Anda di halaman 1dari 2

Mengenal Torakosintesis, Prosedur Sedot

Cairan di Paru

Prosedur Torakosintesis

Disampaikan oleh dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, terdapat dua tujuan dilakukannya prosedur


sedot cairan paru-paru ini.

“Tujuannya ada dua, bisa untuk keperluan diagnostik dan terapeutik. Misalnya, tujuan diagnostik
dapat digunakan untuk mengambil sampel cairan pleura. Nantinya, cairan tersebut akan diperiksa di
laboratorium,” kata dr. Astrid.

“Sedangkan pada tujuan terapeutik, misalnya digunakan untuk mengurangi jumlah cairan efusi
pleura yang mengganggu pernapasan, menyebabkan sesak, dan napas pendek,” tambahnya.

Dengan mengambil sampel cairan pleura melalui torakosintesis, dokter dapat menganalisis
penyebab terjadinya efusi pleura. Prosedur ini juga membantu dokter dalam menentukan metode
perawatan dan pengobatan terbaik bagi pasien.

Untuk melakukan torakosintesis, dokter terlebih dahulu akan memeriksa lokasi yang tepat untuk
menyedot cairan pleura. Untuk menentukan lokasi penyedotan, dokter dapat melakukan prosedur
ultrasonografi (USG) dada.

USG disebut lebih akurat dalam mengetahui lokasi efusi pleura. Metode ini juga lebih akurat dalam
mengukur jarak dari kulit menuju lokasi menumpuknya cairan. Hal ini berlaku jika dibandingkan
dengan rontgen dada maupun pemeriksaan fisik.

“Setelah diketahui di area mana yang cairannya mau diambil, pasien dalam posisi duduk tegak,
dibius lokal di titik yang akan ditusuk,” kata dr. Astrid.

Posisi duduk tegak membantu dokter mengakses lokasi efusi pleura. Pasien juga akan diminta agar
tetap diam selama prosedur berlangsung.

Hal ini bertujuan agar cairan tidak bergeser saat proses torakosintesis dilakukan.

Selanjutnya, cara penyedotan paru-paru ini dilakukan dengan memasukkan jarum di titik entry untuk
mencapai lokasi cairan.

“Kemudian cairannya disedot. Biasanya digunakan juga bantuan imaging untuk memastikan jarum


posisinya pas di area yang akan dilakukan penyedotan,” jelas dr. Astrid.

Komplikasi Torakosintesis
Prosedur torakosintesis umumnya tidak menyebabkan komplikasi. Namun ketika terjadi komplikasi,
gejala yang timbul biasanya tidak berat dan mudah diobati. Berikut komplikasi yang harus Anda
tahu:

1. Perdarahan
Komplikasi ringan akibat prosedur sedot cairan paru-paru dapat menyebabkan sejumlah gejala,
seperti nyeri, pusing, hingga perdarahan. Dalam kasus yang jarang, perdarahan dapat terjadi di
dalam atau sekitar paru-paru.

2. Infeksi
Risiko sedot cairan di paru-paru lainnya juga dapat menyebabkan komplikasi berupa infeksi. Infeksi
dapat terjadi karena bakteri masuk melalui tusukan jarum.

3. Hati atau Limpa Tertusuk


Tusukan jarum yang tidak tepat bisa menyasar hati maupun limpa. Oleh karena itu, duduk dalam
posisi tegak dan diam sangat penting dilakukan agar dokter atau tenaga medis dapat meminimalkan
risiko ini.

Artikel Lainnya: Perbedaan Penyakit Paru Obstruktif dan Restriktif

4. Pneumotoraks
Prosedur torakosintesis juga dapat menyebabkan Anda mengalami kondisi medis langka
berupa pneumotoraks. Kondisi kolapsnya paru-paru ini dapat terjadi jika jarum yang digunakan
untuk mengambil cairan pleuran menusuk paru-paru.

Umumnya, lubang tusukan jarum ini dapat menutup dengan sendirinya secara cepat. Namun dalam
kondisi tertentu, lubang tersebut enggan tertutup sehingga menyebabkan udara masuk dan
menumpuk di sekitar paru-paru. Akibatnya, paru-paru Anda mengalami kolaps.

5. Edema Paru
Edema paru merupakan kondisi menumpuknya cairan di dalam kantong paru-paru secara
mendadak. Risiko sedot cairan di paru-paru ini dapat menyebabkan Anda mengalami batuk hingga
sesak napas.

Konsultasikan dengan dokter, jika hasil pemeriksaan menunjukkan Anda memiliki efusi pleura. Hal
ini dilakukan guna mengetahui apakah Anda membutuhkan prosedur torakosintesis atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai