Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN HASIL AUDIT LINGKUNGAN INDUSTRI TAHU BK SERANG

Sebagai Tugas Kelompok Akhir Mata Kuliah Sistem Manajemen


Lingkungan Dosen Pengajar: Ade Ariesmayana, ST., M.Pd., MT., IPP

Disusun oleh
Kelompok PB Industri 2022
Gina Maslahat 2202191007
Nurul Hidayah 2201191010
Ratu Melisa Agustina 2202191005
Sayyid Muhammad A.H 2201191023

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS BANTEN JAYA
2022
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL…...... .................................................................... ..... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL............................................................................................. iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang….......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Audit................................................................................................. 2
1.3 Profil Industri Tahu UD Sadama.................................................................. 2
1.4 Ruang Lingkup............................................................................................. 2
1.5 Neraca Massa dan Identifikasi Limbah Produksi Tahu BK............ 2
1.6 Kriteria Audit............................................................................................... 2
1.7 Ringkasan Proses Audit............................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Temuan-Temuan Audit................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup............................................................................................. 2
1.4 Kriteria Audit............................................................................................... 2
1.5 Ringkasan Proses Audit............................................................................... 2
BAB 3. METODOLOGI
1.1 Latar Belakang….......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup............................................................................................. 2
1.4 Kriteria Audit............................................................................................... 2
1.5 Ringkasan Proses Audit............................................................................... 2
BAB 4. PEMBAHASAN
2.1 Temuan-Temuan Audit................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup............................................................................................. 2
1.4 Kriteria Audit............................................................................................... 2
1.5 Ringkasan Proses Audit............................................................................... 2
BAB 5. PENUTUP
2.1 Temuan-Temuan Audit................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup............................................................................................. 2
1.4 Kriteria Audit............................................................................................... 2
1.5 Ringkasan Proses Audit............................................................................... 2
LAMPIRAN
1.1 Latar Belakang….......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup............................................................................................. 2
1.4 Kriteria Audit............................................................................................... 2
1.5 Ringkasan Proses Audit............................................................................... 2
1.5 Ringkasan Proses Audit............................................................................... 2
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang tingkat perdagangan industri dari penduduknya
cukup tinggi. Kegiatan perdagangan industri yang umumnya dapat ditemui di Indonesia
adalah industri tahu. Tahu merupakan produk pangan yang mempunyai warna putih,
berbentuk kotak-kotak dengan tekstur kenyal dan mudah hancur apabila ditekan. Tahu
merupakan salah satu jenis makanan yang dibuat dari kedelai dengan memekatkan
protein kedelai lalu mencetaknya melalui proses pengendapan kedelai pada titik
isoelektrisnya, lalu ditambahkan koagulan untuk memadatkan bubur kedelai, seperti
asam asetat (CH3COOH) (Suprapti, 2005). Tercatat jumlah industri manufaktur tahu di
Indonesia 141 unit usaha, dengan kapasitas produksi lebih dari 100 juta ton per tahun
(BPS Industri Manufaktur, 2013). Berdasarkan BPS SUSENAS (2016), tahu merupakan
produk olahan kedelai yang menempati urutan konsumsi produk pangan tertinggi ke- 5
di Indonesia, dengan besar konsumsi tahu pada tahun 2015 sebesar 2,59
gram/kapita/hari.
Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah baik limbah
padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan
penggumpalan. Oleh karena itu, limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair
tahu dengan karakteristik mengandung bahan organik tinggi dan kadar BOD, COD yang
cukup tinggi pula, jika langsung di buang ke badan air, jelas sekali akan menurunkan
daya dukung lingkungan. Sehingga hal tersebut harus dilakukan audit lingkungan untuk
dapat menyesuaikan standart manajemen lingkungan sesuai dengan UU yang berlaku di
pemerintah agar terciptanya lingkungan yang bersih dan aman.
Permasalahan lingkungan hidup menjadi isu global dan penting untuk dibicarakan
karena menyangkut kepentingan seluruh umat manusia. Pengusaha industri dituntut
untuk merubah sistem manajemen lingkungan agar sesuai dengan konsep pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Audit lingkungan merupakan instrumen
berharga untuk memferifikasi dan membantu penyempurnaan kinerja lingkungan. Audit
perlu dilakukan secara berkala, untuk menentukan apakah sistem yang dilaksanakan
sudah sesuai dengan pengaturan yang direncanakan dan telah dijalankan dan dipelihara
secara benar, yang pelaksanaannya tergantung dari pentingnya masalah lingkungan
bagi kegiatan perusahaan dan hasil audit sebelumnya (Indriani, 2012).
Maka dari itu, diperlukan adanya audit bagi industri tahu sehingga kelompok kami
melakukan kerjasama dengan salah satu industri tahu yaitu industri tahu BK Kampung
Kodorab Desa Cisalam Kecamatan Baros Lopang Serang Banten dengan audit
lingkungan sebagai lokasi pengamatan untuk melakukan kegiatan audit supaya dapat
mengetahui seberapa baik atau buruk lingkungan yang menjadi media sumber produksi
dan pembuangan limbah dengan mengacu parameter baku mutu limbah pada peraturan
yang berlaku. Sehingga diharapkan nantinya terdapat rekomendasi atau saran dalam
mengurangi dampak limbah dari produksi tahu terhadap lingkungan demi menjaga
kelestarian lingkungan kedepannya.

1.2 Tujuan Audit


Tujuan dari audit ini adalah untuk melaksanakan audit lingkungan secara teknis
dari kegiatan yang dilaksanakan oleh industri tahu BK. Proses audit memungkinkan
informasi mengenai lingkungan. Pengelolaan lokasi dapat menggunakan temuan-
temuan dari audit lingkungan ini untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan dari
operasional yang dilaksanakan di lokasi. Saat diskusi oleh kelompok PB Industri Teknik
Lingkungan Universitas Banten Jaya, diputuskan bahwa audit ini bersifat teknis sampai
dengan produk tahu belum siap konsumsi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Industri Tahu BK

Gambar 1. Struktur Organisasi Industri Tahu BK

Industri tahu BK merupakan Industri tahu yang berada di Kampung Kodorab Desa
Cisalam Kecamatan Baros, Lopang Serang Banten. Industri ini berdiri pada tahun
1985, dan pada tahun 2005 industri tahu ini diserahkan oleh Ibu Kusriyati sebagai
anaknya. Adapun struktur organisasi pada industri tahu ini dpat di lihat pada gambar 1.
Jam kerja pada industri tahu ini yaitu mulai pukul 07.00 WIB sampai 13.00 WIB dan
dilakukan setiap hari tanpa ada libur kerja kecuali pada hari besar tertentu, dengan
sistem sift atau pergantian pekerja. Berikut rincian profil Industri Tahu BK.
Nama Industri : Industri Tahu BK Jenis
industri : Industri Kecil
Nama Pemilik : Bu Kusriyati
Tahun berdiri : 1985; 2005
Jumlah Pekerja : 13 orang
Jam Kerja : 07.00 – 13.00 WIB
Alamat : Kampung Kodorab, Cisalam, Serang, Banten

Bahan baku : Kedelai Amerika (impor)


Sumber air : Sumur
Jenin pompa air : Pompa 125 watt/watt kecil
Debit air : 18 liter/menit; ¼ kran maka 1 menit: 4,5 kg air
Sumber pembuangan : Sungai
Lokasi industri tahu BK Kampung Kodorab, Cisalam, Serang, Banten yang
dapat di lihat pada gambar 2 bawah ini.

Gambar 2. Gambar Lokasi Industri Tahu BK

2.2 Audit Lingkungan


2.2.1 Definisi Audit Lingkungan
Definisi Audit Lingkungan mempunyai 2 arti yang dikembangkan oleh Thomson
and Simpson (1993), yaitu:
1. Sistem manajemen lingkungan adalah struktur pertanggungjawaban dan kebijakan
perusahaan, praktik-praktik, prosedur, proses, dan sumber-sumber untuk melindungi
lingkungan dan mengelola masalah-masalah lingkungan.
2. Audit Lingkungan adalah bagian integral dari sistem manajemen lingkungan yang
digunakan oleh manajemen untuk menentukan apakah sistem pengendalian lingkungan
perusahaan cukup untuk menjamin kepatuhan pada peraturan dan kebijakan internal.
Sehingga audit lingkungan internal dipertimbangkan sebagai proses evaluasi diri yang
digunakan oleh perusahaan untuk menentukan apakah perusahaan memenuhi tujuan
kebijakan internal dan hukum.
2.2.2 Jenis-Jenis Audit Lingkungan
Audit Lingkungan tercakup ke dalam berbagai program industri untuk kepastian
pengendalian kualitas dan keberadaan dalam ruang lingkup pertanggungjawaban audit
internal. Audit lingkungan mempunyai tujuan internal dan eksternal. Audit Lingkungan
internal bermanfaat untuk memberikan informasi kepada manajemen mengenai apakah
operasi perusahaan mematuhi peraturan, apakah suatu kontrak pembuangan limbah
telah dilakukan secara kompeten, serta apakah keputusan manajemen lingkungan dibuat
atas dasar fakta yang ada.
Audit Lingkungan eksternal memberikan jaminan kepada pihak-pihak luar seperti
kreditur, investor atau pemakai laporan eksternal atas usaha atau kegiatan yang telah
dilakukan perusahaan. Berbagai aktivitas yang diklasifikasikan sebagai Audit
Lingkungan ekternal mencakup jasa-jasa yang diberikan oleh konsultan, pengacara, dan
implementasi serta pengawasan sistem manajemen lingkungan.
Thomson mengidentifikasian enam kategori aktivitas-aktivitas yang diklasifikasikan
sebagai audit lingkungan:
1. Complience Audit
Complience audit merupakan investigasi yang fokus utamanya adalah pada
operasi perusahaan. Audit ini menilai apakah aktivitas-aktivitas berada dalam batas-
batasan legal yang diperkenankan hukum dan peraturan atau tidak. Complience Audit
dibutuhkan pada saat kreditur atau investor memerlukan informasi untuk mengetahui
apakah operasi perusahaan menyebabkan atau kemungkinan menyebabkan pelanggaran
hukum dan peraturan tentang lingkungan. Audit jenis ini merupakan jenis audit
lingkungan yang paling umum.
Compliance audit dikategorikan menurut tingkat detail usaha yang diperlukan
dalam audit, yaitu sebagai berikut.
• Preliminary assesment, disebut juga Document Review atau Destop Audit, digunakan
untuk memberikan masukan pada bidang masalah yang potensial, khususnya yang
memiliki proyeksi mengenai kondisi masa datang untuk dipertimbangkan perlunya
penelaahan atau kaji ulang yang lebih intensif.
• Environment audit, merupakan audit yang lebih rinci dengan berfokus pada operasi
perusahaan. Audit tipe ini mencakup verifikasi kepatuhan pada suatu peraturan.
Sehingga auditor perlu menelusuri proses kepatuhan perusahaan melalui pernyataannya
untuk menjamin kepatuhan perusahaan pada regulasi.
• Environmental investigation, adalah penilaian intensif atas waktu dan tenaga kerja,
yang dilakukan ketika tahap-tahap sebelumnya menunjukkan bahwa risiko adanya
kontaminasi potensial atau dugaan ketidakpatuhan lainnya. Laporan auditnya mencakup
interpretasi analisis teknis, seperti laporan laboratorium.
2. Transactional Audit
Transactional audit merupakan alat manejemen untuk menilai risiko lingkungan
perusahaan bagi bank, agen, kreditur, yayasan, serta investor. Audit ini menentukan
apakah tanah mengandung bahan atau buangan beracun. Pihak-pihak eksternal perlu
memahami risiko lingkungan perusahaan.
3. Environmental Management System Audit
Jenis audit lingkungan ini memiliki fokus pada keseluruhan sistem manajemen
lingkungan perusahaan. Audit ini memberikan informasi dan keyakinan kepada
manajemen mengenai efektivitas sistem, pengendalian, dan prosedur untuk mematuhi
kebijakan lingkungan perusahaan. Proses audit jenis ini dilakukan secara internal ketika
proses Audit Lingkungan sudah matang dan perusahaan menjadi yakin akan kepatuhan
terhadap suatu peraturan.
4. Pollution Prevention Audit
Pollution prevention audit merupakan penilaian operasional yang digunakan
untuk mengidentifikasikan kesempatan-kesempatan meminimalkan buangan dan
mengurangi polusi. Pencegahan polusi meliputi berbagai fasilitas pabrik yang mungkin
menimbulkan polusi dalam berbagai media pada beberapa tahap operasi.
5. Environmental Liability Accrual Audit
Environmental liability accrual audit merupakan akuntansi teknis dan review
legal untuk mengakui, mengkuantifisir, dan melaporkan kewajiban yang menyangkut
masalah-masalah lingkungan.
6. Product Audit
Product audit merupakan penilaian dalam proses produksi suatu fasilitas
perusahaan (mesin-mesin). Tujuan audit jenis ini adalah memberikan keyakinan bahwa
produk itu sesuai dengan ambang batas kimiawi dan sesuai dengan standar lingkungan.
2.2.3 Manfaat Audit Lingkungan
Tujuan utama audit lingkungan adalah untuk mengevaluasi operasi dan kinerja
perusahaan dalam hal kesesuaian antara proses produksi dengan hukum dan peraturan
serta untuk mengidentifikasi risiko yang ditimbulkannya yang berkaitan dengan
kelestarian lingkungan. Oleh karena itu diperlukan suatu perancangan atau sistem
program audit yang baik. Perancangan program Audit Lingkungan yang baik akan
memberikan berbagai manfaat kepada perusahaan, yaitu:
1. Liability Reduction
Perbaikan-perbaikan atas kerusakan lingkungan sebagai akibat dari proses operasi
perusahaan lebih baik dilakukan sebagai tindakan pencegahan terhadap tuntutan atas
pelanggaran hukum lingkungan.
2. Legal Protection
Dengan melakukan praktik-praktik yang sesuai dengan persyaratan hukum dan
standar lingkungan, kemungkinan adanya kegiatan yang dapat dikategorikan melanggar
hukum lingkungan dengan berbagai tuntutan denda menjadi lebih kecil
kemungkinannya.
3. Cost reduction
Semakin banyak informasi yang dimiliki oleh para manajer dan karyawan
perusahaan, maka mereka akan semakin bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar
perusahaan yang merupakan konsekuensi dari aktivitasnya. Hal tersebut akan berakibat
pada perbaikan ke bawah melalui pengurangan biaya langsung.
4. Insurance Premium Reduction
Suatu perusahaan akan melakukan Audit Lingkungan jika telah memenuhi suatu
persyaratan dari lembaga asuransi dan keuangan. Oleh karenanya perusahaan yang telah
melakukan Audit Lingkungan akan memiliki risiko yang lebih kecil daripada
perusahaan yang tidak melakukan Audit Lingkungan.
5. Company Image
Perusahaan yang melakukan Audit Lingkungan dapat membangun citra positif di
mata masyarakat, karyawan, dan industri.
2.2.4 Akuntan dalam Audit Lingkungan
Tim Audit Lingkungan untuk suatu perusahaan masing jarang sekali memasukkan
akuntan sebagai salah satu anggota. Anggota tim audit pada umumnya adalah para ahli
kimia/ilmuwan yang mengukur efek limbah/pencemaran yang dihasilkan perusahaan
terhadap lingkungan sekitarnya. Audit Lingkungan dapat dilakukan oleh suatu komite
internal atau konsultan eksternal sesuai dengan pertimbangan manajemen terhadap costs
and benefits. Manajemen dapat memilih untuk menggunakan auditor independen atau
staf internal perusahaan. Audit lingkungan memerlukan ahli dari bidang kimia,
rekayasa, dan pengacara, tergantung pada jenis industri dan operasi perusahaannya.
Kebanyakan perusahaan tidak memiliki ahli khusus untuk melaksanakan pekerjaan yang
berhubungan dengan kegiatan pengukuran efek pencemaran terhadap lingkungan yang
sesuai dengan peraturan pemerintah.
Pendekatan terbaik untuk melaksanakan dan mengembangkan Audit Lingkungan
adalah kombinasi auditor eksternal yang independen dan audit internal. Disinilah peran
akuntan berperan. Kontribusi akuntan pada perusahan yang peduli dengan lingkungan,
yaitu sebagai berikut:
1. melakukan modifikasi sistem akuntansi;
2. mengeliminasi konflik elemen sistem akuntansi;
3. perencanaan untuk implikasi finansial pada agenda lingkungan;
4. memperkenalkan kinerja lingkungan pada pelaporan eksternal;
5. mengembangkan sistem informasi dan akuntansi baru.
2.2.5 Prosedur Audit
Audit Lingkungan harus fleksibel dalam ruang lingkup, jenis, dan prosedur yang
harus disesuaikan agar memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu perusahaan. Prosedur
yang baik merupakan langkah yang harus dilakukan oleh seorang auditor. Prosedur
dalam Audit Lingkungan adalah:
1. Accepting the Audit Engagement
Prosedurnya sama dengan prosedur dalam audit laporan keuangan, yaitu pada Tahap
awal dalam mengaudit laporan keuangan adalah menentukan keputusan untuk
menerima (atau menolak) kesempatan menjadi auditor untuk memeriksa laporan
keuangan perusahaan klien. Keputusan ini biasanya dibuat kurang lebih enam sampai
sembilan bulan sebelum adanya laporan keuangan fiskal klien.
2. Planning The Audit
Tahap kedua untuk melaksanakan audit adalah pengembangkan strategi audit
yang mencakup pelaksanaan dan ruang lingkup audit. Perencanaan merupakan hal yang
penting menuju keberhasilan penugasan audit selanjutnya.
3. Performing Audit Test
Tahap ketiga penugasan audit adalah melaksanakan pengujian audit (Audit test).
Tujuan utama tahap ini adalah untuk memperoleh bukti tentang efektivitas struktur
pengendalian intern dan kewajaran laporan keuangan perusahaan klien. Prosedur-
prosedur untuk memperoleh pemahaman dan untuk mengevaluasi efektivitas struktur
pengendalian intern dalam Audit Lingkungan adalah sama dengan prosedur-prosedur
dalam audit laporan keuangan.
Dalam audit laporan keuangan, auditor ingin memperoleh bukti-bukti mengenai
jumlah dan pengungkapan yang diperlukan klien, yang melibatkan masalah-masalah
lingkungan. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang auditor dalam melaksanakan
penugasan Audit Lingkungan adalah pelaksanaan audit tersebut harus mengacu pada
standar-standar yang telah ditetapkan otoritas yang berwenang ( IAI), adapun standar
yang perlu diperhatikan oleh auditor adalah:
4. Completing the audit
Dalam penyelesaian auditing, auditor seringkali bekerja dalam batasan waktu yang
terbatas. Namun demikian, ia harus membuat penilaian serta pertimbangan yang
profesional dan menyatakan pendapat yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Dalam
audit keuangan, auditor perlu mengubah laporan audit jika memang ada keraguan
tentang kondisi perusahaan. Audit harus mengeluarkan pendapat wajar dengan
pengecualian jika ia menyimpulkan bahwa masalah lingkungan memiliki pengaruh
langsung dan material pada laporan keuangan serta klien menolak untuk melakukan
revisi atas laporan auditnya.
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan oleh tim penulis merupakan pengumpulan data
yang diperoleh dari studi pustaka, bservasi langsung di lapangan, dan uji analisa limbah.
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penyusunan hasil audit Industri Tahu
BK ini adalah pengolahan secara sistematis, data yang didapatkan dari kajian pustaka
dan data lapangan atau empiris.
3.1.1 Studi Pustaka
Studi pustaka ini bertujuan untuk mendapatkan data yang berasal dari jurnal-
jurnal, buku, atau pun internet. Data-data yang ada dikumpulkan secara selektif sesuai
dengan kebutuhan yang ada seperti data mengenai kebijakan industri pertanian
khususnya industri tahu di lndonesia dan baku mutu limbah. Data ini selanjutnya akan
dijadikan referensi dalam penyusunan hasil audit ini.
3.1.2 Observasi Langsung
Tim penulis juga mencari data secara langsung dengan cara observasi lapangan
dengan cara wawancara dan pengisian check list. Observasi lapangan yang dilakukan
yaitu di Industri tahu BK. Data pada saat observasi langsung ini adalah data primer
dimana penulis mendapatkan data secara langsung tanpa perantara.
3.1.2 Uji Analisa Limbah Cair
Selain dengan studi pustaka dan observasi langsung, tim penulis juga melakukan
uji analisa limkbah cair untuk mengetahui beban pencemaran nilai BOD, COD, TSS,
Ph, dan suhu dari limbah cair yang dihasilkan di Industri Tahu BK.

3.2 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dari audit ini terdapat pada kegiatan teknis yang terdapat di lokasi
termasuk didalamnya ialah:
 kondisi ruang kerja;  kondisi alat dan mesin;
 kondisi fisik/sanitasi  pengadaan bahan baku;
pekerja;
 pencucian kedelai;  penyaringan;
 perendaman kedelai;  penggumpalan dan pengepresan;
 penggilingan kedelai;  pembuangan limbah.
 perebusan;

3.3 Kriteria Audit


Berdasarkan identifikasi limbah yang telah diketahui dari beberapa proses
kegiatan produksi, maka terdapat jenis limbah yang dihasilkan yakni limbah berupa
limbah padat, limbah cair, dan gas. Limbah padat terdiri limbah kulit ari kedelai, ampas
tahu, dan arang, limbah cair berupa air, dan limbah gas berupa uap air dan gas bahan
bakar bensin.
 Limbah Padat
1. Undang-Undang Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Pasal 1 Ayat 2 bahwa
“Sampah sejenis rumah tangga adalah sampah rumah tangga yang berasal dari
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas
umum, dan.atau fasilitas lainnya.
2. Undang-Undang Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Pasal 10 Ayat (1) bahwa
Penyelenggaraa pengelolaan sampah meliputi:
a. pengurangan sampah;dan
b. penanganan sampah.
3. Undang-Undang Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Pasal 11 Ayat (1) bahwa
Pengurangan sampah meliputi:
a. pembatasan timbunan sampah
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.
 Limbah Cair
1. Peraturan MELH RI Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 14 bahwa “Industri
pengolahan kedelai adalah usaha dan/atau kegiatan yang memanfaatkan kedelai
sebagai bahan baku utama yang tidak bisa digantikan dengan bahan lain”.
2. Peraturan MELH RI Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 31 bahwa “Baku mutu
air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang
atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan”.
3. Peraturan MELH RI Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 3 Ayat 2 bahwa “Baku mutu
air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan:
a. kemampuan teknologi pengolahan air limbah yang umum digunakan; dan/atau
b. daya tampung lingkungan di wilayah usaha dan/atau kegiatan, untuk memperoleh
konsentrasi dan/atau beban pencemaran paling tinggi”.
4. Peraturan MELH RI Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 3 bahwa “Baku mutu
air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran XLVI yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini”. Lampiran XLVIII mengenai
baku mutu limbah tau tersebut dapat di lihat pada gambar berikut.

Gambar 3. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Pengolahan Kedelai


 Limbah Gas
1. Peraturan MENLH Nomor 12 Tahun 2010 Pasal 1 tentang Pelaksanaan
Pengendalian Pencemaran Udara Di Daerah Pasal 1 Ayat 4 bahwa “Udara
ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposif yang berada di
dalam wilayah yurisdikasi RI yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan
menusia, makhluk, hidup dan unsure lingkungan hidup lainnya”.
2. Peraturan MENLH Nomor 12 Tahun 2010 Pasal 1 tentang Pelaksanaan
Pengendalian Pencemaran Udara Di Daerah Pasal 1 Ayat 7 bahwa “Baku mutu
udara ambient adalah keadaan ukuran batas atau kadar zat energy, dan/ atau
komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/ atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaanya dalam udara ambien.
3. Peraturan MENLH Nomor 12 Tahun 2010 Pasal 1 tentang Pelaksanaan
Pengendalian Pencemaran Udara Di Daerah Pasal 1 Ayat 8 bahwa “Emisi
adalah zat, energy dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang
masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambient yang mempunyai dan/atau
tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar”.

3.4 Ringkasan Proses Audit


Proses audit terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut:
 pembuatan tim audit;
 kunjungan langsung ke lokasi;
 wawancara dengan pemilik industri tahu;
 pengamatan dan perhitungan waktu saat proses produksi tahu;
 wawancara dengan beberapa pekerja;
 pengisian check list audit; dan
 pengambilan foto untuk kepentingan referesensi.
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Proses Produksi Tahu di BK


Industri tahu BK, dalam sehari biasanya memproduksi tahu dengan bahan baku
kedelai sebesar 150 kg. setiap satu kali produksi menggunakan bahan baku kedelai
sebanyak 2,5 kg, jadi dalam satu hari produksi terdapat 60 kali proses produksi tahu.
Adapun tahapan proses pembuatan tahu yakni dengan persiapan bahan baku kedelai,
kemudian dilakukan tahap pencucian, perendaman selama 3,5 jam, setelah itu
penggilingan 12 menit, perebusan 10 menit, 2 kali penyaringan selama 8 menit,
penggumpalan dengan air cuka selama 10 menit, pengepresan selama 28 menit, setelah
itu pencetakan dan jadilah tahu. Adapun alur skema dari produksi tahu BK dapat di lihat
di bawah ini.

Air Air Air


(22,5 kg) (5 kg) (54 kg)

Kedelai Pencucian Perendaman Penggilingan Bubur kedelai


(2,5 kg) (5 menit) 1:2 (3,5 jam) (12 menit) (56,4 kg)

Air Air Bahan


(22,5 kg) (5 kg) bakar
(5 kg)

Uap air (1,875 liter) Air (50 kg) Air cuka (kadar cuka 0,0001%) 30 kg

Perebusan Penyaringan Penggumpalan dan Pengepresan Pencetakan Tahu


(3,5 kg)
(10 menit) (8 menit) (10 menit)

Air Ampas tahu basah


(60 kg) (3 kg)
Limbah cair (126,5 kg)
Kayu bakar

Arang
4.1.1 Neraca Massa dan Identifikasi Limbah Produksi Industri Tahu BK
Tabel 1. Neraca Massa Per Proses
Input Output Identifikasi limbah

Pencucian (5 menit)
Kedelai 2,5 kg Kedelai 2,5 kg -

Air 22,5 kg Air 22,5 kg Air bekas cucian kedelai 22, 5 kg

Perendaman 1:2 (3,5 jam)


Kedelai 2,5 kg Kedelai 2,45 kg Limbah kulit ari kedelai 0,05 kg

Air 5 kg Air 5 kg Air bekas perendaman kedelai 5 kg

Penggilingan (12 menit)


Kedelai 2,45 kg -

Air 54 kg Bubur kedelai 56,4 kg -

Bensin 5 liter Gas bensin


Menggunakan mesin penggiling dengan kebisingan 70-74 db (Syahbardia, 2005); dengan
total bahan bakar bensin 1 hari sebesar 5 liter
Perebusan (10 menit)
Bubur kedelai 56,4 kg
Bubur kedelai 80 kg Uap air 36,4 kg
Air 60 kg
Asap, abu dan arang Asap, abu dan arang hitam
Kayu bakar 3 kg
hitam
Penyaringan (8 menit)
Bubur kedelai 80 kg Sari bubur kedelai 100
Ampas tahu 3 kg
Air 50 kg kg

Penggumpalan dan Pengepresan (10 menit)


Sari bubur kedelai
Tahu 3,5 kg Limbah cair 126,5 kg
100 kg
Air cuka (kadar cuka
0,0001%) 30 kg

Tabel 2. Total Neraca Massa


Kedelai: 2,5 kg
Neraca Massa Per Proses
Air : 221,5 kg
Kedelai: 2,5 kg x 60 = 150 kg
Neraca Massa Total
Air : 221,5 kg x 60 = 13.290 kg
Limbah kulit ari kedelai: 0,05 kg
Ampas tahu: 3 kg x 60 = 180 kg
Total Limbah yang dihasilkan Arang hitam
Limbah cair: 154 kg x 60 = 9.240 kg
Uap air : 36,4 kg

4.2 Hasil Temuan Audit Berdasarkan Check List


4.2 Perijinan
Usaha tahu BK yang beralamat Dusun Krajan Utara, Dusun Patemon, Pakusari
Serang. Usaha tahu tersebut hanya memiliki ijin usaha (SIUP) dengan nomor Induk
Pendaftaran Industri Kecil (NIPIK) 09.3509.02644, dan ditetapkan oleh Bupati Serang
di Serang pada tanggal 16 Desember 2016. Sedangkan untuk NPWP belum memiliki,
namun masih dalam proses pembuatan, dan untuk ijin HO tidak memiliki secara tertulis.
Ijin usaha milik BK memilki ijin usaha yang selalu diperbaharui setiap 5 tahun sekali
dengan evaluasi setiap 1 tahun sekali. Apabila ketentuan yang tercantum pada surat ijin
tidak dijalankan maka akan dekenai peringatan dan apabila tidak diperbaiki maka akan
dicabut ijin usaha tersebut. Ijin HO tidak ada, melainkan hanya dengan hanya diberikan
pada saat ada dialog antara pemilik usaha dengan masyarakat sekitar yang terdampak
langsung dari kegiatan tersebut. Menurut keterangan dari ibu kusriyati untuk NPWP
sendiri sudah melakukan proses pembuatan.
4.2 Data Umum Industri
Industri tahu BK berdiri pada tahun 1985, dan pada tahun 2005 industri tahun ini
beralih ke ibuk kusriyati, dimana sebelumnya dijalankan oleh ibunda ibu kusriyati.
Sejarah tersebut tidak tertulis atau hanya disampaikan saat ada yang bertanya tentang
usaha tersebut. Pada beberapa proses produksi terjadi perubahan seperti pada proses
perebusan, dimana sebelumnya memakai api langsung menyentuh media perebus, hal
ini mengakibtakan rasa dari tahu tersebut memilki rasa seperti gosong. Setelah usaha
dijalankan ibu kusriyati proses perebusan, beliau mengganti dengan pemanasan uap,
dimana uap air akan dialirkan melalui pipa menuju tempat perebusan. Sehingga
membuat rasa tahu lebih gurih dan aromanya sedap. Usaha industri BK memilki SOP
tetapi dalam bentuk tidak tertulis, karena setiap hari pesanan tidak selalu sama, hal ini
yang mengakibatkan SOP dari usaha ini tidak tertutlis melainkan hanya sebatas
perintah. Struktur organisasi BK memiliki 3 pembagian kerja yaitu, pembutan tahu,
pembungkusan dan pembersihan alat dan tempat. Bagian pembuatan tahu memiliki jam
kerja selama 2 hari kerja dan 1 hari libur dalam satu kelompok kerja. Untuk
pembungkusan juga sama memiliki waktu pembagian kerja seperti pada pembuatan
tahu. Untuk bagian pembersihan tidak ada waktu libur, namun bekerja pada saat selesai
produksi. Program asuransi pada BK tidak diterapkan karena tingkat usaha kecil dan
kurangnya pengetahuan tentang pentingnya asuransi bagi pekerja, sedangkan resiko
bahaya yang dihadapi cukup serius seperti asap pembakaran bisa mengganggu
pernafasan dan mengganggu kesehatan mata.
2.3 Jenis limbah.
4.3 Jenis Limbah
Pada proses produksi pembuatan tahu ini menghasilkan limbah cair, padat dan
gas. Untuk limbah cair dihasilkan dari proses pencucian, perendaman, penggilingan,
perebussan dan pengepresan. Untuk kandungan limbah dalam setiap proses berbeda-
beda. Untuk limbah padat terdapat 2 jenis, yaitu limbah ampas kedelai dan abu sisa
pembakaran kayu. Limbah ampas tahu sendiri biasanya langsuung diambil oleh orang
untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang diambil setiap hari oleh pemilik ternak
tersebut, sedangkan abu hasil pembakaran sebagian diambil orang dan sebagian besar
dibuang. Untuk limbah gas sendiri dibiarkan begitu saja karena pada proses pembakaran
tidak menggunakan cerobong, sehingga asap hasil pembakaran menyebar kemana-mana
dan susah untuk mengatasinya. Ketidak tahuan mengenai cemaran limbah terhadap
lingkungan menyebabkan limbah dibiarkan dan dibuang begitu saja.
4.4 Proses Produksi
Pada proses produksi di BK sendiri untuk perencanaan pekerjaan mulai dari
penyiapan alat sampai produk jadi, maksudnya sebelum proses produksi dilakukan
pengecekan alat yang akan digunakan dalam produksi sampai produk jadi agar tidak
ada kesalahan seperti kurangnya peralatan saat ditengah produksi yang dapat
menghambat jalannya produksi. Untuk menanggulangi hal itu setiap hari alat di cek
agar tidak terjadi kesalahan hal seperti itu. Untuk pemeliharaan mesin secara berkala
tidak dilakukan namun saat rusak baru ada perbaikan mesin yang rusak tersebut. Untuk
perencanaan produksi sendiri di BK tidak dilakukan secara tertulis, namun diberikan
instruksi langsung oleh ibu kusriyati. Hal ini dikarenakan setiap hari jumlah pesanan
dan ukuran dari tahu tersebut tidak sama. Oleh karena itu, perencanaan tidak pernah
dilakukan secara tertulis melainkan secara lisan ( tidak tertulis). Untuk validasi kulalitas
dari tahu BK setiap hari dilakukan pengecekan agar sesuai dengan keinginan konsumen.
Untuk pengecekan sendiri biasanya dilakukan oleh ibu kusriyati sendiri untuk menjaga
kualitas dari tahu tersebut.
4.5 Tempat Produksi
Pada tempat produksi di BK sendiri memiliki tempat yang cukup baik untuk
produksi tahu. Hal ini dapat dilihat dari adanya ventilasi udara untuk mengatur sirklasi
udara yang di dalam tempat produksi. Namun dari ventilasi itu sendiri masih kurang
layak karena hanya ada beberapa ventilasi dengan ukuran yang berbeda-beda dengan
perbandingan jumlah orang yang cukup banyak dalam satu tempat dan panas yang
ditimbulkan dari uap dan tungku pembakan. Hal ini membuat para pekerja kurang
nyaman dan kepanasan karena kurangnya ventilasi udara dan tidak ada pendingin
ruangan. Aliran pembuangan di BK sendiri memiliki akses pembuangan dari tempat
produksi dan langsung menuju sungai kecil yang ada di dekat tempat produksi tersebut.
Namun akses pembuangan yang dimiliki oleh BK tidak memenuhi standar karena ada
yang tidak tertutup atau berlubang pada tempat saluran pembuangan dan hal itu
dibiarkan begitu saja. Intensitas pencahayaan di tempat produksi ada namun tidak
mencukupi karena hanya ada 2 lampu sebagai tempat penerangan. Hal ini
mengakibatkan tempat produksi menjadi lumayan redup yang membuat pekerja mudah
lelah. Untuk kamar mandi BK memiliki 2 kamar mandi di tempat yang berbeda. Kamar
mandi yang dimiliki 1 cukup bersih dan satunya cukup kotor karena di dalam tempat
produksi. Hal ini membuat kurang nyamannya pekerja saat menggunakan kamar mandi
yang ada di dalam tempat produksi.
4.6 Perlengkapan produksi industri tahu
Untuk kelengkapan alat produksi sendiri cukup lengkap. Hal ini dapat dilihat dari
daftar kelengkapan yang dimiliki oleh BK tersebut. Daftar alat yang dimiliki adalah
sebagai berikut : bak, ember, tempat perendaman, piring, gayung, meja, selang, kran air,
sanyo, pengepres, penggiling, tungku, katrol, kain saring, pisau, panic besar ( tempat
perebusan ), kursi, pengukur pemotongan. Dapat dilihat dari daftar tersebut bahwa
perlengkapan yang dimiliki sudah cukup lengkap. Untuk bahan yang digunakan saat
produksi sendiri ada kedelai, cuka dan air. Untuk kedelai sendiri biasanya bu kusriyati
membeli sebanyak 2 ton untuk 10 hari dari pedagang di pasar yang sudah menjadi
langanan sejak lama sebelum di ambil alih oleh bu kusriyati. Untuk cuka bu kusriyati
biasanya membeli botol yang besar untuk digunakan beberapa hari. Sedangkan air bu
kusriyati memakai air sumur yang dimiliki sebanyak 4 sumur dan apabila di
musim kemarau biasanya mengambil air dari sumur tetangganya apabila sumur yang
dimilikinya habis. Untuk sumber energi sendiri BK memakai 3 jenis yaitu listrik, bensin
dan kayu bakar. Untuk listrik sendiri industri ini masih jadi satu dengan rumah bu
kusriyati. Untuk bensin digunakan untuk tenaga dari mesin penggiling sebanyak 2 buah
yang menghabiskan 5 liter untuk tiap-tiap mesin penggiling. Kayu bakar sendiri
didapatkan dari beberapa mitranya sebanyak 3 pick up yang digunakan selama 3 hari.
Kayu bakar ini untuk memamanaskan mesin uap sebanyak 2 buah dari jam 3 pagi
sampai jam 8 baru bisa dimulai produksi. Alasan menuggu waktu pemanasan tersebut
untuk mengisi mesin uap agar cukup panas dan optimal saat digunakan produksi.
4.7 Keadaan Sumber Daya Manusia Sebagai Pekerja Industri
BK menerapkan sedikit sanitsi pada pekerjanya, dimana para pekerja sudah
memakian celemek dengan fungsi agar tubuh pekerja terhindar dari paparan dari proses
pembuatan tahu. Pekerja juga sudah memakai sepatu sebagai alas kaki, dimana sepatu
ini berfungsi untuk melindungi kaki pekerja saat bekerja, seperti menghindarkan kaki
pekerja dari paparan arang yang panas saat proses pemasakan dan menghindarkan kaki
pekerja dari tumpahan air panas saat proses perebusan. Tetapi di BK masih belum
menerapkan beberapa sanitasi utama seperti penggunaan sarung tangan saat prouksi,
kelengkapan pekerja dalam berpakaian, dan penggunaan masker megingat ruangan
produksi dipenuhi oleh asap dari hasil pembakaran kayu bakar yang sangat
membahayakan mata dan sistim pernafasan. Kondisi fisik dari para pekerja di BK
memiliki fisik yang kuat karena didominasi oleh pekerja yang masih muda dan
memiliki tenaga yang kuat, untuk pekerja yang kurang kuat hanya terdapat 2 orang
pekerja yang bekerja dibagian penyaringan dan pembersihan.
4.8 Akses masuk menuju tempat industri
Akses masuk dan keluar di BK sudah ada tetapi masih kurang memenuhi standart,
dimana pintu untuk akses keluar dan masuk masih bisa dibilang kurang layak atau
rusak, sehingga saat proses produksi berlangsung tempatt produksi terkessan tidak
memiliki pintu. Di tempat industri tahu ini juga belum terdapat petunjuk arah untuk para
pekerja yang mungkin dikarenkan tempat produksi tahu BK
tergolong industri kecil yang tempatnya tidak luas. Jalur evakuasi di BK terrbilang tidak
ada karena tempatnya yang kecil dan terbuka, sehingga jika terjadi sesuatu maka bisa
menuju pintu masuk maupun pintu keluar yang sama-sama menuju ke luar ruangan
industri.
4.9 Keadaan Sosial
Dampak industri BK bagi keadaan sosial, terutama bagi perekonomian pekerjanya
yang beberapa berasal dari sekitar dari daerah industri tersebut, yang awalnya tidak
mempunyai pekerjaan dan akhirnya perekonomian pekerja jadi lebih baik setelah
bekerja di BK. Dampak bagi perubahan kebiasaan masarakat sendiri yaitu masyarakat
yang awalnya memakai sungai sebagai media MCK berubah karena industri ini
membuang limbah cairnya ke saluran yang bermuara di sungai, sehingga masyarakat
tidak memakai sungai lagi sebagai media MCK karena takut akan kontaminasi limbah
yang dibuang disungai dan mendirikan media sendiri.
4.10 Keadaan kesehatan lingkungan mayarakat
Dampak dari limbah industri tahu BK bagi kesehatan masyarakat sekitar tidak
nampak dengan jelas, namun untuk beberapa keluarga mendapatkan dampak karena
menjaadi pekerja di industri tersebut. Untuk pencemaran lingkungannya sendiri sngat
berdampak dan terliht jelas, dimana pada saluran pembuangannya terlihat endapan yang
berwarna hitam. Hewan-hewan yang sebelunya hidup pada saluran tersebut tidak bisa
bertahan hidup akibat limbah dari indutri tersebut. Di hilir saluran pembuangan tersebut
yang bermuara disngai juga terkena dampaknya dimana air sungai menjadi keruh dan
berbau kurang sedap.
2.4 Proses Produksi
2.5 Tempat Produksi

2.6 Perlengkapan Produksi Indutri Tahu


2.7 Keadaan Sumber Daya Manusia Sebagai Pekerja Industri
2.8 Akses Masuk Menuju Tempat Industri
2.9 Keadaan Sosial
2.10 Keadaan Kesehatan Lingkungan Masyarakat
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada Industri Tahu BK Kampung Kodorab, Cisalam, Serang, Banten dilakukan
identifikasi limbah dengan menggunakan neraca massa sehingga terdapat jenis limbah
padat, cair, dan gas yang dihasilkan. Limbah padat yang dihasilkan akan dimanfaatkan
lagi menjadi pakan ternak, sedangkan limbah cair hanya di buang di sungai sekitar
kawasan indsutri.

3.2 Saran
Sebaiknya dilakukan pengujian pada limbah cair untuk mengetahui seberapa
limbah cair tersebut mencemari lingkungan sekitar khususnya sungai.
DAFTAR PUSTAKA

BPS Industri Manufaktur. 2013 ISSN: 2338-0934.

Herlambang, A, 2002, Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu, Pusat


Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (BPPT) dan Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Samarinda.

Indriani, lilin. 2012. Audit lingkungan : Fenomena lama atau Baru Pada Kegiatan
Pengelolaan Lingkungan hidup bidang Ketenaganukliran. Makalah.
Yogyakarta: Direktorat Inspeksi dan Tahan nuklir (DIIBN). BAPETEN

Kaswinarni, F. 2007. “Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri
Tahu”. Thesis”. Semarang: Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas
Diponegoro.

Suprapti, Lies M. 2005. Pembuatan Tahu. yogyakarta: Kanisius.


LAMPIRAN GAMBAR
FORM AUDIT INDUSTRI TAHU
A. Daftar Umum
Hari / Tanggal :
Desa / Kecamatan :
Identitas Industri
Nama Industri :
Jenis industri :
Nama Pemilik :
Alamat :
Tahun Berdiri :
Luas Industri :
Jumlah Pekerja :
Jam Kerja :
Akta pendirian :

B. Data Administrai (Kuisioner)


Identitas Responden (Pemilik Usaha)
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan terakhir :
Alamat Industri :
DAFTAR PERIKSA AUDIT
Penilaian Inspeksi menggunakan standart penilaian interval, dengan kategori
sebagai berikut.
KATEGORI SINGKATAN INTERVAL NILAI
Sangat Baik SB 80 - 100
Baik B 60 – 79
Sedang S 40 – 59
Buruk BU 20 – 39
Sangat Buruk SBU 0 – 19
CHECK LIST DATA KELENGKAPAN INDUSTRI

1. Perizinan
No Perizinan/Persetujuan/Rekomendasi Ada Tidak Nilai Keterangan
1 Izin Usaha
2 Izin HO
3 Izin SIUP
4 NPWP
Kriteria penilaian:
SB = Apabila perizinan ada dan diterapkan dengan baik semua syarat yang tercantum dalam perizinan
tersebut.
B = Apabila perizinan ada dan diterapkan syarat yang tercantum dalam syarat perizinan namun ada
beberapa yang tidak dilakukan.
S = Apabila perizinan ada namun setengah atau banyak syarat yang tercantum tidak dilaksanakan.
BU = Apabila perizinan ada namun tidak ada syarat yang tercantum dalam perizinan dilakukan sama
sekali.
SBU = Apabila perizinan tidak ada dan tidak melakukan tindakan – tindakan yang baik untuk
menggurus surat perizinan, menggangu masyarakat sekitar.

2. Data Umum Industri


No Parameter Kelengkapan Ya Tidak Nilai Keterangan
1 Sejarah Industri
2 SOP
3 Struktur Organisasi
4 Tugas Spesifik Organisasi
5 Program Asuransi
Kriteria penilaian:
SB = Ada, apabila semua sudah tertulis dengan jelas dan terarsipkan dengan baik, serta berjalan
dengan baik sesuai yang di inginkan sejak awal.
B = Ada, apabila semua sudah tertulis dengan jelas dan kurang terarsip dengan baik, namun semua
berjalan dengan baik sesuai yang di inginkan sejak awal.
S = Ada, apabila kurang tertulis dengan jelas, arsip tidak lengkap, namun semua berjalan dengan
baik sesuai yang di inginkan dengan baik sejak awal.
BU = Ada, apabila kurang tertulis dengan jelas, arsip tidak lengkap, kurang berjalan dengan baik
sesuai yang di inginkan dengan baik sejak awal.
SBU = Tidak ada, semua tidak berjalan dengan baik sesuai dengan yang di inginkan sejak awal.

3. Jenis Limbah
No Jenis Limbah Ya Tidak Nilai Keterangan
1 Limbah Cair
2 Limbah Padat
3 Limbah Gas
4 Limbah Padat – Domestik
5 Limbah B3
Kriteria penilaian:
SB = Limbah masih sesuai dengan standar baku mutu yang ada dan dikelola dengan baik atau tidak
ada limbah.
B = Limbah masih sesuai dengan standar baku mutu yang ada dan kurang terkelola dengan baik.
S = Limbah masih sesuai dengan standar baku mutu yang ada dan hanya sebagian yang di
kelola. BU = Limbah melebihi standar baku mutu yang ada dan hanya sebagian yang di kelola.
SBU = Limbah melebihi standar baku mutu yang ada dan tidak di kelola.

4. Proses Produksi
No Parameter Kelengkapan Ya Tidak Nilai Keterangan
Perencanaan pekerjaan / rencana
kegiatan selama proses produksi
1
(mulai penyiapan alat sampai produk
jadi)
Perencanaan pemeliharaan mesin
(estimasi pengoperasian mesin perhari
2 dari awal produksi sampai produksi
berakhir lalu menganalisis kerusakan
mesin perbulan)
Perencanaan produksi dan kapasitas
mesin (merencanakan jumlah produksi
3
perhari sehingga produksi sesuai
dengan kemampuan kerja mesin)
Validasi kualitas/mutu tahu dari setiap
4
produksi
Kriteria penilaian:
SB = Tata cara produksi dilaksanakan dengan baik dan proses produksi berjalan dengan baik sesuai
standar yang ditetapkan oleh perusahaan untuk menjaga kualitas produk, serta menjaga kualitas
produk tanpa mengurangi sedikit pun.
B = Tata cara produksi dilakukan dengan baik dan proses produksi berjalan dengan baik sesuai
standar yang ditetapkan oleh perusahaan untuk menjaga kualitas produk, kadang kualitas produk
tidak sesuai dengan standar.
S = Tata cara produksi dilakukan dengan baik dan proses produksi berjalan dengan baik sesuai
standar, namun kualitas produk jarang sesuai dengan standar yang ada.
BU = Tata cara produksi kurang dilakukan dengan baik dan proses produksi berjalan dengan baik,
kualitas produk jarang sesuai standar yang ada.
SBU = Tata cara produksi tidak berjalan dengan baik, proses produksi tidak sesuai standar, kualitas
jarang sesuai standar.

5. Tempat Produksi
No Parameter Kelengkapan Ada Tidak Nilai Keterangan
1 Ventilasi udara yang mengatur
sirkulasi udara selama produksi
(tempat pengeluaran asap mesin
dan asap selama produksi)
2 Aliran pembuangan dari tempat
produksi hingga ke
sungai/tempat lain
3 Intensitas cahaya di tempat
produksi yang akan
mempengaruhi pekerja selama
produksi
4 Kamar Mandi
Kriteria penilaian:
SB = Fasilitas ada, berfungsi dengan baik dan sesuai standar yang ada.
B = Fasilitas ada, berfungsi dengan baik dan kurang sesuai standar yang
ada. S = Fasilitas ada, berfungsi dengan baik dan tidak sesuai standar yang ada.
BU = Fasilitas ada, kurang berfungsi dengan baik dan tidak sesuai standar yang
ada. SBU = Fasilitas tidak ada.

6. Perlengkapan Produksi Industri Tahu


No Perlengkapan Ada Tidak Nilai Keterangan
1 Kelengkapan Proses Alat Produksi
a. Bak
b. Baskom
c. Ember
d. Tempat
perendaman
e. Piring
f. Pengaduk besar
g. Gayung
h. Meja
i. Selang
j. Kran air
k. Trolli
l. Sanyo
m. Pengepres
n. Penggiling
o. Tungku
p. Katrol
q. Kain saring
r. Pisau
s. Tempat
Perebusan
( panci besar )
t. Kursi
u. Meja
v. Pengukur
pemotongan
2 Bahan yang Digunakan Saat Proses Produksi
a. Kedelai
b. Cuka
c. Air
3 Sumber Energi Proses Produksi
a. Bensin
b.Listrik
c. Kayu bakar
Kriteria penilaian:
SB = Kelengkapan ada dan mencukupi untuk produksi, sesuai standar, mudah di dapatkan.
B = Kelengkapan ada dan mencukupi untuk produksi, sesuai standar, agak sulit di dapatkan.
S = Kelengkapan ada dan mencukupi untuk produksi, kurang sesuai standar, agak sulit didapatkan.
BU = Kelengkapan ada tapi kurang mencukupi untuk produksi, kurang sesuai standar, sulit di
dapatkan.
SBU = Kelengkapan tidak ada dan sulit di dapakan.

7. Keadaan Sumber Daya Manusia Sebagai Pekerja Industri


No Parameter Ada Tidak Nilai Keterangan
1 Sanitasi Pekerja
a. Penggunaan sarung tangan pada
saat proses produksi
b. Pengecekan Kelengkapan dalam
berpakaian
c. Penggunaan masker penutup mulut
d. Penggunaan sepatu atau memakai
alas kaki untuk melindungi kaki
e. Penggunaan clemek
2 Kondisi Fisik Pekerja
a. Pekerja muda dan masih memiliki
tenaga yang kuat.
b. Pekerja Paruh baya dan kuat
c. Pekerja yang kurang kuat
Kriteria penilaian:
SB = Perlengkapan ada dan masih sesuai standar, fisik kuat.
B = Perlengkapan ada dan masih sesuai standar, fisik kurang
kuat. S= Perlengkapan ada tapi tidak sesuai standar, fisik kuat.
BU = Perlengkapan ada tapi tidak standar, fisik kurang
kuat. SBU = Perlengkapan tidak ada, fisik kuat atau tidak kuat.

8. Akses Masuk Menuju tempat industri


No Parameter Kelengkapan Ada Tidak Nilai Keterangan
1 Memiliki akses masuk dan
keluar
2 Petunjuk arah untuk
memudahkan pekerja
3 Jalur evakuasi darurat
Kriteria penilaian:
SB = Ada, sesuai standar dan mudah dilihat atau dilalui.
B = Ada, kurang sesuai dengan standar dan mudah dilihat atau dilalui.
S = Ada, kurang sesuai dengan standar dan tidak mudah dilihat atau dilalui.
BU = Ada, tidak sesuai dengan standar dan tidak mudah dilihat atau
dilalui. SB = Tidak ada.

9. Keadaan Sosial
No Parameter Kelengkapan Ada Tidak Nilai Keterangan
1 Keadaan Sosial
a. Perubahan ekonomi
b. Perubahan kebiasaan
masyarakat
2 Keadaan Kesehatan Lingkungan Masyarakat
a. Gangguan kesehatan
b. Pencemaran lingkungan
Kriteria penilaian:
SB = Ada, semua diakibatkan adanya kegiatan industri tersebut dan terlihat jelas dampaknya.
B = Ada, semua diakibatkan adanya kegiatan indsutri tersebut dan tidak terlihat jelas dampaknya.
S = Ada, sebagian diakibatkan adanya kegiatan industri tersebut dan terdapat fakor lainnya yang
mempengaruhi.
BU = Ada, sebagian diakibatkan adanya kegiatan industri tersebut dan tidak terdapat faktor lainnya
yang mempengaruhi.
SBU = Tidak ada.

10. Keadaan Kesehatan Lingkungan Masyarakat


No Parameter Kelengkapan Ada Tidak Nilai Keterangan
1 Keadaan Kesehatan Lingkungan Masyarakat
c. Gangguan kesehatan
d. Pencemaran lingkungan
Kriteria penilaian:
SBU = Ada, semua diakibatkan adanya kegiatan industri tersebut dan terlihat jelas dampaknya.
BU = Ada, semua diakibatkan adanya kegiatan indsutri tersebut dan tidak terlihat jelas dampaknya.
S = Ada, sebagian diakibatkan adanya kegiatan industri tersebut dan terdapat fakor lainnya yang
mempengaruhi.
B = Ada, sebagian diakibatkan adanya kegiatan industri tersebut dan tidak terdapat faktor lainnya
yang mempengaruhi.
SB = Tidak ada.

Anda mungkin juga menyukai