Anda di halaman 1dari 42

KELOMPOK 5

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II

“Akuntansi Multinasional : Translasi Laporan Keuangan Entitas Asing”

DOSEN PENGAMPU :
Dr. La Ode Anto, SE, M.Si, Ak, CA
DISUSUN OLEH :

Fiskal B1C119202
Imran B1C119208
Nuracchman Karimu B1C119234
Rahman Adyansyah B1C119237
Riski Tri Amelia B1C119247
Riska S B1C119246
Salsa Dian Anugrah B1C119251
Sukmawati Musdar B1C119256
Putri B1C119236
Wa Ode Sri Hastuti B1C119265
Murniati B1C119223

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya kami
dari Kelompok 2 dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “akuntansi multi nasional:
translasi laporan keuangan entitas asing” Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah akuntansi keuangan lanjutan 2.

Meskipun dalam penyusunan makalah ini kami banyak menemukan hambatan dan
kesulitan, tetapi karena motivasi dan dorongan dari berbagai pihak makalah ini dapat
terselesaikan. Kami menyadari bahwa pada penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu Kami mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang
membaca makalah ini yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Tidak lupa Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas dukungannya sehingga
terwujudnya makalah ini.

Kendari, 27 Juni 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I ..................................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 2
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................................................. 2
1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................................................... 2
1.3 TUJUAN ................................................................................................................................. 3
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 4
2.1 PERBEDAAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI .................................................................... 4
2.2 PENENTUAN MATA UANG FUNGSIONAL ........................................................................ 5
2.3 PENENTUAN MATA UANG FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN DENGAN TINGKAT
INFLASI TINGGI ............................................................................................................................... 7
2.4 TRANSLASI VERSUS PENGUKURAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN ASING ........ 8
2.5 TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN MATA UANG FUNGSIONAL MENJADI MATA
UANG PELAPORAN PERUSAHAAN INDONESIA ....................................................................... 11
2.6 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DARI SELISIH TRANSLASI ................................ 11
2.7 ILUSTRASI TRANSLASI DAN KONSOLIDASI ANAK PERUSAHAAN LUAR NEGERI 12
2.8 KEPEMILIKAN MINORITAS PADA ANAK PERUSAHAAN LUAR NEGERI .................. 27
2.9 PENGUKURAN KEMBALI PEMBUKUAN KE DALAM MATA UANG FUNGSIONAL .. 28
2.10 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DARI KEUNTUNGAN ATAU KERUGIAN
PENGUKURAN KEMBALI ............................................................................................................. 28
2.10.1 Akun-Akun yang Diukur Kembali Menggunakan Kurs Historis ...................................... 29
2.11 INVESTASI LUAR NEGERI DAN ANAK PERUSAHAAN TIDAK DIKONSOLIDASIKAN
31
2.12 LINDUNG NILAI INVESTASI NETO DI ANAK PERUSAHAAN LUAR NEGERI ............ 32
2.13 KEHARUSAN PENGUNGKAPAN ...................................................................................... 33
2.14 PERTIMBANGAN TAMBAHAN DALAM AKUTANSI UNTUK OPERASI ENTITAS
LUAR NEGERI ................................................................................................................................ 34

iii
2.14.1 Kertas kerja konsolidasi untuk Kasus Pengukuran Kembali ............................................ 34
2.14.2 Laporan Arus Kas........................................................................................................... 35
2.15 PENILAIAN PERSEDIAAN NILAI TERENDAH ANTARA BIAYA PEROLEHAN DAN
NILAI PASAR DALAM PENGUKURAN KEMBALI ..................................................................... 35
2.15.1 Transaksi Antarperusahaan ............................................................................................. 36
2.16 TRANSLASI KETIKA MATA UANG KETIGA ADALAH MATA UANG FUNGSIONAL 36
BAB III ................................................................................................................................................. 38
PENUTUP ............................................................................................................................................ 38
3.1 KESIMPULAN ...................................................................................................................... 38

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada saat menyusun laporan keuangan, akuntan harus mempertimbangkan perbedaan
dalam prinsip-prinsip akuntansi dan perbedaan dalam mata uang yang digunakan untuk
mengukur operasi entitas luar negeri. Sebagai contoh, anak perusahaan Indonesia di Inggris
memberikan laporan keuangan ke induk perusahaan yang dinyatakan dalam poundsterling,
menggunakan sistem akuntansi Inggris yang berbeda dengan metode akuntansi dan pengukuran
di Indonesia. Induk perusahaan di Indonesia secara umum harus melakukan langkah-langkah
berikut dalam proses translasi dan konsolidasi anak perusahaan di Inggris tersebut :

1. Menerima laporan keuangan anak perusahaan Inggris yang dilaporkan dalam poundsterling
2. Menyajikan kembali laporan keuangan tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia
3. Mentranslasikan laporan keuangan yang diukur dalam poundsterling menjadi nilai setara
dalam rupiah.Tiap saldo akun entitas luar negeri masing-masing harus ditranslasikan menjadi
nilai setara rupiah sebagai berikut :
Akun yang diukur dalam Nilai tukar yang Akun yang diukur dalam nilai
unit mata uang asing x sesuai x setara rupiah
4. Mengonsolidasi akun-akun anak perusahaan yang telah ditranslasikan , yang sudah diukur
dalam rupiah dengan akun-akun induk perusahaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Mengenali konsep dan transaksi mata uang asing serta perlakuan akuntansi terhadap
transaksi mata uang asing ?
2. Membahas cara mengubah dan menyesuiakan laporan keuangan dengan mata uang
asing kedalam mata uang domestik, serta bagaimana melakukan konsolidasi dari
laporan keuangan perusahaan anak diluar negeri dengan perusahaan induk didalam
negeri dan bagaimana cara mengabungkan kegiatan dari cabang perusahaan diluar
negeri dengan kantor pusatnya didalam negeri ?
3. Apa saja perbedaan dalam prinsip akutansi?
4. Bagaiman penentuan mata uang fungsional?

2
5. Bagaimana menyajikan kembali laporan keuangan entitas asing kedalam rupiah?
6. Bagaimana penyajian laporan keungan dari selisih translasi?
7. Bagaimana cara investasi luar negeri dan anak perusahaan tidak dikonsolidasi?
8. Bagaimana cara penilaian persediaan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai
pasar dalam pengukuran?

1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengenali konsep dan transaksi mata uang asing serta perlakuan akuntansi
terhadap transaksi mata uang asing
2. Untuk mengetahui cara mengubah dan menyesuiakan laporan keuangan dengan mata
uang asing kedalam mata uang domestik, serta bagaimana melakukan konsolidasi
dari laporan keuangan perusahaan anak diluar negeri dengan perusahaan induk
didalam negeri dan bagaimana cara mengabungkan kegiatan dari cabang perusahaan
diluar negeri dengan kantor pusatnya didalam negeri
3. Mengetahui Apa saja perbedaan dalam prinsip akutansi
4. Untuk mengetahui Bagaimana penentuan mata uang fungsional
5. Untuk mengetahui Bagaimana menyajikan kembali laporan keuangan entitas asing
kedalam rupiah
6. Untuk mengetahui Bagaimana penyajian laporan keungan dari selisih translasi
7. Untuk mengetahui Bagaimana cara investasi luar negeri dan anak perusahaan tidak
dikonsolidasi
8. Untuk mengetahui Bagaimana cara penilaian persediaan nilai terendah antara biaya
perolehan dan nilai pasar dalam pengukuran

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERBEDAAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI

Perbedaan dalam prinsip akuntansi karena antara lain :


1. Kondisi Perekonomian suatu Negara
2. Masalah Hukum
3. Pendidikan dan Sistem Politik
4. Perkembangan Teknologi
5. Budaya dan Trandisi
6. Faktor Ekonomi lainnya

Standar pelaporan keuangan yang utama saat ini yang sedang dalam penyusunan oleh
International Accounting Standards Board (IASB). IASB adalah sebuah badan ang memperoleh
mandat untuk menyusun seperangkat standar laporan keuangan internasional dan mendorong
seluruh pihak untuk mengadopsi standar yang berlaku secara internasional tersebut. Ada 14
anggota IASB, 12 diantaranya anggota penuh bekerja secara full time untuk IASB. Susunan
keanggotaanna dengan komposisi sebagai berikut :
5 anggota berdasar latar belakang auditor
3 anggota berdasar latar belakang penyusun laporan keuangan ( dari manajemen)
3 anggota berlatar belakang pengguna laporan keuangan
1 anggota berlatar belakang akademisi
2 anggota lainnya dapat berlatar belakang dari bidang lainnya.

IASB mengumumkan sebuah standar pelaporan yang disebut Standar Pelaporan


Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards- IFRS). Sebelum
terbentknya IASB adalah International Accounting Standards Committe telah menerbitkan
International Accounting Standards (IASs). IASs diterbitkan dari tahun 1973 hingga 2001. IASB
mengadop IAS secara keseluruhan dan sekaligus mengembangkannya yang disebut standar baru
IFRS.IFRS digunakan dibanyak negara di dunia termasuk , sebelum tahun 2005 digunakan oleh
350 perusahaan publik , sedangkan tahun 2005 sebanyak 7.000 perusahaan.

4
Banyak pihak yang berpendapat bahwa jika hanya ada satu set standar akuntansi yang
berlaku secara internasional akan meningkatkan diri investor di ppasar dan meningatkan efisiensi
pasar karena memudahkan investor untuk membandingkan berbagai pilihan investasi di berbagai
negara.
Bentuk pelaporan keuangan yang juga berpengaruh adalah GAAP Amerika Serikat. JIka
dihitung berdasarkan kapitalisasi pasar , GAAP AS telah digunakan lebih dari separuh
perusahaan di dunia ini.
Untuk meminimalisasi perbedaan diantara perbedaan standar di dunia ini, khususnya
antara GAAP dan IFRS, maka pihak FASB terus bekerja sama dengan IASB untuk
meningkatkan standar pelaporan internasional dan "mengonversikan" ke dua set standar tersebut
. Pada bulan September 2002 , FASB menerbitkan " The Norwalk Agreement"dimana baik
FASB maupun IASB sepakat bekerjasama untuk meningkatkan pelaporan keuangan dengan
meminimalisasi perbedaan diantara mereka.Usaha konvergensi ini berfokus pada evaluasi
standar yang telah ada dan mengawasi implementasi standar tersebut saat ini serta standar baru
yang ke dua kelompok itu kembangkan.

2.2 PENENTUAN MATA UANG FUNGSIONAL


Ada dua isu utama yang ditujukan pada laporan keuangan yang ditranslasikan dari mata
uang asing pada rupiah Indonesia, yaitu :
1. Nilai tukar manakah yang harus digunakan untuk mentranslasi nilai mata uang asing
menjadi mata uang domistik ?
2. Bagaimanakah seharusnya perlakuan atas keuntungan atau kerugian tersebut ? .Haruskah
hal itu dimasukkan dalam laba rugi ?

Ada tiga kemungkinan nilai tukar yang digunakan dalam mengkonversi nilai mata uang
asing menjadi rupiah :
1. Nilai Tukar Sekarang merupakan nilai tukar pada akhir hari tanggal neraca
2. Nilai Tukar Historis merupakan nilai tukar yang ada pada saat transaksi awal terjadi
seperti nilai tukar pada saat aset diterima atau kewajiban diakui.
3. Nilai Tukar Rata-rata merupakan nilai tukar rata-rata selama suatu periode.

5
PSAK No.11 tentang Translasi Mata uang asing. (PSAK11) memberikan panduan
khusus untuk mentranslasikan laporan keuangan dari mata uang asing menjadi mata uang rupiah.
Tujuan dari PSAK1 adalah menyajikan hasil yang secara langsung memperlihatkan pengaruh
perubahan ekonomi dari pergerakan nilai tukar. PSAK11 juga menjelaskan tentang pencapaian
keuangan dan hubungannya dalam laporan keuangan dengan mata uang asing melalui translasi.
Sebagai contoh, jika margin bruto pada penjualan positif ketika diukur dalam mata uang asing
maka harus tetap positif ketika penjualan dan harga barang yang dijual ditranslasikan ke dalam
rupiah. PSAK11 mengadopsi mata uang fungsional (functional currency) yang didefenisikan
sebagai "mata uang dari lingkungan ekonomi primer di mana entitas tersebut
beroperasi.Umumnya, mata uang tersebut adalah mata uang dari lingkungan dimana entitas
tersebut terutama menghasilkan dan menerima kas". Mata uang fungsional digunakan untuk
membedakan antara dua jenis kegiatan operasional luar negeri:
1. Kegiatan yang dikelola sendiri dan terintegrasi dengan lingkungan lokal dimana entitas
asing itu beroperasi, dan
2. Kegiatan yang terpisah dari lingkungan lokal dan terintegrasi dengan induknya

Perusahaan Indonesia dapat saja memiliki afiliasi asing di beberapa negara


berbeda.Setiap afiliasi tersebut harus dianalisis untuk menentukan mata uang fungsional masing-
masing.
Indikator-indikator mata uang fungsional :
Indikator Mata uang sebagai mata uang fungsional jika memenuhi indikator dibawah
Arus Kas : Arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan didominasi oleh
mata uang tersebut.
Harga jual : Harga jual dalam jangka pendek sangat terpengaruh dengan perubahan nilai
mata uang tersebut atau produksi perusahaan sebagian besar diekspor.
Beban : Beban dipengaruhi perubahan nilai mata uang

Akan tetapi, beberapa entitas asing menggunakan mata uang fungsional yang berbeda
dengan mata uang lokalnya. Sebagai contoh, sebuah anak perusahaan dari Induk perusahaan di
Indonesia yang berlokasi di Venezuela dapat melakukan hampir semua bisnisnya di Brazil atau
sebuah cabang atau anak perusahaan dari Induk PerusahaanIndonesia yang beroperasi di Inggeris

6
dapat menggunakan dolar sebagai mata uang utamanya walaupun ia menggunakan poundsterling
untuk pencatatan akuntansinya. Faktor-faktor yang berikut mengindikasikan apakah mata uang
rupiah sebagai mata uang fungsional dari anak perusahaan Inggris sebagian besar transaksi kas
dalam rupiah, pasar penjualan utama di Indonesia, komponen produksi umumnya diperoleh dari
Indonesia dan Induk perusahaan di Indonesia yang paling bertanggung jawab dalam pendanaan
anak perusahaan di Inggris tersebut.
DSAK telah mengadopsi pendekatan mata uang fungsional setelah mempertimbangkan
tujuan dari proses translasi tersebut :
1. Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan pengaruh ekonomi yang
diharapkan dari perubahan nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas perusahaan.
2. Mencerminkan dalam laporan keuangan konsolidasi hasil keuangan dan hubungan antara
masing-masing entitas konsolidasi dalam mata uang fungsional yang sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku secara umum di Indonesia.

Pendekatan mata uang fungsional mengharuskan entitas asing untuk mentranslasikan


seluruh transaksinya ke dalam mata uang fungsional.JIka suatu entitas mempunyai transaksi
yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional maka transaksi asing harus
disesuaikan menjadi nilai setara mata uang fungsional sebelum perusahaan menyusun laporan
keuangan konsolidasi.

2.3 PENENTUAN MATA UANG FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN DENGAN


TINGKAT INFLASI TINGGI
Inflasi yang sangat tinggi didefenisikan sebagai inflasi melebihi 100% selama periode tiga
tahun, contoh Argentina dan Peru. PSAK memutuskan bahwa volatilitas dalam mata uang asing
dengan hiperinflasi mendistorsi laporan keuangan jika mata uang lokal dipergunakan sebagai
mata uang fungsional entitas asing. Untuk kondisi seperti ini maka mata uang pelaporan dari
Induk Indonesia- rupiah- harus digunakan sebagai mata uang fungsional entitas asing.
Pengecualian ini mencegah nilai aset dan perubahan laporan laba rugi yang tidak realistis jika
keadaan hiperinflasi tersebut diabaikan dan prosedur translasi yang normal digunakan. Contoh:
Anak perusahaan di lar negeri membangun gedung dengan biaya 1.000.000 peso (kurs saat itu
Rp 500/satu peso, karena adanya hiperinflasi di negara anak perusahaan tersebut maka nilai tukar

7
menjadi Rp 0,05 per 1 peso. Nilai gedung pada saat dibangun dan setelah heperinflasi sebagai
berikut :

Jumlah Tanggal Pembangunan Setelah Hiperinflasi


(Pes) Nilai tukar Jumlah hasil translasi Nilai tukar Jumlah hasil translasi
1.000.000 Rp 500 Rp 500.000.000 Rp 0.05 Rp 50.000

Nilai translasi setelah hiperinflasi tidak mencerminkan nilai pasar atau biayaa perolehan
historis dari gedung tersebut. Oleh karena itu PSAK mengharuskan penggunaan rupiah sebagai
mata uang fungsional dalam kasus hiperinflasi untuk memberikan stabilitas dalam laporan
keuangan.
Setelah penentuan mata uang asing dari afiliasi asing, mata uang tersebut harus
digunakan secara konsisten.Seandainya ada perubahan dalam konsisi perekonomian
mengharuskan perubahan dalam penentuan mata uang fungsional afiliasi asing maka perubahan
akuntansi tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan dalam estimasi hanya perlakuan saat
itu dan prospektif saja, tidak diperlakukan penyajian kembali laporan dari periode-periode
sebelumnya.

