Anda di halaman 1dari 84

TERBATAS

OPTIMALISASI KEMAMPUAN BATALYON INFANTERI PADA PELAKSANAAN


TUGAS SEBAGAI PASUKAN KERANGKA DALAM RANGKA MENUMPAS
PEMBEROTAK SEPARATIS GAM

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia akan terbentuk


dengan kuat apabila dimulai dan dihimpun dari kumpulan ketahanan
pribadi ,keluarga,lingkungan dan ketahanan Daerah sampai dengan
ketahanan nasional secara kuat. Hal ini merupakan prinsip yang
harus dijunjung tinggi oleh oleh setiap individu Bangsa Indonesia,
sehingga kita tidak mudah untuk dipecah belah dan dijajah oleh bangsa
manapun didunia ini, baik dilancarkan secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk dapat mewujudkan pertahanan nasional yang kuat
harus dibentuk oleh seluruh komponen bangsa, khususnya TNI sebagai
komponen utama ,sehingga bentuk ancaman,tantangan,hambatan dan
gangguan apapun yang bertujuan untuk memecah persatuan dan
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat ditangkal.

b. Ancaman aktual yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah


munculnya keinginan sekelompok oknum dari suatu wilayah yang ingin
memisahkan diri dari Integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia,
diantara sekelompok tersebut adalah Pemberontak Gerakan Aceh Merdeka
(PGAM), Pemberontak GAM secara terbuka telah melakukan perlawanan
/ bersenjata …

TERBATAS
TERBATAS
2
bersenjata terhadap pemerintah Republik Indonesia, maka sesuai dengan
keputusan Presiden RI melalui pemberlakuan status darurat Militer yang
kemudian dilanjutkan dengan status darurat sipil di Propinsi Nanggroe
Aceh Darussalam yang dilaksanakan melalui operasi terpadu. TNI sesuai
dengan pelaksanaan operasi pemulihan keamanan dengan tugas pokok
melumpuhkan dan menumpas pemberontak GAM.

c. Melalui keputusan Presiden RI maka mulai tanggal 19 mei 2003


diberlakukan status darurat militer di Wilayah Nangroe Aceh Darussalam
dan kemudian dilanjutkan dengan status darurat sipil hingga diberlakukan
tertib sipil sampai dengan saat ini. Dalam Status Darurat Militer
maupun status Darurat Sipil Tugas TNI di titik beratkan pada Operasi
Pemulihan Keamanan dalam bentuk Operasi Militer Selain Perang (OMSP),
maka pelibatan Satuan-satuan TNI dalam Operasi Pemulihan Keamanan
tersebut diarahkan sesuai fungsi dan tugasnya. Khusus untuk TNI-
AD pengerahan pasukan lebih dominan dilakukan oleh Batalyon Infanteri,
dan tugas pokoknya dalam Operasi Pemulihan Keamanan dikategorikan
menjadi dua, yaitu Batalyon Infanteri sebagai Pasukan pemukul dan
Batalyon Infanteri sebagai pasukan kerangka, kedua fungsi tugas tersebut
mempunyai sasaran akhir yang sama yaitu menumpas dan melumpuhkan
kekuatan bersenjata pemberontak separatis GAM.

d. Tugas-tugas Batalyon Infanteri sebagai pasukan kerangka


memegang peranan yang sangat penting, karena pasukan kerangka akan
berhadapan langsung dengan masyarakat disamping tugas-tugas lainnya
antara lain melindungi masyarakat dari aksi terror pemberontak GAM,
mengembalikan masyarakat pengungsian ke pemukiman semula,
mendampingi masyarakat dalam pembinaan pengamanan swakarsa

/ melalui …

TERBATAS
TERBATAS
3
melalui perlawanan rakyat, melaksanakan karya bhakti TNI untuk
menunjang pulihnya perekonomian masyarakat dan pemulihan roda
pemerintahan sampai dengan tingkat desa, maka tugas Batalyon Infanteri
sebagai pasukan kerangka diharapkan dapat mengakhiri pemberontakan
separatis GAM di Propinsi NAD, dengan demikian diperlukan adanya
optimalisasi kemampuan Batalyon Infanteri pada pelaksanaan tugas
sebagai pasukan kerangka dalam rangka menumpas pemberontakan
separatis GAM di Aceh.

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud. Memberikan gambaran kepada Komando Atas tentang
Optimalisasi kemampuan Batalyon Infanteri pada pelaksanaan tugas
sebagai pasukan kerangka dalam rangka menumpas Pemberontak
Separatis Gerakan Aceh Merdeka.
b. Tujuan Sebagai sumbangan pemikiran dan saran kepada
Komando Atas guna menentukan kebijaksanaan dan pengambilan
keputusan selanjutnya.
3. Ruang lingkup dan Tata urut. Pembahasan tulisan ini dibatasi
pada Kemampuan Batalyon Infanteri yang lebih diarahkan kepada pelaksanaan
tugas sebagai Pasukan kerangka di propinsi NAD , dan disusun dengan tata urut
sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Latar belakang Pemikiran.
c. Kondisi saat ini.
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi.
e. Kondisi yang diharapkan.
f. Upaya yang dilaksanakan.
g. Penutup.

/ 4. Pendekatan…

TERBATAS
TERBATAS
4
4. Pendekatan dan Metode. Penulisan ini menggunakan Metode
Analisis Diskriptis dengan pendekatan Kualitatif berdasarkan study kepustakaan
dan pengamatan dilapangan.

5. Pengertian.

a. Optimalisasi menurut kamus lengkap bahasa Indonesia adalah


suatu usaha untuk meningkatkan kualitas dan perolehan hasil yang lebih
besar.
b. Kerangka ( Sesuai dengan kamus lengkap bahasa Indonesia)
adalah rangka, tulang, buram, gambar, rancangan.

c. Pasukan Kerangka adalah suatu satuan (TNI/TNI AD) yang


melaksanakan tugas di daerah yang masih ada pengaruh lawan untuk
merubah daerah tersebut menjadi aman dan bersih dari gangguan dan
pengaruh lawan atau merubah daerah abu-abu menjadi daerah putih.

d. Yonif Kerangka adalah Yonif yang melaksanakan tugas sebagai


pasukan kerangka di daerah operasi.

e. Separatis adalah orang ( Golongan ) yang menghendaki pemisahan


diri dari suatu persatuan.

f. GAM adalah suatu gerakan yang dibentuk oleh beberapa masyarakat


Aceh dengan tujuan untuk memerdekakan atau memisahkan diri dari
NKRI.

g. COHA adalah kesepakatan penghentian kekerasan yang diberlakukan


oleh TNI/Polri dan GAM.
/ BAB II …

TERBATAS
TERBATAS
5
BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

6. Umum. Perkembangan situasi keamanan di wilayah Aceh sampai


saat ini masih belum menunjukkan kondisi sepenuhnya membaik, walaupun
berbagai upaya secara terus menerus dilaksanakan untuk mengembalikan
kondisi kearah yang lebih baik melalui kegiatan taktis Operasi Militer,
peningkatan ekonomi rakyat, pendekatan sosial budaya, pemberdayaan
pemerintah daerah, penegakkan hukum dan kemanusiaan agar situasi kondusif
segera bisa dirasakan oleh masyarakat Aceh seperti semula. Aksi-aksi yang dila-
kukan oleh gerakan separatis pemberontak GAM mengarah pada tindakan
kekerasan dengan menggunakan kekuatan bersenjata yang semakin brutal
melalui aksi teror kepada kelompok masyarakat sipil, penganiayaan terhadap
perorangan/keluarga,pembakaran/pengrusakan rumah/kampong dan perkan -
toran, penghadangan disertai perampokan, pembunuhan maupun upaya
provokasi terhadap masyarakat melalui intimidasi dan upaya memaksakan untuk
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Repubik Indonesia. Untuk mengantar
kepada latar belakang penulisan maka perlu peninjauan dari landasan pemikiran
dan kilasan sejarah Aceh.

7. Landasan Pemikiran .

a. Landasan Historis . Secara historis, jati diri TNI tidak


terlepas dari nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa dan nilai-nilai sejarah
perjuangan TNI. Nilai-nilai tersebut telah melahirkan jati diri TNI. Jati
diri TNI yang tetap dipegang teguh antara lain :

1) Bersumber dari sejarah perjuangan bangsa.

a) Dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan


dilandasi oleh keyakinan akan kebenaran tujuan perjuangan
/ yang ...

TERBATAS
TERBATAS
6
yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa sehingga
membangkitkan semangat pantang menyerah dengan tekad
“ Merdeka atau Mati ”.

b) Dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan


dilandasi oleh jiwa dan semangat Proklamasi 17 Agustus
1945, Pancasila dan UUD 1945.

2) Bersumber dari sejarah perjuangan TNI.


a) TNI lahir sebagai pejuang disamping sebagai Prajurit
memberikan motivasi pengabdian kepada bangsa dan
negara yang pantang surut, meskipun menghadapi berbagai
dinamika perubahan yang semakin kompleks.

b) TNI sebagai salah satu komponen bangsa bersama


komponen lainnya bertekad mempertahankan integritas
bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c) TNI sebagai inti kekuatan pertahanan negara
bertanggung jawab secara profesional untuk mengawal dan
mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dari setiap ancaman
yang timbul.
d) TNI berasal dari rakyat dan manunggal dengan rakyat
merupakan amanat yang selalu dijunjung tinggi demi
terciptanya kesejahteraan rakyat, dimana TNI akan
senantiasa hadir berpartisipasi secara nyata dengan
menggelar Bhakti TNI melalui program-program TNI
Manunggal masuk Desa.

/ Bersumber ...

TERBATAS
TERBATAS
7
3) Bersumber dari jati diri Prajurit.

a) Sebagai Prajurit pejuang yang dalam perjuangannya


tidak mengenal batas akhir adalah pembela cita-cita dan
ideologi negara yang berjuang dengan ikhlas demi
tercapainya tujuan nasional.

b) Sebagai Prajurit nasional yang sadar akan profesinya


maka TNI adalah pemelihara dan penegak kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

c) Sebagai Prajurit rakyat yang memiliki kepribadian


insan hamba Tuhan dan insan sosial adalah pengemban
amanat penderitaan rakyat yang berjuang bersama rakyat
dan untuk kepentingan rakyat. Hal ini dibuktikan dengan
kehadiran TNI dibeberapa daerah yang membantu
masyarakat akibat bencana, secara langsung maupun
operasi Bahkti.

b. Landasan Filosofis.

1) Pancasila Sebagai Landasan Idiil. Posisi Pancasila


dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara sejak
awal dilandasi oleh nilai-nilai yang berasal dan digali dari akar
budaya bangsa Indonesia, dimana nilai-nilai tersebut telah menjadi
pedoman dalam kehidupan sehari-hari sejak berabad-abad
lamanya. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan dasar
negara dan sekaligus sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Sebagai dasar negara, Pancasila dijadikan azas dalam mengelola
dan menyelenggarakan pemerintahan negara. Hal ini tertuang
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke - 4 :

/ Maka ...

TERBATAS
TERBATAS
8
“ Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia yang berbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada, KeTuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ”.
Dengan adanya pernyataan di atas, maka Pancasila menjadi hukum
dasar yang dijadikan sumber dalam setiap pengambilan keputusan
pemerintah, sehingga secara otomatis menetapkan dan
menempatkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Sebagai sumber dari segala sumber hukum, Pancasila
sesungguhnya menjadi aturan dasar yang penjabarannya tertuang
pada Batang Tubuh UUD 1945 dalam bentuk pasal-pasal dan
secara berjenjang ke bawah menjadi undang-undang dan
peraturan pelaksanaan dalam rangka menjalankan roda
pemerintahan. Dilihat dari tatanan peraturan perundang-undangan
sebagaimana ditetapkan dalam Ketetapan MPR RI nomor: III / MPR
/ 2000 tentang sumber hukum dan tata urutan peraturan
perundang-undangan, maka Pancasila memiliki strata tertinggi
dalam strata hukum positif di Indonesia. Dengan demikian segala
peraturan perundang-undangan harus mengacu kepada Pancasila,
artinya norma-norma hukum yang berada pada strata dibawahnya
tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
sila - sila Pancasila yang memiliki sifat mengikat,
mengendalikan dan bermakna keharusan (imperatif) terhadap
segala penjabaran, pembuatan peraturan perundang-undangan
dalam penyelenggaraan negara.
/ Berdasarkan ...

TERBATAS
TERBATAS
9
Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila inilah,
maka segala norma-norma yang mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diarahkan kepada
keadilan dan kepastian hukum untuk kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian Pancasila sebagai dasar negara dan sumber dari
segala sumber hukum memberi arah dalam proses penegakkan
supremasi hukum menuju cita-cita hukum yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945. Peran Pancasila tersebut di atas secara
substansial sangat relevan untuk dijadikan landasan pemikiran
sehingga dapat mewujudkan Ketahanan Nasional di daerah guna
menjamin Stabilitas Nasional dan keutuhan NKRI.

2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Landasan


Konstitusional. UUD 1945 adalah sumber hukum nasional
yang merupakan hukum dasar dalam sistem negara dan
pemerintahan. Dalam UUD 1945 diamanatkan pula bahwa negara
berdasarkan atas hukum, dan bukan berdasar atas kekuasaan,
artinya kekuasaan dibatasi dan diatur menurut hukum positif. Hal
ini menunjukan suatu komitmen tentang supremasi hukum di
dalam ketatanegaraan, sehingga seseorang maupun lembaga
memiliki kedudukan yang sama di muka hukum. UUD 1945
bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar. Sebagai hukum
dasar, maka UUD 1945 itu sendiri merupakan sumber hukum
karena setiap peraturan Perundang-undangan sampai dengan
keputusan Pemerintah harus mendasari hukum dasar tersebut dan
dapat dikembalikan ke norma serta nilai yang terkandung dalam
pasal-pasal UUD 1945.

/ Di era....

TERBATAS
TERBATAS
10
Di era reformasi yang berpengaruh global,yang mengharuskan
penyelenggara Negara untuk mengantisipasi perubahan-perubahan
yang terjadi, maka penerapan UUD 1945 untuk mengantisipasi
perubahan-perubahan yang terjadi, maka penerapan nilai dan
norma dari pasal-pasal UUD 1945 bagi segenap produk hukum
yang berkedudukan lebih rendah harus dibuat secara konsisten,
tidak bertentangan dan tetap mengacu pada UUD 1945. Namun
pada kenyataannya pasal-pasal UUD 1945 juga mengalami
amandemen dalam rangka penyesuaian terhadap perkembangan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Amandemen yang dilakukan
bersifat melengkapi tanpa mengubah substansi pokok yang ada.
Pada kondisi ini diperlukan kecermatan dan pengendalian agar
setelah amandemen, maka peraturan perundangan yang berada di
bawahnya tidak menjadi bertentangan dengan peraturan yang
lebih tinggi. Sehingga pasca amandemen perlu ditindaklanjuti
dengan regulasi dan legislasi dari aturan-aturan hukum strata di
bawahnya yang telah ada sebelumnya. Proses regulasi dan
legislasi amat mempengaruhi penegakan supremasi hukum karena
dalam penerapannya selalu mengacu pada hukum positif yang ada,
oleh karena itu, setiap konsepsi, kebijakan, strategi dan upaya
yang dilakukan Pemerintah harus selalu dilandasi UUD 1945 serta
dijiwai falsafah Ideologi Pancasila sehingga dapat mewujudkan
Stabilitas Nasional dan keutuhan NKRI.

3) Ketahanan Nasional sebagai Landasan Konseptual.


Dalam menegakkan kemerdekaannya rakyat Indonesia mempunyai
modal dasar yang merupakan titik tolak dari tahapan perjuangan
bangsa untuk mencapai citi-cita bangsa dan tujuan nasional.

/ Cita-cita ..

