran matematika dengan Kesimpulan
menggunakan metode balikan meningkat. Berdasarkan uraian kajian pustaka
Peningkatan prestasi belajar tersebut tentang pendapat para ahli dan rencana
disebabkan oleh tindakan pelaksanaan tindakan, hipotesis yang diajukan dapat
pembelajaran yang menggunakan metode disimpulkan bahwa penerepan metode
pemberian balikan. Pelaksanaan penelitian pemberian balikan terbukti dapat
tindakan kelas yang memiliki langkah- meningkatkan prestasi belajar siswa pada
langkah pembelajaran yang pembelajaran matematika Kelas VI di SDN
mengedepankan pemberian balikan telah 7 Subagan Tahun Ajaran 2019/2020
dapat meningkatkan motivasi dan minat dengan hasil sebagai berikut yaitu capaian
siswa untuk belajar. Keadaan seperti itu prestasi belajar siswa pra siklus yang hanya
telah berdampak kepada kepercayaan diri sebesar 30,33% dengan tingkat ketuntasan
siswa dalam belajar sehingga siswa aktif 6,67% meningkat pada siklus I dengan
dalam melaksanakan tugas yang diberikan. capaian prestasi belajar sebesar 59,33%
Sebagai hasil akhir sebagai dampak dari dengna tingkat ketuntasan sebesar 53,33%
serangkaian tindakan tersebut adalah dan meningkat kembali pada siklus II
Oleh
I GEDE SANJAYA, S.PD.
Abstrak
Artikel ini hendak menyampaikan pentingnya guru masa kini mengembangkan diri untuk
mengikuti perkembangan jaman yang telah melahirkan generasi digital di era industri 4.0. Guru
yang sebagian besar lahir sebelum era revolusi industri sehingga menjadi digital immigrants,
harus mau memacu diri untuk mengurangi kesenjangan dengan siswa dalam hal kemampuan
ICT. Siswa merupakan digital native yang menguasai literasi digital jauh lebih baik daripada
guru. Sangat kecil kemungkinan bagi guru dapat menghadirkan pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa jika tidak mau menyesuaikan perkembangan siswa milenial saat ini.
Maka satu-satunya pilihan bagi guru masa kini adalah mengembangkan dirinya terutama dalam
bidang ICT untuk dapat menghadirkan pembelajaran yang lebih menarik dan bermakna.
Bagaimana dan apa saja pelaksanaan pembelajaran berbasis ICT akan dibahas dalam artikel
ini.
dan Komunikasi). ICT atau TIK terdiri dari Kusnafizal dan Nursamsu (2017)
dua aspek yaitu Teknologi Informasi dan menyatakan bahwa pemanfaatan ICT
Teknologi Komunikasi. Teknologi dalam pembelajaran diharapkan dapat
informasi meliputi segala hal yang meningkatkan minat belajar siswa,
dilakukan dalam proses, manipulasi, dan meningkatkan kualitas pembelajaran, dan
pengelolaan informasi. Sementara meningkatkan ketrampilan ICT siswa
teknologi komunikasi meliputi penggunaan maupun guru. Hal itu karena pembelajaran
alat bantu untuk mentransfer informasi atau dengan ICT menggunakan multimedia dan
data antar perangkat. software yang dipadukan sehingga siswa
Tinio dalam Rahim (2011) dapat mendengar, melihat, dan merasakan
mendefenisikan TIK sebagai seperangkat sendiri melalui media interaktif dalam
alat yang digunakan untuk berkomunikasi pembelajaran. Pada ujungnya pemanfaatan
dan menciptakan, mendiseminasikan, ICT dalam pembelajaran menjadi upaya
menyimpan, dan mengelola informasi. bagi adanya peningkatan prestasi belajar
Teknologi yang dimaksud termasuk siswa.
komputer, internet, teknologi penyiaran Guru masa kini dengan siswa yang
(radio dan televisi), dan telepon. merupakan generasi digital harus
ICT atau TIK merupakan segala sesuatu menyesuaikan diri menghadapi
yang berhubungan dengan informasi dan perkembangan jaman dan kebutuhan siswa
komunikasi modern yang berupa perangkat dalam pembelajaran. Pembelajaran
lunak maupun perangkat keras serta berbasis ICT adalah pilihan guru untuk
informasi atau data yang diproses di terus bertahan di era baru jika tetap ingin
dalamnya. Perangkat lunak berupa software menjadi guru yang memberikan
(program dan aplikasi) sedangkan pembelajaran berkualitas.
perangkat keras berupa komputer, internet, Jenis Pemanfaatan ICT dalam
radio, televisi, telepon, dan lainnya. Pembelajaran
Pembelajaran Berbasis ICT ICT dalam Media Pembelajaran
Krisnadi dalam Suryani (2015) Media merupakan unsur penting dalam
mengatakan bahwa selain fungsinya pembelajaran. Melalui media yang tepat,
sebagai alat bantu pemecahan masalah, ICT pesan atau informasi yang akan
juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung disampaikan guru kepada siswa dapat
proses pembelajaran dengan tujuan: diterima dengan lebih baik. Menurut
1) meningkatkan kualitas pembelajaran Suryani (2015) mengatakan bahwa salah
2) memperluas akses terhadap pendidikan satu fungsi utama media pengajaran adalah
dan pembelajaran sebagai alat bantu mengajar yang turut
3) mengurangi kebutuhan biaya mempengaruhi iklim, kondisi dan
pendidikan lingkungan belajar yang ditata dan
4) mengembangkan keterampilan ICT diciptakan oleh guru.
yang diperlukan siswa untuk Lebih lanjut Suryani mengemukakan
berkompetisi nantinya. bahwa proses belajar seringkali dihadapkan
Selanjutnya Suryani juga pada materi yang abstrak dan di luar
menyampaikan bahwa strategi pengalaman siswa sehari-hari, sehingga
pemanfaatan ICT di dalam pembelajaran materi ini menjadi sulit diajarkan guru dan
dapat mencakup: (1) ICT sebagai alat bantu sulit dipahami siswa. Visualisasi adalah
atau media pembelajaran, (2) ICT sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
sarana/tempat belajar, (3) ICT sebagai mengkonkritkan sesuatu yang abstrak.
sumber belajar, dan (4) ICT sebagai sarana Terlebih pembelajaran matematika,
peningkatan profesionalisme. Di sini materi yang diajarkan banyak sekali
tampak bahwa ICT akan meningkatkan memuat konsep-konsep yang memerlukan
kualitas siswa dan guru. kemampuan berpikir abstrak. Penggunaan
Saat ini bukan hal sulit bagi guru dapat menjadi jalan guru meningkatkan
menemukan dan bergabung dengan kompetensinya.
berbagai komunitas yang dapat Selain itu lembaga seperti Seamolec
menunjang kemampuannya. Melalui juga banyak mengadakan pelatihan untuk
berbagai paltform media sosial guru peningkatan kompetensi khususnya bidang
dapat membentuk komunitas yang ICT seperti VCT (Virtual Coordinator
memberikan informasi bahkan Trainning), pembuatan buku digital,
membentuk perkumpulan yang pembuatan video pembelajaran, dan
berbadan hukum. Melalui perkumpulan sebagainya.
inilah guru dapat mengembangkan Guru dapat mengikuti informasi
dirinya. Contohnya adalah Matematika mengenai lembaga-lembaga tersebut
Nusantara, IGI, Maluku Belajar, yang melalui media sosial untuk mendapatkan
banyak mengadakan pelatihan-pelatihan kesempatan mengikuti kegiatan-kegiatan
untuk meningkatkan kompetensi guru mereka.
disesuaikan dengan keperluan Kesimpulan dan Saran
pembelajaran di jaman milenial. Kesimpulan
2) Mengembangkan diri secara mandiri Kesimpulan dari pembahasan artikel ini
dengan belajar autodidak. adalah:
Guru dapat mempelajari sendiri 1) Pembelajaran berbasis ICT tidak dapat
berbagai ketrampilan yang saat ini dielakkan lagi di era industri 4.0 dimana
diperlukan tetapi belum dikuasainya. siswanya merupakan generasi digital
Banyak video-video tutorial di Youtube yang kesehariannya sangat lekat dengan
khususnya bidang ICT yang dapat perangkat komunikasi dan informasi.
dimanfaatkan oleh guru untuk 2) Pembelajaran berbasis ICT sangat perlu
mengembangkan kemampuannya. dilaksanakan untuk memperbaiki
3) Mengikuti kegiatan-kegiatan yang kualitas pembelajaran dan
diselenggarakan oleh pemerintah untuk meningkatkan ketrampilan guru dan
peningkatan kompetensi GTK. siswa khususnya untuk menghadapi
Sayangnya kegiatan semacam ini sangat masa depan yang semakin kompetitif.
