Anda di halaman 1dari 80

Prof. Drs. Erman Mawardi, Dipl. AIT.

?; S{IJ

fr. Moch. Memed, Dipl. H.E., ApU. sel

Desain Hidraulik
BENDUNG TETAP
UNTUK IRIGASI TEKNIS
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt., Tuhan semesta Alam,
atas selesainya penyusunan buku ini. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah
kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga dan para sahabatnya.
Kepustakaan tentang bangunan air, khususnya bangunan bendung
dirasakan sangat kurang. Oleh karena itu, penulis mencoba mengetengahkan
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang tulisan ini untuk mengisi kekosongan dan untuk memenuhi penyediaan akan
Dilarang keras memperbanyak, memfotokopi sebagian buku-buku tersebut. Disamping itu, untuk menyebarluaskan hasil litbang dan
atau seluruh isi buku ini, serta memperjualbelikannya pengalaman penulis dalam menangani desain bangunan bendung.
tanpa mendapat izin tertulis dari Penerbit. Kami ketengahkan kehadapan anda buku dengan judul Desain
Hidraulik Bendung Tetap untuk Irigasi Teknis ini bagi para mahasiswa
Jurusan Sipil dan Sumber Daya Air, Perencana, Ahli Teknik Hidraulik, dan
@ 2010, Penerbit Alfabeta, Bandung
siapa saja yang berminat dalam desain bangunan bendung.
Tek01-306 (viii + 148) t6 x24 cm Pengalaman penulis dalam membantu perkuliahan bangunan air di Jurusan

Desain Hidraulik Bendung Tetap Sipil merasakan kurang tersedianya buku-buku pegangan mahasiswa tentang
Judul Buku
bangunan bendung, sehingga mendorong dan memberanikan diri untuk
untuk lrigasi Teknis
menerbitkan buku ini.
Penulis Prof. Drs. Erman Mawardi, Dipl., AlT.
Persoalan pada bangunan bendung khususnya dan bangunan air
lr. Moch. Memed, Dipl. H.E., APU.
umumnya hingga kini masih saja dijumpai. Baik terhadap bangunan yang sudah
Perancang Kulit Qum-Qum & Servero
beroperasi maupun dalam mendesain bangunan baru. Dengan demikian penulisan
Penerbit ALFABETA, cv
buku ini diharapkan dapat membantu dan menjadi panduan dalam menangani
Jl. Gegerkalong Hilir No. 84 Bandung
persoalan-persoalan tersebut.
Telp. (022) 2o08822 Fax. (022) 2o2o .t73
Tentu saja dalam sajian buku ini masih ada kekurangan. Untuk itu kami
Website: www.cvalfabeta.com
mengharapkan saran yang membangun agar dapat diadakan perbaikan untuk
Email: alfabetabdg@yahoo.co.id
penerbitan masa mendatang.
Cetakan Ketiga Desember 2006
Selanjutnya, berkenaan dengan penerbitan buku ini disampaikan ucapan
Cetakan Keempat September 2010
terima kasih kepada Bapak DR. (Eng) A. Hafied A. Gany, M.Sc. Kepala
ISBN 979-8433-56-2
1
Puslitbang Sumber Daya Air, Departemen Kimpraswil, yang telah memberikan
t
\
kesempatan kepada kami untuk menulis sehingga penerbitan ini dapat
Anggota lkatan Penerbit lndonesia {lKAPl) I

diwujudkan. Terima kasih yang tak terhingga disampaikan pula kepada Bapak
Dr. Ir. Suyono Sosrodarsono mantan Menteri Departemen Pekerjaan Umum,
dan Bapak Dr Ir. Syamsudin, Dipl., HE. yang telah mendorong penulis untuk
menuangkan pengalamannya dalam menangani persoalan bangunan air dalam
bentuk publikasi yang dapat disebarluaskan.
TidaklupaterimakasihpenulissampaikankepadaBapakDr.Ir.
Ir' Arie Setiadi, M.Sc. yang telah
.layamurni warga Dalam, M.Sc., dan Dr.
rnernberikan.kesempatan dan penyediaan data serta informasi
I)r,rslitbang SumberDaya Air, sehingga tulisan ini dapat
dari Balai BHGK'
dilengkapi dengan
KATA SAMBUTAN
gambar-gambar dan foto Yang baik.
UcapanterimakasihdisampaikanpulakepadaBapakProf.DR.H.
Buchari Alma Dt. Rajo Lelo serta penerbit Alfabeta yang telah bersedia
dapat direalisasikan'
mencetak dan menerbitkannya, sehingga penerbitan buku ini ' Seperti diketahui, tanah air kita memiliki sumber daya air yang melimpah
SemogausahainimendapatridhoAllahSwt.danmemberimanfaat dan merupakan kekayaan nasional. Sumber air tersebut telah digunakan antara
dan umumnya
dalam menyebarluaskan pengetahuan khususnya buat mahasiswa lain untuk irigasi sejak ratusan tahun yang lalu. Bendung adalah salah satu
bagi siapa saja Yang berminat. prasarana yang digunakan untuk kepentingan irigasi tersebut.
Dalam rangka alih pengetahuan khususnya tentang desain bendung tetap
Bandung, November 2002
agar dapat bermanfaat seluas-luasn a maka Alhamdulilleh dapatlah diterbitkan
Penulis
buku ini. Penyusunnya adalah ahli-ahli teknik hidraulik yang telah berkecimpung
dalam teknik bangunan keairan sejak awal PELITA Indonesia dimulai. Oleh
karenanya, dalam buku ini antara lain dijumpai berbagai corak bentuk hidraulik
bendung dan bagaimana seharusnya mendesain suatu bendung tetap. Disamping
itu, sesuai dengan tujuannya, buku ini memuat pengertian-pengertian dan
petunjuk-petunjuk praktis yang sederhana yang dapat membantu para perencana
dalam bidang teknik keairan.
Kami berpendapat, buku ini patut dimiliki para mahasiswa dan tenaga
profesional yang berkecimpung dalam bidang teknik keairan.
Kepada para penyusun dan penerbit patut kiranya kami berikan
penghargaan atas sumbangan pikiran, usaha, dan tenaganya untuk memajukan
ilmu bangunan keairan khususnya bendung di Indonesia.
Semoga buku ini akan bermanfaat dan dapat digunakan seluas mungkin.

Kepala Puslitbang Sumber Daya Air


5.2 Bentuk mercu bendung 4l
5.3 Tinggi mercu bendung 42
DAFTAR I5I 5.4 Panjang mercu bendung +-1
5.5 Penentuan elevasi mercu bendung
5.6 Peninggian mercu bendung 4l
5.7 Tinggi muka air di atas mercu bendung 48
III. BANGUNAN INTAKE... 49
Kata Pengantar............ lll l. Definisi dan Fungsi 49
2. Tata Letak 49
Kata Sambutan........... 3. Macam Intake 5l
Daftar Isi .............. vi 4. Arah Intake, Komponen. dan Letak Bangunan 53
BAB 1 PENDAHULUAN 1 5. Bentuk dan Ukuran Hidraulik 54
l. Latar Belakang ......;...... 6. Pilar Intake dan Dinding Banjir 56
2. Maksud dan Tuiuan 7. Dua Intake di Satu Sisi Bendung................. 59
3. Maksud Pembangunan Bangunan Bendung.. IV. BANGUNAN PEMBILAS @,
4. Cakupan Tulisan 6l
5. Penjelasan lstilah 2. Sistem kerja pembilas dengan undersluice (y+

BAB 2 TINJAUAN SISTEM IRIGASI 3. Macam bangunan dan tata letak .......... GI
1. Sejarah Irigasi dan Bendun9............ .... 5 4. Komponen dan bentuk bangunan 65
2. Pengertian dan Maksud Irigasi 6 5. Tata cara desain 6'/
3. Sistem Irigasi di lndonesia 7 6. Dimensi bangunan undersluice .....,..i........... 10
3.1 Petajaringan irigasi 8 6.1 Pembilas undersluice lurus .......... /(,
3.2 Saluran irigasi tanpa pasangan .......'.... t2 6.2 Pintu pembilas .............. 7t
3.3 Saluran Pembuang 13 6.3 Pilarpembilas ...............
4. Kebutuhan Air Irigasi l5 6.4 Sponeng pintu dan stang pintu 7:.
5. Tinjauan Irigasi di JePang 18 6.5 Tembok baya-baya llr

Daftar Pustaka 25 6.6 Pengoperasianpintu l(-t


6.7 Dindingbanjir ................ 1.
BAB 3 BENDUNG TETAP UNTUK IRIGASI 26
7. Pembilas shunt undersluice ............. /b
I. PEMILIHAN LOKASI BENDUNG ......... 26 8. Pengoperasianpembilas 83
l. U mum ............... 26 9. Contoh perhitungan ukuran pintu kayu dan stang pintu ...... '85
2. PemilihanLokasi Bendung 26
V. BANGUNAN PENAHAN BATU (BOULDER SCREBN) 89
28
I. Definisi dan fungsi 89
4. Contoh Penempatan Bendung di Sudetan Sungai 29
2. Persyaratan 89
II. BENDUNG PBLIMPAH.......... 31 3. Penempatan 89
1. Pengertian 31 4. Komponen 89
2. Klasifikasi Bendung 32 5. Tipe bangunan .............. E9
3. Tata Letak Bendung dan Perlengkapannya JJ 6. Bentuk dan ukuran 89
4. Bentuk Bendung PelimPah 36 7. Penerapan bangunan penahan batu............ 90
5. Mercu Bendung 4t
VI. BANGUNAN PBRBDAM ENERGI 94
5.1 Definisi dan fungsi 4t
l. Definisi dan fungsi 94

l,#l
2. Tipe bangunan peredam energi 94
J. Faktor pemilihan tiPe 94
4. Prinsip pemecahan energi 95

5. Desain hidraulik peredam energi 95


5.1 Peredam energi lantai hilir datar dengan ambang
akhir .......... 95
98
PCNDAHULUAN
5.2 Peredam energi cekung
5.3 Peredam energi berganda 109
5.4 Peredam energi tiPe USBR ll3 1. Latar Belakang
5.5 Peredam energi tipe kotak-kotak ..."""" ll6 Dalam masa pembangunan Indonesia sejak tahun 1970-an hingga kini,
6. Tembok sayap, tembok pangkal' dan pengarah arus n7
khususnya dalam penyediaan prasarana bangunan air untuk irigasi, telah ribuan
6.1 Tembok saYaP hilir 118
bangunan bendung dibangun. Salah satu jenis bendung yang dibangun ialertr
6.2 Tembok Pangkal bendung t20
bendung tetap dari bahan pasangan batu. Bendung itu dirancang dan dibangun
6.3 Tembok saYaP udik t2l oleh tenaga teknik Indonesia. Juga oleh tenaga ahli teknik asing yang datang
vII. RIP-RAP............. r23 ke Indonesia membawa konsep baru. Rancangan itu baik oleh tenaga teknik
1. Definisi dan fungsi 123 Indonesia maupun oleh tenaga teknik asing memberikan suatu perkembangan
2. Jenis riP-raP t23 tipe, bentuk dan tata letak bendung. Ribuan bendung yang telah dibangun itu
3. PeneraPan 123 beroperasi dan berfungsi dengan baik. Namun sebagian diantara ribuan bendung
4. Bentuk dan ukuran 123 baru itu mengalami masalah yang disebabkan oleh berbagai hal. Misalnya
5. Sistem kerja riP-raP r23 masalah-masalah gangguan penyadapan aliran, gangguan angkutan sedimen
123
6. Pemasangan riP-raP dan sampah, masalah penggerusan setempat di hilir bendung sampai dengan
1. Ukuran batu riP-raP USBR 124 masalah hancurnya bangunan dan sebagainya.
8. Rip-raP beton .......... r25 Merancang bendung baru dan menangani bendung bermasalah hasil
126
9. Rip-raP bronjong pembangunan ini dan penanganan terhadap bendung-bendung tua baik yang
121 dibangun sebelum tahun 1970-an maupun bendung-bendung tua warisan
VIII. STABILITAS BENDUNG
l. U mum............... 127 Pemerintahan Belanda telah memberikan masukan dan pengalaman bagiahli-
121
2. Langkah Perhitungan ahli teknik Indonesia.
128 Penulisan buku ini dilatarbelakangi pengalaman penulis dalam
3. Contoh Perhitungan stabilitas
merancang bendung dengan konsep baru dan mendesain serta menangani
BAB 4 CONTOH DESAIN HIDRAULIK.........,.... 131
bendung bermasalah tersebut. Pengalaman tersebut disajikan dalam buku ini
l. Umum dan TahaPan Desain l3l
yang diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam pekerjaan desain dan
2. Data 131
menjadi bahan panduan bagi perencana.
132
3. Perhitungan Hidraulik Bendung
4. Perhitungan Dimensi Peredam Energi
5. Perhitungan Hidraulik Bangunan Intake""""'
136
r38
2. Maksud dan Tujuan
6. Perhitungan Panjang Lantai Udik """""' t41 Maksud dari penulisan buku ini yaitu untuk menyebarluaskan
143 pengalaman, hasil penelitian dan pengembangan serta pengetahuan teknik
1. Penentuan Dimensi Tembok Pangkal dan Tembok Sayap '

t)aftar Pustaka......
144 hidraulik bendung tetap untuk irigasi teknis.
146 Di samping itu, untuk memenuhi permintaan dan penyediaan referensi
Biografi
buku-buku bendung khususnya dan bangunan air umumnya. Seperti diketahui
buku semacam ini penerbitannya sangat kurang pada hal sangat diperlukan

f-i; I
oleh para ahli teknik hidraulik dan para mahasiswa jurusan sipil dan jurusan
Khusus penyajian stabilitas bendung yang diuraikan hanya tentang
sumber daya air pada berbagai fakultas teknik.
langkah perhitungan dan cara menghitungnya saja, tidak diuraikan secara
Berkenaan dengan itu maka penulisan buku ini ditujukan untuk pembaca mendetail. Perhitungan lebih mendetail tentang stabilitas bendung biasanya
yaug secara spesifik berkecimpung dalam perencanaan teknis bendung tetap diltrkukan pada analisa yang berkaitan dengan perhitungan struktur bendung
dan mereka yang terlibat dalam sektor pengairan. Selain itu ditujukan pula dan perlengkapan bendung lainnya.
untuk mahasiswa-mahasiswa yang mempelajari ilmu irigasi dan bangunan
Bangunan kantong sedimen sebagai salah satu kelengkapan bendung
pengambil airnya yang dalam hal ini bendung tetap untuk kepentingan irigasi.
belum dimasukkan dalam buku ini dan akan ditulis dalam buku lain. Demikian
3. Maksud Pembangunan Bangunan Bendung pula halnya dengan bendung gerak, bendung kembang kempis, bendung
kombinasi tetap dan gerak juga belum disajikan dalam buku ini.
Dengan maksud memenuhi kebutuhan air bagi pertanian maka Sebagai tambahan, bahwa bahan tulisan tentang sistem irigasi di Jepang
diperlukan berbagai prasarana penyedia dan pengambil airnya antara lain dipelajari dari studi pustaka di National Research Institute of Agricultural
bangunan bendung. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang Engineering Tsukuba Jepang dan studi lapangan di berbagai kawasan daerah
sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan atau membendung aliran tengah dan utara Jepang yang dilakukan penulis utama selama melakukan train-
sungai sehingga aliran sungai bisa disadap dan dialirkan secara gravitasi ke ing di sana.
daerah yang membutuhkannya. Tipe bendung dapat dibedakan dengan bendung Perlu disebutkan pula bahwa publikasi buku bangunan sadap untuk
tetap dari bahan pasangan batu, beton, bendung gerak dengan pintu sorong irigasi desa telah pula diterbitkan oleh Puslitbang sumber Daya Air dan
atau pintu radial, dan bendung kembang kempis dan sebagainya. diluncurkan pada peringatan hari air sedunia di Jakarta Maret2002.Tulisannya
Jika penyediaan air irigasi dilakukan dengan tepat dan benar maka akan disiapkan oleh penulis utama buku ini. Dalam buku itu antara lain ditulis pula
dapat pula meningkatkan produksi padi sehingga kebutuhan akan beras dapat secara tidak mendalam tentang bendung tetap.
pula dipenuhi.

4, Cakupan Tulisan
5. Penjelasan Istilah
Ada beberapa istilah dalam rulisan ini yang perlu diberi penjelasan
Buku ini pertama-tama menguraikan tentang apa, dan bagaimana irigasi atau batasan pengertiannya supaya tidak terjadi pemberian interpretasi yang
di Indonesia serta sistem irigasinya. Selanjutnya uraian secara umum tentang ke luar konteks dari yang dimaksudkan. Istilah yang dijelaskan pada bagian
sistem irigasi di Jepang. Hal ini perlu ditinjau mengingat Jepang telah berhasil ini hanya yang menyangkur yang penting-penting saja, dan istilah lain ditulis
mengembangkan sistem irigasi one way systeru irrigation dan land consttlida- dalam setiap bagian bab. Sebagian istilah tersebut dikutip dari standar Tata
rion sehingga Jepang berhasil menjadi negara penghasil beras yang melebihi cara Perencanaan Teknik Bendung SKSNI, T-oz-1990 F yang diterbitkan oleh
kebutuhannya. Dep. PU, 1990. Penjelasan istilah tersebut yakni:
Setelah itu penulisan buku menyajikan tentang desain hidraulik bendung Desain hidraulik adalah tahapan kegiatan anarisis terhadap hasil pra
tetap dengan material pasangan batu untuk kepentingan irigasi teknis yang desain hidraulik dengan atau tanpa bantuan uji model hidraulik untuk
dikelompokkan dalam delapan bagian yaitu: menentukan bentuk dan ukuran yang tepat ditinjau dari segi hidraulik.
Bagian I Pemilihan Lokasi Bendung Desain struktur yaitu tahapan kegiatan untuk melengkapi hasil desain
Bagian II Bendung Pelimpah hidraulik agar didapat desain bangunan yang memenuhi persyaratan kekuatan
Bagian III Bangunan Intake dan kestabilan serta dapat dilaksanakan.
Bagian IV Bangunan Pembilas uji model hidraulik yakni suatu penyelidikan/pengujian hidraulik
Bagian V Bangunan Penahan Batu (Boulder Screen) berupa uji model tlsik di laboratorium pengaliran terhadap pra desain.
Bagian VI Bangunan Peredam Energi Bangunan bendung adalah bangunan air yang dibangun melintang
Bagian Vll Rip-rap sungai atau sudetan sungai untuk meninggikan taraf muka air sehingga air
Bagian VIII Stabilitas Bendung sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke daerah yang
membutuhkannya.
Pada Bab 4, buku dilengkapi pula dengan contoh perhitungan mendesain
berrrlurtg tetap.
untuk
Bendung tetap adalahambang yang dibangun melintang sungai
tetap' dimana muka air baniir
pembendungon ,rngui yang terdiri dari ambang
dapat terbuat dari
di bagian uJitnyu tiAat Oapat diatur elevasinya. Bahannya
umumnya di
po.u,igun batu, beton atau pasangan batu dan beton' Dibangun
sungai ruas hulu dan ruas tengah'
Bendung tetap pasangan batu yaitu bangunan bendung
tetap yang TINJAUAN SIsTEM IRIGASI
bahan utamanya terbuat dari pasangan batu'
air untuk
Irigasi (PP 77/2001) yaitu usaha penyediaan dan pengaturan
mqnunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi
permukaan' irigasi air
1. Sejarah Irigasi dan Bendung
bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak' Di Indonesia sawah sudah ada sejak sebelum jaman Hindu. Pada jaman
Irigasi secara umum adalah penyaluran air secara teknis melalui Hindu telah dilakukan usaha-usaha pembangunan prasarana irigasi secara
-rulurun pembawa ke daerah pertanian dan setelah air tersebut
diambil
saluran sederhana. Hal ini dapat dibuktikan dengan peninggalan sejarahnya yaitu usaha
selanjutnya dibuang
manfaatnya air tersebut disalurkan ke saluran pembuang pembagian air irigasi yang dapat disaksikan di berbagai tempat. Misalnya irigasi
kembali ke sungai. subak di Bali, irigasi-irigasi kecil di Jawa dan sistem pendistribusian air dengan
terpisah
Irigasi teknis yakni jaringan air yang mendapatkan pasokan air: istilah minta air sebatu di Minangkabau. Pembangunan irigasi pada waktu itu
pemberian airnya dapat diukur, diatur dan
dengan jaringan air plmbuang dan menyesuaikan diri dengan keadaan dan kebutuhan. Prasarana irigasi dibangun
pada beberapa titik tertentu. Semua bangunannya bersifat permanen'
terk-ontrol dengan cara sederhana, yaitu dengan menumpukkan batu atau cerucuk-cerucuk
Luas daerah irigasinya di atas 500 hektar' yang diisi batu sebagai bahan bendung. Seiring dengan perkembanganjaman,
.sungai@Att/T4tentangPengairan)adalahtempat-tempatdan irigasi Indonesia berkembang terus hingga memasuki periode jaman penjajahan
wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata
air sampai lnuara
Belanda. Bangunan air dibangun mulai dari yang sederhana sampai dengan
dengan dibatasi kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis yang cukup besar. Dalam masa ini irigasi tercatat dibangun sekitar tahun l8-52.
sempadan. Yaitu pembangunan bendung Glapan di Kali Tuntang, Jawa Tengah. Selain
cabang
Sungai dapat disebut dengan sungai utama' anak sungai dan bendung ini di Jawa Tengah dibangun pula bendung yang lain seperti bendung
sungai.Sungaimenuruttempatnyadapatdibedakanmenjadisungairuashulu' Sedadi, bendung Nambo, 1910, bendung-bendung Kali Wadas, Sungapan,
sungai ruas tengah dan sungai ruas hilir' Cisadap, dan lain-lain. Dan di Jawa Timur untuk daerah irigasi Pekalen dibangun
pula bendung Pekalen, 1856, bendung Umbul, 1909, bendung Sampean 1883
dan bendung Jati dan sebagainya. Di daerah Jawa Barat dibangun pula bendung-
bendung Cisuru, di Sungai Cisokan Cianjur, 1886, Cipager di Cirebon 1909,
Jamblang, 1912, Rentang, 1910, Cigasongdan Pamarayan, 191l, Cipeles, 1920,
Walahar dan Pasar Baru, 1925 dan sebagainya. Di Sumatera Barat yaitu bendung
Kuranji, 1920,di Lampung bendung Argoguruh, 1930 dan di Sulawesi Selatan
bendung Sadang.
Pembangunan prasarana irigasi di Jawa sekitar tahun 1852 di latar
belakangi oleh berbagai sebab, diantaranya untuk perluasan tanaman tebu dan
untuk usaha penyediaan pangan dalam rangka mengatasi bahaya keresahan
akibat kelaparan di daerah Demak sekitar tahun 1849. Dalam buku lrigasi cli
lndonesia, Wirawan menulis tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan
Sqw$ Irigasi. Disebutkannya bahwasampai dengan tahun 1885 pembangunan
irigaii hanya seluas 210.000 hektar. Luas sawqh ini meningkat sampai dengan
tahun 1940 yaitu menjadi 1.280.000 hektar. Pada jaman Jepang sampai dengan
periode l968 perkembangan irigasi di Indonesia kurang berarti. Semenjak

f sI
dicanangkan PELITA pertama hingga kini perkembangan luas lahan irigasi pemberian air kepada muka tanah tetapi dari bidang yang letaknya lebih tinggi
bertambah dengan pesat. Begitu pula pembangunan bendung sebagai prasarana dan dari bawah muka tanah. Untuk tanaman padi di Indonesia umumnyir
irigasi, telah ribuan jumlahnya baik yang dibangun baru, maupun hasil digunakan pemberian air kepada muka tanah dengan cara menggenang (tloocl-
rehabilitasi total maupun rehabilitasi sebagian. Di buku yang sama E. ing method). Cara ini akan memberikan keuntungan yaitu tidak terlalu banyak
Pasandaran menginformasikan bahwa areal irigasi meningkat dari waktu ke memakan biaya dan dapat mencegah hama yang bersarang di dalam tanah clarr
waktu, antara masa 1969 1987. Tidak kurang luas total lahan irigasi teknis,
- di akar tanaman.Tetapi bila tanah terendam terlalu lama akan menjadi kurang
semi teknis dan sederhana sampai dengan tahun 1987 seluas -5.500.000 hektar. baik, sehingga sewaktu-waktu perlu dikeringkan.
Peningkatan luas lahan irigasi yang tajam terjadi pada masa 1984 - 1987.
Demikian pula halnya dengan pembangunan bendung sebagai prasarana irigasi. 3. Sistem Irigasi di Indonesia
Pembangunan bendung pada periode 1940 - 1969 tidak banyak tercatat. Sistem irigasi di Indonesia yang umumnya bergantung kepada carir
Diantaranya bendung Barugbug, 1959, bendung Curug, bendung cikarang dan pengambilan air sungai dan dimaksudkan untuk mengairi persawahan dapat
bendung Bekasi pada proyek irigasi Jatiluhur. dibedakan menjadi irigasi pedesaan dan irigasi pemerintah. Pembedaan itu
Selain itu disinggung tentang sejarah irigasi di Jepang yang akan dibahas berdasarkan pengelolaannya. Sistem irigasi desa bersifat komunal dan ticlak
lebih detil pada bagian lain. Irigasi tanaman padi di Jepang sudah dimulai sejak menerima bantuan dari Pemerintah Pusat. Pembangunan dan pengelolaarr
2000 tahun yang lalu. Luas lahan tanaman padi di Jepang sesungguhnya tidaklah seluruh jaringan irigasi dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat. Sedangkan
terlalu luas. Berdasarkan survei tahun 1975, luas lahan untuk pertanian padi sistem irigasi yang tergantung pada bantuan pemerintah dibagi ke dalam tiga
sekitar 3.021.000 hektar. Modernisasi pertanian di Jepang dimulai sesudah tahun kategori: irigasi teknis semi teknis dan sederhana.
1868 yang menghasilkan panenan padi sekitar 2,3 ton per hektar . Ditambahkan Irigasi tekn ls yaitu jaringan air yang mendapatkan pasokan air terpisah
bahwa di Jepang padi yang disimpan dan yang diukur hasil panennya ialah dengan jaringan pembuang, dan pemberian airnya dapat diukur, diatur clan
beras pecah kulit (b rown rice). Sesudah perang dunia ke dua Jepang melakukan terkontrol pada beberapa titik tertentu. Semua bangunannya bersifat permanen.
proyek peningkatan lahan. Akibatnya pada tahun 1962 hasil panenan padi Luas daerah irigasinya di atas 500 hektar. Beberapa contohnya ialah sistern
meningkat menjadi 13.010.000 ton. Dan puncak panenan padi terjadi tahun 1967 irigasi Jatiluhur, Rentang, Pemali Comal, Sampean dan sebagainya.
yaitu 14.450.000 ton. Sehingga hasil panenan tersebut waktu itu melebihi Irigasi semi teknis yaitu pengaliran air ke sawah dapat diatur, tetapi
kebutuhan (ove r production). banyaknya aliran tidak dapat diukur. Pembagian air tidak dapat dilakukan
dengan seksama. Memiliki sedikit bangunan permanen. Dan hanya satu arat
2. Pengertian dan Maksud Irigasi pengukr"rr aliran yang biasanya ditempatkan pada bangunan bendung. sistem
Irigasi berasal dari istilah irrigatie dalam bahasa Belanda atau pemberian air dan sistem pembuangan air tidak mesti sama sekali terpisah.
irrigation dalam bahasa Inggris. Irigasi dapat diartikan sebagai suatu usaha Irigasi sederhana yaitu yang biasanya menerima bantuan pemerintah
yang dilakukan untuk mendatangkan air dari sumbernya guna keperluan untuk pembangunan dan atau penyempurnaan. Tetapi dikelola dan dioperasikan
pertanian, mengalirkan dan membagikan air secara teratur dan setelah digunakan oleh aparat desa. Mempunyai bangunan semi permanen, dan tidak mempunyai
dapat pula dibuang kembali. lstilah pengairan yang sering pula didengar dapat alat pengukur dan pengontrolan aliran, sehingga aliran tidak dapat diatur dan
diartikan sebagai usaha pemanfaatan air pada umumnya, berarti irigasi termasuk diukur. Tercatat di Ditgasi I, Ditjen Air jumlah irigasi sederhana tahun l97g
didalamnya. yaitu 0,96 juta hektar, irigasi semi teknis 1,14 juta hektar dan irigasi teknis
Maksud irigasi yaitu untuk mencukupi kebutuhan air di musim hujan 2,l0juta hektar. Sedangkan irigasi desa tercatat seluas l,04juta hektar.
bagi keperluan pertanian seperti membasahi tanah, merabuk, mengatur suhu Proyek lrigasi Sederhana; yang dikenal tahun 1980-an pengerriannya
tanah, menghindarkan gangguan hama dalam tanah dan sebagainya. Tanaman jauh berbeda dengan sistem irigasi sederhana di atas. proyek Irigasi Sederhana
yang diberi air irigasi umumnya dapat dibagi dalam tiga golongan besar yaitu diselenggarakan dengan tujuan untuk menaikkan produksi beras nasional
padi, tebu, palawija seperti jagung, kacang-kacangan, bawang, cabe dan dengan melaksanakan sejumlah besar proyek-proyek kecir dan murah dan
sebagainya. dengan syarat-syarat teknis yang minimum. Proyek ini luas daerah irigasinya
Air irigasi diberikan kepada tanaman, dilakukan dengan berbagai cara tidak lebih dari 2000 hektar. Desain teknis, cara pelaksanaan, eksploitasi dan
yang tergantung kepada berbagai faktor. Cara pemberian air itu antara lain; pemeliharaannya dilakukan dengan cara sederhana pula. Tetapi secara teknis
dengan biaya
dapat diperlanggungjawabkan. Memberikan hasil dengan cepat dan dapat mengairi lereng medan yang lebih rendah dari saluran. Saluran sekuncler
p"iuk.unuu, serendah mungkin. Biaya pelaksanaan waktu itu (1980) terbatas yang terletak di punggung medan pada Gbr. 2.2 ditunjukkan oleh saluran dari
iebes.r Rp. 250.000,- per hektar daerah irigasi yang akan diairi. titik Al - Bl - 82 dan AZ C serta Dl DZ * D3.
- -
sedangkan saluran garis tinggi ditunjukkan oleh saluran yang mengalir
3.1 Peta Jaringan Irigasi
dari titik A - Al - A2. Sungai-sungai di Gbr. 2.2bila dijadikan batas petak
3.1.1 Peta Petak maka akan didapat tiga susunan petak sekunder. petak sekunder biasanya
menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder.
Jaringan irigasi biasanya dibuat berdasarkan peta topografi yang
dituangkan ke peta ikhtisar berskala t : 25000. Selanjutnya dari peta iktisar
tersebut desain dilanjutkan dalam peta ikhtisar detil berskala 1 : 5000 atau
I:
2000. Peta ikhtisar detil tersebut dikenal di lingkungan perencana dengan
istilah
peta petak. Pada peta petak tergambar petak tersier, petak sekunder dan
petak
primer. or
Petak tersier adalah suatu unit atau petak tanah/sawah terkecil
c
(,
berukuran antara 50 - 100 hektar. Mempunyai batas-batas yang
jelas seperti &3
jalan, kampung, saluran pembuang, lembah dan sebagainya, serta berbatasan E
ID
iungrung dengan saluran sekunder, atau saluran primer. Petak tersier dilayani a
E
oleh: o
. saluran irigasi sebagai saluran pemberi (ditch) yaitu saluran tersier dan atau -!r
saluran kuarter;
. saluran pembuang sebagai saluran pembuang aliran air yang telah dipakai.
o bangunan pembagi air (box tersier) dan bangunan lainnya seperti bangunan .x
silang dan seterusnYa. ,
o
. tidak tersedia jalan petani (farm road) dan atau jalan inspeksi. I
E
cara pemberian air; umumnya untuk tanaman padi pada petak tersier
yaitu dengan cara petak ke petak (plot to plot system). Langkah cara pemberian
airnya seperti ditunjukkan pada Gbr- 2.1, yakni:
r saluran pemberi yaitu saluran tersier dan saluran kuarter'
o air diberikan kepada petak sawah yang paling atas atau yang paling dekat
dengan saluran pemberi secara gravitasi'
o setelah petak sawah yang paling atas penuh lalu air dialirkan ke petak sawah Gbr. 2.1. Salah satu cara pemberian air
yang lebih bawah.
Petak primer adalah gabungan dari beberapa petak sekunder, seperti
o selanjutnya air diberikan ke petak yang terbawah'
ditunjukan pada Gbr. 2.2. Dllayani oleh saluran primer disalah satu sisi atau
. air yang diberikan dari saluran itu dipakai berulang-ulang dari petak ke
kedua sisi sumber air sungai. Bila melayani kedua sisi sumber air sungai, maka
petak.
akan terdapat dua petak primer. Keseluruhan penyusunan bidang tanah dalam
. okhirnyo air dialirkan ke saluran pembuang buatan atau alamiah.
bentuk petak tersier, sekunder dan primer ini disebut suatu daerah irigasi yanq
Petak sekunder adalah gabungan dari petak tersier dengan luas yang penyebutannya dipendek dengan istilah D.I. Pada Gbr.2.2 hanya terdapai
jelas misalnya
bergantung kepada keadaan lahan. Juga mempunyai batas yang satu petak primer atau satu daerah irigasi di sebelah kiri sisi sungai yang
sa1i,'an porbrong dan sebagainya. Saluran sekunder pada petak sekunder
tergabung dari petak-petak sekunder yang mengambil air dari bangunan bagi
u*u*nyu didesain di punggung medan sehingga dapat mengairi kedua sisi Al, dan ,A2 serta Dl. Bangunan bendung di sungai, A, berfungsi untuk
yang hanya
saluran. Tetapi bisa pula didesain sebagai saluran garis tinggi, mengambil dan membelokkan air sungai ke saluran primer.
saluran kuarteryaitu saluran yang membawa air dari boks bagi kuartct'
melalui bangunan sadap tersier ke sawah-sawah.
Bendunq Saluran irigasi diilustrasikan pada Gbr. 2.3. yaitu saluran induk
@ Bong. bogi Mejagong, irigasi bendung Mejagong, daerah irigasi Pemali - Comal,
o Bong. rodcP Randudongkal, Jawa Tengah. Bila diperhatikan gambar tersebut diketahui
Sol. induk beberapa hal yaitu:
Sal. acl0ndrr . saluran sekunder Jongke dimasukan ke Kali Waluh udik bendung Ke.iene
-**
t.r3i.r unruk penambah debit ke K. Rambut bagi kepentingan daerah irigasi
*--, Sol.
bendung Cipero.
o saluran sekunder Paseh dimasukari ke K. Waluh hilir bendung Kejenc
sebagai penambah sumber air bendung Sungapan.
. dibuat saluran Mejagong - Banjaranyar, sehingga bendung Banjaranyar
tidak difungsikan lagi.

Gbr. 2.2. Ilustrasi saluran irigasi

3.1.2 Saluranirigasi
Saluran irigasi di daerah irigasi teknis dibedakan menjadi saluran irigasi
pembawa dan saluran pembuang. Saluran irigasi pembawa ditinjau dari letaknya
dapat dibedakan menjadi saluran garis tinggi dan saluran garis punggung.
Saluran garis tinggi yaitu saluran yang ditempatkan sejurusan dengan garis
tinggi/kontur. Dan saluran garis punggung yaitu saluran yang ditempatkan di
punggung medan. Ditinjau dari jenis dan fungsi saluran irigasi pembawa dapat
dibedakan menjadi saluran primer, sekunder, tersier dan kuarter. Berdasarkan
Standar Perencanaan lrigasi bagian Jaringan lrigasi KP-O1, saluran irigasi
tersebut dapat didefinisikan seperti berikut:
Saluran primer yaitu saluran yang membawa air dari jaringan utama
ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Saluran primer biasa
pula disebut saluran induk. Saluran ini berakhir pada bangunan bagi yang
terakhir.
/' i-
Saluran sekunder yaitu saluran yang membawa air dari saluran primer -r'
7
-f:1J _-
ke petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung ..:......::-s:,,,
saluran ini yaitu bangunan sadap terakhir.
Saluran muka tersier yaitu saluran yang membawa air dari bangunan
sadap tersier ke petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya.
Saluran tersier yaitu saluran yang membawa air dari bangunan sadap
Gbr.2.3. Contoh saluran irigasi di drterah irigctsi Bendung Mejagong
tersier dijaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Saluran
Jawa Tengah
ini berakhir pada boks kuarter yang terakhir.
3.2 Saluran irigasi tanpa pasangan Tentukan besarnya kecepatan aliran, v, seimbang yaitu antara, v pengendaparr
dan v penggerusan.
Saluran irigasi tanpa pasangan yang dibicarakan yaitu saluran tanah
a Tetapkan kemiringan talud.
dengan bentuk penampang trapesium. Dalam mendesain saluran ini harus
o Hitung kemiringan air saluran, i, dengan cara Strickler; ambil nilai kekasararr,
dipertimbangkan bahwa pengendapan dan penggerusan di setiap potongan
k, yang bergantung kepada besarnya debit saluran dan jenis tanah saluran.
melintang harus berimbang sepanjang tahun. Untuk itu maka parameter yang
harus ditentukan yaitu perbandingan kedalaman air, h, dengan lebar dasar b, 3.3 Saluran pembuang
(h : b) dan kemiringan memanjang saluran, i. sehubungan dengan ini ukuran
Saluran pembuang yaitu saluran yang digunakan sebagai pembuang
saluran irigasi dapat ditentukan berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh
kelebihan air yang sudah tidak digunakan dari petak-perak sawah ke jaringan
Ditgasi - Ditjen Air dalam buku; Dasar-dasar untuk Memburtt Perencanaan
saluran pembuang. Setelah air dipakai untuk penggarapan sawah, pertumbuhan
Teinis Jaringan Irigasi oleh R. Sarah Reksokusumo, 1975. Pedoman tersebut
padi dan sisa penguapan serta sisa penggenangan maka selanjutnya air iru
dapat diperhatikan pula pada Tabel 1. Selain itu kriteria perencanaan saluran
dibuang. Saluran pembuang pada daerah irigasi teknis dibedakan menjadi
irigasi dapat diperhatikan pada Standar Perencanaan Irigasi bagian saluran KP-
saluran pembuang kuarter, pembuang tersier dan saluran pembuang utama.
03.
Saluran pembuang utama umumnya berupa sungai seperti ditunjukan pada
x) Gbr.2.2 yaitu sungai-sungai a, b, c, d.
Tabel 1. Pedoman Penentuan Ukuran Saluran Irigasi
Pembuangan air kelebihan ini sama pentingnya dengan pemberian air
Perbandingan Kecepatan aliran, Kemiringan Keterangan irigasi. saluran pembuang bisa terbuat dari saluran pembuang buatan dan bisa
Debit,
b:h v = m/det talud pula menggunakan saluran pembuang alamiah seperti sungai-sungai kecil dan
Q = m3/det
sebagainya. Saluran pembuang buatan direncanakan bersama-sama dengan
0.000-0.050m3/det Min. 0.25 m/det 1 Desain untuk
tanahlempung biasa saluran irigasi untuk desain irigasi yang baru.Pada daerah irigasi desain sebelurn
0.050-0.150m3/det 1 0.25 - 0.30 m/det
0.1 50-0.300m3/det 1 0.30 - 0.35 m/det l-ebar saluran mini tahun 1969 adakalanya saluran pembuang dijadikan pula sebagai saluran irigas?
0.300-0.400m3/det 1.50 0.35 - 0.40 m/del mum 0,30 m. (lihat Gbr. 2.4.a) dan sebagai saluran suplesi (lihat Gbr. 2.4.b), sehingga
0.40 - 0.45 m/det 3. K. Bernilai :
0.400-0.500m3/det 1.50
'50 berfungsi ganda yaitu sebagai saluran pembuang dan saluran irigasi. pada
0.500-0.750m3/det 2 0.45 - 0.50 m/det bilaQ>10
m3/det saluran irigasi Tarum Barat yang mengalir dari bendung Curug, ke Jakarta,
0.750-1.50 m3idet 2 0.50 - 0.55 mldet
' 47,5 bila Q = 5'10 dalam pengalirannya menyilang dengan Sungai Cikarang dan Sungai Bekasi.
1.50 -3 m3/det 2.50 0.55 - 0.60 m/det
3 -4.50 m3/det 3 0.60 - 0.65 m/det m3/det Air saluran itu dimasukan ke sungai-sungai tersebut, yang selanjutnya disadap
.45 bilaQ>5
4.50 -6 m3/det 3.50 0.65 - 0.70 m/det lagi dengan menggunakan bendung. Karena air sungai-sungai itu dewasa ini
6 -7.50 m3/det 4 - 0.70 m/det
.
m3/det
mengandung konsentrasi sedimen yang sangat tinggi maka menimbulkan
-9 m3/det
7.50 4.50 - 0.70 m/det 42,5 untuk sal.
masalah penanggulangan volume endapan yang mengendap di kantong sedimen
9 -11 m3/det 5 - 0.70 m/det
' 40
muka
11 -15 m3/det b - 0.70 m/det untuk sal. bendung Bekasi. Kini air dari bendung Bekasi/saluran Induk rarum Barat itu
15 -25 m3/det 8 - 0.70 m/det
.
tersier digunakan sebagian besar untuk pasokan air baku air bersih kota Jakarta.
25 -40 m3/det '10
- 0.75 m/det 60 untuk sal.
Saluran pembuang untuk membuang air kelebihan ini sangat penting
40 -80 m3/det 12 0.80 m/del - pasangan
artinya bagi tanaman. Untuk tanaman padi bermanfaat yaitu:
*) Sumber: R. Sarah Reksokusumo, 1975 , Dasar'dasar untuk Membuat Perenc:anaan . sebagai pencegahan jumlah pertumbuhan anak padi yang berlebihan di masa
Teknis Jaringem lrigasi, Badan Penerbit PU' padi tumbuh dan sangat produktif beranak antara umur padi 35 - 40 hari
sesudah tanam;
Dalam mendesain saluran irigasi tersebut dapat dilakukan dengan tata . di saat padi berbuah masak, saat sekitar dua minggu sebelum panen.
cara seperti berikut: Selain itu saluran pembuang karena dapat mengeringkan sawah,
o Tentukan lebar dasar saluran, b, lebih besar dari pada dalam air, h, atau b > membuang kelebihan air hujan dan membuang kelebihan air irigasi maka
h. Bila diambil dalam air, h, lebih besar dari lebar saluran (h > b) maka penting pula artinya yaitu untuk:
akan terjadi proses pendangkalan saluran yang lebih cepat' . membuat kelembaman tanah yang sesuai dengan keperluan tanaman.
a memperbaiki temperatur dalam tanah.
o membuang garam-garam yang berbahaya buat tanaman terutama di daerah petak sawah yang paling jauh dari sumber air saluran irigasi mendapat air
irigasi pasang surut atau di daerah pembuatan irigasi baru. paling akhir sehingga akan terdapat perbedaan waktu penanaman dengan
Bagi tanaman palawija saluran pembuang bermanfaat yaitu untuk: interval waktu antara 10 hari dan 15 hari di dalam petak itu.
mempercepat pengerjaan tanah, sehingga memperpanjang pula masa pengeringan sawah secara serentak bilamana diperlukan tidak dapat
bertanam. dilakukan dengan cepat karena tata letak sawah, tata letak saluran irigasi
. memperbaiki pergantian udara dalam tanah. dan saluran pembuang tidak memungkinkan.
. memperbaiki kehidupan bakteri dalam tanah. petani tidak dapat memilih tanaman yang dikehendakinya karena sisrern
saluran pembuang belum memungkinkannya.
jalan petani (farm road) di petak tersier tidak tersedia, sehingga petani
Sal. Pembuang mengalami kesulitan dalam mengangkut hasil produksi panenan padinya,
elok I juga tidak dapat mempercepat perhubungan dan komunikasi.
ukuran petak sawah relatif kecil, sehingga menyulitkan pekerjaan
pengolahan sawah secara mekanisasi, dimasa mendatang tenaga manusia
untuk pengolahan sawah semakin langka.

Brhssi
/\,
/ \r'
/ Sql. indut .
Jotcrlo

Sal.Pern!uang
Blok B

Gbr.2.4.a. Ilustrasi penggunaan air buangctn untuk air irigasi.


$.Ci?orum
$. Sikora*E

Eelroei
w
Dengan segala kelebihan dan kekurangan sistem irigasi yang ada, telah Gbr. 2.4.b. Contoh saluran irigasi, suplesi, dan saluran pembuang.
menjadikan Indonesia berhasil dalam swasembada beras sekitar tahun 1987.
Berkaitan dengan itu dalam pembuatan konsep desain daerah irigasi baru di
masa mendatang kelemahan yang ada diharapkan menjadi bahan masukan dan
4. Kebutuhan Air Irigasi
pertimbangan desain. Beberapa hal yang dapat dijadikan bahan masukan yaitu:
. sistem pemberian air; dari petak sawah ke petak sawah menyebabkan
4.L Tanaman Padi
pengolahan sawah tidak dapat dilakukan secara serentak, karena menunggu Beras yang dihasilkan dari tanaman padi merupakan makanan pokok
giliran datangnya air. bangsa Indonesia. Ditanam dua kali setahun di daerah lahan beririgasi. Tanam1r
lainnya selain padi yang memerlukan irigasi yaitu jagung, kederai, kacang-
I...:-1
kacangan, cabe, bawang, tebu, tembakau dan sebagainya. Hasil produksi padi Kedalaman air di sawah; sangat penting artinya antara lain untuk
tergantung dari berbagai faktor antara lain: mengurangi pertumbuhan rumput dan meniadakan pertumbuhan rumput yaitu:
. banyaknya tanaman per hektat (arak tanaman) o kedalaman air Z,5O cm dapat mengurangi pertumbuhan rumput
o banyaknya anakan per tanaman . kedalaman air 5,0 - 7,5 cm dapat meniadakan pertumbuhan rumput.
o banyaknya butir padi Per malai Pengeringan sawah sementara waktu akan sangat bermanfaat untuk
. berat rata-rata dari butir Padi. mengatur keseimbangan antara udara dan air dan pengeringan selama 4 - 5
Berkaitan dengan bercocok tanam padi dikenal istilah Sapta Usaha Tani hari menjelang berbunga setelah masa pertunasan terakhir akan memperbaiki
yaitu: perudaraan tanah untuk meningkatkan produksi padi.
. pengolahan tanah yang baik
. penggunaan bibit unggul bersertifikat 4.2 Penggunaan Air Secara Bergiliran
o pengendalian hama Penggunaan air secara bergiliran dalam satu sistem jaringan tersicr
o pemupukan yang sesuai dan berimbang adalah penggunaan air melalui masing-masing saluran secara bergantian dari
. penyediaan irigasi sumber air yang sama, selama periode tertentu dan dilakukan bila keadaan
o panen dan debit saluran tersier yang tersedia menurun sampai kurang dari 70 Vo dari debit
. pasca panen. rencana saluran.
Tanaman padi dalam pertumbuhannya sangat memerlukan air. Karena Alasaq dilakukannya penggunaan air secara bergiliran ini yaitu:
itu perlu ditunjang oleh sistem irigasi untuk mencukupi kekurangan air alam, o debit air yang tersedia tidak selalu mencukupi kebutuhan air
termasuk sistem pembuangan yang baik. . pada waktu debit yang tersedia sangat kecil dibandingkan dengan debit
Kebutuhan air untuk tanaman padi sangat bergantung antara lain dari yang dibutuhkan, penggunaan air secara bersama dan terus menerus untuk
masa pertumbuhan. Beberapa angka kebutuhan air, yang bersumber dari catatan seluruh areal tidak mencukupi kebutuhan yang dapat berakibat tanaman
Modul Penataran E & P, Proyek Irigasi Jawa Tengah seperti ditunjukkan pada menderita kekurangan air.
Tabel2. . penggunaan air secara bergiliran dapat mengatasi penderitaan tanaman
*)
Tabel2. Kebutuhan Air Untuk Tanaman terhadap kurang memadainya persediaan air tersebut.
Periode putaran atau selang waktu giliran sangat tergantung dari
Lama waktu Kebutuhan air keadaan tanah sawah yang lebih kurang diatur seperti berikut:
pertumbuhan
Jenis tanaman & Pertumbuhan
/hr rl:n\
(mm/hari) . 2 - 3 hari di tanah sawah yang sangat berpasir (ringan) atau berlumpur dan

Padi :
padinya berumur kurang dari satu bulan.
1. Pengolahan tanah + Persemaian 1 - '1,5 10-14 o 4 - 5 hari di tanah sawah yang berpasir sedang dan padinya berumur lebih
2. Pertumbuhan I (vegetatif) 1-2 4-6 dari satu bulan.
3. Pertumbuhan ll (vegetatif) 1 - 1,5 6-8
4. Pemasakan t1 5-7 o 4 - 5 hari di tanah sawah yang bertipe berat dan padinya berumur di bawah
dari satu bulan.
Tebu :
6-9
. 5 - 7 hari di tanah sawah yang bertipe berat dan padinya sudah berumur
1. Pengolahan tanah + Persemaian 1-2
4-6 3-6 lebih dari satu bulan.
2. Tebu muda
4-7
3. Tebu tua t 10 Tata cara penggunaan air secara bergiliran disesuaikan dengan tingkat
kelengkapan saluran padajaringan tersier dan dilakukan menurut giliran antar
Palawiia: sub tersier dan giliran antar kuarter. Pelaksanaannya dilakukan oleh petugas
'1
. Palawija banYak air +3 2-6
2. Palawiia sedikit air +3 2-4 P3A dengan cara menutup dan membuka saluran kuarternya selama waktu
tertentu. Contoh pengaturan dapat diperhatikan pada skema berikut, yang
*1 $umber: Proyek lrigasi Jawa tengah, Modul Penataran dikutip dari Modul Penataran E, P; D.P.U Pengairan Jawa Tengah.

f 1? I
yaitu sebesar 14.450.000 ton. Sejak itu produksi meningkat terus dari tahun kc
GILIRAN ANTAR KUARTER tahun, sehingga pada tahun 1978 terjadi kelebihan produksi (over production).

sr ,
r(
Hal ini merisaukan pemerintah sehingga membuat kebijaksanaan untuk
menurunkan produksi padi dengan jalan memberikan subsidi kepada petani
yang bercocok tanam selain padi. Perlu disebutkan bahwa Jepang hanya sekali
\ Ke1 setahun bertanam padi, berbeda dengan Indonesia yang dalam setahun dapat
)\-ra+,s,0 bertanam tiga kali yaitu padi, padi dan palawija. Keberhasilan petani Jepang
'/i
/r'
ditutup,
menjadikan negaranya tertinggi dibandingkan dengan negara Asia lainnya
- Semua debit
dalam hal produksi padi. Ini menurut catatan data FAO tahun 1974 - 1976.
dialirkan
K 1,2 Sedangkan Indonesia berada di urutan ke tujuh setelah Korea, Taiwan, China
dan Malaysia.
,,, Upaya Jepang untuk meningkatkan produksi padinya tidak terlepas pula
dari pekerjaan konsolidasi lahan (Land consolidation). Pada tahun 1989 hampir
50 Vo daerah pesawahan sudah mengalami konsolidasi. Sebelum proyek
-K 1,2,3, 4
Ke2 ditutup,
konsolidasi lahan ini dilakukan petak-petak sawah di Jepang sangat kecil dan
)..\, - K 1,2,5,6 - Semua debit tidak teratur petakannya. Luas petak sawah lebih kecil dari 20 x 50 meter.
ditutup, dialirkan Konsolidasi lahan pertanian padi dengan membuat petak sawah menjadi
K:1 j - Semua debit
K 5,6 lebih besar, 100 x 300 meter, berawal dari daerah Kami-Yusuhara, Ishikawa
/ dialirkan
Perfecture pada tahun 1888, lebih dari 100 tahun yang lalu. Dengan
K3,4
memperhatikan Gbr. 2.6,yaitu Progres Konsolidasi Lahan di Kami-Yusuhara,
diketahui perkembangan perbaikan petak-petak sawah tersebut. Tampak, secara
bertahap setiap 50 tahun luas dan bentuk petak-petak sawah yang kecil dan tak
beraturan diperluas dan ditata. Dan terakhir dari sederetan gambar itu dimaklumi
Gbr. 2.5. Contoh pengaturan penggiliran arr pula bahwa Jepang masih menginginkan memperluas petak sawahnya. Bentuk
terakhir ini hanya mimpi karena tidak dapat lagi direalisasikan karena berbagai
5. Tinjauan Sistem Irigasi di Jepang sebab antara lain sebagian dari lahan tersebut telah berubah fungsi menjadi
daerah pemukiman dan daerah industri.
Slt. Peftanian Padi
1l\
Salah satu kawasan pertanian diilustrasikan pada Gbt. 2.7. Tampak
peniuduk Jepang makanan pokoknya ialah beras, sama halnya dengan petak-petak sawah yang teratur dan rapih, enak dipandang. Jalan petani
bangsa Asia Tenggara lainnya. Dewasa ini Jepang membutuhkan beras membatasi antara petak-petak danjalan raya tak luput dari rancangan sebagai
perkapita 80 kilogram per tahun. Lahan pertanian padi di Jepang sesungguhnya prasarana perhubungan dan mempermudah transportasi alat-alat dan mesin-
tidaklah luas untuk menghasilkan padi. Luas lahan pertanian keseluruhannya mesin pertanian. Pemukiman penduduk ditempatkan menyebar diseluruh daerah
hanya 5.340.000 hektar dan lahan pertanian padi seluas 2.910.000 hektar atau pertanian, tidak mengelompok. Dapat diamati pula jaringan jalan petani dan
sekitar 54 7o da1l luas lahan pertanian. Sejarah irigasi untuk tanaman padi di jalan raya, serta petak-petak sawah yang diatur sedemikian rupa sehingga
Jepang sudah mulai sejak 2000 tahun yang lalu. Tetapi hasil panenan padinya rnengerjakan sawahnya dari awal sampai panen dapat menggunakan serba
sedikit, masih di bawah satu ton per hektar. Modernisasi pertanian di Jepang tenaga mesin. Seperti diketahui Jepang telah menjadi negara industri belakangan
dimulai sesudah tahun 1868 yang menghasilkan panenan padi sekitar 2,3 ton ini. Akibatnya tenaga manusia menjadi sangat mahal. Jadi dengan sistem
per hektar atau dua kali lipat dari abad sebelumnya. Sesudah perang dunia mekanisasi pertanian akan mengurangi tenaga manusia. Fasilitas jalan petani
kedua Jepang melakukan proyek peningkatan lahan (land improvement dan jalan raya sangat menunjang pula untuk penggunaan mesin-mesin pertanian
projects) seperti pengembangan penggunaan tanah pertanian dan peningkatan itu. Sistem irigasi yang teratur, penggunaan mesin-mesin pertanian, personal
fasilitas irigasi dan drainase. Pekerjaan ini meningkatkan produksi padi menjadi penunjang lainnya yang sempurna dan bangsa Jepang yang disiplin serta pekerja
13.010.000 ton pada tahun 1962. Dan puncak panen padi terjadi tahun 1967 keras membawa Jepang ke tingkat keberhasilan produksi padi yang tinggi.

I 1a-l
jalan raya telah distandardisasi sedemikian rypa. Beberapa hal tentang itu dapat
diuraikan seperti berikut:
a) Ukuran petak sawah yaitu:
o 100 meter x 300 meter atau seluas 30.000 meter persegi.
o sebelum ukuran tersebut yaitu 20 meter x 50 meter.
b) Saluran irigasi dan cara pemberian air:
o ditempatkan pada bagian sisi yang pendek dari petak sawah
o paralel dengan saluran pembuang
o saluran masuk (inlet) satu buah untuk satu petak
o pemberian air dengan sistem satu kali pakai (one way use)
o pengaliran air diberikan dari inlet ke satu petak sawah dan selanjutnya
ke saluran pembuang
Bcfore 1888 t888 -1912 l9l2-19?2 1972-P.escnt Oreom in 1988
c) Saluran pembuang:
i6. Progres konsolidasi lahan sawah di Kami-Yusahara o ditempatkan diantara dua saluran pembbri
o paralel dengan saluran irigasi
o melayani kedua petak yang berada di kedua sisinya
d) Jalan petani dan jalan raya:
o lebar 5,00 meter
o ditempatkan berdekatui d"ngun saluran irigasi
o dibuat jaringan menyilang antara jalan raya dan jalan petani dengan
interval tertentu.
e) Prasarana lain: antara lain yaitu bangunan silang, gorong-gorong, dan
jembatan
f) Penampang saluran irigasi/pemberi dan pembuang berbentuk trapesium.

Gbr.2.7. Ilustrasi kawasan pertanian

5.2. Standar tata letak petak-petak sawah


Keadaan lahan pertanian padi di daerah yang telah
mengalami
bentuk, ukuran petak sawah
konsolidasi dirunjukkan pada Gbr. 2.8.Tataletak, Gbr. 2.8. Standardisaii petak sawah
saluran irigasi (ditch) sebagai saluran pemberi'
I ,o-l
saluran pembuang' jalan petani'

w
Digamberkan pula bagaimana keadaan lahan pertanian di Jepang sebelum
5.3 Perkembangan Pertanian
dan sesudah konsolidasi lahan. Hal ini dapat diperhatikan pada Gbr. 2.9.Petak
sawah dan prasarana lain yang teratul dan rapi di daerah yang sudah mengalami Modernisasi pertanian padi di Jepang telah dimulai sejak lama. Patlu
konsolidasi, bertolak belakang dengan keadaan sebelumnya. Gbr.2.10 (atas) digambarkan sejarah perkembangan hasil tanaman padi, rlarr
Gbr.2.l0 (bawfi) sejarah luas tanaman padi, hasilnyadan daerah yang mengalanri
konsolidasi lahan. Tlampak bahwa hasil padi meningkat sejak 1940 dan konsoliclasi
lahan dimulai sejak tahun 1900. Dan pengurangan lahan sawah terjadi sejak
tahun 1970-an. Pengurangan luas lahan pertanian antara lain diakibatkan olclr
alih tungsi lahan ke sektor non pertanian, terutama industri dan pemukiman.

Historic progress in paddy yield


t/ha
6

s I
4 I
I
2

l'
0
-l
<AD

Area: Mil.ha of paddy f ield


Tracter: Millioni

1;f1 o"dav "t'ea

Clon+oiidat
:

Gbr. 2.10. Progres pertanian Jepang

5.4. Manfaat Konsolidasi Lahan


Gbr. 2.9. Keuclaan Lahan pertanian podi di daeruh pedutarun Susunan irigasi ala Jepang ini telah menjadikan Jepang berhasil dalanr
Jepang ltang suclah'ruengalami konsolidosi dan e b e I um kons o
lida,Y i.
.s
nleningkatkan produksi padinya sehingga pada waktu tertentu melebihi

La-l
Daftar Pustaka
kebutuhan. Selain itu daerah pertanian yang telah mengalami konsolidasi lahan
memperoleh manfaat pula antara lain yaitu: Effendi Pasandaran. 199 l, Irigasi di I ndonesia, Strate gi dan Pengembangan,
. petani dapat mengontrol pemberian air, penggenangan sawah dan pengeringan LP3ES.
sawahnya; hal ini dimungkinkan karena setiap petak sawah independen dalam Erman Mawardi. Drs. Dipl. AlT. 1992.Kemajuan Jepang di Bidang Pangan,
pemasukan air, pengeluaran air dan pengeringannya' Tinjauan terhadap Sistem lrigasi dan Drainase, Laporan teknis, Tidak
. setiap petak sawah dapat diairi secara serentak, dikeringkan secara teratur diterbitkan.
dan dapat diairi kembali dalam waktu yang singkat'
Hardi Prijono. September 1991. Irrigation Management in Indonesia.
o petani dapat mengolah sawahnya langsung tanpa menunggu giliran pemberian
DGWRD, Ministry of Public Works, Indonesia, 4th Seminar on the
air karena pemberian air sistem satu kali pakai.
Development of Appropriate Technology, The Japanese Institute ol'
o tanaman selain padi dapat pula dipilih karena sistem pembuangan aliran air
Irrigation and Drainage, Tokyo, Japan.
yang memadai dan cukup baik; tanaman selain padi ini atas permintaan
pemerintah dan petani memperoleh subsidi (bila menanam selain padi) karena Hisao Negishi. No. l6 Juli 1986. Consolidationof FarmlandConditionin
keadaan yang sudah kelebihan produksi (over production)' Paddyfields, Journal of Irrigation Engineering and Rural Planning,
o pengeringan sawah selama lebih kurang seminggu di awal Agustus yang The Japanese Sociaty of Irrigation Drainage and Reclamation Engi-
iir"trt dengan Nakaboshi dapat dengan mudah dilakukan; pengeringan neeri ng.
sawah ini dimaksudkan antara lain untuk membatasi pertumbuhan anak padi Japanese Society of Irrigation Drainage and Reclamation Engineering. 1989.
dan untuk memungkinkan sinar matahari masuk ke dalam tanah sehingga Irrigation and Drainage in Japan.
hama dan bibit penyakit dapat dicegah.
Junichi Kitamura. No. 1 January l9B2.Water Utilization forAgricultural
o mekanisasi pengolahan sawah mulai dari penggarapan sampai dengan panen
in Indonesia, Journal of Irrigation Engineering and Rural Plan-
dapat dilakukan karena disediakannya prasalana perhubungan (farm road);
ning. The Japanese Society of Irrigation, Drainage and Reclamation
industrialisasi Jepang telah menyedot tenaga manusia ke sektor tersebut,
Engineering.
sehingga untuk pengelolaan sawah kekurangan tenaga manusia dan untuk
itu diperlukan tenaga mesin. Kaname Ezaki. 1989. Irrigation and Drainage System in Paddyfield
. dengan mekanisasi pengelolaan sawah diperoleh penghematan tenaga dan Regions, The Japanese Society of Drainage and Reclamation Engi-
waktu; sebelum konsolidasi lahan dan mekanisasi pengolahan untuk satu neering.
hektar lahan diperlukan 3000 jam tenagaminusia. Setelah konsolidasi lahan Proyek lrigasi Jawa Tengah. Ditjen. Pengairan. Modul Penataran E &
dengan mekanisasi pertanian untuk satu hektarnya hanya diperlukan 1530 P untuk DPU Propinsi Jawa Tengah (Pengairan). Transparan untuk
jam dengan tenaga mesin. 'fraining.

R. Sarah Reksokusumo. 1975. Dasar-dasar untuk membuat Perencanaan


Teknis Jaringan lrigasi, Jilid III, Bangunan'bangunan, Badarr
Penerbit P.U.
R. Ganda Koesumah. l96L).Irigasi, Penerbit Sumur Bandung.
Soetedjo. Prof. lr. Illid I & 2 Diktat Kuliah.
1969. Pengairan,

Takashi Tauchi. Present and Future Development of lrrigation and


Drainage, Advanced Cultivation, Irrigation and Drainage Technology
in Japan.
Toshisuke Maruyawa. No. l6 Juli 1989. Paddyfield lrrigation, Journitl
of Irrigation Engineering and Rural Planning, The Japanese Society
o1' Irrigation Drainage and Reclamation Engineering.

IT
dari kedua halodi atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi daplr
diseleksi,
* disamping itu ketinggian mercu bendung dari dasar sungai dapat pula
direncanakan.

BENDUNG TETAP UNTUK IRIGASI 2) Kondisi topografi darilokasi bendung; harus mempertimbangkan
aspek yaitu:
beberap:r

r ketinggian bendung tidak terlalu tinggi; bila bendung dibangun di palung

I. PEMILIHAN LOKASI BENDUNG sungai, maka sebaiknya ketinggian bendung dari dasar sungai tidak lebih
dari tujuh meter, sehingga tidak menyulitkan pelaksanaannya.
* trace saluran induk terletak di tempat yang baik; misalnya penggaliannyu
1. Umum tidak terlalu, dalam dan tanggul tidak terlalu tinggi * untuk tidak
Pemilihan lokasi bendung yang dibicarakan yaitu untuk bendung tetap menyulitkan pelaksanaan, penggalian saluran induk dibatasi sampai
permanen bagi kepentingan irigasi. Dalam pemilihan hendaknya dipilih lokasi dengan kedalaman delapan meter, bila masalah ini dijumpai maka
yang paling menguntungkan dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi sebaiknya lokasi bendung dipindah ke tempat lain; catatan untuk
perencanaan, pengamanan bendung, pelaksanaan, pengoperasian, dampak kedalaman saluran induk yang diijinkan sampai tanah dasar cukup baik
pembangunan dan sebagainya. Selain itu dipertimbangkan pula atas beberapa dan saluran tidak terlalu panjang.
alternatif lokasi. Dari beberapa pengalaman dalam memilih lokasi bendung' * penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik clan
tidak semua persyaratan yang dibutuhkan terpenuhi. Sehingga lokasi bendung angkutan sedirnenl sehingga aliran ke intake tidak mengalami gangguan
ditetapkan berclasarkan pelsyaratan yang dominan. Pemilihan lokasi bendung dan angkutan sedimen yang akan masuk ke intake juga dapat dihindari;
agar dipertimbangkan pula terhadap pengaruh timbal balik antara morfologi untuk menjamin aliran lancar masuk ke intake, salah satu syaratnya, in-
sungai dan bangunan lain yang ada dan yang akan dibangun. take harus terletak di tikungan luar aliran atau di bagian sungai yang
lurus dan harus dihindari penempatan intake di tikungan dalam aliran.
2. Pemilihan Lokasi Bendung 3) Kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung; rermasuk
angkutan sedimennya adalah faktor yang harus dipertimbangkan pula dalam
Lokasi bendung pemilihan lokasi bendung yang meliputi:
dipilih atas pertimbangan * pola aliran sungai; kecepatan, dan zrahnya pada waktu debit banjir, sedang
beberapa aspek yaitu:
dan kecil,
1) Keadaan topografi dari
re n(: 0na dtte rah i ri gct,s i
r kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan kecil,

(Gbr.3. I . 1) yang akan


* tinggi muka air pada debit banjir rencana,
diairi:
* potensi dan distribusi angkutan sedimen.
Bila persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dipertimbangkan pembangunan
* dalam hal ini semua
bendung di lokasi lain misalnya di sudetan sungai atau dengan jalarr
rencana daerah irigasi
membangun pengendalian sungai.
dapat terairi, sehingga
harus dilihat elevasi 4) Kondisi tanah fundasi; bendung harus ditempatkan di lokasi dimana ranah
sawah tertinggi Yung fundasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang
akan diairi, harus dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan, potensi gerusan karena

* bila elevasi sawah ter- Gbr. 3.1.1 arus dan sebagainya; secara teknik bendung dapat ditempatkan di lokasi
tinggi yang akan diairi Keadaan topografi bendung SumPur sungai dengan tanah fundasi yang kurang baik, tetapi bangunan akan
telah diketahui maka membutuhkan biaya yang tinggi, peralatan yang lengkap dan pelaksanaan
elevasi mercu bendung yang tidak mudah.
dapat ditetapkan,

77
5) Biaya pelaksanaan; beberapa alternatif Iokasi harus dipertimbangkan; yang r adakalanya perlu penyeberangan saluran induk di atas palung sungai asli.
selanjutnya biaya pelaksanaan dapat ditentukan dan cara pelaksanaanya, Penempatan bendung langsung di palung sungai sebaliknya dari hal <li
peralatan dan tenaga. Biasanya biaya pelaksanaan ditentukan berdasarkan atas; yaitu pelaksanaan pekerjaan akan terganggu oleh musim banjir, perlu
pertimbangan terakhir. Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau pula dari segi pekerjaan pengeringan yang berat, dan perlu perlengkapan bendung untuk
biaya yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit. memeratakan aliran menuju bendung seperti pengarah arus dan sebagainya.
6) Faktor-faktor lain; yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi Tetapi tidak diperlukan tanggul penutup sungai, dan saluran induk akan berada
bendung yaitu penggunaan lahan di sekitar bendung, kemungkinan di tanah asli, tidak di atas tanggul penutup sungai.
pengembangan daerah di sekitar bendung, perubahan morfologi sungai, Thta letak yang tepat; untuk sudetan bergantung kepada berbagai fakt.r
daerah genangan yang tidak terlalu luas dan ketinggian tanggul banjir. seperti keadaan geotek, topografi dan sebagainya. Dalam pengaturan alur.
sudetan dan tata letaknya beberapa hal harus dipertimbangkan pula yaitu:
3. Penempatan bendung di sudetan sungai r pelubahan morfologi sungai diusahakan sesedikit mungkin,
I penurunan dasar sungai/sudetan di hilir bendung akan terjadi sehingga
Penempatan penentuan kedalaman koperan bangunan/ bendung harus dipertimbangkan
bendung yang dulu dikenal
Tanggul penutup
terhadap hal ini.
hanya di palung sungai, kini
telah berkembang untuk
ditempatkan di sudetan
4. Contoh Penempatan Bendung di Sudetan
sungai (Gbr. 3.1 .2). Belokan sungai Sungai
Berpuluh-puluh bendung 1) Bendung Indrapura di Batang rndrapura, sumatera Barat (Gbr.3.I.3)
ditempatkan di sudetan Bendung ditempatkan di sudetan sungai sebelah kanan palung sungai. Untuk
sungai sejak tahun 797}-an, mengalihkan aliran sungai dari palungnya ke suderan diperlukan tanggul
sehingga diperoleh penutup yang cukup panjang di bagian kiri bendung. Tanggul banjir
pengalaman dan diketahui ditempatkan di bagian kanan bendung. Bangunan pengarah arus ditempatkan
untung ruginya. Sudetan di bagian kiri bendung menerus dari tembok pangkar kiri ke arah udik, yang
sungai yaitu saluran yang
Sudetan sungai
dibuat untuk memindahkan sa ^o
aliran sungai dari palung
aslinya. Dapat dibuat di
daerah yang tidak pernah
Gbr.3.1.2. Bendung di sudetan
tersentuh aliran air atau
pada sudetan sungai.
Keuntungan bendung ditempatkan di sudetan sungai yaitu:
* memudahkan pelaksanaan bendung tanpa gangguan aliran sungai, dan tidak
perlu terburu-buru karena gangguan musim,
* arah aliran menuju bendung dan ke hilirnya akan lebih baik,
* untuk mendapatkan tanah fundasi yang lebih baik,
r penempatan lokasi intake, kantong sedimen dan saluran akan lebih baik.
Namun akan dijumpai pula kesulitannya yaitu:
* harus dibuat tanggul penutup sungai, yang kadangkala cukup tinggi dan
berat,
r diperlukan pula bangunan pengelak khusus dalam pelaksanaan pembuatan
tanggul penutup tersebut. Gbr. 3.1.3, Bendung Indrctpura di sudeten sungai lnclrapura

f----l f'r" I
gunanya untuk menghindarkan aliran deras sepanjang tubuh tanggul penutup.
Saluran induk kiri terletak antara sungai dan sudetan di bantaran sungai
II. BENDUNG PELIMPAH
.
kiri, sehingga tidak memerlukan bangunan silang. Tanggul penutup yang
cukup panjang, tanggul banjir. galian sudetan, dan tembok pengarah arus
1. Pengertian
yang agak berat merupakan hal yang serius. Tetapi atas berbagai Menurut Standar Tata cara perencanaan Umum Bendung, yang
pertimbangan, lokasi di sudetan ini yang dipilih. diartikan dengan bendung odarohsuatu bangunan airdengan kerengkapu, yrrg
Arah aliran utama dari udik menuju bendung pada saat debit banjir desain dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan
cukup merata, karena bendung terletak di sudetan di hilir tikungan sungai. taraf muka air atau untuk mendapatkan tinggi terjun, sehingga air dapat
oouaup
Hal ini memberikan pengaruh positif terhadap intake yakni menghilangkan dan dialirkan secara gravitasi ke tempat yang membutuhkannya. Sedangkan
gangguan penyadapan aliran. Dan terhadap bangunan peredam energi yaitu bangunan air adalah seriap pekerjaan sipil yang dibangun di badan
sungai
tidak menimbulkan penggerusan setempat yang dalam. untuk berbagai keperluan.
Bendung tetap adalah bendung yang terdiri dari ambang tetap, sehingga
2) Bendung Mentawa di Sungai Mentawa, Sulawesi Tengah (Gbr. 3.1.4)
muka air banjir tidak dapat diatur elevasinya. Dibangun u-r*ryu di
Pilihan lokasi bendung sebagai alternatifadalah di sudetan sungai di bagian sungai-
sungai ruas hulu dan tengah.
kanan alur sungai. Diperlukan tanggul penutup sungai yang cukup panjang
dan tinggi di bagian kiri. Dan pengarah arus di kedua sisi bendung. Juga Bendung berfungsi antara lai, untuk meninggikan taraf muka aiq
agar air sungai dapat disadap sesuai dengan kebutuhan dan untuk
diperlukan bangunan silang untuk menyeberangkan saluran induk kiri. Atau mengendalikan
aliran, angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan
saluran induk berada di atas tubuh tanggul penutup, yang dikhawatirkan
secara aman, efektif, efisien dan optimal.
menimbulkan kebocoran dan dapat membahayakan stabi[itas tanggul
penutup. Arah sudetan terhadap sumbu sungai cukup baik sehingga arah Bendung sebagai pengatur tinggi. muka air sungai clapat dibedakan
aliran utama menuju bendung dapat diusahakan menjadi merata dan fron- menjadi bendung pelimpcth dan bendung gerctk. Dalam buku ini yang
tal. Pelaksanaan bendung akan lebih mudah dan lebih tenang karena berada dibicarakan adalah bendung pelimpah yang terbuat dari pasangan batu.
Bendung
di tempat kering dan tidak terganggu oleh aliran banjir. pelimpah yang dibangun melintang di sungai, akan memberikan
tinggi air mini-
mum kepada bangunan intake untuk keperluan irigasi. Merupakan penghalang
selama terjadi banjir dan dapat menyebabkan genangan di udik
bendung.

Vhr!ry.^t i
P s-j,,
ffi p."
I l*"
f,:l ruprq
P r"orr*r"r,

Gbr. 3.1.4. Bendung Mentawa di Sudetan Sungai Mentawa Gbr. i.2.1. Bendung Langla cli S. Cilangt{t D.l padiwaray
Ths ih nalaya, J awa Bct ra t.

l- x_l
Bendung pelimpah terdiri dari antara lain tubuh bendung
dan mercu . bendung kembang-
yang berfungsi untuk
bendung. Tubuh bendung inerupakan ambang tetap kempis,
meninggikan taraf muka air sungai. Mercu bendung berfungsi
untuk mengatur o bendung bottom intake.
tinggi
tinggi air minimum, melewatkan debit banjir, dan untuk membatasi Ditinjau dari segi
genangan yang akan terjadi di udik bendung' sifatnya bendung dapat pula
' Narna bendung;untuk penyebutan suatu bendung' yang biasanya diberidi dibedakan:
nama sama dengan nuilu ,rrgui atau sama dengan
nama kampung atau desa o bendung permanen seperti
sekitar bendung tersebut. Misalnya bendung yang terletak di sungai cilangla, bendung pasangan batu,
maka bendung diberi
karena nama sungai di tempat bendung itu sungai cilangla beton, dan kombinasi
bendung Langla (Gbr. 3.2.1). Atau Bendung Danawarih
di Sungai Gung; beton dan pasangan batu,
nama
diberi nama sama dengan kampung di sekitar bendung tersebut
yaitu kampung o bendung semi permanen
Gbr.3.2.4
Danawarih. seperti bendung bronjong.
cerucuk kayu dan sebagainya (Gbr.3.2.4),
2. Klasifikasi Bendung o bendung darurat; yang dibuat oleh masyarakat pedesaan seperti bendung
B endun g berdasarkan .fun g s iny a dapat dikl asifikasikan
menj adi : tumpukan batu dan sebagainya.
. bendung penyadap; digu-
3. Tata Letak Bendung dan Perlengkapannya
nakan sebagai PenYadaP
aliran sungai untuk ber- Bendung tetap yang terbuat dari pasangan batu untuk keperluan irigasi
bagai kePerluan sePerti terdiri atas berbagai komponen yang mempunyai fungsi masing-masing.
untuk irigasi, air baku dan Komponen utama bendung itu yakni : (lihat skema komponen bendung tetap)
sebagainya (Gbr. 3.2.2), . tubuh bendung; antara lain terdiri dari ambang tetap dan mercu bendung
o bendung Pembagi banjir; dengan bangunan peredam energinya.
dibangun di Percabangan . bangunan intake; antara lain terdiri dari lantai/ambang dasar, pintu, dinding
sungai untuk mengatur banjir, pilar penempatan pintu, saringan sampah, jembatan pelayan, rumah
muka air sungai, sehingga pintu dan perlengkapan lainnya.
terjadi Pemisahan antara Gbr.3.2.2
bangunan pembilas; dengan undersluice atau tanpa undersluice, pilaL
debit banjir dan debit penempatan pintu, pintu bilas, jembatan pelayan, rumah pintu, saringan
rendah sesuai dengan batu dan perlengkapan lainnya.
kapasitasnYa, bangunan perlengkapan lain yang harus ada pada bendung antara lairr
. bendung Penahan Pasang; yaitu tembok pangkal, sayap bendung, lantai udik dan dinding tirai, pengarah
dibangun di bagian sungai arus tanggul banjir dan tanggul penutup atau tanpa tanggul, penangkap
yang dipengaruhi Pasang sedimen atau tanpa penangkap sedimen, tangga, penduga muka air, dan
surut air laut antara lain sebagainya.
untuk mencegah masuk- Pengaturan penempatan bagian-bagian bendung tersebut, sedemikian
nya air asin (Gbr. 3.2.3). rupa sehingga dapat memenuhi fungsinya. Dewasa ini tata letak bendung tetap
Berdasarkan t iPe dari pasangan batu umumnya telah tertata dengan baik dan dapat dijadikan
struktnrnl,a bendung daPat sebagai standar. Penataanini diperoleh dari berbagai pengalaman dalanr
dibedakan atas: mendesain bendung terutama sejak tahun 197}-an. Yang paling penting dalanr
o bendung tetaP, menempatkan bagian-bagian bendung ini yaitu bangunan intake dan pembilas
o bendung gerak, selalu terletak berdampingan dan menjadi satu kesatuan. Bangunan tubuli
. bertdung kombinasi. Gbr.3.2.3
bendung ditempatkan tegak lurus aliran sungai dan pilar pembilas (Gbr. 3.2.5).
bangunan pembilas menuju tubuh bendung, sehingga akan mengurangi jurnlah
angkutan sedimen dasar masuk ke intake.
Tembok pangkal; diletakkan di kedua pangkal tubuh bendung yang
umumnya dibuat dengan bentuk tegak; adakalanya lurus atau membuka kc
arah hilir. Dan berfungsi sebagai penahan tanah, pencegah rembesan samping
pangkal jembatan, pengarah aliran dari udik dan sebagai batas bruto bendung.
Tata letak bendung gaya lama; pengaturan tata letak bendung gaya
lama contohnya pada bendung tua, bendung Glapan di Kali Tuntang, Jawa
Tengah. Dirancang oleh ahli teknik Belanda dan dibangun sekitar tahun lU-53
(Gbr. 3.2.6).
Pengaturan tata letak bendung yang tidak lajim, yang dijumpai pada
bendung ini yaitu:
( I ) sumbu bendung ditempatkan tidak tegak lurus arah aliran sungai,
(2)bangunan intake, tidak dibagian sisi bendung tapi jauh di udik bendung
yang tidak merupakan satu kesatuan dengan bendung,
(3)pintu intake diletakkan di voorkanaal,
(4) bendung tanpa bangunan pembilas.
Gbr. 3.2-5. Tata letak bendung tetap Sekalipun bendung ini tata letaknya tidak ditempatkan seperti apa yang
kita jumpai sekarang ini dan telah berumur lebih dari 100 tahun, namun bisit
Selanjutnya, pengaturan tata letak bendung dan perlengkapannya dan berfungsi dengan baik dan dengan berbagai masalahnya.
diuraikan seperti berikut: (lihat Gbr. 3.2.8.d) Masalah utama pada Bendung Glapan yang dibicarakan tahun 1975
Tirbuh bendung; diletakkan kurang lebih tegak lurus arah aliran sungai antara lain yaitu terjadinya kesulitan penyadapan air ke intake, akibat adanya
saat banjir besar dan sedang. Maksudnya agar arah aliran utama menuju
bendung timbunan endapan sedimen di voorkanaal. Masalah lain yaitu masuknya
dan yang keluar dari bendung terbagi merata. Sehingga tidak menimbulkan angkutan muatan sedimen ke intake dan saluran induk dengan jumlah yang
puruiur-puraran aliran di udik bangunan pembilas dan intake. Pusaran aliran relatif besar.
ini dapat menimbulkan gangguan penyadapan aliran ke intake dan pembilasan Mengatasi masalah itu dilakukan dengan cara; meniadakan voorkanaal
sedimen. Bila aliran utama yang keluar dari bendung ke hilir tidak merata, di udik pintu-pintu intake, sehingga tidak terjadi endapan sedimen di daerah
maka akan dapat menimbulkan penggerusan setempat di hilir bendung lebih ini; membentuk tikungan luar aliran sungai mulai dari udik intake dan di mulut
dalam di satu bagian dari bagian lainnya' intake sampai menuju bendung, sehingga angkutan muatan sedimen dasar yang
Intake; selalu merupakan satu kesatuan dengan bangunan pembilas akan masuk ke intake dapat dikurangi. Gambar desain penanggulangan ini
dan tembok pangkal di udiknya. Biasanya diletakkan dengan sudut pengambilan dikerjakan oleh DPMA (1975) berdasarkan hasil uji model fisik di laboratorium
arah tegak lurus (90') atau menyudut (45"-60') terhadap sumbu bangunan bilas. luar Ciparay. Pada gambar tampak bagian voorkanaal telah dipotong. Bentuk
Diupayakan berada di tikungan luar aliran sungai, sehinpa dapat mengurangi tebing sungai kanan dari udik menuju intake dan ke hilirnya telah streamline.
sedimen yang akan masuk ke intake. Ditinjau dari segr'oiidraulik penempatan Tebing sungai kanan diberi perkuatan dari pasangan beton dan kakinya diberi
intake yang tegak lurus terhadap sumbu bangunan pembilas lebih baik perlindungan dari bronjong dan tiang pancang besi baja.
dibandingkan dengan intake yang arah sumbunya menyudut'
Bangunan pembilas; selalu terletak berdampingan dan satu kesatuan
dengan intake, di sisi bentang sungai dan bagian luar tembok pangkal bendung'
Dan bersama-sama dengan intake, dan ternbok pangkal udik bendung yang
diletakkan sedemikian rupa dapat membentuk suatu tikungan luar aliran
(heli-
coidal flow). Aliran ini akan melemparkan angkutan sedimenke arah luar intake/

f3s I
- SUMSU &E!IOUN6 TII}AK Pelimpah lurus (Gbr.
IT6AX LURU' AITAH &LINAN
3.2.1.a) umumnya banyak
BEilOUllG GELAPATTI digunakan dan dikembangkan
untuk bendung tetap. Diba-
ngun melintang di palung
sungai dan tegak lurus antara
tembok pangkal dan pilar
pembilas bendung. Mengarah
tegak lurus terhadap aliran
utama sungai. Aliran sungai
yang keluar dari bendung ke
hilir akan merata dan tidak
terkonsentrasi pada satu bagi-
an, sehingga penggerusan se-
tempat di hilir bendung tidak Gbr.3.2.7.b
terpusat pada suatu tempat. Bentuk pelimpah bendung lengkung

Pelimpah lengkung (Gbr.3.2.7.b dan 3.2.7.c); adalah alternatif lain


OII(Uf,AS BERDASARI(AN dari bentuk lurus. Bentuk ini tidak banyak dijumpai dan dibangun sebelum
ITOOEL TESr OPMA
{ iuthur h<,r.strtnhtr datt lrl0.F:369 Ttl.lgT$ tahun 1970-an. Dijumpai antara lain pada bendung-bendung Cisokan, Cianjur,
Gbr. 3.2.6. Tata letak Bendung Glupan, K. Tuntang, Jawa Tengah Cibongas, Bogor, Cumulu, Tasikmalaya. Lengkungan pelimpah berbentuk
cembung mengarah ke udik. Jarak lengkungan biasanya sekitar l/10 s.d 1/20
dari lebar bentang.
4. Bentuk Bendung PelimPah Bentuk ini akan melimpahkan aliran sungai lebih besar dibandingkan
dengan bentuk lurus karena bentangnya lebih panjang. Umumnya dibangun di
Bendung untuk melim- daerah dasar sungai dari jenis batuan keras sehingga penggerusan setempat
pahkan aliran sungai tubuh hilir bendung tidak perlu dikhawatirkan.
bendungnya harus kuat dan
stabil. Untuk itu bentuk tubuh
bendung bagian udiknya dapat
dibuat tegak atau miring,
sedangkan bagian hilirnya
dengan kemiringan. Arah
penempatan pelimpah bendung
umumnya tegak lurus terhadaP lO o l/20B
aliran sungai. Selain bentuk
lurus pelimpah bendung daPat
pula berbentuk lengkung,
gergaji, bentuk U, < , dan
sebagainya seperti uraian Gbr.3.2.7.c
berikut. Gambar bentuk pelimpah bendung
Gbr.3.2.7.a

f3? I
Pelimpah bentuk lain
dibuat dengan maksud-maksud
tertentu. Pelimpah bentukU ini
dijumpai antara lain pada
bendung yang terletak di tengah
kota Tasikmalaya. Antara lain
dimaksudkan agar dapat me-
limpahkan aliran sungai dari
sisi yang lain, karena di udik
bendung terdapat percabangan
sungai (Gbr. 3.2.8.a).
Gbr. 3.2.8.a
Gbr. 3.2.8.d. Denah pelimpah bentuk gergaji
dijumpai pada bendung Karang
Talun di K. Progo, Yogyakarta. Kapasitas pelimpahan akan menjadi jauh lebih besar dan dapat
Semula di tempat ini hanYa dikembangkan di daerah pedataran untuk mengurangi daerah genangan banjir
terdapat free intake. Kemudian di bagian udik bendung.
dibangun bendung Komponen Bendung Tetap
(Gbr.3.2.8.b). Untuk Penye- Komponen Bendung tetap terdiri atas lima bagian utama seperti
suian letak mulut intake, arah diilustrasikan pada skema berikut dan perhatikan pula Gbr. 3.2.8.e.
aliran utama sungai dan
Maac! banduig
penempatan bendung maka TUBUH BENDUNG Ambono latoD
ditata penempatannya sede- E Paradom cnrr0i don bono.
trngffon
mikian. Ambang pelimPah Plnlu-plnlu
yang pendek di bagian kiri Gbr.3.2.8.b F Olrdlhg b6jlt

tadinya dirancang untuk INTAKE fL Soainoon tompoh


Ambong &.d

penempatan Pembilas. TetaPi


L Jffbolon paloyonm
Atop pallndung
berdasarkan hasil penYelidikan
di laboratorium DPMA dan Plnru-phru
Prnblloa bowoh/und6alil@
diskusi dengan konsultan BANG. PEMBILAS E Sorln9on botq b69kh
Jambolo, paloyon
kemudian desain asli diubah Botot rtol
menjadi bentuk sekarang, BENDUNG
TETAP
E Ale pcllndun!

dimana bendung tanpa f-


T.mbor pogiol
pembilas tetapi memPunYai F- T.mDor royop qdlt a nnk
aonro,udtdndhding rkol
kantong sedimen yang cukuP BANG. PERLENGXAPAN
l-
Rcngoron orur
I
efektif. F Tonqqul bonirr /toncel 9.nuto9
| muro oh
Pelimpah trentuk I -""ndugo
Lo,o, u*u, o.ou

gergaji (Gbr. 3.2.8.c dan L ,,.,Jr,,on looo


f ronoeo
3.2.8.d), bentuk PelimPah lain Gbr.3.2.8.c Lo, o

yang dikembangkan Yaitu Konlonq cnd@on

bentuk pelimpah gergaji atau pelimpah bergigi. Telah dibangun antara lain l--
- pntu oouuos
PENANGKAP SEDIMEN 1

Solwon Fhbllor
pada bendung-bendung Ciwadas, Karawang dan Tami di Papua' L hrorc /Fnoombil
",nr,
5. Mercu Bendung
5.1 Definisi dan fungsi
Mercu bendung yaitu bagian teratas tubuh bendung dimana aliran dari
J udik dapat melimpah ke hilir. Fungsinya sebagai penentu tinggi muka air mini-
mum di sungai bagian udik bendung; sebagai pengempang sungai dan sebagai
L
pelimpah aliran sungai. Letak mercu bendung bersama-sama tubuh bendung
U> diusahakan tegak lurus arah aliran sungai agar aliran yang menuju bendung
terbagi merata.

5.2 Bentuk mercu bendung


Bentuk mercu bendung
tetap (Gbr. 3.2.9), y aitu:
(------1 . mercu bulat dengan satu
jari-jari pembulatan,
. mercu bulat dengan dua
ffi I lj ffi
.
jari-jari pembulatan,
merclr tipe Ogee, SAF, dan
o mercu ambang lebar.
Bentuk mercu bendung
yang Iazim digunakan di Indo-
nesia yaitu bentuk mercu bulat.
Hal ini dikarenakan:
o bentuknya sederhana
sehingga mudah dalam
pelaksanaannya,
. mempunyai bentuk mercu
yang besar, sehingga lebih
tahan terhadap benturan
batu gelundung, bongkah
dan sebagainya.
J . tahan terhadapgoresanatau
YI abrasi, karena mercu
o x
El (,
I 2z bendung diperkuat oleh
Yi UJ
ol F o- pasangan batu candi atau
fl Bentuk mercu Ogee
Il<l \.. a beton.
>l
<l
. pengaruh kavitasi hampir tidak ada atau tidak begitu besar asalkan radius
,,L mercu bendung memenuhi syarat minimum yaitu 0,7 h < R < h.
Bendung bermercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan koefisien bendung ambang lebar. Karena itu
Gbr. 3.2.8.e. Komponen bendung tetap diilustrasikan pada gambar bendung berambang lebar hampir tidak digunakan lagi pemakaiannya. Koefisien
pengaliran dari mercu tersebut dapat dipelajari pada Standar Perencanaan dimana: k = tinggi kecepatan aliran
Irigasi; KP 02. Khusus untuk bendung bermercu bulat, DPMA telah melakukan h = tinggi muka air di udik bendung
pula studi untuk mempelajari koefisien pengalirannya. Penyelidikan dilakukan m = koefisien pengaliran bendung
di laboratorium hidrolika secara dua dimensi, yang telah memasukkan pengaruh p = tinggi mercu bendung ke dasar sungai
endapan sedimen di udik bendung. Hasil penyelidikan ini dimuat dalam laporan R = jari-jari pembulatan mercu bendung.
DPMA No. P.716.
k= v2/29

g')t 4m
pr( 4m

Gbr. 3.2.9. Bentuk-bentuk mercu bendung,

5.3 Tinggi mercu bendung LANTAI DITINGGIKAN

Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik/


dasar sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam penentuan ketinggian
mercu bendung ini, belum ada rumus atau ketentuan yang pasti. Hanya
berdasarkan pengalaman dengan pertimbangan stabilitas bendung.
Daiam menentukan tinggi mercu bendung maka harus dipertimbangkan
terhadap:
. kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan,
. kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan, Gbr. 3.2.10. Pengaturan tin.ggi ntercu bendung, p, clari lantai uclik
. tinggi muka air genangan yang akan terjadi,
. kesempurnaan aliran pada bendung, 5.4 Panjang mercu bendung
. kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung'
Panjang mercu bendung (Gbr.3.2.ll) atau disebut pula lebar bentang
Tinggi mercu bendung, p, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan bendung, yaitu jarak antara dua tembok pangkal bendung (abutment), termasuk
minimum 0,5 H. Jika, p, lebih tinggi dari 4,00 meter yang biasa terjadi untuk lebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya. Ini disebut panjang mercu bruto.
bendung-bendung dengan lokasi di sudetan maka elevasi dasar lantai udik dapat
Dalarn penentuan panjang mercu bendung, maka harus diperhitungkan
diletakkan lebih tinggi dari dasar sungai. Pengaturan ini dapat dilihat pada
terhadap:
Gbr. 3.2.10. . kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup;
Dalam perhitungan tinggi muka air di atas mercu bendung yang . batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pacra debit
menggunakan rumus Bundschu dan Verwoerd, makaharga-harga, tinggi mercu, desain.
p, dan jari-jari mercu, R, harus ditetapkan terlebih dulu. Karena hal itu akan
Berkaitan den-eart itu paniang mel.cu dapat diperkirakan:
saling terkait. Perhatikan rumus berikut: . samit lebar denean Iebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh altrr'

m= 1,49-0,018tS-*l'
R
t=Azl m2.h3t-!l'
n+p .
(b u t tk ./il Ll cl i s t' h u

umumnya diambil sebesar


rg a ),
l, 2 kali lebar sungai rata-rata, pada liurs strngrri
yang telah stabil.

14, I
pengambilan panjang mercu bendung tidak boleh terlalu pendek dan Bb = panjang mercu bruto dalam meter
tidak pula terlalu lebar. Bila desain panjang mercu bendung terlalu pendek, Ib = jumlah lebar pembilas
akan memberikan tinggi muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya tanggul ,t = jumlah pilar-pilar pembilas
banjir di udik akan bertambah tinggi pula. Demikian pula genangan banjir n - jumlah pilar pembilas dan pilar jembatan
akan bertambah luas. Sebaliknya bila terlalu lebar dapat mengakibatkan profil kp = koefisien kontraksi pilar
sungai bertambah lebar pula sehingga akan terjadi pengendapan sedimen di ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
udik bendung yang dapat menimbulkan gangguan penyadapan aliran ke intake. H = tinggi energi, yaitu h + k;h = tinggi air;k=vzl2g
Panjang mercu bendung efektif; Harga koefisien kontraksi pilar; dapat dipelajari dari Standar
Panjang mercu bendung efektif, Be, yaitu panjang mercu bendung Perencanaan Irigasi, KP-02.
bruto, Bb, dikurangi dengan lebar pilar dan pintu pembilas. Artinya panjang
mercu bendung yang efektif melewatkan debit banjir desain. Panjang mercu
bendung efektif lebih pendek daripada panjang mercu bendung bruto'
Dalam penentuan panjang mercu bendung efektif harus diketahui
bagaimana pintu-pintu pembilas bendung dioperasikan. Sudah merupakan salah
satu ketentuan dalam pengoperasian pintu-pintu pembilas dan intake waktu
banjir harus ditutup. Sehingga tidak ada aliran yang lewat bawah pintu pembilas.
Dan aliran yang melimpah melalui pintu bilas atas tidak semulus dibandingkan
ffil
i_i
dengan aliran yang melimpah melalui mercu bendung. Karena itu kapasitas
melewati atas pintu pembilas biasanya hanya diambil sebesar 80% dari panjang
rencana, untuk mengkompensasi perbedaan koefisien debit dibandingkan Gbr. 3.2.11. Panjang mercu bendung
dengan mercu bendung.
Bendung yang dibangun di jaman pemerintahan Belanda ulnumnya
bagian di atas pintu bilas ditutup oleh dinding banjir, karena itu ticlek ada aliran 5.5 Penentuan Elevasi Mercu Bendung
yang melewati atas pintu. sehingga tidak dapat dihitung untuk melimpahkan 1) Pertimbangan dan kriteria penentuan elevasi mercu
aliran. Kini hampir tidak ada desain bagian atas pintu bilas yang tertlrtup. Elevasi mercu bendung ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan:
Bila bagian atas pintu pembilas terbuka tanpa dinding ban.jir rnaka akan (l) elevasi sawah tertinggi yang akan diairi,
memperbesar kapasitas pelimpah bendung karena air dapat mengttlir melalui (2) keadaan tinggi air di sawah,
atas pintu, yang tertutup selama banjir. Selain itu pembuangan santpi h-sampah (3) kehilangan tekanan mulai dari intake sampai dengan saluran tersier
yang mengapung di udik dapat dilakukan dengan mudah, terlebih bila pintu ditambah kehilangan tekanan akibat exploitasi,
bilas terdiri atas pintu bilas atas dan pintu bilas bawah. Tetapi kele'nriihannya (4) tekanan yang diperlukan agar dapat membilas sedimen di undersluice
benda-benda padat yang hanyut dapat merusakkan bagian-bagian pitrtu. Dan dan kantong sedimen,
angkutan sedimen akan lebih banyak berada di udik pintu bilas yang terzurgkut (5) pengaruh elevasi mercu bendung terhadap panjang bendung untuk
oleh aliran banjir. mengalirkan debit banjir rencana,
Pilar-pilar pembilas bendung, t, dan bila ada pilar-pilar jembata'r yang (6) untuk mendapatkan sifat aliran sempurna.
ditempatkan di atas mercu bendung yang menghalangi pengalirittt hartts Kriteria lain yang harus dipenuhi dalam penentuan elevasi mercu bendung
diperhitungkan terhadap pelimpahan aliran. antara lain yaitu:
Panjang mercu bendung efektif dapat dihitung dengan cara yaittt . harus terpenuhi pencapaian pengaliran air ke seluruh wilayah pengaliran,
o Be=Bb-207oZb-2t . perkiraan respon morfblogi sungai di bagian udik dan hilir terhadap
. Be=Bb-2(nkp+ka)H bendung pada elevasi tersebut,
dimana: . kestabilan bangunan secara keseluruhan, biaya pembangunan, dengan
Be = panjang mercu efektif dalam meter tidak menutup kemungkinan pemilihan lokasi lain.

145 I
2\ Langkah penentuan elevasi mercu bendung
hn.,,
Dalam penentuan elevasi mercu bendung dapat dilakukan langkah kegiatan
sebagai berikut:
(l) ierapkan elevasi sawah tertinggi yang akan diairi; tinggi muka air di
sawah dan di saluran irigasi hingga mendapatkan tinggi muka air di
n
bangunan bagi pertama.
(2) Hitung kebutuhan tinggi tekan untuk mengalirkan air dari intake ke
bangunan ukur dan ke bangunan bagi pertama ke saluran sekunder, tersier
dan sawah dengan memperhatikan kehilangan tekanan akibat gesekan lnto ke
sepanjang saluran.
(3) Hitung kehilangan tinggi tekan pada bangunan ukur dengan
memperhitungkan tipe alat ukur yang dipakai.
(4) Hitung kehilangan tinggi tekan di intake dengan memperhatikan
kehilangan tekanan akibat saringan sampah dan pintu-pintu.
(5) Bila bendung dilengkapi dengan kantong sedimen maka; hitung tinggi
elevasi muka air di awal intake berdaSarkan keadaan aliran untuk
pembilasan sedimen di kantong sedimen.
(6) Filih elevasi muka air di udik intake yang lebih menentukan antara hasil
perhitungan untuk keperluanjaringan irigasi dan hasil perhitungan untuk
keperluan pembilasan sedimen.
(7) Tentukan kehilangan tinggi tekan akibat saringan sampah dan atau Gbr. 3.2.12 Sketsa penentu.an elevasi mercu bendung
saringan batu yang dipasang di udik intake.
(8) Tambahkan tinggi mercu sekurangnya sebesar 0,10 meter, untuk 5.6 Peninggian Mercu Bendung
mengatasi penurunan muka air di udik mercu akibat $elombang yang Pada bendung tua antara lain bendung Jati di Madiun, bendung Cisokan
timbul oleh tiupan angin dan kebocoran di pintu.
di Cianjur dan bendung baru yaitu bendung Gumbasa di Palu, bendung
(9) Evaluasi hasil perhitungan di atas, sehingga pada debit desain tetap teiadi
Banjarcahyana di Jawa Tengah, dijumpai masalah mercu bendung yang kurang
aiiran sempurna.
tinugi. Hal ini menimbulkan dampak yang kurang baik yaitu:
3) Contoh perkiraan penentuan elevasi mercu bendung . penyadapan air terganggu terutama musim kemarau sehingga daerah irigasi
Sebagai contoh penentuan elevasi mercu bendung dilakukan seperti Tabel
lzang diairi menjadi berkurang,
3 berikut. Dan perhatikan pula Gbr. 3.2.12. Hasilnya hanya perkiraan bukan
. tinggi energi yang dibutuhkan kurang, sehingga pembilasan sedimen oleh
sebagai patokan.
undersluice dan di kantong sedimen tidak memadai.
Tabel3. Perkiraan Penentuan Elevasi Mercu Bendung Untuk menanggulangi masalah pada bendung-bendung itu DPMA
Ketinggian menyarankan peninggian mercu bendung yang berdasarkan hasil uji model
No. Ur aian (m)
fisik.. Bendung Jati ditinggikan mercunya 0,80 meter, bendung Cisokan 1,00
1 Sawah yang akan diairi X
2 Tinggi air di sawah 0,10 meter dan telah dilaksanakan di prototipe. Khusus untuk peninggian mercu
!) Kehilangan tekanan; benclung Gumbasa setinggi 0,60 meter tidak dapat dilaksanakan karena terbentur
- dari sal. tersier ke sawah 0,10 mar;"rlah kenaikan muka air yang dikhawatirkan mengganggu fungsi dan
- dari sal. sekunder ke tersier 0,10
kearrranan jembatan jalan negara yang berada tidak jauh cli udik bendung.
- dari sal. induk ke sekunder 0,10
akibat kemiringan saluran 0,15 Peninggian mercu bendung Cisokan memberikan pengaruh yang sangat
- akibat bangunan ukur 0,40 bail,: terhadap pembilasan sedimen yang berada di udik undersluice dan yang
- dari intake ke sal. induk/kantong sedimen 0,20
berrrla di undersluice. sebelumnya sedimen yang masuk ke saluran, jumlahnya
- bangunan lain antara lain kantong sedimen 0,25
san,-Iat tinggi. Dengan penin-qgian mercu bendung dan penyempurnaan bangunan
4 Exoloitasi 0,10
Elevasi mercu bendunq X+1,50m pernbilas dan undersluice, diketahui jumlah sedimen yang masuk ke saluran
sangat jauh berkurang.
III. BANGUNAN INTAKE
Gambar 3.2.13 menun- 1. Definisi dan fungsi
jukkan cara peninggian Bangunan intake adalah suatu bangunan pada bendung yang berfungsi
mercu bendung. Bidang sebagai penyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen serta
miring hilir tubuh menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake. Terletak di
bendung diteruskan ke bagian sisi bendung, di tembok pangkal dan merupakan satu kesatuan dengan
arah udik sampai bangunan pembilas.
dengan elevasi mercu
yang dikehendaki. 2. Tata letak
Sambungan antara Gbr. 3.2.13, Cara peninggian mercu bendung Tata letak intake diatur
bidang yang lama dan sedemikian rupa sehingga
baru harus diperkuat dengan anker sehingga menjadi satu kesatuan. memenuhi fungsinya dan
biasanya diatur seperti berikut:
5.7. Tinggi Muka Air di atas Mercu Bendung (Gbr. 3.2.14) r sedekat mungkin dengan
Tinggi muka air di atas mercu dapat dihitung dengan persamaan tinggi bangunan pembilas (Gbr.
energi - debit, untuk ambang bulat dan pengontrol segi empat yaitu: 3.3. r),
dimana: o merupakan satu kesatuan
dengan pembila^s,
Qo = co zBV 2B gb@ o tidak menyulitkan penya-
dapan aliran, Gbn 3.3.1. Tata letak intake bendung Langla,
Qa = debit desain, mr/det o tidak menimbulkan pengen- di Tasiknrulava, Jawa Barat
Ca = koefisien debit - Co = Co . Cr . C2 dapan sedimen dan turbu-
g = percepatan gravitasi lensi aliran di udik intake.
b - panjang mercu efektif, m Bila hal di atas tidak memungkinkan karena misalnya kebutuhan untuk
H = tinggi energi di atas mercu, m penempatan jembatan, letak terhbok pangkal, dan sebagainya maka tata letak
Dalam penentuan harga koefisien debit, C, lebih lanjut dapat dipelajari intake dapat menyimpang dari itu. Untuk itu pengaturan tata letak intake
pada Standar Perencanaan Irigasi KP. 02. sebaiknya dipelajari dengan uji model hidraulik.
Pertimbangan yang utama dalam merencanakan tata letak intake adalah
kebutuhan penyadapan debit dan mengelakkan sedimen agar tidak masuk ke
intake. Selain itu harus dipikirkan pula kemungkinan pengembangan, kehilangan
tinggi tekan. dan sebagainya.
Berkaitan dengan pengurangan angkutan sedimen ke saluran terutama
fraksi pasir atau yang lebih besar dari itu maka bangunan intake adalah pertama-
tama untuk pengendaliannya. Dalam kaitan ini mulut intake diatur sedemikian
rupa sehingga terletak tidak terlalu dekat dan tidak pula terlalu jauh dan pintu
pembilas. Kalau terlalu dekat dengan pintu pembilas maka pengaliran ke in-
take akan terganggu oleh tembok baya-baya. Dan bila terlalu jauh, bangunan
undersluice akan semakin panjang.
Pengaturan intake dan bangunan pembilas yang dilengkapi dengan
pembilas lurus dapat diperhatikan pada Gbr. 3.3.2. Dalarn pengaturan tata letak
Gbr. 3.2.14. Tinggi muka air di atas mercu bendung intake perlu diperhatikan pula pengaturan letak dan panjang tembok pangkal
dan tembok sayap udik. Ini untuk menghindarkan turbulensi aliran sebanyak
mungkin dan untuk mengupayakan agar aliran menjadi mulus menuju intake. Lantai di udik pintu intake
Pada gambar, diketahui pula bahwa pintu intake diletakkan tepat di hilir
diletakkan sama tinggi dengan
lengkungan tembok pangkal. Pintu diletakkan tidak dilengkungkan dan tidak
bagian atas plat undersluice,
pula terlalu jauh sehingga akan menguntungkan dari segi hidraulik dan struktur. karena ketinggian yang terbatas.

3. Macam intake
Intake biasa (Gbr.
3.3.3.a)l yang umumnya
direncanakan yaitu intake
dengan pintu berlubang satu atau
lebih dan dilengkapi dengan
pintu dinding banjir, dan
perlengkapan lainnya. Gbr. 3.3.3.a

Lebar satu pintu tidak


lebih dari 2,50 m dan diletakkan
di bagian udik. Pengaliran
melalui bawah pintu. Besarnya
debit diatur melalui tinggi
bukaan pintu.
Intake gorong-gorong;
tanpa pintu di bagian udik.
Pintu-pintu diletakkan di bagian
hilir gorong-gorong. Lubang in-
take lebih dari satu dengan lebar
masing-masing lubang kurang
Gbr.3.3.3.b
dari 2,50 m. Dilihat dari arah
sungai/bendung mulut intake
tidak kelihatan karena
tenggelam. Pengoperasian pintu
intake dilakukan secara
mekanis, bila tidak akan sangat
berat. Bentuk intake ini (Gbr.
3.3.3 b) dijumpai di bendung
Karang Talun Yogyakarta.
Intake frontal (Gbr. 3.3.3
c); pada bendung Mejagong di
Jateng. Intake diletakkan di
tembok pangkal, jauh dari
bangunan pembilas/bendung. Gbr.3.3.3.C
Arah aliran sungai dari udik
Gbr.3.3.2. kta letak intake pada bendung.tetaP frontal terhadap mulut intake sehingga tidak menyulitkan penyadapan aliran.
Tetapi angkutan sedimen relatif banyak masuk ke intake, yang ditanggulangi
lsoI ;-,
dengan bangunan sand ejector dan kantong sedimen. Bentuk ini diperoleh Selain itu, bentuk, ukuran,
berdasarkan hasil uji model oleh DPMA (lr. Moch.Memed, dkk). arah, dan tata letak intake pada
Dua intake di satu sisi bendung; dimana pintu intake untuk sisi yang bendung dapat diperhatikan pada
lain diletakan di pilar pembilas bendung. Pengaliran ke sisi yang lain itu melalui Gambar 3.3.3.d. Intake ini terdapat
gorong-gorong di dalam tubuh bendung. Jumlah gorong-gorong dapat dua buah. pada bendung-bendung di daerah
Gorong-gorong yang umum dipakai yaitu yang berbentuk bulat. Tasikmalaya dan Garut, Jawa Barat
bagian Selatan. Ukuran yang
tercantum di gambar diperoleh
berdasarkan pengukuran di
lapangan.

4. Arah intake,
komponen dan
letak bangunan
1) Arah intake terhadap sumbu
n>S.CIMANUK sungai dapat diatur seperti
-d' berikut (periksa Gbr. 3.3.4).
-* . tegak lurus membentuk
sudut kira-kira 90" terhadap
sumbu sungai,
menyudut membentuk Gbr. 3.3.4. Arah intake menvudut tlan
sudut antara 45"- 60'
terhadap sumbu sungai,
keadaan tertentu yang
ditetapkan berdasarkan
hasil uji model hidraulik di
laboratorium.
Arah intake yang tegak lurus
dibandingkan dengan arah yang
menyudut ditinjau dari segi
hidraulik lebih menguntungkan Gbr. 3.3.5. Komponen intake
arah yang tegak lurus terhadap
sumbu sungai.
Komponen utama bangunan intake
terdiri dari (Gbr. 3.3.5).
. ambang/lantai dinding
bangunan tembok sayap,
pintu dan perlengkapannya
serta dinding penahan banjir,
pilar penempatan pintu bila
pintu lebih dari satu buah,
Gbn 3.3.3.d. Ukuran, bentuk, dan tata letak intake pada bendung, jembatan pelayan, Gbr. 3.3.6. Letak intake tlem pentbilas

r---;--l t.:-1
. 0,50 m, jika sungai
rumah pintu,
. mengangkut lanau,
saringan sampah,
1,00 m, jika sungai
. sponeng dan sponeng
mengangkut pasir
cadangan, dan lain-
& kerikil,
lain.
1,50 m, jika sungai
2) Letak intake; harus mengangkut kera-
ditata sedemikian rupa
kal & bongkah,
sehingga berada di
tikungan luar aliran yang
tergantung
keadaan.
membentuk aliran helicoi-
Pada keadaan ini.
dal. Sehingga pada makin tinggi lantai dari
keadaan sungai banjir,
dasar sungai; akan Gbr. 3.3,9, Contoh l.etak lantai intake
angkutan sedimen dasar
semakin baik. Sehing-
yang mendekat ke intake Gbr. i.3.7. Lantai intake dengan ttndersluice
ga pencegahan angkutan sedimen dasar masuk ke intake juga makin baik.
akan terlempar ke p : 0.50 - 1.50 m Tetapi bila lantai intake terlalu tinggi maka debit air yang rersadap menjadi
tikungan dalam menj auhi d! o. 15 -025 m
z 9 0.15 - 0.10 m sedikit. Untuk mengatasi ini perlu membuat intake arah melebar. Agar
intake. Ini dapat n9 0.05 m penyadapan air dapat dipenuhi dan pencegahan sedimen masuk ke intake
membentuk daerah bebas l:o.to m dapat dihindari, maka perlu
endapan di udik intake I
diambil perbandingan ter-
9_
dan menghilangkan gang-
I tentu antara lebar dengan
guan penyadapan aliran. tinggi bukaan. Contoh lantai
Tikungan luar aliran dapat --rv- intake (Gbr. 3.3.9) terletak
Q
dibentuk dengan 0,25 m di atas plat
penempatan tembok undeisluice.
pangkal bendung, pilar-
pilar pembilas, tembok 2) Lebar dan tinggi lubang
sayap bendung dan Dimensi lubang penyadap
Gbr. 3.3.8. Lcuiai intake tanpa undersluice aliran harus ditentukan
sebagainya sedemi kian,
sehingga menjadi deflector (Gbr. 3.3.6). berdasarkan kebutuhan air
maksimum. baik untuk
5. Bentuk dan ukuran hidraulik pemasokan kebutuhan air
l) Lantai intake maupun untuk pembilasan
Lantai intake dirancang datar/tanpa kemiringan. Di hilir pintu lantai dapat sedimen di kantong sedimen
berbentuk kemiringan dan dengan bentuk terjunan sekitar 0,5 m. Lantai (Gbr.3.3.10).
intake bila di awal kantong sedimen bisa berbentuk datar dan dengan kemi- Lebar lubang intake dapat
ringan tertentu. Ketinggian lantai intake, bila intake ditempatkan pada dihitung dengan berbagai
bangunan pembilas dengan undersluice seperti Gbr. 3.3.7 yaitu: rumus pengaliran. dianta-
. sama tinggi dengan plat lantai undersluice, ranya:
. sampai dengan 0,50 m di atas plat undersluice, Q, = Cxbxh'"atau
. tergantung kepada keadaan. Q, - ttxbxa"l2gz
Bila intake ditempatkan pada bangunan pembilas tanpa undersluice (Gbr.. dimana:
Gbr. 3.3.10. Dimensi lubang intake
3.3.8) maka ketinggiannya di atas lantai udik bendung yaitu:

Ts4 I fss I
Qi = debit intake, m3/det
c dan p = koefisien pengaliran, penempatan pilar tersebut di atur sedemikian yaitu:
a = tinggi bukaan lubang, m o bagian awalnya diletakkan agak mundur, sebesar, R; ini agar diperoleh
g = percepatan gravitasi, aliran yang masuk lebih mulus,
z = kehilangan tinggi energi. m o bentuk awal pilar, bulat dan tegak dan atau dengan kemiringan,
Contoh perhitungan: r bagian hilirnya dapat dibuat tegak atau dengan kemiringan.
Diketahui debit intake = 7 ,7 m3/det, Tinggi air, h = 1,20 m. Perbedaan ke- o ketebalan pilar sekitar 0,70 -1,0 m.
tinggian muka air udik dan hilir, z = 0,40 m. Hitung dimensi lubang: Adakalanya arah intake menyudut dan bukaannya lebih dari satu bukaan
maka pengaturan letak bagian awal pilar intake dan pintu-pintunya yaitu
a = c.b.h%;c=1,7
'7,1
= xb x 1,2'/'
1,7 seperti berjenjang.
b = 7,711,1 xl,2h=4r7t2. Bentuk ini dapat
Lebar lubang intake dibuat dua buah dengan lebar masing-masing 2 m2. mengurangi pusaran-
pusaran aliran yang
Catatan; dalam pengambilan harga p atau c yang kurang tepat dapat
akan terjadi di udik
menyebabkan penampang basah intake menjadi kurang memadai, sehingga
pintu dan mengura-
debit intake yang dibutuhkan tidak tercapai. Harga pyang diambil sebesar
ngi endapan sampah
antara 0,80 - 0,90 dan harga c sebesar 1,7 perlu penelitian lebih lanjut
yang mengapung
agar tidak terjadi kesulitan penyadapan aliran. Kapasitas intake hendaknya
serta memudahkan
dirancang lebih besar dari kebutuhan. Misalnya lebih besar dari 120 7o
pembersihan sampah
kebutuhan pengambilan air. Ini dimaksudkan agar lebih fleksibel dan dapat
yang mengapung di
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi kemudian hari.
udik pintu, serta
Lebar lubang intake; bila menggunakan pintu sorong yang dioperasikan aliran yang masuk ke
secara manual, maka besarnya diambil lebih kecil dari 2,50 m untuk satu intake akan jauh
pintu. Bila diinginkan lebarnya lebih besar dari 2,50 m maka harus dibuat lebih mulus (Gbr.
beberapa pintu dengan pilar untuk penempatan pintu. 3.3.11)
Tinggi pintu; atau h 2) Dinding banjir dan
berbanding dengan lebar sponeng; dinding
pintu, b, dapat diambil dengan banj ir diperlukan
perbandi ngan seperti berikut: pada bangunan in-
b:h=1:l atau take. Diletakkan di
b:h=1,5:latau hilir pintu intake.
b:h=2: I Fungsinya untuk
5. Pilar intake dan mencegah aliran
Gbn 3.3.12. Dinding banjir dan sponeng pintu
banjir, masuk ke in-
dinding banjir take mengurangi kecepatan aliran yang menuju intake dalam kaitannya
1) Pilar untuk penempatan sebagai pengendalian pergerakan angkutan muatan sedimen ke intake.
pintu; bila lebar intake lebih
Bahannya dibuat dari beton bertulang dengan ketebalan yang tergantung
dari satu meter maka dari tingginya. Umumnya dengan ketebalan sekitar 0,25 meter. Bagian
diperlukan pilar untuk atasnya disatukan dengan jembatan plat pelayanan yang bentuknya dapat
penempatan pintu. Dalam hal
diperhatikan pada Gbr. 3.3.12 (atas).
intake tegak lurus terhadap
Sponeng pada pilar: diperlukan untuk penempatan pintu dimana ukuran
sumbu sungai maka Gbr. 3.3.11. Penemptttan pintu intake
sponeng {ebih besar dari balok kayu. Sponeng cadangan diperlukan pula
dalam ran\ pemeliharaan (Gb.. 3.3.r2 bawah).
Contoh desain pintu intake
dari bahan kayu dapat
diperhatikan pada Gbr.
3.3.13.
7. Dua intake di
satu sisi
bendung
l) Maksud
Pada beberapa kasus, intake
dirancang di satu sisi
bendung untuk dua daerah
irigasi yang terletak di
kedua sisi bendung.
Seharusnya untuk kedua
daerah irigasi yang terletak
di kedua sisi bendung
tersebut dibangun dua pula
intakenya. Tetapi, bila salah
satu dderah irigasi tersebut
debit pengambilannya
kurang dari satu m3/det
maka intake dapat dibuat di
satu tempat atau satu sisi Ghn 3.3.14. Dua intake di satu sisi
saja. Ini akan menghemat
biaya pembuatan bangunan pembilas, karena hanya dibuat satu buah
bangunan pembilas yang berdekatan dengan intake tersebut (Gbr. 3.3.14).
?) Desain
Desain dua bangunan intake yang ditempatkan di satu sisi bendung diatur
sedemikian, yaitu:
o pintu intake ditempatkan di pilar pembilas (Gbr. 3.3.15),
. gorong-gorong untuk menyeberangkan aliran ditempatkan di dalam
tubuh bendung,
o kecepatan aliran di dalam gorong-gorong diambil sekitar 2,50 mldet
sehinggadapat menghanyutkan sedimen yang masuk ke dalam gorong-
gorong, tetapi tidak pula terlalu tinggi untuk menghindari bahaya
pengikisan,
1{WaT
o hendaknya dirancang pula fasilitas pembilasan sedimen tepat di
Sumber: Sek,ci Hidrolika IJmum, DPMA
pengeluaran gorong-gorong di awal saluran induk,
Gbr.3.3.13. De'sain Pintu KttYu o karena dibutuhkan untuk penempatan pintu intake, maka tebal pilar
pembilas, t> 2 m
t minimum = 1,0 m; t untuk pasangan batu 1,0 m - 2,0 m.
Dua intake di satu sisi

Pinru rnrdx. t,il

4A Ptn?u

Sumber: Seksi Hidrolika Umum. DPMA

Gbr. 3.3.16. Dua intake di sctttt sisi pada benclung Nambo

sorong kayu. UIir pintu diletakkan di dalam sponeng sehingga dapat


mencegah kerusakan akibat tekanan aliran dan sampah. Pintu
Gbr. 3.3.15. Penempatan pintu intake di pilar dioperasikan secara manual . Menurut keterangan petugas,
pengoperasian pintu tidak berat dan cukup mudah diputar naik turun.
3) Contoh penempatan dua intake di satu sisi Di atas pintu dipasang dinding penahan banjir dari pasangan beton
Bendung yang menggunakan sistem penempatan dua intake di satu sisi untuk mencegah masuknya aliran banjir.
bendung dijumpai antara lain pada bendung Nambo di Sungai Comal, Intake kanan; pintu pengambilannya diletakkan pada pilar pembilas.
Jateng (Gbr.3.3.17) bendung Suliti di Batang Suliti, Sumatera Barat Air untuk saluran irigasi dialirkan melalui gorong-gorong yang
(Gbr.3.3.18 atas) dan bendung Canden di Kali Opak, Yogyakarta diletakkan di dalam tubuh bendung. Ini dimungkinkan karena debit
(Gbr.3.3.18 bawah). saluran irigasi kanan relatif kecil yaitu sekitar 500 l/det. Manfaat
a) Intake Bendung Nambo rancangan bentuk ini yaitu biaya bangunan akan menjadi lebih murah,
Bendung Nambo dibangun di S. Comal Jawa Tengah sekitar tahun karena tidak memerlukan bangunan pembilas yang melengkapi intake.
1934. Karena hancur total sekitar tahun 1978 maka bendung ini Juga pengoperasian pintu-pintu akan lebih mudah karena tempatnya
dibangun kembali sekitar tahun 1980. Daerah irigasi berada di kedua menjadi satu kesatuan dengan bangunan intake kiri dan pembilas.
sisi bendung dengan luas di bagian kiri 653 hektar dan kanan 335 Kekhawatiran sistem ini yaitu aliran di dalam gorong-gorong terganggu
hektar. Untuk melayani kedua daerah irigasi ini dibangun intake kiri akibat penyumbatan oleh sedimen. Tetapi kekhawatiran ini tidak perlu,
dan kanan menjadi satu kesatuan dengan bangunan pembilas di bagian karena selama ini tidak terjadi gangguan pengaliran akibat endapan
kiri sisi bendung. sedimen di dalam gorong-gorong tersebut. Menurut keterangan petugas
Intake kiri; arahnya terhadap sumbu sungai tegak lurus membentuk tidak ada endapan sedimen di dalam gorong-gorong. Hal ini diketahui
sudut kira-kira 90'. Lebarnya 1,50 meter. Dilengkapi dengan satu pintu dari pemeriksaan petugas yang masuk ke dalam gorong-gorong tersebut

l-ir I
bendung. Karena debit intake tidak dapat dilayani oleh satu gorong-gorong
maka harus dibuat dua buah seperti tampak pada Gbr.3.3.18 atas dan
tengah.

Gambar bersumber don dikutip dari Seksi Hidrolika Umun, DPMA

Gbr. 3.3.17. Gorong-gorong di dalam tubuh bendung

sekali setahun disaat pengeringan. Upaya menghindarkan terjadinya


pengendapan di dalam gorong-gorong dapat dilakukan dengan'
merencanakan kecepatan aliran sekitar 2,50 mldet. Kecepatan aliran
sebesar ini sudah dapat menghanyutkan pasir dan kerikil halus
seandainya masuk ke dalam gorong-gorong. Selain itu bentuk bangunan
pembilas dengan undersluice di udik pintu intake dan pengoperasian
pembilasan sedimen dapat pula mencegah masuknya angkutan sedimen
dasar ke dalam gorong-gorong.
T[ash rack; dipasang di mulut bangunan intake dan pembilas. Terbuat
dari pipa besi bulat berjarak 20 cm. Dan dipasang seperti bentuk pagar.
Fungsinya untuk mencegah benda padat seperti sampah.jerami, dan
sampah lainnya masuk ke intake. Sampah-sampah yang menyangkut
ke trash rack dibersihkan secara manual oleh petugas bendung.
Bangunan ukur; untuk mengukur besarnya debit ke saluran dipakai
alat ukur tipe Parshal Flume. Diletakkan agak jauh di hilir pintu in-
take. Besarnya aliran diketahui dengan membaca tinggi muka air di
pelskal. Untuk mengatur besarnya aliran petugas harus bolak-balik
mengatur besar bukaan pintu intake dan membaca tinggi muka air di
pelskal. Di bagian udik alat ukur di saluran, dilengkapi dengan sand
ejector dan pintu pembilas. Sehingga sedimen yang terperangkap dapat
dibilas secara hidraulik. Tetapi untuk bagian kanan sedimen yang
terperangkap tidak dapat dibilas seluruhnya. Pengoperasian pembilasan
di bagian ini dilakukan sekali seminggu.

b) Intake Bendung Suliti Gbr.3.3.18. Bentuk gorong-gorong di dalam tubuh bendung untuk
pengaliran aliran ke sisi lain pada bendwtg Suliti S.umatera Barat. Gorong'
Bendung Suliti dibangun di Batang Suliti, Muara Labuh Sumatera Barat.
gorong bentuk bulat sebanyak dua buah (atas). Dua intake di sctttr sisi pada
Bendung ini melayani daerah irigasi di sisi kiri dan kanan bendung. Intake
bendwtg Canden Yogyokarta (bawah). Pirttu intoke ke ,sisi kanan pctdct
untuk melayani daerah irigasi bagian kiri diletakkan di bagian kanan
- ben.dung tersebttt ditempatkan pado pilar pembilas
IV. BANGUNAN PEMBILAS 2) Tata letak
1. Definisi dan Fungsi Tata Ietak bangunan
Bangunan pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang pembilas undersluice diatur
terletak di dekat dan meniadi satu kesatuan dengan intake. Berfungsi untuk seperti berikut:
menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi angkutan o rr€fuPskan satu kesatuan
muatan sedimen layang masuk ke intake. dengan bangunan intake,

Bangunan pembilas dirancang pada bendung yang dibangun di sungai


o pintu pembilas diletakkan
dengan volume angkutan muatan sedimen dasar relatif besar, yang segaris dengan sumbu
bendung,
dikhawatirkan mengganggu pengaliran ke intake. Tinggi tekan yang cukup
diperlukan untuk efektivitas pembilasan sehingga penentuan elevasi mercu
. bangunan diletakkan di sisi
luar tubuh bendung dekat
bendung perlu mernpertimbangkan hal ini. Selain itu perlu pula diusahakan
tembok pangkal, arahnya
pengaliran dengan sifat aliran sempurna melalui atas pintu bilas. Juga harus
tegak lurus sumbu bendung,
mempertimbangkan tidak akan mengakibatkan penggerusan setempat di hilir
bangunan yang akan membahayakan bangunan.
r mulut undersluice meng-
arah ke udik bukan ke arah
2. Sistem Kerja Pembilas dengan Undersluice samping,
Sistem kerja pembilas dengan undersluice bila dioperasikan yaitu: Tata letak bangunan
r aliran sungai dari udik menuju bangunan akan terbagi dua lapis oleh plat pembilas shunt undersluice
undersluice, diatur seperti berikut:
. aliran sungai lapisan atas yang relatif tidak mengandung sedimen dasar . satu kesatuan dengan
mengalir ke intake, bangunan intake,
. aliran sungai di lapisan bawah bersama-sama dengan sedimen dasar . ditempatkan di bagian luar
mengalir dan masuk ke lubang undersluice, yang akhirnya terbuang ke tubuh bendung dan atau di
hilir bendung melalui pintu bilas. luar tembok pangkal
. pembilasan dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu sehingga menda- bendung,
patkan kedung daerah bebas endapan di udik dan mulut intake/undersluice. . mulut undersluice meng-
arah ke samping bukan ke
3. Macam Bangunan dan Tata Letak arah ud'ik,
1) Macam bangunan e pilar pembilas berfungsi
Bangunan pembilas dapat dibedakan menjadi: sebagai tembok pangkal.
. tipe konvensional tanpa undersluice,
. tipe undersluice dan shunt undersluice. 4. Komponen dan
Bangunan pembilas konvensional terdiri dari satu dan dua lubang pintu. Bentuk
Umumnya dibangun pada bendung-bendung kecil dengan bentang berkisar 20,0 Bangunan
meter dan banyak terdapat pada bendung tua warisan Belanda di Indonesia. 1) Komponen
Bangunan pembilas dengan undersluice banyak dijumpai pada bendung Komponen bangunan
yang dibangun sesudah tahun 1970-an, untuk bendung irigasi teknis. Ditempat- pembilas undersluice lurus
kan pada bentang dibagian sisi yang arafnya tegak lurus sumbu bendung. terdiri dari (Gbr. 3.4.1);
Bangunan pembilas shunt undcfsluice digunakan pada bendung di . undersluice dan per- Gbr. 3.4.1. Bangunan pembilas
sungai ruas hulu, untuk menghindarkan benturan batu dan benda padat lainnya lengkapannya,
terhadap bangunan. o pintu pembilas dan perlengkapannya,
. pilar-pilar penempatan Pintu,
f ds_l
. lantai dengan laPisan tahan aus,
a tembok baY a-baY al guide wall' . tembok penyangga bila lubang tebih dari satu buah'
a jembatan PelaYan, o mulut undersluice,
a rumah pintu, o pintu bilas atas dan bawah,
, sponeng pintu dan sponeng cadangan' . saringan batu dan sebagainYa.
jenis pintu Sorong dari kayu
a tembok Pangkal, Catatan; untuk pintu bilas umumnya dipilih
a tangga dan lain-lain. rangka baja atau plat besi rangka baja'
yattu:
Bangunan undersluice terdiri dari bagian-bagiannya Padabendung-bendungdenganlebarbentangsekitar20meter,dijumpai
a lubang/terowongan' bangunan pembilas tanpa undersluice, hanya terdiri:
a plat undersluice, o pintu bilas dan PerlengkaPannYa,
. pilar pembilas,
o tembok baya-baya dan sebagainya'
Lantaipembilas;yangharustahanterhadapkikisanaliranderasharus
dilapisi dengan lapisan tahan aus yang dapat dibuat dari:
. lapisan batu candi'
. lapisan beton berkualitas tinggi'
2) Bentuk undersluice
lurus dan
Bangunan pembilas dengan undersluice terdiri dari undersluice
shunt undersluice. Dilihat dari bentuk mulut undersluice lurus daPat

dihagi menjadi (Gbr.3.4.2) r

undersluice satu atau dua lubang dengan rnriu, ,"iuirr


. sumbu bendung,
terhadaP sumbu
o undersluice satu lubang atau lebih dengan mulut menyudut
bendung,
.undersluicedualubangataulebihdenganmulutmenyudutterhadapsumbu
bendung.

5. Tata Cara Desain


lokasi
Dalam mendesain bangunan undersluice harus mempertimbangkan
intake. urutan kegiatan
bangunan intake dan merupakan satu kesatuan dengan
dalam menclesain undersluice lurus yaitu:
o tentukan lebar undersluice dengan memperhatikan lebar pintu bilas dan
lebar intake,
. tentukan arah dan letak mulut undersluice,
mulut
. tentukan panjang undersluice dengan memperhatikan bahwa
biasanya
undersluice harus terletak di udik intake; panjang undersluice
berkisar antara 5 -20 m,
r memperhatikan
tentukan letak elevasi plat bagian atas undersluice dengan
elevasi ambang/lantai intake,
. antara 0,20m-0'35m,
tentukan ketebalan plat undersluice; biasanya berkisar
. tentukan tinggi lubang dan elevasi lantai undersluice; biasanya setinggi
Gambar benumber dan dikutip dai Seksi Hidrolika Umum' DPMA 1,50 m.

Gbr.3.4.2.Bentukpembilctsdengantttlilutuncler.;luicemirittgdclnlurus
l-.-
Gambar bersumber dan dikutip dari Seksi Hidrolika Umum, DPMA

Gbr. 3.4.3. Bentuk mulut undersluice miring pada benduttg Singomerto, Jawa
kngah (atas) dan bendung Parigi Sulawesi Tengah (bawah).
Gbr. 3.4.4. Bangunan pembilas dengan tigo lubang dengan clinding battjir
kombinasi pada bendung Cisokan, Cianjur - Jawa Barat (atas) dan
p e mb ilas tanp a unde rsluic e ( b au, ah )
6. Dimensi Bangunan Undersluice a sama tinggi dengan lantai udik bendung,
6.1 Pembilas undersluice lurus a lebih rendah dari lantai udik bendung,
1) Bentuk mulut a lebih tinggi dari lantai udik bendung.
o mulut undersluice
diletakkan di udik
mulut intake de-
ngan arah tegak
lurus aliran
menuju intake
atau menyudut45o
terhadap tembok
pangkal,
(Gbr.3.a.5)
. lebar mulut under-
sluice harus lebih
besar daripada 1,2
kali lebar intake,
o. elevasi bagian atas
plat undersluice
diletakkan sama
tinggi atau lebih Gbr. 3.4.5. Tembok penyangga undersluice
rendah dari pada
elevasi ambang/lantai intake, I.{NTAI LEBTH RENDAH DARI LANTAT UDIX
. lubang dapat terdiri atas dua bagian atau lebih,
. bila lebar mulut bagian udik jauh lebih lebar dari bagian hilir dapat
dipersempit dengan tembok penyangga. l''T - rqr
_J __tlr_i
\_
2) Lebar bangunan
I
. lebar pembilas total diambil 116 1/10 dari lebar bentang bendung,
-
untuk sungai-sungai yang lebarnya kurang dari 100 meter'
,t
. lebar satu lubang maksimum 2,50 muntuk kemudahan operasi pintu'
luntuti uilik
A

dan jumlah lubang tidak lebih dari tiga buah.


3) Tinggi dan panjang undersluice
. tinggi lubang undersluice diambil 1,50 meter; usahakan lebih tinggi I-ANTAT I,EBIIl TINGGI DAR| LAN'IAT UDTI(

dari 1,00 m tetapi tidak lebih tinggi dari 2,00 meter; agar memenuhi
Gambar benumber dan dikutip dari Seksi Hidrotika ltmum, DpMA
ketinggian tersebut lantai undersluice bisa dibuat lebih tinggi atau lebih
rendah daripada lantai bendung, Gbr. 3,4.6. Macam penempatan lantai lubang undersluice
. panjangnya ditentukan bahwa mulut undersluice harus terletak di
bagian udik intake, Ini untuk memperoleh ketinggian lubang undersluice yang berkisar antara
. bentuk lantai undersluice rata tanpa kemiringan. 1,0 m - 1,5 meter.
6.2 Pintu pembilas
4) Elevasi lantai lubang
Macam pintu; dapat dibuat satu pintu atau dua pintu yakni pintu atas
,Elevasi lantai undersluice direncanakan (Gbr' 3.4.6)
dan pintu bawah.
Fungsi Pintu; Pintu Ukuran;
bawah untuk Pembilasan . untuk satu lubanglrtang pintu sorong yang dioperasikan dengan tcrurl.r.rr
sedimen yang terdaPat di dalam' manusia, lebar maksimum 2,50 m. Sedangkan ukuran untuk satu brtkrk
di udik dan di sekitar mulut kayu pintu harus dihitung; biasanya berukuran 0,20 x 0,25 m,
undersluice. Pintu atas untuk . untuk pintu yang dioperasikan dengan mesin dapat dibuat lebih lcbar
menghanyutkan benda-benda dari 2,50 meter tetapi tidak lebih dari 5,0 meter,
padat yang teraPung di udik . ketinggian mercu pintu
pintu. Pengoperasian pintu pembilas ditentukan sama
bawah dengan cara mengangkat tinggi dengan elevasi
pintu, dan Pintu atas mercu bendung atau 0, l0
dioperasikan dengan cara meter lebih tinggi dari
menurunkannya. elevasi mercu bendung;
Jenis pintu; umumnya yang terakhir ini
pintu sorong. Dan hamPir tidak umumnya yang
dijumpai pintu jenis radial. digunakan dan ketentudn
Bahan pintu; dibuat dari
. ini untuk pembilas ianpa
dinding banjir.
balok-balok kayu dengan
kerangka baja. Atau dari Pelat 6.3 Pilar pembilas
baja yang diperkuat dari gelagar Fungsi; pilar pembilas
baja. Pelat perunggu diPasang adalah untuk penempatan d

pada pintu untuk mengurangi pintu-pintu, undersluice dan


gesekan antara Pintu dan perlengkapan lainnya.
sponengnya (Gbr. 3.4.7 ). Bahan; untuk pilar
Dinding banjir; untuk pembilas umumnya terbuat
pembilas dengan undersluice dari tembok pasangan batu;
lurus biasanya tidak dilengkaPi beton bertulang sebagai bahan
dengan dinding banjir, terutama pilar jarang dibuat. Yang
pada bendung-bendung Yang di- dibicarakan disini yaitu pilar
bangun sesudah tahun 1970-an. dari bahan pasangan batu,
Pintu bilas tanPa dinding (Gbr. 3.4.8).
banjir dapat memPerbesar Bentuk; bagian udik
kapasitas pelimPahan debit bulat dengan jari-jari
banjir. pembulatan setengah lebar pi-
Desain; dalam mendesain lar. Bagian hilir runcing Gbr. 3.4.8. Pilar pembilas
pintu, faktor-faktor beri kut harus dengan jari-jari peruncingan
dipertimbangkan; dua kali lebar pilar. Bentuk bagian udik tegak dan berawal dari bagian muka
Gbr. 3.4.7. Pintu bilas besi dan kayu
. berbagai beban Yang beker- "kgpala
bendung. Sedang-kan bagian hilir dengan kemiringan yang dapat diambil
ja pada pintu, dengan perbandingan 1: n.
o alat pengangkat - tenaga manusia atau dengan mesin, Ukuran; lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan 2,00
. sistem kedaP air, dan meter dan sisi bagian dalam antara 1,00 m dan 1,50 m. Panjang pilar tergantung
. bahan bangunan. dari panjang tubuh bendung. panjangjembatan pelayan dan sebagainya.
Penempatanl pilar
pembilas pada undersluice
lurus ditempatkan di bentang
sungai, antara tubuh bendung
dan tembok pangkal bendung.
6.4 Sponeng dan stang pintu
1) Sponeng
Fungsi sponeng; pada
pintu sorong kayu yaitu untuk
menahan tekanan air pada
pintu. Direncanakan sedemi-
kian rupa sehingga masing-
Gbr. 3.4.9. Contoh bentuk pilar pembilas masing balok kayu mampu
menahan beban dan menerus-
kannya ke sponeng.
Ukuran: sponeng pintu
bilas dapat berukuran 0,25 x
0,25 m atat 0,25 x 0,30 m.
Dilengkapi dengan sponeng
cadangan bentuk huruf T pada
bangunan bilas dengan under-
sluice. Selanjutnya contoh
bentuk sponeng dapat diper-
hatikan pada Gbr. 3.4.11.
2) Stang pintu
Fungsi; stang pengang-
kat pintu yaitu untuk meng-
angkat dan menurunkan pintu.
Terbuat dari besi baja bulat Gbr. i.4.ll. Contoh sponeng pintu

dengan diametcr tertentu.


Penempatan; stang pintu ditempatkan di dalam sponeng di luar bukaan
bersih. Keuntungannya; stang pintu tersebut terlindung dari bahaya kerusakan

Bentuk pilar pembilas bagictn hilir (Gbr. 3.4.10.a); stang pintu pembilas
atas dan bawah (Gbr 3.4.10.b); stang pintu masuk ke dalam tembok,
sponeng pintu dan sponen7 cadangan bentuk T (Gbr 3.4.10.c); pintu
bilas dnri bahan besi (Gbr. 3.4.10.d).
Gbr. 3.4.12. Contoh sponen g, pintu dan stang pintu di dalam tembok

I ?5 I
akibat tekanan benda-benda terapung dan tekanan air. Stang pintu yang o pintu bilas harus ditutup
ditempatkan tidak di dalam sponeng, banyak yang rusak sehingga harus diganti. selama sungai banjir untuk
Jumlah stang; sebaiknya stang pintu dua buah yang diletakkan di bagian menghindarkan
dalam di kedua sisi, tidak satu buah di tengah. Bila satu buah pengangkatan penghisapan sampah-
dan penurunan pintu tidak efektif dan akan cepat mengalami kerusakan. sampah dan penyedotan
Plat tembaga/kuningan bukan dari besi padapintu dan tempat berputarnya benda-benda padat lainnya
stang akan meringankan pengoperasian pintu. Pintu lebih mudah diturun dan yang dapat menyumbat
dinaikkan. lubang undersluice,
. tinggi bukaan pintu bilas Gbr. 3.4.14. Rongga di bctwah plat
6.5 Tembok baya-baya
harus diatur sedemikian
Fungsi; tembok baya- sehingga tidak menimbulkan pusaran isap atau menimbulkan bahaya
baya atau guidewall adalah kavitasi.
untuk mencegah angkutan
sedimen dasar meloncat dari
2) Masalah rongga di bawah plat
udik bendung ke atas plat Rongga udara di bawah plat undersluice dapat terjadi bila (Gbr. 3.4.14):
undersluice. Dan sebagai o pintu bilas dibuka penuh,
perletakan plat undersluice . muka air hilir terlalu rendah,
serta sebagai deflector aliran
. tidakterjadi pelimpahan dari mercu pintu bilas.
dari udik. Mengatasi hal di atas dapat dilakukan dengan cara:
Penempatan; tembok . pintu bilas tidak dibuka penuh,
baya-baya ditempatkan me-
. ujung plat bagian udik undersluice dibuat bulat
nerus ke arah udik dari pilar
o pengoperasian pintu diatur sehingga tidak terjadi pusaran isap.
pembilas bagian luar/sisi 6.7 Dinding banjir
bendung. Ditinjau dari keberadaan dinding banjir pada pembilas bendung maka
Bentuk; mengecil ke dapat dibedakan menjadi:
arah udik atau sama besar dari . tanpa dinding banjir (Gbr. 3.4.10 a),
hilir ke udik. Lebar di bagian . dengan dinding banjir.
pangkal sama lebar dengan . kombinasi kedua macam di atas (Gbr. 3.4.4 atas).
tembok pilar. Sedangkan di Manfaat pintu bilas tanpa dinding banjir yaitu:
bagian udiknya dapat dibuat o merTrperbesar kapasitas debit pelimpahan banjir; pintu bilas lazimnya
Gbr' 3'4'13' Tembok baya-baya
setengah dari lebar pilar atau ditutup selagi banjir, sehingga aliran dapat melimpah lewat atas pintu,
sama lebar dengan pilar (Gbr. 3.4.13 atas). o sampah yang terapung di udik pintu bilas dapat dibuang secara hidraulik
.ukuran; tinggi mercu tembok baya-baya diambil antara 0,50 m dan 1,00 dengan mudah, apalagi pembilas yang menggunakan pintu atas dan pintu
m di atas mercu bendung. Panjangnya ke arah udik ditentukan berdasarkan bawah. Cara pembuangan sampah yaitu dengan menurunkan pintu atas.
lebar mulut undersluice, serta tidak menghalangi pengaliran ke intake. Kelemahan pintu bilas tanpa dinding banjir yaitu:
Catatan; tinggi tembok baya-baya pada bangunan pembilas tanpa . dapat merusak pintu dan stangnya waktu banjir, oleh tekanan banjir dan
undersluice, yang mempunyai satu ruangan, dapat diambil sama tinggi atau sampah,
lebih tinggi satu meter di atas mercu bendung (Gbr'3'4.13 bawah)' . juga menimbulkan masalah penumpukan sedimen di udik pintu bangunan
6.6 Pengoperasian Pintu pembilas.
1) Kriteria pengoPerasian Bangunan pembilas umumnya tidak dilengkapi dengan dinding banjir
. tinggi kecepatan aliran di lubang undersluice harus terbatas sehingga kecuali untuk bangunan intake dan bangunan shunt undersluice, maksudnya
tidak merusak lantai undersluice, agar aliran banjir dan benda padat serta sampah tidak masuk ke intake. Dinding
banjir dibuat menerus ke arah atas dari pintu intake, dan dapat disatukan dengan dibangun di sungai torensial. Antara lain pada bendung Kiararambay, bendung
jembatan pelayanan. Bahannya dari beton bertulang dengan ketebalan sekitar Jamblang, Jawa Barat, bendung Nambo di Jawa Tengah, bendung Karaloe di
20 cm. Sulawesi Selatan dan sebagainya.
7. Pembilas Shunt Undersluice (1) Bangunan shunt undersluice Kiararambay
Bangunan pembilas pada bendung Kiararambay ialah bangunan pembilas
1) Pengertian
tipe shunt undersluice (Gbr.3.4.15). Terletak di bagian kiri tubuh bendung
Shunt undersluice adalah bangunan undersluice yang penempatannya di
sebanyak satu lubang. Mulut undersluice mengarah ke arah udik sungai.
luar bentang sungai dan atau di luar pangkal bendung, di bagian samping
Pembilas ini menjadi salah satu kelengkapan pokok bendung dan
melengkung ke dalam dan terlindung di belakang tembok pangkal.
merupakan satu kesatuan dengan intake.
2) Maksud dan manfaatnya Komponen bangunan pembilas terdiri atas pilar pembilas untuk
Bangunan pembilas tipe shunt undersluice dipilih pada bendung-bendung penempatan pintu, pintu pembilas, undersluice, sponeng pintu, boulder
yang dibangun di sungai ruas hulu. Dimaksudkan agar pilar dan bangunan screen, rumah pintu dan sebagainya.
undersluice terhindar dari bahaya benturan batu gelundung dan kayu yang Fungsi bangunan pembilas ini yaitu untuk mencegah angkutan muatan
hanyut sewaktu banjir. Manfaat tambahan tipe ini yaitu kapasitas pelimpahan sedimen dasar dan mengendalikan angkutan muatan sedimen layang masuk
bendung tidak dikurangi oleh adanya pilar pembilas, atau seluruh bentang ke intake. Manfaat penerapan tipe shunt undersluice pada bendung ini
bendung tidak terganggu melimpahkan debit banjir sungai. yaitu:
3) Cara kerja dan kelemahan . untuk menghindarkan terjadinya banturan batu gelundung terhadap
. air yang mengalir sebelum masuk ke intake terbagi dua yaitu bagian struktur, pilar dan pintu pembilas,
atas dan bagian bawah, . seluruh bentang bendung tidak terganggu untuk melimpahkan debit
. lapisan air bagian bawah masuk ke dalam lubang pembilas, banjir.
. lapisan air bagian atas mengalir masuk ke intake, Bentuk bangunan shunL undersluice terlindung di belakang pangkal
. dengan terbagi duanya lapisan air, maka angkutan sedimen dasar yang bendung. Tembok pangkal udik dirancang sedemikian rupa sehingga
bergerak pada lapisan bawah terbuang oleh aliran bagian bawah ke letaknya segaris dengan bagian luar pilar pembilas. Ukuran lubang pembilas
dalam lubang pembilas. 2,0 meter,lebar pilar pembilas 2,0 meter. Tinggi lubang unclcrsluice 1,0
Kelemahan; meter.
lr 'rang diperolehnya efek penggerusan di mulut shunt undersluice yang Boulder screen yaitu bangunan penahan batu dan penahan bencla padat
diakrbatkan oleh aliran helicoidal seperti yang biasa terjadi pada bangunan lainnya yang dipasang di udik shunt undersluice; dengan maksud agar
undersluic, sedimen dan benda padat lainnya serta sampah tidak masuk ke intakc.
4) Bentuk dan ukuran Kompon€-nnya antara lain batang-batang pipa besi bulat vertikal yang diisi
. tinggi lubang; usahakan setinugi 1,50 m dan tidak lebih tinggi dari dengan beton. Dan fundasi dan batang pengikat horizontal untuk
2,00 m dan minimum setinggi I t)0 m, memperkuat batang-hatang vertikal. Batang pengikat horizontal ini
. lebar lubang sekitar 2,00 m, berfungsi pula sebagai .1alan pembersih.
o mulut undersluice mengarah kc arah bendung bukan ke arah udik, Penempatan boulder screen menyudut yang dimulai dari bagian udik pi-
. bentuk, melengkung ke arah luar bendung, lar pembilas ke tembok pangkal kiri. Tata letak bangunan ini bersama-
. tembok pangkal di bagian udik, dirancang sedemikian rupa sehingga sama dengan tembok pangkal udik dan pilar pembilas dapat membentuk
letaknya segaris dengan bagian luar pilar pembilas, tikungan luar aliran (helicoidal flow). Sehingga aliran dari udik bendung
. seyogianya dilengkapi dengan bangunan boulder screen yang membelok ke tengah sungai dan melemparkan angkutan sedimen menjauh
ditempatkan di bagian mulutnYa, dari bangunan.
o urnurnnya dilengkapi dengan dinding banjir yang ditempatkan di hilir Ukuran bersih antara pipa vertikal yaitu 0,20 meter. Diameter batang-
pintu bilas. batang pipa 0, l5 m. Batang pengikat horizontal lebarnya 0,50 meter. Batang
horizontal diletakkan setinggi 1,0 meter di atas mercu bendung atau setara
5) Penerapan bangunan shunt undersluice
dengan muka air banjir sedang. Bentuk batang-batang vertikal dipasang
Bangunan shunt undersluice telah banyak diterapkan pada bendung yang
seperti bentuk pagar. Tidak dipasang batang melintang lainnya di bagian
tengah.
(2) Bangunan shunt undersluice Nambo
Bendung Nambo dilengkapi dengan pembilas tipe shunt undersluice, yang
ditempatkan di sisi tubuh bendung bagian kiri. Tata letaknya merupakan
satu kesatuan dengan intake. Arahnya searah dengan sumbu sungai. Dan
dirancang sedemikian sehingga seluruh bentang bendung tidak terganggu
melimpahkan debit sungai.
Fungsinya untuk mencegah angkutan sedimen dasar dan mengendalikan
angkutan muatan sedimen layang masuk ke intake. Sedimen yang
terkumpul dan berada di udik dan di lantai pembilas dapat dibilas dengan
jalan membuka pintu pembilas bagian bawah.
Shunt undersluice; dengan tinggi lubang 1,50 m panjang plat undersluice
13,50 meter. Mulut undersluice menghadap ke arah samping mercu
bendung bukan ke arah udik seperti biasanya. pilar pembilas bagian ruar
pada Gbr. 3.4.16 di tubuh bendung dengan arah lurus, sedangkan bagian
dalamnya melengkung.
Tembok pangkal di udik mulut undersluice letak dan arahnya segaris
dengan pembilas. Maksudnya agar pilar pembilas terhindar dari benturan
batu gelundung yang hanyut sewaktu banjir.
Pintu pembilas berukuran lebar 2,50 m dan terdiri dari pinru biras bawah
dan pintu bilas atas. Pintu bilas bawah untuk melayani undersluice. Menerus
ke bagian atas pintu bilas terdapat bangunan penahan banjir yang disebut
dengan banjir scherm dan berfungsi sebagai penghalang pengaliran banjir.
Pintu bilas dari jenis pintu sorong terbuat dari balok-balok kayu. Stang
pintu bilas terletak di dalam sponeng tembok, agar tidak mudah rusak
karena benturan benda-benda padat dan tekanan aliran banjir
Lantai pembilas; bagian atasnya dilapisi dengan lapisan tahan aus dari
pasangan batu candi, yaitu pasangan batu keras alamiah yang dibuat dengan
bentuk blok-blok segi empat atau persegi dan dipasang berselang-sering.
Dewasa ini di bagian kiri lantai pembilas di hilir pintu terjadi lubang
memanjang selebar + 30 cm. Hal ini antara lain disebabkan oleh daya

1FPg.-.
',ii -:!,!L

'. j-1,.I,.i.]
-tqld^r.

Gbr. i.4.15. Shunt under sluice bendung Kiararambay bersumber dan dikutip dori Seksi Hidrolika lJmum, DZMA
Gambar bersumber dan dikutip dari Seksi Hidrolika Umum, DPMA Gbr. 3,4,16. Shunt undersluice bendung Nambo
gerus aliran deras sewaktu pembilasan dan mutu pemasangat) yilllrl k rr.url,
baik. Dalam waktu dekat kerusakan ini akan diperbaiki.
Pilar pembilas; bentuk bagian luar di sisi bendung, tegak rllrr irr;rlrrr,;,r
tegak lurus terhadap sumbu bendung; bagian dalam melengkung. llirgrirrr
udik berbentuk bulat setengah lingkaran dan hilirnya dengan pcrnbrrlutilr
bagian sudut-sudutnya.
Tembok pangkal bendung bentuk tegak, trash rack, bagian luar tcrrrlr,r[
pilar pembilas/pangkal bendung kiri, dan tembok pangkal peredanr (.n(,r Et
kiri, arahnya tegak lurus terhadap sumbu bendung dan searah dengurr rrrirlr
aliran sungai.

8. Pengoperasian Pintu Pembilas


Berdasarkan pengamatan lapangan terhadap berbagai bendung ynnp
mempunyai fasilitas bangunan pembilas undersluice diketahui beberapl lrrrl
tentang efektivitas pembilasan yaitu yang berkaitan dengan cara membuku lrrrrtrr
pintu pembilas, pengangkatan pintu dan penyumbatan lubang undersluicc rlrrrr
sebagainya.
Pembukaan pintu; umumnya dilakukan seperti berikut:
. pembilasan sistem terus menerus, tidak pernah dilakukan,
o pintu bilas dibuka secara berkala pada waktu-waktu tertentu,
r pintu bilas dibuka dengan tinggi bukaan tertentu bila selesai banjir irturr
banjir sungai mulai turun,
. besarnya tinggi bukaan pintu tergantung kepada besarnya debit sungai rllrr
keadaan tinggi muka air sungai,

Gbr. 3.4.18. Contoh papatl pengope rctsian pintu bendung


Gbr. j.4.17. Bentuk tampakmemanjang shwil undersluice bendung Nambtt
-l
rTt_-l l--m
a pintu bilas ditutup selama banjir sungai berlangsung, 9. Contoh Perhitungan Ukuran Pintu Kayu dan
pintu bilas juga ditutup penuh saat pengaliran ke intake dan saat air kecil
a
Stang Pintu
dan banjir,
pada bendung Nambo, Jawa Tengah dilakukan pembilasan berkala; yaitu 1) Ukuran tebal Pintu
setiap hari Senin sejak pagi hingga siang seminggu sekali di musim hujan; gambar di bawah'
Pintu bilas direncanakan seperti
Ukuran ointu
LJkuran
lama pembilasan dari pukul 8.00 pagi hingga siang hari dan pembilasan
sewaktu-waktu setiap selesai banjir.
Pengangkatan dan penutupan pintu; yang dilakukan oleh tenaga
manusia akan lebih mudah dan ringan bila ulir tempat perputaran stang pintu
terbuat dari bahan tembaga. Sebaliknya pengangkatan pintu sangat berat antara
lain karena tempat perputaran stang tersebut terbuat dari bahan besi baja. Pada
bendung Nambo pintu hanya dioperasikan oleh seorang petugas dan dapat
dilakukan dalam waktu yang singkat.
Efektivitas pembilasan; akan sangat tinggi bila terdapat head yang
cukup, debit sungai yang memadai dan tinggi bukaan pintu bilas yang sesuai.
Daerah bebas endapan di mulut undersluice selalu terjadi. Keadaan ini dapat
dijumpai di banyak bendung antara lain pada bendung-bendung Cisokan,
Kiararambay - Jawa Barat, Nambo - Jawa Tengah dan lain-lain.

Lebar Pintu : 2,00 m (L)


Lebar teoritis = Z,t0 m (l-)
Tinggi Pintu = 2,20 m
Tinggisatu blok diambil 20 cm.
Muka air banjir + 310,75.

Gaya tekanan air dihitung dengan rumus :

P, = f,h
Gaya tekanan lumpur dihitung dengan rumus :

1-sin0
Pz = '/, f, h' (-----------)
1+sin0
dimana:
berat jenis lumPur
[= tinggi lumpur = 1,00 m

0- sudut geser lumPur = 30o

I 8s-l
Tekanan air dan lumPur;
2) Ukuran stang Pintu
- di bagian b
Pintu bilas direncanakan dengan ukuran seperti di bawah :

1-sin0
P, = y*h, + ,/z
f" h,' (----------)
1+sinp IT
= 1 (5,75 - 0,20) * x 1,6 (1 - 0,20)
1/z
pintu 2,00 m

- di bagian a
= 5,55 + 0,17 = 5,72 lm
-'r;-V!* I

I
M.Ab +3tO-75
Lebar
Lebar antara anslag tembaga 2,16 m
1-sin0
I

n,, nl
395 Tinggi angkat 1,00 m
P2 = y*h, + t/z y" hr' (-**-----)
Koefisien geser 0,4.
1+sin0
= 1 x 5,75 * t/zx 1,6 x 1'?x 'll3
= 5,75 + 0,27 = 6,02 t/m
Jadi tekanan Tekanan :
Pr+P2 5,72 + 6,02 t
P = (-----*----) t = (----------------) x 0,20 Tekanan air pada P, :
x 1000 = 3550 kg/m'
3,55
22 Tekanan air pada Ps = 5,75 x 1000 : 5750 kgim'?
: 1,174 tlm

Momen maximum pada Pintu : P, +P. 3550 + 5750


Tekanan air : - - ------------
--------- 4650 kg/m'?
M-* : 118q12:118x1,174x2,162 = 0,68467tm 22
68467 kg/cm.

Digunakan kayu jati


oo = 80 kg/cm'. Jumlah tekanan Pada Pintu :

M 68467 2,16 x 3,55 x 4,650 : 35,66 ton.


Wp",t, : -- : 855,84 cm'?
od B0 Kekuatan tarik = jumlah tekanan pada pintu x koefisien geser + berat sendiri
Pintu.
w:1/6t.b'? :
Berat sendiri kayu 2,20 x 2,'16 x 0,20 x 0,16
52 ton.
D=
G;
.t_- 6 x 855,84
= 16,02 cm
0,1

\r =
Berat sendiri besi = 0,7 ton
Kekuatan tarik : 35,66 x 0,4 + $,152 + 0,7)
Ukuran pintu direncanakan;
lebar:b=16cm 15,12 ton.
=t:20 cm.
tinggi
Untuk 1 stang = 15,1212 : 7,558 ton

Kontrol tegangan : Kekuatan tekan = jumlah tekanan pada pintu x koefisien geser - berat
o=-=M 68467
= 8o kglcm2 - o.K sendiri pintu
w !x20162 : 35,66 x 0,4 - (0,152 + 0,7)
6

- 14,264 - 0,852 : 13,412 ton.


Untuk 1 stang : 13,a2l2: 6,706 ton.

fi? I
Perhitungan pada tarik :
V. BANGUNAN PENAHAN BATU (BOULDER
P :1/a n d'?.6 (kg/mm) ScREEN)
7558 = 1/q .3j4 d2 . 6 1. Definisi dan Fungsi
Bangunan penahan batu adalah suatu bangunan yang ditempatkan di udik
7558 bangunan pembilas bendung. Terdiri dari barisan tiang-tiang dan berfungsi
d2 : ---------------- : 'l 604,67 sebagai alat untuk mencegah batu-batu dengan diameter tertentu yang akan
1/cx3,14xO
masuk ke intake dan untuk menyimpangkan batr-r-batu dengan diameter tertentu
yerng menuju bangunan bilas/intake ke arah bendun-e. Serta untuk
d = t/160+,67 = 40,05 mm - 40 mm.
menghindarkan kayu, sampah dan benda padat lainnya tidak masuk ke
Perhitungan pada tekan : undersluice/intake. Bangunan penahan batu merupakan salah satu dari
kelengkapan bangunan bendung. Bangunan penahan batu ini dapat pula
Angka keamanan 5 x. berfungsi sebagai penahan sampah.
fi et
5xP * ibesi =1164 ndo 2. Persyaratan
L2 Dalam mendesain bangunan penahan batu, harus diperhatikan debit yang
masuk ke intake tidak berkurang dari jurnlah yang dibutuhkan karena adanya
ntdoE kemungkinan terjadinya endapan batu diantara batang-batang cerucuk. Di
5x 6706 : -------i-------- E besi : 2.'106 samping itu diusahakan agar bangunan penahan batu ini berfungsi pula sebagai
64 L2
defl ector pengelak batu.

5 x 6706
313 d4 2. 106
= ------------------ + L : 580 cm
3. Penempatan
64 x 5802 Bangunan penahan batu ditempatkan di udik intake/undersluice dengan
5x6706x64x5802 arah yang didesain sedenrikian sehingga tercipta tikLrngan luar aliran dan
do :------------- :11643,35 menjadi deflector untuk melemparkan angkutan sedimen dasar menjauh dari
31x2x1000000 intake dan dapat pula menyaring batu-batu dengan diarneter tertentu yang akan
masuk ke intake.
d =10,39cm - 11cm
4, Komponen
Jadi ukuran stang pintu dengan diameter (d) = 11 cm. Bangunan penahan batu terdiri atas:
. barisan cerucuk pipa bulat dipasang vertikal,
. balok beton sebagai pengikat horizontal,
. fundasi bangunan.

5. Tipe Bangunan
Tipe penahan batu dibuat dengan bentuk pagar yang terdiri dari batang
tegak dan bagian atasnya diikat dengan balok pengikat. Batang pengikat di
bagian tengah tidak dianjurkan.

6. Bentuk dan Ukuran


I ) Pipa untuk cerucuk
Tipe pipa dipilih yang bulat. Tipe batang yan_e bentuk persegi tidak
Contoh pintu pem:bilas dari kayu jati dengan rangka besi dianjurkan. Pipa besi untuk cerucuk vertikal dapat diambil dengan ukurarr

l-88 I I- Rql
diameter 15 cm. Cerucuk pipa bulat dibuat dari batang-batang pipa besi
bulat yang diisi dengan beton tumbuk. Cerucuk pipa-pipa bulat tersebut
dipasang berbaris secara vertikal.
2) Balok beton Pengikat DETAIL XOLOM A BALOK RACX

Balok beton pengikat dipasang secara horizontal di bagian ujung atas


'"1 B.rl uE!a!!
cerucuk vertikal. Balok beton pengikat ini berfungsi sebagai batang
pbngikat untuk memperkokoh batang-batang vertikal. Disamping itu
terfirngai pula sebagai jalan pembersih untuk membersihkan sampah yang
menyangkut di pipa-pipa cerucuk vertikal. Balok pengikat dibuat dengan
Uentlt persegi. Ukurun lebar beton balok pengikat dapat diambil berkisar
antara 50 dan 70 cm dan tingginya berkisar antara 20 dan 40 cm.
3) Elevasi balok Pengikat
Elevasi balok pengikat dapat diletakkan pada ketinggian antara satu dan
dua meter di atas mercu bendung.
4) Jarak antara tiang
Jarak bersih antara batang satu dan yang lainnya diambil sesuai dengan
diameter butir batu Yang akan ditahan atau dapat diambil antara 15 cm
dan 20 cm.
s) Fundasi tiang
Fundasi bangunan disesuaikan kedalamannya dengan kedalaman elevasi
dasar sungai dan lantai undersluice.
6) Catatan
Batang persegi dari besi baja untuk tiang dapat menimbulkan masalah
sul it
tersanlkutnya s ampah/jerami .di batang-batang tersebut yang cukup
pembJrsihannyu. nitu batang bentuk bulat pembersihannya lebih mudah

dan kontraksinYa juga kecil'

7. Penerapan Bangunan Penahan Batu


SalahsatupenerapanbangunanpenahanbatuyaitupadaBendungCisokan
di Sungai Cisokan - Cian3ur Jawa Barat. Bendung Cisokan adalah bendung
yaitu
tru yu,ig dibangun tahun 1886. Pada tahun 1989 bendung direhabilitasi
pembangunan pembilas
dengan penlnggian mercu bendung, perbaikan intake,
tu*Lu5un tipe undersluice, dan bangunan penahanan (Gbr. 3.5.1 &.3.5.2)
Gbn 3.5.1. Contoh ientuk dan ukuran serta letak bangunan pencihan batu, pada
Masalah utama yang dijumpai di bendung ini adalah masalah angkutan
sedimen dasar
sedimen yang cukup besar ke intake. Untuk mencegah angkutan dapat menyedot sedimen dasar khususnya pasir dan kerikil oleh undersluice.
perlengkapan
masuk ke intake telah didesain rehabilitasi bendung termasuk Untuk mengatasi angkutan sedimen dasar masuk ke intake dalam
pengelak sedimen tipe undersluice lurus dengan
bendung antara lain bangunan jumlah yang besar, maka direncanakan undersluice dengan tipe dan
bentuk tertentu sehingga:
ukuran antara lain seperti berikut:
. dapat menciptakan aliran helicoidal tepat di udik undersluice. sehingga undersluice terdiri dari tiga bagian lubang,
pengendapan sedimen dasar di daerah ini dapat dihindari'
' di bagian udik undersluice dibuat sill (ambang) rendah yang tingginya
auput membentuk daerah bebas endapan tepat di udik undersluice
. dan
setengah meter, mercunya bulat dan bagian hilirnya miring,
menciptakan "skiming wall", ke intake,
' di atas ambang tersebut dipasang penahan batu dengan jarak bersih
antara dua tiang sebesar 30 cm,
' di bagian udik dari undersluice pada tembok pangkal kanan dibuat
ternbok pengarah arus dengan bentuk khusus.
Asalnya bangunan pernbilas tanpa undersluice dan pintu pernbilas hanya
dua buah. Berdasarkan hasil u.ji model hidraulik di laboratorium hidrolika untuk
penyempurnaan desain maka disarankan bentuk dan ukuran undersluice seperli
Gbr. 3.5.1 yang dilengkapi dengan bangunan penahan batu, pembilas tambaharr
satu buah. bentuk tembok pangkal udik intake melengkung dan sebagainya.
Selain contoh di atas bangunan penahan batu telah diterapkan pula antara
lain pada bendung Cigasong (Gbr. 3.5.3) Jawa Barat dan bendung Lanjiladang,
Jawa Tengah (3.5.4 atas) serta bendung Seluma Bengkulu (3.5.4 bawah).

()isokut, Jrtt't:u lJunrt


Gbr.3.5.2. Beutgtnutn penalutn batu patlu bentluttg,

Gbr. 3.5.3. llurtgrrtttttt penrtluLn bottt durt sturtprlr ptdtL bctrhtttg 1.5.4. BottgLrntut pettahut batu clrur sutrtpult prtdtt lrcttdtutg l-turjilrrtirt,
C i,q us ct t tg,, .l utt a ll o ro! Juv;a Teng,ah (alas) clart cli betulutrg SeLutnu,llcttgkulrr (lttrtt'ah)
VI. BANGUNAN PEREDAM ENERGI Dalam semua tahap kemungkinan keadaan aliran yang terjadi di battgutrrur
peredam energi maka keadaan yang paling tidak menguntungkan yaitu kcutlnnrt.
1. Definisi dan Fungsi kedalaman air hilir kurang dari kedalaman konjugasi, dalam hal ini lottculntr
Bangunan peredam energi bendung adalah struktur dari bangunan di akan bergerak ke hilir. Dan ini akan menyebabkan penggerusan setempltt yttttg
hilir tubuh bendung yang terdiri dari berbagai tipe, bentuk dan di kanan kirinya akan terjadi lebih luas dan besar. Yang dimaksud dengan penggerusan setctltltill
dibatasi oleh tembok pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir yaitu kedung gerusan dasar sungai yang terjadi setempat disekitar struktur ukilxrt
dengan bentuk tertentu. peningkatan turbulensi aliran karena terganggunya aliran olbh struktur.
Fungsi bangunan yaitu untuk meredam energi air akibat pembendungan,
agar air di hilir bendung tidak menimbulkan penggerusan setempat yang 4, Prinsip Pemecahan Energi
membahayakan struktur. Prinsip pemecahan energi air pada bangunan peredam energi atlnlnh
Dalam mendesainnya harus diperhitungkan terhadap energi potensial' dengan cara menimbulkan gesekan air dengan lantai dan dinding struklttt,
kinetik dan terhadap kemungkinan terjadinya proses perubahan morfologi gesekan air dengan air, membentuk pusaran air berbalik vertikal arah kc ttlnr
sungai, antara lain proses degradasi dasar sungai di hilir bendung. Selain itu dan ke bawah serta pusaran arah horizontal dan menciptakan benturan ulirntt
juga harus diperhitungkan terhadap debit desain, tinggi terjunan, penggerusan ke struktur serta membuat loncatan air di dalam ruang olakan.
,"i"*put, degradasi dasar sungai, benturan dan abrasi sedimen serta ben(a
padat lainnya.
5. Desain Hidraulik Peredam Energi
5.1 Peredam energi lantai hilir datar dengan ambang akhir
2. Tipe Bangunan Peredam Energi Bendung 1) Umum
Bangunan peredam energi bendung terdiri atas berbagai macam tipe antara Bangunan peredam energi tipe ini dikenal dengan istilah tipe Vlughler,
lain yaitu: tipe MDO dan MDS. Tipe yang disebut belakangan dikembangkan tlutl
. lantai mendatar, tanpa atau dengan ambang akhir dan dengan atau
hilir hasil percobaan pengaliran oleh Ir. Moch.Memed, Dipl. HE, dkk, rlt
tanpa balok lantai, laboratorium hidrolika, DPMA, semenjak tahun 1970-an. Tipe ini dipililr
. cekung masif dan cekung bergigi, untuk peredam energi bendung yang berlokasi di sungai-sungai dengrttr
. berganda dan bertangga, angkutan sedimen dominan fraksi kerikil {an pasir. Berdasarkan berpuluh
. kolam loncat air, puluh desain bendung dengan peredam energi tipe Vlughter, settrlttlt
. kolam bantalan air dan lain-lain. diperiksa dengan uji model fisik ternyata ukurannya tidak pernah cocoh
dan harus dimodifikasi. Salah satu tipe penggantinya yaitu tipe MDO tlltr
Disamping itu bangunan peredam energi dikenal pula dengan istilah lain
yaitu tipe: MDS. Tipe Vlughter harus dimodifikasi menjadi tipe MDO karena anlilnt
. Vlughter . Schooklitch lain parameter elevasi dasar sungai dan tinggi air di hilir peredam encrgt
. USBR . MDO, MDS dan MDL dalam rumus Vlughter belum dimasukkan.
. SAF . Dan lain-lain. 2)' Definisi dan fungsi
Bangunan peredam energi bendung tipe lantai hilir datar dengan ambattg
3. Faktor Pemilihan TiPe akhir adalah bagian di hilir bendung yang merupakan kolam olak terdiri
DalammemilihtipebangunanperedamenergiSangatbergantungkepada atas lantai hilir mendatar, tanpa lengkungan pada transisi antara bidanp
berbagai faktor antara lain: hilir tpbuh bendung dan lantai horizontal. Dan di bagian ujung lantni
. tinggi pembendungan, dilengkapi dengan ambang akhir berkotak-kotak. Dibatasi oleh temhok
. t"uJu, geoteknik tanah dasar misalnya jenis batuan, lapisan, kekerasan pangkal bentuk tegak di bagian kiri kanannya. Fungsinya untuk mereduttt
tekan, diameter butir dan sebagainya, energi air agar tidak menimbulkan penggerusan setempat yang
' jenis angkutan sedimen yang terbawa aliran sungai, ' membahayakan bangunan bagian hilir. Pada tipe ini pemecahan energi air
. k".ungkinan degradasi dasar sungai yang akan terjadi di hilir bendung, ditimbulkan terutama oleh gesekan air dengan air, lantai dan dinding
. aliran tidak
keadaan aliran yang terjadi di bangunan peredam energi sepelti bangunan. Aliran yang keluar ke sungai dari bangunan diratakan olclr
sempurna,/tenggelam,loncatanaliranyanglebihrendahataulebihtinggi ambang akhir yang berkotak-kotak.
dan sama denlan kedalaman muka air hilir (tail water)'
3) Rentuk hidraulik s) Ukuran hidraulik
Bentuk hidraulik Penentuan ukuran hidraulik yaitu kedalaman lantai, Ds, panjang lantai, L,
bangunan yaitu: tinggi ambang, a, dan parameter lain ditentukan berdasarkan grafik-grafik
. mercu bendr-rng yang telah disiapkan untuk itu. Dan dapat dipelajari pada Publikasi HATHI
bertipe bulat; No. 5 tentang Petunjuk Perencanaan Teknik Hidraulik Bendung dengan
tubuh bendung Peredam Energi Tipe MDO.
bagian hilir tegak 6) Penerapan
sampai dengan Bendung dengan peredam energi lantai datar dan ambang akhir modil'ikasi
kemiringan 1:l; tipe Vlughter yang dikenal dengan tipe MDO telah diterapkan di berbagai
tanpa len-ekungan di bendung. Jumlahnya mencapai puluhan, dan tersebar di berbagai propinsi.
pertemuan kaki Dari pengkajian lapangan diketahui kinerjanya cukup baik. Beberapa
bendung dan lantai; Gbr. 3.6.5.1. Pererlum etterg,i ripa MD0 di bendung dengan peredam energi tipe ini di Jawa Barat antara lain bendung-
lantai hilir berbentuk bendung Blauong Yog,vakartu bendung: Cilemer, Ciletuh, Cikunten, Cimerah, di Yogyakarta, Pengasih,
datar tanpa kemiringan; Blawong (Gbr.3.6.5.1) di Sulawesi Selatan, Kalaena, Tabo-Tabo, Parado,
. berambang akhir-bentuk kotak-kotak di bagian akhir lantai hilir; Pungkit, di Sulawesi Tengah, Parigi, Olaya, Singkoyo, Maloso, Mentawa,
. harus dilengkapi dengan tembok sayap hilir bentuk miring dan ujungnya Gumbasa, di Sulawesi Utara, Marisa, di NTB, Kambaniru, Katua,
dimasukkan ke dalam tebing; Bungadidi, Pelaperado, di Maluku, Kairatu. Di Aceh, Krueng Tiro,
. terdiri atas 2 bentuk Yaitu Pandrah, Krueng Tripa, Krueng Aceh, Krueng Nalan, Jambu Aye, di
lantai datar tanPa olakan Sumatera Barat, Bt. Anai, Bt. Indrapura, Amping Parak, Bt. Sumpur',
(MDO) dan dengan olakan Dataran Anai, di Jambi, Bt. Uleh, di Bengkulu, Air Kembahang, Air Nipis,
(MDS)l AirBaal, di Lampung, Tulung Mas, Way Pisang, Way Pangubuan, di Timor
. untuk menambah ke- Timur bendung Caraulun (Gbr.3.6.5.3.a) dan sebagainya.
amanan tePat di hilir 7) Contoh peredam energi tipe MDO pada Bendung Indrapura
ambang akhir dan di kaki Salah satu aplikasi dari peredam energi tipe MDO yaitu pada bendurtll
tembok sayap diPaiarrg Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Bendung dibangun di sudctatl
rip-rap dari batu berdia- sungai sekitar tahun 1975. Penyelidikan hidraulik dengan model l'isik
meter antara 0,30 m 0,40 dilakukan di laboratorium hidrolika DPMA. Percobaan pengaliran anllrrl
-
m. lain untuk mempelajari bentuk dan ukuran hidraulik peredam enct'gi,
4) Persyaratan keadaan penggerusan setempat di hilir bendung dan sebagainya. Dimcttsi
Persyaratan yang berkaitan peredam energi yang disarankan yaitu (lihat Gbr. 3.6.5.3):
( I ) lantai peredam energi diperpanjang menjadi 17 ,25 m,
dengan batasan Pemakaian
yakni: (2) ambang akhir dibuat berkotak-kotak lebar 1,50 m, tinggi kotak l.lt(l
. tinggi air di atas mercu m dan 0,50 m,
bendr-rng maksimum 4 (3) ujung tembok sayap hilir dilengkungkan dan dimasukkan ke ditluttt
meter, tebing,
. tinggi bendung dari dasar (4) disepanjang hilir ambang dan kaki sayap dipasang rip-rap dari hnlu
sungai bagian hilir di berdiameter 0,40 m,
bawah 10 m. (5) pertemuan antara tembok pangkal di bagian hilir dengan tembok slynp
. bila tinggi melampaui hilir diletakkan di tengah-tengah lantai peredam energi.
keadaan di atas maka Perlu Contoh lain penggunaan peredam energi lantai datar dengan ambang nklrir
dilakukan pemeriksaan berkotak-kotak /tipe MDO yaitu pada bendung Caraulun di Kabu;tntelt
dengan uji model fisik. Manufahi Timor Timur, untuk daerah irigasi Caraulun. Bendung ini dirlcraltt
Gbr. 3.6.5.2. Rctttuk pererkun ene rgi tiltc

fi-]
angkutan sedimen batu gelundung yang terbawa aliran sewaktu banjir. Idc
pemanfaatan tipe ini yaitu untuk menggantikan tipe drop weir. Seperti
diketahui, bendung tipe drop weir yang dibangun oleh ahli teknik Belanda
sekitar tahun 1930-an dan ahli teknik Indonesia sekitar tahun 1950-an telah
banyak yang rusak dan hancur. Dewasa ini pemakaian tipe drop weir suclah

USUL
o Ruong olokon diPerPonjong o Undersluice dimodif i kosi
o Endsill dibuot bergigi
(o-, Ujung tembok soYoP soluron induk
@ Uiuno tembok soYoh hilir dibuot aiuulitt<on don dimosukon ke
i.l"igiung don mosuk ketebing tebing
sunooi @ 6uide woll menerus ke udik, dori
@ Oi tiilir endsill don di dePon koki
tembok soyoP diPosong riProP
Gambar bersumber dan dikutip dari Seksi Hid'rolika
l)mum' DPMA'

Gbr. 3,6.5.3. Denah bendung Indrapura di Sumatera


Barat

tahunlgglolehP'TRayaKonsulyangbekerjasamadenganD'itgasildanuji
puslitbang eengairan. Bendung berlokasi di palung sungai
model hidraulik oleh
dengan lebar bentang yang .u[up panjang
yaitu 100 meter (Gbr. 3.6.5.3 a).
5.2. Peredam energi cekung
1) Umum peredam energi tipe
Semenjak tahun 1970-an, pemanfaatan bangunan
ata|. bucket typn piaubendung tetap di sungai
torensial banyak
cekung
yang Gbr. 3.6.5,3.a. Peredam energi lantai datar dengan ambang akhir berkotak-ktlttl
digunikan. Tipe ini dipilih untuk digunakan pada bendung-bendung pada bendung Caraulun, Timor Timur
sungai yang curam dengan
beilokasi pada sungai d.ngun kemiringan dasar
tidak menjadi pilihan lagi. Kecuali bila fundasi bangunan dapat ditempatkan Dan pusaran balik dasar yang searah dengan jarum jam akan mengurtgkttl
langsung pada lapisan tanah dasar yang kuat masif, sehingga bahaya sedimen ke arah udik mendekati koperan bangunan. Dalam memililr lrlx'
penggerusan dapat dikurangi karena kerasnya lapisan dasar tersebut. ini beberapa persyaratan hidraulik harus dipenuhi agar berfungsi dcngtttt
Karena itu atas gagasan Ir. Moch.memed, Dipl.HE, dkk, tipe cekung diuji baik yaitu:
t
dengan model fisik di laboratorium hidrolika DPMA. Dan dimanfaatkan * 1. pipa arus tidak meninggalkan bidang miring tubuh bendung,
untuk pertama kalinya pada bendung K. Wadas di Jawa Tengah sekitar
. harus terjadi pusaran aliran permukaan yang bergerak berlawanan
dengan arah jarum jam di atas permukaan cekungan,
tahun 1972-an. Bangunan peredam energi tipe solid bucket dan dentated
bucket sesungguhnya telah diperkenalkan pemakaiannya oleh USBR sekitar
. dan pusaran aliran
permukaan yang
tahun 1953-an. USBR memperkenalkan penggunaannya untuk spillway
bendungan, tinggi, sedang dan rendah. Bukan untuk bendung-bendung
bergerak searah
denganiinggi tekan yang rendah (low head weir). Dalam kaitan ini untuk
dengan putaran
jarum jam di bagi-
memperoleh parameter dasar dalam menentukan ukuran hidrauliknya telah
an akhir ambang,
uanyat dilakukan penyelidikan pengaliran dengan uji model fisik baik
dua dimensi dan tiga dimensi. Salah satu hasilnya dipublikasikan pada
. terbentuk pusaran
dasar balik searah
Proceedings xI - APD, IAHR, Vol. 2, yang berjudul Application of a
jarum jam,
Bucket Type Energy Dissipator for Low Head, a Case Study of the Weir
in Indonesia oleh penulis'
. sifat aliran harus lo.oo Fl. 17.20
aliran sempurna. F.+_- -l
Pemanfaatan peredam energi tipe cekung di sungai torensial sangat tepat.
Alasannya tipe ini dapat berfungsi mehjauhkan penggerusan setempat dari 4) Bentuk dan ukuran
bangunan rihinggu tidak membahayakan fundasi dan bagian-bagian hidraulik
perlengkapan bendung lainnya. Selain itu dapat menghindarkan benturan Bentuk hidraulik
batu langsung pada permukaan bangunan. bangunan tipe ini
yaitu:
2) Definisi, fungsi dan macamnYa
peredam energi tipe cekung adalah bagian di hilir tubuh bendung berbentuk . mercu bendung
lantai cekung masif, dilengkapi dengan ambang akhir (apron lip) dan bertipe bulat,
dibatasi oleh tembok pangkal di bagian kanan kirinya. Fungsi bangunan
. tubuh bendung
yaitu untuk menjauhkan kedung penggerusan setempat dari bangunan dan bagian hilir
menghindarkan benturan batu langsung pada permukaan bangunan'
dengan
Peredam energi cekung terdiri atas:
kemiringan 1:1,
o masif cekung tanpa gigi, yang umumnya banyak dimanfaatkan untuk I cekungan
bendung tetaP di sungai torensial, I berbentuk
. cekung dengan gigi yang ditempatkan di bagian ambang akhir; bentuk lengkung dengan
ini tidak banYak dimanfaatkan. I satu radius,
Tipe terakhir ini antara lain diterapkan pada bendung Jamblang di Jawa di hilir cekungan
I harus ada ambang
Barat dan Namu Sira-Sira di Sumatera Utara'
akhir,
3) Sifat dan prinsip pemecahan energi
harus dilengkapi
Bangunan peredam energi tipe cekung ini dapat bersifat:
dengan tembok
o aliran pusaran balik atas dan pusaran balik bawah, sayap hilir yang
r aliran loncat (skijumP bucket). awalnya dimulai
adanya
Untuk keadaan aliran pusaran balik atas energi air dikurangi dengan \ INTAKE
serta gesekan dari akhir ambang
pusaran-pusaran airberbalikvertikal arah atas dan bawah
akhir, Gbn3.6.5.4. Bentuk peredam energi tipe cekung,
air dengan lantai.
I lo,_l
. bentuk sayap hilir miring,
. dilengkapi dengan rip-rap batu berdiameter 0,30 m - 0,40 m yang h1
=ffi='r,14i 1,14s zmaka
dipasang tepat di hilir ambang akhir' hc
Ukuran cekungan
Selain ukuran tersebut di atas
Brrn.= 1,55 x 2,18 = 3,379 m - 4,OO meter
maka ukuran hidraulik lain c) kedaramanair-,,il1;,1,,,,,
yang penting adalah
penentuan ukuran jari-jari
lengkungan, R, dan kedalaman
nc nc

lantai cekungan dari muka air


hilir, T. Untuk penentuan I,in.= 1,tt t#31n215 x 2,18 = 4,21 meter
ukuran-ukuran tersebut telah
diperoleh grafik-grafiknya
d) dasarcekungan (bucT:,'J,',Tl;,
= rmin.
berdasarkan hasil percobaan
DPMA dan Nippon Koei = + 139,69 = 4,21 m = + 135,48
6) Pemanfaatan
tahun 1983. Dan dipubli-
Pemanfaatan peredam energi tipe cekung untuk bendung-bendung yang
kasikan dalam Standar Gbn 3.6.5.5 Penentuan R minimum
berlokasi di sungai torensial telah banyak dilaksanakan. Pertama kali
Perencanaan Irigasi KP 02,
tahun 1986 (lihat Gbr. 3.6.5.5). Tabel .4. Peredam Energi fipe Cekung pada Berbagai Bendung
Bila diketahui debit persatuan lebar, q, m3/det/m/, kedalaman air kritis, h., dan ukuran cekungannya
meter, dan perbedaan ketinggian muka air udik dan hilir, H, maka jari-jari
Pembilas Pilar Kemiriogan
hidraulik cekungan, R, dan kedalaman cekungan, T, dapat ditentukan dengan Benlang
Ukuran cekungan
Tubuh
No. Nama Bendung B=m Bendung
mudah (Gbr.3.6.5.5). Jumlah/b JumlaM R=m O=m a=m
,|
Kedungdowo 50 11 4,OO a 1,50 5,75 1,0 'l,0
s) Contoh perhitungan 2 Tukad Balian 40 1t2,50. 1/ 1,50 9,72 1,62 1,5
Langla 50 a 4,00 21 1,50 6,00 1,50 1,5
Contoh perhitungan peredam energi tipe cekung dicoba berdasarkan Standar 4 Makawa 36 213,00 2.1 1,50 4,00 '1,0 1,0
5 Karal@ 54,5 112,50 1t 2,O 5,50 1,5 0,75
-
Perencanaan Irigasi, KP 02. 6
7
Lanji Ladang
Camari
54
26,5
21 4,OO
1t 2,50
21 1,50
1/ 1,50
5,50
5,00
't,5
1,5
1,0
1,0
Ditentukan hal-hal seperti berikut: Kiararambay 42 11 2,O0 1t2,00 5,70 1,0 1,0
I Way Umpu 70 a 5,oo a 1.25 3,00 I,O 0,50
Debit banjir desain, Qo=278 m3/det 10 Musi Kojalo 25 1t 2,00 1/ 1,50 6,00 1,0 1,0

Bc=27,50 m ll Cikandang 50 11 2,50 1/ I,50 5,00 I,O I,50


Lebar efektif bendung 12 Namu Slra-Sira 42 21 4,20 a 1.,50 5,900 2,0 ,,:o
75 216,00 a 2,0 6,00 1,20
Q = 10,11 m3/det/m
IJ Singomeno
Debit persatuan panjang bentang, 14 Lamasi 74 418,O 41 1,50 5,50 1,0 1,0

Tinggi air di udik bendung h=2,49 m 15


to
Kemumu
Kali Wadas
45
90
21 4,O
a 3,0
21
a
1,50
1,50
4,50
4,50
,:o 1,0
1,30
21 4,5 1,50 5,00
Tinggi air di hilir bendung, TW=+139,60m 17
18
Nambo
Kedung Asem
52,75
100 21 4,0
2./
2t 1,50 5,00
1,0
1,5 1.5
19 Cipamingkis 94 a 6,0 212,O 5,00 2,0 0,84
Diperoleh: 20 Kalimantong 80 a 4,0 21 1,50 1,0 1.0
21 36.50 212.50 a 3.50 4.00 4.0
a) tinggi air kritis, h";
dilakukan yaitu untuk bendung K. Wadas di Jawa Tengah. Setelah itu telah
o"=E=,lPr,'=2,18m puluhan pula yang dibangun diberbagai tempat di seluruh Indonesia. Antara
lain ditunjukkan pada Tabel 4.
b) radius lengkungan. R.r,l Keterangan:
F-in' B = panjang bentang bendung bruto
- 1,55; untukLs2 b = lebar bangunan pembilas - satu bagian
hc hc
t = lebar pilar satu buah
R = radius lengkung cekungan

l-m? I
Elevasi mercu bendung + 66,90
D = kedalaman cekungan dari mercu ambang akhir + 7l,85
Elevasi tanggul penutup
a = lebar ambang akhir
Elevasi ambang intake + 65,1 5
n - perbandingan kemiringan tubuh bendung bagian hilir
Elevasi plat undersluice + 65,1 5
Catatan Elevasi dasar undersluice + 63,40
Dari pemantauan terhadap kinerja berbagai bendung dengan peredam Elevasi dekzerk +71.60
energi tipe cekung tersebut umumnya berfungsi dengan baik. Tidak terjadi (3) Peredam energi;
penggerusan setempat yang membahayakan bangunan. Dan tidak terjadi Tipe Bucket (cekung), masif
kerusakan dinding cekungan, dan lantai akibat benturan batu gelundung Tebalapron lip 1,00 meter
kecuali pada bendung Cigasong. Bagian permukaan hilir tubuh bendung Elevasi bucket invert + 60,40
dan permukaan cekungan bendung Cigasong telah dua kali mengalami Elevasi apron lip + 61.40
perbaikan. Disini penerapan tipe cekung kurang tepat dan seharusnya dipilih
Jari-jari cekungan 5.-50 m
tipe lain. Bendung Cipamingkis juga telah diubah peredam energinya menjadi
(4) Bangunan pembilas;
tipe bertangga tahun 1997. Kerusakan peredam energi tersebut akibat
Bendung di Ien-ekapi unclersluice;
terjadinya penggerusan setempat yang dalam ditambah pengaruh degradasi
Lebar pilar 2 x 2,00 rn
dasar sungai yang besar. Penyebabnya karena pengambilan material dasar
Tinggi pintu bilas atau P : 1,7-5 m
sungai secara besar-besaran untuk keperluan bahan pembangunan'
Jumlah lubang undersluice 2 lubang : kiri, kanan
7) Contoh penerapan Piinjang undersluice : Ll r 5,00 m
salah satu contoh penerapan peredam energi tipe cekung yaitu pada L2 7.00 rn
bendung Lamasi, Sulawesi Selatan yang datanya seperti berikut: PintLr bilas double (atas-bawah)
(1) Umum Lantaibilas direndahkan dari lantai udik 1,00 rn
Lokasi; Desa Lamasi untuk mendapatkan lubang bilas
KabuPaten Palopo yang cukup
Propinsi Sulawesi Selatan Perkuatan Lapisan tahan aus dengan batu candi
Sungai S. Lamasi Rip-rap Sepanjan-s apron lip dan sayap hilir
Berbatu-batu cukup besar
I' Debit perencanaan 900 m3/det
Debit intake;
Kfui 7,50 m3/det
Kanan 9,00 m3/det
Perencanaan;
Desain hidraulik & Model test: Subdit Hidrolika, DPMA
Desain : Proyek Irigasi Luwu dengan Consultant NEDECO
(2) D ata tekni k bendung ;

Jenis bendung Bendung tetap


Lokasi Di palung sungai tidak di sudetan
El. Mercu bendung + 66,90
Bentuk & ukuran mercu 1,75m
Panjang bentang
Total ;74m
Netto :68 m
Lebar pembilas , :4 x2,00 m (kiri dan kanan)
DENAH BENDUNG LAUASI

;Hil iit
lEl
lol
ldl
lil
lEi
t-t
.n.rgl tip€ cekuno t.l
Lqnioi udlk rop

poror sungoi
Se^9o, Lohori >,\+

u beMung

b€ndunq

*
{
\i J

GL.: 16r,45,
'\, i

Tonggul bonjlr
,,
{. -.n

*t
,J0
prD9doh
1l
'f
Gambar berswnber dan dikutip dsri Seksi Hidrolika Utnunt, DPMA il s
+a
.\,
q,
'l
l
<l .S
EI .tll
el
t
E
r
1
{ eJ
,c
i -+

1 i r\)

Gbr. 3.6.5.6. Denah dcut Joto bendung Lamosi di Palopo, Sulawe si selotcttt

Uji ntodel Jisik bendwrg Lemrusi dilakukurt cli laborotorium hidroliku DPMA
Gbr. 3.6.5.6.a. Poton g,tut ntemanjang bendLtng Lama.si
paclo tahun 1974 olelt penulis, elkk.
f@l
5.3 Peredam energi berganda
l) Umum
Bendung dengan peredarn energi bergancla sangat cocok dibangun di
sudetan sungai dengan ketinggian lebih dari sepr:lr:h meter. Karena itkau
dlpat mcngurangi jumluh guliun sucletiln clau pematahan e nergi ail yang
besar sehingga tidak menimbulkan penggerLlsan setempat yane clalam. Biler
bendung akarn diban-qun cli daerah pernbenclungan yan-s tinggi rnisalnya lebih
dari l0 meter, maka pembuatan peredam energi akan sangat berat. sebab
akan cukup dalarn, lantai hilir yang panjan-q clart perlu berlok-balok lantai
dan sebagainya. Peredam energi berganda adalah salah satu altcrnatil
'.:.... solusinya. Di Indonesia peredam energi berganda pertama kali climanlaatkan
Lapisan tahan aus pada cekungan bendung Cigasong - Jawa Barat pacla bendung Air Seluma, Bengkulu, dengan ketinggian lebih clari l-5
meter. Selanjr-rtnya untuk tipe yilng sama dibangLrn pula pada bertclung-
bendun-rl Bt. Gadis di 'l'apanuli, Bt. Siat di Sumatera Barat dan sebagainyir.
Peredaln energi berganda aclakalanya juga cli-gunakan untuk pengamanan
bendung, dimana peredam ener-9i yang asli sudah tidak berfungsi akibat
antara lain terjadinya penggerusan setempat yang dalam, sehingga peretlarrt
energi yang kedua melupakan tambahan. Contohnya dapat ctilihat untuk
pengamanan pereclam energi bendung Baru-gbug, Walahar di Jawa lJarat
diur benclung Tajum di Jawa l'en-qah.
2) Definisi dan keuntungan
hilir tubLrh bendung
Pereclam energi tipe bergancla adalah struktur di bagian
yang merupakan kolam olak ber-9anda, yang masing-rnasing kolam olak
dilengkapi dengan lantai datar datn atmbang akhir pembentLrk olakan. Di
ba_9ian kiri kanannya dibatasi oleh tembok pangkal bentuk tegak (Gbr.
3.6.s.7).
Keuntungan pemakaian tipe ini antara lain yaitu:
o pematahan energi air lebih besar karena dua luang olakan, sehingga
penggerusan setempat menjadi lebih dangkal,
. jauh lebih stabil karena bentuknya yang besar,
. kerusakan lantai dan tubuh benclung akibat terjunan airdapat dihindari.

