Anda di halaman 1dari 29

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN

TENTANG PENYAKIT TBC DI RT 02 RW 41 KELURAHAN BOJONG


RAWA LUMBU KOTA BEKASI

DISUSUN OLEH:
AZIZAH PUTRI MAHARDHIKA WARDHANI (1072181040)
HANI SHEILLA SALSABILLA (1072181016)
KARISSA GHEA PASYA (1072181018)
MELANY NUR FATTIAH (1072181020)
RIYO PRASETYO (1072181027)
SOFIA IZMI (1072181008)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MH THAMRIN JAKARTA
TAHUN 2021

LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Kegiatan PBL ini telah disetujui oleh pembimbing
Laporan Kegitan PBL dengan judul

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN TENTANG


PENYAKIT TBC DI RT 02 RW 41 KELURAHAN BOJONG RAWA LUMBU KOTA
BEKASI
(Tuliskan judul laporan, All Caps, Times New Romans 12, Bold, 1 spasi)

Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

(Dwi Wahyuni, SKM, MKM) (Ai Irmayati, S.K.M)

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

(Dwi Wahyuni, SKM, MKM)


ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan
Abstrak
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................8
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................8
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................9
1.3. Tujuan....................................................................................................................................9
1.4. Manfaat..................................................................................................................................9
BAB II Tinjauan Pustaka.................................................................................................................9
2.1. Tinjauan Pustaka....................................................................................................................9
2.2. Kerangka Teori......................................................................................................................9
BAB III ANALISA SITUASI.........................................................................................................10
3.1 Gambaran Umum Lokasi PBL................................................................................... 10
3.2. Lima (5) Penyakit Tertinggi.................................................................................................10
3.3. Program Tahunan Puskesmas..............................................................................................10
BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH...........................................................................................10
BAB V PENETAPAN PRIORITAS MASALAH.........................................................................10
BAB VI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH..................................................................10
6.1 Alternatif Pemecahan Masalah............................................................................................10
6.2 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah..............................................................................10
6.3 Analisis SWOT....................................................................................................................10
BAB VII KEGIATAN INTERVENSI...........................................................................................10
7.1 Tujuan kegiatan...................................................................................................................10
7.2 Jenis kegiatan dan metode (rincian kegiatan).......................................................................10
7.3 Waktu dan Lokasi kegiatan..................................................................................................11
7.4 Tenaga pelaksana kegiatan (tugas masing-masing dijelaskan).............................................11
7.5 Sasaran kegiatan..................................................................................................................11
7.6 Target kegiatan....................................................................................................................11
7.7 Indikator keberhasilan kegiatan...........................................................................................11
7.1.1 Prosedur penilaian/evaluasi kegiatan....................................................................................11
7.1.2 Alat ukur evaluasi.................................................................................................................11
7.8 Keterbatasan intervensi........................................................................................................11
7.9 Rekomendasi untuk peningkatan kesehatan masyarakat......................................................11
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................11
8.1 Kesimpulan..........................................................................................................................11
8.2 Saran....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................11

