Mata Kuliah:
KEPERAWATAN MATERNITAS I
Dosen Pengampu:
Ns. Wulan Novika Ambarsari., MAN
Disusun Oleh :
Ahmad Jarkasih ( C.0105.19.001 )
Farhan Reza Rivaldi ( C.0105.19.056 )
Hamjah Abdul H. ( C.0105.19.009 )
Latifah Nur Hasanah ( C.0105.19.041)
Mutia salsabillah ( C.0105.19.016)
Mia Mayantini ( C.0105.19.014)
Siti Julaeha ( C.0105.19.021 )
Siti Khoiriyyah ( C.0105.19.050 )
Siti Maesyaroh kenaliyah ( C.0105.19.022)
Vicky Febrian ( C.0105.19.026 )
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “KONSEP
PADA IBU POST PARTUM ”. Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis tentu mengalami
kesulitan. Namun, berkat dorongan, dukungan, dan semangat dari rekan-rekan sehingga mampu
menyelesaikannya dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada sahabat-
sahabat saya yang telah memberikan semangat, doa dan motivasi terbaiknya bagi penulis untuk
menyelesaikan karya tulis ilmiah. Serta pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Akhir kata kami berharap Tuhan Maha Esa membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu, semoga kami ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Kata Pengantar.............................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan Laporan Kasus.....................................................................................................................2
D. Manfaat Laporan Kasus...................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................4
A. Definisi Postpartum.........................................................................................................................4
B. Perubahan Fisiologis Periode Postpartum........................................................................................4
C. Adaptasi Psikologi Masa Postpartum...............................................................................................5
D. Definisi Depresi Postpartum............................................................................................................6
E. Faktor Predisposisi..........................................................................................................................7
F. Etiologi............................................................................................................................................7
G. Gejala Depresi Postpartum..............................................................................................................8
H. Karakteristik Depresi Postpartum....................................................................................................9
I. Klasifikasi Depresi Postpartum........................................................................................................9
J. Penatalaksanaan.............................................................................................................................10
K. SOP Pemeriksaan Fisik Post Partum..............................................................................................11
L. Konsep Dukungan Suami..............................................................................................................18
M. Hubungan Dukungan Suami Dengan Kecendrungan Depresi Pada Ibu Postpartum..................20
BAB III......................................................................................................................................................22
PENUTUP.................................................................................................................................................22
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................22
B. SARAN.........................................................................................................................................22
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar mengganggapnya antara 4
sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak komplek dibandingkan
dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyaknya perubahan fisiologi. Beberapa dari
perubahan tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi
serius juga sering terjadi. (Cunningham, F, et al, 2013)
Asuhan keperawatan pasca persalinan diperlukan untuk meningkatkan status
kesehatan ibu dan anak. Masa nifas di mulai setelah dua jam lahirnya plasenta atau
setelah proses persalinan kala 1 sampai IV selesai. Berakhirnya proses persalinan bukan
berarti ibu terbebas dari bahaya atau komplikasi. Berbagai komplikasi dapat dialami ibu
pada masa nifas dan bila tidak tertangani dengan baik akan memberi kontribusi yang
cukup besar terhadap tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban sebelum waktu
melahirkan terjadi pada fase laten yaitu pembukaan < 4 cm. Ketuban pecah dini termasuk
dalam kehamilan beresiko tinggi, kesalahan dalam mengelola 2 KPD akan membawa
akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya. ( Nugroho, T,
2012)
Komplikasi potensial KPD yang sering terjadi adalah resiko infeksi, prolaps tali
pusar, gangguan janin, kelahiran premature dan pada usia kehamilan 37 minggu sering
terjadi komplikasi syndrom distress pernafasan (RDS, Respiratory Distrees Syndrome)
yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Apabila terjadi pada usia kehamilan lebih dari
36 minggu dan belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan persalinan induksi.
Pada kasus tertentu bila induksi partus gagal, maka dilakukan tindakan operasi caesaria.
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa
secara nasional Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 226/100.000 kelahiran hidup.
Angka ini masih jauh dari target tujuan pembangunan milenium (Millenium
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merumuskan
masalah yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny. T P2A0 Post Partum Spontan
dengan Riwayat Ketuban Pecah Dini di Ruang Dahlia RSUD Pandan Arang Boyolali ?”
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien post partum spontan dengan riwayat
ketuban pecah dini.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien post partum spontan
dengan riwayat ketuban pecah dini.
c. Mampu menyusun rencana tindakan asuhan keperawatan pada pasien post partum
spontan dengan riwayat ketuban pecah dini.
