Anda di halaman 1dari 8

TUGAS METAFISIKA

KELOMPOK 8 (DELAPAN)
PANDANGAN METAFISIKA TERHADAP ORANG
YANG TERJEBAK DALAM KEPENTINGAN
KELOMPOK

Disusun Oleh :

WANDRO ABADI AGNELLUS MALAU (2125300026)


MUNAWWARAH LUBIS (2115300027)
NUR FATIHA UTAMI NASUTION (2115300028)
SYAFRIL GUNAWAN (2115300029)
RUDY ADI CHANDRA (2115300030)
HIMMATUL ULYA (2115300031)
JUSTRI NOVIYANA TELAUMBANUA (2115300032)
ISNAN SARWA PRASETYO (2115300033)
BOLOANSAH NASUTION (2115300034)

MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah
dan rahmat-Nya maka dapat menyelesaikan tugas metafisika ini dengan
semampunya. Tugas ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa
tentang Metafisika terutama Pandangan Metafisika Terhadap Orang yang
Terjebak Dalam Kepentingan Kelompok. Metafisika Adalah suatu ilmu yang
membahas dan mempelajari hal-hal metafisika yg bersifat abstrak dan gaib dan
trensendent melalui metode atau cara-cara yg di benarkan. Kepentingan kelompok
adalah kepentingan sekelompok manusia yang mengadakan persekutuan yang
didorong oleh kepentingan-kepentingan tertentu yang memiliki tujuan yang sama.
Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritik sebagai penyempurnaan tugas
metafisika ini.

Penulis

2
Daftar Isi
Kata Pengantar

Daftar Isi

PEMBAHASAN

A. Metafisika
B. Hakikat Manusia
C. Kepentingan Kelompok
D. Pandangan Metafisika terhadap orang yang terjebak dalam
kepentingan kelompok

3
PEMBAHASAN

PANDANGAN METAFISIKA TERHADAP ORANG YANG TERJEBAK


DALAM KEPENTINGAN KELOMPOK

a. Metafisika

Metafisika berasal dari kata meta ta physika yang berarti hal-hal yang terdapat


sesudah fisika, di luar/kebalikan fisika, ajaran tentang dasar-dasar kenyataan.
metafisika mempelajari pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang eksistensi
sesuatu. Maka dapat didefenisikan sebagai bagian pengetahuan mausia yang
bersangkutan dengan pertanyaan mengenai hakikat yang ada dan yang terdalam.
Metafisika dapat didefenisikan sebagai berikut :
1. Suatu usaha untuk memperoleh suatu penjelasan yang benar tentang kenyataan.
2. Sifat  dasar kenyataan dalam aspeknya yang paling umum sejauh hal itu dapat
dicapai.
3. Kenyataan yang terdalam dari semua hal.
4. Suatu usaha intelektual yang sungguh-sungguh untuk melukiskan sifat-sifat
umum dari kenyataan.
5. Teori tentang sifat dasar dari struktur dari kenyataan.
Mengingat metafisika itu sangat luas, maka biasanya metafisika dibagi
menjadi empat cabang, yaitu ontologi, kosmologi, antropologi metafisik, dan
filsafat ketuhanan.
Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental.
Dalam kerangka tradisional, ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-
prinsip umum dari hal ada. Sedangkan dalam pemakaiannya akhir-akhir ini
ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.
Kosmologi menyelidiki jenis tata tertib yang paling fundamental dalam
kenyataan, yaitu apakah untuk segala sesuatu yang menjadi ada selalu ada suatu
sebab yang menentukannya menjadi seperti apa adanya dan bukan sebaliknya,
atau apakah hanya ada kebetulan yang murni atau tata tertib teleologis yang
mengandung penyesuaian sarana-sarana kepada tujuan.
4
Adapun antropologi metafisika adalah filsafat tentang manusia yang
bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat manusia dan
pentingnya dalam alam semesta.
Adapun filsafat ketuhanan adalah filsafat yang lebih mangarahkan
penelitiannya dan atau pembicaraaannya mengenai segala sesuatu yang ada,
tuhan.
Persoalan metafisis (metaphysical problem) terpokok mengenai
keberadaan (existence), seperti adanya tuhan, alam semesta, manusia, dan segala
realita lainnya. Masalah yang ditanyakan adalah masalah hakikat.
Sebenarnya tujuan metafisika ialah hendak mencapai kenyataan yang
mutlak (absolute wirklichkeit). Metafisika ini sering juga disebut dengan
eksistensialisasi (pengkongkritan, pen. Dimulai dengan esensialisasi).
Dalam dunia filsafat setiap zaman, metafisika menempati tempat yang
penting dan selalu menjadi perbincangan. Metafisika dapat diartikan sebagai
pangkalan bagi sistem spekulasi, teori-teori, dan tanggapan-tanggapan. Salah satu
spekulasi dan atau perbincangan yang tidak terlewatkan dalam kajian metafisika
adalah tentang esensi (dalam arti ini adalah hakikat) manusia.

b. Hakikat Manusia
Apakah manusia itu? Jati diri manusia mambawa kita kepada pengandaian
adanya kesatuan yang utuh di dalam diri manusia. Kesatuan itu begitu mutlak
sehingga tidak dapat dibagi-bagi. Aku adalah aku, baik pada waktu bekerja,
berdo’a, belajar, berjalan-jalan, berpacaran, makan, dan lain-lain. Keutuhan
manusia sebagai dirinya, yaitu makhluk individual yang unik, tidak bisa ditawar,
ditambah, atau dikurangi. Aku yang dulu sama dengan aku yang sekarang, dan
tetap sama sampai kapanpun sebagai aku. Meskipun lingkungan saya berubah,
pergaulan sosial saya berganti, aku tetaplah aku. Aku yang merupakan anak dari
orang tuaku, yang pernah menjadi pelajar dan mahasiswa, yang sekarang terlibat
dalam pelbagai kegiatan dan lingkungan, yang bisa bekerja dan belajar, yang
kadang-kadang berdo’a dan jalan-jalan, yang suatu waktu butuh makan dan
makanan, yang pernah pacaran meskipun cuma sekali dan sebentar, tetaplah aku
dan bukan orag lain. Dengan begitu,  manusia selalu identik dengan dirinya

5
sendiri, meskipun mengalami perubahan di dalam ukuran dan bentuk, perubahan
dalam cara berpikir, merasa, bersikap, cita, perkembangan dalam pergaulan,
peranan yang dimainkan, dan lingkungan sosialnya.
Di lain pihak, manusia meskipun sebagai satu kesatuan yang utuh,
manusia jelas terdiri dari bagian-bagian dan aspek-aspek yang begitu kaya. Aku
terdiri dari badan dan jiwa. masing-masingnya mempunyai kegiatan, kemampuan
dan gaya, serta perkembangan sendiri. Manusia banyak melakukan kegiatan yang
berbeda satu dengan yang lainnya; menangis, tertawa, berpikir, merenung,
membaca, menulis, berharap, jatuh cinta, cemburu, dan lain-lain adalah
kualifikasi  kegiatan tersebut. Intensitas aku (manusia) terdiri dari begitu banyak
pengalaman, baik yang disadari maupun tidak. Bagian-bagian badan manusia juga
bermacam-macam yang mempunyai kegiatan sendiri-sendiri tanpa bisa saling
menggantikan. Dengan begitu, aku yang dulu, yang sekarang, serta yang akan
datang tetap sama sebagai aku. Namun masing-masing tahap perkembangan
mempunyai kepadatan yang berbeda-beda.
Kenyataan di atas menunjukkan bahwa di dalam diri manusia terdapat kesatuan
(unitas) dan keberagaman (kompleksitas). Unitas membawa kita kepada
pemahaman bahwa manusia mempunyai jiwa sebagai penggerak; karena manusia
bukanlah robot. Manusia sebagai pribadi adalah makhluk individual yang
dianugerahi kodrat rasional. Makhluk individual sendiri adalah makhluk yang
merupakan kesatuan antara jiwa dan badan.
Polemik (gambaran) permasalahan, sebenarnya merupakan sebagian
jawaban dari perdebatan atau perbincangan tentang hakikat manusia, yaitu apa itu
manusia? Oleh kelompok-kelompok yang terpecah menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama, menyatakan yang dikatakan manusia itu adalah
jasad/zat/materi. Manusia adalah makhluk materi. Kelompok kedua, menyatakan
hakikat segala yang ada, dalam hal ini manusia, adalah ruh. Kelompok ketiga,
merupakan kelompok yang menempuh jalan tengah; perimbangan antara kedua
jawaban yang bertentangan di atas. Manusia adalah perkaitan badan dan ruh. Ruh
berasal langsung dari Tuhan, sedangkan jasad tidak langsung datang dari Tuhan.
Ia diciptakan melalui suatu modus, yaitu melalui hukum yang digariskan oleh
Tuhan; sunnatullah.

6
Di dalam Islam, di antara keduanya harus berimbang (balance), baik itu dalam
kecenderungan keduanya ataupun kebutuhan keduanya. Pemahaman tentang ruh
sebagai yang berasal dari Tuhan adalah hakikat manusia, tidak mengharuskan
manusia terjebak dalam memahaminya. Dalam artian, dalam kehidupan di dunia
yang dikejar hanyalah kebutuhan ukhrawi saja. Begitu juga sebaliknya;
pemahaman manusia adalah materi, jangan samapai membawa pemahaman bahwa
yang yang akan dilakukan dan dicapai di dunia ini hanyalah
kebahagiaan/kesenangan duniawi saja.

c. Kepentingan Kelompok
Kepentingan kelompok adalah kepentingan sekelompok manusia yang
mengadakan persekutuan yang didorong oleh kepentingan-kepentingan tertentu
yang memiliki kesamaan tujuan. Kepentingan Kelompok juga seringkali bertujuan
untuk memengaruhi keputusan, mencoba untuk meyakinkan, bertindak sesuai
dengan suara atau kepentingan anggota kelompoknya.
Ciri-ciri kepentingan kelompok :
• Kepentingan yang sama membuat orang bersatu untuk membuat sebuah
kelompok dengan nama tertentu.
• Himpunan orang-orang yang berkelompok secara sistematis atas dasar
kepentingan tertentu yang ingin diperjuangkan.
• Setiap kegiatan yang diselenggarakan mengatasnamakan kelompok atau
berfungsi sebagai artikulator kepentingan dalam masyarakat.
• Kegiatan kelompok kepentingan tidak dimaksudkan demi memperoleh jabatan
publik, namun lebih pada usaha partisipasi.
• Terdapat bermacam-macam golongan kepentingan yang bergantung pada
karakteristik organisasi atau kelompok kepentingan tersebut.
Kelompok kepentingan (interest group) kadang-kadang dianggap sebagai
kelompok penekan (pressure group). Sebuah kelompok penekan adalah sebuah
kelompok yang mewakili sebuah kepentingan yang mencoba mencapai tujuannya
dengan menekan pemerintah. Sebuah kelompok penekan akan menggunakan
serangkaian taktik yang luas untuk mencoba memengaruhi opini publik namun

7
tekanan yang paling utama tentu saja kepada pemerintah agar keinginannya dapat
diakomodasi oleh pemegang kekuasaan.
Jenis-Jenis Kepentingan Kelompok berdasarkan anggota yang membentuk suatu
kelompok :
1. Anggotanya berasal dari faktor keturunan. Tidak ada unsur memilih untuk
menjadi anggota kelompok ini.
2. Anggotanya terkait dengan kepentingan ekonomi, atau biasanya terkait dengan
pekerjaan.
3. Anggotanya masuk secara sukarela. Biasanya bertindak sesuai dengan
kepentingan anggotanya.
4. Kelompok yang tidak tentu.

d. Pandangan Metafisika terhadap orang yang terjebak dalam kepentingan


kelompok
Menurut pandangan metafisika sebagai manusia/seseorang harus mampu
mengontrol dan menguasi diri sendiri, manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa yang mempunyai akal pikiran dan dapat membedakan yang baik
dan tidak baik dalam melihat kepentingan suatu kelompok. Dengan menggunakan
hati, perasaan, logika berpikir/akal pikiran sesuai fakta atau kenyataan. Jadi bisa
meringankan atau mengurangi resiko terkecil terjebak dalam suatu kepentingan
kelompok tersebut. Sehingga tidak ada perselisihan yang berakibat fatal dan
berdampak negatif dalam kelompok tersebut akibat kepentingan seseorang atau
kelompok yang tidak memiliki tujuan yang sama. Kita harus mampu melihat
kenyataan yang terjadi atau tujuan dari suatu kelompok, jangan sampai kita
mudah dibujuk untuk kepentingan kelompok agar tujuan mereka tercapai.

Anda mungkin juga menyukai