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan global. Sepertiga dari populasi
dunia sudah tertular dengan TBC dimana sebagian besar penderita TBC adalah usia produktif
(15-55 tahun). Hal ini menyebabkan kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap tahun
dan menjadi penyebab utama kedua kematian dari penyakit menular diseluruh dunia, setelah
Human Immunodeficiency Virus (HIV)/AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Pada
tahun 2011 terdapat 9 juta kasus baru dan 1,4 juta kematian akibat penyakit TBC dan HIV.
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) (Kemenkes RI, 2013). Tuberkulosis adalah penyakit infeksius,
yang terutama menyerang parenkim paru. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe
(Smeltzer&Bare,2002). Tuberkulosis merupakan infeksi bakterikronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi dan oleh hipersensifitas yang diperantarai sel (cell- mediated hypersensitivity)
(Kemenkes RI, 2011).
Penyakit TBC lebih banyak menyerang orang yang lemah kekebalan tubuhnya, lanjut
usia, dan pasien yang pernah terserang TBC pada masa kanakkanaknya. Penyebab penyakit
TBC adalah infeksi yang diakibatkan dari kuman Mycobaterium tuberkulosis yang sangat
mudah menular melalui udara dengan sarana cairan yang keluar saat penderita bersin dan
batuk, yang terhirup oleh orang sekitarnya (WHO Global Tuberculosis Report 2016)
Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien dan dukungan
dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga yang kurang
memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi kepatuhan pasien
untuk mengkonsumsi obat. Apabila ini dibiarkan, dampak yang akan muncul jika penderita
berhenti minum obat adalah munculnya kuman tuberculosis yang resisten terhadap obat, jika
ini terus terjadi dan kuman tersebut terus menyebar pengendalian obat tuberculosis akan 4
semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya angka kematian terus bertambah akibat
penyakit tuberculosis (Amin dan Bahar, 2007).
Pengobatan TBC membutuhkan waktu yang cukup lama, selama 6 bulan dan berisiko
menjadi resistensi obat jika tidak menyelesaikan proses pengobatan sampai tuntas.
Pengobatan untuk TBC resisten obat memutuhkan waktu jauh lebih lama daripada TBC biasa,
yakni 2 tahun (KNCV, 2018).
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 67 Tahun 2016
penanggulangan TBC diselenggarakan salah satunya melalui kegiatan promosi kesehatan.
Promosi kesehatan dalam penanggulangan TBC diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan
yang benar dan komprehensif mengenai pencegahan penularan dan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) (Kemenkes RI,2016)
Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu kegiatan promosi kesehatan. Penyuluhan
kesehatan menurut (Notoatmodjo, 2012), dilakukan dengan metode dan media yang berbeda-
beda, metode dan media digunakan untuk mempermudah penyampaian pesan kepada target
pendidikan. Salah satunya dengan menggunakan metode simulasi, metode simulasi diartikan
sebagai cara penyajian pengajaran dengan menggunakan 3 situasi tiruan untuk
menggambarkan situasi sebenarnya agar diperoleh pemahaman tentang hakikat suatu konsep,
prinsip, atau keterampilan tertentu.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun 2013) menyebutkan bahwa TB paru telah
didiagnosis pada kelompok umur < 1 tahun sebesar 2%, kelompok umur 1-4 tahun sebesar
4‰, kelompok umur 5-14 tahun sebesar 0,30%, sedangkan pada kelompok umur orang
dewasa lainnya juga 5 menunjukkan prevalensi yang sama sebesar 3%. Hasil penelitian
Riskesdas tahun 2013 juga memperlihatkan bahwa terjadi suatu masalah kesehatan terbaru
terkait kejadian TB paru yang sudah menyerang kelompok umur anak-anak dan balita.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Hubungan Antara Pengetahuan
Dengan Upaya Pencegahan Penyakit TBC Di RT 002 RW 041 KELURAHAN BOJONG
RAWA LUMBU KOTA BEKASI? ”

1.3. Tujuan
1. Tujuan umum : Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap upaya
pencegahan penyakit TBC pada masyarakat RT 02 RW 41 kelurahan Bojong Rawa
Lumbu.
2. Tujuan khusus :
1) Diketahuinya tingkat pengetahuan tentang upaya pencegahan penyakit TBC pada
masyarakat RT 002 RW 041 Kelurahan Bojong Rawalumbu.
2) Diketahuinya sikap tentang upaya pencegahan penyakit TBC pada masyarakat
RT 002 RW 041 Kelurahan Bojong Rawalumbu. Diketahuinya upaya pencegahan
penyakit TBC pada masyarakat RT 002 RW 041 Kelurahan Bojong Rawalumbu.
3) Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan terhadap upaya pencegahan
penyakit TBC pada masyarakat RT 002 RW 041 Kelurahan Bojong Rawalumbu.
4) Diketahuinya hubungan sikap terhadap upaya pencegahan penyakit TBC pada
masyarakat RT 002 RW 041 Kelurahan Bojong Rawalumbu.

1.4. Manfaat
1) Manfaat bagi Puskesmas
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi Puskesmas
dalam penanganan kasus TBC di Puskemas Kelurahan Bojong Rawa Lumbu
Kota Bekasi .
2) Manfaat bagi Penderita
Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi bagi penderita
tentang penyakit TBC.
3) Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
pengalaman bagi peneliti dalam menyusun Laporan Praktek Belajar Lapangan
(PBL). Hasil penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan masukan, bahan
referensi atau sumber data untuk penelitian selanjutnya.
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Tinjauan Pustaka


1. Definisi
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit
parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras
yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb
paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan
Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) (Kemenkes RI, 2013). Tuberkulosis adalah penyakit infeksius,
yang terutama menyerang parenkim paru. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe
(Smeltzer&Bare,2002). Tuberkulosis merupakan infeksi bakterikronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi dan oleh hipersensifitas yang diperantarai sel (cell- mediated hypersensitivity)
(Kemenkes RI, 2011).
Tuberculosis merupakan suatu penyakit kronik dan menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, bakteri ini merupakan sejenis kuman yang berbentuk batang dengan
panjang 1-4 µm dan tebal 0,3-0,6 µm, kuman ini berstruktur atas lipid (lemak) dan membuat
kuman lebih tahan lama terhadap berbagai gangguan fisik, kimia dan juga asam (Ardiansyah,
2012.
2. Etiologi
Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah penderita Tuberkulosis BTA positif
pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak. Dahak yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau dahak tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan. Setelah kuman Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan,
kuman Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem
peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut

3. Patofisiologi TB Paru
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC)
terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan


melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel yang
mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu
sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit.
Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena respons system
imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif juga timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya
kembali bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini, terjadi ulserasi pada ghon tubercle, dan
akhirnya menjadi perkijuan. Tuberkel yang ulserasi mengalami proses penyembuhan
membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan
bronkopneumonia, pembentukan tuberkel, dan seterusnya (Somantri, 2012).

4. Klasifikasi TB Paru
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan
paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan
dimulai. Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru
a. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+) Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif
adalah Sekurang-kurangnya 2 pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA (+) atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-) Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-)
dan foto rontgen dada menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA
(-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk
berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas.

b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat


1) Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja.
2) Poli resistan (TB RR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
selain Insoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.
3) Multidrug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin
(R) secara bersamaan.
4) Extensive drug resistan (TB XDR): TB MDR yang sekaligus juga resistan
terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari
OAT lini kedua jenis suntikan.
5) Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotype atau
metode fenotipe.

c. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak
spesifik tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda
dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
1) Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
2) Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang /
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent
(menghasilkan sputum)
3) Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru
4) Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5) Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri
otot dan keringat di waktu di malam hari.
d. Komplikasi Tuberkulosis
Komplikasi dari TB paru adalah :
1) Pleuritis tuberkulosa
2) Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
3) Tuberkulosa milier
4) Meningitis tuberkulosa

e. Pemeriksaan penunjang Tuberkulosis


Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :
1) Pemeriksaan Diagnostik
2) Pemeriksaan sputum (Dahak)
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA
diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu:
dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan
hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali
negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali.

f. Penatalaksanaan penderita Tuberkulosis paru:


a. Pengobatan TBC Paru Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni:
Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB per hari dengan
tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek bakteri sidal), menghilangkan
keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat

2) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2 macam obat per hari
atau secara intermitten dengan tujuan menghilangkan bakteri yang tersisa (efek
sterilisasi), mencegah kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni
kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.

g. Perawatan bagi penderita tuberkulosis adalah :


1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat yaitu
keluarga.
2) Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila diperlukan
3) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
4) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari
5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima dan
enam
6) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik

h. Pencegahan penularan TBC Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :


1) Menutup mulut bila batuk
2) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup yang
diberi lisol
) Makan makanan bergizi
4) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita
5) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik
6) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2010)

i. Dampak Tuberkulosis Paru


Penyakit Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit yang sangat mempengaruhi
kehidupan individu. Dampak Tuberkulosis paru antara lain:
a. Terhadap individu
1) Biologis Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus, sesak
napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat pada malam hari
dan kadang-kadang panas yang tinggi
2) Psikologis Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karena batuk
yang terus menerus sehingga keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan.
3) Sosial Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan keadaan penyakitnya
sehingga klien selalu mengisolasi dirinya.

b. Terhadap keluarga
1) Terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena kurang pengetahuan
dari keluarga terhadap penyakit TB Paru serta kurang pengetahuan penatalaksanaan
pengobatan dan upaya pencegahan penularan penyakit.
2) Produktifitas menurun. Terutama bila mengenai kepala keluarga yang berperan sebagai
pemenuhan kebutuhan keluarga, maka akan menghambat biaya hidup sehari-hari
terutama untuk biaya pengobatan.
3) Psikologis Peran keluarga akan berubah dan diganti oleh keluarga yang
) Sosial Keluarga merasa malu dan mengisolasi diri karena sebagian besar masyarakat
belum tahu pasti tentang penyakit TB Paru .

c. Terhadap masyarakat
1) Apabila penemuan kasus baru TB Paru tidak secara dini serta pengobatan Penderita TB
Paru positif tidak teratur atau droup out pengobatan maka resiko penularan pada
masyarakat luas akan terjadi oleh karena cara penularan penyakit TB Paru
2.2. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini menggunakan teori Lawrence Green. Teori Green digunakan
untuk menganalisis penyebab masalah kesehatan. Ada dua determinan masalah kesehatan
tersebut, yakni behavioral factors (faktor perilaku), dan non-behavioral factors (faktor non
perilaku). Selanjutnya Green menganalisis, bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor
utama, yaitu :

Faktor Predisposisi:

1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Tradisi
5. Sistem
6. Nilai-nilai

Faktor Pemungkin:

1. Fasilitas Perilaku kesehatan


2. Sarana atau
prasarana

Faktor Penguat:

1. Dukungan tokoh
masyarakat
2. Peraturan
Kerangka Konsep

Pengetahuan

Perilaku

Dukungan ketua RT Gambaran penyakit TBC secara umum


di masyarakat

Dukungan keluarga

Fasilitas Kesehatan

Sumber : Notoatmodjo (2018).


BAB III

ANALISA SITUASI

3.1. Gambaran Umum Lokasi PBL


A. Peta dan gambaran topografi
Profil Kota Bekasi

Kota Bekasi merupakan bagian dari wilayah Jawa Barat yang


berbatasan langsung dengan propinsi lain yaitu DKI Jakarta. Letaknya
yang bersebelahan dengan ibukota negara ini memberikan beberapa
keuntungan di sisi komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan
kelengkapan sarana dan prasarana transportasi, menjadikan Kota Bekasi
sebagai salah satu daerah penyeimbang DKI Jakarta. Kota Bekasi mulai
terbentuk sejak tahun 1997 dimana pada awalnya sejak 2001 sampai 2004
Kota Bekasi terbagi dalam 10 Kecamatan dan 52 kelurahan. Tetapi pada
tahun tahun 2005 sesuai dengan Perda Kota Bekasi Nomor 04 Tahun
2004 tentang pemekaran Wilayah Administrasi Kecamatan dan kelurahan,
Kota Bekasi terbagi menjadi 12 kecamatan dengan 56 kelurahan dengan
luas secara keseluruhan sekitar 21.049.000 Km2 . Kecamatan yang
memiliki wilayah terluas di Kota Bekasi yaitu Kecamatan Mustika Jaya
atau sekitar 11,75% dari luas keseluruhan Kota Bekasi. Sedangkan
kecamatan yang memiliki luas wilayah terendah adalah kecamatan Bekasi
Timur dengan luas wilayah 1.349 Ha (1.349.000 km2 ) atau sekitar 6,41%
dari luas keseluruhan Kota Bekasi. Secara Geografis, Kota Bekasi terletak
pada posisi antara 106048’28’’ – 107027’29’’ Bujur Timur dan 6010’6’’
– 6030’6’’ Lintang Selatan Batas-batas wilayah administrasi yang
mengelilingi wilayah Kota Bekasi adalah :
 Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi
 Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor
 Sebelah Barat : Propinsi DKI Jakarta
 Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi
Dikarenakan letaknya yang strategis dan berdekatan dengan Ibu Kota
Jakarta mengakibatkan Kota Bekasi menjadi alternatif tempat tinggal
yang potensial sehingga berdampak kepada pertambahan jumlah
pendududuk. Kota Bekasi selalu mengalami peningkatan jumlah
penduduk setiap tahunnya. Sebagian besar merupakan penduduk komuter
yang datang untuk bekerja di Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi dan
Provinsi DKI Jakarta. Jumlah penduduk Kota Bekasi pada tahun 2007
adalah 1,800,746 jiwa dan jumlah tersebut terus meningkat sampai
akhirnya menjadi 2.334.142 jiwa pada tahun 2012, dengan penyebaran
tertinggi pada Kecamatan Bekasi Utara sebanyak 12,84% (299.648 jiwa),
Bekasi Barat 12,51% (292.015 jiwa), Bekasi Timur 11,52% (268.922) dan
terendah di Kecamatan Bantargebang sebesar 3,86% (90.027 jiwa).

Profil Kecamatan Rawalumbu


Wilayah Kecamatan Rawalumbu merupakan bagian dari Kota Bekasi yang
terletak di wilayah selatan Kota Bekasi yang berperan juga sebagai
penyangga Ibu Kota Jakarta yang dalam perkembangannya telah menunjukan
kemajuan diberbagai bidang sesuai dengan peran dan fungsinya.
Wilayah Kecamatan Rawalumbu terdiri dari 4 kelurahan yaitu :
 Kelurahan Pengasinan, luas areal 272,47 Ha
 Kelurahan Bojong Rawalumbu, luas areal 581,92 Ha
 Kelurahan Bojong Menteng, luas areal 370,187 Ha
 Kelurahan Sepanjang Jaya, luas areal 295, 24 Ha

Terdiri dari 640 RT dan 98 RW


Berdasarkan pembentukannya, batas Kecamatan Rawalumbu adalah :
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bekasi Selatan
dan Kecamatan JatiAsih;
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bantar Gebang;
 Sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Bekasi Timur dan Kecamatan Bekasi
Selatan;
 SebelahTimur berbatasan dengan Kecamatan Mustika Jaya.

Profil Puskesmas

Peta Wilayah UPTD Puskesmas Bojong Rawalumbu Gambar Peta


Wilayah UPTD Puskesmas Bojong Rawalumbu
Sumber Data : Kelurahan Bojong Rawalumbu tahun 2020

Secara geografis, UPTD Puskesmas Bojong Rawalumbu terletak di


Kelurahan Bojong Rawalumbu, Kecamatan Rawalumbu. Kecamatan
Rawalumbu mempunyai 4 kelurahan, salah satu diantaranya adalah
Kelurahan Bojong Rawalumbu dengan luas wilayah 638,52 Ha.
 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Sepanjang Jaya
 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Bojong Menteng
 Sebelah Barat : Pekayon Jaya
 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Mustika Sari.

Sebelumnya UPTD Puskesmas Bojong Rawalumbu adalah


Puskesmas rawat jalan Sejak tahun 1998, UPTD Puskesmas Bojong
Rawalumbu sudah menjadi Puskesmas dengan tempat rawatan PONED.
UPTD Puskesmas Bojong Rawalumbu terletak di jalan Trisatya Raya
Jembatan 4-5 Perumahan Bumi Bekasi Baru Kelurahan Bojong
Rawalumbu berdiri diatas tanah ± 1050 m2 dengan Luas Bangunan 750
m2 . Bangunan Puskemas Terdiri dari 2 lantai , lantai 1 digunakan sebagai
loket pendaftaran, ruang pelayanan Gigi, VCT, TB Paru/Kusta, Ruang
laktasi, Poli Lansia, Rawat Inap, UGD, ruang apotik, gudang obat, Poli
Ibu hamil , konseling PTM/Gizi/Yankestrad, PONED, ruang menyusui,
ruang sterilisasi, Laboratorium, dapur. sedangkan lantai 2 digunakan
sebagai Poli Umum, Poli Anak, KB, Ruang bermain anak, Ruang
konseling yankesling, Gizi/PTM/Immunisasi, PHN, R. Administrasi,
Aula, ruang tata Usaha, serta Ruang kepala Puskesmas. Rata-rata pasien
yang berkunjung ke Puskesmas Bojong Rawalumbu rata-rata 90 - 120
pasien perhari. Waktu pelayanan berlangsung selama 7 hari dalam
seminggu.
B. Karakteristik sosioekonomi dan demografi (fertilitas, kepadatan
penduduk, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, penghasilan)

Tabel Luas wilayah, Jumlah penduduk dan Kepadatan per Km2


Kelurahan Bojong Rawalumbu Tahun 2020
LUAS JUMLAH JUMLAH
PEREMPUAN
RW WILAYA LAKI-LAKI RUMAH
H RW RT
(km2) TANGGA *
2 3 4 5 7 8
27,51 3777 3.137
RW 1 1 11 3948
34,61 3292 2.179
RW 2 2 10 3421
9,13 2486 1301
RW 3 3 4 2537
9,82 3855 1999
RW 4 4 8 4021
18,82 2962 904
RW 5 5 6 3060
9,46 964 542
RW 6 6 8 1404
7,82 579 204
RW 7 7 5 524

7,23 281 211


RW 8 8 4 292
9,74 850 639
RW 9 9 9 848
8,81 686 478
RW 10 10 7 661
9,92 595 428
RW 11 11 8 586
10,72 678 420
RW 12 12 8 691
16,74 768 492
RW 13 13 9 755
16,63 826 634
RW 14 14 11 839
14,88 505 361
RW 15 15 9 503
13,92 493 315
RW 16 16 7 472
15,41 585 387
RW 17 17 8 570
17,33 403 316
RW 18 18 6 424
12,82 621 410
RW 19 19 9 631
25,61 287 293
RW 20 20 6 260
26,54 355 380
RW 21 21 8 345
22,12 246 270
RW 22 22 6 251
23,34 341 287
RW 23 23 7 312
20,52 188 115
RW 24 24 4 177
17,16 1052 850
RW 25 25 6 1088
15,62 314 231
RW 26 26 4 279
RW 27 14,89 393 293
27 5 389
RW 28 14,87 834 581
28 10 786
RW 29 13,53 633 448
29 6 630
RW 30 12,42 443 333
30 6 414
RW 31 14,35 696 527
31 10 742
RW 32 12,83 527 456
32 7 550
RW 33 7,26 509 354
33 7 535
RW 34 14,23 557 431
34 5 591
RW 35 18,41 829 504
35 7 850
RW 36 22,13 1011 662
36 11 955
RW 37 17,04 1140 706
37 11 1128

RW 38 16,15 539 362


38 6 572
RW 39 15,33 563 338
39 7 534
RW 40 9,14 359 237
40 5 365
RW 41 13,71 2145 1158
41 4 2242

638,52 295 40.182 39.167 25.173


Sumber: Laporan tahunan Kelurahan Bojong Rawalumbu tahun 2020

Dari tabel diatas dapat diketahui ada beberapa RW yang mempunyai luas wilayah yang cukup
luas seperti di wilayah perkampungan RW 1 dan RW 2 dan beberapa RW di wilayah perumahan
seperti perumahan kemang pratama.

Data Penduduk Menurut Pendidikan Kelurahan Bojong Rawalumbu


Tahun 2020
0.88 1.690.19
4.24
6.21
BELUM SEKOLAH
6.38 TIDAK SEKOLAH
22.82 SEDANG SEKOLAH
TK
SD
18.05 SMP/SEDERAJAT
SMA/SEDERAJAT
6.03 D3/SEDERAJAT
S1/SEDERAJAT
S2/SWDERAJAT
17.13 16.38 S3/SEDERAJAT

Sumber : Laporan Tahunan Kelurahan Bojong Rawalumbu tahun 2020

Dari grafik diatas dapat di wilayah Bojong Rawalumbu mayoritas


penduduk berpendidikan SMA/ sederajat yaitu 18,05 % lebih besar kija
dibandingkan dengan tingkat pendidikan SMP/Sederajat 17,13% dan
berpendidikan SD 6,38 %, dapat disimpulkan bahwa di wilayah Bojong
Rawalumbu penduduk ratarata berpendidikan menengah.

Data Penduduk Menurut Pekerjaan Kelurahan Bojong Rawalumbu


Tahun 2020
PROSENTASE PENDUDUK
4.03
13.48 5.15
21.06 PNS
TNI/POLRI
17.42
SWASTA
WIRASWASTA
12.00
46.12 TDK BEKERJA
BELUM BEKERJA
LAIN-LAIN

Sumber : Laporan Tahunan Kelurahan Bojong Rawalumbu tahun 2020

Dari grafik diatas tampak bahwa sebagian besar penduduk


Kelurahan Bojong Rawalumbu adalah tidak bekerja (46,12%), disusul
kemudian penduduk yang belum bekerja (21,06 % ) dan yang paling
sedikit lain-lain sebesar (4,03 %).

Data Penduduk Menurut Agama Kelurahan Bojong Rawalumbu


Tahun 2020

66403
70000
60000
50000
40000
30000
20000 11898

10000 180 856 6 6


LAKI-LAKI
0
Column1

Sumber : Laporan Tahunan Kelurahan Bojong Rawalumbu tahun 2020

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk


menganut agama Islam, tetapi ada juga penduduk yang menganut agama
Kristen, Hindu dan Budha serta konghucu serta kepercayaan terhadap
tuhan yang maha esa.

C. Prasarana dan sarana kesehatan dan kesejahteraan (jumlah posyandu,


jumlah tenaga kesehatan, ketersediaan layanan kesehatan swasta, jumlah
sekolah, fasilitas umum)
D. Kelembagaan masyarakat terkait kesehatan (posyandu, UKBM)
E. Identifikasi kelembagaan dan kepemimpinan setempat yang mendukung
program kesmas
3.2. Lima (5) Penyakit Tertinggi
No. Nama Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustu Jumlah
Penyakit s
1. ISPA 105 89 152 158 122 158 149 133 1066
Akut Tak
spesifik
2. Dispepsia 54 52 58 48 53 46 66 65 442
3. Hipertensi 35 60 61 51 53 69 31 53 413
4. DM 53 51 37 43 45 22 47 298
5. Demam 42 31 30 39 24 49 22 21 251
tak
diketahui
sebab

3.3. Program Tahunan Puskesmas

BAB IV

IDENTIFIKASI MASALAH

Identifikasi Masalah (5W+1H)

Dalam bab ini kelompok kami akan mengangkat permasalahan TBC yang terjadi pada
masyarakat di RT 002/RW 041 Kelurahan Bojong Rawalumbu, Kecamatan Rawalumbu,
Kota Bekasi. Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi kami dengan para kader dan
pembimbing lapangan di RT 002/RW 041 Kelurahan Bojong Rawalumbu, Kecamatan
Rawalumbu, Kota Bekasi dapat disimpulkan permasalahan yang menyebabkan timbulnya
kejadian TBC adalah:

a. Pengetahuan masyarakat tentang PHBS dan Rumah sehat sebagai Langkah awal
pencegahan TBC yang kurang akibat status Pendidikan yang rendah.
b. Tidak adanya dana rumah sehat.
c. Ventilasi dan pencahayaan yang kurang cukup.
What Where When Who Why
Pengetahuan RT 02, RW 41 Teridentifikasi Masyarakat akibat status
masyarakat Kelurahan Selama RT.02, RW.41 Pendidikan
tentang PHBS Bojong Melakukan Kelurahan yang rendah.
dan Rumah Rawalumbu, Praktik Belajar Bojong
sehat sebagai Kecamatan Lapangan (Saat Rawalumbu,
Langkah awal Rawalumbu, pengambilan Kecamatan
pencegahan Kota Bekasi. data/kuesioner) Rawalumbu,
TBC yang Kota Bekasi
kurang
How
Penyuluhan yang dilaksanakan puskesmas terkendala Pandemi Covid-19.

What Where When Who Why


Tidak adanya RT 02, RW 41 Teridentifikasi Masyarakat Ekonomi atau
Kelurahan Selama RT.02, RW.41 pendapatan
dana rumah
Bojong Melakukan Kelurahan masyarakat.
sehat. Rawalumbu, Praktik Belajar Bojong
Kecamatan Lapangan dan Rawalumbu,
Rawalumbu, diskusi kader Kecamatan
Kota Bekasi. Rawalumbu,
Kota Bekasi
How
Pemerataan bantuan Rumah Sehat

What Where When Who Why


Ventilasi dan RT 02, RW 41 Teridentifikasi Masyarakat Struktur
Kelurahan Selama RT.02, RW.41 bangunan yang
pencahayaan
Bojong Melakukan Kelurahan kurang tepat
yang kurang Rawalumbu, Praktik Belajar Bojong
Kecamatan Lapangan (saat Rawalumbu,
cukup.
Rawalumbu, pengambilan Kecamatan
Kota Bekasi. data/kuesioner) Rawalumbu,
Kota Bekasi
How
Kurangnya pengetahuan sehingga adanya pembangunan berlebih.
Analisis Penyebab Masalah Utama Dengan Diagram Tulang ikan (Fishbone)
Berdasarkan prioritas masalah diatas, kelompok kami menganalisa faktor-faktor penyebab
dari masalah utama tersebut, yaitu “KURANGNYA PENGETAHUAN PHBS UNTUK
PENCEGAHAN TBC.” dengan menggunakan metode 6M, yakni Man (Sumber Daya Manusia),
Material (Sarana), Money (Anggaran Dana), Method (Metode atau Cara), Machine
(Prasarana), dan Market (Pasar) melalui alat bantu yang disebut Diagram Ichikawa atau
Fishbone. Kelompok kami memahami bahwa tidak semua aspek dapat digunakan pada
masalah yang kami hadapi. Oleh karna itu, kelompok kami menganalisis penyebab masalah
utama menggunakan tiga aspek yaitu method, man, material dan money

MACHINE MAN

Kurang tersedianya
media informasi
(pamphlet, brosur dan Rendahnya tingkat
postur) mengenai pendidikan masyarakat
pengetahuan tentang
PHBS KURANGNYA
PENGETAHUAN
PHBS UNTUK
PENCEGAHAN
TBC
Lingkungan yang padat
Terhambat kondisi menciptakan pola hidup yang
Pandemi untuk saling mempengaruhi dan
melaksanakan penyuluhan mengikuti kebiasaan-
kebiasaan antara masyarakat
yang satu dengan yang lain
METHOD MATERIAL
BAB V

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH

Prioritas Masalah (Metode Bryant)

Metode Bryant adalah metode penentuan prioritas masalah kesehatan dengan menggunakan
perhitungan kriteria tertentu yang telah diberi skor.

Dalam penentuan prioritas masalah, metode yang sering digunakan adalah metode Bryant , adapun
kriteria yang digunakan adalah :

1. Community Concern atau Public concern (C)


Besarnya keprihatinan masyarakat akan masalah yang dihadapi atau sejauh mana masyarakat
menganggap masalah itu penting. Masalah dengan keprihatinan masyarakat yang besar untuk
mengatasinya mendapat prioritas tertinggi.
SKOR:
1 = Tidak mendapat perhatian masyarakat
2 = Kurang mendapat perhatian masyarakat
3 = Cukup mendapat perhatian masyarakat
4 = Sangat mendapat perhatian masyarakat
2. Prevalence (P)
Jumlah individu yang terkena atau dapat juga diartikan jumlah individu yang terkena dalam
masyarakat. Prioritas yang tertinggi diberikan kepada suatu masalah yang menyebar luas
dalam wilayah tersebut.
SKOR:
1 = Jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat sedikit
2 = Jumlah/ individu/masyarakat yang terkena sedikit
3 = Jumlah individu/masyarakat yang terkena cukup besar
4 = Jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat besar
3. Seriousness atau Severity ( S )
Berat ringannya masalah yang ditimbulkan oleh masalah tersebut terhadap suatu lingkungan
tersebut terhadap suatu wilayah atau sejauh mana dampak yang timbul dari masalah
(penyakit) tersebut.
SKOR:
1 = Masalah yang ditimbulkan tiak berat
2 = Masalah yang ditimbulkan cukup berat
3 = Masalah yang ditimbulkan berat
4 = Masalah yang ditimbulkan sangat berat
4. Manageability ( M )
Tersedianya mutu dengan pembiayaan, kemungkinan hambatan pelaksanaan, keadaan
ekonomi masyarakat dan keikutsertaan masyarakat atau sejauh mana masyarakat memiliki
kemampuan mengatasi masalah tersebut
SKOR :
1 = Tidak dapat dikelola dan diatasi
2 = Cukup dikelola dan diatasi
3 = Dapat dikelola dan diatasi
4 = Sangat dapat dikelola dan diatasi

Tabel Prioritas Masalah Kejadian Tuberculosis

Total Skala
No Masalah C P S M
(C×P×S×M) Prioritas

Pengetahuan
masyarakat
tentang PHBS
dan Rumah sehat
sebagai Langkah
awal pencegahan
1 TBC yang 3 3 4 2 72 1
kurang akibat
status
Pendidikan yang
rendah.

Tidak adanya

2 dana rumah 1 4 4 1 16 III


sehat.
.
Ventilasi dan
pencahayaan
3 3 3 4 1 36 II
yang kurang
cukup

BAB VI

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

6.1 Alternatif Pemecahan Masalah

6.2 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah


6.3 Analisis SWOT

Tabel Analisis SWOT Prioritas Pemecahan “Memberikan Penyuluhan Kesehatan Tentang


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Rumah Sehat sebagai Langkah Awal
Pencegahan TBC”

Kekuatan Kelemahan Kesempatan Ancaman


Tidak semua
Biaya yang Dapat meningkatkan
masyarakat minat Kebiasaan masyarakat
dibutuhkan lebih pengetahuan
untuk mengikuti sulit diubah
murah dan terjangkau masyarakat
penyuluhan

Minat masyarakat
Sarana dan prasarana Mendapat dukungan
Keterbatasan waktu yang rendah untuk
tersedia dari masyarakat
mengikuti penyuluhan
Meningkatkan derajat
Kesehatan masyarakat

BAB VII

KEGIATAN INTERVENSI

7.1 Tujuan kegiatan

7.2 Jenis kegiatan dan metode (rincian kegiatan)


Intervensi dilakukan dengan memberi penyuluhan kepada masyarakat rt.02/rw.041
kelurahan bojong rawalumbu, kecamatan rawalumbu kota bekasi tentang PHBS dan Rumah
sehat sebagai langkah pencegahan TBC.

7.3 Waktu dan Lokasi kegiatan


Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja puskesmas bojong rawalumbu rt.02/rw.041
kelurahan bojong rawalumbu, kecamatan rawalumbu kota bekasi. Waktu penelitian
dilakukan pada tanggal 11 dan 16 oktober 2021.

7.4 Tenaga pelaksana kegiatan (tugas masing-masing dijelaskan)


1) Mahasiswa Riyo prasetyo & hani sheilla salsabilla betugas menjadi MC.
2) Mahasiswa Sofia Izmi bertugas menjadi Pemateri 1 yaitu materi TBC.
3) Mahasiswa Karissa Ghea Pasya bertugas menjadi Pemateri 2 yaitu materi PHBS.
4) Mahasiswa Azizah Putri Mahardhika Wardhani bertugas menjadi Pemateri 3 yaitu
Rumah Sehat.
5) Mahasiswa Melany Nur Fatiah bertugas menjadi skrining (Absensi audience)
7.5 Sasaran kegiatan
Target dalam kegiatan ini adalah seluruh warga di wilayah kerja puskesmas bojong
rawalumbu rt.02/rw.041 kelurahan bojong rawalumbu kecamatan rawalumbu kota bekasi.

7.6 Target kegiatan


Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang PHBS dan rumah sehat sebagai langkah
awal pencegahan TBC.

7.7 Indikator keberhasilan kegiatan

7.1.1 Prosedur penilaian/evaluasi kegiatan

7.1.2 Alat ukur evaluasi

7.8 Keterbatasan intervensi

7.9 Rekomendasi untuk peningkatan kesehatan masyarakat

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan
8.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Latar belakang : http://eprints.ums.ac.id/57377/3/BAB%20I.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2219/2/BAB%20I.pdf

http://eprints.ums.ac.id/42204/8/04.BAB%20I.pdf

Tinjauan pustaka : http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=11391


http://eprints.umpo.ac.id/6157/3/BAB%202.pdf

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai