Anda di halaman 1dari 20

1

MODUL PERKULIAHAN

Psikologi SDM
Kepribadian

Abstrak Sub-CPMK

Mampu menjelaskan dan Mampu menjelaskan dan mengidentifikasi


mempresentasikan ruang proses pembentukan kepribadian (CPMK-
lingkup Psikologi SDM 4) yaitu Proses pembentukan kepribadian,
tahapan pembentukan kepribadian,
Hambatan dan masalah-masalah dalam
terbentuknya kepribadian, faktor yg
mempengaruhi pembentukan kepribadian
hubungan kepribadian dengan pola
perilaku individu dalam organisasi

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

08
Ekonomi dan Bisnis Manajemen P312120003 Hamdan, SE, MM
Pembahasan

Kepribadian Individu

Setiap individu memiliki sifat yang unik. Satu orang dengan orang yang lain memiliki
kepribadian yang berbeda. Kepribadian menunjuk pada pengaturan sikap-sikap
seseorang untuk bertindak, berpikir, merasakan, cara berhubungan dengan orang lain,
dan cara seseorang menghadapi masalah. Kepribadian sendiri terbentuk melalui proses
sosialisasi yang panjang sejak kita dilahirkan. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap,
dan sifat seseorang yang bisa berubah dan berkembang seiring proses sosialisasi yang
dilakukan individu tersebut.
Kepribadian ialah ciri watak seorang individu yang konsisten, yang memberikan
kepadanya suatu identitas sebagai individu yang mandiri. Kepribadian merupakan
organisasi dari faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku
individu. Kepribadian memcakup kebiasaan, sikap, dan sifat khas lain yang dimiliki oleh
seseorang.
Kepribadian pada hakikatnya merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia secara
umum yang tercermin dari ucapan dan perbuatannya. Kepribadian adalah corak
kebiasaan yang terhimpun dalam diri dan digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan
diri terhadap segala rangsangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar.

1. Pengertian Kepribadian
Menurut Yinger, kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu
dengan sistem kecendrungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi
dalam masyarakat sosial.

2022 Psikologi SDM


2 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik
yang unik pada diri individu yang turut menentukan cara-cara penyesuaian dirinya
dengan lingkungan.

Menurut Sigmund Freud, kepribadian terbentuk oleh tiga kekuatan, yaitu id, super-ego,
dan ego. Id berisi dorongan-dorongan primitive yang belum dipengaruhi oleh
kebudayaan, seperti dorongan seks, agresi, amarah, dan yang bersifat traumatik. Id
umumnya berada di bawah alam ketidaksadaran, sehingga kemunculannya sukar
dikendalikan. Superego (akal sehat) berisi dorongan-dorongan untuk berbuat baik
sebagai hasil belajar terhadap lingkungan alam dan kebudayaan. Superego berfungsi
sebagai penyaring dan pengawas Id. Sementara ego merupakan sistem energy yang
langsung berhubungan dengan dunia luar. Disinilah lingkungan mengambil peranan
dalam mempengaruhi kepribadian seseorang.

2. Tipologi Kepribadian

Secara umum terdapat enam tipologi kepribadian.


1) Tipe Realistis yaitu seseorang yang lebih menyukai kegiatan fisik yang
menuntut ketrampilan, kekuatan, dan koordinasi. Umumnya karakter mereka
adalah pemalu, tahan, stabil, dan mudah menyesuaikan diri. Orang-orang
seperti ini cendrung berkedudukan sebagai operator, petani, atau pekerja lini.
2) Tipe Investigatif yaitu seseorang yang lebih menyukai kegiatan yang
mencakup pemikiran, pengorganisasian, dan pemahaman. Umumna karakter
mereka suka menganalisis, selalu ingin tahu, indenpenden, dan lain-lain.
Orang-orang seperti ini cendrung berkedudukan sebagai biologi, mekanik,
kimia, dan lain-lain.
3) Tipe Social yaitu seseorang yang lebih menyukai kegiatan membantu
meringankan beban orang lain. Umumnya karakter mereka adalah mudah
bergaul, kooperatif, mudah memahami sesuatu, dan lain-lain. Orang-orang

2022 Psikologi SDM


3 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
seperti ini cendrung berkedudukan sebagai penasihat, konselor, pekerja sosial,
dan lain-lain.
4) Tipe Konvensional yaitu seseorang yang lebih menyukai kegiatan yang
memiliki peraturan yang jelas dan tegas. Umumnya karakter mereka adalah
mudah menyesuaikan diri, efisien, praktis, tidak luwes, dan lain-lain. Orang-
orang seperti ini cendrung berkedudukan sebagai akuntan, manajer, teller, dan
lain-lain.
5) Tipe Enterfrising yaitu seseorang yang lebih menyukai kegiatan yang ada
peluang untuk mempengaruhi orang lain. Umumnya karakter mereka adalah
percaya diri, ambisius, energik, mendominasi, dan lain-lain. Orang-orang
seperti ini cendrung berkedudukan sebagai pengacara, manajer bisnis,
politikus, dan lain-lain.
6) Tipe Artistik yaitu seseorang yang lebih menyukai kegiatan yang mendua,
ekspresif, kreatif, dan inovatif. Umumnya karakter mereka adalah imajinatif,
tidak teratur, idealis, emosional, tidak praktis, dan lain-lain. Orang-orang
seperti ini cendrung berkedudukan sebagai tukang cat, pemusik, seniman, dan
lain-lain.

Berdasarkan fungsinya terdapat empat tipe kepribadian.


1) Kepribadian Rasional yaitu kepribadian yang dipengaruhi oleh akal pikiran yang
sehat.
2) Kepribadian Intuitif yaitu kepribadian yang dipengaruhi oleh firasat atau perasaan
kira-kira.
3) Kepribadian Emosional yaitu kepribadian yang dipengaruhi oleh perasaan.
4) Kepribadian Sensitif yaitu kepribadian yang dipengaruhi oleh pancaindra sehingga
cepat bereaksi.

Berdasarkan reaksinya terdapat tiga tipe kepribadian.


1) Kepribadian ekstrovert
Yaitu kepribadian yang terbuka, berorientasi ke luar, sehingga sifatnya ramah, suka
bergaul, dan mudah menyesuaikan diri.
2) Kepribadian introvert
Yaitu kepribadian yang tertutup dan berorientasi pada diri sendiri sehingga sifatnya
pendiam, tidak senang bergaul, suka menyendiri, dan sukar menyesuaikan diri.
3) Kepribadian ambivert yaitu kepribadian campuran yang tidak dapat digolongkan pada
ke dua tipe tersebut diatas karena sifatnya bervariasi.

2022 Psikologi SDM


4 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
3. Teori-Teori Kepribadian

Adapun teori-teori kepribadian yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut.

1) Teori George Herbert Mead

Menurut pendapatnya bahwa kepribadian manusia melalui perkembangan diri.


Manusia yang baru lahir belum memiliki diri. Oleh karena itu, manusia baru
harus mempelajari segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar guna
pengembangan diri. Diri manusia akan berkembang secara bertahap melalui
proses interaksi dengan orang lain. Adapun tahap-tahap pengembangan diri
menurut Georgr Herbert Mead adalah sebagai berikut.

(1) Imitation Stage (Tahap Peniruan)

Imitation stage terjadi pada saat manusia dilahirkan, kemudian manusia


mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya dan memahami
dirinya sendiri. Pada tahap ini anak mulai melakukan tahap peniruan
secara sederhana tanpa mengetahui maksud tindakan yang ditiru. Contoh
berbicara, berjalan, bernyanyi, dan lain-lain. Anak belum mampu
menggunakan simbul-simbul sehingga anak belum memiliki diri.

(2) Play Stage (Tahap Bermain Peran)

Pada tahap ini anak telah memiliki kemampuan untuk meniru secara
sempurna. Hal ini diwujudkan dalam peniruan terhadap orang lain, seperti
sebagai polisi, dokter, guru, dan lain-lain. Melalui permainan tersebut anak
mulai mengenal siapakah dirinya sendiri dan orang lain.

(3) Game Stage (Tahap Bermain Peran) : Pada tahap ini anak mulai memerankan
status dirinya secara langsung dengan penuh kesadaran. Bahkan anak mampu

2022 Psikologi SDM


5 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
memahami peran yang harus dijalankan oleh orang lain. Contoh anak mulai
bermain secara kelompok. Dalam kelompok tersebut seoarang anak sudah dapat
memerankan perannya sendiri. Selain itu, ia mengetahui bagaimana peran
temannya dalam kelompok tersebut.

(4) Generalized Stage (Tahap Penerimaan Norma Kolektif) : Pada tahap ini seseorang
sudah mempunyai kedewasaan penuh dalam bersikap. Seseorang mampu bekerja
sama serta menjalin interaksi antaranggota masyarakat. Pada tahap ini sifat-sifat
yang khas dalam diri seseorang semakin stabil dan teguh, sehingga tidak mudah
terpengaruh oleh lingkungan sekitar.

2) Teori Charles H. Cooley


Teori ini dikenal dengan nama teori cermin diri, karena teori ini didasarkan pada
analogi orang bercermin, bayangan yang tampak pada cermin adalah gambaran diri
seseorang yang terlihat oleh orang lain. Menurut teori ini, setiap orang
menggambarkan dirinya sendiri sesuai dengan pandangan orang lain terhadap
orang tersebut. Menurut Cooley ada tiga langkah dalam proses pembentukan
kepribadian.
a. Seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadapnya.
b. Seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap
penampilannya.
c. Seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai
penilaian orang lain terhadapnya.

3) Teori Konvergensi
Teori ini diuangkapkan pertama kali oleh William Stern, seorang psikolog dari
Jerman. Menurutnya kepribadian merupakan perpaduan antara pembawaan
(faktor internal) dan pengalaman (faktor eksternal). Pembawaan bersumber
dari individu, seperti kecerdasan, bakat, minat, kemauan, dan lain-lain.
Pengalaman bersumber dari pergaulan, pendidikan, pengaruh lingkungan,
nilai-nilai sosial, dan lain-lain.

4) Teori Ralph dan Conton


Teori ini mengatakan bahwa setiap kebudayaan menekankan serangkaian
pengaruh umum terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan itu.
Pengaruh-pengaruh ini berbeda antara kebudayaan yang satu dengan
kebudayaan yang lain, tetapi semuanya merupakan bagian dari pengalaman

2022 Psikologi SDM


6 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
bagi setiap orang yang termasuk dalam masyarakat tertentu (Horton, 1993:97).
Setiap masyarakat akan memberikan pengalaman tertentu yang tidak
diberikan oleh masyarakat lain kepada anggotanya. Dari pengalaman sosial itu
timbul pembentukan kepribadian yang khas dari masyarakat tersebut.
Selanjutnya dari pembentukan kepribadian yang khas ini kita mengenal ciri
umum masyarakat tertentu sebagai wujud kepribadian masyarakat tersebut.

5) Teori Diri Antisosial


Teori ini dikemukakan oleh Sigmund Freud . Dia berpendapat bahwa diri
manusia mempunyai tiga bagian, yaitu id, superego, dan ego.
1) Id adalah pusat nafsu serta dorongan yang bersifat naluriah, tidak sosial,
rakus, dan antisosial.
2) Ego adalah bagian yang bersifat sadar dan rasional yang mengatur
pengendalian superego terhadap id. Ego secara kasar dapat disebut
sebagai akal pikiran.
3) Superego adalah kompleks dari cita-cita dan nilai-nilai sosial yang dihayati
seseorang serta membentuk hati nurani atau disebut sebagai kesadaran
sosial.

Gagasan pokok teori ini adalah bahwa masyarakat atau lingkungan sosial selamanya
akan mengalami konflik dengan kedirian dan selamanya menghalangi seseorang untuk
mencapai kesenangannya. Masyarakat selalu menghambat pengungkapan agresi, nafsu
seksual, dan dorongan-dorongan lainnya atau dengan kata lain, id selalu berperang
dengan superego . Id biasanya ditekan tetapi sewaktu-waktu ia akan lepas menantang
superego, sehingga menyebabkan beban rasa bersalah yang sulit dipikul oleh diri.
Kecemasan yang mencekam diri seseorang itu dapat diukur dengan bertitik tolak pada
jauhnya superego berkuasa terhadap id dan ego . Dengan cara demikian, Freud
menekankan aspek-aspek tekanan jiwa dan frustasi sebagai akibat hidup berkelompok.
Untuk menyalurkan dorongan primitif yang tidak dibenarkan oleh superego, maka ego
mengembangkan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism). Menurut Freud, ada
9 mekanisme pertahanan diri dalam diri individu, yaitu sebagai berikut.
• Repression (represi). Pengalaman yang menyakitkan akan ditekan ke alam
ketidaksadaran.
• Reaction formation (pembentukan reaksi). Individu bereaksi sebaliknya dari yang
diinginkan agar tidak melanggar norma-norma.

2022 Psikologi SDM


7 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
• Displacement (penempatan diri yang tidak tepat). Pihak ketiga yang menjadi
sasaran karena ia tidak mampu melakukan kepada pihak kedua.
• Projection (diproyeksikan). Kesalahan sendiri dilemparkan atau dituduhkan
kepada orang lain.
• Rationalization (mencari pembenaran). Mencari alasan yang masuk akal untuk
menutupi kesalahan atau kelemahannya.
• Surpression (menekan diri). Menekan dorongan yang dianggap melanggar nilai
dan norma ke alam ketidaksadaran.
• Sublimation (mencari tindakan yang lebih sesuai). Dorongan atau keinginan yang
dilarang oleh superego (akal sehat), tetapi tetap dilakukan dengan tindakan yang
lebih sesuai dengan norma yang berlaku.
• Compensation (kompensasi). Menutupi kekuarangan diri sendiri dengan cara
berprestasi dalam bidang lain.
• Regression (represi). Menutupi kelemahan atau kegagalan dengan cara kembali
ke taraf yang lebih rendah. Misalnya: pura-pura sakit, pura-pura tidak mengerti,
atau berperilaku seperti anak kecil.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian


Pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu. Faktor-faktor inilah
yang menjadikan kepribadian individu yang satu dengan individu lainnya berbeda-beda.
Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Warisan Biologis (Heredity)

Warisan biologis biasanya berupa bawaan dari ibu, bapak, kakek, dan nenek, seperti
IQ, bakat seseorang, intelegensi, dan sifat-sifat yang khas. Warisan biologis dapat
berkembang dalam lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, lingkungan sosial
seseorang mempengaruhi perkembangan warisan biologisnya.

Warisan biologis memengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai


warisan biologis yang unik, berbeda dari orang lain. Artinya tidak ada seorang pun di
dunia ini yang mempunyai karakteristik fisik yang sama persis dengan orang lain,
bahkan anak kembar sekalipun. Faktor keturunan berpengaruh terhadap keramah-
tamahan, perilaku kompulsif (terpaksa dilakukan), dan kemudahan dalam
membentuk kepemimpinan, pengendalian diri, dorongan hati, sikap, dan minat.
Warisan biologis yang terpenting terletak pada perbedaan intelegensi dan
kematangan biologis. Keadaan ini membawa pengaruh pada kepribadian seseorang.

2022 Psikologi SDM


8 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tetapi banyak ilmuwan berpendapat bahwa perkembangan potensi warisan biologis
dipengaruhi oleh pengalaman sosial seseorang. Bakat memerlukan anjuran,
pengajaran, dan latihan untuk mengembangkan diri melalui kehidupan bersama
dengan manusia lainnya.

2) Lingkungan Alam (Natural Environment)


Lingkungan fisik merupakan lingkungan alam seseorang tinggal. Perbedaan iklim,
topografi, letak georafis, dan sumber daya alam yang ada mampu mempengaruhi
kepribadian seseorang. Contoh kepribadian orang yang tinggal di daerah kutub
bebrbeda dengan orang yang tinggal di daerah tropis.
Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus
menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya
pola perilaku masyarakat dan kebudayaannyapun dipengaruhi oleh alam. Misalnya
orang yang hidup di pinggir pantai dengan mata pencaharian sebagai nelayan
mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah
pertanian. Mereka memiliki nada bicara yang lebih keras daripada orang-orang yang
tinggal di daerah pertanian, karena harus menyamai dengan debur suara ombak. Hal
itu terbawa dalam kehidupan sehari-hari dan telah menjadi kepribadiannya.

3) Lingkungan Budaya atau Sosial

Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang mengakar kuat dalam diri


anggotanya. Lambat laun kebudayaan itu dicerna dan dilakukan setiap saat hingga
membentuk kepribadian. Oleh karena itu, kebudayaan ikut memberikan andil dalam
mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.
Lingkungan sosial mempunyai nilai dan norma yang disosialisasikan oleh seluruh
anggota masyarakat. Semakin lama ia tinggal di lingkungan tersebut, semakin dalam

2022 Psikologi SDM


9 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
pula seseorang mempelajari nilai dan norma yang berlaku. Akibatnya, nilai dan
norma dihayati dan mendarah daging dalam diri individu sehingga membentuk
kepribadian. Dengan kata lain, lingkungan sosial individu dapat mempengaruhi
pembentukan kepribadian individu yang bersangkutan.
Kita tahu bahwa antara manusia, alam, dan kebudayaan mempunyai hubungan
yang sangat erat dan saling memengaruhi. Manusia berusaha untuk mengubah alam
agar sesuai dengan kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya
manusia membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Sementara itu kebudayaan
memberikan andil yang besar dalam memberikan warna kepribadian anggota
masyarakatnya.

4) Pengalaman Kelompok Manusia (Group Experiences)


Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Kelompok manusia, sadar atau
tidak telah memengaruhi anggota-anggotanya, dan para anggotanya menyesuaikan
diri terhadap kelompoknya. Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas yang
tidak diberikan oleh kelompok lain kepada anggotanya, sehingga timbullah
kepribadian khas anggota masyarakat tersebut.

5) Pengalaman Unik ( Unique Experience ) yaitu Setiap orang mempunyai kepribadian


yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari keluarga yang
sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik
yang sama pula. Mengapa demikian? Walaupun mereka pernah mendapatkan
pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam beberapa hal
lainnya. Mengingat pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman
siapapun yang secara sempurna menyamainya.

Menurut Paul B. Horton, pengalaman tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi


menyatu. Pengalaman yang telah dilewati memberikan warna tersendiri dalam
kepribadian dan menyatu dalam kepribadian itu, setelah itu baru hadir pengalaman
berikutnya.
Selain kelima faktor pembentuk kepribadian yang telah kita bahas di atas, F.G.
Robbins dalam Sumadi Suryabrata (2003), mengemukakan ada lima faktor yang
menjadi dasar kepribadian, yaitu sifat dasar, lingkungan prenatal, perbedaan
individual, lingkungan, dan motivasi.

a. Sifat Dasar

2022 Psikologi SDM


10 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang dimiliki seseorang yang diwarisi
dari ayah dan ibunya. Dalam hal ini, Robbins lebih menekankan pada sifat biologis
yang merupakan salah satu hal yang diwariskan dari orang tua kepada anaknya.

b. Lingkungan Prenatal

Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. Pada periode


ini individu mendapatkan pengaruh tidak langsung dari ibu. Maka dari itu, kondisi
ibu sangat menentukan kondisi bayi yang ada dalam kandungannya tersebut, baik
secara fisik maupun secara psikis. Banyak peristiwa yang sudah ada
membuktikan bahwa seorang ibu yang pada waktu mengandung mengalami
tekanan psikis yang begitu hebatnya, biasanya pada saat proses kelahiran bayi
ada gangguan atau dapat dikatakan tidak lancar.

c. Perbedaan Individual yaitu perbedaan individu merupakan salah satu faktor yang
memengaruhi proses sosialisasi sejak lahir. Anak tumbuh dan berkembang sebagai
individu yang unik, berbeda dengan individu lainnya, dan bersikap selektif terhadap
pengaruh dari lingkungan.
d. Lingkungan yaitu lingkungan meliputi segala kondisi yang ada di sekeliling individu
yang memengaruhi proses sosialisasinya. Proses sosialisasi individu tersebut akan
berpengaruh pada kepribadiannya.
e. Motivasi adalah dorongan-dorongan, baik yang datang dari dalam maupun luar
individu sehingga menggerakkan individu untuk berbuat atau melakukan sesuatu.
Dorongandorongan inilah yang akan membentuk kepribadian individu sebagai warna
dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut ahli sosiolog Roucek dan Warren dari Amerika menyatakan ada tiga
faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian seorang individu.

1. Faktor biologis atau fisik, bila seseorang mempunyai kekurangan dalam dirinya
/ cacat fisik maka akan rendah diri, pemalu, sukar bergaul, dan sebagainya
sehingga akan mempengaruhi pembentukan kepribadian.

2. Faktor psikologis atau kejiwaan, antara lain unsur temperamen : agresifitas,


pamarah, ambisius, ketrampilan dan kemampuan mampu mempengaruhi
kepribadian seseorang.

3. Faktor Sosiologis atau lingkungan : yaitu faktor pembentuk kepribadian


kelompok atau lingkungan masyarakatnya, contoh individu yang hidup di desa

2022 Psikologi SDM


11 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
cenderung lebih ramah, peka terhadap lingkungan atau solidaritas serta
keterikatan dengan alam sangat kuat sementara yang hidup di kota cenderung
lebih individualistis serta solidaritasnya kurang.

Menurut Koencaraningrat seorang sosiolog Indonesia, menyatakan bahwa


kepribadian seseorang dipengaruhi oleh unsur-unsur berikut :

1. Unsur Pengetahuan : pola pikir yang rasional tentang suatu hal atau
pengamatan secara intensif dan terfokus yang terekam dalam otak dan
bertahap diungkapkan kembali dalam bentuk perilaku.

2. Unsur Perasaan : baik yang bersifat positif maupun negatif, perasaan bersifat
subyektif karena adanya unsur penilaian. Perasaan mengisi penuh kesadaran
manusia tiap saat dalam hidupnya.

3. Naluri : dorongan naluri adalah kemauan yang sudah ada di setiap diri
manusia (kodrati). Beberapa dorongan naluri manusia adalah :
a) Dorongan untuk mempertahankan hidup
b) Dorongan seksual
c) Dorongan untuk mencari makan
d) Dorongan untuk bergaul dan berinteraksi dengan sesama
e) Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya
f) Dorongan untuk berbakti
g) Memenuhi rasa aman dan damai .

5. Proses pembentukan kepribadian

Pengaruh lingkungan cukup dominan dalam proses pembentukan kepribadian.


Pengertian lingkungan di sini amat luas dan kompleks, mencakup lingkungan keluarga,
sekolah, teman sebaya, tempat kerja, nilai-nilai, norma-norma, serta lingkungan fisik,
sosial, dan budaya. Lingkungan yang begitu luas dan kompleks itu mempengaruhi
kehidupan seseorang sejak ia dilahirkan hingga akhir hayatnya.

Manusia selain sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk sosial ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki keunikan tersendiri yang
berbeda dengan individu-individu lainnya, baik inteligensi, bakat, minat, sifat-sifat,
maupun kemauan dan perasaannya. Sebagai makhluk sosial, manusia bergaul dan

2022 Psikologi SDM


12 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
berinteraksi sosial dengan manusia-manusia lain dalam memenuhi kebutuhan dan
mempertahankan hidupnya. Jadi, manusia mempunyai kebutuhan sosial, yang mencakup
komunikasi, interaksi sosial, hubungan sosial, kerjasama sosial, dan sebagainya. Dalam
berinteraksi sosial, setiap individu melakukan proses sosialisasi nilai dan norma sosial
budaya.

Secara biologic fisiologis, manusia mungkin dapat mempertahankan dirinya pada tingkat
kehidupan vegetatif. Tetapi hati nurani dan cita-cita pribadi tidak mungkin dapat terbentuk
dan berkembang tanpa pergaulan dengan manusia-manusia lain. Tanpa pergaulan sosial,
maka kepribadian manusia tidak akan dapat berkembang sebagai manusia seutuhnya
atau sebagai manusia yang beradab. Dalam proses sosialisasi inilah manusia dapat
merealisasikan segala potensinya dalam kehidupan masyarakat. Tanpa sosialisasi dan
komunikasi sosial maka individu tidak akan dapat mengaktualisasikan seluruh potensi
yang dimilikinya, seperti bakat, minat, intelegensi, dan cita-citanya.

Menurut aliran Konvergensi, kepribadian (jiwa atau perilaku) merupakan hasil perpaduan
antara pembawaan (faktor internal) dengan pengalaman (faktor eksternal). Pembawaan
bersumber dari dalam diri individu, seperti kecerdasan, bakat, minat, kemauan, dan
sebagainya. Pengalaman bersumber dari pergaulan, pendidikan, dan pengaruh nilai-nilai
dan norma sosial. Pelopor aliran Konvergensi ialah William Stern (1871-1938) seorang
ahli Psikologi Jerman.

Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian


Tahap-tahap perkembangan kepribadian setiap individu tidak dapat disamakan satu
dengan yang lainnya. Tetapi secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut.

a. Fase Pertama

Fase pertama dimulai sejak anak berusia satu sampai dua tahun, ketika anak mulai
mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini, kita dapat membedakan kepribadian seseorang
menjadi dua bagian penting, yaitu sebagai berikut.

1) Bagian yang pertama berisi unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut
dengan attitudes yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah berubah di
kemudian hari. Unsur-unsur itu adalah struktur dasar kepribadian (basic personality
structure) dan capital personality . Kedua unsur ini merupakan sifat dasar dari manusia
yang telah dimiliki sebagai warisan biologis dari orang tuanya.

2022 Psikologi SDM


13 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2) Bagian kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan atau anggapan-
anggapan yang lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah atau dapat ditinjau kembali di
kemudian hari.

b. Fase Kedua

Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan mengembangkan
bakat-bakat yang ada pada diri seorang anak. Fase ini diawali dari usia dua sampai tiga
tahun. Fase ini merupakan fase perkembangan di mana rasa aku yang telah dimiliki
seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di
lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya.
Fase ini berlangsung relatif panjang hingga anak menjelang masa kedewasaannya
sampai kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe-tipe perilaku yang khas yang
tampak dalam hal-hal berikut ini.

1) Dorongan-Dorongan (Drives)

Unsur ini merupakan pusat dari kehendak manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang
selanjutnya akan membentuk motif-motif tertentu untuk mewujudkan suatu keinginan.
Drivers ini dibedakan atas kehendak dan nafsu-nafsu. Kehendak merupakan dorongan-
dorongan yang bersifat kultural, artinya sesuai dengan tingkat peradaban dan tingkat
perekonomian seseorang. Sedangkan nafsu-nafsu merupakan kehendak yang terdorong
oleh kebutuhan biologis, misalnya nafsu makan, birahi (seksual), amarah, dan yang
lainnya.

2) Naluri (Instinct)

Naluri merupakan suatu dorongan yang bersifat kodrati yang melekat dengan hakikat
makhluk hidup. Misalnya seorang ibu mempunyai naluri yang kuat untuk mempunyai
anak, mengasuh, dan membesarkan hingga dewasa. Naluri ini dapat dilakukan pada
setiap makhluk hidup tanpa harus belajar lebih dahulu seolah-olah telah menyatu dengan
hakikat makhluk hidup.

3) Getaran Hati (Emosi)

Emosi atau getaran hati merupakan sesuatu yang abstrak yang menjadi sumber perasaan
manusia. Emosi dapat menjadi pengukur segala sesuatu yang ada pada jiwa manusia,
seperti senang, sedih, indah, serasi, dan yang lainnya.

2022 Psikologi SDM


14 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
4) Perangai

Perangai merupakan perwujudan dari perpaduan antara hati dan pikiran manusia yang
tampak dari raut muka maupun gerak-gerik seseorang. Perangai ini merupakan salah
satu unsur dari kepribadian yang mulai riil, dapat dilihat, dan diidentifikasi oleh orang lain.

5) Inteligensi (Intelligence Quetient-IQ)

Inteligensi adalah tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh seseorang. Sesuatu yang
termasuk dalam intelegensi adalah IQ, memori-memori pengetahuan, serta pengalaman-
pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama melakukan sosialisasi.

6) Bakat (Talent)

Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang
karena warisan biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga,
berdagang, berpolitik, dan lainnya. Bakat merupakan sesuatu yang sangat mendasar
dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap
orang memiliki bakat yang berbeda-beda, walaupun berasal dari ayah dan ibu yang sama.

c. Fase Ketiga
Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini merupakan fase terakhir
yang ditandai dengan semakin stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari orang tersebut.
Pada fase ketiga terjadi perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya
perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak.
Setelah kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat diklasifikasikan tiga tipe
kepribadian, yaitu kepribadian normatif, kepribadian otoriter, dan kepribadian perbatasan.
1) Kepribadian Normatif ( Normative Man )
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang ideal, di mana seseorang
mempunyai prinsip-prinsip yang kuat untuk menerapkan nilai-nilai sentral yang
ada dalam dirinya sebagai hasil sosialisasi pada masa sebelumnya. Seseorang
memiliki kepribadian normatif apabila terjadi proses sosialisasi antara perlakuan
terhadap dirinya dan perlakuan terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai yang
ada di dalam masyarakat. Tipe ini ditandai dengan kemampuan menyesuaikan diri
yang sangat tinggi dan dapat menampung banyak aspirasi dari orang lain.
2) Kepribadian Otoriter ( Otoriter Man )

2022 Psikologi SDM


15 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih mementingkan
kepentingan diri sendiri daripada kepentingan orang lain. Situasi ini sering terjadi
pada anak tunggal, anak yang sejak kecil mendapat dukungan dan perlindungan
yang lebih dari lingkungan orang-orang di sekitarnya, serta anak yang sejak kecil
memimpin kelompoknya.
3) Kepribadian Perbatasan
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relatif labil di mana ciri khas dari
prinsip-prinsip dan perilakunya seringkali mengalami perubahan-perubahan,
sehingga seolah-olah seseorang itu mempunyai lebih dari satu corak kepribadian.
Seseorang dikatakan memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini memiliki
dualisme budaya, misalnya karena proses perkawinan atau karena situasi tertentu
hingga mereka harus mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat yang
berbeda.

Perkembangan Kepribadian Menurut Allport

Menurut Allport, dari teori otonomi fungsional bahwa individu itu dari lahir mengalami
perubahan-perubahan yang penting.

a. Kanak-kanak

Neonatus:
Allport memandang neonatus itu semata-mata sebagai makhluk yang diperlengkapi
dengan keturunan-keturunan, dorongan-dorongan/nafsu-nafsu dan refleks-refleks.
Jadi belum memiliki bermacam-macam sifat yang kemudian dimilikinya. Dengan
kata lain belum memiliki kepribadian. Pada waktu lahir ini anak telah mempunyai
potensi-potensi baik fisik maupun temperamen, yang aktualisasinya tergantung
kepada perkembangan dan kematangan. Kecuali itu neonatus telah memiliki
refleks-refleks tertentu (mengisap, menelan) serta melakukan gerakan-gerakan
yang masih belum terdefinisikan, di mana hampir semua gerakan otot-otot itu ikut
digerakkan.
Bagaimana dengan perlengkapan itu anak beraksi? Allport berpendapat bahwa
ada semacam aktivitas umum yang menjadi sumber dari tingkah laku yang
bercorngan (bermotif). Dalam masa ini anak itu merupakan makhluk yang punya
tegangan-tegangan dan perasaan enak tak enak. Jadi pada masa ini keterangan
yang biologistis yang bersandar pada pentingnya hadiah atau hukum efek atau
prinsip kesenangan adalah sangat cocok. Jadi dengan didorong oleh kebutuhan
mengurangi ketidakenakan sampai minimal dan mencari keenakan sampai

2022 Psikologi SDM


16 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
maksimal anak itu berkembang. Pertumbuhan itu bagi Allport merupakan proses
diferensiasi dan integrasi yang berlangsung terus-menerus. Anak kecil telah
menunjukkan perbedaan-perbedaan kualitas, misalnya perbedaan ekspresi-
ekspresi emosional yang cenderung untuk tetap dan terbentuk menjadi cara
penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Jadi beberapa tingkah laku anak itu
merupakan perintis bagi pola-pola kepribadian selanjutnya. Allport menyimpulkan,
bahwa setidak-tidaknya pada bagian kedua tahun pertama anak telah menunjukkan
dengan pasti sifat-sifat yang khas.

b. Transformasi Kanak-kanak
Perkembangan itu melewati garis-garis yang berganda. Bermacam-macam
mekanisme atau prinsip dipakai untuk membuat deskripsi mengenai perubahan-
perubahan sejak kanak-kanak sampai dewasa itu:
1. Diferensiasi
2. Integrasi
3. Pemasakan (maturation)
4. Belajar
5. Kesadaran diri (self-consciousness)
6. Sugesti
7. Self-esteem
8. Inferiority, dan kompensasi
9. Mekanisme-mekanisme psikoanalitis
10. Otonomi fungsional
11. Reorientasi mendadak trauma
12. Extension of self
13. Self-obyektification, insting dan humor
14. Pandangan hidup Pribadi (Personal Weltanschauung)

2022 Psikologi SDM


17 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dia mempersoalkan diferensiai, integrasi pematangan (maturation), imitasi, belajar
otonomi fungsional dan ekstensi self. Bahkan dia menerima keterangan secara
psikoanalitis, walaupun dia mengatakan bahwa hal-hal tersebut tidak punya kedudukan
teoritis yang pokok bagi kepribadian yang normal. Jadi, menurut Allport manusia itu
adalah organisme yang pada waktu lahirnya adalah makhluk biologis, lalu
berubah/berkembang menjadi individu yang egonya selalu berkembang, struktur sifat-
sifatnya meluas dan merupakan inti daripada tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi masa
depan. Di dalam perkembangan ini tentu saja peranan yang menentukan ada pada
otonomi fungsional. Prinsip ini menjelaskan bahwa apa yang mula-mula alat untuk tujuan
biologis dapat menjadi motif yang otonom yang mendorong dan member arah tingkah
laku. Jika ditinjau secara luas, teori Allport ini seakan-akan dua teori kepribadian. Yang
satu ialah yang biologistis yang cocok untuk anak yang baru lahir, dan yang lama (dengan
perkembangan kesadaran) makin kurang memadai, dan pada masa ini harus diadakan
reorientasi kalau-kalau kita menghendaki representasi individu yang makin memadai.

c. Orang Dewasa
Pada orang dewasa factor-faktor yang menentukan tingkah laku adalah sifat-sifat
(traits) yang terorganisasikan dan selaras. Sifat-sifat ini timbul dalam berbagai cara dari
perlengkapan-perlengkapan yang dimiliki neonatus. Bagaimana jalan perkembangan ini
yang sebenarnya bagi Allport tidaklah penting; yang penting ialah yang ada kini,
sebagaimana kata Allport: “what drives vehavior, drives now and we need not know the
history of the drive in order to understand its operations.” Sampai batas-batas tertentu
berfungsinya sifat-sifat itu disadari dan rasional. Biasanya individu yang normal
mengerti/menyadari apa yang dikerjakannya dan mengapa itu dikerjakannya. Untuk
memahami manusia dewasa tidak dapat dilakukan tanpa mengerti tujuan-tujuan serta
aspirasi-aspirasinya. Motif-motifnya terutama tidak berakar di masa lampau (echo dari
masa lampau) tetapi terutama bersandar pada masa depan.
Pada umumnya orang dapat lebih tahu akan apa yang ajan/hendak dikerjakan
seseorang, kalau dia tahu rencana-rencana yang disadarinya daripada ingatan-ingatan
yang tertentu.
Harus diingat bahwa orang dewasa yang diceritakan di atas itu ialah yang ideal.
Dalam kenyataannya tidak selalu demikian, banyak orang yang tak mempunyai
kematangan/kedwasaan penuh.
Apakah yang harus ada pada Pribadi yang dewasa?
Menurut Allport Pribadi yang telat dewasa itu pada pokoknya harus memiliki hal-hal yang
tersebut di bawah ini:

2022 Psikologi SDM


18 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Extension of self
Yaitu bahwa hidupnya tidak harus terikat secara sempit kepada kegiatan-kegiatan
yang erat hubungannya dengan kebutuhan-kebutuhan serta kewajiban-kewajiban
yang langsung. Dia harus dapat mengambil bagian dan menikmati bermacam-
macam kegiatan. Suatu hal yang penting daripada extension of the self itu ialah
proyeksi ke masa depan: merencakana, mengharapkan (planning, hoping)
2. Self-objectification
Ada dua komponen pokok dalam hal ini, ialah humor dan insight.
a. Insight
Apa yang dimaksud dengan insight disini ialah kecakapan individu untuk
mengerti dirinya.
b. Humor
Yang dimaksud dengan humor disini tidak hanya berarti kecakapan untuk
mendapatkan kesenangan dan hal yang mentertawakan saja, melainkan juga
kecakapan untuk mempertahankan hubungan positif dengan dirinya sendiri dan
obyek-obyek yang disenangi, serta menyadari adanya ketidakselarasan dalam
hal ini.

3. Filsafat hidup (Weltanschauung, philosophy of life)


Walaupun individu itu harus dapat obyektid dan bahkan menikmati kejadian-
kejadian dalam hidupnya, namun mestilah ada latar belakang yang mendasari
segala sesuatu yang dikerjakannya, yang memberinya arti dan tujuan. Religi
merupakan salah satu hal yang penting dalam hal ini.

Daftar Pustaka
Affandi, 2002. Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja, Komitmen Dan
Kinerja Pegawai ( Studi Kasusu Pada Pegawai Di Lingkungan Pemerintah Kota
Semarang. Tesis . Universitas Diponegoro. Semarang
Amriany, F., Probowati, Y., Atmadji, G., 2004. Iklim Organisasi yang Kondusif
Meningkatkan Kedisiplinan Kerja. Anima, Indonesian Psychological Journal.
Surabaya: Fakultas Psikologi Ubaya. Vol 19 No. 2 (179-193)
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Ashkanasy, N. M.,
Wilderom, C. P. M., & Peterson, M. F. 2000. Handbook of Organizational Climate.
California: Sage
Azwar. S. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka pelajar
Swastha, B. (2000). Manajemen Pemasaran Modern, Yogyakarta: Liberty
Davis, K ., dan Newstrom. 1994. Perilaku Dalam Organisasi. Alih Bahasa : Agus

2022 Psikologi SDM


19 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dharma. Jilid Satu. Jakarta : Erlangga
Dyah, R.I. 2009. Hubungan Antara Sikap, Kompensasi dan Budaya Organisasi dengan
Komitmen Organisasi. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.
Edowati, D. (1992). Iklim Organisasi, nilai individu, dan komitmen terhadap organisasi:
Suatu Studi Perbandingan Pada Bank Pemerintah dan Bank Swasta Asing di
Jakarta. Skripsi ( tidak di terbitkan) Falkutas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta
French, W. 1994. Human Resaurce Management. Boston : Houghton Mifflin Company.
Hadi, S. 1991 . Analisis Varians. Yogyakarta : Andi Offset
_______. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM.
Hoy, W. K. , Cecil G. Miskel. Educational Administration: Theory, Research, and Practice.
Singapore: Mc Grow. Hill. 2001
Indarwahyanti, B.K. 2001, Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia Dari Perpektif
Psikologi Industri Organisasi Jakarta: BPID. Fakultas Psikologi UI
Klob, D.A., Rubin, D.M., & McIntyre. 1984. Organizational Psychology: An Experiental
Approach to Organizational Behavior. Fourth Edition. New Jersey: Prentice Hall
Luthans. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi
Pace, R. W dan Don F. F. 2000. Komunikan Organisasi, Terjemahan Deddy
Mulyono dkk, Penerbit PT. Remaja Rosda Karya, Bandung
Munandar, 2016. Psikologi Industri dan Organisasi, Jakarta,Ui Chapline JP (1999) Kamus
Lengkap Psikologi Jakarta.
Riggio, R. E . 2000. Introduction to industriall organizational psychology, Third Edition,
Printice Hall, Upper Saddle River, New Jersey 07458
Robbins Sp, dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat
Sjabadhyni B; Graito I & Wutun R,P. 2001. Pengembangan Kualitas Sumber Daya
Manusia Dari Perspektif Psikologi Industri Organisasi. Jakarta: BPIO. Fakultas
Psikologi UI.
Smither, D.D. 1998. The Psychology of Work and Human Performance. 3 rd Editio n.
New york: Longman
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi
Steers. 1985. Perilaku Organisasi. Jakarta : Erlangga
_____. 1997. Efektivitas Organisasi (Terjemahan Lembaga Pendidikan dan
Pengembangan Manajemen) Cetakan II. Jakarta: Erlangga
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suryabrata, S. 1990. Metode Penelitian. Jakarta: CV.Rajawali
West, M. A. 2000. Mengembangkan kreativitas dalam organisasi. Yogyakarta: Kanisius
Wijaya wati, N dan Jaka W. 2004. Pengaruh Organizational Based Self Esteem Terhadap
Keinginan Pindah: Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening. Jurnal
Bisnis dan Manajemen. Vol. 4. No. 2 hal. 130-149
Winarko, R. 2008. Hubungan Antara Efikasi Diri dan Tekanan Kerja Dengan Komitmen
Organisasi. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS.
Yuliana, E. 2007. Hubungan Antara Iklim Organisasi dan Kualitas Pelayanan Pada
Karyawan Mc Donald’s Java Semarang. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang :
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang

2022 Psikologi SDM


20 Hamdan, SE, MM
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai