Anda di halaman 1dari 20

KEARIFAN PENGELOLAAN SUMUR ARTESIS

UNTUK PELESTARIAN SUMBER AIR TANAH


KATA PENGANTAR
Sebagai ungkapan kekurangan dan kelemahan seorang hamba kepada sang
khalik-Nya, atas tebaran nikmat, rahmat serta karunia yang senantiasa tercurah,
maka sepantasnyalah dipanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
dan atas perkenan-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah dengan judul KEARIFAN PENGELOLAAN SUMUR ARTESIS UNTUK
PELESTARIAN SUMBER AIR TANAH ini.
Dalam penyusunan karya tulis ini, peneliti mempunyai keterbatasan
pengetahuan . Namun hal tersebut dapat diatasi berkat bimbingan dari Guru
Pembimbing yang tak pernah bosan dan penuh kesabaran dalam membimbing
penulis, memberikan kritikan, arahan dan dorongan semangat dari awal hingga
akhir. Semua itu mungkin penulis tidak dapat membalasnya. Namun penulis
hanya dapat berdoa serta memohon keberkahan Tuhan YME, semoga segenap
bantuan yang diberikan memperoleh balasan yang lebih baik dariNya.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang konstruktif
guna penyempurnaan penulisan selanjutnya.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada kita semua. Amin.
Palu, 20 Maret 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup, tidak terkecuali manusia.
Air terbagi atas air danau, air sungai, air laut, dan air tanah. Air yang dimaksud
dalam hal ini adalah air tanah. Air tanah pun dapat diklasifikasikan menjadi air
permukaan bawah tanah dan air tanah dalam yang dipisahkan oleh lapisan
impermeable.
Seperti yang kita ketahui Air adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui
serta sangat vital untuk kegiatan sehari hari manusia. Tanpa air, kehidupan
manusia bisa lumpuh. Karena itu, tak heran bila krisis air dianggap sebagai
momok yang menakutkan.Di zaman dahulu, berlimpahnya air dimana-mana
membuat manusia terlena dan melakukan pemborosan. Tidak terbesit dipikaran
mereka bahwa suatu saat di masa yang akan datang akan terjadi kisis air seperti
yang terjadi saat ini. Dan pada akhirnya terjadi ketidakseimbangnya kehidupan
di bumi. Ketika di suatu tempat mengalami kelebihan air, di tempat yang lain
malah kekurangan air. Melihat fenomena ini, tentu saja manusia tidak tinggal
diam. Oleh karena itu, segala cara ditempuh untuk tetap memenuhi kebutuhan
akan air seperti pembuatan sumur timba, dan PDAM yang bersumber dari air
permukaan bawah tanah. Kedua terknologi ini ternyata mendatangkan dampak

yang fatal bagi ketersediaan air permukaan tanah.


Dalam weblog Raksa Sanusi Supadi,2008 bahwa : Kondisi muka air tanah di
Kota Bandung semakin memprihatinkan. Sejak tahun 1972, setiap tahun terjadi
penurunan muka air tanah antara 0,05 sampai 7,3 meter. Dengan penurunan
muka air tanah sebanyak itu, disinyalir hingga tahun 2002 muka air tanah turun
lebih dari seratus meter. Akibatnya, air tercemar dan tahun 2007 mendatang
Bandung terancam kekurangan air (www.google.com).
Jika hal ini terus-menerus berlangsung, maka dapat dipastikan dalam waktu
singkat terbentuk sumur kering bawah tanah karena air permukaan bawah tanah
telah habis. Dan pada akhirnya manusia akan kekurangan bahkan kehabisan air.
Mencegah hal ini, ditemukanlah suatu teknologi yang dianggap sebagai solusi
untuk permasalahan ini. Teknologi ini berawal dari keinginan untuk mencari
sumber air abadi yaitu sumber air dalam jumlah yang sangat banyak dan tidak
akan habis dalam waktu singkat dengan memperdalam pengeboran tanah
hingga menembus lapisan impermeabel. Untuk mengambil air tersebut maka
ditemukanlah teknologi sumur injeksi (artesis).
Banyak orang mengatakan (terutama tukang sumur) kalau mereka menerima
pembuatan sumur artesis, sebetulnya apakah semua sumur air dalam di sebut
sumur artesis. sumur artesis berbeda dengan sumur timba atau PDAM.
Perbedaannya adalah terletak dari sumber airnya.
Pada hakikatnya, sumber air sumur artesis adalah air tanah dalam. Ditinjau
menurut ilmu geologi, lapisan tanah . tersusun atas permukan tanah, lapisan
tanah tidak berisi air, permukaan air tanah, lapisan tanah jenuh, air tanah
dangkal, lapisan impermeable, air tanah dalam, lapisan impemeabel, strata
pembatas. Pembuatan sumur artesis harus melalui pengeboran melewati lapisan
impermeable (kedap air). Sehingga jika sebuah pabrik yang terletak di
perumahan warga misalnya, menggunakan sumur artesis, maka hal itu tidak
akan mendatangkan dampak negative bagi warga disekitarnya yang hanya
menggunakan PAM dan sumur timba karena sumber air mereka berbeda.
Dalam artikel dari Perusahaan Sumur bor Artesis Rumah Pabrik Hotel Apartemen,
2009 bahwa : Sumur artesis adalah sumur yang bertekanan tinggi karena dia
terjebak dalam batuan yang memiliki tekanan, sehingga ketika dilakukan
pengeboran, air dapat naik sendiri tanpa harus di pompa. Karena tekanannya
cukup tinggi untuk menyembur sampai ke permukaan. Oleh karena itu pipa yang
menjadi Saluran keluarnya air (bisa dengan menutup keran di setiap cabang
pipa) tidak boleh tertutup karena akan menyebabkan tekanan tersebut
terhalangi sehingga tekanan tersebut akan mencari celah lain untuk keluar.
Sumur artesis adalah sumur air yang biasanya berada di kedalaman >60 meter.
(www.sumurbor.com)
Namun seberapa dalam sumur artesis bukanlah indicator penentu apakah suatu
sumur dikategorikan sebagai sumur artesis karena lapisan tanah di setiap daerah
berbeda.
Memang benar sumur artesis dapat menjadi solusi yang dapat mengatasi

masalah kebutuhan air. Khususnya untuk masyarakat yang berkecimbung dalam


usaha besar seperti usaha pencucian mobil, hotel dan lain-lain. Namun
bagaimana jika sumur yang mereka anggap adalah sumur artesis ternyata
bersumber dari air permukaan bawah tanah yaitu air yang merupakan sumber
sumur-sumur pada masyarakat ? sehingga dengan asumsi yang salah itu,
mereka melakukan pemborosan seenaknya dan akan berdampak fatal bagi
masyarakat pengguna sumur dangkal. Dampak boleh belum terasa
sekarang,namun pasti di masa yang akan datang. fenomena ini sangat menarik
untuk ditelusuri.Penulis menjadikan fenomena ini sebagai topic penelitiaannya
dengan memilih tempat jasa pencucian mobil di daerah kota Palu Sulawesi
tengah sebagai objek yang akan diteliti.
Daerah Sulawesi Tengah khususnya kota palu merupakan daerah air yang
berintesitas tinggi. Hal ini dimanfaatkan sebagai objek usaha pencucian
kendaraan khususnya kendaraan beroda empat. Seperti yang tersebar di
kawasan jalan I Gusti Ngurah Rai. Semua tempat pencucian mobil ini
menggunakan air dari sumur artesis. Namun yang menjadi pertanyaan besar,
mengapa sejak adanya jasa pencucian mobil ini, warga sekitar lokasi ini memiliki
keluhan terjadi bahwa debit air di kran-kran di rumah mereka semakin kecil dan
terkadang airnya berpasir bahkan bau. Oleh karena itu, hal yang paling penting
dalam pembuatan sumur artesis yaitu pengetahuan yang cukup tentang sumur
artesis itu sendiri. Namun kenyataan di lapangan tidak demikian. Masih adanya
warga yang belum mengetahui hakikat sumur artesis yang sebenarnya
memberikan dampak negative bagi lingkungan.
Dari pemaparan di atas penulis melihat bahwa terdapat masalah yang menarik
untuk ditelaah dan dituangkan pada kaya tulis ini dengan tujuan dapat
meluruskan kekeliruan konsep artesis yang dipaham masyarakat awam selama
ini dan mencoba memaparkan solusi, sehinga meminimalisir dampak lingkungan
untuk di masa yang akan datang.
B. Permasalahan
1. Masih ada warga yang belum mengetahui apa hakikat sumur artesis yang
sebenarnya sehingga berdampak buruk terhadap lingkungan.
2. Eksploitasi air tanah melalui penggunaan sumur artesis di kawasan pencucian
mobil jalan Gusti Ngurah Rai.
C. Ruang lingkup
Dalam penelitian ini, penulis memberi batasan masalah agar tujuan penulisan
dapat tercapai dan dipahami, serta untuk menghindari agar uraian tidak terlalu
meluas ruang lingkupnya. Penelitian ini dilakukan dengan batasan batasan
sebagai berikut :
1. Sumur artesis yang diteliti yaitu sumur artesis di kawasan pencucian mobil
jalan ngurah rai
2. Lokasi penelitian dilakukan di tempat pencucian mobil dengan radius 10
meter.
3. Debit air yang diukur yaitu pada 4 selang air yang digunakan ditempat
pencucian mobil

D. Tujuan penulisan
1. Unuk megetahui seberapa besar eksploitasi air tanah melalui penggunaan
sumur artesis di kawasan pencucian mobil jalan Gusti Ngurah Rai.
2. Untuk memaparkan hakikat sumur artesis yang sebenarnya
3. Manfaat penulisan
1. Dari aspek teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dasar atau konsep pemikiran
mengenai hakikat , serta dalam sumur artesis yang sebenarnya
2. Dari aspek praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman bagi para pembaca
sebagai bahan referensi untuk mengetahui konsep sumur artesis yang
sebenarnya sehingga dalam pembuatan sumur artesis tidak berdampak buruk
bagi lingkungan.

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menggunakan teknologi pun dibutuhkan pemahaman konsep mengenai teknologi
itu sendiri sehingga menghasilkan asumsi yang benar. Sebelum memahami
hakikat sumur artesis yang sebenarnya, perlu diketahui terlebih dahulu
bagaimana susunan tanah.
Susunan tanah adalah sebagai berikut.

Pada hakikatnya sumur artesis adalah sumur yang sangat dalam dengan sumber
air berasal dari air tanah dalam setelah lapisan impermeable.
Dalam artikel dari Perusahaan Sumur bor Artesis Rumah Pabrik Hotel Apartemen,
2009 bahwa : Sumur artesis pun adalah sumur yang bertekanan tinggi karena
dia terjebak dalam batuan yang memiliki tekanan, sehingga ketika dilakukan
pengeboran, air dapat naik sendiri tanpa harus di pompa. Karena tekanannya
cukup tinggi untuk menyembur sampai ke permukaan. (www.sumurbor.com)
Perbedaan sumur artesis dengan sumur timba biasa (sumur dangkal) dapat
terlihat pada skema gambar di bawah ini.

Pada umumnya masyarakat memahami bahwa yang dimaksud dengan sumur


artesis adalah sumber air dari dalam tanah yang diperoleh dengan cara
pengeboran tanpa memperhatikan secara detail apakah pengeboran tersebut
sudah memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Masyarakat berasumsi
bahwa suatu sumur dikatakan sumur artesis jika pada saat dilakukan
pengeboran, akan keluar air dari dalam tanah tanpa meninjau lebih dalam
apakah proses pengeboran tersebut telah menembus lapisan tanah kedap air
(impermeable) sehingga sumber air merupakan air tanah dalam atau bukan.
Kurangnya pemahaman di masyarakat mengenai sumur artesis, menyebabkan
masyarakat mengeksploitasi air tanah secara besar-besaran tanpa
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan.. Sumur artesis yang
digunakan pada jasa pencucian mobil di kawasan jalan I Gusti Ngurah Rai diduga
tergolong sumur dangkal. Dugaan ini diperkuat dari hasil wawancara dengan
sejumlah warga masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi jasa pencucian
mobil.
Berdasarkan hasil wawancara dengan sejumlah masyarakat menunjukkan bahwa
semakin menjamurnya lokasi-lokasi jasa pencucian mobil di kawasan jalan I Gusti
Ngurah Rai ternyata menimbulkan kekhawatiran masyarakat yang bermukim di
sekitar lokasi tersebut.
Kekhawatiran muncul semenjak beberapa tahun setelah usaha pencucian mobil
itu beroperasi. Debit air dari keran rumah mereka semakin kecil. Masyarakan
khawatir sumur artesis yang digunakan usaha pencucian mobil tersebut
menyebabkan sumur dangkal milik masyarakat terkena dampaknya.
Dari berbagai keluhan masyarakat menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan
volume air tanah akibat adanya eksploitasi. Besarnya eksploitasi yang dilakukan
dapat dilihat dari nilai debit air yang keluar dari setiap kran pada saat pencucian
mobil.
Dari 4 (empat) lokasi jasa pencucian mobil, dapat dibuat ke dalam tabel sebagai
berikut :
1. Lokasi pertama.
Lokasi ini memiliki 4 keran. Menurut keterangan dari petugas penjaganya,
keempat kran air tersebeut di tutup pada malam air. Dan di buka mulai jam 6
pagi sampai jam 6 sore
Tabel rata-rata debit air selama 10 tahun pada lokasi jasa pencucian mobil
pertama

2. Lokasi Kedua
Lokasi ini memiliki 2 keran. Menurut keterangan dari petugas penjaganya, kedua
keran air tersebut di tutup pada malam air. Dan di buka mulai jam 6 pagi sampai
jam 6 sore
Tabel rata-rata debit air selama 10 tahun pada lokasi jasa pencucian mobil kedua

3. Lokasi Ketiga
Lokasi ini memiliki 4 keran. Menurut keterangan dari pemiliknya, keempat keran
air tersebut tidak pernah ditutup

Dari ketiga lokasi jasa pencucian mobil diperoleh besarnya debit rata-rata 10
tahun sebesar 742.986.481. Dengan besarnya debit tersebut maka dapat
dipastikan dengan semakin menjamurnya jasa pencucian mobil maka semakin
tinggi pula tingkat pengambilan air. Pengambilan air tanah secara besar-besaran
tersebut jelas berdampak pada kekosongan air di dalam tanah. Jika air tanah
semakin berkurang dan menurun maka daya dorongnya terhadap permukaan
tanah akan melemah. Hal ini yang membuat tanah menjadi amblas (land
subsidence) .
Selain itu, jika tidak ditangani secara serius maka akan menimbulkan masalah
baru yakni mengenai pengelolaan limbah air hasil dari pencucian mobil. Pihak

penyedia jasa belum menyediakan sarana instalasi pengelolaan air limbah.


Apalagi jika dalam satu lokasi terdapat banyak usaha berjenis sama yang yang
terjadi di kawasan jalan Gusti Ngurah Rai.
Kasus di atas adalah salah satu contoh penyebab menipisnya persediaan air
tanah dengan pengambilan air tanah yang tinggi baik dari industri maupun
pemukiman, namun tanpa diiringi dengan upaya konservasi sumber daya air.
Padahal manusia tidak hanya manusia memanfaatkan air tanah untuk kebutuhan
saja tetapi manusia juga seharusnya memilki tanggung jawab dalam penyiapan
instrumumen untuk menjaga kelestarian air tanah tersebut.
Pada dasarnya, masyarakat perlu diberi pemahaman yang benar mengenai apa
itu sumur artesis, dimana sumber airnya, dan dampaknya bagi lingkungan.
Dengan demikian, kesadaran untuk menyelamatkan lingkungan muncul dengan
sendirinya tanpa harus menunggu bencana datang dulu kemudian sadar.
Menyelamatkan lingkungan pun dibutuhkan kearifan dari masyarakat sendiri.
Kesadaran untuk bisa hemat air adalah kunci utama menanggulangi masalah
ketersediaan air yang terancam habis. Semua tawaran yang penulis tawarkan di
atas, tidaklah dapat menyelamatkan air tanah kita jika tidak adanya pengawasan
dari pemerintah khususnya pemerintah Sulawesi Tengah yang dalam hal ini
Departemen Pekerjaan Umum. Sikap tegas yang dilandaskan dengan hukum
yang kuat untuk mengawasi penggunaan air merupakan langkah pemecahan
masalah mengenai fenomena ini.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemahaman masyarakat tentang sumur artesis masih sangat awam. Hal ini
menyebabkan mereka menggunakan air tanah semaunya tanpa berpikir dampak
yang akan terjadi pada lingkungan.
2. Sumur artesis yang digunakan di tempat jasa pencucian mobil diduga
merupakan sumur dangkal yang sumber airnya sama dengan sumber air sumur
warga yang bermukim di sekitar tempat pencucian mobil jalan I Gusti Ngurah
Rai. Dengan kesalah pahaman mengenai konsep artesis tersebut, masyarakat
menggunakan air tanah tanpa pengendalian, sehingga berdampak pada
lingkungan bukan hanya sekarang namun untuk masa depan.
B. Saran
1. Diperlukan adanya regulasi yang dapat mencegah ataupun membatasi
penggunaan air tanah secara berlebihan.
2. Perlunya sanksi yang tegas serta pengawasan dari pemerintah
3. Perlunya sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat mengenai pentingnya
menyelamatkan lingkungan dari krisis air.
4. Pembuatan sumur resapan (biopori), yang merupakan solusi yang paling
mudah, murah dan sederhana serta dinilai berdampak positif bagi penyelesaian
krisis air tanah.
5. Penanaman rumput vetiver. Rumput vetiver (chrysopogon zizanioides) juga
dapa digunakan sebagai alternative solusi. Selain untuk mencegah erosi, vetiver

juga dapat menyaring air berpolusi (seperti timah hitam), pebaikan lahan, serta
peningkatan kualitas air . Tinggi tanaman dapat mencapai 2 meter sedangkan
akar yang vertical tumbhuh ke bawah mencapai hingga 4,5 meter dan berfungsi
mengikat tanah.
6. Teknologi berbasis 3R yaitu Reduce, Recycle, dan Reuse.
Reduce artinya mengurangi, maksudnya masyarakat dihimbau untuk
mengurangi penggunaan air sehingga eksploitasi air tanah dapat diminimalisir.
setelah penggunaan air tanah dapat dikurangi, saatnya limbah hasil
pembuangan masyarakat diolah kembali dengan metode recycle. Banyak cara
yang dapat dilakukan. Salahsatunya dengan membuat bak penampungan
kemudian dilakukan pemfilteran air. Setelah dinyatakan layak, air tersebut dapat
digunakan kembali (Re use). Mungkin solusi ini membutuhkan biaya yang cukup
besar. Namun itu tidak seberapa jika dengan teknologi 3R ini dapat menjamin
ketersediaan air tanah untuk masa yang akan datang

DAFTAR PUSTAKA
Linsley K. Ray dkk. 1991. Teknik Sumber Daya Air. Erlangga. Jakarta
Hermawan, Yandy.1989.Hidrologi Untuk Insyinyur.Erlangga.Jakarta
Raksa Sanusi Supadi.2008.Muka Air Tanah Bandung Turun 100 meter.
(www.google.com, diakses tanggal 16 Maret 2009)
Perusahaan Sumur bor Artesis Rumah Pabrik Hotel Apartemen, 2009.Sumur Bor
Artesis.(www.sumurbor.com, diakses tanggal 16 Maret 2009)

Teknologi Konservasi Air Tanah Dengan Sumur Resapan


ABSTRAK
Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah
tersebut tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air
tanah yang sangat penting. Akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah
kaki gunung, lembah antar pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst.
Pemakaian air tanah harus mempertimbangkan faktor kelestarian air tanah, yang
meliputi faktor kualitas dan kuantitas air. Salah satu cara mempertahankan kuantitas air
tanah adalah dengan menerapkan sumur resapan. Keuntungan yang dapat diperoleh
dari pemanfaatan sumur resapan adalah: 1. Dapat menambah jumlah air tanah. 2.
Mengurangi jumlah limpasan. Infiltrasi diperlukan untuk menambah jumlah air yang
masuk kedalam tanah dengan demikian maka fluktuasi muka air tanah pada waktu
musim hujan dan kemarau tidak terlalu tajam.
Adanya sumur resapan akan memberikan dampak berkurangnya limpasan permukaan.
Air hujan yang semula jatuh keatas permukaan genteng tidak langsung mengalir ke
selokan atau halaman rumah tetapi dialirkan melalui seng terus ditampung kedalam
sumur resapan. Akibat yang bisa dirasakan adalah air hujan tidak menyebar ke
halanman atau selokan sehingga akan mengurangi terjadinya limpasan permukaan.

Pemasangan sumur resapan dapat dilakukan dengan model tunggal dan komunal.
Maksud sumur resapan model tunggal adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu
rumah, sedangkan yang komunal satu sumur resapan digunakan secara bersama-sama
untuk lebih dari satu rumah.

KATA KUNCI : Konservasi air tanah, Akuifer, Dataran alivual, Sumur resapan
JENIS TEKNOLOGI : Teknologi Pengelolaan Air Bersih
TARGET PENGGUNAAN : Rumah Tangga, Komunal (kelompok)

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah
tersebut tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air
tanah yang sangat penting. Akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah
kaki gunung, lembah antar pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst.
Akuifer ditinjau dari sistemnya terdiri dari akuifer tak tertekan, akuifer semi tertekan dan
akuifer tertekan. Akuifer dataran pantai pada umumnya berkembang sebagai daerah
pemukiman yang padat (misal Jakarta) hal ini disebabkan karena akuifer daerah ini
merupakan sumber air tanah yang sangat penting bagi daerah kota daerah tersebut. Air
tanah di daerah tersebut disamping dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kota juga
digunakan untuk pertanian.
Pada Gambar 1 digambarkan mengenai hidrogeologi suatu sistem akuifer pantai yang
terdiri dari tak tertekan dengan lapisan dasar impermeable, akuifer tak tertekan dengan
dasar bebas dan akuifer tertekan. Secara lebih umum susunan hidrogeologi dalam
lingkungan pantai adalah suatu jajaran lapisan dengan berbagai kondisi terdiri dari
kombinasi lapisan akuifer tertekan dan tak tertekan.
Kondisi lapisan akuifer daerah pantai pada umumnya tidak seideal dalam teori yaitu yang
hanya terdiri dari lapisan akuifer tunggal akan tetapi amatlah kompleks. Lapisan akuifer
yang paling atas dapat sebagai lapisan akuifer tertekan atau dapat juga sebagai lapisan
tak tertekan. Tebal tipis lapisan akuifer di berbagai tempat tidak sama (seragam).
Untuk menggambarkan kondisi pantai, suatu penampang hidrogeologi ideal ditunjukkan
sebagai suatu sistem akuifer pantai berlapis yang lepas pantainya diperluas hingga ke
dasar tebing seperti Gambar 2. Dalam kedaan alami, kondisi yang tidak terganggu,
terdapat suatu garis kemiringan hidrolik seimbang yang mengarah kelaut, dalam setiap
akuifer dengan air tawar yang mengalir kelaut (Gambar 2.a). Di lapisan paling atas pada
akuifer tak tertekan air tawar mengalir bebas kelaut. Di bawahnya pada akuifer tertekan
air tawar mengalir ke laut melalui bocoran terus ke lapisan atas dan atau mengalir bebas
ketebing.
Di bawah kondisi "steady-state" suatu "interface" yang tidak berubah dipertahankan
bentuk dan posisinya ditentukan oleh potensi air tawar dan garis kemiringan. Pada suatu
kasus sistem satu lapisan, air laut pada dasarnya akan statis pada kondisi "steadystate". Pada sustu sistem lapisan, jika ada kebocoran vertikal air tawar kedalam suatu
daerah air asin, pada daerah ini air yang bercampur akan menjadi tidak statis.

A. Akuifer
Tak
tertekan
Dengan
Lapisan
Dasar
Imperme
abel.

B. Akuifer
tak
Tertekan
Pulau
Dengan
Dasar
Bebas.

C. Akuifer
Tertekan.
Gambar 1. Contoh Suatu Kondisi Hidrogeologi Dalam Akuifer Pantai

Gambar 2. Potongan Melintang Yang Ideal Suatu Sistem Akuifer Pantai


Perubahan di dalam tanah oleh imbuhan atau perubahan luah aliran dalam daerah air
tawar, menyebabkan perubahan "interface". Penurunan aliran air tawar yang masuk ke
laut menyebabkan "interface" bergerak ke dalam tanah dan menghasilkan intrusi air asin
ke dalam akuifer. Sebaliknya suatu peningkatan aliran air tawar mendorong "interface"
ke arah laut. Laju gerakan "interface" dan respon tekanan akuifer tergantung kondisi
batas dan sifat akuifer pada kedua sisi "interface".
Pada sisi dengan air asin dapat bergerak kedalam atau keluar, pada sistem akuifer efek
dari gerakan interface mempengaruhi perubahan debit air tawar di lepas pantai. Dalam
suatu sistem akifer berlapis, air asin dapat masuk akuifer oleh aliran melalui akuifer
tersingkap atau bocoran yang melewati lapisan pembatas atau lantai laut (Gambar 2 b).
Pengelolaan sumberdaya air tanah memerlukan suatu pengetahuan dinamika fisik aliran
air dalam tanah terhadap fenomena intrusi air asin. Untuk alasan ini, maka diperlukan
suatu usaha meresapkan air hujan ke dalam tanah baik secara alami maupun artifisial
(buatan).
Masuknya air hujan kedalam tanah secara alami terjadi pada daerah-daerah yang porus
misalnya sawah, tanah lapangan, permukaan tanah yang terbuka, Hutan, halaman
rumah yang tidak tertutup dll. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah pada awalnya
akan membasahi tanah, bangunan, tumbuh-tumbuhan dan batuan. Ketika air hujan
tersebut jatuh pada daerah yang berpori maka akan meresap kedalam tanah sebagai air

infiltrasi, air tersebut semakin lama akan meresap lebih dalam lagi sampai memasuki
daerah akuifer dan akirnya menjadi air tanah.
Teknologi sumur resapan dapat dibagi menjadi dua yaitu yang bersifat pasif dan aktif.
Pada teknologi sumur resapan pasif air hujan dibiarkan meresap secara alami melalui
sumur buatan, sedangkan pada sumur resapan yang bersifat aktif air dipompa
(diinjeksikan) kedalam lapisan akuifer menggunakan pompa tekanan tinggi.

1.2. Tujuan dan Sasaran


Tujuan diterapkannya teknologi sumur resapan adalah :
1. Pelestarian sumber daya air tanah, perbaikan kualitas lingkungan dan
membudayakan kesadaran lingkungan.
2. Membantu menanggulangi kekurangan air bersih.
3. Menjaga kesetimbangan air di dalam tanah dalam sistem akuifer pantai.
4. Mengurangi limpasan permukaan (runoff) dan erosi tanah.

1.3. Manfaat
Sumur resapan merupakan salah satu cara konsercasi air tanah. Caranya dengan
membuat bangunan berupa sumur yang berfungsi untuk memasukkan air hujan kedalam
tanah.

1. Sumur resapan mempunyai manfaat untuk menambah jumlah air yang masuk ke

dalam tanah.
2. Sumur resapan dapat menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah sehingga
dapat menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah sehingga dapat mencegah
intrusi air laut.

3. Mereduksi dimensi jaringan drainase dapat sampai nol jika diperlukan.


4. Menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah.
5. Mempertahankan tinggi muka air tanah.
6. Sumur resapan mempunyai manfaat untuk mengurangi limpasan permukaan
sehingga dapat mencegah banjir.

7. Mencegah terjadinya penurunan tanah.


8. Melestarikan teknologi tradisionil.
9. Sumur resapan dapat menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah dan
mengisi pori-pori tanah hal ini akan mencegah terjadinya penurunan tanah.

1.4. Potensi

Gambar 3. Siklus Air dan Pemanfaatan Sumur Resapan

Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan sumur resapan adalah: 1.


Menambah jumlah air tanah. 2. Mengurangi jumlah limpasan. Infiltrasi diperlukan untuk
menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah dengan demikian maka fluktuasi
muka air tanah pada waktu musim hujan dan kemarau tidak terlalu tajam. Adanya
sumur resapan akan memberikan dampak berkurangnya limpasan permukaan. Air hujan
yang semula jatuh keatas permukaan genteng tidak langsung mengalir ke selokan atau
halaman rumah tetapi dialirkan melalui seng terus ditampung kedalam sumur resapan.
Akibat yang bisa dirasakan adalah air hujan tidak menyebar ke halanman atau selokan
sehingga akan mengurangi terjadinya limpasan permukaan.

1.5. Kontak Personil


R. Haryoto Indriatmoko
Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair,
Direktorat Teknologi Linkungan
Kedeputian Teknologi Informasi, Energi dan Material
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

JL. M.H. Thamrin No. 8. Jakarta


Tel. 021-3169769, 3169770 Fax. 021-3169760
Email : air@server.enviro.bppt.go.id
Home Page : http://www.enviro.bppt.go.id/~Kel-1/
II. BAHAN
2.1. Bahan Utama
Bahan utama yang diperlukan untuk membuat sumur resapan adalah :

1. Seng/Plastik.
2. Paralon.
3. Beton/Bata.
Seng/Plastik digunakan untuk menampung air hujan yang berasal dari genting,
selanjutnya air tersebut dialirkan melalui paralon menuju ke sumur resapan. Paralon
digunakan untuk mengalirkan air hujan dari talang ke sumur resapan. Beton (bis beton)
atau dari batu bata digunakan sebagai dinding sumur resapan.

Gambar 4. Bahan Bis Beton Yang Digunakan Untuk Sumur Resapan


Dengan Sistem Dinding Tidak Porus dan Porus

III. METODOLOGI
Untuk mengaplikasikan teknik pembuatan sumur resapan maka diperlukan tahap
sebagai berikut:

1. Melakukan analisis curah hujan. Analisa terhadap curah hujan dimaksudkan untuk
menghitung intensitas curah hujan maksimum pada perioda ulang tertentu.
Dengan mengetahui intensitas curah hujan maksimum maka kapasitas sumur
resapan akan dapat dihitung.
2. Menghitung luas tangkapan hujan. Bersama-sama dengan intensitas curah hujan
maksimum dengan periode ulang tertentu akan dapat dihitung besarnya debit
aliran.

3. Menganalisis lapisan tanah/batuan. Lapisan tanah terdiri dari berbagai macam


lapisan mulai dari tanah belempung, pasir berlempung dan gravel atau kombinasi
dari lapisan tersebut. Sumur resapan akan sangat efisien jika dibuat sampai pada
daerah dengan lapisan batuan yang terdiri dari pasir atau gravel.
4. Pemasangan sumur. Sumur resapan dapat dibangun dengan menggunakan bis
beton dengan lapisan porus atau susunan batu bata yang disusun secara teratur.
Untuk membangun sumur resapan agar dapat memberikan kontribusi yang optimum
diperlukan metoda perhitungan sebagai berikut (Sunjoto,1992) :
1. Menghitung debit masuk sebagai fungsi karakteristik luas atap bangunan dengan
formula rasional (Q=CIA, Q=debit masuk, C=koefisien aliran (jenis atap rumah),
I=intensitas hujan, A=luas atap)
2. Menghitung kedalaman sumur optimum diformulakan sebagai berikut:
H = Q/FK
[1-exp(-(FKT/pR2)]
H = Kedalaman air (m)
Q = Debit masuk (m3/dt)
F = Faktor geometrik (m)
K = Permeabilitas tanah (m/dt)
R = Radius sumur.
T = Durasi aliran (dt).
3. Evaluasi jenis fungsi dan pola letak sumur pada jarak saling pengaruh guna
menentukan kedalaman terkoreksi dengan menggunakan multi well system.
Sebagai gambaran bagi kita jika akan membangun suatu sumur resapan akan tetapi
tidak ingin direpotkan oleh perhitungan yang cukuo merepotkan maka Tabel 1 dapat
digunakan sebagai bahan acuan.
Tabel 1. Volume Sumur Resapan Pada Kondisi Tanah Permeabilitas Rendah
(SK Gub No.17 Th 1992)
No.

Luas
Kavling
(M2)

Volume Resapan
Ada Saluran
Drainase Sebagai
Pelimpahan=V1
(M3)

Volume Sumur
Resapan Tanpa Ada
Saluran Drainase
Sebagai
Pelimpahan=V2
(M3)

50

1,3-2,1

2,1-4

100

2,6-4,1

4,1-7,9

150

3,9-6,2

6,2-11,9

200

5,2-8,2

8,2-15,8

300

7,8-12,3

12,3-23,4

400

10,4-16,4

16,4-31,6

500

13-20,5

20,5-39,6

600

15,6-24,6

24,6-47,4

700

18,2-28,7

28,7-55,3

10

800

20,8-32,8

32,8-63,2

11

900

23,4-36,8

36,8-71,1

12

1000

26-41

41-79

IV. PERALATAN
Alat yang digunakan untuk membuat sumur resapan adalah :

1. Peralatan pertukangan seperti tukang batu dan tukang kayu.


2. Alat ukur ( meteran)
3. Kayu/bambu
V. PEMBUATAN SUMUR RESAPAN
Tahap-tahap pembuatan sumur resapan adalah :

1. Persiapan awal berupa penyiapan lahan dan bahan.


2. Penggalian baik untuk sumur itu sendiri maupun jaringan yang baerasal dari atap
rumah.

3. Pemasangan meliputi pemasangan bis beton atau batu bata dan pemasangan
jaringan dari rumah ke rumah.
Pemasangan sumur resapan dapat dilakukan dengan model tunggal dan komunal.
Maksud sumur resapan model tunggal adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu
rumah, sedangkan yang komunal satu sumur resapan digunakan secara bersama-sama
untuk lebih dari satu rumah.
Letak sumur resapan untuk yang model tunggal biasanya di halaman rumah sedang
yang model komunal dapat dipasang di bahu jalan.

Gambar 5a. Memanfaatkan Bahu Jalan Untuk Sumur Resapan (Tampak Depan)

Gambar 5b. Memanfaatkan Bahu Jalan Untuk Sumur Resapan (Tampak Atas)

Gambar 6. Potongan Tegak Pemasangan Sumur Resapan

Gambar 7. Pemanfaatan Halaman Untuk Sumur Resapan

Anda mungkin juga menyukai