terbatas jangkauannya, hanya guru 3) Pemanfaatan ICT dalam pembelajaran
tertentu yang sesuai kriteria pemerintah dapat berupa media pembelajaran, kelas
dapat mengikutinya. Aktif belajar online (e-learning), modul
mengembangkan diri dalam berbagai elektronik (e-modul), maupun
bidang akan memberi peluang guru konferensi video.
untuk mendapatkan kesempatan 4) Guru harus mengembangkan dirinya
mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan untuk menjawab tantangan
dari pemerintah. pembelajaran masa kini yang menuntut
4) Aktif mencari kegiatan pengembangan pemanfaatan ICT guna peningkatan
yang dilakukan oleh pusat-pusat kualitas pembelajaran dan
pengembangan GTK dan lembaga profesionalitas guru.
lainnya. Saran
PPPPTK merupakan institusi 1) Bagi Sekolah
pemerintah yang bertanggung jawab Sekolah hendaknya memfasilitasi guru
meningkatkan kompetensi guru dan dalam pelaksanaan pembelajaran
tenaga kependidikan di seluruh daerah. berbasis ICT untuk meningkatkan
Saat ini banyak kegiatan dari PPPPTK kualitas pembelajaran. Diantaranya
diinformasikan secara terbuka melalui penyediaan sarana dan prasarana yang
laman. Aktif mengakses laman PPPPTK mendukung seperti komputer, jaringan
untuk mendapatkan informasi kegiatan internet yang memadai, serta kebijakan
yang memberi ruang guru berkreativitas.
2) Bagi Pemerintah
Hendaknya pemerintah memeratakan
kesempatan pengembangan diri guru di
seluruh daerah agar guru dapat
meningkatkan kemampuannya terutama
di bidang ICT. Pemerintah perlu
mengadakan pelatihan ICT kepada guru-
guru yang merupakan digital imigrants.
Daftar Pustaka
Dewi, F. (2015, Januari). Proyek Buku
Digital: Upaya Peningkatan
Ketrampilan Abad 21 Calon Guru
Sekolah Dasar melalui Model
Pembelajaran Berbasis Proyek.
Metodik Didaktik, 9 No. 2, 1-15.
Hendrastomo, G. (2008, Mei). Dilema dan
Tantangan Pembelajaran E-Learning.
Majalah Ilmiah Pembelajaran, 4 No
1, 1-13.
Nursamsu, & Kusnafizal, T. (2017,
Agustus). Implementasi
Pembelajaran Berbasis ICT sebagai
Alat Bantu Komputer Multimedia
untuk Meningkatkan Kompetensi
Guru serta Prestasi Belajar Siswa.
Jurnal Pendidikan Biologi, 6 No 3,
351-355.
Rahim, H. M. (2011). Pemanfaatan ICT
sebagai Media Pembelajaran dan
Informasi pada UIN Alauddin
Makassar. Sulesana, 6 Nomor 2, 127
- 135.
Suryani, N. (2015, November 28).
Pengembangan Media Pembelajaran
Berbasis IT. Prociding Workshop
Nasional, 1-14.
Oleh
KADEK UPIK LILIAN MAHAYANTHY, S.PD.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Prestasi Belajar IPS siswa kelas VIII A SMP
Negeri 3 Manggis pada semester I tahun pelajaran 2019/2020 melalui penerapan model
pembelajaran Penemuan Terbimbing. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus pembelajaran.
Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
Penemuan Terbimbing dalam pembelajaran IPS pada siswa kela VIII A dengan jumlah siswa
32 orang. Objek penelitian berupa Prestasi belajar IPS. Untuk mengukur Prestasi Belajar
digunakan tes Prestasi Belajar yang diberikan pada akhir akhir tiap siklus. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil analisis data diperoleh
Penerapan Model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar IPS
siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Manggis. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi.
Nilai rata-rata prestasi belajar siswa pada siklus I diperoleh 73,54, kemudian pada siklus II
meningkat dengan rata-rata 82,29 mengalami peningkatan sebesar 8,75. Prosentase ketuntasan
klasikal pada siklus I mencapai 71,88%, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 96,88%
sehingga mengalami peningkatan sebesar 25,00%. Penerapan model pembelajaran Penemuan
Terbimbing dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran sebagai upaya
meningkatkan Prestasi Belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Saran kepada guru IPS pada
umumnya agar selaku pengembang dan pelaksana kurikulum pada tingkat persekolahan,
hendaknya menyadari bahwa kurikulum dan pembelajaran IPS yang ada saat ini masih
memerlukan berbagai terobosan dan alternatif perbaikan menuju terwujudnya kualitas proses
dan produk pembelajaran yang bermakna dan berdaya guna secara maksimal.
selama ini belumlah optimal sebagaimana SMP sebagai salah satu jenjang institusi
yang diwacanakan. formal dalam dimensi pendidikan memiliki
Pembelajaran IPS merupakan program peran yang sangat strategis dalam mendidik
pendidikan yang banyak mengandung dan mengembangkan potensi warga
muatan nilai sebagai salah satu sekolah sedini mungkin. Terjadinya
karakteristiknya, hal ini sebagaimana yang berbagai masalah seputar rendahnya
dikemukakan oleh Mulyana (dalam kualitas pendidikan dilansir oleh media
Gunawan, 2011: 23), bahwa Ilmu masa dewasa ini diduga salah satunya
Pengetahuan Sosial (IPS) dan Humaniora disebabkan karena teknik dan sistem
merupakan dua bidang kajian yang pembelajaran yang dilakukan oleh para
potensial bagi pengembangan tugas-tugas pendidik (guru) selama ini cenderung
pembelajaran yang kaya nilai, karakteristik menempatkan peserta didik sebagai objek
ilmu yang erat kaitannya dengan kehidupan pembelajaran dengan pendekatan
manusia dan banyak membahas tentang pembelajaran yang konvensional. Untuk
bagaimana manusia dapat menjalin itu, pola pembelajaran yang demikian harus
hubungan harmonis dengan sesama, segera diantisipasi dan secara perlahan
lingkungan dan Tuhan membuat dua kajian dirombak, dengan mengembangkan suatu
ini sangat kaya dengan sikap, nilai, moral, teknik belajar yang mampu memediasi dan
etika dan perilaku. mengkondisikan siswa meningkatkan
Pada pembelajaran IPS ada beberapa kualitas belajarnya.
kesulitan yang dialami siswa, seperti: a) Hal ini senada dengan temuan
siswa kurang dapat mengembangkan nilai dilapangan, yang berkenaan dengan proses
dan sikap dalam kehidupan sehari-hari; b) pembelajaran IPS. Dimana teridentifikasi
pembelajaran IPS dilaksanakan dalam pendidik yang masih berkutat pada pola
waktu yang terbatas, sehingga tidak lama pembelajaran (konvensional) dan
mungkin dapat memperkenalkan seluruh kurang tanggap bahkan tidak mau tahu
nilai-nilai kehidupan manusia kepada terhadap inovasi pembelajaran, pendidik
siswa. Hal ini diperkuat seperti yang dimuat yang kurang terampil dalam menciptakan
oleh Depdiknas (2007) mengungkapkan, kondisi belajar yang menyenangkan dan
bahwa : Siswa sering kali merasa bosan, bermakna, siswa kehilangan semangat
kebosanan itu bisa timbul di samping akibat belajarnya karena menganggap
dari kurang dipahaminya apa sebenarnya pembelajaran tidak menarik dan sulit,
IPS, metodologi pembelajaran yang sarana dan prasarana yang kurang
digunakan sering tidak berhasil menarik diberdayagunakan, siswa terbiasa pada pola
minat perhatian siswa, bahkan pendidik mengajar pendidik yang kurang
seringkali tidak mempunyai acuan yang menstimulus kemampuan berfikir sehingga
jelas, apalagi kreatifitas untuk menciptakan siswa cenderung bermalas-malasan dan
metode yang menarik untuk digunakan kurang berinisiatif dalam belajar,
dalam mengajar kebosanan juga bisa timbul kurangnya kerjasama antara sekolah dan
akibat materi pelajaran tidak sesuai dengan masyarakat, penyajian materi oleh pendidik
tingkat perkembangan dan konteks kurang menarik minat siswa, kurangnya
kehidupan siswa. jalinan emosi positif antara guru dan siswa
Sekolah sebagai salah satu institusi seperti perasaan nyaman, terbuka, gembira
formal memiliki peran yang cukup strategis dan lain sebagainya.
dan efektif dalam meningkatkan proses Berangkat dari kajian empiris dan
pembelajaran. Peningkatan proses konseptual tentang permasalahan
pembelajaran hendaknya dilakukan pembelajaran IPS sebagaimana yang
semenjak dini, pada semua jenis dan digambarkan di atas, maka penelitian ini
jenjang pendidikan mulai dari Pendidikan akan difokuskan pada penerapan model
dasar, menengah hingga perguruan tinggi. pembelajaran IPS yang mampu
(Lembar Kerja Siswa). Agar siswa mampu c. Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah
menemukan sendiri arah dan tindakan- jawaban sementara dari suatu
tindakan yang harus dilakukan untuk permasalahan yang sedang dikaji.
memecahkan permasalahan yang Sebagai jawaban sementara, hipotesis
disodorkan oleh guru. perlu diuji kebenaranya. Kemauan atau
Model Penemuan terbimbing potensi individu untuk berpikir pada
merupakan model dalam pembelajaran dasarnya sudah dimiliki sejak individu
yang mengharuskan siswa mengolah pesan, itu lahir. Potensi berpikir dimulai dari
sehingga memperoleh pengetahuan, kemampuan setiap individu untuk
keterampilan, dan nilai-nilai. Pembelajaran menebak atau mengira-ngira.
dengan model ini siswa dituntut untuk aktip (berhipotesis) dari suatu permasalahan.
belajar (Dimiyati, Mujiono, 1994 :159) manakala individu dapat membuktikan
Langkah –langkah yang ditempuh adalah : tebakanya, maka ia akan sampai pada
a. Orientasi. Langkah orientasi adalah posisi yang bisa mendorong untuk
langkah untuk membina suasana atau berpikir lebih lanjut. Leh sebab itu
iklim pembelajaran yang responsif. Pada potensi untuk mengembangkan
langkah ini guru merangsang dan kemampuan untuk menebak pada setiap
mengajak siswa untuk berpikir individu harus dibina. Salah satu cara
memecahkan masalah. Langkah yang dapat dilakukan guru untuk
orientasi merupakan langkah yang mengembangkan kemampuan menebak
sangat penting, keberhasilan penerapan pada setiap anak adalah dengan
penemuan terbimbing ini sangat mengajukan berbagai pertanyaan yang
tergantung pada kemauan siswa untuk dapat mendorong siswa untuk
beraktivitas menggunakan merumuskan jawaban sementara.
kemampuanya dalam memecahkan d. Mengumpulkan data, adalah aktivitas
masalah, tanpa kemauan dan menjaring informasi yang dibutuhkan
kemampuan itu tak mungkin proses untuk menguji hipotesis yang diajukan
pembelajaran akan berjalan dengan e. Menguji hipotesis, yaitu proses
lancar. menentukan jawaban yang dianggap
b. Merumuskan masalah yang akan diterima sesuai dengan data atau
dipecahkan siswa. informasi yang dipeoleh berdasarkan
Merumuskan masalah merupakan pengumpulan data.
langkah membawa siswa pada suatu f. Merumuskan kesimpulan, yaitu proses
persoalan yang mengandung teka-teki. mendeskripsikan temuan yang diperoleh
Persoalan yang disajikan dalah berdasarkan penemuan hipotesis.
persoalan yang menantang siswa untuk Belajar merupakan permasalahan yang
berpikir untuk memecahkan teka-teki sangat komplek, sehingga sangat sulit
itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan dideteksi bagaimana proses terjadinya.
masalah yang ingin dikaji disebabkan Mulai sejak kecil, bahkan ada yang
masalah itu tentu ada jawabanya, dan mengatakan bahwa mulai sejak dalam
siswa didorong untuk mencari jawaban kandungan hingga dewasa setiap orang
yang tepat. Proses mencari jawaban
mengalami pristiwa belajar. Belajar seumur
itulah yang penting dalam penerapan
hidup (long life education) merupakan
penemuan terbimbing, oleh karena itu
melalui proses tersebut siswa akan suatu istilah yang tidak asing dalam dunia
memperoleh pengalaman yang sangat pendidikan. Seseorang memperoleh
berharga sebagai upaya pengetahuan, keterampilan, penanaman
mengembangkan mental melalui proses nilai maupun terjadinya perubahan sikap
berpikir. merupakan hasil dari proses belajar.
Sebagai mana dikatakan oleh Gagne (1984)
bahwa belajar memberikan makna bagi gerak (motorik). Prestasi belajar adalah
perkembangan individu. Makna tersebut semua efek yang dapat dijadikan sebagai
sebagai suatu proses dimana suatu indikator tentang nilai dari penggunaan
organisme berubah perilakunya sebagai model pembelajaran di bawah kondisi yang
akibat pengalaman. Pandangan ini sejalan berbeda. Prestasi belajar dapat berupa
dengan Woolfolk dan Nicolich (1980 ; 170) prestasi belajar yang diinginkan (desired
yang menyebutkan bahwa belajar adalah outcome) yang telah dipersiapkan lebih
perubahan yang terjadi dalam diri dahulu dan prestasi belajar yang nyata
seseorang sebagai hasil dari pengalaman. (actual outcome).
Selanjutnya Crow & Crow (1985:225) Hasil belajar adalah suatu kemampuan
menyebutkan bahwa belajar lebih aktual yang dapat diukur secara langsung
mengarahkan kepada segi perubahan yang dengan tes maupun non-tes (Bloom, dalam
dicapai dalam belajar yaitu kebiasaan, Suharsimi Arikunto, 2003). Kegiatan
pengetahuan dan sikap. belajar mengajar bertujuan untuk
Perubahan tingkah laku yang dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan,
disebut sebagai prestasi belajar adalah sikap, dan nilai-nilai (Depdiknas, 2003). Ini
perubahan tingkah laku kearah kebaikan, berarti hasil belajar merupakan hasil
kemajuan dan normatif sifatnya. Artinya, perubahan tingkah laku yang meliputi tiga
perubahan tingkah laku dari tidak tahu ranah yakni kognitif, psikomotor, dan
menjadi tahu, dari tidak dapat melakukan afektif. Dalam ranah kognitif Bloom
menjadi dapat melakukan sesuai dengan mendaftar ada enam tingkatan berpikir
tujuan belajar yang telah ditetapkan. Di meliputi: pengetahuan (C1), pemahaman
samping itu, perubahan tingkah laku dapat (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis
dinyatakan sebagai prestasi belajar apabila (C5), dan evaluasi (C6)
dihasilkan melalui latihan yang diberi Dalam penelitian ini prestasi belajar
penguatan, baik secara verbal maupun yang diukur adalah prestasi belajar IPS
nonverbal dan bisa bertahan dalam jangka pada ranah kognitif dengan menggunakan
waktu yang relatif lama. tes pilihan ganda. Ranah kognitif yang
Reigeluth (1983) menyatakan bahwa diukur mengikuti taksonomi Bloom yang
hasil pembelajaran secara umum dapat meliputi pengetahuan (C1), pemahaman
dikatagorikan menjadi tiga indikator yaitu: (C2), aplikasi (C3), dan analisis (C4).
(1) efektifitas pembelajaran yang biasa Metode Penelitian
diukur dari tingkat keberhasilan siswa dari Jenis penelitian yang dilakukan adalah
berbagai sudut, (2) efisiensi pembelajaran penelitian tindakan kelas (Classroom
yang biasa diukur dari waktu belajar atau Action Research) yang secara umum
biaya pembelajaran, dan (3) daya tarik bertujuan meningkatkan dan memperbaiki
pembelajaran yang selalu diukur dari kualitas proses pembelajaran di kelas
tempat berlangsungnya penelitian.
tendensi siswa ingin belajar secara terus
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian
menerus. Secara spesifik prestasi belajar
ini adalah penerapan model pembelajaran
adalah suatu kinerja (performance) yang penemuan terbimbing. Subjek penelitian
diindikasikan sebagai suatu kapabilitas tindakan kelas ini adalah semua siswa kelas
(kemampuan) yang telah diperoleh. VIII A SMP Negeri 3 Manggis semester I
Gagne (1972:66) mengemukakan bahwa tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah
ada 5 katagori prestasi belajar yaitu: 32 orang. Sedangkan objek dalam
informasi verbal, keterampilan intelektual, penelitian ini adalah Prestasi Belajar IPS.
strategi kognitif, sikap, dan keterampilan Penelitian ini dilaksanakan pada tahun
pelajaran 2019/2020 pada Semester I yaitu
dari bulan Juli sampai dengan Desember belum memenuhi kategori keberhasilan
2019. Penelitian ini dilaksanakan dalam yang telah ditetapkan, di mana belum
dua siklus dengan masing-masing siklus tercapainya ketuntasan klasikal siswa.
terdiri dari tahapan-tahapan perencanaan, Pelaksanaan tindakan pada siklus II
tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. disesuaikan dengan hasil refleksi kegiatan
Data yang dikumpulkan untuk dianalisis pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan
dalam penelitian ini meliputi data prestasi dalam proses pembelajaran disesuaikan
belajar siswa. Data prestasi belajar siswa dengan langkah-langkah dalam Model
dikumpulkan dengan menggunakan pembelajaran penemuan terbimbingg. Pada
instrument tes prestasi pada akhir siklus I siklus II, kajian tentang materi dikemas
dan siklus II. Tes prestasi belajar dalam dalam tiga skenario pembelajaran yang
penelitian ini adalah instrumen yang dalam penerapannya dilengkapi dengan
digunakan untuk mengumpulkan data skenario penemuan terbimbing.
tentang prestasi belajar siswa. Hasil tes Selanjutnya, peneliti membimbing siswa
prestasi belajar dipergunakan untuk dalam diskusi kelas. Peneliti
mengumpulkan data prestasi belajar siswa mengklarifikasi jawaban-jawaban yang
sesudah pembelajaran. Tes yang disusun masih kurang tepat dan menekankan
sebanyak 15 item. Data prestasi belajar konsep-konsep penting pada suatu kajian
siswa dianalisis secara deskriptif. Prestasi sehingga pemahaman siswa dalam
belajar siswa dapat ditentukan dengan pembelajaran dapat dimaksimalkan.
menggunakan rata-rata hasil tes prestasi Peneliti memotivasi siswa agar dapat
belajar, daya serap siswa dan ketuntasan mengemukakan permasalahan yang
belajar. Tindakan dikatakan berhasil bila dihadapi oleh siswa dengan mengajukan
telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. satu permasalahan untuk didiskusikan
Penelitian dikategorikan berhasil apabila bersama-sama.
nilai rata-rata prestasi belajar siswa Data prestasi belajar IPS pada siklus II
minimal telah mencapai 75, daya serap disajikan pada diperoleh dari hasil
minimal 75% dan ketuntasan klasikal menjawab tes prestasi belajar. Dari hasil
mencapai 85%. analisis data prestasi belajar siswa pada
Hasil Penelitian Dan Pembahasan skala seratus diperoleh nilai rata-rata
Sesuai dengan tahapan penelitian, pada sebesar 82,29 dan daya serap siswa sebesar
akhir siklus siswa diberikan tes prestasi 82,29%, dengan standar deviasi 6,02 dan
belajar. Data yang dikumpulkan pada siklus ketuntasan klasikal siswa sebesar 95,24%
I adalah data prestasi belajar siswa Kategori keberhasilan, yaitu bila nilai rata-
berdasarkan hasil tes prestasi belajar siswa rata siswa lebih besar atau sama dengan 75,
selanjutnya dianalisis secara deskriptif. daya serap siswa lebih besar atau sama
Dari hasil analisis data prestasi belajar dengan 75%, dan ketuntasan klasikal siswa
siswa pada skala seratus diperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 85%. Dari
rata-rata sebesar 73,54 dan daya serap data hasil tes siswa siklus II, penelitian
siswa sebesar 73,54% dengan kategori telah memenuhi kategori keberhasilan, di
tuntas. Sedangkan ketuntasan klasikal mana telah tercapainya ketuntasan klasikal
siswa baru mencapai 71,88% dengan siswa.
kategori belum tuntas. Sesuai dengan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
indikator keberhasilan siswa dikatakan dilaksanakan dalam 2 siklus menunjukkan
tuntas bila nilai rata-rata siswa lebih besar terjadinya peningkatan Prestasi belajar IPS.
atau sama dengan 75, daya serap siswa Prestasi belajar IPS meningkat sebesar 8,75
lebih besar atau sama dengan 75%, dan dari siklus I sebesar 73,54 ke siklus II
ketuntasan klasikal siswa lebih besar atau menjadi 82,29 dengan ketuntasan klasikal
sama dengan 85%. Berdasarkan data hasil dari 71,88% di siklus I menjadi 96,88% di
tes prestasi belajar siswa siklus I, penelitian siklus II. Temuan ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti mengajukan beberapa saran seperti
guru IPS dalam proses belajar mengajar, berikut.
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (1) Bagi siswa, dapat memudahkan
kelas VIII A SMP Negeri 3 Manggis. pemahaman terhadap materi
Sebagaimana telah dideskripsikan pada pembelajaran karena siswa belajar dari
kajian teoritis, bahwa pembelajaran IPS kondisi yang riil dan tidak verbalistik
merupakan sebuah media pembentukan dan dan juga meningkatkan hasil belajar
pelatihan secara dini kepada siswa untuk karena terlatih untuk berkomunikasi,
mampu menjadi warga negara yang berpikir kritis, bertanggung jawab serta
berkualitas da bertanggungjawab terhadap berkolaborasi sehingga mampu
bangsa dan negaranya, maka logikanya mengaitkan fakta dengan permasalah
seorang guru IPS harus mampu lain yang relevan.
menanamkan konsep dan generalisasi (2) Bagi Guru, dapat dijadikan sebagai
tentang berbagai aspek yang dibutuhkan salah satu alternatif yang aplikatif,
oleh siswa agar nantinya mereka dapat dengan pertimbangan bahwa: (1)
menjadi warga negara yang sociotable. model ini memberikan sejumlah solusi
Guru IPS yang baik, adalah guru yang kepada guru, berkaitan dengan upaya
mampu memberikan dan melatihkan meningkatkan pemahaman materi
seperangkat pengetahuan, kecakapan, nilai- peserta didik, peningkatan sikap sosial
moral, dan etika kepada siswanya, sehingga peserta didik, yang akhirnya bermuara
pada saat mereka menyelesaikannya pada peningkatan prestasi belajar
mampu memerankan dirinya sebagai warga siswa, (2) dapat memberikan masukan
masyarakat-bangsa yang nasionalis. Untuk kepada guru IPS dalam menentukan
menjadikan siswa yang demikian, maka strategi, metode atau model
harus diawali dengan penanaman konsep pembelajaran yang lebih menekankan
dan seperangkat keterampilan dasar warga pada aktivitas siswa dalam
negara. Hal ini akan bisa dilakukan dengan pembelajaran, khususnya kepada guru
optimal salah satunya adalah melalui IPS untuk terus menambah informasi
penerapan model pembelajaran penemuan terutama dalam implementasi model
terbimbing sebagaimana temuan dari pembelajaran penemuan terbimbing
penelitian ini di atas. dalam upaya meningkatkan prestasi
Penutup belajar siswa
Berdasarkan atas permasalahan yang (3) Bagi kepala sekolah, dapat memotivasi
dirumuskan dan hasil yang diperoleh dari dalam membina Guru untuk
penelitian ini, maka dapat disimpulkan memanfaatkan model-model
bahwa: Penerapan Model pembelajaran pembelajaran yang baik dan inovatif
penemuan terbimbing dapat meningkatkan sehingga dapat meningkatkan kualitas
prestasi belajar IPS siswa kelas VIII A SMP pembelajaran di sekolah serta dapat
Negeri 3 Manggis. Hal ini dapat dilihat dari mewujudkan siswa yang cerdas dan
peningkatan yang terjadi. Nilai rata-rata berprestasi.
prestasi belajar siswa pada siklus I (4) Kepada para peneliti sejenis yang
diperoleh 73,54, kemudian pada siklus II berminat untuk memverifikasi hasil
meningkat dengan rata-rata 82,29 penelitian ini, hendaknya
mengalami peningkatan sebesar 8,75. mengkomparatifkan model ini dengan
Prosentase ketuntasan klasikal pada siklus I model pembelajaran yang lain.
mencapai 71,88%, kemudian pada siklus II Daftar Pustaka
meningkat menjadi 96,88% sehingga Abdul Wahab solichin. 1986. Analisis
mengalami peningkatan sebesar 25,00%. kebijaksanaan, dari Formulasi Ke
Berdasarkan temuan-temuan yang implementasi kebijaksanaan Negara,
diperoleh dalam penelitian ini, maka Jakarata: Edisi Kedua, Bumi Aksara.
Ali, H. Muhamad. 1987. Guru dalam Proses Kuhlthau, C Carol. 2006. Guided Inquiry
Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Learning In The 1st Century.