2.4 TRANSLASI VERSUS PENGUKURAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN


ASING
Untuk menyajikan kembali laporan keuangan entitas asing ke dalam rupiah, terdapat dua
metode yang berbeda :
1. translasi laporan keuangan entitas asing ke rupiah, dan
2. pengukuran kembali laporaan keuangan entitas asing ke mata uang fungsional entitas
tersebut , selanjutnya ditranslasi jika bukan dalam rupiah.

Translasi adalah metode yang umum digunakan dan diterapkan jika mata uang lokal
adalah mata uang fungsional entitas asing ,contoh, anak perusahaan Indonesia di Prancis
menggunakan uero untuk catatan dan mata uang fungsionalnya. Laporan keuangan anak
perusahaan harus ditranslasi dari uero ke rupiah dan selieih dimasukkan dalam komponen Laba

8
Komprehensif.Metode translasi sering disebut metode nilai tukar sekarang (current rate
methods).
Pengukuran kembali adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing dari
mata uang lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional entitas asing.Pengukuran
kembali hanya diharuskan jika mata uang fungsional berbeda dengan mata uang yang digunakan
untuk pembukuan dan pencatatan entitas asing. Contoh, Perusahaan Indonesia mempunyai
cabang penjualan di Singapura yang relatif independen dapat menggunakan mata uang rupiah
sebagai mata uang fungsionalnya tetapi memilih menggunakan dolar Singapura sebagai mata
uang pencatatan dan pelaporan. Jika menggunakan mata uang rupiah, tentu langsung siap
digabung dengan laporan induknya di Indonesia.

Metode yang digunakan untuk pengukuran kembali laporan keuangan dari mata uang
lokal kepada mata uang fungsional disebut metode temporal (temporal methods). Aset dan
kewajiban moneter menunjukkan adanya hak untuk menerima atau memenuhi pembayaran
dalam sejumlah tertentu mata uang asing dimasa yang akan datang. Berdasarkan metode
temporal, nilai tukar sekarang untuk mentranslasikan jumlah uang dalam mata uang
fungsionalnya pos nonmoneter seperti aset tetap, investasi jangka panjang dan persediaan ,
biasanya ditranslasi dengan menggunakan nilai tukar historis yaitu nilai tukar dimana aset
tersebut dibeli atau saat kewajibannya diakui. Pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi
ditranslasikan dengan menggunakan nilai rata-rata sepenjang periode pelaporan. Setiap selisih
yang timbul akibat ketidakseimbangan pada metode temporal akan disajikan sebagai bagian dari
laporan laba rugi.

Penerapan metode temporal mengonversikan sebuah mata uang asing menjadi mata uang
fungsionalnya namun jika mata uang rupiah menjadi mata ang fungsional tidak diperlukan lagi
penyesuaian.
Tabel berikut menyajikan metode yang dapat digunakan oleh perusahaan Indonesia untuk
menyatakan kembali laporan keuangan afiliasi asing menjadi rupiah.

9
=====================================================================
Mata uang pembukuan dan
Pencatatan afiliasi luar negeri Mata uang fungsional Metode pernytaan kembali
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mata uang lokal (yaitu MU Mata uang lokal Translasi ke rupiah menggunakan
tempat afiliasi berlokasi) nilai tukar sekarang

Mata uang lokal Rupiah Indonesia (seperti Diukur kembali dari mata uang lo
yang diharuskan dlm per- kal ke rupiah
ekonomian hiperinflasi)

Mata Uang lokal Mata uang negara ketiga Pertama diukur kembali dari mata
(bukan mata uang lokal uang lokal ke mata uang fungsional
atau rupiah). kemudian ditranslasi dari mata uang
fungsional ke rupiah.

Rupiah Indonesia Rupiah Indonesia Tidak diperlukan pernyataan


kembali sudah dinyatakan dlm
rupiah.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Afiliasi asing dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah
afiliasi yang menghasilkan dan membelanjakan dalam unit mata ang lokal. mata uang lokal
merpakan mata uang fungsional dari entitas tersebut. Afiliasi asing inidapat mereinvestasi mata
uang yang mereka hasilkan atau mendistribusiakan dana ke kantor pusat ata ke induk perusahaan
dalam bentuk dividen. Perubahan nilai tkar tidak secara langsung memengaruhi arus kas induk
perusahaan Indonesia. Perubahan nilai tukar memengaruhi aset neto (aset dikuurangi kewajiban )
afiliasi asing dan karena itu , memengaruhi investasi neto induk perusahaan dientitas tersebut.

10
Kelompok ke dua afiliasi asing terdiri dari entitas yang merupakan perpanjangan dari perusahaan
Indonesia. Afiliasi ini beroperasi di negara asing tetspi secara langsung dipengaruhi oleh
perubahan dalam nilai tukar, karena mereka tergantung pada perekonomian Indonesia untuk
pasar penjualan, komponen produksi atau pendanaan. Untuk kelompok ini rupiah adalah mata
uang fungsional. Diasumsiakan bahwa pangaruh dari nilai tukar terhadap aset neto afiliasi asing
memengaruhi langsung arus kas induk perusahaan Indonesia, sehingga selisih nilai tukar
dilaporkan dalam laba untuk perusahaan Indonesia.

2.5 TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN MATA UANG FUNGSIONAL MENJADI


MATA UANG PELAPORAN PERUSAHAAN INDONESIA
Translasi laporan keuangan entitas asing dari mata uang fungsional ke mata uang
pelaporan perusahaan Indonesia adalah sebagai berikut :
Akun laporan laba rugi :
- Pendapatan dan beban umumnya, nilai tukar rata-rata tertimbang untuk periode laporan

Akun Neraca :
- Aset dan Kewajiban, Nilai tkar sekarang, pada tanggal neraca
- Ekuitas pemegang saham, Nilai historis

2.6 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DARI SELISIH TRANSLASI


Selisih translasi dari proses translasi adalah bagian dari pendapatan komprehnsif untuk
periode tersebut. Pendapatan komprehensif termasuk semua perubahan dalam ekuitas selama
tahun berjalan kecuali perubahan yang timbul dari investasi pemilik dan bagian ke pemilik.
Pendapatan komprehensif termasuk laba neto dan "pendapatan komprehensif lainnya" yang
merupakan bagian dari perubahan aset neto perusahaan dari sumber selain pemilik ( yaitu bukan
investasi modal tambahan dan dividen) selama periode berjalan. PSAK mengharuskan laporan
pendapatan komprehensif sebagai bagian dari laporan keuangan utama entitas. Pos utama yang
menjadi bagian dari pendapatan komprehensif lainnya adalah perubahan selisih translasi selama
periode berjalan , keuntungan atau kerugian belum direalisasi dari efek tersedia untuk dijual,
penilaian kembali lindung nilai arus kas, dan penyesuaian dalam kewajiban pensiun minimum.

11
2.7 ILUSTRASI TRANSLASI DAN KONSOLIDASI ANAK PERUSAHAAN LUAR
NEGERI
1. Pada tanggal 1 Januari 2011 , PT Induk perusahaan Indonesia membeli 100% saham
beredar dari German Company, sebuah peruhsaan yang berlokasi di Berlinseharga Rp
660.000.000,- Harga tersebut lebih tinggi Rp 60.000.000,- dari nilai buku (Perhitungan
diferensial akan ditunjukkan pada akhir bagian). Selisih lebih harga perolehan diatas nilai
buku dialokasikan ke paten ang diamortisasi selama 10 tahun.Akun neraca dalam format
neraca percobaan untuk kedua perusahaan sesaat sebelum diakuisisi disajikan figur 12 – 2
2. Mata uang lokal German Company adalah euro (€) yang juga merupakan mata ang
fungsionalnya
3. Tanggal 1 Oktober 2011, anak perusahaan mengumumkan dan membayar dividen
sebesar €6.250
4. Anak perusahaan menerima Rp 72.000.000,- dari transaksi dengan perusahaan Indonesia
pada saat kurs adalah €1 = Rp 16.000,- .Anak perusahaan masih memiliki mata uang
asing tersebut pada tanggal 31 Desember 2011
5. Kurs tunai yang terkait (Rp/€) adalah :
--------------------------------------------------------------------------------------
Tanggal Kurs
-------------------------------------------------------------------------------------
1 Januari 2011 Rp 16.000,-
1 Oktober 2011 Rp 17.000,-
31 Desember 2011 Rp 18.000,-
Rata - rata 2011 Rp 17.000,-
--------------------------------------------------------------------------------------

12
FIGUR 12 - 2
Akun - akun Neraca untuk Kedua Perusahaan pada tanggal 1 Januari 2011 (sesaat
sebelum akuisisi 80 % saham German Company oleh PT Induk, Perusahaan Indonesia)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
PT Induk German Company
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kas Rp 350.000.000 € 2.500
Piutang 75.000.000 10.000
Persediaan 100.000.000 7.500
Tanah 175.000.000 0
Aset Tetap 800.000.000 50.000
Total Debit Rp 1.500.000.000 € 70.000
=========== ======

Akumulasi Depresiasi Rp 400.000.000 € 5.000


Utang Usaha 100.000.000 2.500
Utang Obligasi 200.000.000 12.500
Saham Biasa 500.000.000 40.000
Saldo Laba, 31/12/2010 300.000.000 10.000
Total Kredit Rp 1.500.000.000 € 70.000
-=========== ======

13
FIGUR 12 - 3
Kertas Kerja untuk mentranslasi Anak Perusahaan di Luar Negeri pada tanggal 1 Januari
2011 (tanggal akuisisi) .Mata Uang Fungsional adalah Uero Eropah.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Nerca Percobaan (€) Kurs Nerca Percobaan (Rp)
------------------------------------------------------------------------------------------------
Kas € 2.500 16.000 40.000.000
Piutang 10.000 16.000 160.000.000
Persediaan 7.500 16.000 120.000.000
Tanah 0 16.000 0
Aset Tetap 50.000 16.000 800.000.000
Total Debit 70.000 1.120.000.000
======= ===========

Akumulasi Depresiasi € 5.000 16.000 80.000.000


Utang Usaha 2.500 16.000 40.000.000
Utang Obligasi 12.500 16.000 200.000.000
Saham Biasa 40.000 16.000 640.000.000
Saldo Laba, 31/12/2010 10.000 16.000 160.000.000
Total Kredit 70.000 1.120.000.000
======= ===========

14
Ayat Jurnal PT Induk untuk mencatat pembelian 100% saham German Company :
(1) Investasi pada saham German Company 860.000.000
Kas 860.000.000
Mencatat investasi pada saham PT GC
Neraca Konsolidasi pada tanggal akuisisi
Ayat Jurnal Eliminasi 1 Januari 2011,
E (2) Saham Biasa - German Company 640.000.000
Saldo Laba 160.000.000
Diferensial 60.000.000
Investasi pada saham PT German Company 860.000.000
Mengeliminasi investasi awal.

E (3) Paten 60.000.000


Diferensial 60.000.000
Mengeliminasi diferensial

15
FIGUR 12 - 4
1 Januari 2011, Kertas Kerja untuk Neraca Konsolidasi, Tanggal Akuisisi 100%
Pembelian pada Harga diatas Nilai buku (dalam ribuan rupiah).
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
German
PT Induk Company Debit Kredit Konsolidasi
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kas 2.840.000 40.000 2.880.000
Piutang 750.000 160.000 910.000
Persediaan 1.000.000 120.000 1.120.000
Tanah 1.550.000 0 1.550.000
Aset Tetap 8.000.000 800.000 8.800.000
Investasi pd shm GC 860.000 (2) 860.000
Diferensial (2) 60.000 (3) 60.000
Paten (3) 60.000 60.000
-------------- ------------ ---------
---
Total Debit 15.000.000 1.120.000 15.320.000
========= ======== =======

Ak. Depresiasi 4.000.000 80.000 4.080.000


Utang Usaha 1.000.000 40.000 1.040.000
Utang Obligasi 2.000.000 200.000 2.200.000
Saham Biasa 5.000.000 640.000 (2) 640.000 5.000.000
Saldo Laba 3.000.000 160.000 (2) 160.000 3.000.000
-------------- ------------ ------------ ------------ ---------
---
Total Kredit 15.000.000 1.120.000 920.000 920.000 15.320.000
========= ======== ====== ======= =========

16
Setelah Tanggal Akuisisi
Akuntansi setalah tanggal akuisisi sangat mirip dengan akuntansi yang digunakan untuk
anak perusahaan domistik. Perbedaan utama timbul karena pengaruh perubahan kurs mata uang
asing.
Ilustrasi, terdapat akun Unit Mata Uang Asing dalam neraca percobaan German
Company . Akun ini mencerminkan rupiah sebesar Rp 72.000.000,- dalam neraca percobaan
anak perusahaan. Oleh karena akun ini didenominasi dalam mata uang asing selain mata uang
pelaporan mata uang asing. German Company membuat ayat jurnal penyesuaian untuk menilai
kembali akun dari jumlah awal yang dicatat menggunakan kurs pada tanggal perusahaan
meneriama mata uang menjadi nilai setara dari kurs pada akhir tahun.

Anak Perusahaan membuat jurnal berikut dalam pembukuannya pada waktu menerima rupiah
(4) Unit Mata Uang Asing (Rp) €4.500
Penjualan €4.500
Mencatat penjualan dan penerimaan Rp 72.000.000,-
kurs tunai Rp 16.000,-
Pada 31 Desember 2011, anak perusahaan menyesuaikan unit mata uang asing (rupiah) ke kurs
sekarang (Rp 18.000 =€1) dengan membuat ayat jurnal berikut :
(5) Kerugian Transaksi Mata Uang Asing €500
Unit Mata Uang Asing (Rp0 €500

Catatan : Kerugian transaksi mata uang asing adalah komponen dari laba neto anak
perusahaan.dan akun unit MUA diklasifikasikan sebagai aset lancar di neraca anak
perusahaan.
Laba neto anak perusahaan terdiri dari Penjualan -(HPP + Biaya Operasional + Kerugian
TMUA)

17
FIGUR 12 - 5
31 Desember 2011, Translasi Neraca Percobaan Anak Perusahaan Luar Negeri
Uero Eropa adalah Mata uang Fungsional
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saldo (€) Kurs Saldo (Rp)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kas 10.750 18.000 193.500.000
Unit Mata Uang Asing 3.000 18.000 54.000.000
Piutang 10.500 18.000 189.000.000
Persediaan 5.000 18.000 90.000.000
Aset Tetap 50.000 18.000 900.000.000
Harga Pokok Penjualan 22.500 17.000 382.500.000
Beban Operasi 14.500 17.000 246.500.000
Kerugian TMUA 500 17.000 8.500.000
Dividen dibayarkan 6.250 17.600 110.000.000
---------- -------------------
Total Debit 123.000 2.174.000.000
======= ===========

Akumulasi Depresiasi 7.500 18.000 135.000.000


Utang Usaha 3.000 18.000 54.000.000
Utang Obligasi 12.500 18.000 225.000.000
Saham Biasa 40.000 16.000 640.000.000
Saldo Laba, 31/12/2010 10.000 (a) 160.000.000
Penjualan 50.000 17.000 850.000.000
---------- ------------------
Total Kredit 123.000 2.064.000.000
=======
Akumulasi Pendapatan komprehensif lainnya 110.000.000
------------------
Total Kredit 2.174.000.000

18
FIGUR 12 - 6
Pembuktian Selisih Translasi per 31 Desember 2011Uero Erpa adalah Mata Uang
Fungsional
PT INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN
Pembuktian Selisih Translasi
Tahun Berakhir 31 Desember 2011
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
(€) Kurs (Rp)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Aset Neto Awal Tahun 50.000 16.000 800.000.000

Penyesuaian untuk perubahan aset


neto selama tahun berjalan :
Laba neto tahun berjalan 12,500 17.000 212.500.000
Dividen dibayarkan (6.250) 17.600 (110.000.000)
--------- ----------------
902.500.000
Aset Neto ditranslasi menggunakan :
Kurs selama tahun berjalan
Kurs akhir tahun 56.250 18.000 1.012.500.000

Perubahan dalam pendapatan kom-


prehensif lainnya - selisih translasi
selama th berjalan (peningkatan neto) 110.000.000

Akumulasi pendapatan komprehensif


lainnya - selisih translasi 1/1 0
-----------------
Akumulasi pendapatan komprehensif
lainnya - selisih translasi 31/12 110.000.000

19
Cara lain untuk mementukan untuk menentukan apakah akumulasi selisih transaksi
mempunyai saldo debit atau kredit adalah menggunakan logika neraca. contoh :
Neraca anak perusahaan hasil translasi pada awal tahun adalah :
NERACA TRANSLASI 1/1-2011
Aset Neto Rp 800.000.000,- Saham Biasa Rp 800.000.000,-

Neraca Translasi pada akhir tahun adalah :


NERACA TRANSLASI 31/12-2011
Aset Neto Rp1.012.500.000,- Saham Biasa Rp 800.000.000,-
Saldo laba(-D) Rp 102.500.000,-
Akumulasi pend.kom
prehensif lainnya Rp 110.000.000,-
Total Rp1.012.500.000,- Total Rp 1.012.500.000,-

Ayat Jurnal yang dibuat PT Induk untuk mencatat investasinya di German Company adalah :
1 Oktober 2011
(6) Kas Rp 110.000.000
Investasi pada Saham German Company Rp 110.000.000,-
Mencatat dividen yang diterima dari anak perusahaan
diluar negeri €6.250 x Rp 17.000,-

31 Desember 2011 :
(7) Investasi pada Saham GC Rp 212.500.000
Pendapatan dari Anak Perusahaan Rp 212.500.000
Bagian dalam laba neto anak perusahaan luar negeri
€12.500 x Rp 17.000,-

(8) Investasi pada Saham GC Rp 110.000.000


Pendapatan komprehensif lainnya- Rp 110.000.000
Selisih Translasi
Bagian untuk perusahaan atas perubahan dalam

20
selisih translasi dari translasi akun-akun anak
perusahaan 100% x Rp 110.000.000

Catatan : Jika ada tenggang waktu antara pengumuman dividen dengan pembayaran dividen
maka perusahaan akan mencatat piutang dividen dari anak perusahaan luar negeri.

PSAK 11 mengharuskan alokasi dan amortisasi dari diferensial antara investasi dan nilai
bukunya dilakukan dalam konteks mata uang fungsional anak perusahaan dan jumlah tersebut
kemudian ditranslasi menggunakan kurs yang sesuai dalam kertas kerja pada tanggal neraca.
Amortisasi periodik mempengaruhi laporan laba rugi dan karenanya diukur menggunakan kurs
rata-rata yang digunakan untuk mentranslasi akun laporan laba rugi. Di lain pihak, sisa saldo
diferensial yang belum diamortisasi dilaporkan dalam neraca dan ditranslasi menggunakan kurs
sekarang yang digunakan untuk akun neraca.
Pengaruh dari perbedaan kurs tersebut disajikan dalam selisih translasi induk perusahaan
sebagai revisi dari bagian investasi awal induk perusahaan di anak perusahaan.

PT induk mengamortisasi paten selama periode 10 tahun. Amortisasi paten sbb.:


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Uero Eropa Kurs Translasi Dolar Indonesia
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Laporan Laba Rugi
Diferensial awal tahun 3,750 16.000 60.000.000
Amortisasi thn pertama ( 375) 17.000 (6.375.000)
Sisa saldo 3.375 53.625.000
Neraca :
Sisa saldo 31/12/2011 3.375 18.000 60.750.000
Selisih dimasukkan dalam pendapatan komprehensif
lainnya - Selisih translasi (Kredit) 7.125.000
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

21
Cara lain untuk melihat penyesuaian diferensial sebesar Rp 7.125.000,- adalah selisih
tersebut menyesuaikan diferensial induk perusahaan yang merupakan bagian dari akun investasi
menjadi jumlah yang seharusnya disajikan dalam neraca.
Contoh , jika tidak dilakukan penyesuaian terhadap diferensial maka saldo paten dalam
neraca konsolidasi akan tidak tepat sebesar Rp 53.625.000,-
Kurs sekarang 31/12-2011 Rp 18.000,- jumlahnya menjadi Rp 60.750.000,-
Saldo (peningkatan diferensial) Rp 7.125.000,-

Ayat Jurnal :
(9) Pendapatan dari Anak Perusahaan Rp 6.375.000,-
Investasi Saham pada GC Rp 6.375.000,-
Mencatat amortisasi paten .

(10) Investasi Saham pada German Company Rp 7.125.000,-


Pendapatan Komprehensif lainnya - Selisih translasi Rp 7.125.000,-
Mengakui selisih translasi atas peningkatan diferensial

Penting untuk dicatat bahwa selisih translasi Rp 7.125.000,- dari diferensial


dialokasiakan hanya ke induk perusahaan . Kepemilikan minoritas tidak mendapatkan alokasi
bagian selisih translasi tersebut. Selisih translasi sebesar Rp 7.125.000,- dialokasikan ke selisih
biaya perolehan yang dibayarkan lebih dari nilai buku aset dan ditambahkan ke diferensial yang
merupakan komponen investasi pada anak perusahaan lura negeri sehingga menghasilkan debit
ke akun investasi pada pembukuan induk perusahaan.

22
INVESTASI PADA SAHAM GERMAN COMPANY 31/12-2011
(1) Harga beli Rp 860.000.000,-
(6) dividen Rp 110.000.000,-
(7) Ekuitas dlm laba Rp 212.500.000
(8) Bagian atas selisih trans-
lasi anak perusahaan Rp 110.000.000 (9) Amortisasi difrnsl Rp 6.375.000
(10) Selisih translasi dari
diferensial Rp 7.125.000
ke Neraca 31/12 Rp 1.073.250.000

Total Rp1.189.625.000,- Total Rp 1.189.625.000,-

Ayat Jurnal penutup Induk Perusahaan :


(11) Pendapatan dari Anak Perusahaan 206.125.000
Saldo Laba 206.125.000
Untuk menutup laba neto dari Anak Perusahaan =
(Rp 212.500.000 -Rp 6.375.000,-)

(12) Pendapatan komprehensif lain - Selisih translasi 117.125.000


Akumulasi Pend.Komp.lainnya - ST 117.125.000
Untuk menutup pend.komprehensif lainnya dari investasi pada
anak perusahaan GC = (Rp 110.000.000 + Rp 7.125.000)

Kertas Kerja konsolidasi setelah akuisisi


Ayat Jurnal Kertas Kerja Konsolidasi :
E(13) Pendapatan dari Anak Perusahaan 206.125.000
Dividen diumumkan 110.000.000
Investasi pada saham German Co 96.125.000
Mengeliminasi pendapatan dari Anak Perusahaan

23
E(14) Pendapatan Komp. Lainnya - Selisih T 117.125.000
Investasi pd saham GC 117.125.000
Mengeliminasi Pend.Komp.Lainnya dari anak
perusahaan yang dicatat oleh Induk Perusahaan

E(15) Saham Biasa -GC 640.000.000


Saldo Laba 160.000.000
Diferensial 60.000.000
Investasi pd saham GC 860.000.000
Mengeliminasi saldo investasi awal periode

E(16) Diferensial 7.125.000


Investasi pd saham GC 7.125.000
Mengeliminasi penyesuaian diferensial akhir periode
yang dicatat dalam akun investasi

E(17) Paten 67.125.000


Diferensial 67.125.000
Mengeliminasi diferensial, termasuk penyesuaian periodik
sebesar Rp 7.125.000 ke paten.

24
FIGUR 12 - 7
31 Desember 2011, Kertas Kerja Konsolidasi, disusun setelah Laporan Keuangan Luar
Negeri
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
German Eliminasi
PT Induk Company Debit Kredit Konsolidasi
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------
Penjualan 4.000.000 850.000 4.850.000
Pendptn dari PT Anak 206.125 (13) 206.125
----------- ---------- ---------
Kredit 4.206.125 850.000 4.850.000
HPP 1.700.000 382.500 2.082.500
Beban operasi 950.125 246.500 (18) 6.375 1.203.000
Kerugian TMUA 8.500 8.500
----------- --------- -----------
Debit 2.650.125 637.500 3.294.000
------------ ---------- ----------- ----------- ---------
Laba bersih dibawah
ke depan (carry Frwd) 1.556.000 212.500 212.500 1.556.000
======= ====== ====== =======
Saldo Laba 1 Januari 3.000.000 160.000.000 (15)160.000.000 3.000.000
Laba bersih dari atas 1.556.000 212.500 212.500 1.556.000
4.556.000 372.500 4.556.000
Dividen di umumkan (600.000) (110.000) (18) 110.000 (600.000)
------------ ---------- ---------- ---------
S.Laba 31/12 dibawa
kedepan(c.forward) 3.956.000 262.500 372.500 110.000 3.956.000
====== ====== ====== =====

25
Kas 4.002.250 193.500 4.195.750
Dolar Anak Perusahaan 54.000 54.000
Piutang 750.000 189.000 939.000
Persediaan 1.000.000 90.000 1.090.000
Tanah 1.750.000 0 1.750.000
Bangunan & Peraltn 8.000.000 900.000 8.900.000
Investasi pd shm GC (13) 96.125
(14)110.000
(15)860.000
(16) 7.125
Diferensial (15) 60.000
1.073.250 (16) 7.125 (17) 67.125
Paten (17) 67.125 (18) 6.375 60.750
-------------- ------------ ---------
Total Debit 16.575.500 1.426.500 16.989.500
========= ========

Ak. Depresiasi 4.500.000 135.000 4.635.000


Utang Usaha 1.002.375 54.000 1.056.375
Utang Obligasi 2.000.000 225.000 2.225.000
Saham Biasa 5.000.000 640.000 (15) 640.000 5.000.000
Saldo Laba 3.956.000 262.500 372.500 110.000 3.956.000
Ak.Pend.Kompren.la
lainnya- dari bawah 117.125 110.000 110.000 117.125
-------------- ------------ ------------ ------------ ---------
Total Kredit 16.575.500 1.426.500 920.000 920.000
16.989.500
========= ======== ====== =======
Ak.Pend.Komp.la-
innya - 1/1 0 0 (15) 0 0

26
Ak.Pend.Komp.la-
innya - Selisih Trans 117.125 110.000 (14) 110.000 117.125
--------- -------- --------- -----------
APKL- dibawah keatas 117.125 110.000 110.000
117.125
====== ====== ======

2.8 KEPEMILIKAN MINORITAS PADA ANAK PERUSAHAAN LUAR NEGERI


Sebagian besar perusahaan Indonesia lebih suka untuk memiliki 100% anak
perusahaan luar negerinya. Dengan demikian akan memungkinkan manajemen yang lebih
efisien atas anak perusahaan dan tidak ada keharusan untuk menyusun laporan keuangan
anak perusahaan untuk kepemilikan minoritas. Akan tetapi, jika anak perusahaan luar
negeri tidak dimiliki sepenuhnya, maka kepemulikan minoritis harus dihitung dan
diperlakukan sebagaimana dijelaskan . Satu -satunya perbedaan adalah alokasi selisih
translasi yang timbul dari translasi akun neraca percobaan anak perusahaan luar neveri.
Oleh karena itu, sebagai contoh, jika PT Induk memiliki 80% kepemilikan di German
Company dan investor lain memiliki kepemilikan minoritas 20%, maka kepemilikan
minoritas akan mendapat alokasi sebesar persentase kepemilikan dari selisih translasi
melalui proses ayat jurnal eliminasi. Kepemlikan minoritas di neraca konsolidasi akhir
tahun akan termasuk bagianya atas akumulasi pendapatan komprehensif lainnya dari
selisih sebagai berikut :
Saham biasa (Rp640.000.000 x 0,2) Rp128.000.000
Saldo laba:
Saldo laba awal (Rp160.000.000 x o,2) Rp32.000.000
Ditambah: laba bersih (Rp212.500.000 x 0,2) 42..500.000
Dikurangi: deviden (Rp110.000.000 x 0,20) (22.000.000)
Total saldo laba 52.500.000
Akaumulasi pendapatan komprehensif lainya-
selisih (Rp110.000.000 x 0,20) 22.000.000
Total kepemilikan minoritas 202.500.000

27
2.9 PENGUKURAN KEMBALI PEMBUKUAN KE DALAM MATA UANG
FUNGSIONAL
Metode kedua untuk menyajikan kembali laporan keuangan afiliasi luar negeri ke rupiah
adalah pengukuran kembali. Walaupun pengukuran kembali tidak umum sebagimana translasi,
tendlapat beberapa situasi di mana mata uang fungsional dari afiliasi asing bukan mata vang
lokal. Pengukuran kembali sama seperti translasi di mana tujuannya adalah untuk mendapatkan
nilai setara rupiah dari akun-akun afiliasi asing sehingga dapat digabungkan atau dikonsolidasi
dengan laporan keuangan perusahaan Indonesia. Akan tetapi, kurs yang digunakan untuk
pengukuran kembali berbeda dengan kurs yang digunakan dalam translasi, yang menghasilkan
nilai rupiah yang berbeda untuk akun-akun afiliasi asing.

Dalam sebagian bear kasus, afiliasi asing dapat dianggap sebagai alat produksi atau
penjualan langsung dari perusahaan. Indonesia, tetapi menggunakan mata uang lokal untuk
mencatat dan melaporkan hasil operasinya. Selain itu, entitas luar negeri yang berlokasi di
negara dengan tingat inflasi yang sangat tinggi, yang didefinisikan sebagai negara dengan tingkat
inflasi kumulatif lebih dari 100%, harus menggunakan rupiah sebagai mata uang fungsional,
dan laporan keuangannya diukur kembali menjadi rupiah. Sebagian besar negara Amerika
Selatan mengalami hiperinflasi, di mana heberapa negara mempunyai intlasi tahunan lebih dari
100 %. jika afiliasi luar negeri Menggunakan rupiah sebagdi mata uang fungsional dan mata
uang pelaporannya, tidak diperlukan pengukuran kembali karena hasil operasi sudah dilaporkan
dalam rupiah.

2.10 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DARI KEUNTUNGAN ATAU KERUGIAN


PENGUKURAN KEMBALI
Setiap keuntungan atau kerugian yang timbul dari proses pengukuran kembali
dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan, umumnya dalam "Pendapatan Lain-lain."
Digunakan beberapa nama akum, seperti Keuntungan (Kerugian) Mata uang Asing, Keuntungan
(Kerugian) Mata Uang, Keuntungan (Kerugian) Nilai Tukar, atau Keuntungan (Kerugian)
Pengukuran Kembali. Pos "Keuntungan (Kerugian) Pengukuran Kembali" digunakan di sini
karena nama ini yang paling menggambarkan sumber pos tersebut. Keuntungan atau kerugian
pengukuran kembali dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan karena jika transaksi
sejak awal dicatat dalam rupiah, maka keuntungan atau kerugian nilai tukar akan diakui dalam
periode berjalan sebagai bagian dari penyesuaian yang diharuskan untuk penilaian transaksi luar

28
negeri yang didenominasi dalam mata uang asing. Setelah menyelesaikan proses pengukuran
kembali, laporan keuangan entitas luar negeri akan disajikan seakan-akan rupiah telah digunakan
untuk mencatat transaksi dalam mata uang local pada saat terjadinya.

2.10.1 Akun-Akun yang Diukur Kembali Menggunakan Kurs Historis


Efek beharga:
 Efek ekuitas
 Efek utang yang tidak diniatkan untuk dipegang sampe jatuh tempo
 Persediaan
 Biaya dibayar dimuka sperti asuransi, iklan, dan sewa
 Aset tetap
 Akumulasi deprsiasi atas aset tetap
 Paten, maerek dagang, lisensi, dan formula
 Goodwiil
 Aset tak berwujut lainya
 Beban dan kredit ditanggungkan, kecuali pajak ditangguhkan dan biaya perolehan
polisuntukperusahaan asuransi jiwa
 pendapatan ditangguhka
 Saham biasa
 Saham preferen yang di catat pada harga dikeluarkan

Pendapatan dan beban terkait dengan pos nonmoneter, sebagai contoh:
 Harga pokok penjualan
 Depresiasi aset tetap
 Amortisasi aset tak terwujud seperti paten, lisensi, dan lain-lain
 Amortisasi beban dan kredit ditanggungkan kecuali pajak ditangguhkan biaya perolehan
polis untuk perusahaan asuransi jiwa.
Pengukuran kembali neraca percobaan anak perusahaan luar negeri untuk setelah
akuisisi

29
Tiga pos memerlukan perhatian kusus yaitu:
1. Aset tetap diukur kembali menggunakan kurs historis pada tanggal induk perusahaan
mengakuisisi anak perusahaan luar negeri. Jika anak perusahaan membeli aset tetap
tambahan setelah induk perusahaan mengakuisisi saham anak perusahaan, maka
tambahan aset tetap tersebur akan diukur kenbali menggunakan kurs pada tanggal
pembelian.
2. Haraga pokok penjualan terdiri dari transaksi yang terjadi pada berbagai kurs.
3. Beban operasi juga terjadi pada kurs yamg berbeda.
Keuntungan pengukuran kembali diakui dalam laporan aba rugi periode berjalan.
Keuntungan pengukuran kembali adalah sebagai pos penyeimbang untuk membuat total
debit sama dengan total kredit, tetapi dapat dibuktikan dengan menganalisi perubahan pos
meneter selama periode berjalan.
Pos Proses Translasi Proses Pengukura Kembali
Unit mata uang local Rupiah Indonesia
Metode kurs sekarang Metode moneter-non moneter

Mata uang
fungsional
luar negeri
Metode yang
digunakan
Akun-akun laba laporan laba rugi Kurs rata-rata tertimbang Kurs rata-rata tertimbang, kecuali
pendapatan pendapatan terkait dengan pos
nonmoneter (kurs historis)
Akun –akun neraca Kurs sekarang Kurs sekarang
Akun-akun moneter Kurs sekarang Kurs historis
Akun-akaun non Kurs historis
moneter Kurs historis
Akun-akun modal Saldo periode sebelumnya Saldo periode sebelumnya
pemegang saham ditambah laba dikurangi deviden ditambah laba dikurani deviden
Saldo laba

30
Beban Kurs rata-rata tertimbang Kurs rata-rata tertimbang, kecuali
beban terkait dengan pos
nonmoneter (kurs historis)
Selisih kurs yang timbul dari Selisih translasi diakumulasikan Keuntungan atau kerugian
proses diekuitas pemegang saham pengukuran kenmbali yang
dimasukan dalam laporan laba
rugi periode berjalan

2.11 INVESTASI LUAR NEGERI DAN ANAK PERUSAHAAN TIDAK


DIKONSOLIDASIKAN
Sebagian besar perusahaan mengonsolidasi anak perusahaan luar negeri sesuai dengan
PSAK No. 4, "Laporan Keuangan Konsolidasi" (PSAK 4). Dalam beberapa kasus, anak
perusahaan tersebut tidak dikonsolidasi, karena kriteria yang diterapkan untuk anak perusahaan
luar negeri. Umumnya, induk perusahaan mengonsolidasi anak perusahaan luar negeri, kecuali
jika salah satu kondisi berikut sangat ketat sehingga perusahaan Indonesia yang memiliki
perusahaan luar neger tidak dapat melaksanakan tingkat pengendalian ekonomis atas sumber
daya dan operasi keuangan anak perusahaan luar negerì yang merupakan syarat konsolidasi,
seperti berikut ini.

1. Pembatasan pertukaran mata uang asing di negara asing.


2. Pembatasan transfer properti di negara asing.
3. Ketidak pastian lain yang diterapkan oleh pemerintah

Anak perusahaan luar negeri yang tidak dikonsolidasi dilaporkan sebagii investasi dalam
neraca perusahaan Indonesia, Perusahaan investor Indonesia harus menggunakan metode ekuitas
jika mempunyai kemampuan untuk melaksanakan "pengaruh signifikan" atas kebijakan
keuangan dan operasional investee. lika metode ekuitas tidak dapat diterapkan, maka digunakan
metode biaya untuk mencatat investasi luar negeri, mengakui pendapatan hanya dari dividen
yang diterima.

lika metode ekuitas digunakan untuk anak perusahaan luar negeri yang tidak
dikonsolidasi, laporan keuangan investee diukur kembali atau ditranslasikan tergantung pada
penentuan mata uang fungsional. lika digunakan pengukuran kembali, maka laporan keuangan

31
entitas luar negeri akan diukur kembali dalam dolar dan investor mencatat persentasenya atas
laba investee dan membuat amortisasi atau penurunan nilai yang diperlukan atas diferensial.

2.12 LINDUNG NILAI INVESTASI NETO DI ANAK PERUSAHAAN LUAR NEGERI


PSAK 55 memperbolehkan lindung nilai investasi neto di anak perusahaan luar negeri.
Sebagai contoh, PT Induk mempunyai investasi neto sebesar € 50.000 di anak perusahaan
German, yang dibayar seharga Rp660.000.000. PT Induk dapat memutuskan untuk melindung
nilai investasi aset neto dengan melakukan kontrak kurs di muka untuk menjual euro, atau
perusahaan dapat mengeluarkan kewajiban berbasis euro. PSAK 55 menetapkan bahwa
keuntungan atau kerugian dari bagian efektif lindung nilai investasi neto dimasukkan dalam
pendapatan komprehensif lainnya sebagai bagian dari selisih translasi.

Sebagai contoh, pada tanggal 1 januari 20X1, PT. Induk memutuskan untuk melakukan
lindungnilai bagian investasinya yang baru saja dilakukan di German Company yang terkait
dengan nilai buku aset bersih German Company. PT. Induktidak yakin apakah kurs
langsung euro akan meningkat ataupun menurun untuk tahun tersebut dan ingin melindung nilai
aset bersihnya. Pada tanggal 1 Januari 20X1, kepemilikan 100% PT. Induk atas aset bersih
German Cempany sama dengan €50.000, pada tanggalbunga 5% ntuk lindung nilai investasi di
German Company, dan modal serta bunga jatuh tempo dan terutang pada tanggal 1 Januari
20X1.
Sebagai jurnal pada pembukuan PT Induk untuk mencatat lindung bersih investasi bersih
adalah sebagai berikut.
1 Januari 20X1
Kas 800.000.000
Utang pinjaman (€) 800.000.000
Memijam utang yang didominasi
dalam euro untuk lindung nilai
investasi bersihdi anak perusahaan
German:
Rp800.000.000 = €50.000 x 16.000
kurs tunai
31 Desember 20X1

32
100.000.000
Utang pinjaman 100.000.000

Bebean bunga 42.500.000


Kerugian transaksi mata uang asing 2.500.000
Utang bunga 45.000.000

Akumulasi pendapatan komperehensif lainya-selisih


transaksi 100.000.000
Ikhtisar laba rugi (atau saldo laba 2.500.000
Kerugaian transaksi mata uang asing 2.500.000
Pendapatan komperehensif lainya 100.000.000

Sehingga, pada saat modal dan bunga dibayar pada tanggal 1 Januari 20X1, di buat ayat
berikut.
1 Januari 20X2
Utang bunga 45.000.000
Utang pinjaman 900.000.000
Kas 945.000.000

Catat juga bahwa jumlah penggantian kerugian dari pendapatan komperehensif lainya
dibatasi sebesar bagian efektif dari lindung nilai berdasarkan penilaian kembali aset bersih.
Setiap selisih lebih, dalam kaus ini kerugian Rp2.500.000 dari penilaian kembali utang bunga
dalam ayat jurnal (21), dimasukan dalam laba berjalan di laporan laba rugi.

2.13 KEHARUSAN PENGUNGKAPAN


PSAK 10 mengharuskan agregat keuntungan atau kerugian transaksi mata uang asing yang
dimasukkan dalam laba untuk diungkapkan terpisah dalam laporan laba rugi atau dalam catatan
atas laporan keuangan. Dalam metode translasi, perubahan berkala dalam selisih translasi

33
dilaporkan sebagai elemen pendapatan komprehensif lainnya, sebagaimana yang diharuskan
oleh PSAK 11. Selain itu, PSAK 11 mengharuskan pengungkapan catatan kaki dari perubahan
kurs yang terjadi antara tanggal neraca dan pengaruhnya terhadap transaksi mata uang asing
yang belum diselesaikan, jika signifikan.

2.14 PERTIMBANGAN TAMBAHAN DALAM AKUTANSI UNTUK OPERASI


ENTITAS LUAR NEGERI

2.14.1 Kertas kerja konsolidasi untuk Kasus Pengukuran Kembali


Kertas kerja untuk kasus pengukran kembali diasjikan 12-13. Akun-akun untuk German
Cempany diperoleh dari akun-akun pengukura kembali yang dihitung pada figur sebelumnya.
Keuntungan pengukuran kembali dimasukan dalam neraca percobaan anak perusahaan German
Cemany karena sumber dari akun tersebut adalh pengukuran kembali akun – akun anak
perusahaan.
Akun pendapatan dari anak perusahaan dapat dibuktikan sebagai berikut:

Pendapatan dari anak perusahaan


Bagian induk perusahaa atas laba 18.650
anak perusahaan ($18.650x1,00)
Amortisasi paten ($6.000/10 tahun) 600
Saldo 31/12/X1 18.050

Pendekatan Dua Laporan Untuk Menampilkan Pendapatan Komperehensif


PT. INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN
Laporan Laba Rugi Konsolidasi
Untuk Tahun Berakir 31 Desember 20X1
Penjualan Rp4.850.000.000
Harga Pokok Penjualan (2.082.500.000)
Laba kotor 2.767.500.000
Beban operasi (1.203.000.000)
Kerugian translasi mata uang asing (8.500.000)
Laba bersih konsolidasi untuk hak pengendali Rp1.556.000.000

34
PT INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN
Laporan Pendapatan Komperehensif Konsolidasi
Untuk Tahun Berakir 31 Desember 20X1
Laba bersih konsolidasi untuk hak pengendali Rp1.556.000.000
Pendapatan komperehensif lainya
Selisih translasi aang asing Rp 117.125.000
Pendapatan komperehensif untuk hak pengendali Rp1.673.125.000

2.14.2 Laporan Arus Kas


Laporan arus kas adalah penghubung anatra dua neraca. Perusahaan mempunyai kebasan
dan fleksibilitas dalam penyusunan laporan arus kas. Aturan umum adalah bahwa akun-akun
yang dilaporkan dalam laporan arus kas harus disajikan kembali dalam rupiah menggunakan kurs
yang sama dengan yang digunakan untuk tujuan neraca dan laporan laba rugi. Oleh karna kurs
rata-rata digunakan dalam laporan laba rugi dan kurs tunai akhir (kurs sekarang) digunakan
dalam neraca maka muncul pos penyeimbang untuk selisih kurs dalam laporan arus kas. Pos
prnyeimbang ini dapat di analisis ke akun spesifik yang menghasilkan erbedaan tersebut, tetapi
tidak memengaruhi perubahan dalam arus kas periode tersebut.

2.15 PENILAIAN PERSEDIAAN NILAI TERENDAH ANTARA BIAYA PEROLEHAN


DAN NILAI PASAR DALAM PENGUKURAN KEMBALI
Penerapan aturan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai pasar untuk persediaan
memerlukan perlakuan khusus pada saat mata uang pencatatan bukan mata uang tungsional.
Oleh karena itu, laporan keuangan entitas asing harus diukur kembali ke dalam mata uang
fungsional. Biaya inventaris historis harus diukur kembali terlebih dahulu menggunakan kurs
historis untuk menentukan nilai biaya perolehan historis dalam mata uang fungsional, Kemudian

35
biaya perolehan hasil pengukuran kembali ini dibandingkan dengan nilai pasar dari persediaan
yang ditranslasikan menggunakan kurs sekarang. Langkah terakhir adalah membandingkan biaya
perolehan dan nilai pasar, yang keduanya sudah dalam mata uang fungsional, dan untuk
mengakui apakah diperlukan penurunan nilai ke nilai pasar. Perbandingan dilakukan dalam mata
uang fungsional, bukan mata uang lokal atau pelaporan; sehingga memungkinkan adanya
penurunan nilai dalam laporan keuangan mata uang fungsional tetapi tidak ada dalam
pembukuan anak perusahaan atau ada dalam pembukuan anak perusahaan tetapi tidak dalam
laporan keuangan konsolidasi.

2.15.1 Transaksi Antarperusahaan


Sebuah induk perusahaan atau kantor pusat indonesia dapat mempunyai transaksi
penjualan atau pembelian antarperusahaan dengan afiliasi luar negeri yang menimbulkan piutang
atau utang antarperusahaa. Proses translasi piutang atau utang yang didenomonasi dalam mata
uang asing. Sebagai contoh, asumsikan bahwa perusahaan Indonesia mempunyai iutang yang
didonimasi dalam mta uang asing dari anak perusahaan luar negeri. perusahaan Indonesia akan
pertama-tama menilai kembali piutang yang didonominasi dalam mata uang menjadi nilai setara
rupiah pada tanggal laporan keuangan. Setelah laporan keuangan afiliasi luar negeri
ditranslasikan atau diukur kembali, tergantung mata uang fungsional afiliasi luar negeri, maka
piutang atau utang antar perusahaan akan mempunyai nilai rupiah yang sama dan dapat
dieliminasi.
Jika transaksi mata uang antar perusahaan tidak akan dilunasi dalam waktu dekat, maka
transaksi antar perusahaan tersebut dapat dianggap bagian dari investasi bersih di entitas luar
negeri. Selisih translasi dari piutang atau utang jangka panjang ditangguhkan dan diakumulasi
sebagai bagian dari akun translasi kmulatif.

2.16 TRANSLASI KETIKA MATA UANG KETIGA ADALAH MATA UANG


FUNGSIONAL
Terdapat beberapa kasus di mana anak perusahaan mempunyai pembukuan dan pencatatan
dalam unit mata uang lokal tetapi mempunyai mata uang ketiga sebagai mata uang fungsional.
Sebagai contoh, asumsikan anak perusahaan kita, German Company, mempunyai pencatatan
dalam mata uang lokal, euro. lika anak perusahaan melakukan sebagian besar aktivitasnya dalam

36
franc Swiss, maka manajemen dapat memutuskan bahwa franc Swiss adalah mata uang
fungsional anak perusahaan.

jika pembukuan dan pencalaan entitas tilak dinvatakan dalam m.ta uang fungsiomal, maka
harus digunalan proses dun langkah berikut

1. Mengukur kembali laporan kuangan anak perusahaan ke dalam mata uang fungsional.
Dalam contoh kita, laporan keuangan yang dinyatakan dalam euro dan diakur kembali
dalam franc Swiss. Proses pengukuran kembali akan sama dengan yang diilustrasikan
sebelumnya. Laporan keuangan tersebut sekarang sudah dinyatakana dalam mata uang
fungsional entitas, yaitu franc Swiss.
2. Laporan keuangan yany dinyatakan dalam tranc Swiss kemudian ditranslasikan ke dalam
rupiah menggunakan proses translasi

37
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Penyajian laporan keuangan afiliasi luar negeri dalam rupiah dapat dilakukan dengan
menggunakan metode traslasi atau metode pengukuran kembali, tergantung mata uang
fungsional entitas luar negeri. Sebagian besar laporan keuangan afiliasi luar negeri translasikan
menggunakan metode kurs sekarangkarena umumnya unit mata uang lokal adalah mata uang
fungsional. Jika rupiah entitas luar negeri dari mata uang lokal ke dolar. Pemilihan mata uang
fungsional memengaruhi penilaian akan entitas luar negeri yang dilaporkan dalam laporan
keuangan konsolidasi.
Pada tanggal transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, penerimaan, pengeluaran,
keuntungan dan kerugian yang timbul dari transaksi tersebut harus dicatat dan dinilai dalam mata
uang fungsional dari entitas yang melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs yang berlaku
pada tanggal tersebut.
Pada setiap tanggal neraca, saldo yang dicatat dalam mata uang selain mata uang
fungsional dari entitas yang melakukan pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs
sekarang.
Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan kedalam mata uang
rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila ada kesulitan dalam menentukan kurs
tanggal neraca maka dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia.
Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi
tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi.
Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan
dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Richard E. baker. 2013. Akuntansi keuangan lanjutan . Jakarta: salemba empat

39

Anda mungkin juga menyukai