D. Tujuan penulisan
1. Unuk megetahui seberapa besar eksploitasi air tanah melalui penggunaan
sumur artesis di kawasan pencucian mobil jalan Gusti Ngurah Rai.
2. Untuk memaparkan hakikat sumur artesis yang sebenarnya
3. Manfaat penulisan
1. Dari aspek teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dasar atau konsep pemikiran
mengenai hakikat , serta dalam sumur artesis yang sebenarnya
2. Dari aspek praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman bagi para pembaca
sebagai bahan referensi untuk mengetahui konsep sumur artesis yang
sebenarnya sehingga dalam pembuatan sumur artesis tidak berdampak buruk
bagi lingkungan.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menggunakan teknologi pun dibutuhkan pemahaman konsep mengenai teknologi
itu sendiri sehingga menghasilkan asumsi yang benar. Sebelum memahami
hakikat sumur artesis yang sebenarnya, perlu diketahui terlebih dahulu
bagaimana susunan tanah.
Susunan tanah adalah sebagai berikut.
Pada hakikatnya sumur artesis adalah sumur yang sangat dalam dengan sumber
air berasal dari air tanah dalam setelah lapisan impermeable.
Dalam artikel dari Perusahaan Sumur bor Artesis Rumah Pabrik Hotel Apartemen,
2009 bahwa : Sumur artesis pun adalah sumur yang bertekanan tinggi karena
dia terjebak dalam batuan yang memiliki tekanan, sehingga ketika dilakukan
pengeboran, air dapat naik sendiri tanpa harus di pompa. Karena tekanannya
cukup tinggi untuk menyembur sampai ke permukaan. (www.sumurbor.com)
Perbedaan sumur artesis dengan sumur timba biasa (sumur dangkal) dapat
terlihat pada skema gambar di bawah ini.
2. Lokasi Kedua
Lokasi ini memiliki 2 keran. Menurut keterangan dari petugas penjaganya, kedua
keran air tersebut di tutup pada malam air. Dan di buka mulai jam 6 pagi sampai
jam 6 sore
Tabel rata-rata debit air selama 10 tahun pada lokasi jasa pencucian mobil kedua
3. Lokasi Ketiga
Lokasi ini memiliki 4 keran. Menurut keterangan dari pemiliknya, keempat keran
air tersebut tidak pernah ditutup
Dari ketiga lokasi jasa pencucian mobil diperoleh besarnya debit rata-rata 10
tahun sebesar 742.986.481. Dengan besarnya debit tersebut maka dapat
dipastikan dengan semakin menjamurnya jasa pencucian mobil maka semakin
tinggi pula tingkat pengambilan air. Pengambilan air tanah secara besar-besaran
tersebut jelas berdampak pada kekosongan air di dalam tanah. Jika air tanah
semakin berkurang dan menurun maka daya dorongnya terhadap permukaan
tanah akan melemah. Hal ini yang membuat tanah menjadi amblas (land
subsidence) .
Selain itu, jika tidak ditangani secara serius maka akan menimbulkan masalah
baru yakni mengenai pengelolaan limbah air hasil dari pencucian mobil. Pihak
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemahaman masyarakat tentang sumur artesis masih sangat awam. Hal ini
menyebabkan mereka menggunakan air tanah semaunya tanpa berpikir dampak
yang akan terjadi pada lingkungan.
2. Sumur artesis yang digunakan di tempat jasa pencucian mobil diduga
merupakan sumur dangkal yang sumber airnya sama dengan sumber air sumur
warga yang bermukim di sekitar tempat pencucian mobil jalan I Gusti Ngurah
Rai. Dengan kesalah pahaman mengenai konsep artesis tersebut, masyarakat
menggunakan air tanah tanpa pengendalian, sehingga berdampak pada
lingkungan bukan hanya sekarang namun untuk masa depan.
B. Saran
1. Diperlukan adanya regulasi yang dapat mencegah ataupun membatasi
penggunaan air tanah secara berlebihan.
2. Perlunya sanksi yang tegas serta pengawasan dari pemerintah
3. Perlunya sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat mengenai pentingnya
menyelamatkan lingkungan dari krisis air.
4. Pembuatan sumur resapan (biopori), yang merupakan solusi yang paling
mudah, murah dan sederhana serta dinilai berdampak positif bagi penyelesaian
krisis air tanah.
5. Penanaman rumput vetiver. Rumput vetiver (chrysopogon zizanioides) juga
dapa digunakan sebagai alternative solusi. Selain untuk mencegah erosi, vetiver
juga dapat menyaring air berpolusi (seperti timah hitam), pebaikan lahan, serta
peningkatan kualitas air . Tinggi tanaman dapat mencapai 2 meter sedangkan
akar yang vertical tumbhuh ke bawah mencapai hingga 4,5 meter dan berfungsi
mengikat tanah.
6. Teknologi berbasis 3R yaitu Reduce, Recycle, dan Reuse.
Reduce artinya mengurangi, maksudnya masyarakat dihimbau untuk
mengurangi penggunaan air sehingga eksploitasi air tanah dapat diminimalisir.
setelah penggunaan air tanah dapat dikurangi, saatnya limbah hasil
pembuangan masyarakat diolah kembali dengan metode recycle. Banyak cara
yang dapat dilakukan. Salahsatunya dengan membuat bak penampungan
kemudian dilakukan pemfilteran air. Setelah dinyatakan layak, air tersebut dapat
digunakan kembali (Re use). Mungkin solusi ini membutuhkan biaya yang cukup
besar. Namun itu tidak seberapa jika dengan teknologi 3R ini dapat menjamin
ketersediaan air tanah untuk masa yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Linsley K. Ray dkk. 1991. Teknik Sumber Daya Air. Erlangga. Jakarta
Hermawan, Yandy.1989.Hidrologi Untuk Insyinyur.Erlangga.Jakarta
Raksa Sanusi Supadi.2008.Muka Air Tanah Bandung Turun 100 meter.
(www.google.com, diakses tanggal 16 Maret 2009)
Perusahaan Sumur bor Artesis Rumah Pabrik Hotel Apartemen, 2009.Sumur Bor
Artesis.(www.sumurbor.com, diakses tanggal 16 Maret 2009)
Pemasangan sumur resapan dapat dilakukan dengan model tunggal dan komunal.
Maksud sumur resapan model tunggal adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu
rumah, sedangkan yang komunal satu sumur resapan digunakan secara bersama-sama
untuk lebih dari satu rumah.
KATA KUNCI : Konservasi air tanah, Akuifer, Dataran alivual, Sumur resapan
JENIS TEKNOLOGI : Teknologi Pengelolaan Air Bersih
TARGET PENGGUNAAN : Rumah Tangga, Komunal (kelompok)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah
tersebut tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air
tanah yang sangat penting. Akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah
kaki gunung, lembah antar pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst.
Akuifer ditinjau dari sistemnya terdiri dari akuifer tak tertekan, akuifer semi tertekan dan
akuifer tertekan. Akuifer dataran pantai pada umumnya berkembang sebagai daerah
pemukiman yang padat (misal Jakarta) hal ini disebabkan karena akuifer daerah ini
merupakan sumber air tanah yang sangat penting bagi daerah kota daerah tersebut. Air
tanah di daerah tersebut disamping dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kota juga
digunakan untuk pertanian.
Pada Gambar 1 digambarkan mengenai hidrogeologi suatu sistem akuifer pantai yang
terdiri dari tak tertekan dengan lapisan dasar impermeable, akuifer tak tertekan dengan
dasar bebas dan akuifer tertekan. Secara lebih umum susunan hidrogeologi dalam
lingkungan pantai adalah suatu jajaran lapisan dengan berbagai kondisi terdiri dari
kombinasi lapisan akuifer tertekan dan tak tertekan.
Kondisi lapisan akuifer daerah pantai pada umumnya tidak seideal dalam teori yaitu yang
hanya terdiri dari lapisan akuifer tunggal akan tetapi amatlah kompleks. Lapisan akuifer
yang paling atas dapat sebagai lapisan akuifer tertekan atau dapat juga sebagai lapisan
tak tertekan. Tebal tipis lapisan akuifer di berbagai tempat tidak sama (seragam).
Untuk menggambarkan kondisi pantai, suatu penampang hidrogeologi ideal ditunjukkan
sebagai suatu sistem akuifer pantai berlapis yang lepas pantainya diperluas hingga ke
dasar tebing seperti Gambar 2. Dalam kedaan alami, kondisi yang tidak terganggu,
terdapat suatu garis kemiringan hidrolik seimbang yang mengarah kelaut, dalam setiap
akuifer dengan air tawar yang mengalir kelaut (Gambar 2.a). Di lapisan paling atas pada
akuifer tak tertekan air tawar mengalir bebas kelaut. Di bawahnya pada akuifer tertekan
air tawar mengalir ke laut melalui bocoran terus ke lapisan atas dan atau mengalir bebas
ketebing.
Di bawah kondisi "steady-state" suatu "interface" yang tidak berubah dipertahankan
bentuk dan posisinya ditentukan oleh potensi air tawar dan garis kemiringan. Pada suatu
kasus sistem satu lapisan, air laut pada dasarnya akan statis pada kondisi "steadystate". Pada sustu sistem lapisan, jika ada kebocoran vertikal air tawar kedalam suatu
daerah air asin, pada daerah ini air yang bercampur akan menjadi tidak statis.
A. Akuifer
Tak
tertekan
Dengan
Lapisan
Dasar
Imperme
abel.
B. Akuifer
tak
Tertekan
Pulau
Dengan
Dasar
Bebas.
C. Akuifer
Tertekan.
Gambar 1. Contoh Suatu Kondisi Hidrogeologi Dalam Akuifer Pantai
infiltrasi, air tersebut semakin lama akan meresap lebih dalam lagi sampai memasuki
daerah akuifer dan akirnya menjadi air tanah.
Teknologi sumur resapan dapat dibagi menjadi dua yaitu yang bersifat pasif dan aktif.
Pada teknologi sumur resapan pasif air hujan dibiarkan meresap secara alami melalui
sumur buatan, sedangkan pada sumur resapan yang bersifat aktif air dipompa
(diinjeksikan) kedalam lapisan akuifer menggunakan pompa tekanan tinggi.
1.3. Manfaat
Sumur resapan merupakan salah satu cara konsercasi air tanah. Caranya dengan
membuat bangunan berupa sumur yang berfungsi untuk memasukkan air hujan kedalam
tanah.
1. Sumur resapan mempunyai manfaat untuk menambah jumlah air yang masuk ke
dalam tanah.
2. Sumur resapan dapat menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah sehingga
dapat menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah sehingga dapat mencegah
intrusi air laut.
1.4. Potensi
1. Seng/Plastik.
2. Paralon.
3. Beton/Bata.
Seng/Plastik digunakan untuk menampung air hujan yang berasal dari genting,
selanjutnya air tersebut dialirkan melalui paralon menuju ke sumur resapan. Paralon
digunakan untuk mengalirkan air hujan dari talang ke sumur resapan. Beton (bis beton)
atau dari batu bata digunakan sebagai dinding sumur resapan.
III. METODOLOGI
Untuk mengaplikasikan teknik pembuatan sumur resapan maka diperlukan tahap
sebagai berikut:
1. Melakukan analisis curah hujan. Analisa terhadap curah hujan dimaksudkan untuk
menghitung intensitas curah hujan maksimum pada perioda ulang tertentu.
Dengan mengetahui intensitas curah hujan maksimum maka kapasitas sumur
resapan akan dapat dihitung.
2. Menghitung luas tangkapan hujan. Bersama-sama dengan intensitas curah hujan
maksimum dengan periode ulang tertentu akan dapat dihitung besarnya debit
aliran.
Luas
Kavling
(M2)
Volume Resapan
Ada Saluran
Drainase Sebagai
Pelimpahan=V1
(M3)
Volume Sumur
Resapan Tanpa Ada
Saluran Drainase
Sebagai
Pelimpahan=V2
(M3)
50
1,3-2,1
2,1-4
100
2,6-4,1
4,1-7,9
150
3,9-6,2
6,2-11,9
200
5,2-8,2
8,2-15,8
300
7,8-12,3
12,3-23,4
400
10,4-16,4
16,4-31,6
500
13-20,5
20,5-39,6
600
15,6-24,6
24,6-47,4
700
18,2-28,7
28,7-55,3
10
800
20,8-32,8
32,8-63,2
11
900
23,4-36,8
36,8-71,1
12
1000
26-41
41-79
IV. PERALATAN
Alat yang digunakan untuk membuat sumur resapan adalah :
3. Pemasangan meliputi pemasangan bis beton atau batu bata dan pemasangan
jaringan dari rumah ke rumah.
Pemasangan sumur resapan dapat dilakukan dengan model tunggal dan komunal.
Maksud sumur resapan model tunggal adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu
rumah, sedangkan yang komunal satu sumur resapan digunakan secara bersama-sama
untuk lebih dari satu rumah.
Letak sumur resapan untuk yang model tunggal biasanya di halaman rumah sedang
yang model komunal dapat dipasang di bahu jalan.
Gambar 5a. Memanfaatkan Bahu Jalan Untuk Sumur Resapan (Tampak Depan)
Gambar 5b. Memanfaatkan Bahu Jalan Untuk Sumur Resapan (Tampak Atas)