Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“INTERCOMPANY PROFIT TRANSACTION-PLANT ASSET DAN TRANSACTION


BONDS”
"Akuntansi Keuangan Lanjutan 1"
 

   

Dosen Pengampu: Dr. Tuti Dharmawati, SE.MSi., Ak., QIA., CA

OLEH:
KELOMPOK 1

ARJUN IBNU FAJAR B1C119006


ARTAWAN B1C119007
ASMULINDA B1C119008
DIAN PUSPITA SARI B1C119013
NURUL UTAMI AULIA B1C119042
PYRENA RAISSA S. B1C119044

 
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 tepat
waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan
kelak.

Penulisan makalah berjudul “Intercompany Profit Transaction-plant asset dan transaction


Bonds” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah ini dapat menjadi
referensi bagi para pembaca . Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang
baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami
menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Kendari, 29 November 2021

Kelompok 1
DATAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

DATAR ISI.................................................................................................................................................3

BAB I..........................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4

Latar belakang.........................................................................................................................................4

Rumusan Masalah...................................................................................................................................5

Tujuan Penulisan.....................................................................................................................................5

BAB II.........................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6

Intercompany Profit Transaction-Plant Assets.........................................................................................6

Transfer Antar Perusahaan: Aset Tak Lancar......................................................................................6

Aplikasi Proses Transfer Asset tak Lancar Antar Perusahaan..............................................................8

Transaksi Antar Perusahaan – Obligasi.................................................................................................19

Constructive gains and losses on intercompany bond........................................................................19

Transaksi Obligasi Antarperusahaan..................................................................................................19

Keuntungan dan Kerugian Konstruktif atas Obligasi Antarperusahaan.............................................20

Obligasi Induk Dibeli oleh Anak Perusahaan....................................................................................20

Obligasi Anak Dibeli oleh Induk Perusahaan....................................................................................21

BAB III......................................................................................................................................................23

PENUTUP.................................................................................................................................................23

Kesimpulan............................................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Induk perusahaan dan anak-anak perusahaannya sering kali terlibat dalam berbagai
transaksi antara mereka sendirn. 1ransaksi tersebut sering merupakan bagian penting dari operasi
keseluruhan enttas konsolidası. Transaksi antarperusahaan yang berhubungan istimewa ini
disebut transfer antarperusahaan (interoorporate transfers).

Ide pokok dari laporan keuangan konsolidasi adalah menyajikan aktivitas dari afiliasi
konsolidasi seakan- akan penusahaan afiliasi yang terpisah tersebut merupakan satu perusahaan
tunggal. Oleh karena itu, perusahaan tunggal tidak dapat diperbolehkan untuk memasukan
transaksi internal dalam laporan keuanganrya, maka entitas konsolidasi juga harnus
mengeluarkan seluruh pengaruh dari transaksi yang terjadi di dalam ntitas konsolidasi dari
laporan keuangannya.

Obligasi merupakan surat utang yang mencantumkan janji untuk membayar sejumlah
uang pada tanggal jatuh tempo ditambah bunga periodik sesuai dengan presentase tertentu
terhadap nilai nominal. Jika harga yang dibayar oleh suatu perusahaan afIliasi untuk memperoleh
utang dari pihak lainnya lebih besar dari nilai buku kewajiban (nilai nominal ditambah premi
yang belum diamortisasi atau dikurangi diskonto yang belum diamortisasi dan biaya
penerbitan), akan terjadi kerugian konstruktif atas penarikan hutang. Selain itu, jika harga
yang dibayar lebih kecil dari nilai buku utang tersebut, akan dihasilkan keuntungan konstruktif.

Keuntungan atau kerugian ini disebut konstruktif karena merupakan keuntungan atau
kerugian yang direalisasi dan diakui dari sudut pandang entitas konsolidasi, tetapi tidak
dicatat dalam pembukuan terpisah perusahaan afiliasi pada saat pembelian. Keuntungan dan
kerugian konstruktif atas transaksi obligasi antarperusahaan harus dialokasikan diantara
perusahaan afiliasi pembeli dan penerbit sesuai dengan nilai nominal obligasi tersebut.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas, Maka rumusan Masalah Dalam makalah ini yaitu,
sebagai berikut:

1. Bagaimana Proses Transfer Aset tak Lancar ?

2. Bagaimana Aplikasi Proses transfer asset tak lancar antar perusahaan?

3. Bagaimana Constructive gains and losses on intercompany bond?

4. Bagaimana Transaksi Obligasi Antarperusahaan?

5. Apa Saja Keuntungan dan Kerugian Konstruktif atas Obligasi Antar perusahaan?

6. Bagaimana Obligasi Induk Dibeli oleh Anak Perusahaan?

7. Bagaimana Obligasi Anak Dibeli oleh Induk Perusahaan?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan Rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Transfer Aset tak Lancar !

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Aplikasi Proses transfer asset tak lancar antar perusahaan!

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Constructive gains and losses on intercompany bond!

4. Untuk Mengetahui Bagaimana Transaksi Obligasi Antarperusahaan!

5. Untuk Mengetahui Apa Saja Keuntungan dan Kerugian Konstruktif atas Obligasi Antar
perusahaan!

6. Untuk Mengetahui Bagaimana Obligasi Induk Dibeli oleh Anak Perusahaan!

7. Untuk Mengetahui Bagaimana Obligasi Anak Dibeli oleh Induk Perusahaan!


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Intercompany Profit Transaction-Plant Assets

2.1.1 Transfer Antar Perusahaan: Aset Tak Lancar

Induk perusahaan dan anak-anak perusahaannya sering kali terlibat dalam


berbagai transaksi antara mereka sendiri. transaksi tersebut sering merupakan bagian
penting dari operasi keseluruhan enttas konsolidası. Transaksi antar perusahaan yang
berhubungan istimewa ini disebut transfer antarperusahaan (interoorporate transfers). Ide
pokok dari laporan keuangan konsolidasi adalah menyajikan aktivitas dari afiliasi
konsolidasi seakan- akan penusahaan afiliasi yang terpisah tersebut merupakan satu
perusahaan tunggal. Oleh karena itu, perusahaan tunggal tidak dapat diperbolehkan untuk
memasukan transaksi internal dalam laporan keuanganrya, maka entitas konsolidasi juga
harnus mengeluarkan seluruh pengaruh dari transaksi yang terjadi di dalam ntitas
konsolidasi dari laporan keuangannya.

1. Gambaran Umum Mengenai Entitas Konsolidasi

Entitas konsolidasi adalah agregasi dari sejumlah perusahaan yang


berbeda. Laporan keuangan yang disusun oleh masing-masing afiliasi
dikonsolidasi menjadi satu laporan keuangan yang mnyajikan posisi keuangan
dan hasil operasi dari seluruh entitas ekonomi seakan-akan merupakan
perusahaan tunggal.

Figure 6-1 mengilustrasikan entitas konsolidasi di mana tiap


perusahaan terlibat dalam transfer antarperusahaan dan transaksi dengan pihak
eksternal. Dari sudut pandang konsolidasi, hanya transaksi dengan pihak luar
entitas ekonomi yang dimasukkan dalam laporan laba rugi. Oleh karena itu,
panah yang melintas garis entitas konsolidasi di Figur 6-1 mencerminkan
transaksi yang akan dimasukkan dalam hasil operasi entitas konsolidasi untuk
periode tersebut. Transfer antara perusahaan afiliasi, ditunjukkan di Figur 6-1
sebagai panah yang tidak melewati garis batas entitas konsolidasi, setara dengan
transfer antara divisi operasi dalam suatu perusahaan tunggal dan tidak
dilaporkan dalam laporan keuangan konsolidasi.
a. Eliminasi Transfer Perusahaan

Semua aspek transfer antarperusahaan harus dieliminasi dalam


penyusunan laporan keuangan konsolidası, sehingga laporan keuagan
tersebut terlihat seakan-akan merupakan laporan keuangan dari suatu
perusah aan tunggal. PSAK 4, "Laporan Keuangan Konsolidas”
menyebutkan saldo antarpenusahaan, pembelian dan penjualan, serta
pengeluaan/beban sebagai contoh dari saldo antarperusahaan dan
transaksi yang harus dieliminas.

Tidak ada perbedaan antara anak perusaaan yang dmiliki penuh


dan anak perusahaan yang tidak dimiliki penih sehubungan dengan
eliminasi transfer antarperusahaan. Konsohdasi berfokus pada konsep
enttas tungga, bukan persentase kepemilikan. Jika konsolidasi terpenuhi,
maka perusahaan menjadi bagian dari entitas ekonomi tunggal, dan
semua transaksi dengan perusahaan lain yang berhubungan istimewa
menjadi transfer interal yang harus dieliminasi penuh, tidak bergantung
pad persentase kepemilikan.

b. Eliminasi Laba dan Rugi yang Belum Direalisas

Laba dan rugi dari penjualan suatu barang ke pihak yang


berhubungan istimewa umumnya dianggap direalisasi pada saat
penjualan dari perspektif perusahaan penjual, tetapi untuk tujuan
konsolidasi laba tersebut belum dianggap direalisasi sampai direalisasi,
biasanya melalui penjualan ke pihak yang tidak berhubungan istimewa.
Laba belum direalisasi dari transfer antarperusahaan ini disebut laba
antarperusahaan yang belum direalisasi (unrealized intercompany profit).

Dari sudut pandang entitas konsolidasi, penjualan aset dalam


entitas konsolidasi hanya merupakan perubahan lokasi aset dan tidak
mencerminkan akhir dari proses pendapatan. Untuk mencapai akhir dari
proses pendapatan dalam entitas konsolidasi, harus terjadi penjualan ke
pihak eksternal dari entitas konsolidasi. Kunci untuk menentukan kapan
melaporkan transaksi dalam laporan keuangan konsolidasi adalah dengan
memvisualisasikan entitas konsolidasi dan menentukan apakah transaksi
tertentu terjadi seluruhnya di dalam entitas konsolidasi.

2.1.2 Aplikasi Proses Transfer Asset tak Lancar Antar Perusahaan

1. Transfer Jasa Antar perusahaan

Perusahaan yang berhubungan istimewa sering kali membeli jasa dari


satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Jenis jasa antarpersahaan tersebut dapat
bemacam-macam: pembelian jasa konsultasi, jasa rekayasa, jasa pemasaran, dan
jasa pemeliharaan.

Pada saat suatu perusahaan membeli jasa dari pihak yang berhubungan
istimewa, umumnya pembeli mencatatnya sebagai beban dan penjual
mencatatnya sebagai pendapatan. Pada saat penyusunan laporan keuangan
konsolidasi, beban dan pendapatan tersebut harus dieliminasi.

Umumnya, pendekatan yang lebih sederhana digunakan dalam eliminasi


transaksi antarperusahaan dengan mengasuimskan balnwa Jasa tesedr
mengumung kan periode sekarang, dan karenanya setiap laba antarperusahaan
atas jasa tersebut telah direalisasi pada periode dilakukannya transfer. Oleh
karena itu, tidak ada ayat jurnal eliminasi sehubungan dengan transfer pada
periode berjalan diperlukan di periode berikutnya sebab laba antarperusahaan
dianggap telah direalisasi pada periode transfer. Biasanya, asumsi bahwa laba
dari penjualan jasa antarperusahaan direalisasi pada periode penjualan bukanlah
asumsi yang tidak realitas. Akan tetapi, dalam beberapa kasus realisasi laba
antarperusahaan dari penjualan jasa tidak terjadi pada periode pemberian jasa
tersebut dan jumlahnya signifikan.

Sebagai contoh, jika induk perusahaan membebankan ke anak perusah


aan jasa arsitektur untu mendesain fasilitas manufaktur banu untuk anak
perusahaan, anak perusahaan akan mengapitalisasi biaya tersebut dalam biaya
fasilitas baru yang dimaksud. Akan tetapi, dari sudut pandang konsolidasi, setiap
laba yang diakui induk perusahaan dari penjualan jasa (selisih pendapatan dari
pemberian jasa) harus diceliminasi dari biaya fasilitas baru yang dilaporkan
sampai laba antarperusahaan direalisasi.

2. Transfer Aset Berupa Tanah

Pada saat transfer aset tak lancar terjadi, penyesuaian seringkali


diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi selama tanah
tersebut masih dimiliki oleh perusahaan.

a. Gambaran Umum Proses Eliminasi Laba

Pada saat transfer aset tak lancar terjadi, penyesuaian sering kali
diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi selama
tanah tersebut masih dimiliki oleh perusahaan pembeli. Pada saat tanah
ditransfer antara pihak yang berhubungan istimewa pada nilai bukunya,
tidak ada penyesuaian atau eliminasi khusus yang diperlukan dalam
penyusunan laporan keuangan konsolidasi.

Sebagai contoh, jika suatu perusahaan membeli tanah senilai Rp.


10.000.000 dan menjualnya ke anak perusahaan senilai Rp.10.000.000,
maka aset tersebut terus dinilai sebesar Rp. 10.000.000 biaya perolehan
awal dari entitas konsolidasi.

Karena penjual tidak mencatat keuntungan atau kerugian, maka


dari sudut pandang konsolidasi, laba maupun aset dinyatakan secara
tepat. Transfer tanah yang lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai
bukunya memerlukan perlakuan khusus dalam proses konsolidasi.
Keuntungan atau kerugian entitas penjual harus dieliminasi karena tanah
tersebut masih dimiliki oleh entitas konsolidasi, dan tidak ada
keuntungan atau kerugian yang dilaporkan dalam laporan keuangan
konsolidasi sampai tanah tersebut dijual ke pihak diluar entitas
konsolidasi.

Tanah juga harus dilaporkan sebesar biaya perolehan awalnya


dalam laporan keuangan konsolidasi selama tanah tersebut masih
dimiliki didalam entitas konsolidasi, siapapun pihak afiliasi yang
memiliki tanah tersebut.

Sebagai ilustasi, asumsikan bahwa PT Induk mengakuisisi tanah


senilai Rp.20.000.000 pada tanggal 1 januari 20X1, dan menjual tanah
tersebut ke anak perusahaannya, PT.Anak, pada tanggal 1 juli 20X1,
sebesar Rp35.000.000, sebagai berikut.

b. Entitas Konsolidasi

PT induk mencatat pembelian tanah dan penjualan ke PT Anak


dengan ayat jurnal berikut.

1 Januari 20X1

(1) Tanah 20.000.000


Kas 20.000.00

(Mencatat pembelian tanah)

1 Juli 20X1

(2) Kas 35.000.000

Tanah 20.000.00

Keutungan Penjualan Tanah 15.000.00

(Mencatat penjualan tanah ke PT Anak)

PT Anak mencatat pembelian tanah dari PT induk sebagai


berikut.

1 Juli 20X1

(3) Tanah 35.000.0000

Kas 35.000.00

(Mencatat pembelian tanah dari PT Induk)

Transfer antarperusahaan mengakibatkan penjual mengakui


keuntung an sebesar Rp.15.000.000 dan nilai tercatat tanah meningkat
sebesar jumlah yang sama. Kedua angka tesebut tidak dilaporkan daam
laporan keuangan konsolidasi karena keuntumgan antar perusahaan
sebesar Rp.15.000.000 belum terealisasi dari sudut pandang entitas
konsolidasi.

Tanah belum dijual ke pihak diluar entitas konsolidasi, tetapi


hanya ditransfer di dalam, sehingga tan ah harus tetap dilaporkan sebesar
biaya perolehan awanya dari entitas konsolidasi. Keuntungan harus
dieliminasi dalam penyusutan laporan keuangan konsolidasi dan tanah
harus dinyatakan kembali dari Rp.35.000.000 yang dicatat oleh PT Anak
ke biaya perolehan awalnya sebesar Rp.20.000.000. Hal ini dilakukan
dengan ayat jurnal eliminasi berikut dalam kertas kerja yang dibuat pada
akhir tahun 20X1.
c. Alokasi Eliminasi Laba Belum Direalisasi

Keuntungan atau kerugian dari transfer antarperusahaan diakui


oleh afiliasi penjual dan menadi hak pemegang saham afliasi tersebut.
Penjualan yang terjadi dan induk perusahaan ke anak perusahaan disebut
penjualan arus ke bawah (downstream sale), setiap keuntungan atau
kerugian dan transter tersebut menadi hak pemegang saham induk
perusahaan. Sedangkan penjualan dari anak perusahaan ke induk
perusahaan disebut penjualan arus ke atas (upstream sale), yaitu setiap
keuntungan atau kerugian menjadi hak pemegang saham anak
perusahaan. Jika anak perusahaan dimiliki penih, maka semua
keuntungan atau kerugian pada akhirnya menjadi hak induk perusahaan
sebagai satu-satunya pemegang saham.

Akan tetapi, jika anak perusahaan tidak dimiliki pemuh, maka


keuntungan atau kerugian dari penjualan arus ke atas harus dibagi antara
induk perusahaan dan pemegang saham minoritas

Umumnya, keuntungan atau kerugian dianggap belum direalisasi


oleh entitas konsolidasi sampai dilakukan penjualan ke pihak eksternal.
Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi dieliminasi dalam
penyusunan laporan keuangan konsolidasi terhadap hak pemegang
saham yang mengakui keuntungan atau kerugian tersebut pertama kali,
yaitu pemegang saham dari afiliasi penjual. Keuntungan atau kerugian
antarperusahaan yang belum direalisasi dieliminasi dengan cara berikut.

Perlu diingat bahwa keuntung an dan kerugian antarperusahaan


belum direalisasi selalu dieliminasi pemuh dalam penyusunan laporan
keuangan konsolidasi. Keberadaan kepemilikan minoritas di ana
penusahaan penjual hanya memengaruhi alokasi eliminasi keuntungan
atau keruguan belum direaliasi, bukan jumlah yang dieliminasi.
d. Eliminasi Laba Belum Direalisasi Setelah Tahun Pertama

Pada periode timbulnya laba belum direalisasi dari penjualan


antarperusahaan, ayat jurnal eliminasi kertas kerja digunakan dalam
proses konsolidasi untuk mengilangkan pengaruh kcuntungan atau
kerugian yang dicatat oleh penjual dan menyesuaikan Jumlah asset yang
dilaporkan menjadi harga semula yang dibayarkan oleh afiliasi penjual.
Tiap periode setelahnya selama aset tersebut masih dimiliki oleh afiliasi
pembeli, saldo aset yang dilaporkan dan klaim pemegang saham dari
afiliasi penjusal harus disesuaikan untuk menghilangkan pengaruh dari
keuntungan atau kerugian belm direalisasi. Laba dari periode yang akan
datang tidak akan berpengaruh.

e. Perlepasan Aset di Kemudian Hari

Keuntungan antarperusahaan belum direalisasi dari penjualan


aset dianggap direalisasi pada saat aset tersebut dijual kembali ke pihak
eksternal. Untuk tujuan konsolidasi, keutungan atau kerugian yang diakui
oleh afiliasi yang menjual ke pihak cksternal harus disesuaikan dengan
keuntungan atau kerugian antarperusahaan belum direalisasi. Walaupun
laba yang diaporkan penjual dari penj ualan ekstemal berdasaran pada
biaya perolehan afnlhasi tersebut, keuntun gan atau kerugian yang
dilaporkan oleh entitas konsolidasi berdasarkan biaya perolehan aset dari
entitas konsolidasi, yaitu biaya perolehan yang terjadi oleh afiliasi yang
membeli aset tersebut semula dari pihak luar

Pada saat keuntungan antarperus ahaan belum drealisasi


kemudian menjadi direalisasi, pemgaruh dari proses eliminasi laba harus
dibalik. Pada saat realisasi, jumlah penuh dari laba antarperusahaan yang
ditangguhkan ditambahkan kembali ke perhitungan laba bersih
konsolidasi dan dialokasikan ke kepemilikan minoritas dari mana
sebelumnya laba tersebut dieliminasi.

3. Transfer Aset Berupa Aset Disusutkan

Labu antarperusahaan belum direalisasi dari aset disusutkan atau


doamortisasi lianggap akan direalisasi secara bertahap selama sisa umur
ekonomis aset tersebut bersamaan dengan penggunaannya oleh afiliasi pembeli
dalam menghasilkan pendapatan dari pihak non-afiliasi. Pengaruhnya, bagian
dari keuntungan atau kerugian belum direalisasi menjadi direalisasi setiap
periode seiring dengan manfaat yang didapat dari aset tersebut dan potensi
jasanya berkurang.

Jumlah penyusutan yang diakui dalam pembukuan perusahaan setiap


periode atas asset yang dibeli dari afliasi berdasarkan pada harga transfer
antarperusahaan. Akan tetapi, Dari sudut pandang konsolidasi, penyusutan harus
didasarkan pada biaya perolehan aset untuk entitas konsolidasi, yaitu biaya
perolehan aset dari pihak yang semula membeliaset tersebut dari pihak luar. Ayat
jurmal eliminasi yang diperlukan dalam kertas kerja konsolidasi untuk
menyatakan kembali aset tersebut, akumulasi penyusutan terkait, dan beban
penyusutan terkait menjadi jumlah yang akan muncul di laporan keuangan
konsolidasian jika tidak terdapat transfer antarperusahaan. Oleh karena penjualan
antarperusahaan terjadi seluruhnya dalam entitas konsolidasi, maka laporan
keuangan konsolidasi harus muncul seakan-akan transfer antarperusahaan
tersebut tidak pernah terjadi.

a. Perubahan Estimasi Umur Aset Setelah Transfer

Pada saat aset disusutkan ditransfer antarperusahaan, perubahan


estimasi sisa umur ekonomis dapat terjadi.Sebagai contoh, perusahaan
pengakuisisi mungin menggunakan asset tersebut untuk proses produksi
yang berbeda atau frekuensi peng8gunaan berebda. Jika terjadi
perubahan estimasi sisa umur aset disusutkan pada saat transfer antar
perusahaan, maka perlakuannya sama dengan jika perubahan tersebut
terjadi pada saat aset tersebut masih terdapat pada pembukuan afiliasi
yang mentransfer. Sisa masa manfaat yang baru digunakan sebagai
dasarpenyusutan, baik untuk afihasi pembelh maupun untuk tujuan
penyusunan laporan keuangan konsolidasian.

b. Penjualan Upstream

Perlakuan laba belum terealisasi dari penjualan antarperusahaan


arus kas atas Sama dengan perlakuan untuk penjualan downstream
kecuali kaba belum terealisasi, dan pengakuan realisasi berikutnya harus
dialokasikan anatar pemilik entitas induk (kepentingan pengendali) dan
kepentingan non pengendali.

c. Transfer Aset Sebelum Akhir Tahun

Pada kasus dengan trans fer aset antarperus ahaan terjadi selama
periode berjalan bukan pada akhir periode, sebagian dari keuntungan
atau kerugian antarperusahaan dianggap direalisasi pada periode transfer.
Jika hal ini terjadi, maka ayat jumal eliminasi kertas kerja pada akhir
tahun tersebut harus memasukkan pengaruh beban penyusutan dan
akumulasi penyusutan, Jumlah penyesuaian ini sama dengan selisih
antara penyusutan yang dicatat oleh pembeli dan penyusutan yang
seharusnya dicatat oleh penjual untuk periode yang dimulai dari saat
penjualan antarperusahaan.

4. Transfer Aset Berupa Aset Diamortisasi

Hak produksi, paten, dan jenis aset tak berwujud lain dapat dijual ke
perusahaan afiliasi. Akuntansi untuk aset tak berwujud biasanya berbeda dengan
akuntansi aset berwujud dalam hal amortisasi aset tak berwujud umumnya
dilaporkan sebesar saldo sisa yang belum diamortisasi tanpa penggunaan akun
kontra. Selain me-netto-kan akumulasi amortisasi dari aset tak berwujud terhadap
biaya perolehan aset, penjualan aset tak berwujud antarperusahaan diperlakukan
dengan cara yang sama dengan penjualan aset berwujud antarpeusahaan,

5. Transfer Aset Tak Lancar Antarperusahaan-Metode Ekuitas Disesuaikan


Penuh Dan Metode Biaya
Induk perusahaan dapat menggunakan pencatatan akuntansi atas anak
perusahaan menggun akan salah satu dari beberapa metode. Selama anak
perusahaan tersebut dikonsolidasi, metode akuntansi anak perusahaan di
pembukuan induk perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap laporan
keuangan konsolidasi.

a. Metode Ekuitas Disesuaikan Penuh

Suatu perusahaan yang memilih untuk mencatat investasinya


menggunakan metode ekuitas disesuaikan penuh untuk mencatat bagian
proporsional dari laba dan dividen anak perusahaan. Selain itu, bagian
investor dari laba antarperusahaan dar transaksi antarperusaha an
dihilangkan dari laba induk perusahaan pada peruode penjualan
antarperusahaan dengan mengurangi akun investasi dan laba yang diakui
dari investee. Pada saat laba antarperusahaan di kemudian hari
direalisasi, investor meningkatkan akun investasi dan laba yang diakui
dari investee. Dengan penyesuaian ini, laba bersih induk perusahaan
akan sama dengan laba bersih konsolidasi. Untuk mengilustrasikan hasil
tersebut, asumsikan fakta yang sama dengan penjualan upstream atas
peralatan yang telah dibahas sebelumnyadan tercermin di Figur 6-7.

b. Kertas Kerja Konsolidasi- 20X1

Kertas kerja konsolidasi untuk 31 Desember 20X1 disajikan di


Figur 6-9. Kertas kerja tersebut sama dengan disajikan di Figur 6-7,
kecuali terdapat modifikasi untuk mencerminkan penggunaan metode
ekuitas disesuaikan penuh.

Semua ayat jurnal tersebut sama dengan yang terdapat di Figur 6-7 yang
Disusun menggunakan metode ckuitas dasar, kecuali untuk ayat jurnal
EG9). Ayat jurnal ini mengeliminasi laba yang dicatat oleh PT Induk
berdasarkan metode ekuitas dan berbeda dengan ayat jurnal E(44) di
Figur 6-7 sejumlah penyesuaian laba belum terealisasi yang dicacat oleh
PT Induk di ayat jurnal (68). Kertas kerja selebihnya diselesaikan dengan
cara yang sama dengan metode ekuitas dasar.
Walaupun ayat jurnal (58) menghilangkan bagian pro rata dari
keuntungan belum terealisasi dari laba yang dilaporkan dalam
pembukuan PT Indhuk, ayat tersebut tidak mengeliminasi keuntungan
dari laba bersih konsolidasi. Ayat jurnal (58) hanya mengubah jumlah
laba anak perusahaan yang diakui PT Induk dan saldo akun investasi.
Kedua saldo ini pada akhimya akan dieliminasi dengan ayat jurnal E($9)
dan E(61). Akun keuntungan yang terdapat dalam pembukuan PT Anak
pada saat penjualan peralatan tidak terpengaruh oleh ayat jurnal yang
dicatat oleh PT nduk., dan karenanya, Saldo keuntungan dicatat ke kertas
kerja konsolidasi apabila tidak dieliminasi. Ayat jurnal E(62) diperlukan
untuk mencegah munculnya keuntungan dalam laporan laba rugi
konsolidasian.

c. Kertas Kerja Konsolidasi-20X2

Ayat jumal ini sama dengan ayat jumal elminasi yang digunakan
pada metode ekuitas dasar, dengan dua perbedaan. Pertama, ayat jurnal
E(66) mengeliminasi laba dan dividen PT Anak yang diakui oleh PT
Induk. Oleh karena laba tahun 20X2 yang diakui oleh PT Induk
berdasarkan metode ekuitas disesuaikan penuh termasuk bagian PT
Induk atas keuntungan antarperusahaan tahun 20X1 yang terealisasi ,
yang ticak temasuk dalam penghitungan laba menggunakan metode
ekuitas dasar, maka eliminasi laba lebih tinggi Rp80.000 (Rpl00.000 x
0,80) apabila menggunakan metode ekutas disesuaikan penuh.

Kedua perbedaan terdapat pada ayat jurnal E(69) Apabila


menggunakan metode ekuitas dasar, bagian induk perusahaan atas
keuntungan antarperusahaan belum terealisasi pada awal tahun 20X2
termasuk dalam saldo laba dan harus dieliminasi pada saat konsolidasi.
Dalam ilustrasi metode ckuitas dasar, hal ini dilakukan melalui ayat junal
E(51). Akan tetapi, apabila menggun ak an metode ekuitas disesuaikan
penuh, bagian induk perusahaan atas keuntungan antarperusahaan belum
terealisasi dikurangi dari laba pada pembukaan induk perusahaan pada
tahun terjadinya transfer antarperusahaan, sehingga tidaktermasuk dalam
saldo laba. Oleh karena itu, tidak diperlukan tambahan eliminasi atas
saldo laba.

Debit ke saldo laba pada ayat jurnal E(S1) digantikan dengan


debit ke akun investasi pada ayat jurnal E(69). Oleh karena akun
investasi dikurangi pada saat yang sama dengan pengurangan laba balum
terealisasi dari laba induk perusahaan, ayat jurmal eliminasi E(68) yang
mengkredit akun investasi sebesar bagian proposional induk perusahaan
atas saldo ekuitas pemegang saham induk perusahaan awal,
mengeliminasi jumlah yang lebih besar dari saldo akun investasi awal
actual. Jumlah tambahan tersebut sama dengan bagian induk perusahaan
atas keuntungan antarperusahaan belum terealisasi pada awal periode.
Ayat jurnal E(69) mendebit akun investasi sebesar jumlah tersebut, dan
kedua ayat jurnal, E(68) dan E(69), mengeliminasi seluruh saldo
investasi awal.Semua ayat jurnal yang lain sama dalam metode ckuitas
dasar dan metode ekuitas disesuaikan penuh.

d. Metode Biaya

Apabila menggunakan metode biaya untuk akuntansi investasi


pada anak perusahaan, induk penusahaan mencatat dividen yang diterima
darn anak peusahaan selama periode berjalan sebagai pendapatan. Dalam
metode biaya, tidak ada jurnal yang dibuat untuk mencatat bagian induk
perusahaan atas laba anak perusahaan yang tidak didistribusikan,
amortisasi differensial, atau menghilangkan laba antarperusahaan belum
direalisasi.

Untuk menglustrasikan konsolidasi setelah adanya pengualan


peralatan antarperusahaan jika induk perusahaan mencatat investasi pada
anak perusahaan menggunakan metode biaya, asumsikan fakta yang
sama dengan ilustrasi sebelumnya untuk penjualan upstream.

2.2 Transaksi Antar Perusahaan – Obligasi


Perusahaan afiliasi biasanya saling pinjam meminjam uang. Hal tersebut tidak
menimbulkan masalah, induk perusahaan hanya akan mengeliminasi utang piutang tersebut
berikut pendapatan dan beban bunganya di dalam proses penyusunan laporan konsolidasi.
Masalah khusus akuntansi dalam hutang piutang antar perusahaan timbul ketika satu
perusahaan afiliasi membeli instrument liabilitas perusahaan afiliasi lainnya dari luar perusahaan.
Misal induk perusahaan (P) membeli obligasi anak perusahaan (S) dari bursa. Dari sudut pandang
konsolidasi, hutang tersebut sudah lunas retired, sedangkan dari sudut pandang S hutang tersebut
masih beredar. Retirement seperti ini disebut constructive retirement, yang berarti obligasi retired
dari sudut pandang konsolidasi karena akun Investment in bond akan dieliminasi dengan akun
Bonds Payable dalam proses penyusunan laporan konsolidasi. Selisih antara nilai tercatat Bond
Payable dengan harga beli Investment in Bond adalah laba atau rugi bagi konsolidasi.

2.2.1 Constructive gains and losses on intercompany bond

Bila suatu perusahaan afiliasi melunasi bond perusahaan afiliasi lainnya dengan
harga yang lebih tinggi dari nilai tercatatnya (nilai nominal bond dikurangi unamortized
discount atau ditambah unamortized premium), maka perusahaan tersebut menderita
kerugian, sedangkan bila sebaliknya, perusahaan mengakui adanya keuntungan. Laba
atau rugi ini disebut laba/rugi konstruktif yang hanya diakui oleh konsolidasi.
Pembelian obligasi antar perusahaan dapat mengambil dua bentuk, yaitu:
 Obligasi induk dibeli oleh anak perusahaan (seperti downstream sale dalam
intercompany profit transaction – inventory/plant assets)
 Obligasi anak dibeli oleh induk perusahaan (seperti upstream sale dalam
intercompany profit transaction – inventory/plant assets)

2.2.2 Transaksi Obligasi Antar perusahaan

Perusahaan dapat merealisasi, tetapi tidak mengakui, keuntungan atau kerugian


atas obligasi yang beredar dengan menebus atau menarik obligasi yang beredar pada
perusahaan induk, yang mengendalikan semua pelunasan utang dan keputusan lainnya
bagi entitas konsolidasi, memiliki opsi berikut:
 Perusahaan penerbit (perusahaan induk maupun anak) dapat menggunakan
sumber-sumber yang ada untuk membeli dan menarik obligasinya sendiri.
 Perusahaan penerbit (perusahaan induk atau punak) dapat meminjam uang dari
entitas nonafiliasi dengan suku bunga pasar dan menggunakan dana tersebut
untuk menarik obligasinya sendiri (opsi in merupakan pendapatan kembali)
 Perusahaan penerbit dapat meminjam uang dari perusahaan afiliasi dan
menggunakan dana tersebut untuk menarik obligasinya sendiri.
 Perusahaan afiliasi (perusahaan induk atau anak) dapat membeli obligasi dari
perusahaan penerbit, di mana obligasinya ditarik secara konstruksif.

2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Konstruktif atas Obligasi Antarperusahaan

Keuntungan dan kerugian konstruktif atas obligasi adalah (1) keuntungan dan
kerugian yang direalisasi dari sudut pandang entitas konsolidasi (2) yang timbul ketika
perusahaan membeli obligasi perusahaan afiliasi (3) dariu entitas lainya (4) pada harga
senilai buku obligasi tersebut. Tidak akan ada keuntungan atau kerugian dari pembelian
obligasi perusahaan afiliasi pada nilai buku atau dari pinjaman-meminjam secara
langsung diantara perusahaan-perusahaan afiliasi.
Beberapa pakar teori akuntansi berpendapat bahwa keuntungan dan kerugian
konstruktif atas transaksi obligasi antarperusahaan harus dialokasiakan diantara
perusahaan afiliasi pembeli dan penerbit sesui dengan nilai nominal obligasi tersebut.
Sebagai contoh, jika perusahaan induk membayar $99.000 untuk oblijgasi beredar
perusahaan Anakyang bernilai nominal $100.000 dengan premi yang belum diamortisasi
sebesar $2.000, keuntungan konstruktif sebesar $3.000 ($102.000 dikurangi $990.000)
akan dialokasikan ke perusahaan Induk sebesar $1.000 dan perusahaan Anak sebesar
$2.000. Hal ini disebut sebagai teori nilai nominal (par value theort).

2.2.4 Obligasi Induk Dibeli oleh Anak Perusahaan


Constructive retirement dari obligasi induk perusahaan, terjadi bila anak
perusahaan membeli obligasi induk yang sedang beredar. Anak perusahaan akan
mencatat pembelian obligasi tersebut dalam akun Investment in bond. Baik induk
maupun anak perusahaan tidak akan mengakui constructive gain/loss di dalam bukunya
masing-masing. Selisih antara utang obligasi dan Investment in Bond merupakan
constructive gain/loss
Contoh 1:
P memiliki 80% saham S. 2 Januari 2010 P menjual bond payable
$1,000,000 par, bunga 10% jatuh tempo 10 tahun. 31 Desember 2010 S membeli
$100,000 dari bond ini dengan harga $104,500 dari bursa. Pembelian bond oleh S ini
mengakibatkan constructive retirement bond payablenya P dan menimbulkan
constructive loss dari sudut pandang konsolidasi sebesar $4,500 ($104,500 –
$100,000). Dengan demikian laporan konsolidasi akan menyajikan constructive loss
$4,500 dan Bond Payable $900,000. Jurnal eliminasi yang dibuat adalah:

Loss on constructive retirement of bonds $ 4,500


10% Bonds payable $ 100,000
Investment in Bond $104,500

2.2.5 Obligasi Anak Dibeli oleh Induk Perusahaan

Dalam kasus obligasi anak dibeli oleh induk perusahaan, maka pengakuan
laba/rugi konstruktif secara bertahap (piecemeal recognition of constructive gain/loss)
diakui juga oleh NCI, sehingga pengkreditan ke Retained earning awal induk pada
penyusunan laporan konsolidasi setelah tahun perolehan, hanya sebesar % kepemilikan
induk.
Contoh:
Awal Januari 2009, P membeli 90% saham S senilai $9,225,000. Pada saat itu
ekuitas S terdiri dari Capital stock $10,000,000 dan Retained earnings $250,000. Per 31
Desember 2009, S mempunyai obligasi yang beredar senilai $10,000,000 par, bunga
10%, unamortized discount $300,000; bunga dibayar tiap tanggal 1 Januari dan 1 Juli,
jatuh tempo 5 tahun lagi.
2 Januari 2010, P membeli 50% obligasi S senilai $5,150,000. Dari sudut
pandang konsolidasi, transaksi ini mengakibatkan kerugian konstruktif $300,000,
(5,150,000 - $4,850,000), yaitu harga perolehan obligasi $5,150,000 lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai tercatat obligasi 50% x (10,000,000 -300,000).
Selama tahun 2010, S mencatat interest expense sebesar $1,060,000. Jumlah ini
berasal dari pembayaran bunga [(10% x 10,000,000) ditambah amortisasi discount
300,000/5 th. Sedangkan P mengakui interest income $470,000. Jumlah ini berasal dari
penerimaan bunga [(10% x 5,000,000) dikurangi amortisasi premium 150,000/5 th.
Selisih antara interest expense dengan interest income (½ x 1,060,000) – 470,000 =
60,000 merupakan piecemeal recognition of loss 300,000/5 th.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obligasi merupakan surat utang yang mencantumkan janji untuk membayar sejumlah
uang pada tanggal jatuh tempo ditambah bunga periodik sesuai dengan presentase tertentu
terhadap nilai nominal. Jika harga yang dibayar oleh suatu perusahaan afIliasi untuk memperoleh
utang dari pihak lainnya lebih besar dari nilai buku kewajiban (nilai nominal ditambah premi
yang belum diamortisasi atau dikurangi diskonto yang belum diamortisasi dan biaya
penerbitan), akan terjadi kerugian konstruktif atas penarikan hutang. Selain itu, jika harga
yang dibayar lebih kecil dari nilai buku utang tersebut, akan dihasilkan keuntungan konstruktif.
Keuntungan atau kerugian ini disebut konstruktif karena merupakan keuntungan atau
kerugian yang direalisasi dan diakui dari sudut pandang entitas konsolidasi, tetapi tidak
dicatat dalam pembukuan terpisah perusahaan afiliasi pada saat pembelian. Keuntungan dan
kerugian konstruktif atas transaksi obligasi antarperusahaan harus dialokasikan diantara
perusahaan afiliasi pembeli dan penerbit sesuai dengan nilai nominal obligasi tersebut.
Jual beli surat hutang antara induk dan anak perusahaan akan menimbulkan constructive
retirement. Dari sudut pandang konsolidasi, hutang tersebut sudah lunas, sedangkan dari sudut
pandang S hutang tersebut masih beredar. Obligasi retired dari sudut pandang konsolidasi karena
akun Investment in bond akan dieliminasi dengan akun Bonds Payable dalam proses penyusunan
laporan konsolidasi.
DAFTAR PUSTAKA

Richard E. Baker,Theodore E. Christensen, David M. Cottrell, Kurnia Irwansyah rais, Widhi


Astono, Etty Retno Wulandari, Akuntansi Keuangan Lanjutan –Perspektif Indonesian, edisi ke 2, Buku 1,
Salemba Empat, 2025.

Anda mungkin juga menyukai