3
2. Institusi Pendidikan
a) Dapat memberikan masukan-masukan bagi institusi mengenai karya tulis ilmiah,
khususnya pada pasien post partum spontan dengan riwayat ketuban pecah dini.
b) Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam memberikan
asuhan keperawatan maternitas khususnya pada pasien post partum spontan
dengan riwayat ketuban pecah dini.
3. Lahan Praktik
a) Dapat meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik terutama pada pasien post
partum spontan dengan riwayat ketuban pecah dini.
b) Dapat mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien post partum spontan
dengan riwayat ketuban pecah dini.
4. Bagi Ibu
a) Dapat memahami dan mengerti tentang perawatan masa nifas.
b) Agar ibu mampu mengetahui lebih dini dan dapat menanggulangi lebih awal
komplikasi masa nifas dengan riwayat KPD
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Postpartum
Menurut Marmi (2012), postpartum adalah masa beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai minggu keenam setelah melahirkan. Masa post pertum dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada masa sebelum
hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu. Pendapat lain mengatakan postpartum
adalah masa setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali kekeadaan yang normal pada saat sebelum hamil.
Berdasarkan definisi di atas, yang dimaksud dengan postpartum adalah masa setelah
kelahiran bayi dan masa si ibu untuk memulihkan kondisi fisiknya meliputi alat-alat
kandungan dan saluran reproduksi kembali pada keadaan sebelum hamil yang berlangsung
selama enam minggu.
Pada sistem pencernaan, pembatasan asupan nutrisi dan cairan dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keterlambatan pemulihan fungsi tubuh
( Bobak dkk., 2004; Derek & Jones 2005).
Sementara itu uretra, kandung kemih dan jaringan sekitar meatus urinarius dapat
mengalami trauma mekanik akibat desakan oleh bagian yang berpresentasi selama
persalinan kala II, Hal ini dapat menyebabkan kehilangan sensasi untuk buang air kecil
(Ambarwati & Wulandari, 2009). Pada masa postpartum, estrogen dan progesteron akan
menurun setelah ekspulsi plasenta. Jika ibu tidak menyusui, estrogen akan kembali
meningkat sekitar tiga minggu setelah kelahiran yang diikuti dengan kembalinya menstruasi
(Derek & Jones, 2005 ; Ambarwati & Wulandari, 2009).
5
Suhu badan tidak lebih dari 37,2 oC. Sesudah 12 jam pertama melahirkan, umumnya
suhu badan akan kembali normal. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil
dibandingkan dengan suhu badan (Winkjosastro et al, 2002). Fungsi pernapasan akan
kembali pada rentang normal dalam jam pertama postpartum. Napas pendek, cepat, atau
perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi abnormal (Verney, 2006).
3. Periode Letting Go
Fase ini disebut juga fase mandiri. Pada fase ini berlangsung antara dua sampai
empat minggu setelah persalinan ketika ibu mulai menerima peran barunya. Ibu melepas
bayangan persalinan dengan harapan yang tidak terpenuhi serta mampu menerima
6
kenyataan. Pada fase ini tidak semua ibu postpartum 10 mampu beradaptasi secara
psikologis sehingga muncul gangguan mood yang berkepanjangan ditandai dengan
adanya perasaan sedih, murung, cemas, panik, mudah marah, kelelahan, disertai gejala
depresi seperti gangguan tidur dan selera makan, sulit berkonsentrasi, perasan tidak
berharga, menyalahkan diri dan tidak mempunyai harapan untuk masa depan. Hal ini
juga merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan,
hingga ketingkat gangguan jiwa yang berat.
Menurut Bobak (2004) depresi postpartum adalah gangguan suasana hati pada ibu
postpatum yang tejadi dalam enam bulan setelah melahirkan. Depresi post partum ini
pertama kali di temukan oleh Pitt pada tahun 1988, depresi post partum merupakan suatu
keadaan emosional yang ditunjukkan dengan mengekspresikan rasa lelah, mudah marah,
gangguan nafsu makan, dan kehilangan (Yulianti, 2010).
Depresi postpartum hampir sama dengan baby blues syndrom, perbedaannya terletak
pada frekuensi, intensitas, serta durasi berlangsungnya gejala-gejala yang timbul. Pada saat
mengalami depresi postpartum, ibu akan merasakan berbagai gejala yang ada pada baby
blues syndrom, tetapi dengan intensitas yang lebih sering, lebih hebat, serta lebih lama
(Mansur, 2009).
7
E. Faktor Predisposisi
Faktor resiko terjadinya depresi postpartum diantaranya adalah adanya anggota keluarga
yang menderita penyakit mental; kurangnya dukungan sosial dan dukungan keluarga serta
teman; kekhawatiran akan bayi yang sebetulnya sehat; kesulitan selama persalinan dan
melahirkan; merasa terasing dan tidak mampu; masalah/perselisihan perkawinan atau
keuangan; kehamilan yang tidak diinginkan (Yulianti, 2010).
F. Etiologi
Penyebab kesedihan atau depresi setelah melahirkan tidak jelas. Penurunan tingkat
hormon yang tiba-tiba, dalam hal ini estrogen dan progesteron ikut berperan. Depresi juga
merupakan sebuah penyakit yang berlangsung di dalam keluarga. Kadangkala tidak jelas
penyebabnya (Yulianti, 2010).Terdapat empat faktor penyebab terjadinya depresi
postpartum, yaitu faktor konstitusional, fisik, psikologis dan sosial.
1. Faktor Konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri
pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada 12 komplikasi dari
kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara.
Wanita primipara lebih umum menderita depresi postpartum karena setelah melahirkan
wanita primipara berada dalam proses adaptasi, jika sebelumnya hanya memikirkan diri
sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya akan menjadi bingung sementara
bayinya harus tetap dirawat (Yulianti, 2010).
2. Faktor Fisik
Perubahan fisik setelah kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama dua
minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama
merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkn dan
periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini
sangat berpengaruh pada keseimbangan, kadang progesteron naik dan estrogen menurun
secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti (Yulianti,
2010).
8
3. Faktor Psikologis
Peralihan yang cepat dari keadaan hamil sampai melahirkan dan melewati masa
postpartum, ibu akan mengalami penyesuaian psikologis yang berbeda-beda. Klaus dan
Kennel (1972) dalam Yulianti (2010) mengindikasikan pentingnya cinta dalam
menanggulangi masa peralihan untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
4. Faktor Sosial
Pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu
selain kurangnya dukungan dalam perkawinan. Banyaknya kerabat khususnya suami
yang selalu membantu pada saat kehamilan, persalinan dan masa postpartum, akan
membuat beban seorang ibu karena kehamilannya akan sedikit berkurang (Yulianti,
2010).
Depresi ini biasanya singkat dan tidak terlalu mengganggu kegiatan- kegiatan
normal. Peristiwa-peristiwa signifikan seperti hari liburan, ulang tahun pernikahan,
pekerjaan baru, demikian juga kebosanan dan frustasi bisa menghasilkan suatu
keadaan hati yang murung. Pada depresi tipe ini tidak dibutuhkan penanganan
khusus, perubahan situasi dan suasana hati yang membaik biasanya segera bisa
mengubah kemurungan itu kembali ke fase normal kembali.
2. Depresi Sedang
Gejalanya hampir sama dengan depresi ringan, tetapi lebih kuat dan lama
berakhirnya. Suatu peristiwa yang tidak membahagiakan seperti meninggalnya 15
seorang kekasih, hilangnya karier, kemunduran dan lain-lain biasanya merupakan
penyebab dari depresi tipe ini. Orang memang sadar akan perasaan tidak bahagia itu,
namun tidak dapat mencegahnya. Pada tipe ini bunuh diri merupakan hal yang paling
10
berbahaya, karena bunuh diri merupakan hal satu-satunya pemecah masalah ketika
kepedihan itu menjadi lebih buruk. Dalam hal ini pertolongan yang profesional
dibutuhkan.
3. Depresi Berat
Kehilangan interes dengan dunia luar dan perubahan tingkat laku yang serius dan
berkepanjangan merupakan karakteristik dari depresi tipe ini. Kadang gangguan yang
lain seperti schizophrenia, alkoholisme atau kecanduan obat sering berkaitan dengan
depresi ini. Demikian juga gejala fisik akan menjadi nyata dirasakan. Dalam keadaan
ini, penanganan secara profesional sangat diperlukan.
J. Penatalaksanaan
Depresi Postpartum Menurut Mansur (2009) penatalaksanaan untuk depresi postpartum
antara lain:
1. Screening Test, di luar negeri seperti di Belanda digunakan Edinburgh Postnatal
Depression Scale (EPDS) yang merupakan kuesioner dengan validitas teruji yang
mampu mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin.
Pertanyaan - pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan,
perasaan bersalah, serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada postpartum blues.
EPDS juga telah teruji validitasnya di 16 beberapa negara seperti: Belanda, Swadia,
Australia, Italia dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama
pasca salin.
2. Dukungan Psikologis dari suami dan keluarga.
3. Istirahat yang cukup untuk mencegah dan mengurangi perubahan perasaan
4. Dukungan dari tenaga kesehatan, seperti dokter obstetri dan bidan atau perawat
sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai atau
adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang
mungkin timbul pada masa-masa tersebut beserta penanganannya.
5. Diperlukan dukungan psikolog atau konselor jika keadaan ibu tampak sangat
mengganggu. Dukungan bisa diberikan melalui keprihatinan dan perhatian pada ibu.
Selain itu ibu dapat mencari psikiater, psikolog atau ahli kesehatan mental lainnya
11
untuk melakukan konseling agar dapat menemukan cara dalam menanggulangi dan
memecahkan masalah serta menetapkan tujuan realistis.
Garam/ gula
Kayu putih/ kopi
Persiapan Pasien
Menjelaskan rencana prosedur tindakan
Kesediaan ibu untuk diperiksa
Mengatur posisi tidur klien (supine position)
Langkah Kerja
Persiapan
Perawat mencuci tangan
Menyiapkan tolley/ baki berisi alat- alat pemeriksaan fisik
Mencek alat masih berfungsi atau tidak
Membawa alat kedekat klien
Menyampaikan salam kepada klien/ keluarga
Mengidentifikasi periode dan perubahan klien post partum
Menjelaskan rencana prosedur tindakan
Memperhatikan privacy klien: menutup gorden, sampiran, menutup
bagian tubuh lain yang belum diperiksa
Mengatur posisi tidur klien: supine position
Pelaksanaan
Melakukan anamnesa kesehatan:
Identitas klien (meliputi nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama,
status).
Identitas penanggung jawab (meliputi nama, usia, pendidikan,
pekerjaan, agama, status hubungan).
Riwayat kesehatan(berupa riwayat kesehatan selama hamil, proses
persalinan, nifas adakah penyakit yang menyertainya)
Riwayat kesehatan keluarga (meliputi usia, suport anggota
keluarga, kakak si ibu, tipe keluarga, pekerjaan, tingkat pendidikan
dan tingkat sosial ekonomi keluarga)
13
2. Uterus
16
Tahap Terminasi
Alat dirapikan dan disimpan kembali diatas baki
Menanyakan kembali apakah masih ada hal- hal yang belum dipahami, ada
keluhan yang dirasakan
Menanyakan dan mengatur posisi tidur yang dikehendaki yang dapat
meningkatkan rasa nyaman klien
Berpamitan kepada klien/ keluarga
Perawat mencuci tangan
Mencatat semua tindakan yang dilakukan pada catatan perawat
Mencatat dengan jelas, mudah dibaca, ditanda tangani, disertai nama jelas
Tulisan yang salah dicoret dengan disertai paraf
Catatan dibuat dengan tint a atau ballpoint
18
memberi dukungan psikologis pada pasangannya, misalnya menerima peran sebagai ayah,
sikap positif terhadap bayi dan istri, menggenggam erat tangan istri saat setelah meahirkan
sebagai tanda kebahagiaan. Bukan hanya itu, suami juga dapat memeperluas peran dalam
melakukan berbagai tugas khususnya dalam hal membantu mengurus bayi, misalnya
mengganti popok atau menggendong. Perhatian suami terhadap bayi dan istri sesudah
melahirkan mengakibatkan depresi pada ibu postpartum berkurang (Adhim, 2000).
22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar mengganggapnya antara
4 sampai 6 minggu. , yang dimaksud dengan postpartum adalah masa setelah
kelahiran bayi dan masa si ibu untuk memulihkan kondisi fisiknya meliputi alat-alat
kandungan dan saluran reproduksi kembali pada keadaan sebelum hamil yang
berlangsung selama enam minggu.
B. SARAN
Setelah adanya makalah ini diharapkan mahasiswa perawat memiliki
intelektual dan mampu menguasai pengetahuan dan ketrampilan terutama berkaitan
dengan Makalah Post Partum ini.
23
Daftar Pustaka
http://eprints.ums.ac.id/30905/2/Bab_I.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1364/3/3.%20BAB%20II.pdf