Foto potungol nrcmon.iotlg bendung Cigosong rlan tnoclel .fi,sik bendung


kiararuntba,v

Bentuk la1tisctn besi pada cekunS(m pereclcun energi bendurtg Cigctsong Juwa Borut,
tctrupcrk clttlrun peleksana(ut (otus tlcm lengoh). KeculcrcLtt lengkungur pererlcttrt
anergi patlo moclel fisik benclung Kiarctrornboy, Jctwct Bcirat. Foto di otcts
tnenunjukkatt keaclaan moclel sesudah pengoLiran. Pe rcobotut ltengolirut dilukukan
tli luboratorittm hidrolika DPMA - Ciparay pada tc&wt 1978' Gbn 3.6.5.7. Peretlant ettergi be rgantla banclung Selumcr

l-roR I
3) Persyaratan
di sungai Seluma, Kecamatan Tais Bengkulu Selatan. Luas areal irigasi
Agar kedua olakan berfungsi dengan baik maka harus dipenuhi:
fungsional yaitu 3306 hektar.
. stabil, keadaan aliran yang melimpah pada mercu pertama dan di atas Data teknis bendung seperti uraian berikut:
mercu kedua harus kelihatan halqs dan tidak berturbulensi.
. pipa aliran tidak meninggalkan mercu bendung. a) Bendung;
- daerah pengaliran sungai 358 km2
Notasi;
- jenis bendung tetap
Qu = debitbanjirdesain - lokasi sudetan
B = panjangbentangbendungtotal - elevasi muka air tinggi + 38,90
b - lebar bangunan pembilas - satu bagian - elevasi muka air normal + 33,50
t = lebar pilar pembilas - satu buah - debit harian rata-rata 24 m3ldet
Ll = panjang olakan pertama/bagian atas - Q,,,,, tahun 1640 m3/det
L2 = panjang olakan kedua/bagian bawah 2445 m3ldet
- Q,oo tahun
Pl = tinggipembendungan/mercupertama
P2 = tinggi pembendungan/mercukedua
b) Peredam energi bendung tiPe berganda
Bentuk dan ukuran mercu bendung :
a = tinggidanlebarambangakhirpadaolakankedua - mercu I Rl 2,00;R2 4,00 m
p1 = jari-jari pembulatan pada lantai olakan pertam4.
- mercu I R2 2,00; R2 4,00 m
p2 = jari-jari pembulatan padalantai olakan kedua
Panjang bentang;
4) Bentuk dan ukuran hidraulik - bruto 81,00 m
Peredam energi terdiri dari bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas - netto 78,00 m
yaitu lantai olakan pertama, L1, mercu pertama dengan tinggi, P1. Dan - elevasi mercu pertama + 33.00
bagian bawah terdiri dari mercu kedua dengan tinggi, P2, lantai olakan - elevasi mercu kedua +26,00
kedua L2, dan ambang akhir. - dasar saluran pengelak :+ 19,00
Untuk bangunan peredam energi yang kedua dapat dipakai tipe lantai datar - elevasi dekzerk + 40.00
dengan ambang akhir/MDO, atau tipe sarang laba-laba' - elevasi dasar intake + 31,50
Mercu bendung keduanya bertipe bulat dan besar dengan dua jari-jari ukuran pilar jembatan 1,00 x 6,50 m
pembulatan. Bidang hilir tubuh bendung miring dengan perbandingan I : 1 . iumlah pilar 4 buah
Ukuran panjang olakan dan tinggi ambang; letak jembatan di udik bendung
Ukuran hidraulik yang lain yang penting yaitu panjang lantai olakan pertama tinggi freeboard 1,00 m
dan kedua, serta tinggi mercu kedua. Untuk penentllan ukuran hidraLrliknya pintu pengambilan; di sebelah kanan,
biasanya digunakan bantuan uji model fisik. Dari berbagai hasil penyelidikan dengan kapasitas I8,00 m3/det.
dengan uji model diperoleh ukuran hidrLulik sepertiTabel 5. c) Pembilas dengan undersluice;
lebar netto Pembilas 2x2,00m
Tabel 5. Ukuran Hidraulik Peredam Energi Berganda
Peredam Energi
lebar pilar 2xl,50m
Bentang Pembllasan Pilar
o 1.50 m
Bendung
m3/del
total B=m T=m Atas Bawah tinggi lubang undersluice
B=m J/b J/t L1 P2 H1 L2 a R2
'15,0 2 ,0 tinggi pintu bilas atau P 2,7.0m
Air Seluma 650 81,0 2 t2,0 2t1,5 19,5 4,0 19,8 10,0
Ll
1
OA
Bt. Batahan 645 54,0 2t2,0 2t1,5
2l 't,5
o.o 4,0
3,6 10,0
15,2
12,3' 2,0 0,0
jumlah lubang undersluice 2 buah = 14,00 m dan
Bt. llung 1 180 71 ,0 212,O 17,O r

Bt. Gadis 1413 63,0 4 t2,Q 4l 1,5 18,3 5,0 16,0 23,4 2,0 I 1,0 L2 = 6,00 m
Tapin 355 27,5 1t2,0 1 I 1,25 7,8 1,0 4,0 13,8 z,a 6,5
700 475 212.O 2l 1.5 't7.o 40 1n q 16.8 '1,5 I2,50 panj ang undersluice rata-rata 10,00 m
pintu bilas sorong satu buah
5) Contoh penerapan;
tembok sayap hilir melengkung masuk tebing
Bangunan peredam energi berganda pada bendung Air Seluma Bengkulu
adalah salah satu contoh penerapan tipe ini. Bendung Air Seluma berlokasi
d) Tanggulpenutlrp: 5.4 Peredam energi tipe USBR
Terletak di sebelah kiri bendung; Pemakaian tipe peredam energi USBR di Indonesia dimulai sejak tahun
tipe Earth Fill Dam tipe urugan
1970-an, yang diperkenalkan oleh konsulran asing atau petugas-petugas Indo-
elevasi mercu + 40,00
nesia yang telah bersekolah di luarr negeri. Tipe ini bila didesain berdasarkan
lebar atas 12,00 m
grafik USBR untuk bendung akan kurang handal karena antara lain:
kerniringan lereng hilir l:3,5 . elevasi dasar sungai didesain sama tingi dengan elevasi lantai,
kemiri rrgan lereng Lrdik l:3 o pensaruh degradasi dasar sun-Eai dan pengaruh bentuk tembok sayap hilir
tidak disinggung,
o pengaruh tipe dan ukuran tidak disinggung efektivitasnya terhadap
pengLrrangan penggerusan setempat,
Dalam penentuan ukuran hidraulik peredam energi tipe ini kriteria
desainnya dapat diperhatikan dalam l{ydraulic Design of Stilling Basin and Energy
Dissipators, USBR, dimana:
. panjang lantai, chute block, floor block dan enclsill ditentukan berdasarkan
bilangan Froude, Fr,
Gbr. 3.6.5.7a. P916ng1rr nelintatrg, percrlutrt ctrtrgi benclrrrtg Sclrrtrrtr . lokasi bilangan Froude, Fr, yaitu di kaki spillway,
. aliran air di kaki spillway dianggap loncatan penuh tanpa pusaran,
. kecepatan aliran, Y ,=^'l2grdimana z yaitu tinggi terjun yang dilritung dari
mercu spillway ke pipa arus di kaki spillway, dan D, = tebal pipa arus.
Penggunaan peredam energi USBR untuk benclung berdasal'kan grafik-
grafik yan-e diterbitkan USBR (Gbr. 3.6.5.12) akan mc'njadi over desain yang
disebabkan oleh antara Iain:
. adakalanya tidak terbentuk loncatan balik di atas lantai dan adakalanya
aliran yang terjadi lebih tinggi dari tail water.
. perbedaan penetapan harga bilangan FroLrde, Fr (Gbr. 3.6.5.9) karenit
keadaan aliran loncatan penuh pada spillway dern loncatan balik pada
bendun-e dan tebal aliran di kaki spillway , D,, lebih kecil dari pada tebal
aliran di kaki bendung, Dr. Akibatnya bilangan Froude pada bendung akan
lebih kecil dari pada bilangan Froude pada spillway, atau untuk:
. spillway, Fr, = V, / .[D,; zr,
Y r=
,,[ig + loncatan penuh
. spillway.Frr=vr'f '[gDr: vr=t]2go- oz). -+ loncatan balik

i
i

Gbn 3.6.5.8. Dctrth datr.f'oro bertdung Seltmrtt' Rengkrrltt Gbr.3.6.5,9. SifcLt peredam energi USBR
Catatan:peredamenergitipeUSBR(Gbr.3.6.5.10)masihdapatdipakai Dimensi peredam energi USBR
hasil uji model fisik'
untuk bendung, tetapi ukurannya disesuaikan berdasarkan
Salah satu contoh
bukan berdasarkan grafik-graiik yang diterbitkan USBR. sScllofl I
iar,rn,rL ilr'l[5lr4AIlOrl C] ftrE
sEcTroll
sIrLLtx6 D)Silr rcn,il6rl cirt
z

,rraniuirc JU!p c" r,onrzc,lTrL alnods rr/0 [ARIr ods sPrLLw^i5 A:10
penggunaantipeiniyaitupadabendungCiliman,JawaBarat(Gbr.3.6.5'll). l0Asr,l ll L^rlGE CAxAL SrnUc
{gtstn l| )
luilt9

JvFr..d tot,^ rr^1,^ rra,(rd .5.ur ll


<h!,a 5ra<lr o^, a.^ror.d

af ur. c^ ilii !r.rr.!rr. l.'i! .cn:r

prrjruq {lr0IIr}rs !r,Jr|,u,r T * oE,'rtrs


I.,'rtaourI I r.a1 Plur )

Proportaotur for Froude tumbcrs 2.5 to 1.5


Bosin III Bosin IV

Cfr. S.OSIO. Bentuk clan tipe peredcun energi USBR

aiiffiERrsrics
Gbr. 3.6.5.12. Grafik-grafik karakteristik stilling basin / peredam energi USltlt
bagian I s.d 3.
Gbr.3.6.5.ll.PemanfautLutPereLlutnent'rgitipeL/sBRpadabentlLrttgCilinton'
Teluklada, Jttwa Roral Catatan: gra/ik-grafik dikutip dari Pustaka l6
F*l
Bentuk bangunan dibuat berkotak-kotak, permeable/lulus air yattg tcrtliri
5.5 Peredam energi tipe kotak-kotak
dari balok-balok beton yang bersilang memanjang - melintang. Kotak-kolrk
Tipe lain dari bangunan (Gbr'
tersebut diisi dengan batu lepas dengan diameter sekitar 0,30 meter
peredam energi Yang telah
3.6.s.l3).
diterapkan pada bendung Yaitu
tipe kotak-kotak. PeneraPan- 6. Tembok Sayap, Tembok Pangkal dan Pengarah
nya dilakukan Pada ruang Arus
olakan kedua bendung- 6.1. Tembok saYaP hilir
bendung Barugbug dan Tajum.
1. Definisi dan fungsi
Peredam energi ini Tembok sayap hilir adalah tembok sayap yang terletak di bagian kanan
digunakan sebagai tambahan
dan kiri peredam energi bendung yang menerus ke hilir dari tembok
pangkal
peredam energi di hilir Pere- peredam
bendung dengan bentuk dan ukuran yang berkaitan dengan ukuran
dam energi yang telah ada gerowongan dan
energi. Frngriryu sebagai pembatas, pengarah arus, penahan
sebelumnya dan sudah tidak
longsoran tebing sungai di hilir bangunan dan pencegah aliran samping'
efektif bekerja karena berba- 2. Penentuan dimensi
gai sebab antara lain Pengge-
Dalam penentuan dimensi tembok sayap hilir hendaknya berdasarkan:
rusan setemPat Yang dalam,
. dimensi berdasarkan peredam energi,
dan teriadinya degradasi dasar
o Seometri sungai di sekitar dan di
hilirnya,
sungai.
. tinggi muka air hilir desain,
Maksud Pembuatan tipe o penggerusan setempat yang akan terjadi dan sebagainya'
ini yaitu untuk mengurangi
tekanan air ke atas Pada
3. Bentuk saYaP hilir
Bentuk sayap hilir benclung dapat didesain (perhatikan Gbr. 3.6.6.1) yakni:
bagian peredam energi lama'
bentukrmiring sebagai kelanjutan dari tembok pangkal bendung,
sehingga kerusakan bangunan tebing,
Gbr. 3.6.5.13a. Bendurtg Tctjum - Jttwa Tengah bagian u.lung tiitir tembok sayap dibulatkan dan masuk ke dalam
dapat dicegah. akhir tembok pangkal
uaiian awaitembok sayap hilir yang miring dan
khusus untuk
dimulai dari sekitar tengah-tengah lantai peredam energi;
peredam energi tiPe lantai datar,
untuk peredam energi tipe cekung, bagian awal tembok sayap hilir
yang
miringdan akhir tembok pangkal dimulai dari ujung ambang akhir'

Gbr. 3.6.6.1. Bentuk uiung tembok sayap hilir meleng,kung, ttrttsttl'


perboikan bendung Thiurtt tebing di bendung K. SaPi, Jctcng
Gbr. 3.6.5.13. Peredttrtt energi tipe korak-kotnk' lottuk
r7l
4. Ukuran tembok sayap
. panjang tembok bagian yang lurus yaituVz L* + L*
dimanat L. = panjang lantai datar peredam energi
Lx = panjang tembok sayap; (1,25 - 1,5) x L
. kemiringan tembok sayap dapat diambil dengan kemiringan 1:1

Selanjutnya perhatikan Gbr. 3.6.6.2.

1'
o
-t
o
2
o
>

r
I,
Ir
:-:)
t: I

Gbr. 3.6.6.2 a. Bentuk ujung tembok sayap hilir Bendung Lttmasi, SulSel

5. Masalah yang ada


hilir tembok
Pada loto 3.6.6.3 tampak penggerusan setempat yang terjadi di
Gbr. 3.6.6.2. Ltkuran tembok sar-ap hilir sayap hilir. Penggerusan berbentuk "bawang" dan umumnya terjadi akibat
gerusan oleh pusaran balik aliran searah dengan jarum jam pada bagian kanan 4. Ukuran hidraulik.
clan berlawanan dengan jarum jam pada bagian kiri. Banyak tembok sayap hilir a tinggi pangkal bendung sama dengan tinggi n-ruka air udik rencana ditambah
bendung yang rusak akibat bahaya penggerusan setempat seperti ini (Gbr.
tinggi jagaan (free board) sebesar antara satu sampai satu setengah meter
3.6.6.3).Salah satu cara penanggulangannya yang tepat dan telah banyak berhasil atau aman terhadap debit desain tertentu. Tinggi jagaan dapat diambil
yaitu dengan melcngkungkan bagian ujung tembok sayap tersebut dan masuk sedemikian sehingga muka air sungai dengan debit banjir kala ulang tertentu
ke dalam tebing sungai dengan ukuran dan bentuk yang diuraikan di muka, yang tidak melampauinya,
ternyata cukup handal dan diperoleh dari berpuluh-puluh percobaan pengaliran. panjang tembok pangkal ke udik dipengaruhi oleh adanya bangunan intakc
dan tata letak jembatan lalu lintas; dan panjangnya antara sisi tembok in-
take ke udik lebih besar dari dua kali tinggi air (Cbr. 3.6.6.4).

Gbr. 3.6.6.3, Masalalt di ujung tentbok sctvap hilir

6.2 Tembok Pangkal Bendung


1. Definisi
Tembok pangkal bendung adalah tembok yang berada di kiri kanan
pangkal bendung dengan tinggi tertentu yang menghalangi luapan aliran pada
debit desain tertentu ke samping kiri dan kanan'
2. Fungsi
Tembok pangkal bendung berfungsi sebagai pengarah arus agar arah aliran Gbr. 3.6.6.4. Contoh tembok pangkal benclung, tembok saltap udik,
sungai tegak lurus (frontal) terhadap sumbu bendung, sebagai penahan tanah, dcur pengarerh arus

pencegah rembesan samping, pangkal jembatan dan sebagainya' Pangkal 6.3 Tembok sayap udik dan pengarah arus
bendung juga menghubungkan antara bendung dan tanggul banjir dan tanggul l. Definisi
penutup.
Tembok sayap udik adalah tembok sayap yang Inenerus ke udik tlali
3. Bentuk tembok pangkal dengan bentuk dan ukuran yang disesuaikan dengan fungsinyrr
Bentuk pangkal bendung umumnya ditentukan vertikal dengan ukuran sebagai pen-earah arus, pelindung tebing dan atau pelindung tanggul penulul)
panjang ke udik dan ke hilimya yang sesuai dengan fungsinya yang harus dicapai. dari arus yang deras.
2. Ukuran VII. RIP - RAP
Arah clan ukurannyar disesuaikan dengan fungsinya sebagai pengarah arus
pelindung tebing atau tanggul penutup dan disesuaikan dengan pangkal bendung 1. Definisi dan fungsi
darigeometri badan sungai (Gbr. 3.6.6.5). Rip-rap yaitu susunan bongkahan batu alam atau blok-blok beton buatan
3. Bentuk dengan ukuran dan volume tertentu yang digunakan antara lain sebagai tambahan
Bentuknya miringdengan perbandingan I : I atau 1 : I Vz.Pertemuannya peredam ener-ei di hilir bendung dan berfun-esi pula sebagai lapisan perisai untuk
dengan tembok pangkal dibuat menyudut kurang lebih 45'. men-9uran-qi kedalaman penggerusan setenlpat dan untuk melindungi tanzrh dasar
di hilir peredam energi bendung.

2. Jenis rip-rap
Rip-rap dapat dibedakan menjadi:
. timbunan bongkah batu alam,
o susunan blok-blok beton berbentuk segi empat, segi panjang dan sebagainya.

3, Penerapan
Rip-rap yang digr-rnakan sebagai tarnbahan fun-qsi peredaman energi
bendung, diterapkan pada:
. sep:lnjang bagian hilir ambang akhir,
r sepanjang bagian kaki tembok sayap hilir.

4. Bentuk dan ukuran


Bentuk dan ukuran rip-rap bongkahan batu;
o bentuk batu relatif bulat, padat, keras dengan berat jenis 2,4 t/m3
a diameter batu berkisar 0,30 m
o volume batu yang cukup
a kedalaman sekitar 2,00 m untuk bagian hilir ambang akhir dan sekitar I ,-50
untuk bagian di kaki tembok sayap hilir.

5. Sistem kerja rip-rap


Di dasar sungai di hilir bangunan peredam energi bendr:ng terjadi kecepatan
aliran sungai yang besarnya bervariasi. Rip-rap yang terdiri dari susunan batu-
batu lepas tersebut yang terkena aliran deras akan ntenyebar, masuk dan menutup
lLrbang penggerusan setempat, sehingga clapat menjadi perisai atau pelindr:ng
dasar sungai dari bahaya peng-
gerusan.

6. Pemasangan
rip-rap
Rip-rap batu yang di-
desain di hilir bendung dipasang .e;ttJr L i I
(kilkrl, posir )
dengan bentuk miring dan
bentuk rata seperti ditunjukkan
Gbr. 3.6.6.5. Contolt tembok pengarah orLtr^ poda bentltrttg Krtteng Tiro. Aceh
Cbr. 3.7.1.
( tttas ) clcut bendung Lang,la, Jawu Barat (baw'c*) Gbr. 3.7.1. Bentrrk pemaslngul rip- rup

f*arl
7, Ukuran batu riP-raP USBR rip-rap batu dengan diameter batu antara 0,30 - 0,40 meter dengan panjang,
USBR telah membuat suatu grafik hubungan antara kecepatan di dasar lebar dan clalam/volurne tertentu. Bila rumus di atas digunakan. dengan
sungai clalam feet per detik dan ukut'an batu dalam inci serta berat batu (Gbr. mengambil kecepatan aliran sebesar'4 m/det, maka diameter batu, d. yang
3.1.2). dibutuhkan menjadi:
Grafik ini bila ditelaah maka: d = 0.79v2129 = 0,19 42119 . BZ
belum diketahui bilamana batu I d = 0,60m, catatan; untuk batu alam dengan ukuratr ini sr-rlit ditemukan.
ac00 L
mulai goyang dan bergerak Pada
suatu kecepatan aliran tertentu,
!ro0 q
l:oc a
a 8. Rip-rap beton
ba-eai mana pengaruh hubungan ,6
Rip-rap beton bentuk persegi panjang ukurirn lx lx2m digunakan untuk
rooo B pengamanan bendung Walahar (Gbr. 3.7.3 atas) dan rip-rap beton persegi empat
antara kecepatan aliran dengan
cliameter batu, berat batu, bila
rsoo 'j digunakun di kaki sayap hilir bendung Rentang di Jaul Barat. Penetapatt irti
batu-battu rip-rap tersebut tidak
=10
; ,0m z dimaksudkan untuk pengamanan bendr.rng Walahar clari bahaya penggerllsan
eoc 3
disusun dalam bentuk horizontal, r ta
ECC
iCC r
setempat dan degradasi dasar sungai. Bentuk dan ukuran rip-rap bersama-
500 ;
(l: n) sePerti sama bangunan peredam energinya cliperoleh dari uji model fisik di laboratorium
misalnya rniring
lazimnya rip-rap di hilir peredam ruo i
hiclrolika DPMA. Rip-rap beton yang diterapkan di kaki tembok sayap hilir
6 l{l
roo a bendun-q Rentang adalah bentuk persegi empat, ukuran lx I x I meter. Selain itu,
energi bendtrng di Indonesia. rt0
diterapkan pula rip-rap batu di hilir peredam energi bendung Rentan-9 seperti
Grafik USBR, itu hanYa rOJ
,sb tampak pada fbto Gbr. 3.7.3 bawah.
10:
menunjukkan hal-hal berikut: 159
diaureter batu yang dibutuhkan 't
I
I

meni n-ekat secara ProPorsional


dengan meningkatnya kecePatan
aliran di dasar sungai, s

ukuratt diameter batu samPai


dengan 48" dengan kecePatan € .^tr
f-
aliran sampai den-ean 18ft/sec, - 'T
rip-rap clisusun dalam bentuk hori-
F
zontal, t-
gratik dibuat dalam satuan feet -L
dan bila dijadikan satuan meter ",1 kdU&-$
maka diperoleh rumus: G.ofik taul pc..^.a^m u|ura^ Pon^eo^ bdu totont
d = 0.79 v2l2g
climana: Gbr. 3.7.2. Grafik'grrlik USBR

d = diameter bittr-r
v = kecepatan aliran di dasar
g = percepatan gravitttsi
Dalam kailannya penggunaan rip-rap sebagai lambahan untuk mengltllrn-ui
kedalaman penggerusan setempat cli hilir bangunan pereclam encrgi bendung.
rnaka gralik USBR itu perlu diteliti dan dikembangkan lebih lanjLrt sehingga
sesuai dengan kondisi sungai di Indonesiil.
Berdasarkan hasil u.ii model fisik terhadap puluhan bendung yan-u
Gbr. 3.7.3. Contoh pengguttout rip-rap bcton di bencluttg Wulultur dan
menggunakan rip-rap di hi tir peredam energinya biasanya disarankan pengglrnaan lterrlwtg Rentang, Jawa llarat
9. Rip-rap bronjong VIII. STABILITAS BENDUNG
Penggunaan hronjong kawat di hilir bangunan peredam ener-qi bendung
untuk maksud mengurangi bahaya penggerusan setempat telah pula diterapkan
1. Umum
Salah satu persyaratan keamanan bendung yaitu harus stabil tellrarlirp
diberbagai bendung. Sebagai perlindungan dasar sungai clari bahaya pen-ggerLrsan
geser. guling dan piping. Untuk itu harus dihitun-g gaya--saya yang bekerja ptcll
setempat dari banyak pen-galaman penerapan rip-rap bronjong kurang tepat
bangunan yaitu:
dan kurang berhasil. Hal ini dikarenakan faktor-faktor seperti berikut:
. bronjon_S yang br-rkan jenis bronjong Maccatferi berkarat. kuran-9 tahan
o berat sendiri bangunan,
terhadap -eaya bentureur batu dan benda padat lain yang terbawa aliran
. tekanan air normal setinggi bendung dan setinggi muka air banjir desain,
sun-9ai,
. tekanan Iurnpur,
. batu tidak seragam dan bila kawatnya putus maka batu-batu itu akan hanyut.
o gala sernpa, tekanan air di bawah bendung atau uplif t.
. karena perbedaan kekasaran antara broniong dan tanah dasar di hilirnya Selanjutnya gaya-gaya yang beke{a pada bangunan itu dianalisis clan
maka di hilir bronjong akan terjadi pen-qgerusan setempat (Gbr. 3.7.4 atas) dikontrol stabilitasnya terhadap faktor-faktor keamanannyu. Perh itun-9an
y an-e membahayakan ban-9u nan, dilakukan den-9an tinjauan panjang satu lreter.
. karenir bronjong f'lexible dan bila terjadi penggerusan setempat di hilirnya 2. Langkah Perhitungan
rnaka bronjong itr.r akan ikut turun, dan jika kawatnya tak kr.rat akan putus
Hitung berat sendiri bangunan 50 , r20, 250
sehingga batu-batunya hanyut yang akhirnya bronjongpun rusak.
yaitu:
. ba-siian yang dihitung hanya /lL
,/l I

tubnh bendung saja, dan selanjut- ' r--l"'l I.1 I

nya dibagi dalam bentuk tertentll.


x6
. hitlrng gaya yang bekerja yaitu 4l
luas penampang dikalikan berat r
-jenis pasangan batu = 2,2 tonl G5

m3,
. hitung momeu gaya-gaya :
tersebut terhadap suatu titik
yaitu perkalian gaya dengan T--7
I l,/
jaraknya, A
I tu.,
. .jumlahkan seluruh gaya-gaya I

lr-
I

yang bekerja dan momennya


clari bagi an-bagian yang ditinjau. LJ
Pengaruh gempa; dihitung
clen-9an cara mengalikan koefisiert
gempa clen-9an besarnya gaya.
Selan jutnya hitung pula mornen-
momen gaya tersebut.
Tekanan air normal; yaitu
tekanan air setinggi mercu bendung
terhadap tLrbuh bendung. Di hilir
bangunan clianggap kosong, tanPa
Gbr. 3.7.4. Rip-rap bronjong puda battduttg cli Ytgvakarto (otct't) ada air. Untuk memuclahkan Gbr. 3.8.1. Gavu',q,ttt,u )'ang lx'krrjrt
tlctn rip-rap batu ltada bendung Suliti, Sumateru Burat (ba*^ah) perhiturrgan gaya horizontal dan gaya puclu butrg,r.tttutt

I
vertikal dikerjakan secara terpisah. Selanjutnya hitung -saya-gaya tekanan air dimana: MT = momen tahanan
dan momen -9aya. MG = momen guling
'l'ekanan air banjir; yaitu tekanan air setinggi muka air banjir pacla debit c) eksentrisitas pembebanan atau jarak dari pusat gravitasi dasar
banjir desain. Di hilir ban-eunan terdapat aliran setinggi rnuka air barr,lir pula. sampai titik potong resultante dengan dasart resultante gaya--qaya
Selaniutnya lakukan langkah perhitungan yan-q sama clengan air normal. harus masuk daerah kern (galih) yang dapat dinyatakan dengan
Tekanan lumpur; yaitu tekanan lumpur terhadap bangunan di udik rumus:
bendung. MT - MG
e= %B-( )<r/6B
3. Contoh Perhitungan :V
1) Stabilitas bangunan dimana: e= eksentrisitas
(I ) Hitun-e berat ser-rdiri bangunan, yaitu bagian per bagian v.lLrnre, beral, B= lebar dasar
jarak titik berat terhadap sumbu y. sumbu x dan momen tahanan (Gbr. MT= momen tahanan
.l.B.l ). MG= momen guling
(2) TentLrkan koeflsien gelnpa dari peta
-qempa
Indonesia darr hitun,g gaya IV = iumlah gaya vertikal
gempa serta momen gulingnya.
(3) Hihrng gaya hidrostatis pada keadaan air normal dan keadaan air banjir.
Dalam perhitungan ini dihitung jumlah gaya-gaya horizontal, vertikal,
morren guling dan mouren tahanannya.
(4) Hitung gaya tekanan lumpur serta momen tahanannya.
(-5) Hitung gaya tekanan uplil't disetiap titik untuk keadaan air normal clan O-l : Lv
banjir, yang dapat dihitung dengan rumus: l-2 : LH

t 2-5 = Lv
3-4 ; Ltl
U*=h*- -- o'
TL
L*=Lu+ll3Ln
Gbr. 3.8.2. Penrcriksoutr .vtabilitas bangunott

dimana: U" = gaya tekanan ke atas di titik x, kg/m


(7) Periksa terhadap daya dukung tanah pada keadaan air normal dan
Hx = tinggi ener,gi di udik bendung, m
keadaan air banjir.
L, = jaraksepanjang bidang kontak clari udik sampai titik x.m
(a) Hitung tegangzrn izin = o
L
= panjang total bidang kontak, m
(b) Hitung tegangan tanah yang terjadi yang dapat dihitung dengan
AH= beda tinggi energi, m
rumus:
= panjang bidang vertikal, m
\ V6e
Lr, = panjan-u bidang horizontal, nr O,,=- ( lt-)
((r) Periksa stabilitas bangunan untuk keadaan air normal dan kcadaan air BB
banjir. Pemeriksaan dilakukan terhadap bahaya:
a) guling : f aktor keamanan (Fk) = MT / MG > 1,5 dimanai o,., = tegangan tanah
b) geser : koefisier-r geser(f) - tg V = gala-galavertikal
gayatahan =l.v=xton B = lebar dasar
e = eksentrisitas
gaya tahar-t (c) Persyaratannya yaitLr bila o, ( 6 dan o2 >0
faktor keamanan (Fk) = > l.-5 2) Panjang lantai udik
I gaya horizontal
(1) Periksa dan tentukan harga weighted creep ratio, C

I 72il
(2) Hitung perbedaan antara tinggi muka air udik dan hilir, A h, pada keadaan
air normal dan banjir dan ambil untuk keadaan tekanan yang lebih besar.
(3) Hitung panjang garis rayapan yang dapat dihitung dengan cara Lane:
LwPerlu=ILv+l/3 ILH
dimana: Lw - panjang garis rayapan total CONTOH DCSAIN HIDRAULIK
Lv - panjang garis rayapan dalam arah vertikal
LH = panjang garis rayapan dalam arah horizontal
(4) Periksa; panjang garis rayapan hasil perhitungan harus lebih besar dari
pada panjang bidang kontak yang ada. 1. Umum dan Tahapan Desain
3) Tebal lantai hilir Contoh desain hidraulik bendung tetap berikut dimaksudkan untuk lebih
(1) Ambil tebal lantai hilir untuk potongan yang paling tebal dan paling memahami teori yang dikemukakan di muka. Contoh ini diambil dari salah
kecil, t. szrtu pekerjaan desain hidraulik bendung di Indonesia.
(2) Tentukan berat jenis bahan, misalnya untuk pasangan batu kali,y - 2,2 Tahapan desain hidraulik bendung tetap contoh ini yaitu seperti berikut:
ton/m3 . Data awal seperti debit banjir desain sungai, debit penyadapan ke intake,
(3) Tentukan tekanan uplift; yang dihitung dengan rumus seperti disebut keadaan hidraulik sungai, tinggi muka air sungai saat banjir, elevasi lahan
pada pasal l)
bagian (5). yang akan diairi telah diketahui.
(4) Periksa syarat keseimbangan, bila : Ux < t, Y maka ketebalan lantai . Perhitungan untuk penentuan elevasi mercu bendung.
yang ditentukan memadai. . Penentuan panjang mercu bendung.
. Penetapan ukuran lebar pembilas dan lebar pilar pembilas
o Perhitungan penentuan ketinggian elevasi muka air banjir di udik bendung.
. Penetapan ukuran mercu bendung dan tubuh bendung.

.-.-----=--)
/ ),)
----+ o
.
.
o
Perhitungan dimensi hidraulik bangunan intake.
Penetapan dimensi hidraulik bangunan pembilas.
Penetapan tipe, bentuk, dan ukuran bangunan peredam energi.
Perhitungan panjang lantai udik bendung.
\-- .,'' . Penetapan dimensi bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan
tembok sayap hilir, dan sebagainya.
Dalam desain ini digunakan kriteria, yaitu:
o Tinggi muka air banjir di udik bendung harus lebih rendah atau sama dengan
empat meter.
r Tinggi mercu bendung ke dasar sungai di hilir harus lebih rendah atau
sama dengan sepuluh meter.
Untuk desain mercu dan tubuh bendung dengan persyaratan, yaitu:
. Bentuk mercu bendung tipe bulat, jari-jari pembulatan satu radius.
Gbr. 3.8.3. Pemeriksaan tebal lantai hilir . Bidang hilir tubuh bendung di bagian hilir mercu dibuat dengan kemiringan
yang perbandingannya yaitu 1:1.

2. Data
Data yang diperlukan sehubungan dengan desain ini dan telah tersedia,
yaitu:
. Peta topografi.
. Peta situasi sungai, skala 1:2000. dimana diketahui: - Elevasi permukaan air cli udik saluran pengantar/tepat di hilir intake
- lebar palung sun-9ai antara -50 m - 60 m bendung: +86,18 + (70+30) x 0,00016 = 86,20
- Elevasi dasar sungai rata-rata disekitar rencana benduns + t32,70 - Kehilangan tekanan pada intake di ambil = 0,20
. Peta daerah irigasi dimana diketahui: - Elevasi muka erir di udik intake: +86.20 + 0.20 = 86.40
- Luas daerah irigasi yang akan ditriri 6.229 hektar. - Kehilangan tekanan akibat eksploitasi diambil = 0,10
- Elevasi lahan yang tertinggi yang akan diairi + 84,80.
Jadi, ketinggian elevasi mercu bendung +86,40 + 0,l0 = +[t6,50.
. Debit banjir desain sungai dan elevasi muka air hilir (tail water) pada Kesimpulan:
Q1,,,,= + 85,56 - Ketinggian elevasi mercrl bendung berdasarkan elevasi sawah yan-[
. Debit desain intake = 7.70 mj/dt akan di airi: +86,30
3. Perhitungan Hidraulik Bendung - Ketin-egian elevasi fflercu bendung berdasarkan kebutuharr tinggi
tekanan yang diperlr.rkan untuk pembilasan: +tt6,50
3.1 Perhitungan Penentuan Elevasi Mercu Bendung
l) Perhitun-qan penentuan elevasi mercu bendrlng clcn-9an memperhttikan
- Jadi. ketinggian mercu bendung ditetapkan pada elevasi + 86, 50
faktor ketinggian elevasi sawah tertinggi yang akan diairi. Cara perhitungan
dilakukan seperti berikut: # - IBENDUNG-SuNG;;:
- Tinggi sawah yan-q akan diairi berelevasi +84.80
- Tinggi air di sawah di ambil 0.10 rn
- Kehilangan tekanan dari sawah ke saluran tersier' 0.10 m -A
/:
Kehilangan tekanan dari sirluran tersier ke saluran sekunder: 0.10 m
Kehilangan tekanan clari saluran sekunder ke saluran induk 0.l0 m
lf;qr'.,,',"., ,_*
iYvA$"
Kehilangan tekanan akibat kerniringan saluran induk ke ; i.'
,c,

sedimen trap 0,r5 m


- Kehilangan tekanan akibat bangunan Lrkur 0,40 m I\.t,\I(E S.,,trLt;
- Kehilangan tekanan dari sedimen trap ke intake 0,2-5 rn I

- Kehilangan tekanan pada intake 0,20 m


- Kehilangan tekanan akibat eksploitasi 0,10 rr
Jadi ketinggian elevasi mercu bendung : +86,30 I

2) Perhitungan penentuan elevasi mercu bendung dengatt rnemperhatikan


faktor tinggi tekanan yang diperlukan untuk peurbilasan sedimen. Bcnclung Gbr. 4.1. Skema Pettentuuu Elewr.si Mercu Bttrcluttg
ini direncanakan dilengkapi dengarr penangkap sedimen dan bangunan
pernbilas lurus tipe undersluice. penunekap seclimen direncanakan den,Ean t, Penentuan panjang mercu bendung
ukuran seperti berikLrt: Panjang mercll bendung ditentr"rkan 1.2 kali lebar sLrngai rata-rata. I-ebar
- Panjang penan-ekap sedimen : 70,0 rn sun-9ai direncana lokasi bendung bervariasi antara 50m sampai dengan
- Panjang saluran pen-qantar ke penangkap sedimen : 30,0 rr -55m. Lebar sungai rata-rata diambil 52rn. Panjan-q merclr bendung yaitu
- Kemiringan permukaan sedimen di penangkap sedimen : l,2x52m= 62,4. Ptrnjan g mercu ditetapkan 62,0 m
0,000 r 6 3.3 Penentuan lebar lubang dan pilar pembilas
- Elevasi dasar penan-ekap sedimen bagian hilir : +ti3.78 Lebar bangunan pembilas diambil sepersepuluh kali lebar sungai rata-rata
- Elevasi muka ail di penangkap sedimen bagian hilir : +t16.lll yaitu l/10 x 52,0 rn = 5.00 m. Pembilas dibuat 2 buah masing-rnasin-e
Cara perhitungan dilakukan seperti berikut: 2,-50m. Lebar pilar pe'mbilas ditetapkan 2 buah dengan lebar masins-masirrg
- Elevasi permukaan air di kantong sedimen bagian udik: +86.18 + pilar 1,50 m.
(70x0,00016) = +86,19
3.4 Perhitungan paniang mercu bendung efektif
Panjang mercu bendung et'ektif dihitung den-oian menggunakan rurnr-ts:
Langkah kedua diasumsikan nilai B" = 61,28 m
B"=Bb-2(nk,,+k,,)H"
dimana:
Qo = C'Bo'H"/t
H" = (-!o-)"
B" = panjang mercu bendung efektif, m C .B* :i
Bi = panjang mercu bendung bruto = 62m (_ 700 )u3
[ = jumlah pilar Pembilas, m H=
kp = koefisien kontraksi pilar = 0,01
( 2.19 x 6l,28 )
k; = koefisien kontraksi pangkal bendung = 0'10 H" = 3,07m - 3'00 m
H" = tinggi energi Nilai H" diambil 3,00 m, sehingga B" dapat dihitung:
Perhitungan panjang mercu bendung ef'ektif, yaitu:
Bu = 62 - 0'24 H"
B* = 62'0.24 .3
B" = Bb-2(nkp+ka)Hg B" = 6l'28 m
B" = 62-2(2x0,01 +0,1)He Tinggi tekanan (desain head)
B" = 62-o,24He Tinggi tekanan, Ha ditentukan dengan persamaan:
3.5 Perhitungan tinggi muka air banjir di udik bendung H. = H.-v2l2g
Elevasi rnuka air baniir di udik bendung dapat diketahui dengan
menghitung v2l2g = 0 (diabaikan)
tinggi energi dengan menggunakan persamaan seperti berikut: Ho = 3'00m
Qu = c.B"'H"t" Kesimpulan:
dimana: - Tinggi muka air banjir di udik bendung - Ho = 3,00m
Q,r = debit banjir sungai rencana = 700 m3/s - Elevasi muka air banjir = +86,50 * 3,0 = +89.50
C= koefisien debit pelimPah
3.6 Penentuan nilai jari-jari mercu bendung
B" = panjang mercu bendung efektif, 62.0m Nilai jari-jari mercu bendung ditentukan berdasarkan grafik hubungan
H. = tinggi enetgi' m' antara tinggi muka air udik, h, dan besarnya jari-jari (r) serta debit
Koetisien debit pelimpah, C, nilainya dihitung dengan menggunakan pengaturan lebar yang diterbitkan oleh DPMA'
persamaan: Dari grafik tersebut, untuk ho = H, = 3,00 m dan q = l1'4m3ldtlmr diperoleh
C = 3,97 (H"/Hd)o'r2 dimana H" = Ho nilai r = 2,3 m. Diambil r = 2,50 m.
DaripersamaantersebutdiperolehnilaiC=2,19(lihatopenchannel Dengan menggunakan grafik penentuan bahaya kavitasi di hilir mercu
hydraulic, V.T. ChPw, hal 369). bendung yang juga diterbitkan oleh DPMA dapat diketahui bahaya kavitasi
Dari persamaan di atas tinggi energi dapat dihitung' yaitu: di hilir mercu bendung' Untuk nilai H. = 3'00 m' dan r = 2'50 m' tekanan
"Qn=c.8".H"3/2 berada di daerah positif, jadi tidak ada bahaya kavitasi.
dimana: 3.7 Resume perhitungan hidraulik bendung
Qo = 700 m3/s Elevasi mercu bendung +86,50
B" = 62 -o'24H" Panjang mercu bendurig 62,0 m
C = 2.19 Lebar pembilas 2 x2,50 m 5,0 m
Perhitungan dilakukan dengan cara trial & el'ror' Lebar pilar pembilas 2 x 1,50 m 3,0 m
. Langkah pertama diasumsikan nilai B" = 61,50 m Panjang bendung total 70m
Qo = c .B"'H"t" Tinggi muka air di udik bendung 3,0 m
H" = (-!r-) " Elevasi muka air banjir +89,50
(c.8") Tinggi pembendungan 3,0 m
H"=( 700 )u3 Kemiringan tubuh bendung l:1
( 2,19 x 61 ,50 )
H" = 3'oo m
. Tinggi ambang akhir dihitung dengan rumus:
MUKA AIR UDTK a = (0,2a 0,3) D2
o Lebar ambang akhir dihitung dengan rLrmus:
MERCU BENDUNG b=2xa
Keterangan:
E = parameter energi
q- debit desain persatuan lebar pelimpah bendung m3/dt/rn'
L_ perbedaan tinggi muka air udik dan hilir, m
g= percepatan gravitasi m/dt2
Ds= kedalaman lantai peredam energi, m
r:2150 tinggi ambang akhir, m
b - lebar ambang akhir, m
Gbr. 4'2 lJenttrk tlan [Jkttran Mercu Bentlung
D, = kedalaman air di hilir' m
4.3. Desain dimensi peredam energi
4. Perhitungan Dimensi Peredam Energi
Debit desain persatuan lebar
4.1. Pemilihan tipe
Jenis sungai di daerah ini yakni sungai aluvial dengan angkutan sedimen
Q = 700 = 11,42 m3/dt/m'
6t,28
clominan fraksi pasir clan kerikil. Dengan memperhatikan jenis sungai tersebut,
z = 4,96m
maka ban-sunan peredam energi yang dipilih di sini yaitu lantai diltar dengan
g = 9,81 m/dt2
ambang akhir berkotak-kotak atau tipe MDO.
Dalam penggllnaan tipe ini ditentukan bentuk mercu bendung bulat Kedalam air di hilir: D2 = Y
dengan satu jari-jari pembulatan. bidang miring tubr"rh bendung bagian hilir Q=C.L.Y3t2
permukaannya bentuk miring dengan perbandingan I : l. Q = 700 m3/dt
4.2. Grafik dan rumus C = 1,7 (diperkirakan)
Dalam mendesain dimensi peredam energi tipe MDO ini digunakan grafrk- L = bentang sungai rata-rata di hilir = 70 m
gralik yang cliterbitkan oleh DPMA. Grafik-gral'ik tersebut yaitu grafik untuk Y=( O )"'
menentukan dimensi peredam energi tipe MDO yakni seperti berikLrt: (C'L)
o Graflk untuk penentuan kedalaman lantai peredam energi Y= 700 =3,26m
. Grafik untuk penentuan panjan*u lantai peredam energi 1,7 x70
. Paran-leter energi ctihitung clengan rulnus sebagai berikut: Parameter energi
o Keclalaman lantai peredam energi dihitr-rn-c dengan rumus: E- 0 = 11.42 =0,33
_q
r=-----------:-
G, iest x4rd
Panjang lantai dan kedalaman lantai peredam energi:
V gr' LlDz = 1,26 : L/Dz diperoleh dari grafik MDO
L = 1,26X7 =8,28 - 8,00 m
Ds
ps = (Ds) (*) ; D,
diperoleh dari -erafik i
r
Kedalaman lantai peredam energi:
i
DlDz = 1,28 ;DlDz diperoleh dari grafik MDO
Panjang lantai peredam energi dihitung dengan rlrmus: D = 1,28 x 3,26 = 4,173 - 4,20 m
Tinggi ambang akhir:
1-s = (Ds) (#) ; # cliper-oleh ctari -grafik
a = 0,3 x3,26 = 0,97 - 1,0 m

fr-rl;;_l
b = 7,7 =3,81m
Lebar ambang akhir: 2,02
b =2a =2x1,0=2,0m b diambil 4,0m; dibuat 2 bukaan sehingga lebar pintu 2 x 2,0O m.
Kesimpulan:
Lebar bukaan pintu intake: 2 x 2,00 m
Tinggi bukaan luban-e intake: 1,20 m

Gbr. 4.3 Benluk dtu.t Ukurcut Perctlcun Energ,i Benclwtg,

5. Perhitungan Hidraulik Bangunan Intake


5.1 Bentuk intake
Intake didesain dengan bentuk biasa clengan lubang pengaliran terbuka
dilengkapi dengan dinding banjir. Arah intake terhadap sumbu sungai dibuat Gbr. 4.4 Pencnrpang Memaniang ltttake Bcnclwrg
tegak lurus. Lantai intake tanpa kemiringan dengan elevasi lantai sama tinggi
dengan elevasi plat undersluice.
5.3 Pemeriksaan diameter sed.imen yang masuk ke intake
Rumus yang digunakan untuk memperkirakan diameter partikel yang akan
5.2 Dimensi lubang intake
masuk ke intake, yaitu:
Dimensi lubang intake dihitung dengan persamaan:
. v =0,396{(Q"-l)d}u'
dimana:
Q,= p b.a@ v = kecepatan aliran, m/dt
dimana: Q, = berat jenis Partikel = 2,65
Qi = debit intake = 7 .70 mldt d = diameter partikel = m
tr = koefisien debit = 0,85 Kecepatan aliran yang mendekat ke intake dihitung dengan rumus:
b - lebar bukaan, m Q =A.v =m3/dt
a = tinggi bukaan, m v =Q/A=m/dt
g = percepatan gravitasi = 9,8 m2ldt dimana:
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan, m
Q = debit intake = 7,70 msldt
Perbandingan antara lebar bukaan dan tinggi bukaan ditqtapkan 2 : I A= luas penampang basah = m2
(pendekatan). Tinggi bukaan dihitun-e dari gambar 4.4 sehingga diperoleh nilai
v = kecepatan aliran = m/dt
sebesar 1,20m.
Perhitungan:
Perhitungan:
Kecepatan aliran:
Q,=Fb.aVzgz :

v = Q/A ; A=(2x2)xl/}m=4,80m2
7,70 = 0,85 . b . t,zo vL \8- 02
= 7,70 I 4,80 = 1,60 m/dt
Q = debit intake m3/dt = 7,70 m3ldt
Diameter partikel:
Ca = koefisien debit, diambil 0,94
v = 0,396 {(Qr- t;ct1nt B = Lebar bukaan pintu, m
1,60 = 0,396 {(2,65 - l)d}o'' Y = bukaan pintu
d - 9,8mm H = tinggi energi total diatas amban-e di udik pintu
Diameter partikel sedimen yang akan masuk ke intake diperkirakan
9,8mm. Q=0,948x0,63H@
5.4 Penetapan dimensi hidraulik bangunan pembilas Qn,n* = l'5g4BH3/2
Dimensi pembilas 7'70
Q*"*
Bangunan pembilas direncanakan dengan undersluice lurus (Gbr. 4.5). B = = ,,. ,r, = 4.83 m = 4.80 m
Dimensi lubang undersluice:
1.594H''' 1.594 x l'"-
- lebar lubang = 2,50 m pintu clibuat dengan clua lebar bukaan masing-masing selebar 2,40 m.
- tinggi lubang = 1,25 m Perhitungan kehilangan tekanan ( Ah); lihat gambar 4'6
- lebar mulut = 11,00 m
- lebar pilar = 1,50 m . Q,nr^
a,* -,
Anggapan -y-J
- undersluice dibagi 2 bagian

MERCU BENDUNG
4 = 0,495 ) diperoleh dari grafik
H
UNDERSLUICE PEMBILAS
Y,rn
PILAR -0.140 ) diperoleh dari grafik
QD, H
1\
Jadi Ah = 0,495 x 1,20 = 0,594 m - 0,60 m
-J-
2,50 Br-rkaan pintu minimum: (Ymin)
Ymin = 0,140 x 1,20 = 0, l7 m
1,50
Bukaan pintu maksimum: (Ymax)
2,50 Ymax = 0,63 x,1,20 =0,756 m - 0,76 m

INTAKE

Gbr. 4.5 Bentuk Denah Peniltilas Banrlung

5.5 Perhitungan bangunan ukur pada intake Gbr.4.6 Prtrameter Hitlraulik cli Intake Saluran
Tipe bangunan ukur pada intake yang dipilih yaitu jenis crum de cruyter,
karena debit intake besar. Perhitungan dilakukan seperti berikut: 6. Perhitungan Panjang Lantai Udik
6.1 Cara perhitungan
Q = ca'B.Y. Jzg(E:! Perhitungan panian-e lantai udik dilakukan dengan cara seperti berikut:
K = Y/H atau Y=0,63H - Panjang rayapan (creep lenght) harus cukup panjang untuk
Keterangan : l memperkecil aliran bawah (see page).

t
- Tentukan dengan cara perkiraan awal bentuk fundasi bendung dan
7. Penentuan Dimensi Tembol Pangkal dan
penjang lantai udik. Tembok Sayap
- bambarkan bentuk fundasi bendung dan panjang lantai udik tersebut 7.1 Tembok Pangkal
(Gambar 4.7). a) Ujung tembok plngkal bendung tegak ke arah hilir ditempatkan di tengah- '
- Hitung panjang lantai udik yang dibutuhkan' tengah panjang lantai peredam energi. Dalam desain ini. panjang d'trri mercu
- Jika panjang lantai udik hasil perhitungan lebih panjang dari pada yang bendung sampai dengan ujung amban.r-, akhir yaitu 18.00 m. Jadi ujung
dibutuhkan maka hasil perhitungan sudah memadai' tembok pangkal bendun-e tegak ke arah hilir panjangnya 9,00 m.
- Jika diperoleh sebaliknya maka ulangi perhitungan' b) Panjang pangkal tembok bendung tegak bagian udik dihitung dari mercu
6.2 Perhitungan panjang lantai udik bendung, diambil sama dengan panjang lantai peredam energi yaitu 10,00m.
c) Elevasi dekzerk tembok pangkal dilukis mercu:
Rumus yang digunakan berdasarkan teori Lane's:
Elevasi mercd bendung + Ha+jagaan = +86,50 + 3,0 m +1.50 m = +91,00
L=L" + /rL, d) Elevasi dekzerk tembok pangkal hilir mercu:
dimana: Elevasi dasar sungai + D2+.ia-Qaan = + 82,15 + 3,26m + 1,50 m = +u7.5 I
| = panjang total rayapan 7.2 Tembok Sayap
Lu = panjang vertikal rayapan
a) Panjang tembok sayap hilir:
L. = panjang horizontal rayaPan Lsi = 1,5 Ls = 1,5 x 10,0 m = 15,0 m
clalam desain ini diambil nilai: b) Elevasi dekzerk tembok sayap hilir : + 87,51
L
=4
AH
dimirna:
L - panjang rayapan
AH = kehilangan tekanan
Perhitungan:
Perhitungan dilakukan dengan kondisi tidak ada aliran dari udik sehingga
Q = 0 jadi:
AH = 86,50 - 79,50 = 7,00 m
Panjang rayaPan seharusnYa:
La>4x7,00m=28,00m
Berdasarkan gambar 4.7 diPeroleh:
Lu =2,5 + 6x1,5 + 3,80 + 1,5 + 2x2,00 + 4,25 + 1,98
Gbr. 4.7 Bentuk dan Ukurctn Fundasi Bendwtg
Lu =28,57
Lrt = 35,42 m
LP = Lv = ll3 Lrt
Lp =28,57 + ll3 35,42
Lp = 40,38 m
Jadi : Lu Yang dibutuhkan = 28'0 m
Lp, hasil Perhitungan = 40,38 m
)
Lp = 40,38 L6 = 28'00 OK
Panjang lantai udik cukup memadai.

t,
Moch. Memed. Ir. Dipl. HE, dan Erman Mawardi, Drs, Dipl. AIT. 1993.
Bendung Pada Sungai Dengan Angkutan Sedimen Batu Gelundung,
DAFTAR PUSTAKA Publikasi HATHI, No.6.

Ibid. Pengel&k Angkuta Sedifiet Ttpe Undershrice Dengan Perencanaart


Hidrolisr,la, Ptublikasi HATHI, No. 8.
Depanemen Pekerjaan U mum. lggl.Standa.d Tata Cara Perencanaon Teknik
Berdrrrlg. SKSNI, T-02-I99OR Jakafta. llid. Peturtiuk Pererrcarunn
Teknik Hidrauli* Bendung Derrg4r, Peteilam
Energi Tipe MDO,Prblikasi HATHI No. 5.
lbid. 1986. Standot Percncanaan lrigasi, Kriteria Perencanaan Bagian
Bd guna lltama, KP-02. Jakarta. Ibid. 1990. Pernakaian Bebempa Ttpe Pereda t Er.ergi Bendung di In-
doresra. Seminaron Theory and Applicalion on Hydmulic Phenomena
Ibid. 1995. Pedoman Tekfiis Seilethana Bangunan Pengairan IJnt k of Hydrauiic Structures,IHE andJICA.
Pedesaan, lrlk?t a.
lbid. 1998. Petunjuk Penenb&r, lnkdsi Bendufig. Seminar Desain benilang,
D.PM.A. 1975. l-aporan Penyelidikan Hi.t/,:olis Dengan Model Bank Pro- Bandung'
tectio lntake Beidurrg Glapan, Jateng, No- P 369. Tidak dilerbitkan.
Nippon Koei Co. Ltd. And PL Buana Archicon. Design Note on Eldraul )
lbid. tgis. la.porun penlel likan Eidtolit Dengan Model Tethadap Revet- Model test and Related Stad! ior lankeme lrigarion Proiect.
ment lldik.Tebingl Glapan Timur di K. Tuntang dengan Beberapa
No. P 369 A. Tidak direrbitkan.
Alrematif Konsrruksi, ^ke Peterka. A.J. 1963, Eydruulic Design of Sti ing Basins anil E$erg!
D;$rparorr, USBR, Denver Colorado.
D.V Joglekar. DR.l97l. Manual on Rivet Behaviour Con rol and Traia.
ing- Centml Board of Inigation and Pou'er, Ne,N Delhi. Sadeli Wiramihardja. Ir. 1980. Computot ta oJ Pem4nefit Wei.r, Directoftte
ofIrrigation, Dit. Gen. Of Water Resources Development. Ministry of
Erman Mawardi, Drs. Dipl. AI"l. lgg1. Pedomarl Pembudlan Tugas DPBA, Public works and Power
Desain HAruuUk Benluzg krdp, Fakultas Teknik UNPAR. Diktat
Kuliah. Th.D.Van Maanen. h 1924. Inigdliar, i4 Nederlandsch-Indie. Wilievreden,
Boekhandel Visser & Co.
lbid- 1992. Kenajudn Jepang di Bidang Pangan Tiniauan Terhadap Sisten
Irigasi dan Dmbuge,Tsukuba City, Japan. Laporan Teknis Intern.

lbid. 1994. Analisis Sl&bilitdt Bendung Tetap, FakLrhas Teknik UNPAR, Diktat
Kuliah.

I.HIE and JICA. 1990- Er.gineeing Manual For lrrigation & Drairrdge
Headworks.

M. Yusuf Cayo. Ir dkk. 1985.Perbai*an dan Pengaturan Sungai,Terjemnhm,


lakarta.

t--.-t
Membangun KincirAirPengambilAirBaku,ISIIN:()7()-.\197 l0 J' l'trsltllrrrrrp
Sumber Daya Air,2002.
organisasi Profesi yang pernah dan sedang digeluti adalah Anggota
BIOGRAFI Pengurus Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia, 1983-sekarang. Anggota
Pengurus HATHI Cabang Bandung, 1999-2002. Member of International As-
Erman Mawardi, lahir 17 Juli 1948 di Payakumbuh, sociation for Hydraulic Research (IAHR)' 1985-1999'
Sumatera Barat. Lulus dari Fakultas Keguruan Ihnu Teknik Pengabdian dalam bidang pendiclikan adalah dosen tidak tetap di Jurusan
(FKIT) IKIP Bandung, Jurusan Sipil tahun 1976. FKIT-IKIP Bandung, l9'76-1918 dan Tenaga Pengajar di Jurusan Sipil Fakultas
Melanjutkan studi di Asian Institute of Technology (AIT) Teknik Universitas Parahyangan. I 990-sekarang'
Bangkok, Thailand, Jurusan Hydraulic Engineering tahun
1979. Training di NRIAE, Tsukuba - Jepang pada bidang
Irrigation and Drainage Engineering, Juli - September 1992, atas bantuan
pemerintah Jepang melalui JICA.
Training dalam negeri, yang pernah dilaksanakan adalah Seminar fbr
Prof.essional Development Water Sector, Juni - Juli 1988 di Denpasar Bali, dan
Training for Dam Safety, 1988 di Bandung yang diselenggarakan oleh USBR
Colorado - USA yang bekerja sama dengan Puslitbang Pengairan Balitbang
P.U, Dep. P.U.
Jabatan yang disandang adalah Ahli Peneliti Muda Gol. IV C Bidang
Hidraulika, 2001 di Pusat Litbang Sumber Daya Air Balitbang Kimpraswil, Dep.
Kimpraswil.
Publikasi di Prosiding Internasional antara lain:
o Hydraulic Model Test fbr the Cisokan Weir, Java Indonesia, Proc. Japa-
nese Society Irrigation ancl Drainage and Reclamation Engineering,
Hokkaido, Japan,1992.
o River Morfology Impact of Proposed Bili-Bili Dam, Proc. of JICA-IPB,
Bogor,1992.
o Destruction of the cipamingkis River Environment, west Java Indonesia,
Proc. of the International Conference on Environmentally Sound Water
Resources Utilization, B angkok, Thailand, I 993.
o Application of a Bucket Type Energy Dissipator tor Low Head a Case
Study of The weir in Indonesia, Proc. l lth Congres of the IAHR-APD,
Yogyakarta, Indonesia, September 8- I 0' I 998.
o Damage of the cipager weir in west Java, Indonesia, A cause of Flood
and its Counter Measures, Proc. Symposium on Japan-Indonesia IDNDR
Project, Bandun-e. Indonesia' I 998'
o Fishway at Perjaya Headworks, Komering River, South Sumatera lndone-
sia (Field Observation and Evaluation) Proc. International Symposium on
Fishway and Tropical River Eco-HydraLrlics, Yogyakarta, Indonesia, Sep-
tember 4-5, 2001.
' Publikasi pada buku yang diterbitkan yaitu: Bangunan Sadap untuk
Irigasi Desa, ISBN : 979-319'7 -16- l, Puslitbang Sumber Daya Air, 2002, dan
BIOGRAFI
Ir. MOCH. MEMED, Dipl., HE., APU., lahir di
Sukabumi 25 Mei 1937. Lulus Jurusan Sipil Basah ITB
tahun 1964. Melanjutkan di Pasca Sarjana Delft Jurusan
Experimental and Theoretical Hydraulics.
Bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan menjabat
Kasi Hidrolika Sungai LPMA tahun 1967, Kasi Hidrolika
Umum tahun 1975. Kasubdit Hidrolika tahun 1982, Ka
Balai Penyelidikan Hidrolika 199'7 , dan sebagai Ahli Peneliti Muda 1994; Ahli
Peneliti Madya 1997 dan terakhir Ahli Peneliti Utama tahun 2000. Pensiun
dari PNS dengan pangkat Ahli Peneliti Utama Gol. IV E pada bulan Juni 2002.
Tanda Jasa yang diperoleh: Penghargaan Tanda Kehormatan Satya
Lencana Pembangunan dari Presiden RI 1980, Piagam Penghargaan Menteri
PU 1980, Piagam Satya Lencana Karya Satya XX (dua puluh) tahun darr
Menteri PU 1982, Piagam Penghargaan Jasa-jasa atas Jasa-jasa Khusus Teknis
Kekaryaan dari Menteri PU 1990, Piagam Satya Lencana dari Presideq RI
tahun 1992 dan Piagam Satya Lencana Karya Satya 30 tahun dari Presiden RI
1997.
Salah seorang pendiri Himpunan Ahli Teknik Hidraulic Indonesia
(HATHI) dan pernah menjabat sekretaris umum pengurus pusat HATHI pada
beberapa periode kepengurusan.
Aktif menyampaikan puluhan makalah pada seminar nasional dan
internasional di berbagai negara dan pada pertemuan ilmiah tahunan (PIT)
HATHI.
Sekarang bekerja sebagai tenaga pengajar di UNJANI dan [TB, serta
bekerja pula sebagai tenaga advisor pada konsultan lokal lndonesia-

r-]

Anda mungkin juga menyukai