Baru. Westport, CT: Libraries Unlimited.
Andriani, dkk. 2011. ”Efektifitas Lasmawan, Wayan. 2010. Menelisik
Penerapan Pembelajaran Inkuiri Pendidikan IPA. Singaraja:
Terbimbing (Guided Inquiry) pada Mediakom Indonesia Press Bali.
Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Mulyasa, 2006. Menjadi Guru Profesional:
Cahaya di Kelas VIII SD Negeri 2 Menciptakan Pembelajaran Kreatif
Muara Padang 2011”. Laporan dan Menyenangkan. Bandung: PT
Penelitian. Remaja Rosdakary.
Arif Gunawan. 2011. Remaja dan Munadi, Wahyudi . 2003. Media
Permasalahannya. Yogyakarta : Pembelajaran. Jakarta: Gama Persada
Hanggar Kreator Press
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Netra, Ida Bagus, 1976. Metodologi
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Penelitian, Biro Penciptaan dan
Jakarta: Rineka Cipta. Penerbit Fakultas Keguruan dan Ilmu
Depdiknas, 2003. Undang-Undang Nomor Pendidikan Universitas Udayana,
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Singaraja
Pendidikan Nasional. Jakarta : Nurkancana, Wayan. 1986. Evaluasi
Depdiknas. Pendidikan. Surabaya: Usaha
Dimyati dan Mudjiono, 1994. Belajar dan Nasional
Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud Nurkancana. 2007. Pemahaman dan Hasil
Dimyati, 1999. Belajar dan Pembelajaran. belajar pada Peserta Didik. Jakarta:
Jakarta: Depdikbud Rineka Cipta.
Gagne, R.M. 1984. The conditions of Putrayasa, Ida Bagus. 2005. Pembelajaran
learning. New York: Holt, Rinehart & Bahasa Indonesia Berbasis Inquiri
Winston. dalam Upaya Meningkatkan
Gunawan R. 2011. Pendidikan IPS Filosofi, Aktivitas, Kreativitas, dan
Konsep, dan Aplikasi. Bandung: Logikalitas. (Tesis). Singaraja.
Alfabeta Institut Keguruan dan Ilmu
Hamalik Oemar, 2004. Media Pendidikan. Pendidikan Negeri Singaraja
Bandung : Alumni Reigeluth, C.M. Merril MD. 1979. Classes
Hasan, S.H. 2005. Pembaharuan of Instructional
Pendidikan IPS di Era Otonomi Variables.Educational Technology
Pendidikan. Makalah. Disajikan Riadi, Yusli. 2012. Lezatnya Matematika.
dalam seminar sehari Fakultas PIPS Artikel.
IKIP Negeri Singaraja. Singaraja: Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
FPIPS IKIP Negeri Singaraja. Pembelajaran Berorientasi Standar
Isjoni. 2007. Pembelajaran Kooperatif : Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada
Meningkatkan Kecerdasan Media Group.
Komunikasi Antar Peserta Didik. Somantri, M. N. (2001). Menggagas
Yogyakarta: Pustaka Belajar pembaharuan pendidikan IPS.
Joyce, B. and Weil M. 1986. Models of Bandung: Remaja Rusdakarya.
Teaching. Fifth Edition. Boston: Trianto. 2006. Mendesain Model
Allyn Bacon. Pembelajaran Inovatif Progresif.
Kemendikbud. 2016. Permendikbud Jakarta: Prenada Media.
Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Trianto. 2007. Model Pembelajaran
Standar Proses Pendidikan Dan Terpadu dalam Teori dan Praktek.
Menengah. Jakarta: Kemendikbud Jakarta: Prestasi Pustaka.
Oleh :
ARI DJATININGSIH, S.PD.
Abstrak
Penelitian tindakan bimbingan konseling ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa
kelas VIIB SMP Negeri 4 Bebandem Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui penerapan
konseling kelompok. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas kelas VII B yang
berjumlah 32 siswa. Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah pedoman obsevasi dan
kuesioner. Data di analisis secara deskriptif. Berdasarkan pada hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penerapan konseling kelompok dapat meningkatkan minat belajar siswa
Kelas VII B SMP Negeri 4 Bebandem. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan minat belajar
yaitu dari skor rata-rata 65,09 menjadi 85,19 dengan kategori sedang pada siklus I dan
mengalami peningkatan menjadi 96,53 pada siklus II dengan kategori tinggi. Ini berarti bahwa
penerapan konseling kelompok dapat meningkatkan minat belajar siswa dan semakin baik
konseling kelompok digunakan dalam menangani permasalahan minat belajar, maka akan
semakin baik pula hasil yang didapatkan. Ini berarti bahwa penerapan konseling kelompok
dapat meningkatkan minat belajar siswa dan semakin baik konseling kelompok digunakan
dalam menangani permasalahan minat belajar, maka akan semakin baik pula hasil yang
didapatkan.
Kemampuan siswa di sekolah pada tertarik yang ditunjukkan oleh peserta didik
prinsipnya dapat dibagi menjadi tiga dalam melakukan aktivitas belajar, baik di
golongan yaitu: kelompok siswa yang rumah, di sekolah, dan di masyarakat.
berkemampuan tinggi, kelompok siswa Disekolah untuk menumbuhkan minat
yang berkemampuan sedang dan kelompok belajar siswa, guru pembimbing berperan
siswa yang berkemampuan rendah atau penting dalam hal menumbuhkan minat
kurang. Kesulitan belajar siswa disebabkan belajar, dengan salah satu caranya adalah
oleh bermacam-macam faktor, faktor- guru pembimbing sebagai motivator, guru
faktor tersebut secara garis besarnya dapat harus mampu merangsang dan memberikan
dibagi menjadi dua faktor yaitu; faktor dorongan serta penguatan untuk
internal dan faktor eksternal. Faktor mendinamisasikan potensi siswa,
internal adalah segala yang bersumber dari menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan
dalam diri siswa seperti perhatian, daya cipta (kreativitas). Sehingga akan
kecerdasan, motivasi, sikap, berpikir, terjadi dinamika dalam proses belajar
ingatan, percaya diri, minat, bakat serta mengajar.
kepribadian. Sedangkan faktor eksternal Sebagai tolak ukur keberhasilan
adalah segala sesuatu yang bersumber dari pendidikan maka minat belajar menjadi
luar diri siswa seperti faktor lingkungan sangat penting, sehingga perlu dilakukan
belajar (lingkungan alam dan sosial) serta berbagai upaya agar minat belajar siswa
faktor sistem pengajaran (kurikulum, bahan secara kualitas dan kuantitas dapat terus
dan metode pengajaran). Salah satu faktor dikembangkan. Namun minat belajar yang
yang perlu diperhitungkan dalam penelitian rendah terhadap mata pelajaran akan
ini adalah minat siswa dalam belajar. menimbulkan permasalahan belajar
Dalam proses belajar yang dilakukan sehingga prestasi yang dimiliki siswa
siswa dipengaruhi berbagai faktor yaitu ada menjadi rendah, atau dapat dikatakan
faktor yang datang dari diri indivu itu bahwa minat mempengaruhi kualitas
sendiri dan ada faktor yang dipengarhui pencapaian hasil kerja siswa dalam bidang
dari luar seperti kondisi lingkungan sekitar tertentu khususnya pada pelajaran.
siswa tinggal (dirumah, sekolah, dan Saleh dan Wahab (2005:262)
masyrakat). Selaian dari faktor tersebut mengemukakan bahwa minat belajar dapat
yang dalam belajar, minat juga besar diartikan sebagai suatu kencenderungan
pengaruhnya terhadap kondisi belajar untuk memberikan dan bertindak terhadap
siswa, besarnya minat belajar setiap siswa orang, aktivitas atau situasi yang menjadi
berbeda-beda. Bila bahan pelajaran yang objek dari minat tersebut dengan disertai
dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, perasaan senang. Semakin kuat atau dekat
siswa tidak akan belajar dengan sebaik - hubungan tersebut, maka semakin besar
baiknya, karena tidak ada daya tarik minat. Minat adalah kecenderungan yang
baginya. Siswa mulai segan untuk belajar, tetap untuk memperhatikan dan mengenang
siswa tidak akan memperoleh kepuasaan beberapa kegiatan yang diminati seseorang
dari pelajaran yang ada disekolah, selain dan diperhatikan terus menerus disertai rasa
dari bahan pelajaran, lingkungan sekitar senang.
tempat siswa belajar pun mempengaruhi Siswa-siswa yang minat belajarnya
minat siswa untuk terus belajar. rendah cenderung menunjukkan perilaku
Hal ini sesuai dengan pendapat Hadis & menyimpang karena tingkat kesadaran dan
Nurhayati (2014:44) yang mengemukakan minat yang dimiliki untuk belajar lebih
bahwa minat adalah sebagai rasa tertatik rendah dibandingkan siswa-siswa yang
yang ditunjukkan oleh individu kepada memiliki minat belajar sedang maupun
suatu objek, baik objek yang berupa benda tinggi. Hal ini dapat merugikan dirinya
hidup maupun benda yang tidak hidup. sendiri, teman sekelas atau teman sekolah,
Sedangkan minat belajar adalah rasa guru-guru, dan keluarga. Salah satu contoh,
mencapai tujuan bersama yaitu terpecahnya Jenis penelitian yang dilakukan adalah
masalah yang dialami. penelitian tidakan. Penelitian ini dirancang
Metode Penelitian dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus dalam
Penelitian ini adalah Penelitian rencana ini terdiri dari enam tahap kegiatan,
Tindakan Bimbingan Konseling (PTBK) yaitu : 1) identifikasi, 2) diagnosa, 3)
atau Action Research in counseling, yaitu prognosa, 4) treatment/konseling, 5)
penelitian tindakan yang dilaksanakan evaluasi, dan 6) refleksi yang berulang
dalam layanan BK dengan tujuan untuk secara siklus.
memperbaiki dan meningkatkan kualitas Data yang dikumpulkan dalam
pembelajaran, Basrowi dan Suwandi penelitian ini adalah data tentang minat
(dalam Kurnia, 2013:71). Menurut Dantes belajar. Untuk memperoleh data yang
(2017:133) penelitian tindakan merupakan akurat dari variabel yang diteliti dengan
suatu penelitian yang dilakukan karena menggunakan metode observasi dan
adanya kebutuhan pada saat itu, suatu kuesioner. Hasil perubahan berupa
situasi yang memerlukan penanganan peningkatan minat belajar siswa dipantau
langsung dari pihak yang bertanggung dengan kuesioner minat belajar, untuk
jawab atas penanganan situasi melihat seberapa besar hasil manfaat
tersebut(guru). Selajutnya menurut Elliott konseling kelompok untuk meningkatkan
(dalam Kunandar, 2004: 43) penelitian minat belajar siswa, maka skor hasil
tindakan sebagai “kajian dari sebuah situasi penyebaran kuesioner tersebut
sosial dengan kemungkinan tindakan untuk dilaksanakan akan dianalisis secara
memperbaiki kualitas situasi sosial deskriptif. Data minat belajar dikumpulkan
tersebut”. Sedangkan Ridwan (dalam dengan menggunakan kuesioner yang
Oktariyani, 2013: 54) menyatakan bahwa berjumlah 25 butir. Skor maksimum untuk
“penelitian tindakan kelas adalah masing-masing pilihan adalah 5 sehingga
pelaksanaan tindakan yang dilakukan skor maksimum ideal yang bisa dicapai
kepada sekelompok murid dalam waktu siswa adalah 125 sedangkan skor minimum
yang sama dengan melalui prosedur adalah 25. Skor rata-rata minat siswa yang
penelitian”. diperoleh dari perhitungan dibandingkan
“Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan skor penggolongan yang telah
berlingkup mikro, dilakukan dalam lingkup ditetapkan. Skor rata-rata minat belajar
kecil, bisa kelas atau beberapa kelas di siswa dianalisis dengan rumus:
suatu sekolah sehingga tidak perlu __
X=
X (Arikunto, 2005)
menghiraukan sampel. Istilah sampel dan
N
populasi tidak diperlukan dalam PTK, __
karena hasilnya bukan untuk Dimana : X = skor rata-rata
digeneralisasikan” Indrawati dan Maman
Wijaya, (2001:11). Subjek dalam penelitian
X = jumlah seluruh skor
N = jumlahsiswa.
ini adalah siswa Kelas VII B SMP Negeri 4
Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli
Bebandem Semester Ganjil tahun pelajaran
sampai bulan Desember 2018. Penelitian
2018/2019 yang berjumlah sebanyak 32
ini dikatakan berhasil apabila Ketercapaian
siswa, yang terdiri atas 18 orang siswa putra
proses pembelajaran pada aspek minat
dan 14 orang siswa putri. Objek penelitian
belajar terjadi jika rata-rata minat belajar
ini terdiri atas objek amatan dan objek
siswa minimal mencapai 87,50 dengan
tindakan. Objek tindakan adalah konseling
kualifikasi minat belajar siswa berada pada
kelompok, sedangkan objek amatannya
kategori tinggi dan terjadi peningkatan rata-
adalah Minat belajar pada siswa Kelas VII
rata minat belajar dari siklus I ke siklus II
B SMP Negeri 4 Bebandem Semester
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Ganjil tahun pelajaran 2018/2019.
Tindakan awal yang dilakukan adalah
observasi dan wawancara. Tujuan
observasi dan wawancara ini adalah Dari hasil evaluasi di atas, dapat
mengidentifikasi siswa yang minat dikemukan bahwa terjadi peningkatan
belajarnya rendah. Observasi dilakukan dalam minat belajar siswa setelah diberikan
pada siswa, kemudian informasi dan data konseling kelompok. Ini berarti penerapan
diperoleh dari Wakasek Kesiswaan, konseling kelompok dapat meningkatkan
sedangkan wawancara juga dilakukan minat belajar siswa. Namun dari perolehan
kepada wali kelas dan beberapa guru guru hasil tersebut, dari 32 siswa siswa anggota
mata pelajaran. Berdasarkan observasi dan konseling kelompok ternyata baru 17 orang
hasil wawancara dapat diketahui bahwa siswa yang memenuhi syarat ketuntasan
siswa yang minat belajarnya rendah di SMP dengan kategori tinggi. Oleh karena itu,
Negeri 4 Bebandem, khususnya kelas VII B upaya peningkatan dari 15 orang siswa ini
tergolong tinggi. Adapun data siswa yang perlu dicarikan solusi dan upaya
menunjukkan minat belajarnya rendah peningkatannya, untuk itu akan diupayakan
yaitu hasil belajar siswa tidak sesuai dengan pada siklus II.
harapan. Selain itu siswa selalu ribut di Dari hasil pemantauan Peneliti
kelas, tidak memperhatikan pelajaran yang menunjukkan pelaksanaan konseling
sedang berlangsung, dan tidak kelompok sudah terlaksana sesuai dengan
bersemangat/kurang terdorong dalam yang diharapkan mulai dari persiapan,
mengikuti pelajaran. Untuk mendapatkan pelaksanaan dan pengakhiran. Dari hasil
data yang lebih akurat penulis juga pemantauan, siswa yang diberikan
menyebarkan kuesioner minat belajar. konseling kelompok pada siklus II, sudah
Hasil penyebaran kuesioner diperoleh data menunjukkan perubahan terlihat dari raut
awal bahwa nilai rata-rata minat belajar wajah siswa yang terlihat lega dan senang.
siswa baru mencapai 65,09 dengan siswa Hal ini membuktikan bahwa dari 32 siswa
mencapai kategori sedang sebanyak 17 siswa yang mengikuti konseling kelompok
siswa (56,25%) dan kategori rendah 15 sudah merasa puas mengenai konseling
siswa (43,75%), sedangkan siswa yang kelompok yang diberikan karena masalah
memiliki minat belajar teinggi belum ada. yang dihadapi sudah terentaskan. Dari hasil
Ringkasan data hasil penyebaran kuesioner evaluasi di atas, dapat dikemukan bahwa
pada awal siklus adalah sebagai berikut. terjadi peningkatan dalam minat belajar
Dari hasil observasi di atas yang siswa setelah diberikan konseling
dilaksanakan peneliti selama pelaksanaan kelompok, termasuk siswa yang belum
tindakan siklus I dapat diketahui bahwa memenuhi kriteria ketuntasan pada siklus I.
konseling kelompok berlangsung lancar Dengan berlanjutnya pemberian konseling
dan baik mulai dari persiapan, pelaksanaan kelompok sesuai dengan tabel di atas,
dan pengakhiran namun masih ada yang ternyata siswa tersebut sudah mampu
perlu ditingkatkan agar menjadi lebih baik memenuhi syarat ketuntasan 96,53% yang
lagi. Pada saat konseling kelompok sudah ,melampaui ketuntasan yang
berlangsung, ada beberapa siswa yang ditetapkan. Ini berarti penerapan konseling
terlihat kurang aktif. Evaluasi dilakukan kelompok dapat meningkatkan minat
untuk mengetahui perubahan tingkat minat belajar siswa.
belajar yang dialami oleh masing-masing Penutup
konseli sebagai hasil dari pelaksanaan Berdasarkan pada hasil penelitian dan
konseling kelompok. Untuk mengetahui pembahasan yang telah diuraikan, maka
perubahan peningkatan ini digunakan dapat disimpulkan bahwa penerapan
instrument berupa kuesioner minat belajar konseling kelompok dapat meningkatkan
siswa. Berikut adalah data yang diperoleh minat belajar siswa Kelas VII B SMP
setelah dilakukan analisis terhadap hasil Negeri 4 Bebandem. Hal ini dapat dilihat
kuesioner minat belajar yang telah dijawab dari peningkatan minat belajar yaitu dari
oleh konseli. skor rata-rata 65,09 menjadi 85,19 dengan
kategori sedang pada siklus I dan Abdul Hadis dan Nurhayati, 2010,
mengalami peningkatan menjadi 96,53 Manajemen Mutu Pendidikan.
pada siklus II dengan kategori tinggi. Ini Bandung: Alfabetha
berarti bahwa penerapan konseling Aqib, Zainal 2003, Propesional Guru
kelompok dapat meningkatkan minat Dalam Pembelajaran. Surabaya :
belajar siswa dan semakin baik konseling Cendikia
kelompok digunakan dalam menangani Arikunto, S. 2005. ProsedurPenelitian
permasalahan minat belajar, maka akan Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
semakin baik pula hasil yang didapatkan. Cipta. Jakarta.
Berdasarkan temuan yang sudah Bimo Walgito, 1978. Psikologi Sosial.
disimpulan dari hasil penelitian, dalam Yogyakarta : Yayasan Penerbitan
upaya mencapai tujuan penelitian yaitu Fakultas Psikologi UGM.
meningkatkan minat belajar siswa dapat Dantes, Nyoman, 2007. Metodelogi
disampaikan saran-saran sebagai berikut: Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Sosial
1. Guru pembimbing di sekolah agar dan Humaniora. Singaraja:
membantu siswa yang mengalami minat Universitas Pendidikan Ganesha.
belajar kurang agar diberikan layanan Darsana, W (2007). Pengaruh Tak :
konseling sesuai dengan kebutuhan Stimulasi Persepsi Terhadap Tingkah
siswa. Laku Klien Dengan Halusinasi
2. Kebiasaan dan teknik belajar hendaknya Pendengaran Di Bpk Rsj Propinsi
diubah agar lebih efektif dan siswa Bali Penelitian Quasy-Experiment.
hendaknya meningkatkan minatnya Dibuka pada website
pada pelajaran agar lebih giat untuk http://masdanang.co.cc/10
belajar. September 2009
3. Guru hendaknya mengkemas kegiatan Dewi Septiani (2017) yang berjudul
pembelajaran secara menarik sehingga Penggunaan Layanan Bimbingan
siswa dalam proses belajar menjadi Kelompok Untuk Meningkatkan
termotivasi dalam meningkatkan minat Minat Belajar Siswa Kelas VIII Di
belajarnya dan kehadirannya pula SMP Sriwijaya Bandar Lampung
sehingga prestasi belajar siswa menjadi Tahun Pelajaran 2015/2016.
optimal. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi
4. Siswa yang belum mencapai prestasi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
belajar sesuai dengan kriteria, Djamarah, Syaiful Bahri, 2008. Psikologi
diharapkan mengikuti konseling yang Pendidikan, Jakarta, PT. Rineka
telah direkomendasikan kepada guru BK Cipta.
di sekolah. Erman Amti dan Marjohan. 1992.
5. Guru bidang studi di kelas hendaknya Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
memberikan penguatan bagi siswa yang Depdikbud dan Dirjen Dikti Proyek
berhasil meningkatkan minat belajarnya. Pembinaan Tenaga Pendidikan.
6. Selanjutnya untuk adanya penguatan- Galuh Mulyani . 2016. Penggunaan
penguatan, diharapkan bagi peneliti lain Layanan Konseling Kelompok Untuk
untuk melakukan penelitian lanjutan Meningkatkan Minat belajar Siswa
guna verifikasi data hasil penelitian. Kelas VIII Di SMP Wiyata Karya
Daftar Pustaka Natar Tahun Pelajaran 2015/2016.
Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Hamalik, 2003. Proses Belajar Mengajar.
Wahab, 2004. Psikologi Suatu Bandung : Bumi Aksara.
Pengantar (Dalam Perspektif Islam), Hurlock. 2004. Psikologi Perkembangan.
Kencana : Jakarta, PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.
http://heritl.blogspot.com/2007/12/belajar-
dan-motivasinya.html.
Oleh
I WAYAN NURADA, SE
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IX F SMP Negeri 1
Kubu Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020. Data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini adalah: hasil belajar IPS. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subjek siswa kelas IX F
SMP Negeri 1 Kubu semester Ganjil tahun pelajaran 2019/2020 dengan jumlah siswa 32 orang,
yang terdiri dari 19 siswa laki dan 13 siswa perempuan. Data hasil belajar IPS dikumpulkan
dengan tes prestasi IPS, dan kriteria keberhasilannya adalah bila nilai prestasi belajar siswa
mencapai rata-rata ≥ 72, DSS ≥ 72% dan KB ≥ 85%. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Hasil yang diperoleh dengan
mengimplementasikan model pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran IPS adalah: rata-rata
hasil prestasi belajar siswa meningkat dari 69,38 dengan ketuntasan klasikal 50,00% di awal
pembelajaran menjadi 72,50 dengan ketuntasan klasikal 68,75% pada siklus I menjadi 81,09
dengan ketuntasan klasikal 87,50% pada siklus II, hal ini mengindikasikan terjadi peningkatan
hasil belajar dari siklus I ke siklus II Berdasarkan hasil yang dicapai dalam penelitian ini, maka
disarankan kepada guru IPS agar berusaha mencoba mengimplementasikan model
pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran IPS sebagai upaya untuk meningkatkan berprestasi
siswa dan hasil belajar IPS. Penggunaan model pembelajaran JIGSAW dapat meningkatkan
prestasi belajar IPS siswa.
kemampuan guru dalam mengelola proses kesempatan pada siswa adalah model
pembelajaran tersebut. Kadang ada guru pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
yang disebut pintar tetapi lemah dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
menyampaikan pengetahuan dan Jigsaw adalah sebuah model belajar
pemahaman yang ada pada dirinya maka kooperatif yang menitik beratkan kepada
proses pembelajaran tidak akan berhasil kerja kelompok siswa dalam bentuk
dengan baik. Kadang ada guru yang disebut kelompok kecil. Lie (2004)
tidak terlalu pintar tetapi dalam mengungkapkan bahwa model
menyampaikan dan mengelola pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pembelajaran lebih kreatif dan memahami merupakan model belajar kooperatif
cara penyampainnya bisa jadi dengan cara siswa belajar dalam kelompok
menyebabkan proses pembelajaran akan kecil yang terdiri atas empat sampai dengan
berhasil dengan baik. Diantara keduanya enam orang secara heterogen dan siswa
tentu yang paling sesuai adalah memiliki bekerja sama salaing ketergantungan positif
kemampuan profesionalisme keguruan dan dan bertanggung jawab secara mandiri.
mampu menyampaikan dengan baik demi Dalam model pembelajaran jigsaw ini
terciptanya proses dan tujuan pembelajaran siswa memiliki banyak kesempatan untuk
yang diharapkan. mengemukakan pendapat, dan mengelolah
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) imformasi yang didapat dan dapat
merupakan salah satu mata pelajaran dalam meningkatkan keterampilan
jenjang pendidikan dasar, yaitu pada berkomunikasi, anggota kelompok
tingkat sekolah menengah pertama. bertanggung jawab atas keberhasilan
Konsep-konsep yang dikandung dalam kelompoknya dan ketuntasan bagian materi
pelajaran IPS merupakan konsep yang yang dipelajari, dan dapat menyampaikan
memiliki tingkat abstraksi tinggi yang tidak kepada kelompoknya. Menurut Rusman
dapat ditransfer begitu saja kepada siswa, (2010) model pembelajaran tipe jigsaw ini
untuk itu penggunaan metode ini perlu dikenal juga dengan kooperatif para ahli.
dikaji kembali dalam rangka meningkatkan Karena anggota setiap kelompok
hasil belajar IPS. Disadari bahwa masih dihadapkan pada permasalahan yang
terdapat berbagai masalah yang kompleks berbeda. Namun, permasalahan yang
dalam dunia pendidikan kita khusunya dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut
pendidikan IPS. Karena itu masih terus sebagai team ahli yang bertugas membahas
mencoba memecahkan masalah tersebut, permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya,
pendidikan di sekolah masih dihadapkan hasil pembahasan itu di bawah kekelompok
pada berbagai masalah seperti fasilitas, asal dan disampaikan pada anggota
buku media dan dana, sehingga dalam kelompoknya.
penerapannya tampak ada kurang Ada 7 fase dalam melaksanakan
pengertian dan mutu pendidikan masih pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
sangat rendah. Studi kualitas tentang sebagai berikut.
pendidikan IPS dewasa ini menunjukkan Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan
beberapa kelemahan, baik dilihat dari memotivasi siswa.
proses maupun hasil belajar, yang mana Guru menyampaikan semua
pendekatan ekspositoris sangat tujuan pembelajaran yang ingin
mendominasi seluruh proses belajar. dicapai pada pembelajaran
Aktifitas guru lebih menonjol dari pada tersebut dan memotivasi siswa
kegiatan siswa, sehingga belajar siswa belajar.
sebatas pada menghafal. Untuk itu, guru Fase 2 : Menyajikan informasi.
hendaknya dapat menerapkan beberapa Guru menyajikan informasi
model pembelajaran. Salah satu model kepada siswa dengan jalan
pembelajaran yang lebih memberikan menyuguhkan berbagai
pengalaman dan fenomena yang dalam tim, membagi siswa ke dalam tim
berkaitan langsung dengan materi heterogen yang terdiri dari empat sampai
pelajaran. lima orang; (3) membagi siswa ke dalam
Fase 3 : Base group atau kelompok kelompok ahli secara acak; (4) penentuan
dasar/asal skor awal dan rekognisi tim. Skor kemajuan
Siswa dikelompokkan menjadi individu diperlukan untuk menentukan skor
kelompok dasar/asal dengan kelompok (Slavin, 1995). Skor kelompok
anggota 3 sampai 5 orang dengan ini merupakan skor rata-rata dari skor
kemampuan akademik yang kemajuan individu anggota kelompok.
heterogen. Setiap anggota Metode Penelitian
kelompok diberikan subpokok Penelitian yang dilaksanakan ini adalah
bahasan/topik yang berbeda untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
mereka pelajari. Arikunto (2006) Penelitian Tindakan Kelas
Fase 4 : Expert group atau kelompok ahli adalah suatu pencermatan terhadap
Siswa yang mendapat topik yang kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
sama berdiskusi dalam kelompok yang sengaja dimunculkan dan terjadi
ahli. dalam sebuah kelas secara bersama.
Fase 5 : Kelompok ahli kembali ke Sedangkan Wibawa (Tukiran, 2011)
kelompok dasar/asal berpendapat bahwa Penelitian Tindakan
Siswa kembali ke kelompok Kelas merupakan suatu penelitian yang
dasar/asal untuk menjelaskan apa mengangkat masalah-masalah aktual yang
yang mereka dapatkan dalam dihadapi oleh guru di lapangan.
kelompok ahli. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
Fase 6 : Evaluasi dilaksanakan melalui proses pengkajian
Semua siswa diberikan tes yang berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu
meliputi semua topik. menyusun rencana tindakan (planning),
Fase 7 : Memberikan penghargaan. pelaksanaan tindakan (action), pengamatan
Guru memberikan penghargaan (observing), dan melakukan refleksi
baik secara individu maupun (replecting). Rancangan dari penelitian ini
kelompok. dapat digambarkan seperti berikut.
Peran guru dalam pembelajaran adalah
untuk mengarahkan diskusi, baik pada
kelompok ahli maupun nantinya pada
kelompok dasar/asal. Ini penting, sebab
siswa mempelajari materi bukan seperti
metode ceramah, dimana terjadi transfer
ilmu dari guru ke siswa. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
siswalah yang secara aktif membangun
pengetahuan mereka sendiri. Tentunya Tiap-tiap siklus memiliki atau terdiri
siswa mendapatkan arahan dari guru untuk dari empat tahapan. Empat tahapan itu
mempelajari materi, terutama materi-materi terdiri dari:
yang baru bagi siswa. 1. Tahap Perencanaan (Planing)
Dalam penelitian ini, diterapkan model Dalam tahap ini peneliti menjelaskan
pembelajaran koopertif jigsaw yang tentang apa, mengapa, kapan, dimana,
dikembangkan oleh Slavin. Adapun oleh siapa dan bagai mana tindakan
tahapannya adalah sebagai berikut: (1) tesebut di lakukan. Di tahap
persiapan materi, menyiapkan satu atau dua perencanaan peneliti menentukan titik
bab untuk dibaca dan membuat lembar ahli atau fokus peristiwa yang perlu
untuk tiap unit; (2) membagi siswa ke mendapat perhatian khusus untuk di
68,75% pada siklus I menjadi 81,09 dengan siswa juga masih malas untuk mengajukan
ketuntasan klasikal 87,50% pada siklus II. pertanyaan mengenai konsep yang belum
Hal ini mengindikasikan terjadi dimengerti. Kendala dan permasalahan
peningkatan prestasi belajar. Berdasarkan yang dihadapi tersebut diatasi melalui
hasil penelitian di siklus II, penelitian ini tindakan perbaikan yang telah dijelaskan
dikatakan berhasil karena rata-rata prestasi pada hasil refleksi siklus I. Perbaikan
belajar siswa di atas 72; daya serap siswa tersebut diantaranya melalui pembagian
diatas 72%; dan ketuntasan klasikal siswa LKS seminggu sebelum pembelajaran,
diatas 85%. memberikan penekanan tentang penialain
Perbandingan hasil belajar IPS untuk terhadap seluruh aktivitas siswa,
silus I dan siklus II terlihat pada grafik membagikan rubrik penilaian aktivitas
berikut. belajar siswa sehingga dapat memotivasi
siswa untuk mampu bersaing dengan
kelompok lainnya.
Perbaikan tindakan yang lain juga
dilakukan misalnya dengan memberikan
bimbingan dengan lebih intensif pada siswa
dalam memecahkan permasalahan dalam
kelompok serta dalam diskusi awal,
menyampaikan hasil kerja kelompok pada
kelompok lain dalam diskusi kelas, dan
memberikan latihan soal yang lebih banyak
Pembahasan pada siswa yang berkaitan dengan
Berdasarkan data dan analisis hasil kehidupan sehari-hari siswa serta
penelitian untuk hasil belajar IPS, bahwa memotivasi siswa agar mau
penerapan model kooperatif tipe jigsaw mengungkapkan permasalahannya untuk di
dalam pembelajaran IPS memberikan diskusikan bersama-sama.
solusi untuk menigkatkan hasil belajar IPS, Simpulan dan Saran
ini dapat dilihat dari adanya peningkatan Berdasarkan hasil analisis data dan
rata-rata hasil prestasi belajar siswa pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal
meningkat dari 69,38 dengan ketuntasan sebagai berikut.
klasikal 50,00% di awal pembelajaran Pertama, implementasi model
menjadi 72,50 dengan ketuntasan klasikal pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran
68,75% pada siklus I menjadi 81,09 dengan IPS dapat meningkatkan prestasi belajar
ketuntasan klasikal 87,50% pada siklus II.
siswa kelas IX F SMP Negeri 1 Kubu
Hal ini tidak terlepas dari keunggulan Semester Ganjil Tahun Pelajaran
model ini, yaitu sebagai berikut. 2019/2020.
1) Dapat mengembakan tingkah laku
Kedua, implementasi model
kooperatif
pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran
2) Menjalin dan mempererat hubungan IPS mampu mengarahkan siswa untuk
yang lebih baik antar siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil
3) Dapat mengembangkan kemampuan heterogen sehingga siswa dapat
akademis siswa menyampaikan argumentasi dan terjadi
4) Siswa lebih banyak belajar dari teman interaksi ke segala arah (guru dengan siswa,
mereka dalam belajar kooperatif dari siswa dengan siswa dalam proses belajar
pada guru. mengajar IPS.
Kendala atau hambatan yang ditemukan Dengan hasil ini, maka disarankan
pada kasus masih ditemukannya siswa yang
kepada guru IPS agar berusaha mencoba
kurang aktif dalam mengungkapkan ide dan
menerapkan model pembelajaran jigsaw
gagasannya untuk menanggapi dalam pembelajaran IPS sebagai upaya
permasalahan yang diajukan, selain itu
JURNAL INOVASI | I Wayan Nurada, SE 80
http://www.jurnalinovasi.my.id Vol 7 No 6 Bulan Agustus 2021 E-ISSN : 2721-1037