TERBATAS
TERBATAS
11
Cita-cita bangsa Indonesia yang diwujudkan dalam pembangunan
Nasional dilaksanakan dalam satu lingkungan interaksi
kehidupan bangsa-bangsa dunia yang diwarnai persaingan
kepentingan yang berkembang secara dinamis. Dalam situasi dan
kondisi seperti ini maka timbul tantangan terhadap upaya
pelaksanaan pembangunan nasional yang berbentuk ancaman,
hambatan dan gangguan. Ditinjau dari upaya penyusunan dan
peningkatan kekuatan nasional, tantangan merupakan faktor
pengungkap kelemahan dan ketangguhan kemampuan nasional
bangsa Indonesia. Kemampuan yang kurang atau tidak dapat
mengatasi tantangan menyebabkan terjadinya kerawanan,
namun kerawanan-kerawanan yang timbul diupayakan dapat
ditanggulangi dengan pengamanan jalannya pembangunan melalui
penjagaan stabilitas nasional serta perjuangan mengejar cita-cita
bangsa dan tujuan nasional. Konsepsi Ketahanan Nasional pada
hakekatnya merupakan metode pemecahan persoalan strategis
dalam upaya mewujudkan kondisi kehidupan nasional menuju
kejayaan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu dalam pembangunan
kembali daerah pasca bencana, konsepsi Ketahananan Nasional
Indonesia harus dioperasionalkan dan disebarluaskan keseluruh
lapisan masyarakat sehingga dipahami dan diyakini kebenarannya,
dan dapat diimplementasikan dengan baik melalui pendekatan
top down dan bottom up demi kelangsungan hidup dan
perkembangan kehidupan masyarakat.

c. Peraturan Perundang-undangan sebagai Landasan


Operasional.

/ Undang-undang ...

TERBATAS
TERBATAS
12
1) Undang-undang No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan
Negara. Sistem pertahanan dalam menghadapi ancaman
tradisional menempatkan TNI sebagai komponen utama dengan
didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung.
Dalam menghadapi ancaman non tradisional menempatkan
lembaga pemerintah di luar pertahanan sebagai unsur utama
didukung oleh TNI.

2) Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 Tentang TNI. Dalam


pasal 9 UU TNI dinyatakan bahwa ada dua macam operasi TNI,
yakni Operasi Militer Untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain
Perang (OMSP).

3) Doktrin Kartika Eka Paksi. Dalam doktrin ini


ditegaskan kembali bahwa tugas pokok TNI AD adalah menegakkan
kedaulatan negara dan keutuhan wilayah darat NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta melindungi segenap -

bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia di wilayah daratan


dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara.

Agar dapat melaksanakan tugas pokoknya ini maka TNI AD


mengembangkan pola-pola operasi baik pola operasi militer untuk
perang maupun pola Operasi Militer Selain Perang. Penggunaan
kekuatan TNI AD dalam pola Operasi Militer untuk Perang bersifat
pertahanan aktif mulai dari tindakan pencegahan, tindakan
preventif sampai dengan tindakan represif. Menghadapi ancaman
dari dalam negeri, yang diprediksi akan berbentuk pemberontakan
bersenjata dengan pola Operasi Gerilya, maka TNI AD
melaksanakan tahapan operasi sebagai berikut :

/ a) Operasi…

TERBATAS
TERBATAS
13
a) Operasi Pencegahan. Dilakukan untuk mencegah niat
bermusuhan, baik antar kelompok masyarakat maupun
antara kelompok masyarakat dengan Pemerintah, melalui
upaya pendekatan dan pembinaan yang didukung kegiatan
penggalangan dan kampanye Militer. Agar dapat melakukan
pembinaan dan pendekatan yang tepat diperlukan
pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang
kelompok-kelompok masyarakat yang bermasalah, baik
mengenai tuntutan-tuntutan, latar belakang permasalahan,
kebiasaan dan tingkah laku kelompok masyarakat tersebut.
OMSP yang diselenggarakan dengan baik dapat memberikan
bantuan yang signifikan bagi keberhasilan operasi
pencegahan agar lawan menerima dan mendukung
pemerintah yang syah sehingga niat bermusuhan akan
berkurang dan menghilang.

b) Operasi Penindakan. Dilakukan bila operasi


pencegahan tidak berhasil dan diarahkan untuk membatasi
ruang gerak lawan, memisahkan rakyat dari pengaruh
pemberontak atau perusuh, memutuskan hubungan lawan
dengan luar negeri dan menghancurkan bila pemberontak
atau perusuh menolak ajakan bekerjasama dengan
pemerintah. Penyelenggaraan OMP maupun OMSP dapat
membantu untuk menciptakan citra positif bagi pemerintah
dan TNI/TNI AD sehingga sebaliknya pemberontak atau
perusuh mendapat citra negatif yang akan menghambat
gerakannya karena tidak memperoleh dukungan dari rakyat
maupun dari pihak luar negeri.

/ c) Operasi…

TERBATAS
TERBATAS
14
c) Operasi Pemulihan Keamanan. Tahapan ini
dilaksanakan setelah operasi penindakan berhasil baik dan
dilaksanakan di secara parsial di daerah yang aman maupun
di daerah konflik. OMP maupun OMSP pada tahapan ini
dapat diarahkan untuk mengembalikan kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah serta menimbulkan
keyakinan kepada masyarakat akan jaminan keamanan dari
pasukan lawan gerilya.

8. Kilasan Sejarah. Sebagai sebuah identitas politik dan budaya,


masyarakat Aceh mulai terbentuk sejak awal abad ke-16 ketika suatu sistem
politik terbentuk. Hal ini ditandai oleh terbentuknya Kerajaan Aceh Darussalam
oleh Sultan Ali Mughayatsah. Dua pilar yang mendasari pembentukan identitas
dan mewarnai perilaku masyarakat Aceh sepanjang sejarahnya adalah Islam dan
perdagangan. Dua unsur ini pulalah yang membentuk nilai sosial masyarakat.

a. Sebutan serambi Mekah. Sebagai penyandang atribut


“serambi mekah”, secara historis, Aceh adalah sebuah kesultanan besar
pada tiga abad lalu. Kesultanan yang dipimpin oleh Iskandar Muda ini
mengklaim wilayahnya meliputi Jazirah yang membentang mulai dari
Sabang, Riau kepulauan, Belahan Timur Sumatra, Bangka, Belitung,
hingga Bengkulu. Pada masa perjuangan kemerdekaan melawan
kolonialis, Aceh secara gigih melakukan perlawanan hingga melahirkaan
Pejuang dan Pahlawan Nasional, seperti Teuku Umar dan Cut nyak Dien.
Akar dimana Aceh menjadi suatu daerah dan identitas mereka akan
menjadi suatu bangsa benar-benar dipertahankan dari segala bentuk
intervensi dari pendudukan adalah traktat London-Sumatera pada tahun
1824 yang dijadikan argumentasi kuat perlawanan mereka.

/ Traktat…

TERBATAS
TERBATAS
15
Traktat London-Sumatera tersebut antara lain berisi : “menjadikan Aceh
sebagai daerah bebas dan tidak dikuasai oleh siapapun”. 1) Daerah bebas
yang dimaksud adalah daerah “jeda” perang, karena secara geografis
daerah tersebut berada tepat ditengah antara Hindia Belanda dan Malaya.

Seiring berjalannya waktu, dalam proses integrasi Aceh ke Indonesia,


pemerintah pusat sewaktu pasca Proklamasi kemerdekaan tidak
mengindahkan Traktat London-Sumatera tersebut.

b. Traktat London – Sumatera. Jika diteliti sewaktu Inggris


memberikan kembali Aceh pada Belanda, traktat tersebut belum dicabut,
sehingga mungkin dapat dikatakan Traktat London-Sumatera tersebut
masih berlaku hingga sekarang. Hal tersebut terjadi dikarenakan proses
perjalanan masyarakat Aceh sampai dengan perempatan terakhir abad ke-
19 menunjukkan bahwa mereka adalah suatu masyarakat yang mandiri

dalam artian mereka tetap survive dalam mengaktualisasikan identitas ke


Acehannya yang utuh. Oleh karena itu, dapatlah dimaklumi mengapa
ultimatum perang yang diumumkan oleh Ratu Wilhemina lewat Gubernur
Belanda Niuzwiezeden (Pemerintah Hindia Belanda) pada tanggal 26
Maret 1873 disambut dengan perlawanan yang gigih oleh seluruh
komponen masyarakat Aceh.2) Selama berpuluh-puluh tahun mereka
sanggup berperang dalam perang yang sangat luar biasa, mengorbankan
apa saja yang mereka miliki. Tujuannya dengan amat jelas adalah

untuk mempertahankan identitas ke Acehan mereka yang dilambangkan


dalam bentuk mempertahankan Islam.3) Analisis situasi masyarakat pada
waktu itu tidak lain ialah bahwa mereka harus berjuang menolak -

/ kekuasaan…

1
) Audrey R. Kahin, Pergolakan Daerah Pada Awal Kemerdekaan, (Terjemahan), (Jakarta : Grafiti, 1990),
hlm. 75
2
Ibid
3
Al Chaidir, GAM : Jihad Rakyat Aceh Untuk Mewujudkan Negara Islam, (Banda Aceh : Madani Press,
1999), hlm. 57

TERBATAS
TERBATAS
16
kekuasaan Hindia Belanda yang akan menghancurkan identitas mereka,
juga sebagai kekecewaan terhadap pengkhianatan Traktat London-
Sumatera yang sudah terlanjur disepakati. Kesimpulannya pemerintah
Inggris belum mencabut Traktat London-Sumatera sewaktu menyerahkan
kekuasaannya kepada pemerintah Hindia Belanda, dan pemerintah Hindia
Belanda pun tidak menghormati Traktat tersebut sebagai suatu
kesepakatan antara “Tuan” sebelumnya dengan Belanda. Logikanya
Pemerintah Hindia Belanda seharusnya tetap menjadikan Aceh sebagai
daerah bebas dan tidak dikuasainya. Maka, perang luar biasa selama 30
tahun atau dikenal dengan sebutan “Perang Sabil” itu pun terjadi.
Akhirnya, dengan cara menguasai benteng, kerajaan dan masjid raya,
pemerintah Hindia Belanda berhasil menguasai Aceh pada tahun
1903.4)Traktat tersebut masih berlaku hingga masa pendudukan Hindia
Belanda berpindah tangan kepada pemerintah kolonial Jepang.

Pada akhirnya pada tahun 1945 pemerintah kolonial Jepang menyerahkan

kedaulatannya kepada Indonesia. Seiringan dengan penyerahan


kedaulatan tersebut, Aceh menjadi bagian dari Indonesia dalam suatu
format Nation-State yang merdeka dari tuan-tuannya Inggris, Belanda
dan Jepang.
c. Integrasi Aceh. Proses integrasi Aceh sendiri terjadi melalui
kesepakatan para elit di tingkat Pusat dan sebagian tokoh-tokoh di
daerah, tanpa ada keterlibatan dengan masyarakat luar Aceh dan tokoh-
tokoh serta pejuang yang masih mempertahankan traktat tersebut. hal
tersebut di atas yang terkesan sepihak inilah yang dikemudian hari
digugat oleh Gerakan Aceh Merdeka.5) Pasca proklamasi kemerdekaan
RI, propinsi Aceh berdiri secara resmi pada tanggal 17 Desember 1949 -
/ dengan…

4
Ibid., hlm. 58
55
Audrey R. Kahin., Op. Cit., hlm. 78

TERBATAS
TERBATAS
17
dengan Tengku Muhammad Daud Beureuh sebagai Gubernur Militer
Aceh.6) hanya saja pada tahun-tahun tersebut kondisi Indonesia yang
baru merdeka belum stabil dan peperangan melawan belanda masih saja
berlangsung. Gubernur militer Aceh ini lalu menggalang pengumpulan
dana perjuangan dari segenap rakyat Aceh, untuk membiayai perjuangan
Pemerintahan Indonesia. Jumlah dana yang terkumpul cukup besar.
Selama Oktober-Desember 1949 saja terkumpul 500.000 dollar AS.
Sebanyak 250.000 dollar AS untuk Angkatan Perang, 50.000 dollar AS
untuk perkantoran pemerintah RI, 100.000 dollar AS untuk pengembalian
pemerintahan RI dari Yogyakarta dan 100.000 dollar AS diserahkan
kepada pemerintah pusat lewat AA Maramis.7) Lalu secara sukarela rakyat
Aceh mengumpulkan lima kilogram emas untuk membeli obligasi
pemerintah. Selain itu, rakyat aceh mengumpulkan dana untuk membiayai
perwakilan Indonesia di Singapura, pendirian Kedubes RI di India dan
pembelian dua pesawat terbang untuk membantu transportasi pejabat
pemerintah RI. Sebab itu, Presiden Soekarno sempat menegaskan Aceh
dan segenap rakyatnya adalah modal pertama bagi kemerdekaan RI. 8)
Pengorbanan dan jasa rakyat Aceh dalam membentuk negeri ini sangat
besar. Oleh karena itu, melalui berbagai pertimbangan-pertimbangan
yang matang, rakyat Aceh sepakat untuk menjadi bagian dari negeri ini.
Begitu besar jasa rakyat Aceh dalam sejarah perjuangan kemerdekaan,
para “founding father” negeri ini memberikan status khusus pada Aceh
sebagai Daerah Istimewa, sama dengan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal
ini menunjukkan betapa besar perhatian bangsa Indonesia kala itu pada
masyarakat Aceh.

/ Tetapi…

6
Ibid.
7
Neta S. Pane, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka : Solusi, Harapan, dan Impian,
(Jakarta : PT. Grasindo, 2001), hlm. 6
8
Tempo, 26 Desember 1999, hlm. 19.

TERBATAS
TERBATAS
18
Tetapi rupanya Pemerintahan Soekarno melalui sidang Dewan Menteri
Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 8 Agustus 1950 di Jakarta
memutuskan wilayah Indonesia dibagi dalam 10 Daerar tingkat satu
(provinsi). Dalam hal ini, provinsi Aceh melebur ke dalam pemerintahan
provinsi Sumatera Utara.9) Hal tersebut merupakan titik awal kekecewaan
rakyat Aceh terhadap pemerintah RI. Keinginan rakyat Aceh untuk
mengaktualisasikan identitas ke Acehannya dalam wujud pelaksanaan
syariat Islam sebagaimana pernah dijanjikan secara lisan oleh Soekarno
ternyata tidak terwujud.

d. Pemberontakan Rakyat Aceh. Hal tersebut menimbulkan


pemberontakan rakyat Aceh terhadap pemerintah pusat, ditandai dengan
diadakannya Kongres Alim Ulama se Indonesia di medan yang dipimpin
oleh Daud beureuh pada tanggal 21 April 1953. kongres ini berupaya
menjadikan negara RI menjadi Negara Islam Indonesia oleh para ulama.
Rupanya gagasan ini sejajar dan sebangun dengan cita-cita sejumlah
tokoh radikal Islam di sejumlah daerah. Terutama di Jawa Barat melalui
gerakan Negara Islam Indonesia (NII) pimpinan Kartosoewiryo, sehingga
gerakan rakyat Aceh yang dipimpin Daud Beureuh ini seakan menjadi
motivator tersendiri dalam gerakan perlawanan rakyat di daerah-daerah
lain. Gerakan perlawanan ini semakin mengkristal dan membuat
meletusnya perlawanan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
secara serentak di berbagai daerah terhadap pemerintahan pusat yang
dipimpin oleh Soekarno. Hanya saja, saat itu dalam konsep
perjuangan Darul Islamnya, Daud Beureuh tidak menyebut-nyebut bahwa
Aceh dan DI/TII di daerah lain akan memisahkan diri dari republik
Indonesia.
/ Ia hanya...

9
Ibid.

TERBATAS
TERBATAS
19
Ia hanya menggulirkan gagasan menjadikan RI dengan semangat, cita-
cita, dan sistem Negara Islam. Jadi, tidak ada semangat separatis yang
dikumandangkannya selain semangat Kesatuan Republik Indonesia.
Barulah pada tanggal 21 September 1953, atau lima bulan setelah
Kongres Alim Ulama di Medan, Daud Beureuh memproklamirkan
dukungan Aceh terhadap berdirinya NII yang diproklamasikan oleh
kartosoewiryo. Alasan Daud Beureuh mendukung berdirinya NII adalah
dikarenakan para pemimpin Republik Indonesia di Jakarta sudah
menyimpang dari jalan yang benar. Dari sikap para pemimpin RI
selama ini, daud Beureuh menyatakan, Republik tersebut tidak akan
berkembang menjadi suatu negara yang berlandaskan Islam. Padahal,
dalam persepsi Daud Beureuh, Negara Islam adalah satu-satunya
kemungkinan yang terkandung dalam prinsip KeTuhanan Yang Maha Esa.
Apalagi prinsip dan sila tersebut merupakan sila pertama dari dasar
Negara RI, yakni Pancasila. Meskipun KeTuhanan Yang Maha Esa
menjadi sila pertama dalam Pancasila, dalam pandangan Daud Beureuh,
Pemerintah Soekarno tidak pernah memberikan kebebasan beragama
yang sesungguhnya kepada rakyat, terutama rakyat Aceh. Pemerintah
Soekarno sendiri, sejak semula, sudah represif terhadap bergulirnya
gagasan tokoh-tokoh Islam yang hendak mendirikan Negara Islam. Alasan
Soekarno waktu itu, jika terbentuk Negara Islam, dikhawatirkan sejumlah
daerah akan memisahkan diri dari Republik Indonesia. Sebab itu,
Soekarno lebih memilih konsep Negara Nasionalis dibandingkan gagasan
Negara Islam. Nasionalis, lebih bisa menyatukan semua unsur, kekuatan,
etnis, suku, golongan dan agama yang ada di Indonesia.

e. Konsep Daud Beureh. Dalam konsep Daud Beureuh, NII Aceh


adalah sebuah Provinsi dengan otonomi yang luas. Provinsi otonomi luas
ini dipimpin langsung oleh Daud Beureuh.

/ Dalam...

TERBATAS
TERBATAS
20
Dalam kepemimpinannya, Daud Beureuh dibantu tiga wakil Gubernur,
Hasan Ali untuk wilayah Aceh Besar, Pidie dan Aceh Tengah. Hasan saleh
mengkoordinasikan wilayah Aceh Utara, Timur, Langkat dan tanah Karo,
sedangkan Abdul Gani dipercaya menangani Aceh Selatan, Barat dan
Tapanuli Barat. Untuk perjuangan Militer, Daud Beureuh membentuk tujuh
resimen dan satu Angkatan Polisi. Setelah terbentuknya berbagai
kekuatan sipil dan militer itu,aksi perlawanan terhadap pemerintah RI pun
digalang Daud beureuh. Perlawanan ini muncul juga dikarenakan adanya
tekanan Militer dari pemerintah RI. Untuk menghindari perang terbuka
dan aksi penangkapan dari TNI, pasukan NII Aceh memilih masuk hutan.
Di sini mereka membangun kekuatan DI/TII. Di pihak lain, lewat berbagai
pendekatan, Pemerintah Soekarno terus melakukan upaya diplomasi
dalam menyelesaikan konflik di Aceh ini. Minggu-minggu pertama
pemberontakan, kaum pemberontak menguasai hampir seluruh Aceh.

Semangat rakyat hanya untuk mencapai berdirinya Republik Islam Aceh.


Hanya kota-kota besar, seperti Banda Aceh, Sigli, Langsa, dan Meulaboh
yang tak bisa dikuasai oleh pemberontak Daud Beureuh. Selebihnya
hampir seluruh desa setia mendukung Daud Beureuh. Proklamasi ala
Daud Beureuh ini berbuntut pada perebutan kekuasaan di daerah
pedesaan. Aceh seakan menyusun suatu perang sabil terhadap kafee
(kafir). Secara agresif rakyat tak segan-segan mengepung markas TNI,
yang kala itu dianggap sebagai tentara kafir. Dengan teriakan Allahu
Akbar, pasukan Daud Beureuh tak gentar menghadapi TNI. 10)
Semua ini muncul karena dikalangan rakyat Aceh berkembang persepsi
bahwa mereka telah dikhianati Pemerintah Soekarno. Dengan demikian,
rakyat Aceh merasa martabatnya telah diinjak-injak.

/ Soalnya...

10
Neta S. Pane., Op.Cit., hlm. 8

TERBATAS
TERBATAS
21
Soalnya, rakyat menyaksikan secara langsung Pemerintah Soekarno
melenyapkan beberapa struktur kepempimpinan adat dan tak lagi
mengindahkan peranan tokoh agama terhadap kehidupan bernegara.
Soekarno tak pernah mendomestikan Aceh dengan pendekatan kultural
agama, tapi menjadikannya sebagai wilayah ”sejuta intelektual”. Ketika
rakyat Aceh melakukan perlawanan sengit, pemerintah Soekarno
menghadapinya dengan pendekatan senjata. Terbatasnya senjata yang
dimiliki pasukan daud beureuh membuat mereka kesulitan menguasai
daerah-daerah yang sudah direbut. Pasukan Daud Beureuh selalu dengan
gampang dihalau pasukan TNI. Meski demikian, mereka terus berupaya
melakukan perang gerilya diberbagai pedesaan. Hingga sebelum
berakhirnya sejarah Republik Islam Aceh, pasukan Daud Beureuh hanya
solid di kawasan hutan dan pedesaan Aceh Pidie dan Aceh Utara.
Selebihnya, pasukan TNI terlalu gampang menghalaunya. Lemahnya
kekuatan militer dan minimnya persenjataan ini membuat pasukan
Republik Islam Aceh merasa letih, jenuh dan frsutasi, Hanya dalam waktu
satu tahun moral pemberontakan mereka mengendur. Akhirnya,
dilakukan berbagai perundingan antara pihak Daud Beureuh dan
pemerintah Soekarno. Dari berbagai perundingan dengan tokoh Aceh,
akhirnya diputuskan, pemerintah pusat akan memberikan hak penuh
untuk melaksanakan syariat Islam bagi rakyat Aceh. Daud Beureuh
bersama pengikutnya pun bersedia menerima tawaran tersebut. kedua
belah pihak lalu merusmuskan Rancangan Undang-Undang Syariat Islam
bagi Aceh. Jalan damai pun dicapai tanpa ada pihak yang harus dihukum
mati. Untuk mengafdolkan rekonsiliasi ini, rakyat Aceh melakukan sebuah
upacara massal, yang diberi nama Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh
(MKRA). Acara yang melibatkan rakyat dan para elit politik ini berlangsung
di Blangpadang pada tanggal 22 Desember 1962.

/ MKRA...

TERBATAS
TERBATAS
22
MKRA ini kemudian melahirkan Ikrar Blangpadang yang ditandatangani 17
tokoh penting Aceh. Setelah munculnya Ikrar ini daerah Aceh relatif aman
dan tenteram. Sama sekali tidak ada pemberontakan dari seluruh pasukan
DI/TII. Mereka telah melebur dengan masyarakat dan sebagian yang lain
bergabung ke TNI. Sampai berakhirnya Orde Lama, daerah Aceh relatif
aman. Rakyat Aceh bisa dengan cepat menutup perasaan lukanya pasca
pemberontakan DI/TII, begitu pula di masa awal Orde Baru pimpinan
Soeharto, daerah Aceh masih tenteram. Peristiwa G30S/PKI dan aksi
pembersihan terhadap orang-orang yang dianggap sebagai sisa-sisa PKI
di Aceh tak segemuruh di daerah lain, seperti di provinsi Sumatera Utara.

f. Masa orde baru. Menggeliatnya kembali situasi di Aceh karena


para tokohnya melihat Orde Baru pimpinan Soeharto ternyata belum
membawa manfaat apa pun bagi daerah Aceh. Pemerintah mulai
mengeruk sumber daya alam Aceh melalui rencana proyek - proyek

multinasioanal di era tahun 1970-an. Kekhawatiran tokoh Aceh ini makin


nyata setelah melihat hasil pemilu 1971 yang dimenangkan secara mutlak
oleh Golkar. Melihat gejala ini, sejumlah tokoh radikal Darul Islam
bertekad melakukan gerakan. Menjelang Pemilu 1977, dilahirkanlah
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada tanggal 4 Desember 1976 oleh Hasan
Tiro, seorang tokoh muda Aceh yang potensial. Ia merupakan tokoh masa
depan Aceh, latar belakang pendidikannya di AS diharapkan dapat
diandalkan untuk meneruskan perjuangan rakyat Aceh. Hasan Tiro
menggantikan posisi Daud Beureuh sebagai pimpinan tertinggi
perlawanan rakyat Aceh. Selain sebagai ketua GAM, Hasan Tiro

mengemban amanat sebagai Wali Nanggroe Darussalam (Pemimpin


Negara Aceh).11)

/ Meskipun...

11
Ibid., hlm. 28

TERBATAS
TERBATAS
23
Meskipun GAM sudah lahir, pada pemilu 1977, rakyat Aceh belum
mengetahui tentang gerakan perlawanan tersebut. yang mereka tahu
hanyalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bertanda gambar Ka’bah
sebagai perwujudan ”perjuangan baru” semangat Darul Islam. Hanya saja
saat itu, menjelang pemilu 1977, situasi di Aceh memang mulai kembali
menegang. Rezim Orde Baru yang mulai bangkit berobesesi untuk
menguasai Aceh dengan cara memobilisasi tokoh-tokoh dan rakyat Aceh
untuk mendukung Golkar sebagai mesin politik Orde Baru di Pemilu 1977.
Rakyat yang merasa ditekan terpaksa melakukan penolakan. Momentum
ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan bagi GAM yang baru
lahir, untuk menanamkan pengaruhnya dalam rangka menentang
pemerintahan pusat. Namun, tarik menarik segitiga antara rakyat-GAM-
pemerintah Orde Baru, waktu itu tidak terlalu mencuat ke permukaan.
Konflik itu cenderung bisa ditutupi. Baru pada tahun 1989, konflik aceh
mencuat ke permukaan secara terbuka. Apabila melihat kilasan sejarah
Aceh di atas, tuntutan rakyat Aceh untuk menentukaan nasib sendiri ( self
determination) didasarkan pada akumulasi kekecewaan terhadap
pemerintah pusat dimasa lalu, baik selama Orde Lama, dan terutama
sekali dalam masa Orde Baru. Secara sederhana, ada beberapa sebab
mengapa rakyat Aceh ingin merdeka.

1) Pertama, fakta ketidakadilan dalam membagi harta


kekayaan yang digali sangat banyak didaerah tersebut oleh
pemerintah pusat dan sedikit sekali yang bisa dinikmati oleh rakyat
Aceh. Industri di Aceh tumbuh pesat sejak Mobil Oil menemukan
gas alam di Arun, Aceh Utara. Sejak saat itu, industri lain segera
menyusul : PT Aceh Asean Fertilleer, Pupuk Iskandar Muda dan

Kertas Kraft Aceh.

/ Data...

TERBATAS
TERBATAS
24
Data pada tahun 1981, misalnya menunjukan bagaimana Aceh
dengan nilai U$$ 865 milliar berada pada peringkat ketiga dalam
hal sumbangan terhadap nilai total ekspor nasional yang
berbasiskan pada sumber alam (Poot, et. al : 1992). Tetapi
menurut data 1997, anggaran pusat untuk Aceh hanya Rp 102
milliar atau hanya 0,05% dibandingkan dengan kekayaan alamnya.
Maka Ibrahim Hassan , bekas gubenur Aceh dalam sebuah
wawancara televisi mengatakan dengan getir, “ Aceh menyumbang
11% dari pemasukan negara. Tolong berilah kami sedikit lebih
banyak dari selama ini. Kalau tak mau melihat kami dengan dua
mata, sebelah mata pun jadilah” .

2) Kedua, diberlakukannya operasi jaring merah di Aceh. Akibat


pelaksanaan operasi jaring merah ini rakyat Aceh menjadi antipati
terhadap militer (TNI). Betapa tidak, dua tahun sejak diberlakukan,
diduga sudah 2000 penduduk sipil Aceh , termasuk wanita dan
anak-anak hilang, dibunuh atau ditahan tanpa persidangan.

Amnesti Internasional yang mencatat data tadi juga melaporkaan


soal kekerasan yang dialami mereka yang dituduh pengikut
Gerakan Aceh Merdeka di penjara. Kesultanan Islam pertama di
Indonesia yang kini punya 3,4 juta jiwa penduduk itu pada tahun
1992 dilaporkan mempunyai 134.000 janda. 75% akibat suami
mereka hilang atau dibunuh. 12) Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM) pada Agustus 1998 mengeluarkan data
yang “seram” : 781 orang telah tewas di Aceh, 163 orang hilang,
100 orang perempuan diperkosa, sejak menjadi operasi jaring
merah.

/ Komnas...

12
Otto Syamsudin Ishak, Dari Maaf ke Panik Aceh 2 : Sebuah Sketsa Sosiologi-Politik, (Jakarta & Banda
Aceh : YAPPIKA, LSPP & Cordova, 2001), hlm. 120 – 122.

TERBATAS
TERBATAS
25
Komnas HAM punya angka bahwa janda akibat suami
terbunuh atau hilang sekitar 3.000 orang ( Tempo, 25 januari 1999,
hlm 15-16). Selain itu, selama operasi jaring merah diberlakukan,
tentara praktis tak kenal hukum lagi. Tak ada organisasi politik di
desa, tak ada sarana untuk menyatakan pendapat dan mengoreksi
keadaan. Segala bentuk kebebasan dan partisipasi politik
diberangus secara menyedihkan. Bisa dibayangkan betapa sakitnya
hati rakyat Aceh atas kejadian-kejadian yang dialaminya selama
kurang lebih sepuluh tahun.

3) Ketiga, bangkitnya kembali Angkatan Gerakan Aceh Merdeka


(AGAM). Bagi Hasan Tiro, salah satu pimpinannya, Aceh merdeka
adalah gerakan meminta kembali sejarah kegemilangan Kesultanan
Iskandar Muda tiga abad lalu. Oleh GAM, Aceh merdeka
diproklamirkan tanggal 4 Desember 1976. Dalam
perkembangannya, AGAM banyak memperoleh simpati dan
dukungan baik oleh rakyat Aceh maupun dunia internasional.

Menurut Daud Raja, AGAM mencita-citakan Aceh yang berdasarkan


ideologi Islam dan terbebas dari Indonesia, yang dianggapnya
berideologi sekuler.

4) Keempat, keinginan untuk menumbuhkan kembali struktur


sosial yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam yang sebelumnya
telah diabaikan oleh pemerintah. Rakyat menginginkan syariat
Islam diterapkan secara penuh dalam seluruh aspek kehidupan,
baik politik, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan dan perkawinan. 13

/ BAB-III …..

13
Lukman Age (ed.), Menjaring hari Tanpa Air Mata : Catatan Peristiwa Kekerasan di Aceh, (Banda Aceh :
Koalisi NGO HAM Aceh, 2000), hlm. 7

TERBATAS
TERBATAS
26
BAB – III
KONDISI SAAT INI

9. Umum. Mencermati perkembangan situasi terakhir di Propinsi NAD


saat ini dihadapkan kepada perlawanan bersenjata pemberontak GAM dan proses
rehabilitasi pasca bencana alam gempa bumi dan gelombang pasang tsunami
serta proses perundingan damai antara wakil pemerintah RI dengan tokoh-tokoh
pembrontak GAM di luar negeri masih berlanjut di Helsinki ( Swedia ), maka
seluruh peristiwa dan rangkaian aktivitas tersebut diatas merupakan suatu
gambaran tentang kondisi propinsi NAD saat ini, adapun pelaksanaan operasi
militer dalam kerangka Operasi Militer Selain Perang (OMSP) di propinsi NAD
masih tetap berlanjut walaupun dalam status tertib sipil, dengan demikian TNI
tetap menyiapkan satuan-satuan operasional untuk selalu siap melaksanakan
penugasan ke daerah rawan Aceh, untuk menghadapi tugas tersebut satuan-
satuan TNI khususnya satuan operasional tempur dalam hal ini adalah Batalyon
Infanteri secara terus menerus melaksanakan pembinaan satuan dalam
penggunaan kekuatan, kondisi saat ini dapat ditinjau diantaranya dari langkah
penyelesaian masalah Aceh sampai saat ini.

10. Langkah Penyelesaian Aceh sampai saat ini.


a. Cara diplomasi. Berbagai strategi dan upaya untuk mencari
penyelesaian terbaik telah ditempuh oleh pemerintah di era reformasi
14
ini. Pada masa pemerintahan Abdurachman Wahid ), dilaksanakan
pendekatan-pendekatan personal dan negosiasi, mulai dari diutusnya
Bondan Gunawan untuk mendekati tokoh-tokoh GAM secara personal
sampai degan perjanjian kesepakatan jeda kemanusiaan
(humanitarian paused) tahap I dan II. Jurus terakhir yang dilakukan oleh

/ Pemerintahan...

14
Gus Dur,Militer dan Politik , A.Malik Haramain

TERBATAS
TERBATAS
27
Pemerintahan Abdurachman Wahid adalah dengan mengeluarkan Inpres
no. 4 tahun 2001 yang merupakan langkah dan kebijakan komprehensif
dalam menangani konflik Aceh. Dalam Inpres tersebut, berbagai jajaran
dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan mengenai krisis Aceh,
mulai dari Wakil Presiden, 17 Menteri, Panglima TNI, Gubernur Aceh, dan
Bupati-bupati seluruh Aceh namun demikian, aksi-aksi politik dan
kekerasan terus saja berlangsung. Bahkan, untuk menunjukan
eksistensinya pada pemerintah pusat dan dunia internasional, seluruh
elemen rakyat Aceh menggelar Kongres Rakyat Aceh dibawah
koordinasi Sentra Informasi Referendum Aceh (SIRA). Namun
demikian, dalam perkembangannya, pihak GAM melanggar berbagai
kesepakatan yang terdapat dalam COHA tersebut. dengan adanya masa
jeda kemanusiaan, pihak GAM justru memanfaatkannya dengan
menambah kekuatan persenjataan GAM dan melakukan penyerangan-
penyerangan terhadap pihak TNI. HDC sebagai pengawas implementasi
COHA malah cenderung berat sebelah mendukung pihak GAM.
Akhirnya, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan perundingan
kembali guna membahas berbagai pelanggaran atas kesepakatan-
kesepakatan yang dibuat. Perundingan antara RI dan GAM sempat
tertunda dari jadwal yang direncanakan, karena GAM mengancam akan
memboikot bila kelima anggotanya yang ditahan Polda NAD itu tidak
dibebaskan. Perkembangan terakhir di NAD menyebutkan bahwa
akhirnya kelima anggota GAM dibebaskan. Setelah itu, perundingan pun
dimulai lagi pada tanggal 17 Mei 2003 yang berlangung di Tokyo, Jepang.
Dalam perundingan itu, delegasi GAM yang dipimpin oleh Zaini Abdullah
masuk ruangan perundingan terlebih dahulu sementara delegasi RI yang
dipimpin oleh Wiryono Sastrohardoyo masuk 20 menit kemudian.

/ Pertemuan...

TERBATAS
TERBATAS
28
Pertemuan itu tepatnya berlangsung di gedung JICA (Japan International
Cooperation Agency) yang dimulai pada pukul 20.30 waktu Tokyo atau
22.30 WIB.Selain dihadiri oleh delegasi kedua belah pihak, pertemuan itu
juga dihadiri wakil dari Uni Soviet, Amerika Serikat dan Jepang. Hadir pula
wakil dari Henry Dunant Center (HDC) 15). Dalam pertemuan itu, pihak
Indonesia menegaskan kembali posisinya yang meliputi tiga aspek :
Pertama, dialog ini harus dalam kerangka Negara Kesatuan republik
Indonesia ; kedua, pihak GAM harus menerima otonomi khusus ; ketiga,
GAM harus meletakkan senjata. Karena pihak GAM tidak menggubris
permintaan dari delegasi RI tersebut, maka pertemuan itupun mengalami
kegagalan dan jalan buntu.

b. Tindakan militer. Sebagai respon atas kegagalan pertemuan di


Tokyo (Jepang) tersebut, Pemerintah Indonesia menetapkan NAD sebagai
wilayah dalam keadaan bahaya dengan tingkat status darurat militer pada
tanggal 19 Mei 2003 mulai pukul 00.00 WIB. Darurat militer ini berlaku
selama enam bulan. Keputusan darurat militer ini tertuang dalam
Keputusan Presiden (Kepres) No. 28 Tahun 2003 tentang keadaan bahaya
dengan tingkat darurat militer di Propinsi NAD. Sebagian besar
masyarakat dalam kondisi tertekan oleh intimidasi dan teror yang
dilaksanakan pemberontak GAM, sehingga masyarakat tidak berani
memberikan bantuan/informasi kepada aparat TNI, dengan alasan yang
sangat logis diantaranya :

1) Teror terhadap masyarakat yang tidak mendukung dan tidak


memberikan bantuan materiil kepada GAM dengan istilah pajak
Nanggroe.
/ 2) Teror…

15
Indonesia mempertahankan Tanah Air memasuki abad 21 hal-37

TERBATAS
TERBATAS
29
2) Teror yang dilakukan mulai dari ancaman psikologis,
penculikan, perampokan, pembunuhan yang sangat biadab dengan
sasaran anak-anak, isteri, orang tua dari pihak masyarakat yang
berseberangan dengan kelompok pembrontak GAM.

c. Pemberlakuan status darurat. Melihat kenyataan yang


ada dilapangan bahwa pemberontak GAM tidak ada niat dan keinginan
untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di Aceh secara damai, kehidupan
masyarakat semakin resah serta roda pemerintahan didaerah banyak yang
lumpuh tidak berfungsi maka Presiden atas persetujuan DPR dengan
didukung oleh seluruh komponen bangsa memberlakukan status keadaan
darurat di propinsi NAD sebagai berikut :
1) Keppres RI No. 28/2003 tanggal 18 Mei 2003 tentang
pernyataan keadaan bahaya dengan tingkat keadaan darurat militer
di Propinsi NAD.
2) Keppres RI No 43/2004 tgl 18 Mei 2004 tentang pernyataan
perubahan status keadaan bahaya dengan tingkat keadaan darurat
militer menjadi tingkat keadaan darurat sipil di Propinsi NAD.

d. Organisasi penanganan konflik.

1) Di tingkat pusat, penguasa tertinggi dalam keadaan bahaya


dilakukan oleh Presiden/Panglima tertinggi Angkatan Perang selaku
penguasa darurat sipil pusat / penguasa darurat militer
pusat/ penguasa perang pusat. Dan dalam pelaksanaannya
Presiden dibantu oleh badan pelaksana harian penguasa darurat
pusat yang terdiri dari ketua yaitu Menko Polhukkam dibantu oleh
pejabat-pejabat Menteri departemen terkait.

/ 2) Di tingkat...

TERBATAS
TERBATAS
30
2) Di tingkat daerah, penguasa darurat sipil daerah adalah
Gubernur dan penguasa darurat militer daerah adalah Pangdam IM
selaku PDMD, dalam melakukan penguasaan keadaan darurat
sipil/militer dibantu oleh Panglima Kodam, Gubernur, Kapolda dan
Kajati.

3) Organisasi satuan TNI yang dikerahkan dalam penanganan


konflik Aceh menggunakan bentuk organisasi gabungan (Koops
TNI) dengan unsur-unsur pelaksana menggunakan bentuk
organisasi Satgas maupun organisasi standart TOP.

4) Untuk organisasi penanganan konflik dari komponen sipil


sudah ada strukturnya tetapi belum diatur kekuatan dan besarnya
organisasi tersebut.

e. Tahapan penanganan konflik. Secara konseptual yang baku,


tahapan penanganan konflik belum ada sampai saat ini. Pada Inpres RI
nomor 4 tahun 2001 tentang langkah-langkah komprehensif dalam
penyelesaian Aceh sebatas penginstruksian kepada pejabat negara untuk
melaksanakan langkah-langkah komprehensif penyelesaian Aceh meliputi,
bidang politik, sosial, hukum, ketertiban masyarakat, keamanan, informasi
dan komunikasi. TNI dalam penanganan Konflik dengan bentuk ancaman
pemberontakan bersenjata, TNI melaksanakan operasi militer dalam
bentuk Opslihkam dengan pola OMSP. Dalam pelaksanaan operasi
militer, tahapan yang dilaksanakan terdiri dari tahap pisah, giring, lokalisir
dan hancurkan (menggunakan taktik dan tehnik lawan gerilya).

/ 10.Kesiapan…

TERBATAS
TERBATAS
31
11. Kesiapan Satuan (Batalyon Infanteri)
a. Militansi Pimpinan. Ada lima tipe kepemimipinan yang
secara luas dikenal dewasa ini adalah Tipe yang
16
otokratik,Paternalistik,Kharismatik,Laissez faire dan dermokratik ),namun
secara teori bahwa “Kepemimpinan adalah seni dan kecakapan dalam
mempengaruhi dan membimbing orang bawahan, sehingga dari pihak
yang dipimpin timbul kemauan, kepercayaan , hormat dan ketaatan yang
diperlukan dalam penunaian tugas-tugas yang dipikulkan kepadanya,
dengan menggunakan alat dan waktu, tetapi mengandung keserasian
antara tujuan kelompok atau kesatuan dengan kebutuhan-kebutuhan atau
tujuan-tujuan perorangan “. Kualitas secara teori ternyata masih jauh dari
kenyataan saat ini,bilamana kita memperhatikan bahwa sasaran dari kese-
luruhan tugas dibidang teritorial menyangkut kepentingan masyarakat dan
lingkungannya untuk dapat dibina menjadi suatu kekuatan pertahanan.
Agar kekuatan pertahanan tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik
maka seorang Komandan harus memahami akan tugas pokoknya, dapat
memberikan motivasi kepada anak buahnya. Rendahnya kualitas
kepemimpinan dapat dilihat dari kurang ketegasan dalam memutuskan
suatu masalah,integritas cukup rendah,serta kurangnya antusiasme dalam
menghadapi persoalan,imajinasi,kerelaan untuk bekerja keras, kemam -
puan analisis,pemahaman terhadap orang lain,kemampuan untuk
memanfaatkan melihat peluang, kemampuan untuk menghadapi situasi
yang tidak menyenangkan dan kerelaan untuk mengambil suatu resiko.
Secara organisasi belum seluruh jabatan pimpinan mulaidari tingkat
Komandan regu terpenuhi secara kuantitas maupun kualitas, jadi masih
ada kecenderungan unsur pimpinan hanya bertindak sebagai pemimpin
saja belum memiliki kualitas sebagai pimpinan.
/ b. Pembinaan…

16
Teori & Praktek Kepemimpinan by Prof.Dr.Sondang P.Siagian,M.P.A

TERBATAS
TERBATAS
32
b. Pembinaan satuan. Dalam satu tahun program kerja satuan
belum seluruhnya dapat digunakan untuk melaksanakan Program latihan
standarisasi kesenjataan Infanteri sesuai dengan Sisbinlat TNI AD, karena
padatnya kegiatan non program dan singkatnya interval waktu dari satu
penugasan ke penugasan yang lainnya. Akibat pembinaan latihan,
pembinaan personil, pembinaan materiil dan pembinaan pengamanan
tubuh belum bisa dilaksanakan secara maksimal, unsur pimpinan,
khususnya Komandan Batalyon hanya menjadi Komandan di daerah
operasi saja, sebab begitu kembali dari daerah tugas operasi sudah
disibukkan dengan persiapan serah terima jabatan dengan Komandan
Batalyon pengganti, begitu pula dengan Komandan Batalyon pengganti
sudah persiapan untuk melaksanakan tugas operasi kembali, hal semacam
ini hampir merata dialami oleh para Komandan Batalyon pada kondisi saat
ini.

c. Kuantitas dan kualitas latihan. Secara kuantitas latihan


untuk persiapan tugas mulai dari pratugas tahap I sampai dengan
Pratugas Tahap II belum diikuti oleh seluruh personel yang tergabung
dalam organisasi Satuan Tugas, karena personel-personel tersebut masih
berada disatuan induk masing – masing ( khususnya personel yang di BP
kan ) hal ini bisa terjadi karena personil yang akan berangkat tugas
operasi masih menggunakan sistim arisan dari satuan – satuan lain dalam
Kotama tersebut, sehingga mengalami kendala dalam pengumpulan
prajurit – prajurit tersebut dihadapkan dengan dukungan Dana dan sarana
serta prasarana yang lain. secara kualitas latihan juga belum seluruhnya
dapat menjawab tantangan tugas yang akan dihadapi di daerah Aceh
karena :

/ 1) Ditinjau…

TERBATAS
TERBATAS
33
1) Ditinjau dari faktor materi latihan. Materi latihan masih
cenderung didominasi oleh latihan – latihan taktik militer sehingga
sebagai satuan kerangka, Materi yang diberikan kurang menjawab
persoalan yang dihadapi oleh Batalyon Infanteri sebagai Satuan
Kerangka.

2) Ditinjau dari Faktor medan latihan. Karena baik


penyelenggara maupun unsur – unsur pimpinan di satuan tersebut
belum mengetahui bagaimana medan yang akan dihadapi di
daerah operasi sebenarnya, maka begitu mengetahui daerah
operasi yang dihadapi dihadapkan medan latihan yang telah
dilatihkan di Home Base maka Komandan satuan Tugas akan
mengalami penyesuaian kembali sehingga waktu yang sebetulnya
dapat digunakan untuk kegiatan operasi, dikorbankan untuk latihan
penyesuaian kembali didaearah operasi yang sebetulnya.

d. Komposisi personil penugasan. Batalyon Infanteri yang


akan melaksanakan tugas operasi selalu menghadapi permasalahan klasik
yaitu kekurangan personil untuk organisasi penugasan, hal ini dapat
terjadi akibat penataan personil yang kurang baik dari satuan atas,
sehingga diatasi dengan pengisian personil yang tidak proporsional bila
dihadapkan pada kepentingan tugas, bahkan pemenuhan personil
tersebut sampai melibatkan personil yang sudah bertugas di
Komando Kewilayahan ( Kodim dan Koramil), hal ini akan sangat
mengganggu jalannya operasi, Karena banyak prajurit yang sudah berada
di Komando Kewilyahan mempunyai orientasi tugas yang berbeda dengan
prajurit di Satuan Tempur sehingga mereka secara mental betul – betul
tidak siap untuk operasi, namun sebagai prajurit mereka takut untuk -

/ menolak…

TERBATAS
TERBATAS
34
menolak perintah tersebut, hal lain adalah dengan tidak terpenuhi TOP
Satuan yang akan berangkat tugas maka untuk pemenuhannya akan
mengambil satuan lain dalam satu kotama tersebut, sehingga faktor
pengendalian cukup sulit.
e. Kesiapan Materiil Penugasan. Bekal awal yang diterima
oleh satuan khususnya Alat dan perlengkapan satuan kurang
kenyal/fleksibel bila dihadapkan kepada kepentingan tugas serta
penyebaran pasukan didaerah operasi, karena norma dan jenis yang
diterima belum sesuai dengan kepentingan tugas yang dihadapi.
f. Inisiatif dan kreatifitas unsur Pimpinan. Kepemimpinan
adalah seni bagi seorang Komandan sehingga untuk mendapat suatu
hasil operasi yang maksimal maka dibutuh suatu insiatif dan kreatifitas
unsur Pimpinan dilapangan mulai dari Komadan Regu sampai dengan
komandan Batalyon,banyak kasus yang terjadi disatuan penugasan akibat
dari kurangnya Inisiatif dan kreatifitas kamandan lapangan sehingga
terjadi ketidak cocokan masyarakat terdapat keberadaannya Pos TNI,
yang berakibat kurang diterimanya keberadaan TNI di wilayah tersebut.
g. Peran Yonif dalam Pembinaan teritorial. Prajurit di Pos
kurang ada kedekatan antara Prajurit TNI dalam Pos tersebut, maka
sedikit sekali informasi yang didapat tentang keberadaan GAM, akibat dari
pembinaan Masyarakat disekitar Pos TNI yang dirasakan sangat kurang.
h. Peran serta masyarakat. Banyak peluang yang dapat
diambil dalam rangka meningkatkan hasil operasi di NAD, salah satunya
adalah dengan mengajak masyarakat untuk berperan serta dalam
memerangi Separatis GAM dan kegiatan ini banyak yang belum dipahami
oleh unsur Pimpinan di lapangan.

/ BAB-IV …

TERBATAS
TERBATAS
35
BAB – IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

12. Umum. Mencermati kondisi saat ini dan dihadapkan kepada


pelaksanaan tugas Batalyon Infanteri dalam tugas sebagai pasukan kerangka di
propinsi NAD serta perkembangan situasi yang sedang berjalan tentunya ada
hal-hal yang mempengaruhi kondisi tersebut, maka untuk memperoleh hasil
yang optimal dan untuk mencapai kondisi yang diharapkan maka perlu dikaji
serta dianalisa secara mendalam tentang hal-hal yang mempengaruhi kondisi
tersebut, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dapat berasal dari dalam
berupa kekuatan dan kelemahan serta faktor-faktor yang berasal dari luar
berupa peluang dan kendala.

13. Faktor Intern.

a. Kekuatan. Kekuatan yang bersifat intern yaitu kekuatan yang


ada dalam diri setiap individu prajurit dalam Satuan Batalyon
Infanteri,ada beberapa kekuatan yang dapat dimanfaatkan antara lain :

1) Hantu Rimba. Merupakan ungkapan bagi semangat


Prajurit Infanteri di Satuan Batalyon Infanteri, yang secara
psikologis akan sangat berpengaruh terhadap kewajiban bagi setiap
warga Infanteri untuk tampil menjadi yang terbaik dalam medan
laga maupun di Home Base, sebagai Idealis dasar akan sangat
dapat meningkatkan sikap dan perilaku Prajurit yang
Profesionalisme, menghindari penyimpangan pelanggaran dan kode
etik pada Korpnya, sehingga akan memantapkan semangat
pengabdian pada Satuannya di satuan Tempur.

/ 2) Keyakinan…

TERBATAS
TERBATAS
36
2) Keyakinan yang tertanam dalam jiwa setiap prajurit bahwa
panggilan tugas adalah kehormatan yang harus dipertanggung
jawabkan dengan pedoman Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8
wajib TNI.

3) Harga diri. Sebagai insan manusia yang prajurit yang


selalu digembleng dalam kesetiaan, kedisiplinan yang tinggi,
tentunya akan selalu berharap menampilkan kepribadian yang
dihormati, hal ini merupakan harapan yang dapat dijadikan
dorongan minat untuk berbuat yang terbaik, karena merasa malu
apabila tidak berbuat yang Profesional di bidangnya, sehingga
secara tidak langsung akan tercipta suatu penampilan Prajurit yang
disegani yang pada akhirnya akan tercipta Etos kerja yang lebih
gairah.

4) Tradisi satuan menjadi suatu kebanggaan dalam setiap


menerima perintah tugas operasi.

b. Kelemahan.

1) Tidak seluruh prajurit yang tergabung dalam organisasi


penugasan mengikuti latihan pratugas secara bertahap bertingkat
dan berlanjut terutama personel yang berasal dari satuan lain -
( Bawah Perintah ).
2) Jiwa korsa dan kerja sama satuan belum terbentuk secara
maksimal karena sistim perekrutan prajurit yang siap Operasi
dilakukan dengan sistim arisan dari Batalyon-Batalyon jajaran
kotama tersebut dan lebih Ironis adalah perekrutan terhadap
Prajurit-Prajurit dari Komando Kewilayahan.
/ 3) Materiil…

TERBATAS
TERBATAS
37
3) Materiil yang dibawa,khususnya Alat Komunikasi dan
Kendaraan Truk kondisinya sudah 50 % sehingga prajurit yang
mengoperasionalkan kurang maksimal dalam penggunaannya.

14. Faktor Ekstern.

a. Peluang.
1) Penugasan TNI di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
memiliki dasar hukum dari pemerintah Pusat dan didukung oleh
seluruh rakyat Indonesia sehingga pada pelaksanaanya Parjurit
tidak ragu-ragu lagi dalam menjalankan tugas.
2) Pengakuan dunia terhadap kedaulatan provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan merupakan harga mati.
3) Keputusan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan
darat Nomor : KEP/18/XII/2001 tanggal 15 desember 2001 tentang
Doktrin Kartika Eka Paksi, dimana Doktrin tersebut adalah
mengatur tentang Peran, tugas dan Fungsi TNI-AD

b. Kendala.

1) Masih adanya dugaan dari sekelompok Lembaga Swadaya


Masyarakat tentang masih adanya tuduhan isu pelanggaran yang
dilakukan oleh Prajurit tentang Hak Azasi Manusia sehingga
membuat prajurit ragu-ragu dalam bertindak dalam menghadapi
Gerakan Aceh Merdeka di Aceh.
2) Pemberitaan yang tidak berimbang yang diberitakan oleh
media cetak dan elektronik tentang pelaksanaan tugas prajurit
sehingga merugikan TNI secara sepihak.
/ BAB- V …

TERBATAS
TERBATAS
38
BAB – V

KONDISI YANG DIHARAPKAN

15. Umum. Mencermati perkembangan situasi terakhir di Propinsi NAD


maka diharapkan perlawanan bersenjata pemberontak GAM dan proses
rehabilitasi pasca bencana alam gempa bumi dan gelombang pasang tsunami
serta proses perundingan damai antara wakil pemerintah RI dengan toko-tokoh
pembrontak GAM di luar negeri yang dilaksanakan di Helsinki ( Swedia ), dapat
terlaksana sesuai dengan keinginan yang saling menguntungkan kedua belah
pihak, untuk segera dapat memulihkan kondisi infra dan supra struktur propinsi
NAD yang sudah hancur akibat dari pembrontakan GAM selama ini serta bencana
alam yang terjadi, kemudian untuk memberikan ketenangan dan rasa aman bagi
masyarakat Aceh sebelum mencapai kesepakatan damai dalam diplomasi maka
pelaksanaan operasi militer dalam kerangka Operasi Militer Selain Perang (OMSP)
di propinsi NAD masih tetap berlanjut walaupun dalam status tertib sipil, dengan
demikian TNI tetap menyiapkan satuan-satuan operasional untuk selalu siap
melaksanakan penugasan ke daerah rawan Aceh, untuk menghadapi tugas
tersebut satuan-satuan TNI khususnya satuan operasional tempur dalam hal ini
adalah Batalyon Infanteri secara terus menerus melaksanakan pembinaan satuan
dalam penggunaan kekuatan.

16. Penyelesaian damai masalah Aceh.

a. Penyelesaian diplomasi. Pemerintah secara diplomasi


masih tetap melanjutkan upaya-upaya damai untuk menyelesaikan konflik
Aceh dengan tujuan akhir adalah terciptanya situasi kondusif yang dapat
memberikan rasa aman bagi warganegara RI yang berdomisili di propinsi
NAD

/ diantara...

TERBATAS
TERBATAS
39
diantara upaya yang dilaksanakan adalah perjanjian damai yang
masih berjalan sampai dengan saat ini di Helsinki (Swedia) diantaranya
pembentukan missi pengawas perdamaian Nanggroe Aceh Darussalam
Tim pengawas akan melibatkan berbagai negara, Departemen Luar Negeri
sudah berkirim surat kepada sejumlah negara ASEAN dan Uni Eropa
dalam rangka finalisasi Aceh Monitoring Mission, tim nantinya bertugas
di antaranya mengawasi penyerahan dan penghancuran senjata-senjata
milik pemberontak GAM. Hingga kini sejumlah negara yang dihubungi
belum ada yang memberikan jawaban, masih menunggu lampu hijau
proses (perundingan) di Helsinki. Pemerintah Indonesia dan pihak
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) telah mencapai kesepakatan damai, di
antara butir-butir kesepakatan itu memungkinkan anggota GAM terjun
dalam politik, masyarakat Aceh pada umumnya tidak mempersoalkan
anggota GAM ikut berpolitik atau mengajukan diri sebagai calon kepala
daerah. Kesepakatan damai itu akan dituangkan dalam nota kesepahaman
atau (MoU) dan ditandatangani pada 15 Agustus mendatang di Helsinki.
Butir-butir kesepakatan damai lainnya antara lain mencakup tata
pemerintahan serta partisipasi GAM di Provinsi NAD, pemberian amnesti
bagi anggota GAM, serta pembentukan kelompok pemantau yang
beranggotakan pengamat dari Uni Eropa dan ASEAN. Kelompok pemantau
itu antara lain bertugas mengawasi penarikan tentara dan polisi dari Aceh
serta pelucutan senjata GAM.

b. Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Sebagai respon atas


upaya yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah dalam upaya
kesepakatan damai yang masih berjalan di Helsinki (Swedia) maka TNI
masih tetap melanjutkan operasi militer di Propinsi NAD, karena
kesepakatan damai yang dilaksanakan belum menginstruksikan kepada

/ TNI...

TERBATAS
TERBATAS
40
TNI untuk menghentikan operasi penumpasan terhadap kelompok
pembrontak GAM yang masih melakukan aksi-aksi intimidasi dan teror
terhadap masyarakat, sehingga masyarakat masih tetap berada pada
situasi yang diliputi oleh rasa takut bila wilayahnya berada jauh dari
perlindungan pasukan TNI yang bertugas di wilayah tersebut. Sambil
memonitor perkembangan kesepakatan damai yang dilakukan antara
pemerintah RI dengan pihak GAM maka TNI tetap melaksanakan tugas
pokoknya dalam kerangka hukum Operasi Militer Selain Perang untuk
memperbesar hasil kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya, dan
apabila kesepakatan damai dapat mencapai kata sepakat sesuai dengan
(MoU) yang disetujui kedua belah pihak maka TNI akan segera
melaksanakan keputusan terakhir dari Pemerintah, sekalipun harus
mengurangi pasukan penugasan dan hanya menempatkan satuan organik
Kodam IM di propinsi NAD.

c. Pemberlakuan status tertib sipil. Melalui keputusan


Pemerintah yang disetujui oleh DPR maka status darurat sipil di propinsi
NAD diturunkan tingkatnya menjadi tertib sipil yang berarti berlaku sama
dengan kondisi wilayah NKRI lainnya, keputusan tersebut diambil
berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan operasi terpadu dan
proses tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana alam
gempa bumi dan gelombang pasang tsunami yang dilakukan di propinsi
NAD dihadapkan dengan kenyataan dilapangan sudah menunjukan
dampak yang signifikan positip walaupun pembrontak bersenjata GAM
belum ada niat dan keinginan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di
Aceh secara damai, hal ini terbukti dari aksi-aksi teror dan intimidasi yang
masih berlangsung dalam kehidupan masyarakat Aceh.

/ Namun…

TERBATAS
TERBATAS
41
Namun demikian aksi-aksi tersebut sudah makin melemah, maka untuk
membuktikan keinginan pemerintah atas niat baiknya bahwa konflik Aceh
harus segera diselesaikan secara damai dan bermartabat, maka
pemerintah mengakhiri status darurat sipil di propinsi NAD dan mulai
tanggal 19 Mei 2005 dan status propinsi NAD kembali ke keadaan normal.

d. Organisasi ( Tim ) pengawasan proses damai.


1) Di tingkat pusat, menindak lanjuti kesepakatan damai yang
difasilitasi oleh pemerintah Swedia maka perlu adanya pengawasan
di tingkat pusat yang dilakukan oleh Presiden dibantu oleh seluruh
Menteri terkait yang berkaitan dengan tanggung jawab
penanganan masalah kesepakatan damai di propinsi NAD.

2) Di tingkat daerah, dibentuk Tim monitoring yang melibatkan


seluruh komponen bangsa di propinsi NAD dan melibatkan unsur-
unsur sipil/militer bersama pihak GAM, khususnya pada
pelaksanaan poin-poin yang sudah disepakati termasuk penyerahan
dan pemusnahan/ penghancuran senjata milik GAM.

3) Satuan Tugas TNI, penarikan satuan penugasan TNI secara


bertahap disesuaikan dengan kemampuan alat transportasi angkut
personel yang dimiliki oleh TNI untuk mengembalikan satuan-
satuan TNI yang tergabung dalam Komando Operasi Pemulihan
Keamanan selama ini di propinsi NAD dan pelaksanaan kegiatan
rutinitas yang dilakukan oleh TNI di propinsi NAD hanya dilakukan
oleh satuan organik Kodam IM, kecuali untuk tugas-tugas Bhakti
TNI (kemanusiaan) yang masih memerlukan pengerahan pasukan
dari luar Kodam IM.

/ e. Tahapan...

TERBATAS
TERBATAS
42
e. Tahapan penanganan pasca kesepakatan damai. Langkah-
langkah komprehensif penyelesaian persengketaan antara pemerintah RI
dan GAM di propinsi NAD diantaranya meliputi bidang politik, sosial,
hukum, ketertiban masyarakat, keamanan, informasi dan komunikasi serta
pemulihan kondisi Aceh secara bersama.TNI bersama dengan komponen
bangsa lainnya telah melaksanakan kegiatan bhakti TNI melalui Operasi
Militer Selain Perang (OMSP) dalam wujud nyata operasi bhakti TNI
dalam masa tanggap darurat. Dalam pelaksanaan selanjutnya yaitu
dalam tahap rekonstruksi dan rehabilitasi maka TNI tidak terlalu terlibat,
kecuali pada keadaan atau situasi tertentu yang mengharuskan TNI untuk
terlibat didalamnya tentunya berdasarkan landasan hukum secara legal
formal, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman dari kesepakatan damai
yang sudah terbentuk.

17. Satuan siap melaksanakan Tugas Operasi. Batalyon infanteri


sebagai satuan pelaksana seharusnya setiap saat siap untuk melaksanakan tugas
operasi kapanpun dan dimanapun serta jenis tugas operasi apapun, dalam batas
kemampuan sesuai dengan TOP ROI Yonif yang berlaku,sehingga diharapkan
dari setiap aspek secara kuantitas dan kualitas mampu mendukung kesiapan
satuan, beberapa hal yang diharapkan dalam pelaksanaan tugas adalah sebagai
berikut :

a. Personel. Dari segi personel Satuan Tugas Batalyon Infanteri


sebagai Satuan kerangka ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitasnya
adalah sbb :

/ 1) Kualitas ...

TERBATAS
TERBATAS
43
1) Kualitas.
a) Pendidikan. Tingkat pendidikan sangat menentukan
cara berpikir seseorang, disamping itu juga dengan memiliki
pendidikan yang mumpuni, maka diharapkan dalam
melaksanakan suatu bentuk kegiatan maupun tugas, akan
memiliki daya analisa yang cukup untuk mengambil suatu
keputusan. Kesempatan pendidikan yang di berikan kepada
personel Batalyon Infanteri saat ini belum memadai
dihadapkan kepada pelaksanaan tugas, kendala yang
dihadapi adalah kesempatan yang ada sangat terbatas
karena permintaan dan alokasi dari satuan atas sedangkan
untuk memenuhi kualitas yang harus dimiliki oleh personel
Batalyon Infanteri ini perlu mendapat alokasi yang memadai.
Sehingga diharapkan adanya kesempatan pendidikan, kursus
dan sejenisnya untuk memenuhi kualitas yang harus dimiliki
oleh personel Batalyon Infanteri.

b) Jiwa korsa. Jiwa korsa adalah suatu perasaan jiwa


bersatu dari suatu tim atau unit untuk menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kekompakan dalam tim work itu sendiri,
seperti yang dapat dilihat pada satuan-satuan saat ini
sehingga dapat dinilai jiwa korsa yang ada sekarang dapat
dikatakan masih kurang, Karena sistim arisan yang
dilaksanakan untuk memenuhi personil secara kuantitas
sehingga mengambil beberapa personil dari satuan lain
sehingga dalam waktu yang relatif singkat kurang terbentuk
jiwa korsa yang diharapkan, namun kekompakan dalam hal
tim work atau kerja sama yang baik akan dapat menjamin

/ dalam…

TERBATAS
TERBATAS
44
dalam setiap pelaksanaan tugas apabila Komandan Satuan
baik dari tingkat yang paling rendah yaitu Komandan Regu
sampai Komandan Batalyon selalu memberikan dorongan
dan pengertian, maka jiwa korsa akan terbentuk dengan
maksimal. Apabila kekompakan dan keutuhan tim dapat
diciptakan maka soliditas organisasi ini akan memiliki tingkat
disiplin dan jiwa korsa yang tinggi.

c) Tingkat kesehatan. Kondisi personel Satuan Tugas


Batalyon Infanteri sebagai Satuan kerangka saat ini
kebanyakan adalah status kesehatan-III, karena kesulitan
mendapatkan prajurit yang status kesehatan – I untuk
memenuhi 100 % Satuan Tugas, sehingga dalam
pelaksanaan tugas-tugasnya tentunya tidak akan maksimal.
Sedangkan yang diharapkan personel yang berada di
Batalyon Infanteri tersebut merupakan personel yang telah
melalui rekrutmen prajurit yang berkualitas dengan
persyaratan yang telah ditetapkan, postur tubuh yang
diharapkan adalah postur standart (postur tubuh minimal
harmonis, sesuai table jasmani militer Angkatan Darat),
kondisi kesehatan yang mempunyai Status Kesehatan - I dan
memiliki kemampuan samapta nilai rata-rata 61 keatas,
mengingat medan-medan di daerah tugas yang cukup
bervariasi dan memiliki tingkat resiko yang cukup tinggi,
karena dengan kondisi fisik yang memadai akan menjamin
keberhasilan tugas yang lebih maksimal.

/ 2) Kuantitas…

TERBATAS
TERBATAS
45
2) Kuantitas. Jumlah personel atau komposisi personel
Satuan Tugas berjumlah 650 orang dengan rincian komposisi
kekuatan terdiri dari :

a) Markas Satuan Tugas = 7 orang Perwira.


b) Peleton Pengawal taktis = 35 orang terdiri dari :
(1) 1 orang Perwira.
(2) 4 orang Bintara.
(3) 30 orang Tamtama.
c) Peleton Khusus = 37 orang terdiri dari :
(1) 2 orang perwira.
(2) 32 orang Bintara.
(3) 3 orangTamtama.
d) Kompi senapan – A = 115 orang terdiri dari :
(1) 4 orang Perwira.
(2) 15 orang Bintara.
(3) 96 orang Tamtama.
e) Kompi Senapan – B = 115 orang terdiri dari :
(1) 4 orang Perwira.
(2) 15 orang Bintara.
(3) 96 orang Tamtama.
f) Kompi Senapan – C =115 orang terdiri dari :
(1) 4 orang Perwira.
(2) 15 orang Bintara.
(3) 96 orang Tamtama.
g) Kompi Senapan – D = 115 orang terdiri dari :
(1) 4 orang Perwira.
(2) 15 orang Bintara.
(3) 96 orang Tamtama.
/ h) Kompi...

TERBATAS
TERBATAS
46
h) Kompi Markas = 111 orang terdiri dari :
(1) 3 orang Perwira.
(2) 29 orang Bintara.
(3) 79 orang tamtama.

b. Materiil. Materiil belum sesuai dengan standart untuk


pemenuhan materiil yang dapat mendukung pelaksanaan tugas Satuan
Tugas Batalyon Kerangka, adapun materiil dan alat perlengkapan tersebut
adalah sebagai berikut :

1) Senjata :
a) Pistol isyarat : 18 Cuk.
b) P–1 9 mm : 65 Cuk.
c) SS-1 5,56 mm : 603 Cuk.
d) Minimi 5,56 : 39 Cuk.
e) SPG/GSP : 8 Cuk.

2) Munisi :
a) Munisi P Isyarat
(1) Merah : 108 Btr.
(2) Hijau : 108 Btr.
(3) Putih : 216 Btr.
b) Munisi P 9 mm : 1950 Btr.
c) Munisi Kal 7,62 : 1200 Btr.
d) Munisi Kal 5,56 : 150750 Btr.
e) Munisi Kal 5,56 SO : 58500 Btr.
f) Munisi SPG/GSP : 100 Btr.
g) Granat tangan : 200 Btr.

/ 3) Kendaraan…

TERBATAS
TERBATAS
47
3) Kendaraan :
a) Sepeda motor : 3 Unit.
b) Truk ¼ Ton : 2 Unit.
c) Land rover 1/3 Ton : 1 Unit.
d) TR 2 ½ T : 2 Unit.
e) Truk 5 T 1017 : 2 Unit.
f) Ambulance : Unit.
4) Alat Optik :
a) Kompas : 76 Buah.
b) Teropong 7 X 50 : 23 Buah.
c) Teropong 7 X 30 : 39 Buah.
d) Teropong Malam : 8 Buah.
e) GPS : 8 Buah.
5) Alkap sat:
a) Tenda Peleton : 2 Set.
b) Tenda Regu : 2 Set.
c) Velbet : 10 Set.
d) Pacul Pik : 60 Buah.
e) Meja Lapangan : 10 Buah.
f) Kursi Lapangan : 20 Buah.
g) Aldurlap : 2 Set.
h) Kompor Lapangan : 1 Set.
6) Alhub :
a) Racal : 8 Set.
b) PRC 77/1077 : 58 Set.
c) HT R Com : 18 Set.
d) Megaphone : 6 Buah.
e) Solarsel : 6 Buah.

/ f) BA 30 UM 1…

TERBATAS
TERBATAS
48
f) BA 30 UM 1 : 1160 Buah.
g) BA 30 UM 2 : 48 Buah.
h) BA 30 UM 3 : 180 Buah.
i) ACCU 12 v/120 AH : 8 Buah.

7) Alkapjat:
a) Pistol P-1
(1) Sarung MGZ : 65 Buah.
(2) Sarung Pistol : 65 Buah.
(3) Magazen : 195 Buah.
(4) Lantak : 195 Buah.
b) SS-1
(1) Sarung MGZ : 603 Buah.
(2) Tali sandang : 603 Buah.
(3) Magazen : 1809 Buah.
(4) Sangkur : 603 Buah.
(5) Tb Minyak : 603 Buah.
8) Kaporlap :
a) PDL Loreng : 650 Buah.
b) Sepatu PDL : 650 Pasang.
c) Topi rimba : 650 Buah.
d) Jaket dingin : 650 Buah.
e) Selimut dingin : 650 Buah.
f) Kaos Loreng : 650 Buah.
g) BA 30 UM 2 : 48 Buah.
h) Celana dalam : 1950 Buah.
i) Ransel besar : 650 Buah.
j) Ransel serbu : 650 Buah.

/ k) Kopelrim…

TERBATAS
TERBATAS
49
k) Kopelrim : 650 Buah.
l) Rantang susun : 650 Set.
m) Velples : 650 Set.
n) Kaos Kaki lapangan : 1950 Pasang.
o) Handuk besar : 650 Buah.
p) Handuk kecil : 650 Buah.
q) Plonyusak : 650 Buah.
r) Matras : 650 Buah.
s) Alat samaran : 650 Buah.
t) Ponco loreng : 650 Buah.
u) Monogram TNI : 650 Buah.
v) Helm two in one : 650 Buah.
9) Bekal Makan :
a) Ransum tempur : 1950 Unit.
b) FD – 3 : 650 Unit.
c) TB – I : 1950 Unit.
d) KLP : 650 Unit.
e) BBP : 1950 Unit.
f) T2RP : 1300 Unit.
10) Alkes :
a) Kat Prapas : 650 Set.
b) Kat Pem Perban : 11 Set.
c) Kat Perawat : 6 Set.
d) Kat Dokter : 1 Set.
e) Kat Min kes : 1 Set.
f) Kat Ambulance : 1 Set.
g) Kat Ru Tandu : 1 Set.
h) Kat Long Yon : 1 Set.
i) BA 30 UM 3 : 180 Buah.
/ 18.Pembinaan…

TERBATAS
TERBATAS
50
18. Pembinaan Satuan Sesuai Program.

a. Latihan. Latihan yang dilaksanakan saat ini dihadapkan krisis


ekonomi yang juga dampaknya dirasakan dalam hal penyelenggaraan
latihan sehingga latihan yang dilaksanakan tidak maksimal. Padahal kita
dituntut untuk selalu siap bergerak untuk melaksanakan tugas.
Dibutuhkan kreativitas oleh unsur pimpinan, untuk menjamin pelaksanaan
latihan yang memadai dalam rangka kesiapan pelaksanaan tugas, untuk
itu perlu adanya suatu bentuk latihan yang lebih mendekati kepada
kemungkinan tugas yang akan dilaksanakan, apabila kita menginginkan
suatu hasil yang kita harapkan untuk menyelesaikan tugas, harus diikuti
dengan pelaksanaan latihan yang secara bertahap bertingkat dan
berlanjut, sehingga pada akhirnya diharapkan akan mampu melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan oleh satuan atas. Setiap satuan yang akan
melaksanakan tugas operasi sudah diatur oleh staf Operasi bidang
kesiapan satuan TNI AD, sehingga diharapkan satuan-satuan tersebut
sudah diarahkan secara profesional dan proporsional dalam satu tahun
program kerja. Dengan demikian pembinaan latihan berjalan sesuai
dengan sisbinlat TNI AD dengan puncak latihan adalah pratugas tahap III,
komposisi untuk pemenuhan personil tersebut sesuai kebutuhan
organisasi penugasan terpenuhi sejak awal penyiapan satuan tugas
sehingga tidak terkesan asal terpenuhi dari segi kuantitas saja tetapi juga
dari segi kualitas, kemudian untuk kesiapan materiilpun sudah dipenuhi
oleh Komando Atas, disesuaikan dengan kriteria penugasan yang
dihadapi, sehingga dalam pengadaannya satuan tidak terbebani untuk
menyiapkan materiil diluar kemampuan satuan sehingga berakibat meng
ganggu tugas pokok, penyelenggaraan pengamanan tubuh juga harus
dimulai dari awal penyiapan satuan tugas sampai dengan purna tugas
sehingga meningkatkan moril prajurit di daerah operasi.
/ b. Pencapaian…

TERBATAS
TERBATAS
51
b. Pencapaian Latihan

1) Sasaran Latihan.

a) Latihan Kader .

(1) Memahami berbagai aspek baik


latar belakang sejarah, adat istiadat dan
budaya,sosiologi dan antropologi maupun bahasa
Aceh serta mampu menjelaskan kepada seluruh
anggota satuan.
(2) Memahami hukum humaniter dan HAM serta
mampu mengintegrasikannya dalam latihan di
satuannya.
(3) Memahami tugas-tugas Satuan Tugas yang
akan diganti dan pola penugasannya serta mampu
menyiapkan Satuannya.
(4) Memahami situasi akhir keadaan daerah rawan
Aceh dan Susunan Bertempur Musuh (SBM) yang
dihadapi serta mampu menjelaskan kepada
satuanya.
(5) Menguasai teknik bertempur dasar perorangan
dan menembak dalam Operasi Lawan Gerilya serta
mampu melatih satuannya.
(6) Menguasai teknik dan taktik Operasi Lawan
Gerilya serta mampu melatih satuannya dan
menerapkannya di lapangan.
(7) Menguasai teknik penyelenggaraan latihan
pratugas dan mampu menerapkannya di satuan.

TERBATAS
TERBATAS
52
/ b) Latihan…
b) Latihan di satuan.
(1) memahami berbagai aspek baik latar belakang
sejarah, adat istiadat dan budaya, sosiologi dan
antropologi maupun bahasa Aceh serta
mengaktualisasikannya dalam sikap dan tingkah laku
anggota Satgas.
(2) Memahami hukum humaniter dan HAM serta
mampu menerapkannya dalam sikap dan tingkah laku
di lapangan. Memahami tugas – tugas jabatannya
dalam satuan tugas dan mampu melaksanakannya
dengan baik.
(3) Memahami situasi terakhir dari keadaan daerah
rawan Aceh dan Susunan Bertempur Musuh.
(4) Mampu melaksanakan teknik pertempuran
dasar perorangan dan mampu menembak didalam
Operasi Lawan Gerilya.

c) Latihan dipusatkan.
(1) Seluruh anggota satuan baik perorangan
maupun dalam hubungan satuan mampu menerapkan
sikap dan tingkah laku yang memahami dengan betul
kondisi dari masyarakat Aceh.
(2) Seluruh anggota satuan baik perorangan
maupun dalam hubungan satuan mampu menerapkan
hukum humaniter dan HAM di dalam pelaksanaan
tugas-tugasnya.
(3) Seluruh anggota satuan mampu melaksanakan
tugas-tugas masing-masing jabatannya dalam satuan
penugasan.

TERBATAS
TERBATAS
53
/ (4) Mampu…
(4) Mampu didalam menerapkan tehnik
pertempuran dasar perorangan dan melaksanakan
menembak dalam operasi lawan gerilya.
(5) Seluruh anggota satuan mampu menerapkan
teknik dan taktik satuan dalam operasi lawan gerilya.

2) Pentahapan latihan. Tahap – tahap pelaksanaan latihan


meliputi latihan kader, latihan satuan dan latihan dipusatkan.

a) Tahap – I. Adalah latihan pratugas untuk para


kader yang dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan para unsur pimpinan agar memahami kondisi
daerah operasi Aceh berserta lingkungannya, memahami
dan mampu melaksanakan taktik dan tehnik Operasi Lawan
Gerilya,memahami dan mampu mengaplikasikan hukum
humaniter/HAM dalam penugasan operasi serta mampu
menyelenggarakan latihan satuan, Pelaksanaan latihan kader
diatur sebagai berikut :

(1) Peninjauan daerah Operasi. Kegiatan pertama


yang dilakukan dalam latihan kader ini adalah
peninjauan ke daerah operasi, khususnya ke daerah
dimana satuan tersebut akan
ditugaskan/menggantikan satuan yang telah ada,
dengan peninjauan diharapkan Komandan Satuan
tugas akan memahami semua hal yang berkaitan
dengan daerah operasi,lama peninjauan selama 1
minggu.

TERBATAS
TERBATAS
54
/ (2) Latihan…
(2) Latihan lanjutan. Latihan ini dilaksanakan
dalam rangka membekali pengetahuan dan
keterampilan para kader ( pelatih Satuan) yang
nantinya akan melatih satuan masing – masing dalam
rangka penugasan operasi di Aceh, dengan latihan ini
maka visi dan persepsi para pelatih tentang materi
yang akan dilatihkan di satuan menjadi sama,
latihan ini dilaksanakkan secara terpusat selama 6
( enam ) minggu di Cipatat Pusdikif.

b) Tahap – II. Adalah latihan pratugas di satuan yang


dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan kemampuan
perorangan yang didukung kemampuan tehnis dan taktis
operasi lawan gerilya serta melatih satuan agar menjadi satu
team work yang solid,waktu yang diperlukan untuk latihan
ini dilaksanakan selama 14 (empat belas) minggu,
Penanggung jawab latihan adalah Kodam/kotama yang
dilaksanakan dengan asistensi tehnis, taktik dan tehnik
penyelenggaraan latihan dari Komando Latihan pratugas,
latihan dilaksanakan di satuan masing–masing satuan
dengan supervise dan asistensi dari Rindam masing –
masing kotama selama 14 minggu.

c) Tahap – III. Adalah latihan pratugas yang


dilaksanakan secara terpusat dengan tujuan untuk melatih
satuan tugas operasi beserta seluruh unsur – unsurnya agar
mampu melaksanakan tugas–tugasnya di daerah operasi,
pada tahap ini dilaksanakan secara aplikatif penugasan
operasi ( berganda).

TERBATAS
TERBATAS
55
/ 19.Peningkatan…
19. Peningkatan Peran dan Inisiatif Unsur Pimpinan.

a. Inisiatif dan kreatifitas unsur pimpinan. Untuk menjawab


semua kekurangan dalam penyiapan pelaksanaan tugas sebagai pasukan
kerangka maka diperlukan inisiatif dan kreatifitas unsur pimpinan guna
mengoptimalkan peran satuan dihadapkan kepada tantangan tugas
tersebut sehingga didapat suatu hasil yang optimal dalam rangka
pelaksanaan tugas di NAD.

b. Meningkatkan peran Yonif dalam pembinaan teritorial.


Batalyon Infanteri yang akan melaksanakan tugas sebagai satuan
kerangka secara langsung akan berhadapan dengan masyarakat dalam
rangka melaksanakan pembinaan teritorial terbatas dengan tujuan untuk
memperbesar hasil diwilayah penugasannya sesuai dengan tugas pokok
satuan kerangka,maka untuk mencapai keberhasilan tugas tersebut perlu
ketauladanan.

c. Meningkatkan peran serta komponen masyarakat di


masing-masing daerah binaannya. Sebagai sosok panutan bagi
masyarakat, maka ulama mempunyai peran yang sangat besar dalam
melaksanakan ajaran agama islam, maka perlu adanya pemberdayaan
para ulama dengan mengedepankan perannya, dan keamanan para ulama
tersebut mendapat perlindungan dari satuan kerangka di wilayah, serta
Komponen masyarakat lain yang keberadaannya cukup memberikan
kontribusi pada pelaksanaan tugas satuan kerangka.

TERBATAS
TERBATAS
56
/ BAB-VI …
BAB - VI
OPTIMALISASI PERAN BATALYON INFANTERI
SEBAGAI PASUKAN KERANGKA

20. Umum. Dalam rangka menyiapkan Batalyon Infanteri untuk


melaksanakan tugas operasi maka perlu dilaksanakan proses secara bertahap
yang berhubungan dengan penyiapan personel, sarana prasarana untuk
mendukung pencapaian tugas pokok serta tingkat latihan dihadapkan kepada
perkembangan situasi didaerah setempat (orientasinya kepada daerah
penugasan), kondisi dan karakteristik daerah penugasan (dalam hal ini adalah
propinsi NAD), demikian pula halnya Batalyon Infanteri yang sudah diarahkan
untuk melaksanakan tugas sebagai pasukan kerangka, secara khusus tentunya
harus mendapat latihan-latihan khusus yang berhubungan dengan kegiatan
masyarakat sesuai kultur budaya, adat istiadat masyarakat setempat maupun
kemampuan perorangan yang berhubungan dengan moral etika sebagai prajurit
Sapta Marga, karena pada hakekatnya tugas pokok pasukan kerangka identik
dengan melaksanakan tugas pembinaan kepada masyarakat yang masih berada
dibawah pengaruh lawan (dalam hal ini pembrontak GAM). Disamping hal-hal
tersebut diatas Batalyon Infanteri yang memiliki kemampuan dasar sebagai
pasukan tempur dengan spesifikasi kemampuan untuk melaksanakan
pertempuran jarak dekat sampai dengan perkelahian perorangan dan
kemampuan jelajah medan, maka tugas-tugas Batalyon Infanteri sebagai
pasukan kerangka tentunya akan lebih berat dari kemampuan dasar yang
dimiliki, dengan demikian diperlukan perumusan yang tepat untuk menyiapkan
satuan tersebut agar mampu melaksanakan tugasnya secara optimal sebagai
pasukan kerangka, adapun tinjauannya adalah dari unsur tujuan, sasaran,
subyek, obyek, metode, sarana dan prasarana serta upaya yang dilaksanakan.

TERBATAS
TERBATAS
57

/ 21. Tujuan…
21. Tujuan. Mengevaluasi secara bersama tentang pelaksanaan tugas
Batalyon Infanteri sebagai pasukan kerangka yang dilaksanakan selama ini di
propinsi NAD, sehingga dapat diketahui oleh pimpinan tentang pendayagunaan
tugasnya di daerah operasi dan kemudian disempurnakan untuk dioptimalkan
pada tugas-tugas mendatang dalam kerangka tugas yang sama.

22. Sasaran.

a. Menyusun organisasi penugasan Batalyon Infanteri sebagai


pasukan kerangka disesuaikan kepentingannya dengan daerah operasi
agar pelaksanaan tugas dapat dilaksanakan secara optimal.

b. Memberikan bekal latihan dan bekal kemampuan secara khusus


dihadapkan kepada karateristik daerah operasi yang dituju sesuai dengan
kultur budaya daerah setempat dan unsur-unsur lain yang mendukung
optimalisasi pelaksanaan tugas.

c. Memberikan dukungan alat perlengkapan satuan maupun


perorangan yang fleksibel/kenyal untuk memperbesar hasil pelaksanaan
tugas.

d. Mampu mengamankan dan mempertahankan Basis Operasi yang


diduduki sehingga dalam pelaksanaan operasi selanjutnya menggunakan
BOD sebagai titik kuat untuk mengembangkan wilayah operasi
selanjutnya.

TERBATAS
TERBATAS
58
/ e. Mampu…
e. Mampu melaksanakan pengamanan dan pembersihan daerah yang
telah dikuasai sehingga pada daerah yang telah dikuasai tersebut akan
memberikan rasa aman pada masyarakat dan dapat dijadikan sebagai
contoh pada daerah lain.

f. Mampu melaksanakan pengepungan dan Penggeledahan


rumah,dalam Operasi ini prajurit betul-betul diuji untuk penguasaan taktik
dan pemahaman tentang hukum perang dan HAM karena,apabila terdapat
kesalahan memilih sasaran tembak maka masyarakat yang tidak berdosa
akan menjadi korban.

23. Subyek. Dalam pelaksanaan optimalisasi tugas Batalyon Infanteri


sebagai Pasukan kerangka, maka yang menjadi Subyek pada lingkup makro
adalah Panglima TNI merumuskan dan menentukan kebijakan dan strategi
penggunaan kekuatan TNI dalam melakukan Operasi dan Kepala Staf TNI AD
menyiapkan pembinaan satuan sebelum satuan tersebut disiapkan untuk
pelaksanaan tugas operasi, sedangkan untuk lingkup mikro adalah Komandan
Komando Pendidikan dan Latihan (Dankodiklat), dan Panglima Komando Daerah
Militer (Pangdam).

24. Obyek. Dalam pelaksanaan optimalisasi tugas Batalyon Infanteri


sebagai Pasukan kerangka maka yang menjadi obyek adalah para Komandan
Batalyon Infanteri ( Danyonif ).

25. Metoda.

a. Edukatif. Suatu metode peningkatan kemampuan melalui


pendidikan tambahan yang dilaksanakan dalam satuan yaitu pada prajurit
yang mempunyai tugas-tugas khusus antara lain adalah Prajurit –

TERBATAS
TERBATAS
59
/ kesehatan…
kesehatan, mengingat kemampuan personil kesehatan yang sangat
terbatas dihadapkan dengan rencana penempatan pos-pos satuan
kerangka yang cukup banyak sementara tenaga kesehatan tidak
mencukupi maka perlu dididik tenaga kesehatan yang bisa menangani
kesehatan pada pertolongan pertama apabila ada yang sakit maupun
korban dalam pertempuran, sehingga dengan kursus kilat tersebut maka
tiap pos-pos satuan kerangka memiliki tenaga kesehatan.

b. Diskusi. Suatu metode pemecahan masalah yang dilakukan


oleh Komandan Pos dan anggotanya dalam menangani permasalahan
didaerah yang menjadi tanggung jawabnya sehingga dalam mengatasi
permasalahan akan didapatkan keselarasan dan kesepakatan serta
didapatkan suatu kebersamaan dan kerukunan dalam pos itu sendiri.

c. Latihan. Metode latihan ini digunakan dalam rangka


meningkatkan kemampuan personil guna mendukung pelaksanaan tugas.
Pelaksanaan latihan di satuan sudah diatur sesuai kalender latihan yang
telah ditentukan oleh satuan atas secara bertahap, bertingkat dan
berlanjut.

d. Pembinaan. Metode ini sangat penting dilaksanakan oleh


satuan, mengingat personel dan materiil satuan dalam melaksanakan
tugasnya akan menghadapi kendala-kendala di lapangan yang dapat
mengganggu konsentrasi dalam pencapaian tugas pokok. Untuk itu
pelaksanaan pembinaan mental untuk personil sangat penting sekali
dilaksanakan mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah agar tugas
yang dilaksanakan tidak akan terpengaruh dengan hal-hal yang dapat
membawa ke arah negatif.

TERBATAS
TERBATAS
60
/ 25. Sarana…
26. Sarana dan prasarana. Untuk mendukung peningkatan kemampuan
satuan maka sarana dan prasarana yang dibutuhkan adalah :
a. Buku Petunjuk Lapangan tentang Batalyon Infanteri dalam
Operasi. Buku ini sebagai pedoman bagi penyusunan tugas dan
tanggung jawab Para pejabat di Batalyon Infanteri serta personil dan
materiil dan berisi pula pola operasi Batalyon Infanteri.

b. Buku Petunjuk tentang penyelenggaraan Latihan Pra Tugas


untuk penugasan Operasi di daerah rawan Aceh. Merupakan buku
petunjuk Penggunaan satuan dan Pokok-pokok penyelenggaraan latihan
satuan.

27. Upaya. Sebagai upayanya adalah memperbesar dan memanfaatkan


kekuatan serta peluang yang telah ada dan mempersempit, menghambat, serta
mengatasi ataupun memperkecil kelemahan maupun kendala yang ada. Cara
ini dapat dilakukan melalui upaya sebagai berikut :

a. Latihan.
1) Latihan Pratugas yang dilaksanakan dengan
materi yang sudah ditetapkan oleh Kodiklat namun belum
seluruhnya menyentuh berbagai aspek pelaksanaan tugas
dilapangan, dimana latihan - latihan tersebut diberikan hanya
sebatas taktik bertempur bagi seorang prajurit Infanteri namun
sebagai prajurit di Batalyon Infanteri sebagai satuan kerangka
belum ada latihan secara khusus yang berkaitan dengan tugas
sebagai Batalyon kerangka tersebut sehingga perlu adanya suatu
rancangan latihan khusus yang dilaksanakan disela-sela latihan
pada latihan pra tugas tahap I dan Tahap II yang telah ditetapkan
oleh Kodiklat, dengan kondisi prajurit yang tersebar di masing-
masing satuan (sebelum pelaksanaan latihan tahap ke III yang
dilaksanakan secara terpusat)

TERBATAS
TERBATAS
61
/ maka…
maka perlu suatu pengembangan dari Komandan Satuan untuk
melatihkan prajuritnya tersebut pada latihan-latihan yang
diaplikasikan dengan kondisi sesungguhnya dilapangan yang telah
dirancang berdasarkan pengalaman didaerah dimana satuan
tersebut nantinya ditempatkan. Beberapa materi yang perlu
diberikan meliputi :
a) Cara bercocok tanam padi atau
berladang dengan menggunakan alat tradisional
seperti : Bajak dengan Sapi/Kerbau dll.
b) Bengkel Mobil,Motor maupun sepeda.
c) Kerajinan tradisional.
d) Tukang kayu dan batu.
Dan kegiatan lain yang berkaitan dengan kondisi
masyarakat di Nanggroe Aceh Darusalam.

2) Pemberangkatan Suatu satuan yang akan


melaksanakan Tugas ke daerah operasi salah satunya adalah
tergantung pada kemampuan angkutan baik angkutan Udara
maupun angkutan laut sehingga sulit dipastikan
pemberangkatannya,berdasarkan pengalaman bahwa ada waktu
hampir 7 s/d 14 hari waktu tunggu pemberangkatan tugas ke
daerah operasi setelah pelaksanaan latihan pratugas tahap ke III,
sehingga komandan satuan harus betul-betul dapat memanfaatkan
tenggang waktu yang ada, antara akhir pelaksanaan Pratugas
tahap III sampai dengan waktu pemberangkatan tugas untuk diisi
dengan kegiatan yang menunjang keberhasilan tugas melalui
pemantapan dan penam-bahan materi latihan yang tidak terdapat
dalam latihan Pratugas tetapi diperlukan di daerah operasi, contoh
Tehnik sweping dll.

TERBATAS
TERBATAS
62
/ 3) Perlu …
3) Perlu dilaksanakan kembali tentang peninjauan
lapangan di daerah operasi bagi Komandan Batalyon dan para
Komandan Kompi serta Perwira staf Operasi, sehingga Komandan
Batalyon dan Komandan Kompi serta Perwira staf operasi dapat
merancang suatu tehnik latihan dalam satuan dengan kondisi
yang nyata dilapangan.

b. Personil.

1) Memelihara Moril dan disiplin. Keberhasilan suatu tugas


sangat tergantung pada moril dan disiplin Prajurit, prajurit tidak
akan bekerja dengan optimal apabila banyak sekali tekanan dan
beban yang di embannya, upaya untuk selalu menjaga dan
memelihara disiplin dan moril anggota ini lebih fokus dilakukan
oleh para Komandan,baik Komandan Batalyon maupun Komandan
bawahan lainnya, upaya yang diperhatikan dalam menjaga agar
moril dan disiplin anggota tetap terjaga dengan baik antara lain
adalah :

a) Kepemimpinan Komandan satuan dan unsur pimpinan


lapangan lainnya. Faktor kepemimpinan Komandan satuan
dan unsur pimpinan dilapangan sangat berpengaruh pada
kondisi moril dan disiplin Prajurit sehingga Komandan satuan
dan unsur pimpinan lapangan lainnya sangat dominan
untuk mendorong agar dapat melaksanakan Tugas Pokok
yang diberikan kepada satuan tersebut. Sikap yang harus
diambil oleh Komandan Satuan dan Pimpinan lapangan
lainnya adalah :

TERBATAS
TERBATAS
63
/ (1) Mampu…
(1) Mampu memberikan contoh dan tauladan
dalam sikap keseharian serta keseriusan Komandan
satuan dan Pimpinan lapangan lainya tentang segala
hal.
(2) Bersikap Bijak dan tegas dalam mengambil
keputusan dan tidak ada istilah anak emas dalam
menangani pelanggaran prajuritnya.
(3) Memiliki kemampuan untuk mendorong dan
memotivasi anggotanya dalam situasi dimana anggota
mengalami kejenuhan maupun beban yang dihadapi
akibat pelaksanaan tugas operasi dengan hal-hal
sebagai berikut :

(a) Kepedulian terhadap anggota dalam


situasi yang bagaimanapun yang dihadapi oleh
anggota.
(b) Datangi semua Pos-pos anggota secara
rutin dan ajak mereka untuk mengobrol
santai,hilangkan kesan seorang Komandan.
(c) Peka terhadap setiap perkembangan
situasi yang terjadi terhadap lingkungan yang
menjadi tanggung jawabnya serta peka
terhadap situasi yang dihadapi oleh anggota.

(4) Memiliki Profesionalisme keprajuritan dengan


mengaplikasikan semua kemampuan yang dimilikinya
antara lain :

TERBATAS
TERBATAS
64
/ (a) Mampu…
(a) Mampu mengembangkan kemampuan
prajurit dilapangan sesuai dengan kebutuhan
tugas yang dihadapi dilapangan.
(b) Mahir dalam soal taktis dan tehnis
kemiliteran yang bisa dikembangkan sehingga
dapat mudah dikerjakan oleh anggota.
(c) Selalu bertindak sesuai norma yang ada
demi tercapainya Tugas pokok Satuan.

(5) Mampu menyelesaikan semua masalah yang


ada baik di Medan Operasi maupun di Home Base.

2) Memperhatikan Moril Prajurit. Banyak upaya yang dapat


dilaksanakan oleh semua unsur Pimpinan dalam menjaga dan
memelihara moril prajuritnya, semua tergantung pada kemauan
dan kreativitas seorang Komandan satuan dan Pimpinan dilapangan
lainnya, Upaya yang dilaksanakan antara lain :

a) Memberikan Penghargaan bagi Pos-Pos yang berhasil


mendapatkan senjata baik Senjata yang standart maupun
yang rakitan, baik laras panjang maupun laras pendek
dengan indek hadiah yang bervariasi tergantung pada
senjata yang didapatkan serta mendapat GAM, baik Tokoh
maupun anggota GAM biasa, baik mati maupun hidup.
b) Memberikan ucapan selamat ulang tahun bagi prajurit
yang sedang ulang tahun, kalau jarak terjangkau berikan
ucapan langsung pada yang bersangkutan,termasuk jika
istrinya sedang melahirkan bayi, hal ini merupakan suatu
kebanggaan yang tidak terhingga bagi prajurit yang
bersangkutan.

TERBATAS
TERBATAS
65
/ c) Membantu…
c) Membantu dana bagi prajurit yang dalam tugas
mendapat musibah keluarganya meninggal dunia (sesuai
dengan ketentuan yang berlaku ) berupa dana untuk
kembali ke Home Base.
d) Melakukan perpindahan Pos atau Rotasi bagi prajurit
untuk menghilangkan kejenuhan dan mengurangi terjadinya
pelanggaran anggota akibat telah dikuasainya wilayah
tersebut serta memberikan pengalaman yang lebih lengkap
disemua sektor wilayah tanggung jawab satuan tersebut.
e) Memberikan penghargaan bagi Pos-pos yang dinilai
berhasil baik dan mendapat kepercayaan masyarakat
terhadap pos tersebut maupun banyaknya senjata dan GAM
khususnya bagi GAM yang menyerah baik membawa senjata
maupun tidak.
f) Memberikan hiburan dan makan bersama dengan
cara mengundang perwakilan tiap-tiap Pos yang dikoordinir
oleh Danki dalam pergeserannya menuju ke KOTIS sebagai
tempat hiburan dan makan bersama, dengan
mengedepankan faktor keamanan dan situasi yang
memungkinkan.

3) Komposisi Personil. Pemahaman tentang pelanggaran HAM


dan pelanggaran lain tentunya diperlukan semua prajurit
dilapangan, dalam kondisi tertentu selama rentang waktu
pelaksanaan tugas operasi perlu selalu adanya penyegaran tentang
pengetahuan hukum yang betul-betul dimengerti oleh seluruh
prajurit,upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu -

TERBATAS
TERBATAS
66
/ adanya…
adanya penambahan jabatan Perwira Penasehat hukum sebagai
Perwira Staf Khusus Komandan Batalyon,Jabatan Perwira
Penasehat hukum dijabat oleh seorang Perwira Hukum yang dalam
pelaksanaanya dibentuk saat satuan berangkat ke daerah operasi

4) Tehnik Perekrutan. Secara Kualitas dan kuantitas personil di


Batalyon Infanteri tidak pernah terpenuhi kekuatan 100 %
sehingga dalam pelaksanaann tugas sering mengalami kekurangan
personil sehingga untuk pemenuhan personil Satuan Tugas
Batalyon Infanteri sebagai Satuan kerangka sering kekurangan
sehingga harus merekrut dari satuan-satuan lain dalam satu
Kotama,dalam perekrutan tersebut terkadang terkesan asal dapat
memenuhi, upaya perekrutan personil untuk melaksanakan tugas
antara lain :

a) Status kesehatan Maksimal II.

b) Nilai Kesemaptaan diatas 61.

c) Tidak bermasalah, baik dalam dinas maupun

keluarga.

d) Minimal 10 bulan di Home Base, setelah sebelumnya

melaksanakan Tugas didaerah operasi.

c. Materiil. Bahwa di daerah Operasi Nanggroe Aceh darusalam


mempunyai medan yang terdiri dari Rawa, Sungai-sungai yang lebar serta
pegunungan,dihadapkan dengan materiil yang ada sesuai dengan alokasi
Komando atas maka perlu upaya penambahan beberapa item materiil
dihadapkan dengan medan operasi antara lain :

TERBATAS
TERBATAS
67
/ 1) Tali …
1) Tali tubuh untuk masing-masing prajurit.
2) Perahu bagi Pos-pos yang kedudukannya harus
menyeberangi sungai dalam pelaksanaan tugasnya.
3) Alat penjernih air yang bertehnologi modern.

d. Upaya lain untuk meningkatkan keberhasilan tugas


Operasi. Suatu kebanggaan yang tidak bisa diukur dengan materi
apabila Satuan berhasil dalam melaksanakan tugas didaerah Operasi,
untuk mendapat hasil yang maksimal sesuai dengan prosedur yang
digariskan oleh pimpinan maka perlu upaya-upaya lain yang harus
dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1) Pembuatan Konsep tugas yang akan dihadapi. Agar


pelaksanaan tugas dapat terlaksana dengan benar dan terarah
maka diperlukan adanya upaya dari unsur Pimpinan disatuan untuk
membuat konsep suatu tugas didaerah operasi dengan jelas,
Konsep tersebut dapat mengacu dan diambil dari visi TNI-AD yaitu
“TNI-AD adalah tentara yang solid, Profesional, tangguh,
berwawasan kebangsaan dan dicintai rakyat” Maka untuk Batalyon
Infanteri sebagai satuan kerangka mempunyai visi yaitu “Satuan
Tugas Batalyon Infanteri sebagai Batalyon kerangka mampu
melaksanakan tugas secara Profesional, berhasil, selamat dan
dicintai masyarakat”. Ada beberapa contoh missi dalam
menjabarkan Tugas pokok antara lain :

a) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Melaksanakan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-
masing, khusus bagi yang muslim agar pelaksanakan kegiatan
agama dapat dilakukan dengan masyarakat -

TERBATAS
TERBATAS
68
/ sekitarnya…
sekitarnya sehingga menambah kebersamaan dengan
masyarakat disekelilingnya, serta mengawali kegiatan
dengan berdo’a.
b) Selalu menjalin hubungan yang harmonis dengan
seluruh prajurit serta mempunyai ikatan batin dan jiwa korsa
yang sehat dalam satuannya. Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan cara :

(1) Makan malam bersama.


(2) Melaksanakan apel pagi untuk mulai bekerja.
(3) Kegiatan ibadah secara bersama-sama.
(4) Menerima pengarahan dari Komandan.

c) Pelanggaran yang dilakukan oleh anggota adalah


merupakan suatu resiko satuan sehingga Komandan Satuan
bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut.
d) Orientasi kegiatan tugas pada tugas pokok satuan
bukan untuk mencari kekayaan pribadi.

2) Memupuk rasa cinta dan kerja sama satuan


melalui pengenalan sejarah Batalyon, tradisi satuan dan hal-hal lain
yang dapat meningkatkan kebanggan satuan serta jiwa korsa yang
kuat, karena personil yang masuk dalam komposisi organisasi
penugasan berasal dari beberapa satuan yang berbeda.

3) Melaksanakan propaganda dengan menyebar


brosur dan pamplet berupa himbauan tentang tata cara
menyerahkan diri bagi PS GAM ke Pos-pos TNI agar terjamin
keamanannya, dan -

TERBATAS
TERBATAS
69

/ membatasi…
membatasi kegiatan LSM/NGO di daerah yang bertujuan mencari
keuntungan dan kepentingan pribadi sehingga akan terbentuk opini
ditengah-tengah masyarakat bahwa TNI benar-benar akan
menciptakan situasi yang aman dan damai.
4) Membatasi kegiatan pemberitaan dari media
cetak dan elektronik di daerah tanggung jawab satuan kerangka
yang dapat merugikan TNI secara sepihak maka perlu pembatasan
bagi media cetak dan elektronika dalam mencari berita agar
sumbernya betul-betul dari pihak yang bertanggung jawab
porsinya.

e. Inisiatif dan kreatifitas unsur pimpinan. Dalam rangka


menjawab kekurangan Insiatif dan kreatif unsur Pimpinan maka upaya-
upaya yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut

1) Memberikan pembekalan kepada selurah anggota tentang


pengenalan sejarah peradapan Aceh yang meliputi unsur Geografi,
Demografi dan Kondisi Sosial yang lebih khusus lagi tentang adat
istiadat, agama, budaya, bahasa dan suku serta hal-hal yang lain
yang berkaitan dengan masyarakat Aceh, sehingga seluruh personil
memahami tentang tugas pokok yang akan dilaksanakan sebagai
Pasukan kerangka, karena dalam kesehariannya akan selalu
berhadapan dengan masyarakat Aceh.

2) Pengadaan secara swadaya untuk melengkapi materiil yang


tidak terpenuhi dari norma yang diterima dari Komando Atas
khususnya alat Komunikasi, karena alat komunikasi harus fleksibel

TERBATAS
TERBATAS
70
sesuai dengan gelar pasukan untuk mendukung pelaksanaan tugas
pokok.

/ 3) Penyusunan…
3) Penyusunan personil diutamakan pada keseimbangan
kuantitas dan kualitas sehingga masing-masing unsur satuan
bawahan memiliki kemampuan yang sama.

4) Penyiapan sarana kontak dari pangkalan untuk mendukung


pelaksanaan tugas, sarana kontak diperoleh dari pengadaan satuan
sendiri, bantuan Komando Atas maupun dari satuan wilayah yang
bersimpati mendukung tugas yang akan dilaksanakan oleh Batalyon
Infanteri dan bermanfaat bagi masyarakat Aceh yang memerlukan.

f. Meningkatkan peran Yonif dalam pembinaan teritorial.

Baik-baik dengan rakyat adalah salah satu kunci keberhasilan


Satuan Tugas Batalyon Infanteri sebagai Satuan kerangka, upaya yang
dapat dilaksanakan dalam meningkatkan peran Pembinaan Teritorial
adalah :

1) Ketauladanan. Bekerjasama dengan unsur Komando


kewilayahan setempat untuk menegakkan dan menciptakan situasi
yang kondusif dalam bidang keamanan sehingga akan
mendapatkan dukungan yang positif dari masyarakat secara umum
dan khususnya dari Front perlawanan rakyat terhadap
pemberontak GAM, adapun upaya ketauladanan tersebut dapat
dilakukan sebagai berikut :

a) Ronda bersama.

TERBATAS
TERBATAS
71
b) Patroli kampung.

/ c) Latihan…
c) Latihan pukul kentongan (Alarm) tanda bahaya/PS
GAM masuk kampong.
d) Silahturahmi dan anjang sana.
e) Berperilaku sesuai dengan norma etika keprajuritan.

2) Melaksanakan Bhakti TNI. Bekerja sama dengan unsur


terkait diwilayah khususnya Komando kewilyahan dan pemerintah
daerah serta melibatkan masyarakat sebagai wujud kebersamaan,
melaksanakan bhakti TNI secara phisik terutama merehabilitasi
prasarana umum yang menjadi kebutuhan masyarakat yang
dirusak oleh PS GAM dan melaksanakan kegiatan non fisik tanpa
mengabaikan aspek kewaspadaan dan kesiap siagaan dari
gangguan PS GAM diwujudkan melalui kegiatan :

a) Perbaikan dan pembangunan gedung sekolahan.


b) Perbaikan dan pembangunan prasarana jalan dan
jembatan.
c) Melaksanakan pengobatan massal.
d) Mengembalikan pengungsi ke pemukiman yang
ditinggalkan oleh masyarakat dan membuka lahan pertanian.
e) Membantu mengajar pada sekolah-sekolah yang
kekurangan guru.
f) Melakukan pembinaan terhadap simpatisan PS GAM
yang telah menyerah untuk memperbesar hasil.
g) Membantu pelaksanaan siskamling di desa-desa.

g. Meningkatkan peran serta komponen masyarakat di


masing-masing daerah binaannya. Suatu kebanggaan dan
kehormatan bagi komponen masyarakat diwilayah tanggung jawab Pos-
pos apabila dilibatkan dalam kegiatan dalam kegiatan-kegiatan sosial

TERBATAS
TERBATAS
72
untuk membantu TNI dalam menciptakan rasa aman di wilayahnya,
kegiatan lain yang dapat menimbulkan dampak positif yang dapat
dilaksanakan oleh Pos-pos TNI adalah dengan upaya:
/ 1) Ulama…
1) Ulama. Sebagai sosok panutan bagi masyarakat, maka
ulama mempunyai peran yang sangat besar dalam melaksanakan
ajaran agama islam, maka perlu adanya pemberdayaan para ulama
dengan mengedepankan perannya,dan keamanan para ulama
tersebut mendapat perlindungan dari satuan kerangka di wilayah,
upaya meningkatkan peran tersebut dilaksanakan bersama-sama
melalui :

a) Dakwah keliling. Dengan didampingi oleh personil


dari pasukan kerangka secara terpadu para ulama
melaksanakan dakwah ke desa-desa yang masih dipengaruhi
oleh PS GAM, disamping dakwah keagamaan maka para
ulama juga mengajak masyarakat untuk ikut menciptakan
situasi yang aman, damai dam sejahtera di provinsi NAD
dalam wadah NKRI, melalui kegitaan ini dengan
memanfaatkan keharmonisan seorang ulama yang menjadi
panutan masyarakat akan berdampak positif dan cukup
efektif untuk mengajak simpatisan PS GAM menyerahkan diri
dan kembali hidup normal ke desa semula.

b) Santri bilhal. Para ulama dihimbau untuk menyebar


para santrinya ke tengah-tengah kehidupan masyarakat
yang masih mengambang, sehingga masyarakat akan dapat
mengembalikan kepercayaan dirinya kepada para ulama,
maka melalui penyebaran ini masyarakat akan mendapatkan
kembali panutan dalam ajaran agama islam dan

TERBATAS
TERBATAS
73
meningkatkan kesadaraannya dalam beragama, berbangsa
dan bernegara dalam wadah NKRI.

/ 2) Komponen….
2) Komponen masyarakat lainnya.

a) Organisasi front Perlawanan Rakyat terhadap PS


GAM. Dengan jumlah yang cukup besar dan tersebar
diseluruh wilayah provinsi NAD sampai dengan tingkat desa,
maka front Perlawanan Rakyat ini dapat diajak untuk bekerja
sama dalam rangka mendukung dan membantu aktivitas TNI
menciptakan situasi yang aman dan bermanfaat untuk
melaksanakan kegiatan temu cepat dan lapor cepat.

b) Kelompok masyarakat seni dan budaya Aceh.


Kelompok ini perlu dihidupkan kembali sehingga dapat
dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah
dan ajakan kepada masyarakat melalui kegiatan seni untuk
menjaga dan menciptakan keamanan dan kedamaian serta
memupuk kebersamaan sesama masyarakat Indonesia.

TERBATAS
TERBATAS
74

/ BAB VII…
BAB VII
PENUTUP

28. Kesimpulan. Dari uraian penulisan ini dapat disimpulkan hal-hal


sebagai berikut :

a. NKRI merupakan harga mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi


sehingga apabila ada sekelompok oknum bangsa Indonesia yang
berusaha untuk memisahkan daerah dari kedaulatan NKRI maka akan
berhadapan dengan seluruh komponen bangsa Indonesia dan kegiatan
atau usaha tersebut tergolong kategori pemberontakkan maka hukumnya
harus ditumpas sampai akar-akarnya dengan mengerahkan kekuatan TNI.
Kelompok oknum bangsa Indonesia yang saat ini sedang melakukan
upaya pemberontaka adalah pemberontakan adalah pemberontak
separatis Gerakan Aceh Merdeka ( PS GAM ).Penumpasan PS GAM
melibatkan seluruh unsure komponen bangsa,dengan mengedapankan
TNI untuk melaksanakan Operasi pemulihan keamanan.
TNI membentuk satuan-satuan tugas dari unsur Angkatan Darat,
Angkatan Laut dan Angkatan udara,khusus untuk Angkatan Darat sebagai
ujung tombak dilapangan adalah Batalyon infanteri pemukul dan Raiders
dengan sasaran melumpuhkan dan menghancurkan tokoh-tokoh PS GAM
serta kekuatan bersenjatanya kemudian Batalyon Infanteri sebagai satuan
kerangka melaksanakan pembinaan diwilayah, mengajak dan
mempengaruhi masyarakat agar tidak mendukung kegiatan PS GAM dan

TERBATAS
TERBATAS
75
lepas dari pengaruh PS GAM guna memperbesar hasil pelaksanaan tugas
satuan pemukul.

/ b. Peran…
b. Peran Batalyon Infanteri sebagai satuan kerangka sangat
menentukan keberhasilan dan penyelesaian pelaksanaan tugas pokok TNI
dalam penumpasan pemberontakan yang dilakukan oleh PS GAM, maka
untuk mencapai keinginan yang diharapkan diperlukan adanya
optimalisasi peran Batalyon Infanteri dalam pelaksanaan tugas sebagai
pasukan kerangka melalui upaya-upaya komandan satuan dan seluruh
unsur pimpinan dihadapkan dengan situasi tugas di lapangan.

29. Saran. Adapun hal-hal yang perlu disarankan adalah sebagai berikut

a. Pembentukan organisasi penugasan agar dipenuhi dari awal,


minimal mulai dari pelaksanaan Pratugas Tahap I, sehingga kerja sama
Tim dan satuan sudah terbentuk dari awal pembentukan organisasi
penugasan dan personil penugasan hendaknya disiapkan secara selektif,
professional dan proporsional dengan tidak menempatkan personil-
personil yang secara mental dan tinjauan moril sudah tidak layak untuk
melaksanakan tugas tempur serta penambahan jabatan untuk Perwira
penasehat Hukum dalam satuan tugas Batalyon Infanteri sebagai Pasukan
kerangka.

b. Pembekalan materi latihan hendaknya disesuaikan dengan tugas


yang akan dihadapi, untuk Batalyon Infanteri kerangka perlu ditambahkan
materi ketrampilan kerja untuk dikembangkan di daerah penugasan
sehingga bisa dimanfaatkan dalam rangka membina masyarakat untuk

TERBATAS
TERBATAS
76
membuka lapangan pekerjaan sesuai dengan keterampilan yang
diberikan.

/ c. Penambahan…
c. Penambahan Materiil yang diperlukan,dalam rangka menunjang
tugas pokok antara lain.

1) Tali tubuh untuk masing-masing prajurit.


2) Perahu/rakit diperuntukkan bagi pos-pos yang kedudukannya
harus menyeberangi sungai dalam melaksanakan tugas.
3) Penjernih air yang berteknologi modern.

Bandung, - Oktober - 2005

Penulis

GAGUK ANANG W
LETKOL INF NRP 32325

TERBATAS
TERBATAS
77

TERBATAS
TERBATAS
78

TERBATAS
TERBATAS
79

TERBATAS
TERBATAS
80

TERBATAS
TERBATAS
81

TERBATAS
TERBATAS
82

TERBATAS
TERBATAS
83

TERBATAS
TERBATAS
84

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai